pemeriksaan pasien depresi dan tatalaksana
TRANSCRIPT
PEMERIKSAAN PASIEN DEPRESI
Salah satu langkah awal yang penting dalam penatalaksanaan depresi adalah
mendeteksi atau mengidentifikasi. Sampai saat ini belum ada suatu konsensus atau
prosedur khusus untuk penapisan/skrining depresi pada populasi usia lanjut.
Salah satu instrumen yang dapat membantu adalah Geriatrik Depression Scale (GDS)
yang terdiri dari 30 pertanyaan yang harus dijawab oleh pasien sendiri. GDS ini dapat
dimampatkan menjadi hanya 15 pertanyaan saja dan ini mungkin lebih sesuai untuk
dipergunakan dalam praktek umum sebagai alat penapis Depresi pada usia lanjut.
Ada 4 pertanyaan atau 4 butir skala yang harus diajukan dalam memeriksa pasien depresi
yaitu:
Pertanyaan Skor 1 Skor 0
Apakah pada dasarnya Anda merasa puas dengan kehidupan
Anda ?
Tidak Ya
Apakah hidup Anda terasa kosong ? Tidak Ya
Apakah Anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada diri
Anda?
Tidak Ya
Apakah Anda merasa bahagia pada sebagian besar waktu Anda ? Tidak Ya
Pertanyaan tersebut dapat dilengkapi dengan mengekplorasi hal-hal berikut ini yang
merupakan faktor kerentenanan:
Pertanyaan Skor 1 Skor 0
Apakah pasien mempunyai riwayat depresi ? Tidak Ya
Apakah pasien terisolasi secara sosial ? Tidak Ya
Apakah pasien menderita penyakit kronik ? Tidak Ya
Apakah pasien baru saja berkabung ? Tidak Ya
Jika skor lebih dari 1 pada 4 butir skala dan lebih dari 1 pada faktor
kerentanan harus segera dilaksanakan penilaian yang lebih rinci.
Geriatric Depression Scale:
1. Apakah anda pada dasarnya puas dengan kehidupan anda?
2. Apakah anda mengalami penurunan banyak kegiatan dan minat?
3. Apakah anda merasa hidup anda kosong?
4. Apakah anda merasa sering bosan?
5. Apakah anda mersa semangat terus pada sebagian besar kehidupan anda?
6. Apakah anda takut kalau hal-hal jelek menimpa kehidupan anda?
7. Apakah anda sering merasa tidak berdaya?
8. Apakah anda lebih suka di rumah daripada pergi keluar dan melakukan hal-hal
yang baru?
9. Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah daya ingat pada sebagian besar
waktu anda?
10. Apakah anda berfikir sangat indah kehidupan sekarang?
11. Apakah anda merasa bahwa yang menarik bagi anda tidak berguna lagi?
12. Apakah anda merasa senang dengan mengambil cara yang tidak berharga seperti
sekarang ini?
13.Apakah anda merasa penuh energI?
14. Apakah anda merasa situasi anda tidak ada harapan?
15. Apakah anda merasa kebanyakan orang-orang lebih baik daripada anda?
Penilaian : Dari 15 pertanyaan masing-masing memiliki skor 1, di mana masing-masing
jawaban terdiri dari ya dan tidak, Jika skor lebih besar daripada 5 menunjukkan
kemungkinan gejala depresi
Bilamana ditemukan tanda-tanda yang mengarah pada depresi harus dilakukan lagi
pemeriksaan yang lebih rinci sebagai berikut :
1. Riwayat klinis/anamnesis
Riwayat keluarga Gangguan psikiatrik yang lampau Kepribadian Riwayat sosial
Ide/percobaan bunuh diri Gangguan-gangguan somatik Perkembangan gejala-gejala
depresi.
