penanaman
DESCRIPTION
penanaman melalui kultur karinganTRANSCRIPT
PENANAMAN
Kalanchoe pinnata,
Kultur jaringan merupakan salah satu tekhnik memperbanyak suatu tanaman dengan cara menanam sebagian kecil jaringan pada medium yang sudah dalam keadaan steril. Teknik kultur jaringan bukan hanya digunakan untuk beberapa tujuan seperti mendapatkan produksi metabolit sekunder, mendapatkan keragaman seleksi dan pemuliaan tanaman.
Proses pelaksanaan kultur jaringan yang dapat
dikatakan proses terakhir yaitu penanaman
eksplan. Syarat pertama kultur jaringan juga
masih digunakan pada pelaksanaan ini yaitu
kondisi yang aseptic. Pada pross penanaman
eksplan, lingkungan yang digunakan haruslah
benar-benar dalam kondisi yang aseptic. Oleh
karenanya penanaman biasanya dilakukan di
Enkas, sebuah kotak dengan tepi yang
transparan dan terdapat lubang untuk tangan,
atau dengan menggunakan LAF (Laminar Air
Flow).
Penanaman eksplan harus dilakukan pada
ruangan yang harus steril, dan eksplan juga
dalam keadaan yang steril pula. Penanaman
dapat dilakukan pada ruangan tertutup atau
ruangan penabur dalam Laminair Air Flow
(LAF). Ruangan digunakan, setelah dilakukan
sterilisasi dengan menggunakan larutan
alkohol 96 % pada lantai dan dinding ruangan,
dan membiarkan ruangan selama 30 menit
dengan sinar UV yang menyala.
Sterilisasi eksplan dapat dilakukan atau
dilaksanakan dengan dua cara yaitu secara
mekanik dan secara kimia.
a. Sterilisasi eksplan secara mekanis. Cara ini
digunakan untuk eksaplan yang keras atau
berdaging, yaitu dengan membakar eksplan
tersebut diatas lampu spirtus sebanyak tiga
kali. Eksplan keras yang disterilkan dengan
cara ini adalah tebu, biki salak, bung, buah
anggrek, akapulaga dan sebagainya. Sterilisasi
eksplan dengan cara kimiawi.
b. Sterilisasi secara kimiawi digunakan untuk
eksplan yang lunak seperti daun, tangkai daun,
dan sebagainya. Bahan kimia yang sering
dipakai untuk disinfestasi adalah alkohol
seperti etil, metil, atau isopropyl-alkohol
dengan konsentrasi 70-80%, Ca-hipoklorit
atau Na- hipoklorit.
Macam-macam bahan untuk sterilisasi dan
fungsinya:
1. Deterjen (Membershkan kotora/debu dari
eksplan)
2. Fungisida (Memberihkan jamur/cendawan)
3. Bakterisida (Membersihkan bakteri)
4. Alkohol 70% dan 95%
5. Sodium hipoklorik dengan nama dagang
clorox atau bayclin
6. Mercury chlorit dengan nama dagang
sublima 0,05 %
7. Tween -20 (Agen pembasah)
8. Antibiotik
9. Iodine/betadine Antiseptik
Satu hal yang penting dalam sterilisasi
permukaan eksplan adalah mengkompromikan
antara usaha untuk mendapatkan eksplan yang
steril dan menjaga agar jaringan eksplan tidak
rusak akibat tingginya konsentrasi disinfektan.
Untuk meminimalkan tingkat kontaminasi dan
mendapatkan pertumbuhan eksplan yang
cepat, beberapa perlakuan (threatment)
terhadap tanaman induk sumber eksplan dapat
diterapkan sebagai berikut:
Eksplan atau bahan tanam ialah bagian
kecil jaringan atau organ yang diambil dari
tanaman induk kemudian dikulturkan
ketepatan dalam dalam menyiapkan eksplan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
inisiasi eksplan.
a) Syarat Bagian Tanaman Sebagai Bahan
Eksplan
Bagian tanaman yang yang dapat
dijadikan eksplan adalah akar, pucuk, daun,
bunga, buah muda, dan tepung sari. Faktor
yang dimiliki oleh eksplan itu sendiri yaitu:
ukuran, umurnya, sumber genotip dan sterilitas
eksplan.
