evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi

14
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN KOMPLIKASI DIABETES MELITUS DAN GAGAL GINJAL KRONIK DI RUMAH SAKIT “X” TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Oleh: DESY NURMALITA SARI K 100110149 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2016

Upload: phamkiet

Post on 12-Jan-2017

296 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi

1

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN KOMPLIKASI DIABETES

MELITUS DAN GAGAL GINJAL KRONIK DI RUMAH SAKIT “X” TAHUN 2014

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

DESY NURMALITA SARI K 100110149

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SURAKARTA 2016

Page 2: evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi

2

HALAMAN PERSETUJUAN

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN KOMPLIKASI DIABETES

MELITUS DAN GAGAL GINJAL KRONIK DI RUMAH SAKIT “X” TAHUN 2014

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

DESY NURMALITA SARI

K 100110149

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Zakky Cholisoh, Ph. D., Apt.

i

Page 3: evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi

3

PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI Berjudul:

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA

PASIEN HIPERTENSI DENGAN KOMPLIKASIDIABETES MELITUS DAN GAGAL GINJAL KRONIK DI RUMAH SAKIT

“X” TAHUN 2014

Oleh: DESY NURMALITA SARI

K 100110149

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada tanggal:

Mengetahui, Fakultas Farmasi

Universitas Muhammadiyah Surakarta Dekan,

Azis Saifudin, Ph.D., Apt.

Pembimbing,

Zakky Cholisoh, Ph.D., Apt.

Penguji: 1. Dra. Nurul Mutmainah, M. Si., Apt. 1.________

2. Puji Asmini, M. Sc., Apt. 2.________

3. Zakky Cholisoh, Ph. D., Apt. 3.________

ii

Page 4: evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi

4

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu

Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara

tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Saya bersedia dan sanggup menerima sanksi sesuai peraturan yang

berlaku apabila terbukti melakukan tindakan pemalsuan data dan plagiasi.

Surakarta, Februari 2016

(Desy Nurmalita Sari)

iii

Page 5: evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi

1

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN KOMPLIKASI DIABETES MELITUS DAN

GAGAL GINJAL KRONIK DI RUMAH SAKIT “X” TAHUN 2014

EVALUATION OF DRUGUSEINPATIENTSWITH HYPERTENSIONANTIHYPERTENSIVEWITHCOMPLICATIONS DIABETES MELITUS AND CHRONIC KIDNEY DISEASE IN “X”

HOSPITAL 2014

Desy Nurmalita Sari* dan Zakky Cholisoh Faculty of Pharmacy, University of Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I, Pabelan Kartasura Surakarta 57102

Email* : [email protected]

ABSTRAK Di Indonesia, angka penderita hipertensi mencapai 32 persen pada tahun 2008 dengan kisaran usia

di atas 25 tahun. Kondisi peningkatan tekanan darah yang tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan terjadinya komplikasi, diantaranya gagal ginjal kronik dan diabetes melitus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi rasionalitas penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi dengan komplikasi gagal ginjal ginjal kronik dan diabetes melitus berdasarkan 4T (tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat, dan tepat pasien). Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan metode retrospetif dengan melihat data rekam medik pasien. Pengolahan data menggunakan Ms. Excel dan disajikan dengan persentase. Hasil evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi dengan komplikasi diabetes melitus dan gagal ginjal kronik adalah 100% tepat indikasi, 100% tepat pasien, 79,07% tepat obat, dan 83,73% tepat dosis.

Kata kunci : antihipertensi, gagal ginjal kronik, diabetes melitus

ABSTRACT

In Indonesia, the figure reached 32 percent of hypertensive patients in 2008 around the age of 25 years.The condition of elevated blood pressure that is not handled properly will cause complications, including chronic renal failure and diabetes mellitus. The purpose of this study was to evaluate the rationality of the use of antihypertensive drugs in hypertensive patients with chronic renal complications of kidney failure and diabetes mellitus based 4T (right indication, right patient, right drug, and the right of patients). Collecting data in this study using a retrospective method to see the medical records of patients. Processing data using Ms. Excel and presented with percentages. Results of the evaluation of the rationality of this is the use of antihypertensive drugs in hypertensive patients with comorbidities of diabetes mellitusand chronic kidney disease was 100% precise indications, 100 % right patient, proper medication 79,07%, 83,73% appropriate dose.

