penanganan kasus suap dpr tim perumus jangan diskriminatif filehanya mengenakan jerat pidana pada...

1
si IX DPR dari F-PDIP mengaku menerima cek perjalanan (travel- lerÊs cheque) dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) yang dimenang- kan oleh Miranda S Goeltom. Cek perjalanan itu kemudian digunakan untuk berbagai ke- perluan, mulai dari untuk biaya kampanye hingga pengobatan. Sementara itu, mantan ang- gota F-TNI/Polri DPR Udju Djuhaeri menjadi terpidana ka- rena menerima suap bersama rekan-rekan satu fraksinya, yaitu R Sulistyadi, Darsup Yusup, dan Suyitno. Akan tetapi, KPK menyerah- kan penanganan terhadap R Sulistyadi, Darsup Yusup, dan Suyitno kepada TNI. Pasalnya, saat peristiwa terjadi, ketiga orang itu masih berstatus TNI aktif. Ketua DPP PDIP Trimedya Panjaitan juga berharap KPK bertindak adil. “Kami menghar- gai tindakan KPK, tetapi kami menyesalkan penetapan ter- sangka para penerima tanpa di- dahului oleh pemberi suap,” te- gasnya. Ia menduga langkah KPK saat ini lebih mengedepankan penci- traan karena selama ini kondisi KPK sedang dalam kondisi ter- puruk. Wakil Sekjen DPP PPP Roma- hurmuzy juga mendorong agar KPK seharusnya memprioritas- kan pemberi suap karena awal dari aliran uang berasal dari pemberi suap. “Kami tak masalah, jika me- mang bersalah, anggota DPR harus diproses, tapi penindakan- nya harus fair,” tuturnya. Ia khawatir terdapat tekanan terhadap KPK dalam penetapan 26 mantan anggota Komisi IX DPR sebagai tersangka. Romahurmuzy dan Trimedya memastikan partai akan mem- beri pendampingan terhadap anggota mereka yang turut men- jadi tersangka atas kasus ini. Wakil Ketua DPR dari F-PG Priyo Budi Santoso juga berharap KPK untuk terus menindaklan- juti kasus itu. “Saya mohon KPK untuk membawa misi suci me- reka jauh dari nilai politis,” ujar Priyo. KPK, sambung dia, pada saat yang bersamaan harus meme- riksa sumber aib yang belum tersentuh. Tidak adil jika KPK hanya mengenakan jerat pidana pada penerima. Kalau sumber dana tersebut belum ditetapkan, hal itu akan meruntuhkan repu- tasi KPK. Hajar semua Wakil Ketua KPK Bibit Samad Rianto memastikan KPK tidak akan pandang bulu dalam me- nangani kasus itu. KPK, sambungnya, akan me- nyidik aktor, pemberi, penerima aktif, atau yang hanya penerima suap. “Sekarang ini kita hajar semua,” katanya. Ia memaparkan, terdapat 41 anggota DPR yang terlibat dalam pemilihan Deputi Senior Guber- nur BI. Sebanyak 39 nama dise- but-sebut dalam persidangan yang telah memidanakan empat mantan anggota DPR. “Ada juga yang meninggal. Tidak bisa dihukum kan yang meninggal,” lanjutnya. (Din/*/ Ant/P-1) bhawono@ mediaindonesia.com 2 | Politik & HAM KAMIS, 2 SEPTEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA KOMISI Pemberantasan Ko- rupsi (KPK) akan mengajukan banding terhadap putusan Majelis Hakim Pengadilan Tin- dak Pidana Korupsi (Tipikor) yang menjatuhkan vonis empat tahun penjara kepada Anggodo Widjojo. Adik tersangka kasus ko- rupsi Sistem Komunikasi Radio Terpadu (SKRT) Departemen Kehutanan Anggoro Widjojo itu terbukti melakukan permu- fakatan jahat bersama Ari Mu- ladi dan Eddy Sumarsono un- tuk menyuap pimpinan dan penyidik KPK yang menangani kasus SKRT dengan uang total Rp5 miliar. Direktur Penuntutan KPK Feri Wibisono menyebutkan, KPK saat ini sedang menyusun materi-materi banding. “Ren- cananya kita banding,” ungkap Feri saat mendampingi Wakil Ketua KPK Bibit Samad Rianto dalam jumpa pers di Kantor KPK, Jakarta, kemarin. Alasan KPK mengajukan banding, lanjutnya, terkait de- ngan pelanggaran Pasal 21 UU Nomor 31/1999 sebagaimana diubah dengan UU Nomor 20/2001. Jaksa KPK berkeya- kinan perbuatan Anggodo memenuhi unsur pelanggaran Pasal 21 yaitu menghalangi, mempersulit penyidikan yang dilakukan KPK terkait kasus SKRT. Sebaliknya, sambungnya, hakim menilai perbuatan Ang- godo yang meminta bantuan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) dan me- lapor ke Mabes Polri sebagai sesuatu yang wajar. Adapun jaksa