penanganan sampah secara medis

12
 Penanganan Sampah Secara Medis PENGERTIAN SAMPAH MEDIS Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau di buang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif karena dalam penanganannya baik untuk membuang atau membersihkannya memerlukan biaya yang cukup besar.  Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau  bercacat dalam pembikinan manufktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau  buangan (Kementerian Lingkung an Hidup, 2005).  Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang disebut sebagai sampah medis adalah berbagai jenis buangan yang dihasilkan rumah sakit dan unit-unit pelayanan kesehatan yang dapat membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehataan bagi manusia, yakni pasien maupun masyarakat.  Sampah yang secara potensial menularkan penyakit memerlukan penanganan dapat pembuangan, dan beberapa teknologi non-insinerator mampu mendisinfeksi sampah medis ini. Teknologi-teknologi ini biasanya lebih murah, secara teknis tidak rumit dan rendah pencemarannya bila dibandingkan dengan insinerator. Banyak jenis sampah yang secara kimia berbahaya, termasuk obat-obatan, yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas kesehatan. Sampah-sampah tersebut tidak sesuai diinsinerasi. Beberapa, seperti merkuri, harus dihilangkan dengan cara merubah pembelian bahan-bahan; bahan lainnya dapat didaur-ulang; selebihnya harus dikumpulkan dengan hati-hati dan dikembalikan ke pabriknya. Studi kasus menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip ini dapat diterapkan secara luas di  berbagai tempat, seperti di sebuah klinik bersalin kecil di India dan rumah sakit umum besar di Amerika. Sampah hasil proses industri biasanya tidak terlalu  banyak variasinya seperti sampah domestik atau medis, tetapi kebanyakan merupakan sampah yang berbahaya secara kimia. JENIS SAMPAH MEDIS Secara umum, jenis sampah dapat dibagi 2, yaitu sampah organik (biasa disebut sebagai sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering). Sampah  basah adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, dll. Sampah jenis ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami. Sebaliknya dengan sampah kering, seperti kertas, plastik, kaleng, dan lain- lain. Sampah jenis ini tidak dapat terdegradasi secara alami.  Pada umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia merupakan sampah basah, yaitu mencakup 60-70% dari total volume sampah. Selain itu, terdapat jenis sampah atau limbah dari alat-alat pemeliharaan kesehatan. 

Upload: elhamdani-fithriansyah-ismail

Post on 03-Jun-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penanganan Sampah Secara Medis

8/12/2019 Penanganan Sampah Secara Medis

http://slidepdf.com/reader/full/penanganan-sampah-secara-medis 1/12

 Penanganan Sampah Secara Medis

PENGERTIAN SAMPAH MEDIS Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau di buang

dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak

mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif

karena dalam penanganannya baik untuk membuang atau membersihkannya

memerlukan biaya yang cukup besar. Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk

maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau

 bercacat dalam pembikinan manufktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau

 buangan (Kementerian Lingkungan Hidup, 2005). Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang disebut sebagai

sampah medis adalah berbagai jenis buangan yang dihasilkan rumah sakit dan

unit-unit pelayanan kesehatan yang dapat membahayakan dan menimbulkan

gangguan kesehataan bagi manusia, yakni pasien maupun masyarakat. Sampah yang secara potensial menularkan penyakit memerlukan penanganan

dapat pembuangan, dan beberapa teknologi non-insinerator mampu mendisinfeksi

sampah medis ini. Teknologi-teknologi ini biasanya lebih murah, secara teknis

tidak rumit dan rendah pencemarannya bila dibandingkan dengan insinerator.