Keywords: hypertension, chronic renal failure, diabetes mellitus

Page 6: evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi

2

PENDAHULUAN Prevalensi hipertensi di negara berkembang sekitar 80% penduduk. Di Indonesia

pada tahun 2007 adalah 32,2% dan prevalensi tertinggi di temukan di Kalimantan Selatan

yakni 39,6%, sedangkan terendah di Papua Barat yakni 20,1% (Rahajeng, 2009). Hipertensi

adalah peningkatan tekanan darah yang persisten (Sukandar, 2008).

Gagal ginjal menjadi salah satu penyakit penyerta pada hipertensi yang dapat terjadi

apabila tidak ditangani secara baik (Dipiro, 2008). Hipertensi dapat memicu terjadinya gagal

ginjal baik akut atupun kronik, karena dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan fungsi

ginjal untuk memfiltrasi darah dengan baik. Penurunan fungsi ginjal untuk memfiltrasi ini

disebabkan adanya kerusakan pembuluh darah dalam ginjal (Guyton, 2006). Menurut

persatuan nefrologi Indonesia (2009), angka kejadian gagal ginjal kronis di Indonesia

mencapai angka 70 ribu penderita.

Diabetes melitus merupakan faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya

aterogenik, termasuk pada hipertensi (Creager & Luscher, 2003). Pada tahun 2008, hasil riset

Kesehatan Dasar menunjukkan angka kejadian diabetes melitus di Indonesia mencapai angka

57% dari jumlah penduduk Indonesia (Fatimah, 2015).

Peningkatan tekanan darah dan keberadaan penyakit penyerta menjadi acuan untuk

menentukan terapi farmakologi pada hipertensi (Sukandar et al., 2008). Penggunaan obat

pada terapi antihipertensi ini, kemudian mempengaruhi rasionalitas peresepan pada terapi

antihipertensi. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011), separuh dari obat

yang diresepkan, diberikan dan dijual dengan tidak tepat, hal ini menyebabkan pasien

menggunakan obat dengan tidak tepat pula. Senada dengan hasil yang ditunjukkan oleh

Charina (2014) di RS Bethesda Yogyakarta dengan 73 kasus pasien hipertensi, yakni 73 kasus

hipertensi menerima obat dengan tepat indikasi, 8 kasus tidak tepat obat dan tidak tepat

pasien, dan 22 kasus tidak tepat dosis.

Hal tersebut menjadi latar belakang penulis untuk melakukan penelitian evaluasi

ketepatan penggunaan obat antihipertensi di RSUD Kota Surakarta tahun 2014. Angka

kejadian hipertensi di RSUD Kota Surakarta tahun 2014 menjadi angka kejadian terbanyak,

yakni sejumlah 132 kasus dan juga rumah sakit ini merupakan rumah sakit yang baru

didirikan kurang lebih 3 tahun terakhir, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk

mengevaluasi rasionalitas penggunaan obat antihipertensi berdasarkan 4T (tepat indikasi,

tepat pasien, tepat obat, dan tepat dosis) di rumah sakit ini.

Page 7: evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi

3

METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental, yakni penelitian tanpa

adanya intervensi terhadap subjek penelitian. Desain penelitian ini adalah retrospektif, yaitu

penelitian yang bersifat back-ward looking atau melihat ke belakang.

Tahapan penelitian yang dilalui oleh penulis, sebagai berikut:

1. Penyusunan proposal penelitian

2. Pelengkapan administrasi penelitian

Pada rangkaian pelengkapan administrasi penelitian diawali dengan permohonan ijin

penelitian dari Fakultas Farmasi UMS kepada BAPPERDA Kota Surakarta dan

KESBANGPOL Kota Surakarta, yang kemudian mendapatkan cap instansi sebagai

tanda telah disetujuinya perijinan penelitian yang diajukan. Kemudian, surat ijin

penelitian yang telah disetujui oleh kedua instansi tersebut dilanjutkan ke RSUD Kota

Surakarta, dan penulis mendapatkan surat disposisi sebagai tanda bahwa penulis telah

diijinkan untuk melakukan penelitian di RSUD Kota Surakarta.

