pemikiran nurcholish madjid tentang filsafat...

91
PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT PERENIAL Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Romansah NIM:1111033100020 JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2017 M

Upload: duongnhu

Post on 18-Mar-2019

261 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG

FILSAFAT PERENIAL

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Romansah

NIM:1111033100020

JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2017 M

Page 2: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

i

PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG

FILSAFAT PERENIAL

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Romansah NIM:1111033100020

JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2017 M

Page 3: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi yang berjudul “Pemikiran Nurcholish Madjid Tentang Filsafat

Perenial” ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 4: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

ii

PENGESAHAN PANITIA SIDANG

Skripsi yang berjudul “PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG

FILSAFAT PERENIAL” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Juni 2017 Skripsi ini

telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag)

pada Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam

Jakarta, 20 Juni 2017

Page 5: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

v

ABSTRAK

Judul skripsi “Pemikiran Nurcholish Madjid Tentang Filsafat Perennial”

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan data, guna memperoleh jawaban secara konseptual mengenai bagaimana pemikiran Nurcholish Madjid tentang filsafat perenial, yang memberikan gagasan akan pentingnya pemikirannya tentang perennial ini dalam menanggapi kemajemukan yang sudah menjadi fitrah manusia dengan positif.

Kajian ini menggunakan metode dokumentasi baik di perpustakaan ataupun di luar perpustakaan dalam mengumpulkan data. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode hermeneutik dan metode diskriptif. Dengan kedua metode tersebut dimaksud untuk menguraikan masalah yang sedang dibahas secara teratur mengenai seluruh konsepsi dalam pemikiran Nurcholish Madjid. Adapun analisis datanya adalah analisis isi (content analysis) digunakan untuk menganalisis pemikiran Nurcholis Madjid tentang filsafat perenialnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemikiran perenial dari seorang cendekiawan Muslim terkemuka di Indonesia yaitu Nurcholis Madjid, ini menghadirkan sebuah penafsiran yang mempunyai relevansi dengan konteks kebangsaan dan keragaman. Nurcholish Madjid menekankan filsafat perenial di atas intelektualisasi terhadap esoterisme dalam agama-agama, inklusifisme dalam perspektif perenial dan agama jalan menuju Tuhan. Filsafat perenial dalam kehidupan beragama berusaha mencari titik temu beragamnya pemahaman yang ada sehingga common platform yang menunjukkan bahwa keberagaman tersebut merupakan hal yang niscaya dan justru memberikan makna bagi kesatuan dan kebersamaan. al-Qur’ān dan Sunnah merupakan sumber inklusivisme. Adapun dalam memahami al-Islam selama ini sebagian kaum Muslim memahami Islam secara eksklusif. Namun, Nurcholish Madjid merujuk pada ayat-ayat al-Qur’ān, bahwa makna yang lebih tepat tentang al-Islam ini adalah agama yang dibawa oleh Nabi Ibrāhīm hingga Nabi Muḥammad. Di mana al-Islam (sikap pasrah) sebagai kalimah sawā’ (kesatuan agama-agama) dengan pendekatan esoteris maka semua agama mendapatkan “cahaya abadinya” mengaliri semua agama yang berasal dari Tuhan, di sini mempunyai penekanan dalam memahami pesan Tuhan. Asal-usul agama adalah Islam yaitu pasrah yang mempunyai ajaran untuk beribadah hanya kepada TuhanYang Maha Esa. Inti sari dari Islam bahwasanya ajaran tentang toleransi atau kelapangdadaan yang bisa disebut sebagai al-ḥanīfiyyah al-samḥah.

Page 6: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

vi

KATA PENGANTAR

Takhenti-hentinya penulis bersyukur kepada Allah SWT bahwa atas

pertolongan dan petunjuk-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. �alawat dan salam

teruntuk Nabi Agung Muḥammad Saw. yang telah membimbing manusia menuju

jalan Ri ā-Nya.

Penulisan skripsi ini melalui serangkaian upaya dan kajian yang melibatkan

banyak pihak yang membantu penyelesaian skripsi ini baik secara langsung

maupun tidak langsung. Karena itu terimakasih yang sebesar-besarnya pertama

kepada pembimbing skripsi penulis Dr. Edwin Syarif, MA.yang dengan penuh

teliti dan telaten memberikan bimbingan, wawasan dan solusi kesulitan penulis

serta terus memotivasi agar program S1 ini terselesaikan dengan sempurna.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada segenap civitas akademika

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta terutama pimpinan

Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama Prof. Dr. Masri

Mansoer (Dekan Fakultas Ushuluddin), Dra. Tien Rohmatin, M. Ag (Ketua

Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid, SHI. MA

(Sekretaris Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam), Prof Dr. Dede Rosyada, MA.

(Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) serta jajaran pimpinan seluruh dosen

yang telah mentransformasikan ilmu pengetahuan dengan tulus ikhlas dan penuh

perhatian.

Sejumlah senior sekaligus teman yang juga turut mendorong terselesainya

skripsi ini yang ada Markas IAA (Ikatan Alumni Annuqayah) seperti Bang Faizal,

Bang Adi Prayitno, Bang Faiq, Bang Muhdlari, Bang Wasil, Kiyai Kholilullah

dan Bang Kholil. Teman-teman Jurusan Akidah dan Filsafat seperjuangan

Page 7: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

vii

angkatan 2011 seperti, teman-teman Himpunan Mahasiswa Islam yang

memberikan inspirasi seperti Bang Dani Ramdani, Bang Bahrur Rosi, Bang Roni,

Bang Muhlih, Bang Roni dan Bang Tuki, Bang Sulaiman, Bang Abdi Negara,

Bang Kholil Bei. Terimakasih juga kepada Feby Ayu Darmayanti S. Ag yang

memberikan semangat dan telah setia menemani penulis dalammenyelesaikan

skripsi ini. Tidak lupa kepada teman-teman yang tetap kompak dan memberikan

semangat seperti teman-teman diskusi FORMAD, FORSSA dan Penghuni IAA

Jakarta Raya.

Penghargaan dan terimakasih yang tiada tara kepada kedua orang tua; H.

Ibrahim dan Hj. Maryam. Kepada adik-adik saya, Ummu Kulsum, Naemah, dan

Sulaiman. Serta kepada Paman Mohammad Nabil dan Tante Misnawati. Kasih

sayang, doa dan restu mereka yang selalu mengiringi langkah penulis demi

keberhasilan studi dan kemanfaatan ilmu yang penulis peroleh. Kepada keluarga

tercinta skripsi ini penulis persembahkan.

Kepada semuanya semoga Allah menerima amal kebaikannya.

Jazākumullāhkhairānkatsirān. Penulis menyadari dalam penulisan ini masih

belum mencapai kesempurnaan, namun penulis telah berusaha semaksimal

mungkin. Oleh karena itu, saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan demi

lebih baiknya skripsi ini. Kepada Allah berserah diri dan berharap tulisan ini

berguna bagi siapapun yang membaca dan berkah untuk penulis. Amin.

Jakarta, 21 November 2016

Penulis

Page 8: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

iv

PEDOMAN TRANSLITERASI

Vokal Panjang

Arab Indonesia Inggris ā ā آ ī ī ٳى ū ū ٲو

Arab indonesia Inggris Arab Indonesia Inggris

ṭ ṭ ط a a ا

ẓ ẓ ظ b b ب

‘ ‘ ع t t ت

gh gh غ ts th ث

f f ف j j ج

q q ق ḥ ḥ ح

k k ك kh kh خ

l l ل d d د

m m م dz dh ذ

n n ن r r ر

w w و z z ز

h h ه s s س

’ ’ ء sy sh ش

y y ي ṣ ṣ ص

h h ة ḍ ḍ ض

Page 9: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. i LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................... iii PEDOMAN TRANSLITERASI ....................................................................... iv ABSTRAK ......................................................................................................... v KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi DATAR ISI ........................................................................................................ viii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 6 C. Batasan Masalah ............................................................................ 6 D. Rumusan Masalah ......................................................................... 6 E. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7 F. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7 G. Metodologi Penelitian .................................................................... 8

1. Metode Penelitian .................................................................... 8 2. Sumber Data ............................................................................ 9 3. Tekhnik Pengumpulan Data ..................................................... 9 4. Tekhnik Analisis Data .............................................................. 10 5. Tekhnik Penulisan .................................................................... 11

H. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 11 I. Sistematika Pembahasan ................................................................ 13

BAB II BIOGRAFI NURCHOLISH MADJID

A. Latar Belakang Keluarga .............................................................. 15 B. Pendidikan .................................................................................... 23 C. Karya-Karya ................................................................................. 29 D. Kiprah dan Wafat ......................................................................... 32

BAB III SEJARAH DAN PERKEMBANGAN FILSAFAT PERENIAL A. Akar Historis Kemunculannya ...................................................... 41 B. Tokoh-Tokoh ................................................................................ 44 C. Definisi dan Objek Kajian............................................................. 52

BAB IV PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT PERENIAL A. Esoterisme dalam Agama-Agama .................................................. 59 B. Inklusivisme .................................................................................. 62 C. Agama Jalan Menuju Tuhan .......................................................... 72

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................. 78 B. Saran-Saran .................................................................................. 79

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 80

Page 10: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama1diyakini dan dirasakan oleh pemeluknya sebagai sumber

ketenangan karena agama memberi arah serta makna hidup yang pasti. Namun

tidak dapat dipungkiri bahwa pada zaman modern seperti sekarang ini sebagian

orang membenci bahkan mencaci agama karena disinyalir sebagai pemicu bahkan

sumber pertikaian, dan dalam eksistensinya pun telah tersaingi oleh kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknik modern.

Berbagai “ketergelinciran” manusia dalam menyikapi agama terus terjadi

dengan berbagai variasinya yang terus berkembang, dengan “bias” pemahaman

dari pluralitas agama dan munculnya beberapa golongan yang berusaha men-

senkritik ajaran-ajaran tertentu dari setiap agama yang ada.2

Disadari atau tidak, bahwa teologi masyarakat selama ini seperti sudah di-

set up dalam kerangka teologi ekslusif, yang menganggap bahwasanya, kebenaran

dan keselamatan (truth and salvation) suatu agama, menjadi monopoli agama

tertentu. Sementara pada agama lain, diberlakukan dan bahkan ditetapkan standar

lain yang sama sekali berbeda “tersesat di tengah jalan”. Hal ini sudah masuk di

state of mind, cara pandang suatu komunitas agama terhadap agama lain. Dengan

1Agama secara gramatikal adalah tidak kacau, lebih lengkap Quraish Shihab dalam kata

pengantar buku Agama Punya Seribu Nyawa, mendifinisikan agama sebagai hubungan manusia dengan satu kekuatan yang jauh melebihinya di mana manusia patuh kepada kekuatan itu yang kemudian makna “kekuatan” ditekankan kepada Sang Pencipta Alam, yaitu Tuhan. Lihat Komaruddin Hidayat, Agama Punya Seribu Nyawa (Jakarta: Noura Book, 2012), h. vi.

2Alwi Sihab, Islam Inklusif! Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama (Bandung: Mizan, 1999), h. 43.

Page 11: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

2

menggunakan cara pandang agamanya sendiri, tanpa sedikit pun menyisakan

ruang toleransi untuk berempati, apalagi simpatik: “bagaimana orang lain

memandang agamanya sendiri”.3

Lembaran hitam yang menyertai kehadiran agama di masa lalu,

nampaknya dewasa ini muncul kembali dalam bentuk dan format yang lain.

Seperti dengan munculnya berbagai sikap destruktif dalam menyikapi dinamika

keberagamaan yang pluralis. Mulai dari adanya berbagai kelompok yang rela

terlibat konflik, bahkan berperang dan saling membunuh dengan berbagai

penganut agama lain yang disebabkan hanya karena kekurangfahaman mereka

dengan fenomena pluralitas agama, begitupun dengan munculnya kultus-kultus

individual dan sikap fundamental serta truth claim (klaim kebenaran) yang serba

“overdosis” dan pemonopolian kebenaran oleh satu agama tertentu.4 Hampir

semua agama formal (organized relegion) juga memiliki klaim keselamatan

serupa. Klaim-klaim seperti itu bersifat laten, dan terkadang juga manifes,

terekspresikan ke luar, ke berbagai tradisi agama-agama.

Melihat realitas yang terjadi, peneliti sengaja mengangkat pemikiran

Nurcholish Madjid tentang filsafat perennial, Nurcholish Madjid menawarkan

alternatif yang jitu untuk merespon atau menjawab persoalan konflik yang

mengatas namakan agama.

3Sukidi, Teologi Inklusif Cak Nur (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2001), h.

XXXii. 4Budhi Munawar-Rachman dalam bukunya banyak mengutip kasus-kasus kultus dan

fundamentalisme yang sangat merugikan umat manusia, seperti Unification Church, Divine Light Mission, Here Krisna, The Way, People Temple’s, Yahweh ben Yahweh, ARYAN Nation, Cristion Identity, The Order Scientology, Jehove Witnesses, Children of God,Bhagawan Shri Rajneesh, Branch Davidian, dan sebagainya, selanjutnya lihat Budhi Munawawr Rachman, Islam Pluralis; Wacana Kesetaraan Kaum Beriman, (Jakarta: Paramadina, 2001), Cet, I., h. 264.

Page 12: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

3

Melihat kenyataan ini, Nurcholish Madjid yang biasa dipanggil Cak Nur

merespon permasalahan tersebut di atas sebagai berikut:

Agama itu adalah sesuatu Yang Mutlak karena ia berasal dari Tuhan Yang Mutlak, sedangkan paham agama cara manusia memahami agamanya mengandung unsur-unsur yang berbeda dalam lingkungan dan kemampuan manusia untuk melaksanakannya.5

Jadi, pemikiran Nurcholish Madjid tentang hubungan agama-agama

penekanannya untuk memahami pesan Tuhan. Semua Kitab Suci (Injil, Taurat,

Zabur dan Al-Qur’an) itu pesan Tuhan. Salah satunya adalah pesan taqwa yang

terdapat dalam Al-Qur an Surat an-Nisa’ 131:

Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir maka (ketahuilah), sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji.

Takwa di sini bukan sekadar tafsiran klasik, seperti sikap patuh kehadiran

Tuhan, melainkan sebagai istilah Muhammad Asad “God Conciousness”

(Kesadaran Ketuhanan) yaitu kesadaran bahwa Tuhan Maha Hadir (omnipresent

dalam keseharian manusia).6

Pesan ini bersifat universal dan merupakan kesatuan esensial semua agama

samawi, yang mewarisi Abrahamic Religion, yakni Yahudi (Nabi Musa), Kristen

5Nurcholish Madjid, Islam Doktrin danPeradaban(Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1992), h. 338.

6Sukidi, Teologi Inklusif Cak Nur, h. 4.

Page 13: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

4

(Nabi Isa), dan Islam (Nabi Muhammad). Lewat firman-Nya, Tuhan menekankan

agar manusia berpegang teguh kepada agama itu, karena hakikat dasar agama itu

(sebagai pesan Tuhan) adalah satu dan sama. Agama Tuhan pada esensinya sama,

baik yang diberikan kepada Nabi Nuh, Isa, atau kepada Nabi Muhammad.

Kesamaan ini terletak pada kesamaan dalam pesan besar, yang meminjam istilah

al-Qur’an disebut washiyyah, yakni paham Ketuhanan Yang Maha Esa atau

monoteisme.

Inilah inti ajaran para nabi dan rasul Tuhan, sehingga semuanya akan

bertumpu pada suatu “titik temu” atau dalam istilah al-Qur’an kalimah sawa’

yang dijelaskan di dalam Q.S. Al-Imran:64 sebagai berikut:

Katakanlah: "Hai ahli Kitab, Marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara Kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah". jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa Kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".

Nabi Muhammad SAW juga menegaskan bahwa “para nabi itu bersaudara,

ibu-ibu mereka berlainan, namun agama mereka satu”.7 Menurut Nurcholish

Madjid agama tentunya bisa berlaku universal dalam arti inklusif bagi semua

penganut agama dan tradisi religius lain yang otentik, maka diperlukan perspektif

7Sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhori bahwasanya Rasulullah pernah bersabda, “Aku lebih berhak atas Isa Putera Maryam di dunia dan akhirat. Para nabi adalah saudara satu ayah dan ibu yang berbeda-beda, dan agama mereka adalah satu”.

Page 14: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

5

the perennial philoshopy (sophia perennis) yaitu suatu pengetahuan yang ada dan

akan selalu ada. Karena hal ini berkaitan langsung dengan “Yang Absolut” atau

“Gnostik” dalam tradisi Krisitiani atau al-Hikmah dalam tradisi spritualitas Islam.

Filafat tradisonal ini selalu membicarakan mengenai Yang Suci (The Secred) atau

Yang Satu (The One) dalam seluruh manifestasinya, sepeti dalam agama, filsafat,

sains dan seni.8

Filsafat perenial bisa diketahui di antara adat dan tradisi pada suku-suku

primitif di setiap belahan dunia dan dalam bentuk yang berkembang secara penuh.

Ia memiliki tempat khusus dalam agama-agama besar.9

Realitas pengetahuan seperti ini, hanya bisa dicapai melalui “intelek”, yang

“jalannya” pun hanya bisa ditempuh lewat tradisi-tradisi, ritus-ritus, simbol-

simbol dan sarana-sarana yang memang bersifat atau berasal dari Yang Ilahi

(maka bersifat surgawi). Pengetahuan ini ada dalam setiap tradisi religius yang

otentik. 10

Di sinilah, melalui perspektif filsafat perennial yang bersifat transhistoris,

para penganut teologi inklusif memungkinkan tercapainya ekumenisme otentik,

abadi, dan perennial. Namun, ini hanya bisa dijalani secara esoterik, batini, karena

8Budhi Munawar Rachman, Islam Pluralis; Wacana Kesetaraan Kaum Beriman, h. 76-

98. Budhi Munawar Rachman yang mengutip pendapat Huston Smith, menyebutkan beberapa aliran baru dalam filsafat. Seperti Epistemologi Genetik dari Jean Pieget, yang berdasarkan epitemologi tidak lagi pada filsafat dalam arti lama, tetapi justru didasarkan pada sains, dalam hal ini biologi. Contoh lain adalah teori perkembangan moral dari Lawrence Kohlberg, yang menjadikan psikologi sebagai dasar perkembangan etika. Bagitupun dengan Eric Fromm, dalam karyanya Man for Himself, yang mengembangkan teori etika berdasarkan psikonalisis.

9Kuswanjono, Ketuhanan dalam Talaah Filsafat Perenial, h. 10. 10Sukidi, Teologi Inklusif, Cak Nur, h. VI.

Page 15: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

6

memang harmoni agama-agama hanya bisa dicapai dalam "langit ilahi", bukan

dalam “atmosfir bumi”.

Dari latar belakang tersebut, penulis berasumsi bahwa patut dijadikan

penelitian dengan maksud untuk mengkaji pemikiran Nurcholish Madjid tentang

filsafat perennial, tentunya merupakan lahan kajian dan penelitian yang sangat

esensial dan menarik. Tertarik akan beberapa kenyataan ilmiah dan mengingat

pemikirannya mengenai filsafat perennial yang masih dirasakan saat ini.

B. Identifikasi Masalah

Dari beberapa penjelasan di atas, maka permasalahan yang terkait dengan

penelitian ini dapat diidentifikasi antara lain sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud filsafat perennial?

2. Bagaimana pandangan perenialisme Nurcholish Madjid tentang hubungan

agama-agama?

C. Batasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan antara lain seperti yang telah

diidentifikasi di atas, maka ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada

pembahasan mengenai Pemikiran Nurcholish Madjid Tentang Filsafat Perennial.

D. Rumusan Masalah

Page 16: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

7

Bertitik tolak dari pembatasan masalah tersebut di atas, maka dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana pemikiran

Nurcholish Madjid tentang filsafat perenial?”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini untuk mengetahui, membahas dan

menganalisa secara sistematis pemikiran Nurcholish Madjid tentang filsafat

perennial demi menjawab persoalan keterbelakangan dan kemunduran ummat

yang selama ini selalu terjadi konflik lintas iman.

Apabila tujuan utama di atas dapat tercapai, maka secara teoritis kegunaan

dari penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:

1. Dapat memberikan kontribusi ilmiah, khususnya dalam rangka untuk

memperkaya khazanah keilmuan Islam.

