pembinaan kader forum komunikasi da’i muda...
TRANSCRIPT
PEMBINAAN KADER FORUM KOMUNIKASI DA’I MUDA INDONESIA (FKDMI)
WILAYAH RAWAMANGUN JAKARTA TIMUR DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERDAKWAH
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
USWATUN HASANAH
NIM. 109051000101
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
PEMBINAAN KADER FORUM KOMUNIKASI DA'I MUDA INDONESIA (FKDMI)
WILAYAH RAWAMANGUN JAKARTA TIMUR DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERDAKWAH
Skripsi
Diaj ukan untuk Memenuhi Persyaratan M emperol eh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
USWATUN HASANAHNIM. 109051000101
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAMFAKULTAS ILMU DAKWAH DAI\{ ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA1434 Hl20l3 M
yah Bimbingan
1996031 001
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul PEMBINAAN KADER FORUM KOMUNIKASIDA'I MUDA INDONESIA (FKDMI) WILAYAH RAWAMANGUNJAKARTA TIMUR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUANBERDAKWAH telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwahdan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 5 September
2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam.
Jakarta, 5 September 20 13
Sidang Munaqasyah
Ketua Sekretaris
c),''/)-/. 2-- a--ur.. lu-ro,irrl.si
NrP. 19630515 199203 1 006
Anggota,
Ade Masturi. MANrP. 197s0606 200710 I 001
Umi MuNIP. 1971081
Penguji I
199503 2 003
Pembimbing
19700903 199603 1 001
2.
J.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya mengatakan bahwa:
1' Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata I (Sl) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah lakarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan
hasit jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia rnenerima sanksi yang berlaku di
universitas Islam Negeri (uIN) Syarif Hidayatuilah Jakarta.
Jakarta,02 Juni20l3
Penulis
Uswatun Hasanah
i
ABSTRAK
Uswatun Hasanah
Pembinaan Kader Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) Wilayah Rawamangun
Jakarta Timur dalam Meningkatkan Kemampuan Berdakwah.
Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) sebagai organisasi kader sekaligus pelopor
gerakan Dakwah dengan segala potensi yang dimilikinya berkewajiban mewujudkan cita-cita masyarakat
madani, khususnya pembinaan yang kontinyu kepada generasi muda muslim untuk dijadikan motivator
dan penggerak sebagai bagian dari proses terwujudnya masyarakat madani. Salah satu cara yang
dilakukan untuk memenuhi tuntutan profesionalisme ini adalah melaksanakn kegiatan pembinaan calon
kader da’i , kegiatan ini dijadikan sebagai sarana pelatihan atau pembekalan yang memberikan wawasan
yang luas tentang dakwah bagi para pengurus dan anggota sebagai calon kader da’i.
Dari konteks diatas, timbul pertanyaan: Bagaimana bentuk pembinaan kader Forum Komunikasi
Da’i Muda Indonesia (FKDMI) dalam meningkatkan kemampuan berdakwah, Metode apa yang
digunakan Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) dalam membina kader untuk
meningkatkan kemampuan berdakwah, Hasil apa yang di capai Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia
dalam membina kader untuk meningkatkan kemampuan berdakwah.
Menurut pendiri Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia, bentuk pembinaan yang dilakukan
dengan cara menyalurkan tenaga-tenaga hasil didik sesuai dengan keahlian atau bidangnya, mengadakan
dan menyelenggarakan ceramah-ceramah dalam rangka menghasilkan peningkatkan peran pemuda dan
da’i muda, mengadakan pelatihan-pelatihan untuk pengembangan dan memperkuat kemampuan da’i
dalam berdakwah, semua bentuk kegiatan untuk mempertinggi kesejahteraan sosial masyarakat, serta
meningkatkan kesejahteraan bagi para pembimbing. Metodenya adalah melakukan pembinaan terhadap
pembimbing, pembinaan terhadap kader, dalam hal ini lembaga dakwah membagi satu metode lagi yaitu
pembinaan mengenai akhlak, kepada allah dan sesama.
