pemicu iii modul inera (mata diabetik)
TRANSCRIPT
Pemicu III
Penglihatan RabunBapak Hasan, 65 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan penglihatan kedua matanya lambat laun menurun sejak enam
bulan yang lalu. Selain penglihatan buram itu, tidak ada keluhan lain pada Pak Hasan. Ia menderita diabetes melitus sejak 30 tahun yang lalu dengan kadar gula darah berkisar
antara 150-200 mg. Pemeriksaan mata pada Pak Hasan memperlihatkan tajam penglihatan mata kanan 2/60 dan
mata kiri 6/30; tekanan bola matanya dalam batas normal; palpebra dan konjungtiva tampak tenang; kornea jernih, bilik
mata depan dalam, gambaran iris baik, pupil buat dengan refleks cahaya baik. Lensa mata kanan keruh dan funduskopi sulit dinilai, sedangkan lensa mata kiri kekeruhannya masih
ringan tetapi pada pemeriksaan funduskopi ditemukan adanya bercak perdarahan dan eksudat di retina. Dokter
merujuk Pak Hasan ke dokter mata
Identifikasi Masalah
• Bapak Hasan 65 ghn• Penglihatan kedua mata lambat laun turun
sejak 6 bulan• DM sejak 30 tahun lalu (gd: 150-200 %)• OD: 2/60; lensa keruh, funduskopi sulit dinilai• OS: 6/30; lensa keruh ringan; bercak
perdarahan eksudat di retina• Pemeriksaan mata lainnya dalam batas normal
Rumusan MasalahMengapa Bapak Hasan mengalami penurunan penglihatan secara progresif sejak 6 bulan yang lalu?
HipotesisBapak Hasan mengalami penurunan penglihatan
secara progresif sejak 6 bulan yang lalu karena: - OD mengalami katarak- OS mengalami katarak retinopathy diabetikHal tersebut dipengaruhi oleh usia & riwayat DM.
Analisis Masalah
Learning Issues1. Apa saja gangguan penglihatan akibat usia dan bagaimana
patogenesisnya (farid & DF)2. Jelaskan ttg retinopathy diabetikum (patogensis termasuk biokimia dari
DM menjadi retinopathy serta anatomi terkait, definisi, kriteria diagnosis, faktor risiko, epidem, gejala & tanda, prognosis, pencegahan) (fikri & iin)
3. Apa yang dimaksud dengan katarak dan apa saja jenis serta kriteria diagnosisnya (termasuk bagaimana membedakan katarak diabetik dengan katara sinile) (DF & angga)
4. Jelaskan ttg katarak diabetik (patogensis termasuk biokimia dari DM menjadi katarak serta anatomi terkait, definisi, kriteria diagnosis, faktor risiko, epidem, gejala & tanda, prognosis, pencegahan) (diana & fikri)
5. Bagaimana PF pada mata? (serta anatomi terkait) (Nita & Farid)6. Jelaskan ttg funduskopi (termasuk anatomi terkait) (angga & eka)7. Bagaimana PP yang dibutuhkan pada kasus ini? (DP & Diana)8. Bagaimana penatalaksanaan DM (eka, DP)9. Bagaimana tatalaksana pada kasus ini (termasuk standar kompetensi
dokter umum & edukasi dokmus) (iin, nita)
Penglihatan Turun dipastikan dgn visus
< 6/6
Bila pasien sudah tidak bisa membaca huruf terbesar pada snellen cara; maka dapat digunakan pengukuran dengan:• Menghitung Jari
(D=60) • Arah Lambaian
Tangan (D=300)• Sumber Cahaya (D =
tak terhingga
Tdak ada perbaikan
Bukan disebabkan kelainan refraksi perlu dicari penyebab lainnya
Lindsay KW, Bone I. Neurology and neurosurgery illustrated. 3rd ed. Edinbergh: Churchill Livinstone; 1997
Mata Tenang Penglihatan Turun Perlahan
• Katarak• Retinopati• Glaukoma
TIO normal , dapat diperiksa melalui dengan:Bilik mata depan normal, diperiksa dengan:
Lang GK. Ophtalmology: a short textbook. Stuttgart: Thieme; 2000
Fisiologi Penuaan pada Mata
Geriatric medicine: an evidence-based approach/editors, Chritine K. Cassel...[et al.].—4th ed.2002
Konsep Penuaanbeberapa teori konsep penuaan.• Teori putaran biologik (“A biologic clock”).
Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali → mati. Imunologis: dengan bertambah usia akan bertambah cacat imunologik yang mengakibatkan kerusakan sel.
• Teori mutasi spontan. • Teori ”A free radical”
Free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif kuat. Free radical dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi. Free radical dapat dinetralisasi oleh antioksidan dan vitamin E.
• Teori “A Cross-link”. Pengikatan asam nukelat dan molekul protein sehingga mengganggu fungsi
Ilyas S. Ilmu penyakit mata. 3rd ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009. p. 205
Jalur Poliol pada DM
Biokimia harper
Kelainan mata pada Diabetes Melitus No Komplikasi Prevalensi
1 Dislipidemia diabetik 67.0%
2 Neuropati simptomatik 51,4%
3 Disfungsi erektil 50,9%
4 Retrinopati diabetik 27,2%
5 Manifestasi sendi simptomatik 25,5%
6 Katarak 16,3%
7 TBC paru 12,8%
8 Hipertensi 12,1%
9 Penyakit jantung koroner 10,0%
10 Nefropati diabetik 5,7%
Daftar pustaka
Skarbez, Kathryn, Yos Priestley, Marcia Hoepf and Steven B Koevary.. The Effects of Diabetes on Ocular Health. http://www.medscape.com/viewarticle/729120_9. Diakses 7/3/2012. 15:32.
DEFINISI KATARAK
setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi ( penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya .
Yunani Katarrhakies
Inggris Cataract
Latin Cataracta
Air terjun
Indonesia bular penglihatan spt tertutup air terjun akibat lensa yang keruh.
Ilyas S. Ilmu penyakit mata. 3rd ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009. p. 200
Anatomi Lensa & Pemeriksaannya
Jenis Katarak
• KATARAK KONGENITAL
• KATARAK JUVENIL
• KATARAK SENIL
• KATARAK KOMPLIKATA
• KATARAK DIABETES
• KATARAK SEKUNDERIlyas S. Ilmu penyakit mata. 3rd ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009. p. 200-10
Perubahan lensa pada usia lanjut
1. Kapsul - Menebal dan kurang elastis (1/4
dibanding anak) - Mulai presbiopia - Bentuk lamel kapsul berkurang
atau kabur - Terlihat bahan granular
2. Epitel → makin tipis - Sel epitel (germinatif) pada
ekuator bertambah besar dan berat
- Bengkak dan fakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa: - Lebih iregular - Pada korteks jelas kerusakan serat sel - Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet
lama kelamaan merubah protein nukleus (histidin, triptofan, metionin, sistein dan tirosin) lensa, sedang warna coklet protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan dibanding normal.
- Korteks tidak berwarna karena: · Kadar asam askorbat tinggi dan
menghalangi fotooksidasi. · Sinar tidak banyak mengubah protein
pada serat muda. Kekeruhan lensa dengan nukleus yang
mengeras akibat usia lanjut biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun.
Ilyas S. Ilmu penyakit mata. 3rd ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009. p. 205
Katarak Senile(Kekeruhan lensa pada usia > 50 tahun)
Klasifikasi Katarak Senile
Patogenesis
Katarak Diabetik(Kekurahan akibat diabetes melitus)
Faktor Resiko • Wanita• Menderita DM lebih lama ( > 10
tahun )• Usia tua • Menggunakan OHO / insulin • Tidak bekerja • BMI dan lingkar pinggang lebih
kecil • Hb lebih rendah • Pasien dengan gangguan ginjal
atau komplikasi DM lainnya • Kadar HDL lebih rendah • Kontrol gula darah lebih buruk
• Gula darah tak terkontrol / hiperglikemia– Kenaikan HbA1C sebanyak 1%
menaikan resiko terkena katarak sebesar 15% pada pasien diabetes
– Penurunan kadar glukosa terlalu cepat
• 15- 25x pada usia > 40 tahun • Hipertensi, kadar lipid tinggi,
pekerjaan berat meningkatkan resiko gangguan mata lainnya pada pasien diabetes
Skarbez, Kathryn, Yos Priestley, Marcia Hoepf and Steven B Koevary.. The Effects of Diabetes on Ocular Health. http://www.medscape.com/viewarticle/729120_9. Diakses 7/3/2012. 15:32.
