pemenuhan hak pendidikan dalam sustainable …digilib.unila.ac.id/33027/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PEMENUHAN HAK PENDIDIKAN DALAM SUSTAINABLEDEVELOPMENT GOALS DI INDONESIA
SKRIPSI
Oleh:
YONATAN
FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ABSTRAK
Pemenuhan Hak Pendidikan Dalam Sustainable Development Goals diIndonesia
olehYonatan
Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan program pembangunanglobal yang dibentuk dengan mengendepankan prinsip no one left behind (tidakada yang tertinggal). Prinsip ini membuka jalan bagi pertumbuhan setiap negara,sehingga, baik negara maju, negara berkembang, dan negara kurang berkembangmemiliki tingkat kesejahteraan yang sama. Salah satu indikator kesejahteraanadalah dengan terpenuhinya hak pendidikan bagi masyarakat, dan SDGs padatujuan ke-4 mengatur hak pendidikan. Indonesia telah ikut mengadopsi programini ke dalam kebijakan nasionalnya. Oleh karena itu, penelitian ini hendak melihatapakah Indonesia telah memenuhi target pada tujuan ke-4 SDGs pada peraturanperundang-undangan nasionalnya.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif dengan sumberdata sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier.Pengolahan data dari penelitian ini adalah melalui analisis tujuan ke-4 SDGsuntuk mendapatkan pemahaman atas pemenuhan hak pendidikan berdasarkanprogram SDGs pada peraturan perundang-undangan Indonesia.
Hasil penelitian menyatakan bahwa hak pendidikan telah diatur dalam tigainstrumen HAM internasional, yakni: Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia(DUHAM), Kovenan Internasional Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya(EKOSOB), dan Konvensi Hak Anak (KHA). Regulasi yang memuat hakpendidikan dalam ketiga instrumen tersebut pada dasarnya saling berkaitan. Salahsatu korelasi yang ditemui adalah diaturnya regulasi dalam masing-masinginstrumen mengenai hak bagi setiap individu untuk mendapatkan pendidikandasar tanpa dipungut biaya. Hak pendidikan yang terdapat pada DUHAM,EKOSOB dan KHA juga termuat dalam 10 target yang terdapat pada tujuan ke-4SDGs. Indonesia telah mengintegrasikan 5 dari 10 target berdasarkan tujuan ke-4SDGs ke dalam RPJMN 2015-2019. 5 target ini telah terpenuhi melalui berbagaiperaturan perundang-undangan pada bidang pendidikan.
Kata Kunci: Hak Asasi Manusia, Hak Pendidikan, Sustainable DevelopmentGoals.
ABSTRACT
The Fulfillment of the Right to Education On Sustainable Development Goalsin Indonesia
byYonatan
Sustainable Development Goals (SDGs) are a global development programswhich formed by putting the principle of no one left behind. This principle opensthe way for the growth of each country, so that, both developed countries,developing countries, and least developed countries would have the same level ofwelfare. One of welfare’s indicators is the fulfillment of the right to education forthe people, and the 4th goal of SDGs has regulated the right to education.Indonesia has participated in adopting this program into its national policy.Therefore, this research would like to see, has Indonesia fulfilled target on the 4thgoal of SDGs in its national legislation.
The type of research that used is normative legal research with secondary datasources consisting of primary, secondary and tertiary legal materials. Dataprocessing of this research is through an analysis from the 4th goal of SDGs togain an understanding of the fulfillment the right to education based on the SDGsprogram on Indonesian legislation.
The results of this research stated that the right to education has been regulated inthree international human rights instruments, namely: Universal Declaration ofHuman Rights (UDHR), International Covenant on Economic, Social and CulturalRights (ICESCR), and Convention on the Rights of the Child (CRC). Regulationsthat contained the right to education in the three instruments are basicallyinterrelated. One of the correlations that found in each instrument is the right ofeach individual to obtain basic education that free of charge. The right toeducation which contained in UDHR, ICESCR, and CRC are also contained in the10 targets of the SDGs’ 4th goal. Indonesia has integrated 5 out of 10 targetsbased on the SDGs’ 4th goal into RPJMN 2015-2019. These 5 targets have beenfulfilled through various legislation in the field of education.
Key Words: Human Rights, Right to Education, Sustainable DevelopmentGoals.
PEMENUHAN HAK PENDIDIKAN DALAM SUSTAINABLEDEVELOPMENT GOALS DI INDONESIA
OLEH:
SkripsiSebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA HUKUMPada
Bagian Hukum InternasionalFakultas Hukum Universitas Lampung
FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
YONATAN
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta pada 12 Desember 1995 sebagai anak
ke-2 dari pasangan Bpk. Ferdinand Manalu, S.Pd. dan Ibu.
Herlina, S.AP.. Penulis menyelesaikan pendidikan formal
Sekolah Dasar di SDN 02 Pinang Ranti, Jakarta Timur.
Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah
Menengah Pertama di SMPN 157 Jakarta Timur. Selanjutnya, penulis
melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 113 Jakarta Timur.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Lampung
pada tahun 2014 melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SBMPTN). Pada tahun yang sama, penulis pernah menjadi bagian dari anggota
BEM Fakultas Hukum Universitas Lampung dibidang Barisan Intelektual Muda.
Kemudian, penulis juga pernah menjadi anggota dari divisi Pelayanan dan Doa di
Unit Kegiatan Mahasiswa Kristen Universitas Lampung periode kepengurusan
2016-2017. Selanjutnya, penulis juga pernah menjabat sebagai ketua bidang
Media dan Informasi dalam Himpunan Mahasiswa Hukum Internasional Fakultas
Hukum Universitas Lampung periode kepengurusan 2017-2018. Selain daripada
itu, penulis juga aktif menjabat sebagai Mekhanai (Duta Wisata) Provinsi
Lampung periode 2017-2018, serta penulis juga terpilih dan aktif menjabat
sebagai Duta Museum Provinsi Lampung pada periode 2017-2019. Pada tahun
2017 silam, penulis berkesempatan mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di
Kecamatan Seputih Raman, Lampung Tengah.
PERSEMBAHAN
Alleluia to Christ the Lord...
Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas kasih dan penyertaan-Nya,
maka dengan ketulusan dan kerendahan hati serta perjuangan dan jerih payah
yang telah diberikan, penulis mempersembahkan karya ilmiah ini kepada:
My heavenly King, I dedicated this one for You Father, thank you for believing in
me, and thank you for always being there for me.
Kedua orangtua, Bapak (Ferdinand) dan Mama (Herlina) yang senantiasa
memberikan dukungan semangat dan limpahan cinta kasih, nasihat, serta doa yang
selalu dipanjatkan sehingga menjadi kekuatan bagi penulis untuk menyelesaikan
karya ilmiah ini.
Keluarga dan sahabat yang senantiasa memberikan dukungan yang memotivasi
penulisan.
Teruntuk almamaterku tercinta…
Universitas Lampung
MOTTO
“But you are a chosen people, a royal priesthood, a holy nation, God’s special
possession, that you may declare the praises of Him who called you out of
darkness into His wonderful light.”
(1 Peter 2:9)
“I began revolution with 82 men. If I had to do it again, I do it with 10 or 15 and
absolute faith. It doesn’t matter how small you are if you have faith and plan of
action.”
(Fidel Alejandro Castro Ruz)
”In matters of style, swim with the current; In matters of principle, stand like a
rock.”
(Thomas Jefferson)
“Remember that He has made us to do such WONDROUS and BIG things.”
(Jonathan Manalu)
SANWACANA
Puji Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, karya ilmiah dengan judul, “Pemenuhan Hak Pendidikan
Dalam Sustainable Development Goals di Indonesia” dapat diselesaikan dengan
baik. Karya ilmiah ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di
Fakultas Hukum Universitas Lampung.
Penyelesaian karya ilmiah ini tidak lepas dari bantuan, partisipasi, bimbingan,
kerjasama, dan doa dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung, sehingga pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Bapak Armen Yasir, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Lampung;
2. Ibu Melly Aida, S.H., M.Hum., selaku Ketua Bagian Hukum Internasional
dan Ibu Rehulina, S.H., selaku Sekretaris Bagian Hukum Internasional;
3. Bapak Naek Siregar, S.H., M.Hum., selaku Pembimbing Utama yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk dapat mengarahkan saya
dalam proses penyusunan skripsi ini, terimakasih Bapak, Tuhan memberkati;
4. Ibu Rehulina, S.H., M.H., selaku Pembimbing Kedua, I am truly grateful to
the God, that He sent me a good-hearted person like you. Terimakasih atas
waktu, saran, dan kritik dalam proses karya ilmiah ini, Miss. Saya tidak bisa
membalas apa yang telah Miss berikan, biarlah Tuhan Yesus yang
memberkati setiap perjalanan hidup Miss;
5. Ibu Melly Aida, S.H., M.Hum., selaku Penguji Utama, terimakasih atas
dukungan, perhatian, saran dan kritik yang telah diberikan dalam proses
penyusunan karya ilmiah ini;
6. Ibu Yunita Maya Putri, S.H., M.H., terimakasih atas masukan dan saran yang
telah diberikan dalam proses penyusunan karya ilmiah ini. Keep inspiring and
spreading the love to the world, Miss. It’s really nice to meet a person like
you;
7. Bapak/Ibu Dosen dan seluruh Staf Administrasi Fakultas Hukum khususnya
Bagian Hukum Internasional, terimakasih atas masukan, perhatian, serta
dorongan dalam proses penyelesaian karya ilmiah ini dan memberikan
banyak ilmu pengetahun selama menyelesaikan masa studi;
8. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung serta Museum Ruwa
Jurai Provinsi Lampung;
9. Bapak dan Mama, jalo asi godang au dok sian rohani bagas. Alana Tuhan,
alana hamuna, Jonathan bisa mendapatkan pendidikan dari sekolah dasar
hingga dapat mengecap pendidikan tinggi di universitas. You both are too
kind. Too kind to me. God... How I love you two. Mauliate godang sahali
nari, terimakasih untuk segalanya. Tetap doakan anakmu ini, agar bisa
menjadi sesuatu yang tetap dan dapat menyenangkan hati, serta
membanggakan kalian. Tuhan mamasumasu hamuna, sending my kiss and
hug, HORAAS! x;
10. My beloved younger and elder sister, and my brother-in law. Kak Yolanda,
Fhesya, dan Bang Ardilles. Thankyou for always believing in me, also for the
things that we’ve been through together between the thick and thin. I am
really blessed to have you all as my family, I can’t even describe how grateful
I am since the beginning we met until now. God... I have the most supportive
family over the world! Tetap terus doakan Jonathan. Salam hangat,
HORAAS!;
11. Seluruh Jajaran Muli-Mekhanai Provinsi Lampung, Ikatan Muli-Mekhanai
Provinsi Lampung (IMMeL) dan Duta Museum Provinsi Lampung;
12. Himpunan Mahasiswa Hukum Internasional (HIMA HI). Terimakasih atas
persahabatan yang kalian berikan kepada diri ini, you guys are the real
example of what “swagger” means. I am outrageously blessed to be a part of
you all. Orima, Dheka, Sarah, Wafernanda, Parulian, Asta, Bangkit, dan Ayu.
You all are the reason I smile everyday ;). Sukses buat kalian! HIMA HI
Jaya!!!!!;
13. JAKOM (Jabodetabek Community). Adik, abang, dan kakak di JAKOM,
terimakasih atas support dan dorongannya. Kemudian juga teruntuk JPS
(Jakom Perfect Seiya) yang menjadi bagian dari JAKOM: Fuad Abdullah,
Ibnu Alwan, M. Syariful Hadi, dan Melky Nababan. Terimakasih untuk
segalanya yang telah kalian berikan dalam persaudaraan ini. Ditunggu
wisudanya, dan sukses terus brother!
14. God’s Child, teruntuk Kak Juli, Kak Yolanda, Bang Andre, Bang Bobby, dan
Sahel. Terimakasih atas segala dorongan dan semangat yang diberikan. See
you on top, dan Tuhan memberkati. HORAAS!
15. Sahabat yang selalu mendukung dalam proses pendewasaan. Nadira Aulia R.,
thank you nad for always seeing the good in me. Thank you for always being
there for me when nobody does. Terimakasih sudah menjadi sahabat yang
care kepada anak kosan “ini”. Fanindya Pertiwi, terimakasih sudah menjadi
sahabat yang selalu ada. Terimakasih juga telah menjadi pribadi yang selalu
memberikan nasihat. You both are irreplaceable.
16. At last but not the least. WALUNGRIA. Oh well. That name will be
something special for me until I am old and grey. Orima Melati Davey, S.H.,
Parulian Yusuf, S.H. and Maria Puspita, S.TP. Especially for you Or and Ian.
In these past 4 years, I can be stubborn and difficult, but you guys love me
and accept me for who I am. Thank you for standing beside me in the greatest
of moments and the darkest hours; Thank you for staying true when nobody
does; And thank you for loving me unconditionally. Afterwards, What can I
say? There would be a hundred of paper that I need to explain my thoughts of
you guys. God... I am truly grateful for these peeps that You sent to me. See
you on the next level walungria! x x;
17. Almamaterku tercinta serta seluruh Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Lampung Angkatan 2014;
18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan telah membantu
dalam penyelesaian karya ilmiah ini, terimakasih untuk segalanya.
Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap agar
karya ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Bandar Lampung, 14 Agustus 2018
Penulis
Yonatan
xiii
DAFTAR ISI
Cover ................................................................................................................. i
Abstrak ............................................................................................................. ii
Halaman Judul ................................................................................................ iv
Halaman Pengesahan ........................................................................................ v
Riwayat Hidup ................................................................................................ vi
Daftar isi ........................................................................................................ xiii
Daftar tabel ...................................................................................................... xv
Daftar singkatan ............................................................................................ xvi
Bab I: Pendahuluan
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 9
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian........................................................... 9
D. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 11
E. Sistematika Penulisan .......................................................................... 11
Bab II: Tinjauan Pustaka
A. Tinjauan Umum Hak Asasi Manusia .................................................. 15
1. Pengertian Hak Asasi Manusia ....................................................... 15
2. Tinjauan Umum Hukum Hak Asasi Manusia Internasional ........... 16
3. Prinsip-Prinsip Pokok Hak Asasi Manusia..................................... 22
4. Kedudukan Hak Pendidikan sebagai Bagian dari
Hak Asasi Manusia ......................................................................... 24
B. Pengertian Pendidikan pada Umumnya .............................................. 26
1. Definisi dan Pengertian Pendidikan ............................................... 26
2. Tingkatan Pendidikan berdasarkan International
Standard Classification of Education ............................................. 28
C. Instrumen Internasional dan Nasional Hak Pendidikan ...................... 31
1. Instrumen Internasional Hak Pendidikan ....................................... 31
a. Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia ........................................ 32
b. Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak
Ekonomi, Sosial dan Budaya ..................................................... 33
c. Konvensi Hak Anak ................................................................... 34
2. Instrumen Nasional Hak Pendidikan .............................................. 36
a. Undang-Undang Republik Indonesia 1945 ............................... 36
b. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang
Hak Asasi Manusia .................................................................... 38
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional .................... 39
D. Sustainable Development Goals sebagai Program
Pembangunan Universal ...................................................................... 42
1. Pengertian Program Sustainable Development Goals .................... 42
2. Tujuan, Sasaran dan Indikator pada Program
Sustainable Development Goals ..................................................... 44
3. Forum Global Implementasi Program
Sustainable Development Goals ..................................................... 45
xiv
4. Pendidikan sebagai Tujuan ke-4 Program
Sustainable Development Goals ..................................................... 47
Bab III: Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian ................................................................................. 48
B. Pendekatan Masalah ......................................................................... 48
C. Sumber Data ..................................................................................... 49
1. Sumber Data ................................................................................. 49
2. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 52
3. Pengolahan Data........................................................................... 52
D. Analisis Data ..................................................................................... 53
Bab IV: Pembahasan
A. Pengaturan HAM Internasional dalam Bidang Pendidikan .............. 55
1. Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia sebagai Instrumen
Dasar HAM Internasional ............................................................ 55
2. Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Ekonomi,
Sosial dan Budaya sebagai Instrumen Pemenuhan
Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya ................................................ 57
3. Konvensi Hak Anak sebagai Perjanjian Internasional
yang Mengatur Ketentuan mengenai Hak-Hak Anak .................. 60
4. Sustainable Development Goals sebagai Program
Pemajuan Hak Asasi Manusia ...................................................... 62
5. Korelasi antara Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia,
Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Ekonomi,
Sosial dan Budaya, serta Konvensi Hak Anak
sebagai Instrumen Internasional yang
mengatur Hak Pendidikan ............................................................ 64
B. Pemenuhan Hak Pendidikan berdasarkan Tujuan ke-4
Sustainable Development Goals pada Peraturan
Perundang-Undangan Indonesia ....................................................... 72
Bab V: Penutup
A. Kesimpulan ....................................................................................... 88
B. Saran ................................................................................................. 91
Daftar Pustaka
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Tujuan, Sasaran dan Indikator Sustainable Development Goals .................... 45
Tabel 2.
