pemeriksaan dan perawatan neonatus.doc

40
Pemeriksaan, Perawatan dan Indikasi Rawat Gabung pada Neonatus Ivanalia Soli Deo (102012359) C2 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA Koresponden: [email protected] Pendahuluan Bayi baru lahir atau sering disebut juga sebagai neonatus, adalah bayi yang berusia 0-28 hari (dari lahir hingga 4 minggu sesudah kelahiran). Dalam periode ini (disebut juga periode neonatal), kemungkinan kematian bayi adalah lebih dari 50%. Hal ini dikarenakan kurang baiknya penanganan bayi baru lahir sehingga dapat menyebabkan kecacatan seumur hidup bahkan hingga kematian. Pencegahan asifiksia, mempertahankan suhu tubuh bayi, pemberian air susu ibu (ASI), pencegahan terhadap infeksi, dan pemantauan kenaikan berat badan merupakan tugas pokok bagi pemantauan kesehatan bayi dan anak. Menolong kelahiran bayi dan memberikan asuhan yang seksama akan membantu bayi melalui proses adaptasi dengan baik sehingga akan menjadi bayi yang sehat. Pada PBL kali ini akan dibahas mengenai pemeriksaan dan perawatan neonatus yang bertujuan untuk mendapatkan bayi yang sehat dan bebas dari kemungkinan kematian. Pembahasan tersebut berdasarkan kasus PBL tentang bayi 38 minggu gestasi lahir spontan per vaginam dengan berat 3200gr, panjang badan 40cm, lingkar kepada 33cm, lingkar dada 30cm, lingkar perut 30cm, dan cairan ketuban jernih. 1

Upload: ivanalia-soli-deo

Post on 05-Dec-2015

523 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

makalah pbl kedokteran

TRANSCRIPT

Pemeriksaan, Perawatan dan Indikasi Rawat Gabung pada NeonatusIvanalia Soli Deo (102012359)

C2FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANAKoresponden: [email protected]

Pendahuluan

Bayi baru lahir atau sering disebut juga sebagai neonatus, adalah bayi yang

berusia 0-28 hari (dari lahir hingga 4 minggu sesudah kelahiran). Dalam periode ini

(disebut juga periode neonatal), kemungkinan kematian bayi adalah lebih dari 50%.

Hal ini dikarenakan kurang baiknya penanganan bayi baru lahir sehingga dapat

menyebabkan kecacatan seumur hidup bahkan hingga kematian. Pencegahan asifiksia,

mempertahankan suhu tubuh bayi, pemberian air susu ibu (ASI), pencegahan terhadap

infeksi, dan pemantauan kenaikan berat badan merupakan tugas pokok bagi

pemantauan kesehatan bayi dan anak. Menolong kelahiran bayi dan memberikan

asuhan yang seksama akan membantu bayi melalui proses adaptasi dengan baik

sehingga akan menjadi bayi yang sehat.

Pada PBL kali ini akan dibahas mengenai pemeriksaan dan perawatan neonatus

yang bertujuan untuk mendapatkan bayi yang sehat dan bebas dari kemungkinan

kematian. Pembahasan tersebut berdasarkan kasus PBL tentang bayi 38 minggu

gestasi lahir spontan per vaginam dengan berat 3200gr, panjang badan 40cm, lingkar

kepada 33cm, lingkar dada 30cm, lingkar perut 30cm, dan cairan ketuban jernih. Bayi

menangis spontan, aktif, denyut jantung 140x/menit, refleks bersin (+) dengan badan

kemerahan dan ekstremitas sedikit biru. Setelah lahir dan dilakukan perawatan bayi

baru lahir, keluarga pasien menanyakan bagaimanakah kondisi bayinya serta apakah

dapat dirawat bersama dengan ibunya.

Pembahasan

Anamnesis1

Anamnesis dilakukan kepada ibu untuk mengetahui riwayat gestasi dan

memastikan kondisi ibu setelah melahirkan. Pertanyaan yang diajukan antara lain

dapat berupa: riwayat pembedahan, riwayat pemakaian obat-obatan, riwayat

menstruasi (usia menarke, lama siklus, dan lama menstruasi terakhir), riwayat

pemakaian kontrasepsi, riwayat infeksi vagina atau panggul sebelumnya, usia gestasi,

1

riwayat penyakit dalam keluarga (diabetes, penyakit kardiovaskular, hipertensi,

retardasi mental, dan sindrom genetic), riwayat social (pekerjaan, tempat tinggal,

kebiasaan merokok atau minum alkohol), penurunan atau kenaikan berat badan

selama masa kehamilan, riwayat kardiovaskular (nyeri dada atau napas pendek), dan

riwayat psikiatrik sebelum atau pun semasa kehamilan (depresi, kecenderungan

bunuh diri).

Perkiraan Usia Gestasi Rumus Naegele2

Selain itu, perkiraan usia gestasi dapat dilakukan dengan menggunakan rumus

Neagele, namun ibu harus mengetahui benar kapan hari pertama haid terakhir yang ia

alami. Lewat rumus ini maka tanggal hari pertama haid terakhir akan ditambah 7

angka, bulan dikurangi 3, dan tahun ditambah 1. Sebagai contoh hari pertama

menstruasi terakhir ibu adalah 25-3-2001, maka perkiraan persalinan adalah 1-1-2002.

Jika bayi lahir pada waktu yang diperkirakan, maka usia gestasi pada bayi adalah

sekitar 37 minggu. Bayi tergolong abortus apabila usia gestasi <20 minggu, hamil

prematur apabila 26-36 minggu, hamil aterm apabila 37-42, hami serotinous > 42

minggu.

Skor Lubchenco3

Penyesuaian antara umur kehamilan dengan berat badan bayi baru

lahir disebutkan dalam batas normal apabila berada dalam percentile 10

sampai persentil 90 dalam kurva Battaglia dan Lubchenco. Berdasarkan kurva

tersebut, maka berat badan menurut usia kehamilan dapat digolongkan sebagai

berikut: kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB

dibawah persentilke-10, sesuai Masa Kehamilan (SMK) yaitu jika bayi lahir dengan

BB diantara persentilke-10 dan ke-90, besar Masa Kehamilan (BMK) yaitu jika bayi

lahir dengan BB diatas persentilke-90 pada kurva pertumbuhan janin.

Dismaturitas yaitu bayi dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya

untuk masa gestasi itu. Disebut juga kecil untuk masa kehamilan (KMK). Dapat

terjadi pada masa pre-, term, dan post-term. Setiap bayi baru lahir (prematur,matur,

postmatur) mungkin saja mempunyai berat yang tidak sesuai dengan masagestasinya.

Istilah lain yang dipergunakan untuk menunjukkan KMK adalah IUGR (intrauterine

growth retardation = retardasi pertumbuhan intrauterin). 

