penanganan permasalahan bahasa ... - universitas …

9
Penanganan Permasalahan Bahasa Dalam Pembillaan Hukum Indonesia 207 PENANGANAN PERMASALAHAN BAHASA DALAM PEMBINAAN HUKUM INDONESIA! Ab Massier SelaflUl hampir 50 tahun, bahasa dan perisrilahan hukum di Indonesia telah mendapat perhatian kalangan bahasawan dan ahfi hukum. Langkah-langkah yang telah dilakukan belum berhasil memecahkan masalah yang telah diko/lStatasi, seperti ketidakseragaman bahasa dan perisrilahan. Dalam fIUlkalah i ni dikemukakan dua cara untuk memecahkan masalah yang ada. Pertama, sumber utama keanekaragaman isriiah hukum, yaitu banyaknya rerjemahan- rerjemahan perundang-undangan yang tidak resmi, perlu diganti oleh terjemahan resmi yang diberlakukan sebagai pengganti teks Belanda. Kedua, diperlukan penyebaran keinsyafan bahwa bahasa bukan sesuatu yang bisa ditangani seakan-akan terlepas dari hukum itu. Topik bahasa dan peristilahan hukum atau bahasa dalam rangka tata hukum biasanya dianggap pokok yang marjinal kalau dilihat daii sudut ilmu hukum. Di Indonesia, Belanda, Amerika Serikat maupun di Perancis, karangan tentang bahasa dalam bidang hukum pada umumnya dianggap sebagai topik selingan. Bahasa dianggap sebagai alat untuk apa yang dianggap sebagai makanan utama, yaitu hukum, yang [erdiri atas pengertian atau konsep. Walaupun bahasa diakui sebagai sesuatu ya!!g ! Esai ini didasarkan alas makalah yang disajikan pada Seminar 'Access to Legal Information ', BPHN, Jakarla. 22-23 Agus(us 2000. Seminar rersebut diselenggarakan oleh BPHN dalam rangka k erja 5ama dengan Centre for Imernational Legal Cooperation (CILC), Leiden, Negeri Belanda, dan dibiayai oleh Koninklijke Nederlandse Akademi voor Wetenschappen (KNAW). Nomor 3 Tahun XXXI

Upload: others

Post on 22-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENANGANAN PERMASALAHAN BAHASA ... - Universitas …

Penanganan Permasalahan Bahasa Dalam Pembillaan Hukum Indonesia 207

PENANGANAN PERMASALAHAN BAHASA DALAM PEMBINAAN HUKUM INDONESIA!

Ab Massier

SelaflUl hampir 50 tahun, bahasa dan perisrilahan hukum di Indonesia telah mendapat perhatian kalangan bahasawan dan ahfi hukum. Langkah-langkah yang telah dilakukan belum berhasil memecahkan masalah yang telah diko/lStatasi, seperti ketidakseragaman bahasa dan perisrilahan. Dalam fIUlkalah i ni dikemukakan dua cara untuk memecahkan masalah yang ada. Pertama, sumber utama keanekaragaman isriiah hukum, yaitu banyaknya rerjemahan­rerjemahan perundang-undangan yang tidak resmi, perlu diganti oleh terjemahan resmi yang diberlakukan sebagai pengganti teks Belanda. Kedua, diperlukan penyebaran keinsyafan bahwa bahasa bukan sesuatu yang bisa ditangani seakan-akan terlepas dari hukum itu.

Topik bahasa dan peristilahan hukum atau bahasa dalam rangka tata hukum biasanya d ianggap pokok yang marjinal kalau dilihat daii sudut ilmu hukum. Di Indonesia, Belanda, Amerika Serikat maupun di Perancis, karangan tentang bahasa dalam bidang hukum pada umumnya dianggap sebagai topik selingan. Bahasa dianggap sebagai alat untuk apa yang dianggap sebagai makanan utama, yaitu hukum, yang [erdiri atas pengertian atau konsep. Walaupun bahasa diakui sebagai sesuatu ya!!g

! Esai ini didasarkan alas makalah yang disajikan pada Seminar 'Access to Legal Information ', BPHN, Jakarla. 22-23 Agus(us 2000. Seminar rersebut diselenggarakan oleh BPHN dalam rangka kerja 5ama dengan Centre for Imernational Legal Cooperation (CILC), Leiden, Negeri Belanda, dan dibiayai oleh Koninklijke Nederlandse Akademi voor Wetenschappen (KNAW).

