pencegahan penyakit jiwa menahun (harian pelita 14 januari 2013 hal 1)

1
SENIN | 14 Januari 2013/2 Rabiul Awal 1434 H HOTLINE HARIAN PELITA: Langganan dan Iklan Telp. (+6221) 8370 6765, 8370 6766 Fax: (+6221) 83706781 Redaksi: Telp. (+6221) 8370 6765, 8370 6766 Fax: (+6221) 83706771 www.pelitaonline.com - pertama dan penting No. 12.485 Tahun XXXVIII Harga Eceran Rp3.000,- (Luar Kota Tambah Ongkos Kirim) ASSALAMUALAIKUM Antara Disiplin dan Gotong-royong B ANYAKNYA permasalahan yang kita hadapi, antara lain disebabkan karena rendahnya disiplin. Banjir yang melanda segala penjuru Tanah Air, selain dise- babkan faktor alam; juga disebabkan karena disiplin kita yang rendah terhadap lingkungan. Dari mene- bangi hutan sampai sekedar membuang sampah seenaknya. Dampaknya, banyak terjadi longsor, ja- lan terputus, serta harta benda yang hilang. Siapa yang merugi? Seluruh rakyat. Demikian juga kecelakaan lalu–lintas, yang pada akhir–akhir ini ba- nyak merenggut nyawa manusia. Korbannya, sering tidak mengetahui apa–apa. Disiplin lalu–lintas, antara lain bisa ditegakkan, kalau pera- turan lalu–lintas ditegakkan. Ada kesan, Kepolisian kita, sudah tidak mampu lagi menegakkan disiplin lalu–lintas; disebabkan banyaknya permasalahan yang dihadapi. Melanggar rambu–rambu lalu-lintas, berhenti dimana saja, mengemudi seenaknya, dan lain sebagainya. Ak- hirnya, kemacetan dan kecelakaan tidak terhindarkan. Dengan sekelumit contoh yang kita kemukakan di atas, mengesan- kan bahwa permasalahan yang kita hadapi adalah terkait “manusia” In- donesia, terkait perilaku kita semua, terkait budaya kita. Dimana (kira– kira) sumber masalahnya? Mengesankan, kepedulian kita terhadap sesama telah meluntur. Budaya “gotong- royong“, sekarang telah hilang dari keseharian kita. Sebaliknya, budaya “semau gue”, telah menjadi perilaku di mana saja. Ada kalangan, yang sudah mengatakan, bahwa kita sedang dilanda krisis peradaban. Sebab, semua itu tidak mencer- minkan peradaban yang luhur. Disiplin lemah, tenggang rasa menurun, ketaatan pada peraturan/etika juga memprihatinkan. Kondisi seperti itu, tidak akan dapat diselesaikan, kalau kita tidak beru- saha kembali pada budaya kita “gotong– royong”. Sebab, semuanya sudah menjadi masalah kita bersama. Tanpa keikutsertaan seluruh masyarakat, rasanya kita akan semakin jauh dari budaya “gotong–royong”. Beban bangsa ini, memang sudah terlalu berat. Jalan keluarnya, tidak bisa instan, jangka pendek dan mendasar. Karena itu, kita tidak perlu menyalahkan siapa saja. Sebab, kita semua (sesungguhnya) ikut bersalah. Kini, sudah saatnya, kita kembali menegakkan budaya gotong–ro- yong. Dunia pendidikan kita, baik formal maupun nonformal sebenar- nya memiliki peran yang besar. Kalau masyarakat kita semua “disiplin” pada kaidah–kaidah umum, mentaati peraturan yang telah kita sepa- kati bersama, menjunjung etika yang berlaku, permasalahan yang kita hadapi sebagaimana kita kemukakan di atas, akan bisa kita urai sedikit demi sedikit. Dari mana kita memulai gerakan itu? Mungkin sudah saatnya, kita secara bersama–sama mengkam- panyekan perlunya menegakkan “disiplin nasional”. Atau, melakukan kampanye “gotong- royong”, agar ada kepedulian di antara kita sendiri, dan tidak “semau gue”, sehingga disiplin juga ditegakkan. Dalam hal ini peran negara, peran para tokoh formal dan nonformal, diharapkan ke- hadirannya. Sebab, masalah ini sudah menjadi masalah kita bersama, masalah nasional, dan masalah yang dihadapi negara ini. n PELITA HATI JADWAL SHALAT Senin, 14 Januari 2013 Dzuhur 12.04 Ashar 15.29 Maghrib 18.17 Isya 19.30 Selasa, 15 Januari 2013 Subuh 04.29 Jadwal berlaku untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya HIKMAH Petunjuk Allah Dan barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak seorangpun yang dapat menye- satkannya. Bukankah Allah Maha Perkasa lagi memunyai (kekua- saan untuk) mengazab? (QS Az Zumar: 37) 14 Januari 1639 - Fundamental Orders, konstitusi pertama