pemeriksaan pasien depresi dan tatalaksana

17
PEMERIKSAAN PASIEN DEPRESI Salah satu langkah awal yang penting dalam penatalaksanaan depresi adalah mendeteksi atau mengidentifikasi. Sampai saat ini belum ada suatu konsensus atau prosedur khusus untuk penapisan/skrining depresi pada populasi usia lanjut. Salah satu instrumen yang dapat membantu adalah Geriatrik Depression Scale (GDS) yang terdiri dari 30 pertanyaan yang harus dijawab oleh pasien sendiri. GDS ini dapat dimampatkan menjadi hanya 15 pertanyaan saja dan ini mungkin lebih sesuai untuk dipergunakan dalam praktek umum sebagai alat penapis Depresi pada usia lanjut. Ada 4 pertanyaan atau 4 butir skala yang harus diajukan dalam memeriksa pasien depresi yaitu: Pertanyaan Skor 1 Skor 0 Apakah pada dasarnya Anda merasa puas dengan kehidupan Anda ? Tida k Ya Apakah hidup Anda terasa kosong ? Tida k Ya Apakah Anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada diri Tida k Ya

Upload: caroline-sidharta

Post on 27-Jun-2015

1.919 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemeriksaan Pasien Depresi Dan Tatalaksana

PEMERIKSAAN PASIEN DEPRESI

Salah satu langkah awal yang penting dalam penatalaksanaan depresi adalah

mendeteksi atau mengidentifikasi. Sampai saat ini belum ada suatu konsensus atau

prosedur khusus untuk penapisan/skrining depresi pada populasi usia lanjut.

Salah satu instrumen yang dapat membantu adalah Geriatrik Depression Scale (GDS)

yang terdiri dari 30 pertanyaan yang harus dijawab oleh pasien sendiri. GDS ini dapat

dimampatkan menjadi hanya 15 pertanyaan saja dan ini mungkin lebih sesuai untuk

dipergunakan dalam praktek umum sebagai alat penapis Depresi pada usia lanjut.

Ada 4 pertanyaan atau 4 butir skala yang harus diajukan dalam memeriksa pasien depresi

yaitu:

Pertanyaan Skor 1 Skor 0

Apakah pada dasarnya Anda merasa puas dengan kehidupan

Anda ?

Tidak Ya

Apakah hidup Anda terasa kosong ? Tidak Ya

Apakah Anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada diri

Anda?

Tidak Ya

Apakah Anda merasa bahagia pada sebagian besar waktu Anda ? Tidak Ya

Pertanyaan tersebut dapat dilengkapi dengan mengekplorasi hal-hal berikut ini yang

merupakan faktor kerentenanan:

Pertanyaan Skor 1 Skor 0

Apakah pasien mempunyai riwayat depresi ? Tidak Ya

Page 2: Pemeriksaan Pasien Depresi Dan Tatalaksana

Apakah pasien terisolasi secara sosial ? Tidak Ya

Apakah pasien menderita penyakit kronik ? Tidak Ya

Apakah pasien baru saja berkabung ? Tidak Ya

Jika skor lebih dari 1 pada 4 butir skala dan lebih dari 1 pada faktor

kerentanan harus segera dilaksanakan penilaian yang lebih rinci.

Geriatric Depression Scale:

1. Apakah anda pada dasarnya puas dengan kehidupan anda?

2. Apakah anda mengalami penurunan banyak kegiatan dan minat?

3. Apakah anda merasa hidup anda kosong?

4. Apakah anda merasa sering bosan?

5. Apakah anda mersa semangat terus pada sebagian besar kehidupan anda?

6. Apakah anda takut kalau hal-hal jelek menimpa kehidupan anda?

7. Apakah anda sering merasa tidak berdaya?

8. Apakah anda lebih suka di rumah daripada pergi keluar dan melakukan hal-hal

yang baru?

9. Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah daya ingat pada sebagian besar

waktu anda?

10. Apakah anda berfikir sangat indah kehidupan sekarang?

11. Apakah anda merasa bahwa yang menarik bagi anda tidak berguna lagi?

12. Apakah anda merasa senang dengan mengambil cara yang tidak berharga seperti

sekarang ini?

13.Apakah anda merasa penuh energI?

