pemetaan potensi dan resiko kebakaran di kota …/pemetaan... · dengan munculnya fenomena...

126
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TUGAS AKHIR PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA SURAKARTA Oleh : HANGGA ANDRIYANTO I0607008 Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

Upload: lytruc

Post on 06-Mar-2019

249 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

TUGAS AKHIR

PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN

DI KOTA SURAKARTA

Oleh :

HANGGA ANDRIYANTO

I0607008

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Jenjang Strata-1

Perencanaan Wilayah dan Kota

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

Page 2: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGESAHAN

PEMETAAI\T POTENSI DAIY RESIKO KEBAKARAN

DI KOTA ST'RAKARTA

}IANGGA ANDRIYANTO

I0607008

Menyetujui,Surat<arta Januari2013

Pembimbing I

Mengesatrkan,

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAI\I KOTA

JURUS$I ARSITEIffT'R FAKT'LTAS TEKNIK

UMVERSITAS SEBELAS MARET

I Pembimbing II

lrv*zra,,^4i:k. Widharyatno. MSI

NIP. 19490t23 1987021 001

k' Galing Yudana MTNrP. 19620129 198703 I 002

-t'ffil-- J-rr -]" -{ -\ -ri:

H $'s/,i;/.1,*.\ 1,',r

?ig-tsiffi,

Arsitektur

10 199103 I 001

Ketua Prograrn StudiPerencanaan Wilayah dan Kota

SURAKARTA

Page 3: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

ABSTRAKSI

Kota Surakarta merupakan kota yang mengalami perkembangan yang cukup pesat

dimana dalam arahan tata ruangnya diarahkan pada pelayanan jasa dan permukiman.

Perkembangan kota yang cukup pesat ini menajadikan Kota Surakarta sebagai magnet bagi

masyarakat sekitar untuk beraktivitas serta berdiam pada wilayah Kota Surakarta. Sebagai

magnet, Kota Surakarta mengalami peningkatan diantaranya aktivitas masyarakat baik jumlah

penduduk maupun bangunan yang terdapat di Kota Surakarta. Peningkatan ini juga seimbang

dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam

kurun waktu 3 tahun belakangan, yaitu 28 kejadian pada tahun 2010, 37 kejadian pada tahun

2011, dan 46 kejadian sampai bulan agustus tahun 2012, serta menempatkan Kota Surakarta

pada rangking 26 nasional berdasarkan Indeks rawan Bencana Indonesia tahun 2011 oleh

BNPB. Hal ini menunjukkan bahwa kebakaran merupakan salah satu ancaman bencana yang

berpotensi terjadi di Kota Surakarta.

Munculnya potensi terjadinya kebakaran di Kota Surakarta haruslah dilakukan

pemantauan dengan melihat sebaran wilayah berpotensi kebakaran yang biasa terdapat pada

Rencana Induk Kebakaran (RIK), sedangkan Kota Surakarta belum memilikinya. Ketiadaan

sebaran wilayah dalam memantau munculnya kejadian kebakaran inilah yang kemudian

mendorong pemikiran bahwa dibutuhkannya usaha dalam mengetahui sebaran wilayah

berpotensi dan resiko kebakaran di Kota Surakarta berdasarkan 6 faktor pemicu terjadinya

kebakaran yaitu pertumbuhan kebakaran, penggunaan lahan, penduduk, bangunan, proteksi

terpasang, dan kesiapan masyarakat.

Mengacu pada tujuan tersebut, dalam mengetahui sebaran potensi dan resiko

kebakaran di Kota Surakarta dilakukan dengan metode deskriptif yang ditunjang dengan

kuantitatif dengan pembobotan. Metode deskriptif ini untuk mengetahui faktor pemicu yang

berpotensi dalam terjadinya kebakaran di Kota Surakarta, sedangkan metode kuantitaf dengan

pembobotan untuk mengetahui tingkatan resiko kebakaran pada setiap wilayah di Kota

Surakarta.

Potensi terjadinya kebakaran di Kota Surakarta berdasarkan hasil analisis diketahui

bahwa faktor pemicu yang menjadi potensi terjadinya kebakaran di Kota Surakarta adalah

faktor kepadatan penduduk, faktor proteksi terpasang dengan variabel keberadaan sarana

proteksi dan variabel jumlah sarana proteksi, dan faktor kesiapan masyarakat dengan variabel

program pencegahan kebakaran. sedangkan penilaian wilayah terhadap tingkatan resiko

kebakaran di Kota Surakarta terdapat 7 kelurahan yang memiliki tingkat resiko kebakaran

tinggi, 25 kelurahan dengan tingkat resiko kebakaran sedang, dan 19 kelurahan dengan

tingkat resiko kebakaran rendah.

Kata kunci : Kota Surakarta, kebakaran, potensi, resiko kebakaran

Page 4: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ABSTRACT

Surakarta is a developed city which is directed to service and housing. An activity

citizen and population in this city are both increasing as long as its development. It

influences to increasing fire incident in last 3 years, such as 28 incidents in 2010, 37 incidents

in 2011 and 46 incidents in 2012 and it placed Surakarta as 26th national rank by Index

Disaster Proned Indonesia in 2011 by BNPB. It presents that fire incidents as one of potential

disaster in Surakarta.

By viewing at the distribution area of potential fire in Fire Master Plan (RIK),

potential fire incident can be monitored but Surakarta does not have it. It means that

Surakarta needs to know the distribution of potential areas and fire risk in Surakarta based

on 6 factors fires trigger the fire history, land-use, population, building, protection installed,

and community preparedness.

The descriptive method supported by quantitative weighting is used to find out the

distribution of the potential and risk of fire incident in Surakarta. This descriptive method to

determine the potential trigger factors in fire incidents in the city, while quantitatif methods

with weighting to determine the level of risk in every area.

Based on analysis result known that triggers factor for fire incidents in Surakarta are

factor of population density, protection factor attached to the variable being the means of

protection and a variable being the means of protection and a variable number of means of

protection and community readiness factors with variable fire prevention program. In

Surakarta, there are 7 villages whict have a high level of fire risk, 25 villages with a moderate

level of risk of fire, and 19 villages with a low level of fire risk. This is the result of fire risk in

Surakarta City.

Keyword : Surakarta City, fire, potential, fire risk

Page 5: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Tiada nikmat

terbaik dari Allah SWT selain karunia sehat, ketabahan, kesabaran dan kerja keras, sehingga

laporan ini dapat terselesaikan. Tak lupa kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah

menjadi penuntun dan suri tauladan kepada kita semua.

Adapun tugas akhir ini diselesaikan dan diajukan sebagai syarat untuk mencapai jenjang

Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Dalam laporan ini, penulis mencob utuk mengetahui potensi dan resiko kebakaran di Kota

Surakarta berdasarkan faktor pemicu terjadinya kebakaran. Penelitian ini dilakukan sebagai

langkah dalam memetakan potensi dan resiko kebakaran di Kota Surakarta, serta sebagai

upaya didalam melakukan pencegahan awal dan penanggulangan terhadap bencana kebakaran

di Kota Surakarta.

Penyelesaian tugas akhir ini tidak dapat terlepas dari dukungan berbagai pihak. Orang –

orang luar biasa yang sedikit banyak telah memberikan warna didalam penyusunan laporan

akhir ini. Melalui inilah penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas

segala perhatian dan bantuan yang diberikan. Adapun ucapan terimakasih penulis tujukan

kepada :

1. Prof. Dr. Kuncoro Diharjo, ST, MT selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

2. Dr.Ir.Mohamad Muqoffa, MT selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ir. Galing Yudana, MT selaku Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku

pembimbing akademik atas bimbingan dan saran yang diberikan selama proses

perkuliahan sampai pada penyusunan saat ini.

4. Ir. Kuswanto Nurhadi, MSP dan Ir. Widharyatmo, MSI selaku dosen pembimbing

tugas akhir, terima kasih atas semua masukan, kritik, saran, support dan kesabaran

dalam membimbing penyusunan tugas akhir sampai selesai. Terima kasih banyak

bapak.

5. Ir.Soedwiwahjono, MT dan Ana Hardiana, MT selaku dosen penguji, atas setiap kritik

dan saran yang membangun dalam penyempurnaan tugas akhir ini.

Page 6: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

6. Kedua orangtuaku, Papa Warsiyanto S.Sos dan Mama Ainul Suhariani yang telah

memberikan restu dan dukungan baik secara moril maupun materiil serta doa yang tak

habis-habisnya dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Kalian adalah motivator terbesar

dalam hidupku. Terima kasih atas segala dukungan juga kesabarannya. Ini untuk

mama juga papa.

7. Adekku yang amat kusayang dan kucinta,Rindha Dwi Pradita dan Diva Ananda Asri

“Ndoo”. Kalian berdua adalah inspirasi dan semangat hidupku. Setiap senyum dan

tawa kalian itu adalah udara segar didalam semangatku menyelesaikan laporan ini.

8. Temanku, sahabatku, dan partner hidupku yang selalu mendorong dan

menyemangatiku sampai saat ini, Senny Pratiwi ST. Terima kasih banyak untuk

senyum, tawa, canda,dan bahagia yang telah mewarnai setiap hariku. Ini adalah

langkah awalku untuk menyusulmu. Buat aku untuk cepat memulai dan terus berlari

untuk meraih mimpi dan masa depan kita bersama.

9. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas

Sebelas Maret Surakarta Angkatan 2007 yang telah memberikan dukungan dan

bantuan sampai terselesaikannya tugas akhir ini. Ayoo kita ramaikan dunia ini

bersama - sama!!

10. Teman-teman PWK yang telah membantu dalam pengumpulan data Iqbal,dkk terima

kasih sudah dibantu, keberadaan kalian sangat membantu.

11. Teman – teman kosan yang telah menemani dalam begadang (Jeken, mas Bayu, Ucok)

dan spesial buat duo teman baikku Wisnu dan Petty. Makasih banyak teman....

12. Semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung, yang tidak

dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif bagi kepentingan

praktis maupun akademis.Penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dalam tulisan

ini.Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan

tulisan dan penelitian berikutnya.Semoga tugas akhir ini bermanfaat. Akhir kata, Penulis

mengucapkan terima kasih banyak.

Surakarta, Januari 2013

Hangga Andriyanto

Page 7: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO

“Pahlawan bukanlah orang yang berani menetakkan pedangnya ke pundak lawan, tetapi

pahlawan sebenarnya ialah orang yang sanggup menguasai dirinya dikala ia marah.”

(Nabi Muhammad Saw)

“Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar”

(Khalifah Umar)

“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang – orang tidak menyadari betapa

dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah”

(Thomas Alva Edisson)

“Tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan dan saya percaya

pada diri saya sendiri.”

( Muhammad Ali)

“Our greatest glory is not in never falling, but in rising every time we fall!!”

(Cuficius)

“Jika terlalu susah untuk difikirkan, maka lakukanlah”

(Penulis)

“Baik atau buruk adalah sebuah penilaian, jangan berhenti untuk terus melangkah karena

Setiap langkah adalah cara kita untuk membuat cerita dalam hidup”

(Penulis)

“Selalu dengar, ingat, dan lakukan nasehat orang tua. Karena mereka tau yang terbaik untuk

kita”

“Antara mimpi dan kenyataan, ada yang namanya Kerja Keras”

Page 8: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 3

C. Tujuan, Sasaran dan Manfaat Penelitian .................................................... 3

1. Tujuan ................................................................................................... 3

2. Sasaran .................................................................................................. 3

3. Manfaat ................................................................................................. 3

D. Ruang Lingkup ........................................................................................... 4

1. Ruang Lingkup Wilayah ....................................................................... 4

2. Ruang Lingkup Materi ......................................................................... 4

E. Sistematika Pembahasan ............................................................................ 6

F. Kerangka Fikir ............................................................................................ 7

BAB II TINJAUAN TEORI A. Pemetaan ..................................................................................................... 8

1. Pengertian .............................................................................................. 8

2. Fungsi dan Jenis ..................................................................................... 8

B. Potensi ........................................................................................................ 8

C. Kota ............................................................................................................ 9

D. Bencana ...................................................................................................... 9

1. Pengertian ............................................................................................. 9 2. Jenis Bencana ....................................................................................... 10

E. Kebakaran ................................................................................................... 10

1. Definisi Kebakaran ............................................................................... 10

2. Fenomena kebakaran ............................................................................ 11

3. Klasifikasi Kebakaran........................................................................... 11

4. Faktor Kebakaran ................................................................................. 12

a. Pemicu Kebakaran ............................................................................. 12

b. Resiko Kebakaran .............................................................................. 18

5. Suatau Ancaman (Hazard) ................................................................... 19

6. Kerentanan ............................................................................................ 19

7. Kemampuan .......................................................................................... 21

F. Pemadaman Kebakaran .............................................................................. 21

1. Teknik Pemadaman Kebakaran ............................................................ 21

2. Keberhasilan Pemadaman..................................................................... 22

G. Perumusan Variabel .................................................................................... 23

H. Kerangka Teori ........................................................................................... 25

BAB III RANCANGAN PENELITIAN A. Pendekaan Penelitian .................................................................................. 26

1. Deskriptif .............................................................................................. 26

2. Spasial ................................................................................................... 26

B. Metode Penelitian ....................................................................................... 26

1. Persiapan ............................................................................................... 27 2. Teknik pengumpulan data .................................................................... 27

3. Teknik Pengolahan dan Penyajian data ................................................ 30 4. Teknik Analisis Data ............................................................................ 30

a. Analisis Deskriptif Kualitatif Faktor Pemicu Kebakaran .................. 30

Page 9: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

b. Analisis Skoring/Pembobotan untuk Menilai Kawasan

Rawan Bencana Kebakaran ............................................................... 31 5. Tahap Sintesis ....................................................................................... 35

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Profil Wilayah Kota Surakarta ................................................................... 36

1. Kondisi Fisik ........................................................................................ 36

2. Pemadam Kebakaran ............................................................................ 39

a. Sumber Daya Manusia ...................................................................... 39

b. Sarana Pemadam Kebakaran ............................................................. 39

c. Kejadian Kebakaran .......................................................................... 39

3. Penggunaan Lahan ................................................................................ 44

4. Kondisi Sosial dan Bangunan ............................................................... 47

5. Sarana Proteksi Kebakaran ................................................................... 55

a. Hidran ................................................................................................ 55

b. Satuan Relawan Kebakaran (SATLAKAR) ...................................... 57

6. Jaringan Jalan ....................................................................................... 59

a. Jenis Permukaan ................................................................................ 59

b. Kondisi Jalan ..................................................................................... 60

c. Jalur Evakusi ..................................................................................... 61

BAB V PEMBAHASAN

A. Identifikasi Potensi terjadinya Kebakaran Berdasarkan

faktor Pemicu di kota Surakarta ................................................................. 64

1. Kejadian Kebakaran ............................................................................. 64

2. Penggunaan Lahan ................................................................................ 68

a. Permukiman ....................................................................................... 68

b. Perkantoran ........................................................................................ 69

c. Jasa .................................................................................................... 70

d. Perdagangan....................................................................................... 70

e. Industri ............................................................................................... 71

3. Penduduk .............................................................................................. 78

a. Kepadatan Penduduk ......................................................................... 78

b. Penduduk Usia Rentan ...................................................................... 81

4. Kepadatan Bangunan ............................................................................ 85

5. Proteksi Terpasang ............................................................................... 88

a. Keberadaan Sarana Proteksi .............................................................. 88

b. Jumlah Sarana Proteksi ...................................................................... 90

c. Keterjangkauan Pos Pemadam .......................................................... 92

6. Kesiapan Masyarakat ............................................................................ 97

B. Penilaian tingkat resiko kebakaran Di Kota Surakarta ............................... 99

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ................................................................................................. 110

B. Rekomendasi .............................................................................................. 111

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Pikir .......................................................................................... 7

Gambar 2 Kerangka Teori ......................................................................................... 25

Gambar 3 Kerangka Analisis ..................................................................................... 35

Gambar 4 Mobil Pemadam Kebakaran ..................................................................... 39

Gambar 5 Bangunan bekas kebakaran....................................................................... 41

Gambar 6 Diagram Piramida Jumlah Penduduk Kota Surakarta Tahun 2010 .......... 50

Gambar 7 Fire Hydrant Pilar dan Tanam Kota Surakarta ......................................... 56

Page 11: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Klasifikasi Kebakaran Menurut NFPA ........................................................ 12

Tabel 2 Klasifikasi Kepadatan Penduduk .................................................................. 15

Tabel 3 Variabel Penelitian ....................................................................................... 23

Tabel 4 Kebutuhan Data ............................................................................................ 29

Tabel 5 Perumusan Indikator dan Bobot Rawan Bencana Kebakaran ...................... 32

Tabel 6 Perhitungan Analisis Resiko Kebakaran ...................................................... 34

Tabel 7 Pembagian Administrasi Kota Surakarta...................................................... 37

Tabel 8 Pembagian Tugas Bidang Pemadam Kebakaran Di Kota Surakarta ............ 39

Tabel 9 Kejadian Kebakaran di Kota Surakarta

Berdasarkan Bulan Kejadian tahun 2007-2011 ............................................. 40

Tabel 10 Kejadian Kebakaran di Kota Surakarta

Dirinci Berdasarkan Kelurahan tahun 2011 – 2012 .................................... 40

Tabel 11 Penggunaan Lahan Kota Surakarta 2012 (ha) ............................................ 44

Tabel 12 Jumlah Penduduk laki – laki dan Perempuan

Kota Surakarta th. 2003 – 2010 .................................................................... 47

Tabel 13 Kepadatan Penduduk Kota Surakarta dirinci berdasarkan kelurahan 2010 48

Tabel 14 Jumlah Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin

Kota Surakarta Tahun 2010 .......................................................................... 49

Tabel 15 Kepadatan Bangunan .................................................................................. 52

Tabel 16 Jumlah dan Sebaran Fire Hydrant

Kota Surakarta dirinci per Kelurahan 2011 .................................................. 55

Tabel 17 Kondisi Hidran ........................................................................................... 56

Tabel 18 Jenis Permukaan Jalan Negara di Kota Surakarta tahun 2009-2010 .......... 59

Tabel 19 Jenis Permukaan Jalan Provinsi di Kota Surakarta tahun 2009-2010 ........ 59

Tabel 20 Jenis Permukaan Jalan Kota di Kota Surakarta tahun 2009-2010 .............. 60

Tabel 21 Kondisi Jalan Negara di Kota Surakarta tahun 2009-2010 ........................ 60

Tabel 22 Kondisi Jalan Provinsi di Kota Surakarta tahun 2009-2010 ...................... 61

Tabel 23 Kondisi Jalan Provinsi di Kota Surakarta tahun 2009-2010 ...................... 61

Tabel 24 Jalur Evakuasi ............................................................................................. 61

Tabel 25 Analisis Kejadian Kebakaran di Kota Surakarta ........................................ 65

Tabel 26 Analisis Penggunaan Lahan Terbangun Kota Surakarta ............................ 71

Tabel 27 Analisis Kepadatan Penduduk Kota Surakarta tahun 2010 ........................ 79

Tabel 28 Analsis Penduduk Usia Rentan 2010 ......................................................... 82

Tabel 29 Analisis Kepadatan Bangunan Kota Surakarta ........................................... 86

Tabel 30 Analisis Keberadaan Proteksi Terpasang di Kota Surakarta ...................... 89

Tabel 31 Analisis Jumlah Proteksi Terpasang di Kota Surakarta ............................. 91

Tabel 32 Analisis Kelas Jangkauan Pos Pemadam Kebakaran di Kota Surakarta .... 92

Tabel 33 Analisis Keberadaan Faktor Kesiapan Masyarakat .................................... 97

Tabel 34 Analisis Resiko Kebakaran di Kecamatan Laweyan .................................. 101

Tabel 35 Analisis Resiko Kebakaran di Kecamatan Serengan.................................. 102

Tabel 36 Analisis Resiko Kebakaran di Kecamatan Pasar Kliwon ........................... 103

Tabel 37 Analisis Resiko Kebakaran di Kecamatan Jebres ...................................... 104

Tabel 38 Analisis Resiko Kebakaran di Kecamatan Banjarsari ................................ 105

Tabel 39 Hasil Analisis Resiko Kebakaran di Kota Surakarta .................................. 107

Page 12: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR PETA

Peta Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................. 5

Peta Administrasi Kota Surakarta ............................................................................. 38

Peta Kejadian Kebakaran Kota Surakarta 2010 – 2012 ............................................ 42

Peta Pos Pemadam Kebakaran Kota Surakarta ......................................................... 43

Peta Eksisting Penggunaan Lahan Terbangun di Kota Surakarta 2012 .................... 46

Peta Kepadatan Penduduk jiwa/ha di Kota Surakarta 2012 ...................................... 51

Peta Kepadatan Bangunan (%) di Kota Surakarta 2012 ............................................ 54

Peta Persebaran Fire Hydran di Kota Surakarta 2012 .............................................. 58

Peta Jaringan Jalan dan Jalur Evakuasi di Kota Surakarta 2012 ............................... 63

Peta Analisis Kejadian Kebakaran di Kota Surakarta ............................................... 67

Peta Analisis Penggunaan Lahan Permukiman di Kota Surakarta 2012 ................... 73

Peta Analisis Penggunaan Lahan Perkantoran di Kota Surakarta 2012 .................... 74

Peta Analisis Penggunaan Lahan Jasa di Kota Surakarta 2012 ................................. 75

Peta Analisis Penggunaan Lahan Perdagangan di Kota Surakarta 2012 ................... 76

Peta Analisis Penggunaan Lahan Industri di Kota Surakarta 2012 ........................... 77

Peta Analisis Kepadatan Penduduk di Kota Surakarta 2012 ..................................... 80

Peta Analisis Penduduk Usia Rentan di Kota Surakarta 2012 .................................. 84

Peta Analisis Kepadatan Bangunan Kota Surakarta di Kota Surakarta 2012 ........... 87

Peta Analisis Keberadaan Sarana Proteksi di Kota Surakarta 2012 .......................... 94

Peta Analisis Jumlah Sarana Proteksi di Kota Surakarta 2012 ................................. 95

Peta Analisis Jangkauan Pos Pemadam Kebakaran di Kota Surakarta 2012 ............ 96

Peta Resiko Kebakaran di Kota Surakarta ................................................................. 109

Page 13: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Pikir .......................................................................................... 7

Gambar 2 Kerangka Teori ......................................................................................... 25

Gambar 3 Kerangka Analisis ..................................................................................... 35

Gambar 4 Mobil Pemadam Kebakaran ..................................................................... 39

Gambar 5 Bangunan bekas kebakaran....................................................................... 41

Gambar 6 Diagram Piramida Jumlah Penduduk Kota Surakarta Tahun 2010 .......... 50

Gambar 7 Fire Hydrant Pilar dan Tanam Kota Surakarta ......................................... 56

Page 14: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Klasifikasi Kebakaran Menurut NFPA ........................................................ 12

Tabel 2 Klasifikasi Kepadatan Penduduk .................................................................. 15

Tabel 3 Variabel Penelitian ....................................................................................... 23

Tabel 4 Kebutuhan Data ............................................................................................ 29

Tabel 5 Perumusan Indikator dan Bobot Rawan Bencana Kebakaran ...................... 32

Tabel 6 Perhitungan Analisis Resiko Kebakaran ...................................................... 34

Tabel 7 Pembagian Administrasi Kota Surakarta...................................................... 37

Tabel 8 Pembagian Tugas Bidang Pemadam Kebakaran Di Kota Surakarta ............ 39

Tabel 9 Kejadian Kebakaran di Kota Surakarta

Berdasarkan Bulan Kejadian tahun 2007-2011 ............................................. 40

Tabel 10 Kejadian Kebakaran di Kota Surakarta

Dirinci Berdasarkan Kelurahan tahun 2011 – 2012 .................................... 40

Tabel 11 Penggunaan Lahan Kota Surakarta 2012 (ha) ............................................ 44

Tabel 12 Jumlah Penduduk laki – laki dan Perempuan

Kota Surakarta th. 2003 – 2010 .................................................................... 47

Tabel 13 Kepadatan Penduduk Kota Surakarta dirinci berdasarkan kelurahan 2010 48

Tabel 14 Jumlah Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin

Kota Surakarta Tahun 2010 .......................................................................... 49

Tabel 15 Kepadatan Bangunan .................................................................................. 52

Tabel 16 Jumlah dan Sebaran Fire Hydrant

Kota Surakarta dirinci per Kelurahan 2011 .................................................. 55

Tabel 17 Kondisi Hidran ........................................................................................... 56

Tabel 18 Jenis Permukaan Jalan Negara di Kota Surakarta tahun 2009-2010 .......... 59

Tabel 19 Jenis Permukaan Jalan Provinsi di Kota Surakarta tahun 2009-2010 ........ 59

Tabel 20 Jenis Permukaan Jalan Kota di Kota Surakarta tahun 2009-2010 .............. 60

Tabel 21 Kondisi Jalan Negara di Kota Surakarta tahun 2009-2010 ........................ 60

Tabel 22 Kondisi Jalan Provinsi di Kota Surakarta tahun 2009-2010 ...................... 61

Tabel 23 Kondisi Jalan Provinsi di Kota Surakarta tahun 2009-2010 ...................... 61

Tabel 24 Jalur Evakuasi ............................................................................................. 61

Tabel 25 Analisis Kejadian Kebakaran di Kota Surakarta ........................................ 65

Tabel 26 Analisis Penggunaan Lahan Terbangun Kota Surakarta ............................ 71

Tabel 27 Analisis Kepadatan Penduduk Kota Surakarta tahun 2010 ........................ 79

Tabel 28 Analsis Penduduk Usia Rentan 2010 ......................................................... 82

Tabel 29 Analisis Kepadatan Bangunan Kota Surakarta ........................................... 86

Tabel 30 Analisis Keberadaan Proteksi Terpasang di Kota Surakarta ...................... 89

Tabel 31 Analisis Jumlah Proteksi Terpasang di Kota Surakarta ............................. 91

Tabel 32 Analisis Kelas Jangkauan Pos Pemadam Kebakaran di Kota Surakarta .... 92

Tabel 33 Analisis Keberadaan Faktor Kesiapan Masyarakat .................................... 97

Tabel 34 Analisis Resiko Kebakaran di Kecamatan Laweyan .................................. 101

Tabel 35 Analisis Resiko Kebakaran di Kecamatan Serengan.................................. 102

Tabel 36 Analisis Resiko Kebakaran di Kecamatan Pasar Kliwon ........................... 103

Tabel 37 Analisis Resiko Kebakaran di Kecamatan Jebres ...................................... 104

Tabel 38 Analisis Resiko Kebakaran di Kecamatan Banjarsari ................................ 105

Tabel 39 Hasil Analisis Resiko Kebakaran di Kota Surakarta .................................. 107

Page 15: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR PETA

Peta Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................. 5

Peta Administrasi Kota Surakarta ............................................................................. 38

Peta Kejadian Kebakaran Kota Surakarta 2010 – 2012 ............................................ 42

Peta Pos Pemadam Kebakaran Kota Surakarta ......................................................... 43

Peta Eksisting Penggunaan Lahan Terbangun di Kota Surakarta 2012 .................... 46

Peta Kepadatan Penduduk jiwa/ha di Kota Surakarta 2012 ...................................... 51

Peta Kepadatan Bangunan (%) di Kota Surakarta 2012 ............................................ 54

Peta Persebaran Fire Hydran di Kota Surakarta 2012 .............................................. 58

Peta Jaringan Jalan dan Jalur Evakuasi di Kota Surakarta 2012 ............................... 63

Peta Analisis Kejadian Kebakaran di Kota Surakarta ............................................... 67

Peta Analisis Penggunaan Lahan Permukiman di Kota Surakarta 2012 ................... 73

Peta Analisis Penggunaan Lahan Perkantoran di Kota Surakarta 2012 .................... 74

Peta Analisis Penggunaan Lahan Jasa di Kota Surakarta 2012 ................................. 75

Peta Analisis Penggunaan Lahan Perdagangan di Kota Surakarta 2012 ................... 76

Peta Analisis Penggunaan Lahan Industri di Kota Surakarta 2012 ........................... 77

Peta Analisis Kepadatan Penduduk di Kota Surakarta 2012 ..................................... 80

Peta Analisis Penduduk Usia Rentan di Kota Surakarta 2012 .................................. 84

Peta Analisis Kepadatan Bangunan Kota Surakarta di Kota Surakarta 2012 ........... 87

Peta Analisis Keberadaan Sarana Proteksi di Kota Surakarta 2012 .......................... 94

Peta Analisis Jumlah Sarana Proteksi di Kota Surakarta 2012 ................................. 95

Peta Analisis Jangkauan Pos Pemadam Kebakaran di Kota Surakarta 2012 ............ 96

Peta Resiko Kebakaran di Kota Surakarta ................................................................. 109

Page 16: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kota adalah suatu permukiman yang padat dan permanen terdiri dari masyarakat yang

heterogen dari segi sosial namun mampu menciptakan ruang - ruang yang efektif melalui

pengorganisasian ruang dan hirarki tertentu (Amos Rapoport).