yang mengatur pemerintahan, ditulis di Connecticut. HARI LAHIR: Călin Popescu- Tăriceanu, PM Romania (1952); Djuanda Kartawidjaja, Tasikmlya (1911-1963); Bandara Kuala Namu Bisa Kalahkan Bandara Soetta MENTERI BUMN Dahlan Iskan, Sab- tu (12/1) pagi sekitar pukul 06.00 WIB, me- mantau penyelesaian fasilitas Bandara Internasional Kuala Namu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Didampingi Dirjen Perhubu- ngan Udara Hery Bhakti S Gu- may dan Dirut PT Angkasa Pura II Tri Sunok, Dahlan menggu- nakan angkutan kereta api dari Stasiun Kereta Besar Medan pukul 05.30 WIB menuju Kua- la Namu. Perjalanan kereta dari Stasi- un Besar Medan menuju Kuala Namu ditempuh sekitar 40 me- nit, yang melewati beberapa sta- siun seperti Bandhar Khalifah, Batang Kuis, dan Aras Kabu. Kepala Bagian Humas dan Protokoler Kementerian BUMN ketika dihubungi menyebutkan, peninjauan untuk memastikan penyelesaian pembangunan ban- dara baru tersebut yang dijad- walkan diresmikan Maret 2013. Tiba di lokasi, Dahlan lang- sung meninjau berbagai fasilitas terminal udara. Mulai dari mena- ra Air Traffic Control (ATC), fasi- litas pengisian bahan bakar av- tur, peralatan navigasi, gerbang kedatangan dan keberangkatan, interior terminal, hingga toilet. Di sela-sela melakukan pengecekan, Dahlan mengata- KANDANGKAN PERAHU - Para nelayan menurunkan peralatan penangkap ikan di perahunya yang diparkir di Pelabuhan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Bulu Meduro, di Desa Bulu Meduro, Kecamatan Bulu, Tuban, Jawa Timur, Minggu (13/1). Para nelayan pantura di daerah setempat, terpaksa “mengkandangkan” perahunya, tidak melaut, menunggu redanya ombak dan angin kencang. nant/aguk sudarmojo Pembinaan Guru Agama Tak Lagi di Kemenag Penghapusan RSBI Diputuskan Bertahap Jakarta, Pelita Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengatakan, pelaksanaan keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menghapuskan sistem Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) masih membutuhkan waktu, tidak bisa serta- merta diterapkan. Penghapusan RSBI yang saat ini dilakukan pun baru sebatas penghapusan nama. Untuk siswa yang sudah telanjur ikut program RSBI, maka sistem pembelajaran RSBI tetap akan dilakukan hingga se- mester ini berakhir pada April 2013. “RSBI itu sudah almarhum namanya, proses belajar-me- ngajarnya masih tetap harus berjalan hingga semester bera- khir,” ucap Nuh, Minggu (13/1), dalam jumpa pers di Hotel Bi- dakara, Jakarta. Hadir dalam jumpa pers itu Ketua MK Mah- fud MD dan Wakil Jaksa Agung Darmono. Dalam jumpa pers itu, Nuh menyatakan tetap menghorma- ti keputusan MK. Nuh pun me- ngaku sudah mendapat kesepa- katan dengan MK tentang tin- dak lanjut dari keputusan ini. “Beliau (Ketua MK) sepakat pro- ses belajar-mengajar tidak serta- merta distop begitu saja. Arti- nya, jalan terus seperti biasa, tetapi mulai penerimaan siswa baru sudah harus mengguna- Cita-cita Negara Pancasila (2) FORMULA Pancasila, sebagaimana kita catat, adalah tidak sekali jadi. Ketika Bung Karno menjawab pertanyaan, apa dasar atau falsafah negara yang akan kita dirikan pada tanggal 1 Juni 1945 di depan sidang persiapan Kemerdekaan, formulanya ber- beda dengan apa yang termaktub di dalam Piagam Jakarta 22 Juni. Bahkan, kemudian juga berbeda dengan formula yang ter- maktub di dalam UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945. Bung Karno sendiri selalu mengatakan, bahwa Pan- casila digali dari budaya bangsa sendiri. Bung Karno menempatkan diri sebagai “penyambung” lidah rakyat Indonesia. Artinya, mendengar dan menyatu dengan seluruh aspirasi rakyat Indonesia. Dengan perjalanan formulasi Pancasila seperti itu, di dalamnya ter- sirat gambaran yang sesungguhnya dari masyarakat Indonesia. Bahwa ada warna yang berbeda di antara kita, sebagaimana termaktub di dalam Piagam Jakarta. Namun, warna itu berhasil terakomodir di dalam formula Pancasila di dalam Pembukaan UUD 1945. Apapun alasannya, itulah