pemikiran adiwarman karim

15
18 Pemikiran Ekonomi Islam Adiwarman Azwar Karim Oleh: Firda Zulfa 1 Abstrak Perkembangan dan pembangunan ekonomi syariah di Indonesia merupakan buah dari pemikiran dan dedikasi para cendekiawan muslim Indonesia, salah satu yang paling poluper diantara mereka adalah Adiwarman Azwar Karim. Beliau adalah salah satu tokoh ekonomi syariah di Indonesia dan bahkan beliau juga terkenal dengan julukan ‘Begawan Ekonomi Islam’. Kontribusi Adiwarman dalam pengembangan perbankan dan ekonomi syariah di Indonesia bukan saja sebagai praktisi, tetapi juga sebagai intelektual dan akademisi. Ia menjadi dosen tamu di sejumlah perguruan tinggi ternama seperti UI, IPB, Unair, IAIN Syarif Hidayatullah dan sejumlah perguruan tinggi swasta untuk mengajar perbankan dan ekonomi syariah. Adiwarman berusaha menyelaraskan antara perjuangan ekonomi Islam secara praktis dan teoritis. Beliau menempatkan dirinya pada posisi fundamentalis-intelektual- rasional. Pendekatan dan metode yang ia gunakan dalam membangun keilmuan ekonomi Islam dapat dipetakan menjadi pendekatan sejarah, pendekatan fikih dan ekonomi. Pokok-pokok pikiran beliau diantaranya adalah tentang: Redefinisi dan Rancang Bangun Ilmu Ekonomi Islam dan Integrasi Intelektual dan ‘Harakah’: Kampus-Pemerintah-Praktisi. Kata kunci: Pemikiran Ekonomi Islam dan Adiwarman Azwar Karim. Pendahuluan Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia juga tidak terlepas dari jasa para pemikir ekonomi syariah. Mereka memberikan sumbangsih yang tidak sedikit, tidak hanya dari pemikiran cemerlang mereka tentang ekonomi syariah tetapi juga atas dedikasi dalam perkembangan dan pembangungan ekonomi syariah di Indonesia. Di antara para ahli ekonomi tersebut antara lain Dawam Rahadjo, A.M. Saefudin, Karnaen Perwata Atmaja, M. Amin Aziz, Muhammad Syafi’i Antonio, Zainal Arifin, Mulya Siregar, Riawan Amin, dan 1 Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Faqih Asy’ari Kediri

Upload: el-faqih

Post on 27-Jul-2016

249 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Perkembangan dan pembangunan ekonomi syariah di Indonesia merupakan buah dari pemikiran dan dedikasi para cendekiawan muslim Indonesia, salah satu yang paling poluper diantara mereka adalah Adiwarman Azwar Karim. Beliau adalah salah satu tokoh ekonomi syariah di Indonesia dan bahkan beliau juga terkenal dengan julukan ‘Begawan Ekonomi Islam’. Kontribusi Adiwarman dalam pengembangan perbankan dan ekonomi syariah di Indonesia bukan saja sebagai praktisi, tetapi juga sebagai intelektual dan akademisi. Ia menjadi dosen tamu di sejumlah perguruan tinggi ternama seperti UI, IPB, Unair, IAIN Syarif Hidayatullah dan sejumlah perguruan tinggi swasta untuk mengajar perbankan dan ekonomi syariah. Adiwarman berusaha menyelaraskan antara perjuangan ekonomi Islam secara praktis dan teoritis. Beliau menempatkan dirinya pada posisi fundamentalis-intelektual-rasional. Pendekatan dan metode yang ia gunakan dalam membangun keilmuan ekonomi Islam dapat dipetakan menjadi pendekatan sejarah, pendekatan fiki

TRANSCRIPT

Page 1: Pemikiran adiwarman karim

18

Pemikiran Ekonomi Islam Adiwarman Azwar Karim

Oleh: Firda Zulfa1

Abstrak

Perkembangan dan pembangunan ekonomi syariah di Indonesia

merupakan buah dari pemikiran dan dedikasi para cendekiawan

muslim Indonesia, salah satu yang paling poluper diantara mereka

adalah Adiwarman Azwar Karim. Beliau adalah salah satu tokoh

ekonomi syariah di Indonesia dan bahkan beliau juga terkenal

dengan julukan ‘Begawan Ekonomi Islam’. Kontribusi Adiwarman

dalam pengembangan perbankan dan ekonomi syariah di Indonesia

bukan saja sebagai praktisi, tetapi juga sebagai intelektual dan

akademisi. Ia menjadi dosen tamu di sejumlah perguruan tinggi

ternama seperti UI, IPB, Unair, IAIN Syarif Hidayatullah dan

sejumlah perguruan tinggi swasta untuk mengajar perbankan dan

ekonomi syariah. Adiwarman berusaha menyelaraskan antara

perjuangan ekonomi Islam secara praktis dan teoritis. Beliau

menempatkan dirinya pada posisi fundamentalis-intelektual-rasional. Pendekatan dan metode yang ia gunakan dalam

membangun keilmuan ekonomi Islam dapat dipetakan menjadi

pendekatan sejarah, pendekatan fikih dan ekonomi. Pokok-pokok

pikiran beliau diantaranya adalah tentang: Redefinisi dan Rancang

Bangun Ilmu Ekonomi Islam dan Integrasi Intelektual dan

‘Harakah’: Kampus-Pemerintah-Praktisi.