2. Filsafat perenial sebagai pisau bedah terhadap pemikiran Nurcholish Madjid

tentang agama-agama sebagai ijtihad dan solusi dalam mengatasi

problematika antar agama.

3. Dapat menjadi bahan bacaan bagi siapa saja yang memiliki minat untuk

mendalami lebih lanjut kajian pemikiran Islam dan menginventarisasi

khazanah ilmu pengetahuan, yang memang diakui saat ini sangat minim.

F. Manfaat Penelitian

1. Menambah wawasan cara pandang masyarakat, khususnya umat Islam dalam

memahami agama

Page 17: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

8

2. Memperkenalkan pandangan pemikiran Nurcholish Madjid tentang

inklusifisme dalam perspektif filsafat perennial kepada kalangan akademisi di

lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

G. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan

1. Metode Penelitian

Pada penelitian ini, penulis akan menggunakan pendekatan kualitatif

dengan menggunakan metode hermeneutik dan metode deskriptif. Hermeneutik

merupakan rancangan yang berawal dari teologi, filsafat dan sastra.11 Metode

hermeneutik adalah metode yang berkenaan dengan pemaknaan suatu analogi

teks. Pertanyaan mendasarnya adalah apa arti teks itu? Maka objek harus dalam

bentuk teks, atau analog teks yang biasanya samar-samar, kabur ataupun

bertentangan.12 Kemudian metode deskriptif. Metode deskriptif tidak hanya

berhenti pada menggambarkan kondisi objek penelitian, tetapi juga

menganalisanya berdasarkan metode, teori dan kemampuan peneliti.13

Dengan kedua metode tersebut, penulis akan mencoba memahami

biografi dan maksud dari pemikiran Nurcholish Madjid tentang inklusivisme

agama dalam perspektif perennial seutuhnya. Kemudian penulis akan menganalisa

untuk menemukan letak perbedaan dan persamaan pemikiran inklusivesme agama

Nurcholish Madjid tersebut dengan perspektif filsafat perennial.

11Dede Oetomo, Penelitian Kualitatif Aliran & Teman (Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2007), cet. III, h. 12. 12Lexi J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosyda

Karya, 2012), cet. 39, h. 278. 13Pedoman Penulisan Skripsi (Ciputat: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 52.

Page 18: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

9

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan oleh penulis pada penelitian ini adalah Api

Islam Nurcholish Madjid Jalan Hidup Seorang Visioner karya Ahmad Gaus Af,

Islam, Doktrin dan Peradaban karya Nurcholish Madjid, Pintu-Pintu Menuju

Tuhan editor Elza Peldi Taher, dan didukung oleh karya-karya Nurcholish lainya

seperti: Dialog Keterbukaan Artikulasi Nilai Islam dalam Wacana Politik

Kontenporer, Tradisi Islam (Peran dan Fungsinya dalan Pembangunan di

Indonesia). Adapun sumber sekundernya adalah karya orang lain yang

mendukung isi penelitian seperti: Teologi Inklusif Nurcholish Madjid karya

Sukidi, Satu Tuhan Banyak Agama, Karya Media Zainul Bahri, Pluralitas Agama

Kerukunan dalam Keragaman karya Nur Achmad, Pendidikan Agama Islam

dalam Perspektif Multikulturalisme karya Zainal Abidin dan Neneng Habibah,

Studi Agama Perspektif Sosiologis dan Isu-Isu Kontenporer, karya Syamsul Arifin

dan sumber-sumber yang dikarang oleh penulis lain yang berkaitan dengan

pembahasan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Demi mempermudah dalam pengumpulan data atau informasi-informasi

terkait penelitian, penulis akan menggunakan metode dokumentasi pada penelitian

ini. Lexi mengutip pendapat Guba dan Lincoln mendefinisikan bahwa dokumen

adalah setiap bahan berupa tulisan atau film berbeda dengan record, yang tidak

dipersiapkan karena permintaan seorang penyidik.14 Sementara itu, Suharsimi

14Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 216-217.

Page 19: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

10

Arikunto mendefinisikan bahwa metode dokumentasi adalah metode dengan cara

pengumpulan data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku,

majalah, surat kabar, prasasti, notulen rapat, lengger agenda dan sebagainya.

Metode ini cenderung lebih mudah, kerena karena jika terjadi kekeliruan sumber

datanya masih tetap, sebab data yang diteliti oleh metode dokumentasi adalah

benda mati.15

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggali informasi mengenai data

yang berkaitan dengan penelitian penulis dari berbagai sumber buku baik buku

yang bersifat primer dan buku yang bersifat sekunder. Baik dari perpustakaan atau

kajian kepustakaan (library research),16 ataupun di luar perpustakaan. Selain dari

buku, penulis juga akan mengambil data dari sumber-sumber dokumentasi lainnya

yang berhubungan dengan penelitian penulis.

Setelah data-data dikumpulkan seluruhnya, kemudian penulis melakukan

pengolahan data dengan cara membaca, mempelajari, meneliti, menyeleksi dan

mengklasifikasi data-data yang sesuai dan mendukung pembahasan, kemudian

penulis melakukan analisis, lalu disimpulkan sehingga menjadi satu kesatuan

pembahasan yang utuh.

4. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang dilakukan penulis adalah teknik analisis isi

(content analysis), dalam bentuk deskriptif, yaitu mencatat informasi yang faktual

yang menggambarkan suatu apa adanya juga menggambarkan secara rinci dan

15Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian;Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2010), cet, IVX, h. 274 16Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2008), Cet. I, h. 1-2.

Page 20: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

11

akurat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan segala bentuk yang diteliti.

Oleh karena itu, penulis dalam penelitian ini mendeskripsikan permasalahan yang

dibahas dan menggali materi-materi yang sesuai dengan pembahasan atau

penelitian, kemudian dilakukan analisis, lalu dipadukan sehingga membuahkan

suatu kesimpulan.

5. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku pedoman

penulisan skripsi yang diterbitkan oleh FUF Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

H. Tinjauan Pustaka

Sebagai seorang pemikir dan pembaharu di Indonesia, Nurcholish Madjid

mempunyai karya-karya yang menjadi bahan penelitian oleh orang-orang yang

tertarik dengan beliau. Salah satunya adalah Sutisna dalam skripsinya Pluralisme

dalam Pandangan Nurcholish Madjid (Skripsi, Aqidah Filsafat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2004). Dalam skripsinya tersebut, Sutisna menjelaskan

gagasan-gagasan pluralisme sangat dominan dalam pemikiran Nurcholish

Mandjid. Jika dipahami lebih komprehensif tentang gagasan pluralisme yang

dilontarkan Nurcholish Madjid, akan didapati pemahaman yang sarata dengan

nuansa inklusif. Inti dari gagasan pluralisme Nurcholish Madjid adalah untuk

memandang positif terhadap kemajemukan.

Page 21: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

12

Perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukakn dalam skripsi ini adalah

kajianpenelitian ini menjelaskna pemahaman agama-agama supaya bisa berlaku

universal. Dengan hal seperti ini tentunya harus melalui pengetahuan yang ada

dan akan selalu ada karena berkaitan langsung dengan “Yang Absolut” dalam

tradisi Kristiani, atau al-Hikmah dalam tradisi spiritual Islam.

Kemudian, Fauzi yang membahas Hubungna Islam dan Negara perspektif

Nurcholish Madjid (Skripsi, Aqidah Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2008). Dalam skripsi tersebut, Fauzi menjelaskan bahwa hubungan Islam dan

Negara ada sejak adanya Islam. Selama menjelaskan bahwa hubungan antara

keduanya menunjukkan pola beragama. Di era Nabi dan para sahabatnya khulafa

al-Rasyidin, hubungan Islam dan negara bersifat integral. Pada dasarnya Islam

adalah aturan-aturan dan hukum yang mengikat seluruh ummatnya. Sedangkan

negara adalah bagian sarana untuk menjalankan hukum-hukum dan aturan itu.

Setelah era Nabi dan sahabatnya berlalu, hubungan yang bersifat integral sudah

tidak ditemui lagi, termasuk Indonesia.

Perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan dalam skripsi ini adalah

kajian yang berusaha untuk mencapai pengetahuan yang absolut di berbagai

agama-agama. Untuk mencapai hal tersebut tentunya harus melalui “intelek” yang

“jalannya” pun hanya bisa ditempuh oleh tradisi-tradisi, ritus-ritus, simbol-simbol,

dan sarana-sarana yang memang bersifat atau berasal dari Yang Ilahi. Kajian ini

untuk spiritual mendekati “Yang Ilahi”.

Selanjutnya, Anwar Sodiq dengan judul Tauhid dan Nilai-Nilai Kemanusiaan

dalam Pandangan Nurcholish Madjid (Skripsi. Aqidah Filsafat UIN Syarif

Page 22: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

13

Hidayatullah jakarta, 2008). Dalam skripsinya tersebut, dapat disimpulkan bahwa

seseorang tidaklah dikatakan bertauhid, kecuali disertai dengan sikap pasrah

(Islam) dan keimanan yang murni. Yaitu tidak menyekutukan Tuhan kepada

sesuatu yang pada dirinya tidak memiliki kualitas ilahiah. Dengan model

pemahaman dan sikap bertauhid semacam itu, maka secara inheren akan

berdampak pada kualitas makna tauhid itu sendiri, yang sarat dengan nilai-nilai

kemanusiaan.

Perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan dalam skripsi ini adalah

kajian yang berusaha untuk mencapai pengetahuan yang absolut di berbagai

agama-agama. Untuk mencapai hal tersebut tentunya harus melalui “intelek” yang

“jalannya” pun hanya bisa ditempuh oleh tradisi-tradisi, ritus-ritus, simbol-simbol,

dan sarana-sarana yang memang bersifat atau berasal dari Yang Ilahi. Kajian ini

untuk spiritual mendekati “Yang Ilahi”.

Pada pembahasan kali ini, peneliti mencoba untuk membahas pemikiran

Nurcholish Madjid tentang filsafat prenial. Hal ini dilakuakan, karena tema ini

belum pernah dibahas sebelumnya dalam skripsi atau tesis terdahulu.

I. SistematikaPembahasan

Adapun sistematikan pembahasan yang digunakan dalam penulisan skripsi

ini dijelaskan dengan pokok permasalahan yang dibahas, yang dituangkan dalam

bentuk beberapa bab dan sub-sub sebagai berikut:

Bab pertama merupakan sistematika penelitian yang berisikan latar

belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah dan perumusan

Page 23: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

14

masalah, tujuan penelitian, metode yang digunakan dalam penelitian, dan diakhiri

dengan teknik dan sistematika penulisan.

Bab kedua adalah biografi Nurcholish Madjid sebagai salah seorang

pemikir yang melipuri riwayat hidup, latar belakang pendidikan dan beberapa

karya tulis.

Bab ketiga berisikan tentang: pengertian perennialisme, tokoh-tokoh

perennialis medan filsafat perennialisme sebagai metode kajian. Sub-sub bahasan

tersebut merupakan teori umum dalam penelitian di atas.

Bab keempat berisikan tentang: esoteris medan hubungan agama-agama,

Inklusifisme dalam perspektif filsafat perennial, dan agama jalan menujuTuhan.

Pembahasan pada bab ini dipandang sangat penting untuk melihat peikiranya

secara tajam dan radikal, selanjutnya merupakan inti dari pembahasan dalam

penelitian ini.

Pada bab kelima merupakan penutup dari seluruh rangkaian pembahasan

dari permasalahan yang diteliti, yang memuat sub bab kesimpulan dan implikasi.

Page 24: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

15

BAB II

BIOGRAFI NURCHOLISH MADJID

Dalam bab ini, membahas mengenai biografi dari Nurcholish Madjid

meliputi: latar belakang keluarga, pendidikan, karya-karya, kiprah dan wafatnya

Nurcholish Madjid.

A. Latar Belakang Keluarga

Cak Nur, panggilan mashur bagi Nurcholish Madjid, seorang anak yang

lahir dari pasangan H. Abdul Madjid dan Hj. Fathonah. Nurcholish Madjid lahir

pada 17 Maret 1939 dari keluarga pesantren di Jombang, Jawa Timur. Berasal dari

keluarga NU (Nahdlatul Ulama) tetapi berafiliasi politik modernis, yaitu

Masyumi.1

Nurcholish Madjid dibesarkan di lingkungan keluarga kiyai terpandang,

ayahnya, KH. Abdul Madjid, dikenal sebagai pendukung Masyumi. Nurcholish

Madjid adalah anak pertama dari lima bersaudara. Adik Nurcholish Madjid

berturut-turut adalah Radliyah atau Mukhlisah, Qoni’ah (meninggal pada usia 15

tahun), Syaiful Madjid dan Saiful Adnan.2 Nama awal Nurcholish

Madjidsebenarnya Abdul Malik bukan Nurcholish Madjid. Perubahan nama itu

terjadi ketika Nurcholish Madjidberusia 6 tahun, karena Nurcholish Madjidwaktu

itu sering sakit yang menurut anggapan Jawa disebabkan oleh “kebotan jeneng”

(keberatan nama), oleh karena itu perlu diganti. Alasan lain dari perubahan nama

1Budy Munawar-Rachman, Ensiklopedia Nurcholish Madjid; Pemikiran Islam di Kanvas Peradaban (Jakarta: Yayasan Abad Demokrasi “Edisi Digital”, 2011), h. iv.

2Ahmad Gaus AF, Api Islam Nurcholish Madjid; Jalan Hidup Seorang Visioner, (Jakarta: Kompas, 2010), cet. I, h. 3.

Page 25: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

16

adalah karena Nurcholish Madji dsemasa kecil sering menolak untuk membaca

“Maliki Yaumiddin” saat ibunya mengajari Nurcholish Madjid surat Al-Fatihah,

Nurcholish Madjid berkata: “Mak Nggak atik Maliki-Maliki Mak!” (ga usah

maliki-maliki Mak!). Perubahan menjadi Nur Cholish sendiri belum jelas asalnya,

selain dari makna “Nur” adalah cahaya dan “Cholish” berarti murni. Sementara

nama Madjid adalah diambil dari nama ayahnya. Abdul Madjid (ayah Nurcholish

Madjid) adalah santri dari pendiri NU (Nahdlatul ‘Ulama) yaitu Hadrlatusy

Syaikh Hasyim Asy’ari di pesantren Tebu Ireng Jombang. Abdul Madjid sangat

dekat dengan Hasyim Asy’ari, karena prestasi belajarnya terutama dalam bidang

Nahwu, Shorrof dan Ilmu Hisab. Ketika belajar di Tebu Ireng, Abdul Madjid

diberikan nama Muhammad Thohir, nama Abdul Madjid digunakan setelah

berangkat haji. Kaena kedekatannya tersebut, akhirnya Syeh menikahkan Abdul

Madjid dengan cucunya sendiri, Halimah. Setelah 12 tahun, Halimah tidak juga

dikaruiniai keturunan, akhirnya Abdul Madjid dinikahkan lagi oleh Hasyim

Asy’ari dengan Fathonah, puteri kiyai Abdullah Sa’ad pendiri pesantren

Gringging, Kediri Jawa Timur. Fathonah merupakan adik dari Imam Bahri, Santri

Kiyai Hasyim di Tebu Ireng. Melalui ikatan pernikahannya dengan Fathonah

inilah, Abdul Madjid dikaruniai putera cerdas (Nur Cholish Madjida atau

Nuurcholish Madjid) dan empat orang adiknya.3

Ketika Nurcholish Madjid masih kecil, permainan yang disukainya adalah

membuat saluran air dari sawah, membuat pesawat mainan dan menelusuri rel

kereta api. Nurcholish Madjid membedakan kontruksi pesawat Inggris, Jepang

3Ahmad Gaus AF, Api Islam Nurcholish Madjid; Jalan Hidup Seorang Visioner, h. 1-2.

Page 26: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

17

dan Amerika. Pesawat Inggris ukurannya besar dan diberi warna merah,

sementara pesawat Jepang lebih kecil kemudia peawat Amerika jauh lebih besar

dan dilumuri kapur putih. Disuatu hari, ketika lelah dan berhenti di stasiun kereta

api, Nurcholish Madjid sangat tertarik dengan masinis yang mampu membawa

banyak gerbong, sehingga ketika ditanyain apa cita-citanya Nuurcholish Madjid,

Nurcholish Madjid menjawab ingin menjadi masinis. Hal ini merupakan cita-cita

yang langka bagi anak kecil waktu itu, karena biasanya mereka bercita-cita

menjadi guru dan tentara. Jika sedang tidak berkeinginan bermain, Nurcholish

Madjid duduk di bawah pohon dan membawa kertas yang berisi mata pelajaran.

Ketika teman-temannya satu persatu mendekat, Nurcholish Madjid memberikan

mereka pertanyaan satu persatu dan menjelaskan jawaban yang sebenarnya jika

ada yang salah dalam menjawab.4

Masa muda Nurcholish Madjid dihabiskan untuk menuntut ilmu dan aktif

di berbagai organisasi (lebih terperinci akan dijelaskan pembahasan selanjutnya).

Setelah Nurcholish Madjid menginjak dewasa, ketika usianya sudah genap 30

tahun (tahun 1996), Nurcholish Madjid berniat untuk melaksanakan kewajibannya

yaitu menikah. Tiga tahun sebelumnya, Nurcholish Madjid pernah meminta

kepada Ustadzanya di Gontor yaitu Abdullah Mahmud, untuk dicarikan

pendamping hidup. Abdullah Mahmud mengiyakan kemudian beliau

membicarakan dengan H. Kasim (salah satu donatur PII dan pengusaha bioskop di

Madiun) dan tentunya Nurcholish Madjid mendapatkan respon dari H.Kasim yang

kebetulan beliau mempunyai banyak anak perempuan, lalu beliau mengirimkan

4Ahmad Gaus AF, Api Islam Nur Chloish Madjid; Jalan Hidup Seorang Visioner, h. 8.

Page 27: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

18

salah satu foto puterinya yang bernama Qomarijah. Tahun itu juga Nurcholish

Madjid berkunjung ke Madiun untuk melihat secara langsung orang yang ada di

foto tersebut. Sebagaimana biasa, ketika ayahnya kedatangan tamu Qomarijah

menyajikan teh. Dia itu tidak tahu kalau tamu yang datang adalah yang sedang

melihat dirinya, dan sekiranya cocok akan menjadikannya sebagai pendamping

hidup. Namun karena usianya yang pada waktu itu masih terlalu muda,

Nurcholish Madjid menunda lamarannya dan meminta izin kepada H, Kasim

untuk berjuang terlebih dahulu, barulah H. Kasim pun menyetujuinya. Setelah

Nurcholish Madjid pulang, barulah H. Kasim memberi tahu Qomarijah bahwa

tamu yang tadi datang adalah calonya. Qomarijah (gadis kelahiran 25 Januari)

yang baru menignjak SMA kelas dua itu menangis. Mengetahui hal itu H. Kasim

menepuk bahu Qomarijah lalu beliau menasehati agar Qomarijah jangan

menangis, Jika Nurcholish Madjid adalah jodohmu dia akan kembali, tetapi jika

bukan jodohnya maka Nurcholish Madjid tidak akan kembali. Karena yang

menetukan jodoh adalah Tuhan, bukan Bapak atau Ibu. 5

Dua tahun kemudian yaitu pada akhir 1968, Nurcholish Madjid

menghubungi kembali ustadz Abdullah Mahmud bahwa ia akan melanjutkan

lamarannya melalui surat, lalu ustadz Abdullah Mahmud menyampaikan pesan

tersebut pada H, Kasim. Karena Qomarijah sedang di Solo (waktu itu sudah

kuliah di Fakultas kedokteran Universitas Islam Indonesia), maka ibunyalah yang

mengantarkan surat itu ke Solo dan menyerahkan keputusannya kepada

Qomarijah. Qomarijahpun tertegun sejenak setelah membaca isi surat tersebut, air

5Ahmad Gaus AF, Api Islam Nur Chloish Madjid; Jalan Hidup Seorang Visioner, h. 55.