kesepakatan kita, bahwa formula Pancasila dalam UUD 1945 telah mempersatukan bangsa ini. Pancasila, merupakan perekat ke-bhinneka- an kita. Namun, didalam perjalanan bangsa ini, tarik-menarik di antara war- na itu masih sering dimunculkan. Didalam pemilihan umum pertama 1954, selain Pancasila juga ada cita–cita negara Islam. Demikian juga pasca-Pemilu 1954. Karena itu adalah sangat bijak, ketika Bung Karno menyatakan Dekrit Presiden 5 Juli untuk kembali pada UUD 1945, Pia- gam Jakarta dikatakan sebagai “menjiwai”. Formula seperti inilah yang kemudian juga disepakati oleh partai– partai Islam yang ada di waktu itu. Formula Pancasila, tanpa 7 (tujuh) kata yang termaktub di dalam Piagam Jakarta. Bahwa setelah Dekrit Presiden 5 Juli masih ada kelom- pok–kelompok yang hendak melaksanakan ideologinya, adalah juga fakta sejarah yang harus kita catat. Antara lain, yang membelokkan Pan- casila hanya sebagai alat pemersatu. Atau Marxisme yang diterapkan di Indonesia. Kenyataan inilah yang kemudian berujung pada G-30-S/ PKI. Karena itu, orde baru yang kemudian tampil, berusaha melakukan koreksi, dengan mengobarkan semangat kembali pada Pancasila secara murni dan konsekuen. Wadahnya, antara lain adalah “Front Pancasila”. Demikianlah, kegagalan G-30-S/PKI disebabkan karena perebutan kekuasaan negara yang yang tidak sesuai dengan Pancasila. Penculikan dan kemudian pembunuhan pimpinan teras Pimpinan TNI/Angkatan Darat adalah cermin perilaku yang tidak Pancasilais, tidak sesuai dengan Sila kedua, Kemanusian yang Adil dan Beradab. Karena itu, hari kega- galan G-30-S/PKI, yaitu tanggal 1 Oktober juga diperingati sebagai Hari “Kesaktian Pancasila”. Semua itu perlu kita catat, agar perjalanan bangsa ini selalu ingat dengan cita–cita buat apa kita berbangsa dan bernegara. Konsistensi kita didalam mengamalkan Pancasila, jangan seperti pendulum yang bisa bergerak ke kanan dan ke kiri, yang sesungguhnya menandai pe- nyimpangan terhadap Pancasila Itu sendiri. (Sulastomo) Pencegahan Penyakit Jiwa Menahun G ANGGUAN jiwa berat merupakan penyakit yang telah ditemukan sejak ribuan tahun yang lalu. Penyakit ini memiliki gejala yang khas pada penderi- ta, berupa: a). Tidak bisa mem- bedakan antara kondisi yang nyata dan yang tidak nyata (halusinasi), b). Biasanya juga berhubungan dengan masalah kecemasan (anxiety), depresi (depression), bahkan menjadi pencetus keinginan bunuh diri (suicidal), c). Sangat sensitif pe- rasaannya dan tidak stabil (irri- table or tense feeling), d).Tidak bisa fokus dan berkonsentrasi, e). Susah bahkan tidak bisa ter- tidur, f). Pada tahap selanjutnya mengalami gangguan berpikir, perasaan, bahkan gangguan/ kelainan tingkah laku (behavior disorder), seperti mendengar dan melihat sesuatu yang tidak nya- ta, terisolasi dari dunia nyata, ke- hilangan perasaan atau empa- SURAT DARI AMERIKA SERIKAT Dr Taruna Ikrar, PhD * * Staf Akademik, University of California, Amerika Serikat, dan Wakil Ketua Ikatan Imuwan Indo- nesia Internasional Ekonomi Rupiah Bisa Tembus Rp10.000/Dolar AS HALAMAN 2 Politik KH Noer: PPP dan PAN Jajaki Bentuk Poros Tengah Jilid II HALAMAN 3 Sc re Updates Parma 1 - 1 Juventus Lazio 2 - 0 Atalanta Catania 1 - 0 AS Roma UIN Malang Resmikan Gedung Jenderal Besar HM Soeharto U NIVERSITAS Islam Negeri (UIN) Maula- na Malik Ibrahim, Malang memberi- kan penghargaan kepada selu- ruh Presiden Republik Indone- sia. Menurut Rektor Prof Dr H Imam Suprayogo, hal itu men- jadi salah satu pelajaran bagi generasi muda dan mahasiswa UIN Malang agar memiliki cita- cita besar sebagaimana dilaku- kan Presiden RI di masanya. Presiden Soeharto sema- sa hidupnya sangat dekat de- ngan seluruh rakyat Indone- sia. Kedekatan dan perhatian kepada seluruh rakyat Indone- sia itulah yang menjadi salah satu pertimbangan menjadi- PERESMIAN - Suasana peresmian Gedung Jenderal Besar HM Soeharto di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim, Malang, akhir pekan lalu. npelita/djo