Korelasi antara Instrumen Internasional dalam Bidang Pendidikan ............... 68
Tabel 3.
Status Pemenuhan Tujuan ke-4 Sustainable Development Goals
pada Peraturan Perundang-Undangan Indonesia ............................................ 84
xvi
DAFTAR SINGKATAN
AAAA Addis Ababa Action Agenda
CESCR Committee on Economic, Social and Cultural Rights
CSD Comission Sustainable Development
DUHAM Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia
ECOSOC Dewan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa
EKOSOB Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial
dan Budaya
HAM Hak Asasi Manusia
HLPF High Level Political Forum
ICCPR International Covenant on Civil and Political Rights
ISCF International Standard Classification of Education
KHA Konvensi Hak Anak
MDGs Millennium Development Goals
PAUD Pendidikan Anak Usia Dini
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
Perpres Peraturan Presiden
PP Peraturan Pemerintah
RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
SDGs Sustainable Development Goals
SISDIKNAS Sistem Pendidikan Nasional
UU Undang-Undang
VNR The Voluntary National Reviews
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak yang secara inheren melekat
dalam diri manusia. Konsepsi HAM didasarkan pada prinsip fundamental,
yang memiliki gagasan bahwa semua manusia memiliki martabat secara
melekat, tanpa memandang jenis kelamin, ras, warna kulit, bahasa, asal
usul bangsa, umur, kelas, keyakinan politik dan agama.1 Pada
perkembangannya, HAM menjadi rezim hukum internasional yang
memiliki capaian paling penting dalam sejarah peradaban manusia
modern, karena HAM merupakan sarana bagi peningkatan harkat dan
martabat manusia.2 Dengan demikan, HAM menjadi aspek yang terus
mengalami evolusi pemikiran sesuai dengan konteks ideologi, sosial,
politik, ekonomi dan budaya dunia.3
Intervensi HAM pada tatanan hukum internasional telah menciptakan
pengaturan hak-hak yang termuat dalam berbagai hukum HAM
internasional. Pembentukan pengaturan HAM interasional terjadi seiring
1 Yasir Alimi, Advokasi Hak-Hak Perempuan, Membela Hak Mewujudkan Perubahan,
Yogyakarta: LkiS, 1999, hlm. 13. 2 The Importance of Human Rights to Democracy, Governance and Development,
http://www.parliamentarystrengthening.org/humanrightsmodule/pdf/humanrightsunit2.pdf diakses
pada 21 Agustus 2018. 3Asep Mulyana, Perkembangan Pemikiran HAM, http://referensi.elsam.or.id/wp-
content/uploads/2015/01/Perkembangan-Pemikiran-HAM.pdf diakses pada 19 Mei 2018.
2
dengan perkembangan arus globalisasi, dimana kesadaran masyarakat
internasional akan pentingnya HAM juga semakin meningkat. Hampir
pada semua aspek dalam kehidupan bersinggungan dengan permasalahan
HAM, baik aspek ekonomi, sosial, politik, budaya, ataupun pertahanan
keamanan telah termuat ke dalam pengaturan perlindungan HAM. Namun,
berdasarkan seluruh aspek yang dilindungi oleh HAM, pendidikan
memegang peran masif dan penting bagi terselenggaranya hak-hak asasi
manusia lainnya. Peranan penting pendidikan adalah dimana pendidikan
dapat membebaskan setiap manusia dari keterbelakangan dan kebodohan,
serta pendidikan dapat dijadikan sarana dalam mempromosikan dan
melindungi HAM.4
Pendidikan menjadi bagian integral dan kebutuhan yang paling asasi bagi
setiap manusia.5 Hal tersebut disebabkan karena masyarakat yang
berpendidikan setidaknya dapat mewujudkan tiga hal utama yang bersifat
pokok dalam perkembangan suatu negara. Pertama, pendidikan dapat
dijadikan sarana bagi setiap individu untuk membebaskan dirinya dari
kebodohan dan keterbelakangan. Kedua, pendidikan dapat memberikan
jalan bagi setiap orang untuk dapat berpartisipasi dalam proses politik
untuk mewujudkan masyarakat yang demokratis. Ketiga, pendidikan juga
memegang andil bagi setiap entitias individu untuk dapat memiliki
4 Nibedita Mahapatra, Role of Education in Promotion and Protection of Human Rights,
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:http://magazines.odisha.gov.in/Orissarevi
ew/2012/sep/engpdf/27-31.pdf diakses pada 18 Mei 2018. 5 Human Rights and Education: Human Rights Education, Concept, Types and Need,
Government’s Legislation to Ensure Human Rights Education,
http://results.mu.ac.in/myweb_test/MA%20Education-Philosophy/Chapter-17.pdf diakses pada 19
Mei 2018.
3
kemampuan dalam membebaskan diri dari kemiskinan (free from
poverty).6
Peran penting pada aspek pendidikan memberikan isyarat bagi masyarakat
internasional untuk dapat melindungi hak asasi tersebut. Dengan demikian,
berbagai pengaturan berskala internasional telah dibentuk, dimana hak
pendidikan telah dimuat di dalamnya.7 Pada pembentukannya, pengaturan
hukum internasional yang memuat aspek pendidikan di dalamnya secara
modern telah dimulai sejak terbentuknya Deklarasi Umum Hak Asasi
Manusia (DUHAM) pada tahun 1948. Sebagai instrumen dasar HAM, hak
pendidikan telah diatur pada Pasal 26 (Ayat 1) DUHAM, yang berbunyi:
“Setiap orang berhak mendapat pendidikan. Pendidikan harus
dengan cuma-cuma, setidak-tidaknya dalam tingkatan rendah dan
tingkatan dasar. Pendidikan dasar harus diwajibkan. Pendidikan
dalam tingkat dasar dan pendidikan kekhususan harus terbuka bagi
semua orang, dan pendidikan tinggi harus dapat dinikmati dengan
cara yang sama oleh semua orang, berdasarkan kecerdasan.”
Peran hukum internasional dalam menjamin hak pendidikan setiap
individu juga diatur dalam Pasal 13 Ayat (1) Kovenan Internasional
Tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (EKOSOB), yang
menjelaskan bahwa:
“Negara-negara Peserta Perjanjian ini mengakui hak setiap orang
akan pendidikan. Mereka sepakat bahwa pendidikan hendaknya
diarahkan pada perkembangan sepenuhnya atas kepribadian
manusia dan pengertian mengenai martabatnya, dan akan
memperkuat penghormatan terhadap hak asasi manusia dan
kebebasan yang hakiki. Mereka selanjutnya sepakat bahwa
pendidikan akan memungkinkan setiap orang berpartisipasi secara
6 Dyah Ratih, “Pembangunan Pendidikan dan MDGs di Indonesia”, Jurnal Kependudukan
Indonesia, Vol. 2, No. 2, 2007, hlm. 25. 7 Colin Power dan Junior Sophister, “Education Development: Importance, Challenges, and
Solutions”, The Student Economic Review, Vol. 28, hlm. 149.
4
efektif dalam masyarakat yang bebas, meningkatkan pengertian,
toleransi dan persahabatan di antara semua bangsa dan kelompok
suku, etnis atau agama, dan lebih jauh kegiatan Perserikatan
Bangsa-Bangsa untuk memelihara perdamaian.”
Pengaturan hak pendidikan juga termuat secara eksplisit dan luas dalam
Konvensi Hak Anak (KHA). KHA mengatur berbagai hak-hak anak secara
komprehensif, dimana pemajuan akan hak pendidikan juga termaktub
dalam konvensi tersebut.8 Hak pendidikan tersebut termuat dalam Pasal 28
Ayat (1) KHA, yang berbunyi:
Negara-negara peserta mengakui hak anak atas pendidikan, dan untuk
mewujudkan hak ini secara bertahap dan berdasarkan kesempatan yang
sama, Negara-negara Peserta secara khusus akan:
a. Membuat pendidikan dasar suatu kewajiban dan tersedia secara cuma-
cuma untuk semua anak.
b. Mendorong pengembangan bentuk-bentuk pendidikan menengah yang
berbeda, termasuk pendidikan umum dan kejuruan, menyediakan
pendidikan tersebut untuk setiap anak, dan mengambil langkah-
langkah yang tepat seperti penerapan pendidikan cuma-cuma dan
menawarkan bantuan keuangan bila diperlukan.
c. Membuat pendidikan tinggi terjangkau untuk semua anak berdasarkan
kemampuan, dengan semua cara yang layak.
d. Menyediakan informasi dan bimbingan tentang pendidikan dan
kejuruan yang dapat diakses oleh semua anak.
e. Mengambil langkah untuk mendorong kehadiran yang tetap di sekolah
dan penurunan angka putus sekolah.
KHA juga mengatur regulasi mengenai hak pendidikan dalam Pasal 29
Ayat (1), yang memuat:
1. Negara-negara pihak bersepakat bahwa pendidikan anak harus
diarahkan pada:
a. Pengembangan kepribadian, bakat dan kemampuan mental dan fisik
anak hingga mencapai potensi mereka sepenuhnya;
b. Pengembangan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia dan
kebebasan-kebebasan dasar dan prinsip-prinsip yang diabadikan
dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa;
c. Pengembangan penghormatan terhadap orang tua anak, jati diri
budayanya sendiri, bahasa dan nilai-nilainya sendiri terhadap nilai-
8Laura Lundy, Children’s Education Rights Global Perspectives,
http://www.harryshier.net/docs/Lundy_Orr_Shier-Childrens_Education_Rights.pdf diakses pada
19 Mei 2018.
5
nilai nasional dari negara dimana anak itu sedang bertempat tinggal,
negara anak itu mungkin berasal dan terhadap peradaban-peradaban
yang berbeda dengan miliknya sendiri;
d. Penyiapan anak untuk kehidupan yang bertanggung jawab dalam
suatu masyarakat yang bebas, dalam semangat saling pengertian,
perdamaian, toleransi, kesetaraan jenis kelamin, dan persahabatan
antara semua bangsa, etnis, warga negara dan kelompok agama, dan
orang-orang yang termasuk penduduk asli;
e. Pengembangan rasa hormat pada lingkungan alam.
Ketiga instrumen di atas merupakan instrumen utama hak pendidikan.9
Kemudian daripada itu, hak pendidikan yang termuat dalam ketiga
instrumen tersebut telah ditransformasikan ke dalam program
pembangunan universal, bernama Sustainable Development Goals (SDGs).
SGDs resmi diumumkan pada tanggal 25-27 September 2015 melalui
sidang umum Majelis Umum PBB yang dihadiri oleh perwakilan 193
negara anggota.10
Program pembangunan universal SDGs secara serentak
resmi berlaku (come into force) bagi setiap negara pengadopsi sejak bulan
Januari, 2016 hingga pada tahun 2030.11
Program SDGs dibentuk berdasarkan prinsip No One Left Behind, dengan
tujuan menjamin masa depan dunia dan lingkungan yang lebih baik serta
menyukseskan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan berdasarkan
HAM untuk mendorong pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan
hidup. SDGs juga berfokus pada pemberantasan isu kemiskinan yang
9 Transitioning from MDGs to SDGs: goals, targets and accountability for the post-2015 agenda,
http://www.un.org/en/development/desa/policy/cdp/cdp_background_papers/bp2015_25.pdf
diakses pada 25 Mei 2018. 10
Sustainable Development Knowledge Platform,
https://sustainabledevelopment.un.org/index.php?page=view&type=111&nr=8496&menu=35
diakses pada 25 Mei 2018. 11
SDGs overview, https://www.un.org/development/desa/statements/wp-
content/uploads/sites/12/2016/01/Overview_SDGs_EN.pdf diakses pada 16 Mei 2018.
6
menjadi permasalahan penting bagi negara-negara berkembang
(developing countries), sehingga tidak ada negara yang akan tertinggal dari
negara-negara maju (developed countries).12
Program SDGs memuat 17
tujuan, 169 target pembangunan, dan 230 indikator tambahan yang
dibentuk dalam rangka melanjutkan upaya dan pencapaian program
pembangunan universal Millennium Development Goals13
(MDGs) yang
telah berakhir pada tahun 2015 lalu.14
Indonesia menjadi salah satu negara yang ikut mendukung dan
menyepakati program pembangunan SDGs. Komitmen Indonesia dalam
menyukseskan tujuan-tujuan yang terdapat pada program SDGs terlihat
dari penandatanganan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 59 Tahun 2017
Tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
oleh Presiden Jokowi pada bulan Juli, 2017 silam. Perpres tersebut
menjadi tonggak utama dan dasar hukum yang menetapkan struktur dan
mekanisme tata kelola SDGs nasional terkait dengan perencanaan,
penganggaran, pembiayaan, pemantauan dan pelaporan.15
Lampiran Perpres Nomor 59 Tahun 2017 Tentang Pelaksanaan Pencapaian
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan berisikan penjelasan dari 17 tujuan
12
Resolusi Majelis Umum PBB Nomor A/RES/70/1 Tentang Transforming our world: the 2030
Agenda for Sustainable Development 13
Millennium Development Goals (MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala
negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai dijalankan
pada September 2000, berisikan 8 (delapan) butir tujuan pembangunan global yang diharapkan
dapat dicapai oleh negara-negara pengadopsi pada tahun 2015. 14
Apa itu SDGs?, http://sdgs.bappenas.go.id/ diakses pada 21 Agustus 2018. 15
SDGs di Indonesia: 2018 dan setelah itu,
http://www.id.undp.org/content/indonesia/id/home/presscenter/articles/2018/sdgs-di-indonesia--
2018-dan-setelah-itu.html?cq_ck=1521445399178 diakses pada 18 Mei 2018.