Page 28: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

19

matanya mengalir membasahi pipi, kemudian ia bersujud di hadapan ibunya

sambil berkata: “terima saja lamaran itu, Ibu”. Ada dua alasan mengapa

Qomarijah menerima lamaran tersbut, pertama untuk membahagiakan orang

tuanya, dan kedua adalah mimpi yang diterimanya setelah sholat istikhoroh, ia

bermimpi melihat banyak bintang dan melihat satu bintang dengan cepatnya

bergerak ke arab barat.6

Karena sudah lupa dengan wajah Qomarijah, Nurcholish Madjid pun

meminta bantuan koleganya yang waktu itu menjadi Ketua Umum HMI Cabang

Solo. Sebebanrnya Qomarijah tidak mengetahui kalau yang ada di hadapannya

adalah orang yang memintanya beberapa hari yang lalu, karena kedatangan ke

kantor HMI adalah mengambil titipan dari Madiun sebagaimana yang

diberitahukan Miftah sebelumnya, dan titipan itu adalah Nuurcholish Madjid.

Nurcholish Madjid dan Miftah pun mengajak Qomarijah jalan-jalan. Pada

awalnya Qomarijah menolak kaerna pukul 11.00 wib, namun karena dikeroyok

dua orang akhirnya Qomarijah mengalah. Di tengah perjalanan, Miftah pamit

pulang karena masih ada keperluan, nantinya ia mengaku kalau itu siasat

Nurcholish Madjidsaja biar tidak terganggu. Dalam satu perjalan antara Madiun-

Solo, Nurcholish Madjid memberikan nama kesayangan kepada calon Isterinya. Ia

memanggil Qomarijah dengan Omi yang lengkpanya Omi Komaria. 7

Pada kongres ke-9 di Kota Malang, Nurcholish Madjid yang sebelumnya

menjabat sebagai ketua Umum PB HMI kembali terpilih untuk menjadi ketua

umum untuk kedua kalinya. Jelas kondisi ini membingungkan Nurcholish Madjid

6Ahmad Gaus AF, Api Islam Nur Chloish Madjid; Jalan Hidup Seorang Visioner, h. 56. 7Ahmad Gaus AF, Api Islam Nur Chloish Madjid; Jalan Hidup Seorang Visioner, h. 56.

Page 29: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

20

yang sudah merencanakn pernikahan setelah ia selesai menjabat di HMI. Setelah

berkomunkasi dengan calon istrinya, Nurcholish Madjid rupanya tidak ingin

menunda pernikahannya kendatipun kini ia harus menjabat sebagai ketua lagi.

Maka pada tanggal 30 Agustus 1969, Nurcholish Madjid menuju pelaminan

bersama Qomarijah dengan sebuah pesta yang diadakan di Gedung Bioskop milik

H. Kasim. Saat akan dilangsungkan acara akad, Nurcholish Madjid dan keluarga

belum juga datang. Akhirnya Nurcholish Madjid sampai juga ke tempat istrinya,

sesampainya di sana dihujani banyak pertanyaan oleh teman-temannya di PB

HMI: kenapa terlambat sekali? Nurcholish Madjid sambil kekeh menjawab:

Desanya nun jauh diudik! Kemudian ia menceritakan kondisi desanya tersebut.8

Nurcholish Madjidkembali ke Jakarta dan baru memboyong istrinya setelah ia

hamil lima bulan.

Kehidupan Nurcholish Madjid dan istrinya sangatlah sederhana, untuk

sementara mereka menempati rumah Hartono seorang aktivis PERSIS dan juga

seorang pengusaha. Nurcholish Madjid yang sibuk dengna amanahnya di HMInya

tidak memiliki luang untuk bekerja, ia hanya menulis di berbagai media yang

tentu saja tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari, untuk waktu itu Hartono selalu

mengirimnya beras dan kebutuhuan pokok setiap bulannya kepada para aktifis

pergerakan yang dianggap berbuat untuk rakyat. Nurcholish Madjid dan

Komarijah dikaruniai dua orang anak, yang pertama, Nadia, lahir pada 26 Mei

1970 dan yang kedua adalah Ahmad Mikail, lahir pada 10 Agustus 1974.

Kehidupan yang sederhana tidak membuat keduanya risau dengan keuangan,

8Marwan Saridjo, Nurcholish Madjid: di antara Sarung dan Dasi dan Musdah Mulia

Tetap Berjilbab (Jakarta: Yayasan Ngali Aksara, 2005), cet, II, h. 2.

Page 30: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

21

namun hal itu berbeda ketika Nadia jatuh sakit dan Nurcholish Madjid tidak

memiliki uang untuk mengobati anaknya. Qomarijah pun mengumpulkan koran

bekas dan memungut botol untuk dijual yang uangnya untuk berobat Nadia dan

jika ada sisa untuk beli telur untuk Nadia. Nurcholish Madjid sangat terpukul

dengan kondisi tersebut, ia pun mengajak istrinya ke Kalimantan dan menjanjikan

akan mengajar sambil bertani agar kehidupannya membaik. Namun Qomarijah

tidak setuju, siapa tahu kelak keadaan kita membaik.

Ketika kedua anaknya lahir, mereka masih menempati rumah Hartono,

namun karena rumah tersebut mau dipakai, mereka harus pindah dan mencari

kontrakan yang sesuai dengan uang saku, untung saja Hartono pun memberi

mereka bekal untuk sementara. Dengan uang secukupnya, Nurcholish Madjid dan

istrinya menempati rumah kecil. Mereka pun menyesal karena rumah itu lembab

dan sumpek, sehingga anak-anaknya kerap jatuh sakit. Ketika koleganya, Utomo

Dananjaya bersilaturrahmi ke rumah tersebut, Utomo kaget melihat kondisi

rumah.ia geram sambil berujar: “Ya Allah, Cak, ente ngga pantas tinggil di sini,

mestinya irang seperti ente ini ada yang mikirin”.9

Kondisi memprihatinkan juga masih dirasakan Nurcholish Madjid ketika

ia berangkat ke Chicago untuk mengambil program P.h.D. Salah satu alasan

Nurcholish Madjid pindah dari departemen politik adalah beasiswa tidak

mencukupi kehidupan keluarganya. Nurcholish Madjid berangkat sendiri ke

Chicago, keluarganya menyusul 4 bulan kemudian. Setelah 3 bulan di Chicago,

uang yang dibawa habis, merekapun harus meminjam untuk menutupi kebutuhan,

9Ahmad Gaus AF, Api Islam Nur Chloish Madjid; Jalan Hidup Seorang Visioner, h. 60-

61.

Page 31: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

22

terlebih mereka waktu itu belum mengenal betul situasi dan kondisi di sana.

Dalam kondisi terjepit biasanya senang istri mencari pekerjaan tambahan seperti

babby sitter, cleaning-service dan menjahit. Ketika liburan musim panas

Nurcholish Madjidtidak bisa membawa anaknya berlibur, maka istrinya pun

kembali mencari pekerjaan “cleaning-service” dari rumah ke rumah. Titik

klimaksnya adalah ketika Mikail sakit, mereka butuh uang enam dollar untuk

membeli obat, di saat seperti itu Qomarijah mendapat pekerjaan menjahit celana

dan mendapatkan uang delapan dollar.

Sementara berbagai kesulitan yang menimpanya, Nurcholish Madjid harus

menghabiskan waktu selama delapan tahun untuk menyelesaikan gelar studinya di

departemen ilmu politik kaerna belum memegang gelar master. Baginya

menderita delapan tahun tidak masalah, tapi sebabai seorang ayah, jelas tidak tega

hal tersebut menimpa kedua anaknya. Karena pertimbangan tersebut Nurcholish

Madjid mengajak istrinya pulang, dia rela tidak emndapatkan gelar P.h.D karena

tidak tahan dengan kondisi kedua anaknya.10

“Setelah emosi Nurcholish Madjid reda dalam beberapa hari, barulah Qomarijah menjawab: “kalau kita pulang kita mau kemana? Kan rumah kita masih ditempatin orang. Apakah kita mau ke Madiun?”, Nurcholish Madjidpun menjawab: “Ya, bagaimana lagi, soalnya Papa tidak bebrbuat apa-apa Ma. Kalau Mama sanggup, Papa berani terus. Kalau Mama tidak sanggup, kita pulang saja. Yang bisa Papa usahakan ialah pindah jurusan yang memperpendek kita di sini, enam tahun, karena bisa tanpa semester”. Qomarijah pun menjawab: “Insya Allah Mama bisa, kita bisa tinggal di sini sampai Papa selesai, tapi ada satu syarat, Papa harus nurut Mama”. Nurcholish Madjid pun tertawa lalu ia

10Ahmad Gaus AF, Api Islam Nur Chloish Madjid; Jalan Hidup Seorang Visioner, h.

141.

Page 32: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

23

tanyakan syarat tersebut. “kita pindah ke apartemen yang lebih kecil”.11

Sebenarnya Nurcholish Madjidmasih ragu untuk pindah ke apartement

yang lebih kecil, kaena ada peraturan bahwa keluarga dengan anak dua harus

tinggal di apartement yang memiliki dua kamar. Memang masuk akal, tetapi itu

terlalu memberatkan bagi mereka. Walaupun kondisi demikian, namun berkat

bantuan istrinya, akhirnya merekapun diperoleh untuk menempati apartement

yang lebih kecil.

B. Pendidikan

Nurcholish Madjidtumbuh dalam dunia pesantren sejak kecil, Nurcholish

Madjid berada di bawah naungan keluarga yang religius. Ayahnya adalah tokoh

Masyumi yang bercorak keagmaan NU, ayah Nurcholish Madjid (Abdul Madjid)

berhasil mendirikan Madrasah Wathoniyyah pada tahun 1946 (kelak Nurcholish

Madjid menuai pendidikan dasar di dalamnya). Mulanya madrasah ini

menjalankan program belajar mengajarnya di dalam mushollah. Baru sekitar

tahun 1947 berdirilah bangunan al-Wathaniyyah di atas lahan kosong miliknya di

bawah naungan wakaf Umat Sejahtera, yang didirikan bersama Kiyai Abdul

Mukti. Ibu Nurcholish Madjidjuga berjasa dalam membangkitkan pengajian ibu-

ibu di Mojo Anyar. Selain di Madrasah Wathaniyah, Nurcholish Madjid juga

menimba ilmu di SR (sekolah rakyat) untuk guru di SR tempat Nurcholish Madjid

belajar secara keseluruhan beragama Kristen.12

11Ahmad Gaus AF, Api Islam Nur Chloish Madjid; Jalan Hidup Seorang Visioner, h.

143. 12Ahmad Gaus AF, Api Islam Nur Chloish Madjid; Jalan Hidup Seorang Visioner, h. 6-

7.

Page 33: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

24

Setelah menginjak remaja (sekitar usia 14 tahun), pada tahun 1953,

Nurcholish Madjid melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Darul Ulum

Rejoso yang termasuk pesantren besar di Jombang.13 Pada waktu itu dipimpin

oleh Kyai Romli Tamim (sahabat Abdul Madjid ketika berguru pada Syehk

Hasyim Asy’ary di Jombang) dan K. H. Dahlan Cholil (putera Kyai Cholil

sebagai salah satu pendiri Pesantren Rejoso). K.H. Dahlan juga pernah belajar

kepada Syekh Hasyim Asy’ary Pesantren Tebuireng, lalu beliau melanjutkan

belajar ke Mekkah. Sebagai pondok yang sudah berdiri sejak 1885, tentu saja

sudah memiliki khazanah keilmuan yang mapan. Di sana Nurcholish Madjid

menambah pengetahuannya terutama dalam khazanah-khazanah klasik yang telah

diperolehnya di Madrasah al-Wathaniyyah.14

Karena polemik yang sedang berjalan antara Masyumi dan NU menjelang

politik 1955, Nurcholish Madjid yang dikenal sebagai anak dari tokoh Masyumi

mendapat cemoohan dari teman-temannya. Mereka sering menuduh Nurcholish

Madjid sebagai anak Masyumi yang nyasar di NU yang santri dan guru-gurunya

memakai sarung.15 Karena Pesantren Rejoso pada waktu itu memang berbasis

NU.

Kondisi demikian diadukan Nurcholish Madjid kepada kedua orang tuanya

yag merespon pengaduan itu dengan memindahkan Nurcholish Madjid ke Pondok

Pesantren Gontor. Peantren Gontor yang berdiri pada 1926 ini satu-satunya di

13Marwan Saridjo, Nurcholish Madjid: di antara Sarung dan Dasi dan Musdah Mulia

Tetap Berjilbab, h. 3. 14 Ahmad Gaus AF, Api Islam Nur Chloish Madjid; Jalan Hidup Seorang Visioner, h.

12-13. 15 Marwan Saridjo, Nurcholish Madjid: di antara Sarung dan Dasi dan Musdah Mulia

Tetap Berjilbab, h. 3.

Page 34: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

25

Pulau Jawa yang telah menerapkan sistem modern. 16 di pesantren inilah

Nurcholish Madjid melengkapi keilmuannya. Selain sudah menggunakan sistem

kelas, menggunakan Bahasa Arab dan Inggris, pondok ini juga mengajarkan

“berfikir bebas”. Sebagai konsekuensinya, santri di pondok ini tidak diarahkan

pada satu madzhab, tetapi diberikan bekal agar kelak meeka memilih sendiri

madzhab yang menjadi pijakannya.

Di Gontor sebenarnya telah dilengkapi juga degan berbagai fasilitas

olahraga dan kesenian, namun Nurcholish Madjid kurang berminat, sesekali saja

dia ikut bermain sepak bola dengan spesialis garda belakang karena dirasanya

malas untuk berlari-larian. Nurcholish Madjid lebih banyak belajar,

panguasaannya terhadap Bahasa Arab membuat Nurcholish Madjid sering

diminnta tolong untuk menggantikan gurunya mengajar Ballaghoh mata pelajaran

yang cukup sulit dan biasanya diajarkan oleh guru-guru senior. Selain penguasaan

Bahasa Arab dan Inggris, Nurcholish Madjid juga menguasai Bahasa Prancis,

hasil prifatnya di Gontor terhadap guru bahasa yaitu Muhammad Syarif. Belajar

Bahasa Prancis dilanjutkan Nurcholish Madjid di Alliance Francais, ketika ia

belajar di IAIN (sekarang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).17

Nurcholish Madjid adalah salah saut murid kesayangan K. H. Iman

Zarkasyi. Kiyai Zarkasyi selalu berusaha membesarkan hari Nurcholish Madjid

bermaksud melanjutkan jenjang pendidikan ke FKIP Muhammadiyah di Solo,

namun karena persyaratannya harus memiliki ijazah SMA maka bermaksud untuk

16 Marwan Saridjo, Nurcholish Madjid: di antara Sarung dan Dasi dan Musdah Mulia

Tetap Berjilbab, h. 4. 17Ahmad Gaus AF, Api Islam Nur Chloish Madjid; Jalan Hidup Seorang Visioner, h.

15-20.

Page 35: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

26

kuliah belum terwujud. Kyai Zarkasyi pun berusaha membesarkan hati muridnya

tersebut. Beliau juga berjanji akan mengupayakan agar Nurcholish Madjid bisa

kuliah di Mesir, dan beilau menyarankan Nurcholish Madjid untuk mengajar dulu

di Gontor. Nurcholish Madjid pun mengikuti saran dari gurunya tersebut.

Kabar tentang Nurcholish Madjid akan kuliah di Mesir cepat tersebar di

tempat kelahirannya, tetangga-tetangganya gembira dan berharap Nurcholish

Madjid menjadi orang pertama di daerahnya sebagai lulusan Mesir.

Mempertimbangkan akan belum juga adanya kejelasan mengenai

keberangkatannya ke Mesir dan dikhawatirkan keluarganya menanggung malu

jika pada kenyataannya Nurcholish Madjidtidak berangkat ke Mesir, Nurcholish

Madjid memutuskan untuk pulang dan menyampaikan bahwa ia tidak jadi

melanjutkan studi ke Mesir dengan alasan di sana ada aturan untuk

memanjangkan jenggot.

Berdasarkan saran dari Kyai Zarkasyi, pada tahun 1961 Nurcholish Madjid

akhirnya daftar di IAIN Jakarta pada Fakultas Adab (Sastra Arab). Disamping

karena memang minatnya dalam Bahasa Arab, juga karena untuk mempermudah

masuk IAIN. Sebagaimana pengalamannya ketika mendaftar ke FKIP

Muhammiyah Solo, di IAIN juga disyaratkan memiliki ijazah SMA atau PGA

bukan pondok. Tetapi akhirnya Nurcholish Madjid pun bia diterima dengan

perantara sutar Kyai Zarkasyi dan alumni yang sudah di IAIN Jakarta. 18

Nurcholish Madjid merasa miris dengan keadaan tersebut, ia berfikir

semestinya IAIN sadar bahwa potensi-potensi lulusan pondoklah yang akan

18Dedy Jamaluddin Malik dan Idi Subaidi Ibrahim, Zaman Baru Islam Indonesia; Pemikiran dan Aksi Plotik Abdurrahman Wahid M. Amin Rais Nurcholish Madjid Jalaluddin Rahmat, (Bandung: Zaman Wacana Mulya, 1998), cet, I, h. 124.

Page 36: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

27

menjadi mahasiswa-mahasiswa terbaik di IAIN karena korelasi keduanya

sangatlah jelas. Kalau tidak segera menyadari, maka IAIN akan menjadi

keranjang sampah yang menampung mahasiswa-mahasiswa buangan dari

sekolah-sekolah umum karena tujuan mereka sebenarnya bukan ke IAIN.

Nurcholish Madjidmengadukan keresahannya tersebut kepada gurunya Kyai

Zarkasyi. Kyai hanya manggut-manggut mendengar keresahan muridnya tersebut,

kemudian dengan tenang beliau mengatakan bahwa kalau Nur Cholish ingin

keluar dari IAIN baik-baik saja, karena sekarang sudah ada tawaran dari Mesir,

dan Nurcholish Madjid bisa berangkat. Mendengar penjelasan gurunya

Nurcholish Madjid terharu, ternyata dia menepati janjinya yang ia tunggu selama

ini. Namun, mengingat dirinya sudah terlambat lima tahun dalam pendidikan

(Nurcholish Madjid dua tahuan terlambat ketika sekolah di SR karena revolusi,

satu tahun untuk mengajar di Gontor, dan sekarang sudah dua tahun di IAIN,

berarti dia harus mulai dari awal) Nurcholish Madjid keberatan menerima tawaran

tersebut. Ketika ditanya siapa yang akan menggantikannya, Nurcholish

Madjidmengusulkan putera Kyai Zarkasyi sendiri yaitu Abdullah Syukri, dan

Kyai Zarkasyi pun mengamininya.19

Pada tahun 1965 Nurcholish Madjid berhasil meraih gelasr sarjana muda

(BA) pada bidang Sastra Arab di IAIN Jakarta. Pada tahun 1968, “Al-Qur’an,

‘Arabiyyun Lughatan Wa ‘Alamiyyun Ma’nan”.20Pada bulan Maret 1978

Nurcholish Madjidke Universitas Chicago untuk melanjutkan studinya. Dia

19Ahmad Gaus AF, Api Islam Nur Chloish Madjid; Jalan Hidup Seorang Visioner, h.

20-26. 20Junaidi Idrus, Rekotruksi Pemikiran Nurcholish Madjid: Membangun Visi dan Misi

Baru Islam Indonesia, (Jogjakarta: Logung Pusataka, 2004), cet, I, h. 29-30.

Page 37: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

28

berangkat dengan beasiswa dan ford foundationsesuai dengan janji mentornya

Prof. Binder ketika mengikuti loka karya “Islam and Social Change” pada tahun

1973 yang dibiayai Ford Foubdation.

Sebagaimana fasilitas yang disediakan, mahasiswa boleh mengambil

materi apa saja asal tidak melebihi dua pertiga, maka pertama Nurcholish Madjid

masuk ke dalam Departement Ilmu Politik tapi ia juga mengambil Falsafah Islam

pada departement Ilmu-Ilmnu Bahasa dan Peradaban Timur Dekat. Kemudian

pada tahun 1980 Nurcholish Madjid pindaj ke Departement Ilmu-Ilmu Bahasa dan

Peradaban Timur Dekat. Di samping karena efesiensi waktu (harus menghabiskan

delapan tahun di Departement Ilmu Politik karena dia belum memegang gelar

Master) juga karena efesiensi biaya (Nurcholish Madjiddi Chicago bersama anak

dan istrinya yang menyusul empat bulan kemudian). Nurcholish Madjid dibiayai

oleh Ford Foudation selama empat tahun, lantas dilanjutkan oleh Asia Fondation.