Upload: taruna-ikrar

Post on 14-Apr-2017

195 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pencegahan penyakit jiwa menahun (harian pelita 14 januari 2013 hal 1)

SENIN | 14 Januari 2013/2 Rabiul Awal 1434 H

HOTLINE HARIAN PELITA: Langganan dan Iklan Telp. (+6221) 8370 6765, 8370 6766 Fax: (+6221) 83706781 Redaksi: Telp. (+6221) 8370 6765, 8370 6766 Fax: (+6221) 83706771

www.pelitaonline.com - pertama dan penting No. 12.485 Tahun XXXVIII Harga Eceran Rp3.000,- (Luar Kota Tambah Ongkos Kirim)

ASSALAMUALAIKUM

Antara Disiplin dan Gotong-royong

B ANYAKNYA permasalahan yang kita hadapi, antara lain disebabkan karena rendahnya disiplin. Banjir yang melanda segala penjuru Tanah Air, selain dise­babkan faktor alam; juga disebabkan karena disiplin kita yang rendah terhadap lingkungan. Dari mene­bangi hutan sampai sekedar membuang sampah seenaknya. Dampaknya, banyak terjadi longsor, ja­

lan terputus, serta harta benda yang hilang. Siapa yang merugi? Seluruh rakyat.

Demikian juga kecelakaan lalu–lintas, yang pada akhir–akhir ini ba­nyak merenggut nyawa manusia. Korbannya, sering tidak mengetahui apa–apa. Disiplin lalu–lintas, antara lain bisa ditegakkan, kalau pera­turan lalu–lintas ditegakkan. Ada kesan, Kepolisian kita, sudah tidak mampu lagi menegakkan disiplin lalu–lintas; disebabkan banyaknya permasalahan yang dihadapi. Melanggar rambu–rambu lalu­lintas, berhenti dimana saja, mengemudi seenaknya, dan lain sebagainya. Ak­hirnya, kemacetan dan kecelakaan tidak terhindarkan.

