penanganan sampah secara medis
TRANSCRIPT
8/12/2019 Penanganan Sampah Secara Medis
http://slidepdf.com/reader/full/penanganan-sampah-secara-medis 1/12
Penanganan Sampah Secara Medis
PENGERTIAN SAMPAH MEDIS Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau di buang
dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak
mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif
karena dalam penanganannya baik untuk membuang atau membersihkannya
memerlukan biaya yang cukup besar. Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk
maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau
bercacat dalam pembikinan manufktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau
buangan (Kementerian Lingkungan Hidup, 2005). Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang disebut sebagai
sampah medis adalah berbagai jenis buangan yang dihasilkan rumah sakit dan
unit-unit pelayanan kesehatan yang dapat membahayakan dan menimbulkan
gangguan kesehataan bagi manusia, yakni pasien maupun masyarakat. Sampah yang secara potensial menularkan penyakit memerlukan penanganan
dapat pembuangan, dan beberapa teknologi non-insinerator mampu mendisinfeksi
sampah medis ini. Teknologi-teknologi ini biasanya lebih murah, secara teknis
tidak rumit dan rendah pencemarannya bila dibandingkan dengan insinerator.
Banyak jenis sampah yang secara kimia berbahaya, termasuk obat-obatan,
yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas kesehatan. Sampah-sampah tersebut tidak
sesuai diinsinerasi. Beberapa, seperti merkuri, harus dihilangkan dengan caramerubah pembelian bahan-bahan; bahan lainnya dapat didaur-ulang; selebihnya
harus dikumpulkan dengan hati-hati dan dikembalikan ke pabriknya. Studi kasus
menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip ini dapat diterapkan secara luas di
berbagai tempat, seperti di sebuah klinik bersalin kecil di India dan rumah sakit
umum besar di Amerika. Sampah hasil proses industri biasanya tidak terlalu
banyak variasinya seperti sampah domestik atau medis, tetapi kebanyakan
merupakan sampah yang berbahaya secara kimia. JENIS SAMPAH MEDIS
Secara umum, jenis sampah dapat dibagi 2, yaitu sampah organik (biasadisebut sebagai sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering). Sampah
basah adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti daun-daunan,
sampah dapur, dll. Sampah jenis ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara
alami. Sebaliknya dengan sampah kering, seperti kertas, plastik, kaleng, dan lain-
lain. Sampah jenis ini tidak dapat terdegradasi secara alami. Pada umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia
merupakan sampah basah, yaitu mencakup 60-70% dari total volume sampah.
Selain itu, terdapat jenis sampah atau limbah dari alat-alat pemeliharaan
kesehatan.
8/12/2019 Penanganan Sampah Secara Medis
http://slidepdf.com/reader/full/penanganan-sampah-secara-medis 2/12
8/12/2019 Penanganan Sampah Secara Medis
http://slidepdf.com/reader/full/penanganan-sampah-secara-medis 3/12
d. Sampah Farmasi Sampah farmasi berasal dari : obat-obatan kadaluwarsa, obat-obatan yang
terbuang karena batch tidak memenuhi spesifikasi atau telah terkontaminasi, obat-obatan yang terbuang atau dikembalikan oleh pasien, obat-obatan yang sudah
tidak dipakai lagi karena tidak diperlukan dan limbah hasil produksi obat-obatan. e. Sampah Kimia
Sampah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis,
vetenary, laboratorium, proses sterilisasi dan riset. Limbah kimia juga meliputi
limbah farmasi dan limbah citotoksik. f. Limbah Radio Aktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionucleida. Asal limbah ini antara lain
dari tindakan kedokteran nuklir, radioimmunoassay dan bakteriologis yang daapt
berupa padat, cair dan gas. g. Sampah Plastik
Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit dan
sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang dissposable yang terbuat
dari plastik dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan medis. PENGARUH SAMPAH TERHADAP KESEHATAN
a. Efek langsung : efek yang disebabkan karena kontak langsung dengan sampah,
misalnya : sampah beracun ; sampah yang korosif terhadap tubuh yang
karsinogenik, teragonik, sampah yang mengandung kuman pathogen (berasal dari
sampah rumah tangga dan industri). b. Efek tidak langsung : dapat dirasakan masyarakat akibat proses : pembusukan,
pembakaran, pembuangan sampah secara sembarangan, penyakit bawaan vector
yang berkembang biak didalam sampah ( lalat dan tikus). PRINSIP PENANGANAN SAMPAH
Prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam penangan sampah misalnya
dengan menerapkan prinsip 3-R, 4-R atau 5-R. Penanganan sampah 3-R adalah
konsep penanganan sampah dengan cara reduce (mengurangi), reuse
(menggunakan kembali), recycle (mendaur-ulang sampah), sedangkan 4-R
ditambah replace (mengganti) mulai dari sumbernya. Prinsip 5-R selain 4 prinsip
tersebut di atas ditambah lagi dengan replant (menanam kembali). Penanganan
sampah 4-R sangat penting untuk dilaksanakan dalam rangka pengelolaan sampah
padat perkotaan yang efisien dan efektif, sehingga diharapkan dapat mengrangi
biaya pengelolaan sampah.