14. Apakah anda merasa situasi anda tidak ada harapan?

Page 3: Pemeriksaan Pasien Depresi Dan Tatalaksana

15. Apakah anda merasa kebanyakan orang-orang lebih baik daripada anda?

Penilaian : Dari 15 pertanyaan masing-masing memiliki skor 1, di mana masing-masing

jawaban terdiri dari ya dan tidak, Jika skor lebih besar daripada 5 menunjukkan

kemungkinan gejala depresi

Bilamana ditemukan tanda-tanda yang mengarah pada depresi harus dilakukan lagi

pemeriksaan yang lebih rinci sebagai berikut :

1. Riwayat klinis/anamnesis

Riwayat keluarga Gangguan psikiatrik yang lampau Kepribadian Riwayat sosial

Ide/percobaan bunuh diri Gangguan-gangguan somatik Perkembangan gejala-gejala

depresi.

2. Pemeriksaan fsik

Pemeriksaan fisik pada pasien depresi sangat penting karena gejala-gejala depresi sering

disertai dengan penyakit fisik. Depresi dapat merupakan gejala dari suatu penyakit fisik,

contohnya penyakit Cushing, karsinoma paru, usus besar atau pankreas. Di samping itu

depresi dapat muncul sebagai reaksi sekunder terhadap disabilitas dan discomfort

(ketidaknyamanan). Penilaian terhadap status nutrisi dan hidrasi sebaiknya dilakukan,

karena kurangnya intake makan dan minum pasien sebelumnya.

3. Pemeriksaan kognitif

Penilaian AMT atau MMSE pada usia lanjut yang menunjukkan gejala depresi

bermanfaat dalam follow-up penatalaksanaan pasien. Bilamana depresi terjadi sekunder

pada demensia maka fungsi kognitif pasien tidak akan membaik ketika depresi

menghilang, bahkan deteriorasi kognitif akan berlanjut terus.Perbaikan pada skor AMT

atau MMSE setelah dilakukan terapi terhadap depresi menunjukkan bahwa pasien dengan

depresi mengalami problem konsentrasi dan memori yang mempengaruhi fungsi

kognitifnya.

Page 4: Pemeriksaan Pasien Depresi Dan Tatalaksana

4. Pemeriksaan status mental

a. Penampilan dan perilaku

b. Mood/suasana perasaan

c. Pembicaraan

d. Isi pikiran

e. Anxietas

f. Gejala hipokondriakal

5. Pemeriksaan lainnya

Mengingat pasien usia lanjut rentan terhadap gangguan metabolisme sekunder akibat

penyakit depresi yang berat, seperti tidak adekuatnya intake cairan, maka perlu

dipertimbangkan pemeriksaan seperti ureum dan elektrolit.

TERAPI

Semua pasien depresi harus mendapat psikoterapi, dan beberapa memerlukan tambahan

terapi fisik. Jenis terapi bergantung dari diagnosis, berat penyakit, umur pasien, respon

terhadap terapi sebelumnya (Nurmiati, 2005).

Terapi depresi pada lansia bertujuan untuk :

1. menurunkan / menghilangkan tanda, gejala

2. mengembalikan fungsi utama

3. meminimalkan resiko relaps / rekurens

Macam-macam terapi depresi :

1. Psikoterapi

Psikoterapi yaitu terapi yang digunakan untuk menghilangkan keluhankeluhan

dan mencegah kambuhnya gangguan psikologik atau pola perilaku

maladaptive. Terapi ini dilakukan dengan jalan pembentukan hubungan yang

professional antara terapis dengan pasien.

Page 5: Pemeriksaan Pasien Depresi Dan Tatalaksana

a. Terapi Kognitif

Ada dugaan bahwa penderita depresi adalah orang yang “belajar menjadi tak

berdaya”, depresi diterapi dengan memberikan pasien latihan keterampilan dan

memberikan pengalaman-pengalaman tentang kesuksesan. Terapi ini bertujuan untuk

menghilangkan simptom depresi melalui usaha yang sistematis yaitu merubah cara pikir

maladaptif dan otomatik pada pasien-pasien depresi. Dasar pendekatannya adalah suatu

asumsi bahwa kepercayaan-kepercayaan yang mengalami distorsi tentang diri sendiri,

dunia, dan masa depan dapat menyebabkan depresi. Pasien harus menyadari cara

berpikirna yang salah. Kemudian dia harus belajar cara merespon cara pikir yang salah

tersebut dengan cara yang lebih adaptif. Dari perspektif kognitif, pasien dilatih untuk

mengenal dan menghilangkan pikiran-pikiran negatif dan harapan-harapan negatif. Cara

ini dipraktikkan di luar sesi terapi dan ini menjadi modal utama dalam merubah gejala.

