pemeriksaan nervous cranialis

14

Click here to load reader

Upload: efhejhfg

Post on 06-Aug-2015

25 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemeriksaan Nervous Cranialis

LO 2.1 PEMERIKSAAN NERVUS CRANIALIS

Page 2: Pemeriksaan Nervous Cranialis

1)      Pemeriksaan N. I : Olfaktorius Fungsi : Sensorik khusus (menghidu, membau)Saraf ini tidak diperiksa secara rutin, tetapi harus dikerjakan jika terdapat riwayat tentang hilangnya rasa pengecapan dan penciuman, kalau penderita mengalami cedera kepala sedang atau berat, dan atau dicurigai adanya penyakit-penyakit yang mengenai bagian basal lobus frontalis.Untuk menguji saraf olfaktorius digunakan bahan yang tidak merangsang seperti kopi, tembakau, parfum atau rempah-rempah. Letakkan salah satu bahan-bahan tersebut di depan salah satu lubang hidung orang tersebut sementara lubang hidung yang lain kita tutup dan pasien menutup matanya. Kemudian pasien diminta untuk memberitahu saat mulai terhidunya bahan tersebut dan kalau mungkin mengidentifikasikan bahan yang di hidu.Cara Pemeriksaan :a.       Periksa lubang hidung, apakah ada sumbatan atau kelainan setempat, misalnya ingus atau

polip, karena dapat mengurangi ketajaman penciuman.b.      Gunakan zat pengetes yang dikenal sehari-hari seperti kopi, teh, tembakau dan jeruk.c.      Jangan gunakan zat yang dapat merangsang mukosa hidung (N V) seperti mentol,

amoniak, alkohol dan cuka.d.      Zat pengetes didekatkan ke hidung pasien dan disuruh pasien menciumnyae.      Tiap lubang hidung diperiksa satu persatu dengan jalan menutup lobang hidung yang

lainnya dengan tangan.

2)      Pemeriksaan N. II : OptikusFungsi : Sensorik khusus melihatTujuan pemeriksaan :a.       Mengukur ketajaman penglihatan / visus dan menentukan apakah kelaianan pada visus

disebabkan oleh kelaianan okuler lokal atau kelaianan syaraf.b.      Mempelajari lapangan pandanganc.       Memeriksa keadaan papil optikCara Pemeriksaan :Jika pasien tidak mempunyai keluhan yang berhubungan dengan nervus II dan pemeriksa juga tidak mencurigai adanya gangguan, maka biasanya dilakukan pemeriksaan nervus II , yaitu : penglihatan sentral (Visual acuity), penglihatan perifer (visual field), refleks pupil, pemeriksaan fundus okuli serta tes warna.Pemeriksaan penglihatan sentral (visual acuity)Penglihatan sentral diperiksa dengan kartu snellen, jari tangan, dan gerakan tangan.Kartu snellenPada pemeriksaan kartu memerlukan jarak enam meter antara pasien dengan tabel, jika tidak terdapat ruangan yang cukup luas, pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan cermin. Ketajaman penglihatan normal bila baris yang bertanda 6 dapat dibaca dengan tepat oleh setiap mata (visus 6/6)Jari tanganNormal jari tangan bisa dilihat pada jarak 3 meter tetapi bisa melihat pada jarak 2 meter, maka perkiraan visusnya adalah kurang lebih 2/60.Gerakan tanganNormal gerakan tangan bisa dilihat pada jarak 2 meter tetapi bisa melihat pada jarak 1 meter berarti visusnya kurang lebih 1/310.Pemeriksaan Penglihatan Perifer

Page 3: Pemeriksaan Nervous Cranialis

Pemeriksaan penglihatan perifer dapat menghasilkan informasi tentang saraf optikus dan lintasan penglihatan mulai dair mata hingga korteks oksipitalis.Penglihatan perifer diperiksa dengan tes konfrontasi atau dengan perimetri / kompimetri.Tes Konfrontasi

o Jarak antara pemeriksa – pasien : 60 – 100 cmo Objek yang digerakkan harus berada tepat di tengah-tengah jarak tersebut.