Dalam proses pembelajaran, penulis memfokuskan pada dua pembahasan yaitu pembinaan dan
pengkaderan. Pembinaan adalah suatu upaya kegiatan yang terus menerus untuk memperbaiki dan
mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan agar sarana pembinaan mampu mengamalkan ajaran
islam sebagai pola kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, maupun kehidupan
sosial masyarakat. Sedangkan pengkaderan sebagai sebuah pembinaan para anggota bertujuan
menciptakan kader-kader yang akan mendukung dan melaksanakan cita-cita lembaga. Kegiatan ini
dimanfaatkan sebagai sarana dan melatih para kader dalam mental, mengembangkan daya nalar, serta
menggali potensi atau bakat di dalam berdakwah.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Dimana data
yang didapatkan yakni, melalui beberapa sumber referensi bacaan, observasi, wawancara, analisis data.
Dimana penulis meneliti dengan mengumpulkan data melalui observasi langsung ke lapangan, kemudian
melalui wawancara dan menganalisis hasil observasi dan juga wawancara.
Menurut analisa penulis, proses pembinaan kader da’i dalam meningkatkan kemampuan
berdakwah sudah berjalan baik, hal itu bisa dilihat dari hasil penelitian yang penulis lakukan, yaitu
dengan adanya bentuk kegiatan pembinaan dan metode yang dilakukan lembaga dakwah tersebut, hal itu
sudah bisa membuahkan hasil yang bisa diamati sekarang. Selain itu Forum Komunikasi Da’i Muda
Indonesia (FKDMI) juga melakukan kaderisasi tersendiri sebagai upaya percepatan kaderisasi para da’i.
Sehingga Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) juga sudah mempunyai anggota di seluruh
pelosok Nusantara dengan adanya kegiatan pembinaan kader ini.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Tiada kata yang pantas terucap selain puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan karunia-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
serta salam tercurahkan kepada kekasih Allah dan manusia termulia, Nabi Muhammad SAW,
yang telah membuka zaman baru bagi zaman peradaban dunia.
Dalam studi perguruan tinggi, skripsi telah menjadi keharusan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis membahas skripsi
yang berjudul “ Pembinaan Kader Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI)
Wilayah Rawamangun Jakarta Timur Dalam Meningkatkan Kemampuan Berdakwah”.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan
sebesar-besarnya kepada orang-orang dan instansi yang telah membantu terciptanya penulisan
skripsi ini:
1. Bapak Dr. Arief Subhan M.A sebagai dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A Selaku Pembantu Dekan Akademik,
Bapak Drs. Mahmud Djalal, M.A Selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi dan
Keuangan, dan juga Bapak Drs. Study Rizal LK, M.A selaku Pembantu Dekan Bidang
Kemahasiswaan.
2. Bapak Drs. Jumroni, M.si selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, dan
Ibu Dra. Umi Musyarofah, M.A selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
3. Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang telah
membantu mengarahkan seluruh mahasiswi untuk mengikuti proses kegiatan akademik.
iii
4. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku dosen pembimbing yang senantiasa dengan
sabar meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dan memberikan arahan yang
sangat berguna kearah terwujudnya skripsi ini.
5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidyatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang bermanfaat bagi penulis.
6. Seluruh staf perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
Perpustakaan Fakultas, Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Universitas Indonesia,
Perpustakaan UNiversitas Negeri Jakarta yang telah menyediakan berbagai sumber yang
dibutuhkan untuk menulis skripsi ini.
7. Kedua orang tuaku tercinta, yang selalu mendoakan serta memberikan motivasi moril
maupun materil dengan penuh keikhlasan yang sangat berharga bagi penulis.
8. Kakanda tersayng Ahmad Fatoni, Roqiah Umi Kulsum, Nur umamah dan tidak lupa
adikku tercinta Aulia Safitri yang juga selalu mendoakan hingga sampai terselesaikannya
skripsi ini.