Namun karena tidak semuanya dibiayai ditutupi oleh Asia Fondation, Nurcholish

Madjid mengajukan beasiswa ke Universitas. Sistem beasiswa di Universitas

seperti sistem anak asuh. Pada mulanya mahasiswa tidak tahu siapa ayah asuh

mereka, namun setelah selesai belajar merekan akan diundang pada sebuah

undangan coffe-morning, mereka baru akan mengetahui siapa Ayah asuh yang

telah membiayai mereka.21

Di departement ilmu-ilmu bahasa dan peradaban timur Nurcholish Madjid

mendapat bimbingan langsung dari “Fazlurrahman” seorang pembaharu dan

21Ahmad Gaus AF, Api Islam Nur Chloish Madjid; Jalan Hidup Seorang Visioner, h.

141.

Page 38: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

29

dikenal sebagai tokoh utama neomodernis. 22 dalam bimbingan Fazlurrahman,

pada tahun 1984 Nurcholish Madjidberhasil menyelesaikan disertasi yang

dikerjakannya selama satu tahun degan judul Ibnu Taymiya on Kalam and

Falsafah: A Problem of Reaso and Revelation in Uslam.23

C. Karya-Karyanya

Karya-karya Nurcholish Madjid telah memeberikan angin segar kepada

para cendikiawan Muslim, di Indonesia sendiri misalnya karya tentang Nilai-Nilai

Dasar Perjuangan (NDP) tulisan menjadi acuan dasar ideology bagi organisasi

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), yang pertama dimulai:

Pintu-pintu Menuju Tuhan. Buku ini merupakan kumpulan sebagian besar

tulisan Nurcholish Madjiddi harian Pelita dan Tempo. Menurut penulisnya, buku

ini merupakan penjelesan lebih sederhana dan “ringan” (populer) dari gagasan

Islam inklusif dan Universal yang menjadi tema besar buku Islam Doktrin dan

Peradaban.

Islam Agama Peradaban: Membangun Makna dan Relevansi Doktrin

Islam dalam Sejarah. Dalam buku ini pemikiran Nurcholish Madjidlebih terarah

pada makna dan implikasi penghayatan Iman terhadao perilaku sosial yang

senantiasa mendatangkan dampak posisitif bagi kemajuan peradaban

kemanusiaan.

22Abd A’la. Dari Neo Modernisme ke Islam Liberal (Jakarta: Dian Rakyat, 2009), cet. I.

h. 34. 23Ahmad Gaus AF, Api Islam Nur Chloish Madjid; Jalan Hidup Seorang Visioner, h.

147.

Page 39: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

30

Islam Agama Kemanusiaan: Membangun Tradisi dan Visi Baru Islam

Indonesia. Buku ini sama dengan karya monumentalnya, hanya saja, Nurcholish

Madjidmenyajikan dengan wawasan yang lebih kosmopolit dan univesal sekaligus

mempertimbangkan aspek spesial dan kultural paham-paham keagamaan yang

berkembang.

Masyarakat Religius. Buku ini mengetengahkan konsep Islam tentang

kemasyarakatan, antara komintmen pribadi dan komitmen sosial serta konsep

tentang eskatologi dan kekuatan adi-alami.

Tradisi Islam: Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan di Indonesia.

Dalam buku ini Nurcholish Madjidmengetengahkan tentang peran dan fungsi

Pancasila, organisasi politik, demokrasi dan konsep oposisi loyal.

Kaki Langit Peradaban Islam, mengetengahkan tentang wawasan

peradaban Islam, kontribusi tokoh intelektual Islam semisal Al-Shafi’i dalam

bidang hukum, Al-Ghazali dalam bidang tasawuf, Ibn Rusyd dalam bidang

Filsafat dan Ibn Khaldun dalam bidang filsafat sejarah dan sosiologi.

Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan, yang membahas tentang

dinamika pesantren serta kontribusinya dalamperadaban Islam di Indonesia.

Dialog Keterbukaan: Artikulasi Nilai Islam dalam Wacana Sosial Politik

Kontemporer. Buku yang merupakan transkrip wawancara yang pernah dilakukan

ole Nurcholish Madjidmemiliki mainstream bagaimana nilai-nilai universal dan

kosmopolit Islam diaktualisasikan dalam praktik politik kontemporer.

Cendikiawan dan Religiusitas Masyarakat: Kolom-Kolom di Tabloid

“Tekad”. Dalam buku ini Nurcholish Madjidberusaha menjelaskan pemikiran-

Page 40: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

31

pemikirannya tentang keterkaitan antara dimensi keislaman dengna dimensi

keindonesiaan dan kemodernan seklaigus.

Cita-Cita Politik di Era Reformasi. Buku ini merupakan perjalanan

panjang politik Nurcholish Madjid dalam wacana perpolitikan di Indonesia.

Dalam buku ini prototype negara Madinah yang telah didirikan Nabi Muhammad

sedemikian ditekankan oleh Nurcholish Madjidsebagai sesuatu yang sangat cocok

untuk diterapkan kini, mengingat nilai-nilainya sedemikian modern bahkan terlalu

modern untuk masanya sehingga tidak bertahan lama.

Indonesia Kita. Dalam buku ini yang merupakan karya tulis terakhirnya

Nurcholish Madjid berusaha memahami secara labih luas dan mendalam tentang

hakikat dan persoalan bangsa dan negara Republik Indonesia sejak dari masa

lampau sampai sekarang yang menantang. Dalam buku ini dimuatkan pokok

pemikiran Nurcholish Madjidkatika mencalonkan dirisebagai Presiden RI yang

meskipun kandas melalui konvensi Partai Golkar yang terkenal dengan sepuluh

Platfom Membangun Kembali Indonesia. Dan masih banyak karya-karya

intelektual yang datang dari pemmikiran Nurcholish Madjid yang lain. Dalam

bentuk buku, jurnal ataupun surat kabar atau media online. Disini penulis bisa

menulis semua karya dari beliau karena sangat banyak sekali karya-karya

Nurcholis Madjid.

Karya yang paling berhubungan dengan titik temu agama atau filsafat

perenial adalah Inslam Doktrin dan Peradaban, Masyarakat religius dan Dialog

Keterbukaan: Artikulasi Nilai Islam dalam Wacana Sosial Politik Kontemporer.

Penulis melihat esensi yang dijabarkan dalam buku tersebut tentang

Page 41: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

32

perkembangan keagamaan yang berawal dari konflik sampai menemukan titik

temu antar agama-agama.

D. Kiprah dan Wafat

Pertama adalah kiprah Nurcholish Madjiddalam organisasi

kemahasiswaan. Kiprah yang paling banyak dirintis Nurcholish Madjiddalam

organisasi kemahasiswaan adalah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), hal ini bisa

dilihat bahwa Nurcholish Madjidberproses mulai dari awal kaderisasi komisariat

hingga sampai menjadi Ketua Umum PB HMI dua periode. Proses Nurcholish

Madjiddi HMI beraswal dari penasarannya terhadap sosok A. M. Fatwa yang

sudah dikenal sebagai aktifis PII dan HMI pada waktu itu. Sebelum berangkat ke

IAIN Jakarta, ayahnya (Abdul Madjid) berpesan agar Nurcholish Madjidakrab

dengan tokoh-tokoh Masyumi. Nurcholish Madjidberharap bahwa melalui A. M.

Fatwa, perkenalannya dengan para tokoh Masyumi akan lebih mudah, terelebih

HMI pada waktu itu sering dikatakan sebagai anak Masyumi.

HMI Cabang Ciputat pada awalnya adalah salah satu komisariat dari

Cabang Jakarta. Komisariat didirikan oleh A. M. Fatwa dan tiga orang kawannya

yaitu: Abu Bakar, Ibnu Khaldun dan Komaruddin. Setelah mendirikan

Komisariat, mulailah diadakan perpeloncoan terhadap mahasiswa baru dengan

melihat potensi yang emreka miliki. Fatwa mengakui bahwa sejak pertama kali

melihat Nurcholish Madjiddan memperhatikan gaya bicaranya, Fatwa sudah bisa

menebak bahwa Nurcholish Madjidorang cerdas.

Page 42: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

33

Pada awal perkuliahannya di IAIN, Nurcholish Madjidsering berpindah-

pindah tempat tinggal, petama ia pindah ke tempat Rahman Partosentoso bersama

teman-teman sekelasnya di komplek IAIN. Setelah dirasa uangnya cukup untuk

kos, Nurcholish Madjidpindah ke daerah Legoso. Karena kondisi kos yang kurang

baik untuk kesehatannya (Nurcholish Madjidpernah sakit demam), akhirnya

Nurcholish Madjidmemilih untuk pindah tempat tinggal lagi. Kali ini tempat

tinggalnya agak jauh dari kampus, yaitu di daerah Ulujumi Kebayoran Lama.

Nurcholish Madjidtinggal bersama Mahrus Amin adik kelasnya di Gontor dan

ikut mengajar di Madrasah yang kelak menjadi Pondok Darun Najah dan Mahrus

menjadi pengasuhnya. 24

Pada awalnya Nurcholish Madjidmerasa cocok di tempat tersebut, namun

lama-kelamaan Nurcholish Madjidharus memperhitungkan juga ongkos yang

harus pergi ke kampus. Suatu hari Nurcholish Madjidbertemu dengan Zarkasyi

(seniornya di Gontor). Zarkasyi menawarkan Nurcholish Madjiduntuk

menggantikan menempati kosnya di Jalan Ahmad Dahlan Kebayoran Baru.

Tempat tinggalnya sebenarnya adalah garasi otlet yang dibagi dua (untuk otlet dan

untuk dirinya) dengan alas todur kasur yang sudah sangat tipis kapuknya. Untuk

lebih memperindah tempatnya, Nurcholish Madjidmeminta izin ibu kos untuk

mengecat kosnya tersebut dengan warna biru. Setelah selesai dicat, ibu kost

merasa heran karena Nurcholish Madjidmengecatnya dengan warna ungu,

sadarlah Nurcholish Madjidbahwa ia sebenarnya buta warna, ia sulit membuat

garis pemisah antara orange dan kuning, biru dongker dan hita, ungu dan biru

24Ahmad Gaus AF, Api Islam Nur Chloish Madjid; Jalan Hidup Seorang Visioner, h.

26-28.

Page 43: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

34

kemudian pink dengan merah. Karena merasa terganggu dengan kebiasaan

Nurcholish Madjidyang suka pulang larut malam, akhinrya ibu kos menawarkan

kosan tersebut kepada orang lain.

Setelah kembali ke Jakarta, Nurcholish Madjid hanya tertegun melihat

kosannya udah menjadi milik orang. Ketika sedang tertegun, Nurcholish

Madjidingat pesan pamannya bahwa:”hanya orang yang kuat dan tahan menderita

yang bisa tinggal di Jakarta, jika tidak pulang kampung saja atau jadi pengemis di

Jakarta”. Nurcholish Madjidtidak mau menjadi pengemis, kemudian ia bertekad

menemui Fatwa. Namun Fatwa ternyata masih ada di kampung halamannya, maka

selama seminggu, Nurcholish Madjidpun menginap secara bergantian di kos

temannya, terlebih Nurcholish Madjidingat pesan Nabi bahwa kalau bertamu

jangan lebih dari tiga hari.25

Sekembalinya dari rumah, Fatwa merasa kasihan mendengar cerita

Nuurcholish Madjid, akhirnya Nurcholish Madjiddiajak Fatwa untuk tinggal di

rumah Prawoto Mangkusasmito mantan Ketua Masyumi sebelum akhirnya

dibubarkan, sementara Prawoto sendiri masih dalam tahanan Orde Baru.

Sebenarnya rumah tersebut tidak layak dihuni, namun karena tidak ada pilihan

lain, Nurcholish Madjidpun tinggal bersama Fatwa di rumah tersebut selama satu

tahun. Selama tinggal bersama Fatwa, Fatwa selalu menyaksikan Nurcholish

Madjidakrab dengan buku bacaan bahkan sampai ketika ia di kamar mandi

sekalipun. Fatwa sering meminta Nurcholish Madjidmenerjemahkan beberapa

bagian referensi berbahasa Inggris untuk dipakai di berbagai training

25Ahmad Gaus AF, Api Islam Nur Chloish Madjid; Jalan Hidup Seorang Visioner, h.

29.

Page 44: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

35

pengkaderan. Fatwa melihat bahwa hampir semua buku yang dipinjam Nurcholish

Madjidberbahasa Inggris.

Melihat kualitas Nurcholish Madjid ketika status HMI Ciputat akan

ditingkatkan dari komisariat menjadi Cabang, Fatwa yang pada waktu itu mejadi

salah satu formateurnya mengusulkan Nurcholish Madjid menjadi sekretarisnya.

Tentu saja banyak tidak sepakat karena mereka banyak yang belum mengenal

Nuurcholish Madjid, namun Fatwa berhasil meyakinkan mereka. Kurang dari dua

tahun, Nurcholish Madjid terpilih menjadi ketua Umum HMI Cabang Ciputat dan

pada tahun yang sama (1963) ia diankat menjadi ketua VI Badko (Badan

Koordinasi) HMI Jawa Barat, yang membidangi salah pengkaderan.26

Pada September 1996, Kongres HMI di Solo mengalami perang pendapat

yang angat alot. PB HMI diserang oleh cabang-cabang HMI se-Indonesia sebagai

buah dari pernyataan Mar’ie Muhammad atas nama PB HMI, agar Kasman

Singodimedjo diganjar dengan hukuman seberat-beratnya oleh pemerintah Orde

Lama. Pada waktu itu, sesungguhnya HMI sedang terjepit oleh Komunis yang

selalu mempengaruhi Orde Lama agar membubarkan HMI, sementara Kasman

adalah tokoh Masyumi yang selalu melontarkan pendapat yang dinilai Kontra

Revolusi. Kondisi demikian bukan hanya berpengaruh terhadap Kasman, tapi juga

terhadap HMI yang semakin terpojokka, terlebih HMI dianggap sebagai anak

Masyumi. Jadi sebenarnya pernyataan Mar’ie bukanlah bermaksud menyerang

Kasman, tetapi hanya retorika untuk membentengi HMI dari akibat pernyataan

Kasman agar HMI tetap eksis. Namun hanya segelintir yang tahu kalau

26Ahmad Gaus AF, Api Islam Nur Chloish Madjid; Jalan Hidup Seorang Visioner, h. 30-

31.

Page 45: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

36

pendapatnya untuk meyelamatkan HMI, karena buktinya pada Kongres tersebut

PB dihantam habis-habisan, dianggap tidak mengedepankan idealisme,

perjuangan dan sebagainya. PB HMI sangat terpojokkan, sampai Sulastomo

sebagai ketua umumnya pun menangis karena tidak sanggup untuk memberikan

penjelasan duduk permasalahan yang sebenarnya.

Kondisi seperti itu, Nurcholish Madjid menyadari bahwa logosentrisme

sangat memainkan peran. Nuurcholish Madjid, dengan kafasihan dalam bahasa

Arab dan Ingrris menjadi sangat percaya diri menjelaskan duduk permasalahan

dengan mengutip referensi-referensi berbehasa Arab dan Inggris, terlebih masih

sedikit pengurus PB dan Cabang yang menguasai kedua bahasa tersebut.

Nurcholish Madjidmenjelaskan betapa pentingnya membedakan antara strategi

jangka panjang dan taktik jangka pendek. Rupanya penjelasan tersebut dapat

meredam kemarahan para peserta masih tetap semangat mendengarkan penjelasan

Nurcholish Madjid malah meneriakkan “terus, terus!”. Akhirnya penjelasan PB

diterima kemudian peserta kongres meneriakkan “Nurcholish Madjid!!!”27, di

mata peserta, Nurcholish Madjid menjadi bintang. Begitulah akhirnya Nurcholish

Madjid terpilih menjadi Ketua Umum PB HMI periode 1966-1969.

Pada Kongres HMI ke-9 di Malang pada 3-10 Mei 1969, muncul isu

politik primordial Jawa dan luar Jawa dalam menetapkan kepemimpinan.

Beberapa aktivis HMI dari luar Jawa kemudian mendatangi Nurcholish Madjid

dan menyampaikan bahwa jika Nurcholish Madji dtidak menjadi ketua umum

lagi, HMI akan terpecah dengan gari primitive antara Jawa dan luar Jawa.

27Ahmad Gaus AF, Api Islam Nur Chloish Madjid; Jalan Hidup Seorang Visioner, h.

39-41.

Page 46: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

37

Menimbang permasalahan tersebut, satu jam sebelum pemilihan, barulah

Nurcholish Madjid menyatakan kesediaannya kembali untuk dicalonkan sebagai

ketua umum. Maka ia pun kembali terpilih menjadi ketua PB HMI periode 1969-

1971. Dalam sejarah, sejak HMI didirikan, sejak periode 1947 hingga 2010, baru

Nurcholish Madjid yang terpilih menjadi ketua Umum PB sebanyak dua kali.28

Kiprah Nurcholish Madjid berikutnya dalam organisasi kemahasiswaan

adalah di Persatuan Mahasiswa Asia Tenggara (PERMIAT). Organisasi ini

muncul sebagai salah satu bentuk normalisasi hubungan Indonesia-Malaysia yang

mengalami persengketaan sejak 1961/1962. Ide organisasi ini muncul dari Mentri

Luar Negeri Adam Malik yang pada tahun 1967 meminta Nurcholish Madjid

selaku Ketua Umum PB HMI agar aktif dalam pembentuka organisasi.

Nurcholish Madjid juga ikut berpartisipasi dalam pembentukan ICMI

(Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia) dan Nurcholish Madjid tercatat sebagai

salah satu pendiri ICMI. ICMI sendi pada mulanya adalah Imaduddin setelah lulus

study doktoralnya dari Universitas Lowa Amerika Serikat, pada tahun 1986

Imanuddin kembali ke tanah air.

Nurcholish Madjid penah menjabat sebagai anggota MPR-RI (1987-1992

dan 1992-1997) dan bahkan Nurcholish Madjidpernah bersedia untuk dicalonkan

menjadi presiden RI yang waktu itu disandingkan dengan Susilo Bambang

Yodhoyono, kesediaannya untuk dicalonkan menjadi RI I dimumkannya pada 28

April 2003.29 Hal ini menunjukkan bahwa Nurcholish Madjid tidaklah anti politik,

28Ahmad Gaus AF, Api Islam Nur Chloish Madjid; Jalan Hidup Seorang Visioner, h.

58-59. 29Sudirman Tebba, Orientasi Sufistik Nurcholish Madjid: Komitmen Moral Seorang

Guru Bangsa(Jakarta: KPP Kelompok Paramadina, 2004), h. 194.

Page 47: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

38

tetapi ia sangat anti mencedrai kesakralan hakikat Islamdengan simbol partai

politik yang bersifat profane dan sangat bahkan mungkin tercedrai oleh ambisi

manusia. Singkatnya, Nurcholish Madjid tidak ingin Islam ternodai hanya karena

lahirnya banyak partai yang mengatasnamakan dan melampaui Islam itu sendiri.30

Selain yang disebutkan di atas masih banyak karier yang mewadahi

intelektualnya yang belum penulis tuliskan dalam penelitian ini, salah satunya

adalah sebagai salah satu Guru Besar Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah

Jakarta (sekarang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) sejak 1985-2005.

Begitulah sisi kehidupan Nurcholish Madjidyang penuh dengan harapan

besarnya untuk kemajuan bangsa Indonesia. Nurcholish Madjid di penghujung

pengabdiannya, mengidap penyakit kelainan hati dan ginjal, penyakit ini membuat

kondisi kesehatan Nurcholish Madjid kian hari kian menurun, dan penyakit ini

pula yang menghantarkan Nurcholish Madjidmenghadap. Sebelum kepergiannya,

Nurcholish Madjid memberikan isyarat terakhirnya kepada sang istri (Qomarijah).

Qomarijah menunggui sang suami pada sabtu pagi dengan penuh kegelisahan,

namun ia tidak tahu apa penyebabnya. Qomarijah semakin gelisah saat

memandikan sang suami sekitar pukul 07.00 pagi, terlebih ketika Nurcholish

Madjid menyampaikan agar bersiap-siap karena seorang muhtadin (orang pilihan)

akan datang. Setelah ditanyakan kepadanya siapa orang pilihan itu, Nurcholish

Madjid menjawab bahwa muhtadin itu adalah kyai dari Gontor. Lalu siapa nama

Kiyai Gontor itu? “Almarhum Nurcholish Madjidbilang kyai Gontor itu bernama

30Ahmad Gaus AF, Api Islam Nur Chloish Madjid; Jalan Hidup Seorang Visioner, h.