7
SDGs yang telah diselaraskan dengan tujuan pembangunan nasional
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional16
(RPJMN) 2015-
2019.17
Pada penyelerasan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia
terkait 169 target dalam program SDGs yang termuat pada Lampiran
Perpres Nomor 59 Tahun 2017 Tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan, terdapat 94 target SDGs yang telah
diselaraskan ke dalam RPJMN 2015-2019.18
Pada program RPJMN 2015-2019, Indonesia telah menargetkan 5 (lima)
dari 10 (sepuluh) target yang akan diselaraskan. Target-target tersebut,
antara lain:
1. Pada tahun 2030, menjamin bahwa semua anak perempuan dan laki-
laki menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah tanpa dipungut
biaya, setara, dan berkualitas, yang mengarah pada capaian
pembelajaran yang relevan dan efektif.
2. Pada tahun 2030, menjamin bahwa semua anak perempuan dan laki-
laki memiliki akses terhadap perkembangan dan pengasuhan anak usia
dini, pengasuhan, pendidikan pra-sekolah dasar yang berkualitas,
sehingga mereka siap untuk menempuh pendidikan dasar.
16
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 merupakan dokumen
perencanaan pembangunan nasional untuk jangka menengah 5 (lima) tahun yang menjadi acuan
bagi setiap Kementerian/Lembaga dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD). RPJMN merupakan tahap ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) 2005-2025. 17
Pedoman Penyusunan Rencana Aksi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable
Development Goals (SDGs), http://sdgs.bappenas.go.id/wp-
content/uploads/2017/09/Buku_Pedoman_RAN_TPB.pdf diakses pada 20 Agustus 2018. 18
Arahan Terkait Pencapaian Pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable
Development Goals (SDGs), www.iaiglobal.or.id/v03/files/file_publikasi/Keynote%20bmb.pdf
diakses pada 21 Agustus 2018.
8
3. Pada tahun 2030, menjamin akses yang sama bagi semua perempuan
dan laki-laki, terhadap pendidikan teknik, kejuruan dan pendidikan
tinggi, termasuk universitas, yang terjangkau dan berkualitas.
4. Pada tahun 2030, menghilangkan disparitas gender dalam pendidikan,
dan menjamin akses yang sama untuk semua tingkat pendidikan dan
pelatihan kejuruan, bagi masyarakat rentan termasuk penyandang
cacat, masyarakat penduduk asli, dan anak-anak dalam kondisi rentan.
5. Pada tahun 2030, menjamin bahwa semua remaja dan proporsi
kelompok dewasa tertentu, baik laki-laki maupun perempuan,
memiliki kemampuan literasi dan numerasi.
Terhadap 5 (lima) target pembangunan pada bidang pendidikan
berdasarkan tujuan ke-4 SDGs di atas, peneliti memiliki ketertarikan untuk
mengkaji kewajiban pemerintah Indonesia dalam konteks pemenuhan
(fulfill) 5 (lima) target tersebut dalam peraturan perundang-undangan
Indonesia. Penelitian tersebut dilaksanakan agar dapat diketahui seberapa
jauh pemenuhan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia pada peraturan
perundang-undangannya terhadap 5 (lima) target dalam tujuan ke-4 SDGs
yang telah diselaraskan ke dalam RPJMN 2015-2019.
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, pokok permasalahan yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pemenuhan hak pendidikan dalam hukum
internasional?
2. Bagaimanakah pemenuhan hak pendidikan berdasarkan tujuan ke-4
Sustainable Development Goals pada peraturan perundang-undangan
Indonesia?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, penulisan ini
dilakukan dengan tujuan utama yaitu:
a. Untuk memahami dan menganalisis bagaimanakah pemenuhan hak
pendidikan dalam hukum internasional.
b. Untuk memahami dan menganalisis bagaimanakah pemenuhan hak
pendidikan berdasarkan tujuan ke-4 Sustainable Development
Goals pada peraturan perundang-undangan Indonesia.
2. Kegunaan Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi manfaat bagi pembaca
sebagai bentuk kontribusi ilmu hukum khususnya dalam lingkup
hukum internasional, dimana penelitian ini bertujuan untuk
10
memberikan pemahaman komprehensif mengenai analisis dan
pemahanan atas intervensi hukum internasional dalam pemenuhan
hak pendidikan. Kemudian, penelitian ini memberikan analisis
bagaimana pemenuhan hak pendidikan berdasarkan tujuan ke-4
Sustainable Development Goals pada peraturan perundang-
undangan Indonesia. Pada akhirnya, penelitian ini diharapkan
dapat menjadi acuan sebagai referensi dalam pemahaman
mengenai pemenuhan Hak Asasi Manusia (HAM) pada aspek
pendidikan dalam hukum internasional, serta pemenuhan hak
pendidikan berdasarkan program SDGs pada peraturan perundang-
undangan Indonesia.
b. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah:
1. Untuk memperluas wawasan, pengetahuan dan sebagai acuan
pemahaman mengenai praktik pemenuhan hak pendidikan
dalam lingkup hukum internasional, serta melihat bagaimana
pemenuhan hak pendidikan berdasarkan tujuan ke-4
Sustainable Development Goals pada peraturan perundang-
undangan Indonesia.
2. Bahan informasi atau bahan bacaan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan khususnya mahasiswa dalam pemahaman
mengenai pemenuhan hak pendidikan berdasarkan tujuan ke-4
11
Sustainable Development Goals pada peraturan perundang-
undangan Indonesia.
3. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
referensi dan pembendaharaan perpustakaan yang diharapkan
berguna bagi mahasiswa, masyarakat umum dan pembaca saat
mereka hendak mengetahui dan meneliti lebih jauh mengenai
pemenuhan hukum internasional terhadap hak pendidikan, serta
pemenuhan tujuan ke-4 SDGs pada peraturan perundang-
undangan Indonesia.
D. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dalam skripsi ini membahas mengenai pemenuhan hak
pendidikan yang dianalisis berdasarkan sudut pandang hukum
internasional, serta pemenuhan hak pendidikan berdasarkan tujuan ke-4
program SDGs pada peraturan perundang-undangan Indonesia.
E. Sistematika Penulisan
Sebagai bentuk penyusunan dan pengembangan penulisan isi skripsi dan
berdasarkan ketentukan akademik yang berlaku, maka diperlukan adanya
kerangka penulisan yang sistematis. Sistematika penulisan skripsi ini
terdiri dari 5 (lima) bab yang dikategorikan sebagai berikut:
Bab I. Pendahuluan
Bab ini merupakan bagian awal dari skripsi untuk mengantarkan pembaca
kepada gambaran umum pokok permasalahan skripsi. Agar mewujudkan
12
hal tersebut, bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan
dan kegunaan penelitian, ruang lingkup penelitian, serta sistematika
penulisan.
Bab II. Tinjauan Pustaka
Bab ini menjelaskan pengertian yang berlaku sebagai pembahasan pokok
dalam skripsi. Selain itu, bab ini berperan sebagai landasan teori agar
dapat memudahkan pembaca memahami hasil penelitian dan analisis data
skripsi di bab IV. Adapun yang menjadi tinjauan pustaka bab ini adalah
Tinjauan Umum Hak Asasi Manusia yang meliputi: Pengertian Hak Asasi
Manusia, Tinjauan Umum Hukum Hak Asasi Manusia Internasional,
Prinsip-Prinsip Pokok Hak Asasi Manusia, Kedudukan Hak Pendidikan
sebagai Bagian dari Hak Asasi Manusia; Pengertian Pendidikan Pada
Umumnya yang meliputi: Definisi dan Pengertian Pendidikan, Tingkatan
Pendidikan berdasarkan International Standard Classification of
Education; Instrumen Internasional dan Nasional Hak Pendidikan yang
meliputi: Instrumen Internasional Hak Pendidikan: Deklarasi Umum Hak
Asasi Manusia, Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial
dan Budaya, Kovensi Hak Anak, Instrumen Nasional Hak Pendidikan:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional; Sustainable Development Goals sebagai Program Pembangunan
Universal yang meliputi: Pengertian Program Sustainable Development
13
Goals, Tujuan, Sasaran dan Indikator pada Program Sustainable
Development Goals, Forum Global Implementasi Program Sustainable
Development Goals, Pendidikan sebagai Tujuan ke-4 Program Sustainable
Development Goals.
Bab III. Metode Penelitian
Bab ini akan menjelaskan metode yang digunakan dalam penyusunan
skripsi seiring dengan penelitian yang dilakukan. Yakni, berdasarkan jenis
penelitian, pendekatan masalah, sumber data, metode pengumpulan dan
pengolahan data, serta analisis data.
Bab IV. Pembahasan
Bab ini merupakan pemaparan dari hasil penelitian permasalahan skripsi.
Penyelesaian masalah skripsi dilakukan dengan membahas hasil penelitian
serta analisis data sesuai dengan kerangka penulisan. Dalam skripsi ini,
permasalahan yang dimaksud yakni pemenuhan hak pendidikan dalam
hukum internasional, dan pemenuhan hak pendidikan berdasarkan tujuan
ke-4 Sustainable Development Goals pada peraturan perundang-undangan
Indonesia.
Bab V. Penutup
Bagian penutup penulisan skripsi ini mencantumkan kesimpulan dan
saran. Pengertian dari kesimpulan dalam bab ini adalah inti ataupun
pernyataan umum dari keseluruhan pembahasan dan permasalahan
14
penelitian skripsi. Berdasarkan kesimpulan tersebut, saran-saran terkait
penelitian dan penulisan diberikan sebagai acuan penulisan berikutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Hak Asasi Manusia
1. Pengertian Hak Asasi Manusia
Secara definitif, “hak” merupakan unsur normatif yang berperan
sebagai pedoman dalam berperilaku, berperan dalam melindungi
kebebasan dan kekebalan, serta menjamin adanya peluang bagi
manusia dalam menjaga harkat dan martabatnya (prestige and
dignity).19
Sedangkan, pengertian mengenai Hak Asasi Manusia
(HAM) menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah:20
“HAM merupakan hak yang melekat pada semua manusia, tanpa
memandang ras, jenis kelamin, kebangsaan, etnis, bahasa, agama atau
status lainnya. HAM pada dasarnya berkaitan dengan aspek hak hidup
serta kebebasan, kebebasan dari perbudakan dan penyiksaan,
kebebasan berpendapat dan berekspresi, hak untuk bekerja, hak untuk
mengenyam pendidikan secara inklusif, dan hak-hak lainnya. Setiap
orang berhak atas hak-hak mereka, tanpa adanya diskriminasi.”
Definisi lainnya mengenai HAM dikemukakan oleh John Locke,
dalam bukunya yang berjudul “The Second Treaties of Civil
Government and a Letter Concerning Toleration”, dimana Locke
menuangkan sebuah postulasi pemikiran bahwa semua individu
dikaruniai hak oleh Tuhan yang melekat, atas hidup, kebebasan serta
19
Abdul Rozak, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, Jakarta: Prenada
Media, 2003, hlm. 199. 20
What Are Human Rights? http://www.un.org/en/sections/issues-depth/human-rights/ diakses
pada 20 Mei 2018.
16
kepemilikan yang merupakan milik mereka sendiri dan tidak ada
kuasa yang dapat mencabutnya (bersifat fundamental).21
HAM bersifat universal, tidak ada yang “harus mendapatkan” atau
“berhak” atas HAM, karena pada dasarnya HAM telah diberikan pada
setiap individu sejak dia lahir, serta HAM bersifat inalienable (tidak
dapat dicabut).22
Sementara itu, HAM dikatakan melekat (inherent)
karena hak-hak ini dinyatakan sebagai bagian dari kemanusiaan setiap
individu, tak peduli apapun warna kulitnya, jenis kelaminnya, usianya,
latar belakang kultural ataupun spiritualnya. Pengakuan atas adanya
hak-hak manusia yang asasi memberikan jaminan secara moral
maupun secara hukum kepada setiap individu untuk dapat menikmati
kebebasan dari segala bentuk perhambaan, penindasan, perampasan,
penganiayaan atau perlakuan apapun lainnya yang menyebabkan
manusia itu tidak dapat hidup secara layak sebagai manusia yang
dimuliakan Tuhan.23
2. Tinjauan Umum Hukum Hak Asasi Manusia Internasional
Hukum HAM Internasional menetapkan kewajiban pemerintah dalam
suatu negara untuk dapat bertindak dengan cara tertentu atau untuk
menahan diri dari tindakan tertentu, serta untuk dapat melindungi hak-
21
Masyhur Effendi, Dimensi dan Dinamika Hak Asasi Manusia dalam Hukum Nasional dan
Internasional, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994, hlm. 3. 22
Nancy Flowers, The Human Rights Education Handbook, Seattle: Human Rights Resource
Center University of Minnesota, 2000, hlm. 3. 23
Soetandyo Wignjosoebroto, Hak Asasi Manusia Konsep Dasar dan Perkembangan
Pengertiannya dari Masa ke Masa, Jakarta: ELSAM, hlm. 1.
17
hak asasi manusia dan kebebasan mendasar warga negaranya. Hukum
HAM Internasional didesain untuk menjamin hak-hak manusia sebagai
individu secara internasional.
Pada kewajiban negara yang terdapat dalam berbagai pengaturan HAM
internasional, negara dituntut untuk dapat menghormati (obligation to
respect), melindungi (obligation to protect), serta memenuhi
(obligation to fulfill) hak-hak warga negaranya. Peradaban manusia
menunjukkan bahwa instrumen dan institusi HAM Internasional yang
tumbuh menjamur, dibentuk untuk mengimplementasikan pengaturan
HAM internasional yang termuat dalam declaration, convention,
covenant, optional protocol, statute sehingga internasionalisasi HAM
dapat mengatasi harapan-harapan lain berdasarkan pemenuhan atas hak
asasi tiap individu.24
Terdapat dua jenis pelanggaran yang bisa terjadi
berkaitan dengan pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab negara,
yakni:25
a. Pelanggaran karena tindakan (violation by commission) terjadi
karena negara justru melakukan tindakan langsung untuk turut
campur dalam mengantur hak-hak warga negaranya yang
semestinya dihormati, pelanggaran ini dapat terjadi karena dua hal,
yaitu tindakan langsung negara atau karena kelalaian mengatur
entitas non-negara atau individu sehingga entitas tersebut
24
Rudi Rizki, Pokok-Pokok Hukum Hak Asasi Manusia Internasional,
http://lama.elsam.or.id/downloads/1262840928_03._Pokok-
pokok_Hukum_HAM_Internasional.pdf diakses pada 21 Agustus 2018. 25
Gordon Christenson, Attributing Acts of Omission to the State, Michigan Journal of
International Law, Vol. 12, 1990, hlm. 313.
18
melanggar hak individu lain dan kemudian terjadilah pelanggaran.