Banyak jenis sampah yang secara kimia berbahaya, termasuk obat-obatan,

yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas kesehatan. Sampah-sampah tersebut tidak

sesuai diinsinerasi. Beberapa, seperti merkuri, harus dihilangkan dengan caramerubah pembelian bahan-bahan; bahan lainnya dapat didaur-ulang; selebihnya

harus dikumpulkan dengan hati-hati dan dikembalikan ke pabriknya. Studi kasus

menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip ini dapat diterapkan secara luas di

 berbagai tempat, seperti di sebuah klinik bersalin kecil di India dan rumah sakit

umum besar di Amerika. Sampah hasil proses industri biasanya tidak terlalu

 banyak variasinya seperti sampah domestik atau medis, tetapi kebanyakan

merupakan sampah yang berbahaya secara kimia. JENIS SAMPAH MEDIS 

Secara umum, jenis sampah dapat dibagi 2, yaitu sampah organik (biasadisebut sebagai sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering). Sampah

 basah adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti daun-daunan,

sampah dapur, dll. Sampah jenis ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara

alami. Sebaliknya dengan sampah kering, seperti kertas, plastik, kaleng, dan lain-

lain. Sampah jenis ini tidak dapat terdegradasi secara alami.  Pada umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia

merupakan sampah basah, yaitu mencakup 60-70% dari total volume sampah.

Selain itu, terdapat jenis sampah atau limbah dari alat-alat pemeliharaan

kesehatan. 

Page 2: Penanganan Sampah Secara Medis

8/12/2019 Penanganan Sampah Secara Medis

http://slidepdf.com/reader/full/penanganan-sampah-secara-medis 2/12

Page 3: Penanganan Sampah Secara Medis

8/12/2019 Penanganan Sampah Secara Medis

http://slidepdf.com/reader/full/penanganan-sampah-secara-medis 3/12

d.  Sampah Farmasi Sampah farmasi berasal dari : obat-obatan kadaluwarsa, obat-obatan yang

terbuang karena batch tidak memenuhi spesifikasi atau telah terkontaminasi, obat-obatan yang terbuang atau dikembalikan oleh pasien, obat-obatan yang sudah

tidak dipakai lagi karena tidak diperlukan dan limbah hasil produksi obat-obatan. e.  Sampah Kimia 

Sampah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis,

vetenary, laboratorium, proses sterilisasi dan riset. Limbah kimia juga meliputi

limbah farmasi dan limbah citotoksik. f.  Limbah Radio Aktif  

Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionucleida. Asal limbah ini antara lain

dari tindakan kedokteran nuklir, radioimmunoassay dan bakteriologis yang daapt

 berupa padat, cair dan gas. g.  Sampah Plastik  

Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit dan

sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang dissposable yang terbuat

dari plastik dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan medis. PENGARUH SAMPAH TERHADAP KESEHATAN 

a.  Efek langsung : efek yang disebabkan karena kontak langsung dengan sampah,

misalnya : sampah beracun ; sampah yang korosif terhadap tubuh yang

karsinogenik, teragonik, sampah yang mengandung kuman pathogen (berasal dari

sampah rumah tangga dan industri).  b.  Efek tidak langsung : dapat dirasakan masyarakat akibat proses : pembusukan,

 pembakaran, pembuangan sampah secara sembarangan, penyakit bawaan vector

yang berkembang biak didalam sampah ( lalat dan tikus). PRINSIP PENANGANAN SAMPAH 

Prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam penangan sampah misalnya

dengan menerapkan prinsip 3-R, 4-R atau 5-R. Penanganan sampah 3-R adalah

konsep penanganan sampah dengan cara reduce (mengurangi), reuse

(menggunakan kembali), recycle (mendaur-ulang sampah), sedangkan 4-R

ditambah replace (mengganti) mulai dari sumbernya. Prinsip 5-R selain 4 prinsip

tersebut di atas ditambah lagi dengan replant (menanam kembali). Penanganan

sampah 4-R sangat penting untuk dilaksanakan dalam rangka pengelolaan sampah

 padat perkotaan yang efisien dan efektif, sehingga diharapkan dapat mengrangi

 biaya pengelolaan sampah. 