Menurut Marbun, kota merupakan kawasan hunian dengan jumlah penduduk tinggi,

tempat bekerja penduduk yang intensitasnya tinggi, dan merupakan kawasan pelayanan

umum. Oleh karena itu keberadaan sebuah kota sangat menarik masyarakat untuk

mendatanginya, selain itu terciptanya kegiatan ekonomi sangat penting dalam sebuah kota

karena merupakan dasar agar kota tersebut dapat bertahan dan berkembang.

Perkembangan kota (urban development) menurut Hendarto adalah : perubahan secara

menyeluruh pada sebuah kota, baik meliputi fisik, sosial ekonomi, atau sosial budaya

(Kurokawa, 2010)

Perkembangan suatu kota selain memberikan dampak positif terutama dalam hal

peningkatan pendapatan daerah, mempunyai dampak negatif pula bagi kota itu sendiri.

Adapun dampak negatif dari perkembangan kota seperti peningkatan jumlah penduduk

dan bangunan, bertambahnya permukiman padat dan kumuh, serta meningkatnya

kepadatan lalu lintas. Dampak negatif yang ditimbulkan dari perkembangan kota ini erat

kaitannya dengan bahaya kebakaran yang pada saat ini sedang terjadi peningkatan

terutama di kota – kota besar.

Menurut NFPA dalam building and plant institute dan Ditjen Binawas Depnaker 2005,

kebakaran merupakan peristiwa oksidasi dimana bertemunya tiga unsur yaitu bahan yang

dapat terbakar, oksigen yang terdapat di udara, dan panas yang dapat berakibat

menimbulkan kerugian harta benda atau cidera bahkan kematian manusia.

Kota Surakarta mengalami perkembangan yang cukup pesat, dimana hal ini dapat

terlihat dari mulai tumbuhnya pusat – pusat kegiatan lain dan meningkatnya aktivitas

masyarakat. Menurut RTRW Kota Surakarta Tahun 2011- 2031, pengembangan kota

Surakarta lebih diarahkan pada pelayanan jasa sedangkan dari segi spasial lebih diarahkan

pada permukiman yang mencapai 75% dari luas rencana penggunaan lahannya. Sebagai

pusat pelayanan, Kota Surakarta memiliki magnet yang menarik masyarakat sekitarnya

untuk beraktivitas dan berdiam pada wilayah Kota Surakarta. Meskipun sebagai magnet

aktivitas, kepadatan penduduk berdasarkan data BPS pada tahun 2011 tercatat jumlah

penduduk Kota Surakarta adalah 586.019 jiwa dengan tingkat kepadatan rata-rata yang

Page 17: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

masih rendah yaitu 133 jiwa/ha (menurut SNI 03-2004 tentang rencana permukiman

perkotaan).

Fenomena kebakaran di Kota Surakarta mengalami peningkatan dalam kurun waktu 3

tahun terakhir. Terjadi 28 kejadian kebakaran pada tahun 2010, 37 kejadian di tahun 2011,

dan 46 kejadian sepanjang bulan januari-agustus tahun 2012 (sumber : dinas pemadam

kebakaran Kota Surakarta, Agustus 2012). Kota Surakarta berdasarkan Indeks Rawan

Bencana Indonesia tahun 2011 yang diterbitkan oleh Badan Nasional Penanggulangan

Bencana Nasional berada pada rangking 26 nasional dalam rawan bencana kebakaran.

Adanya peningkatan kejadian kebakaran dan rangking yang cukup tinggi secara nasional

ini menunjukan bahwa kebakaran merupakan salah satu ancaman bencana yang berpotensi

terjadi untuk Kota Surakarta.

Pemantauan perkembangan wilayah perkotaan terhadap bencana kebakaran dapat

dilakukan melalui pemetaan kawasan potensi kebakaran menurut kriteria pemicu

kebakaran. Menurut Prof. Dr. Ir. Suprapto, MSc. FPE. IPM, dalam konsep dan pendekatan

penyusunan rencana induk kebakaran untuk Kota / Kabupaten di Indonesia, setidaknya

terdapat 6 faktor pemicu terjadinya bencana kebakaran, yaitu pertumbuhan kebakaran,

penggunaan lahan, kepadatan penduduk, kerapatan bangunan, proteksi terpasang, dan

kesiapan masyarakat.

Sebaran kawasan potensi kebakaran menurut pemicu kebakaran ini biasanya terdapat

pada Rencana Induk Kebakaran (RIK), sedangakan Kota Surakarta sendiri belum

memilikinya. Untuk rencana rawan bencana sendiri, Kota Surakarta masih menggunakan

RTRW sebagai acuannya sehingga dimungkinkan belum rincinya pembahasan yang

dilakukan sedangkan menurut Kepmen PU No 20 tahun 2009 tentang pedoman teknis

manajemen penanggulangan kebakaran di perkotaan, diperlukan suatu pengaturan

manajemen penanggulangan kebakaran di perkotaan untuk mewujudkan bangunan

gedung, lingkungan, dan kota secara umum yang aman terhadap bahaya kebakaran

melalui penerapan manajemen penanggulangan bahaya kebakaran yang efektif dan

efisien.

Sedangkan dalam Permen PU no 25 tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Penyusunan

Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK), terdapat dua manajemen penanganan

kebakaran yang ada di sebuah perkotaan yaitu manajemen pencegahan kebakaran (RSCK)

dan manajemen penanggulangan (RISPK). Menurut Permen ini pun dijelaskan bahwa

diperlukannya sebuah analisis resiko kebakaran untuk mewujudkan keselamatan dan

keamanan terhadap bahaya kebakaran dan keamanan di perkotaan.

Page 18: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Dengan berdasar pada kondisi Kota Surakarta yang seperti ini, dan belum adanya

kajian rinci mengenai kawasan potensi kebakaran maka diperlukan suatu kajian mengenai

kebakaran dan sebaran kawasan berpotensi kebakaran.

Penelitian ini sangat dibutuhkan dalam usaha mengetahui sebaran wilayah di Kota

Surakarta yang berpotensi terjadinya bencana kebakaran. Hal ini yang menjadikan

penelitian tentang pemetaan potensi resiko bencana kebakaran di Kota Surakarta penting.

Agar wilayah yang berpotensi dan memiliki resiko kebakaran dapat terpetakan dan

sebagai langkah dalam upaya pencegahan dan penanggulangan bencana kebakaran di

Kota Surakarta.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian diatas, perumusan masalah yang dapat ditarik adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana sebaran potensi dan resiko bencana kebakaran di Kota Surakarta yang ditinjau

dari pemicu terjadinya kebakaran?

C. TUJUAN, SASARAN, DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui sebaran wilayah berpotensi kebakaran di Kota Surakarta.

b. Untuk memberikan rekomendasi pencegahan dan penanggulangan terhadap bencana

kebakaran di Kota Surakarta.

2. Sasaran

a. Teridentifikasinya faktor – faktor pemicu terjadinya bencana kebakaran di wilayah

Kota Surakarta

b. Teridentifikasinya kawasan berpotensi bencana kebakaran di Kota Surakarta

c. Terpetakannya kawasan rawan kebakaran di Kota Surakarta

d. Teridentifikasinya tindakan pencegahan dan penanggulangan bencana kebakaran di

Kota Surakarta

3. Manfaat

a. Mengetahui tingkatan wilayah berpotensi bencana rawan kebakaran di Kota Surakarta.

b. Sebagai bahan masukan terhadap perumusan kebijkan teknis pada bidang pemadam

kebakaran Kota Surakarta.

c. Memberikan rekomendasi dalam pencegahan dan penanggulangan bencana kebakaran.

Page 19: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

D. RUANG LINGKUP

1. Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah pada penelitian kali ini dibatasi pada tingkat kelurahan di Kota

Surakarta, yaitu sebanyak 51 Kelurahan yang tersebar dalam 5 Kecamatan diantaranya

Kecamatan Banjar Sari, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Laweyan, Kecamatan

Serengan, dan Kecamatan Jebres.

2. Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi kajian yang akan dibahas pada penelitian ini dibatasi pada

faktor pemicu kebakaran berupa pertumbuhan kebakaran, penggunaan lahan, kepadatan

penduduk, kerapatan bangunan, proteksi terpasang, dan kesiapan masyarakat yang akan

menentukan sebaran kawasan potensi resiko bencana kebakaran.

Page 20: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Peta Ruang Lingkup Penelitian

Page 21: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

E. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang studi, perumusan masalah, tujuan, sasaran dan

manfaat penelitian, ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi, sistematika

pembahasan dan kerangka pikir.

BAB II TINJAUAN TEORI

Bab ini berisikan mengenai teori dan pustaka apa saja yang digunakan guna

mendukung topik penelitian terutama mengenai kebakaran serta faktor pemicu

terjadinya kebakaran.

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

Bab ini berisikan mengenai rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian

yang meliputi tahapan pencarian data, pembahasan dan analisis data, serta sintesis

data.

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

Bab ini berisikan gambaran wilayah studi, yaitu Kota Surakarta. Dimana dijelaskan

data-data terkait kebakaran yang telah disesuaikan dengan analisis yang akan

dilakukan dalam mencapai sasaran penelitian.

BAB V PEMBAHASAN

Bab ini berisikan analisis dan pembahasan terhadap upaya pencapaian sasaran

penelitian. Melakukan analisis identifikasi pemicu terjadinya kebakaran dan analisis

pembobotan potensi resiko kebakaran dalam upaya mengetahui tingkatan potensi

resiko bencana dan diwujudkan dalam pemetaan potensi resiko bencana kebakaran.

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dalam bab ini terdapat beberapa kesimpulan dan rekomendasi.

Page 22: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

F. KERANGKA PIKIR

Gambar 1

Kerangka Pikir

Kota dan

perkembangan Kota

Kebakaran sebagai

dampak negatif

perkembangan Kota

Perkembangan Kota

Surakarta

Fenomena Kebakaran di

Kota Surakarta

Belum terdapatnya dokumen

terkait yang mengacu pada

Permen Pu no 20 tahun 2009

tentang pedoman teknis

manajemen proteksi

kebakaran di perkotaan

Bagaimana sebaran potensi dan resiko kebakaran di Kota Surakarta yang ditinjau

dari pemicu terjadinya kebakaran?

Teori, standar, dan

peraturan

Identifikasi

Kejadian

Kebakaran

Teridentifikasinya faktor – faktor pemicu yang

berpotensi terjadinya bencana kebakaran di Kota

Surakarta

Teridentifikasinya kawasan berpotensi bencana

kebakaran di Kota Surakarta

Terpetakannya kawasan resiko kebakaran di

Kota Surakarta

Kesimpulan dan Rekomendasi

Identifikasi

Penggunan

Lahan

Identifikasi

Kependuduk

an

Identifikasi

Bangunan

Identifikasi

Proteksi

Terpasang

Identifikasi

Kesiapan

Masyarakat

Page 23: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PEMETAAN

1. Pengertian

Suatu proses atau sebuah cara dalam membuat peta, juga dapat diartikan sebagai

kegiatan pemotretan yang dilakukan melalui udara yang didalam kegiatan tersebut bertujuan

dalam meningkatkan hasil pencitraan yang lebih baik tentang penggambaran suatu daerah.

(Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Pemetaan juga memiliki pengertian lain yang mengartikan pemetaan adalah kegiatan

dalam pengelompokan suatu letak atau wilayah yang berkaitan atau berhubungan dengan

letak geografis wilayah yang meliputi dataran tinggi, pegunungan, sumber daya dan potensi

penduduk yang berpengaruh terhadap sosial kultural dimana memilki ciri khas khusus dalam

penggunaan skala yang tepat. (Soekidjo,1994).

2. Fungsi dan Jenis

Secara umum fungsi peta dapat dikaitkan dengan berbagai macam kepentingan antara

lain: bidang pemerintahan, bidanghankam, politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-

lain.Adapun beberapa maksud dari kepemetaan, antara lain:

a. Menunjukkan posisi atau lokasi relatif yang hubungannya dengan lokasi asli

dipermukaan bumi.

b. Memperlihatkan ukuran.

c. Menyajikan dan memperlihatkan bentuk.

d. Mengumpulkan dan menyeleksi data dari suatu daerah dan menyajikan diatas peta

dengan simbolisasi.

Sedangkan tujuan pembuatan peta yaitu:

a. Untuk komunikasi informasi ruang.

b. Media menyimpan informasi.

c. Membantu pekerjaan.

d. Membantu dalam desain.

e. Analisis data spatial

B. POTENSI

Potensi adalah bahan atau sumber yang akan dikelola baik melalui usaha yang

dilakukan manusia. Usaha tersebut juga berkaitan dengan usaha manusia yang dilakukan

Page 24: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

melalui tenaga mesin dimana dalam pengerjaannya, suatu potensi dapat juga diartikan sebagai

sumber daya yang ada disekeliling kita atau disekitar kita. (Kartasapoetra, 1987 : 56). Potensi

dalam penelitian ini adalah kemampuan wilayah dalam menimbulkan bencana kebakaran

sehingga diperlukan suatu antisipasi untuk pencegahan. Inilah yang merupakan potensi

berdasarkan penulis dalam penelitian ini. Potensi yang ada tersebut akan diukur melalui

kriteria mengenai kawasan rawan bencana.

C. KOTA

Kota secara umum dapat mengandung pengertian akan sifat fisik, sosial, ekonomi,

budaya yang melekat sebagai perwuudan kehidupan modern dan menjadi wewenang

pemerintah kota. Menurut Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah

mengartikan sebuah kota sebagai kawasan yang memiliki kegiatan utama bukan pertanian

dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan

sosial dan kegiatan ekonomi.

Kota juga dapat diartikan sebagai suatu sistem jaringan yang ditandai dengan

kepadatan penduduk tinggi dan terdapatnya strata ekonomi yang heterogen. Sedangkan kota

menurut Max Weber memiliki arti suatu tempat dimana penghuninya dapat memenuhi

sebagian besar kebutuhannya di pasar lokal. (radonkey)

Beberapa pengertian kota menurut para ahli dan peraturan yang ada tersebut, terdapat

adanya kesamaan pernyataan tentang bagaimana suatu daerah tersebut dikatakan sebuah kota.

Kesamaan tersebut dapat dilihat bahwa dari pembahasan pengertian kota pasti mencakup

adanya suatu bentuk kehidupan manusia yang beragam dan berada pada suatu wilayah

tertentu.

Dapat disimpulkan menurut pengertian para ahli dan ditambah dengan kenyataan yang

tampak pada saat ini dalam sudut pandang geografi, kota merupakan suatu daerah yang

memiliki wilayah batas administrasi dan bentang lahan luas, penduduk relatif banyak, adanya

heterogenitas penduduk, sektor agraris sedikit atau bahkan tidak ada, dan adanya suatu sistem

pemerintahan.

D. BENCANA

1. Pengertian

Menurut Undang – undang Nomor 24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau

rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor

Page 25: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,

kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Sedangakan menurut Sekretariat Strategi Internasional untuk Pengurangan Bencana

atau International for Disaster Reduction (ISDR) Perserikatan Bangsa – Bangsa, bencana

adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat, sehingga

menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau

lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi

dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri. (Siregar, 2011)

Rawan bencana juga memiliki pengertian suatu kondisi atau karakteristik geologis,

biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi

pasa satu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah,

merendam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemapuan untuk mengagapi dampak buruk

bahaya tertentu.

2. Jenis Bencana

Jika ditinjau dari prosesnya, menurut UU Nomor 24 Tahun 2007 bencana dibagi

menjadi 3 (tiga) jenis yaitu bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian

peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempabumi, tsunami, gunung

meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor

b. Bencana non – alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian

peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi,

dan wabah penyakit

c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa

yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau

antarkomunitas masyarakat, dan teror.

E. KEBAKARAN

1. Definisi Kebakaran

Terjadinya api yang tidak dikehendaki, tidak terkendali, dan merugikan dapat

didefinisikan sebagai kebakaran. Dari adanya definisi tersebut, maka terjadinya kebakaran

tidaklah selalu identik dengan muculnya suatu api yang besar. Kebakaran juga dapat

didefinisikan sebagai suatu peristiwa munculnya suatu api oleh proses kimia yang

menimbulkan kerugian baik berupa harta benda ataupun cidera yang berujung kematian.

(Rijanto, B. Boedi. 2010)

Page 26: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

2. Fenomena Kebakaran

Fenomena kebakaran atau gejala pada setiap tahapan mulai awalterjadinya penyalaan

sampai kebakaran padam, dapat diamati beberapafase tertentu seperti source energy,

initiation, growth, flashover, full firedan bahaya-bahaya spesifik pada peristiwa kebakaran

seperti : back draft,penyebaran asap panas dan gas dll.

Tahapan - tahapan tersebut antara lain:

a. Tidak diketahui kapan dan dimana awal terjadinya api/kebakaran, tetapi yang pasti ada

sumber awal pencetusnya (source energy), yaitu adanya potensi energi yang tidak

terkendali.

b. Apabila energi yang tidak terkendali kontak dengan zat yang dapat terbakar, maka

akan terjadi penyalaan tahap awal (initiation) bermula dari sumber api/nyala yang

relatif kecil

c. Apabila pada periode awal lebakaran tidak terdeteksi, maka nyala api akan

berkembang lebih besar sehingga api akan menjalar bila ada media disekelilingnya

d. Intensitas nyala api meningkat dan akan menyebarkan panas kesemua arah secara

konduksi, konveksi dan radiasi, hingga pada suatu saat kurang lebih sekitar setelah 3-

10 menit atau setelah temperatur mencapai 300ºC akan terjadi penyalaan api serentak

yang disebut Flashover, yang biasanya ditandai pecahnya kaca

e. Setelah flashover, nyala api akan membara yang disebut periode kebakaran mantap

(Steady/full development fire). Temperatur pada saat kebakaran penuh dapat mencapai

600-1000ºC. Bangunan dengan struktur konstruksi baja akan runtuh pada temperatur

700ºC. Bangunan dengan konstruksi beton bertulang setelah terbakar lebih dari 7 jam

dianggap tidak layak lagi untuk digunakan

f. Setelah melampaui puncak pembakaran, intensitas nyala akan berkurang/surut

berangsur-angsur akan padam yang disebutperiode surut.

3. Klasifikasi Kebakaran

Terdapat beberapa klasifikasi kebakaran diantaranya aitu :

a. Klasifikasi kebakaran sebelum tahun 1970 (Eropa), sekarang diakui oleh Amerika

Utara, Australia, dan Afrika Selatan.

b. Klasifikasi kebakaran setelah tahun 1970 (Eropa), sekarang diakui oleh negara-negara

Eropa.

Page 27: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

c. Klasifikasi kebakaran menurut NFPA (USA), dan

d. Klasifikasi kebakaran menurut U.S. Coast-Guard (USA)

Klasifikasi di Negara Indonesia menggunakan klasifikasi standar dari NFPA (Nation

Protection Fire Association). Hal ini terlihat dari ditetapkannya Peraturan Menteri Tenaga

Kerja dan Transmigrasi No. 04/MEN/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan

pemeliharaan alat pemadam api ringan dengan klasifikasi sebagai berikut.

Tabel 1

Klasifikasi Kebakaran Menurut NFPA

Kelas Klasifikasi Kebakaran

Kelas A Kebakaran yang terjadi pada benda-benda padat, kecuali logam.

kebakaran ini paling sering terjadi dikarenakan benda padat yang mudah

terbakar yang menimbulkanarang/karbon (contoh : Kayu,

kertas,karton/kardus, kain, kulit,plastik)

Kelas B Kebakaran pada benda cair dan gas yang mudah terbakar (contoh :Bahan

bakar, bensin, lilin, gemuk, minyak tanah, thinner)

Kelas C Kebakaran pada benda yang menghasilkan listrik atau yangmengandung

unsur listrik

Kelas D Kebakaran pada logam mudah terbakar (contoh : Sodium, lithium,

potassium, seng, titanium, radium, uranium)

Sumber : NFPA 10 Tahun 1998 dalam Rijanto, B. Boedi. 2010

4. Faktor Kebakaran

a. Pemicu Kebakaran

Prof. Dr. Ir. Suprapto, MSc. FPE. IPM dalam Konsep dan Pendekatan dalam

Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran untuk Kabupaten/Kota di Indonesia.

Pemicu kebakaran adalah suatu kecenderungan terjadinya kebakaran, dimana ketika

terdapatnya suatu kecenderungan akan mengakibatkan munculnya suatu konsekuensi lanjutan

berupa terjadinya bencana kebakaran.

Potensi atau pemicu terjadinya kebakaran ini dipengaruhi oleh faktor :

1) Pertumbuhan Kebakaran (fire history)

Pertumbuhan Kebakaran merupakan suatu fenomena atau kejadian kebakaran yang

terdapat pada suatu wilayah berupa pertambahan atau peningkatan intensitas kejadian.

Kejadian kebakaran yang terjadi pada suatu wilayah akan dapat dilihat kecenderungan

akan kejadian kebakaran yang terjadi berdasarkan frekuensi kejadian kebakaran.

Tidak terdapat teori atau standar yang menyebutkan secara pasti berapa frekuensi

kejadian dikatakan rendah, sedang ataupun tinggi. Akan tetapi berdasarkan Indeks

Rawan Bencana Indonesia dapat menggambarkan berapa frekuensi yang dapat

dikatakan sebagai kejadian yang dikatakan rendah, sedang, maupun tinggi berdasarkan

Page 28: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

pembagian kelasnya. Jadi dari intensitas atau frekuensi kejadian akan dapat

menggambarkan suatu wilayah dalam kecenderungan terjadinya bencana kebakaran.

Peraturan Kepala BNPB Nomor 2 tahun 2012 tentang Pedoman Umum pengkajian

risiko Bencana menetapkan klasifikasi kejadian kebakaran dalam 3 (tiga) kelas yaitu

rendah (<2%), sedang (2-5%), tinggi (>5%).

2) Penggunaan Lahan (Land use)

Penggunaan Lahan merupakan faktor kedua dimana setiap adanya penggunaan lahan

memiliki tingkat atau dapat menimbulkan adanya suatu bahaya terjadinya bencana

kebakaran. Hal seperti ini terjadi dikarenakan setiap penggunaan lahan memiliki angka

klasifikasi terhadap potensi terhadap resiko kebakaran yang ditimbulkan.

Penggunaan Lahan merupakan rancangan atau denah peruntukan lahan sebuah kota

yang berbentuk dua dimensi, dimana ruang tiga dimensi (bangunan) akan dibangun di

tempat – tempat sesuai fungsi bangunan tersebut. sebagai contoh, sebuah penggunaan

lahan industri akan terdapat berbagai bangunan industri (pabrik) atau dalam

penggunaan lahan perkantoran juga akan memiliki bangunan perkantoran. (Hafid

Shirvani dalam fariable, 2011).

Berdasarkan definisi tersebut, penggunaan lahan didefinisikan sebagai sekumpulan

bangunan dengan fungsi yang sama yang berada pada guna lahan dengan fungsi yang

sama pula.

Klasifikasi Daerah Resiko Kebakaran Berdasarkan Penggunaan Lahan daerah rawan

kebakaran dapat dikenali menurut penggunaan lahan berupa bangunannya, yaitu

penggunaan lahan untuk industri, perdagangan, jasa, perkantoran dan permukiman.

(Permen PU No. 20 tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Manajemen Proteksi

Kebakaran di Perkotaan). Adapun definisi masing – masing penggunaan lahan adalah

sebagai berikut.

Kawasan industri adalah lahan yang dipetak – petak sedemikian rupa yang

diperuntukkan bagi industri yang dirancang secara menyeluruh, dilengkapi

dengan jalan, kemudahan – kemudahan umum dengan atau tanpa bangunan

pabrik. (Unido, 1978 dalam Martopo, Aris, 2003).

Kawasan Industri juga memiliki arti sebagai kawasan tempat pemusatan kegiatan

industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang

dikembangkan dan dikelola.

Berdasarkan definisi penggunaan lahan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka

kawasan Industri merupakan sekumpulan bangunan yang memiliki fungsi berupa

Page 29: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

bangunan Industri. Hal ini berarti penggunaan lahan kawasan Industri merupakan

penggunaan lahan dengan bahaya kebakaran sangat tinggi, sehingga penggunaan

lahan haruslah diperhatikan pada penggunaan lahan ini. (Peraturan Menteri PU

No. 20 tahun 2009).

Kawasan perdagangan memiliki definisi sebagai kawasan yang terdiri dari

berbagai aktivitas bisnis yang menyatu untuk melayani masyarakat sesuai dengan

keinginan dan kebutuhannya.

Berdasarkan definisi penggunaan lahan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka

Kawasan perdagangan adalah kawasan yang diperuntukan untuk kegiatan

perdagangan. Hal ini berarti penggunaan lahan kawasan perdagangan merupakan

penggunaan lahan dengan resiko kebakaran tinggi. Angka klasifikasi ini termasuk

hunian dengan fungsi sebagai perdagangan bisa berupa pertokoan dan pasar.

(Peraturan Menteri PU No. 20 tahun 2009).

Jasa adalah sesuatu yang diartikan sebagai hal yang dihasilkan berupa benda –

benda berwujud ataupun tidak yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan.

(William J Stanton, 2004)

Berdasarkan definisi penggunaan lahan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka

Kawasan Jasa adalah kawasan yang diperuntukan untuk kegiatan perdagangan

yang bersifat pelayanan. Hal ini berarti penggunaan lahan kawasan jasa memiliki

resiko sedang, dikarenakan dalam penggunaan lahan jenis ini memiliki kuantitas

atau bahan mudah terbakar sedang. Yang termasuk dalam klasifikasi ini bisa

berupa warung makan, bengkel, dan pergudangan. (Peraturan Menteri PU No. 20

tahun 2009).

Kantor adalah bangunan yang digunakan sebagai tempat bekerja yang berkenaan

dengan kegiatan atau urusan administrasi. ( Drs. Kamisa, 1997).

Dimana didalam bangunan perkatoran memiliki pekerjaan utama berupa kegiatan

penanganan informasi dan kegiatan pembuatan maupun pengambilan keputusan

berdasarkan informasi yang telah terhimpun tersebut. (Erns Neufert, 1989).

Dalam kata lain, perkantoran dapat didefinisikan sebagai bangunan yang

digunakan untuk pekerjaan admnistrasi dan manajerial.

Berdasarkan definisi penggunaan lahan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka

Kawasan perkantoran adalah kawasan yang diperuntukan untuk kegiatan kantor,

seperti pemerintahan, dan lain sebagainya. Hal ini berarti penggunaan lahan

kawasan perkantoran memiliki resiko rendah dimana penggunaan lahan jenis ini

Page 30: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

merupakan penggunaan lahan yang mirip untuk permukiman, yaitu perkantoran.