Pelanggaran karena tindakan mudah ditemukan dalam kelompok
hak-hak sipil dan politik. Contoh untuk hal ini dalam hak
kebebasan beragama. Pelanggaran terjadi ketika negara
memaksakan individu untuk melepaskan diri dari keyakinan agama
yang telah diyakini. Atau, ketika negara tidak mampu mencegah
terjadinya upaya pemaksaan oleh kelompok orang terhadap pihak
lain. Contoh lain adalah ketika terjadi penyiksaan pada saat
pemeriksaan dengan tujuan untuk mendapatkan keterangan.26
b. Pelanggaran karena pembiaran (violation by omission) terjadi
ketika negara tidak melakukan suatu tindakan atau gagal untuk
mengambil tindakan lebih lanjut yang diperlukan untuk dapat
melaksanakan kewajiban hukum HAM internasional. Acuan
Maastricht untuk Pelanggaran Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan
Budaya memberikan beberapa contoh pelanggaran ini seperti
kegagalan melakukan amandemen atau pencabutan perundang-
undangan yang jelas tidak konsisten dengan kewajiban di bawah
Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya, kegagalan menegakan perundang-undangan yang dibuat
untuk mengimplementasikan ketentuan Kovenan Internasional.
Pelanggaran juga dapat terjadi akibat kegagalan memanfaatkan
26
Pendidikan HAM, http://lama.elsam.or.id/mobileweb/article.php?id=2933&lang=en diakses
pada 13 Mei 2018.
19
sumber dana dan tenaga secara maksimal untuk melaksanakan
Kovenan Internasional secara penuh.
Terhadap pelanggaran HAM Internasional, PBB telah mengakomodir
mekanisme pelaporan yang dibedakan menjadi dua mekanisme,
yakni:27
a. The Treaty Based Mechanism (Mekanisme berdasarkan perjanjian
HAM Internasional), yakni mekanisme pengaduan yang dibentuk
berdasarkan perjanjian atau konvensi HAM Internasional,
mekanisme ini hanya berlaku dan mengikat (binding) bagi negara
yang telah menandatangani dan meratifikasi perjanjian terkait.
Contohnya, pengajuan laporan kepada Human Rights Comittee
(HRC) yang pembentukannya didasarkan pada International
Convenant on Civil and Political Rights (ICCPR) 1976.
b. The Charter Based Mechanism (Mekanisme berdasarkan Piagam
PBB), yakni prosedur penegakan HAM yang dibentuk berdasarkan
Piagam PBB serta mandat yang dimiliki oleh Dewan Ekonomi dan
Sosial (ECOSOC). Mekanisme pelaporan ini dapat dilakukan
seluruh negara anggota, orang, kelompok masyarakat atau
organisasi non-pemerintahan apabila mempunyai pengetahuan
langsung atau tidak langsung mengenai dugaan pelanggaran,
meskipun tidak mendatangani dan meratifikasi perjanjian HAM
27
Arif Ahmed dan Jahid Mustofa, Mechanisms for Implementation of Human Rights: A Critical
Analysis in Bangladesh Perspective, hlm. 13.
http://www.primeuniversity.edu.bd/070513/journals/v_10_n_1_J_J_2016/Mechanisms.pdf diakses
pada 13 Mei 2018.
20
internasional. Mekanisme pelaporan berdasarkan piagam PBB
dibagi menjadi:
(1) Dewan HAM PBB
Dewan HAM adalah badan PBB yang dibentuk berdasarkan
Resolusi Majelis Umum Nomor 60/251 tertanggal 15 Maret
2006 sebagai bagian pembaruan untuk memperkuat kegiatan
perlindungan HAM PBB. Mekanisme pelaporan sekaligus
kepada Dewan HAM PBB dapat dilakukan melalui Prosedur
Khusus, Kelompok Kerja, dan Sub Dewan tentang Pemajuan
dan Perlindungan HAM.
(2) Prosedur 1235 dan Prosedur 1503
ECOSOC memberikan kewenangan dalam bidang HAM
kepada Dewan HAM PBB dengan mengadopsi dua prosedur
yaitu melalui Resolusi Nomor 1235 tertanggal 6 Juni 1967 dan
Resolusi Nomor 1503 tertanggal 27 Mei 1970. Melalui
Prosedur 1235, Dewan HAM diberikan kuasa untuk
melakukan pemeriksaan keterangan yang relevan terkait
pelanggaran HAM yang diterima dari perseorangan, organisasi
non pemerintah, dan negara sebagaimana dimuat dalam surat
pengaduan yang didaftar oleh Sekretaris Jendral, kemudian
melakukan studi terhadap pola pelanggaran HAM tersebut.
Pada dasarnya, Prosedur 1235 bukanlah prosedur pengaduan
individual. Dalam hal pelaporan diajukan oleh individual,
21
maka Dewan HAM akan mengarahkan informasi pelanggaran
HAM pada survei umum negara yang bersangkutan.
Sementara, Prosedur 1503 disusun sebagai prosedur
pengaduan individual. Dewan HAM diberi kewenangan untuk
mempelajari secara konfidensial komunikasi individual,
komunikasi dari korban, dan organisasi non pemerintah yang
telah melewati pengujian dan diterima oleh Sekretaris Jenderal.
Philip Alston, sebagaimana dikutip oleh Pranoto Iskandar
dalam bukunya Hukum HAM Internasional Sebuah Pengantar
(hal. 345) menyebut Prosedur 1503 sebagai “petition-
information” bukan “petition-redress”, dikarenakan ketiadaan
ganti rugi kepada pihak korban. Dengan kata lain, prosedur ini
hanya bersifat informatif kepada masyarakat internasional
bahwa telah terjadi pelanggaran HAM yang dilakukan oleh
negara tertentu. Oleh karenanya, sanksi yang paling
dimungkinkan adalah sebatas timbulnya rasa malu “shaming”
bagi negara pelanggar, sebab pelanggaran akan dibahas dalam
diskusi yang berifat terbuka.
22
3. Prinsip-Prinsip Pokok Hak Asasi Manusia
Prinsip-prinsip pokok HAM merupakan rumusan dasar dan acuan
standar dalam pelaksanaan HAM yang diklasifikan ke dalam beberapa
sifat, antara lain:28
a. Universal dan Tidak Dapat Dicabut (Universality and
Inalienability)
Hak asasi merupakan hak yang melekat, dan seluruh umat manusia
di dunia memilikinya. Hak-hak tersebut tidak bisa diserahkan
secara sukarela atau dicabut. Hal ini selaras dengan pernyataan
yang tercantum dalam pasal 1 Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia: “Setiap umat manusa dilahirkan merdeka dan sederajat
dalam harkat dan martabatnya”.
b. Tidak Dapat Dibagi (Indivisibility)
HAM memiliki sifat inheren, dimana berbagai hak yang terdapat
dalam HAM menyatu sebagai bagian dari harkat-martabat umat
manusia yang tidak terpisahkan. Konsekuensinya, semua orang
memiliki status hak yang sama dan sederajat, serta hak-hak asasi
manusia tidak bisa digolongkan berdasarkan tingkatan secara
hirarkis. Pengabaian pada satu hak akan berdampak pada
pengabaian hak-hak lainnya. Hak setiap orang untuk memperoleh
penghidupan yang layak adalah hak yang tidak bisa ditawar-tawar
lagi, hak tersebut merupakan modal dasar bagi setiap manusia
28
Komnas HAM, Pembangunan Berbasi Hak Asasi Manusia: Sebuah Panduan, Jakarta: Komnas
HAM, 2013, hlm. 40.
23
untuk dapat menikmati hak-hak lainnya, seperti hak atas kesehatan
atau hak pendidikan.
c. Saling Bergantung dan Berkaitan (Interdependence and
Interrelation)
Secara keseluruhan maupun sebagian, pemenuhan dari satu hak
seringkali bergantung kepada pemenuhan hak-hak lainnya. Sebagai
contoh, dalam situasi tertentu, hak untuk mendapatkan pendidikan
atau hak untuk memperoleh informasi adalah hak yang saling
bergantung satu sama lain.
d. Kesetaraan dan Non-Diskriminasi (Equality and Non-
Discrimination)
Setiap individu sederajat sebagai umat manusia dan memiliki
kebaikan yang inheren dalam harkat-martabatnya masing-masing.
Setiap manusia berhak sepenuhnya atas hak-haknya tanpa ada
pembedaan dengan alasan apapun, seperti yang didasarkan atas
perbedaan ras, warna kulit, jenis kelamin, etnis, usia, bahasa,
agama, pandangan politik dan pandangan lainnya,
kewarganegaraan dan latar belakang sosial, cacat dan kekurangan,
tingkat kesejahteraan, kelahiran, atau status lainnya.
e. Partisipasi dan Kontribusi (Participation and Contribution)
Setiap orang dan seluruh masyarakat berhak untuk turut berperan
aktif secara bebas dan berarti dalam partisipasi dan berkontribusi
24
untuk menikmati kehidupan pembangunan, kehidupan sipil,
politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
f. Tanggung Jawab Negara dan Penegakan Hukum (State
Responsibility and Rule of Law)
Negara bertanggung jawab untuk menaati hak asasi. Dalam hal ini,
mereka harus tunduk pada norma-norma hukum dan standar yang
tercantum di dalam instrumen-instrumen HAM internasional.
Seandainya negara gagal dalam melaksanakan tanggung jawabnya,
pihak-pihak yang dirugikan berhak untuk mengajukan tuntutan
secara layak, yang sesuai dengan aturan dan prosedur hukum yang
berlaku. Prinsip kewajiban negara ini timbul sebagai konsekuensi
logis dari adanya ketentuan menurut HAM internasional bahwa
individu adalah pihak pemegang hak (right bearer) dan negara
berposisi sebagai pemegang kewajiban (duty bearer) terhadap
HAM yang memiliki tanggung jawab untuk melindungi (protect),
menghormati (respect) dan memenuhi (fulfill) hak-hak warga
negaranya.
4. Kedudukan Hak Pendidikan sebagai Bagian dari Hak Asasi
Manusia
Pada dasarnya, rights of education (hak pendidikan) yang menjadi hak
turunan dalam hak ekonomi, sosial dan budaya memiliki peran
penting sebagai sarana yang mutlak diperlukan untuk memenuhi hak-
25
hak asasi lainnya.29
Pernyataan tersebut dapat dilihat berdasarkan
termuatnya hak pendidikan dalam berbagai instrumen hukum
internasional, antara lain: Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia,30
Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Sipil dan Politik,31
Kovenan
Internasional Tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya,32
serta
Konvensi Hak Anak.33
Sebagai hak pemampuan dan pelengkap hak-
hak asasi lainnya, pendidikan menjadi sarana utama bagi orang
dewasa dan anak-anak yang dimarjinalkan secara ekonomi dan sosial
untuk dapat mengangkat diri mereka keluar dari rantai kemiskinan dan
memperoleh cara mengembangkan kehidupan mereka.
29
Supriyanto Abdi dan Eko Riyadi, Potret Pemenuhan Hak Atas Pendidikan dan Perumahan di
Era Otonomi Daerah: Analisis Situasi di Tiga Daerah, Yogyakarta: PUSHAM UII, 2009, hlm. 26. 30
Universal Declaration of Human Rights (Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia) adalah sebuah
pernyataan yang bersifat anjuran yang diadopsi oleh Majelis Umum Persatuan Bangsa-Bangsa
Nomor A/RES/217, pada tanggal 10 Desember 1948 di Palais de Chaillot, Paris. Pernyataan ini
terdiri atas 30 pasal yang menggarisbesarkan pandangan Majelis Umum PBB tentang jaminan Hak
Asasi Manusia (HAM) kepada semua orang. 31
International Covenant on Civil and Political Rights (Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak
Sipil dan Politik) adalah sebuah perjanjian multilateral yang ditetapkan oleh Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa berdasarkan Resolusi 2200A (XXI) pada tanggal 16 Desember 1966.
Perjanjian ini mulai berlaku pada tanggal 23 Maret 1976 (tiga bulan setelah penyerahan instrumen
ratifikasi atau aksesi yang ketiga puluh lima kepada Sekjen PBB, seperti yang diatur oleh Pasal
49). Perjanjian ini mewajibkan negara anggotanya untuk melindungi hak-hak sipil dan politik
individu, termasuk hak untuk hidup, kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, kebebasan
berkumpul, hak elektoral, dan hak untuk memperoleh proses pengadilan yang adil dan tidak
berpihak. 32
International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights (Kovenan Internasional
Tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya) adalah sebuah perjanjian multilateral yang
ditetapkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 16 December 1966 dan
mulai berlaku pada tanggal 3 Januari 1976. Negara yang telah meratifikasi perjanjian ini
berkomitmen untuk memenuhi hak ekonomi, sosial dan budaya warga negaranya. Beberapa contoh
hak yang dijamin adalah hak buruh, hak kesehatan, hak pendidikan, dan hak atas standar
kehidupan yang layak. 33
Convention on the Rights of the Child (Konvensi Hak-Hak Anak) adalah sebuah konvensi
internasional yang mengatur hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan kultural anak-anak.
Negara-negara yang meratifikasi konvensi internasional ini terikat untuk menjalankannya sesuai
dengan hukum internasional. Konvensi ini berlaku pada tanggal 2 September 1990 setelah jumlah
negara yang meratifikasinya mencapai syarat. Sampai dengan Desember 2008, 193 negara terlah
meratifikasinya. Pemerintah negara yang telah meratifikasi konvensi ini diharuskan untuk
melaporkan dan hadir di hadapan Komite Hak-Hak Anak secara berkala untuk mengevaluasi
kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam mengimplementasikan Konvensi ini dan status hak-hak
anak dalam negara tersebut.
26
Pendidikan memegang sebuah peranan penting dalam
memberdayakan perempuan, melindungi anak-anak dari eksploitasi
kerja dan seksual, serta mempromosikan demokrasi dan HAM.34
Tanpa adanya pendidikan, mustahil manusia dapat mengerti mengenai
esensi dari HAM tersendiri. Karena pada dasarnya manusia
membutuhkan edukasi untuk dapat mengerti, belajar, dan memahami
mengenai segala aspek di dalam dunia ini. Hal tersebut mengandung
penjelasan bahwa pendidikan memiliki sifat interrelated (saling
terkait), interdependent (saling bergantung), dan indivisible (tidak
terpisahkan) dengan semua aspek-aspek lainnya. Pendidikan juga
menjadi sarana yang paling penting untuk dapat menciptakan suatu
kebudayaan HAM secara universal.35
B. Pengertian Pendidikan pada Umumnya
1. Definisi dan Pengertian Pendidikan
Menurut M.J. Langeveld, pendidikan memberikan arti pertolongan
secara sadar dan sengaja kepada seorang anak yang belum dewasa
dalam pertumbuhannya menuju kearah kedewasaan, untuk dapat
berdiri sendiri, dan bertanggung jawab secara susila atas segala
tindakan-tindakannya berdasarkan pilihannya sendiri.36
Manusia
menjadi individu yang berkembang, dimana untuk dapat meningkatkan
34
Hak atas pendidikan,
https://elearning.unsri.ac.id/pluginfile.php/30676/mod_resource/content/2/Materi%20Tematik%20
3.%20Hak%20Pendidikan.pdf diakses pada 15 Mei 2018. 35
Ifdhal Kasim dan Johanes da Masenus, Hak Ekonomi, Sosial, Sosial dan Budaya Esai-Esai
Pilihan, Jakarta: ELSAM, 2001, hlm. 213-214. 36
M. Sukardjo, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, Jakarta: Grafindo Persada, 2013,
hlm. 10.