Page 4: Penanganan Sampah Secara Medis

8/12/2019 Penanganan Sampah Secara Medis

http://slidepdf.com/reader/full/penanganan-sampah-secara-medis 4/12

a.  Reduce (Mengurangi) Sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita

 pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyaksampah yang dihasilkan. 

 b.  Reuse (Memakai kembali) Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali.

Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini

dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah. c.  Recycle (Mendaur ulang) 

Sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa didaur

ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyakindustri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah

menjadi barang lain. d.  Replace ( Mengganti) 

Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa

dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya

memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, Misalnya, ganti kantong

keresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam

karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.  KONSEP PENGELOLAAN SAMPAH 

Terdapat beberapa konsep tentang pengelolaan sampah yang berbeda

dalam penggunaannya, antara negara-negara atau daerah. Beberapa yang paling

umum, banyak-konsep yang digunakan adalah: a.  Hirarki Sampah 

Hirarki sampah merujuk kepada " 3 M " yakni; mengurangi

sampah, menggunakan kembali sampah dan mendaur ulang,  yang

mengklasifikasikan strategi pengelolaan sampah sesuai dengan keinginan dari

segi minimalisasi sampah. Hirarki limbah yang tetap menjadi dasar dari sebagian

 besar strategi minimalisasi sampah. Tujuan limbah hirarki adalah untuk mengambil keuntungan maksimum

dari produk-produk praktis dan untuk menghasilkan jumlah minimum limbah.  b.  Perpanjangan tanggung jawab penghasil sampah / Extended Producer

Responsibility (EPR) (EPR) adalah suatu strategi yang dirancang untuk mempromosikan integrasi

semua biaya yang berkaitan dengan produk-produk mereka di seluruh siklus hidup

(termasuk akhir-of-pembuangan biaya hidup) ke dalam pasar harga produk. Tanggung jawab produser diperpanjang dimaksudkan untuk menentukan

akuntabilitas atas seluruh Lifecycle produk dan kemasan diperkenalkan ke pasar.

Page 5: Penanganan Sampah Secara Medis

8/12/2019 Penanganan Sampah Secara Medis

http://slidepdf.com/reader/full/penanganan-sampah-secara-medis 5/12

Ini berarti perusahaan yang manufaktur, impor dan / atau menjual produk diminta

untuk bertanggung jawab atas produk mereka berguna setelah kehidupan serta

selama manufaktur. c.  Prinsip pengotor membayar

Prinsip pengotor membayar adalah prinsip di mana pihak pencemar membayar

dampak akibatnya ke lingkungan. Sehubungan dengan pengelolaan limbah, ini

umumnya merujuk kepada penghasil sampah untuk membayar sesuai dari

 pembuangan. PENGELOLAAN DAN PENANGGULANGAN SAMPAH MEDIS 

Pengelolaan sampah terdiri dari pengumpulan, pengangkutan, pemprosesan, pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat

ini biasanya mengacu pada material sampah yang dihasilkan dari kegiatan

manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan,

lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk

memulihkan sumber daya alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat,

cair, gas, atau radioaktif dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing-

masing jenis zat. Praktik pengelolaan sampah berbeda beda antara negara maju dan negara

 berkembang, berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan,

 berbeda juga antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaansampah yang tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi di area metropolitan

 biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah

dari area komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah

sampah. Metode pengelolaan sampah berbeda beda tergantung banyak hal,

diantaranya tipe zat sampah, tanah yang digunakan untuk mengolah dan

ketersediaan area. Pengelolaan sampah medis akan memiliki penerapan

 pelaksanaan yang berbeda-beda antar fasilitas-fasilitas kesehatan, yang umumnya

terdiri dari penimbulan, penampungan, pengangkutan, pengolahan dan

 pembuangan. Penimbunan ( Pemisahan Dan Pengurangan ) 

Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan proses yang

kontinyu yang pelaksanaannya harus mempertimbangkan : kelancaran

 penanganan dan penampungan sampah, pengurangan volume dengan perlakuan

 pemisahan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun seperti baterai bekas, bekas toner, dan

sebagainya), dan non B3 serta menghindari penggunaan bahan kimia B3, pengemasan dan

 pemberian label yang jelas dari berbagai jenis sampah untuk efisiensi biaya,

 petugas dan pembuangan. Penampungan 

Page 6: Penanganan Sampah Secara Medis

8/12/2019 Penanganan Sampah Secara Medis

http://slidepdf.com/reader/full/penanganan-sampah-secara-medis 6/12

Penampungan sampah ini merupakan wadah yang memiliki sifat kuat,

tidak mudah bocor atau berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai

tutup dan tidak overload. Penampungan dalam pengelolaan sampah medisdilakukan perlakuan standarisasi kantong dan kontainer seperti dengan

menggunakan kantong yang bermacam warna seperti telah ditetapkan dalam

Permenkes RI no. 986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong berwarna kuning

dengan lambang biohazard untuk sampah infeksius, kantong berwarna ungu

dengan simbol citotoksik untuk limbah citotoksik, kantong berwarna merah

dengan simbol radioaktif untuk limbah radioaktif dan kantong berwarna hitam

dengan tulisan “domestik”. Pengangkutan 

Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan

eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan

internal biasanya digunakan kereta dorong sebagai yang sudah diberi label, dan

dibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi

dan pakaian kerja khusus. Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat

 pembuangan di luar (off-site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur

 pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut

termasuk memenuhi peraturan angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam

kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor. Beberapa diantara sampah medis sangat mahal biaya penanganannyakarena berupa bahan kimia berbahaya, seperti obat-obatan yang dihasilkan oleh

fasilitas-fasilitas kesehatan. Namun demikian tidak semua sampah medis

 berpotensi menular dan berbahaya. Sejumlah sampah yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas medis hampir

serupa dengan sampah domestik atau sampah kota pada umumnya. Sementara

sampah hasil proses industri biasanya tidak terlalu banyak variasinya seperti

sampah domestik atau medis, tetapi kebanyakan merupakan sampah yang

 berbahaya secara kimia. Pengolahan dan Pembuangan 

Metode yang digunakan untuk mengolah dan membuang sampah medis

tergantung pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang berkaitan

dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap

masyarakat. Teknik pengolahan sampah medis (medical waste) yang mungkin

diterapkan adalah :

a. Incinerasi

 b. Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi uap jenuh C) bersuhu

121 

c. Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene oxide atau

formaldehyde)

d. Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding (menggunakan cairan kimia

sebagai desinfektan)

Page 7: Penanganan Sampah Secara Medis

8/12/2019 Penanganan Sampah Secara Medis

http://slidepdf.com/reader/full/penanganan-sampah-secara-medis 7/12

e. Inaktivasi suhu tinggi

f. Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi)

g. Microwave treatmenth. Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk atau ukuran sampah)

i. Pemampatan/ pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi volume yang

terbentuk  Limbah cair yang dihasilkan dari sebuah rumah sakit umumnya banyak

mengandung bakteri, virus, senyawa kimia, dan obat-obatan yang dapat

membahayakan bagi kesehatan masyarakat sekitar rumah sakit tersebut. Dari

sekian banyak sumber limbah di rumah sakit, limbah dari laboratorium paling

 perlu diwaspadai. Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses uji laboratorium tidak

 bisa diurai hanya dengan aerasi atau activated sludge. Bahan-bahan itumengandung logam berat dan inveksikus, sehingga harus disterilisasi atau

dinormalkan sebelum ”dilempar” menjadi limbah tak berbahaya. Untuk foto

rontgen misalnya, ada cairan tertentu yang mengandung radioaktif yang cukup

 berbahaya. Setelah bahan ini digunakan. limbahnya dibuang. Banyak pihak yang menyadari tentang bahaya ini. Namun, lemahnya

 peraturan pemerintah tentang pengelolaan limbah rumah sakit mengakibatkan

hingga saat ini hanya sedikit rumah sakit yang memiliki IPAL khusus pengolahan

limbah cairnya. Berikut adalah beberapa cara untuk menanggulangi sampah medis maupun

sampah benda tajam antara lain : 