(Peraturan Menteri PU No. 20 tahun 2009).

Kawasan permukiman adalah kawasan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat

tinggal atau lingkungan hunian yang merupakan bagian dari lingkungan hidup di

luar kawasan lindung. (UU No. 1 tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan

permukiman).

Berdasarkan definisi penggunaan lahan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka

Kawasan permukiman adalah kawasan yang diperuntukan untuk kegiatan

bermukim / tempat tinggal beserta kelengkapan sarana dan prasarana. Hal ini

berarti penggunaan lahan kawasan permukiman memiliki resiko kebakaran relatif

rendah dimana penggunaan lahan jenis ini bisa merupakan permukiman,

kesehatan, pendidikan, peribadatan. (Peraturan Menteri PU No. 20 tahun 2009).

3) Kepadatan Penduduk

Kepadatan Penduduk pada suatu wilayah membawa kecenderungan akan kerentanan

kebakaran dan resiko dampak kebakaran. Semakin tinggi kepadatan penduduk dalam

suatu wilayah akan membawa potensi terjadinya kebakaran pada suatu wilayah, begitu

juga semakin rendah kepadatan penduduk suatu wilayah, semakin rendah pula potensi

kebakaran yang dimiliki. Dalam SNI No. 3 tahun 2004 tentang perencanaan

lingkungan di perkotaan terdapat standar kepadatan penduduk dalam suatu wilayah.

Tabel 2

Klasifikasi kepadatan penduduk

Klasifikasi Kawasan

Kepadatan penduduk rendah <150jiwa/ha

kepadatan penduduk sedang 151-200jiwa/ha

kepadatan penduduk tinggi >200jiwa/ha

Sumber : SNI nomor 3 tahun 2004 tentang perencanaan lingkungan di perkotaan

4) Kepadatan Bangunan

Kepadatan bangunan akan membawa dampak lanjutan dari adanya kejadian kebakaran

dalam suatu wilayah. Kepadatan Bangunan dapat dilihat berdasarkan Koefisien Dasar

Bangunan pada suatu wilayah yang selanjutnya disebut sebagai KDB atau melihat luas

terbangun.

Kepadatan bangunan merupakan faktor pemicu terjadinya kebakaran dikarenakan

resiko kebakaran yang ditimbulkannya. Hal ini dikarenakan dalam suatu wilayah yang

Page 31: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

memiliki kepadatan bangunan yang tinggi atau KDB tinggi terjadi kebakaran, kejadian

kebakaran ini akan lebih cepat menyebar karena kondisi akan kepadatan bangunan

yang tinggi yang berdampak semakin meluasnya wilayah yang terkena dampak. Jadi,

semakin rendah kepadatan bangunan potensi penyebaran atau resiko kebakaran juga

akan semakin rendah.

PP Nomor 36 tahun 2005 tentang peraturan pelaksanan UU No. 28 Tahun 2002

tentang Bangunan dalam pasal 20 ayat 2 menetapkan KDB dalaam tingkatan rendah

(kurang dari 30%), sedang (30% sampai dengan 60%), dan tinggi (lebih dari 60%).

Perhitungan mengenai kepadatan bangunan yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah melalui :

𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛

𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑥 100%

5) Proteksi Terpasang

Proteksi terpasang merupakan suatu usaha atau potensi yang dimiliki oleh suatu

wilayah didalam upaya mencegah terjadinya suatu bencana kebakaran. Potensi yang

dimiliki bisa berupa sarana ataupun prasarana pencegahan kebakaran. Dalam hal ini

didasarkan pada sarana pencegahan kebakaran dimana dapat melihat proteksi yang

terpasang pada suatu wilayah dalam mencegah terjadinya kebakaran. Sarana tersebut

berupa hidran, pos pemadam kebakaran, dan jalur evakuasi.

a. Hydran

Salah satu unsur terpenting dalam pemadaman adalah tersedianya pasokan air

dengan debit yang mencukupi. Pasokan air untuk keperluan pemadam kebakaran

diperoleh dari sumber alam seperti kolam air, danau, sungai, jeram, sumur dalam

dan saluran irigasi. Selain itu, pasokan air juga dapat diperoleh dari sumber buatan

seperti tangki air, tangki gravitasi, kolam renang, air mancur, reservoir, mobil

tangki serta yang lebih penting adalah Fire hydrant.

Berdasarkan NFPA®1141 Standar for Fire Protection Infrastructure for Land

Development in Suburban and Rural Areas, 2008:22 Dimana hydran memiliki

jangkauan pelayanan 152 meter.

b. Pos Pemadam Kebakaran

Ketentuan berdasarkan Permen PU No 20 tahun 2009 tentang Pedoman Teknis

Manajemen Proteksi Kebakaran di Perkotaan, terdapat ketentuan akan jangkauan

Page 32: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

wilayah layanan pos pemadam kebakaran. Yaitu setiap pos pemadam kebakaran

memiliki jangkauan wilayah layanan dalam radius maksimal 2,5 km.

Jangkauan pos pemadam kebakaran ini menggambarkan seberapa cepat kejadian

ditangani oleh pos pemadam kebakaran dilihat dari jarak terdekatnya. Semakin

dekat dengan pos pemadam kebakaran, maka akan semakin cepat penanganannya.

Jadi ketidakterjangkauan wilayah terhadap pos pemadam kebakaran akan

menjadikan wilayah tersebut menjadi wilayah yang berpotensi terjadi kebakaran.

sehingga jangkauan pos pemadam merupakan pemicu terjadinya kebakaran karena

akan berpotensi terhadap resiko kebakaran yang besar pula.

c. Jalur Evakuasi

Jalur evakuasi merupakan prasarana proteksi yang ada didalam membantu masyarakat

dalam mencapai lokasi yang aman terhadap kejadian bencana. Jalur evakuasi juga

merupakan jalur yang digunakan oleh petugas didalam upaya pencapaian lokasi. Jalur

ini dipilih dikarenakan jalur evakuasi merupakan jalur yang baik dan cepat serta

merupakan jalur dengan jarak terdekat dalam menuju lokasi kejadian.

Jadi wilayah yang didalamnya terdapat jalur evakuasi dapat dikatakan sebagai wilayah

yang memiliki proteksi terhadap bencana atau dapat dikatakan sebagai kemampuan

yang dimiliki oleh wilayah tersebut dalam mengurangi resiko bencana yang terjadi,

begitu juga sebaliknya, sehingga ketiadaan jalur evakuasi akan menjadi pemicu

kebakaran dan resiko kebakaran yang lebih besar.

Tidak terdapat ketentuan secara umum terhadap jalur evakuasi. Akan tetapi dapat

didasarkan pada diberlakukannya jalur pada suatu daerah oleh peraturan terkait.

(dalam dokumen tata ruang RTRW Kota Surakarta 2011-2031)

6) Kesiapan Masyarakat

Kesiapan Masyarakat adalah bagaimana suatu masyarakat pada suatu wilayah didalam

upaya mencegah terjadinya kebakaran, mengatasi terjadinya kebakaran, serta tanggap

terhadap situasi kebakaran. kesiapan masyarakat ini didasarkan pada fungsi

penyelamatan (rescue) pada suatu wilayah. Upaya ini merupakan upaya penyelamatan

guna memperkecil resiko bencana kebakaran dalam bentuk pelayanan atau

pertolongan pertama terhadap kejadian kebakaran, serta sebagai upaya pencegahan

dengan melakukan kerjasama terhadap instansi terkait.

Kesiapan Masyarakat dapat dilihat dari dari keberadaan SATLAKAR serta upaya

pencegahan dari adanya program pencegahan kebakaran yang ada dalam suatu

Page 33: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

wilayah, dalam upaya menciptakan kemampuan dari adanya suatu pelatihan akan

tanggap bencana. (Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana)

b. Resiko Kebakaran

Dalam konteks kebakaran, resiko diartikan sebagai suatu kecenderungan akan

terjadinya kebakaran dari adanya konsekwensi atas potensi yang ditimbulkan dimana

merupakan pemicu atas penyebab terjadinya kebakaran. Sehingga kecenderungan ini diartikan

sebagai potensi terjadinya kebakaran atau kerawanan bencana.

Undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana mengartikan

rawan bencana adalah suatu kondisi atau keadaan atau karakteristik pada suatu wilayah baik

berupa keadaan geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, dsb

yang dalam jangka waktu tertentu dapat mengurangi kemampuan wilayah dalam menghadapi

bahaya atau dampak buruk tertentu.

Resiko Bencana ini merupakan potensi kerugian yang akan terjadi yang ditimbulkan

dari adanya suatu bencana, atau merupakan suatu akibat dari adanya bencana pada suatu

wilayah. Dimana dalam kurun waktu tertentu jika tidak segera dilakukan upaya penanganan

terhadap wilayah yang memiliki potensi resiko bencana dala kurun waktu tertentu dapat

membawa akibat berupa luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, kerusakan,

gangguan kegiatan masyarakat, serta kematian.

Suatu kerawanan pada suatu wilayah dapat dilihat dari tinggi atau rendahnya suatu

bencana. Adanya kemampuan suatu wilayah dalam menghadapi resiko bencana akan diuji

oleh adanya ancaman dan kerentanan bencana. Semakin besar suatu ancaman dan kerentanan

wilayah terhadap suatu bencana tanpa diimbangi oleh kemampuan wilayah dalam

menghadapi bencana, maka semakin tinggi resiko bencana pada wilayah tersebut, begitu juga

sebaliknya.

Jadi dengan tidak terdapatnya suatu ancaman dan juga kerentanan bencana pada suatu

daerah, maka resiko wilayah tersebut dapat dikatakan rendah. Sedangkan sebaliknya, jika

suatu wilayah memiliki ancaman dan kerentanan yang tinggi tanpa danya kemampuan, maka

wilayah tersebut merupakan wilayah yang memiliki resiko bencana tinggi.

𝑅𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 𝐵𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 (𝑅) =𝐴𝑛𝑐𝑎𝑚𝑎𝑛 (𝐴)𝑥 𝐾𝑒𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑎𝑛 (𝐾)

𝐾𝑒𝑚𝑎𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 (𝑀)

Sedangkan berdasarkan penyebab terjadinya bencana oleh Undang – Undang No. 24

tahun 2007 dijelaskan menjadi 3 (tiga) yaitu :

Page 34: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

a. Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain

gempa bumi, gunung meletus, tsunami, dll selanjutnya disebut bencana alam.

b. Bencana yang diakibatkan oleh adanya suatu peristiwa berupa gagal nya suatu

teknologi, modernisasi, epidemic dan wabah penyakit selanjutnya disebut bencana

non-alam.

c. Bencana yang diakibatkan oleh adanya suatu peristiwa yang diakibatkan oleh manusia

bisa meliputi konflik sosial, teror yang selanjutnya disebut bencana sosial.

5. Suatu Ancaman (hazard)

Secara umum, bahaya diartikan sebagai suatu peristiwa atau kejadian yang dapat

menimbulkan dampak buruk atau suatu kejadian yang dapat mengarah pada kehilangan

maupun kesakitan. Berdasarkan Undang – Undang nomor 24 tahun 2007 tentang

penanggulangan bencana, Ancaman adalah suatu kejadian atau peristiwa yang dapat memicu

terjadinya bencana. Sedangkan dalam Peraturan Kepala BNPB nomor 4 tahun 2008 tentang

pedoman penyusunan rencana penangulangan bencana, menjelaskan akan suatu ancaman

dapat diartikan sebagai kejadian baik dari alam maupun ulah manusia yang dapat

menimbulkan ancaman akan dampak yang merugikan.

Sumber ancaman (dalam Putra, 2011) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Bahaya yang disebabkan oleh kejadian alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung

meletus dan bencana lainnya disebut Natural Hazard.

b. Bahaya yang disebabkan oleh manusia baik secara langsung maupun tak langsung

disebut Man-made hazard.

c. Bahaya yang disebabkan oleh reaksi rekayasa teknologi disebut Technology Hazard.

Dengan melihat definisi dan klasifikasi yang disebutkan sebelumnya, penelitian ini

memiliki fokus pada bahaya yang disebabkan oleh ulah manusia baik secara langsung

maupun tidak langsung, yaitu dengan melihat fire history dan penggunaan lahan yang terdapat

pada tata ruang wilayah Kota Surakarta dilihat dari faktor pemicu kebakaran.

6. Kerentanan

Kerentanan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan atau kondisi yang dapat

mengurangi kemampuan masyarakat untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi bahaya

atau ancaman bencana. Kerentanan dapat berupa kerentanan fisik, lingkungan sosial, dan

ekonomi. Beberapa hal yang dapat diartikan sebagai kerentanan diantaranya dapat berupa:

a. Ekonomi seperti penghasilan yang tidak mapan serta tidak ada fasilitas pinjaman atau

tabungan.

Page 35: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

b. Alam seperti ketergantungan pada sumberdaya alam yang terbatas.

c. Bangunan seperti rancang bangun gedung-gedung, lokasi rumah penduduk di tanah

yang miring.

d. Individu seperti terbatasnya keterampilan atau pengetahuan, kurang mendapat

kesempatan karena masalah gender, lanjut usia atau masih terlalu muda.

e. Sosial seperti komunitas yang terorganisir, terbagi-bagi atau kepemimpinan yang

kurang baik.

Davidson (dalam Putra,2011) berpendapat bahwa kerentanan dapat meliputi:

a. Bangunan yang terbuat dari bahan yang mudah terbakar yang dapat dinyatakan dalam

persentase bangunan.

b. Kepadatan penduduk dimana akan menggambarkan tentang kemudahan tindakan

evakuasi.

c. Persentase penduduk berusia 0-4 dan 65+, penduduk sakit, cacat dan hamil.

Badan koordinasi nasional penanggulangan bencana dalam arahan kebijakan mitigasi

bencana perkotaan di Indonesia tahun 2002 menyebutkan bahwa kerentanan bencana suatu

wilayah dipengaruhi oleh :

a. Kerentanaan fisik suatu wilayah yang menggambarkan perkiraan tingkat kerusakan

terhadap fisik dari adanya bahaya tertentu.

b. Kerentanan sosial suatu wilayah dengan melihat perkiraan kerentanan sosial yang

mnyengkut keselamatan jiwa penduduk terhadap bahaya.

c. Kerentanan ekonomi suatu wilayah untuk melihat besarnya kerugian atas rusaknya

kegiatan perekonomian dari adanya bahaya.

Badan Pusat Statistik dalam arahan pengelompokan usia rentan sebagai nilai

ketergantungan (Dependency Ratio). Dimana nilai ketergantungan memiliki arti bahwa setiap

jiwa produktif akan menanggung beban usia tidak produktif (0-14 dan 60+).Kemudian nilai

tersebut terbagi dalam tiga tingkatan. Ketiga tingkatan tersebut yaitu :

a. Kelompok usia rentan (dependency ratio) rendah ≤50

b. Kelompok usia rentan (dependency ratio) sedang 51-69

c. Kelompok usia rentan (dependency ratio) tinggi ≥70

𝑑𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛𝑐𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜

=jumlah kelompok usia 𝑛𝑜𝑛𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓 (0 − 14 &60 +)

jumlah usia produktif (15 − 60) x100%

Page 36: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Penelitian ini mengacu pada variabel yang ditentukan oleh suprapto seperti yang telah

disampaikan sebelumnya, sehingga dengan melihat beberapa uraian diatas dan dibawa ke

dalam faktor pemicu kebakaran penelitian memiliki fokus pada kepadatan pendudukan dan

kepadatan bangunan. Kepadatan penduduk ini diukur dengan indikator yang telah ditetapkan

oleh SNI nomor 3 tahun 2004, usia rentan dengan indikator yang diarahkan oleh Badan Pusat

Statistik dan kepadatan bangunan dengan indikator sesuai PP Nomor 36 tahun 2005 tentang

peraturan pelaksanan UU No. 28 Tahun 2002.

7. Kemampuan

Dalam Undang – Undang nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana

dikatakan bahwa kemampuan adalah serangkaian kegiatan yang dapat mengurangi atau

menghilangkan suatu resiko terjadinya bencana dengan mengurangi adanya ancaman bencana

maupun adanya kerentanan yang kemudian disebut sebagai pencegahan bencana.

Kemampuan yang terdapat pada suatu wilayah tidak terlepas dari keberadaan kekuatan

yang dimiliki oleh pihak-pihak dan sarana yang ada didalamnya. Adanya suatu kemampuan

yang dimiliki oleh suatu daerah dapat menjadi alat yang dapat mengurangi terjadinya suatu

bencana. Dengan maksud bahwa suatu kemampuan merupakan potensi yang dimiliki suatu

wilayah untuk mencegah terjadinya bencana.

Dalam penelitian ini, kemampuan suatu wilayah dilihat dari adanya proteksi terpasang

yang dilihat berdasarkan indikator keberadaa hidran, pos pemadam kebakaran, jalur evakuasi,

serta kesiapan masyarakat dengan melihat keberadaan satlakar serta program pencegahan

yang terdapat pada suatu wilayah.

F. PEMADAMAN KEBAKARAN

1. Teknik pemadaman kebakaran

Kemampuan untuk mempergunakan alat dan perlengkapan kebakaran dengan sebaik –

baiknya disebut sebagai teknik pemadaman kebakaran.Taktik pemadaman kebakaran adalah

kemampuan untuk menganalisa situasi sehingga dapat melakukan tindakan dengan cepat dan

tepat tanpa menimbulkan korban maupun kerugian besar.

Berikut ini adalah 5 teori pemadaman api:

a. Cara pendinginan (cooling)

Salah satu cara dengan menurunkan temperatur bahan bakar sampai tidak

menimbulkan uap / gas kebakaran. Air adalah salah satu bahan pemadam yang

baik dalam menyerap panas. Pendinginan biasanya tidak efektif pada produk gas

dan cairan mudah terbakar yang memiliki flash poin dibawah suhu air. Oleh

Page 37: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

karena itu media air tidak dianjurkan. Membasahi bahan – bahan yg mudah

terbakar merupakan cara efektifdalam mencegah terjadinya kebakaran pada bahan

yg belum terbakar. Akan memerlukan waktu cukup lama untuk bisa terbakar

karena air harus diuapkan terlebih dahulu.

b. Cara reduksi oksigen (smothering)

Dengan membatasi oksigen dalam proses kebakaran, api dapat padam. Proses ini

biasanya dengan menutup sumber api dengan karug goni basah (pemadaman

tradisional) ataupun dengan penyemprotan karbon dioksida yg dapat mengurangi

oksigen dalam kebakaran tersebut.

c. Pemindahan bahan bakar (starvation)

Ini cukup efektif tapi dalam prakteknya mungkin sulit. Sebagai contoh,

pemindahan bahan bakar yaitu dengan menutup / membuka kerangan, memompa

minyak ke tempat lain, memindahkan bahan yg mudah terbakar dll. Cara lain

dengan menyiram bahan bakar yang terbakar dengan air atau membuat busa yg

dapat menghentikan / memisahkan minyak dengan pembakaran.

d. Pemutusan rantai reaksi (Break Chain Reaction)

Pertama kali, para ahli menemukan bahwa reaki rantai bisa menghasilkan nyala

api. Pada beberapa zat kimia mempunyai sifat memecah sehingga terjadi reaksi

rantai oleh atom – atom yang dibutuhkan oleh nyala api untuk tetap terbakar.

Dengan tidak terjadinya reaksi atom – atom ini, maka nyala api lama kelamaan

padam.

e. Melemahkan (Dillution)

Cara ini sama halnya dengan smothering, hanya saja pada cara ini seperti

mengurangi konsentrasi dari setiap unsur pembentuk api (Heat, fuel, oxygen)

dengan memadukan keempat teori diatas.

2. Keberhasilan Pemadaman

Proses pemadaman dilakukan pada awal mula kehadian kebakaran, artinya sebelum

kebakaran menjadi besar. Hal ini dilakukan sebagai upaya dalam proses pemadaman

kebakaran. Karena pada umumnya, kejadian kebakaran besar selalu dimulai dari adanya

kebakaran kecil, sedang kebakaran kecil sekalipun pasti ada penyebabnya. (Rijanto, B. Boedi.

2010)

Keberhasilan didalam upaya pemadaman kebakaran ditujukan sebagai usaha/kemampuan

didalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Hal ini dapat dilihat dari :

Page 38: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

a. Kecepatan dalam melakukan tindakan.

b. Peralatan yang digunakan.

c. Tipologi bangunan yang terbakar.

d. Kehandalan personel pemadam/masyarakat.

e. Kondisi lingkungan yang terbakar.

f. Komunikasi dan koordinasi.

G. PERUMUSAN VARIABEL

Tabel 3

Variabel Penelitian No Faktor Variabel Definisi Operasional Indikator

1 Kejadian

Kebakaran

Frekuensi

Kejadian

Semua kejadian kebakaran yang pernah terjadi pada

suatu wilayah. Dimana kejadian kebakaran akan

dapat terjadi kembali pada wilayah tersebut

(Prof. Dr. Ir. Suprapto, MSc. FPE. IPM dalam

Konsep dan Pendekatan dalam Penyusunan

Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran untuk

Kabupaten/Kota di Indonesia)

Terjadinya kejadian

kebakaran atau tidak.Serta

seberapa sering kejadian

kebakaran tersebut

Peraturan Kepala BNPB

Nomor 2 tahun 2012 tentang

Pedoman Umum pengkajian

risiko Bencana menetapkan

klasifikasi kejadian

kebakaran dalam 3 (tiga)

kelas yaitu

rendah (<2%), sedang (2-

5%), tinggi (>5%).

2 Penggunaa

n Lahan

Permukiman

Perkantoran

Jasa

Perdagangan

Industri

Penggunaan Lahan merupakan adanya penggunaan

lahan yang kurang sesuai akan dapat menimbulkan

adanya suatu bahaya terjadinya bencana kebakaran.

(Prof. Dr. Ir. Suprapto, MSc. FPE. IPM dalam

Konsep dan Pendekatan dalam Penyusunan

Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran untuk

Kabupaten/Kota di Indonesia)

Klasifikasi penggunaan

lahan dengan

mengasumsikan

berdasarkan Permen PU

nomor 20 tahun 2009.

Permukiman, Perkantoran,

Jasa, Perdagangan, Industri

3 Kepadatan

Penduduk

Jumlah

Kepadatan

Penduduk

Penduduk

Usia Rentan

Kepadatan Penduduk pada suatu wilayah membawa

kecenderungan akan kerentanan kebakaran dan

resiko dampak kebakaran.

(Prof. Dr. Ir. Suprapto, MSc. FPE. IPM dalam

Konsep dan Pendekatan dalam Penyusunan

Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran untuk

Kabupaten/Kota di Indonesia)

Bagaimana Tingkat

kepadatan penduduk serta

turunannya berupa usia

rentan peduduk.

SNI nomor 3 tahun 2004 SNI

nomor 3 tahun 2004 tentang

perencanaan lingkungan di

perkotaan

<150jiwa/ha rendah

150 – 200jiwa/ha sedang

>200 jiwa/ha tinggi

Usia rentan (dependency

ratio)

Berdasaarkan arahan BPS.

≤50 rendah

51 – 69 sedang

≥70 tinggi

4 Kepadatan

Bangunan

Kepadatan

Bangunan

Kepadatan bangunan suatu wilayah membawa

pengaruh terhadap potensi rawan bencana

kebakaran. Semakin rendah kepadatan bangunan

potensi penyebaran atau kerentanan kejadian

kebakaran juga akan semakin rendah.

(Prof. Dr. Ir. Suprapto, MSc. FPE. IPM dalam

Konsep dan Pendekatan dalam Penyusunan

Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran untuk

Kabupaten/Kota di Indonesia)

Tingkat kepadatan bangunan

>30 rendah

30 – 60 sedang

>60 tinggi

Sumber : PP Nomor 36

tahun 2005 tentang

peraturan pelaksanan UU

No. 28 Tahun 2002

Page 39: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

No Faktor Variabel Definisi Operasional Indikator

5 Proteksi

Terpasang

Sarana

Terpasang

Jumlah

sarana

Proteksi

Ketejangkau

an pos

Pemadam

kebakaran

Merupakan sarana proteksi terhadap bencana

kebakaran yang terdapat pada suatu wilayah. (Prof.

Dr. Ir. Suprapto, MSc. FPE. IPM dalam Konsep

dan Pendekatan dalam Penyusunan Rencana Induk

Sistem Proteksi Kebakaran untuk Kabupaten/Kota

di Indonesia)

Fire hydrant, pos pemadam kebakaran, serta jalur

evakuasi dipilih dengan alasan untuk mengukur

tingkat proteksi yang dimiliki oleh wilayah

terutama Kota Surakarta didalam kejadian

mengandalkan pada sarana dan prasrana tersebut.

Jangkauan dari keberadaan

fire hydrant

(NFPA®1141 Standar for

Fire Protection

Infrastructure for Land

Development in Suburban

and Rural Areas, 2008:22)

Keberadaan berdasarkan

Jangkauan Pelayanan Pos

Pemadam Kebakaran

(Kepmen PU No 20 tahun

2009)

Keberadaan Jalur evakuasi

berdasarkan RTRW Kota

Surakarta tahun 2011 - 2031

6 Kesiapan

Masyaraka

t

Satlakar

Program

Pencegahan

Kebakaran

Masyarakat pada suatu wilayah didalam upaya

mencegah terjadinya kebakaran, mengatasi

terjadinya kebakaran, serta tanggap terhadap situasi

kebakaran. Dilihat berdasarkan keberadaan

SATLAKAR pada suatu wilayah. SATLAKAR

dipilih karena keberadaannya dalam masyarakat

akan dapat membantu ketika terjadi kebakaran serta

program pencegahan kebakaran dimana dapat

mengurangi dampak meluasnya kebakaran. karena

satlakar dan program pencegahan kebakaran

merupakan sarana untuk pelatihan bencana.(Prof.

Dr. Ir. Suprapto, MSc. FPE. IPM dalam Konsep

dan Pendekatan dalam Penyusunan Rencana Induk

Sistem Proteksi Kebakaran untuk Kabupaten/Kota

di Indonesia)

Keberadaan Satlakar dan

program pencegahan

bencana

Undang – Undang nomor 24

tahun 2007 tentang

penanggulangan bencana

Sumber : Analisis Penulis, 2012

Page 40: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

H. KERANGKA TEORI

Gambar 2

Kerangka Teori

Kota

Pemetaan Potensi Rawan Bencana

Kebakaran di Kota Surakarta

Pemicu terjadinya

Kebakaran

Pemadaman Kebakaran

Definisi Kebakaran

Fenomena Kebakaran

Pemicu Kebakaran

Klasifikasi Kebakaran

Faktor Kebakaran

Rawan Bencana Kebakaran

Kerentanan

Ancaman

Kemampuan

Teknik Pemadaman

Resiko Kebakaran

Kebakaran

Keberhasilan

Pemadaman

Pemataan Potensi Kebakaran

(Resiko Rawan Bencana)

Pemetaan

Page 41: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

BAB III

RANCANGAN PENELITIAN

A. PENDEKATAN PENELITIAN

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan

ditunjang oleh pendekatan kuantitatif. Pendekatan dengan mengunakan kualitatif pada

penelitian ini untuk mengetahui kondisi terhadap suatu lokasi yang ada yaitu Kota Surakarta,

sehingga dengan pendekatan kualitatif didapatkan penilaian suatu wilayah terhadap kawasan

potensi kebakaran, penjelas dari adanya pendekatan kuantitatif yang dilakukan, serta

kesimpulan dari analisis. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan cara :

1. Deskriptif, yaitu penelitian dengan cara melihat keadaan objek penelitian melalui uraian,

pengertian atau penjelasan terhadap analisis yang bersifat terukur ataupun tidak terukur.