8/12/2019 Penanganan Sampah Secara Medis
http://slidepdf.com/reader/full/penanganan-sampah-secara-medis 4/12
a. Reduce (Mengurangi) Sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita
pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyaksampah yang dihasilkan.
b. Reuse (Memakai kembali) Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali.
Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini
dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah. c. Recycle (Mendaur ulang)
Sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa didaur
ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyakindustri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah
menjadi barang lain. d. Replace ( Mengganti)
Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa
dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya
memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, Misalnya, ganti kantong
keresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam
karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami. KONSEP PENGELOLAAN SAMPAH
Terdapat beberapa konsep tentang pengelolaan sampah yang berbeda
dalam penggunaannya, antara negara-negara atau daerah. Beberapa yang paling
umum, banyak-konsep yang digunakan adalah: a. Hirarki Sampah
Hirarki sampah merujuk kepada " 3 M " yakni; mengurangi
sampah, menggunakan kembali sampah dan mendaur ulang, yang
mengklasifikasikan strategi pengelolaan sampah sesuai dengan keinginan dari
segi minimalisasi sampah. Hirarki limbah yang tetap menjadi dasar dari sebagian
besar strategi minimalisasi sampah. Tujuan limbah hirarki adalah untuk mengambil keuntungan maksimum
dari produk-produk praktis dan untuk menghasilkan jumlah minimum limbah. b. Perpanjangan tanggung jawab penghasil sampah / Extended Producer
Responsibility (EPR) (EPR) adalah suatu strategi yang dirancang untuk mempromosikan integrasi
semua biaya yang berkaitan dengan produk-produk mereka di seluruh siklus hidup
(termasuk akhir-of-pembuangan biaya hidup) ke dalam pasar harga produk. Tanggung jawab produser diperpanjang dimaksudkan untuk menentukan
akuntabilitas atas seluruh Lifecycle produk dan kemasan diperkenalkan ke pasar.
