pemodelan tsunami dari gempa outerrise zone di …digilib.unila.ac.id/54901/3/skripsi tanpa bab...

62
PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI SUMATERA TAHUN 2012 2016 DAN ANALISIS KETINGGIAN GELOMBANG TSUNAMI AKIBAT PENGARUH BIDANG PATAHAN (Skripsi) Oleh UMI IMRO’ATUN NURDIANA KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS LAMPUNG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA 2018

Upload: duongbao

Post on 09-Aug-2019

231 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE

DI SUMATERA TAHUN 2012 – 2016 DAN ANALISIS

KETINGGIAN GELOMBANG TSUNAMI AKIBAT

PENGARUH BIDANG PATAHAN

(Skripsi)

Oleh

UMI IMRO’ATUN NURDIANA

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA

2018

Page 2: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

ABSTRACT

TSUNAMI MODELING OF THE OUTERRISE ZONE EARTHQUAKE IN

SUMATRA 2012 – 2016 AND ANALYSIS OF THE TSUNAMI WAVE

HEIGHT WHICH AFFECTED BY THE RUPTURE AREAS

By

Umi Imro’atun Nurdiana

West Sumatra area is one of the regions in Indonesia which has a susceptibility to

the natural disaster especially earthquake and tsunami because West Sumatra is

traversed by three zones which are the Sumatra Fault Zone, the Mentawai Fault

Zone, and the subduction zone which is where the Indian – Australian tectonic

plate and the Eurasian Plate meet. However, the source of earthquakes in Sumatra

are not only caused by the Sumatra Fault Zone and the subduction zone but also in

areas called the Investigator Fracture Zone (IFZ) and Ninety East Ridge (NER).

This research was made to generate tsunami modeling conducted in the Simeulue

Islands region of Aceh and the Mentawai Islands, where an earthquake occurred

outside the subduction zone, precisely in the (NER) zone caused by the Strike-slip

Fault. Small tsunami waves recorded at ranging from 0 – 0,98 meters in some

areas. This tsunami simulation was carried out to determine the propagation of

tsunami waves caused by the direction of the fault (rupture area) and the wave

height recorded from a tide gauge station and the results of the modeling were

validated with real-time observations from the IOC (Intergovernmental

Oceanographic Commission) as an observation station used in this study. The

results of the validation show that the models of Simeulue Aceh’s earthquake and

Mentawai’s earthquake from each tide gauge stations which are approached to the

observation IOC are the models with parameter values fault plane 2 from Sabang

station and Cocos Island AU station. There are several differences in height

values of each tide gauge caused by several factors, including Morphology and

bathymetry. Tsunami waves are also influenced by the magnitude of the

earthquake and the shallow depth of the water.

Keywords: Tsunami, Earthquake, Ninety East Ridge (NER), Outerrise-zone,

Fault.

i

Page 3: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

ABSTRAK

PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI

SUMATERA TAHUN 2012 – 2016 DAN ANALISIS KETINGGIAN

GELOMBANG TSUNAMI AKIBAT PENGARUH BIDANG PATAHAN

Oleh

Umi Imro’atun Nurdiana

Wilayah barat Pulau Sumatera merupakan salah satu daerah di Indonesia yang

rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena berada

pada batas tiga zona, yaitu Zona Patahan Sumatera (Sumatra Fault Zone), zona

subduksi antar lempeng (lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia), serta

Zona Sesar Mentawai (Mentawai Fault Zone). Namun demikian, sumber

gempabumi di Sumatera tidak hanya di Zona Subduksi dan Zona Patahan

Sumatera saja, namun juga di Investigator Fracture Zone (IFZ) dan Ninety East

Ridge (NER). Penelitian ini memodelkan tsunami di Kepulauan Simeulue Aceh

dan Kepulauan Mentawai dari sumber gempa di luar zona subduksi, tepatnya di

zona Ninety East Ridge (NER) akibat jenis patahan geser atau Strike-slip Fault.

Tercatat adanya gelombang tsunami kecil yang berkisar antara 0 – 0,98 meter di

beberapa daerah. Simulasi tsunami ini dilakukan untuk mengetahui penjalaran

gelombang tsunami yang diakibatkan oleh arah bidang patahan dan ketinggian

gelombang tsunami yang terekam dari stasiun tide gauge, kemudian hasil dari

pemodelan di validasi dengan hasil pengamatan real-time dari IOC

(Intergovernment Oceanographic Commission) sebagai stasiun observasi pada

penelitian ini. Hasil validasi tersebut menunjukkan bahwa pemodelan untuk

gempabumi Simeulue Aceh dan Mentawai dari setiap stasiun tide gauge yang

paling mendekati nilai dari observasi IOC yaitu pemodelan dengan parameter

fault plane 2 dari stasiun Sabang dan stasiun Cocos Island_AU. Perbedaan nilai

ketinggian gelombang dari setiap stasiun tide gauge diakibatkan oleh beberapa

faktor, antara lain morfologi dan batimetri, serta gelombang tsunami ini

dipengaruhi oleh besarnya magnitude gempa dan kedalaman yang dangkal.

Kata kunci: Tsunami, Gempabumi, Ninety East Ridge (NER), Outerrise-zone,

Patahan.

ii

Page 4: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE

DI SUMATERA TAHUN 2012 – 2016 DAN ANALISIS

KETINGGIAN GELOMBANG TSUNAMI AKIBAT

PENGARUH BIDANG PATAHAN

Oleh

Umi Imro’atun Nurdiana

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Geofisika

Fakultas Teknik Universitas Lampung

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA

2018

Page 5: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena
Page 6: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena
Page 7: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena
Page 8: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro, pada tanggal 30 Maret

1997, merupakan anak pertama dari tiga

bersaudara dari pasangan Bapak Muhamad

Zainudin, S.Pd dan Ibu Asih Nurhayati. Penulis

menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak di

TK Bina Putera Cempaka Nuban Lampung Timur

pada tahun 2002 dilanjutkan ke jenjang Sekolah

Dasar di SD Negeri 2 Kedaton Induk Lampung Timur yang selesai pada tahun

2008. Selanjutnya, penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di

SMP Negeri 2 Kotagajah Lampung Tengah hingga tahun 2011 dilanjutkan di

SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah.

Pada tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Teknik, Jurusan

Teknik Geofisika, Universitas Lampung. Pada tahun 2015 s.d 2016, penulis

bergabung menjadi anggota HIMA TG Bhuwana pada divisi Sains dan Teknologi

serta anggota dari biro Dana dan Usaha BEM Fakultas Teknik Universitas

Lampung. Kemudian pada tahun 2015 s.d 2017, selain terdaftar menjadi anggota

HIMA TG Bhuwana, penulis juga menjadi anggota divisi Public Relation dari

Society of Exploration Geophysicist (SEG) Student Chapter Universitas

vii

Page 9: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

Lampung.

Pada bulan Juli tahun 2017, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di

Desa Bayas Jaya, Kecamatan Way Khilau, Pesawaran. Pada bulan November –

Desember 2017, penulis tercatat melaksanakan Kerja Praktek (KP) di Badan

Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia Ruang InaTEWS

(Indonesia Tsunami Early Warning System), Kemayoran, Jakarta Pusat dengan

tema penelitian “Analisis Pengaruh Focal Mechanism Terhadap Ketinggian

Gelombang Tsunami Yang Ditimbulkan Dari Gempabumi Simeulue Aceh 11

April 2012”.

Pada bulan April – Mei 2018, penulis melaksanakan penelitian Tugas Akhir (TA)

di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia Ruang

InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System), Kemayoran, Jakarta Pusat

hingga akhirnya penulis berhasil menyelesaikan pendidikan sarjananya pada 27

November 2018 dengan mengambil judul “Pemodelan Tsunami Dari Gempa

Outer-rise Zone di Sumatera Tahun 2012 – 2016 Dan Analisis Ketinggian

Gelombang Tsunami Akibat Pengaruh Bidang Patahan”.

viii

Page 10: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

ix

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah..Alhamdulillah..Alhamdulillahirobbil’alamin..

Waktu yang kujalani dengan takdir hidup yang telah Engkau tuliskan, sedih,

bahagia dan bertemu dengan orang-orng yangmemberikan jutaan pengalaman

untukku, warna-warni dalam hidupku. Ku bersujud dihadapanMu Ya Allah,

Engkau yang berikanku kesempatan untuk mencapai awal perjuanganku.

Kepada Kedua Orang Tuaku Tercinta

Ayahanda Tercinta Muhamad Zainudin

Ibunda Tercinta Asih Nurhayati Kupersembahkan sebuah karya kecilku ini untukmu. Kalian yang telah menjadi

malaikatku yang setiap waktu selalu ikhlas menjagaku sedari aku kecil,

mendidikku, membimbingku dengan baik, serta menyayangiku tanpa batas dan ku

berharap kebersamaan kita di dunia akan berlanjut hingga Jannah-Nya.

Adik-adikku Tersayang

Hafiz Adzani Shidiq

Azzahra Lamia Zain Kalian adalah saudara yang aku sayangi, senyum kalianlah yang membuatku

semangat menghadapi hari-hariku. Semoga kebersamaan kita ini akan selalu

terjalin hingga nanti di Jannah-Nya.

Teknik Geofisika 2014, luar biasa-biasa di luar, beuhhh!

Keluarga Besar Teknik Geofisika Universitas Lampung

Almamater tercinta, Universitas Lampung

Page 11: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

x

MOTTO

Tidak perlu bandingkan dirimu dengan orang lain. Cukuplah bandingkan

kepintaranmu dengan ayam yang berkokok di pagi hari. Lihatlah siapa

yang terlebih dahulu bangun untuk mengingat Tuhannya, maka itulah

yang lebih pintar.

(Imam Al-Ghazali)

All major success starts with the decision to no longer

take no for an answer.

(Dean Graziosi)

Ketika kamu fokus dengan masalah, maka kamu akan

mendapatkan masalah yang lebih banyak lagi. Jika kamu fokus

dengan solusi, kamu akan mendapatkan lebih banyak

kesempatan. Teruslah bermimpi yang tinggi, namun mimpi akan

tetap menjadi mimpi jika kamu tidak bangun untuk

mewujudkannya.

(Umi Imro’atun Nurdiana)

Page 12: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

xi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulilah, puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT,

Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan rahmatnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini serta shalawat dan salam semoga selalu untuk nabiNya

yakni Muhammad S.A.W.