9. Sahabat-Sahabat tercinta Yanti, Dinda, Linda, Diah, Ayi, Mustika serta seluruh keluarga
kosan tercintaku Eni, Quroh, Dede, Nana, Ilfa, Rahma, Rinda selama 4 tahun ini kalian
banyak memberikan dukungan dan semangat untuk saya dalam menulis ksripsi ini.
10. Bapak Ibrahim Ahmad Faqih, M.Pd selaku Ketua Umum FKDMI yang juga sangat
memberikan kemudahan bagi penulis untuk mendapatkan berbagai sumber data guna
menyelesaikan skripsi ini.
11. Seluruh jajaran pengurus Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) khususnya
Bapak Abrohul Isnaini, Bapak Moh. Nur Huda yang bersedia menerima penulis untuk
meneliti lembaga dakwah tersebut serta meluangkan waktunya untuk membantu saat
iv
proses wawancara dan observasi lapangan. Serta para anggota kader FKDMI yang
bersedia untuk diminta waktunya ketika diwawancarai.
12. Teman-teman seperjuangan KPI C 2009, yang saling membantu satu sama lain dan tetap
menjaga kekompakan dan silaturrahim.
Dan akhir kata dari penulis, semoga segala bentuk motivasi, dukungan, harapan
dan keberkahan do’a yang diberikan kepada penulis mendapatkan balsan yang berlimpah
dan ridha Allah SWT. Amin Yaa Robbal A’lamin.
Jakarta, 02 Juni 2013
Penulis
Uswatun Hasanah
v
DAFTAR ISI
Abstrak ..................................................................................................................................... i
Kata Pengantar ....................................................................................................................... ii
Daftar Isi .................................................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 6
D. Metodologi Penelitian ................................................................................. 8
E. Tinjauan Pustaka .................................................................... ...................... 9
F. Sistematika Penulisan ................................................................................... 11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pembinaan Da’i .......................................................................... 13
1. Pengertian Pembinaan ............................................................................ 13
2. Pengertian Da’i ....................................................................................... 14
3. Pembinaan Da’i ........................................................................................ 19
B. Metode Pembinaan Da’i ............................................................................... 21
C. Tujuan Pembinaan Da’i ............................................................................... 30
D. Pengkaderan Da’i ........................................................................................ 31
E. Dakwah .......................................................................................................... 34
vi
BAB III PROFIL FORUM KOMUNIKASI DA’I MUDAINDONESIA
(FKDMI)
A. Sejarah Singkat FKDMI .............................................................................. 35
B. Visi dan Misi FKDMI ............ ...................................................................... 37
C. Fungsi, Tujuan dan Usaha FKDMI .............................................................. 39
D. Struktur Organisasi FKDMI ........................................................................ 41
E. Pokok-Pokok Program Kerja FKDMI .......................................................... 43
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS
A. Bentuk Pembinaan Kader FKDMIWilayah Rawamangun Jakarta
Timur dalam Meningkatkan Kemampuan Berdakwah ................................ 52
B. Metode Pembinaan Kader FKDMI Wilayah Rawamangun Jakarta
Timur dalam Meningkatkan Kemampuan Berdakwah ................................ 58