1.  Penanganan Sampah Medis Cair yang Terkontaminasi ( darah, feses, urin

dan cairan tubuh lainnya. a.  Gunakan sarung tangan tebal ketika menangani dan membawa sampah tersebut. 

 b. Hati-hati pada waktu menuangkan sampah tersebut pada bak yang mengalir atau

dalam toilet bilas. Sampah cair dapat pula dibuang kedalam kakus. Hindari

 percikannya. c.  Cuci toilet dan bak secara hati-hati dan siram dengan air untuk membersihkan

sisa-sisa sampah. Hindari percikannya. d. Dekontaminasi wadah specimen dengan larutan klorn 0,5 % atau disenfeksi local

lainnya yang adekuat, dengan merendam selama 10 menit sebelum dicuci. e.  Cuci tangan sesudah menangani sampah cair dan lakukan dekontaminasi,

kemudian cuci sarung tangan. 2.  Penanganan Sampah Medis Padat (Misalnya pembalut yang sudah

digunakan dan benda-benda lainnya yang telah terkontaminasi dengan

darah atau materi organic lainnya. a.  Gunakan sarung tangan tebal ketika menangani dan membawa sampah tersebut. 

 b.  Buang sampah padat tersebut ke dalam wadah yang dapat dicuci dan tidak korosif

(plastic atau metal yang berlapis seng) dengan tutup yang rapat. 

Page 8: Penanganan Sampah Secara Medis

8/12/2019 Penanganan Sampah Secara Medis

http://slidepdf.com/reader/full/penanganan-sampah-secara-medis 8/12

c.  Kumpulkan tempat sampah tersebut ditempat yang sama dan bawa sampah-

sampah yang dapat dibakar ke tempat pembakaran. Jika tempat pembakaran tidak

tersedia maka bisa dilakukan penguburan saja. d.  Melakukan pembakaran atau penguburan harus segera dilakukan sebelum tersebar

ke lingkungan sekitar. Pembakaran adalah metode terbaik untuk membunuh

mikroorganisme. e.  Cuci tangan setelah menangani sampah tersebut dan dekontaminasi serta cuci

sarung tangan yang tadi dipakai saat membersihkan sampah tersebut. 

3.  Penanganan Sampah Medis berupa Benda Tajam (Jarum, silet, mata pisau

dan lain-lain) a.  Gunakan sarung tangan tebal. 

 b.  Buang seluruh benda-benda yang tajam pada tempat sampah yang tahan pecah.

Tempat sampah yang tahan pecah dan tusukan dapat dengan mudah dibuat

menggunakan karton tebal, ember tertutup, atau botol plastic yang tebal. Botol

 bekas cairan infus juga dapat digunakan untuk sampah-sampah yang tajam, tapi

dengan resiko pecah. c.  Letakkan tempat sampah tersebut dekat dengan daerah yang memerlukan

sehingga sampah-sampah tajam tersebut tidak perlu dibawa terlalu jauh sebelum

dibuang. d.  Cegah kecelakaan yang diakibatkan oleh jarum suntik, jangan menekuk atau

mematahkan jarum sebelum dibuang. Jarum tidak secara rutin ditutup, tetapi jikadibutuhkan, dapat diusahakan dengan metode satu tangan.   Letakkan tutup pada permukaan yang datar dank eras, kemudian pindahkan ke

tangan.   Kemudian dengan satu tangan, pegang alat suntik dan gunakan jarumnya untuk

menyendok tutup tersebut.   Jika tutup sudah menutup jarum suntik, gunakan tangan yang lain untuk

merapatkan tutup tersebut. e.  Jika wadah untuk sampah benda tajam telah ¾ penuh, tutp atau sumbat dengan

kuat. f.  Buang wadah yang sudah ¾ penuh tersebut dengan cara menguburnya. Jarum dan