Skripsi yang berjudul “PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA

OUTERRISE ZONE DI SUMATERA TAHUN 2012 – 2016 DAN ANALISIS

KETINGGIAN GELOMBANG TSUNAMI AKIBAT PENGARUH BIDANG

PATAHAN” merupakan hasil dari Tugas Akhir yang penulis laksanakan di

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jakarta Pusat.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

pembaca dan bermanfaat guna pembaruan ilmu di masa yang akan datang. Penulis

sadar pada skripsi ini masih banyak kesalahan dan jauh dari kata sempurna, untuk

itu jika ditemukan kesalahan pada penulisan skripsi ini, kiranya dapat

memberikan saran maupun kritik pada penulis.

Demikianlah kata pengantar yang dapat penulis sampaikan. Atas segala

kekurangan dan ketidaksempurnaan skripsi ini, penulis sangat mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun kearah perbaikan dan penyempurnaan

skripsi ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Penulis

Umi Imro’atun Nurdiana

Page 13: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

SANWACANA

Dalam pelaksanaan dan penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang bersangkutan yaitu:

1. Allah S.W.T yang senantiasa memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga

penulis dapat menyelesaikan proses tugas akhir lancar dan baik.

2. Ayahanda tercinta Muhamad Zainudin, S.Pd. dan Ibunda saya tercinta

Asih Nurhayati yang tak pernah lelah berdoa dan memberikan semangat

untuk kesuksesan saya serta jerih payahnya dalam membersarkan anak-

anaknya.

3. Adik-adik tercinta Hafiz Adzani Shidiq dan Azzahra Lamia Zain yang

selalu memberikan semangat dan tawa dalam kehidupan saya.

4. Bapak Dr. Nandi Haerudin, S.Si., M.Si., selaku Kepala Jurusan Teknik

Geofisika Universitas Lampung.

5. Bapak Syamsurijal Rasimeng, S.Si., M.Si., selaku dosen pembimbing I atas

semua kesabaran, bimbingan, kritikan, saran dan kesediaan untuk meluangkan

waktu disela-sela kesibukannya.

6. Bapak Dr. Ahmad Zaenudin, S.Si., M.T., selaku dosen pembimbing II atas

kesabaran, kritikan, saran dan kesediaannya untuk membimbing saya dalam

penyusunan skripsi ini.

xii

Page 14: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

7. Bapak Dr. Ordas Dewanto, S.Si., M.Si. selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan dalam skripsi ini.

8. Bapak Rustadi, S.Si., M.T., selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan masukan dan nasihat untuk masa depan penulis.

9. Seluruh dosen pengajar Jurusan Teknik Geofisika Universitas Lampung

yang telah berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman selama perkuliahan.

10. Seluruh Staf Tata Usaha Jurusan Teknik Geofisika, Pak Legino, Mas

Pujono, Mbak Dhea, Pak Marsuno dan Mas Dayat yang telah memberikan

banyak bantan dalam proses administrasi.

11. Bapak Iman Fatchurochman, S.Si., M.DM. dan Ibu Weniza, S.Kom.,

M.Sc., selaku Kepala Sub Bidang Informasi Gempabumi dan Kepala Sub

Bidang Peringatan Dini Tsunami di Badan Meteorologi Klimatologi dan

Geofisika (BMKG) Indonesia, Jakarta Pusat.

12. Pak Arif Nurokhim dan Kak Yanuarsih TP selaku pembimbing tugas akhir

yang telah banyak membantu dalam proses tugas akhir serta memberingan

banyak ilmu pengetahuan.

13. Kak Indri, Kak Rezki, Kak Yusuf serta Seluruh staff ruang operasional

Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami atas kebersamaan

serta ilmu yang disampaikan setiap harinya.

14. Fitria Purnamasari (Eomma/Jubir) sahabat terkasih bagaikan kepompong

yang selalu setia menemani saya, sahabat seperjuangan dalam KP maupun TA

baik dalam hal suka maupun duka, yang tidak bisa diungkapkan melalui kata-

kata you are my best sister!

15. Ummi Hanifah (Ipeh) sahabat tersayang yang selalu menemani dalam suka

dan duka, canda, tawa, yang sangat mengidamkan oppa-oppa korea, thanks for

xiii

Page 15: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

everything you’ve done.

16. Delvia Elesta sahabat tersayang yang selalu menemani dalam suka-duka,

tangis dan tawa, yang selalu dipanggil aksesoris tapi selalu tabah, terimakasih

untuk segala kasih sayangmu.

17. Kak Aji, Kak Tanjung dua kakak yang selalu menjaga dan mendukung saya,

terimakasih telah menjadi kakak sekaligus sahabat saya selama ini.

18. Gaffar Rifqi Pambudi sahabat tersayang, terbaik, terhitam yang selalu

mendukung setiap langkah saya, terimakasih atas segala yang telah kau

berikan.

19. Rinaldi Okka Saputra Ahza sahabat terbaik yang selalu mendukung dan

memberikan semangat kepada saya untuk tetap maju, terimakasih atas segala

yang telah tercurah.

20. Sofyan Frida Yendra sahabat yang terbaik dengan suara paling menyentuh,

selalu menghibur dan mendukung saya, terimakasih atas segalanya.

21. Alfa Ardes Ardana sahabat sekaligus saudara yang selalu perduli terhadap

saya, tempat berbagi suka-duka, terimakasih untuk segala yang telah

diberikan.

22. Muhamad Faizal (Ical) sosok sahabat sekaligus kakak bagi saya yang selalu

tulus dan perduli, selalu memberikan semangat dan dukungan kepada saya,

you are my best brother!

23. Rahmad Iqbal salah satu sahabat terbaik saya yang selalu perduli walaupun

jauh, terimakasih atas segala kebaikanmu, see you on top.

24. Ghiat Malano Surya sahabat yang selalu menemani disaat kegabutan

melanda, terimakasih atas segala kebaikanmu, semoga kelak kesuksesan selalu

menyertaimu

xiv

Page 16: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

25. Aulia Huda Pinandita, Nur Indah Safitri, Desta Amanda Nuraini, Pratiwi

Ayurizky Partika, terimakasih telah menjadi sahabat-sahabat terbaik yang

telah menjadi bagian dari hidup saya dan mewarni hari-hari saya.

26. Deni (Kaden), Rhaka, Fajar, terimakasih telah menjadi bagian dari hidup

saya dan menjadi sahabat terbaik yang tak mampu untuk

mengungkapkannnya.

27. Filza, Nana, Morales (Moramoranomi), Arief, Martin, Farizi, terimakasih

untuk kebaikan serta canda-tawa selama ini, semoga kalian akan selalu

mendapatkan yang terbaik.

28. Janik Diyan Prasinta (Jejen), Retno Ayu Kusuma Wardani (Eno), Tria

Yanuariska, Shevyta, Restiana (Tuti), Saputri (Uti), Lilis Atma

(Gembeng) terimakasih yang tak terkira untuk selalu menjadi sahabat berbagi

keluh kesah, tangis dan tawa selama ini dikosan Opa, semoga kalian mendapat

segala yang terbaik.

29. Alhassan Anas Alsayed Alkorashy, terimakasih telah selalu mendukung dan

memotivasi dalam setiap langkahku, semoga kau selalu dalam lindunganNya.

30. Evi Muharoroh, Ida Retno Widayu terimakasih telah menjadi sahabat yang

selalu mendengarkan keluh kesah yang tiada henti, semoga kelak kita akan

bertemu di kehidupan yang bahagia.

31. Kak Dian Pratiwi yang selalu sabar mendengarkan curhatan tentang tugas

akhir ini, terimakasih atas segala semangat dan dukungan yang telah

diberikan.

32. Rindi Antika Sari yang selalu memberikan semangat setiap hari, dan

Renaldi (kang becak) terimakasih telah meminjami laptop sehingga skripsi

ini bisa selesai.

xv

Page 17: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

33. Semua keluarga Teknik Geofisika 2014. Agnes, Agra, Agung, Budi, Andi,

Amir, Alfan, Aziz, Chinthia, Dicky, Ewin, Faqih, Faris, Fhera, Galang,

Helbrat, Ikhwan, Ilham, Indra, Isti, Jefri, Azri, Asrin, Niko, Nurdin,

Zaki, Romi, Ridho, Nabila, Norman, Pungky, Malik, Sidharta, Ratih,

Rita, Malinda, Bunda Kiki, Viska, Rizky (Pakde), Inno, Witta, Yudha,

yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada saya serta

menjadi bagian dari cerita hidup saya.

34. Terimakasih kepada semua pihak lain yang telah membantu berkontribusi

yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

xvi

Page 18: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ................................................................................................... i

ABSTRAK...................................................................................................... ii

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ vi

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... viii

MOTTO ......................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR .................................................................................... x

SAN WACANA .............................................................................................. xi

DAFTAR ISI ................................................................................................. xvii

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xix

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xxii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Tujuan Penelitian ................................................................................. 2

C. Batasan Masalah .................................................................................. 3

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Letak dan Lokasi Penelitian.................................................................. 4

xvii

Page 19: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

B. Kondisi Geologi Regional .................................................................... 5

C. Sejarah Bencana di Kepulauan Simeulue dan Mentawai ....................... 8

III. TEORI DASAR

A. Klasifikasi Gempabumi ........................................................................ 10

B. Gelombang Seismik ............................................................................. 11

C. Klasifikasi Tsunami ............................................................................. 14

D. Terbentuknya Tsunami ......................................................................... 16

E. Patahan/Sesar (Fault) ........................................................................... 16

F. Mekanisme Sumber Gempa (Focal Mechanism) .................................. 17

G. Hubungan Kedalaman, Kecepatan dan Panjang Gelombang Tsunami ... 18

H. Pengukuran Tinggi Tsunami dan Luas Daerah Landaan ....................... 19

I. Kecepatann Tsunami dan Orbital Cepat Rambat Gelombang Horisontal 20

J. Teori Shallow Water ............................................................................ 22

K. Peralatan untuk Pengamatan Tsunami .................................................. 23

L. Parameter Umum Tsunami ................................................................... 27

M. Kekuatan Gempa dan Bidang Patahan Sumber Tsunami ....................... 28

N. Regresi Bidang Patahan dan Magnitudo Momen (M) ........................... 29

O. EasyWave............................................................................................. 29

IV. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 31

B. Alat dan Bahan Penelitian .................................................................... 31

C. Data dan Sumber Data .......................................................................... 31

D. Prosedur Pengolahan Data .................................................................... 32

E. Jadwal Penelitian.................................................................................. 33

F. Diagram Alir ........................................................................................ 34

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Data dan Sumber Data Penelitian ......................................................... 35