Dengan sekelumit contoh yang kita kemukakan di atas, mengesan­kan bahwa permasalahan yang kita hadapi adalah terkait “manusia” In­donesia, terkait perilaku kita semua, terkait budaya kita. Dimana (kira–kira) sumber masalahnya? Mengesankan, kepedulian kita terhadap sesama telah meluntur. Budaya “gotong­ royong“, sekarang telah hilang dari keseharian kita. Sebaliknya, budaya “semau gue”, telah menjadi perilaku di mana saja. Ada kalangan, yang sudah mengatakan, bahwa kita sedang dilanda krisis peradaban. Sebab, semua itu tidak mencer­minkan peradaban yang luhur. Disiplin lemah, tenggang rasa menurun, ketaatan pada peraturan/etika juga memprihatinkan.

Kondisi seperti itu, tidak akan dapat diselesaikan, kalau kita tidak beru­saha kembali pada budaya kita “gotong– royong”. Sebab, semuanya sudah menjadi masalah kita bersama. Tanpa keikutsertaan seluruh masyarakat, rasanya kita akan semakin jauh dari budaya “gotong–royong”. Beban bangsa ini, memang sudah terlalu berat. Jalan keluarnya, tidak bisa instan, jangka pendek dan mendasar. Karena itu, kita tidak perlu menyalahkan siapa saja. Sebab, kita semua (sesungguhnya) ikut bersalah.

Kini, sudah saatnya, kita kembali menegakkan budaya gotong–ro­yong. Dunia pendidikan kita, baik formal maupun nonformal sebenar­nya memiliki peran yang besar. Kalau masyarakat kita semua “disiplin” pada kaidah–kaidah umum, mentaati peraturan yang telah kita sepa­kati bersama, menjunjung etika yang berlaku, permasalahan yang kita hadapi sebagaimana kita kemukakan di atas, akan bisa kita urai sedikit demi sedikit. Dari mana kita memulai gerakan itu?

Mungkin sudah saatnya, kita secara bersama–sama mengkam­panyekan perlunya menegakkan “disiplin nasional”. Atau, melakukan kampanye “gotong­ royong”, agar ada kepedulian di antara kita sendiri, dan tidak “semau gue”, sehingga disiplin juga ditegakkan. Dalam hal ini peran negara, peran para tokoh formal dan nonformal, diharapkan ke­hadirannya. Sebab, masalah ini sudah menjadi masalah kita bersama, masalah nasional, dan masalah yang dihadapi negara ini. n

PELITA HATI

JADWAL SHALATSenin, 14 Januari 2013

Dzuhur 12.04Ashar 15.29Maghrib 18.17Isya 19.30

Selasa, 15 Januari 2013

Subuh 04.29

Jadwal berlaku untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya

HIKMAHPetunjuk Allah

Dan barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak seorangpun yang dapat menye-satkannya. Bukankah Allah Maha Perkasa lagi memunyai (kekua-saan untuk) mengazab?

(QS Az Zumar: 37)

14 Januari1639 - Fundamental Orders, konstitusi pertama yang mengatur pemerintahan, ditulis di Connecticut.

HARI LAHIR: Călin Popescu­Tăriceanu, PM Romania (1952); Djuanda Kartawidjaja, Tasikmlya (1911­1963);

Bandara Kuala Namu Bisa Kalahkan Bandara SoettaM E N T E R I BUMN Dahlan Iskan, Sab­tu (12/1) pagi

sekitar pukul 06.00 WIB, me­mantau penyelesaian fasilitas Bandara Internasional Kuala Namu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

Didampingi Dirjen Perhubu­ngan Udara Hery Bhakti S Gu­may dan Dirut PT Angkasa Pura II Tri Sunok, Dahlan menggu­nakan angkutan kereta api dari

Stasiun Kereta Besar Medan pukul 05.30 WIB menuju Kua­la Namu.

Perjalanan kereta dari Stasi­un Besar Medan menuju Kuala Namu ditempuh sekitar 40 me­nit, yang melewati beberapa sta­siun seperti Bandhar Khalifah, Batang Kuis, dan Aras Kabu.

Kepala Bagian Humas dan Proto koler Kementerian BUMN ketika dihubungi menyebutkan, peninjauan untuk memastikan penyelesaian pembangunan ban­

dara baru tersebut yang dijad­walkan diresmikan Maret 2013.