2. Pemeriksaan fsik
Pemeriksaan fisik pada pasien depresi sangat penting karena gejala-gejala depresi sering
disertai dengan penyakit fisik. Depresi dapat merupakan gejala dari suatu penyakit fisik,
contohnya penyakit Cushing, karsinoma paru, usus besar atau pankreas. Di samping itu
depresi dapat muncul sebagai reaksi sekunder terhadap disabilitas dan discomfort
(ketidaknyamanan). Penilaian terhadap status nutrisi dan hidrasi sebaiknya dilakukan,
karena kurangnya intake makan dan minum pasien sebelumnya.
3. Pemeriksaan kognitif
Penilaian AMT atau MMSE pada usia lanjut yang menunjukkan gejala depresi
bermanfaat dalam follow-up penatalaksanaan pasien. Bilamana depresi terjadi sekunder
pada demensia maka fungsi kognitif pasien tidak akan membaik ketika depresi
menghilang, bahkan deteriorasi kognitif akan berlanjut terus.Perbaikan pada skor AMT
atau MMSE setelah dilakukan terapi terhadap depresi menunjukkan bahwa pasien dengan
depresi mengalami problem konsentrasi dan memori yang mempengaruhi fungsi
kognitifnya.
4. Pemeriksaan status mental
a. Penampilan dan perilaku
b. Mood/suasana perasaan
c. Pembicaraan
d. Isi pikiran
e. Anxietas
f. Gejala hipokondriakal
5. Pemeriksaan lainnya
Mengingat pasien usia lanjut rentan terhadap gangguan metabolisme sekunder akibat
penyakit depresi yang berat, seperti tidak adekuatnya intake cairan, maka perlu
dipertimbangkan pemeriksaan seperti ureum dan elektrolit.
TERAPI
Semua pasien depresi harus mendapat psikoterapi, dan beberapa memerlukan tambahan
terapi fisik. Jenis terapi bergantung dari diagnosis, berat penyakit, umur pasien, respon
terhadap terapi sebelumnya (Nurmiati, 2005).
Terapi depresi pada lansia bertujuan untuk :
1. menurunkan / menghilangkan tanda, gejala
2. mengembalikan fungsi utama
3. meminimalkan resiko relaps / rekurens
Macam-macam terapi depresi :
1. Psikoterapi
Psikoterapi yaitu terapi yang digunakan untuk menghilangkan keluhankeluhan
dan mencegah kambuhnya gangguan psikologik atau pola perilaku
maladaptive. Terapi ini dilakukan dengan jalan pembentukan hubungan yang
professional antara terapis dengan pasien.
a. Terapi Kognitif
Ada dugaan bahwa penderita depresi adalah orang yang “belajar menjadi tak
berdaya”, depresi diterapi dengan memberikan pasien latihan keterampilan dan
memberikan pengalaman-pengalaman tentang kesuksesan. Terapi ini bertujuan untuk
menghilangkan simptom depresi melalui usaha yang sistematis yaitu merubah cara pikir
maladaptif dan otomatik pada pasien-pasien depresi. Dasar pendekatannya adalah suatu
asumsi bahwa kepercayaan-kepercayaan yang mengalami distorsi tentang diri sendiri,
dunia, dan masa depan dapat menyebabkan depresi. Pasien harus menyadari cara
berpikirna yang salah. Kemudian dia harus belajar cara merespon cara pikir yang salah
tersebut dengan cara yang lebih adaptif. Dari perspektif kognitif, pasien dilatih untuk
mengenal dan menghilangkan pikiran-pikiran negatif dan harapan-harapan negatif. Cara
ini dipraktikkan di luar sesi terapi dan ini menjadi modal utama dalam merubah gejala.
Terapi ini berlangsung lebih kurang 12 sampai 16 sesi. Ada 3 fase yaitu:
1) Fase Awal (sesi 1-4) : Membentuk hubungan
terapeutik dengan pasien. Mengajarkan pasien tentang bentuk kognitif yang salah dan
pengaruhnya terhadap emosi dan fisik. Menentukan tujuan terapi. Mengajarkan pasien
untuk mengevaluasi pikiran-pikirannya yang otomatis.