Kata kunci: Pemikiran Ekonomi Islam dan Adiwarman Azwar

Karim.

Pendahuluan

Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia juga tidak terlepas dari

jasa para pemikir ekonomi syariah. Mereka memberikan sumbangsih yang

tidak sedikit, tidak hanya dari pemikiran cemerlang mereka tentang ekonomi

syariah tetapi juga atas dedikasi dalam perkembangan dan pembangungan

ekonomi syariah di Indonesia. Di antara para ahli ekonomi tersebut antara lain

Dawam Rahadjo, A.M. Saefudin, Karnaen Perwata Atmaja, M. Amin Aziz,

Muhammad Syafi’i Antonio, Zainal Arifin, Mulya Siregar, Riawan Amin, dan

1 Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Faqih Asy’ari Kediri

Page 2: Pemikiran adiwarman karim

19

juga Adiwarman Karim. Namun dalam tulisan ini, penulis lebih memfokuskan

pembahasan tentang pemikiran salah satu pakar ekonomi Indonesia yaitu

Adiwarman Karim. Karena tidak dipungkiri, beliau juga memiliki andil besar

dalam perkembangan ekonomi Islam di Indonesia, di antaranya lewat karya

tulisnya yang mampu memperkaya khazanah keilmuan khususnya di bidang

ekonomi Islam, dan juga lewat kontribusinya dalam perkembangan perbankan

syariah di Indonesia. Bahkan Adiwarman Azwar Karim juga dijuluki

‘Begawan Ekonomi Islam’.2

Biografi

Nama lengkap dan gelarnya adalah Ir. H. Adiwarman Azwar Karim,

S.E., M.B.A., M.A.E.P., lahir di Jakarta pada 29 Juni 1963. Adiwarman atau

Adi (nama panggilan) merupakan cerminan sosok pemuda yang mempunyai

hobi belajar. Pendidikan tingkat S1 ia tempuh di dua perguruan tinggi yang

berbeda, IPB dan UI. Gelar Insinyur dia peroleh pada tahun 1986 dari Institut

Pertanian Bogor (IPB). Pada tahun tahun 1988 Adiwarman berhasil

menyelesaikan studinya di European University, Belgia dan memperoleh gelar

M.B.A. setelah itu ia menyelesaikan studinya di UI yang sempat terbengkalai

dan mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada tahun 1989. Tiga tahun

berikutnya, 1992, Adiwarman juga meraih gelar S2-nya yang kedua di Boston

University, Amerika Serikat dengan gelar M.A.E.P. Selain itu ia juga pernah

terlibat sebagai Visiting Research Associate pada Oxford Centre for Islamic

Studies.

Modal akademis dan konsistensinya pada bidang ekonomi

menghantarkannya untuk meniti berbagai karir prestisius. Pada tahun 1992

Adiwarman masuk menjadi salah satu pegawai Bank Mu’amalat Indonesia,

setelah sebelumnya sempat bekerja di Bappenas. Karir Adi di BMI terbilang

cemerlang, karir awalnya sebagai staf Litbang. Enam tahun kemudian ia

2 Adin Surachim,‚Ekonomi-Syariah Karya Bp. Syafi'i Antonio & Bp. Adiwarman A.

Karim‛ dalam http://www.mail-archive.com/ekonomi-

[email protected]/msg06833.html. Diakses pada tanggal 22/09/2015.

Page 3: Pemikiran adiwarman karim

20

dipercaya untuk memimpin BMI cabang Jawa Barat. Jabatan terakhirnya di

pionir bank syariah tersebut adalah Wakil Presiden Direktur. Jabatan tersebut

dipegang sampai dengan tahun 2000, ketika ia memutuskan untuk keluar dari

BMI. Menurutnya, memutuskan keluar dari BMI bukan perkara gampang.

