pemeriksaan dan perawatan neonatus.doc
DESCRIPTION
makalah pbl kedokteranTRANSCRIPT
Pemeriksaan, Perawatan dan Indikasi Rawat Gabung pada NeonatusIvanalia Soli Deo (102012359)
C2FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANAKoresponden: [email protected]
Pendahuluan
Bayi baru lahir atau sering disebut juga sebagai neonatus, adalah bayi yang
berusia 0-28 hari (dari lahir hingga 4 minggu sesudah kelahiran). Dalam periode ini
(disebut juga periode neonatal), kemungkinan kematian bayi adalah lebih dari 50%.
Hal ini dikarenakan kurang baiknya penanganan bayi baru lahir sehingga dapat
menyebabkan kecacatan seumur hidup bahkan hingga kematian. Pencegahan asifiksia,
mempertahankan suhu tubuh bayi, pemberian air susu ibu (ASI), pencegahan terhadap
infeksi, dan pemantauan kenaikan berat badan merupakan tugas pokok bagi
pemantauan kesehatan bayi dan anak. Menolong kelahiran bayi dan memberikan
asuhan yang seksama akan membantu bayi melalui proses adaptasi dengan baik
sehingga akan menjadi bayi yang sehat.
Pada PBL kali ini akan dibahas mengenai pemeriksaan dan perawatan neonatus
yang bertujuan untuk mendapatkan bayi yang sehat dan bebas dari kemungkinan
kematian. Pembahasan tersebut berdasarkan kasus PBL tentang bayi 38 minggu
gestasi lahir spontan per vaginam dengan berat 3200gr, panjang badan 40cm, lingkar
kepada 33cm, lingkar dada 30cm, lingkar perut 30cm, dan cairan ketuban jernih. Bayi
menangis spontan, aktif, denyut jantung 140x/menit, refleks bersin (+) dengan badan
kemerahan dan ekstremitas sedikit biru. Setelah lahir dan dilakukan perawatan bayi
baru lahir, keluarga pasien menanyakan bagaimanakah kondisi bayinya serta apakah
dapat dirawat bersama dengan ibunya.
Pembahasan
Anamnesis1
Anamnesis dilakukan kepada ibu untuk mengetahui riwayat gestasi dan
memastikan kondisi ibu setelah melahirkan. Pertanyaan yang diajukan antara lain
dapat berupa: riwayat pembedahan, riwayat pemakaian obat-obatan, riwayat
menstruasi (usia menarke, lama siklus, dan lama menstruasi terakhir), riwayat
pemakaian kontrasepsi, riwayat infeksi vagina atau panggul sebelumnya, usia gestasi,
1
riwayat penyakit dalam keluarga (diabetes, penyakit kardiovaskular, hipertensi,
retardasi mental, dan sindrom genetic), riwayat social (pekerjaan, tempat tinggal,
kebiasaan merokok atau minum alkohol), penurunan atau kenaikan berat badan
selama masa kehamilan, riwayat kardiovaskular (nyeri dada atau napas pendek), dan
riwayat psikiatrik sebelum atau pun semasa kehamilan (depresi, kecenderungan
bunuh diri).
Perkiraan Usia Gestasi Rumus Naegele2
Selain itu, perkiraan usia gestasi dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
Neagele, namun ibu harus mengetahui benar kapan hari pertama haid terakhir yang ia
alami. Lewat rumus ini maka tanggal hari pertama haid terakhir akan ditambah 7
angka, bulan dikurangi 3, dan tahun ditambah 1. Sebagai contoh hari pertama
menstruasi terakhir ibu adalah 25-3-2001, maka perkiraan persalinan adalah 1-1-2002.
Jika bayi lahir pada waktu yang diperkirakan, maka usia gestasi pada bayi adalah
sekitar 37 minggu. Bayi tergolong abortus apabila usia gestasi <20 minggu, hamil
prematur apabila 26-36 minggu, hamil aterm apabila 37-42, hami serotinous > 42
minggu.
Skor Lubchenco3
Penyesuaian antara umur kehamilan dengan berat badan bayi baru
lahir disebutkan dalam batas normal apabila berada dalam percentile 10
sampai persentil 90 dalam kurva Battaglia dan Lubchenco. Berdasarkan kurva
tersebut, maka berat badan menurut usia kehamilan dapat digolongkan sebagai
berikut: kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB
dibawah persentilke-10, sesuai Masa Kehamilan (SMK) yaitu jika bayi lahir dengan
BB diantara persentilke-10 dan ke-90, besar Masa Kehamilan (BMK) yaitu jika bayi
lahir dengan BB diatas persentilke-90 pada kurva pertumbuhan janin.
Dismaturitas yaitu bayi dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa gestasi itu. Disebut juga kecil untuk masa kehamilan (KMK). Dapat
terjadi pada masa pre-, term, dan post-term. Setiap bayi baru lahir (prematur,matur,
postmatur) mungkin saja mempunyai berat yang tidak sesuai dengan masagestasinya.
Istilah lain yang dipergunakan untuk menunjukkan KMK adalah IUGR (intrauterine
growth retardation = retardasi pertumbuhan intrauterin).
2
Gambar 1. Grafik LubChenko3
Klasifikasi Neonatus3
Berikut ini adalah klasifikasi untuk neonatus berdasarkan masa gestasi dan berat
lahirnya: NCB-SMK (neonatus cukup bulan-sesuai untuk masa kehamilan), NCB-
KMK (neonatus cukup bulan-kecil untuk masa kehamilan), NCB-BMK (neonatus
cukup bulan-besar untuk masa kehamilan), NKB-SMK (neonatus kurang bulan-sesuai
untuk masa kehamilan), NKB-KMK (neonatus kurang bulan-kecill untuk masa
kehamilan), NKB-BMK (neonatus kurang bulan-besar untuk masa kehamilan), NLB-
SMK (neonatus lebih bulan-sesuai untuk masa kehamilan), NLB-KMK (neonatus
lebih bulan-kecil untuk masa kehamilan), dan NLB-BMK (neonatus lebih bulan-besar
untuk masa kehamilan). Ada pula yang membagi klasifikasi menurut berat badan
sebagai berikut: BBLR (bayi berat lahir rendah – kurang dari 2.500gr), BBLC (bayi
berat lahir cukup – 25.000gr atau lebih), BBLSR (bayi berat lahir sangat rendah –
1.000 sampai 1.500gr), dan BBLASR (bayi berat lahir amat sangat rendah – kurang
dari 1.000gr).