2

Gambar 1. Grafik LubChenko3

Klasifikasi Neonatus3

Berikut ini adalah klasifikasi untuk neonatus berdasarkan masa gestasi dan berat

lahirnya: NCB-SMK (neonatus cukup bulan-sesuai untuk masa kehamilan), NCB-

KMK (neonatus cukup bulan-kecil untuk masa kehamilan), NCB-BMK (neonatus

cukup bulan-besar untuk masa kehamilan), NKB-SMK (neonatus kurang bulan-sesuai

untuk masa kehamilan), NKB-KMK (neonatus kurang bulan-kecill untuk masa

kehamilan), NKB-BMK (neonatus kurang bulan-besar untuk masa kehamilan), NLB-

SMK (neonatus lebih bulan-sesuai untuk masa kehamilan), NLB-KMK (neonatus

lebih bulan-kecil untuk masa kehamilan), dan NLB-BMK (neonatus lebih bulan-besar

untuk masa kehamilan). Ada pula yang membagi klasifikasi menurut berat badan

sebagai berikut: BBLR (bayi berat lahir rendah – kurang dari 2.500gr), BBLC (bayi

berat lahir cukup – 25.000gr atau lebih), BBLSR (bayi berat lahir sangat rendah –

1.000 sampai 1.500gr), dan BBLASR (bayi berat lahir amat sangat rendah – kurang

dari 1.000gr).

APGAR Score3,4

APGAR dipublikasikan pertama kali pada tahun 1952. Lalu tahun 1962, Joseph

membuat akronim dari kata APGAR tersebut, yaitu Appearance (colour/warna

kulit), Pulse (heart rate/denyut nadi), Grimace (refleks terhadap rangsangan), Activity

(tonus otot), dan Respiration (usaha bernapas). Karena hal itulah, maka pemeriksaaan

3

terdiri dari lima penilaian: warna kulit, frekuens jantung, reflex iritabilitas, tonus otot,

usaha bernapas. Dr. Virginis Apgar telah mengembangkan suatu skala untuk menilai

neonatus dalam waktu 1 dan 5 menit setelah lahir. Masing-masing uji ini mempunyai

nilai dari 0 hingga 2. Dalam satu menit, nilai total dari 0 hingga 3 menunjukan derajat

afiksia yang berat dan bayi memerlukan tindakan resusitasi segera, nilai dari 4-6

menunjukan afiksia ringan sampai sedang. Nilai 7-10 neonatus beradaptasi dengan

baik. Penilaian ini perlu di ulangi setelah 5 menit untuk mengevaluasi tidakan

resusitasi kita sudah adekuat. Bila belum dilakukan pemeriksaan penunjang lain. Nilai

APGAR 5 menit ini mempunyai nilai prognostic oleh karena berhubungan dengan

morbiditas neonatal.

Table 1. Lima Kriteria Skor Apgar3

Kriteria Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2

Apperance

(warna kulit)

seluruhnya biru atau pucat

warna kulit tubuh normal merah muda ,tetapi kepala dan ekstermitas kebiruan (akrosianosis)

warna kulit tubuh , tangan , dan kakinormal merah muda

Pulse(denyut jantung)

tidak teraba <100 kali/menit >100 kali/menit

Grimace(respons refleks)

tidak ada respons terhadap stimulasi

meringis/menangis lemah ketika di stimulasi

meringis/bersin/batuk saat stimulasi saluran napas

Activity(tonus otot)

lemah/tidak ada sedikit gerakan bergerak aktif

Respiration(pernapasan)

tidak ada Lemah,  tidak teratur menangis kuat, pernapasan baik dan teratur

Ballard Score3,4

Sistem penilaian ini dikembangkan oleh Dr. Jeanne L Ballard, untuk menentukan

usia gestasi bayi baru lahir melalui penilaian neuromuskular dan fisik. Penilaian

neuromuskular meliputi postur, square window, arm recoil, sudut popliteal, scarf sign

dan heel to ear maneuver. Penilaian fisik yang diamati adalah kulit, lanugo,

permukaan plantar, payudara, mata/telinga, dan genitalia.

4

1. Kematangan Neuoromuskular

1.1 Postur

Tonus otot tubuh tercermin dalam postur tubuh bayi saat istirahat dan adanya

tahanan saat otot diregangkan. Ketika pematangan berlangsung, berangsur-angsur

janin mengalami peningkatan tonus fleksor pasif dengan arah sentripetal, dimana

ekstremitas bawah sedikit lebih awal dari ekstremitas atas. Pada awal kehamilan

hanya pergelangan kaki yang fleksi. Lutut mulai fleksi bersamaan dengan

pergelangan tangan. Pinggul mulai fleksi, kemudian diikuti dengan abduksi siku, lalu

fleksi bahu. Pada bayi prematur tonus pasif ekstensor tidak mendapat perlawanan,

sedangkan pada bayi yang mendekati matur menunjukkan perlawanan tonus fleksi

pasif yang progresif.

Untuk mengamati postur, bayi ditempatkan terlentang dan pemeriksa menunggu

sampai bayi menjadi tenang pada posisi nyamannya. Jika bayi ditemukan terlentang,

dapat dilakukan manipulasi ringan dari ekstremitas dengan memfleksikan jika

ekstensi atau sebaliknya. Hal ini akan memungkinkan bayi menemukan posisi dasar

kenyamanannya. Fleksi panggul tanpa abduksi memberikan gambaran seperti posisi

kaki kodok.

1.2 Square Window

Fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan terhadap peregangan ekstensor

memberikan hasil sudut fleksi pada pergelangan tangan. Pemeriksaan jari-jari bayi

dan menekan punggung tangan dekat dengan jari-jari dengan lembut. Hasil sudut

antara telapak tangan dengan lengan bawah bayi dan preterm hingga posterm

dperkirakan berturut-turut > 90 °, 90 °, 60 °, 45 °, 30 °, dan 0.

1.3 Arm Recoil

Manuver ini berfokus pada fleksor pasif dari tonus otot biseps dengan mengukur

sudut mundur singkat setelah sendi siku difleksi dan ekstensikan. Arm recoil

dilakukan dengan cara evaluasi saat bayi terlentang. Pegang kedua tangan bayi,

fleksikan lengan bagian bawah sejauh mungkin dalam 5 detik, lalu rentangkan kedua

lengan dan lepaskan. Amati reaksi bayi saat lengan dilepaskan. Skor 0: tangan tetap

terentang/ gerakan acak, Skor 1: fleksi parsial 140-180 °, Skor 2: fleksi parsial 110-

140 °, Skor 3: fleksi parsial 90-100 °, dan Skor 4: kembali ke fleksi penuh

5

1.4 Popliteal Angle

Manuver ini menilai pematangan tonus fleksor pasif sendi lutut dengan menguji

resistensi ekstremitas bawah terhadap ekstensi. Dengan bayi berbaring telentang, dan

tanpa popok, paha ditempatkan lembut di perut bayi dengan lutut tertekuk penuh.

Setelah bayi rileks dalam posisi ini, pemeriksa memegang kaki satu sisi dengan

lembut dengan satu tangan sementara mendukung sisi paha dengan tangan yang lain.

Jangan memberikan tekanan pada paha belakang, karena hal ini dapat mengganggu

interpretasi.

