pemilihan obat antihipertensi pada ensefalopati hipertensi

62
REFERAT PEMILIHAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA ENSEFALOPATI HIPERTENSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Saraf Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul Diajukan Kepada : dr. R. Yoseph Budiman Sp. S Disusun oleh : Fergiawan Indra Prabowo 20080310074

Upload: fidelaff

Post on 22-Apr-2017

233 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

REFERAT

PEMILIHAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA

ENSEFALOPATI HIPERTENSI

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Saraf Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati

Bantul

Diajukan Kepada :dr. R. Yoseph Budiman Sp. S

Disusun oleh :Fergiawan Indra Prabowo

20080310074

SMF ILMU PENYAKIT SARAFRSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2013

Page 2: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

HALAMAN PENGESAHAN

REFERAT

Pemilihan Obat Antihipertensi pada Ensefalopati Hipertensi

Disusun oleh:

Fergiawan Indra Prabowo

20080310074

Telah dipresentasikan pada:

Desember 2013

Bantul, Desember 2013

Menyetujui dan mengesahkan,

Pembimbing

dr. R. Yoseph Budiman Sp.S

Page 3: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

BAB I

PENDAHULUAN

Hipertensi sampai saat ini merupakan masalah penting dalam dunia

kesehatan karena prevalensinya yang tinggi dan komplikasi jangka panjang yang

diakibatkannya. Dari penelitian menyatakan bahwa 1,8–28,6% penduduk yang

berusia di atas 20 tahun adalah penderita hipertensi (Sidabutar&Wiguna, 2000).

Hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan

berbagai macam komplikasi. Apabila tekanan darah meningkat dengan cepat

dapat terjadi kerusakan pada target organ yaitu otak, mata, jantung, ginjal, dan

pembuluh darah lainnya yang dapat mengancam jiwa penderita, maka keadaan ini

dikenal sebagai kegawatdaruratan hipertensi (Pranatu, 2007; Winarto, 1997).

Hipertensi krisis ialah keadaan klinik membahayakan karena peningkatnya

tekanan darah secara tiba-tiba dimana tekanan diastolik mencapai 130 mmHg atau

lebih yang disertai gengguan atau kerusakan pada target organ menurut tingkat

kegawatannya dan untuk kepentingan tindakan, hipertensi krisis dibagi menjadi

dua (Sidabutar&Wiguna. 2000; Pranatu, 2001; Wuryanto, 1997; Alpert&Ripe,

2005; Anonim 2006),

a. Hipertensi gawat darurat (Hipertensi emergensi)

Yaitu keadaan klinik hipertensi yang memerlukan penurunan tekanan

darah dalam waktu kurang dari satu jam. Penurunan tekanan darah dimasukkan

untuk mencegah atau mengurangi resiko yang akan mengancam jiwa penderita

karena komplikasi/kerusakan target organ.

b. Hipertensi mendesak (Hipertensi urgensi)

Yaitu keadaan klinik hipertensi yang memerlukan penurunan tekanan

darah dalam beberapa jam atau harus dikendalikan dalam jangka waktu 24 jam.

Pada keadaan ini tidak disertai kerusakan tetapi potensial menyebabkan kerusakan

target organ.

Hipertensi ensefalopati yang merupakan bagian hipertensi krisis dan yang

merupakan hipertensi emergensi dimana angka kejadiannya sebenarnya sulit

diketahui.

1

Page 4: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Hipertensi

1.1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan

sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada

populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg

dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sidabutar, 2000).

Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus

menerus sehingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 110/90

mmHg. Hipertensi merupakan produk dari resistensi pembuluh darah perifer dan

kardiak output (Sidabutar, 2000)

1.2. Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan Sevent Report of the Joint National Committee, hipertensi

dibagi sebagai berikut (WHO, 1999):

Klasifikasi Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik

Normal

Prehipertensi

Hipertensi Stage 1

Hipertensi Stage 2

< 120

120-139

140-160

> 160

Dan < 80

Atau 80-89

Atau 90-99

Atau > 100

1.3. Etiologi Hipertensi

Hipertensi tergantung pada kecepatan denyut jantung, volume sekuncup

dan Total Peripheral Resistance (TPR). Maka peningkatan salah satu dari ketiga

variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi.

Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan

abnormal saraf atau hormon pada nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut

jantung yang berlangsung kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme.

Namun, peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh

2

Page 5: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

penurunan volume sekuncup atau TPR, sehingga tidak meninbulkan hipertensi

(Houston, 1989).

Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi

apabila terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat

gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang

berlebihan. Peningkatan pelepasan renin atau aldosteron maupun penurunan aliran

darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal.

Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolik

akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah.

Peningkata preload biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik

( Houston, 1989).

Peningkatan Total Periperial Resistence yang berlangsung lama dapat

terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau

responsivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal

tersebut akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pada peningkatan

Total Periperial Resistence, jantung harus memompa secara lebih kuat dan dengan

demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah

melintas pembuluh darah yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan dalam

afterload jantung dan biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik.

Apabila peningkatan afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin

mulai mengalami hipertrifi (membesar). Dengan hipertrofi, kebutuhan ventrikel

akan oksigen semakin meningkat sehingga ventrikel harus mampu memompa

darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi,

serat-serat otot jantung juga mulai tegang melebihi panjang normalnya yang pada

akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup.(Houston,

1989).

1.4. Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar

dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

3

Page 6: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke

bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron

preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca

ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan

ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang

vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin,

meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Houston,

1989).

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh

darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi

epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol

dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor pembuluh

darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,

menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I

yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang

pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus

keadaan hipertensi ( Houston, 1989).

Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer

bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia.

Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan

penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya

menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.

Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam

mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),

mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer

(Houston, 1989).

4

Page 7: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

1.5. Diagnosis Hipertensi

1.6. Pengobatan Hipertensi

Penatalaksanaan hipertensi dapat dilihat dalam diagram berikut yang

diambil dari Sevent Report of the Joint National Committee (WHO, 1999).

5

Page 8: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

Obat pilihan pada pasien hipertensi dengan penyakit lain yang memaksa:

(sumber: JNC VII)

Pasien dengan CKD memerlukan perhatian. Suatu penelitian yang dilakukan oleh

Aryanti, 2008, menyatakan bahwa dapat terjadi penurunan eliminasi obat

antihipertensi yang ekskresi utamanya di ginjal. Obat golongan ACEI, BB, dan

diuretik perlu dilakukan penurunan dosis. Perlu juga dilakukan pemilihan obat,

karena beberapa obat mempunyai efek samping yang merusak ginjal (NIH, 2007).

6

Page 9: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

Tabel Obat-Obat Antihipertensi

Kelas Obat  (Nama Dagang) Dosis

Penggunaan

(Mg/hari)

Frekuensi

Penggunaan/hari

Diuretik Tiazide Klorotiazide (Diuril)

Klortalidone (generik)

Hidroklorotiazide

(Mikrozide,

HidroDIURIL†)

Polythiazide (Renese)

Indapamide (Lozol†)

Metalazone (Mykrox)

Metalazone (Zaroxolyn)

125-500

12,5-25

12,5-50

2-4

1,25-2,5

0,5-1,0

2,5-5

1-2

1

1

1

1

1

1

Loop Diuretik Bumetanide (Bumex†)

Furosemide (Lasix†)

Torsemid (Demadex†)

0,5-2

20-80

2,5-10

2

2

1

Diuretik Hemat

Kalium

Amiloride (Midamor†)

Triamterene (Dyrenium)

5-10

50-100

1-2

1-2

Aldosteron

Reseptor Bloker

Eplerenone (Inspra)

Spironolakton

(Aldactone†)

50-100

25-50

1

1

Beta bloker Atenolol (Tenormin†)

Betaxolol (Kerione†)

Bisoprolol (Zebeta†)

Metaprolol (Lopressor†)