berpendapat perbuatan- Penanganan Kasus Suap DPR Jangan Diskriminatif Seluruh aktor, pemberi, penerima aktif, atau yang sekadar menerima suap harus disidik. Aryo Bhawono KPK Banding atas Vonis Anggodo Diskon SETELAH naik banding, hukuman Anggodo akan mendapat diskon 20%-50%. Arya Restu Panditha Mau Lebaran IYA, kan mau Lebaran, diskon besar-besaran! Agus Eko Prasetyo Arya Hobi PENGADILAN di negara ini enggak jauh beda dari swalayan dan konter pakaian, hobi beri potongan dan diskon gede- gedean! Videlya Esmerella Remisi SETELAH dapat diskon dalam sidang banding, nanti ada remisi juga. Heru Saputra Mati HUKUM mati saja! Herwin Bandung ANGGODO Widjojo, terdakwa kasus suap dan kriminalisasi terhadap Komisi Pemberan- tasan Korupsi (KPK), terbukti melakukan permufakatan jahat bersama Ari Muladi dan Eddy Sumarsono untuk menyuap pimpinan dan penyidik KPK dengan uang Rp5 miliar. Anggodo cuma divonis em- pat tahun penjara dan denda Rp150 juta. Anggodo pun banding. Vonis itu lebih rendah ketimbang tuntutan jaksa, yak- ni enam tahun penjara, denda Rp200 juta, dan subsider enam bulan penjara. Hakim menilai, Anggodo ter- PENGANTAR INTERUPSI Selengkapnya di mediaindonesia.com MI/SUSANTO Kalah Pintar Dibandingkan Advokat Kremasi KREMASI untuk korupsi! Rodrigo Pasaribu Harus Lebih Berat MUNGKIN seharusnya lebih berat lagi, agar orang-orang yang mau melakukan korupsi dalam segi apa pun mau berpikir dua kali. Dede Aang Gunawan Tidak Pintar JAKSANYA tidak lebih pintar daripada advokatnya. Maklum modal untuk masuk kejaksaan belum balik modal. Marsito Sirait Surga dan Neraka TERSERAH hakim mau kasih apa. Seorang hakim telah menempatkan satu kakinya di surga dan satu kaki lagi di neraka. Tinggal pilih! Kpk Unpam Kok Banding? JADI penyuap pimpinan dan penyidik KPK toh, empat tahun penjara. Kok masih banding? Tauk Love Peace Tim Perumus Gagalkan Rezim Antipencucian Uang TIM Perumus Rancangan Un- dang-Undang Pencegahan dan Penindakan Tindak Pidana Pencucian Uang (RUU PPTP- PU) dinilai gagal memperkuat rezim antipencucian uang. Ke- wenangan penuh atas laporan hasil analisis (LHA) Pusat Pe- laporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK) yang be- rada pada kepolisian dan ke- jaksaan berpotensi membuat banyak kasus pencucian uang terjegal. Penilaian tersebut menge- muka dalam diskusi yang digelar Transparency Interna- tional Indonesia (TII) di Ja- karta, kemarin. “Apa yang dirumuskan hampir tidak ber- beda dengan produk hukum sebelumnya,” ujar Ilham Saenong, Manajer Pusat Infor- masi Anti Korupsi TII. Gagalnya perkuatan komit- men antipencucian uang terse- but, kata dia, terlihat dalam persoalan kewenangan. Itu tergambar dalam klausul pe- nyerahan LHA hanya diberikan kepada kepolisian dan kejak- saan. Selain itu, independensi PPATK juga menjadi kekha- watiran. “Karena PPATK dipi- lih Presiden atas rekomendasi Menteri Keuangan dan Guber- nur BI,” imbuhnya. TII juga mengaku kecewa kepada PPATK dan KPK yang terkesan kompromistis terha- dap DPR yang tidak memberi perubahan apa-apa terhadap RUU ini. “Ini terlihat dari sikap mereka yang menerima dan mengatakan sudah banyak kemajuan. Apanya yang maju? Sementara pendapat mereka hanya diterima di atas kertas. Siapa yang bisa menjamin PPATK independen?” cetus- nya. 50 pasal didrop Sementara itu, Indonesia Corruption Watch (ICW) juga memiliki catatan tersendiri mengenai RUU tersebut. Menurut peneliti ICW Donal Fariz, terdapat 50 pasal yang dihilangkan selama proses RUU tersebut bergulir di DPR. Hal ini menunjukkan DPR tidak serius memperkuat rezim antipencucian uang. “Pasal- pasal napas dalam RUU terse- but dihilangkan. Naskah yang cukup reformis ini gagal dise- lamatkan anggota DPR,” tu- turnya. Pihaknya menduga banyak anggota DPR yang khawatir RUU ini akan menjerat balik para politikus hitam atau pe- nyumbang dana kampanye. Beberapa pasal yang didrop di antaranya, Pasal 78 ayat (2). Ini terkait rumusan pelaksa- naan penghentian sementara mutasi atau pemblokiran oleh