Ukuran eksplan yang terlalu kecil
mempunyai daya tahan kurang dibandingkan
dengan ukuran yang lebih besar, ukuran
ekspalan yang baik adalah 0,5-1 cm tetapi ini
tidak mutlak untuk setiap eksplan karena
tergantung pada material tanaman dan jenis
tanamannya.
Umur fisiologis pun berpengaruh
terhadap kemampuanya untuk beregenerasi
jaringan tanaman yang masih muda yang
meristematik (sel-sel masih aktif membelah)
lebih mudah beregenerasi dibandingkan yang
lebih tua. Yang termasuk jaringan merismatik
adalah pucuk apikal, pucuk lateral, dan pucuk
axial.
b) Karakter Bahan Tanaman Sebagai Eksplan
Pada dasarnya setiap bagian tanaman
dapat dijadiakn sebagai bahan eksplan, tetapi
dalam memilih bagian tanaman yang akan
dikulturkan harus mempertimbangkan faktor
kemudahan beregenerasi dan tingkat
kontaminasinya.
Bagian tanaman yang mengandung
persediaan makanan serta bahan-bahan lain
untuk pertumbuhan, seperti umbi adalah lebih
mudah untuk beregenerasi dibanding dengan
bagian tanaman yang kurang mengandung
bahan makanan. Bagian yang berasal dari akar
yang tumbuh didalam tanah, tingkat
kontaminannya lebih tinggi di bandingkan
dengan bagian bagian tanaman yang ada diatas
permukaan tanah seperti pucuk atau daun.
Laminar air flow ialah alat yang digunakan dalam pekerjaan mempersiapkan bahan tanaman, penanaman, dan pemindahan tanaman dari suatu botol ke botol lain dalam kultur jaringan. Laminar air flow meniupkan udara steril secara kontinyu melewati tempat kerja, sehingga tempat kerja bebas debu dan spora yang mungkin jatuh kedalam media sewaktu pelaksanaan penanaman. Aliran udara yang berasal dari udara ruangan ditarik kedalam melalui filter pertama (pre filter: pori-pori 5µm) yang kemudiaan ditiupkan keluar melelui filter yang sangat halus yang disebut HEBA (High Eficiency Particulate Air Filter) pori–pori 0,3µm dengan menggunakan blower.
Sterilisasi sangat penting karena :
a) Jasad renik yang terbawa eksplan akan
tumbuh menutupi eksplan dan media sehingga
dapat menghancurkan jaringan yang akan
ditanam.
b) Adanya jasad renik akan mengubah
lingkungan karena hilangnya zat makanan di
media dan dilepaskan produk metabolit
tambahan ke dalam media dan dilepaskannya
produk metabolit tambahan ke dalam media,
sehingga dapat menghancurkan eksplan yang
akan ditanam.
Melakukan Sub Kultur (Inokulum)
Sub kultur dalam perbanyakan tanaman
secara kultur jaringan di perlukan agar
diperoleh pucuk atau anakan yang banyak.
Satu pucuk inokulum dapat di perbanyak
menjadi 20 pucuk yang dapat di pisahkan
menjadi 20 propagul. Sedangkan 20 propagul
tersebut masing–masing telah membentuk
sejumlah pucuk dan seterusnya. Kelebihan
kultur ini adalah pucuk atau hasil perbanyakan
pertama dapat langsung di pegunakan untuk
perbanyakan selanjutnya.
Kegiatan sub kultur harus dilakukan
terhadap inokulum disebabkan oleh beberapa
hal, diantaranya:
1. Tumbuhnya eksplan cukup cepat dan telah
memenuhi botol kultur
2. Media tumbuh telah mengering yang di
tandai dengan mengurangnya volume agar-
agar atau media cairnya sudah habis
3. Eksplan lebih perlu di perbanyak lagi untuk
tujuan perbanyakan tahapan selanjutnya
4. Eksplan memerlukan media yang susunannya
baru agar mengalami diperensiasi lebih lanjut
Eksplan atau kalus yang sudah waktunya
di pindahkan ke dalam media kultur yang baru
harus segera di laksanakan dan tidak boleh
terlambat. Sub kultur yang terlambat dapat
menyebabkan pertumbuhan eksplan atau kalus
tersebut akan terhenti atau mengalami
pengcoklatan atau bahkan akan
terkontaminasi oleh bakteri atau virus.