Sebab, bekerja di bank syari’ah sudah menjadi keinginannya sejak masih

menjadi mahasiswa. Karena itu ia baru berani memutuskan untuk keluar dari

BMI setelah melakukan shalat istikharah selama 6 bulan. Keluarnya

Adiwarman dari BMI disebabkan ia memiliki agenda yang lebih besar yang

ingin dicapai, yaitu memperjuangkan dibukanya divisi syariah di bank-bank

konvensional. Hasil dari upaya Adiwarman tersebut dapat dilihat sekarang ini,

dengan dibukanya divisi-divisi, unit dan gerai syariah di beberapa bank

konvensional, meskipun itu bukan satu-satunya faktor penyebabnya.

Setelah melepas jabatannya di BMI, pada tahun 2001 dengan modal Rp.

40 juta Adiwarman kemudian mendirikan perusahaan konsultan yang diberi

nama Karim Business Consulting. Semula, banyak pihak termasuk yang

bergabung di perusahaannya, awalnya memandang pesimis prospek

perusahaan yang dipimpinnya. Hal ini bisa dimaklumi, sebab ketika itu bank

syariah di Indonesia hanyalah BMI. Tetapi, seiring perkembangan ekonomi

Islam dan perbankan syariah di Indonesia, saat ini perusahaan yang

dipimpinnya telah menjadi rujukan pertama dari berbagai masalah ekonomi

dalam perbankan Islam atau Syariah.

Kontribusi Adiwarman dalam pengembangan perbankan dan ekonomi

syariah di Indonesia bukan saja sebagai praktisi, tetapi juga sebagai

intelektual dan akademisi. Ia menjadi dosen tamu di sejumlah perguruan

tinggi ternama seperti UI, IPB, Unair, IAIN Syarif Hidayatullah dan sejumlah

perguruan tinggi swasta untuk mengajar perbankan dan ekonomi syariah. Di

beberapa perguruan tinggi tersebut ia juga mendirikan Shari’ah Economics

Forum (SEF), suatu model jaringan ekonomi Islam yang bergerak di bidang

keilmuan. Lembaga tersebut menyelenggarakan pendidikan non-kurikuler

Page 4: Pemikiran adiwarman karim

21

yang diselenggarakan selama dua semester dan dipersiapkan sebagai sarana

‘islamisasi’ ekonomi melalui jalur kampus.

Pada 1999, Adiwarman bersama kurang lebih empat puluh lima tokoh

dan cendikiawan Muslim Indonesia bersepakat mendirikan lembaga IIIT-I

(The International Institute of Islamic Thought-Indonesia). IIIT-Indonesia,

sebagai induk organisasinya yang berkedudukan di Amerika Serikat adalah

lembaga kajian pemikiran Islam yang berupaya mengeksplorasi Islamisasi

ilmu pengetahuan sebagai respon Islam atas perkembangan ilmu-ilmu

pengetahuan. Upaya itu semula digagas oleh beberapa cendikiawan Muslim di

Amerika Serikat pada tahun 1981. Di Indonesia, upaya serupa telah dilakukan

lewat pengembangan dan eksplorasi ilmu ekonomi Islam. Meruahnya respon

atas upaya ini terbukti salah satunya dengan semakin banyaknya institusi-

institusi perbankan yang mengadopsi sistem syariah.

Sama seperti induk organisasinya, IIIT-Indonesia berkembang sebagai

sebuah organisasi nirlaba yang bergerak di wilayah pemikiran dan

kebudayaan. IIIT-Indonesia bersifat independen, tidak berafiliasi dengan

gerakan lokal mana pun. Misi yang diembannya adalah mengembangkan

pemikiran Islam berikut metodologinya dalam kerangka meningkatkan

kontribusi umat Islam dalam membangun peradaban bersama yang lebih baik.

Bersama dengan IIIT-I inilah Adiwarman menebarkan gagasanya tentang

ekonomi Islam.

Kepakaran Adiwarman di bidang ekonomi Islam semakin diakui dengan

ditunjuknya ia sebagai anggota Dewan Syariah Nasional dan terlibat dalam

mempersiapkan lahirnya Undang-Undang Perbankan Syariah.

Saat ini Adiwarman sudah dikaruniai tiga orang anak yang diberi nama

Abdul Barri Karim (12 tahun), Azizah Mutia Karim (11 tahun), dan Abdul

Hafidz Karim (6 tahun) dari pernikahannya dengan Rustika Thamrin (35

tahun), seorang Sarjana Psikologi UI, pada usia 25 tahun.3

3 A. Dimyati, ‚Studi atas Pemikiran Ekonomi Islam Adiwarman Azwar Karim‛,

dalam http://didim76.multiply.com/journal/item/5. Diakses pada tanggal 22/09/2015.