8/12/2019 Penanganan Sampah Secara Medis
http://slidepdf.com/reader/full/penanganan-sampah-secara-medis 5/12
Ini berarti perusahaan yang manufaktur, impor dan / atau menjual produk diminta
untuk bertanggung jawab atas produk mereka berguna setelah kehidupan serta
selama manufaktur. c. Prinsip pengotor membayar
Prinsip pengotor membayar adalah prinsip di mana pihak pencemar membayar
dampak akibatnya ke lingkungan. Sehubungan dengan pengelolaan limbah, ini
umumnya merujuk kepada penghasil sampah untuk membayar sesuai dari
pembuangan. PENGELOLAAN DAN PENANGGULANGAN SAMPAH MEDIS
Pengelolaan sampah terdiri dari pengumpulan, pengangkutan, pemprosesan, pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat
ini biasanya mengacu pada material sampah yang dihasilkan dari kegiatan
manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan,
lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk
memulihkan sumber daya alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat,
cair, gas, atau radioaktif dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing-
masing jenis zat. Praktik pengelolaan sampah berbeda beda antara negara maju dan negara
berkembang, berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan,
berbeda juga antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaansampah yang tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi di area metropolitan
biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah
dari area komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah
sampah. Metode pengelolaan sampah berbeda beda tergantung banyak hal,
diantaranya tipe zat sampah, tanah yang digunakan untuk mengolah dan
ketersediaan area. Pengelolaan sampah medis akan memiliki penerapan
pelaksanaan yang berbeda-beda antar fasilitas-fasilitas kesehatan, yang umumnya
terdiri dari penimbulan, penampungan, pengangkutan, pengolahan dan
pembuangan. Penimbunan ( Pemisahan Dan Pengurangan )
Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan proses yang
kontinyu yang pelaksanaannya harus mempertimbangkan : kelancaran
penanganan dan penampungan sampah, pengurangan volume dengan perlakuan
pemisahan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun seperti baterai bekas, bekas toner, dan
sebagainya), dan non B3 serta menghindari penggunaan bahan kimia B3, pengemasan dan
pemberian label yang jelas dari berbagai jenis sampah untuk efisiensi biaya,
petugas dan pembuangan. Penampungan
8/12/2019 Penanganan Sampah Secara Medis
http://slidepdf.com/reader/full/penanganan-sampah-secara-medis 6/12
Penampungan sampah ini merupakan wadah yang memiliki sifat kuat,
tidak mudah bocor atau berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai
tutup dan tidak overload. Penampungan dalam pengelolaan sampah medisdilakukan perlakuan standarisasi kantong dan kontainer seperti dengan
menggunakan kantong yang bermacam warna seperti telah ditetapkan dalam
Permenkes RI no. 986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong berwarna kuning
dengan lambang biohazard untuk sampah infeksius, kantong berwarna ungu
dengan simbol citotoksik untuk limbah citotoksik, kantong berwarna merah
dengan simbol radioaktif untuk limbah radioaktif dan kantong berwarna hitam
dengan tulisan “domestik”. Pengangkutan
Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan
eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan
internal biasanya digunakan kereta dorong sebagai yang sudah diberi label, dan
dibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi
dan pakaian kerja khusus. Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat
pembuangan di luar (off-site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur
pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut
termasuk memenuhi peraturan angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam
kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor. Beberapa diantara sampah medis sangat mahal biaya penanganannyakarena berupa bahan kimia berbahaya, seperti obat-obatan yang dihasilkan oleh
fasilitas-fasilitas kesehatan. Namun demikian tidak semua sampah medis
berpotensi menular dan berbahaya. Sejumlah sampah yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas medis hampir
serupa dengan sampah domestik atau sampah kota pada umumnya. Sementara
sampah hasil proses industri biasanya tidak terlalu banyak variasinya seperti
sampah domestik atau medis, tetapi kebanyakan merupakan sampah yang
berbahaya secara kimia. Pengolahan dan Pembuangan
Metode yang digunakan untuk mengolah dan membuang sampah medis
tergantung pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang berkaitan
dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap
masyarakat. Teknik pengolahan sampah medis (medical waste) yang mungkin
diterapkan adalah :
a. Incinerasi
b. Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi uap jenuh C) bersuhu
121
c. Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene oxide atau
formaldehyde)
d. Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding (menggunakan cairan kimia
sebagai desinfektan)
8/12/2019 Penanganan Sampah Secara Medis
http://slidepdf.com/reader/full/penanganan-sampah-secara-medis 7/12
e. Inaktivasi suhu tinggi
f. Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi)
g. Microwave treatmenth. Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk atau ukuran sampah)
i. Pemampatan/ pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi volume yang
terbentuk Limbah cair yang dihasilkan dari sebuah rumah sakit umumnya banyak
mengandung bakteri, virus, senyawa kimia, dan obat-obatan yang dapat
membahayakan bagi kesehatan masyarakat sekitar rumah sakit tersebut. Dari
sekian banyak sumber limbah di rumah sakit, limbah dari laboratorium paling
perlu diwaspadai. Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses uji laboratorium tidak
bisa diurai hanya dengan aerasi atau activated sludge. Bahan-bahan itumengandung logam berat dan inveksikus, sehingga harus disterilisasi atau
dinormalkan sebelum ”dilempar” menjadi limbah tak berbahaya. Untuk foto
rontgen misalnya, ada cairan tertentu yang mengandung radioaktif yang cukup
berbahaya. Setelah bahan ini digunakan. limbahnya dibuang. Banyak pihak yang menyadari tentang bahaya ini. Namun, lemahnya
peraturan pemerintah tentang pengelolaan limbah rumah sakit mengakibatkan
hingga saat ini hanya sedikit rumah sakit yang memiliki IPAL khusus pengolahan
limbah cairnya. Berikut adalah beberapa cara untuk menanggulangi sampah medis maupun
sampah benda tajam antara lain :
1. Penanganan Sampah Medis Cair yang Terkontaminasi ( darah, feses, urin
dan cairan tubuh lainnya. a. Gunakan sarung tangan tebal ketika menangani dan membawa sampah tersebut.