B. Pemodelan Tsunami (Tsunami Simulation) ........................................... 37

C. Hasil Pemodelan Tsunami .................................................................... 41

1. Analisis Bidang Patahan ................................................................. 42

2. Analisis Penjalaran Gelombang Tsunami ........................................ 46

a) Gempabumi Simeulue Aceh 11 April 2012 ................................. 46

b) Gempabumi Mentawai 2 Maret 2016.......................................... 52

3. Perbandingan Nilai Ketinggian Gelombang Tsunami ...................... 58

4. Perbandingan Hasil Simulasi dengan Data Observasi...................... 63

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .......................................................................................... 67

B. Saran .................................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA

xviii

Page 20: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Tatanan Tektonik Wilayah Indonesia Bagian Barat ................................... 1

2. Lokasi Penelitian di Kepulauan Simeulue dan Kepulauan Mentawai ......... 4

3. Peta Geologi Regional Pulau Simeulue ..................................................... 5

4. Peta Geologi Regional Kepulauan Mentawai............................................. 7

5. Gelombang Primer (P) .............................................................................. 12

6. Gelombang Sekunder (S) .......................................................................... 12

7. Gelombang Reyleigh ................................................................................. 13

8. Gelombang Love ....................................................................................... 14

9. Contoh Geometri Focal Mechanism Sesuai Pola Beachball....................... 18

10. Ketingian Tsunami Dari Tengah Laut Hingga Pesisir ................................ 19

11. Ocean Bottom Unit (OBU) (kiri) dan Buoy (kanan) ................................... 23

12. Stasiun Tide Gauge ................................................................................... 24

13. CCTV untuk Pengamatan Tsunami ........................................................... 26

14. Radar Tsunami .......................................................................................... 26

15. Stasiun GPS .............................................................................................. 27

16. Bagian-bagian Tsunami ............................................................................ 28

xix

Page 21: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

17. Perbandingan Skala Magnitude Gempa Terhadap Bidang Patahan ............... 28

18. Diagram Alir ................................................................................................ 34

19. Data untuk Gempa Simeulue Aceh 11 April 2012 dari Katalog GCMT ........ 35

20. Data untuk Gempa Simeulue Aceh 11 April 2012 dari Katalog GCMT ........ 35

21. Tampilan Awal TOAST ............................................................................... 37

22. Artificial Incident Toolbox ........................................................................... 38

23. Simulation Setup Toolbox (Origin) ............................................................... 38

24. Simulation Setup Toolbox (Rupture) ............................................................. 39

25. Simulation Setup Toolbox (Patches) ............................................................. 40

26. Simulation Setup Toolbox (Simulations) ....................................................... 40

27. Bidang Patahan untuk Gempa di Simeulue Aceh 11 April 2012 dengan strike

20º, dip 76º, slip 5º ....................................................................................... 43

28. Bidang Patahan untuk Gempa di Simeulue Aceh 11 April 2012 dengan strike

289º, dip 85º, slip 166º ................................................................................. 44

29. Bidang Patahan untuk Gempa di Mentawai 2 Maret 2016 dengan strike 275º,

dip 87º, slip 180º .......................................................................................... 45

30. Bidang Patahan untuk Gempa di Mentawai 2 Maret 2016 dengan strike 5º, dip

90º, slip 3º .................................................................................................... 46

31. Waktu Tiba Gelombang Tsunami untuk Gempa di Simeulue Aceh 11 April

2012 dengan strike 20º, dip 76º, slip 5º ......................................................... 47

32. Tinggi Muka Laut Maksimum untuk Gempa di Simeulue Aceh 11 April 2012

dengan strike 20º, dip 76º, slip 5º ................................................................. 47

33. Daerah Terdampak Tsunami untuk Gempa di Simeulue Aceh 11 April 2012

dengan strike 20º, dip 76º, slip 5º ................................................................. 48

34. Status Peringatan Tsunami untuk Gempa di Simeulue Aceh 11 April 2012

dengan strike 20º, dip 76º, slip 5º ................................................................. 49

35. Waktu Tiba Gelombang Tsunami untuk Gempa di Simeulue Aceh 11 April

2012 dengan strike 289º, dip 85º, slip 166º ................................................... 50

xx

Page 22: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

36. Tinggi Muka Laut Maksimum untuk Gempa di Simeulue Aceh 11 April 2012

dengan strike 289º, dip 85º, slip 166º............................................................ 51

37. Daerah Terdampak Tsunami untuk Gempa di Simeulue Aceh 11 April 2012

dengan strike 289º, dip 85º, slip 166º............................................................ 51

38. Status Peringatan Tsunami untuk Gempa di Simeulue Aceh 11 April 2012

dengan strike 289º, dip 85º, slip 166º............................................................ 52

39. Waktu Tiba Gelombang Tsunami untuk Gempa di Mentawai 2 Maret 2016

dengan strike 275º, dip 87º, slip 180º............................................................ 53

40. Tinggi Muka Laut Maksimum untuk Gempa di Mentawai 2 Maret 2016

dengan strike 275º, dip 87º, slip 180º............................................................ 53

41. Daerah Terdampak Tsunami untuk Gempa di Mentawai 2 Maret 2016 dengan

strike 275º, dip 87º, slip 180º ........................................................................ 54

42. Status Peringatan Tsunami untuk Gempa di Mentawai 2 Maret 2016 dengan

strike 275º, dip 87º, slip 180º ........................................................................ 55

43. Waktu Tiba Gelombang Tsunami untuk Gempa di Mentawai 2 Maret 2016

dengan strike 5º, dip 90º, slip 3º ................................................................... 56

44. Tinggi Muka Laut Maksimum untuk Gempa di Mentawai 2 Maret 2016

dengan strike 5º, dip 90º, slip 3º ................................................................... 56

45. Daerah Terdampak Tsunami untuk Gempa di Mentawai 2 Maret 2016 dengan

strike 5º, dip 90º, slip 3º ............................................................................... 57

46. Status Peringatan Tsunami untuk Gempa di Mentawai 2 Maret 2016 dengan

strike 5º, dip 90º, slip 3º ............................................................................... 58

47. Letak Stasiun Tide Gauge dan Lokasi Episenter Gempa ............................... 59

48. Plot Data Stasiun Tide Gauge SABA untuk Gempa Simeulue Aceh ............. 60

49. Plot Data Stasiun Tide Gauge NANC untuk Gempa Simeulue Aceh ............ 61

50. Plot Data Stasiun Tide Gauge COCB untuk Gempa Mentawai ..................... 61

51. Plot Data Stasiun Tide Gauge PADN untuk Gempa Mentawai ..................... 62

xxi

Page 23: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Jadwal Penyusunan Skripsi ..................................................................... 33

2. Lokasi Stasiun yang digunakan untuk Plot Tsunami Simeulue dan Mentawai

............................................................................................................... 59

3. Perbandingan Ketinggian Gelombang Tsunami Hasil Simulasi dan Observasi

Gempa Simeulue Aceh 11 April 2012 ..................................................... 63

4. Perbandingan Ketinggian Gelombang Tsunami Hasil Simulasi dan Observasi

Gempa Mentawai 2 Maret 2016 .............................................................. 63

xxii

Page 24: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pulau Sumatera terletak diantara sumber-sumber utama gempabumi, yaitu

zona subduksi dan zona patahan Sumatera yang mengakibatkan wilayah barat

Sumatera sering terjadi gempa. Hal ini disebabkan karena posisinya berada pada

jalur tumbukan antara dua lempeng bumi, yaitu lempeng samudera Hindia yang

menunjam ke bawah lempeng benua Eurasia, dimana Pulau Sumatera dan busur

kepulauan bagian barat Sumatera merupakan bagian dari lempeng Eurasia dengan

batas tumbukan dua lempeng ini diamati berada pada jalur palung laut di sebelah

barat Sumatera hingga ke Kepulauan Andaman. Kecepatan pergerakan dari

penunjaman ini berkisar antara 50 – 60 cm/tahun (Natawidjaja, 2007).

Gambar 1. Tatanan Tektonik Wilayah Indonesia Bagian Barat (Hall, 2002)

Page 25: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

Sumber gempa bumi di Sumatera ternyata tidak hanya di zona subduksi dan zona

sesar Sumatera, namun juga di Investigator Fracture Zone (IFZ) dan Ninety East

Ridge (NER) yang telah menjadi pertimbangan sebagai sumber gempabumi baru

di Sumatera. IFZ berada di sebelah timur dan NER berada di sebelah barat

lempeng Indo-Australia yang mana selama ini dianggap sebagai kawasan

aseismik, namun ternyata menimbulkan gempa yang dipicu oleh gempabumi

besar 26 Desember 2004 sehingga menjadi aktif kembali.

Daerah yang akan dilakukan penelitian adalah daerah kepulauan Simeulue

Aceh dan kepulauan Mentawai. Daerah ini dipengaruhi oleh aktivitas sesar yang

menghasilkan frekuensi kegempaan tinggi. Dalam penelitian ini, terdapat dua

kejadian gempabumi yang memiliki potensi tsunami untuk periode tahun 2012

dan 2016. Gempabumi yang terletak di zona Ninety East Ridge (NER) tersebut

diakbatkan oleh jenis sesar geser atau strike-slip fault dengan kedalaman yang

dangkal.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Identifikasi perbedaan penjalaran gelombang tsunami berdasarkan arah bidang

patahan.

2. Membandingkan nilai ketinggan tsunami yang didapatkan dari gempa

outerrise-zone di Sumatera.

3. Memvalidasi hasil dari pemodelan tsunami dengan hasil observasi stasiun tide

gauge.

2

Page 26: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

C. Batasan Masalah

Batasan penelitian adalah:

1. Penelitian ini berada di Kepulauan Simeulue 2,35°LU - 92,82°BT dan

Kepulauan Mentawai -4,75°LS – 94,22°BT di luar zona subduksi dengan jenis

patahan sesar geser.

2. Analisis persebaran gelombang tsunami dari gempa outerrise-zone dan

pengamatan tide gauge.

D. Manfaat Penelitian

Simulasi yang dilakukan dengan menggunakan data focal mechanism dan analisis

bidang patahan diharapkan dapat memprediksi efek yang diakibatkan oleh

penjalaran tsunami yang dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan

mitigasi bencana tsunami agar dapat mengurangi resiko kerugian yang

ditimbulkan maupun korban jiwa pada area bencana.

