pemikiran politik islam masa khulafa ar-rasyidin

8
Pemikiran politik pada masa ini dapat dilihat dari: Pola pemikiran demokrasi dalam Islam Pola kepemimpinan Pertumbuhan pemikiran-pemikiran aliran, seperti Syi’ah. Khawarij, dan Sunni.

Upload: ukon-purkonudin

Post on 30-Dec-2015

92 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Pembahasan mengenai Pemikiran Politik Islam Masa Khulafa Ar-Rasyidin adalah masa setelah nabi. pada masa ini muncul aliran politik dan keagamaan seperti Syiah dan Sunni (Ahlusnnah waljama'ah)

TRANSCRIPT

Page 1: Pemikiran Politik Islam Masa Khulafa Ar-Rasyidin

Pemikiran politik pada masa ini dapat dilihat dari:

Pola pemikiran demokrasi dalam IslamPola kepemimpinan

Pertumbuhan pemikiran-pemikiran aliran, seperti Syi’ah. Khawarij, dan Sunni.

Page 2: Pemikiran Politik Islam Masa Khulafa Ar-Rasyidin

Nabi Muhmmad sendiri tidak menunjuk penggantinya ataupun menetapkan sistem bagi pemilihan penggantinya

Karena itu terdapat tiga usul politik: 1) Kembali kepada sistem kabilah, 2) sistem hak legitimasi, dan 3) persatuan melalui musyawarah

Ide politik yang ketiga disepakati para sahabat Nabi dan terpilih Abu Bakar sebagai Khalifah pertama. Penunjukkan terhadapnya didasarkan: dia adalah sahabat terdekat dan penasihat Nabi, orang yang mula-mula masuk Islam, saleh, bijaksana, dan dia pun ditunjuk Nabi sebagai Imam pada salah Jum’at.

Penyebutan kepala negara dengan istilah khalifah, karena kedudukannya sebagai pengganti Rasulullah.

Page 3: Pemikiran Politik Islam Masa Khulafa Ar-Rasyidin

Politik kaum Syiah dikembangkan dalam sistem imamah, yang didasarkan pada hak monopoli Ali ibn Abi Thalib.

Imamah dalam teori mereka berbentuk kerajaan dan turun menurun. Jabatan yang dipakai untuk kepemimpinan kalompok ini disebut ‘Imam’.

Kaum Syi’ah berkeyakinan, bahwa Ali adalah pengganti Nabi, dan ia memiliki otoritas sebagai “wasi”

Imam mempunyai sifat kekudusan yang diwarisi dari Nabi, dan Imam mempunyai kekuasaan untuk membuat hukum, karena perbuatan dan ucapan imam tidak bertentangan dengan syari’at

Imam dan Nabi sama-sama ma’shum, perbedaannya hanya dalam wahyu.

Pengangkatan imam itu harus ada hukum yang mengaturnya (nash) yang terbatas di kalangan anak keturunan Ali (ahl al-Bait)

Kedudukan imam juga merupakan kepentingan agama, sehingga hanya dengan perantaraan imamlah Tuhan dapat dikenal.

Page 4: Pemikiran Politik Islam Masa Khulafa Ar-Rasyidin

Syi’ah Isna ‘Asyariah (syi’ah 12), yang menetapkan 12 Imam dalam konsep kepemimpinan, yaitu mulai Ali ibn Abi Thalib sampai Muhammad al-Muntadhar.

Syi’ah Ismailiyah, yang hanya meyakini tujuh Imam (Syi’ah Sab’i). Ketujuh imam dimaksud termasuk dalam lingkaran kenabian, yaitu: Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad saw., dan Muhammad ibn Ismail.

Syiah Zaidiyah, yang tidak mengakui adanya imam yang tersembunyi. Bagi mereka imam langsung memimpin umat. Mereka juga berpendapat bahwa Nabi tidak menentukan orangnya pengganti beliau, melainkan hanya menunjukkan sifat-sifatnya saja. Sifat-sifat yang musti dimiliki seorang imam adalah: taqwa, ilmu, kemurahan hati, keberanian, dan keturunan Fatimah. Bagi mereka, Ali ditetapkan sebagai imam karena ia memiliki sifat-sifat tersebut. Namun aliran ini menolak doktrin nash dan wasiyyah. Mereka berpendapat, bahwa imam itu haruslah dipilih di kalangan anak keturunan Ali dengan Fatimah.

Page 5: Pemikiran Politik Islam Masa Khulafa Ar-Rasyidin

Khalifah adalah hak semua orang Islam Khalifah tidak turun temurun sebagaimana kerajaan Khalifah yang melanggar ajaran-ajaran agama wajib

dijatuhi hukuman (bahkan dibunuh) Bagi Najdah ibn Amr al-Hanafi, bahkan kepala

negara itu diperlukan hanya jika maslahat umat diperlukan

Karena itu, teori politik Khawarij dikenal lebih demokratis

Dalam perkembangannya, Khawarij dapat menerima kehadiran imamah. Itupun tidak diperlukan jika masyarakat bisa menyelesaikannya sendiri, sehingga imam pun bukanlah suatu hal yang wajib hadir.

Page 6: Pemikiran Politik Islam Masa Khulafa Ar-Rasyidin

Ketika menyetujujui adanya imamah, Khawarij mensyaratkan Imam harus dipilih oleh rakyatnya di kalangan mereka sendiri.

Syarat menjadi imam, hanyalah ketakwaan, kecakapan, dan kemampuannya

Jabatan imam hanyalah jabatan duniawi yang dipegang oleh manusia biasa

Doktrin politik mereka, “Kaum muslimin harus dipimpin oleh seseorang berkualitas terbaik”. Krierianya adalah dasar ketaqwaan kepada Tuhan sebagaimana termaktub dalam al-Quran

Karena itu, Khawarij menganut teori kedaulatan Tuhan, dan al-Quran adalah dasar konstitusi negara.

Pelaksanaan syariat berada di tangan imam, tetapi jika tidak ada maka bisa dipegang oleh Qadi, atau oleh salah seorang yang terbaik di masyarakat

Keimaman didirikan berdasarkan bai’ah Tali ikatan masyarakat menurut Khawarij adalah

agama: la hukma illa Allah. Yang juga bermakna bahwa konsepsi masyarakat Khawarij berasaskan syari’at (Khawarij Muhakkimah)

Page 7: Pemikiran Politik Islam Masa Khulafa Ar-Rasyidin

SUNNISunni atau Ahl as-Sunnah wa al-Jamaah

adalah aliran pemikiran dan gerakan keagamaan yang secara umum mengikuti tradisi Nabi dan menjadi anutan umat Islam secara menyeluruh, berpandangan moderat di antara dua aliran tersebut di atas.

Pemikiran politik Sunni tercermin dalam pandangan sejumlah ulama, di antaranya: Ibn Taimiyah dan al-Mawardi

Kaum sunni memusatkan perhatian kepada syariah dan penerapannya dalam kehidupan ummat

Page 8: Pemikiran Politik Islam Masa Khulafa Ar-Rasyidin