APGAR Score3,4
APGAR dipublikasikan pertama kali pada tahun 1952. Lalu tahun 1962, Joseph
membuat akronim dari kata APGAR tersebut, yaitu Appearance (colour/warna
kulit), Pulse (heart rate/denyut nadi), Grimace (refleks terhadap rangsangan), Activity
(tonus otot), dan Respiration (usaha bernapas). Karena hal itulah, maka pemeriksaaan
3
terdiri dari lima penilaian: warna kulit, frekuens jantung, reflex iritabilitas, tonus otot,
usaha bernapas. Dr. Virginis Apgar telah mengembangkan suatu skala untuk menilai
neonatus dalam waktu 1 dan 5 menit setelah lahir. Masing-masing uji ini mempunyai
nilai dari 0 hingga 2. Dalam satu menit, nilai total dari 0 hingga 3 menunjukan derajat
afiksia yang berat dan bayi memerlukan tindakan resusitasi segera, nilai dari 4-6
menunjukan afiksia ringan sampai sedang. Nilai 7-10 neonatus beradaptasi dengan
baik. Penilaian ini perlu di ulangi setelah 5 menit untuk mengevaluasi tidakan
resusitasi kita sudah adekuat. Bila belum dilakukan pemeriksaan penunjang lain. Nilai
APGAR 5 menit ini mempunyai nilai prognostic oleh karena berhubungan dengan
morbiditas neonatal.
Table 1. Lima Kriteria Skor Apgar3
Kriteria Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2
Apperance
(warna kulit)
seluruhnya biru atau pucat
warna kulit tubuh normal merah muda ,tetapi kepala dan ekstermitas kebiruan (akrosianosis)
warna kulit tubuh , tangan , dan kakinormal merah muda
Pulse(denyut jantung)
tidak teraba <100 kali/menit >100 kali/menit
Grimace(respons refleks)
tidak ada respons terhadap stimulasi
meringis/menangis lemah ketika di stimulasi
meringis/bersin/batuk saat stimulasi saluran napas
Activity(tonus otot)
lemah/tidak ada sedikit gerakan bergerak aktif
Respiration(pernapasan)
tidak ada Lemah, tidak teratur menangis kuat, pernapasan baik dan teratur
Ballard Score3,4
Sistem penilaian ini dikembangkan oleh Dr. Jeanne L Ballard, untuk menentukan
usia gestasi bayi baru lahir melalui penilaian neuromuskular dan fisik. Penilaian
neuromuskular meliputi postur, square window, arm recoil, sudut popliteal, scarf sign
dan heel to ear maneuver. Penilaian fisik yang diamati adalah kulit, lanugo,
permukaan plantar, payudara, mata/telinga, dan genitalia.
4
1. Kematangan Neuoromuskular
1.1 Postur
Tonus otot tubuh tercermin dalam postur tubuh bayi saat istirahat dan adanya
tahanan saat otot diregangkan. Ketika pematangan berlangsung, berangsur-angsur
janin mengalami peningkatan tonus fleksor pasif dengan arah sentripetal, dimana
ekstremitas bawah sedikit lebih awal dari ekstremitas atas. Pada awal kehamilan
hanya pergelangan kaki yang fleksi. Lutut mulai fleksi bersamaan dengan
pergelangan tangan. Pinggul mulai fleksi, kemudian diikuti dengan abduksi siku, lalu
fleksi bahu. Pada bayi prematur tonus pasif ekstensor tidak mendapat perlawanan,
sedangkan pada bayi yang mendekati matur menunjukkan perlawanan tonus fleksi
pasif yang progresif.
Untuk mengamati postur, bayi ditempatkan terlentang dan pemeriksa menunggu
sampai bayi menjadi tenang pada posisi nyamannya. Jika bayi ditemukan terlentang,
dapat dilakukan manipulasi ringan dari ekstremitas dengan memfleksikan jika
ekstensi atau sebaliknya. Hal ini akan memungkinkan bayi menemukan posisi dasar
kenyamanannya. Fleksi panggul tanpa abduksi memberikan gambaran seperti posisi
kaki kodok.
1.2 Square Window
Fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan terhadap peregangan ekstensor
memberikan hasil sudut fleksi pada pergelangan tangan. Pemeriksaan jari-jari bayi
dan menekan punggung tangan dekat dengan jari-jari dengan lembut. Hasil sudut
antara telapak tangan dengan lengan bawah bayi dan preterm hingga posterm
dperkirakan berturut-turut > 90 °, 90 °, 60 °, 45 °, 30 °, dan 0.
1.3 Arm Recoil
Manuver ini berfokus pada fleksor pasif dari tonus otot biseps dengan mengukur
sudut mundur singkat setelah sendi siku difleksi dan ekstensikan. Arm recoil
dilakukan dengan cara evaluasi saat bayi terlentang. Pegang kedua tangan bayi,
fleksikan lengan bagian bawah sejauh mungkin dalam 5 detik, lalu rentangkan kedua
lengan dan lepaskan. Amati reaksi bayi saat lengan dilepaskan. Skor 0: tangan tetap
terentang/ gerakan acak, Skor 1: fleksi parsial 140-180 °, Skor 2: fleksi parsial 110-
140 °, Skor 3: fleksi parsial 90-100 °, dan Skor 4: kembali ke fleksi penuh
5
1.4 Popliteal Angle
Manuver ini menilai pematangan tonus fleksor pasif sendi lutut dengan menguji
resistensi ekstremitas bawah terhadap ekstensi. Dengan bayi berbaring telentang, dan
tanpa popok, paha ditempatkan lembut di perut bayi dengan lutut tertekuk penuh.
Setelah bayi rileks dalam posisi ini, pemeriksa memegang kaki satu sisi dengan
lembut dengan satu tangan sementara mendukung sisi paha dengan tangan yang lain.
Jangan memberikan tekanan pada paha belakang, karena hal ini dapat mengganggu
interpretasi.
Kaki diekstensikan sampai terdapat resistensi pasti terhadap ekstensi. Ukur sudut
yang terbentuk antara paha dan betis di daerah popliteal. Perlu diingat bahwa
pemeriksa harus menunggu sampai bayi berhenti menendang secara aktif sebelum
melakukan ekstensi kaki. Posisi Frank Breech pralahir akan mengganggu manuver ini
untuk 24 hingga 48 jam pertama usia karena bayi mengalami kelelahan fleksor
berkepanjangan intrauterine. Tes harus diulang setelah pemulihan telah terjadi.
1.5 Scarf Sign
Manuver ini menguji tonus pasif fleksor gelang bahu. Dengan bayi berbaring
telentang, pemeriksa mengarahkan kepala bayi ke garis tengah tubuh dan mendorong
tangan bayi melalui dada bagian atas dengan satu tangan dan ibu jari dari tangan sisi
lain pemeriksa diletakkan pada siku bayi. Siku mungkin perlu diangkat melewati
badan, namun kedua bahu harus tetap menempel di permukaan meja dan kepala tetap
lurus dan amati posisi siku pada dada bayi dan bandingkan dengan angka pada lembar
kerja, yakni, penuh pada tingkat leher (-1); garis aksila kontralateral (0); kontralateral
baris puting (1); prosesus xyphoid (2); garis puting ipsilateral (3); dan garis aksila
ipsilateral (4).