C. Hasil Yang Dicapai Dalam Pembinaan Kader Forum Komunikasi
Da’i Muda Indonesia (FKDMI)Wilayah Rawamangun Jakarta Timur
dalam Meningkatkan Kemampuan Berdakwah .......................................... 61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................. 64
B. Saran-saran .................................................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam beberapa tahun ke depan, masyarakat Indonesia masih akan
menghadapi berbagai tantangan sebagai akibat dari krisis moral, krisis
ekonomi dan politik yang belum sepenuhnya dapat teratasi. Forum
Komunikasi Da’i Muda Indonesia ( FKDMI) sebagai organisasi kader gerakan
dakwah dengan segala potensi yang dimilikinya berkewajiban mewujudkan
cita-cita masyarakat madani, khususnya pembinaan yang kontinyu kepada
generasi muda muslim untuk dijadikan motivator dan penggerak sebagai
bagian dari proses terwujudnya masyarakat madani. Salah satu cara yang
dilakukan untuk memenuhi tuntutan profesionalisme ini adalah melaksanakan
kegiatan pembinaan calon kader da’i, kegiatan ini dijadikan sebagai sarana
pelatihan atau pembekalan yang memberikan wawasan yang luas tentang
dakwah bagi para pengurus dan anggota sebagai calon kader da’i.1
Islam merupakan agama terakhir yang diturunkan Allah kepada Nabi
Muhammad saw, untuk membina umat manusia agar berpegang teguh kepada
ajaran-ajaran yang benar dan diridhai-Nya serta untuk mencapai kebahagian di
dunia dan akhirat. Perkembangan dakwah Islam yang begitu besar adalah
karena Islam disebarluaskan kepada masyarakat dan Islam merupakan agama
dakwah.2
1 Moh. Nur Huda, Keputusan-Keputusan Musyawarah Nasional III Forum Komunikasi
Indonesia FKDMI, (Jakarta: Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Forum Komunikasi Da’i Muda
Indonesia, 2012), cet. Ke 1, h. 38. 2 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, ( Jakarta : Amzah, 2009), h. 16-17.
2
Diwajibkan umat Islam untuk menyampaikan ajaran Islam disebabkan
karena masih banyaknya manusia belum beriman kepada Allah atau mengakui
dirinya beriman tetapi tidak mengimplementasikan ajaran Islam secara
sempurna. Maka, dakwah sebagai suatu ikhtiar untuk menyebarkan ajaran
Islam ditengah masyarakat mutlak diperlukan agar tercipta individu, keluarga
dan mayarakat yang menjadikannya sebagai pola piker (way of thingking) dan
pola hidup (way of life) agara tercapai kehidupan bahagia dunia dan akhirat.3
Tujuan diwajibkannya dakwah Islam adalah mempertemukan kembali
fitrah manusia dengan agama atau menyadarkan manusia supaya mengakui
kebenaran Islam dan mau mengamalkan ajaran Islam. Disamping tujuan
dakwah, fungsi dakwah juga harus mampu mengambil posisi sebagai
stimulator yang dapat memotivasi menuju kepada tingkah laku atau sikap
yang sesuai dengan pesan-pesan dakwah yang disampaikan. Dakwah disini
bentuk komunikasi yang khas baik verbal mau non verbal, dimana seorang
komunikator menyampaikan pesan-pesan yang bersumber atau sesuai dengan
al-qur’an. Agar orang yang menjadi komunikasi berbuat amal sholeh yang
sesuai dengan pesan al-qur’an.4
Salah satu cara untuk memenuhi tuntunan itu adalah menciptakan para
da’i yang benar-benar berjuang di jalan Allah dengan memiliki berbagai
kemampuan yang dibutuhkan dalam pengembangan dakwah Islam. Hal ini
menyebabkan pentingnya pembinaan khusus para da’i muda agar beberapa di
3 Nurul Badruttamam, Dakwah Kolaborratif Tarmizi Taher, ( Jakarta: Grafindo, 2005),
Cet. Ke- 1, h. 40.
4 Muhammad Nor, Visi Kebangkitan Relegius, Refleksi Pemikiran dan Perjuangan Tuan
Guru Kiai Haji Muhammad Zaenuddin Abdul Majid, ( Jakarta : PT. Logos Wacana Ilmu, 1982),
h. 97.
3
kalangan umat Islam yang benar-benar eksis melakukan dan menyiarkan
dakwah Islam dengan memiliki kompetensi di bidang dakwah tersebut.
Dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, diperlukan
sumber daya manusia yang dapat mengimbanginya. Pada tataran ini kita bisa
mengutip ungkapan dari Hamka: “Bahwa jayanya atau suksesnya suatu
dakwah memang sangat tergantung pada pribadi dari pembawa dakwah itu
sendiri atau yang lebih popular dengan da’i”.5
Demi untuk mewujudkan misi dakwah dalam masyarakat maka
dakwah sebagai pembentuk manusia perlu selalu mawas diri ke dalam dengan
memperkuat diri melalui penelitian terus menerus akan kekurangan-
kekurangan dirinya serta mencari jalan yang lebih efektif untuk masa depan
dan pengalaman yang lalu untuk perbaikan masa yang akan datang, kemudian
mengembangkan cara-cara baru dan secara berkala tetapi mengadakan
kaderisasi, penataran, latihan dan sebagainya agar pendukung dakwah yakni
pada da’i lebih terampil dalam menunaikannya.6
Aktivitas dakwah yang disyiarkan melalui media seperti tabligh atau
yang lainnya diperlukan suatu perangkat organisasi yang terstruktur secara
sistematis, terarah, terencana dan mencapai tujuan untuk mendidik dan
membina para peserta didik demi terwujudnya aktivitas dakwah dan
penyampaian dakwah dapat berjalan dengan baik, efektif dan efisien apabila
mampu bekerja secara professional dan benar, sesuai dengan apa yang
dikemukakan Atsar Shahabi apabila diserahkan tugas bukan pada ahlinya
maka tunggulah saat-saat kehancurannya.7
5 Hamka, Prinsip dan Kebijakan Dakwah Islam, ( Jakarta : Uminda, 1982), h. 18.
6 M. Syafaat Habib, Buku Pedoman Dakwah, ( Jakarta : Wijaya, 1982), h. 242.
7 Hasanunudin Abu Bakar, Visi dan Misi Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, (Jakarta:
Media Dakwah, 1999), h. 19.
4
Dakwah pada hakikatnya adalah usaha untuk mengubah seseorang atau
suatu masyarakat menuju keadaan yang lebih baik sesuai dengan perintah
Allah SWT dan tuntunan Rasulnya. Pada masyarakat Indonesia dakwah
dimaksudkan untuk mengubah posisi dan situasi serta kondisi umat Islam
Indonesia khusunya yang timpang menuju keadaan yang lebih baik sesuai
dengan tuntunan Allah dan Rasulnya.8
Pentingnya komunikasi bagi manusia tidak dipungkiri begitu juga
halnya dengan organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dengan adanya
komunikasi yang baik di suatu organisasi. Tujuan organisasi adalah
mmeprbaiki organisasi. Memperbaiki organisasi biasanya ditafsirkan sebagai “
memperbaiki hal-hal untuk mencapai tujuan manajemen”. Dengan kata lain,
orang mempelajari komunikasi organisasi untuk menjadi yang lebih baik.
Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia ( FKDMI) merupakan
organisasi formal, yang memberikan informasi, wawasan dan pengajaran
khusus keagaman dan menciptakan kader-kader da’i muda yang mempunyai
bakat berdakwah dan meningkatkan komunikasi dengan mengadakan berbagai
pertemuan dalam bentuk seminar, dalam rangka mengefektifkan kegiatan
dakwah.9
Selain itu Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia ( FKDMI ) juga
sebagai organisasi kader sekaligus pelopor gerakan dakwah dengan segala
potensi yang dimilikinya berkewajiban mewujudkan cita-cita masyarakat
madani, khususnya pembinaan yang kontinyu kepada generasi muda muslim
8 Zakky Mubarak, Dakwah dan Globalisasi, ( Jakarta : ELSAS, 2000), cet. Ke 1, h. 23.
9 Moh. Nur Huda, Keputusan-Keputusan Musyawarah Nasional III Forum Komunikasi
Da’i Muda Indonesia FKDMI, ( Jakarta : Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Forum Komunikasi
Da’i Muda Indonesia, 2012), Cet. Ke 1, h. 14.
