pemeriksaan fisik traktus genitourinarius.docx
TRANSCRIPT
PEMERIKSAAN FISIK TRAKTUS GENITOURINARIUS
Oleh :
Vici Larisa
Nim. 1404865715
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RUMAH SAKIT UMUM ARIFIN ACHMAD
PEKANBARU
2015
1. Pemeriksaan ginjal
Palpasi ginjal kiri
Pemeriksa berada di sisi kiri pasien. Tempatkan tangan kanan pemeriksa di
belakang tubuh pasien tepat di bawah iga ke-12 dan sejajar dengan tulang iga ini
sampai ujung-ujung jari tangan kanan pemeriksa menjangkau angulus
kostovertebralis. Angkat tubuh pasien untuk mencoba mendorong ginjalnya ke arah
anterior. Tempatkan tangan kiri pemeriksa dengaan hati-hati pada kuadran kiri atas,
di sebelah lateral muskulus rektus dan sejajar dengan otot ini. Minta pasien untuk
menarik nafas dalam. Pada puncak inspirasi, tekankan tangan kiri pemeriksa dengan
kuat dan dalam pada kuadran kiri atas tepat di bawah margo kostalis dan coba untuk
menangkap ginjal di antara kedua tangan pemeriksa. Minta pasien mengembuskan
nafasnya dan kemudian berhenti bernafas sejenak. Dengan perlahan, lepaskan
tekanan yangh dihasilkan oleh tangan kiri pemeriksa, dan pada saat yang sama,
rasakan gerakan ginjal yang menggelincirkan kembali ke posisi pada saat ekspirasi.
Jika ginjalnya dapat diraba, uraikan ukurannya, kontur, dan setiap gejala nyeri tekan
yang terdapat.
Sebagai alternatif lain, coba raba ginjal kiri dengan cara yang sama seperti
palpasi limpa. Dengan tangan kiri pemeriksa, jangkau serta lingkari tubuh pasien
untuk mengangkat daerah lipat paha kirinya dan dengan tangan kanan, lakukan
palpasi sampai dalam pada kuadran kiri atas. Minta pasien untuk menarik nafas
dalam, dan coba raba suatu massa. Ginjal kiri yang normal jarang dapat diraba.
Palpasi ginjal kanan
Untuk menangkap ginjal kanan, kembalilah ke sisi sebelah kanan tubuh
pasien. Gunakan tangan kiri pemeriksa untuk mengangkat tubuhnya dari belakang
dan kemudian dengan tangan kanan, lakukan palpasi sampai dalam pada kuadran kiri
atas. Lanjutkan pemeriksaan seperti yang dilakukan sebelumnya.
Ginjal kanan yang normal dapat diraba khususnya pada wanita yang kurus dan
berada dalam keadaan benar-benar rileks. Mungkin perabaan ginjal menimbulkan
sedikit nyeri tekan atau tanpa disertai nyeri tekan. Biasanya pasien merasakan ketika
ginjalnya ditangkap dan dilepas. Kadang-kadang ginjal kanan terletak lebih anterior
daripada keadaan biasa dan karena itu harus dibedakan dengan hati. Bagian tepi hati,
jika dapat diraba cxenderung lebih tajam dan membentang lebih jauh ke medial dan
lateral. Bagian ini tidak dapat ditangkap. Polus inferior ginjal berbentuk bulat.
Pemeriksaan nyeri tekan pada ginjal
Mungkin pemeriksa menemukan gejala nyeri tekan pada saat memeriksa
abdomen, tetapi lakukan pula pemeriksaan untuk menemukan gejala ini pada tiap
sudut kostovertebralis. Tekanan yang ditimbulkan oleh ujung jari tangan mungkin
cukup untuk menghasilkan gejala nyeri tekan, tetapi jika tidak, gunakan perkusi
dengan kepalan tangan. Tempatkan permukaan lateral salah satu tangan pemeriksa
pada sudut kostovertebralis dan pukul tangan ini dengan permukaan ulnar tangan lain
yang dikepalkan. Gunakan tenaga dengan cukup kuat untuk menghasilkan pukulan
yang biasa dirasakan, tetapi tidak menimbulkan rasa nyeri pada orang yang normal.