Keadaaan eksplan kemungkinan untuk di
selamatkan kecil sekali karena spora jamur
atau bakteri dapat menyebar dengan sangat
cepat sekali.
Tahap sub kultur inokulum tujuannya
agar perbanyakan eksplan selanjutnya dapat
diperbanyak dengan beberapa cara.
Perbanyakan stek dengan perbanyakan buku
yang di lanjutkan sub kultur berkali kali dari
buku ke tunas yang di hasilkan, diikuti dengan
perakaran tunas, misalnya pada tanaman
kentang dan jati. Metode lain yang mendorong
perbanyakan tunas samping dan eksplan tunas
pucuk atau stek satu buku untuk membentuk
tunas majemuk seperti pada tunas pisang,
vanili, nanas dan stroberi. Perbanyakan
dengan metode perbanyakan tunas samping
sering di gunakan karena relatif sederhana,
penyimpangan generatif relatif kacil,
perbanyakan berlangsung cepat dan tanaman
yang di hasilkan tumbuh baik karna terjadi
rejuvenasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan mikropropagasi
1) Genotif Tanaman
Salah satu faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan morfologis eksplan dalam
kultur in-vitro adalah genotip tanaman asal
eksplan diisolasi. Pengaruh genotif ini
umumnya berhubungan erat dengan faktor-
faktor lain yang erat hubungannya dengan
pertumbuhan eksplan seperti kebutuhan
nutrisi, zat pengatur tumbuh, lingkungan
kultur dan lain-lain. Oleh karena itu komposisi
media, zat pengatur tumbuh dan linggkungan
pertumbuhan yang dibutuhkan oleh masing-
masing tanaman bervariasi meskipun tehnik
kultur jaringan yang di terapkan sama.
Perbedaan respon genotif tanaman
tersebut dapat diamati pada perbedaan eksplan
masing-masing varietas untuk tumbuh dan
beregenerasi.
2) Media Kultur
Perbedaan komposisi media, komposisi
zat pengatur tumbuh dan zat media yang
digunakan akan sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan regenerasi eksplan yang
akan dikulturkan.
a. Komposisi Media
Perbedaan komposisi media, seperti jenis
dan komposisi garam-garam an-organik,
senyawa organik, zat pengatur tumbuh sangat
mempengaruhi eksplan saat dikulturkan.
Tanaman dapat tumbuh dengan baik pada suhu
optimumnya, pada suhu ruang kultur di bawah
optimum, pertumbuhan eksplan lebih lambat,
namun pada suhu diatas optimum
pertumbuhan tanaman juga akan terhambat
akibat tingginya pertumbuhan eksplan.
b. Kelembaban Relatif
Kelembaban relatif dalam botol kultur
dengan mulut botol yang ditutup pada
umumnya cukup tinggi, yaitu berkisar antara
80-99%. Jika mulut botol ditutup agak longgar
maka kelembaban relatif dalam botol relatif
rendah, sedangkan kelembaban pada kultur
jaringan relatifnya adalah 70%. Jika
kelembaban relatif ruang kultur di bawah 70%
maka akan menyebabkan media dalam botol
kultur akan cepat menguap dan kering eksplan
yang di kultur kan akan cepat habis medianya,
maka sebaliknya jika kelembaban tinggi
tanaman akan tumbuh abnormal yaitu daun
lemah, mudah patah tanaman kecil namun
terlampau sukulen, tanaman tesebut di
namakan “vitrifikasi”
c. Cahaya
Seperti halnya pertumbuhan tanaman
dalam kondisi in-vitro kuantitas dan kualitas
cahaya,yaitu intensitas cahaya, lama
penyinaran dan gelombang cahaya
mempengaruhi pertumbuhan eksplan dalam
kultur in-vitro. Pertumbuhan organ atau
jaringan tanaman dalam kultur in-vitro
umumnya tidak dihambat oleh cahaya, namun
pertumbuhan kalus petumbuhan kalus
dipengaruhi oleh cahaya.