penyelidik pada PPATK. Saat dimintai konfirmasi, Panitia Kerja (Panja) RUU Pencucian Uang mengakui menghapus 50 pasal saat pem- bahasan di Panja maupun Tim Perumus dalam draf RUU yang diajukan oleh pemerin- tah. Penghapusan ini terkait dengan sinkronisasi peraturan perundang-undangan. Ketua Panja RUU Pencucian Uang Edison Betaubun me- nyatakan bahwa penghapusan ini untuk menyesuaikan de- ngan sistem hukum. Ia meng- akui bahwa pasal-pasal terse- but berisi penguatan PPATK. Namun, penguatan tersebut tumpang tindih dengan kewe- nangan penegak hukum. “Kami tidak mungkin mem- berikan kewenangan pada PPATK karena mereka meru- pakan pusat pelaporan dan analisis, bukan komisi.” Menurutnya, PPATK me- mang tidak berwenang mena- ngani penyidikan hingga pem- blokiran. Justru dengan peng- hapusan pasal ini, DPR telah serius dalam membahas RUU Pencucian Uang. Karena jika kewenangan tersebut diberi- kan, malah akan mengacaukan sistem hukum. (NJ/AO/P-3) MI/AGUNG WIBOWO Feri Wibisono Direktur Penuntutan KPK bukti melakukan permufakatan jahat. Berbagai tanggapan disam- paikan melalui mediaindonesia. com, Facebook Harian Umum Media Indonesia, dan inter- [email protected]. Berikut petikannya. K OMISI Pemberan- tasan Korupsi (KPK) menetapkan 26 anggota Komisi IX DPR periode 2004-2009 sebagai tersangka. Mereka ramai-ramai menjadi tersang- ka karena diduga menerima suap dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indo- nesia (BI) pada 2004. Hanya saja, KPK diharapkan bertindak lebih profesional dan tidak diskriminatif dalam mena- ngani kasus itu. Menurut Koordinator Konsor- sium Reformasi Hukum Nasio- nal (KRHN) Firmansyah Arin di Jakarta, kemarin, KPK sebaik- nya tidak ragu-ragu untuk me- netapkan seluruh mantan ang- gota Komisi IX DPR yang terlibat kasus suap itu sebagai tersang- ka. “Jangan sampai masyarakat bertanya-tanya dan melihat dis- kriminasi oleh KPK dalam pene- tapan tersangka,” ungkap Fir- mansyah. Dalam kasus cek pelawatan itu telah menjadikan empat mantan anggota Komisi IX DPR sebagai terpidana. Mereka adalah Du- dhie Makmun Murod, Endin AJ Soehara, Hamka Yandhu, dan Udju Djuhaeri. Dalam persidangan pada 11 Februari 2010, Dudhie yang menjadi terdakwa mengaku ha- nya menjalankan perintah dalam kasus itu. Berdasarkan fakta per- sidangan, Dudhie bertugas un- tuk menerima sejumlah amplop berisi cek perjalanan. Setelah itu, Dudhie membagikan cek itu kepada rekan-rekannya sesama politisi PDI Perjuangan yang bertugas di Komisi IX DPR RI. Dalam persidangan Dudhie, sejumlah mantan anggota Komi- perbuatan Anggodo tersebut memiliki tujuan melanggar hukum. “Jadi hakim Peng- adilan Tipikor menilai menge- nai perbuatannya tetapi jaksa menilai dari sisi background mind atau tujuan di balik itu semua,” jelas Feri. KPK memanfaatkan waktu tujuh hari yang diberikan maje- lis hakim untuk mempersiapkan memori banding yang kuat. Se- perti diketahui, Majelis Hakim Tipikor yang dipimpin Tjokorda Rai Suamba menjatuhkan vonis empat tahun penjara dan denda Rp150 juta kepada Anggodo pada Selasa (31/8). Adapun tuntutan jaksa KPK adalah enam tahun penjara dan denda Rp200 juta. Menyangkut Edy Soemar- sono yang disebut-sebut terli- bat dalam percobaan penyua- pan terhadap pimpinan dan penyidik KPK, Feri mengata- kan akan mempelajari perkem- bangan penyelidikan. “Apakah itu ada alat bukti- nya ataukah itu keyakinan ha- kim terhadap fakta-fakta persi- dangan yang ada,” cetus Feri. Sebelumnya, Anggodo juga sudah berniat untuk mengaju- kan banding atas putusan ma- jelis hakim. Kuasa hukum Anggodo mengira majelis ha- kim akan memutus bebas ka- rena adik tersangka kasus SKRT itu tidak terbukti melakukan upaya merintangi penyidikan kasus suap pengadaan SKRT. “Tadinya kami kira bebas. Karena tidak terjadi mukjizat, kami banding Yang Mulia,” kata pengacara Anggodo, OC Kaligis, sesaat setelah putusan hakim. (EP/S-4) Hakim Pengadilan Tipikor menilai mengenai perbuatannya tetapi jaksa menilai dari sisi background mind.’’ Anggodo Widjojo