27
potensi yang ada dalam diri mereka, setiap entitas individu
membutuhkan suatu pembelajaran yang disebut dengan proses
pendidikan.37
Salah satu tujuan terbentuknya pendidikan yang hadir
sejak dahulu, telah membawa manusia ke dalam kesadaran penuh
mengenai hal yang membuat mereka menjadi suatu entitas yang
memiliki education-sense. Dimana pendidikan mengemban peran
untuk mengubah kehidupan, membangun perdamaian, memberantas
kemiskinan, serta mendorong pembangunan berkelanjutan.38
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam
mengembangkan kecerdasan, melayani kebutuhan sosial, berkontribusi
pada ekonomi, menciptakan tenaga kerja yang kompeten,
mempersiapkan pelajar ke dalam dunia pekerjaan, serta pendidikan
berperan untuk mempromosikan sistem sosial atau politik tertentu.39
Haryatmoko berpandangan bahwa tujuan pendidikan yang jelas, pada
gilirannya akan mengarahkan manusia ke dalam pencapaian komptensi
yang dibutuhkan, serta metode pembelajaran yang efektif sehingga
pada akhirnya pendidikan akan bermanfaat bagi pengembangan
kualitas kehidupan manusia. Pada awalnya, pendidikan memiliki
bentuk program dasar (basic programmes), yang dirancang untuk
37
Abdul Rahmat, Pengantar Pendidikan, Gorontalo: Ideas, 2014, hlm. 44. 38
Education transforms lives, https://en.unesco.org/themes/education diakses pada 13 Mei 2018. 39
Arthur Foshay, “The Curriculum Matrix: Transcendence and Mathematics”, Journal of
Curriculum and Supervision, Vol. 6, No. 4, 1991, hlm. 1.
28
dapat menyediakan pendidikan mengenai keterampilan dalam
membaca, menulis dan numerasi (berhitung).40
2. Tingkatan Pendidikan berdasarkan International Standard
Classification of Education
Menurut International Standard Classification of Education (ISCED),
tingkat dari pendidikan berhubungan dengan tahapan dalam
pengalaman belajar. Klasifikasi tingkatan dalam pendidikan dilakukan
dengan kerangka kerja dimana sistem pendidikan dianggap sebagai
keseluruhan dan hal yang terutama berdasarkan dari konten
pendidikan. Pembagian klasifikasi pada tingkatan pendidikan,
dijelaskan sebagai berikut:41
a. Pre-Primary Level of Education (Tingkat Pendidikan Pra-Dasar)
Didefinisikan sebagai tahap awal dari instruksi pendidikan yang
disusun, dirancang terutama untuk memperkenalkan anak-anak
usia dini ke dalam lingkungan sekolah, juga menyediakan
keterkaitan antara rumah keluarga dengan suasana berbasis
sekolah. Program pada tingkat ini biasanya dirancang untuk anak-
anak berusia minimal 3 (tiga) tahun dan maksimal tidak lebih dari
6 (enam) tahun. Di Indonesia, klasifikasi tingkatan pendidikan ini
diberi nama Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).42
40
UNESCO, International Standard Classification of Education, Montreal: UNESCO Institute for
Statistic, 2015, hlm. 5. 41
Classifying Educational Programmes, http://www.oecd.org/education/1841854.pdf diakses pada
12 Mei 2018. 42
ISCED 0, Pre-primary level of education, http://www.oecd.org/education/1841854.pdf diakses
pada 12 Mei 2018.
29
b. Primary Level of Education (Tingkat Pendidikan Dasar)
Primary level of education dianggap sebagai tahapan pertama dari
pendidikan dasar dan mencakup enam tahun pendidikan penuh.
Dengan usia awal, biasanya tidak lebih muda dari 5 (lima) tahun
atau lebih tua dari 7 (tujuh) tahun. Pendidikan dasar disediakan
untuk anak-anak dan dirancang untuk memberikan siswa
pendidikan dasar dalam literasi, menulis, dan numerasi bersama
dengan pemahaman dasar mata pelajaran lainnya seperti sejarah,
geografi, sains, ilmu sosial, agama, seni dan musik. Mata pelajaran
ini berfungsi untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk
memperoleh dan menggunakan informasi yang mereka butuhkan
mengenai komunitas, negara, dan lainnya. Di Indonesia, klasifikasi
ini dikategorikan ke dalam Sekolah Dasar (SD).43
c. Lower Secondary Level of Education (Tingkat Pendidikan
Menengah Bawah)
Tingkat pendidikan menengah bawah umumnya melanjutkan
program pendidikan tingkat dasar, dengan melanjutkan program
edukasi dari tingkat dasar ke dalam pengajaran yang lebih spesifik.
Pada tahapan ini, dibutuhkan lebih banyak guru khusus yang
melakukan pengajaran dibidang spesialisasinya masing-masing.
Pendidikan menengah bawah ini menjadi “terminal” untuk dapat
mempersiapkan para siswa masuk ke dalam pendidikan menengah
43
UNESCO, Operational Definition of Basic Education,
http://www.unesco.org/education/framework.pdf diakses pada 12 Mei 2018.
30
atas. Pada umumnya, pendidikan menengah bawah ini memiliki
tenggat waktu selama 3 (tiga) tahun dalam penyelesaiannya. Di
Indonesia, klasifikasi pada tingkatan edukasi ini dikategorikan ke
dalam Sekolah Menengah Pertama (SMP).44
d. Upper Secondary Level of Education (Pendidikan Tingkat
Menengah Atas)
Pendidikan tingkat menengah atas merupakan tahap lanjutan dari
pendidikan menengah bawah. Pada klasifikasi ini, pada umumnya
siswa yang masuk berusia 15 (lima belas) atau 16 (enam belas)
tahun. Pendidikan tingkat menengah atas menawarkan berbagai
mata pelajaran dimana siswa dapat mempersiapkan program
menuju pintu masuk perguruan tinggi (universitas) atau berkarir di
bidang bisnis atau industri. Layaknya pada sekolah menengah
pertama, pendidikan menengah atas ini memberikan kurun waktu 3
(tiga) tahun untuk dapat menyelesaikan pendidikannya dibangku
sekolah. Di Indonesia, klasifikasi pendidikan ini dikategorikan ke
dalam Sekolah Menengah Atas (SMA).45
e. First Stage of Tertiar Education (Tahap Pertama Pendidikan
Tersier)
Program pendidikan tahap pertama tersier ini mengharuskan para
siswa untuk dapat lulus dari tahapan pendidikan tingkat menengah
44
ISCED 2, Lower secondary level of education, http://www.oecd.org/education/1841854.pdf
diakses pada 12 Mei 2018. 45
Antonella Corsi, Guide to the Education System in the United States,
https://isss.umn.edu/publications/USEducation/4.pdf diakses pada 12 Mei 2018.
31
atas, program-program dalam pendidikan ini masuk dalam kategori
perguruan tinggi (universitas) yang sebagian besar berbasis teoritis
dan dimaksudkan untuk menyediakan kualifikasi yang cukup untuk
dapat masuk ke dalam program penelitian lanjutan dan profesi
dengan persyaratan keterampilan yang tinggi. Kurikulum program
pada tingkat ini memiliki landasan teoritis yang kuat, menekankan
pada seni liberal dan sains (sejarah, filsafat, matematika, dan
sebagainya), atau mempersiapkan siswa untuk profesi dengan
persyaratan keterampilan tinggi (kedokteran, obat-obatan,
arsitektur, dan sebagainya). Program pendidikan tersier ini sangat
bervariasi antar negara, tidak ada kriteria tunggal yang dapat
digunakan untuk menentukan batasan. Di Indonesia, klasifikasi
pendidikan ini masuk ke dalam perguruan tinggi atau universitas,
yang dibagi ke dalam beberapa tingkatan akademik, yakni (i)
diploma, (ii) sarjana, (iii) magister, dan (iv) doktor.46
C. Instrumen Internasional dan Nasional Hak Pendidikan
1. Instrumen Internasional Hak Pendidikan
Peran penting hak pendidikan menjangkau jauh melampaui pendidikan
itu sendiri, karena hak pendidikan diakui, dipromosikan dan dilindungi
pada semua tingkatan, nasional ataupun internasional. Peran penting
pendidikan telah tercatat dalam dunia yang berubah pada akhir abad
ke-20 dan awal abad ke-21. Hal ini dikarenakan, pendidikan pada
46
ISCED 5, First stage of tertiary education, http://www.oecd.org/education/1841854.pdf diakses
pada 12 Mei 2018.
32
hakikatnya merupakan bagian dari HAM, dengan kontennya sendiri
yang berisikan mengenai hak, dan dilindungi oleh negara-negara
terkait. Maksud dan tujuan HAM tidak dapat terpisahkan dari peranan
hak pendidikan, karena pendidikan dapat membantu individu dan
masyarakat untuk memperoleh hukum serta instrumen ekonomi dalam
perjuangan unuk mengentaskan kemiskinan, diskriminasi sosial dan
ekonomi, serta pelanggaran vital HAM lainnya.47
Peran penting pendidikan dalam memajukan berbagai aspek-aspek di
dunia ini menjadikannya sebagai hak yang banyak dibentuk pada
tataran hukum internasional. Sejumlah instrumen pengaturan standar
seperti konvensi, deklarasi, rekomendasi, kerangka kerja, piagam, dan
sebagainya memberikan kerangka normatif kepada negara-negara yang
ikut meratifikasi untuk dapat memenuhi hak tersebut. Peran hukum
internasional dalam mengusahakan pemenuhan hak pendidikan dapat
dilihat dari berbagai instrumen yang telah disahkan dan menjadi dasar
atas “pemenuhan” pada hak pendidikan. Instrumen-instrumen tersebut,
antara lain:48
a. Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia
Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia (DUHAM) dikeluarkan oleh
Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948. DUHAM
47
Birute Praneviciene dan Aurelija Puraite, Right to Education in International Legal Documents,
Jurisprudencija, Kaunas: Mykolas Romeris University, 2010, hlm. 134. 48
International Instruments Right to Education, http://www.right-to-education.org/sites/right-to-
education.org/files/resource-
attachments/RTE_International_Instruments_Right_to_Education_2014.pdf diakses pada 15 Mei
2018.
33
dibentuk untuk dapat melindungi hak-hak dalam ekonomi, sosial,
politik, budaya dan sipil serta mendukung kehidupan setiap
individu untuk bebas dari rasa takut dan sadar akan hak-hak asasi
mereka. DUHAM terdiri atas 30 Pasal yang berisikan mengenai
hak persamaan, kebebasan dari diskriminasi, kebebasan dari
perbudakan, kebebasan dari penyiksaan, hak persamaan dimata
hukum, dan sebagainya.49
Dalam deklarasi ini, hak pendidikan
termuat dalam Pasal 26 DUHAM. Dimana ketentuan pada pasal
tersebut memposisikan pendidikan sebagai hak dasar yang harus
diberikan secara gratis, bahkan diwajibkan. Hal tersebut memiliki
arti, bahwa penyelenggaraan pendidikan merupakan kewajiban
positif bagi pemerintah negara peratifikasi yang menjadi state-
actor berdasarkan state obligation to fulfill untuk dapat memenuhi
hak tersebut kepada warga negaranya.50
b. Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya
Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya (EKOSOB) adalah kovenan yang mengatur ketentuan
mengenai hak ekonomi, sosial dan budaya. EKOSOB memiliki
sifat binding (mengikat), dimana negara-negara peratifikasi
diwajibkan untuk dapat memenuhi hak-hak yang terdapat dalam
49
Summary of the UDHR, http://www.eycb.coe.int/Compass/en/pdf/6_2.pdf diakses pada 20 Mei
2018. 50
Supriyanto Abdi dan Eko Riyadi, Potret Pemenuhan Hak Atas Pendidikan dan Perumahan di
Era Otonomi Daerah: Analisis Situasi di Tiga Daerah, Yogyakarta: PUSHAM UII, 2009, hlm. 26.
34
kovenan tersebut. Kovenan EKOSOB memberikan kekuatan
hukum bagi rights holder (pemegang hak) yang dikategorikan
dalam warga negara dalam hubungannya dengan negara sebagai
duty bearer (pengemban kewajiban). Serta EKOSOB memaksa
negara-negara yang meratifikasi untuk dapat memenuhi kewajiban
minimumnya (minimum core obligation) dalam konteks
pemenuhan hak pangan, pendidikan, kesehatan, pekerjaan,
kehidupan yang layak, dan hak-hak lainnya.51
Pada kovenan ini,
pengaturan mengenai hak pendidikan terdapat pada Pasal 13
EKOSOB. Dalam pasal tersebut, dimuat bahwa pendidikan
menjadi hak fundamental setiap individu dan pemerintah wajib
mengakui hak tersebut serta wajib memenuhi secara bertahap
seluruh kebutuhan hak pendidikan secara gratis bagi setiap warga
negaranya.52
c. Konvensi Hak Anak
Konvensi Hak Anak (KHA) merupakan instrumen pertama yang
menggabungkan rangkaian lengkap HAM internasional, termasuk
hak sipil, budaya, ekonomi, politik, sosial serta aspek hukum
humaniter. Konvensi ini berisikan mengenai hak-hak perlindungan
bagi anak-anak, antara lain perlindungan anak terhadap
penyalahgunaan obat-obatan terlarang, perlindungan terhadap
51
Rafendi Djamin, Penguatan Status Legal Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya dalam
Konstitusi dan Sistem Hukum Nasional: Potensi dan Tantangan,
http://www.pusham.uii.ac.id/upl/article/en_ekosob1raf1.pdf diakses pada 15 Mei 2018. 52
Ibid. hlm. 29.
35
penculikan dan perdagangan anak, perlindungan dari konflik
bersenjata, perlindungan bagi anak dengan disabilitas,
perlindungan bagi anak-anak pengungsi, perlindungan dari
diskriminasi, dan sebagainya. Pada konvensi ini, aspek mengenai
pendidikan juga menjadi kategori yang masuk ke dalam KHA.53
Pengaturan secara rinci mengenai tujuan dan sasaran terhadap hak
pendidikan diatur pada Pasal 28 dan Pasal 29 Ayat (1) KHA.
Kedua pasal tersebut mengandung poin bahwa pendidikan dasar
menjadi suatu kewajiban yang harus dipenuhi (obligation state to
fulfill) oleh negara-negara peratifikasi konvensi tersebut (Pasal 28
Ayat (1a)). Pasal-pasal tersebut juga mewajibkan pemerintah untuk
dapat membuat kebijakan agar setiap individu dapat mengenyam
pendidikan tinggi (universitas) dengan terjangkau berdasarkan
setiap kemampuan individu tersebut (Pasal 28 Ayat (1c)).54
Lalu,
negara peratifikasi juga diwajibkan untuk dapat mengarahkan
pendidikan pada pengembangan kepribadian anak, penghormatan
terhadap HAM, kebebasan dasar, serta prinsip-prinsip berdasarkan
piagam PBB.55
53
Convention on the Rights of the Child, https://www.unicef.org/crc/index_30177.html diakses
pada 15 Mei 2018. 54
Ursula Kilkelly, Religion and Education: A Children’s Rights Perspective, hlm. 4.
https://www.ihrec.ie/download/pdf/kilkelly_religion_and_education_a_childrens_rights_perspecti
ve.pdf diakses pada 15 Mei 2018.