Agar pasien tidak banyak melakukan aktivitas fisik yang tidak diperlukan,
integrasikan pemeriksaan ini dengan pemeriksaan terhadap bagian punggung pasien.
2. Pemeriksaan kandung kemih
Normalnya kandung kemih tidak dapat diperiksa kecuali jika terjadi distensi
kandung kemih hingga di atas simfisi pubis. Pada palpasi, kubah kandung kemih
yang mengalami distensiakan teraba licin dan bulat. Periksa adanya nyeri tekan.
Lakukan perkusi untuk mengecek keredupan dan menentukan berapa tinggi kandung
kemih berada di atas simfisis pubis.
3. Pemeriksaan genitalia
Penis
Inspeksi
Lakukan inspeksi penis yang meliputi:
a. Kulit
b. Prepusium (kulup). Jika terdapat prepusium, tarik lipatan kulit ini ke
belakang atau minta pasien untuk menariknya sendiri. Langkah ini sangat
penting untuk mendeteksi banyak keadaan syanker (chancre) dan karsinoma.
Smegma, bahan yang berwarna keputih-putihan dan menyerupai keju, dapat
berkumpul secara normal di bawah prepusium.
c. Glans. Cari setiap ulkus, sikatriks, nodulus, ataupun tanda inflamasi.
Periksa kulit di sekitar pangkal penis untuk menemukan ekskloriasi atau
inflamasi. Cari telur kutu atau kutu yang melekat pada pangkal rambut atau bulu
kemaluan. Perhatikan lokalis meatus uretra. Lakukan penekanan glans penis dengan
hati-hati di antara jari telunjuk yang ditempatkan di sebelah atas dan ibu jari tangan
pemeriksa yang di sebelah bawah. Manuver ini harus membuka meatus uretra dan
memungkinkan pemeriksa menginspeksinya untuk menemukan sekret. Normalnya
tidak terdapat sekret di dalam meatus uretra.
Jika pasien melaporkan adanya sekret, tetapi pemeriksa tidak melihatnya,
minta pasien untuk mengurut batang penisnya sendiri mulai dari bagian pangkal
hingga glans penis. Sebagai alternatif lain, lakukan sendiri pengurutan tersebut.
Manuver ini dapat membuat sekret keluar dari dalam meatus uretra untuk kemudian
dilakukan pemeriksaan sekret yang tepat. Siapkan kaca objek dan media kultur untuk
pemeriksaan tersebut.
Palpasi
Lakukan palpasi pada setiap abnormalitas penis dengan memperhatikan
gejala nyeri tekan atau indurasi. Raba bulbus penis diantara ibu jari dan dua jari
tangan yang pertama dengan memperhatikan setiap indurasi. Palpasi bulbus penis
dapat dilewatkan pada pasien pria yang berusia muda dan asimptomatik.
Jika pemeriksa menarik prepusium ke belakang, kembalikan prepusium
tersebut ke posisi semula sebelum pemeriksaan pemeriksa untuk memeriksa skrotum.
Skrotum
Inspeksi
1. Lakukan inspeksi skrotum yang meliputi:
a. Kulit. Angkat skrotum agar pemeriksa dapat melihat permukaan
posteriornya.
b. Kontur skrotum. Perhatikan setiap pembengkakan, benjolan atau vena.
2. Lakukan palpasi pada setiap testis dan epididimis di antara ibu jari dan dua
jari tangan pertama.
3. Perhatikan ukuran, bentur, konsistensi, dan nyeri tekan; raba setiap nodulus.
Penekanan pada testis normalnya akan menimbulkan nyeri viseral yang
dalam.
4. Lakukan palpasi pada tiap-tiap funikulus spermatikus, termasuk vas deferens,
diantara ibu jari dan jari-jari tangan mulai dari epididimis hingga anulus
inguinalis superfisialis.
5. Perhatikan setiap nodulus atau pembengkakan.pembengkakan dalam skrotum
yang bukan testis dapat dievaluasi dengan transluminasi. Sesudah kamar
pemeriksa digelapkan, arahkan pancaran cahaya senter yang kuat dari bagian
belakang skrotum melalui massa tersebut. Carilah transmisi cahaya yang
berupa pantulan sinar berwarna merah
6. Pemeriksaan rectal toucher
Pada sebagian besar pemeriksaan, posisi berbaring miring merupakan posisi
yang paling baik dan akan memberikan pandangan yang jelas pada daerah perianal
serta sakrokosigeal. Posisi litotomi dapat membantu untuk menjangkau kanker yang
letaknya tinggi di dalam rektum dan pemeriksaan memungkinkan pemeriksaan
bimanual yang membuat dapat menentukan bentuk massa dalam pelvis.