Nomor 3 Tahun XXXI

Page 2: PENANGANAN PERMASALAHAN BAHASA ... - Universitas …

208 Hukum dan Pembangullan

penting bagi yuris dan hukum, pada akhirnya dianggap sekedar alat. sarana.

Demikianlah gagasan tradisional mengenai peranan bahasa dalam hukum, seperti telah dirumuskan dalam banyak bahasa. Sekarang sudah diakui, bahwa gagasan itu tidak tepat. Bahasa bukan sekedar alat atau sarana, tetapi inti dan struktur hukum sendiripun adalah bahasa. Atau, menggunakan kutipan yang sudah banyak dipakai: bahasa bukan hanya pakaian hukum, tetapi badan yang sesungguhnya daripada hukum itu. ! Pekerjaan ahli hUkum adalah mengolah bahasa, da lam ani membuat dan menafsirkan teks - misalnya , membuat surat gugatan atau memori kasasi. putusan hakim, penafsiran aturan perundang-undangan atau perjanjian. Dan hanya dari sudut pandang tertentu saja. bahasa boleh dianggap sebagai alat atau 100/ ahli hukum, artinya dapat dikuasainya dan dipergunakannya sebagai alaI. Sebaliknya, dari sudut lain. yang sebenarnya dikuasai ialah ahli hukum: bukankah dia yang dididik menaati adat istiadat pekerjaan advokat, hakim, atau penasehat hukum, termasuk bahasa dan peristilahan yang bersangkutan? Dia tidak be bas menciptakan bahasanya dengan sekehendak hati, tetapi tergantung, terikat dan dikendalikan oleh kebiasaan berbahasa. Kesimpulannya, hukum dan bahasanya tidak bisa dipisah seperti tukang dan alatnya . Akan tetapi , walaupun gagasan ini sekarang sudah diterima, konsepsi bahasa sebagai alat dan sarjana hukum sebagai penggunanya masih sering ditemukan dalam tulisan tentang bahasa dan hukum,

27 tahun yang silam telah diadakan simposium di Medan tentang bahasa dan hukum 3 Simposium itu , yang diselenggarakan oleh BPHN dengan Universitas Sumatera Utara, merupakan pertemuan ilmiah pertama khusus tentang bahasa hukum. Simposium diketuai oleh almarhum Prof. Mahadi, pada waktu itu guru besar pada USU yang sudah lama berminat pada bahasa Indonesia. Penyaji makalah berasal dari kalangan hukum, yaitu Mahadi, St. Mohamad Syah, Busthanul Arifin, dan J.N. Siregar, dan pembicara dari kalangan bahasawan, yaitu St. Takdir Alisjahbana, Anton M. Moeliono , Sabaruddin Ahmad, dan Rudjiati Muljadi. Tujuan simposium ialah meningkatkan keseragaman bahasa hukum dan peristilahan hukum, dan memperbaiki kemampuan berbahasa Indonesia

l St. Takdir Alisjahbana. 'Beherara sumbangan pikiran menuju ke arah pemhentukan pemakaian hahasa yang haik' , Simposium Bahasa da" Hukum , Bandung: I3inal:ipta. 1976 (eet. Kedua) , hal. 32. 3 Simposium Bahasa dan Hukulll, Medan/Prapat 25-27 November 1974 .