1.6 Heel to Ear
Manuver ini menilai tonus pasif otot fleksor pada gelang panggul dengan
memberikan fleksi pasif atau tahanan terhadap otot-otot posterior fleksor pinggul.
Dengan posisi bayi terlentang lalu pegang kaki bayi dengan ibu jari dan telunjuk,
tarik sedekat mungkin dengan kepala tanpa memaksa, pertahankan panggul pada
permukaan meja periksa dan amati jarak antara kaki dan kepala serta tingkat ekstensi
lutut ( bandingkan dengan angka pada lembar kerja). Penguji mencatat lokasi dimana
resistensi signifikan dirasakan. Hasil dicatat sebagai resistensi tumit ketika berada
6
pada atau dekat: telinga (-1); hidung (0); dagu (1); puting baris (2); daerah pusar (3);
dan lipatan femoralis (4).
Gambar 2. Penilaian Ballard Score Kematangan Neuromuskular3
2. Kematangan Fisik
2.1 Kulit
Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur intrinsiknya
bersamaan dengan hilangnya secara bertahap dari lapisan pelindung, yaitu vernix
caseosa. Oleh karena itu kulit menebal, mengering dan menjadi keriput dan / atau
mengelupas dan dapat timbul ruam selama pematangan janin. Fenomena ini bisa
terjadi dengan kecepatan berbeda-beda pada masing-masing janin tergantung pada
pada kondisi ibu dan lingkungan intrauterin. Sebelum perkembangan lapisan
epidermis dengan stratum corneumnya, kulit agak transparan dan lengket ke jari
pemeriksa. Pada usia perkembangan selanjutnya kulit menjadi lebih halus, menebal
dan menghasilkan pelumas, yaitu vernix, yang menghilang menjelang akhir
kehamilan. pada keadaan matur dan pos matur, janin dapat mengeluarkan mekonium
dalam cairan ketuban. Hal ini dapat mempercepat proses pengeringan kulit,
menyebabkan mengelupas, pecah-pecah, dehidrasi, sepeti sebuah perkamen.
7
2.2 Lanugo
Lanugo adalah rambut halus yang menutupi tubuh fetus. Pada extreme
prematurity kulit janin sedikit sekali terdapat lanugo. Lanugo mulai tumbuh pada usia
gestasi 24 hingga 25 minggu dan biasanya sangat banyak, terutama di bahu dan
punggung atas ketika memasuki minggu ke 28. Lanugo mulai menipis dimulai dari
punggung bagian bawah. Daerah yang tidak
ditutupi lanugo meluas sejalan dengan maturitasnya dan biasanya yang paling luas
terdapat di daerah lumbosakral. Pada punggung bayi matur biasanya sudah tidak
ditutupi lanugo. Variasi jumlah dan lokasi lanugo pada masing-masing usia gestasi
tergantung pada genetik, kebangsaan, keadaan hormonal, metabolik, serta pengaruh
gizi. Sebagai contoh bayi dari ibu dengan diabetes mempunyai lanugo yang sangat
banyak. Pada melakukan skoring pemeriksa hendaknya menilai pada daerah yang
mewakili jumlah relatif lanugo bayi yakni pada daerah atas dan bawah dari
punggung bayi
2.3 Permukaan Plantar
Garis telapak kaki pertama kali muncul pada bagian anterior ini kemungkinan
berkaitan dengan posisi bayi ketika di dalam kandungan. Bayi dari ras selain kulit
putih mempunyai sedikit garis telapak kaki lebih sedikit saat lahir. Di sisi lain pada
bayi kulit hitam dilaporkan terdapat percepatan maturitas neuromuskular sehingga
timbulnya garis pada telapak kaki tidak mengalami penurunan. Namun demikian
penialaian dengan menggunakan skor Ballard tidak didasarkan atas ras atau etnis
tertentu. Bayi very premature dan extremely immature tidak mempunyai garis pada
telapak kaki. Untuk membantu menilai maturitas fisik bayi tersebut berdasarkan
permukaan plantar maka dipakai ukuran panjang dari ujung jari hingga tumit. Untuk
jarak kurang dari 40 mm diberikan skor -2, untuk jarak antara 40 hingga 50 mm
diberikan skor -1.
8
2.4 Payudara
Areola mammae terdiri atas jaringan mammae yang tumbuh akibat stimulasi
esterogen ibu dan jaringan lemak yang tergantung dari nutrisi yang diterima janin.
Pemeriksa menilai ukuran areola dan menilai ada atau tidaknya bintik-bintik akibat
pertumbuhan papilla Montgome. Kemudian dilakukan palpasi jaringan mammae di
bawah areola dengan ibu jari dan telunjuk untuk mengukur diameternya dalam
milimeter
2.5 Mata/Telinga
Daun telinga pada fetus mengalami penambahan kartilago seiring
perkembangannya menuju matur. Pemeriksaan yang dilakukan terdiri atas palpasi
ketebalan kartilago kemudian pemeriksa melipat daun telinga ke arah wajah kemudian
lepaskan dan pemeriksa mengamati kecepatan kembalinya daun telinga ketika
dilepaskan ke posisi semulanya. Pada bayi prematur daun telinga biasanya akan tetap
terlipat ketika dilepaskan. Pemeriksaan mata pada intinya menilai kematangan
berdasarkan perkembangan palpebra. Pemeriksa berusaha membuka dan memisahkan
palpebra superior dan inferior dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari. Pada
bayi extremely premature palpebara akan menempel erat satu sama lain. Dengan
bertambahnya maturitas palpebra kemudian bisa dipisahkan walaupun hanya satu sisi
dan meningggalkan sisi lainnya tetap pada posisinya.
Perlu diingat bahwa banyak terdapat variasi kematangan palpebra pada individu
dengan usia gestasi yang sama. Hal ini dikarenakan terdapat faktor seperti stres
intrauterin dan faktor humoral yang mempengaruhi perkembangan kematangan
palpebra.
2.6 Genital (Pria)
Testis pada fetus mulai turun dari cavum peritoneum ke dalam scrotum kurang
lebih pada minggu ke 30 gestasi. Testis kiri turun mendahului testis kanan yakni pada
sekitar minggu ke 32. Kedua testis biasanya sudah dapat diraba di canalis inguinalis
bagian atas atau bawah pada minggu ke 33 hingga 34 kehamilan. Bersamaan dengan
itu, kulit skrotum menjadi lebih tebal dan membentuk rugae. Testis dikatakan telah
turun secara penuh apabila terdapat di dalam zona berugae. Pada nenonatus extremely
premature scrotum datar, lembut, dan kadang belum bisa dibedakan jenis
kelaminnya. Berbeda halnya pada neonatus matur hingga posmatur, scrotum biasanya
9
seperti pendulum dan dapat menyentuh kasur ketika berbaring. Pada cryptorchidismus
scrotum pada sisi yang terkena kosong, hipoplastik, dengan rugae yang lebih sedikit
jika dibandingkan sisi yang sehat atau sesuai dengan usia kehamilan yang sama.