Terapi ini berlangsung lebih kurang 12 sampai 16 sesi. Ada 3 fase yaitu:

1) Fase Awal (sesi 1-4) : Membentuk hubungan

terapeutik dengan pasien. Mengajarkan pasien tentang bentuk kognitif yang salah dan

pengaruhnya terhadap emosi dan fisik. Menentukan tujuan terapi. Mengajarkan pasien

untuk mengevaluasi pikiran-pikirannya yang otomatis.

2) Fase pertengahan (Sesi 5-12) : Mengubah secara

berangsur-angsur kepercayaan yang salah. Membantu pasien mengenal akar kepercayaan

diri. Pasien diminta mempraktikkan keterampilan berespon terhadap hal-hal yang

depresogenik dan memodifikasinya.

3) Fase Akhir (sesi 13-16) : Menyiapkan pasien untuk

terminasi dan memprediksi situasi berisiko tinggi yang relevan untuk terjadinya

kekambuhan, dan mengkonsolidasikan pembelajaran melalui tugas-tugas terapi sendiri.

Page 6: Pemeriksaan Pasien Depresi Dan Tatalaksana

b. Terapi Perilaku

Intervensi perilaku terutama efektif untuk pasien yang menarik diri dari sosial dan

anhedonia. Terapi ini sering digunakan bersama-sama dengan terapi kognitif. Tujuan

terapi peilaku adalah: meningkatkan aktivitas pasien, mengikutkan pasien dalam tugas-

tugas yang dapat meningkatkan perasaan yang menyenangkan.

Fase awal: pasien diminta untuk memantau aktivitas mereka, menilaiderajat kesulitan

aktivitasnya, serta kepuasan terhadap aktivitasnya. Pasien diminta untuk melakukan

sejumlah aktivitas yang menyenangkan. Latihanketerampilan sosial, asertif, dapat

meningkatkan hubungan interpersonal dan menurunkan interaksi submissive.

Fase akhir: Fokus berpindah ke latihan mengontrol diri dan latihan pemecahan masalah.

Diharapkan ilmu yang didapat di dalam terapi dapat digeneralisasi dan dipertahankan

dalam lingkungan pasien sendiri.

c. Psikoterapi Suportif

Psikoterapi Suportif memberikan kehangatan, empati, pengertian dan optimistik.

Bantu pasien identifikasi dan mengekspresikan emosinya dan bantu untuk ventilasi.

Mengidentifikasi faktor-faktor presipitasi dan membantu mengoreksi. Bantu

memecahkan problem eksternal (misal masalah pekerjaan, rumah tangga). Latih pasien

untuk mengenal tanda-tanda dekompensasi yang akan datang. Temui pasien sesering

mungkin (mula-mula 1-3 kali perminggu) dan secara teratur, tetapi jangan sampai tidak

berakhir atau selamanya. Kenalilah bahwa beberapa pasien depresi dapat memprovokasi

kemarahan terapis (melalui kemarahan, hostilitas, dan tuntutan yang tak masuk akal, dll).

d. Psikoterapi Dinamik

Dasar terapi ini adalah teori psikodinamik, yaitu kerentanan psikologik terjadi

akibat konflik perkenbangan yang tak selesai. Terapi ini dilakukan dalam periode jangka

panjang. Perhatian pada terapi ini adalah deficit psikologi yang menyeluruh yang diduga

mendasari gangguan depresi.Misalnya, problem yang berkaitan dengan rasa bersalah,

rasa rendah diri, berkaitan dengan pengalaman yang memalukan, pengaturan emosi yang

Page 7: Pemeriksaan Pasien Depresi Dan Tatalaksana

buruk, defisit interpersonal akibat tak adekuatnya hubungan dengan keluarga.

e. Psikoterapi Dinamik Singkat

Sesinya berlangsung lebih pendek. Tujuannya menciptakan lingkungan yang

aman buat pasien. Pasien dapat mengenal materi konfliknya dan dapat

mengekspresikannya.

f. Terapi Kelompok

Tidak ada bentuk terapi kelompok yang spesifik. Ada beberapa keuntungan

terapi kelompok :

1) Biaya lebih murah.