Metoprolol Extended

Release (Toprol XL)

Nadolod (Corgard†)

Propanolol (Indera†l)

Propanolol Long acting

(Inderal LA†)

25-100

5-20

2,5-10

50-100

50-100

40-120

40-160

60-180

20-40

1

1

1

1-2

1

1

2

1

2

7

Page 10: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

Timolol (Blocadren†)

Beta bloker

aktivitas

simpatomimetik

intrinsik

Acebutolol (Sectral†)

Penbutolol (Levatol)

Pindolol (Generik)

200-800

10-40

10-40

2

1

2

Kombinasi

Alpha dan Beta

Bloker

Carvedilol (Coreg)

Labetolol (Normodyne,

Trandate†)

12,5-50

200-800

2

2

ACEI Benazepril (Lotensin†)

Captopril (Capoten†)

Enalapril (Vasotec†)

Fosinopril (Monopril)

lisinopril (Prinivil,

Zestril†)

moexipril (Univasc)

perindopril (Aceon)

quinapril (Accupril)

ramipril (Altace)

trandolapril (Mavik)

10-40

25-100

5-40

10-40

10-40

7.5-30

4-8

10-80

2.5-20

1-4

1

2

1-2

1

1

1

1

1

1

1

Angiotensin II

Antagonis

candesartan (Atacand)

eprosartan (Teveten)

irbesartan (Avapro)

losartan (Cozaar)

olmesartan (Benicar)

telmisartan (Micardis)

valsartan (Diovan)

8-32

400-800

150-300

25-100

20-40

20-80

80-320

1

1-2

1

1-2

1

1

1-2

CCB – Non

Dihidropiridin

Diltiazem extended

release

(Cardizem CD, Dilacor

XR, Tiazac†)

diltiazem extended release

180-420

120-540

80-320

120-480

120-360

1

1

2

1-2

1

8

Page 11: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

(Cardizem LA)

verapamil immediate

release (Calan, Isoptin†)

verapamil long acting

(Calan SR, Isoptin SR†)

verapamil—Coer, Covera

HS, Verelan PM)

CCB-

Dihidropiridin

amlodipine (Norvasc)

felodipine (Plendil)

isradipine (Dynacirc CR)

nicardipine sustained

release (Cardene SR)

nifedipine long-acting

(Adalat CC, Procardia

XL)

nisoldipine (Sular)

2,5-10

2,5-20

2,5-10

60-120

30-60

10-40

1

1

2

2

1

1

Alpha 1 Bloker doxazosin (Cardura)

prazosin (Minipress†)

terazosin (Hytrin)

1-16

2-20

1-20

1

2-3

1-2

Alpha 2 agonis

sentral dan obat

lainnya yang

bekerja sentral

clonidine (Catapres†)

clonidine patch (Catapres-

TTS)

methyldopa (Aldomet†)

reserpine (generic)

guanfacine (Tenex†)

0,1-0,8

0,1-0,3

250-1000

0,1-0,25

0,5-2

2

1 Minggu

2

1

1

Vasodilator

Langsung

hydralazine (Apresoline†)

minoxidil (Loniten†)

25-100

2,5-80

2

1-2

1.7. Komplikasi Hipertensi

Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat

embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi.

9

Page 12: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang

memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke

daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami

arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya

aneurisma (Gifford, 2001).

Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang

bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian

tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa

kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak

(Gifford, 2001).

Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis

tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk

trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena

hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium

mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang

menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan

perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi

disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan

(Gifford, 2001).

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi

pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan

mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut

menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein

akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,

menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik. Gagal jantung

atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya kejantung

dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru,kaki dan jaringan lain

sering disebut edma.Cairan didalam paru – paru menyebabkan sesak

napas,timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering

dikatakan edema (Spitalewitz, 2008).

Ensefalopati dapat terjadi terjadi terutama pada hipertensi maligna

(hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan

10

Page 13: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium

diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolap dan terjadi koma

serta kematian (Spitalewitz, 2008).

2. Hipertensi Emergensi

2.1. Definisi

Hipertensi darurat (emergency hypertension) : kenaikan tekanan darah

mendadak (sistolik  ≥180 mm Hg dan / atau diastolik ≥120 mm Hg) dengan

kerusakan organ target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus

diturunkan segera, dalam hitungan menit sampai jam. Tekanan darah yang sangat

tinggi dan terdapat kerusakan organ, sehingga tekanan darah harus diturunkan

dengan segera (dalam menit atau jam) agar dapat membatasi kerusakan yang

terjadi. Tingginya tekanan darah untuk dapat dikategorikan sebagai hipertensi

darurat tidaklah mutlak, namun kebanyakan referensi di Indonesia memakan

patokan >220/140 (Wuryanto, 1997).

2.2.  Etiologi

Hipertensi emergensi merupakan spektrum klinis dari hipertensi dimana

terjadi kondisi peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol yang berakibat

pada kerusakan organ target yang progresif. Berbagai sistem organ yang menjadi

organ target pada hipertensi emergensi ini adalah sistem saraf yang dapat

mengakibatkan hipertensi ensefalopati, infark serebral, perdarahan subarakhnoid,

perdarahan intrakranial; sistem kardiovaskular yang dapat mengakibatkan infark

miokard, disfungsi ventrikel kiri akut, edema paru akut, diseksi aorta; dan sistem

organ lainnya seperti gagal ginjal akut, retinopati, eklamsia, dan anemia hemolitik

mikroangiopatik (Kaplan, 2004).

2.3. Faktor Resiko Hipertensi Emergensi

Penderita hipertensi tidak minum obat atau tidak  teratur minum obat.

Kehamilan

Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal.

Pengguna NAPZA

11

Page 14: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

Penderita dengan rangsangan simpatis tinggi. (luka bakar, trauma kepala,

penyakit vaskular/ kolagen)

2.4. Klasifikasi Hipertensi

Tabel Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa

KategoriTekanan Darah

Sistolik

Tekanan Darah

Diastolik

Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg

Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg

Stadium 1

(Hipertensi ringan)140-159 mmHg 90-99 mmHg

Stadium 2

(Hipertensi sedang)160-179 mmHg 100-109 mmHg

Stadium 3

(Hipertensi berat)180-209 mmHg 110-119 mmHg

Stadium 4

(Hipertensi maligna)210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih

Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh

kedalam keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi

berlanjut menjadi “Krisis Hipertensi”, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70

tahun. Tetapi krisis hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan

darah normal tanpa penyebab sebelumnya. Pengobatan yang baik dan teratur

dapat mencegah insiden krisis hipertensi menjadi kurang dari 1 % (WHO, 1999).

2.5. Patofisiologi

Bentuk manapun dari hipertensi yang menetap, baik primer maupun

sekunder, dapat dengan mendadak mengalami percepatan kenaikan dengan

tekanan diastolik meningkat cepat sampai di atas 130 mmHg dan menetap lebih

dari 6 jam. Hal ini dapat menyebabkan nekrosis arterial yang lama dan tersebar

luas, serta hiperplasi intima arterial interlobuler nefron-nefron. Perubahan

patologis jelas terjadi terutama pada retina, otak dan ginjal. Pada retina akan

12

Page 15: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

timbul perubahan eksudat, perdarahan dan udem papil. Gejala retinopati dapat

mendahului penemuan klinis kelainan ginjal dan merupakan gejala paling

terpercaya dari hipertensi maligna (Houston, 1989).

Otak mempunyai suatu mekanisme otoregulasi terhadap kenaikan ataupun

penurunan tekanan darah. Batas perubahan pada orang normal adalah sekitar 60-

160 mmHg. Apabila tekanan darah melampaui tonus pembuluh darah sehingga

tidak mampu lagi menahan kenaikan tekanan darah maka akan terjadi udem otak.