Ju/i - Seplember 2001

Page 3: PENANGANAN PERMASALAHAN BAHASA ... - Universitas …

Penanganan Permasalahan Bahasa Dalam Pembinaan Hukum Indonesia 209

mahasiswa fakultas hukum dan sarjana hukum, baik pada universitas maupun di dalam praktek hukum. Pidato pembuka simposium diberikan oleh Prof. DR. Mochtar Kusuma Atmadja, menteri kehakiman waktu itu. Dalam pidatao beliau, perhatian diberikan pad a dua masalah mengenai keadaan bahasa hukum waktu itu . Masalah pertama ia lah adanya pendapat yang amat berbeda tentang norma yang hendak dipenuhi oleh bahasa hukum, khususnya antara sebagian para ahli hukum dan para ahli bahasa. Di satu pihak, ada ahli bah as a yang menolak adanya ragam bahasa hukum yang tersendiri, artinya bahasa dalam teks-teks yuridis seharusnya sepert i bah as a umum saja. Di lain pihak, ada ahli hukum yang berpendapar bahwa kaum yuris diperbolehkan kurang lebih mengabaikan kaidah bahasa Indonesia yang umum karena sifat khusus teks yuridis dan persyaratan yang hendak dipenuhi teks itu. Di antara kedua pendapat yang agak ekstrim ini, ada banyak orang , bahasawan maupun ahli hukum, yang prihatin tentang kualitas bahasa Indonesia yang sudah biasa dalam teks bidang hukum dan banyaknya ketidakjelasan dalam teks itu. Masalah kedua yang digarisbwahi oleh Prof. Mochtar adalah ketidakseragaman yang ditemukan dalam peristilahan hukum. Sebab yang dikemukakan oleh beliau ialah banyak panitia, instansi, dan orang yang sejak tahun 40-an mengeluarkan daftar istilah hukum atau menggunakan istilah buatan sendiri dalam karangan mereka, sebagai terjemahan istilah Belanda yang sebelumnya dipakai.

Di samping kedua permasalahan di atas, menteri kehakiman menunjuk pad a konflik antar generasi hukum. Ada ahli hukum angkatan 40-an dan 50-an, yang terkenal dan berpengaruh luas, yang belum melepaskan bahasa hukum mas a lama, yaitu bahasa Belanda . Manurut ahli hukum ini, pengajian hukum secara ilmiah pada tingkat terakhir hendaknya didasarkan pad a buku-buku pedoman hukum masa lampau, yaitu berbahasa Belanda. Ahli hukum tersebut berpendapat bahasa Indonesia kurang mantap dan kurang berkembang untuk clapat dipergunakan sebagai hahasa pengantar dalam hukum modern . Dalam pidato pembukaan, menteri kehakiman menyatakan berpihak pad a kaum ahli hukum yang hendak memakai bah as a Indonesia, baik karena pengetahuan bah as a Belanda terus menyusut maupun karena hanya bahasa Indonesia yang pantas digunakan sebagai bahasa dalam pembinaan hukum nasiona!. Dan kekurangsempurnaan yang masih ada dalam bahasa Indonesia justru merupakan alasan untuk tetap menggunakan bahasa itu, karena hanya penggunaaan dalam praktek dapat menghasilkan bahasa hukum yang lengkap.