54.

Page 48: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

39

Zarkasyi” lanjutnya. Jelas saja membuat istrinya kaget, karena Kyai Zarkasy

sudah wafat. Qomarijah merasa bahwa ajal suaminya sudah dekat.31

Selain pesannya mengenai kedatangan seorang muhtadin, Nurcholish

Madjid juga menyampaikan bahwa ia melihat terowongan besar yang kondisinya

tidak terurus dan harus diperbaiki. Nurcholish Madji djuga mengatakan kalau ia

melihat daging, dia meminta agar daging itu diberikan kepada irang lain saja.

Pihak keluargapun menyimpulkan bahwa Nurcholish Madjid ingin bersedekah,

namun mereka bingung dengan apa Nurcholish Madjid ingin bersedekah, dengan

uang atau barang. Sebelum pertanyaan terjawab, Nurcholish Madjid sudah

terlebih dahulu menjelaskan makna sedekah. Menurutnya sedekah diambil dari

kara shodaqoh, caranya bisa dengan menanamkan rasa benar kepada orang lain

bisa juga dengan menanamkan rasa suci kepada orang lain. Nurcholish Madjid

pun menambahkan bahwa hal seperti itu relevan dengan kehidupan. Keluargapun

memahami bahwa sedekah yang dimaksud Nurcholish Madjid tidaklah mesti

berupa uang ataupun barang, yang penting ikhlas.

Sebelum meninggal, Nurcholish Madjid sempat berpesan agar putra-

putrinya, Nadia dan Mikail, memperdalam bahasa Arab karena pentiong untuk

memahmi al-Qur’an. Nurcholish Madjid pun meminta agar dibimbing membaca

sural al-Fatihah dan al-Ikhlas. Kemudian Nuurcholish Madjid, mengatakan ikhlas.

Lalu, dia tersenyum lima kali sebelum kepergiannya yaitu pada tanggal 25

Agustus 2005. Nurcholish Madjid menghembuskan nafas terakhirnya pukul 14.05

31Ahmad Gaus AF, Api Islam Nur Chloish Madjid; Jalan Hidup Seorang Visioner, h.

294.

Page 49: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

40

WIB di RS Pondok Indah dalam usia 66 tahun dan dimakamkan di TMP Kalibata,

Jakarta.32

32Ahmad Gaus AF, Api Islam Nur Chloish Madjid; Jalan Hidup Seorang Visioner, h.

295.

Page 50: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

41

BAB III

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN FILSAFAT PERENIAL

Pada bagian ini penulis akan menguraikan sejarah dan perkembangannya

filsafat perenial mengenai akar historis munculnya filsafat perenial, tokoh-tokoh

filsafat perenial, definisi dan objek kajian filsafat perenial demikian juga filsafat

perenial bagi Nurcholish Madjid.

A. Akar Historis Munculannya

Para filosof dewasa ini, cenderung membagi filsafat menjadi dua bagian,

Husthon Smith membuat distingsi khusus tentang adanya dua tradisi besar filsafat

yang sangat kontras, yaitu filsafat perenial dan filsafat modern.1

Filsafat tradisional yang lebih populer dengan istilah the perenial

philoshopy selalu membicarakan mengenai adanya Yang Suci (The Secred) atau

Yang Satu (The One) dalam seluruh manifestasinya, seperti dalam agama, filsafat,

sains dan seni.2 Garis besar filsafat barat modern ditandai oleh desakralisasi atas

pengetahuan yang bersifat ketuhanan. Dengan begitu, intuisi yang menjadi sarana

membawa manusia kepada Tuhan Yang Suci sekarang ditinggalkan. Filsafat telah

1Sayyed Hossein Nasr dan William Sroddart, Religion of the Heart, Essay Presented to

Frithkof Schoun, on His Eightien birtheday ( Wahington Dc: Foundation For Tradicional Studies, 1991), h. 178-296.

2Budhi Munawar Rachman, Islam Pluralis; Wacana Kesetaraan Kaum Beriman, h. 76-98. Budhi Munawar Rachman yang mengutip pendapat Huston Smith, menyebutkan beberapa aliran baru dalam filsafat. Seperti Epistemologi Genetik dari Jean Pieget, yang berdasarkan epitemologi tidak lagi pada filsafat dalam arti lama, tetapi justru didasarkan pada sains, dalam hal ini biologi. Contoh lain adalah teori perkembangan moral dari Lawrence Kohlberg, yang menjadikan psikologi sebagai dasar perkembangan etika. Bagitupun dengan Eric Fromm, dalam karyanya Man for Himself, yang mengembangkan teori etika berdasarkan psikonalisis.

Page 51: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

42

benar-benar menjadi sekuler dan alam pun selanjutnya dikosongkan dari

kebenaran Tuhan. Masyarakat Barat telah memasuki the post-Chrisistian era dan

berkembangnya faham sekularisme. Sekularisasi meminjam pendapat Peter L.

Berger, dapat dibedakan menjadi dua bentuk; dalam proses pemisahan institusi

agama dan poltitik, dan yang lebih penting dalam konteks agama ialah “adanya

proses-proses penerapan dalam pikiran manusia berupa sekularisasi kesadaran”.

Diperjelas oleh Harvey Cox tentang makna sekularisasi ini, dengan mengutip

pendapat CA. Van Peursen, yaitu: terbebaskannya manusia dari metafisika atas

aktifitas sehari-hari, yakni alam pikiran dan bahasanya.3

Sekularisasi terjadi ketika manusia berpaling dari “dunia sana” dan hanya

memusatkan perhatiannya pada “di sini”. Itulah gambaran perkembangan

masyarakat modern (Barat) yang telah kehilangan visi keilahiannya, telah tumpul

penglihatan intelectus-nya dalam melihat realitas hidup dan kehidupan. Istilah

intelectus mempunyai konotasi kapasitas mata hati, satu-satunya elemen yang

adapada diri manusia, yang sanggup menangkap bayang-bayang Tuhan yang

diisyaratkan oleh alam semesta. Pemikiran para cendikian agama saat ini banyak

yang menganjurkan untuk dikembangkannya dialog antar agama yang

menggunakan pendekatan atau perspektif filsafat perenial, seperti ditujukan oleh

Paul. F. Knitter yang mengatakan bahwa “Anda tidak dapat mengatakan agama

yang satu lebih baik dari agama yang lain.” Maka dengan membuka wawasan

yang lebih luas – bahwa pada dasarnya semua agama relativelly absolute sesuai

bahasa filsafat perenial atas klaim-klaim kebenaran yang secara tradisional

3Komaruddin Hidayat, Tragedi Raja Midas; Moralitas Agama dan Krisis

Modernisme(Jakarta: Paramadina, 1998), h. 268.

Page 52: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

43

memang inheren dalam agama, maka agama bisa diharapkan kembali mengambil

peranan pembebasan (interior dan eksterior) atas kemanusiaan.

Hal senada diungkapkan oleh tokoh lainnya seperti, ungkapan Bhagavan

Das Gita dalam bukunya The Essential Unity of All Relegion (1966) sebagaimana

dikutip oleh Budhi Munawar Rachman:

“Kita semua para penganut agama akan bertemu dalam the road of life (jalan kehidupan) yang sama yang datang dari jauh, yang datang dari dekat, semua kelaparan dan kehausan; semua membuthkan roti dan air kehidupan, yang hanya bisa didapati melalui kesatuan dengan The Supreme Spirit.”4 Dalam dunia Islam, tradisi perenial begitu kental terdapat dalam hampir

seluruh bidang kajian tasawuf. Menurut Nasr, tasawuf dalam Islam banyak

dipengaruhi oleh orang-orang suci terdahulu semisal Phitagoras, Empedocles dan

Plato. Dalam pandangan Islam banyak orang suci yang hidup sebelumMuhammad

dan mungkin juga paska Muhammad, termasuk orang yang bertauhid meskipun

secara literal kebahasaan tidak mengucapkannya dalam bahasa al-Qur’an. Bahkan

dengan tegas al-Qur’an sendiri menyatakan bahwa setiap umat itu pasti ada

nabinya, sekalipun al-Qur’an tidak menyebutkannya secara eksplisit, sehingga

kajian historis tidak mampu menjangkau untuk membuktikan data tersebut.

Mereka itu juga banyak memberikan pengaruh terhadap aliran sufisme Islam yang

di dalamnya sarat dengan hikmah primordial kenabian.

Kajian kaum perenialis juga mamasukkan doktrin tentang tauhid dalam

agama Islam sebagai ruang lingkup kajiannya. Doktrin tentang tauhid dalam

Islam, menurut pendukung perenialis ternyata tidak secara ekslusif esensi

4Budhi Munawar Rachman, Islam Pluralis; Wacana Kesetaraan Kaum Beriman, h. xii.

Page 53: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

44

pesannya hanya milik Islam, melainkan terlebih merupakan hatinya setiap agama

(the heart of religion). Konsep pewahyuan dalam Islam dimaknai sebagai

penegasan mengenai doktrin tentang tauhid dan oleh karenanya, dalam setiap

agama doktrin tentang tauhid akan ditemukan.5

B. Tokoh-Tokoh

Filsafat perenial adalah filsafat yang tetap bertahan kesejatiannya diyakini

dapat diwariskan dari generasi ke generasi, serta dapat melampaui kecenderungan

dan corak filsafat yang silih berganti. Khususnya untuk kurun waktu tujuh puluh

tahun belakangan ini istilah filsafat pernial menjadi sedemikian pupuler, di mana

banyak buku-buku artikel-artikel, yang telah mencoba membahas maknanya

secara mendetail. Apa makna sebenarnya filsafat perenial bukanlah hal yang

mudah untuk ditemukan, dan jawaban dari pertanyaan tersebut menjadi semakin

sulit ketika dalam kenyataannya. Banyak filosof dari berbagai aliran dan zaman

mencoba mengemukakan jawabannya, serta menyatakan bahwa filsafatnya adalah

filsafat perenial.

Dalam beberapa literatur atau diskusi sering menemukan adanya orang

yang mengira bahkan menisbatkan istilah dan konsep filsafat perenial berasal dari

Leibniz, karena ia memang sering menggunakan dalam surat untuk temannya,

Remundo, yang banyak dikutip orang, pada tanggal 26 Agustus 1714. Namun

sebuah penelitian yang lebih cermat membuktikan bahwa istilah philoshopia

perennis sudah digunakan orang jauh sebelum Leibniz, bahkan menjadi judul

5Seyyed Hossein Nasr, Ideals and Realitiy of Islam (London: George Allen & Unwin

Ltd., 1975), h. 32-33.

Page 54: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

45

sebuah buku yang terbit tahun 1540, ditulis oleh seorang penganut Agustinus, dari

Italia. Meskipun besar kemungkinan Steuco adalah orang pertama yang

memunculkan istilah ini dan dengan demikian secara pasti beliau adalah orang

pertama yang memberinya makna yang kompleks dan sistematis, namun ia

berangkat dari sebuah tradisi filsafat yang sudah berkembang mapan. Dari tradisi

tersebut kemudian ia mencoba memformulasikan sintesis terhadap filsafat, agama

dan sejarah, yang ia beri nama dengan philoshopia perennis. Pencarian terhadap

sejarah filsafat perenial harus kembali ke zaman sebelum kedua tokoh, yaitu

Leibniz dan Steuco. Meskipun Steuco ditengarai sebagai orang pertama yang

melakukan penggunaan secara signifikan istilah tersebut, namun model filsafat

yang oleh Steuco dinamai dengan ‘perenial’ memiliki sejarah panjang. Steuco

menulis bukunya dengan judul De Perenni Philoshopy, yang ia maksudkan

dengan judul tersebut ialah filsafat yang mempunyai daya tahan (enduring) atau

tahan lama (lasting).6Adapun tokoh-tokoh filsafat perenial adalah:

1. Marcilio Ficino

Marcilio Ficino (1433-1499) adalah pendiri Platonic Academy di Florenzy

Italia. Sekaligus penerjemah karya-karya Plato, Plotinus serata filsuf Neo-

Platonisme lainnya. Karnyanya yang terkenal adalah Theologia Platonica, suatu

karya yang menunjukkan dirinya sebagai seorang Platonis.

Salah satu di antara tema sentral filsafat Ficino adalah adanya kesatuan

dan keutuhan dunia ini yang secara mendalam lebih bersifat riil daripada

keragaman yang muncul pada penampakannya. Ficino membicarakan tentang

6Ahmad Norma Pernama, Perenialisme; Melacak Jejak Filsafat Abadi (Yogyakarta:

Tiara wacana. 1996), cet. I, h. 33.

Page 55: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

46

kesatuan dengan berbagai cara. Dalam bukunya Commentary in the Symposium,

Ficino berpendapat bahwa cinta merupakan kekuatan pengikat yang menata dan

menyatukan dunia. Dalam Theologia Platonica, ia mengajarkan bahwa jiwa

sebagai vingculum universal (sentral penghubung antara dunia atas dengan dunia

bawah). Kesatuan metafisik dari dunia ini memiliki perkembangan yang paralel

dalam sejarah filsafat yang teologi yang dikenal dengan “persaudaraan”.7

Ia menyakini adanya suatu Puncak Kesejatian (the fountain of truth), yang

merupakan sumber, darinya mengalir dua arus sejarah yaitu filsafat dan teologi.

Bagi Ficino filsafat sejati adalah Platonisme, sedangkan teologi sejati adalah

Kristen. Kedua kebenaran ini memiliki kesatuan secara ultim dan ia menerima

ungkapan Nominous bahwa Plato adalah “Musa berbahasa Yunani”. Ficino

menekankan bahwa filsafat dari orang-orang masa lampau (prisci) tidak lain dari

agama yang diwahyukan (dogta religio).8 Prisci theologi telah mengembangkan

kesejatian esensial dan pada puncak perkembangannya merkar sebagai sebuah

sistem filsafat yang menyatu dan komprehensif dalam noster Plato. Begitu

pentingnya filsafat Plato dan tradisi yang lahir darinya bagi Ficino, sehingga ia

membuat ungkapan “siapapun yang ingin merasakan kesegaran paling nikmat dari

air hikmah, haruslah meminumnya langsung dari puncak perenialnya.”9

2. Giovani Pico della Miradola

Pico (1463-1494) mengatakan bahwa kesejatian tidak muncul pada tradisi

filsafat, teologi maupun keilmuan tertentu saja, melainkan semuanya memiliki

sesuatu yang dapat dikontribusikan pada kesejatian yang utuh. Dari sini dapat

7Ahmad Norma Pernama, Perenialisme; Melacak Jejak Filsafat Abadi, h. 36. 8Ahmad Norma Pernama, Perenialisme; Melacak Jejak Filsafat Abadi, h. 36. 9Ahmad Norma Pernama, Perenialisme; Melacak Jejak Filsafat Abadi, h. 37.

Page 56: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

47

dilihat bahwa Pico tidaklah mengambil sumbernya pada suatu ajaran tertentu

ataupun beberapa diantaranya, melainkan mengambilnya dari sumber yang sangat

luas, baik dalam sejarah maupun agamanya.10

Pandangan ini tentunya sangat berbeda dengan Ficino yang mengarahkan

berbagai ragam tradisi filsafat pada filsafat Plato dan agama Kristen. Kesejatian

menurut Pico tidak hanya berasal dari dua sumber saja, melainkan berasal dari

berbegai sumber. Prisca theologia versi Pico tidak memiliki sumber ambilan

khusus. Aspek-aspek kesejatian tersebut dapat juga ditemukan dalam tulisan-

tilisan Ibn Rusyd, Al-Qur’an; tradisi kaballa dan lain-lain. Pandangan Pico

mempunyai tendensi sinkretisme dan elektik yang sangat tinggi, yang kemudian

semakin populer dan menyebar pada abad XVI.11

3. Agustino Steuco

Agustino Steuco lahir di kota pegunungan Umbrian di daerah Gubbio

antara tahun 1497 atau awal 1498. Ia mulai memasuki jamaat Augutiani di kota

kelahirannya tahun 1512 atau 1513 dan menetap hingga tahun 1517. Selanjutnya

pada tahun 1518-1551 sebagai guru besar waktunya digunakan untuk mengikuti

pekuliahan di Universitas Bologna. Disitulah ia mulai tertarik pada bidang bahasa

dengan banyak belajar tentang bahasa Aram, Syiria, Arab dan Etiopia disamping

bahasa Yahudi dan Yunani. Kemudian ia menjadi pustakawan koleksi yang cukup

terkenal milik kardinalDominico Gri mani di Venesia selama beberapa tahun

(15529-1533) dan ke Gubbio (1533-1534) untuk melaksanakan misi dakwah yang

diberikan oleh atasannya. Akhirnya ia sampai di Roma pada tahun 1534, menjadi

10Ahmad Norma Pernama, Perenialisme; Melacak Jejak Filsafat Abadi, h. 39. 11Ahmad Norma Pernama, Perenialisme; Melacak Jejak Filsafat Abadi, h. 40.

Page 57: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

48

Bishop Kisamos di Krete (1538) dan menjadi pustakawan Vatikan pada tahun

yang sama. Pada tahun 1546 dan meninggal di kota tersebut beberapa bulan

kemudian.12

Agustino Steuco adalah salah seorang di antara defender prisca theologia

paling kokoh. Pada diri Steuco pulalah barangkali akan menemukan usaha paling

cermat untuk mengembangkan tema-tema tentang harmoni, konsonansi dan

peresetujuan universal (Universal Agreement) ke arah sebuah sistem filsafat yang

koheren, dan tampaknya ia memang benar-benar mampu melakukannya. Ini

terutama dapat di lihat dalam karyanya De Perennia Philosophia (1540).

Sebagaimana yang akan di lihat, bahwa gerakan yang telah dijalankan oleh

Ficino, Pico, Nicolas Cusa yang akarnya juga sudah ada pada Plutrach, Neo-

Platonisme, para pendeta dan teolog kuno lainnya, mencapai puncak realisasinya

pada diri Steuco. Lebih lanjut, meskipun dapat di lihat bahwa Steuco

menggabungkan semua tradisi yang ada ke dalam sistemnya sendiri, bukan berarti

hal itu ia lakukan tanpa kritik sama sekali. Karena, pada kenyataannya, ia juga

telah melakukan penyingkiran-penyingkiran terhadap ajaran-ajaran tertentu yang

menurutnya tidak memiliki tempat yang sesuai dalam sistem yang ia susun dalam

bentuk konkordasi. Steuco sebenarnya adalah seorang sarjana al-Kitab dan

seorang teolog.

Banyak karya-karyanya yang meunnjukkan keterkaitan dirinya dengan

masalah ini, meskipun ia juga banyak menulis permasalahan yang lain. Dalam

banyak hal, sebagaimana diungkapkan oleh DP. Walker, Steuco mewakili sayap

12Ahmad Norma Pernama, Perenialisme; Melacak Jejak Filsafat Abadi, h. 41.

Page 58: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

49

liberal teolog Katolik dan Studi Skriptural abad XVI. Karya-karyanya seperti

Cosmopoeiadan De Perenni Philosophia jelas menunjukkan pandangan seorang

liberal – yang mencoba untuk mensejajarkan antara berbeaagai tradisi filsafat

pagan dengan tradisi ortodoks. Di sisi lain ia juga menunjukkan kecendrungan

seorang konservatif. Di mana ia pernah menulis sebuah karangan untuk

menentang pembuktian Valla yang terkenal tentang “donation of Constantine”

dan meskipun ia tetap bertahan dengan ketegaran batu karang terhadap

penolakannya atas ajaran Calvin dan terutama Luther. Ia menganggap ajaran

tradisi agama-agama pagan dan non-Kristen lebih dapat diterima dari pada ajaran

para pembaharu. Filsafat Stoa, sebagai contoh, lebih dapat diterima, dibandingkan

Lutherianisme yang tidak lebih dapat diterima, dibandingkan Lutherianisme yang

tidak lebih dari “wabah penyakit” berupa “penolakan terhadap kesalehan,

keruntuhan, kejatuhan atau bahkwan, penentangan terhadap agama”. Karya paling

tersohor dari Steuco adalah De Perenni Phlosophia, yang didekasikan kepada

sahabat sekaligus pelindungnya, Paulus III, dan sempat mengalami cetak ulang

sebanyak empat kali sebelum berakhirnya abad XVI. Meskipun karya ini sempat

mendapat sambutan hangat di liangnya yang tidak lebih dari “gerak ke depan”,

atau “perkembangan” waktu.