Kaki diekstensikan sampai terdapat resistensi pasti terhadap ekstensi. Ukur sudut

yang terbentuk antara paha dan betis di daerah popliteal. Perlu diingat bahwa

pemeriksa harus menunggu sampai bayi berhenti menendang secara aktif sebelum

melakukan ekstensi kaki. Posisi Frank Breech pralahir akan mengganggu manuver ini

untuk 24 hingga 48 jam pertama usia karena bayi mengalami kelelahan fleksor

berkepanjangan intrauterine. Tes harus diulang setelah pemulihan telah terjadi.

1.5 Scarf Sign

Manuver ini menguji tonus pasif fleksor gelang bahu. Dengan bayi berbaring

telentang, pemeriksa mengarahkan kepala bayi ke garis tengah tubuh dan mendorong

tangan bayi melalui dada bagian atas dengan satu tangan dan ibu jari dari tangan sisi

lain pemeriksa diletakkan pada siku bayi. Siku mungkin perlu diangkat melewati

badan, namun kedua bahu harus tetap menempel di permukaan meja dan kepala tetap

lurus dan amati posisi siku pada dada bayi dan bandingkan dengan angka pada lembar

kerja, yakni, penuh pada tingkat leher (-1); garis aksila kontralateral (0); kontralateral

baris puting (1); prosesus xyphoid (2); garis puting ipsilateral (3); dan garis aksila

ipsilateral (4).

1.6 Heel to Ear

Manuver ini menilai tonus pasif otot fleksor pada gelang panggul dengan

memberikan fleksi pasif atau tahanan terhadap otot-otot posterior fleksor pinggul.

Dengan posisi bayi terlentang lalu pegang kaki bayi dengan ibu jari dan telunjuk,

tarik sedekat mungkin dengan kepala tanpa memaksa, pertahankan panggul pada

permukaan meja periksa dan amati jarak antara kaki dan kepala serta tingkat ekstensi

lutut ( bandingkan dengan angka pada lembar kerja). Penguji mencatat lokasi dimana

resistensi signifikan dirasakan. Hasil dicatat sebagai resistensi tumit ketika berada

6

pada atau dekat: telinga (-1); hidung (0); dagu (1); puting baris (2); daerah pusar (3);

dan lipatan femoralis (4).

Gambar 2. Penilaian Ballard Score Kematangan Neuromuskular3

2. Kematangan Fisik

2.1 Kulit

Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur intrinsiknya

bersamaan dengan hilangnya secara bertahap dari lapisan pelindung, yaitu vernix

caseosa. Oleh karena itu kulit menebal, mengering dan menjadi keriput dan / atau

mengelupas dan dapat timbul ruam selama pematangan janin. Fenomena ini bisa

terjadi dengan kecepatan berbeda-beda pada masing-masing janin tergantung pada

pada kondisi ibu dan lingkungan intrauterin. Sebelum perkembangan lapisan

epidermis dengan stratum corneumnya, kulit agak transparan dan lengket ke jari

pemeriksa. Pada usia perkembangan selanjutnya kulit menjadi lebih halus, menebal

dan menghasilkan pelumas, yaitu vernix, yang menghilang menjelang akhir

kehamilan. pada keadaan matur dan pos matur, janin dapat mengeluarkan mekonium

dalam cairan ketuban. Hal ini dapat mempercepat proses pengeringan kulit,

menyebabkan mengelupas, pecah-pecah, dehidrasi, sepeti sebuah perkamen.

7

2.2 Lanugo

Lanugo adalah rambut halus yang menutupi tubuh fetus. Pada extreme

prematurity kulit janin sedikit sekali terdapat lanugo. Lanugo mulai tumbuh pada usia

gestasi 24 hingga 25 minggu dan biasanya sangat banyak, terutama di bahu dan

punggung atas ketika memasuki minggu ke 28. Lanugo mulai menipis dimulai dari

punggung bagian bawah. Daerah yang tidak

ditutupi lanugo meluas sejalan dengan maturitasnya dan biasanya yang paling luas

terdapat di daerah lumbosakral. Pada punggung bayi matur biasanya sudah tidak

ditutupi lanugo. Variasi jumlah dan lokasi lanugo pada masing-masing usia gestasi

tergantung pada genetik, kebangsaan, keadaan hormonal, metabolik, serta pengaruh

gizi. Sebagai contoh bayi dari ibu dengan diabetes mempunyai lanugo yang sangat

banyak. Pada melakukan skoring pemeriksa hendaknya menilai pada daerah yang

mewakili jumlah relatif lanugo bayi yakni pada daerah atas dan bawah dari

punggung bayi

2.3 Permukaan Plantar

Garis telapak kaki pertama kali muncul pada bagian anterior ini kemungkinan

berkaitan dengan posisi bayi ketika di dalam kandungan. Bayi dari ras selain kulit

putih mempunyai sedikit garis telapak kaki lebih sedikit saat lahir. Di sisi lain pada

bayi kulit hitam dilaporkan terdapat percepatan maturitas neuromuskular sehingga

timbulnya garis pada telapak kaki tidak mengalami penurunan. Namun demikian

penialaian dengan menggunakan skor Ballard tidak didasarkan atas ras atau etnis

tertentu. Bayi very premature dan extremely immature tidak mempunyai garis pada

telapak kaki. Untuk membantu menilai maturitas fisik bayi tersebut berdasarkan

permukaan plantar maka dipakai ukuran panjang dari ujung jari hingga tumit. Untuk

jarak kurang dari 40 mm diberikan skor -2, untuk jarak antara 40 hingga 50 mm

diberikan skor -1.

8

2.4 Payudara

Areola mammae terdiri atas jaringan mammae yang tumbuh akibat stimulasi

esterogen ibu dan jaringan lemak yang tergantung dari nutrisi yang diterima janin.

Pemeriksa menilai ukuran areola dan menilai ada atau tidaknya bintik-bintik akibat

pertumbuhan papilla Montgome. Kemudian dilakukan palpasi jaringan mammae di

bawah areola dengan ibu jari dan telunjuk untuk mengukur diameternya dalam

milimeter

2.5 Mata/Telinga

Daun telinga pada fetus mengalami penambahan kartilago seiring

perkembangannya menuju matur. Pemeriksaan yang dilakukan terdiri atas palpasi

ketebalan kartilago kemudian pemeriksa melipat daun telinga ke arah wajah kemudian

lepaskan dan pemeriksa mengamati kecepatan kembalinya daun telinga ketika

dilepaskan ke posisi semulanya. Pada bayi prematur daun telinga biasanya akan tetap

terlipat ketika dilepaskan. Pemeriksaan mata pada intinya menilai kematangan

berdasarkan perkembangan palpebra. Pemeriksa berusaha membuka dan memisahkan

palpebra superior dan inferior dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari. Pada

bayi extremely premature palpebara akan menempel erat satu sama lain. Dengan

bertambahnya maturitas palpebra kemudian bisa dipisahkan walaupun hanya satu sisi

dan meningggalkan sisi lainnya tetap pada posisinya.

Perlu diingat bahwa banyak terdapat variasi kematangan palpebra pada individu

dengan usia gestasi yang sama. Hal ini dikarenakan terdapat faktor seperti stres

intrauterin dan faktor humoral yang mempengaruhi perkembangan kematangan

palpebra.