Upload: trankhanh

Post on 30-Apr-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

si IX DPR dari F-PDIP mengaku menerima cek perjalanan (travel-lerÊs cheque) dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) yang dimenang-kan oleh Miranda S Goeltom.

Cek perjalanan itu kemudian digunakan untuk berbagai ke-perluan, mulai dari untuk biaya kampanye hingga pengobatan.

Sementara itu, mantan ang-gota F-TNI/Polri DPR Udju Djuhaeri menjadi terpidana ka-rena menerima suap bersama rekan-rekan satu fraksinya, yaitu R Sulistyadi, Darsup Yusup, dan Suyitno.

Akan tetapi, KPK menyerah-kan penanganan terhadap R Sulistyadi, Darsup Yusup, dan Suyitno kepada TNI. Pasalnya, saat peristiwa terjadi, ketiga orang itu masih berstatus TNI aktif.

Ketua DPP PDIP Trimedya Panjaitan juga berharap KPK bertindak adil. “Kami menghar-gai tindakan KPK, tetapi kami menyesalkan penetapan ter-sangka para penerima tanpa di-dahului oleh pemberi suap,” te-gasnya.

Ia menduga langkah KPK saat ini lebih mengedepankan penci-traan karena selama ini kondisi KPK sedang dalam kondisi ter-puruk.

Wakil Sekjen DPP PPP Roma-hurmuzy juga mendorong agar KPK seharusnya memprioritas-kan pemberi suap karena awal dari aliran uang berasal dari pemberi suap.

“Kami tak masalah, jika me-mang bersalah, anggota DPR harus diproses, tapi penindakan-nya harus fair,” tuturnya.

Ia khawatir terdapat tekanan

terhadap KPK dalam penetapan 26 mantan anggota Komisi IX DPR sebagai tersangka.

Romahurmuzy dan Trimedya memastikan partai akan mem-beri pendampingan terhadap anggota mereka yang turut men-jadi tersangka atas kasus ini.

Wakil Ketua DPR dari F-PG Priyo Budi Santoso juga berharap KPK untuk terus menindaklan-juti kasus itu. “Saya mohon KPK untuk membawa misi suci me-reka jauh dari nilai politis,” ujar Priyo.