36
2. Instrumen Nasional Hak Pendidikan
a. Undang-Undang Republik Indonesia 1945
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 atau yang
disingkat dengan UUD 1945, merupakan konstitusi dalam
pemerintahan negara Republik Indonesia (RI). Warga negara,
sebagai entitas yang memiliki status kewarganegaraan yang
terlegitimasi dalam konstitusi UUD 1945 memiliki hak
konstitusional yang harus dipenuhi oleh negaranya. Menurut Jimly
Asshiddiqie, constitutional right (hak konstitutional) adalah hak-
hak yang dijamin di dalam UUD 1945, baik termuat secara tegas
ataupun tersirat. Dengan demikan, dimuatnya HAM khususnya hak
pendidikan dalam UUD 1945, telah memberikan kedudukan
hukum fundamental bagi hak tersebut sebagai hak konstitusional.56
Hak pendidikan, sebagai bagian dari hak konstitusional,
merupakan hal yang penting untuk dapat diusahakan dan dipenuhi
oleh pemerintah Indonesia, karena melalui pendidikan yang
bermutu, sumber daya manusia pada negara ini akan menjadi lebih
maju, dan tentu saja mampu bersaing dan memenangkan kompetisi
di ranah internasional.57
Aspek pendidikan di Indonesia juga
memegang peranan penting dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, hal ini sesuai dengan bunyi Pembukaan
56
Gede Palguna, Pengaduan Konstitusional (Constitutional Complaint), Jakarta: Sinar Grafika,
2013, hlm. 55. 57
Sofyan Sauri, Mewujudkan Hak Anak Mendapatkan Pendidikan,
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195604201983011-
SOFYAN_SAURI/presentasi_final.pdf diakses pada 15 Mei 2018.
37
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
alenia ke empat, yakni:58
“Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.”
Pengaturan secara detil mengenai hak pendidikan berdasarkan
UUD 1945 telah termuat dalam Pasal 28 C Ayat (1), yang
berbunyi:
“Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya,
demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan
umat manusia”.
Ketentuan atas hak pendidikan di atas diperkuat secara tegas dan
detil dalam Pasal 31 UUD 1945, yang menyebutkan:
1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya.
3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-
kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan
belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional.
Pasal 31 Ayat (1) UUD 1945, merupakan landasan pokok dari
sistem pendidikan nasional di Indonesia. Buah pemikiran yang
tersirat berdasarkan Pasal 31 Ayat (1) UUD 1945 di atas memiliki
arti bahwa pemerintah Indonesia wajib memberikan kesempatan
58
Franciscus Xaverius, “Tanggung Jawab Hukum Pemerintah dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Nasional”, Tanggung Jawab Hukum Pemerintah, Vol. 5, No. 1, 2016, hlm. 217.
38
pendidikan dasar bagi setiap warga negaranya. Hal ini juga
dipertegas dengan pengaturan pada ayat selanjutnya yang secara
eksplisit mencantumkan nominal persen dana yang harus
dialokasikan dalam pemenuhan pendidikan dari APBN, yaitu dua
puluh persen.59
b. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia
Hak pendidikan, sebagai bagian dalam HAM, menjadi hak kodrati
yang melekat pada diri manusia, yang harus dilindungi, dihormati,
dipertahankan, tidak boleh diabaikan, dikurangi, atau dirampas
oleh siapapun. Kebijakan pemerintah Indonesia dalam pemenuhan
hak pendidikan tidak berhenti begitu saja, regulasi yang
memperkuat kewajiban negara untuk dapat memenuhi hak
pendidikan warga negaranya juga terdapat dalam Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia yang dibentuk
melalui Ketetapan MPR RI Nomor XVII/MPR/1998.60
Secara
konstitusional, hak untuk memperoleh pendidikan telah diatur pada
Pasal 12 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak
Asasi Manusia, yang berbunyi:
“Setiap orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan
pribadinya, untuk memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya,
dan meningkatkan kualitas hidupnya agar menjadi manusia yang
59
Soedijarto, Memantapkan Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2006, hlm. 71. 60
UU No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, http://referensi.elsam.or.id/2014/08/uu-ri-
no-39-tahun-1999-tentang-hak-asasi-manusia/ diakses pada 15 Mei 2018.
39
beriman, bertaqwa, bertanggung jawab, berakhlak mulia, bahagia
dan sejahtera sesuai dengan hak asasi manusia”.
Pasal lain yang menegaskan bahwa setiap anak berhak atas hak
pendidikan juga dimuat dalam Pasal 60, yang berbunyi:
1) Setiap anak berhak untuk memperoleh pendidikan dan
pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya sesuai
dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya.
2) Setiap anak berhak mencari, menerima, dan memberikan
informasi sesuai dengan tingkat intelektualitas dan usianya
demi pengembangan dirinya sepanjang sesuai dengan nilai-
nilai kesusilaan dan kepatutan.
Pasal 60 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia di atas, memuat mengenai kewajiban pemerintah
untuk dapat memenuhi pendidikan dan pengajaran kepada setiap
anak dalam rangka untuk mengembangankan kepribadiannya, serta
pemerintah wajib memenuhi informasi setiap anak sesuai dengan
usia dan tingkat intelektualitasnya sesuai dengan nilai kesusilaan
dan kepatutan.
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Sistem pendidikan nasional memiliki pengertian yaitu keseluruhan
komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk
dapat mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut.61
Kemudian,
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
61
Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
40
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.62
Dengan
demikian, sistem pendidikan nasional menjadi peran penting bagi
bangsa Indonesia, dimana dalam posisinya, Indonesia masih
dikatakan sebagai negara berkembang yang sedang mencari bentuk
mengenai bagaimana cara dan upaya menjadi negara maju
terutama dalam bidang pendidikan.63
Upaya pemerintah dalam menyempurnakan pendidikan di
Indonesia serta sistem pendidikan nasional terdahulu yang termuat
dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, terlihat dari pembentukan regulasi baru
mengenai sistem pendidikan yang telah diperbarui ke dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Undang-
undang (UU) SISDIKNAS merupakan payung hukum yang
mengatur mengenai keseluruhan pelaksanaan pendidikan di
Indonesia.
62
Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. 63
Munirah, “Sistem Pendidikan di Indonesia: antara keinginan dan realita”, auladuna, Vol. 2, No.
2, 2015, hlm. 234.
41
Peran pemerintah dalam memenuhi (fulfill) hak pendidikan warga
negaranya secara jelas dan detil termuat dalam beberapa pasal
dalam SISDIKNAS. Sebagaimana termuat pada Bab IV Pasal 5
Ayat (1) UU SISDIKNAS, menyebutkan: “Setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu”.
Regulasi lainnya mengenai hak pendidikan juga tercantum pada
Pasal 5 Ayat (5), berbunyi: “Setiap warga negara berhak
mendapatkan kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang
hayat”. Pasal 5 Ayat (1) dan (5) di atas mengandung arti, bahwa
pendidikan diberikan bukan hanya berdasarkan ketersediaan
(availability), tetapi juga mutu (quality) dari pendidikan tersebut.
Regulasi yang mengatur mengenai kewajiban pemerintah dalam
memenuhi hak pendidikan warga negaranya juga termuat dalam
Pasal 6 UU SISDIKNAS, yang berbunyi:
1) Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima
belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar.
2) Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap
keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan.
Pada Pasal 6 Ayat (1) SISDIKNAS di atas, dapat dilihat bahwa
pendidikan 9 (sembilan) tahun telah termuat dan diatur dalam
peraturan nasional Indonesia, serta dapat disimpulkan bahwa
pendidikan 9 (sembilan) tahun merupakan hak yang wajib dipenuhi
oleh pemerintah Indonesia bagi setiap warga negaranya.
42
Ketentuan mengenai pelaksanaan pendidikan dasar 9 (sembilan)
tahun telah diatur lebih lanjut pada Pasal 34 UU SISDIKNAS,
berbunyi sebagai berikut:
1) Setiap warga negara yang berusia 6 tahun dapat mengikuti
program wajib belajar.
2) Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya
wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa
memungut biaya.
3) Wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan. Pemerintah,
pemerintah daerah dan masyarakat.
4) Ketentuan mengenai wajib belajar sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah.
D. Sustainable Development Goals sebagai Program Pembangunan
Universal
1. Pengertian Program Sustainable Development Goals
Sidang Umum PBB ke-70 pada bulan September 2015 di New York,
Amerika Serikat, menjadi titik sejarah baru dalam pembangunan global.
Sebanyak 193 kepala negara dan pemerintah dunia hadir untuk
menyepakati agenda pembangunan universal yang dikenal dengan
istilah Sustainable Development Goals (SDGs). SDGs dinyatakan
dengan resolusi Nomor A/RES/70/1 yang dikeluarkan oleh Majelis
Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 25 September 2015 dengan
tema “Transforming our World: the 2030 Agenda for Sustainable
Development”. Program ini merupakan kelanjutan dari Millennium
Development Goals (MDGs) yang dibentuk pada tahun 2000 dan
berakhir pada tahun 2015. Namun, kedua program ini memiliki
perbedaan yang mendasar, baik dari segi substansi maupun proses
43
penyusunannya. MDGs yang disepakati lebih dari 17 tahun yang lalu
hanya berisi 8 tujuan, 21 sasaran, dan 60 indikator, sedangkan SDGs
berisikan 17 tujuan, 169 target pembangunan, dan 230 indikator
tambahan.64
Program SDGs mengakomodasi masalah-masalah pembangunan secara
lebih komprehensif baik kualitatif (dengan mengakomodir isu
pembangunan yang tidak ada di dalam program MDGs) maupun
kuantitatif menargetkan penyelesaian tuntas terhadap setiap tujuan dan
sasarannya. Program SDGs didefinisikan sebagai pembangunan yang
memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi
masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. SDGs
menuntut upaya bersama untuk membangun masa depan yang inklusif,
berkelanjutan dan tangguh bagi umat manusia dan bumi. Selama lima
belas tahun ke depan, dengan sasaran baru yang berlaku secara
universal untuk semua negara, negara-negara akan memobilisasi usaha
untuk mengakhiri semua bentuk kemiskinan, melawan ketidaksetaraan
dan mengatasi perubahan iklim, dengan memastikan bahwa tidak akan
ada negara yang tertinggal (No One Left Behind).65
64
Transforming our world: the 2030 Agenda for Sustainable Development,
https://sustainabledevelopment.un.org/post2015/transformingourworld diakses pada 12 Mei 2018. 65
The Sustainable Development Goals, http://www.un.org/sustainabledevelopment/development-
agenda/ diakses pada 15 Februari 2018.
44
Progam SDGs tidak dirumuskan untuk berjalan secara independen,
karena terdapat kesepakatan-kesepakatan lain yang sejalan dan dapat
menunjang agenda pembangunan SDGs. Kesepakatan yang dibentuk
antara lain, yakni Addis Ababa Action Agenda (AAAA) yang lahir pada
tanggal 27 Juli 2015 dengan Resolusi Majelis Umum PBB Nomor
A/RES/69/313 tentang Addis Ababa Action Agenda of the Third
International Conference on Financing for Development (Addis Ababa
Action Agenda), berisikan agenda kesepakatan antara Head of State
(Kepala Negara), Government (Pemerintah), serta perwakilan dari
berbagai negara untuk mengatasi permasalahan mengenai pembiayaan
program SDGs dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
pembangunan berkelanjutan dalam semangat kemitraan dan solidaritas
global.66
2. Tujuan, Sasaran dan Indikator pada Program Sustainable
Development Goals
Program SDGs memiliki 17 Tujuan, 169 Target, dan 241 Indikator,
dengan 5 pondasi utama yakni, people (manusia), planet (planet),
prosperity (kesejahteraan), peace (perdamaian), dan partnership
(kemitraan), yang diharapkan dapat mengakhiri permasalahan mengenai
kemiskinan, mencapai kesetaraan dan mengatasi perubahan iklim
dengan tenggat waktu pembangunan dari tahun 2015 hingga tahun
66
United Nations, Addis Ababa Action Agenda of the Third International Conference on
Financing
for Development (AAAA), http://www.un.org/esa/ffd/wp-
content/uploads/2015/08/AAAA_Outcome.pd diakses pada 15 Mei 2018.
45
2030.67 Pemetaan Tujuan, Target, dan Indikator SDGs dapat dilihat
pada tabel dibawah berikut:68
Tabel 1.
Tujuan, Sasaran dan Indikator Sustainable Development Goals
No. Tujuan Target Indikator
1 Tanpa Kemiskinan 7 Target 12 Indikator
2 Tanpa Kelaparan 8 Target 14 Indikator
3 Kehidupan Sehat dan Sejahtera 13 Target 26 Indikator
4 Pendidikan Berkualitas 10 Target 11 Indikator
5 Kesetaraan Gender 9 Target 14 Indikator
6 Air Bersih dan Sanitasi Layak 8 Target 11 Indikator
7 Energi Bersih dan Terjangkau 5 Target 6 Indikator
8 Pekerjaan Layak dan
Pertumbuhan Ekonomi
12 Target 17 Indikator
9 Industri, Inovasi, dan
Infrastruktur
8 Target 12 Indikator
10 Berkurangnya Kesenjangan 10 Target 11 Indikator
11 Kota dan Komunitas yang
Berkelanjutan
10 Target 15 Indikator
12 Produksi dan Konsumsi yang
Bertanggung Jawab
11 Target 13 Indikator
13 Penanganan Perubahan Iklim 5 Target 7 Indikator
14 Ekosistem Lautan 10 Target 10 Indikator
15 Ekosistem Daratan 12 Target 14 Indikator
16 Institusi yang Damai, Adil, dan
Kuat
12 Target 23 Indikator
17 Kemitraan untuk Mencapai
Tujuan
19 Target 25 Indikator
Sumber: Sustainable Development Goals (2018)
3. Forum Global Implementasi Program Sustainable Development
Goals
Pembentukan High Level Political Forum (HLPF) PBB adalah mandat
yang tertuang pada tahun 2012 berdasarkan hasil dokumen Konferensi
PBB tentang Pembangunan Berkelanjutan (Rio+20). Melalui Resolusi
67
Preamble, https://sustainabledevelopment.un.org/post2015/transformingourworld diakses pada
15 Mei 2018. 68
Sustainable Development Goals, https://sustainabledevelopment.un.org/sdgs diakses pada 15
Mei 2018.
46
Majelis Umum Nomor A/RES/67/290, HLPF resmi dibentuk untuk
meneruskan tugas Comission Sustainable Development (CSD)
terdahulu dalam hal menindaklanjuti agenda internasional SDGs.69
HLPF adalah platform utama PBB dalam SDGs yang memiliki peran
utama untuk tindak lanjut peninjauan program tersebut di tingkat
global, dengan panduan lebih lanjut mengenai follow-up agenda 2030
SDGs yang telah dibentuk melalui Resolusi Majelis Umum Nomor
A/RES/70/299.70 Sebagai bagian dari mekanisme tindak lanjut dan
peninjauan program SDGs, HLPF mendorong negara-negara anggota
untuk melakukan tinjauan rutin dan inklusif mengenai kemajuan
pembangunannya ditingkat nasional, dan sub-nasional.71
Peninjauan reguler dalam HLPF bersifat sukarela, dengan dipimpin
oleh Dewan Ekonomi dan Sosial PBB (ECOSOC) serta diikuti oleh
stakeholder pemerintah dan non-pemerintah negara-negara terkait.