Tekanan diastolik yang sangat tinggi memungkinkan pecahnya pembuluh darah

otak yang dapat mengakibatkan kerusakan otak yang irreversible (Houston, 1989).

Pada jantung kenaikan tekanan darah yang cepat dan tinggi akan

menyebabkan kenaikan after load, sehingga terjadi payah jantung. Sedangkan

pada hipertensi kronis hal ini akan terjadi lebih lambat karena ada mekanisme

adaptasi. Penderita feokromositoma dengan krisis hipertensi akan terjadi

pengeluaran norefinefrin yang menetap atau berkala (Houston, 1989).

Aliran darah ke otak pada penderita hipertensi kronis tidak mengalami

perubahan bila Mean Arterial Pressure ( MAP ) 120 mmHg – 160 mmHg,

sedangkan pada penderita hipertensi baru dengan MAP diantara 60 – 120 mmHg.

Pada keadaan hiper kapnia, autoregulasi menjadi lebih sempit dengan batas

tertinggi 125 mmHg, sehingga perubahan yang sedikit saja dari TD menyebabkan

asidosis otak akan mempercepat timbulnya oedema otak. Meningkatnya tekanan

darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara (Houston, 1989):

 Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi sehingga mengalirkan

lebih banyak cairan pada setiap detiknya.

 Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka

tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri

tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui

pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.

Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan

kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga

meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk

sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam

darah.

13

Page 16: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

  Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan

darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu

membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh

meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika aktivitas

memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan banyak cairan

keluar dari sirkulasi maka tekanan darah akan menurun.

2.6. Manifestasi Klinis

Gambaran klinis hipertensi emergensi umumnya adalah gejala organ target

yang terganggu, diantaranya nyeri dada dan sesak nafas pada gangguan jantung

dan diseksi aorta; mata kabur dan edema papilla mata; sakit kepala hebat,

gangguan kesadaran dan lateralisasi pada gangguan otak; gagal ginjal akut pada

gangguan ginjal; di samping sakit kepala dan nyeri tengkuk pada kenaikan

tekanan darah umumnya (Kaplan, 2004).

Gambaran Klinik Hipertensi Darurat

Tekanan

darah

Funduskopi Status

neurologi

Jantung Ginjal Gastrointestinal

> 220/140

mmHg

Perdarahan,

eksudat,

edema

papilla

Sakit kepala,

kacau,

gangguan

kesadaran,

kejang.

Denyut jelas,

membesar,

dekompensasi,

oliguria

Uremia,

proteinuria

Mual, muntah

Tingginya TD yang dapat menyebabkan kerusakan organ sasaran tidak

hany dari tingkatan TD aktual, tapi juga dari tingginya TD sebelumnya, cepatnya

kenaikan TD, bangsa, seks dan usia penderita. Penderita hipertensi kronis dapat

mentolelir kenaikan TD yang lebih tinggi dibanding dengan normotensi, sebagai

contoh : pada penderita hipertensi kronis, jarang terjadi hipertensi ensefalopati,

gangguan ginjal dan kardiovaskular dan kejadian ini dijumpai bila TD Diastolik >

140 mmHg. Sebaliknya pada penderita normotensi ataupun pada penderita

hipertensi baru dengan penghentian obat yang tiba-tiba, dapat timbul hipertensi

ensefalopati demikian juga pada eklampsi, hipertensi ensefalopati dapat timbul

walaupun TD 160/110 mmHg (Kaplan, 2004).

14

Page 17: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

2.7. Diagnosis

Diagnosis hipertensi emergensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena

hasil terapi tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu

menunggu hasil pemeriksaan yang menyeluruh walaupun dengan data-data yang

minimal kita sudah dapat mendiagnosis suatu krisis hipertensi.

2.7.1 Anamnesis

Sewaktu penderita masuk, dilakukan anamnesa singkat. Hal yang penting

ditanyakan :

a.       Riwayat hipertensi, lama dan beratnya.

b.      Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya.

c.       Usia, sering pada usia 30 – 70 tahun.

d.      Gejala sistem syaraf ( sakit kepala, pusing, perubahan mental, ansietas ).

e.       Gejala sistem ginjal ( gross hematuri, jumlah urine berkurang )

f.       Gejala sistem kardiovascular ( adanya payah jantung, kongestif dan oedem

paru, nyeri dada ).

g.      Riwayat penyakit glomerulonefrosis, pyelonefritis.

h.      Riwayat kehamilan, tanda- tanda  eklampsi.

2.7.2 Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dikedua

lengan, mencari kerusakan organ sasaran ( retinopati, gangguan neurologi, payah

jantung kongestif, diseksi aorta ). Palpasi denyut nadi di keempat ekstremitas.

Auskultasi untuk mendengar ada atau tidak bruit pembuluh darah besar, bising

jantung dan ronki paru.   

Perlu dibedakan komplikasi krisis hipertensi dengan kegawatan neurologi

ataupun payah jantung, kongestif dan oedema paru. Perlu dicari penyakit penyerta

lain seperti penyakit jantung koroner.

2.7.3    Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium awal : urinalisis, Hb, Ht, ureum, kreatinin, gula

darah dan 

elektrolit.

Pemeriksaan penunjang: elektrokardiografi, foto thorak

15

Page 18: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

Pemeriksaan penunjang lain bila memungkinkan: CT scan kepala,

ekokardiogram, ultrasonogram.

2.8. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan pada keadaan darurat hipertensi ialah menurunkan

tekanan darah secepat dan seaman mungkin yang disesuaikan dengan keadaan

klinis penderita. Pengobatan biasanya diberikan secara parenteral dan memerlukan

pemantauan yang ketat terhadap penurunan tekanan darah untuk menghindari

keadaan yang merugikan atau munculnya masalah baru (Langton, 2000).

Obat yang ideal untuk keadaan ini adalah obat yang mempunyai sifat

bekerja cepat, mempunyai jangka waktu kerja yang pendek, menurunkan tekanan

darah dengan cara yang dapat diperhitungkan sebelumnya, mempunyai efek yang

tidak tergantung kepada sikap tubuh dan efek samping minimal (Langton, 2000).

Penurunan tekanan darah harus dilakukan dengan segera namun tidak

terburu-buru. Penurunan  tekanan darah yang terburu-buru dapat menyebabkan

iskemik pada otak dan ginjal. Tekanan darah harus dikurangi 25% dalam waktu 1

menit sampai 2 jam dan diturunkan lagi ke 160/100 dalam 2 sampai 6 jam.

Medikasi yang diberikan sebaiknya per parenteral (Infus drip, BUKAN INJEKSI).

Obat yang cukup sering digunakan adalah Nitroprusid IV dengan dosis 0,25

ug/kg/menit. Bila tidak ada, pengobatan oral dapat diberikan sambil merujuk

penderita ke Rumah Sakit. Pengobatan oral yang dapat diberikan meliputi

Nifedipinde 5-10 mg, Captorpil 12,5-25 mg, Clonidin 75-100 ug, Propanolol 10-

40 mg. Penderita harus dirawat inap (Calhoun, 2020).

Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi

Parameter Hipertensi Mendesak Hipertensi Darurat

Biasa Mendesak

Tekanan

darah

(mmHg)

> 180/110 > 180/110 > 220/140

Gejala Sakit kepala,

kecemasan;

Sakit kepala

hebat, sesak napas

Sesak napas, nyeri dada,

nokturia, dysarthria,

16

Page 19: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

sering  kali tanpa

gejala

kelemahan, kesadaran

menurun

Pemeriksaa

n

Tidak ada

kerusakan organ

target, tidak ada

penyakit

kardiovaskular

Kerusakan organ

target; muncul

klinis penyakit

kardiovaskuler,

stabil

Ensefalopati, edema

paru, insufisiensi ginjal,

iskemia jantung

Terapi Awasi 1-3 jam;

memulai/teruska

n obat oral,

naikkan  dosis

Awasi 3-6 jam;

obat oral

berjangka kerja

pendek

Pasang jalur IV, periksa

laboratorium standar,

terapi obat IV

Rencana Periksa ulang

dalam 3 hari

Periksa ulang

dalam 24 jam

Rawat ruangan/ICU

Adapun obat hipertensi oral dapat dipakai untuk hipertensi mendesak

(urgency)

Tabel Obat hipertensi oral

Obat Dosis Efek / Lama

Kerja

Perhatian khusus

Captopril 12,5 - 25 mg

PO; ulangi per

30 min ; SL, 25

mg

15-30 min/6-8

jam ;              SL

10-20 min/2-6 jam

Hipotensi, gagal ginjal,

stenosis arteri renalis

Clonidine PO 75 - 150 ug,

ulangi per jam

30-60 min/8-16

jam

Hipotensi, mengantuk,

mulut kering

Propanolo

l

10 - 40 mg PO;

ulangi setiap 30

min

15-30 min/3-6 jam Bronkokonstriksi, blok

jantung, hipotensi

ortostatik

Nifedipin

e

5 - 10  mg PO;

ulangi setiap 15

menit

5 -15 min/4-6 jam Takikardi, hipotensi,

gangguan koroner

17

Page 20: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

SL, Sublingual. PO, Peroral

hipertensi darurat (emergency) lebih dianjurkan untuk pemakaian

parenteral

Tabel Obat hipertensi parenteral

Obat Dosis Efek / Lama

Kerja

Perhatian khusus

Sodium

nitroprusside

0,25-10 mg /

kg / menit

sebagai infus

IV

langsung/2-3

menit setelah

infus

Mual, muntah, penggunaan

jangka panjang dapat

menyebabkan keracunan

tiosianat, methemoglobinemia,

asidosis, keracunan sianida.

Selang infus lapis perak

Nitrogliserin 500-100 mg

sebagai infus

IV

2-5 min /5-

10 min

Sakit kepala, takikardia,

muntah, , methemoglobinemia;

membutuhkan sistem

pengiriman khusus karena obat

mengikat pipa PVC

Nicardipine 5-15 mg / jam

sebagai infus

IV

1-5 min/15-

30 min

Takikardi, mual, muntah, sakit

kepala, peningkatan tekanan

intrakranial; hipotensi

Klonidin 150 ug, 6 amp

per 250 cc

Glukosa 5%

mikrodrip

30-60 min/

24 jam

Ensepalopati dengan gangguan

koroner

Diltiazem

5-15

ug/kg/menit

sebagi infus

IV

1-5 min/ 15-

30 min

Takikardi, mual, muntah, sakit

kepala, peningkatan tekanan

intrakranial; hipotensi

18

Page 21: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

Pada hipertensi darurat (emergency) dengan komplikasi seperti hipertensi

emergensi dengan penyakit payah jantung, maka memerlukan pemilihan obat

yang tepat sehingga tidak memperparah keadaannya.

Tabel Obat yang dipilih untuk Hipertensi darurat dengan komplikasi

Komplikasi Obat Pilihan Target Tekanan

Darah

Diseksi aorta Nitroprusside + esmolol SBP 110-120 sesegera

mungkin

AMI, iskemia Nitrogliserin, nitroprusside,

nicardipine

Sekunder untuk

bantuan iskemia

Edema paru Nitroprusside, nitrogliserin,

labetalol

10% -15% dalam 1-2

jam

Gangguan Ginjal Fenoldopam, nitroprusside,

labetalol

20% -25% dalam 2-3

jam

Kelebihan

katekolamin

Phentolamine, labetalol 10% -15% dalam 1-2

jam

Hipertensi

ensefalopati

Nitroprusside 20% -25% dalam 2-3

jam

Subarachnoid

hemorrhage

Nitroprusside, nimodipine,

nicardipine

20% -25% dalam 2-3

jam

Stroke Iskemik nicardipine 0% -20% dalam 6-12

jam

AMI, infark miokard akut; SBP, tekanan sistolik bood.

Pengobatan khusus krisis hipertensi

1.      Ensefalopati Hipertensi

Pada Ensefalofati hipertensi biasanya ada keluhan serebral. Bisa terjadi

dari hipertensi esensial atau hipertensi maligna, feokromositoma dan eklamsia.

Biasanya tekanan darah naik dengan cepat, dengan keluhan : nyeri kepala, mual-

muntah, bingung dan gejala saraf fokal (nistagmus, gangguan penglihatan,

babinsky positif, reflek asimetris, dan parese terbatas) melanjut menjadi stupor,

19

Page 22: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

koma, kejang-kejang dan akhirnya meninggal. Obat yang dianjurkan : Natrium

Nitroprusid, Nicardipin, Labetolol, dan Diazoxide.

2.      Gagal Jantung Kiri Akut

Biasanya terjadi pada penderita hipertensi sedang atau berat, sebagai

akibat dari bertambahnya beban pada ventrikel kiri. Udem paru akut akan

membaik bila tensi telah terkontrol.

Obat pilihan : Trimetapan dan Natrium nitroprusid. Pemberian Diuretik IV

akan mempercepat perbaikan

3.    Feokromositoma

Katekolamin dalam jumlah berlebihan yang dikeluarkan oleh tumor akan

berakibat kenaikan tekanan darah. Gejala biasanya timbul mendadak : nyeri

kepala, palpitasi, keringat banyak dan tremor. Obat pilihan : Pentolamin 5-10 mg

IV.

4.      Deseksi Aorta Anerisma Akut

Awalnya terjadi robekan tunika intima, sehingga timbul hematom yang

meluas. Bila terjadi ruptur maka akan terjadi kematian. Gejala yang timbul

biasanya adalah nyeri dada tidaj khas yang menjalar ke punggung perut dan

anggota bawah. Auskultasi : didapatkan bising kelainan katup aorta atau

cabangnya dan perbedaan tekanan darah pada kedua lengan. Pengobatan dengan

pembedahan, dimana sebelumnya tekanan darah diturunkan terlebih dulu dengan

obat pilihan : Trimetapan atau Sodium Nitroprusid.

5.      Toksemia Gravidarum Gejala yang muncul adalah kejang-kejang dan

kebingungan. Obat pilihan : Hidralazin kemudian dilanjutkan dengan klonidin.

6.      Perdarahan Intrakranial

Pengobatan hipertensi pada kasus ini harus dilakukan dengan hati-hati,

karena penurunan tekanan yang cepat dapat menghilangkan spasme pembuluh

darah disekitar tempat perdarahan, yang justru akan menambah perdarahan.

Penurunan tekanan darah dilakukan sebanyak 10-15 % atau diastolik

dipertahankan sekitar 110-120 mmHg Obat pilihan : Trimetapan atau Hidralazin.

3. Hipertensi Ensefalopati

3.1. Definisi

20

Page 23: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

Hipertensi ensefalopati adalah sindroma klinis akut reversibel sebagai

akibat kenaikan tekanan darau secara tiba-tiba yang ditandai dengan perubahan-

perubahan neurologis mendadak, atau sakit kepala hebat, gangguan kesadaran,

mual, muntah, rasa mengantuk dan bingung bila tidak segera diobati terjadi

kejang dan koma. Jarang terjadi gangguan syaraf seperti hemiparese, afasi, atau

kebutaan akan kembali normal apabila tekanan darah diturunkan. Keadaan ini

dapat terjadi pada orang normal (normotensi) yang oleh sesuatu sebab tekanan

darahnya mendadak naik. Keadaan ini biasanya timbul apabila tekanan diastolik

melebihi 140 mmHg dan krisis lebih sering terjadi pada usia 40-60 tahun setelah

menderita hipertensi 2-10 tahun (Kaplan, 2004).

 

3.2. Etiologi

Krisis hipertensi pada penderita yang dulunya normotensi kemungkinan

karena glomerulonefitis akut, reaksi terhadap obat monamin oksidase inhibitor

(MAO), feokromasitoma atau toksemia gravidarum (Kaplan, 2004).