Objek yang digunakan (2 jari pemeriksa / ballpoint) di gerakan mulai dari lapang pandang kahardan kiri (lateral dan medial), atas dan bawah dimana mata lain dalam keadaan tertutup dan mata yang diperiksa harus menatap lururs kedepan dan tidak boleh melirik kearah objek tersebut.

o Syarat pemeriksaan lapang pandang pemeriksa harus normal.o Perimetri / kompimetrio Lebih teliti dari tes konfrontasi

Hasil pemeriksaan di proyeksikan dalam bentuk gambar di sebuah kartu.

o   Refleks PupilSaraf aferen berasal dari saraf optikal sedangkan saraf aferennya dari saraf occulomotorius.Ada dua macam refleks pupil. Respon cahaya langsung

Pakailah senter kecil, arahkan sinar dari samping (sehingga pasien tidak memfokus pada cahaya dan tidak berakomodasi) ke arah salah satu pupil untuk melihat reaksinya terhadap cahaya. Inspeksi kedua pupil dan ulangi prosedur ini pada sisi lainnya. Pada keadaan normal pupil yang disinari akan mengecil.

Respon cahaya konsensualJika pada pupil yang satu disinari maka secara serentak pupil lainnya mengecil dengan ukuran yang sama.

Pemeriksaan fundus occuli (fundus kopi)Digunakan alat oftalmoskop. Putar lensa ke arah O dioptri maka fokus dapat diarahkan kepada fundus, kekeruhan lensa (katarak) dapat mengganggu pemeriksaan fundus. Bila retina sudah terfokus carilah terlebih dahulu diskus optikus. Caranya adalah dengan mengikuti perjalanan vena retinalis yang besar ke arah diskus. Semua vena-vena ini keluar dari diskus optikus.

Tes warnaUntuk mengetahui adanya polineuropati pada n. optikus

Pemeriksaan Ketajaman Penglihatan :a.      Dilakukan dengan cara memandingkan ketajaman penglihatan pasien dengan pemeriksa

yang normal.b.     Pasien disuruh mengenali benda yang letaknya jauh, misalnya jam dinding dan

ditanyakan pukul berapa.c.      Pasien disuruh membaca huruf-huruf yang ada di koran atau di buku.d.      Bila ketajaman penglihatan pasien sama dengan pemeriksa, maka dianggap normal.e.      Pemeriksaan ketajaman penglihatan yang lebih teliti dengan pemeriksaan visus dengan

menggunakan gambar snellen.f.       Pemeriksaan snellen chart

Pasien disuruh membaca gambar snellen dari jarak 6 mTentukan sampai barisan mana ia dapat membacanya.Bila pasien dapat membaca sampai barisan paling bawah, maka ketajaman

penglihatannya norma (6/6)

Page 4: Pemeriksaan Nervous Cranialis

Bila tidak normal :i. Misal 6/20, berarti huruf yang seharusnya dibaca pada jarak 20 m, pasien hanya

dapat memaca pada jaral 6 m, namun bila pasien dapat melihat melalui lubang kecil (kertas yang berluang, lubang peniti), huruf bertambah jelas, maka pasien mengalami kelainan refraksi.

ii. 1/300 = Pasien dapat melihat gerakan tangan / membedakan adanya gerakan atau tida

iii. 1/~ = pasien hanya dapat membedakan gelap dan terangPemeriksaan Lapangan Pandangan :Dilakukan dengan jalan membandingkan dengan penglihatan pemeriksa yang dianggap normal., dengan menggunakan metode konfrontasi dari donder.a.       Pasien disuruh duduk atau berdiri berhadapan dengan pemeriksa dengan jarak kira-kira 1

m.b.     Jika kita hendak memeriksa mata kanan, maka mata kiri pasien harus ditutup, misalnya

dengan tangan atau kertas, sedangkan pemeriksa harus menutup mata kanannya.c.      Kemudian pasien disuruh melihat terus pada mata kiri pemeriksa dan pemeriksa harus

selalu melihat mata kanan pasien.d.     Setelah itu pemeriksa menggerakkan jari tangannya di bidang pertengahan antara

pemeriksa dan pasien.e.       Lakukan gerakan dari arah luar ke dalamf.      Jika pasien mulai melihat gerakan jari-jari pemeriksa, ia harus memberi tahu dan

dibandingkan dengan pemeriksa, apakah pemeriksa juga melihatnyag.  Bila sekiranya ada gangguan kampus penglihatan, maka pemeriksa akan lebih dahulu

melihat gerakan tersebut.h.      Lakukan pemeriksaan pada masing-masing mata pasien.