2) Fase pertengahan (Sesi 5-12) : Mengubah secara
berangsur-angsur kepercayaan yang salah. Membantu pasien mengenal akar kepercayaan
diri. Pasien diminta mempraktikkan keterampilan berespon terhadap hal-hal yang
depresogenik dan memodifikasinya.
3) Fase Akhir (sesi 13-16) : Menyiapkan pasien untuk
terminasi dan memprediksi situasi berisiko tinggi yang relevan untuk terjadinya
kekambuhan, dan mengkonsolidasikan pembelajaran melalui tugas-tugas terapi sendiri.
b. Terapi Perilaku
Intervensi perilaku terutama efektif untuk pasien yang menarik diri dari sosial dan
anhedonia. Terapi ini sering digunakan bersama-sama dengan terapi kognitif. Tujuan
terapi peilaku adalah: meningkatkan aktivitas pasien, mengikutkan pasien dalam tugas-
tugas yang dapat meningkatkan perasaan yang menyenangkan.
Fase awal: pasien diminta untuk memantau aktivitas mereka, menilaiderajat kesulitan
aktivitasnya, serta kepuasan terhadap aktivitasnya. Pasien diminta untuk melakukan
sejumlah aktivitas yang menyenangkan. Latihanketerampilan sosial, asertif, dapat
meningkatkan hubungan interpersonal dan menurunkan interaksi submissive.
Fase akhir: Fokus berpindah ke latihan mengontrol diri dan latihan pemecahan masalah.
Diharapkan ilmu yang didapat di dalam terapi dapat digeneralisasi dan dipertahankan
dalam lingkungan pasien sendiri.
c. Psikoterapi Suportif
Psikoterapi Suportif memberikan kehangatan, empati, pengertian dan optimistik.
Bantu pasien identifikasi dan mengekspresikan emosinya dan bantu untuk ventilasi.
Mengidentifikasi faktor-faktor presipitasi dan membantu mengoreksi. Bantu
memecahkan problem eksternal (misal masalah pekerjaan, rumah tangga). Latih pasien
untuk mengenal tanda-tanda dekompensasi yang akan datang. Temui pasien sesering
mungkin (mula-mula 1-3 kali perminggu) dan secara teratur, tetapi jangan sampai tidak
berakhir atau selamanya. Kenalilah bahwa beberapa pasien depresi dapat memprovokasi
kemarahan terapis (melalui kemarahan, hostilitas, dan tuntutan yang tak masuk akal, dll).
d. Psikoterapi Dinamik
Dasar terapi ini adalah teori psikodinamik, yaitu kerentanan psikologik terjadi
akibat konflik perkenbangan yang tak selesai. Terapi ini dilakukan dalam periode jangka
panjang. Perhatian pada terapi ini adalah deficit psikologi yang menyeluruh yang diduga
mendasari gangguan depresi.Misalnya, problem yang berkaitan dengan rasa bersalah,
rasa rendah diri, berkaitan dengan pengalaman yang memalukan, pengaturan emosi yang
buruk, defisit interpersonal akibat tak adekuatnya hubungan dengan keluarga.
e. Psikoterapi Dinamik Singkat
Sesinya berlangsung lebih pendek. Tujuannya menciptakan lingkungan yang
aman buat pasien. Pasien dapat mengenal materi konfliknya dan dapat
mengekspresikannya.
f. Terapi Kelompok
Tidak ada bentuk terapi kelompok yang spesifik. Ada beberapa keuntungan
terapi kelompok :
1) Biaya lebih murah.
2) Ada destigmasi dalam memandang orang lain dengan problem yang sama.
3) Memberikan kesempatan untukmemainkan peran dan mempraktikkan keterampilan
perilaku interpersonal yang baru.