Penjelasan secara deskriptif tidak hanya dilakukan dengan pengkajian melalui pengamatan

terhadap data , akan tetapi juga dilakukan pengkajian dengan menggunakan teori. Hal ini

digunakan agar dicapai hasil sintesa yang bersifat empiris. Dalam penelitian ini,

pendekatan secara deskriptif digunakan untuk mengetahui kondisi pada setiap kelurahan

di Kota Surakarta sesuai dengan topik yang diangkat pada penelitian ini yaitu terkait

kebakaran berdasarkan faktor pemicu yang telah ditetapkan.

2. Spasial, yaitu pendekatan yang dilakukan dengan metode interaksi keruangan yang dilihat

secara spasial. Pendekatan kualitatif dengan cara spasial dapat dilihat dengan

penggambaran suatu lokasi berdasarkan gambaran maupun peta. Dalam penelitian ini,

pendekatan secara spasial dilakukan sebagai kegiatan dalam mengidentifikasi keberadaan

faktor pemicu terjadinya kebakaran di Kota Surakarta seperti yang telah ditetapkan

sebelumnya.

Analisis dengan pendekatan kuantitatif dilakukan dengan cara pembobotan dan penilaian

terhadap variabel yang sesuai dalam metode analisis. Metode ini menggunakan data numerik

sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan berupa Kelurahan yang menjadi hasil output

perhitungan dari analisis berdasarkan metode analisis yang dilakukan.

B. METODE PENELITIAN

Metode penelitiian dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif dalam

penelitian ini berdasarkan pada makna penalaran atasdefinisi terhadap suatu situasi dalam

konteks ruang lingkup penelitian pada pendekatan kualitatif, sedangkan pada kuantitatif

dengan menggunakan data angka/numerik sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan berupa

Page 42: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

nilai output yang terangkum dalam gambaran wilayah. Adapun tahapan dalam metode

penelitian yang digunakan yaitu :

1. Persiapan

Tahapan persiapan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan berupa data yang

dibutuhkan. Data yang lengkap dan akurat merupakan harapan yang ingin dicapai agar

didapatkan hasil penelitian yang diinginkan. Dalam mendapatkan data-data yang akurat

tersebut dilakukan persiapan antara lain :

a. Perumusan masalah, tujuan, dan sasaran studi

Perumusan masalah studi diangkat berkaitan dengan kejadian kebakaran di Kota

Surakarta terkait potensi terhadap faktor pemicu terjadinya kebakaran dan Resiko

Kebakaran di Kota Surakarta.

b. Penetapan lokasi studi

Lokasi studi yang diambil dalam penelitian ini dilakukan di Kota Surakarta Provinsi

Jawa Tengah. Adapun alasan pengambilan lokasi tersebut adalah dengan adanya

kondisi dimana Kota surakarta merupakan Kota yang memiliki indeks kebakaran yang

tinggi berada pada rangking 26 Nasional pada 2011, serta belum terdapatnya pemetaan

potensi rawan kebakaran pada Kota Surakarta. Hal ini berkaitan dengan suatu wilayah

yang dipandang memiliki prospek pertumbuhan yang besar berikut kerawanan

kebakaran, sehingga memerlukan adanya pembahasan terkait sebaran faktor yang

berpotensi dan wilayah beresiko kebakaran di Kota Surakarta.

c. Inventaris data-data yang ada, yaitu berupa data – data terkait kebakaran yang

disesuaikan dengan faktor pemicu terjadinya kebakaran sesuai topik yang dibutuhkan

dalam penelitian yang dilakukan.

d. Pengumpulan studi pustaka yang berkaitan dengan penelitian ini untuk mempermudah

dalam pembuatan metodologi serta pemahaman terhadap permasalahan yang diambil.

e. Penyusunan teknis pelaksanaan survei

Kegiatan ini meliputi perumusan teknis pengumpulan data dan pelaksanaan observasi.

2. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang diambil dengan

triangulasi data/gabungan. Dimana teknik ini menggabungkan data dari berbagai teknik

pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Page 43: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Data yang dipakai merupakan data primer dan sekunder yang diambil dari Kota

Surakarta yang merupakan lokasi studi. Data primer diambil dengan menyiapkan

wawancara yang digunakan sebagai panduan dan notulensi sebagai dokumentasi data.

Sedangkan data sekunder diambil dari instansi yang terkait seperti Kantor Dinas

Pekerjaan Umum bidang Pemadam Kebakaran Kota Surakarta, Biro Pusat Statistik, Badan

Perencana Pembangunan Daerah, PDAM, 51 (lima puluh satu) Kantor Kelurahan dan

instansi terkait lainnya. Data pendukung dari internet, buku, majalah, surat kabar, dan lain

sebagainya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data fisik dasar lingkungan

yang diantaranya meliputi topografi, iklim, curah hujan, dan sarana-prasarana wilayah,

data kependudukan, serta data berupa kebijakan pemerintah.

Teknik pengumpulan data yang digunakan secara umum adalah :

a. Observasi, dimana perlu adanya pengamatan baik secara langsung maupun tidak

langsung terhadap objek penelitian.

Observasi dilakukan sebagai usaha penunjang dengan melakukan pengamatan

terhadap Kelurahan, sehingga dapat melihat gambaran penggunaan lahan pada setiap

kelurahan yang merupakan ruang lingkup penelitian ini. Selain itu, kepadatan

bangunan, penggunaan lahan, serta kesiapan masyarakat juga dilakukan upaya

observasi dimana hal ini memiliki tujuan sebagai penunjang terhadap analisis yang

telah dilakukan.

b. Wawancara, adalah pengumpulan data sebagai penunjang dengan melalui cara

memberikan daftar pertanyaan terhadap responden. Wawancara ini digunakan untuk

mengetahui pandangan masyarakat mengenai kesiapan masyarakat, partisipasi

masyarakat pada saat kejadian kebakaran. Dalam wawancara dilakukan dengan tidak

terstruktur dan sebagai upaya didalam pengumpulan data terkait usaha-usaha yang

dilakukan masyarakat ketika terjadi bencana kebakaran.

c. Studi literatur, adalah teknik pengumpulan data dengan cara menyalin, menyadur, atau

mengopi data dari literatur berupa teori dari para pakar untuk membandingkan dengan

data yang terdapat dilapangan. Literatur yang akan digunakan dalam penelitian ini

terkait dengan faktor-faktor pemicu kebakaran.

Untuk memudahkan dalam pengumpulan data maka dibuat suatu instrumen mengenai

data yang dibutuhkan. Berikut tabel yang menjelaskan mengenai data-data yang

dibutuhkan dalam penelitian ini.

Page 44: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Tabel 4

Kebutuhan Data

Faktor Data Sumber Data Bentuk

Data

Jenis

Survey Alat yang dibutuhkan

Lokasi

Keberadaan

Data O I W

1 Kejadian Kebakaran Kejadian Kebakaran

(bulan, jenis, lokasi)

Dokumen DPU bid.

Pemadam Kebakaran

Kejadian kebakaran,

Kelurahan

Sekunder

Kamera, alat tulis, alat

penyimpanan dokumen

DPU bid PMK,

BPS, Kelurahan.

2 Penggunaan Lahan Luas wilayah

Penggunaan Lahan

- Luas Industri

- Luas Perdagangan

- Luas Jasa

- Luas Perkantoran

- Luas Permukiman

RTRW Kota Surakarta

Kelurahan

Sekunder

didukung

primer

Kamera, alat tulis, alat

penyimpanan dokumen

Bappeda Kota

Surakarta, BPS,

Kelurahan.

3 .Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk dan

Luas Wilayah

Penduduk

berdasarkan usia

Surakarta Dalam Angka,

Monografi kelurahan

Sekunder √

alat penyimpanan dokumen BPS

4 Kepadatan Bangunan Luas wilayah yang

terbangun (bangunan)

RTRW Kota Surakarta,

Kelurahan

Sekunder

ditunjang

primer

alat penyimpanan dokumen,

alat tulis

Bappeda, BPS,

Kelurahan

5 Proteksi terpasang Data Hidran

Data Pos pemadam

kebakaran

Sarana Evakuasi

Jalur Evakuasi

Data persebaran hidran

& pos pemadam

kebakaran

Data sarana dan Jalur

Evakuasi Kota Surakarta

Sekunder

ditunjang

primer

alat penyimpanan dokumen,

kamera, alat tulis

PDAM bid. aset,

DPU bid.

Pemadam

Kebakaran,

Kecamatan,

Kelurahan

6 Kesiapan Masyarakat SATLAKAR

Program Pencegahan

Kebakaran

Kelurahan Primer √

alat penyimpanan dokumen,

alat tulis

Kelurahan

Sumber : Penulis, 2012

Page 45: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

3. Teknik Pengolahan dan Penyajian Data

Setelah data yang dibutuhkan diperoleh, maka tahapan selanjutnya adalah pengolahan dan

penyajian data, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Verifikasi, yaitu pemeriksaan data secara umum dengan mengacu kepada daftar yang

telah disusun.

b. Klasifikasi, yaitu pengelompokan data berdasarkan kepentingan/tujuan yang ingin

dicapai atau berdasarkan kesamaan dalam aspek tertentu.

c. Tabulasi, proses akhir dalam penyusunan data agar mudah dibaca, dimengerti, dan

digunakan sesuai tujuan penelitian.

Dari sasaran penelitian tersebut, penjelasan dilakukan dengan cara :

a. Secara deskriptif

b. Gambaran tabel, peta-peta secara diagmatis dan sketsa-sketsa gambar

c. Tampilan foto-foto dan sketsa gambar kawasan studi sesuai dengan keperluan data dan

analisis kualitatif dari segi visual berdasarkan teori pendukungnya.

4. Teknik Analisis Data

Setelah dilakukan tahapan pengumpulan data, tahap selanjutnya adalah melakukan

analisis data yang akan dilakukan dengan beberapa analisis. Analisis yang dipakai sebagai

upaya dalam pencapaian tujuan penelitian ini adalah analisis dekriptif kualitatif dan

kuantitatif, yaitu :

a. Analisis Deskriptif Kualitatif Faktor Pemicu Kebakaran.

Analisis Deskriptif kualitatif terhadap data dengan teori dan pedoman standar. Data

yang digunakan merupakan data Kota Surakarta secara umumyang berkaitan dengan

Kebakaran melihat dari faktor pemicu terjadinya kebakaran agar dapat diketahui pemicu

kebakaran.

Analisis ini terkait dengan penilaian terhadap 6 faktor pemicu kebakaran, yaitu

kejadian kebakaran, penggunaan lahan, kepadatan penduduk, kepadatan bangunan, sistem

proteksi aktif terpasang, dan kesiapan masyarakat. Faktor pemicu ini akan

disinkronisasikan dengan standar, indikator,dan teori melalui analisis deskriptif yang

kemudian dapat diketahui mengenai faktor yang menjadi potensi terjadinya kebakaran di

Kota Surakarta.

Identifikasi terhadap faktor pemicu terjadinya kebakaran dilakukan tidak hanya untuk

menganalisis secara deskriptif terhadap 6 (enam) faktor pemicu terjadinya kebakaran

dengan indikator masing – masing, tetapi juga dengan tujuan untuk mengetahui faktor

Page 46: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

pemicu yang muncul sebagai pemicu kebakaran di Kota Surakarta. Secara sederhana,

semakin banyak kelurahan yang memiliki penilaian terhadap faktor pemicu terhadap

indikatornya, maka wilayah tersebut memiliki kemungkinan besar terhadap terjadinya

kebakaran dari faktor pemicu yang ada.dalam kata lain dapat dikatakan bahwa faktor

pemicu tersebut memiliki potensi yang tinggi dalam memicu terjadinya kebakaran,

Sehingga nantinya juga didapatkan hasil berupa identifikasi faktor pemicu yang paling

berpotensi dalam memicu kebakaran berdasarkan analisis deskriptif untuk dapat

menjadikan rekomendasi penelitian.

b. Analisis Skoring/Pembobotan untuk Menilai Kawasan Rawan Bencana Kebakaran

Analisis kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Pembobotan

atau skoring digunakan terhadap faktor-faktor yang menjadi pemicu terjadinya didalam

menilai tingkat potensi kebakaran.

Dari hasil analisis deskriptif kualitatif sebelumnya, akan dilakukan analisis lanjutan

berupa analisis dengan pembobotan. Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui hasil

kuantitatif berupa nilai potensi resiko kebakaran di Kota Surakarta dengan membobot 6

faktor pemicu kebakaran berdasarkan variabelnya.

Analisis pembobotan ini dilakukan dengan cara mengambil hasil identifikasi deskriptif

kualitatif dari faktor-faktor yang menjadi pemicu kebakaran yaitu gambaran wilayah

kebakaran untuk dibobot sesuai variabel dan indikator dengan nilai bobotnya.

Pemberian bobot ditentukan berdasarkan bobot yang telah ditentukan oleh Peraturan

Menteri PU no 20 tahun 2009 dan Badan Penanggulangan Bencana Kebakaran Nasional

dalam Indeks Rawan Bencana Indonesia. Masing – masing indikator kemudian

dikelompokan menjadi 3 kelas. Pengelompokan pada 3 kelas ini didasarkan untuk

memudahkan peneliti didalam melakukan pengklasifikasian dalam analisis perhitungan

yang dilakukan. Sedang penentuan interval masing – masing kelas didasarkan pada

perhitungan yang ditetapkan berdasarkan indikator masing – masing variabel. Dimana

penggunaan kelas ini juga didasarkan pada penggunaan data yang variatif. Artinya,

terdapat data yang memiliki skala yang tidak sama sehingga memberikan perbedaan,

antara lain data tentang keberadaan sarana proteksi,keberadaan satlakar, dan keberadaan

program pencegahan kebakaran.

Page 47: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Tabel 5

Perumusan Indikator dan Bobot Rawan Bencana Kebakaran No Faktor Variabel Indikator Bobot

1 Kejadian

Kebakaran

Frekuensi

Kejadian

Rendah (<2%),

Sedang (2–5%),

Tinggi (>5%).

* PerKa BNPB Nomor 2

tahun 2012.

3

*bobot didapat dari

asumsi terhadap Indeks

Rawan Bencana

Indonesia

2 Penggunaan

Lahan

Permukiman Rendah (<59%),

Sedang (59% - 75%),

Tinggi (>75%)

3

Perkantoran Rendah (<9%),

Sedang (9% - 18%),

Tinggi (>18%).

4

Jasa Rendah (<2%),

Sedang (2% - 6%),

Tinggi (>6%).

5

Perdagangan Rendah (<12%),

Sedang (12% - 26%),

Tinggi (>26%).

6

Industri Rendah (<2%),

Sedang (2% - 5%),

Tinggi (>5%).

* penggunaan lahan didapat

dengan mengasumsikan

terhadap Permen PU No 20

tahun 2009, serta melakukan

perhitungan dengan formula

Sturgess.

7

*bobot didapat dari

asumsi dimana angka

klasifikasi 3-7 yang

berarti

(tinggirendah) pada

Permen PU No. 20

tahun 2009 dibalik jadi

(rendahtinggi) agar

sesuai dengan

perhitungan

3 Penduduk Jumlah

Kepadatan

Penduduk

Rendah (<150),

Sedang (150-200),

Tinggi (>200).

*Standar Nasional Indonesia

nomor 3 tahun 2004 ttg tata

cara perencanaan

lingkungan perkotaan

5

*bobot didapat dari

asumsi berdasarkan

Indeks Rawan Bencana

Indonesia

Penduduk Usia

Rentan

Rendah (≤50),

Sedang (51-69),

Tinggi (≥70).

* Arahan dari Badan

statistik terhadap tingkatan

usia rentan pada suatu

wilayah

5

*bobot didapat dari

asumsi berdasarkan

Indeks Rawan Bencana

Indonesia

4 Bangunan Kepadatan

Bangunan

Rendah (< 30%),

Sedang (30% - 60%),

Tinggi (>60%).

*PP Nomor 36 tahun 2005

ttg peraturan pelaksanan UU

No. 28 Tahun 2002 tentang

Bangunan dalam pasal 20

ayat 2 menetapkan

6

*bobot didapat dari

asumsi berdasarkan

Indeks Rawan Bencana

Indonesia

Page 48: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Kepadatan Bangunan

No Faktor Variabel Indikator Bobot

5 Proteksi

Terpasang

Sarana Proteksi Rendah (<34),

Sedang (34-67),

Tinggi (>67).

5

Jumlah Sarana

Proteksi

Rendah (<2%),

Sedang (2%-4%),

Tinggi (>4%).

*didapatkan berdasarkan

perhitungan dengan

menggunakan formula

Sturgess.

5

Keterjangkauan

Pos Pemadam

Rendah (Jangkauan III),

Sedang (Jangkauan II),

Tinggi (Jangkauan I).

*Permen Pu Nomor 20

tahun 2009, asumsi dengan

memasukkan jangkauan

maksimal 2,5km kedalam 3

kelas

5

*bobot didapatkan dari

asumsi berdasarkan

Indeks Rawan Bencana

Indonesia bahwa

Keberadaan masing –

masing variabel

membawa dampak

langsung terhadap

manusia

6 Kesiapan

Masyarakat

Satlakar Ada & tidak 5

Program

Pencegahan

Kebakaran

Ada & Tidak

*didapat dengan

mengasumsikan Undang –

Undang Nomor 24 tahun

2007, bahwa keberadaan

pihak – pihak serta program

merupakan alat dalam

mengurangi resiko bencana

(kebakaran).

5

*bobot didapatkan dari

asumsi berdasarkan

Indeks Rawan Bencana

Indonesia bahwa

keberadaan masing

masing variabel

membawa dampak

langsung terhadap

manusia

Sumber :

- Arahan Badan Statistik terhadap tingkatan usia rentan

- Indeks Rawan Bencana Indonesia 2011 oleh BNPB

- Undang – Undang nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana

- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 20 tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Manajemen Proteksi

Kebakaran Di Perkotaan

- PP Nomor 36 tahun 2005 tentang peraturan pelaksanan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan

dalam pasal 20 ayat 2

- Peraturan Kepala BNPB Nomor 2 tahun 2012 tentang Pedoman Umum pengkajian risiko Bencana

- Standar Nasional Indonesia nomor 3 tahun 2004 tentang tata cara perencanaan lingkungan perkotaan

Dalam melakukan penentuan skor, dilakukan dengan metode pengkalian antara kelas

(1,2, dan 3) yang merupakan indikator dengan bobot yang telah menjadi ketentuan. Skor

masing – masing variabel kemudian dijumlahkan untuk memperoleh total skor. Dimana

kemudian masing – masing skor variabel dimasukkan dalam rumus Resiko Bencana

Page 49: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

untuk kemudian dilakukan perhitungan dengan metode matematika untuk mendapat skor

resiko kebakaran.

Ada pun rumus resiko bencana adalah :

𝑅𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 𝐵𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 (𝑅) =𝐴𝑛𝑐𝑎𝑚𝑎𝑛 (𝐴)𝑥 𝐾𝑒𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑎𝑛 (𝐾)

𝐾𝑒𝑚𝑎𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 (𝑀)

Hal ini dilakukan agar didapatkan hasil kuantitatif akan tingkatan wilayah berpotensi

bencana kebakaran berupa nilai, tingkat resiko bencana kebakaran pada masing – masing

wilayah kelurahan di Kota Surakarta dan pemetaan tingkat potensi resiko bencana

Kebakaran di Kota Surakarta.

Tabel 6

Perhitungan Analisis Resiko Kebakaran NO FAKTOR VARIABEL KELAS BOBOT NILAI

KELURAHAN

1 Kejadian

Kebakaran

Frekuensi

Kejadian

1 3

KE

LA

S x

BO

BO

T

2

3

2 Penggunaan

Lahan

Permukiman 1 3

2

3

Perkantoran 1 4

2

3

Jasa 1 5

2

3

Perdagangan 1 6

2

3

Industri 1 7

2

3

JUMLAH SKOR ANCAMAN (A)

3 Penduduk Jumlah

Kepadatan

Penduduk

1 5

KE

LA

S x

BO

BO

T

2

3

Penduduk Usia

Rentan

1 5

2

3

4 Bangunan Kepadatan 1 6

Page 50: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Bangunan 2

3

JUMLAH SKOR KERENTANAN (K)

5 Proteksi

terpasang

Sarana Proteksi 1 5

KE

LA

S x

BO

BO

T

2

3

Jumlah Sarana

Proteksi

1 5

2

3

Keterjangkauan

Pos Pemadam

1 5

2

3

6 Kesiapan

Masyarakat

Satlakar 0 5

1

Program

Pencegahan

Kebakaran

0 5

1

JUMLAH SKOR KEMAMPUAN (M)

SKOR RESIKO BENCANA KEBAKARAN (R)

Sumber : Analisis,2012

5. Tahap Sintesis

Merupakan hasil akhir dari penelitian yang berupa kesimpulan dan rekomendasi mengenai

kegiatan penelitian. Hasil sintesis ini diharapkan dapat menjadi gambaran tentang wilayah

yang berpotensi rawan kebakaran di Kota Surakarta saat ini. Sehingga dapat dilakukan upaya

pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran.

Gambar 3

Kerangka Analisis

Teori, UU, peraturan,

dan standar

Data

Teridentifikasinya wilayah yang memiliki

potensi rawan kebakaran di Kota Surakarta

berdasarkan faktor pemicu kebakaran

Terpetakannya kawasan dengan tingkat

Resiko Kebakaran di Kota Surakarta

Perhitungan

Resiko Kebakaran

Deskriptif Kualitatif

Kerentanan terhadap

kebakaran

Ancaman terhadap

kebakaran

Kemampuan terhadap

kebakaran

Upaya pencehagan dan penanggulangan

kebakaran (Rekomendasi)

Scoringatau

Pembobotan

Variabel

Teridentifikasinya nilai

wilayah resiko bencana

Kebakaran di Kota

Surakarta

Page 51: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

BAB IV

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

A. PROFIL WILAYAH KOTA SURAKARTA

1. Kondisi Fisik

Letak Wilayah ditinjau berdasrkan kedudukan Secara geografis kota Surakarta dan

sekitarnya terletak pada posisi 110°45’15” - 110°45’35” Bujur Timur dan 7°36’00” -

7°56’00” LS Lintang Selatan. Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa

Tengah yang menunjang kota-kota lainnya seperti Semarang serta Daerah Istimewa

Yogyakarta.

Batas-batas administrasi kota Surakarta yaitu:

Sebelah Utara : Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Boyolali

Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo

Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo

Sebelah Barat : Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo

Luas daerah administrasi kurang lebih 4.404,06 ha yang terdiri dari lima wilayah

kecamatan yaitu Kecamatan Banjarsari, Jebres, Laweyan, Pasar Kliwon, dan

Serengan. Kelima kecamatan tersebut terbagi dalam beberapa kelurahan, yaitu :

Kecamatan Laweyan, yang terdiri dari 11 Kelurahan

Kecamatan Serengan, yang terdiri dari 7 Kelurahan

Kecamatan Jebres, yang terdiri dari 11 Kelurahan

Kecamatan Pasar Kliwon, yang terdiri dari 9 Kelurahan

Kecamatan Banjarsari, yang terdiri dari 13 Kelurahan

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Page 52: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Tabel 7

Pembagian Administrasi Kota Surakarta No Kecamatan Kelurahan Luas RW RT

1 Laweyan 1. Pajang 155,20 16 87

2. Laweyan 24,83 3 10

3. Bumi 37,30 7 28

4. Panularan 54,40 8 48

5. Sriwedari 51,30 6 25

6. Penumping 50,33 6 28

7. Purwosari 84,40 14 51

8. Sondakan 78,50 15 52

9. Kerten 92,10 13 48

10. Jajar 105,50 8 45

11. Karangasem 130,00 9 36

2 Serengan 1. Joyotakan 45,90 6 32

2. Danukusuman 50,80 15 58

3. Serengan 64,00 15 64

4. Tipes 64,00 15 69

5. Kratonan 32,40 6 35

6. Jayengan 29,30 9 30

7. Kemlayan 33,00 6 24

3 Pasar Kliwon 1. Joyosuran 54,00 12 55

2. Semanggi 166,82 23 131

3. Pasar Kliwon 36,00 12 36

4. Baluwarti 40,70 12 38

5. Gajahan 33,90 9 32

6. Kauman 19,20 6 22

7. Kampung Baru 30,60 6 22

8. Kedung Lumbu 55,10 7 30

9. Sangkrah 45,20 13 58

4 Jebres 1. Kepatihan Kulon 17,50 3 20

2. Kepatihan Wetan 22,50 2 18

3. Sudiroprajan 23,00 9 35

4. Gandekan 35,00 9 36

5. Sewu 48,50 9 35

6. Pucang Sawit 127,00 15 56

7. Jagalan 65,00 15 63

8. Purwodiningratan 37,30 10 35

9. Tegalharjo 32,50 6 33

10. Jebres 317,00 36 128

11. Mojosongo 532,88 35 172

5 Banjarsari 1. Mangkubumen 79,70 14 58

2. Timuran 31,50 5 22

3. Keprabon 31,80 6 26

4. Ketelan 25,00 9 31

5. Punggawan 36,00 6 31

6. Kestalan 20,80 6 20

7. Setabelan 27,70 9 31

8. Gilingan 127,20 21 112

9. Manahan 128,00 13 61

10. Sumber 133,30 17 75

11. Nusukan 206,30 24 143

12. Kadipiro 508,80 33 216

13. Banyuanyar 125,00 12 48

KOTA SURAKARTA 4.404,06 61 2.708

Sumber : Kompilasi Kelurahan Dalam Angka Surakarta 2010, diolah 2012

Page 53: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Peta Administrasi Kota Surakarta

Page 54: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

2. Pemadam Kebakaran

a. Sumber Daya Manusia

Pemadam Kebakaran Kota Surakarta memiliki 68 petugas kebakaran. Dari 68

petugas kebakaran terbagi ke dalam beberapa jabatan, diantaranya Kepada Bidang

Pemadam Kebakaran, Kepala Sie perlengkapan, Kepala Sie Manajemen Pemadaman,

administrasi, Petugas pemadam dan Pengemudi.

Tabel 8

Pembagian Tugas Bidang Pemadam Kebakaran

Di Kota Surakarta Tugas Jumlah

Kepala Bidang PMK 1 orang

Kepala Sie 2 orang

Admnistrasi 5 orang

Petugas Pemadam 40 orang

Pengemudi 20 orang

Sumber : Profil DPU bidang Pemadam Kebakaran

b. Sarana Pemadam Kebakaran

Sarana Pemadam Kebakaran berupa pos pemadam kebakaran. Pos pemadam

kebakaran di Kota Surakarta terdiri dari 3(tiga) pos yang tersebar di 3(tiga) kecamatan.

Ketiga pos yaitu Pos Pedaringan, Pos Kota Barat, dan Pos Gading.

Mobil pemadam Kebakaran berjumlah 12 unit kendaraan. Yang terdiri dari 3 mobil

tangki, 8 mobil Fire Truck, dan 1 mobil tangga 22meter plus 1 mobil dan 2 unit

sepeda motor sebagai operasional.

Gambar 4

Mobil Pemadam Kebakaran

c. Kejadian Kebakaran

Kejadian bencana kebakaran di Kota Surakarta mengalami peningkatan pada

setiap tahunnya. Pada tahun 2010 dari semula 28 kejadian menjadi 37 kejadian di

Page 55: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

tahun 2011. Bahkan pada tahun 2012 telah terjadi 46 kejadian kebakaran sampai bulan

agustus saja.