Nomor 3 Tahun XXXI

Page 4: PENANGANAN PERMASALAHAN BAHASA ... - Universitas …

210 Hukum dan Pembangunan

Kekurangsempurnaan bahasa dan peristilahan hukum yang diajukan dalam makalah-makalah beraneka ragam . Ada keluhan tentang tidak dipenuhinya atau kelalaian dalam penetapan kaidah-kaidah bahasa Indonesia, ada keluhan tentang panjangnya dan rumitnya kalimat-kalimar dalam teks yuridis seperti perundang-undangan dan yurisprudensi. Ada penyaji yang menunjukkan sifat struktural bahasa Indonesia yang dalam hal tertentu menimbulkan kesalahpahaman. (Misalnya, frase 'Lel1lbaga Bahasa Nsional' dapat ditafsirkan sebagai lembaga dalam bidang bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia, tetapi juga lembaga nasionaJ yang melaksanakan kebijakan dalam bidang bahasa, termasuk bahasa Jawa. Sunda, dSL). Ada pel11bicara yang mengemukakan pengaruh kuat bahasa Belanda terhadap bahasa Indonesia dalam teks bidang hukul11. ada yang l11engajukan contoh ketidakseragaman rumusan dan peristilahan. (Misalnya, 'mengingat ' di samping ' l1lel1lperharikan' dalal1l arti 'geJet op ' . 'perikatan bebas', ' perikaran alam' , 'perjanjian aras kekuaran alam·. dsr.. semuanya dalam arti 'narurlijke verbintenis', dan, mengamhil comoh perkataan 'verlijden' dari akta notaris, frase 'dibuat dan diselesaikan ' di samping 'diperbuat', 'dibuat dan dilangsungkan', 'diresmikan' dan 'disahkan', 'dilangsungkan' dst.) Ada pula yang mengemukakan alasan berbedanya bahasa hukum dari bahasa umum, seperti syarat-syarar mutlak untuk akta otentik yang ditetapkan dalal11 Peraturan Jabaran N otaris (Reglement op het Notaris-ambt). Beberapa masalah yang diajukan telah dikel11ukakan dua puluh tahun sebelumnya, yaitu dalam Kongres Bahasa Indonesia II yang diselenggarakan di Medan dan diketuai Mahadi. Pad a pertemuan '54, juga diajukan keprihatinan temang kcridakseragaman bahasa dan pengabaian kaidah-kaidah bahasa Indonesia.

Pada akhir sill1posium di Medan diajukan beberapa saran. amara lain inventarisasi istilah-isrilah hukull1 yang terpakai, introduksi kuliah bahasa Indonesia ke dalam kurikulum fakultas hukum, penyell1purnaan perumusan teks yuridis supaya lebih berguna hasil , pembuatan terjemahan resmi perundang-undangan yang masih berbahasa Belanda, pengikut­sertaan ahli bahasa dalall1 persiapan rancangan perundang-undangan. pembakuan peristilahan hukum, dan penyelenggaraan lokakarya ll1engenai bahasa Indonesia untuk masing-masing bidang hukum.

Sejak' 74 telah diambil sejull1lah tindakan di bawah bimbingan BPHN dan/atau Konsosrsium Illl1u Hukum. Langkah pertama ialah inventarisasi upaya yang telah dijalankan dalam rangka pel11bakuan istilah hukum dan hasil upaya ini. Kel11udian diterbitkan buku Pembinaan Bahasa Hukum Indonesia, karangan Mahadi dan Sabaruddin Ahmad.

Juli - September 200J

Page 5: PENANGANAN PERMASALAHAN BAHASA ... - Universitas …

Penanganan Permasalahan Bahasa Dalal7l Pembinaan Hukum Indonesia 211

Langkah berikut ialah pembuatan dan penerbitan 'terjemahan resmi' Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Sekalipun teks resmi kitab undang­undang ini tetap dalam bahasa Belanda, terjemahan baru berdasarkan perbandingan antara terjemahan-terjemahan yang ada dimaksud untuk menyediakan teks Indonesia buatan badan pemerintah resmi. Akan tetapi, tujuan terbitan baru di atas tidak tercapai , karena ada beberpa terjemahan KUHP yang baru yang telah terbit sejak waktu itu. Kemudian, tahun 80-an dan 90-an, telah diterbitkan seri kamus dan daftar istilah hukum Indonesia. termasuk daftar istilah Belanda-Indonesia. dalam bidang hukum pidana dan hukum perdata. Tim redaksi masing-masing kamus ini tennasuk seorang ahli bahasa. Sebagai kelanjutan terbitan-terbitan ini boleh disebut Kamus Hukum Ekonomi Inggris-Indonesia. yang dikumpulkan oleh Yus Badudu dan Elly Erawaty dalam rangka proyek ELIPS yang dibiayai USAlD . Terbitan-terbitan resmi tersebut mempunyai padanan terbitan pihak swasta. Oalam tahun '75 - '99 relah diterbitkan sedikit-dikitnya tiga belas kamus hukum, yang ama! berbeda menurut sifal , kualitas, dan besarnya. Tindakan yang perlu disebut di sini ialah dimasukk3lillya mata kuliah mengenai bahasa ke dalam kurikulum ilmu hukum, seperti bahasa Indonesia, bahasa hukum, dan penulisan hukum.