5
untuk dijadikan motivator dan penggerak sebagai bagian dari proses
terwujudkan masyarakat madani.10
FKDMI berdiri sejak 17 Desember 1996 bertepatan dengan tanggal 14
sya’ban 1417 H di Jakarta dengan tujuan terciptanya pribadi da’i yang berilmu
dan beriman sempurna berdasarkan al-qur’an dan Sunnah Rasul, serta
memiliki profesionalisme, wawasan luas dan khasanah intelektual Islam.
Sebagai salah satu forum komunikasi umat Islam, FKDMI mempunyai fungsi,
peranan dan potensi yang besar dalam mensyiarkan agama Islam dikalangan
generasi muda dan meningkatkan kecerdasan para generasi muda tentang
agama.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi tuntutan
profesionalisme ini adalah melaksanaan kegiatan pembinaan kader da’i atau
juru dakwah, kegiatan ini dijadikan sebagai sarana pelatihan atau pembekalan
yang member wawasan yang luas tentang dakwah bagi anggota dan juga
pengurus sebagai calon kader da’i muda, karena didalamnya terdapat pelatihan
mental dan daya nalar para anggota tersebut dalam memberikan atau
menguraiakan materi serta dapat mengembangkan potensi yang telah mereka
miliki. Kegiatan ini diharapkan melahirkan calon-calon juru dakwah yang
memiliki keahlian dan kemampuan sesuai dengan yang diperlukan oleh
mad’u.
Salah satu lembaga yang memiliki program pembinaan kader da’i
dalam meningkatkan kemampuan berdakwah ini adalah Forum Komunikasi
Da’i Muda Indonesia, yang berada di wilayah Rawamangun Jakarta Timur.
10
. Nur Huda, Keputusan-Keputusan Musyawarah Nasional III Forum Komunikasi Da’i
Muda Indonesia FKDMI,h. 38.
6
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mencoba
mengangkat judul skripsi “ Pembinaan Kader Forum Komunikasi Da’i
Muda Indonesia wilayah Rawamangun Jakarta Timur dalam
Meningkatkan Kemampuan Berdakwah”.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Untuk mempermudah peneliti dalam membuat tulisan ini, maka perlu
adanya pembatasan yang diputuskan pada aktifitas pembinaan kader da’i
di Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia wilayah Rawamangun Jakarta
Timur di masa kepengurusan masa khidmat Tahun 2012-2016.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas dan
memperjelas pokok permasalahan tersebut, peneliti merumuskan dalam
perumusan maslah sebagai berikut:
a. Bagaimana bentuk pembinaan kader Forum Komunikasi Da’i Muda
Indonesia Wilayah Rawamangun Jakarta Timurdalam meningkatkan
kemampuan berdakwah?
b. Metode apa yang digunakan Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia
dalam membina kader Wilayah Jakarta Timur untuk meningkatkan
kemampuan berdakwah?
c. Hasil apa yang dicapai Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia
dalam membina kader Wilayah Rawamangun Jakarta Timur untuk
meningkatkan kemampuan berdakwah?
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun Tujuan Penelitian ini adalah :
Berkenaan dengan pokok permasalahan di atas, maka tujuan penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan informasi mengenai bentuk pembinaan kader
Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia ( FKDMI ) wilayah
Rawamangun Jakarta Timur dalam meningkatkan kemampuan
berdakwah.
2. Untuk mengetahui metode apa yang digunakan Forum Komunikasi
Da’i Muda Indonesia ( FKDMI ) dalam membina kader wilayah
Rawamangun Jakarta Timur untuk meningkatkan kemampuan
berdakwah.
3. Untuk mengetahui hasil apa yang dicapai dalam pembinaan kader
Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia ( FKDMI ) wilayah
Rawamangun Jakarta Timur untuk meningkatkan kemampuan
berdakwah.
Adapun manfaat Penelitian ini adalah :
1. Manfaat akademik
Untuk menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman
peneliti dengan konsep dan metodologi pada penelitian ini, juga
memberikan masukan bagi pengembangan wacana keilmuan sebagai
alat bantu utama.