Dengan menggunakan mekanisme The Voluntary National Reviews
(VNR), peninjauan program SDGs ini bertujuan untuk memfasilitasi
negara-negara yang ikut serta dalam pembangunan SDGs untuk dapat
membagi pengalaman, termasuk keberhasilan, tantangan serta
pelajaran, dengan maksud untuk dapat mempercepat pelaksanaan
agenda 2030 SDGs. Negara-negara yang ikut serta dalam VNR
diharapkan untuk menyerahkan laporan tertulis secara komprehensif
69
Introduction, https://sustainabledevelopment.un.org/hlpf/2018# diakses pada 15 Mei 2018. 70
Resolusi Majelis Umum Nomor A/RES/70/299 tentang peninjauan ulang agenda 2030
Sustainable Development di tingkat global yang dikeluarkan pada tanggal 18 Agustus 2016. 71
High-Level Political Forum, https://sustainabledevelopment.un.org/hlpf diakses pada 15 Mei
2018.
47
setiap satu tahun sekali.72
Pertemuan HLPF pada tahun 2018 ini akan
diadakan pada tanggal 9 Juli sampai dengan 18 Juli 2018 dengan tema,
“transformation towards sustainable and resilient societies”.73
4. Pendidikan sebagai Tujuan ke-4 Program Sustainable Development
Goals
Memperoleh pendidikan berkualitas adalah fondasi untuk
meningkatkan kehidupan masyarakat dan pembangunan berkelanjutan.
Kemajuan besar telah dibuat untuk dapat meningkatkan akses
pendidikan di semua level pendidikan demi meningkatkan angka
partisipan siswa di sekolah. Tetapi nyatanya, masih banyak
permasalahan atas pemenuhan hak pendidikan yang terdapat di berbagai
negara-negara di dunia. Issue inilah yang membuat peran dunia
internasional sangat dibutuhkan dalam kebijakan pemenuhan hak
literasi dan numerasi tiap individu sebagai entitas penerima HAM.74
Kebijakan terbaru dunia internasional adalah pembentukan program
SDGs, dimana pendidikan telah termaktub pada tujuan ke-4 SDGs,
dengan tema “Quality Education”. Pada tujuan ke-4 SDGs, terdapat 10
target dan 10 indikator di dalamnya yang menjadi acuan keberhasilan
suatu negara dalam mengimplementasikan tujuan ke-4 SDGs tersebut.75
72
Inputs to the High-Level Political Forum on Sustainable Development,
https://sustainabledevelopment.un.org/inputs/ diakses pada 15 Mei 2018. 73
Voluntary National Reviews, https://sustainabledevelopment.un.org/hlpf/2018# diakses pada 15
Mei 2018. 74
Goal 4: Ensure inclusive and quality education for all and promote lifelong learning,
https://www.un.org/sustainabledevelopment/education/ diakses pada 15 Mei 2018. 75
Goal 4: Quality Education, http://www.undp.org/content/undp/en/home/sustainable-
development-goals/goal-4-quality-education.html diakses pada 15 Mei 2018.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi yang berjudul,
“Pemenuhan Hak Pendidikan dalam Sustainable Development Goals di
Indonesia” merupakan penelitian berbasis yuridis normatif. Penelitian yuridis
normatif adalah penelitian yang menganalisis norma-norma hukum yang
terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim.
Menurut Jhonny Ibrahim, metode penelitian hukum yuridis normatif adalah
suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan
logika keilmuan hukum berdasarkan sisi normatifnya.76
Melalui metode
penelitian yuridis normatif, peneliti akan menganalisis norma-norma hukum
internasional dan nasional yang terdapat dalam deklarasi, konvensi dan
peraturan perundang-undangan, terkait dengan pelaksanaan pemenuhan hak
pendidikan di negara Indonesia, berdasarkan program Sustainable
Development Goals yang dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.
B. Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah digunakan untuk menganalisis dan memperoleh
informasi mengenai isu yang akan dibahas dalam penelitian. Pendekatan yang
76
Jhonny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayumedia Publishing,
2005, hlm. 47.
49
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan asas-asas hukum (legal
principle approach), pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan
pendekatan analitis (analytical approach)77
dengan menggunakan beberapa
tahapan pendekatan yang terstrukur dan terarah, antara lain:78
1. Pendekatan asas-asas hukum dilakukan untuk mengkaji penerapan asas-
asas hukum atas pengaturan hukum dalam perundang-undangan.
2. Pendekatan perundang-undangan dilakukan dengan menelaah perundang-
undangan yang berkaitan dengan permasalahan yang berkembang dan
tengah dianalisis.
3. Pendekatan analitis dilakukan untuk mengetahui makna yang terkandung
oleh istilah-istilah yang digunakan dalam aturan perundang-undangan
secara konsepsional, sekaligus untuk mengetahui penerapannya dalam
praktik dan putusan-putusan hukum.
C. Sumber Data, Pengumpulan Data, dan Pengolahan Data
1. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan mempelajari bahan-
bahan pustaka berupa peraturan perundang-undangan dan literatur-
literatur lainnya yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.
Data sekunder terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder
dan bahan hukum tersier. Adapaun bahan-bahan data sekunder yang
digunakan dalam penelian ini, antara lain:
77
Ibid. hlm. 310. 78
Ibid. hlm. 321.
50
a. Bahan hukum primer dalam penelitian ini terdiri dari hukum nasional
dan hukum nasional, antara lain:
1) Hukum Nasional Indonesia
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
b) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor 9 Tahun
2007 Tentang Anggaran Dana Pendidikan;
c) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012
Tentang Pendidikan Tinggi;
d) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional;
e) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia;
f) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan;
g) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2018 Tentang Standar Pelayanan Minimal;
h) Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 Tentang
Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan.
i) Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rancangan
Jangka Menengah Nasional;
51
j) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2013 Tentang Standar Nasional Pendidikan;
k) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun
2008 Tentang Wajib Belajar.
2) Pengaturan Hukum Internasional
a) Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia;
b) Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial
dan Budaya;
c) Konvensi Hak Anak;
d) Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa Nomor
A/RES/70/1 Tentang Transforming our world: the 2030
Agenda for Sustainable Development.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan
penjelasan mengenai bahan-bahan hukum primer yang diperoleh dari
studi kepustakaan berupa literatur-literatur, surat kabar, internet,
pendapat para ahli, hasil karya dari kalangan umum yang berkaitan
dengan permasalahan penelitian.
c. Bahan hukum tersier, yakni bahan yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder
seperti kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif, dan sebagainya.
52
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penulisan ini menggunakan studi
kepustakaan. Fungsi dari studi kepustakaan adalah sebagai acuan umum,
yang berisi informasi umum seperti buku, indeks, dan ensiklopedi serta
acuan khusus yang berisi hasil penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan permasalahan penelitian seperti jurnal, laporan, tesis, disertasi,
dan sebagainya. Kegiatan studi pustaka dalam skripsi ini mengikuti
tahap-tahap berikut:
1. Penentuan sumber data sekunder berupa perundang-undangan,
putusan pengadilan, dokumen hukum, catatan hukum, dan literatur
bidang ilmu pengetahuan hukum;
2. Identifikasi data sekunder yang diperlukan, yaitu prosses mencari
dan mengenal bahan hukum;
3. Inventarisasi data yang relevan dengan rumumsan masalah;
4. Pengkajian data yang sudah terkumpul untuk menentukan
relevansinya dengan kebutuhan dan rumusan masalah.
3. Pengolahan Data
Setelah semua data terkumpul, maka data tersebut dapat diolah melalui
tahap-tahap sebagai berikut:
a. Seleksi data, yaitu memeriksa data secara selektif untuk memenuhi
kesesuaian data yang dibutuhkan dalam menjawab permasalahan
dalam penelitian;
53
b. Klasifikasi data, yaitu mengelompokan data sesuai dengan
permasalahan yang telah disusun sehingga diperoleh data yang benar-
benar dibutuhkan dalam penelitian ini;
c. Penyusunan data, yaitu menetapkan data sesuai dengan bidang
pembahasan dan disusun secara sistematis sesusi dengan konsep,
tujuan, dan permasalahan sehingga dapat memberikan jawaban
terhadap permasalahan yang telah disusun.
D. Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan dalam penelitian yang berupa melakukan
kajian atau telaah terhadap hasil pengolahan data yang dibantu dengan teori-
teori yang didapatkan sebelumnya.79
Adapun teknik yang dilakukan peneliti
dalam pengolahan bahan hukum terkait, yakni setelah bahan-bahan tersebut
terkumpul, kemudian tahapan selanjutnya adalah menganalisis menggunakan
teknik deskripsi, yaitu dengan memaparkan bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder.80
Bahan hukum primer dan sekunder yang terkumpul
selanjutnya diberikan evaluasi, kemudian dilakukan intepretasi dan
selanjutnya diajukan argumentasi. Argumentasi disini dilakukan oleh peneliti
guna memberikan penilaian mengenai benar atau salahnya maupun apa yang
seharusnya, menurut hukum terhadap fakta atau peristiwa berdasarkan hasil
penelitian. Dari hal tersebut, selanjutnya akan ditarik kesimpulan secara
sistematis agar tidak timbulnya kontradiksi antara bahan hukum satu dengan
lainnya. Lalu, peneliti juga menggunakan teknik analisis (analysis
79
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hlm. 160. 80
Ibid. hlm. 183.
54
techniques), yakni pemaparan secara mendetail berdasarkan penjelasan yang
didapat pada tahap sebelumnya, yang berkaitan dengan permasalahan dalam
penelitian ini sehingga pada akhirnya akan membentuk pemahaman yang
saling berhubungan secara logis tentang permasalahan terkait.81
81
Ibid.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan ini, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemenuhan hak pendidikan pada tatanan hukum internasional diatur
dalam 3 (tiga) instrumen utama internasional, yaitu DUHAM,
EKOSOB, KHA, serta program pembangunan universal SDGs. Dalam
DUHAM, hak pendidikan tercantum dalam Pasal 26, dimana pasal ini
berisikan ketentuan mengenai pendidikan yang diposisikan sebagai hak
dasar yang wajib diberikan kepada setiap entitas individu, serta pasal ini
juga berisikan mengenai aspek pendidikan yang wajib ditujukan ke arah
perkembangan pribadi setiap individu dengan seluas-luasnya.
Selanjutnya, hak pendidikan juga termuat dalam Pasal 13 EKOSOB,
dimana pasal ini secara tegas mengatur mengenai aspek pendidikan
yang dijadikan sebagai hak fundamental setiap individu, dan
pemerintah wajib mengakui hak tersebut serta wajib memenuhi secara
bertahap seluruh kebutuhan hak pendidikan secara gratis. Kemudian,
hak pendidikan diatur dalam Pasal 28 dan Pasal 29 Ayat (1) KHA,
dimana kedua pasal ini berisikan gagasan mengenai pendidikan dasar
yang menjadi suatu kewajiban untuk dapat dipenuhi oleh negara-negara
peratifikasi konvensi tersebut, serta pola sistem pendidikan yang harus
89
diarahkan pada pengembangan kepribadian anak, penghormatan
terhadap HAM, kebebasan dasar, serta prinsip-prinsip berdasarkan
piagam PBB. Selain terdapat dalam instrumen DUHAM, EKOSOB dan
KHA, hak pendidikan juga diimplementasikan pada program
pembangunan universal SDGs, dimana hak pendidikan tersebut masuk
ke dalam tujuan SDGs ke-4, dengan tema “Quality Education”. Tujuan
ke-4 SDGs ini memuat 10 (sepuluh) target pembangunan dalam bidang
pendidikan bagi setiap individu di dalamnya, yakni: hak untuk
mendapatkan pendidikan dasar dan menengah tanpa dipungut biaya;
hak terhadap akses perkembangan dan pengasuhan anak usia dini; hak
terhadap akses yang sama ke dalam pendidikan teknik, kejuruan, dan
universitas; peningkatan jumlah remaja dan orang dewasa terhadap
keterampilan teknik dan kejuruan; menghilangkan disparitas gender
dalam pendidikan; hak terhadap literasi dan numerasi; pendidikan
berbasis pembangunan berkelanjutan; pembangunan fasilitas
pendidikan ramah penyandang disabilitas; penyebarluasan beasiswa
bagi negara-negara berkembang dan negara kurang berkembang; serta
meningkatkan pasokan guru yang berkualitas. Negara-negara
pengadopsi progam SDGs ini diharapkan dapat memenuhi tujuan-
tujuan yang termuat dalam SDGs, dimana program ini memiliki tenggat
waktu pembangunan, dimulai sejak tahun 2016 sampai dengan 2030
mendatang.
90
2. Pemenuhan hak pendidikan berdasarkan tujuan ke-4 Sustainable
Development Goals (SDGs) pada peraturan perundang-undangan
Indonesia telah diatur melalui berbagai peraturan perundang-undangan,
baik melalui undang-undang yang dibentuk oleh parlemen maupun
peraturan pemerintah (sebagai peraturan pelaksana) yang dibuat oleh
eksekutif (presiden). RPJMN 2015-2019 hanya mencanangkan 5 (lima)
dari 10 (sepuluh) target tujuan ke-4 SDGs. Kelima target tujuan ini telah
diselaraskan ke dalam perundang-undangan terkait. 5 (lima) target
tersebut, yakni: menjamin semua individu menyelesaikan pendidikan dasar
dan menengah tanpa dipungut biaya, dimana target ini telah terpenuhi
dengan adanya regulasi pada Pasal 31 Undang- Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945; Kemudian, target ke-2 adalah menjamin semua
individu untuk memiliki akses terhadap perkembangan anak usia dini,
dimana target ini telah terpenuhi dengan adanya Pasal 28 Ayat (1)
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional; Selanjutnya, target ke-3 adalah menjamin akses yang sama bagi
setiap individu terhadap pendidikan teknik, kejuruan, dan pendidikan
tinggi, dimana target ini telah terpenuhi dengan adanya Pasal 11 Ayat (1)
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional; Lalu, target ke-4 adalah menghilangkan disparitas gender dalam
pendidikan, dimana target ini telah terpenuhi dengan adanya Pasal 4 Ayat
(1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional; Selanjutnya, target ke-5 adalah menjamin semua individu
memiliki kemampuan literasi dan numerasi, dimana target ini telah
91
terpenuhi dengan adanya Pasal 4 Ayat (5) Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
B. Saran
Saran yang diberikan oleh peneliti, yakni:
1. Perlu adanya penyelarasan peraturan perundang-undangan di bidang
pendidikan mengingat peraturan perundang-undangan yang ada saat ini
dibuat sebelum terbentuknya kesepakatan program Sustainable
Development Goals.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdi, Supriyanto., dan Eko Riyadi. 2009. Potret Pemenuhan Hak Atas
Pendidikan dan Perumahan di Era Otonomi Daerah: Analisis
Situasi di Tiga Daerah. Yogyakarta: PUSHAM UII.