Pemeriksaan
• Gambaran khas lensa pada katarak diabetik: snowflake cataract (kekeruhan spt tebaran salju di korteks lensa)
Katarak pada penderita Diabetes Melitus
• True Diabetic Cataract jarang. Kadang ditemukan pada kasus diabetes juvenile yang beratditemukan dan mungkin terjadi pada kasus diabetes juvenile yang berat. Kekeruhan total dapat terjadi dalam beberapa minggu
• Katarak senile lebih sering terjadi dan lebih awal onsetnya pada penderita diabetes
Uji Ultrasonografi
• u/ melihat struktur abnormal pada mata dgn kepadatan dan kekeruhan media jaringan dalam mata, dimana tdk mungkin dilihat secara langsung.
• USG mrpknpemeriksaan khusus u/ katarak terutama mononuklear akan terlihat kelainan badan kaca seperti perdarahan, peradangan, ablasio retina dan kelainan kongenital atau tumor intraokular.
Ultrasonografi
Mata normal Mata katarak
Retinopathy Diabetikum
Early Treatment Diabetik Retinopathy Study Research Group (ETDRS)
Membagi retinopati diabetik atas nonproliferatif dan proliferatif. Retinopati diabetik digolongkan ke dalam retinopati diabetik non proliferatif (RDNP) apabila hanya ditemukan perubahan mikrovaskular dalam retina. Neovaskuler merupakan tanda khas retinopati diabetik proliferatif
Staging RD (yang baru)
Kelainan non-radang pada retina yang ditemukan pada penderita diabetes melitus• Sering ditemukan pada usia dewasa antara 20 sampai 74 tahun. • Risiko 25 kali lebih mudah mengalami kebutaan dibanding
nondiabetes.• waktu diagnosis diabetes tipe I ditegakkan, retinopati diabetik
hanya ditemukan pada <5% pasien. Setelah 10 tahun, prevalensi meningkat menjadi 40-50% dan sesudah 20 tahun lebih dari 90% pasien sudah menderita retinopati diabetik.
• Pada diabetes tipe 2 ketika diagnosis ditegakkan, sekitar 25% sudah menderita retinopati diabetik non proliferatif.Setelah 20 tahun, prevalensi retinopati diabetik meningkat menjadi lebih dari 60% dalam berbagai derajat.
ipd
Patogenesis (1)
Patogenesis (lanjutan)
Oklusi Mikrovaskular Akibat dari Iskemik Retina
Akibat dari Peningkatan Permeabilitas Vaskular
Gambaran pada Retinopati Diabetik
Funduskopi
bates
Foto Fundus Normal
ikhtisar
Funduskopi pada NPDR
Mikroneurisma, hemorrhages intraretina (kepala panah terbuka), hard exudates merupakan deposit lipid pada retina (panah), cotton-wool spots menandakan infark serabut saraf dan eksudat halus (kepala panah hitam).
PDR
Kebutaan Ablasio Retina
Penatalaksanaan
1.Kandungan total kalori pd makanan karbohidrat,
2.Dar itotal kebutuhan kalori per hari, 60-70% diantaranya berasal dr sumber karbohidrat.
3.Jika ditambah MUFA sbg sumber energi, mk jumlah karbohidrat maksimal 70% dari total kebutuhaan kalori per hari.
4.Jumlah serat 25-50 gram per hari.
5.Jumlah sukrosa sebagai sumber energi tidak perlu dibatasi, namun jangan sampai lebih dari total kalori per hari.
6. Sebagai pemanis dapat digunakan pemanis non-kalori seperti sakarin, aspartame, acesulfam dan sukralosa.
7.Fruktosa tidak boleh lebih dari 60 gram/hari.
Karbohidrat yg diberikan tdk boleh lebih dari 55-65% dari total kebutuhan energi sehari,rekomendasi pemberian
karbohidrat :
Sudoyo, AW, et.al. editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam III. Edisi 4. Jakarta: FKUI, 2007
Pola Makan
Penatalaksanaan DM
Rekomendasi pemberian lemak:
1.Batasi lemak jenuh, jumlah maksimal 10% dari total kebutuhan kalori/hari.
2.Jika kadar kolesterol LDL ≥ 100mg/dL, asupan asam lemak jenuh ↓ sampai maksimal 7% daritotal kalori per hari.
3.Konsumsi kolesterol maksimal 300mg/hari, jika kadar kolesterol LDL ≥ 100 mg/dL, maka maksimal kolesterol yang dapat dikonsumsi 200 mg/hari.
4.Batasi asupan asam lemak bentuk trans.
5.Konsumsi ikan seminggu 2-3 kali untuk mencukupi kebutuhan asam lemak tidak jenuh rantai panjang.
6.Asupan asam lemak tidak jenuh rantai panjang maksimal 10% dari asupan kalori per hari.