2) Ada destigmasi dalam memandang orang lain dengan problem yang sama.

3) Memberikan kesempatan untukmemainkan peran dan mempraktikkan keterampilan

perilaku interpersonal yang baru.

4) Membantu pasien dalam mengaplikasikan keterampilan baru.

Terapi kelompok sangat efektif untuk terapi jangka pendek pasien rawat jalan. Juga lebih

efektif untuk depresi ringan. Untuk depresi yang lebih berat, terapi individu lebih efektif.

g. Terapi Perkawinan

Problem perkawainan dan keluarga sering menyertai depresi. Ia dapat

mempengaruhi penyembuhan fisik. Oleh karena itu, perbaikan hubungan perkawinan

merupakan hal penting dalam terapi ini.

h. Psikoterapi Berorientasi Tilikan

Jangka terapi cukup lama, berguna pada pasien depresi minor kronik tetentu dan

beberapa pasien dengan depresi mayor yang mengalami remisi tetapi mempunyai konflik.

(Nurmiati, 2005)

2. Terapi Biologik

a. Farmakoterapi

Page 8: Pemeriksaan Pasien Depresi Dan Tatalaksana

Sebagian besar penderita membutuhkan antidepresan (70%-80% pasien berespon

terhadap anti depresan), walaupun yang mempresipitasi terjadinya depresi jelas terlihat

atau dapat diidentifikasi. Mulailah dengan SSRI atau salah satu anti depresan terbaru.

Bila tak berhasil, pertimbangkan anti depresan trisiklik, atau MAOI (terutama pada

depresi atipikal, atau kombinasi bebrapa obat yang efektif bila obat pertama tak berhasil.

Harus hati-hati dengan efek samping dan harus sadar bahwa antidepresan dapat

mempresipitasi episode manik pada beberapa pasien bipolar (10% dengan TCA, dengan

SSRI lebih rendah, namun konsep tentang presipitasi manik masih diperdebatkan).

Setelah sembuh dari episode depresi pertama, obat dipertahankan untuk beberapa bulan,

kemudian diturunkan. Beberapa pasien membutuhkan obat pemeliharaan untuk periode

jangka panjang. Antidepresan tunggal tidak dapat mengobati depresi. (Nurmiati, 2005)

Obat antidepresan mempunyai beberapa sinonim, antara lain timoleptik atau psychic

energizers. Dalam membicarakan obat antidepresi yang menjadi obat acuan adalah

Amitriptilin.

Efek samping yang dapat diakibatkan oleh obat antidepresan antara lain :

1) Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun,

kemampuan kognitif menurun, dll).

2) Efek antikolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi, sinus

takikardi, dll).

3) Efek anti adrenergik alfa (perubahan EKG, hipotensi).

4) Efek neurotoksis (tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia).

5) Efek samping yang tidak berat biasanya berkurang setelah 2 – 3 minggu bila tetap

diberikan dengan dosis yang sama.

Pada keadaan overdosis / intoksikasi trisiklik dapat terjadi atropine toxic syndrome

dengan gejala eksitasi susunan saraf pusat, hipertensi, hiperpireksia,konvulsi, toxic

konfusional state (confusion, delirium, disorientation).

Tindakan untuk keadaan ini :

1) Bilas lambung

2) Diazepam 10 mg, IM untuk mengatasi konvulsi

Page 9: Pemeriksaan Pasien Depresi Dan Tatalaksana

3) Prostigmin 0,5-1 mg, IM untuk mengatasi efek antikolinergik (dapat diulangi setiap

30-45 menit sampai gejala mereda.

4) Monitoring EKG untuk deteksi kelainan jantung.

Cara penggunaan

Pemilihan jenis obat berdasarkan toleransi pasien terhadap efek samping dan penyesuaian

efek samping terhadap kondisi pasien (usia, penyakit fisik tertentu, jenis depresi).