KPK, sambung dia, pada saat yang bersamaan harus meme-riksa sumber aib yang belum tersentuh. Tidak adil jika KPK hanya mengenakan jerat pidana pada penerima. Kalau sumber dana tersebut belum ditetapkan, hal itu akan meruntuhkan repu-tasi KPK.

Hajar semuaWakil Ketua KPK Bibit Samad

Rianto memastikan KPK tidak akan pandang bulu dalam me-nangani kasus itu.

KPK, sambungnya, akan me-nyidik aktor, pemberi, penerima aktif, atau yang hanya penerima suap. “Sekarang ini kita hajar semua,” katanya.

Ia memaparkan, terdapat 41 anggota DPR yang terlibat dalam pemilihan Deputi Senior Guber-nur BI. Sebanyak 39 nama dise-but-sebut dalam persidangan yang telah memidanakan empat mantan anggota DPR.

“Ada juga yang meninggal. Tidak bisa dihukum kan yang meninggal,” lanjutnya. (Din/*/Ant/P-1)

[email protected]

2 | Politik & HAM KAMIS, 2 SEPTEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA

KOMISI Pemberantasan Ko-rupsi (KPK) akan mengajukan banding terhadap putusan Majelis Hakim Pengadilan Tin-dak Pidana Korupsi (Tipikor) yang menjatuhkan vonis empat tahun penjara kepada Anggodo Widjojo.

Adik tersangka kasus ko-rupsi Sistem Komunikasi Radio Terpadu (SKRT) Departemen Kehutanan Anggoro Widjojo itu terbukti melakukan permu-fakatan jahat bersama Ari Mu-ladi dan Eddy Sumarsono un-tuk menyuap pimpinan dan penyidik KPK yang menangani kasus SKRT dengan uang total Rp5 miliar.

Direktur Penuntutan KPK Feri Wibisono menyebutkan, KPK saat ini sedang menyusun materi-materi banding. “Ren-cananya kita banding,” ungkap

Feri saat mendampingi Wakil Ketua KPK Bibit Samad Rianto dalam jumpa pers di Kantor KPK, Jakarta, kemarin.

Alasan KPK mengajukan banding, lanjutnya, terkait de-ngan pelanggaran Pasal 21 UU Nomor 31/1999 sebagaimana diubah dengan UU Nomor 20/2001. Jaksa KPK berkeya-kinan perbuatan Anggodo memenuhi unsur pelanggaran Pasal 21 yaitu menghalangi, mempersulit penyidikan yang dilakukan KPK terkait kasus SKRT.

Sebaliknya, sambungnya, hakim menilai perbuatan Ang-godo yang meminta bantuan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) dan me-lapor ke Mabes Polri sebagai sesuatu yang wajar. Adapun jaksa berpendapat perbuatan-

Penanganan Kasus Suap DPR Jangan Diskriminatif

Seluruh aktor, pemberi, penerima aktif, atau yang sekadar menerima suap harus disidik.

Aryo Bhawono

KPK Banding atas Vonis Anggodo

DiskonSETELAH naik banding, hukuman Anggodo akan mendapat diskon 20%-50%.

Arya Restu Panditha

Mau LebaranIYA, kan mau Lebaran, diskon besar-besaran!

Agus Eko Prasetyo Arya

HobiPENGADILAN di negara ini enggak jauh beda dari swalayan dan konter pakaian, hobi beri potongan dan diskon gede-gedean!

Videlya Esmerella

RemisiSETELAH dapat diskon dalam sidang banding, nanti ada remisi juga.

Heru Saputra

MatiHUKUM mati saja!

Herwin Bandung

ANGGODO Widjojo, terdakwa kasus suap dan kriminalisasi terhadap Komisi Pemberan-tasan Korupsi (KPK), terbukti melakukan permufakatan jahat bersama Ari Muladi dan Eddy Sumarsono untuk menyuap pimpinan dan penyidik KPK dengan uang Rp5 miliar.

Anggodo cuma divonis em-pat tahun penjara dan denda Rp150 juta. Anggodo pun banding. Vonis itu lebih rendah ketimbang tuntutan jaksa, yak-ni enam tahun penjara, denda Rp200 juta, dan subsider enam bulan penjara.