3. Observasi dan pengumpulan data, meliputi:

a. Pengumpulan data rekam medik di RSUD Kota Surakarta yang memenuhi kriteria

inklusi yang telah ditetapkan.

b. Data yang dibutuhkan untuk pengolahan data pada penelitian ini, yaitu data rekam

medik yang lengkap, meliputi: nomor rekam medik, nama pasien, berat badan

pasien, umur pasien, tekanan darah pasien, diagnosa pasien, obat yang diberikan,

rute pemberian obat, dosis, aturan pakai, kadar SGPT/SGOT, dan serum

kreatinin, berikut rumus Cocroft and Gault untuk menghitung klirens kreatinin:

Clcr= {ଵସ௫௧ௗ ()}ଶ ௫

x 0,85(jika pasien wanita)

Keterangan:Clcr =perkiraan klirens kreatinin (mL/min)

Cr = serum kreatinin (mg/dL)

4. Analisis data

Analisis data disajikan dalam bentuk persentase tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis,

dan tepat pasien.

Page 8: evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi

4

HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diambil dari data rekam medik di RSUD

Kota Surakarta selama tahun 2014. Dalam kurun waktu satu tahun tersebut terdapat 132 kasus

hipertensi yang terjadi, namun hanya 43 kasus yang memenuhi kriteria inklusi. Hal ini

disebabkan 89 kasus lainnya tidak memiliki data rekam medik yang lengkap, dan tidak

mendapatkan terapi antihipertensi.

Penggunaan obat antihipertensi dalam penelitian ini dievaluasi dengan melihat 4T,

yaitu tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, dan tepat pasien dengan menggunakan referensi

The Seventh Joint National Commitee tahun 2003, Pharmacotherapy A Pathophysiologic

Approach tahun 2008, British National Formulary 57 tahun 2009, Pharmaceutical Care

untuk penyakit hipertensi tahun 2006, KDOGI tahun 2012.

1. Evaluasi Tepat Indikasi

Pemberian obat dalam terapi harus sesuai dengan indikasi yang ada, atau sesuai

dengan diagnosa (DepKes RI, 2015), berikut tabel evaluasi tepat indikasi dalam penelitian ini: Tabel 1. Evaluasi tepat indikasi pada penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi dengan komplikasi

diabetes melitus dan gagal ginjal kronik di Rumah Sakit “X” Tahun 2014

Pasien Nomor Obat yang diberikan Keterangan Jumlah dan (Persentase)

N=43

29 dan 38

34

39

11 dan 12

16

Lisinopril

Furosemid

Amlodipin

Captopril

Bisoprolol

TI

TI

TI

TI

TI

5 (11,63%)

1 (2,33%)

3 (6,98%)

2 (4.65%)

1 (2,33%)

23, 28, 30

24,

26

27

Furosemid-verapamil

Irbesartran-furosemid-bisoprolol

Captopril-verapamil

Lisinopril-furosemid

TI

TI

TI

TI

3 (6,98%)

1 (2,33%)

1 (2,33%)

1 (2,33%)

25

13, 31, 42, 43

41

2, 37 dan 32

9, 35,33,36,40

1 dan 5

3, 6, dan 9

9

Captopril-irbesartan-spironolakton-amlodipin

Irbesartran-furosemid

Irbesartran-amlodipin

Irbesartan-furosemid-amlodipin-bisoprolol

Irbesartan-furosemid-amlodipin

Captopril-furosemid-bisoprolol

Captopril-amlodipin

Captopril-furosemid

TI

TI

TI

TI

TI

TI

TI

TI

1 (2,33%)

2 (4,65%)

1 (2,33%)

3 (6,98%)

5 (11,63%)

2 (4,65%)

3 (6,98%)

1 (2,33%)

44

8 dan 10

Furosemid peroral dengan furosemid intravena

Captopril-lisinopril

TI

TI

1 (2,33%)

