penang an
DESCRIPTION
penanganan hewan cobaTRANSCRIPT
No Praktikum : 01
Hari-Tanggal Praktikum : Rabu, 12-02-2014
Judul : Cara Penanganan Dan Penandaan Hewan
Percobaan
A. Tujuan Praktikum
Dapat mengetahui cara – cara penanganan dan penandaan terhadap
hewan percobaan Mencit (Mus musculus), Tikus putih (Rattus norvegicus)
dan Kelinci (Oryctolagus cuniculus).
B. Dasar Teori
Penggunaan hewan percobaan dalam penelitian ilmiah dibidang
kedokteran/biomedis telah berjalan puluhan tahun yang lalu. Sebagai pola
kebijaksanaan pembangunan keselamatan manusia di dunia adalah
adanya Deklarasi Helsinki,yang dihasilkan oleh Sidang Kesehatan Dunia
ke 16 di Helsinki, Finlandia, pada tahun 1964 (Sulaksono, M.E., 1987).
Deklarasi tersebut merupakan rekomendasi kepada penelitian
kedokteran, yaitu tentang segi etik penelitian yang melibatkan manusia
sebagai obyek penelitian. Disebutkan, perlunya dilakukan percobaan pada
hewan sebelum percobaan di bidang biomedis maupun riset lainnya
dilakukan atau diperlakukan terhadap manusia(Sulaksono, M.E., 1987).
Hewan coba atau sering disebut hewan laboratorium adalah hewan
yang khusus diternakkan untuk keperluan penelitian biologik. Hewan
laboratorium tersebut digunakan sebagai model untuk peneltian pengaruh
bahan kimia atau obat pada manusia. Beberapa jenis hewan dari yang
ukurannya terkecil dan sederhana ke ukuran yang besar dan lebih komplek
digunakan untuk keperluan penelitian ini, yaitu: mencit (Mus musculus),
Tikus putih (Rattus norvegicus), dan Kelinci (Oryctolagus cuniculus).
Hewan sebagai model atau sarana percobaan haruslah memenuhi
persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain persyaratan genetis/ keturunan
dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya, di samping faktor
ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, serta mampu memberikan reaksi
biologis yang mirip kejadiannya pada manusia (Sulaksono, M.E., 1987).
Dalam bidang farmakologi hewan mempunyai peranan sangat penting
dalam proses penentuan khasiat dan keamanan obat atau bahan obat.
Hewan harus diperlakukan sebaik-baiknya dan perlakuan yang tidak wajar
terhadap hewan percobaan dapat menimbulkan penyimpangan hasil
percobaan. Untuk itu, sifat-sifat khusus setiap jenis hewan percobaan perlu
diketahui dan diperhatikan. Disamping itu, faktor-faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi hasil percobaan dan cara peberian obat perlu
dipelajari.
Dasar dilakukannya penandaan hewan percobaan adalah bentuk
karakteristik hewan satu spesies itu identik atau mempunyai identitas dir
sama dengan demikian dilakukan penandaan terhadap hewan percobaan
dinyatakan dalam mg/ g per Kg bobot tubuh hewan sehingga perlu
diketahui berat dari tiap hewan percobaan yang akan digunakn dalam
percobaan dan tiap hewan diberi tanda (titik/garis) dengan pewarnaan
untuk mengidentifikasi.
C. Metode Percobaan
a. Alat
- Kawat bejana
- Asam pikrat
b. Hewan percobaan
- Mencit (Mus musculus)
- Tikus putih (Rattus norvegicus)
- Kelinci (Oryctolagus cuniculus)
c. Prosedur
1. Penangaanan Mencit
a. Mencit diangkat dengan memegang pada ujung ekornya dengan
tangan kanan dan dibiarkan menjangkau kawat kandang dengan
kaki depannya
b. Dengan tangan kiri, kulit tengkuknya dipijit diantara telunjuk
dan ibu jari
c. Kemudian ekornya dipindahakan dari tangan kanan ke antara
jari manis dan jari kelingking tangan kiri, hingga mencit cukup
erat dipegang. Pemberian obat kini dapat dimulai.
2. Penangan Tikus
a. Tikus diperlukan sama seperti mencit, hanya harus diperhatiakn
bahwa sebaiknya bagian ekornya yang dipegang adalah
pangkal ekor.
b. Tikus dapat diangkat dengan memegang perutnya ataupun
dengan cara berikut :
- Tikus dianagkat dari kandangnya dengan memegang
tubuhnya atau ekornya dari bejana, kemudian diletaknan
diatas permukaan kasar.
- Tangan kiri diluncurkan dari belakang tubuh menuju kepala
dan ibu jari diselipkan kedepan dan kaki kanan depan
dijepit diantara kedua jari tersebut.
3. Penangana kelinci
Kelinci harus diperlakuakan dengan halus dan sigap, karena
cenderung berontak, menangkap atau membalikan kelinci jangan
dengan mengangkat pada telinganya. Untuk menangkapnya, kulit
pada leher kelinci dipegang dengan tangan kiri, pantatnya diangkat
dengan tangan kanan. Kemudian didekap ke dekat tubuh.
4. Penandaan Hewan Percobaan
a. Diberi Nama : Dengan ditulis nomor pada tubuhnya
b. Deberi Nomor : Pewarnaan pada bulu ( dengan asm pikrat),
tataletak dibagian tubuh tertentu misalnya : kaki kiri/kanan
c. Tanda pada ekor berdasarkan tata nomor romawi
d. Ditato nomor pada ekor dengan laser animal identification
marking system (AIMS)
D. Hsil Pengamatan
1. Penanganan Mencit
2. Penanganan tikus
3. Penangan kelinci
E. Pembahasan
Pada praktikum kali ini adalah membahas tentang bagaimana cara
penanganan dan penandaan hewan coba. Sebelum kita melakukan
pemberian obat terhadap hewan coba maka kita harus mengetahui
bagaimana cara penanganan hewan coba yang baik dan benar terlebih
dahulu. Selain itu juga harus diketahu sifat dan karakter dari hewan coba.