2.7 Genital (wanita)
Untuk memeriksa genitalia neonatus perempuan maka neonatus harus diposisikan
telentang dengan pinggul abduksi kurang lebih 45 derajat dari garis horisontal.
Abduksi yang berlebihan dapat menyebabkan labia minora dan klitoris tampak lebih
menonjol sedangkan aduksi menyebabkankeduanya tertutupi oleh labia majora 9.
Pada neonatus extremely premature labia datar dan klitoris sangat menonjol dan
menyerupai penis. Sejalan dengan berkembangnya maturitas fisik, klitoris menjadi
tidak begitu menonjol dan labia minora menjadi lebih menonjol. Mendekati usia
kehamilan matur labia minora dan klitoris menyusut dan cenderung tertutupi oleh
labia majora yang membesar.
Labia majora tersusun atas lemak dan ketebalannya bergantung pada nutrisi
intrauterin. Nutrisi yang berlebihan dapat menyebabkan labia majora menjadi besar
pada awal gestasi. Sebaliknya nutrisi yang kurang menyebabkan labia majora
cenderung kecil meskipun pada usia kehamilan matur atau posmatur dan labia minora
serta klitoris cenderung lebih menonjol.
Gambar 3. Penilaian Ballard Score Kematangan Fisik3
10
Pemeriksaan Neurologis5,6
Reflek primitif adalah aksi reflek yang berasal dari dalam pusat sistem saraf yang
ditunjukkan oleh bayi baru lahir normal namun secara neurologis tidak lengkap
seperti pada orang dewasa dalam menanggapi rangsang tertentu. Reflek ini tidak
menetap hingga dewasa, namun lama-kelamaan akan menghilang karena dihambat
oleh lobus frontal sesuai dengan tahap perkembangan anak normal. Reflek primitif ini
sering juga disebut infantile atau reflek bayi baru lahir.
Anak-anak dan dewasa yang mengalami kelainan atau gangguan saraf (sebagai
contoh, penderita cerebral palsy) akan tetap mempunyai reflek primitif ini dan akan
timbul kembali hingga masa dewasa mengacu pada keadaan saraf tertentu termasuk
demensia, lesi trauma dan stroke. Seseorang dengan gangguan cerebral palsy dan
keterbatasan mental kecerdasan dapat belajar untuk lebih menekan reflek ini agar
tidak muncul pada kondisi tertentu seperti selama memulai reaksi yang ekstrim.
Reflek dapat dibatasi pada area tubuh tertentu saja yang dipengaruhi oleh gangguan
saraf seperti reflek Babinsky pada kaki untuk penderita cerebral palsy. Atau juga
dapat terjadi pada orang normal dengan hemiplegia, reflek dapat dilihat pada kaki di
daerah yang terserang saja.
Reflek primitif juga diperiksa pada seseorang yang diduga mengalami luka di
otaknya untuk menguji fungsi dari lobus frontal. Jika tidak ada penekanan secara tepat
maka terjadi tanda-tanda penurunan fungsi tulang depan kepala (frontal). Selain itu
gangguan reflek primitif juga diperiksa sebagai tanda peringatan awal terjadinya
gangguan autis.
Reflek pada bayi baru lahir beraneka ragam. Sebuah contoh pasti adalah reflek
rooting yang membantu proses inisiasi menyusui dini dan proses menyusui nantinya.
Bayi hanya akan menunjukkan reflek ini pada saat kelaparan dan disentuh sekitar
bibirnya oleh orang lain, tapi bukan termasuk bayi itu sendiri. Ada beberapa reflek
yang kemungkinan akan membantu bayi bertahan selama masa adaptasi lingkungan
kehidupan barunya seperi reflek moro. Reflek yang lain seperti reflek menelan dan
memegang sesuatu akan membantu menjalin interaksi positif antara orang tua dan
bayi baru lahir. Reflek tersebut dapat memacu orang tua untuk memberikan respon
dengan penuh cinta dan kasih sayang serta lebih memotivasi ibu untuk menyusui.
Reflek primitif ini juga membantu orang tua merasa nyaman dengan bayinya karena
reflek primitif tersebut akan mendorong bayi untuk mengontrol dirinya serta
11
menerima dan menanggapi stimulasi atau rangsangan dari orang tuanya. Dibawah ini
dijabarkan beberapa releks primitif pada bayi baru lahir.
1. Reflek Ketuk Glabella
Reflek ini diperiksa dengan mengetuk secara berulang pada dahi. Ketukan akan
diterjemahkan sebagai sinyal yang diterima oleh saraf sensori aferen yang akan
dipindahkan oleh nervus trigeminal dan sinyal saraf eferen akan kembali ke otot
orbicularis oculi melalui saraf facial yang akan menggerakkan reflek pada mata yaitu
berkedip. Kedipan mata akan mucul sebagai reaksi terhadap ketukan tersebut namun
hanya timbul sekali yaitu pada ketukan pertama. Jika kedipan mata terus berlangsung
pada ketukan-ketukan selanjutnya, maka disebut tanda-tanda Myerson, yang
merupakan gejala awal penyakit Parkinson, dan hal tersebut tidak normal.
2. Reflek Mata Boneka
Reflek ini diperiksa sebagai salah satu cara untuk menentukan mati batang otak.
Jika kepala diputar-putar (ditolehkan ke samping kanan dan kiri) maka bola mata akan
bergerak. Namun jika pada pemeriksaan ini bola mata tetap berhenti atau tidak
bergerak sama sekali berarti dimungkinkan ada kematian batang otak.
3. Reflek Rooting
Reflek ini ditunjukkan pada saat kelahiran dan akan membantu proses menyusui.
Reflek ini akan mulai terhambat pada usia sekitar empat bulan dan berangsur-angsur
akan terbawa di bawah sadar. Seorang bayi baru lahir akan menggerakkan kepalanya
menuju sesuatu yang menyentuh pipi atau mulutnya, dan mencari obyek tersebut
dengan menggerakkan kepalanya terus-menerus hingga ia berhasil menemukan obyek
tersebut. Setelah merespon rangsang ini (jika menyusui, kira-kira selama tiga minggu
setelah kelahiran) bayi akan langsung menggerakkan kepalanya lebih cepat dan tepat
untuk menemukan obyek tanpa harus mencari-cari.
4. Reflek Sucking
Reflek ini secara umum ada pada semua jenis mamalia dan dimulai sejak lahir.
Reflek ini berhubungan dengan rreflek rooting dan menyusui, dan menyebabkan bayi
untuk secara langsung mengisap apapun yang disentuhkan di mulutnya. Ada dua
12
tahapan dari reflek ini, yaitu tahap expression dan tahap milking. Tahap expression
dilakukan pada saat puting susu diletakkan diantara bibir bayi dan disentuhkan di
permukaan langit-langitnya. Bayi akan secara langsung menekan (mengenyot) puting
dengan menggunakan lidah dan langit-langitnya untuk mengeluarkan air susunya.