Jika dilihat dari bulan terjadinya kebakaran, maka bulan Juli, Agustus, September, dan

Oktober merupakan bulan yang paling sering terjadi Kebakaran. Untuk lebih jelas

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 9

Kejadian Kebakaran di Kota Surakarta

Berdasarkan Bulan Kejadian tahun 2007-2011 Bulan 2010 2011 2012

Januari 4 2 3

Februari 1 2 6

Maret 2 2 5

April 0 3 2

Mei 3 3 6

Juni 2 1 8

Juli 1 10 7

Agustus 1 6 9

September 6 3 belum terdata

Oktober 0 8 belum terdata

November 3 3 belum terdata

Desember 5 4 belum terdata

Jumlah Kejadian

Kebakaran

28 37 46 ( sementara)

Sumber : Surakarta Dalam Angka 2011, diolah 2012

Data kejadian kebakaran dari dinas pekerjaan umum bidang pemadam

kebakaran menyebutkan jumlah kejadian kebakaran pada masing-masing kecamatan

di Kota Surakarta. Dari data yang terkumpul, Kelurahan yang mengalami jumlah

kejadian paling tinggi selama kurun waktu 2010 – 2012 adalah Kelurahan Jebres

Kecamatan Jebres dengan jumlah 9 kejadian.

Disusul oleh Kelurahan Gilingan Kecamatan Banjarsari dengan jumlah 7

kejadian, serta Kelurahan Pajang, Kelurahan Karangasem Kecamatan Laweyan,

Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon, Kelurahan Kadipiro Kecamatan

Banjarsai dengan masing – masing jumlah kejadian 6 kejadian. Sedangkan kelurahan

selain yang telah disebutkan memiliki jumlah kejadian dibawahnya.

Secara lebih rinci kejadian kebakaran di Kota Surakarta dalam kurun waktu

2010 – 2012 dapat dilihat pada tabel 10 dibawah ini.

Tabel 10

Kejadian Kebakaran di Kota Surakarta

Dirinci Berdasarkan Kelurahan tahun 2011-2012 No Kecamatan Kelurahan 2010 2011 2012

1 Laweyan 1. Pajang 1 3 2

2. Laweyan 1 1 1

3. Bumi - - -

4. Panularan 1 - 1

5. Sriwedari - - 2

Page 56: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

6. Penumping 1 1 1

7. Purwosari 2 - -

8. Sondakan - 2 -

9. Kerten - 1 -

10. Jajar 1 - -

11. Karangasem 1 2 3

2 Serengan 1. Joyotakan - - 1

2. Danukusuman - 1 -

3. Serengan - 2 1

4. Tipes - - 1

5. Kratonan - 1 2

6. Jayengan - - -

7. Kemlayan - 1 -

3 Pasar Kliwon 1. Joyosuran 1 - -

2. Semanggi 3 3 -

3. Pasar Kliwon 1 - 1

4. Baluwarti - - -

5. Gajahan - 1 3

6. Kauman - 1 1

7. Kampung Baru - - -

8. Kedung Lumbu 1 1 -

9. Sangkrah - - 1

4 Jebres 1. Kepatihan Kulon - - -

2. Kepatihan Wetan 1 - -

3. Sudiroprajan - - -

4. Gandekan - - 1

5. Sewu - - -

6. Pucang Sawit - - 2

7. Jagalan 3 - -

8. Purwodiningratan - 1 2

9. Tegalharjo - - -

10. Jebres 1 1 7

11. Mojosongo - 1 2

5 Banjarsari 1. Mangkubumen - 3 2

2. Timuran - 1 1

3. Keprabon - 1 1

4. Ketelan - - -

5. Punggawan - - -

6. Kestalan 1 - 1

7. Setabelan - 1 1

8. Gilingan 3 3 1

9. Manahan 1 1 -

10. Sumber - 1 -

11. Nusukan 1 1 -

12. Kadipiro 3 1 2

13. Banyuanyar - - 2

KOTA SURAKARTA 28 37 46

Sumber : DPU Bidang Pemadam Kebakaran, 2010 - 2012

Gambar 5

Bangunan bekas kebakaran

Page 57: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Peta Kejadian Kebakaran

Page 58: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Peta Pos pemadan Kebakaran

Page 59: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

3. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan budidaya Kota Surakarta dibedakan menjadi beberapa jenis,

diantaranya perumahan/permukiman, perkantoran, jasa, perdagangan, industri.

Sebagian besar penggunaan lahan Kota Surakarta berupa perumahan/permukiman

yang mencapai 3.142,29 ha dari luas wilayah total 4.406,06 ha.

Diantara penggunaan lahan budidaya di Kota Surakarta yang paling kecil yaitu

lahan untuk industri sebesar 121,90 ha. Dari penggunaan lahan budidaya eksisting

Kota Surakarta pada tahun 2012, total penggunaan lahan mencapai luas 3.781,71 ha

dari luas wilayah 4.404,06 ha Kota Surakarta atau sebesar 85% total luas wilayah.

Penggunaan lahan yang disajikan dalam data merupakan penggunaan lahan yang

menggambarkan funsi kekotaan.

Secara lebih rinci, luas penggunaan lahan eksisisting Kota Surakarta akan dijabarkan

melalui tabel berikut ini.

Tabel 11

Penggunaan Lahan Kota Surakarta 2012 (ha)

No Keca

matan Kelurahan

Permuki

man

Perkant

oran Jasa

Perdag

angan Industri

Luas

Penggunaan

Lahan

Luas

wilayah

1 Lawey

an

1.Pajang 130,65 3,34 3,19 9,11 1,48 147,77 155,20

2. Laweyan 15,88 0,11 0,99 1,86 0,61 19,45 24,83

3. Bumi 28,14 0,27 1,88 1,61 0,21 32,11 37,30

4. Panularan 45,35 2,11 1,17 2,05 1,52 52,20 54,40

5. Sriwedari 38,44 3,14 1,93 6,15 1,45 51,11 51,30

6. Penumping 41,18 0,97 2,77 2,08 0,76 47,76 50,33

7. Purwosari 69,84 0,71 4,67 0,75 0,32 76,29 84,40

8. Sondakan 68,52 1,53 1,29 1,27 0,52 73,13 78,50

9. Kerten 64,75 6,70 3,45 1,11 8,52 84,53 92,10

10. Jajar 87,77 6,16 5,66 0,04 3,59 103,22 105,50

11. Karangasem 98,13 2,53 0,75 0,15 4,12 105,68 130,00

2 Seren

gan

1. Joyotakan 31,27 0,18 0,43 2,89 1,05 35,82 45,90

2. Danukusuman 34,02 0,8 1,15 3,37 1,35 40,69 50,80

3. Serengan 56,57 0,82 0,97 3,26 0,79 62,41 64,00

4. Tipes 46,12 0,59 1,75 6,98 1,43 56,87 64,00

5. Kratonan 24,62 0,22 1,96 4,89 0,44 32,13 32,40

6. Jayengan 18,48 0,7 1,39 6,71 2,11 29,39 29,30

7. Kemlayan 21,22 0,63 1,78 8,59 0,18 32,40 33,00

3 Pasar

Kliwo

n

1. Joyosuran 47,99 0,74 0,44 1,65 2,83 53,65 54,00

2. Semanggi 125,85 1,03 4,03 9,96 3,54 144,41 166,82

3. Pasar Kliwon 27,17 0,15 2,17 4,1 1,71 35,30 36,00

4. Baluwarti 37,37 0,62 0,51 0,62 0 39,12 40,70

5. Gajahan 19,88 0,32 0,84 3,45 0 24,49 33,90

6. Kauman 14,68 0,62 0,52 2,53 0,24 18,59 19,20

7. Kampung Baru 20,46 8,69 0,03 1,43 0 30,61 30,60

8. Kampung

Lumbu 31,21 2,25 3,12 6,55 1,41 44,54 55,10

9. Sangkrah 33,72 0,55 0,54 0,9 0 35,71 45,20

Page 60: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

No Keca

matan Kelurahan

Permuki

man

Perkant

oran Jasa

Perdag

angan Industri

Luas

Penggunaan

Lahan

Luas

wilayah

4 Jebres 1. Kepatihan

Kulon 9,07 1,52 1,52 2,51 0 14,62 17,50

2. Kepatihan

Wetan 10,15 2,1 2,1 5,24 0 19,59 22,50

3. Sudiroprajan 11,97 0,78 0,78 9,44 0 22,97 23,00

4. Gandekan 28,56 1,19 1,19 3 0,92 34,86 35,00

5. Sewu 31,9 1,44 1,44 2,72 3,55 41,05 48,50

6. Pucang Sawit 64,5 4,35 4,35 1,86 8,79 83,85 127,00

7. Jagalan 51,64 0,75 0,75 4,73 3,81 61,68 65,00

8. Purwodiningrat

an 22,34 3,02 3,02 9,06 0 37,44 37,30

9. Tegalharjo 24,4 1,53 1,53 0,79 0 28,25 32,50

10. Jebres 226,98 19,13 19,13 12,38 17,98 295,60 317,00

11. Mojosongo 320,26 6,59 6,59 10,7 8,12 352,26 532,88

5 Banjar

sari

1. Mangkubumen 53,08 8,93 8,93 8,07 0,28 79,29 79,70

2. Timuran 21,02 3,08 3,08 3,96 0,07 31,21 31,50

3. Keprabon 20 0,97 0,97 6,6 0 28,54 31,80

4. Ketelan 15,9 2,53 2,53 1,56 0 22,52 25,00

5. Punggawan 26,65 2,56 2,56 4,34 0 36,11 36,00

6. Kestalan 15,29 1,41 1,41 1,59 0,36 20,06 20,80

7. Setabelan 16,69 0,63 0,63 9,07 0 27,02 27,70

8. Gilingan 97,65 8,44 8,44 6,26 3,97 124,76 127,20

9. Manahan 95,89 6,91 6,91 2,54 1,95 114,20 128,00

10. Sumber 106,83 1,79 1,79 4,83 0 115,24 133,30

11. Nusukan 164,71 2,27 2,27 8,77 1,67 179,69 206,30

12. Kadipiro 342,62 9,16 9,16 5,16 28,9 395,00 508,80

13. Banyuanyar 83,23 5,77 5,77 5,72 1,35 101,84 125,00

Kota Surakarta 3142,29 143,33 146,23 227,96 121,90 3781,71 4404,06

Sumber : Hasil survey, 2012

Page 61: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Peta Penggunaan Lahan

Page 62: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

4. Kondisi Sosial dan Bangunan

Data mengenai kependudukan digunakan sabagai dasar untuk perencanaan pada

berbagai bidang pembangunan dan untuk melakukan evaluasi dari hasil pembangunan.

Jumlah penduduk Kota Surakarta pada tahun 2010 sebanyak 586.019 jiwa.

Tabel 12

Jumlah Penduduk Laki – laki dan Perempuan

Kota Surakarta Tahun 2003-2010 Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio

2003 242.591 254.643 497.234 95,27

2004 249.279 261.433 510.711 95,35

2005 250.868 283.672 534.540 88,44

2006 254.259 258.639 512.898 98,31

2007 246.132 269.240 515.372 91,42

2008 247.245 275.690 522.935 89,68

2009 249.287 278.915 528.202 89,38

2010 243.296 256.041 586.019 95,02

Sumber : Surakarta Dalam Angka 2010, diolah 2012

Dengan melihat perbandingan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin, dapat

disimpulkan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan

penduduk laki – laki. Rasio jenis kelamin sebesar 95,02. Artinya setiap 100 penduduk

perempuan terdapat 95 penduduk laki-laki.

Kepadatan penduduk Kota Surakarta pada Tahun 2010 rata-rata yaitu 133 jiwa/ha.

Kepadatan penduduk paling tinggi adalah di Kelurahan Sangkrah Kecamatan Pasar

Kliwon dengan kepadatan 257 jiwa/ha. Sedangkan kepadatan penduduk paling rendah

terletak di Kelurahan Karangasem dengan 76 jiwa/ha.

Semakin padatnya suatu wilayah akan membawa dampak pada semakin tingginya

suatu wilayah terhadap potensi terjadinya kebakaran. Adapun data kepadatan

penduduk selengkapnya dapat dilihat pada tabel 13 dibawah ini.

Page 63: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Tabel 13

Kepadatan Penduduk Kota Surakarta

Dirinci Berdasarkan Kelurahan 2010 No Kecamatan Kelurahan Luas (ha) Jumlah

Penduduk

(jiwa)

Kepadatan

Penduduk

(Jiwa/ha)

1 Laweyan 1. Pajang 155,20 24.612 159 2. Laweyan 24,83 2.580 104 3. Bumi 37,30 7.239 194 4. Panularan 54,40 9.752 179 5. Sriwedari 51,30 4.772 93 6. Penumping 50,33 5.629 112 7. Purwosari 84,40 13.057 155 8. Sondakan 78,50 11.973 153 9. Kerten 92,10 11.939 130

10. Jajar 105,50 9.733 92 11. Karangasem 130,00 9.827 76

2 Serengan 1. Joyotakan 45,90 8.921 194 2. Danukusuman 50,80 11.657 229 3. Serengan 64,00 12.976 203 4. Tipes 64,00 13.855 216 5. Kratonan 32,40 6.182 191 6. Jayengan 29,30 5.817 199 7. Kemlayan 33,00 4.873 148

3 Pasar Kliwon 1. Joyosuran 54,00 11.653 216 2. Semanggi 166,82 33.977 204 3. Pasar Kliwon 36,00 7.174 199 4. Baluwarti 40,70 7.286 179 5. Gajahan 33,90 5.269 155 6. Kauman 19,20 3.524 184 7. Kampung Baru 30,60 3.687 120 8. Kedung Lumbu 55,10 4.857 88 9. Sangkrah 45,20 11.597 257

4 Jebres 1. Kepatihan Kulon 17,50 2.930 167 2. Kepatihan Wetan 22,50 3.050 136 3. Sudiroprajan 23,00 5.037 219 4. Gandekan 35,00 9.529 272 5. Sewu 48,50 7.663 158 6. Pucang Sawit 127,00 13.903 109 7. Jagalan 65,00 12.382 190

8. Purwodiningratan 37,30 5.453 146 9. Tegalharjo 32,50 6.078 187 10. Jebres 317,00 32.112 101 11. Mojosongo 532,88 46.256 87

5 Banjarsari 1. Mangkubumen 79,70 10.013 126 2. Timuran 31,50 4.371 139 3. Keprabon 31,80 3.737 118 4. Ketelan 25,00 4.284 171 5. Punggawan 36,00 5.243 146 6. Kestalan 20,80 3.030 146 7. Setabelan 27,70 4.382 158 8. Gilingan 127,20 21.823 172 9. Manahan 128,00 13.432 105 10. Sumber 133,30 16.864 127 11. Nusukan 206,30 28.529 138 12. Kadipiro 508,80 49.614 98

13. Banyuanyar 125,00 11.886 95

KOTA SURAKARTA 4.404,06 586.019 133

Sumber : Kompilasi Kecamatan Dalam Angka 2010, diolah 2012

Page 64: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Jumlah penduduk Kota Surakarta berdasarkan kelompok usia 20 sampai 24 tahun

memiliki jumlah yang paling besar dibandingkan kelompok umur lainnya di Kota

Surakarta, yaitu sebesar 48.073 jiwa. Kelompok ini merupakan kelompok usia muda

atau kelompok usia produktif. Sedangkan penduduk Kota Surakarta pada kelompok

usia 60-64 tahun merupakan kelompok usia yang paling rendah yaitu sebesar 14.633

jiwa. Untuk lebih jelasnya, penduduk Kota Surakarta berdasarkan kelompok usia dan

jenis kelamin dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 14

Jumlah Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin

Kota Surakarta Tahun 2010

Kelompok Usia Laki-laki Perempuan Jumlah

0-4 18.662 17.725 36.387

5-9 19.206 18.353 37.559

10-14 19.389 18.645 38.034

15-19 22.366 24.394 46.760

20-24 23.010 25.063 48.073

25-29 22.138 22.020 44.158

30-34 20.577 20.511 41.088

35-39 18.394 19.218 37.612

40-44 17.884 19.333 37.217

45-49 15.989 18.189 34.178

50-54 14.591 15.644 30.235

55-59 11.757 11.508 23.265

60-64 6.838 7.795 14.633

65+ 12.495 17.643 30.138

Jumlah 243.296 256.041 586.019 Sumber : Surakarta Dalam Angka 2010, diolah 2012

Page 65: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Gambar 6

Diagram Piramida Jumlah Penduduk Kota Surakarta Tahun 2010

Sumber : Analisis, 2012

Gambar piramida penduduk Kota Surakarta secara umum di atas dapat terlihat

usia muda yaitu usia 20 – 24 tahun merupakan penduduk yang mendominasi

penduduk Kota Surakarta. Akan tetapi, jumlah penduduk usia rentan (usia

ketergantungan) yang besar akan memiliki potensi resiko kebakaran yang lebih tinggi.

Hal ini dikarenakan ketika terjadi kebakaran, pada usia rentan akan sulit didalam

upaya penyelamatan diri, usia tersebut membutuhkan bantuan orang lain didalam

upaya penyelamatan diri. Lain halnya dengan penduduk diluar usia rentan, dimana

pada usia tersebut dapat melakukan kegiatan evakuasi secara lebih mandiri.

30.000 20.000 10.000 00 10.000 20.000 30.000

0-4

5-9

10-14

15-19

20-24

25-29

30-34

35-39

40-44

45-49

50-54

55-59

60-64

65+

Perempuan Laki-laki

Page 66: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Peta Kepadatan Penduduk (NILAI KEPADATAN)

Page 67: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Bangunan dan penduduk merupakan bagian yang tak terpisahkan. Hal ini

dikarenakan setiap penduduk akan membutuhkan tempat untuk berteduh, berlindung

dan tempat tinggal. Kepadatan bangunan biasanya muncul dari adanya kepadatan

penduduk pada suatu wilayah. Semakin tinggi kepadatan penduduk biasanya

berdampak pada semakin padatnya bangunan disekitarnya.

Semakin padat bangunan pada suatu wilayah dapat menimbulkan potensi

terjadinya rawan bencana kebakaran pada suatu daerah. Hal ini dikarenakan

Kebakaran sering terjadi pada suatu wilayah yang memiliki kepadatan bangunan yang

tinggi. Karena pada wilayah yang memiliki bangunan dengan kepadatan tinggi jika

terjadi bencana kebakaran, api akan cepat menyebar pada wilayah atau bangunan yang

berada disekitarnya.

Adapun kepadatan bangunan didapatkan dengan perhitungan luas bangunan dibagi

dengan luas wilayah pada wilayah tersebut. Berikut tabel kepadatan bangunan di Kota

Surakarta.

Tabel 15

Kepadatan Bangunan No Kecamatan Kelurahan Luas

Wilayah

(ha)

Luas

Bangunan

(ha)

KDB

1 Laweyan 1. Pajang 155,2 136,74 88

2. Laweyan 24,83 17,87 72

3. Bumi 37,3 23,45 63

4. Panularan 54,4 45,90 84

5. Sriwedari 51,3 44,99 88

6. Penumping 50,33 36,11 72

7. Purwosari 84,4 64,03 76

8. Sondakan 78,5 61,67 79

9. Kerten 92,1 50,97 55

10. Jajar 105,5 77,47 73

11. Karangasem 130 70,13 54

2 Serengan 1. Joyotakan 45,9 35,20 77

2. Danukusuman 50,8 39,10 77

3. Serengan 64 59,70 93

4. Tipes 64 50,47 79

5. Kratonan 32,4 30,73 95

6. Jayengan 29,3 19,65 67

7. Kemlayan 33 29,71 90

3 Pasar Kliwon 1. Joyosuran 54 32,32 60

2. Semanggi 166,82 138,88 83

3. Pasar Kliwon 36 22,61 63

4. Baluwarti 40,7 34,91 86

5. Gajahan 33,9 21,90 65

6. Kauman 19,2 12,98 68

7. Kampung Baru 30,6 14,26 47

8. Kedung Lumbu 55,1 35,28 64

9. Sangkrah 45,2 34,61 77

Page 68: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

No Kecamatan Kelurahan Luas

Wilayah

(ha)

Luas

Bangunan

(ha)

KDB

4 Jebres 1. Kepatihan Kulon 17,5 11,46 65

2. Kepatihan Wetan 22,5 10,31 46

3. Sudiroprajan 23 19,84 86

4. Gandekan 35 30,97 88

5. Sewu 48,5 33,83 70

6. Pucang Sawit 127 71,97 57

7. Jagalan 65 52,69 81

8. Purwodiningratan 37,3 26,36 71

9. Tegalharjo 32,5 22,32 69

10. Jebres 317 129,53 41

11. Mojosongo 532,88 328,17 62

5 Banjarsari 1. Mangkubumen 79,7 63,11 79

2. Timuran 31,5 21,03 67

3. Keprabon 31,8 20,95 66

4. Ketelan 25 15,48 62

5. Punggawan 36 30,04 83

6. Kestalan 20,8 11,9 57

7. Setabelan 27,7 20,01 72

8. Gilingan 127,2 86,91 68

9. Manahan 128 61,85 48

10. Sumber 133,3 99,36 75

11. Nusukan 206,3 149,47 72

12. Kadipiro 508,8 384,47 76

13. Banyuanyar 125 72,58 58

KOTA SURAKARTA 4.404,06 3.016,257

Sumber : hasil survey,2012

Berdasarkan tabel kepadatan bangunan diatas terlihat bahwa kelurahan seluruh

kelurahan di Kota Surakarta memiliki luas kepadatan bangunan lebih dari 30% dari

luas wilayahnya. Tidak ada satupun kelurahan yang memiliki luas wilayah dibawah

30%.

Kepadatan bangunan paling tinggi terdapat pada Kelurahan Kratonan dan

Kelurahan Serengan Kecamatan Serengan dengan masing – masing kepadatan

bangunan 95% dan 93%. Sedangkan untuk wilayah dengan kepadatan bangunan

kurang dari 60% terdapat di 9 (sembilan) kelurahan yang tersebar hampir pada masing

– masing Kecamatan di Kota Surakarta.

Kelurahan yang memiliki kepadatan bangunan di bawah 60% di Kota Surakarta

diantaranya yaitu Kelurahan Kerten, Kelurahan Karangasem Kecamatan Laweyan,

Kelurahan Kedung Lumbu Kecamatan Pasar Kliwon, Kelurahan Kepatihan Wetan,

Kelurahan Pucang Sawit, Kelurahan Jebres Kecamatan Jebres, Kelurahan Kestalan,

Kelurahan Manahan, dan Kelurahan Banyuanyar Kecamatan Banjarsari.

Page 69: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Peta Kepadatan Bangunan (nilai)

Page 70: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

5. Sarana Proteksi Kebakaran

a. Hidran

Dalam kaitannya penyediaan air untuk bencana kebakaran, Kota Surakarta

memiliki Fire Hydrant. Fasilitas ini merupakan fasilitas yang disediakan oleh PDAM

untuk sumber air bagi pemadam kebakaran Kota Surakarta. Kota Surakarta memiliki

fire hydrant berjumlah 100 unit dan keberadaan fire hydrant sudah tersebar di setiap

kecamatan di Kota Surakarta dalam jenis pilar maupun tanam. Untuk lebih jelas dapat

dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 16

Jumlah dan Sebaran Fire Hydrant Kota Surakarta

dirinci per Kelurahan 2011 No Kecamatan Kelurahan Pilar Tanam

1 Laweyan 1. Pajang 1 -

2. Laweyan 1 -

3. Bumi - -

4. Panularan - 1

5. Sriwedari 2 -

6. Penumping - 1

7. Purwosari 1 -

8. Sondakan - 1

9. Kerten - 1

10. Jajar - 3

11. Karangasem 2 2

2 Serengan 1. Joyotakan - -

2. Danukusuman 2 1

3. Serengan - -

4. Tipes - 1

5. Kratonan - 2

6. Jayengan 1 1

7. Kemlayan - -

3 Pasar Kliwon 1. Joyosuran 1 1

2. Semanggi 1 2

3. Pasar Kliwon 3 -

4. Baluwarti - -

5. Gajahan 2 1

6. Kauman 3 -

7. Kampung Baru 1 -

8. Kedung Lumbu 2 -

9. Sangkrah - 1

4 Jebres 1. Kepatihan Kulon - -

2. Kepatihan Wetan 2 -

3. Sudiroprajan 2 -

4. Gandekan - -

5. Sewu 1 1

6. Pucang Sawit 1 1

7. Jagalan - -

8. Purwodiningratan 1 -

9. Tegalharjo - -

10. Jebres 4 2

11. Mojosongo 8 -

5 Banjarsari 1. Mangkubumen 1 2

2. Timuran 2 -

3. Keprabon 2 -

4. Ketelan - -

5. Punggawan 1 -

6. Kestalan 1 -

Page 71: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

7. Setabelan 2 1

8. Gilingan 3 1

9. Manahan 7 3

10. Sumber 2 1

11. Nusukan 3 1

12. Kadipiro 2 -

13. Banyuanyar - -

KOTA SURAKARTA 68 32

Sumber : Data Fire Hydrant 2011 dan wawancara

Tabel 17

Kondisi Hidran No Kecamatan Jumlah (unit) Kondisi Keterangan

1 Laweyan 16 5 Rusak Air tidak lancar

2 Serengan 8 1 Rusak Tidak

ditemukan

3 Pasar Kliwon 18 9 Rusak Rusak,

terhalang

tanaman ato

pagar, tertutup

aspal

4 Jebres 23 11 Rusak Rusak, air tidak

lancar, tertutup

pedagang,

tertutup aspal

5 Banjarsari 35 19 Rusak Rusak

Ada yang

tertutup aspal

dan pedagang

Sumber : Observasi dan wawancara

Gambar 7

Fire Hydrant Pilar dan Tanam Kota Surakarta

Page 72: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

b. Satuan Relawan Kebakaran (SATLAKAR)

Satuan relawan kebakaran (satlakar) lazimnya merupakan suatu kumpulan

masyarakat yang perduli dan tanggap terhadap peristiwa atau bencana kebakaran.

Satlakar memiliki peran didalam memadamkan api pertama kali pada suatu wilayah

sebelum petugas kebakaran datang pada tempat kejadian perkara. Selain itu, satlakar

memiliki tugas dalam pelaporan kejadian kebakaran pada suatu wilayah dan mencegah

terjadinya perluasan dampak kebakaran dengan melakukan upaya pencegahan serta

evakuasi.

Sebelum tahun 2010, setiap kelurahan di Kota Surakarta wajib mengirimkan 2

(dua) perwakilannya untuk mengikuti pelatihan untuk menjadi bantuan relawan

kebakaran (BALAKAR) pada setiap tahunnya. Dan harus diikuti oleh orang yang

berbeda. Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan bekal dan pelatihan kepada

masyarakat dikala menghadapi bencana kebakaran. Personil yang terlatih pada

masing-masing kelurahan jika kegiatan telah berjalan lebih dari 5 (lima) tahun, artinya

setiap kelurahan memiliki sejumlah personil sukarelawan kebakaran lebih dari 10

orang. Sehingga diharapkan perwakilan-perwakilan tersebut dapat menjadi penggerak

didalam upaya pengurangan terhadap resiko bencana kebakaran di kelurahan masing-

masing sebagai bentuk perwujudan keamanan dan kemampuan lingkungan terhadap

kejadian kebakaran.

Page 73: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Peta Hidran

Page 74: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

6. Jaringan Jalan

Jaringan jalan di Kota Surakarta terdiri dari jaringan jalan negara, jalan provinsi

dan jalan Kota. Jalan tersebut kemudian diklasifikasikan berdasarkan jenis permukaan

dan kondisi jalan.

a. Jenis Permukaan

Sepanjang tahun 2009 dan 2010, seluruh jalan negara di Kota Surakarta

merupakan jalan dengan permukaan aspal. Panjang jalan negara pada tahun 2010 tidak

mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Begitu juga dengan jalan propinsi.

Untuk jalan Kota mengalami peningkatan dari 468,73 km di tahun 2009 menjadi

469,73 km pada tahun 2010. Sedangkan jenis permukaan yang tidak diperinci

permukaannya pada jalan Kota mengalami penurunan dari 109,01 km menjadi 108,21

km. Jalan Kota memiliki variasi jenis permukaan dengan jenis aspal, kerikil, tanah,

dan tidak terperinci. Jalan kota lebih didominasi oleh permukaan dengan jenis aspal.

