pemerintah kota bantu

Upload: andik-lukman-hakim

Post on 16-Oct-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Tugas Akuntansi Manajemen Sektor Publik - Analisa Pemerintah Kota Bantu

TRANSCRIPT

Andik Lukman Hakim | 125020304111028PEMERINTAH KOTA BANTURENCANA PENGEMBANGAN 2011-2015

A. Latar BelakangKota Bantu merupakan salah satu ikon wisata di Provinsi Kondang-Makmur di Negara Republik Mimpi. Berpenduduk sekitar 1,5 juta jiwa, kota ini terbilang sangat padat mengingat kota ini memiliki 6 taman rekreasi/perbukitan/gunung, 2 waduk untuk PLTA/taman rekreasi, 4 pusat perbelanjaan dan banyak sekali hotel mulai melati hingga bintang 5. Jumlah PAD Kota ini sebenarnya sangat besar, namun mengingat dampak urbanisasi yang cukup besar yang tidak diimbangi oleh peningkatan lapangan kerja menjadikan performance kota ini dari segi pengingkatan kesejahteraan sosial justru stagnan. Tahun 2008-2010 anggaran banyak digunakan untuk perbaikan infrastruktur jalan, irigasi, dan penghijauan guna mendukung pariwisata.Pemerintah Kota Bantu sedang menjajaki untuk melakukan pengajuan Dana Hibah ke LSM Internasional di luar negeri, Pinjaman Jangka Panjang ke Bank, atau menarik investor. Pemkot merasa bahwa dengan hanya ditunjang PAD danDAU/DAK, hampir tidak mungkin masalah tersebut dapat diselesaikan selama 5 tahun masa kepemimpinan Walikotanya.

B. PermasalahanBeberapa permasalahan yang sedang dihadapi oleh Pemerintah Kota Bantu adalah:1. Masalah Sampah yang menggunung di TPA Kali Deres, menimbulkan bau yang tidak sedap dan dikhawatirkan dalam 2 tahun lagi TPA ini tidak mungkin bisa menampung sampah terutama dari kenaikan jumlah penduduk kota.Untukmengatasihaltersebut,terdapat 2 alernatifpilihanyaitu :i. Membuat instalasi pengolahan sampah (IPSA) yang hamper menelan biaya Rp. 20 M dengan perincian sebagai berikut :Biaya Konsultan Rp 2MBelanja modal peralatan dan Instalasi IPSA Rp 10MBelanja relokasi lahan dan dampak sosialRp 2MBelanja untuk operasional instalasi pertahun Rp 6MBenefit yang didapatkan setiaptahunnya :a. Masalah penimbunan sampah paling tidak akan teratasi dalam kurun waktu 20 Tahun. Selanjutnya setelah 20 tahun harus dilakukan perluasan kapasitas mesin dan lahan 3 kali lipat guna memenuhi kebutuhan fasilitas 30 tahunb. Potensi kekumuhan kota dari dampak sampah akan dapat ditekan hingga 80%c. Tenagakerja yang diserapdariinstalasiinisebanyak 100 orang @Rp 1,5 juta;d. Energy listirk yang ekuivalen dengan biaya listrik Rp 50juta perbulan;e. Sampah olahanRp 200juta perbulanii. Membuat TPA baru dengan komponen belanja sebagai berikut :Biaya Konsultan Rp 200jutaBelanja modal peralatan dan instalasiRp 2MBelanja relokasi lahan dan dampak social Rp 7MBelanja operasional untuk instalasi Rp 1M pertahunMasalah penimbunan sampah akan teratasi dalam 10 Tahun2. Masalah tuna wisma yang berasal dari pengemis, anak jalanan, orang gila selalu meningkat dari tahun ke tahun. Dari total jumlah penduduk tahun 2009 sebesar 1,5 juta jiwa, jumlah tuna wisma telah mencapai sekitar 5.000 orang (0,33%). Pemkot hanya memiliki 1 panti sosial dengan kapasitas 500 orang dengan fasilitas yang terbatas, khususnya fasilitas pendidikan agar tunawisma akan lebih mandiri.Pemkot berencana menaikkan kapasitas menjadi 1250 orang dengan rincian belanja sebagai berikut :Biaya Pembebasan lahan Rp 500jtBiaya pembangunan gedung Rp 2MBiaya peralatan Rp 1MBiaya Konsultan Rp 300jtBiaya Operasional pertahun Rp 1,2M3. Kemacetan pada beberapa ruas jalan karena tidak tertibnya para pedagang kaki lima yang menjual souvenir khas Kota Bantu. Diperparah dengan tidak tersedianya tempat parkir yang memadai. Alternatif yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut :i. Membuat jalan lingkar timur guna menggeser akses masuk kota lewat sebelah timur, sehingga kosentrasi lalu lintas bias terpecah. Dana yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 500Mii. Membuat sentra parkir baru dan bawah tanah dan pedagang akan direlokasi ke Daerah tersebut. Biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 20M4. Keluhan dari para kepala desa atas minimnya fasilitas penunjang kegiatan operasionalnya. Setiap kepala desa diberi fasilitas berupa sepeda motor tahun 2006 namun sering mogok dan kurang nyaman dipakai. Kepala desa meminta diberikan 2 buah sepeda motor, jenis bebek untuk ke kantor dan jenis laki-laki untuk operasional. Pada umumnya kepala desa tidak pernah menggunakan motor dinasnya, mereka lebih memilih untuk menggunakan mobil pribadinya. Motor dinas digunakan oleh staf lapangan.C. Solusi Program dan Kegiatan1. Program Pembangunan Instalasi Pengelolaan Sampah (IPSA)Program/KegiatanPembangunan Isntalasi Pengelolaan Sampah (IPSA)