 benda-benda tajam lainnya tidak dapat dapat dihancurkan dengan membakarnya

dan kemudian hari dapat menyebabkan luka dan mengakibatkan infeksi yang

serius. Pembakaran atau membakarnya dalam suatu wadah, dapat mengurangi

kemungkinan, sampah tersebut dikorek-korek dalam tempat sampah. g.  Cuci tangan sesudah mengolah wadah sampah benda tajam tersebut kemudian

dekontaminasi dan cuci tangan. 4.  Membuang Wadah Kimia yang Telah Digunakan 

a.  Cuci wadah dengan air wadah gelas dapat dicuci dengan diterjen, bilas dengan

 benar-benar bersih dan kemudian bisa digunakan kembali. 

Page 9: Penanganan Sampah Secara Medis

8/12/2019 Penanganan Sampah Secara Medis

http://slidepdf.com/reader/full/penanganan-sampah-secara-medis 9/12

 b.  Untuk wadah-wadah plastic yang berisi zat-zat toksik, misalnya glutaraldehid,

 bilas tiga kali dengan air kemudian buang dengan cara menguburnya. Jangan

 pernah menggunakan wadah tersebut untuk dipakai kembali setelah dibersihkan. TEKNOLOGI DALAM PENANGANAN SAMPAH MEDIS 

Teknologi pengolahan limbah medis yang sekarang sering dioperasikan

hanya berkisar antara masalah tangki septik dan insinerator. Keduanya sekarang

terbukti memiliki nilai negatif besar. Tangki septik banyak dipersoalkan lantaran

rembesan air dari tangki yang dikhawatirkan dapat mencemari tanah. Terkadang

ada beberapa rumah sakit yang membuang hasil akhir dari tangki septik tersebut

langsung ke sungai-sungai, sehingga dapat dipastikan sungai tersebut mulai

mengandung zat medis. Sedangkan insinerator, yang menerapkan teknik pembakaran pada sampah

medis, juga bukan berarti tanpa cacat. Badan Perlindungan Lingkungan AS

menemukan teknik insenerasi merupakan sumber utama zat dioksin yang sangat

 beracun. Penelitian terakhir menunjukkan zat dioksin inilah yang menjadi pemicu

tumbuhnya kanker pada tubuh. Hal yang sangat menarik dari permasalahan ini adalah ditemukaannya

teknologi pengolahan limbah dengan metode ozonisasi. Salah satu metode

sterilisasi limbah cair rumah sakit yang direkomendasikan United States

Environmental Protection Agency (U.S.EPA) tahun 1999. Teknologi ini

sebenarnya dapat juga diterapkan untuk mengelola limbah pabrik tekstil, cat, kulit,

dan lain-lain. 

a.  Insenator Insenerasi adalah proses dengan suhu tinggi untuk mengurangi isi dan berat

sampah. Proses ini biasanya dipilih untuk menangani sampah yang tidak dapat

didaur ulang atau dibuang ke tempat pembuangan sampah atau tempat kebersihan

 perataan tanah. Cara pemakaian insenerator tong yang sederhana untuk pembuangan sampah

adalah sebagai berikut : Langkah 1 : jika mungkin, pilihlah lokasi searah angin menjauhi klinik. Langkah 2 : buatlah insenerator sederhana dengan bahan-bahan local seperti tanah atau

lumpur atau drum bekas minyak (misalnya ukuran tong 220 liter)

Langkah 3 : pastikan bahwa insenerator mempunyai :   Cukup inlet udara dibawahnya untuk pembakaran yang baik.   Untuk memudahkan perluasan, kendurkan susunan batang besi api   Bukaan cukup untuk memasukkan sampah baru dan membuang abu   Cerobong asap cukup panjang untuk memudahkan saluran udara dan

 pembuangan asap dengan baik. Langkah 4 : tempatkan drum pada dasar yang cukup keras untuk dasar konkrit. 