Sekalipun langkah-Iangkah itu telah ditempuh. aliran publikasi yang menyatakan rasa keprihatinan lentang bahasa hukum belum berkurang. Selama 25 tahun yang lalu telah dipublikasi beberapa buku dan bersepuluhan artikel dan makalah seminar dan sebagainya mengenai bahasa dan/atau perislilahan dalam bidang hukum. Para pengarangnya termasuk ahli hukum dan ahli bahasa yang terkemuka. seperti nama dua menteri kehakiman. Adapun tentang kenyataan ketidakseragaman peristilahan hukum. kenyataan ini telah pula dihadapkan dalam proyek kamus hukum perdata di Belanda. Dalam proyek itu, rekor jumlah sinonim sampai sekarang digunakan pengertian yang dalam bahasa Belanda disebut 'onderlinge waarborgmaalschappij'; kami menemukan 14 isrilah Indonesia berbeda untuk pengertian itu. Keprihatinan mengenai bahasa hukum diulangi dalam terbitan BPHN rahun anggaran '94/' 95 , ya itu Analisis dall Evaluasi lelUang Perkemballgan 25 Tahun Penggunaaan Bahasa Hukwn, di bawah bimbingan Yus Badudu. Dalam pengantar buku ini dinyatakan bahwa ketidakseragaman penggunaan bailasa dalam teks yu ridis dan kekurangsempurnaan bahasa Indonesia dalam bidang sel1lantik, l1lorfologi, dan sintaksis tetap ada. Dalam bab penutup dikemukakan bahwa 'sudah waktunya untuk memulai usaha-usaha besar dan terencana untuk meninjau kel1lbali semua rulisan sebagai produk

Nomor 3 Tahun XXXI

Page 6: PENANGANAN PERMASALAHAN BAHASA ... - Universitas …

212 Hukum dan Pembangunan

hukum'.' Salah satu saran ialah pembentukan 'suatu wadah yang secara terus menerus menangani (peninjauan kembali tulisan hukum) yang dibina oleh BPHN bersama-sama dengan Lembaga Bahasa Nasional berdasarkan pola kerja tertentu .'

Pember ian perhatian kepada bahasa dan peristilahan hukum sudah sering dilakukan. Oi banyak negara, termasuk BeJanda, bahasa hukum kadang-kadang merupakan topik keprihatinan . Keluahan yang paling banyak diucapkan ialah tentang ketidakjelasan teks hukum bagi kalangan awam. Selama abad ke-19 dan ke-20, diskusi tentang mungkin tidaknya teks hukum bisa dimengerti oleh para pencari keadilan kerap kali diadakan. Namun jawaban definitif atas pertanyaan yang merupakan pokok diskusi itu belum diberikan. Apa yang luar biasa ialah betapa seringnya topik bahasan hukum dibahas, bukan hanya oleh para pencari keadilan atau ahli bahasa, tetapi juga oleh ahli hukum yang terkemuka. termasuk menteri kehakiman.

Apa sebabnya bahasa hukwn begitu lama menjadi pokok keprihatinan? Mengapa tindakan yang dilakukan sampai sekarang belum efektif?

Saya pikir ada dua sebab. Pertama menurut pendapat saya ialah bahwa sebab utama dari masalah yang paling banyak disebm, yaitu ketidakseragaman bahasa dan peristilahan hukum, belum diidentifikasi dengan tepat. Sebab utama masalah ini, saya pikir, ialah vers i resmi sebagian perundang-undangan yang berlaku di Indones ia tidak bisa dimengerti lagi oleh kebanyakan kaum ahli hukum. karena masih berbahasa Belanda. Apabila contoh-contoh yang telah diberikan se lama simposium '74 maupun dalam tulisan tentang bahasa hukum sesudahllya ditelaah dengan terinei , kebanyakan ternyata mellgenai terjemahan istilah dan teks hukum Belanda. Seakan-akan sebagian dinding-dinding bangunan hukum Indonesia semakin kurang dipercayai oleh penghuninya. karena konstruksinya tidak dikenal lagi. Apa yang dilakukan adalah bukan menguji coba dinding lama (hukum dalam bahasa Belanda). lalu membongkar apa yang tidak dianggap perlu lagi, namun membuat semakin banyak terjemahan-terjemahan baru sebagai tiang penyangga. Selama berlaku perundang-undangan berbahasa asing yang tidak hisa