Dan jalan kota pada tahun 2010 memiliki total 676,56 km. Berikut rincian jalan

berdasarkan jenis permukaannya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 18

Jenis Permukaan Jalan Negara di Kota Surakarta

tahun 2009-2010 Jenis

Permukaan

Jalan Negara

2009 2010

Aspal 13,15 13,15

Kerikil - -

Tanah - -

Tidak Dirinci - -

Jumlah 13,15 13,15

Sumber : Surakarta Dalam Angka 2010

Tabel 19

Jenis Permukaan Jalan Provinsi di Kota Surakarta

tahun 2009-2010 Jenis Permukaan Jalan Provini

2009 2010

Aspal 15,48 15,48

Kerikil - -

Tanah - -

Tidak Dirinci - -

Jumlah 15,48 15,48

Sumber : Surakarta Dalam Angka 2010

Tabel 20

Jenis Permukaan Jalan Kota di Kota Surakarta

tahun 2009-2010

Page 75: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Jenis Permukaan Jalan Kota

2009 2010

Aspal 468,73 469,73

Kerikil 97,55 97,55

Tanah 0,57 1,07

Tidak Dirinci 109,01 108,21

Jumlah 675,86 676,56

Sumber : Surakarta Dalam Angka 2010

b. Kondisi Jalan

Terkait dengan kondisi jalan, berdasarkan data Kota Surakarta dalam angka, kondisi

jalan negara di kota surakarta perbandingan jalan baik dan rusak lebih banyak yang

rusak dibandingkan yang baik kondisinya yaitu 4,45 km jalan rusak dan 2,65 km jalan

baik. Sedangkan lainnya memiliki kondisi jalan sedang yaitu 6,05 km. Begitu juga

dengan jalan provinsi dimana jalan rusak mencapai 10,99 km dan 4,49 km jalan baik

dan tidak memiliki kondisi jalan yang baik. Akan tetapi tidak mengalami perubahan

kondisi jalan baik untuk jalan negara maupun jalan provinsi.

Jalan Kota juga mengalami penambahan serta pengurangan pada kondisi jalannya.

Padatahun 2009 kondisi jalan baik di kota sepanjang 447,78 km dan mengalami

penurunan pada tahun 2010 menjadi 402,34 km. Serta terdapat jalan dengan kondisi

sedang berjumlah 206,92 km pada tahun 2009 dan 232,54 km pada tahun 2010. Begitu

juga dengan jalan yang mengalami kerusakan terus bertambah. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 21

Kondisi Jalan Negara di Kota Surakarta

tahun 2009-2010 Kondisi Jalan Jalan Negara

2009 2010

Baik 2,65 2,65

Sedang 6,05 6,05

Rusak 4,45 4,45

Rusak Berat - -

Jumlah 13,15 13,15

Sumber : Surakarta Dalam Angka 2010

Page 76: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Tabel 22

Kondisi Jalan Provinsi di Kota Surakarta

tahun 2009-2010 Kondisi Jalan Jalan Negara

2009 2010

Baik - -

Sedang 4,49 4,49

Rusak 10,99 10,99

Rusak Berat - -

Jumlah 16,33 16,33

Sumber : Surakarta Dalam Angka 2010

Tabel 23

Kondisi Jalan Provinsi di Kota Surakarta

tahun 2009-2010 Kondisi Jalan Jalan Negara

2009 2010

Baik 447,78 402,34

Sedang 206,92 232,54

Rusak 18,29 37,56

Rusak Berat 2,87 4,12

Jumlah 675,86 676,56

Sumber : Surakarta Dalam Angka 2010

c. Jalur Evakuasi

Jalur evakuasi merupakan prasarana yang digunakan selama terjadinya bencana.

Prasarana ini berupa jalur evakuasi yang dapat digunakan oleh masyarakat ketika

terjadi bencana. Jalur evakuasi ini juga merupakan jalur yang digunakan oleh petugas

didalam menuju lokasi terjadinya bencana. Hal ini dikarenakan jalur evakuasi

merupakan jalur yang memiliki kondisi yang baik, sehingga memungkinkan didalam

percepatan pencapaian lokasi bencana. Nama – nama jalan yang merupakan jalur

evakuasi di Kota Surakarta telah disebutkan dalam RTRW Kota Surakarta 2011 – 2031.

Berikut jalur evakuasi yang dimiliki oleh Kota Surakarta.

Tabel 24

Jalur Evakuasi No Nama Jalan Lebar

(m)

Panjang

(km)

Kondisi Kelas

Jalan

1 Jl. Veteran 7 2,31 Baik

I

2 Jl. Bhayangkara 9 1,38 Rusak Ringan

3 Jl. Rajiman 8 4,95 Baik

4 Jl. Dr. Wahidin 7 0,63 Baik

5 Jl. Dr. Muwardi 12 0,75 Baik

6 Jl. Kapt. Mulyadi 8 2,60 Baik

7 Jl. Urip Sumoharjo 14 0,85 Baik

8 Jl. A. Yani 9 5,44 Baik

Page 77: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

No Nama Jalan Lebar

(m)

Panjang

(km)

Kondisi Kelas

Jalan

I

9 Jl. Ir. Sutami 12 1,60 Baik

10 Jl. Sutarto 14 1,16 Baik

11 Jl. Mangunsarkoro 7 1,78 Rusak Sedang

12 Jl. Tendean 8 1,19 Rusak Sedang

13 Jl. Sumarmo 7 2,63 Rusak Sedang

Sumber : hasil survey 2012

Page 78: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Peta Jaringan Jalan

Page 79: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

BAB V

PEMBAHASAN

A. IDENTIFIKASI POTENSI TERJADINYA KEBAKARAN BERDASARKAN

FAKTOR PEMICU KEBAKARAN DI KOTA SURAKARTA

Dalam mengetahui potensi terjadinya kebakaran di Kota Surakarta didasarkan pada

faktor pemicu terjadinya kebakaran. Faktor pemicu kebakaran sesuai yang telah dirumuskan

yaitu Fire History, Penggunaan Lahan, Kepadatan Bangunan, Kepadatan Penduduk, Proteksi

Terpasang, dan Kesiapan Masyarakat.

Identifikasi terhadap faktor pemicu terjadinya kebakaran dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui faktor pemicu yang muncul dalam memicu kebakaran di Kota Surakarta.

Secara sederhana, semakin banyak kelurahan yang memiliki penilaian terhadap faktor pemicu

terhadap indikatornya, maka wilayah tersebut memiliki kemungkinan besar terhadap

terjadinya kebakaran dari faktor pemicu yang ada. Dalam kata lain dapat dikatakan bahwa

faktor pemicu tersebut memiliki potensi yang tinggi dalam memicu terjadinya kebakaran.

Sehingga didapatkan hasil berupa identifikasi faktor pemicu yang paling berperan dalam

memicu kebakaran berdasarkan analisis deskriptif.

1. Kejadian Kebakaran

Kota Surakarta merupakan Kota yang rawan terjadi Kebakaran, dimana berdasarkan

Indeks Rawan Bencana Nasional tahun 2011 berada pada rangking 26 nasional.

Kejadian Kebakaran atau fire history merupakan faktor pemicu terjadinya kebakaran.

dalam faktor ini semakin sering atau semakin tingi kejadian dalam suatu kelurahan, maka

semakin tingi pula terjadinya kebakaran dimasa yang akan datang. Sehingga kelurahan yang

sering terjadi kebakaran, dapat dikatakan sebagai kelurahan yang rawan berdasarkan faktor

pemicu kejadian kebakaran atau fire history.

Berdasarkan data kejadian kebakaran di Kota Surakarta dalam 3 (tiga) tahun terakhir

terjadi 111 kejadian kebakaran. Kelurahan Jebres Kecamatan Jebres, merupakan kelurahan

yang paling sering terjadi kebakaran. Kelurahan Jebres terjadi kebakaran dengan jumlah

kejadian mencapai 9 kejadian dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun. Jumlah kejadian kebakaran

yang dimiliki oleh Kelurahan Jebres mencapai angka 8% dari total kejadian Kebakaran di

Kota Surakarta.

Kelurahan Gilingan Kecamatan Banjarsari merupakan kelurahan dengan kejadian

terbesar kedua dengan 7 kejadian kebakaran dengan presentasi kejadian kebakaran 6%.

Sedangkan Kelurahan Pajang, Kelurahan Karangasem Kecamatan Laweyan, Kelurahan

Page 80: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon, Kelurahan Mangkubumen, dan Kelurahan Kadipiro

Kecamatan Banjarsari memiliki presentasi kejadian masing – masing 5% kejadian. Sedangkan

Kelurahan lain yag tidak disebutkan memiliki presentasi kejadian yang kecil dengan nilai

presentasi dibawah 5%.

Berdasarkan PerKa BNPB Nomor 2 tahun 2012 yang merupakan indikator terhadap

jumlah kejadian, menetapkan klasifikasi kejadian kebakaran dalam 3 (tiga) kelas yaitu rendah

(<2%), sedang (2-5%), tinggi (>5%).

Jadi presentasi kejadian kebakaran yang terjadi di Kota Surakarta dapat dikatakan

bukan merupakan faktor pemicu yang berpotensi terhadap terjadinya kebakaran dengan

variabel frekuensi kejadian di Kota Surakarta berdasarkan analisis deskriptif. Hal ini

dikarenakan terdapat total 2 kelurahan yang memiliki tingkat bahaya tinggi (2 kelurahan) dan

sedang (25 kelurahan) dari total 51 kelurahan.

Sedangkan berdasarkan Indeks Rawan Bencana Indonesia yang diterbitkan oleh

BNPB kejadian kebakaran memiliki angka potensi bahaya (3).

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 25

Analisis Kejadian Kebakaran di Kota Surakarta No Kecamatan Kelurahan 2010 2011 2012 Jumlah %

1 Laweyan 1. Pajang 1 3 2 6 5

2. Laweyan 1 1 1 3 3

3. Bumi - - - 0 0

4. Panularan 1 - 1 2 2

5. Sriwedari - - 2 2 2

6. Penumping 1 1 1 3 3

7. Purwosari 2 - - 2 2

8. Sondakan - 2 - 2 2

9. Kerten - 1 - 1 1

10. Jajar 1 - - 1 1

11. Karangasem 1 2 3 6 5

2 Serengan 1. Joyotakan - - 1 1 1

2. Danukusuman - 1 - 1 1

3. Serengan - 2 1 3 3

4. Tipes - - 1 1 1

5. Kratonan - 1 2 3 3

6. Jayengan - - - 0 0

7. Kemlayan - 1 - 1 1

3 Pasar Kliwon 1. Joyosuran 1 - - 1 1

2. Semanggi 3 3 - 6 5

3. Pasar Kliwon 1 - 1 2 2

4. Baluwarti - - - 0 0

5. Gajahan - 1 3 4 4

6. Kauman - 1 1 2 2

7. Kampung Baru - - - 0 0

8. Kedung Lumbu 1 1 - 2 2

9. Sangkrah - - 1 1 1

Page 81: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

No Kecamatan Kelurahan 2010 2011 2012 JJumlah %

4 Jebres 1. Kepatihan Kulon - - - 0 0

2. Kepatihan Wetan 1 - - 1 1

3. Sudiroprajan - - - 0 0

4. Gandekan - - 1 1 1

5. Sewu - - - 0 0

6. Pucang Sawit - - 2 2 2

7. Jagalan 3 - - 3 3

8. Purwodiningratan - 1 2 3 3

9. Tegalharjo - - - 0 0

10. Jebres 1 1 7 9 8

11. Mojosongo - 1 2 3 3

5 Banjarsari 1. Mangkubumen - 3 2 5 5

2. Timuran - 1 1 2 2

3. Keprabon - 1 1 2 2

4. Ketelan - - - 0 0

5. Punggawan - - - 0 0

6. Kestalan 1 - 1 2 2

7. Setabelan - 1 1 2 2

8. Gilingan 3 3 1 7 6

9. Manahan 1 1 - 2 2

10. Sumber - 1 - 1 1

11. Nusukan 1 1 - 2 2

12. Kadipiro 3 1 2 6 5

13. Banyuanyar - - 2 2 2

KOTA SURAKARTA 28 37 46 111 100

Sumber : hasil analisis, 2012

Page 82: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

PETA KEJADIAN KEBAKARAN

Page 83: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

2. Pengunaan Lahan

Penggunaan lahan merupakan faktor pemicu terjadinya kebakaran. Hal ini

dikarenakan setiap penggunaan lahan memiliki klasifikasi resiko terhadap potensi terjadinya

kebakaran. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 20 tahun 2009 tentang

Pedoman Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran Di Perkotaan, setiap penggunaan lahan

memiliki klasifikasi angka potensi kebakaran. Penggunaan lahan dan angka klasifikasi yang

dimaksud dalam penggunaan lahan dengan fungsi berupa Permukiman (3), Perkantoran (4),

Jasa (5), Perdagangan (6), dan Industri (7).

Berdasarkan teori sturgess, dalam mengklasifikasikan penilaian berdasasrkan kategori

rendah, sedang, dan tinggi dalam 3 kelas dilakukan dengan formula Sturgess yaitu :

a. Menghitung ambang interval dengan cara mengurangkan Nilai tertinggi (hasil

penilaian tertinggi) dari hasil penilaian dengan nilai terendah (hasil penilaian

terendah) dari jumlah penilaian untuk kemudian dibagi 3 (tiga) sesuai dengan

interval kelas yag diinginkan.

b. Nilai ambang interval yang telah didapat dari hasil perhitungan sebelumnya (a),

digunakan sebagai pengurang dari nilai tertinggi, sehingga akan menghasilkan

batas nilai paling bawah dari kategori tertinggi.

c. Selanjutnya dilakukan pengurangan 1 angka terhadap batas terendah, sehingga

akan menghasilkan batas tertinggi untuk kategori sedang, dan seterusnya.

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 (𝑁𝑅) =(Nilai Tertinggi − Nilai Terendah)

Kelas

a. Permukiman

Penggunaan lahan di Kota Surakarta didominasi oleh penggunaan lahan berupa

Permukiman dengan 3.140,61 ha dari luas wilayah Kota Surakarta sebesar 4.404,06 ha atau

sebesar 71% luas wilayah. Penggunaan Lahan permukiman paling tinggi berada pada

Kelurahan Baluwarti Kecamatan Pasar Kliwon sebesar 92% dari luas wilayah kelurahan. Hal

ini berarti pada kelurahan tersebut memiliki penggunaan lahan sebagai permukiman yang

tinggi. Sedangkan penggunaan lahan permukiman paling rendah yaitu Kelurahan Kepatihan

Wetan dengan 45% penggunan lahan untuk permukiman.

Akan tetapi berdasarkan perhitungan dengan formula Sturgess, penggunaan lahan

permukiman rendah (<59%), sedang (59% - 75%), dan tinggi (>75%). Sehingga, penggunaan

lahan untuk permukiman didapatkan kelurahan yang berada pada kriteria penggunaan

permukiman rendah sejumlah 5 (lima) kelurahan diantaranya 4 (empat) kelurahan di

Page 84: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

kecamatan Jebres dan 1 (satu) kelurahan di Kecamatan Pasar Kliwon. Kelurahan tersebut

adalah Kelurahan Kedung Lumbu Kecamatan Pasar Kliwon, Kelurahan Kepatihan Kulon,

Kelurahan Kepatihan Wetan, Kelurahan Sudiroprajan, dan Kecamatan Pucangsawit

Kecamatan Jebres. Hal ini berarti 46 kelurahan selain kelurahan yang memiliki kriteria

pengunaan lahan rendah, merupakan Kelurahan dengan penggunaan lahan sedang dan tinggi.

Kelurahan dengan penggunaan lahan permukiman tinggi di Kota Surakarta sebanyak

14 kelurahan dari 51 kelurahan. Atau kurang dari sepertiga dari jumlah kelurahan.

Jadi berdasarkan analisis deskriptif faktor penggunaan lahan dengan variabel

penggunaan lahan permukiman dapat dikatakan bukan merupakan faktor pemicu yang

berpotensi terhadap terjadinya kebakaran di Kota Surakarta.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 23 dibawah ini.

Sedang berdasarkan Permen Nomor 20 tahun 2009 penggunaan lahan permukiman

memiliki klasifikasi angka potensi bahaya (3).

b. Perkantoran

Penggunaan lahan perkantoran di Kota Surakarta sebesar 143,33 ha dari total luas

wilayah 4.404,06 ha Kota Surakarta. Penggunaan lahan perkantoran paling tinggi berada pada

Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Pasar Kliwon sebesar 28% dari luas wilayah kelurahan.

Hal ini dikarenakan Kelurahan Kampung Baru merupakan letak dari lokasi pusat

pemerintahan Kota Surakarta, sehingga kelurahan ini memiliki pernggunaan lahan

perkantoran paling besar diantara 51 kelurahan lainnya.

Berdasarkan perhitungan dengan formula Sturgess, penggunaan lahan perkantoran

rendah (<9%), sedang (9% - 18%), dan tinggi (>18%). Penggunaan lahan perkantoran sedang

terdapat pada kelurahan Kepatihan Kulon, Kepatihan Wetan Kecamatan Jebres, Kelurahan

Mangkubumen, Kelurahan timuran, dan Kelurahan Ketelan Kecamatan Banjarsari. Sedangkan

kelurahan selain yang telah disebutkan memiliki penggunaan lahan perkantoran rendah.

Jadi berdasarkan analisis deskriptif faktor penggunaan lahan dengan variabel

penggunaan lahan perkantoran bukan merupakan faktor pemicu yang berpotensi terhadap

terjadinya kebakaran di Kota Surakarta.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 23 dibawah ini.

Sedangkan berdasarkan Permen Nomor 20 tahun 2009 penggunaan lahan perkantoran

memiliki klasifikasi angka potensi bahaya (4).

Page 85: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

c. Jasa

Penggunaan lahan Jasa di Kota Surakarta sebesar 146,23 ha dari total luas wilayah

4.404,06 ha Kota Surakarta. Penggunaan lahan Jasa paling tinggi berada pada Kelurahan

Mangkubumen Kecamatan Banjarsari sebesar 11% dari luas wilayah kelurahan. Sedangkan

penggunaan lahan jasa paling rendah berada pada Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Pasar

Kliwon sebesar 0% dari luas wilayah atau hanya sebesar 0,03 ha.

Berdasarkan perhitungan dengan formula Sturgess, penggunaan lahan Jasa rendah

(<2%), sedang (2% - 6%), dan tinggi (>6%). Penggunaan lahan Jasa sedang terdapat pada

kelurahan 32 Kelurahan yang tersebar di masing – masing Kecamatan. Sedangkan untuk

penggunaan lahan jasa rendah sejumlah 10 Kelurahan.

Jadi berdasarkan analisis deskriptif faktor penggunaan lahan dengan variabel

penggunaan lahan jasa bukan merupakan faktor pemicu yang berpotensi terhadap terjadinya

kebakaran di Kota Surakarta hal ini dikarenakan hanya terdapat 9 Kelurahan dari 51

kelurahan yang ada.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 23 dibawah ini.

Sedangkan berdasarkan Permen Nomor 20 tahun 2009 penggunaan lahan jasa

memiliki klasifikasi angka potensi bahaya (5).

d. Perdagangan

Penggunaan lahan perdagangan di Kota Surakarta sebesar 224,96 ha dari total luas

wilayah 4.404,06 ha Kota Surakarta. Penggunaan lahan perdagangan paling tinggi berada

pada Kelurahan Sudiroprajan Kecamatan Jebres sebesar 41% dari luas wilayah kelurahan.

Sedangkan penggunaan lahan perdagangan paling rendah berada pada Kelurahan Jajar dan

Karangasem Kecamatan Laweyan dengan masing – masing 0% terhadap luas wilayahnya atau

sebesar 0,04 ha dan 0,15 ha.

Berdasarkan perhitungan dengan formula Sturgess, penggunaan lahan perdagangan

rendah (<12%), sedang (12% - 26%), dan tinggi (>26%). Penggunaan lahan perdagangan

sedang terdapat pada kelurahan 11 Kelurahan yang tersebar di masing – masing Kecamatan.

Sedangkan untuk penggunaan lahan Perdagangan rendah sejumlah 38 Kelurahan.

Jadi berdasarkan analisis deskriptif faktor penggunaan lahan dengan variabel

penggunaan lahan Perdagangan bukan merupakan faktor pemicu yang berpotensi terhadap

terjadinya kebakaran di Kota Surakarta hal ini dikarenakan hanya terdapat 2 Kelurahan

dengan kriteria resiko tinggi dari 51 kelurahan yang ada.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 23 dibawah ini.

Sedangkan berdasarkan Permen Nomor 20 tahun 2009 penggunaan lahan Perdagangan

memiliki klasifikasi angka potensi bahaya (6).

Page 86: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

e. Industri

Penggunaan lahan industri di Kota Surakarta sebesar 121,90 ha dari total luas wilayah

4.404,06 ha Kota Surakarta. Penggunaan lahan industri paling tinggi berada pada Kelurahan

Kerten Kecamatan Laweyan sebesar 9% dari luas wilayah kelurahan. Sedangkan penggunaan

lahan industri paling rendah terdapat di 14 Kelurahan yang tersebar pada masing – masing

Kecamatan kecuali Kecamatan Serengan yang tidak memiliki kelurahan dengan penggunaan

lahan industri 0 ha.

Berdasarkan perhitungan dengan formula Sturgess, penggunaan lahan industri rendah

(<2%), sedang (2% - 5%), dan tinggi (>5%). Penggunaan lahan industri dengan kategori

rendah sejumlah 28 kelurahan dan kategori sedang terdapat pada 16 Kelurahan.

Jadi berdasarkan analisis deskriptif faktor penggunaan lahan dengan variabel

penggunaan lahan Industri bukan merupakan faktor pemicu yang berpotensi terhadap

terjadinya kebakaran di Kota Surakarta hal ini dikarenakan hanya terdapat 7 Kelurahan

dengan kriteria resiko tinggi dari 51 kelurahan yang ada.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 23 dibawah ini.

Sedangkan berdasarkan Permen Nomor 20 tahun 2009 penggunaan lahan Industri

memiliki klasifikasi angka potensi bahaya (7).

Tabel 26

Analisis Penggunaan Lahan Terbangun Kota Surakarta

No Kec Kelurahan Permuki

man %

Perkant

oran % Jasa %

Perdag

angan % Indstri %

Luas

Penggu

naan

Lahan

Luas

Wilay

ah

1 Law

eyan

1.Pajang 130,65 84 3,34 2 3,19 2 9,11 6 1,48 1 147,77 155,20

2. Laweyan 15,88 64 0,11 0 0,99 4 1,86 7 0,61 2 19,45 24,83

3. Bumi 28,14 75 0,27 1 1,88 5 1,61 4 0,21 1 32,11 37,30

4. Panularan 45,35 83 2,11 4 1,17 2 2,05 4 1,52 3 52,20 54,40

5. Sriwedari 38,44 75 3,14 6 1,93 4 6,15 12 1,45 3 51,11 51,30

6. Penumping 41,18 82 0,97 2 2,77 6 2,08 4 0,76 2 47,76 50,33

7. Purwosari 69,84 83 0,71 1 4,67 6 0,75 1 0,32 0 76,29 84,40

8. Sondakan 68,52 87 1,53 2 1,29 2 1,27 2 0,52 1 73,13 78,50

9. Kerten 64,75 70 6,70 7 3,45 4 1,11 1 8,52 9 84,53 92,10

10. Jajar 87,77 83 6,16 6 5,66 5 0,04 0 3,59 3 103,22 105,50

11. Karangasem 98,13 75 2,53 2 0,75 1 0,15 0 4,12 3 105,68 130,00

2 Sere

ngan

1. Joyotakan 31,27 68 0,18 0 0,43 1 2,89 6 1,05 2 35,82 45,90

2. Danukusuman 34,02 67 0,8 2 1,15 2 3,37 7 1,35 3 40,69 50,80

3. Serengan 56,57 88 0,82 1 0,97 2 3,26 5 0,79 1 62,41 64,00

4. Tipes 46,12 72 0,59 1 1,75 3 6,98 11 1,43 2 56,87 64,00

5. Kratonan 24,62 76 0,22 1 1,96 6 4,89 15 0,44 1 32,13 32,40

6. Jayengan 18,48 63 0,7 2 1,39 5 6,71 23 2,11 7 29,39 29,30

7. Kemlayan 21,22 64 0,63 2 1,78 5 8,59 26 0,18 1 32,40 33,00

Page 87: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

No Kec Kelurahan Permuki

man %

Perkant

oran % Jasa %

Perdag

angan % Indstri %

Luas

Penggu

naan

Lahan

Luas

Wilay

ah

3 Pasar

Kliw

on

1. Joyosuran 47,99 89 0,74 1 0,44 1 1,65 3 2,83 5 53,65 54,00

2. Semanggi 125,85 75 1,03 1 4,03 2 9,96 6 3,54 2 144,41 166,82

3. Pasar Kliwon 27,17 75 0,15 0 2,17 6 4,1 11 1,71 5 35,30 36,00

4. Baluwarti 37,37 92 0,62 2 0,51 1 0,62 2 0 0 39,12 40,70

5. Gajahan 19,88 59 0,32 1 0,84 2 3,45 10 0 0 24,49 33,90

6. Kauman 14,68 76 0,62 3 0,52 3 2,53 13 0,24 1 18,59 19,20

7. Kampung Baru 20,46 67 8,69 28 0,03 0 1,43 5 0 0 30,61 30,60

8. Kampung Lumbu 31,21 57 2,25 4 3,12 6 6,55 12 1,41 3 44,54 55,10

9. Sangkrah 33,72 75 0,55 1 0,54 1 0,9 2 0 0 35,71 45,20

4 Jebre

s

1. Kepatihan Kulon 9,07 52 1,52 9 1,52 9 2,51 14 0 0 14,62 17,50

2. Kepatihan Wetan 10,15 45 2,1 9 2,1 9 5,24 23 0 0 19,59 22,50

3. Sudiroprajan 11,97 52 0,78 3 0,78 3 9,44 41 0 0 22,97 23,00

4. Gandekan 28,56 82 1,19 3 1,19 3 3 9 0,92 3 34,86 35,00

5. Sewu 31,9 66 1,44 3 1,44 3 2,72 6 3,55 7 41,05 48,50

6. Pucang Sawit 64,5 51 4,35 3 4,35 3 1,86 1 8,79 7 83,85 127,00

7. Jagalan 51,64 79 0,75 1 0,75 1 4,73 7 3,81 6 61,68 65,00

8. Purwodiningratan 22,34 60 3,02 8 3,02 8 9,06 24 0 0 37,44 37,30

9. Tegalharjo 24,4 75 1,53 5 1,53 5 0,79 2 0 0 28,25 32,50

10. Jebres 226,98 72 19,13 6 19,13 6 12,38 4 17,98 6 295,60 317,00

11. Mojosongo 320,26 60 6,59 1 6,59 1 10,7 2 8,12 2 352,26 532,88

5 Banj

arsar

i

1. Mangkubumen 53,08 67 8,93 11 8,93 11 8,07 10 0,28 0 79,29 79,70

2. Timuran 21,02 67 3,08 10 3,08 10 3,96 13 0,07 0 31,21 31,50

3. Keprabon 20 63 0,97 3 0,97 3 6,6 21 0 0 28,54 31,80

4. Ketelan 15,9 64 2,53 10 2,53 10 1,56 6 0 0 22,52 25,00

5. Punggawan 26,65 74 2,56 7 2,56 7 4,34 12 0 0 36,11 36,00

6. Kestalan 15,29 74 1,41 7 1,41 7 1,59 8 0,36 2 20,06 20,80

7. Setabelan 16,69 60 0,63 2 0,63 2 9,07 33 0 0 27,02 27,70

8. Gilingan 97,65 77 8,44 7 8,44 7 6,26 5 3,97 3 124,76 127,20

9. Manahan 95,89 75 6,91 5 6,91 5 2,54 2 1,95 2 114,20 128,00

10. Sumber 106,83 80 1,79 1 1,79 1 4,83 4 0 0 115,24 133,30

11. Nusukan 164,71 80 2,27 1 2,27 1 8,77 4 1,67 1 179,69 206,30

12. Kadipiro 342,62 67 9,16 2 9,16 2 5,16 1 28,9 6 395,00 508,80

13. Banyuanyar 83,23 67 5,77 5 5,77 5 5,72 5 1,35 1 101,84 125,00

Kota Surakarta 3.140,61

143,33

146,23

224,96

121,90

3777,03 4404,0

6

Sumber : Hasil analisis, 2012

Page 88: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

PETA PENGGUNAAN LAHAN

Page 89: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Page 90: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Page 91: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Page 92: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Page 93: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

3. Penduduk

a. Kepadatan Penduduk

Kepadatan Penduduk Kota Surakarta dapat menggambarkan akan adanya

kecenderungan akan kerentanan terhadap pemicu terjadinya kebakaran. Semakin tinggi

kepadatan penduduk maka akan semakin tinggi pula kerentanan terjadinya kebakaran di Kota

Surakarta.