3

Page 27: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Letak dan Lokasi Penelitian

Gambar 2. Lokasi Penelitian di Kepulauan Simeulue dan Kepulauan Mentawai

(Google Earth)

Lokasi penelitian ini berada di Kepulauan Simeulue Aceh yang terletak pada

koordinat 2,35°LU - 92,82°BT dan Kepulauan Mentawai Sumatera Barat yang

terletak pada koordinat -4,75°LS - 94,22°BT. Kabupaten Simeulue memiliki luas

sebesar 183.809,50 Ha, berkisar 3,26 % dari luas wilayah daratan Provinsi Aceh

dan daerah ini berbatasan langsung dengan Samudera Hindia di bagian utara,

timur, barat maupun selatannya (RPJMD Simeulue, 2017).

Page 28: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

Untuk wilayah Kepulauan Mentawai, terdiri dari empat pulau besar yaitu

Pulau Siberut yang merupakan pulau terbesar dan terletak dibagian utara, Pulau

Sipora yang berada di bagian tengah, serta Pulau Pagai Utara dan Pulau Pagai

Selatan di bagian selatan. Kepulauan Mentawai ini berjarak sekitar 100 km di

sebelah barat pantai Pulau Sumatera yang semuanya didiami oleh penduduk.

Adapun batas-batas wilayah dari Kepulauan Mentawai ini adalah:

a. Sebelah Utara Kabupaten Nias Selatan

b. Sebelah Selatan Kabupaten Pesisir Selatan

c. Sebelah Barat Samudera Indonesia

d. Sebelah Timur Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang dan Kabupaten

Pesisir Selatan (Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal, 2018).

B. Kondisi Geologi Regional

a. Geologi Regional Simeulue

Gambar 3. Peta Geologi Regional Pulau Simeulue (Endharto dan Sukido, 1994)

5

Page 29: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

Pulau Simeulue termasuk di deretan kepulauan busur luar dan memiliki geologi

yang kompleks. Pada masa Oligi-Miosen, Lempeng India-Australia bertumbukan

dengan Lempeng Eurasia. Dua pola sesar utamanya yaitu timurlaut-baratdaya dan

baratdaya-tenggara serta beberapa sesar bongkah terdapat di sepanjang Sesar

Pagaja yang searah memanjang dengan Pulau Simeulue (Endharto dan Sukido,

1994).

Formasi batuan penyusun Pulau Simeulue ini diantaranya adalah Bancuh

Kuala Makmur yang merupakan batuan tertua dan merupakan batuan dasar

(basement rock) di pulau ini. Bongkah batuan formasi bancuh ini terdiri dari

batuan basal, gabro, sedimen malih, filit, batu sabak dan rijang. Ada pula endapan

karbonat Formasi Sibigo yang terdiri dari batu gamping koral, kalkarenit dan

kalsirudit. Di atas formasi ini dengan lingkungan endapan laut dangkal

terendapkan Formasi Sigulai yang terdiri dari napal dan batu pasir kuarsa. Sebagai

bagian dasar dari formasi ini terdapat Anggota Lasikin yang terdiri dari berbagai

macam jenis konglomerat terdiri dari fragmen batuan ultra basa, gabro, basal,

kuarsa susu dan rijang. gampingan (Endharto dan Sukido, 1994).

Formasi Anggota Lasikin terendapkan selama Miosen Awal-Akhir di atas

Formasi Sigulai dengan lingkungan endapan darat pada Miosen Akhir-Pliosen

Awal terendapkan Formasi Layabaung yang terdiri dari batu pasir tufaan, tufa dan

batu lempung tufaan mengandung kuarsa gelas gunung api dan bahan karbon.

Formasi layabaung ini bersinggungan dengan Formasi Dihit yang hampir

mendominasi Pulau Simeulue dan terdiri dari arenit dengan sisipan batu lanau dan

batu lempung (Endharto dan Sukido 1994).

Pulau-pulau kecil yang terbentuk di sepanjang pantai Pulau Simeulue

dibentuk dari batuan terumbu yang berupa batu gamping koral, kalkarenit dan

6

Page 30: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

kalsilutit, massif dan diperkirakan berumur Plistosen hingga Holosen. Endapan

paling muda yang dijumpai seperti endapan danau terdiri dari lempung, lanau dan

pasir halus, tersebar di sekitar Danau Amabaan di daerah Sibigo, endapan rawa

tersebar dibanyak tempat, terdiri dari lempung, Lumpur dan pasir banyak

mengadung sisa tumbuhan, dan endapan aluvium sebagai endapan sungai dan

pantai terdiri dari lumpur, pasir, lempung, kerikil dan kerakal (Endharto dan

Sukido, 1994).

b. Geologi Regional Mentawai

Gambar 4. Peta Geologi Regional Kepulauan Mentawai (Budhitrisna dan

Mangga, 1990)

Daerah Kepulauan Mentawai dialasi oleh batuan kerak samudera yang mengalami

akresi dan bercampur dengan material gerusan batuan malihan dan batuan

sedimen flysh laut dalam yang berumur Paleogen (Kelompok Bancuh Tarikan).

Kelompok bancuh ini tersusun oleh aneka bahan dan ukuran atau bahkan material

7

Page 31: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

dengan umur berbeda-beda seperti batugamping, napal, grewake, serpih, rijang,

basal, batusabak, filit dan lain-lain yang mengapung dalam matrik lanau sampai

lempung (Budhitrisna dan Mangga, 1990).

Berdasarkan fosil foraminifera planktonik yang ditemukan pada fragmen

batugamping-napal bancuh ini mengandung fragmen-fragmen berumur Miosen

Tengah-Miosen Akhir. Berdasarkan umur tersebut, kemungkinan masih ada

batuan alasnya yang lebih tua misalnya batuan ofiolit kerak samudera, batuan

sedimen Pratersier atau granit kontinen yang perlu pembuktian lebih lanjut.

Selanjutnya, di daratan Sumatra yaitu di sekitar Padang, litologinya terutama

tersusun oleh batuan vulkanik Tersier dan Kuarter serta batuan terobosan granit di

beberapa tempat (Barber dkk, 2005).

C. Sejarah Bencana di Kepulauan Simeulue dan Mentawai

Pulau Sumatera terletak diantara sumber-sumber utama gempabumi, yaitu

zona subduksi dan zona patahan Sumatera yang mengakibatkan wilayah barat

Sumatera sering terjadi gempa. Hal ini disebabkan karena posisinya berada pada

jalur tumbukan antara dua lempeng bumi, yaitu lempeng samudera Hindia yang

menunjam ke bawah lempeng benua Eurasia, dimana Pulau Sumatera dan busur

kepulauan bagian barat Sumatera merupakan bagian dari lempeng Eurasia. Zona

subduksi (Megathrust) antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia.

Daerah lepas pantai barat Kepulauan Mentawai berada di titik nol permukaan

pertemuan lempeng yang menunjam ke bawah (Natawidjaja, 2007).

Tidak ada catatan sejarah yang jelas tentang suatu peristiwa yang sebanding

dengan gempa Aceh-Andaman tahun 2004, karena pada tingkat konvergensi

lempeng yang stabil, diperlukan waktu ratusan tahun untuk mengakumulasi

8

Page 32: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

tekanan yang cukup untuk memicu puluhan meter slip yang terjadi. Gempa 2005,

bagaimanapun, tampaknya memiliki preseden historis hanya 98 dan 140 tahun

sebelumnya, pada tahun 1907 dan 1861. Banyak orang di Pulau Simeulue dan

Nias melarikan diri ke perbukitan untuk menghindari tsunami menurut cerita masa

lalu setelah gempabumi tahun 2004 dan 2005 (Sieh, 2005).

Peristiwa gempa bumi dalam skala kecil dan sedang yang sering melanda

Mentawai telah menjadi bagian dari masyarakat Mentawai. Namun potensi

bencana gempa bumi dan tsunami besar di kawasan Mentawai dan sekitarnya

diprediksi akan terjadi. Para ahli menyebutnya dengan fenomena Megathrust

akibat dari benturan Lempeng Indo-Australia di bawah Lempeng Sunda (Eurasia)

yang terus bergerak (Sieh, 2005).

9

Page 33: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

III. TEORI DASAR

A. Klasifikasi Gempabumi

Gempabumi merupakan getaran yang dihasilkan dan bersumber di dalam

bumi yang kemudian merambat ke permukaan bumi akibat rekahan bumi pecah

dan bergeser dengan keras. Gempabumi dapat terjadi karena proses tektonik bumi,

aktivitas gunungapi, jatuhnya meteor, longsoran (di bawah muka air laut) ataupun

ledakan bom nuklir dibawah permukaan. Gempabumi tektonik merupakan

gempabumi yang paling umum terjadi yang dikarenakan oleh peristiwa patahnya

batuan akibat benturan dua lempeng secara perlahan-lahan dan energi tersebut

akan terakumulasi melampaui kekuatan batuan (Nur, 2010).

Terdapat beberapa jenis gempabumi yang dapat diklasifikasi berdasarkan

berbagai aspek. Menurut sumber terjadinya, gempabumi dikelompokkan menjadi:

1. Gempa tektonik adalah gempabumi yang berasal dari pergeseran lapisan

lapisan batuan sepanjang bidang sesar di dalam bumi.

2. Gempa vulkanik adalah gempabumi yang berasal dari pergerakan magma

karena aktivitas gunungapi.

3. Gempa longsoran atau runtuhan adalah gempabumi yang terjadi karena

aktivitas runtuhan pada daerah pertambangan atau daerah tanah longsor.

4. Gempa buatan adalah gempabumi yang terjadi karena adanya aktivitas manusia

yang menyebabkan getaran yang cukup kuat.

Page 34: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

Berdasarkan kekuatannya (Magnitudo), gempabumi dapat dibedakan:

1. Gempabumi sangat besar, yaitu magnitudo lebih dari 8 Skala Richter.

2. Gempabumi besar, yaitu magnitudo antara 7 – 8 Skala Richter.

3. Gempabumi merusak, yaitu magnitudo antara 5 – 6 Skala Richter.

4. Gempabumi sedang, yaitu magnitudo antara 4 – 5 Skala Richter.

5. Gempabumi kecil, yaitu magnitudo antara 3 – 4 Skala Richter.

6. Gempabumi mikro, yaitu magnitudo antara 1 – 3 Skala Richter.

7. Gempabumi ultra mikro dengan magnitudo kurang dari 1 Skala Richter

(Ibrahim dan Subardjo, 2005).