Hakim menilai, Anggodo ter-

PENGANTAR

INTERUPSI

Selengkapnya di mediaindonesia.com

MI/SUSANTO

Kalah Pintar Dibandingkan Advokat

KremasiKREMASI untuk korupsi!

Rodrigo Pasaribu

Harus Lebih BeratMUNGKIN seharusnya lebih berat lagi, agar orang-orang yang mau melakukan korupsi dalam segi apa pun mau berpikir dua kali.

Dede Aang Gunawan

Tidak PintarJAKSANYA tidak lebih pintar daripada advokatnya. Maklum modal untuk masuk kejaksaan belum balik modal.

Marsito Sirait

Surga dan NerakaTERSERAH hakim mau kasih apa. Seorang hakim telah menempatkan satu kakinya di surga dan satu kaki lagi di neraka. Tinggal pilih!

Kpk Unpam

Kok Banding?JADI penyuap pimpinan dan penyidik KPK toh, empat tahun penjara. Kok masih banding?

Taufi k Love Peace

Tim Perumus Gagalkan Rezim

Antipencucian UangTIM Perumus Rancangan Un-dang-Undang Pencegahan dan Penindakan Tindak Pidana Pencucian Uang (RUU PPTP-PU) dinilai gagal memperkuat rezim antipencucian uang. Ke-wenangan penuh atas laporan hasil analisis (LHA) Pusat Pe-laporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK) yang be-rada pada kepolisian dan ke-jaksaan berpotensi membuat banyak kasus pencucian uang terjegal.

Penilaian tersebut menge-muka dalam diskusi yang digelar Transparency Interna-tional Indonesia (TII) di Ja-karta, kemarin. “Apa yang dirumuskan hampir tidak ber-beda dengan produk hukum sebelumnya,” ujar I lham Saenong, Manajer Pusat Infor-masi Anti Korupsi TII.

Gagalnya perkuatan komit-men antipencucian uang terse-but, kata dia, terlihat dalam persoalan kewenangan. Itu tergambar dalam klausul pe-nyerahan LHA hanya diberikan kepada kepolisian dan kejak-saan. Selain itu, independensi PPATK juga menjadi kekha-watiran. “Karena PPATK dipi-lih Presiden atas rekomendasi Menteri Keuangan dan Guber-nur BI,” imbuhnya.

TII juga mengaku kecewa kepada PPATK dan KPK yang terkesan kompromistis terha-dap DPR yang tidak memberi perubahan apa-apa terhadap RUU ini. “Ini terlihat dari sikap mereka yang menerima dan mengatakan sudah banyak kemajuan. Apanya yang maju? Sementara pendapat mereka hanya diterima di atas kertas. Siapa yang bisa menjamin PPATK independen?” cetus-nya.

50 pasal didrop Sementara itu, Indonesia

Corruption Watch (ICW) juga memiliki catatan tersendiri mengenai RUU tersebut . Menurut peneliti ICW Donal

Fariz, terdapat 50 pasal yang dihilangkan selama proses RUU tersebut bergulir di DPR. Hal ini menunjukkan DPR tidak serius memperkuat rezim antipencucian uang. “Pasal-pasal napas dalam RUU terse-but dihilangkan. Naskah yang cukup reformis ini gagal dise-lamatkan anggota DPR,” tu-turnya.

Pihaknya menduga banyak anggota DPR yang khawatir RUU ini akan menjerat balik para politikus hitam atau pe-nyumbang dana kampanye.

Beberapa pasal yang didrop di antaranya, Pasal 78 ayat (2). Ini terkait rumusan pelaksa-naan penghentian sementara mutasi atau pemblokiran oleh penyelidik pada PPATK.

Saat dimintai konfirmasi, Panitia Kerja (Panja) RUU Pencucian Uang mengakui menghapus 50 pasal saat pem-bahasan di Panja maupun Tim Perumus dalam draf RUU yang diajukan oleh pemerin-tah. Penghapusan ini terkait dengan sinkronisasi peraturan perundang-undangan.

Ketua Panja RUU Pencucian Uang Edison Betaubun me-nyatakan bahwa penghapusan ini untuk menyesuaikan de-ngan sistem hukum. Ia meng-akui bahwa pasal-pasal terse-but berisi penguatan PPATK. Namun, penguatan tersebut tumpang tindih dengan kewe-nangan penegak hukum.

“Kami tidak mungkin mem-berikan kewenangan pada PPATK karena mereka meru-pakan pusat pelaporan dan analisis, bukan komisi.”