Page 5: Pemikiran adiwarman karim

22

Karya-karya

Beberapa tulisan Adiwarman yang telah diterbitkan antara lain;

Ekonomi Islam, Suatu Kajian Kontemporer yang merupakan kumpulan

artikelnya di Majalah Panji Masyarakat, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam,

sebuah kumpulan tulisan pakar ekonomi yang ia terjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia, Ekonomi Mikro Islami dan Ekonomi Islam, Suatu Kajian Ekonomi

Makro. Ketiga tulisan yang disebut terakhir merupakan bahan kuliah wajib di

berbagai perguruan tinggi tempatnya mengajar. Terakhir ia menulis satu buku

yang berusaha memberikan pandangan secara komprehensif tentang

perbankan Islam dengan memberikan analisis dari perspektif fikih dan

ekonomi (keuangan). Buku tersebut diberi judul Bank Islam, Analisis Fiqih

dan Keuangan.4 Serta lebih dari 50 artikel tentang ekonomi Islam yang

disajikan dalam berbagai forum nasional dan internasional, seperti Konferensi

Ekonomi Islam Internasional Ketiga, Keempat dan Kelima yang disponsori

oleh Islamic Development Assosiation yang ke-76. Saat ini dia dipercaya

menjadi anggota Dewan Syariah Nasional MUI dan Dewan Pengawas Syariah

pada beberapa Lembaga Keuangan Syariah, seperti Asuransi Great Eastern

Syariah, Bank Danamon Syariah dan HSBC Syariah, serta Dewan Syariah

pada BPRS Harta Insani Karimah.5

Pemikiran Adiwarman Karim tentang Ekonomi Islam

1. Fundamentalis-Intelektual-Profesional

Bersama beberapa tokoh ekonomi Islam Indonesia lainnya, seperti A.M.

Saefudin, Karnaen Perwata Atmaja, M. Amin Aziz, Muhammad Syafi’i

Antonio, Zainal Arifin, Mulya Siregar, Riawan Amin dan sebagainya, oleh

Dawam Rahadjo, Adiwarman dimasukkan dalam kelompok pemikir

fundamentalis dalam bidang ekonomi Islam.6

4 Ibid.

5 M Syaifuddin Zuhri,‚Pemikiran Adiwarman A. Karim tentang Mekanisme Pasar

Islami‛, dalam http://etd.eprints.ums.ac.id/7743/2/I000040054.pdf. Diakses pada tanggal

22/09/2015. 6 A. Dimyati, ‚Studi atas Pemikiran Ekonomi Islam Adiwarman Azwar Karim‛,

Page 6: Pemikiran adiwarman karim

23

Kelompok Islam fundamentalisme, dengan beragam sebutan yang

disandangnya, memiliki kesamaan ciri khas, yaitu cita-cita tegakkanya syariat

Islam. Meskipun demikian, dalam hal metode atau cara perjuangannya,

mereka tidak satu kata dan terbelah menjadi dua aliran besar. Sebagian

memilih menempuh cara-cara revolusioner (karenanya mereka disebut

kelompok fundamental radikal), sebagian yang lain mencoba berkompromi

dengan penguasa dan mengedepankan jalur demokrasi-parlementer. Ada juga

yang membedakan pola gerakan fundamentalisme Islam menjadi; 1) ‘Islam

politik’ yang menempuh jalan mencapai kekuasaan sebagai alat untuk

menegakkan syariat; dan 2) ‘Islam kultural’ yang memilih jalur budaya dan

kemasyarakatan. Yang pertama bertujuan menegakkan syariat Islam sekaligus

negara Islam, sementara yang kedua bertujuan menciptakan masyarakat Islam,

peradaban Islam, atau masyarakat madani.

Misi penegakkan syariat yang diusung oleh Islam fundamentalis

mendapat reaksi dari kelompok liberal yang mengkampanyekan sekularisme.

Perbedaan pendapat antara kedua kelompok tersebut juga terjadi dalam

menyikapi isu-isu aktual seputar ekonomi dan perbankan syariah atau Islam di

Indonesia. Di bidang ini, kelompok fundamentalis berusaha memperjuangkan

berlakunya syariat Islam dalam sistem ekonomi Islam, khususnya perbankan

Islam, sama halnya dengan keinginan kawan-kawan mereka yang

memperjuangkan syariat Islam di bidang politik dan hukum. Bedanya, jika

perjuangan melalui jalur politik dilakukan dengan cara-cara radikal, sementara

perjuangan menegakkan ekonomi Islam cenderung memilih cara-cara gradual

dan demokratis.

Di Indonesia, fundamentalis yang memperjuangkan tegaknya ekonomi

Islam dapat dibedakan menjadi dua kelompok lagi, yaitu kelompok

profesional dan kelompok intelektual. Kelompok fundamentalis professional

berorientasi pada praktik. Mereka merasa tidak perlu menunggu

perkembangan teori Islam menjadi mapan, serta mencukupkan diri dengan

dalam http://didim76.multiply.com/journal/item/5. Diakses pada tanggal 22/09/2015.

Page 7: Pemikiran adiwarman karim

24

piranti teori yang sudah ada, yaitu fikih muamalah setelah dikonseptualisasi.