Tahap milking adalah saat lidah bergerak dari areola menuju puting, mendorong air
susu dari payudara ibu untuk ditelan oleh bayi.
5. Reflek tonick neck dan asymmetric tonick neck
Ini disebut juga posisi menengadah, muncul pada usia satu bulan dan akan
menghilang pada sekitar usia lima bulan. Saat kepala bayi digerakkan ke samping,
lengan pada sisi tersebut akan lurus dan lengan yang berlawanan akan menekuk
(kadang-kadang pergerakan akan sangat halus atau lemah). Jika bayi baru lahir tidak
mampu untuk melakukan posisi ini atau jika reflek ini terus menetap hingga lewat
usia 6 bulan, bayi dimungkinkan mengalami gangguan pada neuron motorik atas.
Berdasarkan penelitian, reflek tonick neck merupakan suatu tanda awal koordinasi
mata dan kepala bayi yang akan menyiapkan bayi untuk mencapai gerak sadar.
6. Reflek Palmar Grasping
Reflek ini muncul pada saat kelahiran dan akan menetap hingga usia 5 sampai 6
bulan. Saat sebuah benda diletakkan di tangan bayi dan menyentuh telapak tangannya,
maka jari-jari tangan akan menutup dan menggenggam benda tersebut. Genggaman
yang ditimbulkan sangat kuat namun tidak dapat diperkirakan, walaupun juga
dimungkinkan akan mendorong berat badan bayi, bayi mungkin juga akan
menggenggam tiba-tiba dan tanpa rangsangan. Genggaman bayi dapat dikurangi
kekuatannya dengan menggosok punggung atau bagian samping tangan bayi.
7. Reflek Plantar
Reflek ini juga disebut reflek plantar grasp, muncul sejak lahir dan berlangsung
hingga sekitar satu tahun kelahiran. Reflek plantar ini dapat diperiksa dengan
menggosokkan sesuatu di telapan kakinya, maka jari-jari kakinya akan melekuk
secara erat.
13
8. Reflek Babinsky
Reflek babinsky muncul sejak lahir dan berlangsung hingga kira-kira satu tahun.
Reflek ini ditunjukkan pada saat bagian samping telapak kaki digosok, dan
menyebabkan jari-jari kaki menyebar dan jempol kaki ekstensi. Reflek disebabkan
oleh kurangnya myelinasi traktus corticospinal pada bayi. Reflek babinsky juga
merupakan tanda abnormalitas saraf seperti lesi neuromotorik atas pada orang
dewasa.
9. Reflek Galant
Reflek ini juga dikenal sebagai reflek Galant’s infantile, ditemukan oleh seorang
neurolog dari Rusia, Johann Susman Galant. Reflek ini muncul sejak lahir dan
berlangsung sampai pada usia empat hingga enam bulan. Pada saat kulit di sepanjang
sisi punggung bayi diigosok, maka bayi akan berayun menuju sisi yang digosok. Jika
reflek ini menetap hingga lewat enam bulan, dimungkinkan ada patologis.
10. Reflek Swimming
Reflek ini ditunjukkan pada saat bayi diletakkan di kolam yang berisii air, ia akan
mulai mengayuh dan menendang seperti gerakan berenang. Reflek ini akan
menghilang pada usia empat sampai enam bulan. Reflek ini berfungsi untuk
membantu bayi bertahan jika ia tenggelam. Meskipun bayi akan mulai mengayuh dan
menendang seperti berenang, namun meletakkan bayi di air sangat berisiko.Bayi akan
menelan banyak air pada saat itu. Disarankan untuk menunda meletakkan bayi di air
hingga usia tiga tahun.
11. Reflek Moro
Reflek ini ditemukan oleh seorang pediatri bernama Ernst Moro. Reflek ini
muncul sejak lahir, paling kuat pada usia satu bulan dan akan mulai mengjilang pada
usia dua bulan. Reflek ini terjadi jika kepala bayi tiba-tiba terangkat, suhu tubuh bayi
berubah secara drastis atau pada saat bayi dikagetkan oleh suara yang keras. Kaki dan
tangan akan melakukan gerakan ekstensi dan lengan akan tersentak ke atas dengan
telapak tangan ke atas dan ibu jarinya bergerak fleksi. Siingkatnya, kedua lengan akan
terangkat dan tangan seperti ingin mencengkeram atau memeluk tubuh dan bayi
menangis sangat keras. Reflek ini normalnya akan menghilang pada usia tiga sampai
empat bulan, meskipun terkadang akan menetap hingga usia enam bulan.
14
Tidak adanya reflek ini pada kedua sisi tubuh atau bilateral (kanan dan kiri)
menandakan adanya kerusakan pada sistem saraf pusat bayi, sementara tidak adanya
reflek moro unilateral (pada satu sisi saja) dapat menandakan adanya trauma
persalinan seperti fraktur klavikula atau perlukaan pada pleksus brakhialis. Erb’s
palsy atau beberapa jenis paralysis kadang juga timbul pada beberapa kasus.
Sebuah cara untuk memeriksa keadaan reflek adalah dengan melatakkan bayi
secara horizontal dan meluruskan punggungnya dan biarkan kepala bayi turun secara
pelan-pelan atau kagetkan bayi dengan suara yang keras dan tiba-tiba. Reflek moro ini
akan membantu bayi untuk memeluk ibunya saat ibu menggendong bayinya
sepanjang hari. Jika bayi kehilangan keseimbangan, reflek ini akan menyebabkan bayi
memeluk ibunya dan bergantung pada tubuh ibunya.
12. Reflek Walking / Stepping
Reflek ini muncul sejak lahir, walaupun bayi tidak dapat menahan berat tubuhnya,
namun saat tumit kakinya disentuhkan pada suatu permukaan yang rata, bayi akan
terdorong untuk berjalan dengan menempatkan satu kakinya di depan kaki yang lain.
Reflek ini akan menghilang sebagai sebuah respon otomatis dan muncul kembali
sebagai kebiasaan secara sadar pada sekitar usia delapan bulan hingga satu tahun
untuk persiapan kemampuan berjalan.
Adaptasi Neonatal2,4
Sebagai akibat perubahan lingkungan dalam uterus ke luar uterus, maka bayi
menerima rangangan yang bersifat kimiawi, mekanik, dan teknik. Hasil perangsangan
ini membuat bayi akan mengalami perubahan metabolic, pernapasan, sirkulasi dan
lain-lain.
1. Perubahan Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan merupakan sistem yang paling tertantang ketika mengalami
perubahan dari fase intrauterus menuju ekstrauterus. Bayi baru lahir harus mulai
segera mulai bernafas.Selama kehamilan organ yang berperan dalam respirasi janin
sampai janin lahir adalah placenta. Paru paru yang bermula dari suatu titik yang
muncul dari Pharynx yang bercabang dan kemudian cabang lagi sehingga
membentuk struktur pencabangan bronkus. Proses tersebut terus berlanjut
setelah kelahiran hingga kira-kira usia anak 8 tahun sampai jumlah bronkhiolus
dan alveolus berkembang sepenuhnya.
