pembuatan granul effervescent

Upload: imeginationarea

Post on 02-Jun-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Pembuatan Granul Effervescent

    1/2

    Pembuatan Granul Effervescent

    Suhu dan kelembaban atau relative humidity (RH) merupakan faktor faktor yang sangat

    penting pada pembuatan granul effervescent (Wells et al., 1997) . Suhu dan RH yang rendah

    sangat penting untuk mencegah proses granulasi. Ruangan ber-RH maksimal 25% dan bersuhu

    maksimal 25C, merupakan kondisi yang baik untuk proses pembuatan granul effervescent

    (Liebermen et al., 1992).

    Proses pembuatan granul disebut granulasi. Granulasi dapat dibedakan menjadi dua golongan atas

    dasar digunakan atau tidaknya cairan untuk melarutkan atau mengembangkan bahan pengikat

    granul, yaitu granulasi basah bila digunakan cairan pengikat, dan granulasi kering bila seluruh

    bahan dicampur dan dibuat granul dalam keadaan kering (Krismayadi, 1996).

    Metode granulasi basah adalah metode yang paling tua dan masih banyak dipakai. Metode

    ini digunakan bila bahan aktif tidak dapat dicetak langsung, misalnya karena sifat kompresibilitas

    dan sifat aliran yang kurang baik, sementara dosisnya besar. Metode ini meliputi beberapa tahap,

    yaitu : penimbangan bahan baku, pencampuran, penambahan cairan pengikat, pengayakan I,

    pengeringan dan pengayakan II.

    Penimbangan. Bahan aktif dan bahan tambahan yang diperlukan dalam formula granul

    effervescent ditimbang sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan menggunakan timbangan analitik

    untuk mencapai dosis yang tepat pada saat dicampur dan diproduksi. Penimbangan bahan-bahan

    dilakukan di ruangan bersuhu maksima l 25C dan RH maksimal 25%, karena akan sangat

    mempengaruhi daya effervescing granul yang dihasilkan. Kelembaban yang tinggi akan

    menyebabkan bahan-bahan yang ditimbang menjadi lembab dan tidak dapat digunakan dalam

    pembuatan granul effervescent.

    Pencampuran Awal (Premixing). Bahan-bahan (bahan baku, bahan pengisi, bahan pengikat,

    sumber asam dan sumber karbonat) yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam wadah lalu diaduk

    sampai homogen. Pencampuran awal dalam skala industri menggunakan mixer untuk mendapatkan

    hasil yang lebih homogen.

  • 8/10/2019 Pembuatan Granul Effervescent

    2/2

    Pembuatan Larutan Pengikat. Granul dibentuk dengan cara mengikat serbuk dengan suatu

    perekat sampai massa kompak. Teknik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang

    mengandung pengikat yang ditambahkan ke campuran serbuk. Cairan digunakan untuk melarutkan

    sampai massa yang dibutuhkan hanya lembab bukan basah atau pasta.

    Penambahan Larutan Pengikat. Teori granulasi menurut Newitt dan Conway-Jones yang

    dikutip oleh Sutriyo (2002) meliputi beberapa keadaan yaitupendularataufunicular, capillary dan

    droplet. Campuran pengikat akan membasahi partikel serbuk, keadaan ini disebut keadaan

    pendular ataufunicular. Setelah fase awal, granul mulai terbentuk karena cairan yang terdistribusi

    lebih seragam melewati partikel-partikel serbuk (keadaan kapiler/capillary). Pada keadaan ini

    granul yang dihasilkan tepat dan massa yang basah jika dikempa dengan telapak tangan dapat

    diremukkan dengan mudah menjadi serbuk. Campuran pengikat yang dibasahi secara berlebihan

    biasanya menghasilkan granul yang terlalu keras yang berada dalam keadaan droplet yaitu

    keadaan seluruh cairan mengelilingi granul sampai menghasilkan suatu padatan.

    Pengayakan (Sieving I). Granul yang telah homogen ditekan melalui ayakan 12 mesh agar

    menghasilkan granul yang lebih besar setelah massanya dibasahi. Semua bahan yang telah menjadi

    granul kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 40C selama 3 jam.

    Pengeringan (Drying). Proses pengeringan diperlukan dalam proses granulasi basah untuk

    menghilangkan pelarut yang dipakai pada pembentukan gumpalan gumpalan dan untuk

    mengurangi kelembaban sampai pada tingkat yang optimum. Proses pengeringan ini

    mempengaruhi daya alir dan kompresibilitas granul yang dihasilkan. Cairan yang tertinggal dalam

    granulasi menyebabkan daya alir granul rendah dan kompres ibilitas granul menjadi jelek.

    Pengayakan II (Sieving II). Granul yang telah dikeringkan diayak kembali dengan ayakan 20

    mesh agar granul-granul yang dihasilkan halus/kecil.