Golongan profesional inilah yang berada di balik pendirian BMI dan bank-

bank Islam lainnya.

Berbeda dengan fundamentalis profesional, fundamentalis intelektual

justru berorientasi pada teori. Mereka berupaya menyediakan bangunan teori-

teori ekonomi yang kokoh terlebih dahulu sebagai dasar pijakan bagi

terlaksananya ekonomi Islam secara baik dan benar serta dapat diterima secara

luas oleh masyarakat (ilmiah).

Berdasarkan pemetaan di atas, agak sulit menentukan di mana posisi

Adiwarman. Pada satu sisi ia terlibat secara aktif dalam gerakan

pemberdayaan ekonomi Islam melalui institusi-institusi praktis (semisal

perbankan, menjadi konsultan dan sebagainya), tetapi pada sisi lain ia juga

concern terhadap upaya meletakkan dasar-dasar teoritis bagi pengembangan

ilmu ekonomi Islam di Indonesia. Nampak kesan bahwa Adiwarman berusaha

menyelaraskan antara perjuangan ekonomi Islam secara praktis dan teoritis.

Karena itulah, dapat dikatakan bahwa Adiwarman menempatkan dirinya pada

posisi fundamentalis-intelektual-rasional.

2. Pendekatan dan Metode

Membaca tulisan-tulisan Adiwarman, setidaknya terdapat beberapa

pendekatan dan metode yang ia gunakan dalam membangun keilmuan

ekonomi Islam. Pendekatan yang ia gunakan dapat dipetakan menjadi

pendekatan sejarah, pendekatan fikih dan ekonomi.7

Pendekatan sejarah sangat kental dalam berbagai tulisan Adiwarman.

Dalam setiap tulisannya (terutama buku), Adiwarman selalu berupaya

menjelaskan fenomena ekonomi kontemporer dengan merujuk pada sejarah

Islam klasik, terutama pada masa Rasulullah. Selain itu ia juga mengelaborasi

pemikiran-pemikiran sarjana besar muslim klasik dan mencoba

7 A. Dimyati, ‚Studi atas Pemikiran Ekonomi Islam Adiwarman Azwar Karim‛,

dalam http://didim76.multiply.com/journal/item/5 akses tgl 22-09-2015.

Page 8: Pemikiran adiwarman karim

25

merefleksikannya dalam konteks kekinian, tentu saja menurut perspektif

ekonomi.

Selain pendekatan sejarah, Adiwarman juga menggunakan pendekatan

fikih. Dalam pandangannya, fikih tidak hanya berbicara pada aspek ‘ubudiyah

semata. Fikih berbicara aspek sosial masyarakat yang lebih luas, terutama

ketika dibingkai dalam wadah fiqh al-wa>qi’iy (fikih realitas). Dalam format

yang demikian, fikih lebih merupakan suatu respon atas problematika

kontemporer sebagai suatu upaya menemukan jawaban dan solusi yang tepat

bagi suatu masyarakat tertentu dalam konteks tertentu pula. Karena itu

Adiwarman selalu berpegang pada adagium li kulli maqa>m, maqa>l. Wa likulli

maqa>l, maqa>m (setiap kondisi butuh ungkapan yang tepat. Dan setiap

ungkapan, butuh waktu yang tepat pula).

Pendekatan fikih yang digunakan Adiwarman tidak berdiri sendiri.

Untuk dapat merespon fenomena ekonomik, prinsip-prinsip fikih yang

diformulasikan ulama masa lalu ditarik pada perspektif ekonomi.

Sederhananya Adiwarman menggunakan istilah-istilah dan prinsip-prinsip

fikih dalam membahas masalah-masalah ekonomi. Sebagai contoh ia

menjelaskan fenomena distorsi permintaan dan penawaran (false demand dan

false supply) berdasarkan prinsip al-bai’ al-najsy, ia juga menganalisis

monopolic behaviour berdasarkan teori tadli>s dalam fikih dan masih banyak

lagi.

Meskipun begitu, Adiwarman menghindari melakukan islamisasi

ekonomi dengan cara mengambil ekonomi Barat lalu dicari ayat al-Quran dan

hadisnya. Menurutnya hal itu tidak dapat dibenarkan, karena itu memaksakan

al-Quran dan hadis cocok dengan pikiran manusia. Ekonomi Islam bukan

ekonomi konvensional lalu ditempeli al-Quran dan hadis. Itulah sebabnya

metode yang ditempuh oleh Adiwaman adalah dengan melakukan ‘interpretasi

bebas’ terhadap teks-teks al-Quran, Sunah dan fikih dalam perspektif

ekonomi.