2. Manfaat praktis.
Untuk memberikan kontribusi bagi para praktisi dakwah pada
umumnya dan Fakultas Ilmu Dakwah dan Fakultas Ilmu Komunikasi.
8
D. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian.
Penelitian ini memakai metode Penelitian Analisis deskriptif, yaitu
“penelitian yang berusaha menerangkan tau menggambarkan peristiwa
yang terjadi pada subyek penelitian pada masa sekarang kemudian
dijelaskan, dianalisa dan disajikan sedemikian rupa sehingga merupakan
gambaran yang sistimatis”.11
Dalam hal ini peneliti menggambarkan
langsung tentang pembinaan kader da’i di Forum Komunikasi Da’i Muda
Indonesia sebagaimana adanya, dengan mengumpulkan data-data yang
akurat dan kemudian di analisis.
2. Bentuk data dan sumber data
Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari respoden
berupa catatan tertulis dan wawancara kepada pengurus, pembimbing,
serta dari anggota.
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber
tertulis yang terdapat dalam buku dan dokumen. Dalam hal ini peneliti
mengumpulkan informasi berupa arsip-arsip, buku-buku dan lainnya yang
berkaitan dengan pembahasan dalam penulisan ini.
3. Tekhnik pengumpulan data
Adapun tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai
berikut:
a. Survei atau observasi yaitu mengumpulkan data sederhana dalam
rangka mempelajari fenomena, menerangkan dan menjelaskan, baik itu
untuk keperluan praktis maupun teoritis.12
11
Irawan Suhartono, Metode Penelitian Sosial, Bandung : PT. Remaja Rosda kary, 2004
Cet ke-6 h. 35 12
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta : logos 1997 Cet ke 1, h. 64.
9
Observasi yaitu suatu tehnik pengumpulan data dengan cara
melakukan pengamatan langsung ke lembaga atau instansi dlam
rangka mencocokan data yang diperoleh dari angket atau wawancara,
dalam hal ini peneliti melakukan survei di Forum Komunikasi Da’i
Muda Indonesia ( FKDMI ) wilayah Rawamangun Jakarta Timur, dari
tanggal 25 maret 2013 – 14 juni 2013 dalam mencari informasi dan
mendapatkan bahan penelitian.
b. Wawancara, yaitu teknis dalam upaya menghimpun data yang akurat
untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu
yang sesuai dengan data. 13
tekhnik yang digunakan adalah intervensi
bebas terpimpin yaitu penulis mengajukan beberapa pertanyaan yang
telah di persiapkan, kemudian langsung di jawab oleh informasi
dengan bebas terbuka. Dalam hal ini penulis akan memberikan
pertanyaan kepada ketua lembaga Forum Komunikasi Da’i Muda
Indonesia Bapak Ibrahim Ahmad Faqih M.Pd, seorang Pembina Bapak
Moh. Nur Huda, Sos. I, Abrohul Isnaini, S.Hi dan seorang anggota
yang ikut serta aktif dalam pembinaan kader da’i.
c. Dokumentasi.
Peneliti akan mengumpulkan informasi berupa arsip-arsip, buku-buku
dan lainnya yang berkaitan dengan pembahasan dalam penulisan ini.
4. Analisa Data.
Analisa data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data
kedalam kelompok, kategori dan satu luaran dasara.14
Analisa ini
13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian dan Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta :
Bineka Cipta, 1996) Cet ke-10, h. 120. 14
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian dan Suatu Pendekatan Praktek,h. 72.
10
dilakukan terus menerus selama pengumpulan data berlangsung maupun
setelah data terkumpul. Adapun tehnik analisis data yang peneliti gunakan
adalah Deskriptif Kualitatif dengan menggunakan studi kasus dalam hal
ini peneliti melakukan pengorganisasian mengurutkan data-data yang di
dapatkan melalui survei, wawancara dan dokumentasi untuk
dikelompokan hingga menjadi sebuah hasil karya.