4 Anaiisis dan Evaluasi lentofllf Perkembllllgan 25 Tuhun Pen;.:gunaan Bo/w.w HukulII. Jakarta; BPHN t99411995. hal. 21. .\ Hal. 2t

lui; - September 200/

Page 7: PENANGANAN PERMASALAHAN BAHASA ... - Universitas …

Penanganan Permasalahan Bahasa Dalam Pembinaan Hukum Indonesia 213

dimengerti lagi oleh kebanyakan ahli hukum, produksi terjemahan perundang-undangan dan istilah terjemahan baru akan menahan , termasuk akibatnya , yaitu keseragaman bahasa dan peristilahan istilah , dan pada akhirnya ketidakpastian di bidang hukum. Untuk memecahkan permasalahan ketidakseragaman bahasa hukum , diperlukan penggantian perundang-undangan dalam jangka pendek oleh padanannya Indonesia yang baru atau pemberlakuan? Terjemahan Indonesia dari peraturan lama. Harus diakui proses pemilihan terjemahan yang terbaik merupakan proses yang sulit karena biasanya ada percekcokan tentang mana teljemahan yang paling baik. Akan tetapi, tidak diperlukan terjemahan yang sempurna, yang lumayan saja suda h mencukupi. Misalnya, Burgerlijk Wetboek di Belanda, yang kerap kali disebut 'terjemahan jelak' dari Code Civile Perancis , telah bertahan selama seratus en am puluh tahun lebih!

Akan tetapi , sa lah paham mengenai sebab ketidakseragaman bahasa dan istilah hukum bukan satu-satunya sebab permasalahan tersebut belum dipecahkan. Ini bukan pertama kali sebab itu dikemukakan: pentingnya penetapan dan pemberlakuan terjemahan resmi telah diajukan beberapa kali , antara lain oleh Prof. Busthanul Arifin (1976, 1977), DR. Gregory Churchill ( 1992), dan BPHN sendiri, yaitu dalam analisis tahun '95 yang tersebut di aras. Namun konstatasi ini belum diiringi tindakan penanganan yang sesua i. Dalam kebijakan perundang-undangan unsur bahasa diaba ikan , seakan-akan tidak ada. Ha l ini juga ternyata dalam hal Faillissements verordening atau Peraturan Kepailitan. Sejak perubahan peraturan ini dua tahun yang lalu (Perpu 1/1998 jo UU 411998), teks resmi undang-undang kepailitan itu sebenarnya dwibahasa. Pasal-pasal yang belum diubah masih berbahasa Belanda, sedangkan pasal-pasal baru berbahasa Indonesia. Mengapa pasal-pasal lama belum diganti secara resmi dengan salah salU terjemahan yang sudah ada, sehigga didapatkan suatu leks resmi berbahasa Indonesia yang bisa dimengerti oleh sarjana hukum dan mahasiswa fakultas hukum?

Saya pikir pengabaian faktor bahasa ini disebabkan oleh gagasan bah as a yang secara implisil masih dianut. Kalau ditelaah dengan teliti. teori bahasa yang ternyata melatarbelakangi lUlisan mengenai kekurang­sempurnaan bahasa hukum, sebabnya, dan tindakan yang telah dilakukan , ialah teori 'instrumental ' , yang sudah disebut di awal makalah ini. Walaupun langkah-Iangklah yang telah ditempuh sampai sekarang, yaitu inventarisasi upaya pembakuan istilah hukum dan hasilnya , perbaikan pengajaran bahasa Indonesia kepada mahasiswa jurusan ilmu hukum, dan penerbitan kamus dan daftar istilah hukum, tentunya berfaedah, langkah