Sedangkan pada penderita yang telah mengindap hipertensi kronis, krisis

hipertensi terjadi karena glomerulonefritis, pielonefritis atau penyakit vaskuler

kolagen, lebih sering pada hipertensi renovaskuler dengan kadar renin tinggi

(Kaplan, 1994).

Jenis krisis hipertensi adalah :

1. Ensefalopati hipertensi.

2. Krisis hipertensi karena pelepasan katekolamin

3. Krisis hipertensi karena perdarahan intrakranial (intra serebral atau arakhnoid)

4. Krisis hipertensi yang berhubungan dengan edema paru akut.

5. Krisis hipertensi yang berhubungan dengan penyakit ginjal, biasanya pada

glomerulonefritis akut.

6. Diseksi aneurisma aorta akut.

7. Eklampsia dan preeklampsia.

 

3.3. Patofisiologi Dan Gambaran Klinis

Tekanan darah dipengaruhi curah jantung dan tahanan perifer sehingga

semua yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer akanmempengaruhi

21

Page 24: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

tekanan darah. Secara mudah tekanan darah dapat dituliskan dengan formulasi

sebagai berikut (Houston, 1989):

  “ Tekanan darah = curah jantung x tahanan perifer”

Selain curah jantung dan tahanan, sebenarnya tekanan darah dipengaruhi

juga oleh tekanan atrium kanan akan tetapi karena tekanan atrium kanan

mendekati nol, nilai tersebut tidak banyak mempunyai pengaruh.

Berbagai hal seperti faktor genetik, aktivasi saraf simpatis, faktor

hemodinamik, metabolisme natrium dalam ginjal, gangguan mekanisme pompa

natrium (sodium pump) dan faktor renin, angiotensin, aldosteron dibuktikan

mempunyai kaitan dengan peningkatan tekanan darah pada hipertensi esensial

(Houston, 1989).

Hipertensi krisis pada umumnya terjadi atas dasar adanya hipertensi

sebelumnya baik primer/esensial maupun sekunder. Selain tingginya tekanan

diastolik, kecepatan meningkatnya tekanan darah (secara tiba-tiba) memegang

peranan dalam timbulnya hipertensi krisis.Dimana tekanan darah mendadak

meningkat melampaui batas kemampuan ortoregulasi pembuluh darah otak

(Houston, 1989).

Sindrom klinik ini timbul karena adanya dilatasi arteri otak dan nekrosis

fibrinoid dan arterial yang luas. Dilatasi arteri ini disebabkan oleh gagalnya sistem

ortoregulasi sirkulasi otak, sehingga aliran darah otak meningkat dan

menyebabkan edem otak. Perdarahan otak biasanya disebabkan karena tekanan

darah yang tinggi mengakibatkan pecahnya pembuluh darah kecil yang dapat

menembus ke dalam jaringan otak (Houston, 1989).

Edema serebri ialah hal yang mendasari timbulnya gejala klinik hipertensi

encephalopati. Hipertensi ensefalopati apabila ditangani dengan cepat dan tepat

bersifat reversibel. Gejala klinik yang tampak : sakit kepala hebat, mual, muntah,

rasa mengantuk dan bingung bila tidak segera diobati terjadi kejang dan koma,

jarang terjadi gangguan syaraf seperti : hemiparese, afasia atau kebutaan. Gejala

yang berat ini terjadi sekitar 24-48 jam. Biasanya berhubungan dengan hipertensi

Maligna (Houston, 1989).

Gejala klinis Hipertensi ensefalopati mungkin timbul mendadak atau

pelan-pelan dan biasanya didahului atau disertai nyeri kepala yang berat.

22

Page 25: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

Manifestasi neurologik bervariasi, tetapi biasanya berakhir dengan kejang dan

koma. Kelainan patologik primer yang mendasari adalah emboli kecil multipel di

otak yang berkaitan dengan edema serebri. Proses ini terjadi akibat vasokontriksi

yang menyertai tekanan darah yang meninggi. Vasokontriksi arteri di otak lebih

ringan dibanding vasa perifer, tetapi ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan

kapiler di otak dan edema (Houston, 1989).

Ada 2 teori yang dianggap dapat menerangkan timbulnya hipertensi

ensefalopati yaitu (Houston, 1989) :

1. Teori “Over Autoregulation”

Dengan kenaikan TD menyebabkan spasme yang berat pada arteriole

mengurangi aliran darah ke otak (CDF) dan iskemi. Meningginya permeabilitas

kapiler akan menyebabkan pecahnya dinding kapiler, udema di otak, petekhie,

pendarahan dan mikro infark.

2. Teori “Breakthrough of Cerebral Autoregulation”

Bila TD mencapai threshold tertentu dapat mengakibtakan transudasi,

mikoinfark dan oedema otak, petekhie, hemorhages, fibrinoid dari arteriole.

Aliran darah ke otak pada penderita hipertensi kronis tidak mengalami

perubahan bila Mean Arterial Pressure ( MAP ) 120 mmHg – 160 mmHg,

sedangkan pada penderita hipertensi baru dengan MAP diantara 60 – 120 mmHg.

Pada keadaan hiper kapnia, autoregulasi menjadi lebih sempit dengan batas

tertinggi 125 mmHg, sehingga perubahan yang sedikit saja dari TD menyebabkan

asidosis otak akan mempercepat timbulnya oedema otak (Houston, 1989).

3.4. Diagnosa

3.4.1. Anamnesa

23

Page 26: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

Riwayat singkat harus diketahui pada saat pasien masuk, khususnya yang

paling penting mengenai riwayat hipertensi dan riwayat penggunaan obat

antihipertensi. Riwayat harus dipusatkan pada gejala-gejala neurologis, fungsi

ginjal dan gejala-gejala gangguan jantung. Semuanya bertujuan untuk menilai

tingkat kerusakan target organ. Beberapa hal yang penting untuk ditanyakan pada

pasien dengan hipertensi krisis terdapat pada tabel.

Tabel Hal yang penting ditanyakan pada pasien hipertensi krisis

Kategori Hal yang ditanyakan Keterangan

Riwayat sekarang Riwayat hipertensi Umumnya menderita

hipertensi

  Umur Umumnya 40-60 tahun

  Penurunan berat badan

Gejala neurologi

- Gangguan penglihatan

- Nyeri kepala

(headache)

- Pusing (Dizziness)

- Kecemasan

Mencari tanda kerusakan

target organ. Harus

dibedakan antara Hipertensi

ensefalopati dan Kelaianan

neurologi lain atau Dengan

kecemasan

  Gejala ginjal Mencari kerusakan ginjal

  - Gross Hematuria

- Penurunana urine

output

 

  Gejala jantung

- Gejala gagal ginjal

kongestif dan udem paru

- Nyeri dada

Mencari kerusakan target

organ (jantung) harus

dibedakan dengan udem paru

karena sebab lain.

Riwayat penyakit Riwayat

glomerulonefritis

 

24

Page 27: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

dahulu Riwayat pielonefritis  

Riwayat kehamilan Masalah yang terjadi

saat kehamilan

Hipertensi krisis dengan

toxemia

Riwayat penggunaan

obat sekarang

MAO inhibitor

Obat anti hipertensi

Gravidarum berat

(eklampsia)

3.4.2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik harus difokuskan pada pengukuran tekanan darah yang

akurat dan bukti/tanda adanya kerusakan target organ, khususnya pemeriksaan

funduskopi dan pemeriksaan neurologik. Pemeriksaan fisik yang berkaitan dengan

hipertensi krisis dapat dilihat tabel.

Tabel Hasil pemeriksaan fisik yang berkaitan dengan hipertensi krisis.