B. Gelombang Seismik

Gelombang seismik dapat merambat melalui interior bumi maupun

permukaan bumi. Gelombang yang merambat melalui interior bumi disebut

sebagai body wave atau gelombang badan, dan yang merambat melalui

permukaan bumi disebut surface wave atau gelombang permukaan. Terdapat dua

sumber gelombang seismic, yaitu sumber alami yang diakibatkan oleh gempa

tektonik, gempa vulkanik, gempa runtuhan atau longsorang, dan sumber buatan

yang diakibatkan oleh gangguan yang disengaja. Kedua gelombang inilah yang

dilepas pada saat terjadi gempa (Susilawati, 2008).

1. Gelombang Badan ( body wave)

Gelombang badan dapat merambat ke seluruh bagian di dalam bumi pada

media elastik. Berdasarkan arah penjalaran dan gerak partikel pada media,

gelombang badan dapat dibedakan menjadi gelombang P dan gelombang S.

Gelombang P yang di tunjukan pada Gambar 5 merupakan gelombang kompresi

atau gelombang longitudinal yang memiliki kecepatan rambat paling besar

11

Page 35: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

dibandingkan dengan gelombang seismik lain serta media perambatannya dapat

melalui medium padat maupun cair, seperti lapisan batuan, air atau lapisan cair

bumi.

Gambar 5 . Gelombang primer (P) (Elnashai dan Sarno, 2008).

Gelombang S seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6 disebut juga gelombang

shear atau gelombang transversal yang memiliki cepat rambat yang lebih lambat

dari gelombang P dan media rambatnya pada medium padat saja. Arah

perambatan dari gelombang S yaitu tegak lurus terhadap arah rambatnya yang

disertai dengan gerakan berputar sehingga lebih membahayakan bila

dibandingkan dengan gelombang P.

Gambar 6. Gelombang sekunder (S) (Elnashai dan Sarno, 2008).

12

Page 36: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

2. Gelombang Permukaan (surface wave)

Gelombang permukaan berada pada batas permukaan medium. Gelombang

permukaan merupakan gelombang yang kompleks serta memiliki amplitudo besar

namun frekuensinya rendah. Gelombang ini merambat akibat adanya efek free

surface yang memiliki perbedaan sifat elastik (Susilawati, 2008). Gelombang

permukaan ini dibagi menjadi dua jenis, yang pertama adalah gelombang

Rayleigh seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7 merupakan gelombang

permukaan yang gerakan partikel medianya merupakan perpaduan antara gerakan

partikel yang disebabkan oleh gelombang P dan gelombang S serta memiliki orbit

gerakan partikel tegak lurus dengan permukaan dan arah penjalarannya, dan yang

kedua adalah gelombang Love (Telford dkk, 1976).

Gambar 7. Gelombang Rayleigh (Elnashai dan Sarno, 2008)

Gelombang love seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8 merupakan gelombang

permukaan yang menjalar dalam bentuk gelombang transversal yang merupakan

gelombang S horizontal yang penjalarannya paralel dengan permukaannya

(Gadallah dan Fisher, 2009).

13

Page 37: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

Gambar 8. Gelombang love (Elnashai dan Sarno, 2008)

C. Klasifikasi Tsunami

Tsunami berasal dari bahasa Jepang, tsu berarti "pelabuhan", dan nami

berarti "gelombang", sehingga tsunami dapat diartikan sebagai "gelombang

pelabuhan". Para Ilmuwan Jepang merupakan yang pertama dalam mempelajari

tsunami secara khusus. Pantai timur Jepang mengalami paling banyak aktivitas

tsunami di dunia, dan ini menjelaskan mengapa tsunami dalam bahasa Jepang ini

diterima secara Internasional. Bahasa lain untuk tsunami antara lain: Flutwellen

(Jerman), Vloedgolven (Belanda), Hai-i (China), Maremoto (Spanyol), Raz de

maree (Perancis), Vagues sismiques (Perancis), Tidal waves (Inggris), Seismic sea

waves (Inggris).

Tsunami terjadi dapat disebabkan adanya aktivitas di dalam kerak bumi

yang disebut gempa. Pergeseran yang terjadi di bawah dasar laut menyebabkan

perpindahan volume air laut yang menghasilkan gelombang yang bergerak cepat.

Gelombang ini menyebar ke segala arah dengan kecepatan yang besar di laut

dalam yaitu sekitar 800 km/jam, namun ketika gelombang tsunami memasuki air

dangkal mendekati pantai maka kecepatannya akan menurun tetapi ketinggiannya

gelombang bertambah besar karena terjadi penumpukan masa air (Ramya dan

Palaniappan, 2011).

14

Page 38: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

1. Aktivitas Vulkanik (Volcanic Activities)

Pergerakan lempeng dasar laut juga dapat mengakibatkan peningkatan

aktivitas vulkanik pada gunung berapi. Baik gempa yang diakibatkan oleh

pergerakan lempeng dasar laut maupun aktivitas vulkanik gunung berapi dapat

menggoncangkan laut. Naiknya permukaan air laut dan bangkitnya gelombang

tsunami juga dapat diakibatkan oleh meletusnya gunung berapi yang terletak di

dasar samudera.

2. Longsoran Lempeng Bawah Laut (Undersea landslides)

Ketika lapisan dasar laut tidak stabil dan mulai bergerak, seringkali

menimbulkan longsor yang lebih besar dari longsor yang terjadi di darat, dan di

lereng dengan gradien sangat rendah, yang mendorong massa air laut dan

kemudian menimbulkan gelombang. Longsor lepas pantai terjadi di lereng yang

sangat dangkal, seringkali memiliki gradien serendah 1° atau 1,5°. Pemindahan

sedimen bawah air yang berjumlah besar dapat menimbulkan tsunami dahsyat.

3. Gempabumi Bawah Laut (Undersea Earthquake)

Gempa yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng bumi di bawah laut

menyebabkan air di atas wilayah lempeng tersebut berpindah dari posisi

ekuilibriumnya, pergerakan naik ataupun turun pada wilayah dasar laut ini dapat

mengakibatkan tsunami.

4. Tumbukan Benda Luar Angkasa (Cosmic-body Impacts)

Tsunami yang diakibatkan oleh tumbukan benda luar angkasa (meteor)

jarang mempengaruhi wilayah pesisir yang jauh dari sumber gelombang, namun

apabila tumbukan benda luar angkasa ini dahsyat, maka dapat menimbulkan

megatsunami (Sugito, 2008).

15

Page 39: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

D. Terbentuknya Tsunami

Gelombang tsunami berbeda dengan ombak laut ataupun gelombang karena

angin yang pergerakannya hanya pada bagian permukaan atasnya, gelombang

tsunami mengalami pergerakan di seluruh bagian partikel dan bergerak dengan

kecepatan tinggi yang dapat menjalar lintas samudera dengan sedikit energi

berkurang. Kecepatan rambat tsunami di laut terbuka dengan kedalaman yang

dalam, kecepatannya mencapai 800 – 1000 km/jam dan ketinggian di lautan

dalam dalam hanya 30 – 60 cm dengan panjang gelombang ratusan meter.

Ketika lempeng samudera bergerak naik (raising) maka di wilayah pantai

akan mengalami banjir karena air pasang, dan ketika lempeng samudera bergerak

turun (sinking), maka air laut di pantai akan surut pada separuh waktu sebelum

datangnya tsunami yang surutnya mencapai lebih dari 800 meter menjauhi pantai

(Sugito, 2008).

E. Patahan/Sesar (Fault)

Patahan atau sesar merupakan struktur rekahan yang mengalami pergeseran.

Terdapat dua blok yang terdapat pada sesar, untuk mengklasifikasi sesar tersebut

digunakan pergerakan relatif untuk mengetahui blok bagian mana yang bergerak.

Pergeseran salah satu bidang sesar membuat salah satu blok bergerak relatif naik

ataupun turun terhadap yang lainnya. Blok di atas disebut hangingwall dan blok di

bawah disebut footwall (Magetsari dkk, 2000).

Secara umum terdapat tiga jenis sesar utama, yaitu sesar naik (Thrust

Fault), sesar mendatar (Strike Slip Fault ), dan sesar normal (Normal Fault), serta

terdapat jenis sesar lain yaitu sesar miring (oblique fault) yaitu suatu sesar yang

dihasilkan dari kombinasi beberapa sesar.

16

Page 40: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

1. Sesar Naik (Thrust Fault), yaitu suatu jenis sesar yang terjadi bila

hangingwall bergerak naik terhadap footwall. Adapun tegasan pembentuk

system sesar ini posisi tegasan utama dan tegasan minimumnya adalah

horizontal dan tegasan menengahnya adalah vertikal.

2. Sesar Normal, yaitu suatu jenis sesar yang terjadi bila hangingwall relatif

bergerak kebawah terhadap footwall yang bersifat tegak ataupun disertai gerak

lateral (dekstral atau sinistral) serta memiliki posisi tegasan utama vertikal

menyebabkan gaya gravitasi menjadi dominan sehingga menyebabkan

terjadinya amblasan, sedangkan tegasan menengah dan minimumnya adalah

lateral.

3. Sesar Mendatar (Strike Slip Fault atau Transcurent Fault atau Wrench

Fault) merupakan sesar yang terbentuk oleh tegasan kompresi. Posisi

tegasan utama dan tegasan minimunya adalah horizontal sedangkan posisi

tegasan menengahnya adalah vertikal (HMG UNPAD, 2010).

F. Mekanisme Sumber Gempa (Focal Mechanism)

Mekanisme sumber gempabumi dikaitkan dengan gaya yang bekerja pada

suatu batuan yang terdiri dari gaya tarikan kedalam (kompresi) dan gaya tarikan

keluar (dilatasi) sehingga dapat dimodelkan dengan mempelajari polarisasi

gelombang gempa terekam pada komponen vertikal yang disebut sebagai

mekanisme fokus gempa (focal mechanism) dan bisa didapatkan dari data

seismogram. Analisis mekanisme fokus ini dapat membantu untuk menganalisis

sistem gaya-gaya tektonik yang bekerja pada suatu daerah (Sunarjo dkk, 2012).