Dalam banyak hal, pada kenyataannya Steuco kembali kepada ide-ide

Yunani tentang degradasi terus menerus dan sejarah manusia. Beberapa tokoh

Plato, Plutrach, Plotinus, Jamblichus, Proclus, Psellus, Pletho, Cusanus, Ficino,

Pico, Champhier dan Giogio, adalah pendahulu langsung di jalur Steuco. Kata

priscus sendiri, yang barangkali paling tepat diterjemahkan dengan “selalu

Page 59: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

50

diwariskan” (venerable), merupakan tema yang paling tepat sering diulang-ulang

oleh Steuco. Ia berbicara tentang prisci seaculis, abad-abad awal, prisci

philosophy, prisca merujuk kepada “para filsuf dan teolog yang saling

berkesinambungan”.

Hal ini terjadi sama sekali tidak karena kebetulan. Karena memang

kesejatian berasal dari sumber mata air yang sama, namun muncul dalam bentuk

manifestasi yang beragam. Pewahyuan kesejatian sudah berlangsung sejak zaman

yang paling kuno, mulai dari prisca seacula, dan kita dapat menemukan kesejatian

tersebut dalam tulisan-tulisan yang datang dari periode tersebut. Hikmah tersebut

sudah ada semenjak zaman awal dan kemudian ditransmisikan kepada generasi-

generasi selanjutnya. Oleh karena itu, sebenarnya Hikmah dan Kesejatian sama

tuanya dengan sejarah manusia.13

Leibniz adalah pendukung paling utama tradisi yang oleh Steuco dinamai

philosophia perennis. Lebih dari itu usaha Leibniz untuk merumuskan Kesatuan

Agama-Agama – dalam kurun yang memang penuh dengan semangat ekuminisme

– mengingat kembali kepada sejarah Cusanus, dan juga Ficino dan Pico. Leibniz

sama sekali bukanlah pencetus ide Filsafat Perennial. Jauh dari itu, Ia hanyalah

pewaris tradisi Konkordisme yang sudah berkembang dan memiliki sejarah yang

panjang. Leibniz sendiri sebenarnya juga sudah mengenal Steuco pada tahun

1687, ketika ia menyebut namanya dalam surat untuk Simon Foucher (1644-

1696). Meskipun Leibniz merasa bahwa karya Steuco memberikan point yang

cukup baik berkaitan dengan persamaan antara agama-agama pagan dengan

13Ahmad Norma Pernama, Perenialisme; Melacak Jejak Filsafat Abadi, h. 43.

Page 60: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

51

Kristen, namanya ia tepat menganggap bahwa karya yang terbaik dalam hal ini

adalah dari du Plessis Mornay berjudul De la verite de la religion chretienne.

Leibniz memang sudah mengenal Steuco dan jejak-jejak pengaruh Steuco dapat

ditemukan dalam keseluruhan karyanya.

4. Frithjof Schoun

Frithjof Schoun dilahirkan di Basel, Swiss tahun 1907 dan mendapat

pendidikan di Prancis. Semenjak tahun 1936 ia tercatat sebagai penulis tetap di

jurnal berbahasa Prancis Etude Traditionelles dan jurnal Connaisace des

Religion, Corporativ Religion. Dalam kata pengantar atas buku Schoun yang

berjudul Islam and the Perenial Philoshopy (Islam dan Filsafat Perenial) Sayyed

Hussein Nasr mengatakan bahwa pandangan Schoun adalah pandangan

menyangkut metafisika universal, menyangkut religio perenis atau religio cordis

yang telah dikemukakan untuk menusia melalui berbagai tradisi samawi. Dengan

menggabungkan wawasan metafisika dengan pengetahuannya yang luas mengenai

berbagai agama dan aspek doktrinal, etika dan artistik mereka, Schoun telah

menyelidiki intisari tradisi-tradisi yang berlainan serta mengkritik peradaban

modern dengan berbagai penyimpangan denan tuntutan kebenaran-kebenaran

abadi dari tradisi itu.14

Menurut Frithjof Schoun, metafisika keagamaan atau filsafat perenial

tidak terpisah sama sekali dari tradisi dan transmisi (nama rantai) tradisional

termasuk dalam realisasi spiritual. Metafisika inilah yang menjadikan setiap

agama bersifat religioperenis, agama yang bersifat abadi. Filsafat perenial

14Frithjof Schoun, Islam dan Filsafat Perenial, ter. Rahman Astuti (Bandung: Penerbit

Mizan, 1998), h. 8.

Page 61: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

52

menaruh perhatian pada agama dalam realitasnya yang paling transenden atau

metafisika yang bersifat transenden historis, bukan hanya agama dalam kenyataan

faktual saja.15

5. Sayyed Hussein Nasr

Sayyed Hussein Nasr adalah seorang filosoff dan mistikus yang dilahirkan

pada tahun 1933 di Teheran, ia dikenal sebagai salah satu cendikiawan Muslim

yang berwawasan kaya akan khasanah Islam. karyanya yang sangat terkenal

adalah “Science and Civilization in Islam”, sebuah buku yang diangkat dari

disertasinya tentang sejarah sains.

Nasr mengatakan bahwa filsafat perenial adalah pengetahuan yang selalu

ada dan akan ada yang bersifat universal. “Ada” yang dimkasud adalah berada

pada setiap jaman dan setia tempat karena prinsipnya yang universal. pengatahuan

yang diperoleh melalui intelek ini terdapat dalam inti semua agama dan tradisi.

realisasi dan pencapaiannya hanya mungkin dilakukan melalui metode-metode,

ritus-ritus, simbol-simbol, gambar-gambar dan sarana lain yang dilakukan oleh

perintah suci dari Surga (Heaven) atau alas Ilahiah (divine origin) yang

menciptakan setiap tradisi.16

C. Definisi dan Objek Kajian

Kata “perennial” merupakan kosa kata yang berasal dari bahasa Inggris.

Kata terebut memiliki makna yang sama dengan kata perennis dalam bahasa

15Komaruddin Hidayat & Wahyuni Nafis, Agama Masa Depan, Perpektif Filsafat

Perenial (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 22. 16Arqom Kuswanjono, Ketuhanan Dalam Telaah Filsafat Perenial; Refleksi Pluralisme

di Indonesia(Yogyakarta: Badan Penerbit Filsafat UGM, 2006), h. 20-21.

Page 62: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

53

Latin. Dari kelaziman yang berlangsung selama ini dalam dunia keilmuan, maka

diperkirakan kata “perenial” yang telah menjadi pembendaharaan kata dalam

bahasa Inggris pun berasal dari kosa kata latin.

Dalam kamus bahasa Inggris, kata “perenial” berarti; 1) “berlangsung

sepanjang tahun”, 2) abadi atau kekal. Misalnya kalimat the perenial snow of

Everest, berarti salju abadi gunug Everest.17 Sedangkan kata filsafat sendiri sedah

umum diketahui dari kosa kata Yunani yang berasal dari dua kata “Philo” dan

“Sophia” yang berarti “cinta kebijaksanaan”.18 Oleh sebab itu ditinjau dari kedua

makna “perenial” yang tertulis di atas, dalam konteks pembahasan ini, maka

pengertian yang paling relevan untuk digunakan adalah pengertian yang kedua

(yang berarti abadi atau kekal). Ketika kata filsafat dan perenial digabung, maka

berarti filsafat atau kebijaksanaan yang bersifat abadi.

Dasar-dasar filsafat perenial dapat ditemukan di antara adat dan tradisi

pada suku-suku primitif di setiap belahan dunia dan dalam bentuk yang

berkembang secara penuh. Ia memiliki tempat khusus dalam agama-agama

besar.19 filsafat perenial oleh Nasr juga dikatakan sebagai tradisi, namun bukan

tradisi dalam arti secara umum, tradisi ini berisi pengertian tentang kebenaran

yang merupakan alas ilahi. ia juga mengimplikasikan suaru kebenaran batin yang

terdapat bentuk-bentuk kesucian yang berbeda dan unik, yang kebenarannya itu

adalah satu.20

17Peter Slim, Advanced Esglish – Indoensia Dictionary (Jakarta: Modern English Press,

1988), h. 610. 18K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani(Yogyakarta: Kanisus, 1981), h. 13. 19Kuswanjono, Ketuhanan Dalam Talaah Filsafat Perenial, h. 10. 20Sayyed Hussein Nasr, Pengetahuan dan Kesucian (knowlwdgw an the Secred). terj.

Suharsono, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1997), h. 81.

Page 63: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

54

Pengertian sederhana filsafat perenial merupakan suatu pandangan yang

sudah menjadi pegangan hidup bagi orang-orang yang menyebut dirnya

“penganut hikmah” seperti para gnosis dalam Kristen dan para sufi dala Islam,

cikal bakal filsafat perenial sudah ada dalam ajaran para nabi terdahulu, yang

ajarannya meliputi dua aspek yaitu gnostik (ma’rifah atau irfan) dan filsafat atau

teosofi (falsafah-hikmah). nasr menjelaskan ajaran ini dikembangkan oleh Nabi

Idris yang dalam tradisi filsafat Yunani diidentikan dengan Hermes sebagai

“Father of Philoshopy”. Dari Hermes ini lahirlah istilah hermeneutika yang

intinya merupakan suatu kajian filosofis untuk mengenal inti pesan Tuhan yang

berada di balik ungkapan bahasa.21

Huston Smith menyatakan bahwa terdapat doktrin-doktrin primordial dan

universal, namun dalam sejarah manusia muncul dalam bentuk yang beragam.

Dan doktrin primordial itu tidak lain adalah filsafat perenial. Smith membagi

filsafat perenial menjadi tiga cabang utama: pertama, metafisika, yang bertugas

menemukan adanya dasar imanen dan transenden dari segala sesuatu. Kedua,

psikologi, yang mengenali adanya sesuatu dalam diri manusia yang sama, atau

bahkan identik dengan dasar tadi. Dan ketiga, etika yang membuat tujuan akhir

manusia adalah pengenalan terhadap dasar tersebut.22

Filsafat perenial didekati secara metafisis menjelaskan adanya sumber dari

segala yang ada, membiacarakan tentang Realitas Absolut. Secara etimologis,

filsafat perenial memberikan jalan menuju pencapaian kepada Yang Absolut

tersebut melalui pendekatan mistik, yaitu melalui intelek yang lebih tinggii di

21Sayyed Hussein Nasr, Pengetahuan dan Kesucian (knowlwdgw an the Secred). terj. Suharsono, h. 81-82.

22Norma Pernama, Perenialisme; Melacak Jejak Filsafat Abad,. h. 5-6.

Page 64: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

55

dalam memahami secara langsung tentang Tuhan. Pendekatan mistik yang

dilakukan oleh filsafat perenial tidak hanya melalui perenungan reflektif semata,

tapi tetap menggunakan sarana-sarana yang telah ada pada setiap agama berupa

ritus-ritus, simbol-simbol maupun tradisi yang secara esensial berasal dari Yang

Satu. Pemahaman ketuhanan filsafat perenial tidak hanya mementingkan pada

aspek isi saja melainkan juga aspek bentuk, dua hal yang tidak dapat saling

dipisahkan di dalam memahami aspek ketuhanan secara komprehensif.23

Aspek aksiologis dari filsafat perenial menunjukkan begitu berharganya

nilai ketuhanan di dalam kehidupan manusia. Nilai ketuhanan memberikan

berbagai dampak sosiologis maupun psikologis dalam menentukan pola tindakan,

hakikat dan tujuan hidup yang sebenarnya pada manusia. Sehingga, hidup tidak

dimaknai secara materil bendawai tapi ada unsur ruhaniah yang memberikan nilai

lebih, di balik keberadaan benda-benda tersebut. Filsafat perenial dalam konteks

kehidupan beragamampun berusaha mencari titik temu beragamnya pemahaman

yang ada sehingga common platform yang menunjukkan bahwa keberagaman

tersebut adalah hal yang niscaya dan justru memberikan makna bagi kesatuan dan

kebersamaan.24

Filsafat perenial memperlihatkan kaitan seluruh eksistensi yang ada dalam

semesta ini, dengan realitas yang terakhir itu. Realisasi pengetahuan tersebut

dalam diri manusia hanya dapat dicapai melalui tradisi-tradisi, ritus-ritus, simbol-

simbol dan sarana-sarana yang memang diyakini sepenuhnya oleh kalangan

perennial sebagai berasal dari Tuhan. Dasar-dasar teoritis pengetahuan tersebut

23Kuswanjono, Ketuhanan Dalam Talaah Filsafat Perenial, h. 13. 24Kuswanjono, Ketuhanan Dalam Talaah Filsafat Perenial, h. 13.

Page 65: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

56

ada dalam setiap tradisi keagamaan yang otentik, yang dikenal dengan berbagai

konsep- misalnya dalam agama Hindu disebut Sanathana Dharma, dalam

Taoisme disebut Tao, dalam agama Budha dengan Dharma yang merupakan

ajaran untuk sampai kepada The Budha-Nature, atau dalam Islam kuat dalam

konsep al-Din, dalam filsafat abad pertengahan disebut sophia perennis, dan

sebagainya. Dengan caya yang filsafat perenial disebut sebagai “transenden” itu,

semuna ritus-ritus, doktrin-doktrin dan simbol-simbol keagamaan yang dipakai

untuk mencapai pengertian menganai dasar keagamaan itu, mendapatkan

penjelesan yang menyeluruh melewati bentuknya yang formal, atau terpaku dalam

satu tradisi keagamaan, atau dalam Islam: terpaku dalam satu syari’ah terntu.25

Disinilah filsafat perenial menguraikan keaneragaman jalan keagamaan

yang ada dalam kenyataan historis ini bisa diterima dengan lapang dada, dan

penuh toleransi. Pada hakikatnya ajaran perenial Tuhan-seperti Tuhan itu sendiri-

hanya Satu, tapi dikatakan dengan banyak nama dan ajaran. “Yang Satu” ini

dalam pandangan perenial adalah “Yang Tidak Berubah”, Yang merupakan

Fitrah.

Mengembalikan keanekaragaman yang ada dalam kehidupan sehari-hari

ini kepada “ Yang Tidak Berubah” merupakan pesan dasar filsafat perenial yang

ada pada dasarnya adalah pesan keagamaan, sepeti yang disebut sebagai dalam

terminologi Islam al-din-u ‘I-nashihah (Agama itu adalah pesan).26 Pesan ini yang

terbuat dalam Q. S. al-Rum/30:30.

25Komaruddin Hidayat & Wahyuni Nafis, Agama Masa Depan, Perpektif Filsafat

Perenial, h. 20-21. 26Komaruddin Hidayat dan Wahyuni Nafis, Agama Masa Depan, Perpektif Filsafat

Perenial. h. 21.

Page 66: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

57

Artinya:“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” Dengan cara transendental ini ditemukan adanya norma-norma abadi yang

hidup dalam jantung setiap agama-agama besar maupun tradisi-tradisi speritual

kuno. The heart og religion inilah yang bersifat Ilahi dari agama-agama itu, yang

selalu disampaikan dan diajarkan oleh kalangan perenialis. Mereka menganggap

mengerti mengenai hal tersebut adalah cara untuk mengerti “pesan ketuhanan”

kepada manusia, sekaligus cara manusia kembali kepada Tuhannya.27

Dalam membicarakan objek telaah filsafat perenial selalu mengarah

kepada esensi, “noumena”, yang terletak dibalik gambar atau fenomena. Realitas

metafisis yang ada dibalik format lahiriah agama itulah yang merupakan daya

tarik dan ujung dari perjalanan filsafat perenial. Pengertian metafisika dan filsafat

perenial adalah suatu pengetahuan tentang Realitas Tertinggi, yang merupakan

“pengetahuan ilahiah” yang sesungguhnya, bukan suatu konstruksi mental yang

akan berubah dengan berubahnya gaya budaya suatu zaman, atau dengan

munculnya penemuan-penemuan baru dari pengetahuan dunia meterial.28Namun,

walaupun kajian filsafat perenial adalah persoalan-persoalan metafisika, bukan

berarti persoalan bentuk agama-agama diabaikan. Filsafat perenial memiliki

27Komaruddin Hidayat dan Wahyuni Nafis, Agama Masa Depan, Perpektif Filsafat

Perenial. h. 22. 28Komaruddin Hidayat & Muhammad Wahyuni Nafis, Agama Masa Depan, Perspektif

Filsafat Perenial, h. 49.

Page 67: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

58

perhatian serius terhadap bentuk agama-agama yang ada. Sebab aspek

eksoterisme suatu agama tersebut merupakan hal yang sudah menjadi bagian

kehendak Ilahi. Oleh sebab itu, aspek eksoterisme itu bukan saja tidak boleh

dipersalahkan, bahkan malah dibutuhkan.29

29Komaruddin Hidayat & Wahyuni Nafis, Agama Masa Depan, Perspektif Filsafat

Perenial,h. 49-50.

Page 68: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

59

BAB VI

PANDANGAN PERENIALISME NURCHOLISH MADJID TENTANG

HUBUNGAN AGAMA-AGAMA

Pada bab ini akan membahas bagaimana pandangan perenialisme

Nurcholis Madjid tentang hubungan agama-agama mengenai esoterisme dalam

agama-agama, inklusivisme dalam perspektif perennial dan agama jalan menuju

Tuhan.

A. Esoterisme Dalam Agama-Agama

Secara etimologis, esoteris berasal dari kata Yunani esoteros lalu mejadi

esoterikos, yang kata dasarnya adalah eso, berarti di dalam atau suatu hal yang

bersifat batin bahkan mistik.1 Dictionary of Philosopy menjelaskan bahwa kata

esoterik (Yunani, esoterik: di dalam) bermakna ritual, doktrin atau puasa.2

Secara terminologis, kamus Webster menjelaskan bahwa esoterik

ditujukan kepada atau dipahami hanya oleh murid-murid terbatas, terpilih, dan

yang telah diinisiasi. Dalam nada yang sama, The Oxford Companion to English

Literature juga menunjukkan bahwa kata ini digunakan untuk menunjukkan

ajaran Pytagoras kepada beberapa muridnya yang terpilih.3 Menurut Mautner,

ajaran mengenai hal-hal yang bersifat esoterik hanya diberikan bagi yang telah

1Jean L. Mckechine, ed. Webste’s New Twentieth Century Dictionary of The English

Language: Unabridged(USA: Williyam Collins Publishers. Inc.,1980), h. 624. 2Thomas Mautner, Dictinary of Philosophy: The Languages and Concepts of Philosophy

Exsplained (England: Penguin Books, 2005), h. 198. 3Margareth Drabble. Ed. The Oxford Companion to English Literature (Oxford: Oxford

University Press, 1998), h. 321.

Page 69: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

60

diinisiasi atau yang termasuk dalam kelompok ekslusif inti. Dulu ada tradisi

Aristoteles membicarakan perihal doktrin esoterik kepada sekelompok kecil

muridnya seperti yang terekam pada salah satu karyanya yang masih ada.

Phytagoras dan Plato disebut-sebut juga telah mengajarkan doktrin-doktrin

esoterik.4

Esoterisme sebagai pengetahuan khusus dan ekslusif yang diajarkan oleh

para filosof agung seperti Aristoteles, Plato, Phytagoras, hanya kepada murid-

muridnya yang terpilih dan ekslusif, kiranya melalui pertimbangan matang dari

filosof tersebut bahwa tidak semua orang memiliki bakat dan kemampuan

intelektual tertentu untuk dapat menerima pengajaran-pengajaran khusus dan

tinggi tentang metafisika.5 Dalam diskursus filsafat perenial, esoterisme adalah

dimensi dalam atau inti agama.

Dalam esoterisme itu mengalir apa yang disebut spritualitas agama-agama.