Protein jumlah kebutuhan yg direkomendasikan sekitar 15-20% dari total kalori perhari,rekomendasi pemberian protein.
Sudoyo, AW, et.al. editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam III. Edisi 4. Jakarta: FKUI, 2007
LATIHAN JASMANI
• Disarankan latihan jasmani teratur 3-4 kali satiap seminggu selama setengah jam yang Latihan yang dapat dijadikan pilihan jalan kaki, jogging, lari, renang, dan bersepeda.
• Sedapat mungkin mencapai zona sasaran atau zona latihan, yaitu 75-85% denyut nadi maksimal dapat dihitung:DNM = 220 – umur (dalam tahun)
Sudoyo, AW, et.al. editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam III. Edisi 4. Jakarta: FKUI, 2007
Penatalaksanaan Katarak• Ada 2 macam tekhnik pembedahan katarak
– operasi katarak intrakapsuler (ICCE)– Operasi katarak ekstrakapsuler (ECCE)
• Fakoemulsifikasi penemuan terbaru pd ekstrakapsuler
• Kaca mata apakia• Lensa kontak• Implan lensa okuler (IOL)
mata
Edukasi yg dpt diberikan untuk pre & pasca operasi katarak (kan paling Cuma ini yg bisa qt lakukan sbg dr umum)
TL Retinopati Diabetik
• Tujuan utama pengobatan mencegah terjadinya kebutaan permanen
• Pencegahan ke arah y lbh buruk: kontrol glukosa darah yang baik
• (WHO) tahun 2004 melaporkan:4,8 persen penduduk di seluruh dunia menjadi buta akibat retinopati diabetik.ipd
Metode pencegahan dan pengobatan Retinopati Diabetik
1) Kontrol glukosa darah Pasien diabetes yang diterapi secara intensif, setiap penurunan 1% HbA1c
penurunan risiko komplikasi mikrovaskular 35%
2) Kontrol tekanan darah Kontrol tekanan darah secara ketatpenurunan resiko progresifitas retinopati
34%
3) Ablasi kelenjar hipofisis melalui pembedahan atau radiasi (jarang dilakukan)
4) Fotokoagulasi dengan sinar laser untuk menutup atau menghancurkan pembuluh-pembuluh darah abnormal yang pecah dan bocor di retina.
5) Vitrektomi untuk perdarahan vitreus atau ablasio retina Dilakukan pada pasien yang mengalami kekeruhan vitreus dan yang mengalami neovaskularisasi aktif
ipd
3 metode foto koagulasi:
– Scatter(panretinal) photocoagulationpada kasus penurunan visus yang cepat, menghilangkan neovaskular pada N.optikus dan permukaan retina
– Focal photocoagulation mikroaneurisma di fundus posterior yang mengalami kebocoran untuk mengurangi atau menghilangkan edema makula
– Grid photocoagulation teknik penggunaan sinar laser dimana pembakaran dengan bentuk kisi-kisi diarahkan pada daerah edema
ipd
DOKMUS
• Dalam sebuah hadits riwayat Muslim, Rasulullah saw. bersabda
المؤمن من الله إلى وأحب خير القوي المؤمنالضعيف ( مسلم (رواهArtinya: “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah”.(HR.Muslim)
kekuatan:fisik, tekad dan iradah, amanah dan kecerdasan, melawan musuh
Kesimpulan
• Bapak Hasan mengalami penurunan penglihatan
secara progresif sejak 6 bulan yang lalu, karena :
– Kedua mata mengalami katarak diabetik (apa mau
diganti katarak senile???), dan
– Mata kiri mengalami retinopati diabetikum proliferatif
(mata kanan belum dapat dinilai), dan memerlukan
pemeriksaan penunjang lain.
Daftar Pustaka• Geriatric medicine: an evidence-based approach/editors, Chritine
K. Cassel...[et al.].—4th ed.2002• Skarbez, Kathryn, Yos Priestley, Marcia Hoepf and Steven B
Koevary.. The Effects of Diabetes on Ocular Health. http://www.medscape.com/viewarticle/729120_9. Diakses 7/3/2012. 15:32.
• Ilyas S. Ilmu penyakit mata. 3rd ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009
• Ilyas S. Ikhtisar ilmu penyakit mata. JakartaL Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009.
• Lang GK. Ophtalmology: a short textbook. Stuttgart: Thieme; 2000• Bickley LS, Szilagyi PG. Bates’ guide to physical examination and
history taking. USA: Lippincott Williams & Wilkins; 2003