Pada perbanyakan tanaman pada in-vitro
kultur pada umumnya diinkubasi pada ruang
penyimpanan dengan penyinaran. Tunas-tunas
pada umumnya diransang pertumbuhannya
dengan penyinaran,kecuali pada teknik
perbanyakan yang diawali dengan
pertumbuhan kalus. Sumber cahaya pada
ruang kultur ini umumnya adalah lampu
flaurescen. Hal ini disebabkan karena lampu
TL menghasilkan cahaya warna putih, selain
itu warna putih tidak meningkatkan suhu
ruangan kultur secara drastis, hanya meningkat
sedikit. Intensits cahaya yang di gunakan pada
ruangan kultur umumnya jauh lebih rendah
dari intensitas cahaya yang dibutuhkan oleh
tanaman dalam keadaan normal.
Selain intensitas cahaya, lama penyinaran
atau photoperiodisitas juga mempengaruhi
pertumbuhan eksplan yang di kulturkan, lama
penyinaran biasanya disesuaikan dengan
kebutuhan tanaman sesuai dengan kondisi
alaminya. Periode terang dan gelapnya
umumnya diatur pada kisaran 8-16 jam terang
dan 16-8 jam gelap tergantung varietas
tanaman yang dikulturkan .
1. Kondisi Eksplan
Pertumbuhan dan morfogenesis dalam
kultur jaringan sangat di pengaruhi oleh
jaringan tanaman yang di gunakan sebagai
eksplan. Selain faktor genetis eksplan yang
telah disebut di atas, kondisi eksplan yang
mempengaruhi keberuntungan kultur adalah
jenis eksplan, ukuran, umur dan fase jaringan
fisiologis jaringan yang digunakan sebagai
eksplan. Meskipun masing-masing sel
tanaman memiliki kemampuan totipotensi,
namun masing-masing jaringan memiliki
kemampuan yang berbeda-beda untuk tumbuh
dan beregenerasi dalam kultur jaringan, oleh
karena itu eksplan yang digunakan untuk
masing-masing kultur berbeda-beda
tergantung tujuannya,. Umur eksplan sangat
berpengaruh terhadap kemampuan eksplan
tersebut untuk tumbuh dan beregenarasi.
Umumnya eksplan yang berasal dari jaringan
tanaman yang masih muda lebih mudah
tumbuh dan beregenerasi dibandingkan dengan
jaringan yang telah diverensiasi lanjut.
Jaringan muda umumnya memiliki sel-sel
yang aktif membelah dengan dinding sel yang
belum komplek sehingga lebih mudah
dimodifikasi dalam kultur dibandingkan
jaringan tua oleh karena itu, inisiasi kultur
biasanya di lakukan dengan menggunakan
pucuk muda, kuncup-kuncup muda, hipokotil,
inflorenscence, yang belum dewasa. Jika
eksplan di ambil dari tanaman dewasa,
rejupenilisisasi tanaman induk melalui
pemangkasan atau pemupukan dapat
membantu untuk memperoleh eksplan muda
agar kultur berhasil. Ukuran eksplan juga
mempengaruhi keberhasilan kultur. Eksplan
dengan ukuran kecil lebih mudah disterilisasi
dan tidak membutuhkan ruang serta media
yang banyak, namun kemampuannya untuk
beregenerasi juga lebih kecil sehingga
dibutuhkan media yang lebih kompleks untuk
pertumbuhan dan regenerasi sebaliknya
semakin besar eksplan maka semakin besar
kemungkinannya membawa penyakit dan
makin sulit untuk di sterilkan. Membutuhkan
ruang dan media kultur yang lebih banyak.
Ukuran eksplan yang sesuai sangaat
tergantung dari jenis tanaman yang di
kulturnya, teknik dan tujuan pengulturannya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
kegiatan inisiasi/penanaman yakni sebagai
berikut : ( Hawaauriz, 2009 ).