Melalui sisi esoterisme dari agama atau ajaran spiritual, maka manusia akan

dibawa kepada apa yang merupakan hakikat dari panggilan manusia. Dengan

melihat aspek esoterisme agamanya, manusia mengalami penerangan batin dan

mencapai pencerahan. Karena itu tujuan dari esoterisme agama adalah pencapaian

penerangan batin. Ini dicapai melalui pengalaman kerohanian yang bersifat rasa,

yang berjenjang. Jenjang kesadaran rohani itu dengan maqamat.6

4Thomas Mautner,Dictionary of Philosophy: The Languages and Concapts of Philosophy

Explained, h. 198. 5Menurut Shcoun sendiri, pada hakikatnya esoterisme ditujukan untuk segelintir elit

intelektual yang terbatas jumlahnya, namun pada perkembangannya terdapat berbegai organisasi keruhanian, yang menganut paham esoterisme, memiliki anggota cukup banyak, misalnya kelompok Phytagorean atau jumlah organisasi (tarikat) sufi dalam Islam yang memiliki ribuan bahkan ratusan ribu pengikut. Frithjof Schoun, The Trancendent Unity of Religions, h. 33.

6Maqamat yaitu stasiun-stasiun spiritual yang harus dilalui manusia untuk sampai pada penerangan batin seperti zuhd, mahabbah, ma’rifat,wahdat al-wujud, dan lain-lain.

Page 70: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

61

Ide-ide Nurcholish Madjid terutama berkenaan dengan monoteisme

(tauhid) dan sikap pasrah (al-Islam) sebagai kalimah sawa’ (kesatuan agama-

agama), sangat penting dipertimbangkan dalam diskursus teologi kesatuan agama-

agama dan dialog antar iman yang belakangan ini amat ramai disuarakan oleh

berbagai kalangan ahli agama. “sikap pasrah” yang dijelaskan di atas adalah titik

tolak pandangan tentang kesatuan kenabian (wihdat al-nubuwah, the unity of

prophecy), dan kesatuan kemanusiaan (wihdat al-insaniyah, the unity of

humanity), yang berangkat dari konsep Ke-maha-esa-an Tuhan

(wahdaniyah/tauhid atau the unity of God).7 Kesatuan agama-agama di sini sangat

mungkin tercapai, karena semua agama bertemu dengan Tuhan dan dengan

pendekatan esoteris, suatu agama akan mendapatkan “cahaya abadinya” yang

mengaliri semua agama yang berasal dari Tuhan. Ini dijelaskan dalam QS. an-

Nur/24:35.

“Allah adalah (pemberi) cahaya (bagi) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lobang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah

7Budy Munawar Rachman, Islam Pluralis (Jakarta: Paramadina 2001), h. 62.

Page 71: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

62

timur dan tidak pula di sebalah baratnya, yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya berlapis-lapis, Allah membimbing cahaya-Nya siapa yang Dianya kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Lewat penghayatan kepada “cahaya” manusia dapat menjadi sungguh-

sungguh bijaksana (al-insan al-kamil), karena manusia yang sudah mengalami

penerangan batin, tahu bahwa untuk membuat dunia yang bahagia, manusia perlu

mengubah hati.

Maka dari itu pentingnya melihat agama dari sudut pandang esoterisme

sangatlah perlu. Karena dari sudut pandang esoterisme ini akan dapat memahami

lalu mengalami sifat impersonalitas Ilahi itu yang sangat penting untuk

mendapatkan kedalaman hidup. Sifat personalitas ilahi itu dapat diperoleh dari

ego manusia yang mengalami trasnformasi ke dalam “non-ego” (Allah), sehingga

manusia dapat membawa citra Allah dalam kehidupan di dunia ini.

B. Inklusifisme

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa titik temu atau kalimah sawa adalah

ide utama dari pemikiran inklusif Nurcholish Madjid. Titik temu agama-agama itu

terletak pada pesan Tuhan yang bersifat universal. Oleh karena itu, ide utama

Nurcholish Madjid dalam inklusifisnya adalah penekanannya dalam memahami

pesan Tuhan.8 Yaitu sebuah pesan yang diterima oleh semua agama besar yang

mewarisi Abrahamic religion seperti Islam, Yahudi dan Nashrani. Semua kitab

8Sukidi,Teologi Inklusif Cak Nur, (Jakarta: Kompas, 2001) Cet. I , h. 16.

Page 72: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

63

suci (al-Quran, Injil, Zabur dan Taurat) adalah pesan Tuhan. Lantas apakah pesan

yang bersifat universalitas itu? kemudian apakah titik temunya?

Pesan yang universal itu digali dari salah satu kitab suci tersebut (al-

Quran). Hal ini barangkali yang membuat Dawam Raharjo menganggap bahwa

Nurcholish Madjid lebih tepat dikatakan sebagai seorang inklusif daripada

pluralis, karena ia melihat kebenaran agama lain hanya dalam perspektif

agamanya sendiri. Sementara seorang pluralis akan melihat dari perspektif agama

lain pula. Adapun pesan itu tertuang dalam QS. ali-Imran: 64 adalah:

Artinya: “Katakanlah olehmu (Muhammad): Wahai Ahli Kitab! Marilah menuju ke titik pertemuan (kalimah sawa) antara kami dan kamu: yaitu bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan tidak pula mempersekutukan-Nya kepada apapun, dan bahwa sebagian dari kita tidak mengangkat sebagian yang lain sebagai ‘tuhan-tuhan’ selain Allah”... (QS. ali- Imran: 64).9

Kalimah sawa, titik temu atau common platform itu menurut Nurcholish

Madjid adalah al-Islam. Karena ada paralelisme bahkan identik antara makna

tidak menyembah selain Tuhan dan al-Islam, sebagaimana pengertian generik atau

pengertian dasar dari al-Islam yang dikemukakan oleh Ibn Taymiyah sebelum

Islam menjadi proper name bagi agama Nabi Muhammad SAW. Al-Islam dalam

pandangan Nurcholish Madjid sejalan dengan pandangan tokoh yang selalu ia

sebutkan dalam bukunya yaitu Ibnu Taymiyah. Menurut Ibnu Taymiyah

mengatakan bahwa Islam berasal dari kata-kata al-Istislam dan al-Inqiyad yang

9Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban (Jakarta: Paramadina, 2008), h. 181

Page 73: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

64

semuanya mengacu pada sikap penuh pasrah dan berserah diri serta tunduk dan

juga patuh kepada Dzat Yang Maha Esa yang tiada sekutu bagi-Nya.10

Nurcholish Madjid menegaskan bahwa sikap pasrah dengan setulus hati

kepada Tuhan, tanpa mengasosiasikan atribut ketuhanan adalah satu-satunya sikap

merupakan keagamaan yang tertolak. Nurcholish Madjid memperkuat

argumennya dengan surat Ali Imran: 85.

Artinya: “Barangsiapa menganut agama selainal-Islam (sikap berserah diri kepada Tuhan), maka tidak akan diterima daripadanya, dan di akhirat dia termasuk mereka yang menyesal.” (QS. ali-Imran: 85).11

Nurcholish Madjid memperkuat argumennya mengenai pentingnya

menjadikan sikap berserah sepenuhnya kepada Dzat Yang Maha Esa (al-Islam)

sebagai sikap keberagamaan yang benar dengan QS. al-Baqarah: 62:

Artinya: “Sesungguhnya mereka kaum beriman (kaum Muslim), kaum Yahudi, kaum Nasrani, kaum Shabiin, siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berbuat kebaikan, maka tiada rasa takut menimpa mereka dan merekapun tidak perlu khawatir.” (Q. S. Al-Baqarah: 62).12

10Nurcholis Madjid,Islam Doktrin dan Peradaban, h. 178. 11Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, h. 182. 12Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, h. 182.

Page 74: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

65

Kembali kepada Islam, sikap pasrah atau berserah diri (al-Islam) yang

menjadi inti dasar inklusif Nurcholish Madjid bertitik tolak dari pandangan:

kesatuan kenabian (The Unity of prophecy) dan kesatuan kemanusiaan (The Unity

of humanity), yang berangkat dari kesatuan Ke-Maha Esaan Tuhan (The Unity of

God).13 Nurcholish Madjid juga memperkuat argumennya dengan beberapa ayat

yang berkaitan dengan the unity, kesatuan atau kebenaran “universal” dalam

bahasa Nurcholish Madjid. The unity of God dapat dilihat pada QS. al-Baqarah:

213.

Artinya: “Semula manusia adalah umat yang tunggal, kemudian Allah mengutus para nabi yang membawa kabar gembira dan memberi peringatan, dan Dia menurunkan bersama para nabi itu kita suci untuk menjadi pedoman bagi menusia berkenaan dengan hal-hal yang mereka perselisihkan; dan tidaklah berselisih tentang hal itu, kecuali mereka yang telah menerima kitab suci itu sesudah datang kepada mereka berbegai keterangan, karena persaingan antara mereka. Kemudian Allah memberi petunjuk kepada orang-orang yang beriman, dengan izin Nya, berkenaan dengan kebenaran yang mereka perselisihkan itu. Allah memebri petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki oleh-Nya ke arah jalan yang lurus.”14

13Sukidi.Teologi Inklusif Cak Nur, h. 18. 14Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, h. 176.

Page 75: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

66

Berdasarkan pada ayat tersebut, menurut Nurcholish Madjid yaitu semua

umat manusia itu pada mulanya adalah tunggal karena berpegang pada kebenaran

yang tunggal, kemudian mereka berselisih satu sama lain justru karena mereka

mencoba memahami kebenaran yang tunggal itu berdasarkan kemampuan

masing-masing. Kondisi demikian dipertajam dengan adanya wested interest

akibat nafsu untuk memenangkan sebuah persaingan.

Nurcholish Madjid tidak bermaksud menyatukan persepsi manusia karena

menurut Nurcholish Madjid, salah satu fitrah yang parennial itu ialah manusia

akan tetap selalu berbeda-beda sepanjang waktu. Tidak mungkin membayangkan

manusia menjadi satu dan sama dalam segala hal sepanjang waktu, konsep

kesatuan umat manusia adalah hal yang berkenaan dengan harkat dan martabat

manusia karena menurut asal muasalnya manusia adalah satu dikarena berasal dari

jiwa yang satu.15

Berkenaan dengan the unity of God dan the unity of prophecy bisa dilihat

dari pendapat Nurcholish Madjid dalam pemahamannya mengenai QS. al-Anbiya:

25 dan 92. Dalam QS. al-Anbiya: 25 dijelaskan:

Artinya: “Dan Kami (Tuhan) tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum engkau (Wahai Muhammad) melainkan Kami wahyukan kepadanya:“Bahwa tiada Tuhan sselain Aku, oleh karena itu, sembahlah olehmu (wahai manusia) sekalian akan daku saja.”16 Kemudian dalam QS. al-Anbiya: 92 Allah menegaskan:

15Nurcholish Madjid. Masyarakat Religius: Membumikan Nilai-Nilai Islam Dalam

Kehidupan Masyarakat, (Jakarta: paramadina, 2000), h. 25. 16Nurcholis Madjid,Islam Doktrin dan Peradaban, h. 177.

Page 76: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

67

Artinya: “Sesungguhnya ini adalah umatmu semua (wahai para rasul), yaitu umat yang tunggal, dan aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah olehmu sekalian Daku saja.”17 Dalam memahami ke dua ayat di atas Nurcholish Madjid menjelaskan

bahwa tugas dari para rasul adalah menyampaikan ajaran tentang Tuhan Yang

Maha Esa, juga ajaran agar manusia tunduk dan patuh hanya kepada-Nya (The

unity of God). Oleh karena prinsip ajaran para rasul sama, maka semua pengikut

para rasul dan nabi adalah umat yang satu (The unity of prophecy), atau dalam

kata lain konsep kesatuan dasar ajaran menghantarkan pada konsep kesatuan

kenabian dan kerasulan, lalu konsep kesatuan kerasulan kemudian menghantarkan

pada konsep kesatuan umat yang beriman. Lebih jelas, mengenai kesatuan pesan

itu (al-islam) Nurcholish Madjid menjelaskan dalam salah satu bukunya:

“Islam artinya pasrah sepenuhnya (kepada Allah), sikap pasrah yang menjadi inti ajaran agama yang benar di sisi Allah. Karena itu semua agama yang benar disebut Islam. begitulah kitab suci mengatakan bahwa Nuh mengajarkan Islam (QS. Yunus/10:27). Nabi Ibrāhīm pun membawa ajaran Islam, dan mewasiatkan ajaran itu kepada anak turunannya termasuk anak turunan Ya’kub atau Israil (QS. al-Baqarah/2:1130-132). Di antara anak Ya’kub itu ialah Yusuf berdoa kepada Allah kelak mati sebagai seorang Muslim (seorang yang ber Islam) (Q. S. Yusuf/12:101). Kitab suci juga menuturkan bahwa para ahli sihir Mesir yang semula mendukung Fir’aun tapi akhirnya beriman kepada nabi Sulaiman juga akhirnya tunduk patuh kepada Nabi itu dan menyatakan bahwa dia bersama Sulaiman pasrah sempurna atau Islam kepada Tuhan seru sekalian alam (QS. al-Naml/27:44). Dan semua para nabi dari Bani Isra’il (anak turunan Ya’kub) ditegaskan dalam kitab suci sebagaimana diterangkan dalam kitab suci sebagai orang-orang yang menjalankan Islam kepada Allah (QS. al-Maidah/5:44). Lalu Isa Al-Masih juga mendidik para pengikutnya

17Nurcholis Madjid,Islam Doktrin dan Peradaban, h. 178.

Page 77: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

68

(al-Hawariyyun) sehingga mereka menjadi orang-orang muslim, pasrah kepaa Allah (QS. ali-Imron/3:52-53) dan (al-Maidah/5:111)”.18

Dari berbagai pemaparan pendapat Nurcholish Madjid mengenai tafsir al

Islam, maka dapat dipahami bahwa Islam dalam pemahaman Nurcholish Madjid

terhadap ayat-ayat tersebut bukanlah sebuah nama bagi komunitas agama tetapi

sebuah sikap keberagamaan bagi agama yang benar. Ketika ditanya oleh

wartawan Tempo, Wahyu Muryadi: ‘apa salahnyna jika Islam kini menjadi

sebuah agama komunal dan formal?’ Nurcholish Madjid menjawab bahwa orang

kemudian serta-merta mengikuti kebenaran hanya karena masuk dalam komunitas

terebut. Sementara pencarian kebenaran sendiri tidak ada. Tiket surga menjadi

semacam kategori historis-sosiologis padahal itu kan pencarian kebenaran. Kata

al-Islam sebenarnya bukan dama agama tapi sikap. Buya Hamka menurut

Nurcholish Madjid juga menerjemahkan demikian. Coba lihat tafsir-tafsir Buya

Hamka dan uraiannnya. Barangkali tidak membaca atau tidak mengerti

implikasinya.19

Walaupun demikian bukan berarti Nurcholis Madjid tidak mengakui akan

adanya agama Islam sebagai ajaran yang bawakan oleh Rasulullah SAW,

Nurcholish Madjid mengakui dan bahkan mengagumi agamanya sebagai agama

yang paling unggul dan paling sempurna. Kekaguman Nurcholish Madjid

terhadap agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW juga bisa dilihat ketika

Nurcholish Madjid menjelaskan kepada majalah Tempo bahwa diantara semua

18Nurcholish Madjid, Pintu-Pintu Menuju Tuhan (Jakarta: Paramadina. 1999), cet. v, h.

2. 19Nurholish Madjid, Dialog Keterbukaan; Artikulasi Nila Islam dan Wacana Politik

Kontenporer (Jakarta: Paramadina, 1998), Cet. I, h. 255.

Page 78: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

69

agama hanya Islam yang mengakui agama-agama lain. Ini menujukkan bahwa

agama Islam adalah agama yang paling unggul dan paling sempurna karena Islam

bersifat ngemong dan mengayomi semnua agama yang ada, tuturnya. Ketika

wartawan itu bertanya “apakah mereka yang diemong dan diayomi itu juga

termasuk dalam kategori Islam?” Nurcholish Madjid menjawab, bahwa mereka

tidak termasuk Islam dalam ketegori nabi penutup, tetapi ajaran mereka

mengandung unsut tawhid, yang menjadi persoalan adalah bagaimana meerka

membawa tawhid yang benar dalam agama mereka sendiri. 20

Jawaban Nurcholish Madjid senada dengan penjelasan Ajat Sudrajat dalam

bukunya Tafsir Inklusif Makna Islam. ajat Sudrajat menjelaskan bahwa penamaan

al-Islam menjadi sebuah nama agama bagi ajaran yang dibawakan nabi

Muhammad merupakan produk sejarang yang telah menghasilkan sebuah

peradaban manusia sejak nabi Muhammad hingga berabad-abad berikutnya.

Momentum terpenting dalam penamaan tersebut adalah ketika diturunkannya QS.

Al-Maidah: 3. Penaman tersebut dalam konteks sosio-historis telah mendapatkan

legitimasi dari Allah dan sebagian pegnikut golongan yang lain (Yahudi)

mengakui penamaan tersebut. Adapun al-Islam yang berupa ketundukan dan

kepatuhan serta penyerahan diri kepada Tuhan adalah sisi esoteris, pada aspek ini

semua agama bisa beremu khususnya pada rumpun agama semitik maka hal itu

dilandasi oleh ketwhidan sebagai landasan keimananya.21

Berbicara iman dan Islam, ada tiga hal lagi yang penting dijelaskan dalam

faham keberagamaan Nurcholish Madjid, yaitu takwa, tawakkal dan ikhlas.

20Nurholish Madjid, Dialog Keterbukaan; Artikulasi Nila Islam dan Wacana Politik Kontenporer, h. 268.

21Ajat Sudrajat,Tafsir Inklusif Makna Islam (Yogyakarta: AK Group, 2004). cet. I, h. 159.

Page 79: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

70

Menurut Nurcholish Madjid beragama tanpa sikap pasrah itu tidak bermakna,

maka korelasi antara kualitas takwa, tawakkal dan ikhlas dengan kesadaran

ketuhanan adalah mutlak. Ketiga hal tersebut adalah bagian penting dari wujud

nyata dari al-Islam. Taqwa dalam pengertian Nurcholish Madjid “kedaran

ketuhanan” (God-Conciousness), yaitu kesadaran tentang adanya Tuhan Yang

Mahahadir (Omnipresent), dengan demikian maka taqwa berhubungan dengan

kesadaran akhlak manusia dalam kiprahnya hidup di dunia. Kemudian tawakkal

dalam perspektif Nurcholish Madjid adalah implikasi langsung dari iman, karena

tawakkal berarti mempercayakan diri pada Allah dan Iman adalah menaruh

kepercayaan kepada Allah.

Tawakkal menurut Nurcholish Madjid tidaklah berkonotasi pasif atau lari

dari kenyataan, tetapi tawakkal adalah sikap aktif yaitu semangat harapan kepada

Allah yang Maha bijaksana. Adapaun ikhlas dalam pandangan Nurcholish Madjid

yaitu tindakan yang tulus terhadap diri sendiri (true to one’s self) dalam

komunikasinya dengan sanag Pencipta, oleh karena itu ketulusan dalam beragama

juga bermakna ketulusan pada keutuhan (integritas) diri yang paling mendalam,

yang kemudian diaplikasikan dalam akhlaq mulia yaitu berbuat baik (ihsan)

kepada sesama.22

Adapun kesimpulan dari pemikiran Nurcholish Madjid dari pemikiran

keberagamaan inklusif dalam perspektif perennial bisa dilihat dari gagasan

Nurcholish Madjid yaitu, ibaratkan agama pada roda sepeda, semakin jauh dari

asal (pusatnya) maka akan semakin renggang dan semakin dekat pusatnya maka

22Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, h. 42-51.

Page 80: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

71

akan semakin dekat bahkan bersatu. Secara filosofis Nurcholish Madjid bahwa

barang siapa melihat perbedaan sebagai sesuatu yang sangat penting, maka

diibaratkan orang dalam lingkaran roda itu berada pada posisi pinggiran, tetapi

jika orang sudah mampu membuka tabir The Heart of religio atau The religion of

heart maka semua umat beragama akan bertemu.23

Dalam hal ini, diingatkan dengan pendapat Schoun mengenai esoteris dan

eksoteris agama. Menurutnya hidup ada tingkatan-tingkatannya, kesadaran

kognitif juga ada tingkatannya. Dari segi metafisik, hanya kepada Tuhanlah yang

berada pada tingkatan tertinggi, terdapat titik temu berbagai agama.24

Jika divisualisasikan dalam sebuah gambar yang sangat sederhana,

barangkali inti pemikiran keberagamaan inklusif dalam perspektif perennial

Nurcholish Madjid bisa disederhanakan seperti pada gambar berikut:

23Sukidi. Teologi Inklusif Cak Nur, h. xxxix. 24Fritzjof Schoun, Mencari Titik Temu Agama-Agama, Terj. Dari The Transcendent

Unity of Religions. Oleh Safrudin Bahar, (Jakarta: Pustaka Firdaus 1994), Cet. II, h. x.