2 (4,65%)

Page 9: evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi

5

Pada tabel 1 menunjukkan hasil 100% dari 43 subjek penelitian adalah tepat

inidikasi. Dalam data rekam medik, terdapat beberapa pasien yang mengalami oedem,

sehingga perlu adanya obat untuk mengeluarkan cairan dari dalam tubuh pasien. Penggunaan

furosemid golongan loop diuretik dalam terapi ini selain diindikasikan untuk terapi hipertensi,

tetapi juga diindikasikan untuk mengeluarkan cairan oedem (Zakharova et al, 2012). Namun

keterbatasan dalam penelitian ini penulis tidak mengetahui riwayat pengobatan pasien

sebelumnya, sehingga kemungkinan pemberian terapi tersebut telah dipertimbangkan.

2. Evaluasi Tepat Pasien

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan tepat pasien adalah penggunaan obat

dalam terapi harus mempertimbangkan kondisi pasien, yakni tidak terdapat kontraindikasi

terhadap pasien (DepKes RI, 2015). Tabel 2. Evaluasi tepat pasien pada penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi dengan komplikasi

diabetes melitus dan gagal ginjal kronik di Rumah Sakit “X” Tahun 2014Tahun 2014

Diagnosa Nama Obat Kontra Indikasi Ket Jumlah dan persentase

Hipertensi-

Diabetes Melitus

Furosemid

Bisoprolol

Hipokalemia berat dan

sirosis hati

Hipotensi

Tepat Pasien

Tepat Pasien

21 (100%)

Captopril

Lisinopril

Irbesartran

Amlodipin

Angio-oedem

Angio-oedem

Hamil dan menyusui

Menyusui

Tepat Pasien

Tepat Pasien

Tepat Pasien

Tepat Pasien

Hipertensi-Gagal

Ginjal Kronik

Furosemid

Spironolakton

Captopril

Lisinopril

Verapamil

Amlodipin

Irbesartran

Bisoprolol

Hipokalemia berat dan

sirosis hati

Hiperkalemia

Angio-oedem

Angio-oedem

Menyusui

Menyusui

Hamil dan menyusui

Hipotensi

Tepat Pasien

Tepat Pasien

Tepat Pasien

Tepat Pasien

Tepat Pasien

Tepat Pasien

Tepat Pasien

Tepat Pasien

22 (100%)

Dalam tabel 2 jumlah ketepatan pasien dalam penggunaan obat antihipertensi pada

pasien hipertensi dengan komplikasi diabetes melitus, dan pasien hipertensi dengan

komplikasi gagal ginjal kronik adalah 100%. Berdasarkan data pemeriksaan darah dalam

rekam medik, kadar kalium dalam darah seluruh subjek penelitian disebutkan normal dengan

rantang 17-43 mg/dL. Tidak terdapat pula catatan pemeriksaan darah yang menyebutkan

Page 10: evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi

6

adanya sirosis hati, hal ini dibuktikan dengan kadar SGPT/SGOTseluruh subjek penelitian

dengan rentang yaitu <15/ <17U/l untuk wanita dan <18/<22U/l untuk pria. Data pemeriksaan

darah ini telah sesuai dengan Smith et al(1996), yang memaparkan kadar normal SGPT untuk

wanita < 15 U/l dan SGOT <17 U/l. Kadar normal SGPT untuk pria <18 U/l dan SGOT <22

U/l..

3. Evaluasi Tepat Obat

Tepat obat menurut DepKes RI (2015) adalah pemberian obat sesuai dengan kelas

terapi yang sesuai dengan diagnosa yang telah ditegakkan. Dalam penelitian ini, tepat obat

adalah obat yang digunakan dalam terapi merupakan drug of choice atau obat pilihan pertama.