Sistem Hasil pemeriksaan Keterangan/signifikasi

Keadaan umum Ansietas, gelisah Hipertensi ensefalopati atau

kecemasan (ansietas)

Vital sign Tekanan darah 180/120

(pada pengukuran pada

kedua lengan)

Tekanan darah yang sangat

tinggi tanpa tanda hipertensi

krisis seperti tidak ada

kerusakan target organ dan

papiledem

Mata Perdarahan dan eksudat

pada fundus, papil edema

Papile tidak selalu dapat

dijumpai

Jantung/dada Rale

S3

S4

Bukti adanya dekompensasai

ventrikel kiri

Pembuluh darah Arterial Bruits Bukti penyakit arteri

Perifer Nadi berkurang Karotis atau penyakit

Arterosklerosis pembuluh

perifer

    Hati-hati terjadi penurunan

Tekanan darah dengan cepat

25

Page 28: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

Neurologik Tanda-tanda kelainan Bedakan hipertensi

  Fokal Ensefalopati dengan

Keadaan gawat darurat

Neurologis karena sebab lain.

 

3.5. Penatalaksanaan

Dasar-dasar penanggulangan krisis HT

Tekanan darah yang sedemikian tinggi haruslah segera diturunkan karena

penundaan akan memperburuk penyakit yang akan timbul baik cepat maupun

lambat. Tetapi dipihak lain, penurunan yang terlalu agresif juga dapat

menimbulkan berkurangnya perfusi dan aliran darah ke organ vital terutama otak,

jantung, dan ginjal. Untuk menurunkan TD sampai ke tingkat yang diharapkan

perlu diperhaikan berbagai faktor antara lain keadaan hipertensi sendiri ( TD

segera diturunkan atau bertahap, pengamatan problema yang menyertai krisis

hipertensi perubahan dari aliran darah dan autoregulasi TD pada organ vital dan

pemilihan obat anti hipertensi yang efektif untuk krisis hipertensi dan monitoring

efek samping obat (Calhoun, 1990).

Autoregulasi

Yang dimaksud autoregulasi adalah penyesuaian fisiologis organ tubuh

terhadap kebutuhan dan pasokan darah dengan mengadakan perubahan pada

resistensi terhadap aliran darah dengan berbagai tingkatan perubahan kontriksi /

dilatasi pembuluh darah (Calhoun, 2000).

Dengan pengetahuan autoregulasi dalam menurunkan TD secara

mendadak dimaksudkan untuk melindungi organ vital dengan tidak terjadi iskemi.

Autoregulasi otak telah cukup luas diteliti dan diterangkan. Bila TD turun, terjadi

vasodilatasi, jika TD naik timbul vasokonstriksi. Pada individu normotensi, aliran

darah otak masih tetap pada fluktuasi Mean Arterial Pressure ( MAP ) 60 – 70

mmHg (Calhoun, 2000).

Bila MAP turun dibawah batas autoregulasi, maka otak akan

mengeluarkan oksigen lebih banyak dari darah untuk kompensasi dari aliran darah

yang berkurang. Bila mekanisme ini gagal, maka dapat terjadi iskemi otak dengan

26

Page 29: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

manifestasi klinik seperti mual, menguap, pingsan dan sinkope.Autoregulasi otak

ini kemungkinan disebabkan oleh mekanisme miogenic yang disebabkan oleh

stretch receptors pada otot polos arteriol otak, hipoksia mempunyai peranan dalam

perubahan metabolisme di otak (Calhoun, 2000)..

Pada cerebrovaskuler yang normal penurunan TD yang cepat sampai batas

hipertensi, masih dapat ditolelir. Pada penderita hipertensi kronis, penyakit

cerebrovaskular dan usia tua, batas ambang autoregulasi ini akan berubah dan

bergeser ke kanan pada kurva, sehingga pengurangan aliran darah terjadi pada TD

yang lebih tinggi (Calhoun, 2000)..

Straagaard pada penelitiannya mendapatkan MAP rata-rata 113 mmHg

pada 13 penderita hipertensi tanpa pengobatan dibandingkan dengan 73 mmHg

pada orang normotensi (Calhoun, 2000)..

Penderita hipertensi dengan pengobatan mempunyai nilai diantar group

normotensi dan hipertensi tanpa pengobatan dan dianggap bahwa TD terkontrol

cenderung menggeser autoregulasi k earah normal (Calhoun, 2000)..

Dari penelitian didapatkan bahwa baik orang yang normotensi maupun

hipertensi, ditaksir bahwa batas terendah dari autoregulasi otak adalah kira-kira

25% dibawah resting MAP. Oleh karena itu dalam pengobatan krisis hipertensi,

pengurangan MAP sebanyak 20–25% dalam beberapa menit/jam, tergantung dari

apakah emergensi atau urgensi penurunan TD pada penderita aorta diseksi akut

ataupun oedema paru akibat payah jantung kiri dilakukan dalam tempo 15–30

menit dan bisa lebir rendah lagi dibandingkan hipertensi emergensi lainnya.

Penderita hipertensi ensefalopati, penurunan TD 25% dalam 2–3 jam. Untuk

pasien dengan infark cerebri akut ataupun pendarahan intrakranial, pengurangan

TD dilakukan lebih lambat (6 – 12 jam) dan harus dijaga agar TD tidak lebih

rendah dari 170 – 180/100 mmHg (Calhoun, 2000)..

3.5.1. Dasar pengobatan

Seperti keadaan klinik yang gawat lainnya, penderita hipertensi krisis sebaiknya

dirawat di ruang intensif.

Pengobatan hipertensi ensefalopati dapat dibagi :

a. Penurunan tekanan darah

27

Page 30: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

Pada dasarnya penurunan tekanan darah harus dilakukan secepat mungkin tetapi

seaman mungkin. Tingkat tekanan darah yang akan dicapai tidak boleh terlalu

rendah karena akan menyebabkan hipoperfusi target organ.

Untuk menentukan tingkat tekanan darah yang diinginkan perlu ditinjau kasus

demi kasus. Terutama untuk penderita tua, tekanan daarah perlu dipertahankan

pada tingkat yang tinggi. Juga penderita dengan hipertensi kronik yang disertai

isufisiensi serebral, tekanan darah tidak boleh terlalu rendah sebagai pegangan,

tekanan darah dapat diturunkan mencapai tekanan darah sebelum terjadi krisis

(Langton, 2000).

b. Pengobatan target organ

Walaupun penurunan tekanan darah yang tepat dapat memperbaiki fungsi target

organ pada umumnya masih diperlukan pengobatan dan pengelolaan khusus untuk

mengatasi kelainan target organ yang terganggu (Langton, 2000).

3.5.2. Obat anti hipertensi

Untuk menurunkan tekanan darah pada hipertensi krisis diperlukan obat-obat

hipertensi khusus yaitu obat-obat yang mempunyai sifat : bekerja cepat, efektif,

aman dengan sedikit efek samping. Obat-obat yang dapat digunakan untuk

hipertensi ensefalopati harus dirawat di rumah sakit dan harus diberikan (Langton,

2000) :

Obat anti hipertensi parenteral dapat berupa : sodium nitroprusid, diazoxid,

labetolol, nitrogliserin, hidralazin (obat parenteral)

hipertensi darurat (emergency) lebih dianjurkan untuk pemakaian

parenteral

Tabel Obat hipertensi parenteral

Obat Dosis Efek / Lama

Kerja

Perhatian khusus

Sodium

nitroprusside

0,25-10 mg /

kg / menit

sebagai infus

IV

langsung/2-3

menit setelah

infus

Mual, muntah, penggunaan

jangka panjang dapat

menyebabkan keracunan

tiosianat, methemoglobinemia,

asidosis, keracunan sianida.