1. Alat dan bahan yang dimasukkan dalam
laminar harus dipastikan dalam keadaan steril
sehingga perlu dilakukan penyemprotan
dengan alkohol 70 %.
2. Untuk mengurangi masuknya
mikroorganisme yang tidak diinginkan,
sebelum membuka tabung kultur sebaiknya
mulut tabung digarang pada api terlebih
dahulu
3. Kegiatan penanaman diusahakan dilakukan
dengan cepat, karena semakin cepat dilakukan
penanaman maka eksplan tidak akan terlalu
lama berikatan dengan oksigen sehingga
kemungkinan untuk browning semakin kecil.
PENGAMATAN
Eksplan atau kultur dapat terkontaminasi oleh
berbagai mikrooganisme seperti jamur,
bakteri, serangga atau virus. Namun, sumber
utama kontaminan adalah spora jamur dan
bakteri yang membentuk bagian alami dari
atmosfer. Banyak yang bersifat non-patogenik,
artinya mereka tidak menyebabkan bahaya
bagi tanaman inang pada kondisi normal.
Kontaminasi permukaan dapat diatasi dengan
cara pencucian menggunakan berbagai
perlakuan bahan kimia. Keterbatasan utama
adalah untuk memberikan perlakuan yang
cukup kuat untuk mengeliminasi kontaminasi
tanpa merusak jaringan tanaman. Ini biasanya
dicapai dengan menambahkan detergen,
agitasi (digoyang –goyang), atau
membenamkan eksplan dengan sedikit tekanan
untuk mengilangkan gelembung udara yang
mungkin mengandung mikroorganisme
(Hendaryono, 1994).
Kontaminasi yang disebabkan oleh
mikroorganisme endofilik (organisme yang
hidup di dalam sel atau ruang antar sel
tanaman) yang sering merupakan biote dari
tanaman sumber eksplan, sulit diatasi dengan
sterilisasi permukaan. Keadaan ini disebabkan
oleh koloni baktri sering tidak muncul pada
saat eksplan baru dikulturkan pertama kali,
tetapi beberapa minggu kemudian muncul
koloni bakteri. Bakteri tersebut tetap ada
setelah disubkulturkan berkali-kali, karena
hidupnya memang secara epifit di dalam
jaringan tanaman.
Eksudasi dari eksplan merupakan tipe
kontaminasi yang lain, bukan dari organisme
lain. Ketika jaringan tanaman terluka, dengan
cara pemotongan atau perlakuan bahan kimia
seperti larutan klorin, reaksi fisiologis terjadi
pada sel sekitar luka. Salah satu prosesnya
adalah produksi bahan biokimia apakah
sebagai produk pecahan atau sintesa sebagai
mekanisme perlindungan. Keluarnya substansi
dari jaringan akan terjadi. Bahan kimia ini
mungkin atau mungkin tidak memberi
pengaruh mematikan pada pertumbuhan kultur
(Imron, 2007).
Sebagai sumber utama kontaminan, eksplan
memiliki perlakuan khusus pada proses
sterilisasinya. Diantranya adalah pencucian
dengan menggunakan deterjen ditujukan untuk
menghilangkan sisia-sisa tanah pada umbi
eksplan. Selanjutnya di rendam dalah alcohol
untuk menghilangkan atau membunuh kuman.
Selanjutnya dicelupkan pada larutan klorok
untuk membunuh mikroba terutama yang ada
di bagian dalam eksplan. Digunakan pula
fungisida untuk membunuh spora ataupun
cendawan yang diperkirakan ada pada eksplan.
Praktikum kultur jaringan kali ini, eksplan
yang digunakan adalah daun bunga begonia
dan ditanam pada media yang telah dibuat
sebelumnya yaitu Media MS. Setelah dilkukan
penanaman, eksplan tersebut diamati selama
kurang lebih 2 minggu, untuk mengetahui
apakah terjadi kontaminasi pada eksplan
ataupun media.