Menurutnya, PPATK me-mang tidak berwenang mena-ngani penyidikan hingga pem-blokiran. Justru dengan peng-hapusan pasal ini, DPR telah serius dalam membahas RUU Pencucian Uang. Karena jika kewenangan tersebut diberi-kan, malah akan mengacaukan sistem hukum. (NJ/AO/P-3)

MI/AGUNG WIBOWO

Feri WibisonoDirektur Penuntutan KPK

bukti melakukan permufakatan jahat.

Berbagai tanggapan disam-paikan melalui mediaindonesia.

com, Facebook Harian Umum Media Indonesia, dan [email protected]. Berikut petikannya.

KOMISI Pemberan-t a s a n K o r u p s i (KPK) menetapkan 26 anggota Komisi

IX DPR periode 2004-2009 sebagai tersangka. Mereka ramai-ramai menjadi tersang-ka karena diduga menerima suap dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indo-nesia (BI) pada 2004.

Hanya saja, KPK diharapkan bertindak lebih profesional dan tidak diskriminatif dalam mena-ngani kasus itu.

Menurut Koordinator Konsor-sium Reformasi Hukum Nasio-nal (KRHN) Firmansyah Arifi n di Jakarta, kemarin, KPK sebaik-nya tidak ragu-ragu untuk me-netapkan seluruh mantan ang-gota Komisi IX DPR yang terlibat kasus suap itu sebagai tersang-ka.

“Jangan sampai masyarakat bertanya-tanya dan melihat dis-kriminasi oleh KPK dalam pene-tapan tersangka,” ungkap Fir-mansyah.

Dalam kasus cek pelawatan itu telah menjadikan empat mantan anggota Komisi IX DPR sebagai terpidana. Mereka adalah Du-dhie Makmun Murod, Endin AJ Soefi hara, Hamka Yandhu, dan Udju Djuhaeri.

Dalam persidangan pada 11 Februari 2010, Dudhie yang menjadi terdakwa mengaku ha-nya menjalankan perintah dalam kasus itu. Berdasarkan fakta per-sidangan, Dudhie bertugas un-tuk menerima sejumlah amplop berisi cek perjalanan. Setelah itu, Dudhie membagikan cek itu kepada rekan-rekannya sesama politisi PDI Perjuangan yang bertugas di Komisi IX DPR RI.

Dalam persidangan Dudhie, sejumlah mantan anggota Komi-

perbuatan Anggodo tersebut memiliki tujuan melanggar hukum. “Jadi hakim Peng-adilan Tipikor menilai menge-nai perbuatannya tetapi jaksa menilai dari sisi background mind atau tujuan di balik itu semua,” jelas Feri.

KPK memanfaatkan waktu tujuh hari yang diberikan maje-lis hakim untuk mempersiapkan memori banding yang kuat. Se-perti diketahui, Majelis Hakim Tipikor yang dipimpin Tjokorda Rai Suamba menjatuhkan vonis empat tahun penjara dan denda Rp150 juta kepada Anggodo pada Selasa (31/8). Adapun tuntutan jaksa KPK adalah enam tahun penjara dan denda Rp200 juta.

Menyangkut Edy Soemar-sono yang disebut-sebut terli-bat dalam percobaan penyua-

pan terhadap pimpinan dan penyidik KPK, Feri mengata-kan akan mempelajari perkem-bangan penyelidikan.

“Apakah itu ada alat bukti-nya ataukah itu keyakinan ha-kim terhadap fakta-fakta persi-dangan yang ada,” cetus Feri.

Sebelumnya, Anggodo juga sudah berniat untuk mengaju-kan banding atas putusan ma-jelis hakim. Kuasa hukum Anggodo mengira majelis ha-kim akan memutus bebas ka-rena adik tersangka kasus SKRT itu tidak terbukti melakukan upaya merintangi penyidikan kasus suap pengadaan SKRT.

“Tadinya kami kira bebas. Karena tidak terjadi mukjizat, kami banding Yang Mulia,” kata pengacara Anggodo, OC Kaligis, sesaat setelah putusan hakim. (EP/S-4)

Hakim Pengadilan Tipikor menilai mengenai perbuatannya tetapi jaksa menilai dari sisi background mind.’’

Anggodo Widjojo