2.6 Genital (Pria)

Testis pada fetus mulai turun dari cavum peritoneum ke dalam scrotum kurang

lebih pada minggu ke 30 gestasi. Testis kiri turun mendahului testis kanan yakni pada

sekitar minggu ke 32. Kedua testis biasanya sudah dapat diraba di canalis inguinalis

bagian atas atau bawah pada minggu ke 33 hingga 34 kehamilan. Bersamaan dengan

itu, kulit skrotum menjadi lebih tebal dan membentuk rugae. Testis dikatakan telah

turun secara penuh apabila terdapat di dalam zona berugae. Pada nenonatus extremely

premature scrotum datar, lembut, dan kadang belum bisa dibedakan jenis

kelaminnya. Berbeda halnya pada neonatus matur hingga posmatur, scrotum biasanya

9

seperti pendulum dan dapat menyentuh kasur ketika berbaring. Pada cryptorchidismus

scrotum pada sisi yang terkena kosong, hipoplastik, dengan rugae yang lebih sedikit

jika dibandingkan sisi yang sehat atau sesuai dengan usia kehamilan yang sama.

2.7 Genital (wanita)

Untuk memeriksa genitalia neonatus perempuan maka neonatus harus diposisikan

telentang dengan pinggul abduksi kurang lebih 45 derajat dari garis horisontal.

Abduksi yang berlebihan dapat menyebabkan labia minora dan klitoris tampak lebih

menonjol sedangkan aduksi menyebabkankeduanya tertutupi oleh labia majora 9.

Pada neonatus extremely premature labia datar dan klitoris sangat menonjol dan

menyerupai penis. Sejalan dengan berkembangnya maturitas fisik, klitoris menjadi

tidak begitu menonjol dan labia minora menjadi lebih menonjol. Mendekati usia

kehamilan matur labia minora dan klitoris menyusut dan cenderung tertutupi oleh

labia majora yang membesar.

Labia majora tersusun atas lemak dan ketebalannya bergantung pada nutrisi

intrauterin. Nutrisi yang berlebihan dapat menyebabkan labia majora menjadi besar

pada awal gestasi. Sebaliknya nutrisi yang kurang menyebabkan labia majora

cenderung kecil meskipun pada usia kehamilan matur atau posmatur dan labia minora

serta klitoris cenderung lebih menonjol.

Gambar 3. Penilaian Ballard Score Kematangan Fisik3

10

Pemeriksaan Neurologis5,6

Reflek primitif adalah aksi reflek yang berasal dari dalam pusat sistem saraf yang

ditunjukkan oleh bayi baru lahir normal namun secara neurologis tidak lengkap

seperti pada orang dewasa dalam menanggapi rangsang tertentu. Reflek ini tidak

menetap hingga dewasa, namun lama-kelamaan akan menghilang karena dihambat

oleh lobus frontal sesuai dengan tahap perkembangan anak normal. Reflek primitif ini

sering juga disebut infantile atau reflek bayi baru lahir.

Anak-anak dan dewasa yang mengalami kelainan atau gangguan saraf (sebagai

contoh, penderita cerebral palsy) akan tetap mempunyai reflek primitif ini dan akan

timbul kembali hingga masa dewasa mengacu pada keadaan saraf tertentu termasuk

demensia, lesi trauma dan stroke. Seseorang dengan gangguan cerebral palsy dan

keterbatasan mental kecerdasan dapat belajar untuk lebih menekan reflek ini agar

tidak muncul pada kondisi tertentu seperti selama memulai reaksi yang ekstrim.

Reflek dapat dibatasi pada area tubuh tertentu saja yang dipengaruhi oleh gangguan

saraf seperti reflek Babinsky pada kaki untuk penderita cerebral palsy. Atau juga

dapat terjadi pada orang normal dengan hemiplegia, reflek dapat dilihat pada kaki di

daerah yang terserang saja.

Reflek primitif juga diperiksa pada seseorang yang diduga mengalami luka di

otaknya untuk menguji fungsi dari lobus frontal. Jika tidak ada penekanan secara tepat

maka terjadi tanda-tanda penurunan fungsi tulang depan kepala (frontal). Selain itu

gangguan reflek primitif juga diperiksa sebagai tanda peringatan awal terjadinya

gangguan autis.

Reflek pada bayi baru lahir beraneka ragam. Sebuah contoh pasti adalah reflek

rooting yang membantu proses inisiasi menyusui dini dan proses menyusui nantinya.

Bayi hanya akan menunjukkan reflek ini pada saat kelaparan dan disentuh sekitar

bibirnya oleh orang lain, tapi bukan termasuk bayi itu sendiri. Ada beberapa reflek

yang kemungkinan akan membantu bayi bertahan selama masa adaptasi lingkungan

kehidupan barunya seperi reflek moro. Reflek yang lain seperti reflek menelan dan

memegang sesuatu akan membantu menjalin interaksi positif antara orang tua dan

bayi baru lahir. Reflek tersebut dapat memacu orang tua untuk memberikan respon

dengan penuh cinta dan kasih sayang serta lebih memotivasi ibu untuk menyusui.

Reflek primitif ini juga membantu orang tua merasa nyaman dengan bayinya karena

reflek primitif tersebut akan mendorong bayi untuk mengontrol dirinya serta

11

menerima dan menanggapi stimulasi atau rangsangan dari orang tuanya. Dibawah ini

dijabarkan beberapa releks primitif pada bayi baru lahir.

1. Reflek Ketuk Glabella

Reflek ini diperiksa dengan mengetuk secara berulang pada dahi. Ketukan akan

diterjemahkan sebagai sinyal yang diterima oleh saraf sensori aferen yang akan

dipindahkan oleh nervus trigeminal dan sinyal saraf eferen akan kembali ke otot

orbicularis oculi melalui saraf facial yang akan menggerakkan reflek pada mata yaitu

berkedip. Kedipan mata akan mucul sebagai reaksi terhadap ketukan tersebut namun

hanya timbul sekali yaitu pada ketukan pertama. Jika kedipan mata terus berlangsung

pada ketukan-ketukan selanjutnya, maka disebut tanda-tanda Myerson, yang

merupakan gejala awal penyakit Parkinson, dan hal tersebut tidak normal.

2. Reflek Mata Boneka

Reflek ini diperiksa sebagai salah satu cara untuk menentukan mati batang otak.

Jika kepala diputar-putar (ditolehkan ke samping kanan dan kiri) maka bola mata akan

bergerak. Namun jika pada pemeriksaan ini bola mata tetap berhenti atau tidak

bergerak sama sekali berarti dimungkinkan ada kematian batang otak.

3. Reflek Rooting

Reflek ini ditunjukkan pada saat kelahiran dan akan membantu proses menyusui.

Reflek ini akan mulai terhambat pada usia sekitar empat bulan dan berangsur-angsur

akan terbawa di bawah sadar. Seorang bayi baru lahir akan menggerakkan kepalanya

menuju sesuatu yang menyentuh pipi atau mulutnya, dan mencari obyek tersebut

dengan menggerakkan kepalanya terus-menerus hingga ia berhasil menemukan obyek

tersebut. Setelah merespon rangsang ini (jika menyusui, kira-kira selama tiga minggu

setelah kelahiran) bayi akan langsung menggerakkan kepalanya lebih cepat dan tepat

untuk menemukan obyek tanpa harus mencari-cari.