15
Agar alveolus dapat berfungsi, harus ada surfaktan yang cukup dan aliran darah ke
paru-paru. Surfaktan adalah lipoprotein yang dapat mengurangi ketegangan
permukaan dalam alveoli dan membantu dalam pertukaran gas. Bagian ini di produksi
pertama kali dari usia kehamilan 20 minggu dan jumlahnya akan terus bertambah
hingga paru–paru menjadi dewasa pada minggu 30 – 34 minggu. Ketidak
dewasaan paru–paru inilah yang paling menentukan dan mengurangi kemungkinan
hidupnya seorang bayi baru lahir oleh karena luas permukaan alveoli yang terbatas
serta tidak adanya surfaktan yang memadai menyebabkan stress pada bayi.
Fenomena yang menstimulasi neonatus untuk nafas pertama kali, diantaranya;
peristiwa mekanis seperti penekanan toraks pada proses kelahiran pervagina dan
tekanan yang tinggi pada toraks tersebut tiba-tiba hilang ketika bayi lahir disertai oleh
stimulus fisik, nyeri, cahaya suara menyebabkan perangsangan pusat pernafasan. Pada
saat bayi mencapai cukup bulan, kurang dari 100 ml cairan paru–paru terdapat di
dalam nafasnya. Selama proses kelahiran, kompresi dinding dada akan membantu
pengeluaran sebagian dari cairan ini dan lebihnya akan diserap oleh sirkulasi
pulmonum serta sistem limphatik setelah kelahiran bayi. Neonatus yang dilahirkan
dengan SC (Secsio Cesarea) tidak mendapat penekanan thorak sehingga paru–parunya
terisi cairan dalam waktu yang lebih lama. Cairan yang mengisi mulut dan trakhea
sebagian dikeluarkan dan udara mulai mengisi sistem pernafasan ini.
Aktifnya pernafasan yang pertama menimbulkan serangkaian peristiwa
diantaranya: membantu perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi dewasa,
mengosongkan cairan dari paru–paru, menentukan volume paru neonatus dan
karakteristik fungsi paru–paru bayi baru lahir. Dengan tarikan nafas yang pertama,
udara di ruangan mulai mengisi saluran napas besar trakhea neonatus dan bronkus.
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam
mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Peningkatan aliran darah paru akan
memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangklan cairan paru.
2. Perubahan Sirkulasi
Karakteristik sirkulasi janin merupakan sistem tekanan rendah, karena paru – paru
masih tertutup dan berisi cairan, organ tersebut memerlukan darah dalam jumlah
minimal. Pemasangan klem tali pusat akan menutup sistem tekanan darah dari
plasenta-janin. Aliran darah dari palsenta berhenti, sistem sirkulasi bayi baru
lahirakan mandiri, tertutup dan bertekanan tinggi. Efek yang muncul segera akibat
16
tindakan pemasangan klem tali pusat adalah kenaikan resistensi vaskular sistemik.
Kenaikan resistensi vaskular sistemik ini bersamaan dengan pernapasan pertama bayi
baru lahir.
Oksigen dari napas pertama ini menyebabkan otot–otot vaskular berelaksasi dan
terbuka. Paru–paru menjadi satu sistem tekanan rendah. Kombinasi tekanan ini yang
meningkat pada sirkulasi sistemik tetapi menurun pada sirkulasi paru menimbulkan
perubahan–perubahan tekanan aliran darah pada jantung. Tekanan yang berasal dari
peningkatan aliran darah pada jantung kiri menyebabkan foramen ovale menutup.
Semakin banyak darah yang mengandung oksigen melewati duktus arteriosus
menyebabkan organ ini berkontraksi sehingga membatasi arus pintas yang terjadi
melalui duktus tersebut. Peningkatan aliran darah ke paru-paru akan mendorong
terjadinya peningkatan sirkulasi limpe dan membantu menghilangkan cairan paru-
paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.
Darah yang meninggalkan jantung neonatus menjadi sepenuhnya mengandung
oksigen ketika berada dalam paru dan mengalir ke seluruh jaringan tubuh yang lain.
Dalam waktu singkat perubahan–perubahan besar tekanan telah berlangsung pada
bayi baru lahir, sekalipun perubahan–perubahan ini secara anatomi tidak selesai
dalam hitungan minggu, penutupan fungsional foramen ovale dan duktus arteriosus
terjadi segera setelah kelahiran, yang paling penting untuk dipahami bidan adalah
bahwa perubahan–perubahan sirkulasi dari janin ke bayi baru lahir berkaitan mutlak
dengan kecukupan fungsi respirasi.
3. Termoregulasi
Bayi baru lahir memilki kecenderungan cepat stress akibat perubahan suhu
lingkungan, karena belum dapat mengatur suhu tubuh sendiri. Pada saat bayi
meninggalkan lingkungan rahim ibu yang bersuhu rata-rata 37 0C, kemudian bayi
masuk ke dalam lingkungan. Suhu ruangan persalinan yang suhu 25 0C sangat
berbeda dengan suhu di dalam rahim. Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui
empat mekanisme yaitu melalui konveksi, radiasi, konduksi, dan evaporasi.
Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara
sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan
yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi
jika terjadi konveksi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi
atau pendingin ruangan. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi
17
ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari
suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda
tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara
langsung).
Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh
bayi dengan permukaan yang dingin, meja, tempat tidur atau timbangan yang
temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui
mekanisme konduksi apalagi bayi diletakkan diatas benda-benda tersebut. Evaporasi
adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi karena
penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri
karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga
terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera
dikeringkan dan diselimuti.
Neonatus dapat menghasilkan panas dalam jumlah besar dengan cara; menggigil,
aktifitas otot dan termogenesis (produksi panas tanpa menggigil). Sehingga dapat
menyebabkan peningkatan metabolisme dan mengakibatkan peningkatan penggunaan
oksigen oleh neonatus. Oleh karena itu kehilangan panas pada neonatus berdampak
pada hipogilikemi, hipoksia dan asidosis.
4. Glukosa
Sebelum dilahirkan kadar darah janin berkisar 60 hingga 70% dari kadar darah
ibu. Dalam persiapan untuk kehidupan luar rahim seorang janin yang sehat
mencadangkan glukosa sebagai glikogen terutama di dalam hati. Sebagian
penyimpangan glikogen berlangsung pada trimester III. Pada saat tali pusat diklem,
bayi baru lahir harus mendapat cara untuk mempertahankan glukosa yang sangat
diperlukan untuk fungsi otak neonatus. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah
menurun dalam waktu singkat (1 hingga 2 jam kelahiran). Bayi baru lahir yang sehat
hendaknya didorong untuk sesegera mungkin mendapatkan ASI setelah dilahirkan.