28

Page 31: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

Selang infus lapis perak

Nitrogliserin 500-100 mg

sebagai infus

IV

2-5 min /5-

10 min

Sakit kepala, takikardia,

muntah, , methemoglobinemia;

membutuhkan sistem

pengiriman khusus karena obat

mengikat pipa PVC

Nicardipine 5-15 mg / jam

sebagai infus

IV

1-5 min/15-

30 min

Takikardi, mual, muntah, sakit

kepala, peningkatan tekanan

intrakranial; hipotensi

Klonidin 150 ug, 6 amp

per 250 cc

Glukosa 5%

mikrodrip

30-60 min/

24 jam

Ensepalopati dengan gangguan

koroner

Diltiazem

5-15

ug/kg/menit

sebagi infus

IV

1-5 min/ 15-

30 min

Takikardi, mual, muntah, sakit

kepala, peningkatan tekanan

intrakranial; hipotensi

Pada hipertensi darurat (emergency) dengan komplikasi seperti hipertensi

emergensi dengan penyakit payah jantung, maka memerlukan pemilihan obat

yang tepat sehingga tidak memperparah keadaannya (Langhton, 2000).

Tabel Obat yang dipilih untuk Hipertensi darurat dengan komplikasi

Komplikasi Obat Pilihan Target Tekanan

Darah

Diseksi aorta Nitroprusside + esmolol SBP 110-120 sesegera

mungkin

AMI, iskemia Nitrogliserin, nitroprusside,

nicardipine

Sekunder untuk

bantuan iskemia

Edema paru Nitroprusside, nitrogliserin,

labetalol

10% -15% dalam 1-2

jam

Gangguan Ginjal Fenoldopam, nitroprusside, 20% -25% dalam 2-3

29

Page 32: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

labetalol jam

Kelebihan

katekolamin

Phentolamine, labetalol 10% -15% dalam 1-2

jam

Hipertensi

ensefalopati

Nitroprusside 20% -25% dalam 2-3

jam

Subarachnoid

hemorrhage

Nitroprusside, nimodipine,

nicardipine

20% -25% dalam 2-3

jam

Stroke Iskemik nicardipine 0% -20% dalam 6-12

jam

AMI, infark miokard akut; SBP, tekanan sistolik bood.

Pemakaian obat-obat untuk krisis hipertensi

Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis hipertensi

tergantung dari apakah pasien dengan hipertensi emergensi atau urgensi. Jika

hipertensi emergensi dan disertai dengan kerusakan organ sasaran maka penderita

dirawat diruangan intensive care unit, ( ICU ) dan diberi salah satu dari obat anti

hipertensi intravena ( IV ) (Gonzale, 1998).

1.      Sodium Nitroprusside : merupakan vasodelator direkuat baik arterial

maupun venous. Secara i. V mempunyai onsep of action yang cepat yaitu : 1 – 2

dosis 1 – 6 ug / kg / menit. Efek samping : mual, muntah, keringat, foto sensitif,

hipotensi.

2.      Nitroglycerini : merupakan vasodilator vena pada dosis rendah tetapi bila

dengan dosis tinggi sebagai vasodilator arteri dan vena. Onset of action 2 – 5

menit, duration of action 3 – 5 menit.  Dosis : 5 – 100 ug / menit, secara infus i. V.

Efek samping : sakit kepala, mual, muntah, hipotensi.

3.      Diazolxide : merupakan vasodilator arteri direk yang kuat diberikan secara i.

V bolus. Onset of action 1 – 2 menit, efek puncak pada 3 – 5 menit, duration of

action 4 – 12 jam.  Dosis permulaan : 50 mg bolus, dapat diulang dengan 25 – 75

mg setiap 5 menit sampai TD yang diinginkan.  Efek samping : hipotensi dan

shock, mual, muntah, distensi abdomen, hiperuricemia, aritmia, dll.

4.      Hydralazine : merupakan vasodilator direk arteri.  Onset of action : oral 0,5

– 1 jam, i.v : 10 – 20 menit duration of action : 6 – 12 jam.  Dosis : 10 – 20 mg i.v

30

Page 33: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

bolus : 10 – 40 mg i.m  Pemberiannya bersama dengan alpha agonist central

ataupun Beta Blocker untuk mengurangi refleks takhikardi dan diuretik untuk

mengurangi volume intravaskular.  Efeksamping : refleks takhikardi,

meningkatkan stroke volume dan cardiac out put, eksaserbasi angina, MCI akut

dll.

5.      Enalapriat : merupakan vasodelator golongan ACE inhibitor. Onsep on

action 15 – 60 menit. Dosis 0,625 – 1,25 mg tiap 6 jam i.v.

6.      Phentolamine ( regitine ) : termasuk golongan alpha andrenergic blockers.

Terutama untuk mengatasi kelainan akibat kelebihan ketekholamin.  Dosis 5 – 20

mg secar i.v bolus atau i.m.  Onset of action 11 – 2 menit, duration of action 3 –

10 menit.

7.      Trimethaphan camsylate : termasuk ganglion blocking agent dan

menginhibisi sistem simpatis dan parasimpatis.  Dosis : 1 – 4 mg / menit secara

infus i.v.  Onset of action : 1 – 5 menit.  Duration of action : 10 menit.  Efek

samping : opstipasi, ileus, retensia urine, respiratori arrest, glaukoma, hipotensi,

mulut kering.

8.      Labetalol : termasuk golongan beta dan alpha blocking agent.  Dosis : 20 –

80 mg secara i.v. bolus setiap 10 menit ; 2 mg / menit secara infus i.v.  Onset of

action 5 – 10 menit  Efek samping : hipotensi orthostatik, somnolen, hoyong, sakit

kepala, bradikardi, dll.  Juga tersedia dalam bentuk oral dengan onset of action 2

jam, duration of action 10 jam dan efek samping hipotensi, respons unpredictable

dan komplikasi lebih sering dijumpai.

9.      Methyldopa : termasuk golongan alpha agonist sentral dan menekan sistem

syaraf simpatis. Dosis : 250 – 500 mg secara infus i.v / 6 jam.  Onset of action : 30

– 60 menit, duration of action kira-kira 12 jam.  Efek samping : Coombs test ( + )

demam, gangguan gastrointestino, with drawal sindrome dll. Karena onset of

actionnya bisa tak terduga dan khasiatnya tidak konsisten, obat ini kurang disukai

untuk terapi awal.

10.  Clonidine : termasuk golongan alpha agonist sentral.  Dosis : 0,15 mg i.v

pelan-pelan dalam 10 cc dekstrose 5% atau i.m.150 ug dalam 100 cc dekstrose

dengan titrasi dosis.  Onset of action 5 –10 menit dan mencapai maksimal setelah

1 jam atau beberapa jam.  Efek samping : rasa ngantuk, sedasi, hoyong, mulut

31

Page 34: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

kering, rasa sakit pada parotis. Bila dihentikan secara tiba-tiba dapat menimbulkan

sindroma putus obat.

32

Page 35: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

BAB III

PEMBAHASAN

Hipertensi darurat (emergency hypertension) : kenaikan tekanan darah mendadak

(sistolik  ≥180 mm Hg dan / atau diastolik ≥120 mm Hg) dengan kerusakan organ

target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera,

dalam hitungan menit sampai jam. Tekanan darah yang sangat tinggi dan terdapat

kerusakan organ, sehingga tekanan darah harus diturunkan dengan segera (dalam

menit atau jam) agar dapat membatasi kerusakan yang terjadi. Tetapi dipihak lain,

penurunan yang terlalu agresif juga dapat menimbulkan berkurangnya perfusi dan

aliran darah ke organ vital terutama otak, jantung, dan ginjal.

Pentingnya mengenal autoregulasi otak, autoregulasi adalah penyesuaian

fisiologis organ tubuh terhadap kebutuhan dan pasokan darah dengan mengadakan

perubahan pada resistensi terhadap aliran darah dengan berbagai tingkatan

perubahan kontriksi / dilatasi pembuluh darah (Calhoun, 2000).

Dengan pengetahuan autoregulasi dalam menurunkan TD secara

mendadak dimaksudkan untuk melindungi organ vital dengan tidak terjadi iskemi.