b. Hati-hati pada waktu menuangkan sampah tersebut pada bak yang mengalir atau
dalam toilet bilas. Sampah cair dapat pula dibuang kedalam kakus. Hindari
percikannya. c. Cuci toilet dan bak secara hati-hati dan siram dengan air untuk membersihkan
sisa-sisa sampah. Hindari percikannya. d. Dekontaminasi wadah specimen dengan larutan klorn 0,5 % atau disenfeksi local
lainnya yang adekuat, dengan merendam selama 10 menit sebelum dicuci. e. Cuci tangan sesudah menangani sampah cair dan lakukan dekontaminasi,
kemudian cuci sarung tangan. 2. Penanganan Sampah Medis Padat (Misalnya pembalut yang sudah
digunakan dan benda-benda lainnya yang telah terkontaminasi dengan
darah atau materi organic lainnya. a. Gunakan sarung tangan tebal ketika menangani dan membawa sampah tersebut.
b. Buang sampah padat tersebut ke dalam wadah yang dapat dicuci dan tidak korosif
(plastic atau metal yang berlapis seng) dengan tutup yang rapat.
8/12/2019 Penanganan Sampah Secara Medis
http://slidepdf.com/reader/full/penanganan-sampah-secara-medis 8/12
c. Kumpulkan tempat sampah tersebut ditempat yang sama dan bawa sampah-
sampah yang dapat dibakar ke tempat pembakaran. Jika tempat pembakaran tidak
tersedia maka bisa dilakukan penguburan saja. d. Melakukan pembakaran atau penguburan harus segera dilakukan sebelum tersebar
ke lingkungan sekitar. Pembakaran adalah metode terbaik untuk membunuh
mikroorganisme. e. Cuci tangan setelah menangani sampah tersebut dan dekontaminasi serta cuci
sarung tangan yang tadi dipakai saat membersihkan sampah tersebut.
3. Penanganan Sampah Medis berupa Benda Tajam (Jarum, silet, mata pisau
dan lain-lain) a. Gunakan sarung tangan tebal.
b. Buang seluruh benda-benda yang tajam pada tempat sampah yang tahan pecah.