4. Reflek Sucking

Reflek ini secara umum ada pada semua jenis mamalia dan dimulai sejak lahir.

Reflek ini berhubungan dengan rreflek rooting dan menyusui, dan menyebabkan bayi

untuk secara langsung mengisap apapun yang disentuhkan di mulutnya. Ada dua

12

tahapan dari reflek ini, yaitu tahap expression dan tahap milking. Tahap expression

dilakukan pada saat puting susu diletakkan diantara bibir bayi dan disentuhkan di

permukaan langit-langitnya. Bayi akan secara langsung menekan (mengenyot) puting

dengan menggunakan lidah dan langit-langitnya untuk mengeluarkan air susunya.

Tahap milking adalah saat lidah bergerak dari areola menuju puting, mendorong air

susu dari payudara ibu untuk ditelan oleh bayi.

5. Reflek tonick neck dan asymmetric tonick neck

Ini disebut juga posisi menengadah, muncul pada usia satu bulan dan akan

menghilang pada sekitar usia lima bulan. Saat kepala bayi digerakkan ke samping,

lengan pada sisi tersebut akan lurus dan lengan yang berlawanan akan menekuk

(kadang-kadang pergerakan akan sangat halus atau lemah). Jika bayi baru lahir tidak

mampu untuk melakukan posisi ini atau jika reflek ini terus menetap hingga lewat

usia 6 bulan, bayi dimungkinkan mengalami gangguan pada neuron motorik atas.

Berdasarkan penelitian, reflek tonick neck merupakan suatu tanda awal koordinasi

mata dan kepala bayi yang akan menyiapkan bayi untuk mencapai gerak sadar.

6. Reflek Palmar Grasping

Reflek ini muncul pada saat kelahiran dan akan menetap hingga usia 5 sampai 6

bulan. Saat sebuah benda diletakkan di tangan bayi dan menyentuh telapak tangannya,

maka jari-jari tangan akan menutup dan menggenggam benda tersebut. Genggaman

yang ditimbulkan sangat kuat namun tidak dapat diperkirakan, walaupun juga

dimungkinkan akan mendorong berat badan bayi, bayi mungkin juga akan

menggenggam tiba-tiba dan tanpa rangsangan. Genggaman bayi dapat dikurangi

kekuatannya dengan menggosok punggung atau bagian samping tangan bayi.

7. Reflek Plantar

Reflek ini juga disebut reflek plantar grasp, muncul sejak lahir dan berlangsung

hingga sekitar satu tahun kelahiran. Reflek plantar ini dapat diperiksa dengan

menggosokkan sesuatu di telapan kakinya, maka jari-jari kakinya akan melekuk

secara erat.

13

8. Reflek Babinsky

Reflek babinsky muncul sejak lahir dan berlangsung hingga kira-kira satu tahun.

Reflek ini ditunjukkan pada saat bagian samping telapak kaki digosok, dan

menyebabkan jari-jari kaki menyebar dan jempol kaki ekstensi. Reflek disebabkan

oleh kurangnya myelinasi traktus corticospinal pada bayi. Reflek babinsky juga

merupakan tanda abnormalitas saraf seperti lesi neuromotorik atas pada orang

dewasa.

9. Reflek Galant

Reflek ini juga dikenal sebagai reflek Galant’s infantile, ditemukan oleh seorang

neurolog dari Rusia, Johann Susman Galant. Reflek ini muncul sejak lahir dan

berlangsung sampai pada usia empat hingga enam bulan. Pada saat kulit di sepanjang

sisi punggung bayi diigosok, maka bayi akan berayun menuju sisi yang digosok. Jika

reflek ini menetap hingga lewat enam bulan, dimungkinkan ada patologis.

10. Reflek Swimming

Reflek ini ditunjukkan pada saat bayi diletakkan di kolam yang berisii air, ia akan

mulai mengayuh dan menendang seperti gerakan berenang. Reflek ini akan

menghilang pada usia empat sampai enam bulan. Reflek ini berfungsi untuk

membantu bayi bertahan jika ia tenggelam. Meskipun bayi akan mulai mengayuh dan

menendang seperti berenang, namun meletakkan bayi di air sangat berisiko.Bayi akan

menelan banyak air pada saat itu. Disarankan untuk menunda meletakkan bayi di air

hingga usia tiga tahun.

11. Reflek Moro

Reflek ini ditemukan oleh seorang pediatri bernama Ernst Moro. Reflek ini

muncul sejak lahir, paling kuat pada usia satu bulan dan akan mulai mengjilang pada

usia dua bulan. Reflek ini terjadi jika kepala bayi tiba-tiba terangkat, suhu tubuh bayi

berubah secara drastis atau pada saat bayi dikagetkan oleh suara yang keras. Kaki dan

tangan akan melakukan gerakan ekstensi dan lengan akan tersentak ke atas dengan

telapak tangan ke atas dan ibu jarinya bergerak fleksi. Siingkatnya, kedua lengan akan

terangkat dan tangan seperti ingin mencengkeram atau memeluk tubuh dan bayi

menangis sangat keras. Reflek ini normalnya akan menghilang pada usia tiga sampai

empat bulan, meskipun terkadang akan menetap hingga usia enam bulan.

14

Tidak adanya reflek ini pada kedua sisi tubuh atau bilateral (kanan dan kiri)

menandakan adanya kerusakan pada sistem saraf pusat bayi, sementara tidak adanya

reflek moro unilateral (pada satu sisi saja) dapat menandakan adanya trauma

persalinan seperti fraktur klavikula atau perlukaan pada pleksus brakhialis. Erb’s

palsy atau beberapa jenis paralysis kadang juga timbul pada beberapa kasus.

Sebuah cara untuk memeriksa keadaan reflek adalah dengan melatakkan bayi

secara horizontal dan meluruskan punggungnya dan biarkan kepala bayi turun secara

pelan-pelan atau kagetkan bayi dengan suara yang keras dan tiba-tiba. Reflek moro ini

akan membantu bayi untuk memeluk ibunya saat ibu menggendong bayinya

sepanjang hari. Jika bayi kehilangan keseimbangan, reflek ini akan menyebabkan bayi

memeluk ibunya dan bergantung pada tubuh ibunya.

12. Reflek Walking / Stepping

Reflek ini muncul sejak lahir, walaupun bayi tidak dapat menahan berat tubuhnya,

namun saat tumit kakinya disentuhkan pada suatu permukaan yang rata, bayi akan

terdorong untuk berjalan dengan menempatkan satu kakinya di depan kaki yang lain.

Reflek ini akan menghilang sebagai sebuah respon otomatis dan muncul kembali

sebagai kebiasaan secara sadar pada sekitar usia delapan bulan hingga satu tahun

untuk persiapan kemampuan berjalan.

Adaptasi Neonatal2,4

Sebagai akibat perubahan lingkungan dalam uterus ke luar uterus, maka bayi

menerima rangangan yang bersifat kimiawi, mekanik, dan teknik. Hasil perangsangan

ini membuat bayi akan mengalami perubahan metabolic, pernapasan, sirkulasi dan

lain-lain.