4) Membantu pasien dalam mengaplikasikan keterampilan baru.
Terapi kelompok sangat efektif untuk terapi jangka pendek pasien rawat jalan. Juga lebih
efektif untuk depresi ringan. Untuk depresi yang lebih berat, terapi individu lebih efektif.
g. Terapi Perkawinan
Problem perkawainan dan keluarga sering menyertai depresi. Ia dapat
mempengaruhi penyembuhan fisik. Oleh karena itu, perbaikan hubungan perkawinan
merupakan hal penting dalam terapi ini.
h. Psikoterapi Berorientasi Tilikan
Jangka terapi cukup lama, berguna pada pasien depresi minor kronik tetentu dan
beberapa pasien dengan depresi mayor yang mengalami remisi tetapi mempunyai konflik.
(Nurmiati, 2005)
2. Terapi Biologik
a. Farmakoterapi
Sebagian besar penderita membutuhkan antidepresan (70%-80% pasien berespon
terhadap anti depresan), walaupun yang mempresipitasi terjadinya depresi jelas terlihat
atau dapat diidentifikasi. Mulailah dengan SSRI atau salah satu anti depresan terbaru.
Bila tak berhasil, pertimbangkan anti depresan trisiklik, atau MAOI (terutama pada
depresi atipikal, atau kombinasi bebrapa obat yang efektif bila obat pertama tak berhasil.
Harus hati-hati dengan efek samping dan harus sadar bahwa antidepresan dapat
mempresipitasi episode manik pada beberapa pasien bipolar (10% dengan TCA, dengan
SSRI lebih rendah, namun konsep tentang presipitasi manik masih diperdebatkan).
Setelah sembuh dari episode depresi pertama, obat dipertahankan untuk beberapa bulan,
kemudian diturunkan. Beberapa pasien membutuhkan obat pemeliharaan untuk periode
jangka panjang. Antidepresan tunggal tidak dapat mengobati depresi. (Nurmiati, 2005)
Obat antidepresan mempunyai beberapa sinonim, antara lain timoleptik atau psychic
energizers. Dalam membicarakan obat antidepresi yang menjadi obat acuan adalah
Amitriptilin.
Efek samping yang dapat diakibatkan oleh obat antidepresan antara lain :
1) Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun,
kemampuan kognitif menurun, dll).
2) Efek antikolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi, sinus
takikardi, dll).
3) Efek anti adrenergik alfa (perubahan EKG, hipotensi).
4) Efek neurotoksis (tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia).
5) Efek samping yang tidak berat biasanya berkurang setelah 2 – 3 minggu bila tetap
diberikan dengan dosis yang sama.
Pada keadaan overdosis / intoksikasi trisiklik dapat terjadi atropine toxic syndrome
dengan gejala eksitasi susunan saraf pusat, hipertensi, hiperpireksia,konvulsi, toxic
konfusional state (confusion, delirium, disorientation).
Tindakan untuk keadaan ini :
1) Bilas lambung
2) Diazepam 10 mg, IM untuk mengatasi konvulsi
3) Prostigmin 0,5-1 mg, IM untuk mengatasi efek antikolinergik (dapat diulangi setiap
30-45 menit sampai gejala mereda.
4) Monitoring EKG untuk deteksi kelainan jantung.
Cara penggunaan
Pemilihan jenis obat berdasarkan toleransi pasien terhadap efek samping dan penyesuaian
efek samping terhadap kondisi pasien (usia, penyakit fisik tertentu, jenis depresi).