Khusus untuk incinerator, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

apabila incinerator akan digunakan di rumah sakit antara lain : ukuran, desain,

Page 10: Penanganan Sampah Secara Medis

8/12/2019 Penanganan Sampah Secara Medis

http://slidepdf.com/reader/full/penanganan-sampah-secara-medis 10/12

kapasitas yang disesuaikan dengan volume sampah medis yang akan dibakar dan

disesuaikan pula dengan pengaturan pengendalian pencemaran udara, penempatan

lokasi yang berkaitan dengan jalur pengangkutan sampah dalam kompleks rumahsakit dan jalur pembuangan abu, serta perangkap untuk melindungi incinerator

dari bahaya kebakaran. Keuntungan menggunakan incinerator adalah dapat mengurangi volume

sampah, dapat membakar beberapa jenis sampah termasuk sampah B3 (toksik

menjadi non toksik, infeksius menjadi non infeksius), lahan yang dibutuhkan

relatif tidak luas, pengoperasinnya tidak tergantung pada iklim, dan residu abu

dapat digunakan untuk mengisi tanah yang rendah. Sedangkan kerugiannya adalah tidak semua jenis sampah dapat dimusnahkan

terutama sampah dari logam dan botol, serta dapat menimbulkan pencemaranudara bila tidak dilengkapi dengan pollution control berupa cyclon (udara

 berputar) atau bag filter (penghisap debu).

Hasil pembakaran berupa residu serta abu dikeluarkan dari incinerator dan

ditimbun dilahan yang rendah. Sedangkan gas/pertikular dikeluarkan melalui

cerobong setelah melalui sarana pengolah pencemar udara yang sesuai. b.  Ozonisasi 

Proses ozonisasi telah dikenal lebih dari seratus tahun yang lalu. Proses

ozonisasi atau proses dengan menggunakan ozon pertama kali diperkenalkan Nies

dari Prancis sebagai metode sterilisasi pada air minum pada tahun 1906.

Penggunaan proses ozonisasi kemudian berkembang sangat pesat. 

Dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun terdapat kurang lebih 300 lokasi

 pengolahan air minum menggunakan ozonisasi untuk proses sterilisasinya di

Amerika.

Dewasa ini, metode ozonisasi mulai banyak dipergunakan untuk sterilisasi bahan

makanan, pencucian peralatan kedokteran, hingga sterilisasi udara pada ruangan

kerja di perkantoran. Luasnya penggunaan ozon ini tidak terlepas dari sifat ozon

yang dikenal memiliki sifat radikal (mudah bereaksi dengan senyawa

disekitarnya) serta memiliki oksidasi potential 2.07 V. Selain itu, ozon telah dapat

dengan mudah dibuat dengan menggunakan plasma seperti corona discharge. Melalui proses oksidasinya pula ozon mampu membunuh berbagai macam

mikroorganisma seperti bakteri Escherichia coli, Salmonella enteriditis, Hepatitis

A Virus serta berbagai mikroorganisma patogen lainnya (Crites, 1998). Melalui

 proses oksidasi langsung ozon akan merusak dinding bagian luar sel

mikroorganisma (cell lysis) sekaligus membunuhnya. Juga melalui proses

oksidasi oleh radikal bebas seperti hydrogen peroxy (HO2) dan hydroxyl radical

(OH) yang terbentuk ketika ozon terurai dalam air. Seiring dengan perkembangan

teknologi, dewasa ini ozon mulai banyak diaplikasikan dalam mengolah limbah

cair domestik dan industri. c.  Ozonisasi Limbah Cair Rumah Sakit 

Page 11: Penanganan Sampah Secara Medis

8/12/2019 Penanganan Sampah Secara Medis

http://slidepdf.com/reader/full/penanganan-sampah-secara-medis 11/12

Limbah cair yang berasal dari berbagai kegiatan laboratorium, dapur,

laundry, toilet, dan lain sebagainya dikumpulkan pada sebuah kolam equalisasi

lalu dipompakan ke tangki reaktor untuk dicampurkan dengan gas ozon. Gas ozonyang masuk dalam tangki reaktor bereaksi mengoksidasi senyawa organik dan