3)      Pemeriksaan N. III OkulomotoriusFungsi : Sematomotorik, visero motorikMeninervasi m. Rektus internus (medialis), m. Rektus superior dan m. Rektus inferior, m levator palpebra, serabut visero motorik mengurus m. Sfingter pupil dan m. Siliare (lensa mata).Pemeriksaan meliputi ; Ptosis, Gerakan bola mata dan Pupil

a. PtosisPada keadaan normal bila seseorang melihat ke depan maka batas kelopak mata atas akan memotong iris pada titik yang sama secara bilateral. Ptosis dicurigai bila salah satu kelopak mata memotong iris lebih rendah dari pada mata yang lain, atau bila pasien mendongakkan kepal ke belakang / ke atas (untuk kompensasi) secara kronik atau mengangkat alis mata secara kronik pula.

b. Gerakan bola mata.Pasien diminta untuk melihat dan mengikuti gerakan jari atau ballpoint ke arah medial, atas, dan bawah, sekligus ditanyakan adanya penglihatan ganda (diplopia) dan dilihat ada tidaknya nistagmus. Sebelum pemeriksaan gerakan bola mata (pada keadaan diam) sudah dilihat adanya strabismus (juling) dan deviasi conjugate ke satu sisi.

c. PupilPemeriksaan pupil meliputi :i. Bentuk dan ukuran pupilii. Perbandingan pupil kanan dan kiri pupil sebesar 1mm masih dianggap

normalPerbedaan iii. Refleks pupil

Page 5: Pemeriksaan Nervous Cranialis

Meliputi pemeriksaan :Refleks cahaya langsung (bersama N. II)Refleks cahaya tidak alngsung (bersama N. II)Refleks pupil akomodatif atau konvergensi 15 cm didepan mata pasien dalam keadaan normal terdapat konstriksi pada kedua pupil yang disebut reflek akomodasi.Bila seseorang melihat benda didekat mata (melihat hidungnya sendiri) kedua otot rektus medialis akan berkontraksi. Gerakan kedua bola mata ini disebut konvergensi. Bersamaan dengan gerakan bola mata tersebut maka kedua pupil akan mengecil (otot siliaris berkontraksi) (Tejuwono) atau pasien disuruh memandang jauh dan disuruh memfokuskan matanya pada suatu objek diletakkan pada jarak

4)      Pemeriksaan N. IV TrokhlearisFungsi : SomatomotorikMenginervasi m. Obliqus superior. Kerja otot ini menyebabkan mata dapat dilirikkan ke bawah dan nasal.Pemeriksaan meliputia.       gerak mata ke lateral bawahb.      strabismus konvergenc.       diplopia

5)      Pemeriksaan N. V TrigeminusFungsi : Somatomotorik, somatosensorikBagian motorik mengurus otot-otot untuk mengunyah, ayitu menutup mulut, menggerakkan rahang ke bahwa dan samping dan membuka mulut. Bagian sensorik cabang Oftalmik mengurus sensibilitas dahi, mata, hidung, kening, selaput otak, sinus paranasal dan sebagian mukosa hidung. Bagian sensorik cabang maksilaris mengurus sensibilitas rahang atas, gigi atas, bibir atas, pipi, palatum durum, sinus maksilaris dan mukosa hidung. Bagian sensorik cabang mandibularis mengurus sensibilitas rahang bawah, bibir bawah, mukosa pipi, 2/3 bagian depan lidah dan sebagian telinga, meatus dan selaput otak.

Cara pemeriksaan fungsi motorik :a.      Pasien disuruh merapatkan giginya sekuat mungkin dan kita raba m. Masseter dan m.

Temporalis, perhatikan besarnya, tonus serta bentuknya.b.      Kemudian pasien disuruh membuka mulut dan perhatikan apakah ada deviasi rahang

bawah.c.       Bila ada parise, maka rahang bawah akan berdeviasi ke arah yang lumpuh

Cara pemeriksaan fungsi sensorik :a.       Diperiksa dengan menyelidiki rasa raba, rasa nyeri dan suhu daerah yang dipersyarafi.b.      Periksa reflek kornea Pemeriksaan meliputi; sensibilitas, motorik dan refleks

a. SensibilitasAda tiga cabang sensorik, yaitu oftalmik, maksila, mandibula. Pemeriksaan dilakukan pada ketiga cabang saraf tersebut dengan membandingkan sisi yang satu dengan sisi