Page 9: Pemikiran adiwarman karim

26

3. Pokok-Pokok Pikiran

a. Redefinisi dan Rancang Bangun Ilmu Ekonomi Islam

Berbicara tentang ekonomi Islam, selama ini definisi yang sering

ditemukan adalah ‘ekonomi yang berasaskan al-Quran dan Sunah. Seringkali

definisi seperti itu tidak disertai dengan penjelasan yang tuntas, sehingga

terkesan bahwa ekonomi Islam adalah ekonomi apa saja yang dibungkus

dengan argumen-argumen dari ayat-ayat atau hadis-hadis tertentu. Bagi

banyak kalangan, penjelasan yang ‘sekedar itu’ tidak mampu memberikan

jawaban yang memuaskan. Sebab bisa jadi ekonomi konvensional dapat

dikatakan islam(i) sepanjang dapat dilegitimasi oleh ayat tertentu, dan itulah

yang oleh Adiwarman disebut dengan pemaksaan ayat.

Menurut Adiwarman Karim, ekonomi Islam diibaratkan satu bangunan

yang terdiri atas landasan,tiang,dan atap.8 Sadar akan hal itu, Adiwarman

menawarkan pengertian ekonomi Islam sebagai ekonomi yang dibangun di

atas nilai-nilai universal Islam. Nilai-nilai yang ia maksud adalah tauhid

(keesaan), ‘adl (keadilan), khilafah (pemerintahan), nubuwwah (kenabian) dan

ma’ad (return). Secara singkat korelasi prinsip-prinsip tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut.

Tauhid, bermakna ke-Maha Tunggal-an Allah sebagai pencipta, pemilik

semua yang ada di bumi dan di langit, pemberi rezeki yang Maha Adil yang

berkuasa atas segalanya. Pengingkaran atas nilai tauhid dapat membawa

manusia menjadi megalomania, merasa dirinya hebat, semua bisa diatur

dengan uang. Maka konsep keesaan Tuhan memberikan arah bagi pelaku

ekonomi bahwa segala sesuatu adalah milik Allah, manusia hanyalah

pemegang amanah. Karena itu ada sistem pertanggung jawaban bagi setiap

tindakan ekonomi. Pada akhirnya, dalam skala makro prinsip

pertanggungjawaban tersebut mendorong terwujudnya keadilan (̀adl) ekonomi

dalam suatu masyarakat. Akan tetapi, untuk dapat merealisasikan keadilan

tersebut diperlukan adanya intervensi khilafah (pemerintah) sebagai regulator.

8 Adiwarman Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani

Press, 2001), 176-177.

Page 10: Pemikiran adiwarman karim

27

Contoh terbaik terlaksananya sistem regulasi yang dijalankan pemerintah

dalam masalah ekonomi ini dapat merujuk pada struktur sosial ekonomi pada

masa Nabi (nubuwwah), terutama era Madinah.9 Prinsip nubuwwah di sini

mengandung arti bahwa konsep ekonomi Islam adalah konsep untuk manusia,

bukan untuk malaikat, serta mampu dijalankan oleh manusia, bukan oleh

malaikat. Nubuwwah adalah jawaban akan kebutuhan ini sebagaimana yang di

contohkan Rasulullah tentang bagaimana melakukan kegiatan ekonomi yang

membawa kesuksesan dunia akhirat. Tujuan akhir dari semua aktifitas

ekonomi yang tersusun secara rapi melalui sistem tersebut tidak lain adalah

maksimisasi hasil (ma’a>d, return) yang tidak hanya menggunakan ukuran

materiil, tetapi juga aspek agama. Karena untuk menciptakan ekonomi yang

kuat, tentu harus ada motivasi yang kuat bagi para pelakunya. Itu sebabnya,

ekonomi Islam adalah ekonomi yang mencari laba. Namun dalam ekonomi

Islam, untung tidak semata untung di dunia tetapi juga untung di akhirat.10

Setelah membicarakan tentang landasan ekonomi Islam, maka kini

masalah tiangnya yang meliputi: multiple ownership, freedom to act, serta

social justice. Islam mengakui adanya kepemilikan pribadi, kepemilikan

bersama (shirkah), dan kepemilikan Negara. Hal ini sangat berbeda dengan

konsep kapitalis klasik yang hanya mengakui kepemilikan pribadi dan konsep

sosialis yang hanya mengakui kepemilikan bersama oleh negara. Multiple

ownership (kepemilikan multi jenis) merupakan derivasi dari prinsip tauhid, di

mana manusia sebagai pemegang amanah di muka bumi diberi hak dan

tanggung jawab yang sama dalam mengelola sumber daya yang tersedia.