Agama yang berbeda-beda diibaratkan dengan jari-jari

Inti dari setiap agama (The heart of religion) diibaratkan dengan as sepeda

Page 81: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

72

Titik tengah itu adalah inti semua agama yaitu sikap pasrah berserah diri secara

tota; (al-Islam) hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa (tauhid), yang tidak ada

sama sekali sekutu baginya-Nya. Kemudian jari-jari itu adalah syari’ah, minhaj,

thoriqoh, shiroth ajaran-anjaran yang dibawa oleh masing-masing Rasul (utusan

Allah) atau agama-agama yang dipahami hari ini, dengan warna yang berbeda-

beda menuju pada tujuan yang sama (tauhid) dan al-Islam. Jika melihat menjahui

pusatnya, maka akan semakin terasa jauh dan besar perbedaannya, tetapi jika

melihat mendekati pusatnya, makan akan semakin terasa dekat, semakin kecil

perbedaan bahkan berhenti pada titik yang sama.

C. Agama Jalan Menuju Tuhan

Agama adalah sebuah sistem yang mengatur keimanan atau kepercayaan

ajaran, sistem yg mengatur tata keimanan (kepercayaan) kepada Tuhan yang

Maha kuasa, tata peribadatan, dan tata kaidah yang bertalian dengan pergaulan

manusia dan manusia serta lingkungannya dengan kepercayaan itu.25 Sebaik-baik

agama dari sisi Tuhan ialah semangat mencari kebenaran yang lapang, tidak

sempit, toleran; tanpa kefanatikan,tidak membelenggu jiwa dan terbuka.

Agama di sini sangat penting bagi kehidupan manusia karena agama

merupakan dasar moral, sebagai petunjuk sebuah kebenaran, dasar informasi

mengenai yang metafisika dan sebagai bimbingan ruh terhadap manusia baik suka

maupun duka. Fungsi dari agama dalam kehidupan adalah membawa manusia ke

jalan kebaikan dan menghindari dari jalan keburukan.

25Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa,

2008), h. 18.

Page 82: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

73

Dalam buku Pintu-Pintu Menuju Tuhan karya Nurcholish Madjid. Beliau

berargumen bahwasanya asal-usul agama adalah Islam yaitu pasrah (kepada

Tuhan) yang mempunyai ajaran untuk beribadah hanya kepada Tuhan Yang Maha

Esa. Sikap yang menjadi inti ajaran agama yang benar di sisi Allah. Karena itu

semua agama yang benar disebut Islam. Semua agama yang dibawa Nabi adalah

sama dan satu, yaitu Islam, meskipun syariatya berbeda-beda sesuai dengan

zaman dan tempat khusus masing-masing Nabi.26

Dari argumen Nurcholish madjid di sini terlihat bahwasannya “sikap

pasrah” sebagai titik temu semua ajaran yang benar (ajaran para ahli kitab), dan

Tuhan telah mengirimkan utusan-Nya (nabi) sebagai pembawa berita dan yang

mengajarkan untuk setiap bangsa dan umat. Mereka menyampaikan pesan yang

sama meskipun dieksprsikan ke dalam ungkapan bahasa yang berbeda-beda.

Dalam surat QS. Yusuf/12:

“Wahai anak-anakku: kamu janganlah masuk dari satu pintu, melainkan, masuklah dari berbagai pintu yang berbeda.” Yang dimaksud dengan “Pintu” yang majemuk itu ditafsirkan sebagai

seruan untuk pendekatan apapun yang tidak tunggal itu membuka kesempatan

untuk mendatangi-Nya tidak hanya dari satu pintu. “Mendatangi” di sini menurut

26Nurcholish Madjid, Pintu-Pintu Menuju Tuhan (Jakarta: Paramadina, 1995), h. 2.

Page 83: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

74

Nurcholish Madjid bahwasannya Islam mempunyai makna dasar sebagai “jalan”,

ini berarti sebagai sebuah proses menuju jalan kebenaran yang mutlak.

Agama dimaknai sebagai jalan menuju Tuhan. Jalan-jalan yang ditempuh

manusia menuju Tuhan berimplikasi bahwa jalan dalam beragama tidak hanya

satu tetapi beragam. Jalan menuju Tuhan memang hanya satu yaitu jalan yang

lurus (al-sirat al-mustaqim), tetapi jalurnya banyak. Karena itu ada banyak jalan

menuju Tuhan. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad merupakan agama

yang mempunyai sikap pasrah (al-Islam) tidak berdiri sendiri melainkan

kelanjutan dengan agama-agama lain. Namun, dari sejarah dan perkembangannya

hingga mencapai kesempurnaan dalam agama Nabi Muhammad. Akan tetapi

dalam kesadaran akan kesatuan asal agama-agama, manusia diwajibkan beriman

kepada semua Nabi, tanpa membeda-bedakan dan pasrah kepada Allah.27

Terkait mengenai hal ini Ibn Taymiyah memberikan komentar bahwa,

Sebenarnya, hakikat agama yaitu agama Tuhan Seru sekalian alam, ialah apa (inti ajaran) yang disepakati (ajaran yang sama) antara pada Nabi dan Rasul, sekalipun setiap Nabi dan Rasul itu ada syar’ah atau minhaj (tersendiri). Syar’ah adalah syari’ah. Firman Allah Ta’ala “untuk setiap (kelompok) dari antara kamu sekalian telah kami tetapkan syari’ah dan minhaj (QS. al-Maidah/5:48). Dan Allah berfirman, “Kemudian Kami tetapkan engkau (Muhammad) di atas sebuah syari’at dari perkara (agama) itu, maka ikutilah dia dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka yang tidak mengerti. Mereka itu tidak akan membuatmu lepas dari (adzab) Allah sedikitpun, dan sesungguhhnya orang-orang dzalim itu menjadi pelindung sesama mereka sendiri, dan Allah adalah pelindung bagi orang-orang yang bertaqwa” (QS. al-Jatsiyah/45:18). Dan minhaj itu artinya adalah thariq, seperti firman Allah, “Kalau saja mereka itu teguh berjalan di atas thariq, maka pasti bakal kami limpahkan pada mereka air (rahmat) yang melimpah ruah agar Kami uji mereka dengan rahmat itu. Barangsiapa berpaling dari peringatan

27Nurcholish Madjid, Pintu-Pintu Menuju Tuhan, h. 3.

Page 84: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

75

Tuhannya,maka Dia akan mendorongnya ke adzab yang berat” (QS. al-Jin/72:16). Syir’ah adalah sebanding dengan syari’ah (air mengalir) pada sungai, dan minhaj adalah jalan yang dilalui air itu. Sedangkan tujuan yang hendak dicapai itulah hakikat agama, yaitu penyembahan (ibadah) hanya kepada Allah semata tanpa sekutu. Itulah hakikat Islam, yaitu hendaknya seorang hamba berpasrah diri hanya kepada Allah Seru Sekalian alam. Dan tidak berpasrah kepada yang lain, maka ia adalah orang musyrik. Dan Allah tidak mengampuni jika Dia dipersekutukan. Barangsiapa tidak pasra kepada Allah, bahkan ia menjadi sombong dari bebribadah kepada-Nya, maka ia termasuk yang difirmankan Allah, sesungguhnya mereka yang sombong dari beribadah kepada-Ku, mereka akan masuk jahanam dalam keadaan terhina (QS. al-Mukmin/40:60).28

Di dalam agama sudah pasti menyangkut iman. Menurut pandangan

Nurcholish Madjid bahwasannya iman tidak cukup hanya percaya kepada adanya

Allah atau Tuhan tetapi harus pula mempercayai Allah atau Tuhan itu dalam

kualitas-Nya sebagai satu-satunya yang bersifat ketuhanan dan tidak memandang

adanya kualitas serupa kepada sesuatu apa pun yang lain.29 Maka manusia harus

bersandar sepenuhnya kepada-Nya, berpandangan positif kepada-Nya dan

bertawakal kepada-Nya. Apabila manusia berhasil mewujudkan itu semua, maka

manusia itu benar-benar bertauhid. Oleh sebab itu, manusia juga harus menjaga

kemurniannya tidak mengotorinya dengan perbuatan dosa untuk dapat membawa

kepada kebahagiaan sejati lahir dan batin.

Sikap terbuka merupakan bagian dari iman. Ini dipertegas dalam QS. al-

An’am/ 6:125, “Dan barang siapa Allah menghendaki untuk diberikan-Nya

hidayah, maka Dia lapangkan dada orang itu untuk (atau karena) Islam: dan

barang siapa Allah menghendakinya sesat, maka Dia jadikan dada orang itu

28Budhy Munawar Rachman, Islam Pluralis, h. 14. 29Nurcholish Madjid, Pintu-Pintu Menuju Tuhan, h. 4.

Page 85: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

76

sempit dan sesak, seolah-olah naik ke langit.” Ini terlihat jelas bahwasannya sikap

terbuka adalah bagian dari iman. Sebab seseorang, seperti yang ternyata dalam

firman Allah Ta’ala yang berkenaan dengan sikap orang kafir yang mana mereka

mengatakan “hati kami telah tertutup” jika didatangkan kebenaran kepaada

mereka. Tidak mungkin menerima kebenaran jika ia tidak terbuka, karena itu

difirmankan bahwa sikap tertutup ini akan membawa kepada kesesatan. Adapun

kualitas kaum beriman terdapat dalam QS. al-Hajj/22:24 bahwasannya

“Dibimbing ke arah tutur kata yang baik, serta dibimbing ke arah jalan (Allah)

yang maha terpuji.”

Menurut Nurcholish Madjid, iman menghasilkan harapan. Maka tidak

adanya harapan adalah indikasi tidak adanya iman. Orang yang tidak

berpengharapan adalah orang yang tidak menaruh kepercayaan kepada Allah. Dan

orang yang tidak menaruh kepercayaan kepada Allah akan tidak mempunyai

harapan kepada-Nya.30 Ini tercantum dalam QS. Yusuf/12:87 bahwa “Janganlah

kamu berputus asa dari kasih Allah, sebab sesungguhnya tidaklah berputus asa

dari kasih Allah kecuali kaum yang kafir.

Adapun mengenai takdir. Menurut Nurcholish Madjid, takdir ialah dalam

kaitannya dengan suatu ketentuan Ilahi yang tidak dapat manusia lawan. Manusia

dikuasai oleh takdir tanpa mampu mengubahnya dan tanpa ada pilihan lain,

karena takdir adalah ketentuan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Maka, manusia

harus menerimanya yang baik maupun yang buruk. Hanya saja, jika sikap percaya

kepada takdir ini diterapkan secara salah atau tidak pada tempatnya, maka dia

30Nurcholish Madjid, Pintu-Pintu Menuju Tuhan, h. 14.

Page 86: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

77

akan melahirkan sikap fatalis.31 Padahal didalam QS. al-Najm/53:39 di jelaskan

bahwasannya “Manusia tidaklah mendapatkan sesuatu kecuali yang dia

usahakan: dan bahwa hasil usahanya itu akan diperlihatkan (kepadanya),

kemudian akan dibahas dengan balasan yang setimpal.” Dari sini telah jelas

bahwa percaya takdir tidak sama dengan fatalisme, sebab fatalisme itu sebagai

sikap menyerah kalah kepada nasib oleh karena itu yang dikehendaki oleh Islam

yang mengajarkan amal-usaha tentu mustahil mempunyai makna menentang

aktivitas dan amal perbuatan. Menganai hal ini menurut Nurcholish Madjid

bahwasannya percaya kepada takdir itu, jika seseorang lakukan dan terapkan

dengan benar-benar mengikuti petunjuk al-Quran, justru dapat menjadi bekal bagi

keberhasilan hidup dan percaya kepada takdir bukan mengakibatkan fatalisme,

justru itu akan menjadikan pribadi dengan jiwa seimbang.

31Sikap fatalis adalah sikap yang mengandung semangat menyerah kalah terhadap nasib

(fate), tanpa usaha dan tanpa kegiatan kreatif.

Page 87: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

78

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini penulis berkesimpulan bahwa pandangan

filsafat perenialisme Nurcholis Madjid tentang hubungan agama-agama dilihat

dalam pemikirannya mengenai esoterisme dalam agama-agama, inklusivisme

dalam perspektif perennial dan agama jalan menuju Tuhan.

Pemikiran Nurcholish Madjid terutama berkenaan dengan monoteisme

(tauhid) dan sikap pasrah (al-Islam) sebagai kalimah sawa’ (kesatuan agama-

agama), “sikap pasrah” ini adalah titik tolak pandangan tentang kesatuan kenabian

(wihdat al-nubuwah, the unity of prophecy), dan kesatuan kemanusiaan (wihdat

al-insaniyah, the unity of humanity), yang berangkat dari konsep Ke-maha-esa-an

Tuhan (wahdaniyah/tauhid atau the unity of God). Kesatuan agama-agama di sini

sangat mungkin tercapai, karena semua agama bertemu dengan Tuhan dan dengan

pendekatan esoteris, suatu agama akan mendapatkan “cahaya abadinya” yang

mengaliri semua agama yang berasal dari Tuhan.

Titik temu atau kalimah sawa adalah ide utama dari pemikiran inklusif

Nurcholish Madjid. Ini terletak pada penekanannya dalam memahami pesan

Tuhan. Pemikiran keberagamaan inklusif dalam perspektif perennial Nurcholish

Madjid ini dibaratkan dengan agama pada roda sepeda, semakin jauh dari asal

(pusatnya) maka akan semakin renggang dan semakin dekat pusatnya maka akan

semakin dekat bahkan bersatu.

Page 88: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

79

Agama dimaknai sebagai jalan menuju Tuhan. Jalan-jalan yang ditempuh

manusia menuju Tuhan berimplikasi bahwa jalan dalam beragama tidak hanya

satu tetapi beragam. Jalan menuju Tuhan memang hanya satu yaitu jalan yang

lurus (al-sirat al-mustaqim), tetapi jalurnya banyak. Karena itu ada banyak jalan

menuju Tuhan. Dalam buku Pintu-Pintu Menuju Tuhan karya Nurcholish Madjid.

Beliau berargumen bahwasannya asal-usul agama adalah Islam yaitu pasrah

(kepada Tuhan) yang mempunyai ajaran untuk beribadah hanya kepada Tuhan

Yang Maha Esa. Sikap yang menjadi inti ajaran agama yang benar di sisi Allah.

Karena itu semua agama yang benar disebut Islam. Semua agama yang dibawa

Nabi adalah sama dan satu, yaitu Islam, meskipun syariatya berbeda-beda sesuai

dengan zaman dan tempat khusus masing-masing Nabi. Akan tetapi dalam

kesadaran akan kesatuan asal agama-agama, manusia diwajibkan beriman kepada

semua Nabi, tanpa membeda-bedakan dan pasrah kepada Allah.

B. Saran Penelitian

Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan analisa yang lebih mendalam

mengenai bagaimana masyarakat terutama yang mempunyai pemahaman agama

secara eksklusif itu terbuka dengan konsep perenial Nurcholish Madjid.

Page 89: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

80

DAFTAR PUSTAKA

A’la, Abd. Dari Neo Modernisme ke Islam Liberal. Jakarta: Dian Rakyat, 2009, cet. I. h. 34.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010, cet, IVX.

Bertens, K. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisus, 1981.

Drabble, Margareth. The Oxford Companion to English Literature (Oxford: Oxford University Press, 1998.

Gaus, Ahmad. Api Islam Nur Chloish Madjid; Jalan Hidup Seorang Visioner. Jakarta: Kompas, 2010, cet. I.

Hidayat, Komaruddin.Agama Punya Seribu Nyawa. Jakarta: Noura Book, 2012.

________________. Tragedi Raja Midas; Moralitas Agama dan Krisis Modernisme. Jakarta: Paramadina, 1998.

________________ & Wahyuni Nafis. Agama Masa Depan, Perpektif Filsafat Perenial. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003.

Idrus, Junaidi. Rekotruksi Pemikiran Nurcholish Madjid: Membangun Visi dan Misi Baru Islam Indonesia. Jogjakarta: Logung Pusataka, 2004, cet, I.

Kuswanjono, Arqom. Ketuhanan Dalam Telaah Filsafat Perenial; Refleksi Pluralisme di Indonesia. Yogyakarta: Badan Penerbit Filsafat UGM, 2006.

Madjid, Nurholish. Dialog Keterbukaan; Artikulasi Nila Islam dan Wacana Politik Kontenporer. Jakarta: Paramadina, 1998, cet. I.

________________. Islam Doktrin danPeradaban. Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1992.

________________. Islam Doktrin dan Peradaban. Jakarta: Paramadina, 2008.

________________. Masyarakat Religius: Membumikan Nilai-Nilai Islam Jakarta: Paramadina, 2000.

________________. Pintu-Pintu Menuju Tuhan. Jakarta: Paramadina, 1995.

Page 90: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

81

________________. Pintu-Pintu Menuju Tuhan. Jakarta: Paramadina. 1999, cet. V.

Malik, Dedy Jamaluddin dan Idi Subaidi Ibrahim. Zaman Baru Islam Indonesia; Pemikiran dan Aksi Plotik Abdurrahman Wahid M. Amin Rais Nurcholish Madjid Jalaluddin Rahmat. Bandung: Zaman Wacana Mulya, 1998, cet, I.

Mautner, Thomas. Dictinary of Philosophy: The Languages and Concepts of Philosophy Exsplained. England: Penguin Books, 2005.

Mckechine, Jean L. ed. Webste’s New Century Dictionary of The English Language: Unabridged (USA: Williyam Collins Publishers. Inc.,1980.

Moleong, Lexi J., Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosyda Karya, 2012, cet. 39.

Nasr, Seyyed Hossein. Ideals and Realitiy of Islam. London: George Allen & Unwin Ltd., 1975.

________________. Pengetahuan dan Kesucian (knowledge and the Secred). terj. Suharsono. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1997.

________________ dan William Sroddart. Religion of the Heart, Essay Presented to Frithkof Schoun, on His Eightien birtheday. Wahington Dc: Foundation For Tradicional Studies, 1991.

Oetomo, Dede. Penelitian Kualitatif Aliran & Tema. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007, cet. III.

Pedoman Penulisan Skripsi (Ciputat: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Pernama, Ahmad Norma. Perenialisme; Melacak Jejak Filsafat Abadi Yogyakarta: Tiara wacana. 1996, cet. I,

Rachman, Budhi Munawar, Ensiklopedia Nurcholish Madjid; Pemikiran Islam di Kanvas Peradaban. Jakarta: Yayasan Abad Demokrasi “Edisi Digital”, 2011.

________________. Islam Pluralis; Wacana Kesetaraan Kaum Beriman. Jakarta: Paramadina, 2001.

Saridjo, Marwan. Cak Nur: di antara Sarung dan Dasi dan Musdah Mulia Tetap Berjilbab Jakarta: Yayasan Ngali Aksara, 2005, cet, II.

Page 91: PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG FILSAFAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36025/1/ROMANSAH... · Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) dan Abdul Hakim Wahid,

82

Schoun, Frithjof. Islam dan Filsafat Perenial, ter. Rahman Astuti. Bandung: Penerbit Mizan, 1998.

________________. Mencari Titik Temu Agama-Agama, Terj. dari The Transcendent Unity of Religions Oleh Safrudin Bahar, (Jakarta: Pustaka Firdaus 1994), cet. II.

Sihab, Alwi. Islam Inklusif; Menuju Sikap Terbuka Dalam Beragama. Bandung: Mizan, 1999.

Slim, Peter. Advanced Esglish – Indoensia Dictionary. Jakarta: Modern English Press, 1988.

Sudrajat, Ajat. Tafsir Inklusif Makna Islam. Yogyakarta: AK Group. 2004, cet. I.

Sukidi, Teologi Inklusif Cak Nur. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2001.

Tebba, Sudirman. Orientasi Sufistik Cak Nur: Komitmen Moral Seorang Guru Bangsa. Jakarta: KPP Kelompok Paramadina, 2004.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.

Zed, Mestika. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008, cet. I.