Page 6: Pemeriksaan Nervous Cranialis

yang lain. Mula-mula tes dengan ujung yang tajam dari sebuah jarum yang baru. Pasien menutup kedua matanya dan jarum ditusukkan dengan lembut pada kulit, pasien ditanya apakah terasa tajam atau tumpul. Hilangnya sensasi nyeri akan menyebabkan tusukan terasa tumpul. Daerah yang menunjukkan sensasi yang tumpul harus digambar dan pemeriksaan harus di lakukan dari daerah yang terasa tumpul menuju daerah yang terasa tajam. Juga dilakukan dari daerah yang terasa tumpul menuju daerah yang terasa tajam. Juga lakukan tes pada daerah di atas dahi menuju belakang melewati puncak kepala. Jika cabang oftalmikus terkena sensasi akan timbul kembali bila mencapai dermatom C2. Temperatur tidak diperiksa secara rutin kecuali mencurigai siringobulbia, karena hilangnya sensasi temperatur terjadi pada keadaan hilangnya sensasi nyeri, pasien tetap menutup kedua matanya dan lakukan tes untuk raba halus dengan kapas yang baru dengan cara yang sama. Pasien disuruh mengatakan “ya” setiap kali dia merasakan sentuhan kapas pada kulitnya.

b. MotorikPemeriksaan dimulai dengan menginspeksi adanya atrofi otot-otot temporalis dan masseter. Kemudian pasien disuruh mengatupkan giginya dan lakukan palpasi adanya kontraksi masseter diatas mandibula. Kemudian pasien disuruh membuka mulutnya (otot-otot pterigoideus) dan pertahankan tetap terbuka sedangkan pemeriksa berusaha menutupnya. Lesi unilateral dari cabang motorik menyebabkan rahang berdeviasi kearah sisi yang lemah (yang terkena).

c. RefleksPemeriksaan refleks meliputi- Refleks kornea

LangsungPasien diminta melirik ke arah laterosuperior, kemudian dari arah lain kapas disentuhkan pada kornea mata, misal pasien diminta melirik kearah kanan atas maka kapas disentuhkan pada kornea mata kiri dan lakukan sebaliknya pada mata yang lain. Kemudian bandingkan kekuatan dan kecepatan refleks tersebut kanan dan kiri saraf aferen berasal dari N. V tetapi eferannya (berkedip) berasal dari N.VII.Tak langsung (konsensual)Sentuhan kapas pada kornea atas akan menimbulkan refleks menutup mata pada mata kiri dan sebaliknya kegunaan pemeriksaan refleks kornea konsensual ini sama dengan refleks cahaya konsensual, yaitu untuk melihat lintasan mana yang rusak (aferen atau eferen).

- Refleks bersin (nasal refleks)- Refleks masseter

Untuk melihat adanya lesi UMN (certico bultar) penderita membuka mulut secukupnya (jangan terlalu lebar) kemudian dagu diberi alas jari tangan pemeriksa diketuk mendadak dengan palu refleks. Respon normal akan negatif yaitu tidak ada penutupan mulut atau positif lemah yaitu penutupan mulut ringan. Sebaliknya pada lesi UMN akan terlihat penutupan mulut yang kuat dan cepat.

6)      Pemeriksaan N. VI AbdusenFungsi : SomatomotorikMeninervasi m. Rektus eksternus (lateralis). Kerja mata ini menyebabkan lirik mata ke arah temporalUntuk N. III, IV dan VI fungsinya saling berkaitan. Fungsinya ialah menggerakkan otot mata ekstra okuler dan mengangkat kelopak mata. Searbut otonom N III, mengatur otot pupil. Cara pemeriksaannya bersamaan, yaitu :

Page 7: Pemeriksaan Nervous Cranialis

a.      Pemeriksa melakukan wawancara dengan pasienb.     Selama wawancara, pemeriksa memperhatikan celah matanya, apakah ada ptosis,

eksoftalmus dan strabismus/ juling dan apakah ia cendrung memejamka matanya karena diplopia.

c.      Setelah itu lakukan pemeriksaan yang lebih teliti mengenai ptosis, besar pupil, reaksi cahaya pupil, reaksi akomodasi, kedudukan bola mata, gerakan bola mata dan nistagmus.

d.      Untuk menilai m. Levator palpebra, pasien disuruh memejamkan matanya, kemudia disuruh ia membuka matanya.

e.       Waktu pasien membuka matanya, kita tahan gerakan ini dengan jalan memegang / menekan ringan pada kelopak mata.