Berikut tabel evaluasi ketepatan pemberian obat: Tabel 3. Evaluasi tepat obat pada penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi dengan gagal ginjal kronikdi Rumah

Sakit “X” Tahun 2014

Pasien Nomor Obat yang diberikan Keterangan Jumlah dan (Persentase)

N=43

29 dan 38

34

39

11 dan 12

16

Lisinopril

Furosemid

Amlodipin

Captopril

Bisoprolol

TO

TTO

TTO

TO

TTO

5 (11,63%)

1 (2,33%)

3 (6,98%)

2 (4.65%)

1 (2,33%)

23, 28, 30

24,

26

27

Furosemid-verapamil

Irbesartan-furosemid-bisoprolol

Captopril-verapamil

Lisinopril-furosemid

TTO

TO

TO

TO

3 (6,98%)

1 (2,33%)

1 (2,33%)

1 (2,33%)

25

13, 31, 42, 43

41

2, 37 dan 32

9, 35,33,36,40

1 dan 5

3, 6, dan 9

9

Captopril-irbesartan-spironolakton-amlodipin

Irbesartan-furosemid

Irbesartan-amlodipin

Irbesartan-furosemid-amlodipin-bisoprolol

Irbesartan-furosemid-amlodipin

Captopril-furosemid-bisoprolol

Captopril-amlodipin

Captopril-furosemid

TO

TO

TO

TO

TO

TO

TO

TO

1 (2,33%)

2 (4,65%)

1 (2,33%)

3 (6,98%)

5 (11,63%)

2 (4,65%)

3 (6,98%)

1 (2,33%)

44

8 dan 10

Furosemid peroral dengan furosemid intravena

Captopril-lisinopril

TTO

TTO

1 (2,33%)

2 (4,65%)

Pada tabel 3 menunjukkan hasil 79,07% subjek penelitian mendapatkan obat

antihipertensi sesuai dengan drug of choice. Menurut Saseen dan Maclaughlin (2008) obat

pilihan pertama untuk terapi hipertensi pada pasien hipertensi dengan penyakit penyerta gagal

ginjal kronik adalah antihipertensi golongan ACEI atau ARB. ACEI dan ARB digunakan

sebagai obat pilihan pertama ini pun sesuai dengan rekomendasi Indian Journal of

Nephrology tahun 2005, dan KDIGO tahun 2012. Antihipertensi golongan ACEI atau ARB

Page 11: evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi

7

ini dapat mengurangi tekanan intraglomerular yang dapat mengurangi penurunan fungsi ginjal

(Saseen & Maclughlin, 2008).

Sesuai dengan JNC VII tahun 2003, Journal Of Clinical Diabetes tahun 2007, dan

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach tahun 2008, bahwa drug of choice untuk

terapi hipertensi dengan penyakit penyerta diabetes melitus adalah antihipertensi golongan

ACEI atau ARB. Dalam tabel tersebut menunjukkan pula adanya duplikasi obat yakni

captopril dan lisinopril, dimana kedua obat ini merupakan obat dalam satu golongan yaitu

ACEI, memiliki mekanisme aksi yang sama, dan efek samping yang sama. Penggunaan obat

dengan cara duplikasi ini dapat meningkatkan efek samping dari obat (Viktil et al, 2006),

sehingga hal ini menyebabkan pengobatan tidak rasional. Namun keterbatasan dalam

penelitian ini, penulis tidak mengetahui riwayat penggunan obat pasien sebelumnya, sehingga

penggunaan obat tersebut mungkin telah dipertimbangkan.

4. Evaluasi Tepat Dosis

Tepat dosis dalam penelitian ini adalah pemberian obat dalam terapi harus sesuai dengan

range terapi yang ada, ditinjau dari besarnya dosis yang diberikan dan frekuensi pemberian atau aturan

pakainya (DepKes RI, 2015). Tabel 4. Evaluasi tepat dosis pada penggunaan obat antihipertensi dengan komplikasi DM dan GGKdi Rumah Sakit “X” Tahun

2014

Keterangan Nomor pasien Nama Obat Dosis dan aturan

pakai

Dosis dan aturan

pakai (drug dosing

renal failure)

Jumlah (persentase)

N= 43

Besaran

dosis

Kurang 24

25

Bisoprolol

Spironolakton

1x 2,5 mg

1x 25 mg

1x 5-20 mg

1x 100 mg

1 (2,32%)

1 (2,32%)