Mekanisme fokus digunakan untuk memberikan informasi tambahan

mengenai jenis sesar pada suatu gempabumi. Dari mekanisme fokus ini akan

17

Page 41: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

didapatkan informasi mengenai parameter sesar berupa ukuran sesar yang

dinyatakan dalam satuan kilometer, seperti panjang lebarnya. Dalam suatu sesar

juga terdapat arah strike, dip, dan slip. Strike merupakan jurus sesar yang dihitung

dari permukaan sesar searah jarum jam atau dari utara mata angin dengan kisaran

arah 0° – 360°. Dip merupakan sudut kemiringan sesar yang dihitung dari bidang

tegak (foot-wall block) ke bidang horizontal mendatar dengan nilai 0° – 90°. Slip

atau rake yaitu arah pergerakan dari sesar tersebut diukur dari penampang muka

sesar kemudian arahnya diukur dari strike ke arah slip bergerak dengan nilai -

180° – 180°. Jarak pergeseran slip atau dislocation dinyatakan dalam besaran m

(meter).

Gambar 9. Contoh geometri focal mechanism sesuai pola beachball (Stein dan

Wysession, 2003).

G. Hubungan Kedalaman, Kecepatan, dan Panjang Gelombang Tsunami

Ditinjau dari bentuk gelombang, apabila rasio antara kedalaman air dan

panjang gelombang menjadi sangat kecil maka gelombang tersebut dinamakan

gelombang air dangkal dank arena tsunami memiliki panjang gelombang yang

sangat besar dibanding kedalaman air, maka gelombang tsunami diartikan sebagai

gelombang perairan dangkal dimana pergerakan kecepatannya sama dengan akar

18

Page 42: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

kuadrat perkalian antara percepatan gravitasi dan kedalaman air laut (UNESCO,

2006).

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya jika kedalaman dasar laut

berhubungan erat dengan kecepatan tsunami, hubungannya dapat didekati dengan

rumus berikut (UNESCO, 2006):

𝑐 = √𝑔𝑑 (1)

dimana:

c= kecepatan gelombang tsunami (m/s)

g = percepatan gravitasi bumi (9,8 m/s2)

d = kedalaman dasar laut (m)

Gambar 10. Ketinggian Tsunami dari Tengah Laut hingga Pesisir (UNESCO,

2006)

H. Pengukuran Tinggi Tsunami dan Luas Daerah Landaan

Pemodelan tsunami memberikan hasil tinggi tsunami di stasiun pasang

surut artifisial yang terdapat di muka pantai. Tinggi tsunami di tepi pantai

dihitung dengan persamaan Green sebagai berikut (Athanasius, 2009):

𝐻 = √ℎ1

4 𝐻1 (2)

19

Page 43: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

dimana

H : tinggi tsunami di pantai,

h : kedalaman laut di pantai, h = 1 meter,

H1 : tinggi tsunami di stasiun pasang surut

h1 : kedalaman laut di stasiun pasang surut.

I. Kecepatan Tsunami dan Orbital Cepat Rambat Gelombang Horisontal

Berdasarkan teori gelombang gravitasi dalam susunan sederhana, lapisan

samudera yang tidak terkompresi telah diperhitungkan. Fase cepat rambat atau

kecepatan tsunami dari gelombang gravitasi perairan dangkal tidak bergantung

dari periode gelombang dan hubungan dispersinya dijelaskan dalam ketentuan

percepatan dari gravitasi g:

𝑉𝑝ℎ = √𝑔(𝐷 + 𝐴) (3)

dimana, D adalah kedalaman air, A adalah amplitudo gelombang dan percepatan

gravitasi 9,8 m/s2 (Okal, 1988).

Fase cepat rambat merupakan cepat rambat dari penjalaran energi bukan

merupakan cepat rambat dari air tersebut. Partikel air berpindah dan bergerak

seperti gaya dalam perpindahan energi radial bagian luar sepanjang penjalaran

tsunami. Hal ini juga yang menyebabkan gelombang tsunami tidak terdeteksi oleh

observer di atas kapal di lautan (Adams, 2005).

Orbital cepat rambat gelombang horizontal dalam perairan dangkal, yang

telah diobservasi oleh sistem radar dijelaskan oleh persamaan:

𝑉𝑜 = ℎ𝑑 𝑔1/2𝐷1/4

𝐷𝑠1/4 (4)

20

Page 44: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

dimana, h adalah ketinggian tsunami dalam pada deep water level; Dd adalah

kedalaman deep water; Ds adalah kedalaman shallow water (Lipa, 2011).

Rasio fase kecepatan dan orbital cepat rambat pada kedalaman shallow

water adalah:

𝑅𝑝𝑜 = ℎ𝑑 𝐷𝑑

1/4

𝐷𝑠1/4 (5)

Fase kecepatan pada kedalaman shallow water dapat ditentukan dari

orbital velocity, sebagai:

𝑉𝑝ℎ = ℎ𝑑 𝐷𝑑

1/4

𝐷𝑠1/4 𝑉𝑜 (6)

Interaksi pasang surut tsunami dan fase kecepatan yang dimaksud pada

ketinggian pasang surut sesuai dengan:

𝑉𝑝ℎ𝑡 = √𝑔(𝐷 + 𝐴 + ℎ𝑡) (7)

dimana ht adalah perubahan sea level relative ke mean sea level pada high tide.

Hal ini merupakan normal apabila gelombang tsunami datang pada high tide atau

adanya kesamaan gelombang badai di area tersebut, efeknya akan meningkat dan

inundasi serta efek kerusakan yang besar.

Fase cepat rambat gelombang juga bergantung pada Modulus Bulk dan

densitas massa dari campuran solid-air-water (SAW), sehingga fase cepat rambat

pada kedalaman dan amplitudo gelombang laut yang sama, sebagai berikut:

𝑉𝑝ℎ1 = √𝑔(𝐷 + 𝐴 + ℎ𝑡) (𝜌0𝐵1

𝜌1𝐵0

)1/4

(8)

𝑉𝑝ℎ = √((𝑔𝜆

2𝜋) [𝑡𝑎𝑛ℎ (

2𝜋𝐷

𝜆)]) (9)

Untuk tsunami yang disebabkan oleh gempabumi, biasanya panjang gelombang

antara 20 – 300 km. Sedangkan tsunami yang diakibatkan oleh longsor, panjang

21

Page 45: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

gelombang lebih pendek, berkisar antara ratusan meter hingga puluhan kilometer

(Okal, 1988).

J. Teori Shallow Water

Gelombang tsunami umumnya bergerak secara lambat dan terlihat seperti

gelombang perairan dangkal (shallow water). Untuk gelombang perairan dangkal

dan gelombang transisi, cepat rambat gelombangnya normal dan sama dengan

fase cepat rapat gelombang. Periode untuk interval antara setiap puncak berurutan,

perbedaan antara beberapa menit hingga kurang lebih dua jam, bergantung dari

kedalaman air, tipe, ukuran dan orientasi spasial dari proses inisiasi di origin area.

Ketika gelombang memasuki perairan dangkal, kecepatan dan panjang gelombang

tsunami menjadi semakin rendah sedangkan ketinggian gelombangnya semakin

tinggi serta periode gelombang tidak berubah (UNESCO, 2006).

Shallow water dalam aproksimasi linier membawa gelombang tsunami

sampai batas validitas model air dangkal linier (biasanya, kedalaman 20-50 meter)

dan kemudian memperkirakan amplitudo tsunami pesisir puncak dengan hukum

Green. Dalam pemodelan tsunami menggunakan EasyWave maupun software lain

seperti TUNA dan TUNAMI, bergantung pada konservasi massa dan perhitungan

momentum yang telah dirata-ratakan kedalamannya. Penjalaran gelombang

tsunami memenuhi syarat yang penting untuk menggunakan Shallow Water

Equation (SWE):

𝜕𝜂

𝜕𝑡+

𝜕𝑀

𝜕𝑥+

𝜕𝑁

𝜕𝑦= 0 (10)

𝜕𝑀

𝜕𝑡+

𝜕

𝜕𝑥(

𝑀2

𝐷) +

𝜕

𝜕𝑦(

𝑀𝑁

𝐷) + 𝑔𝐷

𝜕𝜂

𝜕𝑥+

𝑔𝑛2

𝐷7/3𝑀√𝑀2 + 𝑁2 = 0 (11)

22

Page 46: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

𝜕𝑁

𝜕𝑡+

𝜕

𝜕𝑥(

𝑀𝑁

𝐷) +

𝜕

𝜕𝑦(

𝑁2

𝐷) + 𝑔𝐷

𝜕𝜂

𝜕𝑦+

𝑔𝑛2

𝐷7/3𝑁√𝑀2 + 𝑁2 = 0 (12)

dimana, perubahan volume per panjang unit (M,N) pada arah x- dan y-

berhubungan dengan kedalaman rata-rata cepat rambat gelombang u dan v

dengan 𝑀 = 𝑢(ℎ + 𝜂) = 𝑢𝐷, dan 𝑁 = 𝑣(ℎ + 𝜂) = 𝑣𝐷, dimana h adalah

kedalaman mean sea dan 𝜂 adalah elevasi air sesuai dengan tsunami. Sebagai

catatan, g adalah akselerasi gravitasi dan D adalah total kedalaman air (D = h+η)

(Koh, 2009).

K. Peralatan untuk Pengamatan Tsunami

a. Jaringan Buoys

Gambar 11. Ocean Bottom Unit (OBU) (kiri) dan Buoy (kanan) (BMKG, 2012)

Buoy adalah alat untuk mengukur ketinggian tsunami yang diletakkan di laut

lepas. Alat yang dikenal sebagai tsunameter (pengukur tsunami) ini terdiri dari

dua bagian terpisah diletakkan di dasar laut atau disebut dengan Ocean Bottom

Unit (OBU) yang dapat mencatat perubahan tekanan air yang akan dikirimkan ke

bagian lain yang mengapung di permukaan laut atau disebut dengan Buoy, data

23

Page 47: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

ini kemudian dikirimkan melalui satelit ke pusat kontrol di BPPT kemudian

dilanjutkan ke BMKG. Alat ini dapat dilihat pada Gambar 11.

b. Jaringan Tide Gauge

Gambar 12. Stasiun Tide Gauge (BMKG, 2012)

Tide gauge adalah alat yang digunakan untuk mengukur pasang surut air laut

yang diletakkan di pantai sebagai konfirmasi apakah tsunami sudah tiba di daerah

pantai tersebut ataupun sudah reda. Alat ini dioperasikan oleh BIG (Badan

Informasi Geospasial) yang bertanggung jawab pula dalam instalasi serta jaringan

GPS kemudian data real-time juga diterima oleh BMKG (BMKG, 2012).