Obat - Obatan Anti Depresan
Trisiklik (TCAs) Selektive Serotonin Reuptake
Inhibitors (SSRIs)
· Amitriptilin 75-150 mg / hari
· Imipramin 75-150 mg / hari
· Clomipramin 75-150 mg / hari
· Amineptin 100- 200 mg / hari
· Opipramol 50-150 mg / hari
· Elvatelin 20-40 mg / hari
· Protetin 20-40 mg / hari
· Setralin 50-100 mg / hari
· Fluvotamin 50-100 mg / hari
· Fluoxetin 10-20 mg/hari
Tetrasiklik Penghambat Mono Amine
Okside
(MAOIs)
· Maprotilin 75-150 mg / hari
· Amoxopin 200-300 mg / hari
· Mainserin 30-60 mg / hari
· Maclobemid 200-600 mg / hari
Untuk sindrom depresi ringan dan sedang yang datang untuk berobat jalan, pemilihan
sebaiknya mengikuti urutan :
1) Langkah 1 : Golongan SSRI
2) Langkah 2 : Golongan Trisiklik
3) Langkah 3 : Golongan Tetrasiklik, Atipikal, MAOI Reversibel
Mood stabilizer : Lithium carbonas, carbamazepine, valproic acids, indikasi terbatas
khususnya episode depresi dari gangguan bipolar. Lithium bermanfaat dalam pengobatan
depresi bipolar akut dan beberapa depresi unipolar. Ia cukup efektif pada bipolar serta
untuk mempertahankan remisi dan begitu pula pada beberapa pasien unipolar. Untuk
mencegah kekambuhan digunakan Litium 0,4-0,8 meq / l (profilaksis).
Kontraindikasi :
1) Penyakit jantung koroner
2) Glaukoma, retensi urin, hipertensi prostat, gangguan fungsi hati,epilepsi
3) Pada penggunaan Litium, kelainan fungsi jantung, ginjal, dan fungsi Tiroid.
Antikonvulsan sama baiknya dengan lithium untuk mengobati kondisi akut,
meskipun kurang efektif untuk pemeliharaan. Antidpresan dan lithium dapat dimulai
secara bersama-sama dan lithium diteruskan setelah remisi.Psikotik, paranoid atau pasien
sangat agitasi membutuhkan antipsikotik, tunggal atau bersama-sama dengan
antidepresan, litium, antipsikotik atipik juga terlihat efektif.
Indikasi farmakologi :
1) depresi sedang / berat
2) gambaran melankolik / psikotik
3) episode berulang
4) respon positif terhadap medikasi anti depresan pada masa lalu
5) kegagalan pendekatan terapi psikologik
Pengobatan dengan antidepresan dibedakan dalam tiga tahapan, yaitu :
1) Fase akut : 6 sampai 12 minggu
2) Fase lanjutan : 4 sampai 9 bulan
3) Fase rumatan : 1tahun atau lebih
Untuk depresi episode berulang dianjurkan lama pemberian obat 1 tahun atau lebih.
b. ECT (Terapi Kejang Listrik). Merupakan terapi pilihan bila :
1) Obat tak berhasil
2) Kondisi pasien menuntut remisi segera (misalnya; bunuh diri yang akut).
3) Pada beberapa depresi psikotik.
4) Pada pasien yang tak dapat mentoleransi obat (misalnya pasien tua yang berpenyakit
jantung). Lebih dari 90% pasien memberikan respons.
http://apt.rcpsych.org/cgi/reprint/10/2/131.pdf?ck=nck Management of depression in later life Robert Baldwin & Rebecca Wild
Departemen Kesehatan RI, 1999. Masalah Depresi pada Lansia.http://www.de pkes.go.id/downloads/keswa_lansia.p df . (13 September 2009).
Nurmiati A, 2005. Depresi Aspek Neurobiologi Diagnosis dan Tatalaksana. BalaiPenerbit FKUI : Jakarta.
Tan HT, Kirana R, 2007. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-efekSampingnya. Elex Media Komputindo : Jakarta.
Baldwin and Wild R, 2004. Management of Depression in Later Life. Advances inPsychiatric Treatment vol. 10. http://apt.rcpsych.org/cgi/reprint/10/2/131.pdf?ck=nck (9 September 2009).