RasionalisasiSebagai Destinasi Wisata, Kota Bantu tentunya harus memiliki Kota yang indah dan bersih. Tentunya penanganan sampah haruslah menjadi prioritas utama dalam pembangunan Kota saat ini. Pemilihan pembangunan ISPA didasari bahwa pengelolaan sampah perlu mempertimbangkan factor jangka panjang. Karena pengelolaan sampah yang hanya dengan menggunakan TPA, hanya akan menumpuk masalah di kemudian hari.Faktor lain yang menjadi pertimbangan penggunaan ISPA adalah pilihan TPA yang menurut saya tidak baik bagi industry pariwisata di Kota Bantu. Karena dengan lahan yang hanya sedikit apabila ditambah dengan pembangunan TPA maka akan mengurangi jumlah lahan yang bias dimanfaatkan untuk pariwisata. Selainitu, adanya TPA pada Kota Bantu justru akan menimbulkan pemandangan yang tidak baik.Factor lain adalah termanfaatkannya para pemulung di TPA untuk diberikan pekerjaan di ISPA

Target KinerjaPengurangan 80% kekumuhan Kota yang berasal dari sampah

Sumber PendanaanMenggunakan Dana Pinjaman Dari Bank sebesar Rp 20M sebagai bagian dari dana pendamping BOT yang dilaksanakan oleh PT Arta Niaga.

Rencana AnggaranPenerimaan Pembiayaan dari Pinjaman Bank sebesar Rp 20M dengan rincian penggunaan oleh PT. ArtaNiaga adalah sebagai berikut :1. Biaya KonsultanRp. 2.000.000.000,002. Belanja Modal PeralatanRp. 10.000.000.000,003. Belanja Relokasi LahanRp. 2.000.000.000,004. Working CapitalRp. 6.000.000.000,00Pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh Kota Bantu setiap Tahunnya adalah sebesar:Hutang Pokok(Rp20M/5tahun)Rp. 4.000.000.000,00Hutang bunga (Rp20M X 8%)Rp.1.600.000.000,00TotalRp. 5.600.000.000,00Asumsi bunga hutang flat 8% pertahun tanpa adanya bunga yang berbunga.

2. Program Pengembangan Panti SosialProgram/KegiatanPengembangan Panti Sosial

RasionalisasiSebagai kota yang mengandalkan pariwisata sebagai sektor utamanya, Kota Bantu tentu harus bersih dari tunawisma. Kapasitas panti sosial yang ada saat ini kurang memadai, yaitu hanya mampu menampung 500 orang.Perlu ada penambahan kapasitas panti sosial untuk dapat menyelesaikan masalah tunawisma ini. Meskipun banyak mendapat kritik, namun kebijakan ini memiliki tujuan yang baik. Kebijakan yang banyak disarankan seperti penerapan Perda tentang larangan memberi pengemis, melarang pendatang baru yang tidak punya pekerjaan tetap, dan membuka lapangan pekerjaan baru di sektor industri dan pariwisata dapat dilakukan juga untuk mengimbangi kebijakan ini. Karena apabila kebijakan pengembangan panti sosial saja yang diambil, maka pada tahun-tahun berikutnya akan terjadi masalah yang berulang. Laju urbanisasi perlu dihambat atau dikurangi dengan signifikan untuk mengatasi masalah tunawisma ini.