1. Perubahan Sistem Pernapasan

Sistem pernapasan merupakan sistem yang paling tertantang ketika mengalami

perubahan dari fase intrauterus menuju ekstrauterus. Bayi baru lahir harus mulai

segera mulai bernafas.Selama kehamilan organ yang berperan dalam respirasi janin

sampai janin lahir adalah placenta. Paru paru yang bermula dari suatu  titik  yang

muncul  dari Pharynx yang bercabang dan kemudian cabang lagi sehingga

membentuk struktur pencabangan bronkus. Proses tersebut terus berlanjut

setelah kelahiran hingga kira-kira usia anak 8 tahun sampai jumlah bronkhiolus

dan  alveolus  berkembang sepenuhnya.

15

Agar alveolus dapat berfungsi, harus ada surfaktan yang cukup dan aliran darah ke

paru-paru. Surfaktan adalah lipoprotein yang dapat mengurangi ketegangan

permukaan dalam alveoli dan membantu dalam pertukaran gas. Bagian ini di produksi

pertama kali dari usia kehamilan 20 minggu dan jumlahnya akan terus bertambah

hingga paru–paru menjadi dewasa pada minggu 30 – 34 minggu. Ketidak

dewasaan  paru–paru inilah yang paling menentukan dan mengurangi kemungkinan

hidupnya seorang bayi baru lahir  oleh karena luas permukaan alveoli yang terbatas

serta tidak adanya surfaktan yang memadai menyebabkan stress pada bayi.

Fenomena yang menstimulasi neonatus untuk nafas pertama kali, diantaranya;

peristiwa mekanis seperti penekanan toraks pada proses kelahiran pervagina dan

tekanan yang tinggi pada toraks tersebut tiba-tiba hilang ketika bayi lahir disertai oleh

stimulus fisik, nyeri, cahaya suara menyebabkan perangsangan pusat pernafasan. Pada

saat bayi mencapai cukup bulan, kurang dari 100 ml cairan paru–paru terdapat di

dalam nafasnya. Selama proses kelahiran, kompresi dinding dada akan membantu

pengeluaran sebagian dari cairan ini dan lebihnya akan diserap oleh sirkulasi

pulmonum serta sistem limphatik setelah kelahiran bayi. Neonatus yang dilahirkan

dengan SC (Secsio Cesarea) tidak mendapat penekanan thorak sehingga paru–parunya

terisi cairan dalam waktu yang lebih lama. Cairan yang mengisi mulut dan  trakhea

sebagian dikeluarkan dan udara mulai mengisi sistem pernafasan ini.

Aktifnya pernafasan  yang pertama menimbulkan serangkaian peristiwa

diantaranya: membantu perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi dewasa,

mengosongkan cairan dari paru–paru, menentukan volume paru  neonatus dan

karakteristik  fungsi paru–paru bayi baru lahir. Dengan tarikan nafas yang pertama,

udara di ruangan mulai mengisi saluran napas besar trakhea neonatus dan bronkus.

Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam

mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Peningkatan aliran darah paru akan

memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangklan cairan paru.

2. Perubahan Sirkulasi

Karakteristik sirkulasi janin merupakan sistem tekanan rendah, karena paru – paru

masih tertutup dan berisi cairan, organ tersebut memerlukan darah dalam jumlah

minimal. Pemasangan klem tali pusat akan menutup sistem tekanan darah dari

plasenta-janin. Aliran darah dari palsenta berhenti, sistem sirkulasi bayi baru

lahirakan mandiri, tertutup dan bertekanan tinggi. Efek yang muncul segera akibat

16

tindakan pemasangan klem tali pusat adalah kenaikan resistensi vaskular sistemik.

Kenaikan resistensi vaskular sistemik ini bersamaan dengan pernapasan pertama bayi

baru lahir.

Oksigen dari napas pertama ini menyebabkan otot–otot vaskular berelaksasi dan

terbuka. Paru–paru menjadi satu sistem tekanan rendah. Kombinasi tekanan ini yang

meningkat pada sirkulasi sistemik tetapi menurun pada sirkulasi paru menimbulkan

perubahan–perubahan tekanan aliran darah pada jantung. Tekanan yang berasal dari

peningkatan aliran darah pada jantung kiri menyebabkan foramen ovale menutup.

Semakin banyak darah yang mengandung oksigen melewati duktus arteriosus

menyebabkan organ ini berkontraksi sehingga membatasi arus pintas yang terjadi

melalui duktus tersebut. Peningkatan aliran darah ke paru-paru akan mendorong

terjadinya peningkatan sirkulasi limpe dan membantu menghilangkan cairan paru-

paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.

Darah yang meninggalkan jantung neonatus menjadi sepenuhnya mengandung

oksigen ketika berada dalam paru dan mengalir ke seluruh jaringan tubuh yang lain.

Dalam waktu singkat perubahan–perubahan besar tekanan telah berlangsung pada

bayi baru lahir, sekalipun perubahan–perubahan ini secara anatomi tidak selesai

dalam hitungan minggu, penutupan fungsional foramen ovale dan duktus arteriosus

terjadi segera setelah kelahiran, yang paling penting untuk dipahami bidan adalah

bahwa perubahan–perubahan sirkulasi dari janin ke bayi baru lahir berkaitan mutlak

dengan kecukupan fungsi respirasi.

3. Termoregulasi

Bayi baru lahir memilki kecenderungan cepat stress akibat perubahan suhu

lingkungan, karena belum dapat mengatur suhu tubuh sendiri. Pada saat bayi

meninggalkan lingkungan rahim ibu yang bersuhu rata-rata 37 0C, kemudian bayi

masuk ke dalam lingkungan. Suhu ruangan persalinan yang suhu 25 0C sangat

berbeda dengan suhu di dalam rahim. Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui

empat mekanisme yaitu melalui konveksi, radiasi, konduksi, dan evaporasi.

Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara

sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan

yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi

jika terjadi konveksi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi

atau pendingin ruangan. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi

17

ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari

suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda

tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara

langsung).

Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh

bayi dengan permukaan yang dingin, meja, tempat tidur atau timbangan yang

temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui

mekanisme konduksi apalagi bayi diletakkan diatas benda-benda tersebut. Evaporasi

adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi karena

penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri

karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga

terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera

dikeringkan dan diselimuti.

Neonatus dapat menghasilkan panas dalam jumlah besar dengan cara; menggigil,

aktifitas otot dan termogenesis (produksi panas tanpa menggigil). Sehingga dapat

menyebabkan peningkatan metabolisme dan mengakibatkan  peningkatan penggunaan

oksigen oleh neonatus. Oleh karena itu kehilangan panas pada neonatus berdampak

pada hipogilikemi, hipoksia dan asidosis.