f.       Dengan demikian dapat dinilai kekuatan kelopak mata.g.      Untuk menilai pupil, perhatikan besarnya pupil pada kiri dan kanan, apakah sama

ukurannya, apakah bentuknya bundar atau tidak rata tepinya. Miosis = pupil mengecil, midriasis = pupil membesar

h.      Reflek cahaya pupil terdiri dari reaksi cahaya langsung atau tidak langsung., caranya :Pasien disuruh melihat jauh.Setelah itu pemeriksa mata pasien di senter/ diberi cahaya dan lihat apakah ada reaksi

pada pupil. Normal akan mengecilPerhatikan pupil mata yang satunya lagi, apakah ikut mengecil karena penyinaran pupil

mata tadi disebut dengan reaksi cahaya tak langsungCegah reflek akomodasi dengan pasien disuruh tetap melihat jauh.

7)      Pemeriksaan N. VII FasialisFungsi : Somatomotorik, viseromotorik, viserosensorik, pengecapan, somatosensorikCara Pemeriksaan fungsi motorik :a.      Perhatikan muka pasien, apakah simetris atau tidak, perhatikan kerutan dahi, pejaman

mata, plika nasolabialis dan sudut mulut.b.      Bila asimetris muka jelas disebabkan kelumpuhan jenis perifer.c.      Pada kelumpuhan jenis sentral, kelumpuhan nyata bila pasien disuruh melakukan gerakan

seperti menyeringai dan pada waktu istirahat, muka simetris.d.      Suruh pasien mengangkat alis dan mengkerutkan dahie.       Suruh pasien memejamkan mataf.       Suruh pasien menyeringai (menunjukkan gigi geligi)g.      Gejala chvostek, dengan mengetuk N. VII di bagian depan telinga. (+) bila ketokan

menyebabkan kontraksi otot mata yang di persyarafi.Fungsi pengecapan :a.       Pasien disuruh menjulurkan lidahb.      Taruh bubuk gula, kina, asam sitrat atau garam secara bergiliranc.       Pasien tidak boleh menarik lidahnya ke dalam mulut.d.      Pasien disuruh menyatakan pengecapan yang dirasakan dengan isyarat.Pemeriksaan saraf fasialis dilakukan saat pasien diam dan atas perintah (tes kekuatan otot) saat pasien diam diperhatikan :Asimetri wajahKelumpuhan nervus VIII dapat menyebabkan penurunan sudut mulut unilateral dan kerutan da hi menghilang serta lipatan nasolabial, tetapi pada kelumpuhan nervus fasialis bilateral wajah masih tampak simetrikGerakan-gerakan abnormal (tic facialis, grimacing, kejang tetanus/rhisus sardonicus tremor dan seterusnya ).Ekspresi muka (sedih, gembira, takut, seperti topeng)a.       Tes kekuatan otot

Page 8: Pemeriksaan Nervous Cranialis

Mengangkat alis, bandingkan kanan dan kiri.Menutup mata sekuatnya (perhatikan asimetri) kemudioan pemeriksa mencoba membuka kedua mata tersebut bandingkan kekuatan kanan dan kiri.Memperlihatkan gigi (asimetri)Bersiul dan menculu (asimetri / deviasi ujung bibir)meniup sekuatnya, bandingkan kekuatan uadara dari pipi masing-masing.Menarik sudut mulut ke bawah.

b.      Tes sensorik khusus (pengecapan) 2/3 depan lidah)Pemeriksaan dengan rasa manis, pahit, asam, asin yang disentuhkan pada salah satu sisi lidah.HiperakusisJika ada kelumpuhan N. Stapedius yang melayani otot stapedius maka suara-suara yang diterima oleh telinga pasien menjadi lebih keras intensitasnya.

8)      Pemeriksaan N. VIII AkustikusFungsi : Sensorik khusus pendengaran dan keseimbanganCara Pemeriksaan syaraf kokhlerais :a.       Ketajaman pendengaranb.      Tes swabachc.       Tes Rinned.      Tes weberCara untuk menilai keseimbangan :

a. Tes romberg yang dipertajam :Pasien berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki yang lain, tumit kaki yang satu

berada di depan jari-jari kaki yang lainLengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutupOrang normal mampu berdiri dalam sikap romberg yang dipertajam selama 30 detik

atau lebihb. Tes melangkah di tempat

Pasien disuruh berjalan di tempat dengan mata ditutup, sebanyak 50 langkah dengan kecepatan berjalan seperti biasa