Alimi, Yasir. 1999. Advokasi Hak-Hak Perempuan, Membela Hak
Mewujudkan Perubahan. Yogyakarta: LkiS.
Badan Pusat Statistik. 2014. Kajian Indikator Sustainable Development Goals
(SDGs). Jakarta: Badan Pusat Statistik.
___________________. 2016. Potret Awal Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(SDGs) di Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Damanik, Jayadi. 2005. Perlindungan dan Pemenuhan Hak atas Pendidikan.
Jakarta: KOMNAS HAM.
Daulay, Haidar Putra. 2004. Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan
Nasional di Indonesia. Jakarta: Prenada Media.
Davies, Peter. 1994. Hak-hak Asasi Manusia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Effendi, Mansyhur., dan Taufani Sukmana. 2007. HAM dalam
Dimensi/Dinamika Yuridis, Sosial dan Politik. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Effendi, Mansyhur. 2005. Perkembangan dimensi Hak Asasi Manusia
(HAM) & Proses Dinamika Penyusunan Hukum Hak Asasi
Manusia (HAKHAM). Bogor: Ghalia Indonesia.
Fajar, Mukti dan Yulianto Achmad. 2010. Dualisme Penelitian Hukum
Normatif & Empiris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Flower, Nancy. 2000. The Human Rights Education Handbook. Seattle: Human
Rights Resource Center University of Minnesota.
Hays, Francy dan Charles Gale. 2016. Education and the SDGs. Carolina:
FHI360.
Ibrahim, Jhonny. 2005. Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif. Malang:
Bayumedia Publishing.
Kasim, Ifdhal., dan Johanes da Masenus. 2001. Hak Ekonomi, Sosial,
Sosial dan Budaya Esai-Esai Pilihan. Jakarta: ELSAM, 2001.
Komnas HAM. 2013. Pembangunan Berbasi Hak Asasi Manusia: Sebuah
Panduan. Jakarta: Komnas HAM.
Palguna, Gede. 2013. Pengaduan Konstitusional (Constitutional Complaint),
Jakarta: Sinar Grafika.
Praneviciene, Birute dan Aurelija Puraite. 2010. Right to Education in
International Legal Documents, Jurisprudencija. Kaunas: Mykolas
Romeris University.
Rahmat, Abdul. 2014. Pengantar Pendidikan. Gorontalo: Ideas.
Rozak, Abdul. 2003. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani.
Jakarta: Prenada Media.
Soedijarto. 2006. Memantapkan Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Smith, Rhona. 2008. Hukum Hak Asasi Manusia.Yogyakarta: PUSHAM UII.
Sukardjo, M. 2013. Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya. Jakarta:
Grafindo Persada.
Syahrial, M. 2005. Konvensi Ekonomi, Sosial dan Budaya. Jakarta: ELSAM.
UNESCO. 2015. Incheon Declaration and SDG4 - Education 2030
Framework for Action. Incheon: UNESCO. UNESCO Institute for
Statistic.
________. 2015. International Standard Classification of Education. Montreal:
Wignjosoebroto, Soeatandyo. 2007. Hak Asasi Manusia Konsep Dasar
dan Perkembangan Pengertiannya dari Masa ke Masa. Jakarta:
ELSAM.
Dokumen
Millennium Development Goals.
Resolusi Majelis Umum PBB Nomor A/RES/70/1 Tentang Transforming
our world: the 2030 Agenda for Sustainable Development.
Sustainable Development Goals.
Pengaturan Hukum Internasional
a. Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia;
b. Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya;
c. Konvensi Hak Anak.
Pengaturan Hukum Nasional
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor 9 Tahun 2007
Tentang Anggaran Dana Pendidikan;
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang
Pendidikan Tinggi;
d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional;
e. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia;
f. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan;
g. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2018
Tentang Standar Pelayanan Minimal;
h. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 Tentang Pelaksanaan
Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
i. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rancangan Jangka
Menengah Nasional;
j. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2013
Tentang Standar Nasional Pendidikan.
k. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008
Tentang Wajib Belajar.
Jurnal
Bird, Annie. 2011. “Third State Responsibility for Human Rights Violation”.
The European Journal of International Law. Vol. 2. No. 4.
Christenson, Gordon. 1990. “Attributing Acts of Omission to the State”.
Michigan Journal of International Law. Vol 12.
Emmert, Simone. 2011. “Education in Terms of Human Rights”. Procedia Social
and Behavioral Sciences. No. 12.
Foshay, Arthur. 1991. “The Curriculum Matrix: Transcendence and
Mathematics”. Journal of Curriculum and Supervision. Vol. 6. No. 4.
Golay, Christopher. 2012. “Development and Human Rights”. International
Journal on Human Rights. Vol. 9. No. 17.
Joni, Raka. 2005. “Pembelajaran yang Mendidik: Artikulasi Konseptual, Terapan
Kontekstual dan Verifikasi Empirik”. Jurnal Ilmu Pendidikan.
Lundy, Laura dan Karen Orr. 2017. “Children’s Education Rights Global
Perspectives”. Handbook of Children’s Rights. Vol. 22.
Munirah. “Sistem Pendidikan di Indonesia: antara keinginan dan realita”,
auladuna. Vol. 2. No. 2.
Manan, Munafrizal. 2015. “The Implementation of the Right to Education in
Indonesia”. Indonesia Law Review. Vol. 5. No. 1.
Power, Colin dan Junior Sophister. “Education Development: Importance,
Challenges, and Solutions”. The Student Economic Review. Vol.
28.
Ratih, Dyah. 2007. “Pembangunan Pendidikan dan MDGs di Indonesia”.
Jurnal Kependudukan Indonesia. Vol. 2. No 2. Journal of National Security
Law & Policy. Vol. 8. No. 503.
Rona, Gabor dan lauren Aarons. 2017. “State Responsibility to Respect,
Protect and Fulfill Human Rights Obligations in Cyberspace”.
Verma, Justice. 2002. “Human Rights Redefined”. The New Universe of
Human Rights. Journal of the NHRC. Vol. 1. No. 5.
Wahyuni, Fitri. 2015. “Kurikulum dari Masa ke Masa (Telaah atas Pentahapan
Kurikulum Pendidikan di Indonesia)”. Al-Adabiya. Vol. 10. No. 2.
Xaverius, Franciscus. 2016. “Tanggung Jawab Hukum Pemerintah dalam
Penyelenggaraan Pendidikan Nasional”. Tanggung Jawab Hukum
Pemerintah. Vol. 5. No. 1.
Surat Kabar, Majalah, Internet
A Multi-stakeholder Message: Key Principles in the Formulation of SDGs,
https://sustainabledevelopment.un.org/getWSDoc.php?id=3593
A History of Human Rights Education,
http://www.bemis.org.uk/PDF/hre_theory_and_practices.pdf
About the UNESCO Office in Jakarta,
http://www.unesco.org/new/en/jakarta/about-this-office/
About Unicef, https://www.unicef.org/about/who/index_introduction.html
Children’s Education Rights Global Perspectives,
http://www.harryshier.net/docs/Lundy_Orr_Shier-
Childrens_Education_Rights.pdf
Classifying Educational Programmes,
http://www.oecd.org/education/1841854.pdf
Convention on the Rights of the Child,
https://www.unicef.org/crc/index_30177.html
Dari MDGs ke SDGs: Memetik Pelajaran dan Menyiapkan Langkah Konkret,
http://www.smeru.or.id/sites/default/files/publication/news201702.pdf Education transforms lives, https://en.unesco.org/themes/education
First stage of tertiary education, http://www.oecd.org/education/1841854.pdf
17 Goals to Transform Our World, https://www.un.org/sustainabledevelopment/
Goal 4: Ensure inclusive and quality education for all and promote lifelong
learning, http://www.un.org/sustainabledevelopment/education/
Goal 4: Quality Education,
http://www.undp.org/content/undp/en/home/sustainable-development-
goals/goal-4-quality-education.html
Guide to the Education System in the United States,
https://isss.umn.edu/publications/USEducation/4.pdf Hak atas pendidikan,
https://elearning.unsri.ac.id/pluginfile.php/30676/mod_resource/content/
2/Materi%20Tematik%203.%20Hak%20Pendidikan.pdf
Hasil Penelitian RTEI,
https://psma.kemdikbud.go.id/index/?page=berita_detail&id=Nzg
w#.WrAHbqJRIRw
High-Level Political Forum, https://sustainabledevelopment.un.org/hlpf
Human Rights and Education: Human Rights Education, Concept, Types and
Need, Government’s Legislation to Ensure Human Rights Education,
http://results.mu.ac.in/myweb_test/MA%20Education-
Philosophy/Chapter-17.pdf
Human Rights and the 2030 Agenda for Sustainable Development,
https://www.ohchr.org/EN/issues/MDG/Pages/The2030Agenda.aspx
Identifikasi Kewajiban Negara Sebagai Pengemban Tanggung Jawab,
https://www.komnasham.go.id/files/20131117-pembangunan-berbasis-
hak-asasi-$SLP7PE.pdf
Inputs to the High-Level Political Forum on Sustainable Development,
https://sustainabledevelopment.un.org/inputs/
International Human Rights Law,
http://www.ohchr.org/EN/ProfessionalInterest/Pages/InternationalLaw.as
px
International Instruments Right to Education, http://www.right-to-
education.org/sites/right-to-education.org/files/resource-
attachments/RTE_International_Instruments_Right_to_Education_2014.
Introduction, https://sustainabledevelopment.un.org/hlpf/2018#
Komisi Nasional untuk Indonesia,
http://kwriu.kemdikbud.go.id/unesco/program-unesco-di-
indonesia/komisi-nasional-indonesia-untuk-unesco/
Key Policy Messsages, https://www.universal-rights.org/wp-
content/uploads/2017/12/RAPPORT_2017_HUMAN-RIGHTS-SDGS-
PURSUING-SYNERGIES_03_12_2017_digital_use.pdf
Lower secondary level of education, http://www.oecd.org/education/1841854.pdf
Mechanisms for Implementation of Human Rights: A Critical Analysis in
Bangladesh Perspective,
http://www.primeuniversity.edu.bd/070513/journals/v_10_n_1_J_J_2016
/Mechanisms.pdf
Mewujudkan Hak Anak Mendapatkan Pendidikan,
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/1956
04201983011-SOFYAN_SAURI/presentasi_final.pdf
Millennium Development Goals,
http://www.id.undp.org/content/dam/indonesia/docs/MDG/Let%20Speak
%20Out%20for%20MDGs%20-%20ID.pdf
Obligation to fulfill, http://jnslp.com/wp-content/uploads/2017/10/State-
Responsibility-to-Respect_2.pdf
Official list of MDG indicators,
http://mdgs.un.org/unsd/mdg/Host.aspx?Content=Indicators/OfficialList.
htm
Operational Definition of Basic Education,
http://www.unesco.org/education/framework.pdf Pendidikan HAM,
http://lama.elsam.or.id/mobileweb/article.php?id=2933&lang=en
Penguatan Status Legal Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya dalam Konstitusi
dan Sistem Hukum Nasional: Potensi dan Tantangan,
http://www.pusham.uii.ac.id/upl/article/en_ekosob1raf1.pdf
Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan,
https://www.sdg2030indonesia.org/page/5-perpres
Perkembangan Pemikiran HAM, http://referensi.elsam.or.id/wp-
content/uploads/2015/01/Perkembangan-Pemikiran-HAM.pdf
Pokok-Pokok Hukum Hak Asasi Manusia Internasional,
http://lama.elsam.or.id/downloads/1262840928_03._Pokok-
pokok_Hukum_HAM_Internasional.pdf
Preamble, https://sustainabledevelopment.un.org/post2015/transformingourworld
Pre-primary level of education, http://www.oecd.org/education/1841854.pdf
Prinsip-Prinsip Umum dalam HAM,
https://elearning.unsri.ac.id/pluginfile.php/30655/mod_resource/content/
1/Prinsip-Prinsip%20Umum%20Hak%20Azasi%20Manusia.pdf
Purposes and Functions,
http://www.unesco.org/education/pdf/UNESCO_E.PDF
Quality Education: Why It Matters,
http://www.un.org/sustainabledevelopment/wp-
content/uploads/2017/02/ENGLISH_Why_it_Matters_Goal_4_Qu
alityEducation.pdf
Religion and Education: A Children’s Rights Perspective,
https://www.ihrec.ie/download/pdf/kilkelly_religion_and_education_a_c
hildrens_rights_perspective.pdf
Role of Education in Promotion and Protection of Human Rights,
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:http://mag
azines.odisha.gov.in/Orissareview/2012/sep/engpdf/27-31.pdf
RTEI by Country, https://www.rtei.org/en/explore/rtei-
country/?id=ID&year=2016
Specifying the Human Rights Principles,
http://www.mpil.de/files/pdf3/mpunyb_09_Morten_151.pdf State Responsibility to Respect, Protect and Fulfill Human Rights Obligations in
Cyberspace, http://jnslp.com/wp-content/uploads/2017/10/State-
Responsibility-to-Respect_2.pdf
Summary of the UDHR, http://www.eycb.coe.int/Compass/en/pdf/6_2.pdf
Sustainable Development Goals, https://sustainabledevelopment.un.org/sdgs
Sustainable Development Goals 17 Goals to Transform Our World,
http://www.un.org/sustainabledevelopment/sustainable-
development-goals/
SDGs di Indonesia: 2018 dan setelah itu,
http://www.id.undp.org/content/indonesia/id/home/presscenter/articles/20
18/sdgs-di-indonesia--2018-dan-setelah-itu.html?cq_ck=1521445399178
SDGs overview, https://www.un.org/development/desa/statements/wp-
content/uploads/sites/12/2016/01/Overview_SDGs_EN.pdf Sustainable Development Knowledge Platform,
https://sustainabledevelopment.un.org/index.php?page=view&type=111
&nr=8496&menu=35
Targets and Indicators SDG4, https://sustainabledevelopment.un.org/sdg4
Tentang Kami, http://kniu.kemdikbud.go.id/tentang-kami/
Tentang UNESCO, https://kwriu.kemdikbud.go.id/unesco/tentang-unesco/
The Sustainable Development Goals,
http://www.un.org/sustainabledevelopment/development-agenda/
Transforming our world: the 2030 Agenda for Sustainable Development,
https://sustainabledevelopment.un.org/post2015/transformingourworld
Transitioning from MDGs to SDGs: goals, targets and accountability for the post-
2015 agenda,
http://www.un.org/en/development/desa/policy/cdp/cdp_background_pap
ers/bp2015_25.pdf
UNESCO Jakarta, https://kwriu.kemdikbud.go.id/unesco/program-unesco-
di-indonesia/unesco-jakarta/
United Nations, Addis Ababa Action Agenda of the Third International
Conference on Financing for Development (AAAA),
http://www.un.org/esa/ffd/wp-
content/uploads/2015/08/AAAA_Outcome.pd
Voluntary National Reviews, https://sustainabledevelopment.un.org/hlpf/2018#
What We Do, https://www.unicef.org/what-we-do
What Are Human Rights?
http://www.ohchr.org/EN/Issues/Pages/WhatareHumanRights.aspx
What is the Right to Education?,
https://www.hrc.co.nz/files/5114/2388/0504/HRNZ_10_Right_to_educat
ion.pdf
Why We Do It www.unicef.org