Tingginya kepadatan penduduk dalam suatu wilayah dapat menjadikan suatu indikasi

akan tingginya aktivitas yang ada didalamnya. Tingginya aktivitas penduduk akan suatu

wilayah akan berpotensi dalam pemicu terjadinya kebakaran yang semakin tinggi pula. Dapat

dikatakan bahwa kepadatan penduduk menimbulkan kecenderungan yang berbanding lurus

dengan munculnya kejadian kebakaran dimana kejadian kebakaran dapat disebabkan oleh

kelalaian manusia.

Standar Nasional Indonesia nomor 3 tahun 2004 tentang tata cara perencanaan

lingkungan perkotaan memberikan gambaran standar pedoman akan kepadatan penduduk.

Baik penduduk kepadatan rendah (<150), penduduk kepadatan sedang (150-200), dan

penduduk kepadatan tinggi (>200).

Kota Surakarta memiliki total kepadatan penduduk sebesar 7940 jiwa/ha. Kepadatan

penduduk tinggi di Kota Surakarta mencapai 8 (delapan). Kelurahan tersebut yaitu Kelurahan

Danukusuman, Kelurahan Serengan, Kelurahan Tipes Kecamatan Serengan, kelurahan

Joyosuran, Kelurahan Semanggi, Kelurahan Sangkrah Kecamatan Pasar Kliwon, Kelurahan

Sudiroprajan, dan Kelurahan Gandekan Kecamatan Jebres.

Kelurahan dengan kepadatan penduduk rendah masih banyak tersebar di Kota

Surakarta mencapai 24 (dua puluh empat) kelurahan dari total 51 kelurahan di kota Surakarta.

Sedangkan kelurahan sisanya memiliki kepadatan penduduk sedang yaitu sebanyak 19

(sembilan belas) kelurahan.

Jadi berdasarkan analisis deskriptif faktor Kepadatan Penduduk dengan variabel

Kepadatan Penduduk bukan merupakan faktor pemicu yang berpotensi terhadap terjadinya

kebakaran di Kota Surakarta hal ini dikarenakan hanya terdapat 8 Kelurahan dengan kriteria

resiko tinggi dari 51 kelurahan yang ada.

Page 94: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Tabel 27

Analisis Kepadatan Penduduk Kota Surakarta Tahun 2010 No Kecamatan Kelurahan Luas

(ha)

Jumlah

Penduduk

(jiwa)

Kepadatan

Penduduk

(Jiwa/ha)

% Kepadatan

1 Laweyan 1. Pajang 155,20 24.612 159 2 SEDANG

2. Laweyan 24,83 2.580 104 1 RENDAH

3. Bumi 37,30 7.239 194 2 SEDANG

4. Panularan 54,40 9.752 179 2 SEDANG

5. Sriwedari 51,30 4.772 93 1 RENDAH

6. Penumping 50,33 5.629 112 1 RENDAH

7. Purwosari 84,40 13.057 155 2 SEDANG

8. Sondakan 78,50 11.973 153 2 SEDANG

9. Kerten 92,10 11.939 130 2 RENDAH

10. Jajar 105,50 9.733 92 1 RENDAH

11. Karangasem 130,00 9.827 76 1 RENDAH

2 Serengan 1. Joyotakan 45,90 8.921 194 2 SEDANG

2. Danukusuman 50,80 11.657 229 3 TINGGI

3. Serengan 64,00 12.976 203 3 TINGGI

4. Tipes 64,00 13.855 216 3 TINGGI

5. Kratonan 32,40 6.182 191 2 SEDANG

6. Jayengan 29,30 5.817 199 3 SEDANG

7. Kemlayan 33,00 4.873 148 2 RENDAH

3 Pasar

Kliwon

1. Joyosuran 54,00 11.653 216 3 TINGGI

2. Semanggi 166,82 33.977 204 3 TINGGI

3. Pasar Kliwon 36,00 7.174 199 3 SEDANG

4. Baluwarti 40,70 7.286 179 2 SEDANG

5. Gajahan 33,90 5.269 155 2 SEDANG

6. Kauman 19,20 3.524 184 2 SEDANG

7. Kampung Baru 30,60 3.687 120 2 RENDAH

8. Kedung Lumbu 55,10 4.857 88 1 RENDAH

9. Sangkrah 45,20 11.597 257 3 TINGGI

4 Jebres 1. Kepatihan Kulon 17,50 2.930 167 2 SEDANG

2. Kepatihan Wetan 22,50 3.050 136 2 RENDAH

3. Sudiroprajan 23,00 5.037 219 3 TINGGI

4. Gandekan 35,00 9.529 272 3 TINGGI

5. Sewu 48,50 7.663 158 2 SEDANG

6. Pucang Sawit 127,00 13.903 109 1 RENDAH

7. Jagalan 65,00 12.382 190 2 SEDANG

8. Purwodiningratan 37,30 5.453 146 2 RENDAH

9. Tegalharjo 32,50 6.078 187 2 SEDANG

10. Jebres 317,00 32.112 101 1 RENDAH

11. Mojosongo 532,88 46.256 87 1 RENDAH

5 Banjarsari 1. Mangkubumen 79,70 10.013 126 2 RENDAH

2. Timuran 31,50 4.371 139 2 RENDAH

3. Keprabon 31,80 3.737 118 1 RENDAH

4. Ketelan 25,00 4.284 171 2 SEDANG

5. Punggawan 36,00 5.243 146 2 RENDAH

6. Kestalan 20,80 3.030 146 2 RENDAH

7. Setabelan 27,70 4.382 158 2 SEDANG

8. Gilingan 127,20 21.823 172 2 SEDANG

9. Manahan 128,00 13.432 105 1 RENDAH

10. Sumber 133,30 16.864 127 2 RENDAH

11. Nusukan 206,30 28.529 138 2 RENDAH

12. Kadipiro 508,80 49.614 98 1 RENDAH

13. Banyuanyar 125,00 11.886 95 1 RENDAH

KOTA SURAKARTA 4.404,06 586.019 7940 100

Sumber : Hasil analisis, 2012

Page 95: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

PETA ANALISIS KEPADATAN PENDUDUK

Page 96: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

b. Penduduk Usia Rentan

Penduduk Usia rentan merupakan penduduk dengan kelompok usia 0-14 tahun dan

usia 60+ tahun. Penduduk dengan kelompok ini dikatakan sebagai penduduk usia rentan

dikarenakan penduduk dalam kelompok ini merupakan penduduk yang paling rentan dalam

menghadapi suatu ancaman yaitu kebakaran.

Kerentanan yang dimiliki oleh penduduk usia rentan ini disebabkan dari kurangnya

kemampuan atau daya tahan yang dimiliki oleh penduduk dalam kelompok usia ini didalam

menghadapi kebakaran. dan keberadaan kelompok usia rentan ini bisa menggambarkan akan

adanya jumlah korban ataupun sulitnya upaya evakuasi jika terjadi kebakaran.

Sama halnya dengan keberadaan jumlah penduduk, semakin besar jumlah penduduk

usia rentan, maka semakin besar pula kerentanan yang dimiliki oleh suatu wilayah yakni Kota

Surakarta. Sehingga keberadaan penduduk usia rentan dapat juga dijadikan sebagai ukuran

dalam menganalisis wilayah terhadap adanya bahaya kebakaran.

Badan statistik memberikan arahan terhadap tingkatan usia rentan pada suatu wilayah,

dimana tingkatan usia rentan terbagi dalam 3 tingkatan yaitu usia rentan rendah (≤50), sedang

(51-69), dan tinggi (≥70).

Perhitungan terhadap dependency ratio yang seterusnya disebut usia rentan didasarkan

pada arahan dari badan statistik dengan rumus :

𝑑𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛𝑐𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =jumlah kelompok usia 𝑛𝑜𝑛𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓 (0 − 14 &60 +)

jumlah usia produktif (15 − 60) x100%

Penduduk usia rentan di Kota Surakarta berjumlah 206.660 jiwa yang terdiri dari

169.385 jiwa penduduk usia 0-14 tahun dan 37.275 jiwa penduduk usia >60 tahun. Jumlah

penduduk rentan di Kota Surakarta ini memiliki rata – rata 54 yang artinya pada setiap 100

jiwa penduduk usia produktif menanggung beban 54 jiwa penduduk yang tidak produktif dan

termasuk dalam tingkat sedang.

Kelurahan Kemlayan Kecamatan Serengan merupakan Kelurahan dengan jumlah

penduduk dengan ratio usia rentan yang paling besar yaitu mencapai 125%. Hal ini berati

dalam 100 jiwa penduduk produktif menanggung beban 125 jiwa penduduk rentan.

Sedangkan Kelurahan Stabelan merupakan kelurahan dengan ratio ketergantungan akan usia

rentan paling rendah yaitu 26%.

Tingkatan usia rentan tinggi terdapat pada 11 Kelurahan, tingkatan sedang pada 16

Kelurahan, dan 24 kelurahan dengan tingkat rendah.

Page 97: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Jadi berdasarkan analisis deskriptif faktor Kepadatan penduduk dengan variabel

penduduk usia rentan bukan merupakan faktor pemicu yang berpotensi terhadap terjadinya

kebakaran di Kota Surakarta hal ini dikarenakan hanya terdapat 11 Kelurahan dengan kriteria

resiko tinggi dari 51 kelurahan yang ada.

Tabel 28

Analisis Penduduk Usia Rentan 2010 N

o

Kecamatan Kelurahan Usia

0-4 th

Usia

5–9 th

Usia

10-14 th

Usia

>60 th

Jumlah

Penduduk

Ratio

1 Laweyan 1.Pajang 3224 2531 2203 1774 24.612 65

2. Laweyan 107 153 319 155 2.580 40

3. Bumi 717 502 627 634 7.239 52

4. Panularan 2398 924 834 221 9.752 81

5. Sriwedari 625 703 471 41 4.772 63

6. Penumping 304 483 711 174 5.629 42

7. Purwosari 670 1461 1564 544 13.057 48

8. Sondakan 269 857 887 1255 11.973 38

9. Kerten 482 1138 1130 497 11.939 37

10. Jajar 570 613 807 1381 9.733 53

11. Karangasem 282 597 824 892 9.827 36

2 Serengan 1. Joyotakan 1154 777 839 46 8.921 46

2. Danukusuman 574 1195 1458 505 11.657 47

3. Serengan 668 1102 1633 906 12.976 50

4. Tipes 730 701 1008 1037 13.855 33

5. Kratonan 1106 909 674 33 6.182 79

6. Jayengan 437 449 584 347 5.817 45

7. Kemlayan 976 1013 375 340 4.873 125

3 Pasar

Kliwon

1. Joyosuran 745 893 730 210 11.653 28

2. Semanggi 3912 3085 3025 3400 33.977 65

3. Pasar Kliwon 390 524 571 425 7.174 36

4. Baluwarti 1026 559 626 510 7.286 60

5. Gajahan 225 297 341 612 5.269 39

6. Kauman 354 228 295 44 3.524 35

7. Kampung Baru 402 255 348 99 3.687 43

8. Kampung Lumbu 617 627 594 123 4.857 68

9. Sangkrah 583 872 893 932 11.597 39

4 Jebres 1. Kepatihan Kulon 184 168 178 350 2.930 43

2. Kepatihan Wetan 448 292 346 68 3.050 61

3. Sudiroprajan 287 408 371 647 5.037 52

4. Gandekan 1059 794 822 721 9.529 55

5. Sewu 1064 599 558 580 7.663 58

6. Pucang Sawit 2745 1356 1386 461 13.903 75

7. Jagalan 1388 1521 1528 290 12.382 62

8. Purwodiningratan 742 679 507 449 5.453 77

9. Tegalharjo 442 657 653 532 6.078 60

10. Jebres 2045 2382 2530 3031 32.112 45

11. Mojosongo 9950 4366 3922 2281 46.256 80

Page 98: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

N

o

Kecamatan Kelurahan Usia

0-4 th

Usia

5–9 th

Usia

10-14 th

Usia

>60 th

Jumlah

Penduduk

Ratio

5 Banjarsari 1. Mangkubumen 890 797 1049 746 10.013 53

2. Timuran 805 478 443 35 4.371 67

3. Keprabon 456 502 462 206 3.737 77

4. Ketelan 222 399 401 229 4.284 41

5. Punggawan 676 683 718 85 5.243 70

6. Kestalan 207 239 218 325 3.030 48

7. Setabelan 150 158 264 331 4.382 26

8. Gilingan 941 1848 2259 2418 21.823 52

9. Manahan 2563 1163 1599 198 13.432 70

10. Sumber 1079 1343 1261 1346 16.864 42

11. Nusukan 5928 2584 4010 194 28.529 80

12. Kadipiro 1883 4195 4370 4049 49.614 41

13. Banyuanyar 1852 1347 1200 566 11.886 72

KOTA SURAKARTA 61.553 52.406 55.426 37.275 586.019

Sumber : Hasil analisis, 2012

Sedangkan berdasarkan Indeks Rawan Bencana Indonesia 2011 yang dikeluarkan oleh

BNPB faktor penduduk dengan variabel kepadatan penduduk dan penduduk usia rentan

memiliki klasifikasi angka potensi bahaya (5).

Page 99: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

PETA PENDUDUK USIA RENTAN

Page 100: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

4. Kepadatan Bangunan

Kepadatan bangunan pada suatu wilayah dapat menggambarkan bagaimana

kerentanan suatu wilayah didalam memicu terjadinya suatu bencana kebakaran. Semakin

tinggi atau semakin padat bangunan maka akan semakin besar pula potensi terjadinya

kebakaran. Sebaliknya, semakin rendah kepadatan bangunan pada suatu wilayah, maka

semakin rendah pula potensi terjadinya kebakaran.

Penetapan kepadatan bangunan didasarkan pada PP Nomor 36 tahun 2005 tentang

peraturan pelaksanan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan dalam pasal 20 ayat 2

menetapkan Kepadatan Bangunan dalam tingkatan rendah (kurang dari 30%), sedang (30%

sampai dengan 60%), dan tinggi (lebih dari 60%).

Perhitungan mengenai kepadatan bangunan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah melalui rumus :

𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛

𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑥 100%

Berdasarkan rumus diatas, dilakukan analisis terhadap faktor bangunan dengan

variabel kepadatan bangunan. Kota Surakarta memiliki kepadatan bangunan rata – rata 71%.

Ini mengandung arti bahwa Kota Surakarta memiliki kepadatan bangunan tinggi. Sedangkan

berdasarkan kelurahan, Kelurahan yang memiliki kepadatan bangunan paling tinggi adalah

Kelurahan Kratonan dan Kelurahan Serengan Kecamatan Serengan dengan masing – masing

memiliki kepadatan bangunan 95% dan 93%.

Kelurahan yang memiliki kepadatan tinggi mencapai 41 kelurahan. Sedangkan

kelurahan yang lain memiliki kepadatan bangunan sedang mencapai 10 kelurahan. Dalam

kata lain, berarti Kota Surakarta memiliki Kepadatan Bangunan yang tinggi. Hal ini

dikarenakan tidak terdapat 1 (satu) pun kelurahan yang memiliki kepadatan bangunan rendah.

Kondisi yang demikian dapat menjelaskan bahwa kepadatan bengunan di Kota

Surakarta, khusunya pada setiap kelurahan memiliki kepadatan bangunan yang padat.

Kepadatan bangunan ini dapat memicu terjadinya bencana kebakaran pada kota Surakarta

khusunya pada masing – masing kelurahan yang padat oleh bangunan.

Jadi berdasarkan analisis deskriptif faktor Bangunan dengan variabel kepadatan

bangunan merupakan faktor pemicu yang berpotensi terhadap terjadinya kebakaran di Kota

Surakarta hal ini dikarenakan hanya terdapat 41 Kelurahan dengan kriteria resiko tinggi dari

51 kelurahan yang ada. Sedangkan berdasarkan Indeks Rawan Bencana Indonesia 2011 yang

dikeluarkan oleh BNPB faktor Bangunan dengan variabel kepadatan bangunan memiliki

klasifikasi angka potensi bahaya (6).

Page 101: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Tabel 29

Analisis Kepadatan Bangunan di Kota Surakarta No Kecamatan Kelurahan Kepadatan

Bangunan

(ha)

Luas

Wilayah

(ha)

KDB

%

1 Laweyan 1. Pajang 136,74 155,20 88

2. Laweyan 17,87 24,83 72

3. Bumi 23,45 37,30 63

4. Panularan 45,9 54,40 84

5. Sriwedari 44,99 51,30 88

6. Penumping 36,11 50,33 72

7. Purwosari 64,03 84,40 76

8. Sondakan 61,67 78,50 79

9. Kerten 50,97 92,10 55

10. Jajar 77,47 105,50 73

11. Karangasem 70,13 130,00 54

2 Serengan 1. Joyotakan 35,2 45,90 77

2. Danukusuman 39,1 50,80 77

3. Serengan 59,7 64,00 93

4. Tipes 50,47 64,00 79

5. Kratonan 30,73 32,40 95

6. Jayengan 19,65 29,30 67

7. Kemlayan 29,71 33,00 90

3 Pasar

Kliwon

1. Joyosuran 32,32 54,00 60

2. Semanggi 138,88 166,82 83

3. Pasar Kliwon 22,61 36,00 63

4. Baluwarti 34,91 40,70 86

5. Gajahan 21,9 33,90 65

6. Kauman 12,98 19,20 68

7. Kampung Baru 14,26 30,60 47

8. Kedung Lumbu 35,28 55,10 64

9. Sangkrah 34,61 45,20 77

4 Jebres 1. Kepatihan Kulon 11,46 17,50 65

2. Kepatihan Wetan 10,31 22,50 46

3. Sudiroprajan 19,84 23,00 86

4. Gandekan 30,97 35,00 88

5. Sewu 33,83 48,50 70

6. Pucang Sawit 71,97 127,00 57

7. Jagalan 52,69 65,00 81

8. Purwodiningratan 26,36 37,30 71

9. Tegalharjo 22,32 32,50 69

10. Jebres 129,53 317,00 41

11. Mojosongo 328,17 532,88 62

5 Banjarsari 1. Mangkubumen 63,11 79,70 79

2. Timuran 21,03 31,50 67

3. Keprabon 20,95 31,80 66

4. Ketelan 15,48 25,00 62

5. Punggawan 30,04 36,00 83

6. Kestalan 11,9 20,80 57

7. Setabelan 20,01 27,70 72

8. Gilingan 86,91 127,20 68

9. Manahan 61,85 128,00 48

10. Sumber 99,36 133,30 75

11. Nusukan 149,47 206,30 72

12. Kadipiro 384,47 508,80 76

13. Banyuanyar 72,58 125,00 58

KOTA SURAKARTA 3.016,25 4.404,06 71

Sumber : hasil analisis, 2012

Page 102: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

PETA KEPADATAN BANGUNAN

Page 103: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

5. Proteksi Terpasang

a. Keberadaan Sarana Proteksi

Proteksi terpasang merupakan usaha atau potensi yang dimiliki oleh suatu wilayah

didalam upaya mencegah terjadinya suatu bencana kebakaran. Potensi yang dimiliki oleh

suatu wilayah dapat dikatakan sebagai kemampuan suatu wilayah didalam upaya meredam

kejadian kebakaran.

Didalam melakukan analisis deskriptif pada proteksi terpasang ini melihat pada tiga

variabel yaitu variabel keberadaan proteksi, variabel jumlah proteksi, serta variabel jangkauan

sarana pos pemadam kebakaran.

Variabel keberadaan sarana dan prasarana proteksi dilakukan dengan melihat pada

keberadaan sarana dan prasarana tersebut pada masing – masing kelurahan. Dimana kelurahan

yang memiliki atau terdapat dari keseluruhan sarana prasarana proteksi dapat dikatakan

sebagai kelurahan yang memiliki kemampuan dalam proteksi wilayahnya terhadap potensi

bencana kebakaran. sarana dan prasarana proteksi tersebut diantaranya adalah hidran, pos

pemadam kebakaran, sarana evakuasi, dan jalur evakuasi. Untuk memudahkan dalam

menganalisis, setiap item yang dimiliki berapapun jumlahnya dianggap 1, sedang jika tidak

terdapat dianggap 0.

Sedangkan berdasarkan Indeks Rawan Bencana Indonesia 2011 yang dikeluarkan oleh

BNPB Proteksi terpasang memiliki angka klasifikasi (5). Hal ini didasarkan pada asumsi yang

ada bahwa keberadaan masing – masing variabel membawa dampak langsung terhadap

manusia. Dengan kata lain keberadaan faktor ini membawa pengaruh langsung terhadap

dampak yang lebih besar jika keberadaannya tidak ada.

Berdasarkan keberadaannya, kelurahan yang memiliki keberadaan paling tinggi dari

proteksi yang terpasang yaitu Kelurahan Jebres Kecamatan Jebres dan Kelurahan

Mangkubumen Kecamatan Banjarsari. Kelurahan tersebut masing-masing memiliki 75%

proteksi terpasang yang terdapat dalam kelurahan. Sebaliknya, Kelurahan Joyotakan

Kecamatan Serengan, Kelurahan Kepatihan Kulon, Kelurahan Gandekan, Kelurahan Jagalan,

Kelurahan Tegalharjo, Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres, dan Kelurahan Ketelan

Kecamatan Banjarsari dapat dikatakan tidak memiliki sama sekali atau 0% dalam proteksi

terpasang. Sedangkan kelurahan lain berada pada angka 25% dan 50%. Untuk lebih jelas

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Dengan melakukan perhitungan menggunakan rumus sturgess, didapatkan tingkatan

variabel keberadaan sarana proteksi rendah (<34), sedang (34-67), dan tinggi (>67).

Page 104: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Tabel 30

Analisis Keberadaan Proteksi Terpasang di Kota Surakarta No Kecamatan Kelurahan Hidran Pos

PMK

Sarana

Evakuasi

Jalur

Evakuasi

Jumlah %

1 Laweyan 1. Pajang 1 - - 1 2 50

2. Laweyan 1 - - 1 2 50

3. Bumi - - - 1 1 25

4. Panularan 1 - - 1 2 50

5. Sriwedari 1 - - 1 2 50

6. Penumping 1 - - 1 2 50

7. Purwosari 1 - - 1 2 50

8. Sondakan 1 - - 1 2 50

9. Kerten 1 - - 1 2 50

10. Jajar 1 - - - 1 25

11. Karangasem 1 - - - 1 25

2 Serengan 1. Joyotakan - - - - 0 0

2. Danukusuman 1 - - 1 2 50

3. Serengan - - - 1 1 25

4. Tipes 1 - - 1 2 50

5. Kratonan 1 - - 1 2 50

6. Jayengan 1 - - 1 2 50

7. Kemlayan - - - 1 1 25

3 Pasar

Kliwon

1. Joyosuran 1 - - 1 2 50

2. Semanggi 1 - - - 1 25

3. Pasar Kliwon 1 - - 1 2 50

4. Baluwarti - 1 - 1 2 50

5. Gajahan 1 - - 1 2 50

6. Kauman 1 - - 1 2 50

7. Kampung Baru 1 - - - 1 25

8. Kedung Lumbu 1 - - 1 2 50

9. Sangkrah 1 - - - 1 25

4 Jebres 1. Kepatihan Kulon - - - - 0 0

2. Kepatihan Wetan 1 - - 1 2 50

3. Sudiroprajan 1 - - 1 2 50

4. Gandekan - - - - 0 0

5. Sewu 1 - - - 1 25

6. Pucang Sawit 1 - - 1 2 50

7. Jagalan - - - - 0 0

8. Purwodiningratan 1 - - 1 2 50

9. Tegalharjo - - - - 0 0

10. Jebres 1 1 - 1 3 75

11. Mojosongo - - - - 0 0

5 Banjarsari 1. Mangkubumen 1 1 - 1 3 75

2. Timuran 1 - - - 1 25

3. Keprabon 1 - - - 1 25

4. Ketelan - - - - 0 0

5. Punggawan 1 - - - 1 25

6. Kestalan 1 - - - 1 25

7. Setabelan 1 - - - 1 25

8. Gilingan 1 - - 1 2 50

9. Manahan 1 - - 1 2 50

10. Sumber 1 - - 1 2 50

11. Nusukan 1 - - 1 2 50

12. Kadipiro - - - 1 1 25

13. Banyuanyar - - - 1 1 25

Sumber : Hasil analisis, 2012

Page 105: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Jadi berdasarkan analisis deskriptif faktor proteksi terpasang dengan variabel

keberadaan sarana proteksi merupakan faktor pemicu yang berpotensi terhadap terjadinya

kebakaran di Kota Surakarta hal ini dikarenakan hanya terdapat 2 Kelurahan dengan kriteria

keberadaan sarana proteksi tinggi dari 51 kelurahan yang ada.

b. Jumlah Sarana Proteksi

Jumlah proteksi merupakan variabel yang melihat kemampuan suatu wilayah

berdasarkan jumlah proteksi yang terdapat dalam wilayah penelitian dalam hal ini yaitu

wilayah kelurahan di Kota Surakarta. Sarana hidran, pos pemadam kebakaran, dan evakuasi

dilihat berdasarkan presentase terhadap jumlah yang dimiliki oleh masing – masing

kelurahan. Sedangkan untuk jalur evakuasi didasarkan pada berapa banyak jalur evakuasi

yang melintas pada setiap kelurahan di Kota Surakarta.

Dengan melakukan perhitungan menggunakan rumus sturgess, didapatkan tingkatan

variabel jumlah sarana proteksi rendah (<2%), sedang (2%-4%), dan tinggi (>4%).

Berdasarkan hasil analisis didapatkan 4 (empat) kelurahan yang memiliki jumlah

sarana proteksi paling banyak dari jumlah sarana proteksi yang terdapat di Kota Surakarta,

yaitu Kelurahan Manahan, Kelurahan Nusukan, Kelurahan Sumber Kecamatan Banjarsari dan

Kelurahan Jebres Kecamatan Jebres memiliki jumlah sarana proteksi paling tinggi di Kota

Surakarta dengan 5% dari jumlah sarana proteksi yang dimiliki oleh Kota Surakarta yang

masing – masing memiliki jumlah 6 (enam) sarana untuk Kelurahan Manahan dan Kelurahan

Nusukan. Serta 5 (lima) sarana untuk Kelurahan Sumber dan Kelurahan Jebres.

17 Kelurahan di Kota Surakarta memiliki jumlah sarana proteksi terpasang rendah,

sedangkan lainnya memiliki jumlah sarana proteksi sedang.