Tempat sampah yang tahan pecah dan tusukan dapat dengan mudah dibuat
menggunakan karton tebal, ember tertutup, atau botol plastic yang tebal. Botol
bekas cairan infus juga dapat digunakan untuk sampah-sampah yang tajam, tapi
dengan resiko pecah. c. Letakkan tempat sampah tersebut dekat dengan daerah yang memerlukan
sehingga sampah-sampah tajam tersebut tidak perlu dibawa terlalu jauh sebelum
dibuang. d. Cegah kecelakaan yang diakibatkan oleh jarum suntik, jangan menekuk atau
mematahkan jarum sebelum dibuang. Jarum tidak secara rutin ditutup, tetapi jikadibutuhkan, dapat diusahakan dengan metode satu tangan. Letakkan tutup pada permukaan yang datar dank eras, kemudian pindahkan ke
tangan. Kemudian dengan satu tangan, pegang alat suntik dan gunakan jarumnya untuk
menyendok tutup tersebut. Jika tutup sudah menutup jarum suntik, gunakan tangan yang lain untuk
merapatkan tutup tersebut. e. Jika wadah untuk sampah benda tajam telah ¾ penuh, tutp atau sumbat dengan
kuat. f. Buang wadah yang sudah ¾ penuh tersebut dengan cara menguburnya. Jarum dan
benda-benda tajam lainnya tidak dapat dapat dihancurkan dengan membakarnya
dan kemudian hari dapat menyebabkan luka dan mengakibatkan infeksi yang
serius. Pembakaran atau membakarnya dalam suatu wadah, dapat mengurangi
kemungkinan, sampah tersebut dikorek-korek dalam tempat sampah. g. Cuci tangan sesudah mengolah wadah sampah benda tajam tersebut kemudian
dekontaminasi dan cuci tangan. 4. Membuang Wadah Kimia yang Telah Digunakan
a. Cuci wadah dengan air wadah gelas dapat dicuci dengan diterjen, bilas dengan
benar-benar bersih dan kemudian bisa digunakan kembali.
8/12/2019 Penanganan Sampah Secara Medis
http://slidepdf.com/reader/full/penanganan-sampah-secara-medis 9/12
b. Untuk wadah-wadah plastic yang berisi zat-zat toksik, misalnya glutaraldehid,
bilas tiga kali dengan air kemudian buang dengan cara menguburnya. Jangan
pernah menggunakan wadah tersebut untuk dipakai kembali setelah dibersihkan. TEKNOLOGI DALAM PENANGANAN SAMPAH MEDIS
Teknologi pengolahan limbah medis yang sekarang sering dioperasikan
hanya berkisar antara masalah tangki septik dan insinerator. Keduanya sekarang
terbukti memiliki nilai negatif besar. Tangki septik banyak dipersoalkan lantaran
rembesan air dari tangki yang dikhawatirkan dapat mencemari tanah. Terkadang
ada beberapa rumah sakit yang membuang hasil akhir dari tangki septik tersebut
langsung ke sungai-sungai, sehingga dapat dipastikan sungai tersebut mulai
mengandung zat medis. Sedangkan insinerator, yang menerapkan teknik pembakaran pada sampah
medis, juga bukan berarti tanpa cacat. Badan Perlindungan Lingkungan AS
menemukan teknik insenerasi merupakan sumber utama zat dioksin yang sangat
beracun. Penelitian terakhir menunjukkan zat dioksin inilah yang menjadi pemicu
tumbuhnya kanker pada tubuh. Hal yang sangat menarik dari permasalahan ini adalah ditemukaannya
teknologi pengolahan limbah dengan metode ozonisasi. Salah satu metode
sterilisasi limbah cair rumah sakit yang direkomendasikan United States
Environmental Protection Agency (U.S.EPA) tahun 1999. Teknologi ini
sebenarnya dapat juga diterapkan untuk mengelola limbah pabrik tekstil, cat, kulit,
dan lain-lain.
a. Insenator Insenerasi adalah proses dengan suhu tinggi untuk mengurangi isi dan berat
sampah. Proses ini biasanya dipilih untuk menangani sampah yang tidak dapat
didaur ulang atau dibuang ke tempat pembuangan sampah atau tempat kebersihan
perataan tanah. Cara pemakaian insenerator tong yang sederhana untuk pembuangan sampah
adalah sebagai berikut : Langkah 1 : jika mungkin, pilihlah lokasi searah angin menjauhi klinik. Langkah 2 : buatlah insenerator sederhana dengan bahan-bahan local seperti tanah atau
lumpur atau drum bekas minyak (misalnya ukuran tong 220 liter)
Langkah 3 : pastikan bahwa insenerator mempunyai : Cukup inlet udara dibawahnya untuk pembakaran yang baik. Untuk memudahkan perluasan, kendurkan susunan batang besi api Bukaan cukup untuk memasukkan sampah baru dan membuang abu Cerobong asap cukup panjang untuk memudahkan saluran udara dan
pembuangan asap dengan baik. Langkah 4 : tempatkan drum pada dasar yang cukup keras untuk dasar konkrit.