membunuh bakteri patogen pada limbah cair. Limbah cair yang sudah teroksidasi kemudian dialirkan ke tangki

koagulasi untuk dicampurkan koagulan. Lantas proses sedimentasi pada tangki

 berikutnya. Pada proses ini, polutan mikro, logam berat dan lain-lain sisa hasil

 proses oksidasi dalam tangki reaktor dapat diendapkan. Selanjutnya dilakukan proses penyaringan pada tangki filtrasi. Pada tangki

ini terjadi proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-zat pollutan yang

terlewatkan pada proses koagulasi. Zat-zat polutan akan dihilangkan permukaan

karbon aktif. Apabila seluruh permukaan karbon aktif ini sudah jenuh, atau tidakmampu lagi menyerap maka proses penyerapan akan berhenti, dan pada saat ini karbon aktif harus diganti dengan karbon aktif baru atau didaur

ulang dengan cara dicuci. Air yang keluar dari filter karbon aktif untuk

selanjutnya dapat dibuang dengan aman ke sungai. Ozon akan larut dalam air untuk menghasilkan hidroksil radikal (-OH),

sebuah radikal bebas yang memiliki potential oksidasi yang sangat tinggi (2.8 V),

 jauh melebihi ozon (1.7 V) dan chlorine (1.36 V). Hidroksil radikal adalah bahan

oksidator yang dapat mengoksidasi berbagai senyawa organik (fenol, pestisida,

atrazine, TNT, dan sebagainya). Sebagai contoh, fenol yang teroksidasi oleh hidroksil radikal akan berubahmenjadi hydroquinone, resorcinol, cathecol untuk kemudian teroksidasi kembali

menjadi asam oxalic dan asam formic, senyawa organik asam yang lebih kecil

yang mudah teroksidasi dengan kandungan oksigen yang di sekitarnya. Sebagai

hasil akhir dari proses oksidasi hanya akan didapatkan karbon dioksida dan air. Hidroksil radikal berkekuatan untuk mengoksidasi senyawa organik juga

dapat dipergunakan dalam proses sterilisasi berbagai jenis mikroorganisma,

menghilangkan bau, dan menghilangkan warna pada limbah cair. Dengan demikian akan dapat mengoksidasi senyawa organik serta membunuh

 bakteri patogen, yang banyak terkandung dalam limbah cair rumah sakit. Pada saringan karbon aktif akan terjadi proses adsorpsi, yaitu proses

 penyerapan zat-zat yang akan diserap oleh permukaan karbon aktif. Apabila

seluruh permukaan karbon aktif ini sudah jenuh, proses penyerapan akan berhenti.

Maka, karbon aktif harus diganti baru atau didaur ulang dengan cara dicuci. Dalam aplikasi sistem ozonisasi sering dikombinasikan dengan lampu

ultraviolet atau hidrogen peroksida. Dengan melakukan kombinasi ini akan

didapatkan dengan mudah hidroksil radikal dalam air yang sangat dibutuhkan

dalam proses oksidasi senyawa organik. Teknologi oksidasi ini tidak hanya dapat

menguraikan senyawa kimia beracun yang berada dalam air, tapi juga sekaligus

menghilangkannya sehingga limbah padat (sludge) dapat diminimalisasi hingga

mendekati 100%. 

Page 12: Penanganan Sampah Secara Medis

8/12/2019 Penanganan Sampah Secara Medis

http://slidepdf.com/reader/full/penanganan-sampah-secara-medis 12/12

Dengan pemanfaatan sistem ozonisasi ini dapat pihak rumah sakit tidak hanya

dapat mengolah limbahnya tapi juga akan dapat menggunakan kembali air limbah

yang telah terproses (daur ulang). Teknologi ini, selain efisiensi waktu juga cukupekonomis, karena tidak memerlukan tempat instalasi yang luas.