Minta pasien untuk berbaring miring pada sisi kiri tubuhnya dengan gluteusnya
berada dekat dengan pinggir meja periksa di dekat anda. Fiksasikan sendi pangkal
paha dan lutut pasien, khususnya pada tungkai yang berada di sebelah atas, tindakan
ini akan menstabilkan posisi tubuhnya dan memperjelas pandangan pada daerah yang
diperiksa. Tutupi tubuh pasien dengan kain penutup dan atur lampu penerangan untuk
menghasilkan pandangan yang lebih jelas. Gunakan sarung tangan dan pisahkan
kedua gluteus pasien.
- lakukan inspeksi daerah sakrokoksigeal dan perianal untuk menemukan benjolan,
ulkus, inflamasi, ruam, atau ekskoriasi. Kulit perianal pada orang dewasa
normalnya lebih berpigmen dan sedikit lebih kasar daripada kulit yang menutupi
daerah gluteus. Lakukan palpasi pada setiap daerah yang abnormal dengan
memperhatikan ada atau tidaknya benjolan dan nyeri tekan.
- Lakukan pemeriksaan anus dan rektum. Lumasi jari telunjuk, kemudian
informasikan ke pasien bahwa pemeriksaan yang akan dilakukan akan membuat
pasien merasa ingin buang air besar, tetapi sebenarnya defekasi tidak akan terjadi.
Minta pasien mengejan, lakukan inspeksi daerah anus dengan memperhatikan lesi
yang ada.
- Ketika pasien mengejan, letakkan permukaan ventral jari telunjuk di sekitar anus.
Ketika otot sfingternya melemas, masukkan ujung jari dngan hati-hati ke dalam
kanalis ani dengan arah yang menuju umbilikus. Jika otot sfingter terasa
mengencang, berhenti sebentar. Pada saat otot sfingter melemas kembali,
lanjutkan gerakan jari tangan. Jika terdapat nyeri tekan maka tindakan jangan
dilanjutkan.
-
Jika dapat melanjutkan pemeriksaan tanpa gangguan rasa nyaman, perhatikan:
- Tonus otot sfingter pada anus. Normalnya, otot-otot pada sfingter ani akan
mengatup dengan erat di sekeliling jari tangan.
- Nyeri tekan
- Indurasi
- Ketidakteraturan atau nodul
Sisipkan jari tangan kedalam rektum sedalam-dalamnya. Rotasikan jari tersebut
searah jarum jam untuk mempalpasi permukaan rektum seluas mungkin, kemudian
rotasikan jari tangan berlawanan arah jarum jam untuk mempalpasi permukaan
rektum disebelah posterior. Perhatikan setiap nodul, iregularitas atau indurasi. Untuk
membuat lesi dapat dijangkau, angkat jari tangan anda dari permukaan rektum, minta
pasien mengejan dan palpasi sekali lagi.
Kemudian rotasikan lebih lanjut berlawanan arah jarum jam sehingga jari
tangan dapat memeriksa permukaan posterior kelenjar prostat. Putar badan menjauhi
tubuh pasien. Informasikan kepasien kalau akan melakukan pemeriksaan prostat.
Usapkan jari tangan pada kelenjar prostat kenali kedua lobus lateralisnya dan sulkus
medialis yang berada diantaranya. Perhatikan ukuran, bentuk serta konsistensi
prostat, dan kenali setiap nodul dan nyeri tekan. Prostat normal akan teraba seperti
karet dan tidak ada nyeri tekan. Jika mungkin, lakukan ekstensi jari tangan diatas
prostat untuk menjangkau daerah vesikula seminalis dan kavum peritonei. Perhatikan
nodul dan nyeri tekan. Dengan perlahan tarik keluar jari tangan dan usap anus pasien
dengan kertas tissue. perhatikan warna feses pada sarung tangan dan lakukan
pemeriksaan darah samar jika terdapat darah.