Instrumentasi pengukuran permukaan air laut terdapat beberapa macam

dengan fungsi dan prinsip kerjanya masing-masing, diantaranya adalah:

1. Stilling Well Gauge, yang berfungsi untuk menyaring aktifitas gelombang

sehingga pasang surut dan long-periode dapat terekam dengan akurat.

2. Pressure Gauge, jenis pengukur tekanan yang paling sering digunakan yaitu

Pneunematic Bubbler Gauge dan Sensor Gauge.

a) Pneunematic Bubbler Gauge, rekaman tekanan instrument yang

terhubung dalam tabung supply di landward mencatat perubahan tingkat

air, seperti perubahan tekanan, sesuai dengan hukum:

24

Page 48: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

ℎ = (𝑝−𝑝𝑎)

(𝜌−𝑔)

dimana, h = ketinggian permukaan laut diatas “bleed hole”, p adalah

tekanan terukur, pa adalah tekanan atmosfir, 𝜌 adalah densitas air laut,

dan g adalah percepatan gravitasi (9,8 m/s2).

b) Sensor Gauge, tersedia dalam dua bentuk yang memberikan baik sinyal

absolut maupun diferensial. Jika transducer mutlak digunakan, sensor

memberikan pengukuran tekanan total termasuk permukaan laut dan

atmosfer. Oleh karena itu, sebuah barometer yang terpisah diperlukan

biasanya dalam bentuk transduser identik terbuka ke atmosfer. Kedua

sensor disinkronkan dengan jam yang sama sehingga mereka mudah dapat

dikurangkan untuk menghasilkan permukaan laut (dengan koreksi

berikutnya untuk kepadatan dan percepatan gravitasi).

3. Acoustic Tide Gauge, jenis pengukuran secara teoritis dapat dibuat di tempat

terbuka dengan transduser akustik dipasang secara vertikal di atas permukaan

laut, tetapi dalam kondisi tertentu sinyal tercermin mungkin akan hilang.

Untuk memastikan operasi terus-menerus dan dapat diandalkan sensor terletak

di dalam tabung yang menyediakan beberapa tingkat stilling permukaan dan

melindungi peralatan; beberapa sensor bahkan membatasi pulsa akustik dalam

tabung vertikal yang sempit, yang terkandung dalam sebelumnya. tabung luar

ini tidak benar-benar menyaring aksi gelombang tetapi, dengan rata-rata

sejumlah pengukuran, penyaringan yang diinginkan tercapai.

25

Page 49: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

c. Jaringan CCTV

Gambar 13. CCTV untuk Pengamatan Tsunami (BMKG, 2012)

Dalam peringatan dini tsunami, CCTV digunakan untuk memantau

datangnya gelombang tsunami sehingga dapat terdeteksi dari tampilan video

maupun gambar yang terekam sekaligus mengamati daerah yang terkena

gelombang tsunami.

d. Radar Tsunami

Gambar 14. Radar Tsunami (BMKG, 2012)

Radar tsunami adalah suatu alat yang digunakan untuk mendeteksi

datangnya tsunami pada jarak 150 km di tengah laut menuju pantai dengan

26

Page 50: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

memancarkan gelombang elektromagnetik berfrekuensi tinggi (HF) sehingga

meningkatkan ketelitian serta konfirmasi terjadinya tsunami.

e. Jaringan GPS

Gambar 15. Stasiun GPS (BMKG, 2012)

GPS (Global Positioning System) adalah suatu alat yang berfungsi untuk

menentukan posisi di permukaan bumi dengan koordinat geografis berdasarkan

garis bujur, garis lintang, dan ketinggian. Dengan meletakkan GPS di sebuah titik

di permukaan bumi maka akan diketahui posisi titik tersebut dan perubahannya

akan tercatat setiap saat. Disaat gempa belum terjadi, GPS digunakan untuk

mengestimasi lempeng-lempeng yang jenuh oleh tekanan serta berpotensi

gempabumi. GPS juga mengukur perubahan posisi lempeng bumi setelah

terjadinya gempabumi. Pengoperasiannya dilakukan oleh BIG.

L. Parameter Umum Tsunami

1. Inundasi adalah daerah yang terkena tsunami diukur dari garis pantai dengan

satuan meter atau kilometer.

27

Page 51: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

2. Run Up adalah ketinggian tsunami pada saat mencapai daratan terjauh yang

dapat dicapai tsunami dari mean sea level.

3. Arrival Time adalah waktu tiba tsunami pada garis pantai.

4. Travel Time adalah waktu yang dibutuhkan tsunami untuk mencapai garis

pantai.

Gambar 16. Bagian-bagian Tsunami (Reicherter, 2014)

M. Kekuatan Gempa dan Bidang Patahan Sumber Tsunami

Gambar 17. Perbandingan Skala Magnitude Gempa Terhadap Bidang Patahan

Sumber Tsunami (InaTEWS, 2018)

Pembuatan scenario tsunami didasarkan pada informasi parameter

gempabumi meliputi kekuatan gempa, orientasi patahan, luasan bidang patahan

28

Page 52: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

dan lain-lain. Berdasarkan perhitungan empiris, semakin besar kekuatan gempa

maka bidang patahan sumber tsunami juga semakin luas, seperti pada Gambar

17.

N. Regresi Bidang Patahan dan Magnitudo Momen (M)

Secara empiris, untuk menghitung panjang lebar dan slip fault dapat

ditentukan dengan persamaan Wells and Coppersmith,

𝑀𝑤 = 4,86 + 1,32 (𝑙𝑜𝑔 𝑅𝐿) (13)

𝑀𝑤 = 4,04 + 2,11 (𝑙𝑜𝑔 𝑅𝑊) (14)

𝐿𝑜𝑔𝑅𝐴 = −3,49 + 0,91 (𝑀𝑊) (15)

dimana, RL merupakan Rupture Length (km), RW yaitu Rupture Width (km), RA

merupakan Rupture Area (km2) (Wells, 1994).

N. EasyWave

EasyWave adalah perangkat lunak yang ditulis dalam bahasa C++ untuk

mensimulasikan penjalaran tsunami dan peringatan dini, terutama untuk tsunami

lokal yang membutuhkan akses yang sangat cepat dalam suatu simulasi tsunami.

EasyWave menggunakan perhitungan shallow water dengan aproksimasi linier

yang berarti tidak menghitung inundasi pantai dan detail runup secara langsung.

EasyWave membawa gelombang tsunami hingga batas validasi linier dari model

shallow water (biasanya pada kedalaman 20 – 50 meter) dan kemudian

mengestimasi puncak amplitudo tsunami di pantai dengan Hukum Green.

EasyWave menghasilkan output berupa 1D dan 2D. Waktu rambat gelombang

akan terekam pada setiap lokasi POI (point of interest) dengan format text-table

sederhana. Data resiko relevan seperti estimasi waktu datang gelombang (ETA)

29

Page 53: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

dan estimasi ketinggian gelombang (EWH) ditetapkan secara baik. Output 2D

penjalaran gelombang akan disimpan pada interval waktu reguler sebagai format

biner GRD-files (Golden Software Grid) (Babeyko, 2012).

30

Page 54: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

IV. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dimulai pada tanggal 5 April – 3 Mei 2018 di Sub Bidang

Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami, Badan Meteorologi Klimatologi dan

Geofisika (BMKG) Jakarta. Selanjutnya penyusunan laporan dilanjutkan di

laboratorium Teknik Geofisika Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Laptop

2. TOAST (Tsunami Observation And Simulation Terminal)

3. Software EasyWave ver.2015

4. Software Microsoft Excel 2007

C. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Data parameter gempa yang berupa letak koordinat dan focal mechanism

didapat dari Global CMT.

2. Nilai ketinggian gelombang tsunami didapat dari beberapa stasiun tide gauge

yang terletak di sekitar lokasi penelitian, kemudian hasil data dari simulasi

Page 55: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

akan dibandingkan dengan nilai dari tide gauge yang tercatat dari stasiun

observasi IOC (Intergovernmental Oceanographic Commission).

D. Prosedur Pengolahan Data

1. Input Data

Langkah pertama yang dilakukan untuk pemodelan tsunami yaitu memasukkan

data parameter gempa yang didapat dari web GlobalCMT menggunakan TOAST.

Pertama-tama klik tengah pada mouse di bagian layar yang tertera peta Indonesia,

kemudian akan muncul toolbox Artificial Incident, lalu memasukkan parameter

gempa seperti latitude, longitude, origin time, magnitude dan depth, kemudian

klik oke dan akan muncul titik letak episenter gempa pada map.

2. Membuat Pemodelan Simulasi Tsunami

Langkah kedua yaitu membuat simulasi tsunami menggunakan parameter bidang

patahan (fault plane) yang berbeda. Klik simulation kemudian pilih start

interactive, lalu muncul toolbox simulation set up. Dalam simulation set up ini,

ada beberapa kolom yang harus dilengkapi, seperti origin, rupture, patches dan

simulation. Pada bagian origin, masukkan nilai latitude, longitude, dan

magnitude. Pada bagian rupture, terdapat kolom nilai width, length, dan ratio,

nilai-nilai ini akan terisi secara otomatis bergantung pada nilai yang telah

dimasukkan dari origin. Kemudian pada bagian patches, memasukkan nilai depth,

fault plane, dan patch length kemudian pilih generate patches, lalu akan

menghasilkan gambar arah bidang patahan. Pada bagian simulation, terdapat

pilihan software yang ingin digunakan, yaitu EasyWave dan Tsunawi, namun

32

Page 56: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

untuk pembuatan simulasi tsunami secara manual akan dipilih EasyWave secara

otomatis kemudian klik start and close.

3. Menghitung Nilai Ketinggian Tsunami

Setelah melakukan simulasi tsunami, akan didapatkan nilai ketinggian gelombang

dari setiap tide gauge yang berupa ssh file. File ini kemudian di convert dan

dibuat grafik gelombang tsunami dan dianalisis menggunakan Microsoft Excel

2007.

E. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. dibawah ini:

Tabel 1. Jadwal Penyusunan Skripsi

No. Kegiatan

Bulan

April

2018

Mei

2018

Juni

2018

Juli

2018

Agustus

2018

September

2018

1 Study

Literatur

2 Penulisan Laporan

Awal

3 Seminar

Proposal

4 Pengolahan

Data

5 Interpretasi

Data

6 Penulisan Laporan

Akhir

7 Seminar Hasil

8 Revisi

Skripsi

9 Sidang Akhir

Skripsi

33

Page 57: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

F. Diagram Alir

Diagram alir penelitian ini ditunjukkan oleh Gambar 18. berikut:

Gambar 18. Diagram Alir Penelitian

34

Mulai

Studi Literatur

Pemodelan Tsunami

(EasyWave

Software)

Tsunami

Map

Arah

Rupture

Bidang

Rupture

Cocos_Island_AU

Simeulue

Sabang

Analisis Hasil

Padang2

Validasi Model

(IOC-Sea Level

Monitoring)

Mentawai

Ketinggian Gelombang Air Laut

Nancowry

Menghitung Nilai

Ketinggian Tsunami

Grafik Gelombang Tsunami

Selesai

Parameter Gempa

Page 58: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah:

1. Berdasarkan keempat simulasi didapatkan hasil bidang patahan dan arah

patahan yang berbeda, hal ini mempengaruhi penjalaran serta ketinggian

gelombang tsunami, baik itu dari Gempabumi Simeulue Aceh 11 April 2012

maupun Gempabumi Mentawai 2 Maret 2016 dan diketahui bahwa arah

bidang patahan hasil simulasi yang searah dengan arah tatanan tektonik daerah

pusat gempa menghasilkan ketinggian gelombang lebih besar dan daerah

terdampak yang lebih luas.

2. Dari pemodelan yang dilakukan menghasilkan nilai ketinggian gelombang

tsunami yang didapatkan dari 2 stasiun tide gauge untuk setiap kejadian

gempa, dimana kedua gempa terletak di luar zona subduksi di dalam lempeng

Indo-Australia (outer-rise zone), dari stasiun tide gauge tercatat gempabumi

Simeulue Aceh 11 April 2012 menghasilkan ketinggian gelombang lebih

besar dibandingkan gempa Mentawai 2 Maret 2016 meskipun dipengaruhi

oleh mekanisme fokus yang sama yaitu Strike-slip Fault, karena magnitude

dari gempa Simeulue lebih besar, hal tersebut juga dipengaruhi morfologi dan

batimetri pantai yang dapat mengubah sifat penjalaran gelombang dari sumber

tsunami menuju darat dan luas daerah landaan.

Page 59: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

3. Validasi antara pemodelan menggunakan TOAST dengan data dari stasiun

observasi dari IOC memiliki hasil yang berbeda untuk setiap simulasi yang

menggunakan setiap parameter focal mechanism baik itu fault plane 1 maupun

fault plane 2, dan diketahui bahwa hasil pemodelan untuk gempabumi

Simeulue Aceh dan Mentawai dari setiap stasiun tide gauge yang paling

mendekati nilai dari observasi IOC yaitu pemodelan dengan fault plane 2.

4. Ketinggian gelombang tsunami yang dihasilkan dari simulasi untuk

gempabumi Simeulue Aceh yang lebih mendekati nilai ketinggian stasiun

observasi IOC yaitu dengan nilai parameter fault plane 2 pada stasiun

Sabang, sedangkan untuk gempabumi Mentawai, ketinggian gelombang

tsunami dari hasil simulasi dari nilai parameter fault plane 2 pada stasiun

Cocos Island_AU yang lebih mendekati dengan nilai ketinggian dari data

observasi IOC, hal tersebut dikarenakan oleh besarnya jarak antara titik

sumber tsunami dengan letak stasiun tide gauge serta beberapa penghalang

(barrier) yang menyebabkan gelombang tereduksi sehingga rekaman

ketinggian dari stasiun yang lain menjadi berbeda-beda.

B. Saran

Adapun saran-saran untuk dapat memperbaiki penelitian ini guna mendapatkan

hasil yang maksimal sebaiknya digunakan lebih banyak stasiun tide gauge untuk

memvalidasi data simulasi untuk penelitian selanjutnya serta perlu adanya

penelitian mendalam untuk memastikan mekanisme yang telah terjadi serta

potensi kejadian bencana di masa yang akan datang.

68

Page 60: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

DAFTAR PUSTAKA

Adams, W.M., Sr. and Jordaan, J.M., Jr. 2005. Tsunamis and Tsunami Warning

Systems In Hydraulic Structures, Equipment and Water Data

Acquisition Systems, Eds. Hydraulic Structures, Equipment and Water

Data Acquisition Systems – Tsunamis and Tsunami Warning Systems.

Athanasius, C. 2009. Pengaruh Geomorfologi Pantai Terhadap Gelombang

Tsunami. Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi. Vol.4 No. 3. 39-

51 Hal: 3.

Babeyko, A. 2012. EasyWave: Fast Tsunami Simulation Tool for Early Warning.

GFZ German Research Centre for Geosciences, Potsdam.

Barber, A.J., Crow, M.J. and Milson, J.S. 2005. Sumatra : Geology, Tectonics,

Resources and Tectonics Evolution. Geological Society Memoir no 31.

BMKG. 2012. Pedoman Pelayanan Peringatan Dini Tsunami InaTEWS. Badan

Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Jakarta.

Budhitrisna, T. dan Mangga, S.A. 1990. Peta Geologi Lembar Pagai dan Sipora,

Sumatera. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung

Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal. 2018.

http://ditjenpdt.kemendesa.go.id/potensi/district/70-kabupaten-kepulauan

mentawai. Diakses pada 10 Mei 2018.

Elnashai, S.A. dan Sarno, D.L. 2008. Fundamental of Earthquake Engineering.

Wiley. Hongkong.

Endharto,M dan Sukido. 1994. Peta Geologi Lembar Sinabang, Sumatera. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung.

Fatimah, E., Alam, H.N., Sitepu, M., Rasimeng, S., Junaidi, A., Nieuwwenhuis,

O., Zyl, F. 2008. Analytical Method to Determine Design Flow Velocities

for Tsunami Escape Buildings. International Conference on Tsunami

Warning (ICTW). Bali.

Gadallah, R.M dan Fisher, R. 2009. Exploration Geophysics. Springer. Berlin.

Page 61: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

Hall, R. 2002. Cenozoic Geological and Plate Tectonic Evolution of SE Asia and

the SW Pacific: Computer Based Reconstruction. Model and

Animation. Journal of Asian Earth Science (20) 2002. 353 – 431.

Hidayati., Jamal.Y., Masri. 2011. Aplikasi Persamaan Gelombang Nonlinier

Koretweg de Vries Pada Gelombang Tsunami. Jurusan Fisika Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Padang.

Padang.

HMG UNPAD. 2010. Responsi Geologi Dasar. Fakultas Teknik Geologi

Universitas Padjadjaran. Jatinagor

Ibrahim, G. dan Subardjo. 2005. Pengetahuan Seismologi. Badan Meteorologi dan

Geofisika, Jakarta.

InaTEWS. 2018. https://inatews.bmkg.go.id. diakses pada tanggal 10 Mei 2018.

Koh, H. L., The, S. Y., Majid, T. A., Lau, T. L., Ahmad, F. 2012. Earthquake and

Tsunami Research in USM: The Role of Disaster Research Nexus.

Pertanika J. Sci. & Technol. 20 (1): 151 – 163. ISSN: 0128-7680.

Lipa, B., Barrick, D., Saitoh, S.; Ishikawa, Y., Awaji, T.; Largier, J. and Garfield,

N. 2011. Remote Sensing 2011, 3: 1663-1679.

Magetsari, N.A., Abdullah, C.I., Brahmantyo, B. 2000. Geologi Fisik. Institut

Teknologi Bandung. Bandung.

Natawidjaja, D. H. 2007. Gempabumi dan Tsunami di Sumatra dan Upaya Untuk

Mengembangkan Lingkungan Hidup yang Aman Dari Bencana Alam,

Vol. 136.

Nur, A.M. 2010. Gempabumi, Tsunami, dan Mitigasinya. Balai Informasi dan

Konservasi Kebumian – LIPI. Kebumen. Vol. 7, No.1.Januari 2010.

Okal, E. A. (1988). Seismic parameters controlling far-field tsunami amplitudes:

A review. Natural Hazards, Kluwer Academic Publishers, 1, 67-96.

Ramya, V., Palaniappan, B., 2011, An Automated Tsunmai Alert System,

International Journal of Embedded System Applications (IJESA) Vol. 1,

No. 2, December 2011.

Reicherter, K. 2014. Tsunamis as Paleoseismic Indicators. Encyclopedia of

Earthquake Engineering. Institute of Neotectonics and Natural Hazards,

Department of Geosciences and Geography, RWTH Aachen University,

Aachen, Germany.

RPJMD. 2017. RPJMD Kabupaten Simeulue Tahun 2012 – 2017. Aceh.

Page 62: PEMODELAN TSUNAMI DARI GEMPA OUTERRISE ZONE DI …digilib.unila.ac.id/54901/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · rentan terjadi bencana alam, khususnya gempabumi dan tsunami karena

Sieh, K. 2005. Sumatran Megathrust Earthquakes-From Science to Saving Lives.

Tectonic Observatory California Institue of Technology Pasadena,

California. United States.

Stein, S., Wysession, M., 2003. An Introduction to Seismology, Earthquakes, and

Earth Structure. Oxford : Blackwell Publishing Ltd.

Sugito, N.T. 2008. Tsunami. Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Sunarjo., Gunawan, M.T., Pribadi, S. 2010. Gempabumi Edisi Populer. Badan

Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Jakarta.

Susilawati. 2008. Penerapan Penjalaran Gelombang Seismik Gempa pada

Penelaahan Struktur Bagian dalam Bumi. Universitas Sumatera Utara.

Sumatera Utara.

Telford, W.M., Geldart, L.P., Sherrif, R.E., dan Keys., D.A. 1976. Applied

Geophysics. Cambridge University Pess.

UNESCO. 2006. Tsunami Glossary. Intergovernmental Oceanographic

Commission of UNESCO. International Tsunami Information Centre,

IOC/INF-1221, Hawaii.

UNESCO. 2006. Manual on Sea Level Measurement and Interpretation. IOC

Manuals and Guides No.14, vol. IV ; JCOMM Technical Report No.31;

WMO/TD. No. 1339. France.

Wells, D. L., Coppersmith, K. J. 1994. New Empirical Relationships among

Magnitude, Rupture Length, Rupture Width, Rupture Area, and Surface

Displacement. Bulletin of the Seismological Society of America, 84(4).

1994.