Hewan yang digunakan pada percobaan adalah Mencit (Mus musculus),
Tikus putih (Rattus norvegicus) dan Kelinci (Oryctolagus cuniculus.
Adapun karateristik dari mencit adalah mudah ditangani, bersifat
penakut, fotopobik, cenderung berkumpul dengan sesamanya, mempunyai
kecenderungan untuk bersembunyi dan lebih aktif pada malam hari dari
pada siang hari. Kehadiran manusia akan menghambat aktivitas mencit,
sushu tubuh normal 37,4 0C, laju respirasi normal 163 tiap menit.
Karakteristik tikus, relatif resisten terhadap infeksi, sangat cerdas,
tenang dan mudah ditangani. Ia tidak begitu bersifat fotopobik seperti
halnya mencit dan kecenderungannya untuk berkumpul sesamanya juga
tidak begitu besar. Sushu tubuh normal 37,5 0C, laju respirasi normal 210
tiap menit. Bila diperlakuakan kasar (atau apabila ia mengalami defisiensi
nutrisi) tikus menjadi galak dan sering meyerang sipemegang.
Untuk memegang mencit atau tikus yang akan diperlakukan (baik
pemberian obat maupun pengambilan darah) maka diperlukan cara-cara
yang khusus sehingga mempermudah cara perlakuannya. Secara alamiah
mencit atau tikus cenderung menggigit bila mendapat sedikit perlakuan
kasar. Pengambilan mencit atau tikus dari kandang dilakukan dengan
mengambil ekornya kemudian mencit atau tikus ditaruh pada kawat kasa
setelah itu mencit di elus-elus agar tenang dan mudah dipegang dan
ekornya sedikit ditarik. Cubit kulit bagian belakang kepala dan jepit
ekornya.
Karakteristik kelinci, jarang bersuara kecuali bila merasa nyeri, jika
merasa tak aman akan berontak, suhu rektal umumnya 38-39,5 0C, suhu
berubah jika mengalami gangguan lingkungan, laju respirasi 38-65/menit,
umumnya 50/menit pada kelinci dewasa normal.
Kadang kelinci mepunyai kebiasaan untuk mencakar atau menggigit.
Bila penanganan kurang baik, kelinci sering berontak dan mencakarkan
kuku dari kaki belakang dengan sangat kuat yang kadang dapat menyakiti
dirinya sendiri. Kadang kondisi tersebut dapat menyebabkan patahnya
tulang belakang kelinci yang bersangkutan. Selain itu, kita tidak
diperbolehkan sekali-kali memegang telinga kelinci pada saat penanganan
karena pada telinga kelinci syaraf dan pembuluh darahnya dapat terganggu
dan telinga kelinci juga sangat sensitif, sehingga bila telinganya dipegang,
maka dapat mempengaruhi system saraf pada kelinci.
Cara menghandel adalah dengan cara dielus-elus bagian kepala
sampai bagian belakang tubuhnya agar kelinci tenang dan mudah di
pegang, menggenggam bagian belakang kelinci sedikit kedepan dari
bagian tubuh, dimana bagian tersebut kulitnya agak longgar. Kemudian
angkat kelinci dan bagian bawahnya disangga.
Beberapa cara penandaan hewan percobaan dilakukan untuk
mengetahui kelompok hewan yang diperlakukan berbeda dengan
kelompok lain. Penandaan ini dapat dilakukan dengan diberi nama atau
tanda menggunakan nomor atau pewarnaan bulu dengan asam pikrat
bagian tubuh tertentu. Penandaan juga dapat dilakuakan secara permanen
untuk penelitian jangka panjang (kronis), sehingga tanda tersebut tidak
mudah hilang. Yaitu : dengan ear tag (anting bernomor), tatoo pada ekor,
melubangi daun telinga dan elektronik transponder. Tujuan dari pada
pemberian tanda pada hewan adalah di samping untuk mencegah
kekeliruan hewan dalam sistim pembiakannya juga untuk mempermudah
pengamatan dalam percobaan.
F. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa berbagai macam
hewan uji digunakan di laboratorium, seperti Mencit (Mus musculus),
Tikus putih (Rattus norvegicus) dan Kelinci (Oryctolagus cuniculus) yang
memerlukan penanganan khusus.
Cara memperlakukan dan memberikan tanda pada hewan percobaan
harus dilakukan dengan cara yang lembut, sehingga pada dasarnya apabila
dia diperlakukan kasar, maka hewan percobaan akan cenderung stress dan
akan menyerang apabila kenyamanannya terganggu. Dengan dilakukanya
penandaan pada hewan percobaan, agar dapat dibedakan antara hewan
percobaan satu dengan yang lainnya.
G. Daftar Pustaka
Raven, P. 2005. Atlas Anatomi. Jakarta : Djambatan.
Tim Dosen. 2013. Penuntun Praktikum Farmakologi dan kemoterafi.
Tasikmalaya: STIKes BTH
Tanu, Ian. (2007). Farmakologi dan Terapi, Edisi Kelima. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
Katzung, B.G., 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi VI. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sulaksono, M.E., 1987. Peranan, Pengelolaan dan Pengembangan Hewan
Percobaan. Jakarta.