Autoregulasi otak telah cukup luas diteliti dan diterangkan. Bila TD turun, terjadi

vasodilatasi, jika TD naik timbul vasokonstriksi. Pada individu normotensi, aliran

darah otak masih tetap pada fluktuasi Mean Arterial Pressure ( MAP ) 60 – 70

mmHg (Calhoun, 2000).

Bila MAP turun dibawah batas autoregulasi, maka otak akan

mengeluarkan oksigen lebih banyak dari darah untuk kompensasi dari aliran darah

yang berkurang. Bila mekanisme ini gagal, maka dapat terjadi iskemi otak dengan

manifestasi klinik seperti mual, menguap, pingsan dan sinkope.Autoregulasi otak

ini kemungkinan disebabkan oleh mekanisme miogenic yang disebabkan oleh

stretch receptors pada otot polos arteriol otak, hipoksia mempunyai peranan dalam

perubahan metabolisme di otak (Calhoun, 2000)..

Pada cerebrovaskuler yang normal penurunan TD yang cepat sampai batas

hipertensi, masih dapat ditolelir. Pada penderita hipertensi kronis, penyakit

33

Page 36: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

cerebrovaskular dan usia tua, batas ambang autoregulasi ini akan berubah dan

bergeser ke kanan pada kurva, sehingga pengurangan aliran darah terjadi pada TD

yang lebih tinggi (Calhoun, 2000).

Penderita hipertensi dengan pengobatan mempunyai nilai diantar group

normotensi dan hipertensi tanpa pengobatan dan dianggap bahwa TD terkontrol

cenderung menggeser autoregulasi k earah normal (Calhoun, 2000).

Dari penelitian didapatkan bahwa baik orang yang normotensi maupun hipertensi,

ditaksir bahwa batas terendah dari autoregulasi otak adalah kira-kira 25% dibawah

resting MAP. Oleh karena itu dalam pengobatan krisis hipertensi, pengurangan

MAP sebanyak 20–25% dalam beberapa menit/jam, tergantung dari apakah

emergensi atau urgensi penurunan TD pada penderita aorta diseksi akut ataupun

oedema paru akibat payah jantung kiri dilakukan dalam tempo 15–30 menit dan

bisa lebir rendah lagi dibandingkan hipertensi emergensi lainnya. Penderita

hipertensi ensefalopati, penurunan TD 25% dalam 2–3 jam. Untuk pasien dengan

infark cerebri akut ataupun pendarahan intrakranial, pengurangan TD dilakukan

lebih lambat (6 – 12 jam) dan harus dijaga agar TD tidak lebih rendah dari 170 –

180/100 mmHg (Calhoun, 2000).

Pengobatan hipertensi ensefalopati dapat dibagi :

a. Penurunan tekanan darah

Pada dasarnya penurunan tekanan darah harus dilakukan secepat mungkin tetapi

seaman mungkin. Tingkat tekanan darah yang akan dicapai tidak boleh terlalu

rendah karena akan menyebabkan hipoperfusi target organ.

Untuk menentukan tingkat tekanan darah yang diinginkan perlu ditinjau kasus

demi kasus. Terutama untuk penderita tua, tekanan daarah perlu dipertahankan

pada tingkat yang tinggi. Juga penderita dengan hipertensi kronik yang disertai

isufisiensi serebral, tekanan darah tidak boleh terlalu rendah sebagai pegangan,

tekanan darah dapat diturunkan mencapai tekanan darah sebelum terjadi krisis

(Langton, 2000).

b. Pengobatan target organ

34

Page 37: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

Walaupun penurunan tekanan darah yang tepat dapat memperbaiki fungsi target

organ pada umumnya masih diperlukan pengobatan dan pengelolaan khusus untuk

mengatasi kelainan target organ yang terganggu (Langton, 2000).

Untuk menurunkan tekanan darah pada hipertensi krisis diperlukan obat-obat

hipertensi khusus yaitu obat-obat yang mempunyai sifat : bekerja cepat, efektif,

aman dengan sedikit efek samping. Obat-obat yang dapat digunakan untuk

hipertensi ensefalopati harus dirawat di rumah sakit dan harus diberikan (Langton,

2000). Obat anti hipertensi parenteral dapat berupa : sodium nitroprusid, diazoxid,

trimetophan, labetolol, nicardipin, nitrogliserin, hidralazin (obat parenteral)

35

Page 38: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

BAB IV

KESIMPULAN

Ensefalopati hipertensi merupakan jenis dari krisis hipertensi dan merupakan

hipertensi emergensi.

Tekanan darah yang sedemikian tinggi haruslah segera diturunkan karena

penundaan akan memperburuk penyakit yang akan timbul baik cepat maupun

lambat.

Penurunan yang terlalu agresif juga dapat menimbulkan berkurangnya perfusi

dan aliran darah ke organ vital terutama otak, jantung, dan ginjal

Obat-obat yang dapat digunakan untuk ensefalopati hipertensi dapat berupa :

sodium nitroprusid, labetolol, nicardipin, fenoldopam (obat parenteral)

Pada ensefalopati hipertensi target penurunan tekanan darah 20-25% dalam 2-

3 jam.

36

Page 39: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

DAFTAR PUSTAKA

Alpert J. S, Rippe J.M. 2005. Hypertensive Crisis in manual of Cardiovascular

Diagnosis and Therapy, Asean Edition Little Brown and Coy Boston, 149-

60.

Andradi, S. Akibat Lanjut Hipertensi di Bidang Neurologi, Cermin Dunia

Kedokteran, 1999; 7-15.

Anonim, Standar Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito I, Komite Medik

RSUP Dr. Sardjito dan FK UGM Yogyakarta, Yogyakarta, 2006, 54-60.

Calhoun D.A, Oparil . S ; 2000 : Treatmenet of Hypertensive Crisis, New Engl J

Med, 323 : 1177-83.

Gifford R.W, 2001 : Management of Hypertensive Crisis, JAMA SEA,266; 39-

45.

Gonzale D.G, Ram C.SV.S., 1998 : New Approaches for the treatment of

Hypertensive Urgencies and Emergencies, Cheast, I, 193-5.

Houston MC ; 1989 : Pathoplysiology Clinical Aspects and treatment Dis, 32, 99-

148.

Kaplan, N.M. Clinical Hypertension, 6th en. William & Wilkins, Boltimore,

Maryland, USA, 2004; 90-281.

Langton D, Mcgrath B ; 2000 : Refractory Hypertantion and Hypertensive

Emergencies in Hypertention Management, Mc Leman & Petty Pty

Limited, Australia, 169-75.

Page 40: Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Ensefalopati Hipertensi

National Institutes of Health. The sixth report of the joint national committee on

prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure.

NIH Publication;2007.

Pranatu, S. Krisis Hipertensi, Cermin Dunia Kedokteran, 2001; 48-50-67.

Rachman, O.S. Akibat Lanjut Hipertensi di Bidang Kardiologi, Cermin Dunia

Kedokteran, 1999; 57 : 4-10.

Sidabutar R.D, Wiguna P. Hipertensi Esensial, dalam Soeparman dan Waspadji S,

Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2, Balai Penerbit FK UI, Jakarta, 2000; 205-

223.

Spitalewitz S, Porush JG. Hypertensive emergencies and urgencies. Dalam:

Glassock RJ editor. Current therapy in nephrology and hypertension, 4th

ed. St Louis: Mosby-Year Book Inc; 2008. p.323-7.

World Health Organization-International Society of Hypertension. Guidelines for

the management of hypertension. Guidelines subcommittee. J Hypertens

1999;17:151-83.

Wuryanto, Kegawatdaruratan Hipertensi, Ceramah Ilmiah Hipertensi, editor

Sutjipto, R.M, Sarodja M. Iqbal, PAPDI Cabang Yogyakarta bersama

FK UGM/RSUP Sardjito dan Kanwil Depkes Prop. DIY, Yogyakarta,

1997; 152-184.