Jadi berdasarkan analisis deskriptif faktor proteksi terpasang dengan variabel jumlah

sarana proteksi terpasang merupakan faktor pemicu yang berpotensi terhadap terjadinya

kebakaran di Kota Surakarta hal ini dikarenakan hanya terdapat 4 Kelurahan dengan kriteria

jumlah sarana proteksi terpasang tinggi dari 51 Kelurahan yang ada

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Page 106: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Tabel 31

Analisis Jumlah Proteksi Terpasang di Kota Surakarta No Kecamatan Kelurahan Hidran Pos PMK Sarana

Evakuasi

Jalur

Evakuasi

Jumlah %

1 Laweyan 1. Pajang - - - 1 1 1 2. Laweyan 1 - - 1 2 2 3. Bumi - - - 2 2 2 4. Panularan 1 - - 2 3 3 5. Sriwedari 1 - - 2 3 3 6. Penumping 1 - - 3 4 4 7. Purwosari 1 - - 1 2 2 8. Sondakan 1 - - 1 2 2 9. Kerten - - - 1 1 1 10. Jajar 2 - - - 2 2 11. Karangasem 3 - - - 3 3

2 Serengan 1. Joyotakan - - - - 0 0 2. Danukusuman 2 - - 1 3 3 3. Serengan - - - 1 1 1 4. Tipes 1 - - 2 3 3 5. Kratonan 2 - - 1 3 3 6. Jayengan 2 - - 1 3 3 7. Kemlayan - - - 1 1 1

3 Pasar

Kliwon

1. Joyosuran 1 - - 2 3 3 2. Semanggi 1 - - - 1 1 3. Pasar Kliwon 2 - - 1 3 3 4. Baluwarti - 1 - 2 3 3 5. Gajahan 1 - - 2 3 3 6. Kauman 1 - - 1 2 2 7. Kampung Baru 1 - - - 1 1 8. Kedung Lumbu 2 - - 1 3 3 9. Sangkrah - - - - 0 0

4 Jebres 1. Kepatihan Kulon - - - - 0 0 2. Kepatihan Wetan 2 - - 1 3 3 3. Sudiroprajan - - - 2 2 2 4. Gandekan - - - 1 1 1 5. Sewu 1 - - - 1 1 6. Pucang Sawit 1 - - 1 2 2 7. Jagalan - - - - 0 0 8. Purwodiningratan 1 - - 1 2 2 9. Tegalharjo - - - 2 2 2 10. Jebres 3 1 - 1 5 5 11. Mojosongo 3 - - - 3 3

5 Banjarsari 1. Mangkubumen 2 1 - 1 4 4 2. Timuran 2 - - - 2 2 3. Keprabon 1 - - - 1 1 4. Ketelan - - - - 0 0 5. Punggawan - - - - 0 0 6. Kestalan - - - - 0 0 7. Setabelan 1 - - - 1 1 8. Gilingan 1 - - 1 2 2 9. Manahan 5 - - 1 6 5 10. Sumber 3 - - 2 5 5 11. Nusukan 3 - - 3 6 5 12. Kadipiro 1 - - 2 3 3 13. Banyuanyar - - - 2 2 2

KOTA SURAKARTA 57 3 0 51

Sumber : Hasil analisi, 2012

Page 107: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

c. Keterjangkauan Pos Pemadam

Pos Pemadam Kebakaran merupakan sarana proteksi terhadap kejadian kebakaran

pada suatu wilayah. Keberadaan pos pemadam ini berkaitan dengan jangkauan atau radius

pelayanan yang dapat dijangkau oleh setiap pos pemadam kebakaran.

Peraturan Menteri Pekerjaan umum nomor 20 tahun 2009 tentang Pedoman teknis

Manajemen Proteksi Kebakaran di Perkotaan terdapat ketentuan akan jangkauan atau radius

pelayanan pos pemadam kebakaran. Radius pos pemadam kebakaran memiliki jangkauan

radius sejauh maksimal 2,5 km didalam menangani daerah pelayanannya ketika terjadi

bencana kebakaran.

Kota Surakarta memiliki 3 (tiga) lokasi pos pemadam kebakaran di dalam menangani

kejadian kebakaran di wilayahnya. Ketiga lokasi tersebut tersebar di lokasi yang berbeda,

yaitu pada Kelurahan Baluwarti Kecamatan Pasar Kliwon, Kelurahan Jebres Kecamatan

Jebres dan Kelurahan Mangkubumen Kecamatan Banjarsari.

Pos pemadam kebakaran yang dimiliki oleh Kota Surakarta dengan radius

pelayanannya sudah dapat menjangkau hampir seluruh Kelurahan di Kota Surakarta.

Sehingga dari 51 kelurahan yang telah terjangkau seluruhnya telah terjangkau oleh radius

pelayanan pos pemadam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Jadi berdasarkan analisis deskriptif faktor proteksi terpasang dengan variabel

jangkauan pos pemadam bukan merupakan faktor pemicu yang berpotensi terhadap terjadinya

kebakaran di Kota Surakarta hal ini dikarenakan seluruh Kelurahan di Kota Surakarta dapat

masih terjangkau radius pelayanan pos pemadam kebakaran.

Tabel 32

Analisis Kelas Jangkauan Pos Pemadam Kebakaran di Kota Surakarta No Kecamatan Kelurahan Kelas jangkauan

I II III

1 Laweyan 1. Pajang √

2. Laweyan √

3. Bumi √

4. Panularan √

5. Sriwedari √

6. Penumping √

7. Purwosari √

8. Sondakan √

9. Kerten √

10. Jajar √

11. Karangasem √

2 Serengan 1. Joyotakan √

2. Danukusuman √

3. Serengan √

4. Tipes √

5. Kratonan √

6. Jayengan √

7. Kemlayan √

Page 108: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

No Kecamatan Kelurahan Kelas jangkauan

I II III

3 Pasar Kliwon 1. Joyosuran √

2. Semanggi √

3. Pasar Kliwon √

4. Baluwarti √

5. Gajahan √

6. Kauman √

7. Kampung Baru √

8. Kedung Lumbu √

9. Sangkrah √

4 Jebres 1. Kepatihan Kulon √

2. Kepatihan Wetan √

3. Sudiroprajan √

4. Gandekan √

5. Sewu √

6. Pucang Sawit √

7. Jagalan √

8. Purwodiningratan √

9. Tegalharjo √

10. Jebres √

11. Mojosongo √

5 Banjarsari 1. Mangkubumen √

2. Timuran √

3. Keprabon √

4. Ketelan √

5. Punggawan √

6. Kestalan √

7. Setabelan √

8. Gilingan √

9. Manahan √

10. Sumber √

11. Nusukan √

12. Kadipiro √

13. Banyuanyar √

Sumber : Hasil analisis, 2012

Ket : I = jangkauan pertama

II = jangkauan kedua

III = jangkauan ketiga

Page 109: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Page 110: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Page 111: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

PETA JANGKAUAN POS PEMADAM

Page 112: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

6. Kesiapan Masyarakat

Kesiapan Masyarakat adalah bagaimana suatu masyarakat pada suatu wilayah

didalam upaya mencegah terjadinya kebakaran, mengatasi terjadinya kebakaran, serta tanggap

terhadap situasi kebakaran. kesiapan masyarakat ini didasarkan pada fungsi penyelamatan

(rescue) pada suatu wilayah.

Untuk memudahkan dalam menganalisis tentang variabel keberadaan Satlakar dan

Program pencegahan Kebakaran dilakukan dengan mengasumsikan setiap keberadaan dari

setiap variabel dianggap 1, sedang jika tidak terdapat dianggap 0. Hal ini dikarenakan

berdasarkan Undang – Undang nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana secara

tersirat mengatakan suatu kemampuan merupakan kegiatan yang dapat mencegah atau

mengurangi resiko terhadap suatu bencana, sehingga keberadaan akan kekuatan oleh suatu

pihak – pihak serta program yang ada didalamnya mutlak merupakan suatu kemampuan yang

dimiliki oleh suatu daerah yang dapat menjadi alat dalam mengurangi resiko bencana.

Begitu halnya dengan BNPB dimana berdasarkan Indeks Rawan Bencana Indonesia

2011 yang dikeluarkan kesiapan masyarakat memiliki angka klasifikasi (5). Hal ini

didasarkan pada asumsi yang ada bahwa keberadaan masing – masing variabel membawa

dampak langsung terhadap manusia. Dengan kata lain keberadaan faktor ini membawa

pengaruh langsung terhadap dampak yang lebih besar jika keberadaannya tidak ada, Sehingga

dengan asumsi tersebut, maka keberadaan terkait satlakar dan program pencegahan bencana

dilihat berdasarkan keberadaannya.

Jadi berdasarkan analisis deskriptif terhadap hasil survey faktor kesiapan masyarakat

dengan variabel keberadaan SATLAKAR bukan merupakan faktor pemicu yang berpotensi

terhadap terjadinya kebakaran di Kota Surakarta hal ini dikarenakan seluruh Kelurahan di

Kota Surakarta dapat masih terjangkau radius pelayanan pos pemadam kebakaran.

Sedangkan sebaliknya, berdasarkan analisis deskriptif hasil survey terhadap variabel

keberadaan program pencegah kebakaran merupakan faktor pemicu terhadap terjadinya

kebakaran di Kota Surakarta hal ini dikarenakan seluruh Kelurahan di Kota Surakarta tidak

terdapat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 33 dibawah ini.

Tabel 33

Analisis Keberadaan Faktor Kesiapan Masyarakat

No Kecamatan Kelurahan

Keberadaan

SATLAKAR

Keberadaan

Program

Pencegahan

Bencana

1 Laweyan 1.Pajang ADA -

2. Laweyan ADA -

3. Bumi ADA -

4. Panularan ADA -

5. Sriwedari ADA -

Page 113: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

6. Penumping ADA -

7. Purwosari ADA -

8. Sondakan ADA -

9. Kerten ADA -

10. Jajar ADA -

11. Karangasem ADA -

2 Serengan 1. Joyotakan ADA -

2. Danukusuman ADA -

3. Serengan ADA -

4. Tipes ADA -

5. Kratonan ADA -

6. Jayengan ADA -

7. Kemlayan ADA -

3 Pasar

Kliwon

1. Joyosuran ADA -

2. Semanggi ADA -

3. Pasar Kliwon ADA -

4. Baluwarti ADA -

5. Gajahan ADA -

6. Kauman ADA -

7. Kampung Baru ADA -

8. Kedung Lumbu ADA -

9. Sangkrah ADA -

4 Jebres 1. Kepatihan Kulon ADA -

2. Kepatihan Wetan ADA -

3. Sudiroprajan ADA -

4. Gandekan ADA -

5. Sewu ADA -

6. Pucang Sawit ADA -

7. Jagalan ADA -

8. Purwodiningratan ADA -

9. Tegalharjo ADA -

10. Jebres ADA -

11. Mojosongo ADA -

5 Banjarsari 1. Mangkubumen ADA -

2. Timuran ADA -

3. Keprabon ADA -

4. Ketelan ADA -

5. Punggawan ADA -

6. Kestalan ADA -

7. Setabelan ADA -

8. Gilingan ADA -

9. Manahan ADA -

10. Sumber ADA -

11. Nusukan ADA -

12. Kadipiro ADA -

13. Banyuanyar ADA -

Sumber : Hasil Survey, 2012 Ket : 1 = Ada; 0 = tidak ada

Jadi berdasarkan analisis deskriptif didapatkan hasil bahwa faktor yang menjadi

pemicu yang berpotensi terjadinya kebakaran di Kota Surakarta adalah Faktor Bangunan,

Faktor Proteksi Terpasang dengan variabel Keberadaan sarana proteksi dan variabel jumlah

sarana proteksi, dan Faktor Kesiapan Masyarakat denagn variabel Program Pencegahan

Kebakaran.

Page 114: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

B. PENILAIAN TINGKAT RESIKO KEBAKARAN KEBAKARAN DI KOTA

SURAKARTA

Penilaian kawasan berpotensi resiko kebakaran di Kota Surakarta ini merupakan

lanjutan dari identifikasi potensi terjadinya kebakaran berdasarkan faktor pemicu kebakaran

di Kota Surakarta yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam analisis ini, hasil dari analisis

sebelumnya yang berupa penilaian terhadap faktor pemicu kebakaran dari hasil analisis

deskriptif akan dilakukan analisis dengan pembobotan untuk mengetahui tingkat resiko

bencana Kebakaran pada setiap wilayah Kelurahan di Kota Surakarta.

Resiko Bencana ini merupakan potensi kerugian yang akan terjadi yang ditimbulkan

dari adanya suatu bencana, atau merupakan suatu akibat dari adanya bencana pada suatu

wilayah. Dimana dalam kurun waktu tertentu jika tidak segera dilakukan upaya penanganan

terhadap wilayah yang memiliki potensi resiko bencana dala kurun waktu tertentu dapat

membawa akibat berupa luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, kerusakan,

gangguan kegiatan masyarakat, serta kematian.

Suatu kerawanan pada suatu wilayah dapat dilihat dari tinggi atau rendahnya suatu

bencana. Adanya kemampuan suatu wilayah dalam menghadapi resiko bencana akan diuji

oleh adanya ancaman dan kerentanan bencana. Semakin besar suatu ancaman dan kerentanan

wilayah terhadap suatu bencana tanpa diimbangi oleh kemampuan wilayah dalam

menghadapi bencana, maka semakin tinggi resiko bencana pada wilayah tersebut, begitu juga

sebaliknya.

𝑅𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 𝐵𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 (𝑅) =𝐴𝑛𝑐𝑎𝑚𝑎𝑛 (𝐴)𝑥 𝐾𝑒𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑎𝑛 (𝐾)

𝐾𝑒𝑚𝑎𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 (𝑀)

Dengan melihat definisi dan klasifikasi yang disebutkan sebelumnya pada bab tinjauan

pustaka, penelitian ini memiliki fokus pada bahaya yang disebabkan oleh ulah manusia baik

secara langsung maupun tidak langsung, yang berarti faktor pemicu kebakaran yang telah

dirumuskan sebelumnya memiliki arti bahwa faktor kejadian kebakaran (fire history) dan

faktor penggunaan lahan yang terdapat pada tata ruang wilayah Kota Surakarta sebagai

Sumber Ancaman.

Skor Ancaman didapatkan dari pengkalian kelas terhadap bobot dari masing –

masing variabel pada faktor Kejadian Kebakaran dan faktor Penggunaan Lahan yang dimiliki

oleh setiap kelurahan.

Page 115: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Kerentanan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan atau kondisi yang dapat

mengurangi kemampuan masyarakat untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi bahaya

atau ancaman bencana. Berdasarkan uraian definisi yang telah disebutkan sebelumnya pada

tinjauan pustaka, faktor pemicu yang masuk dalam kerentanan yaitu faktor Penduduk dan

faktor Bangunan.

Skor Kerentanan didapatkan dari pengkalian kelas terhadap bobot dari masing –

masing variabel pada faktor Penduduk dan faktor Bangunan.

Sedangkan kemampuan adalah serangkaian kegiatan yang dapat mengurangi atau

menghilangkan suatu resiko terjadinya bencana dengan mengurangi adanya ancaman bencana

maupun adanya kerentanan yang kemudian disebut sebagai pencegahan bencana.

Kemampuan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu faktor Proteksi terpasang dan Kesiapan

Masyarakat.

Skor Kemampuan didapatkan dari pengkalian kelas terhadap bobot dari masing –

masing variabel pada faktor Proteksi Terpasang dan faktor Kesiapan Masyarakat.

Hasil pembobotan dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Page 116: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Page 117: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Page 118: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

Page 119: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

Page 120: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

Page 121: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

Berdasarkan hasil pembobotan terhadap skor ancaman, kerentanan, dan kemampuan

pada masing - masing kelurahan didapatkan seperti yang telah dilakukan pada perhitungan

seperti yang telah disajikan diatas, didapatkan beberapa hasil diantaranya :

1. Kelurahan dengan nilai Ancaman tertinggi adalah kelurahan Gilingan dengan nilai

57.

2. Kelurahan dengan nilai Kerentanan Tertinggi adalah Kelurahan Sudiroprajan,

Kelurahan Gandekan, Kelurahan Semanggi, Kelurahan Kratonan, Kelurahan

Panularan dengan nilai 43.

3. Kelurahan dengan nilai Kemampuan Tinggi adalah Kelurahan Penumping,

Kelurahan Pasar Kliwon, Kelurahan Baluwarti, Kelurahan Jebres, Kelurahan

Mangkubumen, Kelurahan Manahan, dan Kelurahan Sumber dengan nilai 40.

Berdasarkan hasil analisis Resiko Kebakaran didapatkan hasil skor / tingkatan

kelurahan yang berbeda – beda di Kota Surakarta. Tingkatan yang dihasilkan ini kemudian

didasarkan pada perhitungan yang dilakukan, didapatkan dari Undang – Undang

Penanggulangan Bencana Nomor 24 tahun 2007 dan arahan berdasarkan BNPB didapatkan

skor tingkat resiko bencana kebakaran dalam 3 tingkat yaitu :

a. Tingkat nilai resiko bencana kebakaran rendah <48

b. Tingkat nilai resiko bencana kebakaran sedang 48 - 72

c. Tingkat nilai resiko bencana kebakaran tinggi >72

Jadi tingkat potensi bencana kebakaran di Kota Surakarta memiliki tingkat rendah,

sedang, dan tinggi. Dengan masing – masing 7 Kelurahan dengan tingkat resiko bencana

tinggi, 25 kelurahan dengan tingkat resiko bencana sedang, dan 19 kelurahan dengan tingkat

resiko bencana rendah. Dan masing – masing kelurahan tersebut untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel dan peta dibawah ini.

Page 122: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

Tabel 39

Hasil Analisis Resiko Kebakaran di Kota Surakarta

No Kecamatan Kelurahan

Jumlah

Skor

Ancaman

(A)

Jumlah

Skor

Kerentanan

(K)

Jumlah

Skor

Kemempuan

(M)

Skor

Resiko

Bencana

Kebakaran

Kriteri

Kebakaran

1 Laweyan 1.Pajang 42 38 25 64 Sedang

2. Laweyan 46 28 25 52 Sedang

3. Bumi 36 38 25 55 Sedang

4. Panularan 49 43 30 70 Sedang

5. Sriwedari 52 33 35 49 Sedang

6. Penumping 49 28 40 34 Rendah

7. Purwosari 42 33 35 40 Rendah

8. Sondakan 39 33 30 43 Rendah

9. Kerten 50 22 30 37 Rendah

10. Jajar 46 33 20 76 Tinggi

11. Karangasem 41 22 25 36 Rendah

2 Serengan 1. Joyotakan 38 33 30 42 Rendah

2. Danukusuman 43 38 35 47 Rendah

3. Serengan 42 38 30 53 Sedang

4. Tipes 43 38 25 65 Sedang

5. Kratonan 48 43 30 69 Sedang

6. Jayengan 56 33 30 62 Sedang

7. Kemlayan 42 38 25 64 Sedang

3 Pasar

Kliwon

1. Joyosuran 41 32 35 37 Rendah

2. Semanggi 39 43 25 67 Sedang

3. Pasar Kliwon 46 33 40 38 Rendah

4. Baluwarti 34 38 40 32 Rendah

5. Gajahan 39 33 35 37 Rendah

6. Kauman 48 33 35 45 Rendah

7. Kampung Baru 39 28 20 55 Sedang

8. Kedung Lumbu 49 33 30 54 Sedang

9. Sangkrah 31 38 20 59 Sedang

4 Jebres 1. Kepatihan Kulon 48 33 23 70 Sedang

2. Kepatihan Wetan 48 27 26 49 Sedang

3. Sudiroprajan 45 43 35 55 Sedang

4. Gandekan 39 43 23 74 Tinggi

5. Sewu 50 38 20 95 Tinggi

6. Pucang Sawit 50 32 34 47 Rendah

7. Jagalan 51 38 26 74 Tinggi

8. Purwodiningratan 50 38 30 63 Sedang

9. Tegalharjo 36 38 25 55 Sedang

10. Jebres 56 22 40 31 Rendah

11. Mojosongo 41 38 35 45 Rendah

5 Banjarsari 1. Mangkubumen 48 33 40 40 Rendah

2. Timuran 54 33 20 89 Tinggi

3. Keprabon 45 38 20 86 Tinggi

4. Ketelan 45 33 25 59 Sedang

5. Punggawan 47 38 25 71 Sedang

6. Kestalan 51 22 20 56 Sedang

7. Setabelan 51 33 20 84 Tinggi

8. Gilingan 57 38 30 72 Sedang

9. Manahan 46 32 40 37 Rendah

10. Sumber 34 28 40 24 Rendah

11. Nusukan 37 38 30 47 Rendah

12. Kadipiro 53 28 25 59 Sedang

13. Banyuanyar 39 32 20 62 Sedang

Sumber : Hasil analisis, 2012

Page 123: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

Kelurahan yang memiliki tingkat resiko Kebakaran tinggi yaitu :

1. Kelurahan Jajar

2. Kelurahan Gandekan

3. Kelurahan Sewu

4. Kelurahan Jagalan

5. Kelurahan Timuran

6. Kelurahan Keprabon

7. Kelurahan Stabelan

Hasil ini merupakan hasil secara menyeluruh terhadap faktor pemicu terjadinya

kebakaran, dimana dalam analisis sebelumnya Kelurahan diatas memiliki nilai ancaman dan

kerentanan tinggi akan tetapi tidak memiliki kemampuan yang tinggi pula, sehingga nilai

resiko Bencana Kebakaran pada kelurahan diatas masuk dalam kriteria tinggi.

Hasil dari analisis pembobotan ini merupakan hasil penilaian secara menyeluruh dari

analisis terhadap masing – masing faktor yang telah dianalisis satu persatu dalam analisis

deskriptif sebelumnya, untuk kemudian dianalisis secara menyeluruh, sehingga analisis yang

sebelumnya dengan menggunakan deskriptif dalam menggambarkan resiko bencana

kebakaran terhadap masing – masing faktor, didapatkan wilayah yang memiliki tingkat

Resiko Bencana Rawan Kebakaran di Kota Surakarta secara merata dengan melihat ancaman

yang dimiliki, kerentanan, serta kemampuan yang dimiliki oleh setiap Kelurahan Kota

Surakarta. Yang kemudian dapat diwujudkan dalam bentuk pemetaan di bawah ini.

Page 124: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

PetaPotensi Resiko Bencana Kebakaran

Page 125: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

BAB VI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Identifikasi deskriptif terhadap faktor pemicu terjadinya kebakaran yang telah

dilakukan bertujuan untuk mengetahui faktor pemicu yang muncul sebagai faktor pemicu

yang berpotensi terjadi kebakaran di Kota surakarta.

Analisis deskriptif terhadap faktor kejadian kebakaran, Penggunaan lahan, Penduduk,

Bangunan, Proteksi terpasang, dan kesiapan Masyarakat didapatkan hasil berupa kelurahan

yang memiliki tingkat resiko kebakaran tinggi berdasarkan faktor pemicu yang diujikan.

Makan jika ditarik kesimpulan terhadap hasil analisisdeskriptif secara keseluruhan,

didapatkan Faktor pemicu yang paling menjadi potensi terjadinya kebakaran di Kota

Surakarta adalah faktor Faktor Kepadatan Bangunan, faktor Proteksi Terpasang dengan

variabel Keberadaan Sarana Proteksi dan variabel Jumlah Sarana Proteksi, dan Faktor

Kesiapan Masyarakat dengan variabel Program Pencegahan Kebakaran. Analisis kuantitatif

didapatkan wilayah kelurahan dengan tingkat resiko kebakaran rendah, sedang tinggi. Dimana

Kota Surakarta memiliki 7 Kelurahan yang berada pada tingkat resiko kebakaran tinggi.

Didapatkannya faktor yang berpotensi terhadap terjadinya kebakaran dan diketahuinya

tingkat resiko kebakaran pada masing – masing wilayah kelurahan, maka Hal inilah yang

dapat menjadi dasar pertimbangan untuk mencegah terjadinya kebakaran di Kota Surakarta,

khususnya masukan untuk Pemerintah terkait, dan masyarakat secara umum.

Kota Surakarta masih memiliki ancaman terhadap kebakaran dimana masih terdapat

wilayah dengan skor ancaman tinggi, kerentanan tinggi, serta kemampuan yang rendah. Hal

ini bisa saja terjadi dikarenakan Kota Surakarta didalam menghadapi potensi dan resiko

kebakaran dirasa kurang dalam penyediaan, pengawasan dan pengaturan terkait hal – hal yang

berpotensi terjadinya kebakaran dan resiko kebakaran yang besar diantaranya :

1. Kurangnya Pengawasan terhadap bangunan, sehingga terdapat banyak wilayah kelurahan

yang memiliki kepadatan bangunan tinggi yang berpotensi terhadap terjadinya kebakaran

dan resiko kebakaran yang tinggi.

2. Penyediaan sarana dan jumlah proteksi terhadap kebakaran kurang diperhatikan,

diantaranya keberadaan, kondisi dan jumlah hidran, serta sarana dan jalur evakuasi yang

belum dan kurang terdapat di masing – masing wilayah Kelurahan di Kota Surakarta

3. Belum terdapatnya program atau kegiatan dalam upaya pencegahan kejadian kebakaran

terhadap Masyarakat Kota Surakarta, sehingga masyarakat belum mengerti akan bahaya

dan resiko kebakaran yang bisa terjadi.

Page 126: PEMETAAN POTENSI DAN RESIKO KEBAKARAN DI KOTA …/Pemetaan... · dengan munculnya fenomena kebakaran di Kota Surakarta yang semakin meningkat dalam kurun waktu 3 tahun belakangan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

B. REKOMENDASI

Manfaat dari penelitian ini didapatkan hasil berupa faktor – faktor yang memiliki

tingkat pemicu terjadinya resiko kebakaran pada masing – masing kelurahan secara khusus,

serta didapatkan hasil berupa faktor yang merupakan faktor pemicu dominan yang menjadi

potensi terhadap terjadinya kebakaran di Kota Surakarta. Selain itu juga dapat diketahuinya

tingkatan wilayah berpotensi bencana rawan kebakaran di Kota Surakarta.

Hasil yang didapatkan ini kemudian oleh penulis memberikan rekomendasi kepada :

1. Pemerintah

a. Diadakannya penyuluhan dan penertiban akan aturan terkait penetapan

kepadatan bangunan agar timbul pemahaman akan bahaya kebakaran.

b. Meningkatkan Nilai Kemampuan pada kelurahan yang memiliki resiko

kebakaran tinggi dengan melakukan pengadaan sarana proteksi kebakaran

dengan menambah keberadaan sarana jalur dan sarana evakuasi, perbaikan dan

atau penambahan jumlah hidran, serta diadakannya kegiatan pencegahan

kebakaran di masyarakat

c. Dinas tata ruang harus ikut turun dalam merencana sampai monitoring wilayah

dalam upaya pencegahan, khususnya pada wilayah dengan ancaman tinggi

diadakannya pengawasan terhadap penggunaan lahan yang digunakan, dan

pengaturan bangunan, sehingga pencegahan dan pemadaman kejadian

kebakaran bisa teratasi sebelum, saat, dan sesudah kejadian.

d. Melakukan kegiatan penyuluhan dan pencatatan akan kejadian dan bahaya

kebakaran, sehingga didapatkan update data dan masyarakat memiliki

kesiapan serta ilmu pengetahuan terhadap bahaya kebakaran.

2. Masyarakat

a. Melakukan kegiatan dan mengikuti pelatihan sebagai upaya mencegah

terjadinya kebakaran, serta dapat membentuk kelompok sadar bahaya

kebakaran.

b. Meningkatkan pengawasan sebagai kegiatan pencegah dan pengurangan resiko

bahaya kebakaran dengan melakukan kegiatan siskamling secara berkala.

3. Peneliti

Untuk dapat melengkapi dengan melakukan studi lanjutan dengan menggunakan

faktor maupun variabel yang berbeda dan atau melakukan pengkajian terhadap

kelurahan yang memiliki tingkat resiko kebakaran tinggi sebagai hasil penelitian

ini agar dapat melengkapi penelititan dan dapat berguna bagi ilmu pengetahuan.