Nomor 3 Tahun XXXI

Page 8: PENANGANAN PERMASALAHAN BAHASA ... - Universitas …

214 Hukum dan Pen/bangunan

ini baru merupakan langkah pertama menuju bahasa dan persitilahan hukum yang lebih mantap. Seperti diajukan di atas, bahasa bukan hanya alat untuk sarjana hukum, bahasa bukan sesuatu yang di luar hukum sendiri, sesuatu yang bisa ditangani seakan-akan terlepas dari hukum itu. Mahasiswa dan sarjana tidak mengambil bahasa dan istilah dari pedoman tata bahasa atau kamus. Buku-buku seperti itu pada umumnya hanya digunakan untuk mengecek bahasa dan istilah itu. Sebaiknya pokok bahasa diambil alih selama pendidikan IlUkum dan pemagangan berikutnya, misalnya dari guru-guru besar , notaris, hakim, atau advokal. Mereka itu yang menjadi contoh, baik se lama penulisan memori banding. pUlUsan. perjanjian , nasihat hukum. atau pedoman ilmu hukum , maupun dalam pembuatan pembelaan. Dan proses pengambilalihan adat istiadat hahasa itu tidak terjadi secara terlepas dari pekerjaan hukumnya, tetapi sebagai unsur pekerjaan itu yang biasanya tidak disadari. Jadi. yang hendak digarisbawahi adalah pentingnya pendidikan hukum yang melalih secara terus menerus salah salU kemampuan dasar yang sejak lama seharusnya dipunyai sarjana hukum yang baik, yaitu kemampuan membaca cJengan amat teliti suatu teks tertentu dan menerapkannya pad a kasus yang tertentu menu rut acara yang telah ditetapkan. Pendid ikan demikian dengan sendirinya termasuk sikap seksama terhadap bahasa, maksudnya keinsyafan bahwa perkataan dan rumusan yang dipakai dalam sumber hukum seperti perundang-undangan atau perjanjian tidak boleh diganti perkataan atau rumusan lain, tetapi hanya boleh dikutip dan dipergunakan dalam bentuknya yang secara persis sesuai dengan aslinya.

Garis besar dari apa yang telah diuraikan dia atas adalah sebaga i berikul. Selama 11ampir 50 tahun, bahasa dan peristilahan hukum di Indonesia telah mendapat perhatian kllUSUS . Langkah-Iangkall yang telah dilakukan sampai dengan sekarang, belum berhasil memecahkan masalah yang telah dikonstatasi, seperti ketidakseragaman bahasa dan peristilahan. Memang penyusunan kamus hukum merupakan tindakan yang bermanfaal. Kamus demikian mampu menjelaskan baik pengertian istilah-istilah itu. Apalagi kalau istilah-istilah itu dapat digunakan sebagai kata kunci ke dalam basis data sumber hukum Indonesia. Memang tersedia sistem yang bisa merupakan sumbangan sesungguhnya dalam rangka memperbaiki accessbility sistem hukum Indonesia . Akan tetapi, penyelesaian permasalahan bahasa hukum memerlukan penga kuan kenyataan adanya perundang-undangan yang teks resminya ticJak dapat dimengerti lagi o leh kebanyakan yuris. Pengalaman yang telah diperoleh dalam rallgka peralihan bahasa hukuI11 yang satu ke bahasa hukuI11 yang lain cukup luar

Jilli - September 200J

Page 9: PENANGANAN PERMASALAHAN BAHASA ... - Universitas …

Penanganan Permasalahan Bahasa Dalam Pemb;naan Hukum Indonesia 215

biasa . Pengalaman itu seharusnya digunakan, karena ada banyak negara di dalam dunia yang juga mengalami tahap peralihan. Di samping itu, yang diperlukan ialah keinsyafan di antara para yuris tentang 'sifat kebahasaan ' pekerjaan mereka. Bahasa tidak bisa ditangani sebagai soal yang luar , yang ekstrem kalau dilihat dari sudut disiplin hukum. Saling terikatnya bah as a dan hukum telah diakui secara umum. Pengalaman luar biasa yang telah diperoleh di Indonesia memang menggarisbawahi kenyataan ini.

Namar 3 Tahlln XXXI