Tetapi kebebasan manusia untuk mengeksploitasi sumber daya dibatasi oleh

suatu tujuan bersama, yaitu terciptanya keadilan sosial (social justice) dan

kesejahteraan (return, ma‘a>d) yang merata. Sementara proposisi kebebasan

berusaha (freedom to act) memberikan motivasi kepada pelaku ekonomi

9 A. Dimyati,‛Studi atas Pemikiran Ekonomi Islam Adiwarman Azwar Karim‛, dalam

http://didim76.multiply.com/journal/item/5. Diakses pada tanggal 22/09/2015. 10

Adiwarman Karim, Ekonomi Islam, 176-177.

Page 11: Pemikiran adiwarman karim

28

dalam berusaha, baik dalam kapasitasnya sebagai individu maupun pemerintah

sebagai pemegang regulasi, sebagaimana dipraktekkan pada masa Nabi.

Selain prinsip-prinsip di atas, terciptanya sistem ekonomi Islam juga

memerlukan suatu tatanan norma atau hukum yang menjadi payung (atap) dan

jaminan bagi keberlangsungannya. Dalam istilah Adiwarman, sistem norma

atau hukum ini disebut sebagai akhlak ekonomi Islam.

b. Integrasi Intelektual dan Harakah : Kampus-Pemerintah-Praktisi

Dalam pandangan Adiwarman, ekonomi Islam tidak akan bisa bangkit di

Indonesia dengan hanya menekankan pada salah satu aspek pengembangan,

teoritis atau praktis. Kedua aspek tersebut harus berjalan bersamaan, serentak.

Gerakan yang demikian disebut oleh Adiwarman sebagai h{arakah al-

iqtis}o>diyah al-isla>miyah al-Indonesiyah (Gerakan Ekonomi Islam Indonesia).

Menurutnya, keberhasilan perkembangan ekonomi Islam di Indonesia dalam

tahap yang sekarang ini tidak lepas dari model h{ara>kah tersebut. Dengan

pendekatan h{ara>kah, dimaksudkan sebagai gerakan serentak masing-masing

sel; praktisi, akademisi, serta pemerintah.

Menurut Adiwarman, h{arakah al-iqtis}o>diyah sebagai suatu model

pengembangan ekonomi Islam di Indonesia dapat dilakukan melalui tiga

tahap. Pertama, mengupayakan wacana ekonomi Islam masuk ke dalam

kampus melalui kurikulum, atau bentuk-bentuk yang lain (buku, kelompok

studi, seminar dan sebagainya). Tahap pertama ini nampaknya sudah

menemukan hasilnya, terbukti dengan dibukanya beberapa jurusan, fakultas

bahkan perguruan tinggi yang khusus memepelajari ekonomi Islam.

Kedua, pengembangan sistem. Tahap ini bisa dilakukan melalui

pembentukan undang-undang, atau peraturan daerah. Hal ini diperlukan sekali,

sebab tanpa payung hukum yang jelas dan tegas, ekonomi Islam di Indonesia

yang merupakan konsep baru dan tidak didukung oleh permodalan yang kuat

akan sulit berkembang bahkan bisa mati suri. Tahap kedua ini juga telah

Page 12: Pemikiran adiwarman karim

29

berhasil dengan disahkannya berbagai peraturan yang mendukung

beroperasinya perbankan, pegadaian dan perekonomian Islam di Indonesia.

Ketiga, pengembangan ekonomi ummat. Tahap ketiga inilah yang

sangat berat dan tidak bisa diwujudkan hanya melalui jalur-jalur akademik

maupun legislasi. Untuk mencapai tahap ketiga ini diperlukan kepedulian dan

kemauan kuat dari para praktisi agar tetap berkomitmen mempraktikkan

ekonomi Islam dalam setiap kegiatan ekonomi mereka. Dalam hal ini, praktek

ekonomi yang dimaksud tidak hanya berkisar pada masalah riba saja, tetapi

bagaimana ekonomi Islam diwujudkan secara profesional dan profitable.

Karena itu, menurut Adiwarman slogan ‘lebih baik untung sedikit tapi berkah’

itu tidak ada dalam Islam. Islam itu harus ‘untung besar dan berkah’.11

4. Argumen atas Islam dan Perbankan Syariah

Islam adalah suatu pandangan atau cara hidup yang mengatur semua sisi

kehidupan manusia yang terlepas dari ajaran Islam, termasuk aspek ekonomi.