Lebih 27 Lisinopril 1x 5 mg 1x 2,5 mg 1 (2,32%)

Frekuensi Kurang 23, 26, 28, dan

30

Verapamil 1x 40 mg 3x 20-60 mg 4 (9,30%)

Lebih - - - - -

Jumlah 7 (16,26%)

Dalam tabel 4 evaluasi ketepatan dosis pada penggunaan obat antihipertensi pada pasien

hipertensi dengan komplikasi diabetes melitus dan gagal ginjal kronik, menggunakan parameter dosis

yang telah di sesuaikan dengan tingkat keparahan ginjal. Menurut DeBellis et al (2000) penggunaan

obat pada penderita gagal ginjal perlu disesuaikan dengan level keparahan ginjal, hal ini bertujuan

agar obat yang diekskresikan oleh ginjal yang melakukan kompensasi, tidak terakumulasi dalam ginjal

dan menyebabkan toksisitas.

Dari tabel 4 diperoleh hasil 16,27% subjek penelitian tidak tepat dosis. Dimana dua

subjek penelitian dengan nomor pasien 24 dan 25 merupakan pasien hipertensi dengan

Page 12: evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi

8

komplikasi gagal ginjal kronik menerima terapi dengan besaran dosis yang kurang dari dosis

yang tercantum dalam drug dosing renal failure. Satu subjek penelitian dengan nomor pasien

27, menerima terapi dengan besaran dosis yg berlebih dari dosis yang disarankan. Empat

subjek penelitian dengan nomor pasien 23, 26, 28, dan 30 menerima terapi dengan frekuensi

yang kurang dari frekuensi pemberian yang dianjurkan. Namun keterbatasan dalam penelitian

ini, penulis tidak mengetahui riwayat pengobatan pasien sebelumnya.

KESIMPULAN Evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi dengan komplikasi di

Rumah Sakit “X” tahun 2014, menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Penggunaan obat antihipertensi pada penelitian ini yaitu amlodipin 46,51%, irbesartan

41,86%, furosemid intravena 39,53%, bisoprolol 28,93%, furosemid peroral 27,90%,

captopril 25,58%, lisinopril 18,60%, verapamil 4,65%, spironolakton 2,32%.

2. Hasil evaluasi pada penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi dengan

komplikasi diabetes melitus dan gagal ginjal kronik pada 43 subjek penelitian yaitu,

100% tepat indikasi, 100% tepat pasien, 79,07% tepat obat, dan 83,73% tepat dosis.

SARAN Penelitian perlu dilanjutkan dengan desain penelitian prospektif untuk mengetahui

ketercapaian target terapi pada penggunaan obat antihipertensi.

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association, 2006, Standards of Medical Care in Diabetes,http://care.diabetesjournals.org/content/29/suppl_1/s4.full (diakses tanggal 18 Februari 2015)

Anggraeni, A. D., Waren, A., Situmorang, E., Asputra, H., Siahaan, S. S., 2009, Faktor-

Faktor yang berhubungan dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari-Juni 2008, Laporan Penelitian: Fakultas Kedokteran, Universitas Riau, 358

Binfar, 2006, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi. Jakarta: Direktorat Bina

Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan.

Binfar, 2011, Modul Penggunaan Obat Rasional, Jakarta: Direktorat Bina Farmasi

Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan

Page 13: evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi

9

Corwin, Elizabeth, 2003, Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGC Creager, M.A. & Luscher, T.F., 2003, Diabetes and Vascular Disease: Patofisiology,

Clinical Consequnces and Medical Therapy: Part 1 Dipiro, T. J., Talbert, L. R., Yee, C. G., Matzke, R. G., Wells, G. B. & Posey, M. L.,

2008, Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, United States of America: The Mc-Graw Hill Companies

Eknoyan, G., Norbert, L., Kasiske, L., Bertram., Abboud, I., Omar, et al, 2012, Kidney

Disease Improving Global Outcomes, www.kdigo.org/clinical_practice_guidelines/bp.php (diakses tanggal 18 Januari 2015)