Seorang bayi yang mengalami stress berat pada saat kelahiran seperti hipotermia
mengakibatkan hipoksia mungkin menggunakan simpanan glikogen dalam jumlah
banyak pada jam–jam pertama kelahiran.
18
Newborn Care7
1. Perawatan Kulit
Setelah pelahiran, kelebihan verniks, darah, dan mekonium harus dibersihkan
dengan lembut. Sisa verniks mudah diserap dan hilang sepenuhnya dalam 24 jam.
Mandi pertama harus ditunda sampai suhu neonatus stabil.
2. Tali Pusat
Kehilangan air dari Wharton Jelly menyebabkan mumifikasi tali pusat segera
setelah lahir. Dalam waktu 24 jam tunggu tali pusat kehilangan cirri khasnya putih
kebiruannya, tampak lembab dan segera menjadi kering dan hitam. Dalam beberapa
hari ke minggu, tunggul megelupas dan meninggalkan luka granulasi keci, setelah
proses penyembuhan membentuk umbilicus. Pemisahan biasanya terjadi dalam 2
minggu pertama dengan kisaran antara 3-45 hari. Tali pusat mongering lebih cepat
dan lebih mudah terpisah ketika terkena udara. Dengan demikian pemutusan tali pusat
tidak di izinkan.
Infeksi tali pusat yang serius kadang terjadi. Organisme yang kemungkinan besar
mengganggu adalah staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan streptococcus grup
B. karena tunggul tali pusat dalam beberapa kasus seperti ini kemungkinan tidak
menunjukan tanda infeksi luar maka diagnosis akan sulit ditegakkan. Tindakan
pencegahan aseptic seperti phisohex, larutan 0,5 % hibitane dalam spiritus 70 %,
mekuro 2 % atau alcohol 70% dan ditutupi denga kasa steril yang difiksasi dengan
plester.
3. Pemberian Makanan
Sebagian besar bayi baru lahir tumbuh dengan baik jika diberikan makan pada
interval setiap 2 hingga 4 jam. Bayi baru lahir yang kurang bulan atau degan
hambatan pertumbuhan memerlukan pemberian makanan pada interval yang lebih
pendek. Jeda pada setiap pemeberian makanana yang tepat bergantung pada beberapa
factor, seperti kuantitas ASI, kesiapan payudara untuk mengelakan ASI, dan
keinginan kuat untuk menyusui. Secara umum diajurkan bayi menyusu selama 5
menit pada setiap payudara selama 4 hari pertama atau sampai ibu memiliki persedian
susu. Setelah hari keempat, lama bayi yang baru lahir menyusui meningkat selama 10
menit disetiap payudara.
19
4. Kehilangan Berat Badan
Karena sebagian besar neonatus sebenarnya hanya menerima sedikit nutrisi ada 3
atau 4 hari pertama kehidupan, mereka semakin kehilangan berat badan sampai
pemebrian air susu ibu lancer atau diberikan makanan lainya. Bayi kurang bulan
relatif lebih banyak kehilangan berat badan dan proses pemulihan berat badanya lebih
lambat daripada bayi aterm. Bayi yang kecil, untuk usia kehamilan namun sehat
mendapatkan berat badanya kembali lebih cepat ketika disusui dibandingkan dengan
yang lahir kurang bulan. Jika bayi baru lahir normal cukup mendapat asupan zat gizi,
berat lahir biasanya akan pulih pada hari ke 10. Setelah itu, beratnya meningkat terus
dengan laju sekitar 25 g/hari selama beberapa bulan pertama. Berat lahir menjadi dua
kali lipat pada usia 5 bulan dan menjadi tiga kali lipat pada akhir tahun pertama.
5. Tinja dan Urin
Untuk 2-3 hari pertama setelah lahir, kolon berisi mekonium lunak berwarna hijau
kecoklatan. Mekonium terdiri dari sel-sel epitel deskuamasi dari traktus intestinal,
mucus, sel-sel epidermis, dan lanugo (rambut janin) yang tertelan dalam cairan
amnion. Warna yang khas di hasilkan dari pigmen empedu. Bayi di berikan pakaian
dari kain katun yang lunak, ringan, tipis dan mudah dicuci dalam air mendidih, serta
memungkinkan bayi bebas bergerak. Sebelum popk dipasang, suhu bayi harus
diperiksa lagi dengan low reading thermometer (dapat mengukur sampai suhu 25ºC)
dan kemudian bayi diltekan di tempat tidur bayi yang hangat (suhu incubator
tergantung dari besar bayi, misalnya bayi dengan berat 1000 gram suhunya 35ºC,
berat 3000 gram suhunya 28ºC-30ºC, sehingga bayi dapat mempertahankan suhu
tubuhya sekitar 36ºC -37ºC).
Posisi bayi dalam tempat tidur dapat terlentang (posisi setengah duduk dengan
kepala miring ke salah satu sisi), tengkurap dengan kepala ke salah satu sisi dan harus
selalu diamati untuk melihat kemungkinan terjadi aspirasi. Perawatan mata dapat
dipakai larutan nitras argenti 1% yang baru dibuat untuk menghindari kerusakan mata.
Dapat pula mata dibersihkan dengan larutan air garam fisiologik, akan tetapi harus
selalu dilihat apakah sudah ada kotoran mata atau belum.
Indikasi Rawat Gabung7,8
Rawat gabung atau rooming in adalah suatu sistem perawatan dimana ibu dan
bayi dirawat dalam satu unit. Di Indonesia, persalinan 80% terjadi di rumah dan
20
bayinya langsung dirawat gabung. Dalam pelaksanaanya, bayi harus selalu berada di
samping ibu sejak segera setelah dilahirkan sampai pulang. Ini bukan suatu hal yang
baru. Di lingkungan rumah sakit dan rumah bersalin, sistem perawatan dalam satu
ruangan sudah difungsikan kembali.
Manfaat dan keuntungan rawat gabung ditinjau dari berbagai aspek dan sesuai
tujuanya adalah sebagai berikut: Dengan rawat gabung, antara ibu dan bayi akan
terjalin proses lekat (bonding). Rasa aman, kasih sayang, dan percaya pada orang lain
(basic trust) merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri pada bayi. Hal ini sangat
mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya. Dengan rawat gabung,
bayi dapat disusui dengan frekuensi yang lebih sering dan menimbulkan reflek
prolaktin yang memacu proses produksi ASI dan reflex oksitosin yang membantu
pengeluaran ASI mempercepat involusi rahim. Pemberian ASI ekslusif dapat juga
dipergunakan sebagai metode Keluarga Berencana, asal memenuhi syarat yaitu usia
bayi belum berusia 6 bulan, ibu belum haid lagi, dan bayi masih diberikan ASI secara
eksklusif.