Dalam us}u>l al-fiqh, ada kaidah yang menyatakan bahwa ma> la> yatimmu al-

wa>jib illa> bihi fa huwa wa>jib, yaitu sesuatu yang harus ada untuk

menyempurnakan yang wajib, maka ia wajib diadakan. Mencari nafkah (yakni

melakukan kegiatan ekonomi) adalah wajib. Dan karena pada zaman modern

ini kegiatan ekonomi tidak sempurna tanpa adanya lembaga perbankan, maka

lembaga perbankan ini pun wajib diadakan. Dengan demikian maka kaitan

Islam dengan perbankan menjadi jelas.12

Kita mengetahui bahwa karena permasalahan ekonomi (bank) ini

termasuk dalam bab muamalah, maka Rasulullah pun tentu tidak memberikan

aturan yang rinci mengenai bab ini. Rasul mengatakan antum a’lamu bi umu >ri

dunya>kum (kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian). Namun apabila kita

menelusuri praktik perbankan yang dilakukan umat muslim, maka dapat

disimpulkan bahwa meskipun kosakata fikih Islam tidak mengenal kata

11

A. Dimyati, ‚Studi atas Pemikiran Ekonomi Islam Adiwarman Azwar Karim‛, dalam

http://didim76.multiply.com/journal/item/5. Diakses pada tanggal 22/09/2015. 12

Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2004), 14-15.

Page 13: Pemikiran adiwarman karim

30

‘bank’, tetapi sesungguhnya bukti-bukti sejarah menyatakan bahwa fungsi-

fungsi perbankan telah dipraktikkan oleh umat muslim bahkan sejak zaman

Rasulullah. Dapat dikatakan bahwa konsep bank bukan konsep yang asing

bagi umat muslim, sehingga ijtihad untuk merumuskan konsep bank modern

yang sesuai syariah tidak perlu dimulai dari nol.13

Al-Quran dan Sunah hanya

memberikan prinsip-prinsip filosofi dasar dan menegaskan larangan-larangan

yang harus dijauhi. Maka yang harus dilakukan hanyalah mengidentifikasi hal-

hal yang dilarang oleh Islam. Selain itu, semuanya diperbolehkan dan kita

dapat melakukan inovasi dan kreatifitas sebanyak mungkin.

Menurut Adiwarman Karim, pertumbuhan aset perbankan syariah di

Indonesia ke depan akan sangat mengesankan. Tumbuh kembangnya aset bank

syariah ini dikarenakan semakin baiknya kepastian dari sisi regulasi serta

berkembangnya pemikiran masyarakat tentang keberadaan bank syariah.

Namun perkembangan perbankan syariah ini juga harus didukukng oleh

sumber daya insani yang memadai, baik dari segi kualitatif maupun

kuantitatif. Tetapi realitas yang ada menunjukkan bahwa masih banyak SDM

yang selama ini terlibat dalam institusi syariah tidak memiliki pengalaman

akademis maupun praktis dalam Islamic banking. Tentunya kondisi ini cukup

signifikan mempengaruhi produktifitas dan profesionalisme perbankan syariah

itu sendiri. Inilah yang memang harus mendapat perhatian dari kita semua,

yaitu mencetak SDM yang mampu mengamalkan ekonomi syariah di semua

lini karena sistem yang baik tidak mungkin dapat berjalan dengan baik jika

tidak didukung oleh SDM yang baik pula.

Penutup

Pemikiran dan kontribusi yang dipersembahkan Adiwarman Karim

terhadap perkembangan ekonomi Islam di Indonesia memang sangat luar

biasa. Dengan berbagai bekal keilmuan dan pengalaman yang dimilikinya,

mampu menjadikan beliau sebagai salah satu orang yang berpengaruh

13

Ibid., 26-27.

Page 14: Pemikiran adiwarman karim

31

terhadap perkembangan ekonomi Islam khususnya di Indonesia. Hal itu

seharusnya bisa menjadi contoh dan bahan introspeksi bagi kita sebagai

praktisi ataupun akademisi di bidang ekonomi Islam yang nantinya diharapkan

mampu melanjutkan perjuangan yang telah dicontohkan para pakar ekonomi

Islam terdahulu seperti halnya Ir.H. Adiwarman Azwar Karim, S.E., M.B.A.,

M.A.E.P.

Page 15: Pemikiran adiwarman karim

32

Daftar Pustaka

Dimyati, A. ‚Studi atas Pemikiran Ekonomi Islam Adiwarman Azwar Karim‛,

dalam http://didim76.multiply.com/journal/item/5. Diakses pada

tanggal 22/09/2015.

Karim, Adiwarman, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta :

Gema Insani Press, 2001.

-----------, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, Edisi 2, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2004.

-----------, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, Edisi 3, Jakarta: Rajawali

Press, 2009.

Surachim, Adin, ‚Ekonomi-Syariah Karya Bp. Syafi'i Antonio & Bp.

Adiwarman A.Karim‛, dalam http://www.mail-archive.com/ekonomi-

[email protected]/msg06833.html. Diakses pada tanggal

22/09/2015.

Zuhri, M.Syaifuddin, ‚Pemikiran Adiwarman A. Karim tentang Mekanisme

Pasar Islami‛, dalam

http://etd.eprints.ums.ac.id/7743/2/I000040054.pdf. Diakses pada

tanggal 22-09-2015.