Tiba di lokasi, Dahlan lang­sung meninjau berbagai fasilitas terminal udara. Mulai dari mena­ra Air Traffic Control (ATC), fasi­litas pengisian bahan bakar av­tur, peralatan navigasi, gerbang kedatangan dan keberangkatan, interior terminal, hingga toilet.

Di sela­sela melakukan penge cekan, Dahlan mengata­

KANDANGKAN PERAHU - Para nelayan menurunkan peralatan penangkap ikan di perahunya yang diparkir di Pelabuhan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Bulu Meduro, di Desa Bulu Meduro, Kecamatan Bulu, Tuban, Jawa Timur, Minggu (13/1). Para nelayan pantura di daerah setempat, terpaksa “mengkandangkan” perahunya, tidak melaut, menunggu redanya ombak dan angin kencang. nant/aguk sudarmojo

Pembinaan Guru Agama Tak Lagi di Kemenag

Penghapusan RSBI Diputuskan Bertahap

Jakarta, PelitaMenteri Pendidikan dan

Kebudayaan Mohammad Nuh mengatakan, pelaksanaan keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menghapuskan sistem Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) masih membutuhkan waktu, tidak bisa serta-merta diterapkan.

Penghapusan RSBI yang saat ini dilakukan pun baru sebatas penghapusan nama.

Untuk siswa yang sudah telanjur ikut program RSBI, maka sistem pembelajaran RSBI tetap akan dilakukan hingga se­mester ini berakhir pada April 2013.

“RSBI itu sudah almarhum namanya, proses belajar­me­ngajarnya masih tetap harus berjalan hingga semester bera­khir,” ucap Nuh, Minggu (13/1), dalam jumpa pers di Hotel Bi­dakara, Jakarta. Hadir dalam jumpa pers itu Ketua MK Mah­fud MD dan Wakil Jaksa Agung Darmono.

Dalam jumpa pers itu, Nuh menyatakan tetap menghorma­ti keputusan MK. Nuh pun me­ngaku sudah mendapat kesepa­katan dengan MK tentang tin­dak lanjut dari keputusan ini. “Beliau (Ketua MK) sepakat pro­ses belajar­mengajar tidak serta­merta distop begitu saja. Arti­nya, jalan terus seperti biasa, tetapi mulai penerimaan siswa baru sudah harus mengguna­

Cita-cita Negara Pancasila (2)

FORMULA Pancasila, sebagaimana kita catat, adalah tidak sekali jadi. Ketika Bung Karno menjawab pertanyaan, apa dasar atau falsafah negara yang akan kita dirikan pada tanggal 1 Juni 1945 di depan sidang persiapan Kemerdekaan, formulanya ber­beda dengan apa yang termaktub di dalam Piagam Jakarta 22 Juni. Bahkan, kemudian juga berbeda dengan formula yang ter­maktub di dalam UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945. Bung Karno sendiri selalu mengatakan, bahwa Pan­

casila digali dari budaya bangsa sendiri. Bung Karno menempatkan diri sebagai “penyambung” lidah rakyat Indonesia. Artinya, mendengar dan menyatu dengan seluruh aspirasi rakyat Indonesia.

Dengan perjalanan formulasi Pancasila seperti itu, di dalamnya ter­sirat gambaran yang sesungguhnya dari masyarakat Indonesia. Bahwa ada warna yang berbeda di antara kita, sebagaimana termaktub di dalam Piagam Jakarta. Namun, warna itu berhasil terakomodir di dalam formula Pancasila di dalam Pembukaan UUD 1945. Apapun alasannya, itulah kesepakatan kita, bahwa formula Pancasila dalam UUD 1945 telah mempersatukan bangsa ini. Pancasila, merupakan perekat ke­bhinneka­an kita.