4. Glukosa

Sebelum dilahirkan kadar darah janin berkisar 60 hingga 70% dari kadar darah

ibu. Dalam persiapan untuk kehidupan luar rahim seorang janin yang sehat

mencadangkan glukosa  sebagai glikogen terutama di dalam hati. Sebagian

penyimpangan glikogen berlangsung pada trimester III. Pada saat tali pusat diklem,

bayi baru lahir harus mendapat cara untuk mempertahankan glukosa yang sangat

diperlukan untuk fungsi otak neonatus. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah

menurun dalam waktu singkat (1 hingga 2 jam kelahiran). Bayi baru lahir yang sehat

hendaknya didorong untuk sesegera mungkin mendapatkan ASI setelah dilahirkan.

Seorang bayi yang mengalami stress berat pada saat kelahiran seperti hipotermia

mengakibatkan hipoksia mungkin menggunakan simpanan glikogen dalam jumlah

banyak pada jam–jam pertama kelahiran.

18

Newborn Care7

1. Perawatan Kulit

Setelah pelahiran, kelebihan verniks, darah, dan mekonium harus dibersihkan

dengan lembut. Sisa verniks mudah diserap dan hilang sepenuhnya dalam 24 jam.

Mandi pertama harus ditunda sampai suhu neonatus stabil.

2. Tali Pusat

Kehilangan air dari Wharton Jelly menyebabkan mumifikasi tali pusat segera

setelah lahir. Dalam waktu 24 jam tunggu tali pusat kehilangan cirri khasnya putih

kebiruannya, tampak lembab dan segera menjadi kering dan hitam. Dalam beberapa

hari ke minggu, tunggul megelupas dan meninggalkan luka granulasi keci, setelah

proses penyembuhan membentuk umbilicus. Pemisahan biasanya terjadi dalam 2

minggu pertama dengan kisaran antara 3-45 hari. Tali pusat mongering lebih cepat

dan lebih mudah terpisah ketika terkena udara. Dengan demikian pemutusan tali pusat

tidak di izinkan.

Infeksi tali pusat yang serius kadang terjadi. Organisme yang kemungkinan besar

mengganggu adalah staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan streptococcus grup

B. karena tunggul tali pusat dalam beberapa kasus seperti ini kemungkinan tidak

menunjukan tanda infeksi luar maka diagnosis akan sulit ditegakkan. Tindakan

pencegahan aseptic seperti phisohex, larutan 0,5 % hibitane dalam spiritus 70 %,

mekuro 2 % atau alcohol 70% dan ditutupi denga kasa steril yang difiksasi dengan

plester.

3. Pemberian Makanan

Sebagian besar bayi baru lahir tumbuh dengan baik jika diberikan makan pada

interval setiap 2 hingga 4 jam. Bayi baru lahir yang kurang bulan atau degan

hambatan pertumbuhan memerlukan pemberian makanan pada interval yang lebih

pendek. Jeda pada setiap pemeberian makanana yang tepat bergantung pada beberapa

factor, seperti kuantitas ASI, kesiapan payudara untuk mengelakan ASI, dan

keinginan kuat untuk menyusui. Secara umum diajurkan bayi menyusu selama 5

menit pada setiap payudara selama 4 hari pertama atau sampai ibu memiliki persedian

susu. Setelah hari keempat, lama bayi yang baru lahir menyusui meningkat selama 10

menit disetiap payudara.

19

4. Kehilangan Berat Badan

Karena sebagian besar neonatus sebenarnya hanya menerima sedikit nutrisi ada 3

atau 4 hari pertama kehidupan, mereka semakin kehilangan berat badan sampai

pemebrian air susu ibu lancer atau diberikan makanan lainya. Bayi kurang bulan

relatif lebih banyak kehilangan berat badan dan proses pemulihan berat badanya lebih

lambat daripada bayi aterm. Bayi yang kecil, untuk usia kehamilan namun sehat

mendapatkan berat badanya kembali lebih cepat ketika disusui dibandingkan dengan

yang lahir kurang bulan. Jika bayi baru lahir normal cukup mendapat asupan zat gizi,

berat lahir biasanya akan pulih pada hari ke 10. Setelah itu, beratnya meningkat terus

dengan laju sekitar 25 g/hari selama beberapa bulan pertama. Berat lahir menjadi dua

kali lipat pada usia 5 bulan dan menjadi tiga kali lipat pada akhir tahun pertama.

5. Tinja dan Urin

Untuk 2-3 hari pertama setelah lahir, kolon berisi mekonium lunak berwarna hijau

kecoklatan. Mekonium terdiri dari sel-sel epitel deskuamasi dari traktus intestinal,

mucus, sel-sel epidermis, dan lanugo (rambut janin) yang tertelan dalam cairan

amnion. Warna yang khas di hasilkan dari pigmen empedu. Bayi di berikan pakaian

dari kain katun yang lunak, ringan, tipis dan mudah dicuci dalam air mendidih, serta

memungkinkan bayi bebas bergerak. Sebelum popk dipasang, suhu bayi harus

diperiksa lagi dengan low reading thermometer (dapat mengukur sampai suhu 25ºC)

dan kemudian bayi diltekan di tempat tidur bayi yang hangat (suhu incubator

tergantung dari besar bayi, misalnya bayi dengan berat 1000 gram suhunya 35ºC,

berat 3000 gram suhunya 28ºC-30ºC, sehingga bayi dapat mempertahankan suhu

tubuhya sekitar 36ºC -37ºC).

Posisi bayi dalam tempat tidur dapat terlentang (posisi setengah duduk dengan

kepala miring ke salah satu sisi), tengkurap dengan kepala ke salah satu sisi dan harus

selalu diamati untuk melihat kemungkinan terjadi aspirasi. Perawatan mata dapat

dipakai larutan nitras argenti 1% yang baru dibuat untuk menghindari kerusakan mata.

Dapat pula mata dibersihkan dengan larutan air garam fisiologik, akan tetapi harus

selalu dilihat apakah sudah ada kotoran mata atau belum.

Indikasi Rawat Gabung7,8

Rawat gabung atau rooming in adalah suatu sistem perawatan dimana ibu dan

bayi dirawat dalam satu unit. Di Indonesia, persalinan 80% terjadi di rumah dan

20

bayinya langsung dirawat gabung. Dalam pelaksanaanya, bayi harus selalu berada di

samping ibu sejak segera setelah dilahirkan sampai pulang. Ini bukan suatu hal yang

baru. Di lingkungan rumah sakit dan rumah bersalin, sistem perawatan dalam satu

ruangan sudah difungsikan kembali.

Manfaat dan keuntungan rawat gabung ditinjau dari berbagai aspek dan sesuai

tujuanya adalah sebagai berikut: Dengan rawat gabung, antara ibu dan bayi akan

terjalin proses lekat (bonding). Rasa aman, kasih sayang, dan percaya pada orang lain

(basic trust) merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri pada bayi. Hal ini sangat

mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya. Dengan rawat gabung,

bayi dapat disusui dengan frekuensi yang lebih sering dan menimbulkan reflek

prolaktin yang memacu proses produksi ASI dan reflex oksitosin yang membantu

pengeluaran ASI mempercepat involusi rahim. Pemberian ASI ekslusif dapat juga

dipergunakan sebagai metode Keluarga Berencana, asal memenuhi syarat yaitu usia

bayi belum berusia 6 bulan, ibu belum haid lagi, dan bayi masih diberikan ASI secara

eksklusif.