Target KinerjaMenyelesaikan masalah tunawisma dalam jangka waktu 2 tahun

Sumber PendanaanDana Hibah LSM/NGO Internasional untuk Peningkatan Kesejahteraan Sosial dan Pengentasan Kemiskinan dengan batasan maksimum hibah 4M setiap tahun selama 5 tahun.

Rencana AnggaranBerikut ini rencana anggaran untuk pelaksanaan program Pengembangan Panti Sosial: Pendapatan (2tahun x Rp. 4M) Rp. 8.000.000.000,00 Belanja1. Biaya Pembebasan Lahan Rp. 500.000.000,002. Biaya Pembangunan GedungRp. 2.000.000.000,003. Biaya Peralatan Rp. 1.000.000.000,004. Biaya Konsultan Rp. 300.000.000,005. Biaya Operasional per tahun (2 tahun)Rp. 2.400.000.000,00Total Belanja Rp. 6.200.000.000,00Surplus/Defisit Rp. 1.800.000.000,00Suplus yang ada bisa digunakan untuk pelaksanaan kegiatan lain.

3. Kegiatan Penanggulangan KemacetanProgram/KegiatanPenanggulangan Kemacetan

RasionalisasiTingginya tingkat wisatawan yang datang ke Kota Bantu menyebabkan kemacetan pada beberapa ruas jalan, terutama pada akhir pekan dan liburan. Penyebab utama dari kemacetan ini adalah tidak tertibnya pedagang kaki lima yang menjual oleh-oleh dan souvenir khas Kota Bantu. Selain itu, kemacetan juga didukung dengan tidak tersedianya lahan parkir yang memadai sehingga memakan badan jalan.Kebijakan yang dapat diambil untuk jangka pendek adalah alternatif 2, yaitu membuat sentra-sentra parkir baru dan bawah tanah, membuat area shopping bertingkat dan oleh-oleh drive thru. Relokasi pedagang juga akan dilakukan. Kebijakan ini dapat dengan cepat mengatasi kemacetan hingga 50%. Dana yang dibutuhkan juga tidak terlalu banyak, sekitar Rp 20M.Sedangkan untuk kebijakan jangka panjang dapat diambil alternatif 1, yaitu membuat jalan lingkar timur. Pelaksanaan pembangunan jalan lingkar timur ini akan memakan waktu yang cukup lama. Proyek ini memakan biaya sekitar Rp 500M.Mengingat area oleh-oleh pasti didatangi oleh wisatawan, maka alternatif 2 perlu dilaksanakan terlebih dahulu. Peningkatan area parkir akan sangat mengurangi kemacetan. Parkir sembarangan yang memakan badan jalan akan berkurang.

Target KinerjaPenanggulangan masalah kemacetan terutama di area oleh-oleh

Sumber PendanaanPendanaan investor PT Niaga Arta untuk pembangunan lingkar timur sebesar Rp 500M dan Pinjaman Bank Pembangunan Republik Mimpi untuk pembangunan sentra-sentra parkir baru dan relokasi pedagang sebesar Rp 20M

Rencana AnggaranBerikut ini rencana anggaran untuk pelaksanaan program Penanggulangan Kemacetan: Pendapatan Rp. 520.000.000.000,00 Belanja Alternatif 2 (Jangka Pendek) Rp 20.000.000.000,00 Belanja Alternatif 1 (Jangka Panjang) Rp 500.000.000.000,00

4. Program Pengadaan Motor DinasProgram/KegiatanPenanggulangan Pengadaan Motor Dinas

RasionalisasiSepeda Motor yang diberikan kepada Kepala Dinas saat ini memang sudah layak untuk diganti karena dari depresiasi sudah selama 4 tahun dan sudah habis masa manfaatnya. Pengadaan yang bisa dilakukan adalah untuk pengadaan motor bebek sebanyak 30 unit dengan total biaya sebesar Rp 450.000.000,00. Pengadaan motor laki-laki untuk operasional bisa ditiadakan sebab dari segi urgensi belum begitu mendesak.Dari motor tahun 2006 diperkirakan residual value sebesar Rp 5.000.000,00 per unit dan dapat dijual dengan mekanisme penghapusan (disposal). Sehingga terdapat dana sebesar Rp 150.000.000,00 (30 unit x Rp 5.000.000,00) yang dapat digunakan.

Target KinerjaPengadaan Motor Dinas untuk Kepala Desa

Sumber PendanaanPAD dan dana dari disposal motor

Rencana AnggaranBerikut ini rencana anggaran untuk pelaksanaan program Pengadaan Motor Dinas Pendapatan Penjualan Motor Rp. 150.000.000.000,00 PAD Rp 300.000.000.000,00 Belanja Motor Dinas Rp 450.000.000.000,00