Namun, didalam perjalanan bangsa ini, tarik­menarik di antara war­na itu masih sering dimunculkan. Didalam pemilihan umum pertama 1954, selain Pancasila juga ada cita–cita negara Islam. Demikian juga pasca­Pemilu 1954. Karena itu adalah sangat bijak, ketika Bung Karno menyatakan Dekrit Presiden 5 Juli untuk kembali pada UUD 1945, Pia­gam Jakarta dikatakan sebagai “menjiwai”. Formula seperti inilah yang kemudian juga disepakati oleh partai– partai Islam yang ada di waktu itu. Formula Pancasila, tanpa 7 (tujuh) kata yang termaktub di dalam Piagam Jakarta. Bahwa setelah Dekrit Presiden 5 Juli masih ada kelom­pok–kelompok yang hendak melaksanakan ideologinya, adalah juga fakta sejarah yang harus kita catat. Antara lain, yang membelokkan Pan­casila hanya sebagai alat pemersatu. Atau Marxisme yang diterapkan di Indonesia. Kenyataan inilah yang kemudian berujung pada G­30­S/PKI. Karena itu, orde baru yang kemudian tampil, berusaha melakukan koreksi, dengan mengobarkan semangat kembali pada Pancasila secara murni dan konsekuen. Wadahnya, antara lain adalah “Front Pancasila”.

Demikianlah, kegagalan G­30­S/PKI disebabkan karena perebutan kekuasaan negara yang yang tidak sesuai dengan Pancasila. Penculikan dan kemudian pembunuhan pimpinan teras Pimpinan TNI/Angkatan Darat adalah cermin perilaku yang tidak Pancasilais, tidak sesuai dengan Sila kedua, Kemanusian yang Adil dan Beradab. Karena itu, hari kega­galan G­30­S/PKI, yaitu tanggal 1 Oktober juga diperingati sebagai Hari “Kesaktian Pancasila”.

Semua itu perlu kita catat, agar perjalanan bangsa ini selalu ingat dengan cita–cita buat apa kita berbangsa dan bernegara. Konsistensi kita didalam mengamalkan Pancasila, jangan seperti pendulum yang bisa bergerak ke kanan dan ke kiri, yang sesungguhnya menandai pe­nyimpangan terhadap Pancasila Itu sendiri. (Sulastomo)

Pencegahan Penyakit Jiwa Menahun

GANGGUAN jiwa berat merupakan penyakit yang telah ditemukan sejak ribuan tahun

yang lalu. Penyakit ini memiliki gejala yang khas pada penderi­ta, berupa: a). Tidak bisa mem­bedakan antara kondisi yang nyata dan yang tidak nyata (halusinasi), b). Biasanya juga berhubu ngan dengan masalah kecemasan (anxiety), depresi (depression), bahkan menjadi pencetus keinginan bunuh diri

(suicidal), c). Sangat sensitif pe­rasaannya dan tidak stabil (irri-table or tense feeling), d).Tidak bisa fokus dan berkonsentrasi, e). Susah bahkan tidak bisa ter­tidur, f). Pada tahap selanjutnya mengalami gangguan berpikir, perasaan, bahkan gangguan/kelainan tingkah laku (beha vior disorder), seperti mende ngar dan melihat sesuatu yang tidak nya­ta, terisolasi dari dunia nyata, ke­hilangan perasaan atau empa­

SURAT DARIAMERIKA SERIKATDr Taruna Ikrar, PhD *

* Staf Akademik, University of Cali fornia, Amerika Serikat, dan Wakil Ketua Ikatan Imuwan Indo-nesia Internasional

EkonomiRupiah Bisa Tembus Rp10.000/Dolar AS

HALAMAN 2

PolitikKH Noer: PPP dan PAN Jajaki Bentuk Poros Tengah Jilid II

HALAMAN 3

Sc re UpdatesParma 1 - 1 Juventus Lazio 2 - 0 Atalanta Catania 1 - 0 AS Roma

UIN Malang Resmikan Gedung Jenderal Besar HM Soeharto

UNIVERSITAS Islam Negeri (UIN) Maula­na Malik Ibrahim, Malang memberi­

kan penghargaan kepada selu­ruh Presiden Republik Indone­sia. Menurut Rektor Prof Dr H Imam Suprayogo, hal itu men­jadi salah satu pelajaran bagi generasi muda dan mahasiswa UIN Malang agar memiliki cita­cita besar se bagaimana dilaku­kan Presiden RI di masanya.

Presiden Soeharto sema­sa hidupnya sangat dekat de­ngan seluruh rakyat Indone­sia. Kedekatan dan perhatian kepada seluruh rakyat Indone­sia itulah yang menjadi salah satu pertimbangan menjadi­

PERESMIAN - Suasana peresmian Gedung Jenderal Besar HM Soeharto di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim, Malang, akhir pekan lalu. npelita/djo