Dengan rawat gabung, ibu dengan mudah menyusui kapan saja bayi
menginginkannya. Dengan demikian, ASI cepat keluar karena dapat rangsangan dari
isapan bayi. Dengan rawat gabung, pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin
sehingga anggaran penggeluaran untuk membeli susu formula dan peralatan untuk
membuatnya dapat dihemat. Ruang bayi tidak perlu ada dan ruang dapat digunakan
untuk hal yang lain. Lama rawat juga bisa dikurangi sehingga pergantian pasien bisa
lebih cepat.
Dengan rawat gabung ibu, terutama yang primipara, akan mempunyai
pengalaman menyusui dan merawat bayinya. Ibu juga segera dapat mengenali
perubahan fisik atau perilaku bayi dan menanyakan pada petugas hal-hal yang di
anggap tidak wajar. Sarana ini dapat juga dipakai sebagai sarana pendidikan bagi
keluarga. Dengan rawat gabung, ibu merawat bayinya sendiri. Bayi juga tidak
terpapar dengan banyak petugas sehingga infeksi nosokomial dapat dicegah. Di
samping itu, kolostrum yang banyak mengandung berbagai zat protektif akan cepat
keluar dan memberikan daya tahan bagi bayi.
Tidak semua bayi atau ibu dapat segera dirawat gabung. Bayi dan ibu yang dapat
dirawat gabung harus memenuhi syarat / kriteria sebagai berikut: lahir spontan dengan
presentasi kepala, berat badan bayi saat lahir 2500 - 4000 gram, umur kehamilan 36 -
42 minggu, bayi tidak asfiksia setelah lima menit pertama (nilai Apgar minimal 7),
21
tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum, bila lahir dengan tindakan maka rawat
gabung dilakukan setelah bayi cukup sehat; refleks mengisap baik; tidak ada tanda
infeksi dan sebagainya. Bayi yang lahir dengan sektio sesarea dengan anestesia
umum, rawat gabung dilakukan segera setelah ibu dan bayi sadar penuh (bayi tidak
mengantuk), misalnya 4-6 jam setelah operasi selesai. Bayi tetap disusukan meskipun
mungkin ibu masih mendapat infus.
Kontra Indikasi Rawat Gabung7
1. Pihak Ibu
Pasien penyakit jantung klasifikasi II dianjurkan untuk sementara tidak menyusui
sampai keadaan jantung cukup baik. Bagi pasien jantung klasifikasi III tidak
dibenarkan menyusui. Penilaian akan hal ini harus dilakukan dengan hati-hati.
Keadaan ibu yang tidak baik dan pengaruh obat-obatan untuk mengatasi penyakit
biasanya menyebabkan kesadaran menurun sementara sehingga ibu belum sadar
betul.Tidak diperbolehkan ASI dipompa dan diberikan pada bayi. Tuberkolosis paru
yang aktif dan terbuka merupakan kontra indikasi mutlak. Pada sepsis keadaan ibu
biasanya buruk dan tidak akan mampu menyusui. Banyak perdebatan mengenai
penyakit infeksi apakah dibenarkan menyusui atau tidak.
Pasien dengan karsinoma payudara harus dicegah jangan sampai ASI-nya keluar
karena mempersulit penilaian penyakitnya. Apabila menyusui ditakutkan adanya sel-
sel karsinoma yang terminum si bayi. Penderita psikosis tidak dapat dikontrol keadaan
jiwanya. Meskipun pada dasarnya ibu saying pada bayinya, tetapi ada kemungkinan
penderita psikosis membuat cedera pada bayinya.
2. Pihak Bayi
Kejang pada bayi akibat cedera persalinan atau infeksi yang tidak memungkinkan
untuk disusui karena ditakutkan adanya bahaya aspirasi saat disusui. Kesadaran bayi
yang menurun juga tidak memungkinkan bayi untuk disusui oleh ibunya. Bayi dengan
penyakit jantung atau paru-paru atau penyakit lain yang memerlukan perawatan
intensif tertentu tidak mungkin menyusu dan dirawat gabung. Selama observasi, rawat
gabung tidak dapat dilaksanakan. Setelah keadaan membaik bayi boleh dirawat
gabung kembali. Ini yang disebut rawat gabung tidak langsung.
Very Low Birth Weight (Berat Badan Lahir Sangat Rendah), defleks menghisap
dan reflex lain pada bayi kondisi seperti ini belum baik sehingga tidak mungkin
22
menyusus dan dirawat gabung. Cacat bawaan, diperlukan persiapan mental ibu untuk
menerima keadaan bahwa bayinya cacat. Cacat bawaan yang mengancam jiwa bayi
merupakan kontra indikasi mutlak. Cacat ringan seperti labioschisis, palatischisis,
bahkan labiopalatoschisis masih memungkinkan untuk disusui, tetapi dengan
menggunakan sonde agar tidak aspirasi.
Kesimpulan
Kehidupan pada masa neonatus sangat rawan karena terjadi proses penyesuaian
fisiologis bayi agar dapat hidup di luar kandungan. Karena itulah, diperlukan berbagai
pemeriksaan untuk memastikan bahwa bayi dalam kondisi baik. Lewat berbagai
pemeriksaan yang ada, maka dapat dilihat apakah ada kelainan sepeeti cacat bawaan
yang perlu tindakan segera, trauma lahir, menentukan apakah BBL dapat dirawat
bersama ibu (rawat gabung) atau di tempat perawatan khusus untuk diawasi, atau di
ruang intensif, atau segera dioperasi. Pemeriksaan pertama dapat dilakukan setelah
bayi lahir lalu diulang kembali dalam dalam 24 jam, yaitu sesudah bayi berada dalam
ruang perawatan. Tujuannya adalah kelainan yang luput dari pemeriksaan pertama
akan ditemukan pada pemeriksaan ini. Bayi dapat dirawat gabungan dengan Ibu
apabila dari pihak Ibu mau pun dari bayi memenuhi kriteria untuk dapat dirawat
secara gabungan.
Daftar Pustaka1. Artsiyanti D. At a glance obstetric dan ginekologi. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2008.h.8.2. Cunningham FG et al. Obstetri williams. Ed 23. Vol.2. Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2009.h.616-16.3. Swartz, Mark H. Buku ajar diagnostic fisik. Jakarta: penerbit buku kedokteran
EGC, 2001.h.415-4294. Hassan R, Alatas H. Ilmu kesehatan anak. Jakarta: bagian Ilmu kesehatan anak,
2012.h.1040-10595. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB. .Ilmu kesehatan anak nelson. Ed.15.
Jakarta:Penerbitan Buku Kedokteran EGC;2012.h.532-8.6. Matondang CS, Wahidiyat I, Sastroasmoro S. Diagnosis fisik pada anak. Edisi ke
2. Jakarta: PT Sagung seto, 2000.h.146-1587. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu kebidanan. Edisi ke 7.
Jakarta: sarwono prawirohardjo, 2005.h.247-578. Crenshaw J. 2007. Care practice #6: no separation of mother and baby, with
unlimited opportunities for breastfeeding. The Journal of Perinatal Education. Volume 16, Number 3.
23