Suruh pasien untuk tetap di tempatTes abnormal jika kedudukan pasien beranjak lebih dari 1 m dari tempat semula atau

badan berputar lebih 30 oc. Tes salah tunjuk

Pasien disuruh merentangkan lengannya dan telunjuknya menyentuh telunjuk pemeriksa

Kemudian pasien disuruh menutup mata, mengangkat lengannya tinggi-tinggi dan kemudian kembali ke posisi semula

Gangguan (+) bila didapatkan salah tunjuk

Ada dua macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan pendengaran dan pemeriksaan fungsi vestibulera.       Pemeriksaan pendengaranInspeksi meatus akustikus akternus dari pasien untuk mencari adanya serumen atau obstruksi lainnya dan membrana timpani untuk menentukan adanya inflamasi atau perforasi kemudian lakukan tes pendengaran dengan menggunakan gesekan jari, detik arloji, dan audiogram. Audiogram digunakan untuk membedakan tuli saraf dengan tuli konduksi dipakai tes Rinne dan tes Weber.

Page 9: Pemeriksaan Nervous Cranialis

Tes RinneGarpu tala dengan frekuensi 256 Hz mula-mula dilakukan pada prosesus mastoideus, dibelakang telinga, dan bila bunyi tidak lagi terdengar letakkan garpu tala tersebut sejajar dengan meatus akustikus oksterna. Dalam keadaan norma anda masih terdengar pada meatus akustikus eksternus. Pada tuli saraf anda masih terdengar pada meatus akustikus eksternus. Keadaan ini disebut Rinne negatif.

Tes WeberGarpu tala 256 Hz diletakkan pada bagian tengah dahi dalam keadaan normal bunyi akan terdengar pada bagian tengah dahi pada tuli saraf bunyi dihantarkan ke telinga yang normal pada tuli konduktif bunyi tedengar lebih keras pada telinga yang abnormal.Pemeriksaan Fungsi VestibulerPemeriksaan fungsi vestibuler meliputi : nistagmus, tes romberg dan berjalan lurus dengan mata tertutup, head tilt test (Nylen – Baranny, dixxon – Hallpike) yaitu tes untuk postural nistagmus

9)      Pemeriksaan N. IX GlossofaringeusFungsi : Somatomotorik, viseromotorik, viserosensorik, pengecapan, somatosensorik

10)  Pemeriksaan N. X VagusFungsi : Somatomotorik, viseromotorik, viserosensorik, somatosensorik N IX dan N X diperiksa bersamaan.Cara Pemeriksaan Fungsi motorik :Pasien disuruh menyebutkan aaaaaaPerhatikan kualitas suara pasien, apakah suaranya normal, berkurang, serak atau tidak sama

sekali.Pasien disuruh memakan makanan padat, lunak dan menelan airPerhatikan apakah ada kesalahan telan / tidak bisa menelan / disfagiaPasien disuruh membuka mulutPerhatikan palatum mole dan faring, perhatikan sikap palatum mole, arkus faring dan uvula

dalam keadaan istirahat dan bagaimana pula waktu bergerak, misalnya waktu bernafas atau bersuara. Abnormal bila letaknya lebih rendah terhadap yang sehat.

11)  Pemeriksaan N. XI aksesoriusFungsi : SomatomotorikCara Pemeriksaan :a.       Untuk mengukur kekuatan otot sternocleidomastoideus dilakukan dengan cara:

pasien disuruh menggerakkan bagian badan yang digerakkan oleh otot ini dan kita tahan gerakannya.

Kita gerakkan bagian badan pasien dan disuruh ia menahannya.Dapat dinilai kekuatan ototnya.

b.      Lihat otot trapeziusapakah ada atropi atau fasikulasi,apakah bahu lebih rendah,apakah skapula menonjolLetakkan tangan pemeriksa diatas bahu pasienSuruh pasien mengangkat bahunya dan kita tahan.Dapat dinilai kekuatan ototnya.

12)  Pemeriksaan N. XII HipoglosusFungsi : Somatomotorik

Page 10: Pemeriksaan Nervous Cranialis

Cara Pemeriksaan :a.       Suruh pasien membuka mulut dan perhatikan lidah dalam keadaan istirahat dan bergerakb.      Dalam keadaan istirahat kita perhatikan :

besarnya lidah,kesamaan bagian kiri dan kananadanya atrofiapakah lidah berkerut

c.       Apakah lidahnya mencong bila digerakkan atau di julurkan