Dengan rawat gabung, ibu dengan mudah menyusui kapan saja bayi

menginginkannya. Dengan demikian, ASI cepat keluar karena dapat rangsangan dari

isapan bayi. Dengan rawat gabung, pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin

sehingga anggaran penggeluaran untuk membeli susu formula dan peralatan untuk

membuatnya dapat dihemat. Ruang bayi tidak perlu ada dan ruang dapat digunakan

untuk hal yang lain. Lama rawat juga bisa dikurangi sehingga pergantian pasien bisa

lebih cepat.

Dengan rawat gabung ibu, terutama yang primipara, akan mempunyai

pengalaman menyusui dan merawat bayinya. Ibu juga segera dapat mengenali

perubahan fisik atau perilaku bayi dan menanyakan pada petugas hal-hal yang di

anggap tidak wajar. Sarana ini dapat juga dipakai sebagai sarana pendidikan bagi

keluarga. Dengan rawat gabung, ibu merawat bayinya sendiri. Bayi juga tidak

terpapar dengan banyak petugas sehingga infeksi nosokomial dapat dicegah. Di

samping itu, kolostrum yang banyak mengandung berbagai zat protektif akan cepat

keluar dan memberikan daya tahan bagi bayi.

Tidak semua bayi atau ibu dapat segera dirawat gabung. Bayi dan ibu yang dapat

dirawat gabung harus memenuhi syarat / kriteria sebagai berikut: lahir spontan dengan

presentasi kepala, berat badan bayi saat lahir 2500 - 4000 gram, umur kehamilan 36 -

42 minggu, bayi tidak asfiksia setelah lima menit pertama (nilai Apgar minimal 7),

21

tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum, bila lahir dengan tindakan maka rawat

gabung dilakukan setelah bayi cukup sehat; refleks mengisap baik; tidak ada tanda

infeksi dan sebagainya. Bayi yang lahir dengan sektio sesarea dengan anestesia

umum, rawat gabung dilakukan segera setelah ibu dan bayi sadar penuh (bayi tidak

mengantuk), misalnya 4-6 jam setelah operasi selesai. Bayi tetap disusukan meskipun

mungkin ibu masih mendapat infus.

Kontra Indikasi Rawat Gabung7

1. Pihak Ibu

Pasien penyakit jantung klasifikasi II dianjurkan untuk sementara tidak menyusui

sampai keadaan jantung cukup baik. Bagi pasien jantung klasifikasi III tidak

dibenarkan menyusui. Penilaian akan hal ini harus dilakukan dengan hati-hati.

Keadaan ibu yang tidak baik dan pengaruh obat-obatan untuk mengatasi penyakit

biasanya menyebabkan kesadaran menurun sementara sehingga ibu belum sadar

betul.Tidak diperbolehkan ASI dipompa dan diberikan pada bayi. Tuberkolosis paru

yang aktif dan terbuka merupakan kontra indikasi mutlak. Pada sepsis keadaan ibu

biasanya buruk dan tidak akan mampu menyusui. Banyak perdebatan mengenai

penyakit infeksi apakah dibenarkan menyusui atau tidak.

Pasien dengan karsinoma payudara harus dicegah jangan sampai ASI-nya keluar

karena mempersulit penilaian penyakitnya. Apabila menyusui ditakutkan adanya sel-

sel karsinoma yang terminum si bayi. Penderita psikosis tidak dapat dikontrol keadaan

jiwanya. Meskipun pada dasarnya ibu saying pada bayinya, tetapi ada kemungkinan

penderita psikosis membuat cedera pada bayinya.

2. Pihak Bayi

Kejang pada bayi akibat cedera persalinan atau infeksi yang tidak memungkinkan

untuk disusui karena ditakutkan adanya bahaya aspirasi saat disusui. Kesadaran bayi

yang menurun juga tidak memungkinkan bayi untuk disusui oleh ibunya. Bayi dengan

penyakit jantung atau paru-paru atau penyakit lain yang memerlukan perawatan

intensif tertentu tidak mungkin menyusu dan dirawat gabung. Selama observasi, rawat

gabung tidak dapat dilaksanakan. Setelah keadaan membaik bayi boleh dirawat

gabung kembali. Ini yang disebut rawat gabung tidak langsung.

Very Low Birth Weight (Berat Badan Lahir Sangat Rendah), defleks menghisap

dan reflex lain pada bayi kondisi seperti ini belum baik sehingga tidak mungkin

22

menyusus dan dirawat gabung. Cacat bawaan, diperlukan persiapan mental ibu untuk

menerima keadaan bahwa bayinya cacat. Cacat bawaan yang mengancam jiwa bayi

merupakan kontra indikasi mutlak. Cacat ringan seperti labioschisis, palatischisis,

bahkan labiopalatoschisis masih memungkinkan untuk disusui, tetapi dengan

menggunakan sonde agar tidak aspirasi.

Kesimpulan

Kehidupan pada masa neonatus sangat rawan karena terjadi proses penyesuaian

fisiologis bayi agar dapat hidup di luar kandungan. Karena itulah, diperlukan berbagai

pemeriksaan untuk memastikan bahwa bayi dalam kondisi baik. Lewat berbagai

pemeriksaan yang ada, maka dapat dilihat apakah ada kelainan sepeeti cacat bawaan

yang perlu tindakan segera, trauma lahir, menentukan apakah BBL dapat dirawat

bersama ibu (rawat gabung) atau di tempat perawatan khusus untuk diawasi, atau di

ruang intensif, atau segera dioperasi. Pemeriksaan pertama dapat dilakukan setelah

bayi lahir lalu diulang kembali dalam dalam 24 jam, yaitu sesudah bayi berada dalam

ruang perawatan. Tujuannya adalah kelainan yang luput dari pemeriksaan pertama

akan ditemukan pada pemeriksaan ini. Bayi dapat dirawat gabungan dengan Ibu

apabila dari pihak Ibu mau pun dari bayi memenuhi kriteria untuk dapat dirawat

secara gabungan.

Daftar Pustaka1. Artsiyanti D. At a glance obstetric dan ginekologi. Jakarta: Penerbit Erlangga;

2008.h.8.2. Cunningham FG et al. Obstetri williams. Ed 23. Vol.2. Jakarta:Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2009.h.616-16.3. Swartz, Mark H. Buku ajar diagnostic fisik. Jakarta: penerbit buku kedokteran

EGC, 2001.h.415-4294. Hassan R, Alatas H. Ilmu kesehatan anak. Jakarta: bagian Ilmu kesehatan anak,

2012.h.1040-10595. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB. .Ilmu kesehatan anak nelson. Ed.15.

Jakarta:Penerbitan Buku Kedokteran EGC;2012.h.532-8.6. Matondang CS, Wahidiyat I, Sastroasmoro S. Diagnosis fisik pada anak. Edisi ke

2. Jakarta: PT Sagung seto, 2000.h.146-1587. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu kebidanan. Edisi ke 7.

Jakarta: sarwono prawirohardjo, 2005.h.247-578. Crenshaw J. 2007. Care practice #6: no separation of mother and baby, with

unlimited opportunities for breastfeeding. The Journal of Perinatal Education. Volume 16, Number 3.

23