Khusus untuk incinerator, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
apabila incinerator akan digunakan di rumah sakit antara lain : ukuran, desain,
8/12/2019 Penanganan Sampah Secara Medis
http://slidepdf.com/reader/full/penanganan-sampah-secara-medis 10/12
kapasitas yang disesuaikan dengan volume sampah medis yang akan dibakar dan
disesuaikan pula dengan pengaturan pengendalian pencemaran udara, penempatan
lokasi yang berkaitan dengan jalur pengangkutan sampah dalam kompleks rumahsakit dan jalur pembuangan abu, serta perangkap untuk melindungi incinerator
dari bahaya kebakaran. Keuntungan menggunakan incinerator adalah dapat mengurangi volume
sampah, dapat membakar beberapa jenis sampah termasuk sampah B3 (toksik
menjadi non toksik, infeksius menjadi non infeksius), lahan yang dibutuhkan
relatif tidak luas, pengoperasinnya tidak tergantung pada iklim, dan residu abu
dapat digunakan untuk mengisi tanah yang rendah. Sedangkan kerugiannya adalah tidak semua jenis sampah dapat dimusnahkan
terutama sampah dari logam dan botol, serta dapat menimbulkan pencemaranudara bila tidak dilengkapi dengan pollution control berupa cyclon (udara
berputar) atau bag filter (penghisap debu).
Hasil pembakaran berupa residu serta abu dikeluarkan dari incinerator dan
ditimbun dilahan yang rendah. Sedangkan gas/pertikular dikeluarkan melalui
cerobong setelah melalui sarana pengolah pencemar udara yang sesuai. b. Ozonisasi
Proses ozonisasi telah dikenal lebih dari seratus tahun yang lalu. Proses
ozonisasi atau proses dengan menggunakan ozon pertama kali diperkenalkan Nies
dari Prancis sebagai metode sterilisasi pada air minum pada tahun 1906.
Penggunaan proses ozonisasi kemudian berkembang sangat pesat.
Dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun terdapat kurang lebih 300 lokasi
pengolahan air minum menggunakan ozonisasi untuk proses sterilisasinya di
Amerika.
Dewasa ini, metode ozonisasi mulai banyak dipergunakan untuk sterilisasi bahan
makanan, pencucian peralatan kedokteran, hingga sterilisasi udara pada ruangan
kerja di perkantoran. Luasnya penggunaan ozon ini tidak terlepas dari sifat ozon
yang dikenal memiliki sifat radikal (mudah bereaksi dengan senyawa
disekitarnya) serta memiliki oksidasi potential 2.07 V. Selain itu, ozon telah dapat
dengan mudah dibuat dengan menggunakan plasma seperti corona discharge. Melalui proses oksidasinya pula ozon mampu membunuh berbagai macam
mikroorganisma seperti bakteri Escherichia coli, Salmonella enteriditis, Hepatitis
A Virus serta berbagai mikroorganisma patogen lainnya (Crites, 1998). Melalui
proses oksidasi langsung ozon akan merusak dinding bagian luar sel
mikroorganisma (cell lysis) sekaligus membunuhnya. Juga melalui proses
oksidasi oleh radikal bebas seperti hydrogen peroxy (HO2) dan hydroxyl radical
(OH) yang terbentuk ketika ozon terurai dalam air. Seiring dengan perkembangan
teknologi, dewasa ini ozon mulai banyak diaplikasikan dalam mengolah limbah
cair domestik dan industri. c. Ozonisasi Limbah Cair Rumah Sakit
8/12/2019 Penanganan Sampah Secara Medis
http://slidepdf.com/reader/full/penanganan-sampah-secara-medis 11/12
Limbah cair yang berasal dari berbagai kegiatan laboratorium, dapur,
laundry, toilet, dan lain sebagainya dikumpulkan pada sebuah kolam equalisasi