Adapun kontaminasi yang sering terjadi pada
kultur jaringan tanaman terdiri atas dua jenis
yaitu kontamiasi oleh bakteri dan kontaminasi
oleh jamur. Untuk membedakan kedua jenis
kontaminasi ini, dapat dilihat dari ciri-ciri fisik
yang muncul pada eksplan maupun media
kultur. Bila terkena kontaminasi bakteri maka
tanaman akan basah atau menyebabkan adanya
lendir, hal ini dikarenakan bakteri langsung
menyerang terhadap jaringan dari tubuh
tumbuhan itu sendiri. Sedangkan bila
terkontaminasi oleh jamur, tanaman akan lebih
kering dan akan muncul hifa jamur pada
tanaman yang terserang dan biasanya dapat
dicirikan dengan adanya garis – garis (seperti
benang) yang berwarna putih sampai abu –
abu.
Penyebab terjadinya kontaminasi bisa
diakibatkan karena kesalahan pada saat
penanaman, saat sterilisasi media dan eksplan
atau bahkan pada saat pembuatan media.
Berdasarkan pengamatan dilakukan selama 2
minggu (3 kali pengamatan) ternyata ketiga
eksplan terkontaminasi. Adapun pada
pengamatan pertama (2 hari setelah
penanaman) kondisi eksplan dan media
tumbuh kultur masih dalam keadaan baik.
Sedangkan pada pengamatan kedua, eksplan
dan media kultur telah terkontaminasi oleh
jamur. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
kontaminan yang berwarna putih dan
membentuk seperti benang (hifa). Begitupun
pada pengamatan selanjutnya, kontaminasi
yang terjadi oleh jamur makin jelas dan
terlihat begitu nyata karena hampir seluruh
bagian permukaan eksplan dan media kultur
ditumbuhi oleh jamur. Kontaminasi bisa
terjadi dikarenakan adanya kesalahan atupun
kurang optimalnya dalam penanaman maupun
melakukan hal lain yang dapat mendukung
keberhasilan kultur jaringan tersebut, terutama
dalam hal sterilisasi.
Pada penelitian ini terdapat juga eksplan jati
yang mengalami pencoklatan atau browning.
Pencoklatan salah satunya disebabkan oleh
sintesis metabolit sekunder. Fitriani (dalam
Nisa
dan Rodinah, 2005) mendapatkan bahwa
warna
coklat kalus menandakan sintesis senyawa
fenolik. Pencoklatan ini sering membuat tidak
terjadinya pertumbuhan dan perkembangan
eksplan. Peristiwa pencoklatan sesungguhnya
merupakan peristiwa alamiah yang biasanya
sering terjadi. Pencoklatan umumnya
merupakan
suatu tanda-tanda kemunduran fisiologis
eksplan
dan tidak jarang berakhir pada kematian
eksplan,
SIMPULANBerdasarkan hasil pengamatan dan
pelaksanaan praktikum kultur jaringan
tanaman acara Penanaman Eksplan dapat
diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut :
1. Penanaman eksplan dilakukan di LAF
(Laminar Air Flow). Penggunaan alat
sebelumnya sudah dalam keadaan steril.
Penanaman dilakukan dengan cara
mencelupkan scalpel dan pinset ke dalam
alcohol 96% lalu dibakar pada nyala api
Bunsen. Setelah itu alat baru bisa digunakan
untuk menanam. Pada setiap botol kultur, diisi
1 potong eksplan.
2. Pada eksplan daun begonia terjadi kontaminasi
oleh jamur, hal ini ditunjukkan dengan adanya
kontaminan yang berwarna putih dan
membentuk seperti benang (hifa).
3. Kontaminasi bisa terjadi dikarenakan adanya
kesalahan atupun kurang optimalnya dalam
penanaman maupun melakukan hal lain yang
dapat mendukung keberhasilan kultur jaringan
tersebut, terutama dalam hal sterilisasi.
Gunawan, L.W. 1988. Teknik Kultur Jaringan. Bogor: Laboratorium Kultur Jaringan, PAU Bioteknologi, IPB.
Rahardja, P. C. 1995. Kultur Jaringan : Teknik Perbanyakan Tanaman Secara Modern. Penerbit Swadaya, Jakarta.
Sriyanti, Daisy P. dan Ari Wijayani. 2002. Teknik Kultur Jaringan : Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif-Modern. Kanisius, Yogyakarta.