Obat - Obatan Anti Depresan

Trisiklik (TCAs) Selektive Serotonin Reuptake

Inhibitors (SSRIs)

· Amitriptilin 75-150 mg / hari

· Imipramin 75-150 mg / hari

· Clomipramin 75-150 mg / hari

· Amineptin 100- 200 mg / hari

· Opipramol 50-150 mg / hari

· Elvatelin 20-40 mg / hari

· Protetin 20-40 mg / hari

· Setralin 50-100 mg / hari

· Fluvotamin 50-100 mg / hari

· Fluoxetin 10-20 mg/hari

Tetrasiklik Penghambat Mono Amine

Okside

(MAOIs)

· Maprotilin 75-150 mg / hari

· Amoxopin 200-300 mg / hari

· Mainserin 30-60 mg / hari

· Maclobemid 200-600 mg / hari

Untuk sindrom depresi ringan dan sedang yang datang untuk berobat jalan, pemilihan

sebaiknya mengikuti urutan :

1) Langkah 1 : Golongan SSRI

2) Langkah 2 : Golongan Trisiklik

3) Langkah 3 : Golongan Tetrasiklik, Atipikal, MAOI Reversibel

Page 10: Pemeriksaan Pasien Depresi Dan Tatalaksana

Mood stabilizer : Lithium carbonas, carbamazepine, valproic acids, indikasi terbatas

khususnya episode depresi dari gangguan bipolar. Lithium bermanfaat dalam pengobatan

depresi bipolar akut dan beberapa depresi unipolar. Ia cukup efektif pada bipolar serta

untuk mempertahankan remisi dan begitu pula pada beberapa pasien unipolar. Untuk

mencegah kekambuhan digunakan Litium 0,4-0,8 meq / l (profilaksis).

Kontraindikasi :

1) Penyakit jantung koroner

2) Glaukoma, retensi urin, hipertensi prostat, gangguan fungsi hati,epilepsi

3) Pada penggunaan Litium, kelainan fungsi jantung, ginjal, dan fungsi Tiroid.

Antikonvulsan sama baiknya dengan lithium untuk mengobati kondisi akut,

meskipun kurang efektif untuk pemeliharaan. Antidpresan dan lithium dapat dimulai

secara bersama-sama dan lithium diteruskan setelah remisi.Psikotik, paranoid atau pasien

sangat agitasi membutuhkan antipsikotik, tunggal atau bersama-sama dengan

antidepresan, litium, antipsikotik atipik juga terlihat efektif.

Indikasi farmakologi :

1) depresi sedang / berat

2) gambaran melankolik / psikotik

3) episode berulang

4) respon positif terhadap medikasi anti depresan pada masa lalu

5) kegagalan pendekatan terapi psikologik

Pengobatan dengan antidepresan dibedakan dalam tiga tahapan, yaitu :

1) Fase akut : 6 sampai 12 minggu

2) Fase lanjutan : 4 sampai 9 bulan

3) Fase rumatan : 1tahun atau lebih

Untuk depresi episode berulang dianjurkan lama pemberian obat 1 tahun atau lebih.

b. ECT (Terapi Kejang Listrik). Merupakan terapi pilihan bila :

Page 11: Pemeriksaan Pasien Depresi Dan Tatalaksana

1) Obat tak berhasil

2) Kondisi pasien menuntut remisi segera (misalnya; bunuh diri yang akut).

3) Pada beberapa depresi psikotik.

4) Pada pasien yang tak dapat mentoleransi obat (misalnya pasien tua yang berpenyakit

jantung). Lebih dari 90% pasien memberikan respons.

http://apt.rcpsych.org/cgi/reprint/10/2/131.pdf?ck=nck Management of depression in later life Robert Baldwin & Rebecca Wild

Departemen Kesehatan RI, 1999. Masalah Depresi pada Lansia.http://www.de pkes.go.id/downloads/keswa_lansia.p df . (13 September 2009).

Nurmiati A, 2005. Depresi Aspek Neurobiologi Diagnosis dan Tatalaksana. BalaiPenerbit FKUI : Jakarta.

Tan HT, Kirana R, 2007. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-efekSampingnya. Elex Media Komputindo : Jakarta.

Baldwin and Wild R, 2004. Management of Depression in Later Life. Advances inPsychiatric Treatment vol. 10. http://apt.rcpsych.org/cgi/reprint/10/2/131.pdf?ck=nck (9 September 2009).