lalu dipompakan ke tangki reaktor untuk dicampurkan dengan gas ozon. Gas ozonyang masuk dalam tangki reaktor bereaksi mengoksidasi senyawa organik dan
membunuh bakteri patogen pada limbah cair. Limbah cair yang sudah teroksidasi kemudian dialirkan ke tangki
koagulasi untuk dicampurkan koagulan. Lantas proses sedimentasi pada tangki
berikutnya. Pada proses ini, polutan mikro, logam berat dan lain-lain sisa hasil
proses oksidasi dalam tangki reaktor dapat diendapkan. Selanjutnya dilakukan proses penyaringan pada tangki filtrasi. Pada tangki
ini terjadi proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-zat pollutan yang
terlewatkan pada proses koagulasi. Zat-zat polutan akan dihilangkan permukaan
karbon aktif. Apabila seluruh permukaan karbon aktif ini sudah jenuh, atau tidakmampu lagi menyerap maka proses penyerapan akan berhenti, dan pada saat ini karbon aktif harus diganti dengan karbon aktif baru atau didaur
ulang dengan cara dicuci. Air yang keluar dari filter karbon aktif untuk
selanjutnya dapat dibuang dengan aman ke sungai. Ozon akan larut dalam air untuk menghasilkan hidroksil radikal (-OH),
sebuah radikal bebas yang memiliki potential oksidasi yang sangat tinggi (2.8 V),
jauh melebihi ozon (1.7 V) dan chlorine (1.36 V). Hidroksil radikal adalah bahan
oksidator yang dapat mengoksidasi berbagai senyawa organik (fenol, pestisida,
atrazine, TNT, dan sebagainya). Sebagai contoh, fenol yang teroksidasi oleh hidroksil radikal akan berubahmenjadi hydroquinone, resorcinol, cathecol untuk kemudian teroksidasi kembali
menjadi asam oxalic dan asam formic, senyawa organik asam yang lebih kecil
yang mudah teroksidasi dengan kandungan oksigen yang di sekitarnya. Sebagai
hasil akhir dari proses oksidasi hanya akan didapatkan karbon dioksida dan air. Hidroksil radikal berkekuatan untuk mengoksidasi senyawa organik juga
dapat dipergunakan dalam proses sterilisasi berbagai jenis mikroorganisma,
menghilangkan bau, dan menghilangkan warna pada limbah cair. Dengan demikian akan dapat mengoksidasi senyawa organik serta membunuh
bakteri patogen, yang banyak terkandung dalam limbah cair rumah sakit. Pada saringan karbon aktif akan terjadi proses adsorpsi, yaitu proses
penyerapan zat-zat yang akan diserap oleh permukaan karbon aktif. Apabila
seluruh permukaan karbon aktif ini sudah jenuh, proses penyerapan akan berhenti.
Maka, karbon aktif harus diganti baru atau didaur ulang dengan cara dicuci. Dalam aplikasi sistem ozonisasi sering dikombinasikan dengan lampu
ultraviolet atau hidrogen peroksida. Dengan melakukan kombinasi ini akan
didapatkan dengan mudah hidroksil radikal dalam air yang sangat dibutuhkan
dalam proses oksidasi senyawa organik. Teknologi oksidasi ini tidak hanya dapat
menguraikan senyawa kimia beracun yang berada dalam air, tapi juga sekaligus
menghilangkannya sehingga limbah padat (sludge) dapat diminimalisasi hingga
mendekati 100%.
8/12/2019 Penanganan Sampah Secara Medis
http://slidepdf.com/reader/full/penanganan-sampah-secara-medis 12/12
Dengan pemanfaatan sistem ozonisasi ini dapat pihak rumah sakit tidak hanya
dapat mengolah limbahnya tapi juga akan dapat menggunakan kembali air limbah
yang telah terproses (daur ulang). Teknologi ini, selain efisiensi waktu juga cukupekonomis, karena tidak memerlukan tempat instalasi yang luas.