Fatimah, Restyana, 2015, Diabetes Melitus Tipe 2, volume 4, nomor 5 Guyton, A. C., 2006, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit (Edisi Ketiga), Jakarta:

EGC Hernawati, 2008, Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron: Perannya Dalam Pengaturan

Tekanan Darah dan Hipertensi, FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia. James, A., Paul, Oparil, S, Carter L., Barry, Cushman, C., William, Dennison, C.,

Himmelfarb., Hendler, J., et al, 2014, 2014-Evidence Based Guideline for The Management of High Blood Pressure in Adults Report From The Panel Members Appointed to The Eighth Joint National Commitee (JNC VIII), U.S Department of Health and Human Service

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Pedoman Teknis Penemuan dan

Tatalaksana Penyakit Hipertensi, Jakarta: DirJend Kefarmasian dan Alat Kesehatan

National Kidney Foundation, 2012, K/DOQI Clinical Practice Guideline For Chronic

Kidney Disease: Evaluation, Classification, and Statification, http://www.kidneyorg/professionals/kdoqi/guideline_ckd/htm (diakses tanggal 30 Januari 2015)

Nugroho, A. E., 2012, Farmakologi Obat-Obat Penting Dalam Pembelajaran Ilmu

Farmasi dan Dunia Kessehatan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar Newhouse, S. J., Huq, S. M., Arunachalam, G., Caulfield, M. J. & Munroe, P. B., 2005,

Genetics of Hypertension. In: Battegay, E. J., Lip, G. Y. H, & Bakris, G. L (eds.) Hypertension: Principles and Practice, Boca Raton, Taylor &Francis Group.

PERKENI, 2006, Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di

Indonesia, Jakarta: PERKENI

Page 14: evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi

10

Prasetya, R. P. Ngurah, Karsana, Raka, Swastini, D. A., 2007, Kajian Interaksi Obat

Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Hipertensi di RSUP Sanglah Denpasar 2007, FMIPA: Universitas Udayana

Price, S. A., & Wilson, L. M., 2003, Patofisiologi Konsep Klinik Proses Penyakit, edisi

VI, Jakarta, EGC Saseen, Jhoseph & MacLaughlin, Eric, 2008,Pharmacotherapy A Pathophysiologic

Approach, United States of America: The Mc-Graw Hill Companies Soeparman, 2007, Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta, EGC Smith, Jack W., Speicher, and Car, E., 1996, Pemilihan Uji Laboratorium Yang Efekif,

EGC, Jakarta. Sudoyo, Setiahadi, Alwi, Simadribata & Setiati, 2007, Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam,

Jakarta, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia

Sukandar, E. Y., Andrajati, R., Sigit, J. I., Adnyana, I. K., Setiadi, A. A. P. & Kusnandar, 2008, ISO Farmakoterapi, Jakarta, PT. ISFI Penerbitan

Suwitra, K., Aru, W. S., Bambang, S., Idrus, A., Marcellus, S. K., Siti, S. 2006. Ilmu

Penyakit Dalam Jilid 1 edisi 4: Penyakit Gagal Ginjal Kronis Dalam, Jakarta: Pusat Penerbit Ilmu Penyakit Dalam. Hal 570 – 573.

Suyono & Lyswanti, E. N., 2008, Studi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Penderita

Hipertensi Rawat Inap: Penelitian di RSU Dr. Saiful Anwar Malang, Sjamsiah, S. 2005. Farmakoterapi Gagal Ginjal. Surabaya : Universitas Airlangga. Swandari, Swestika, 2015, Penggunaan Obat Rasional (POR) Melalui Indikator 8 Tepat

dan 1 Waspada,http://bbpkmakassar.or.id/index.php/Umum/Info-Kesehatan/Penggunaan-Obat-Rasional-POR-melalui-Indikator-8-Tepat-dan-1-Waspada.phd (diakses tanggal 18 Januari 2015)

Waller, Derek et al, 2009, British National Formulary 57, London: GGP Media GmBh Widhayanti. Charina, 2014, Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Gagal

Ginjal Kronik di Instalasi Rawat Inap RS. Bethesda Yogyakarta, Skripsi: Universitas Gadjah Mada Yogyakarta