5. Pedoman Penulisan.
Pedoman penulisan dalam skripsi ini, menggunakan pedoman penulisan
karya ilmiah ( skripsi, tesis, dan disertasi ) yang diterbitkan oleh CEQDA
(Center For Quality Development and Assurance) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini, telah dilakukan tinjauan pustaka
terhadap skripsi terdahulu yang mempunyai judul atau objek dan subyek
penelitian yang hampir sama dengan yang penulis teliti. Maksud tinjauan
kepustakaan ini adalah agar dapat diketahui bahwa apa yang penulis teliti
sekarang tidak sama dengan penelitian dari skripsi-skripsi terdahulu. Setelah
diteliti ternyata ada judul yang membahas seputar pembinaan da’i diantaranya:
1. “ Pendidikan Khusus Mubaligh Di Yayasan Darussalam Reni Jaya
Sawangan Depok”. Oleh Nurhasannah, Mahasiswa Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam Tahun 2006. Penelitiannya terfokus pada pendidikan
khusus mubaligh, dimana berisi tentang pelaksanaan, metode, materi dan
hasil dari pelaksanaan pendidikan khusus mubaligh.
11
2. “ Pembinaan Calon Mubaligh Melalui Muhadharah Di Yayasan Yatim
Piatu Miftahul Ulum Kelurahan Gandul Depok”. Oleh Rizka Aulia
Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Tahun 2008.
Penelitiannya terfokus pada pembinaan calon mubaligh, dimana berisi
tentang pelaksanaan, metode, dan upaya yang dilakukan oleh yayasan
pelaksanaan pembinaan mubaligh, hasil pelaksanaan pembinaan mubaligh.
Sedangkan judul skripsi penulis adalah “ Pembinaan Kader Forum
Komunikasi Da’i Muda Indonesia wilayah Rawamangun Jakarta Timur
dalam Meningkatkan Kemampuan Berdakwah”. Disini penulis membahas
tentang bentuk pembinaan, Metode Pembinaan Kader da’i dalam
Meningkatkan Kemampuan Berdakwa, Hasil yang dicapai dalam
pembinaan kader da’i untuk meningkatkan kemampuan berdakwah.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam memahami skripsi ini, penulis membagi
pembahasan dalam lima bab, yaitu:
BAB I Pendahuluan yang membahas latar belakang masalah,
pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian,
sistematika penelitian.
BAB II Landasan teori yang terdiri dari pengertian pembinaan da’i,
metode pembinaan da’i, tujuan pembinaan da’i, pembinaan
kader da’i, pengertian dakwah.
BAB III Profil Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI),
yang membahas sejarah singkat Forum Komunikasi Da’i Muda
12
Indonesia, visi dan misi FKDMI, fungsi, tujuan dan usaha
FKDMI, struktur organisasi FKDMI, dan pokok-pokok
program kerja FKDMI.
BAB IV Temuan dan analisis data membahas tentang bentuk
pelaksanaan pembinaan kader wilayah Rawamangun Jakarta
Timur dalam Meningkatkan Kemampuan Berdakwah, metode
pembinaan kader FKDMI wilayah Rawamangun Jakarta
Timur dalam Meningkatkan Kemampuan Berdakwah, hasil
yang dicapai dalam pembinaan kader FKDMI wilayah
Rawamangun Jakarta Timur dalam Menigkatkan Kemampuan
Berdakwah.
BAB V Penutup membahas tentang kesimpulan, saran-saran, daftar
pustaka, dan lampiran-lampiran.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pembinaan Da’i
1. Pengertian Pembinaan
Pembinaan berarti sebuah proses, perbuatan, cara, membina,
penyempurnaan, usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara
berdaya guna dan berhasil guna memperoleh hasil yang lebih baik.
Kata pembinaan berasal dari bahasa arab “Bina” artinya
bangunan. Setelah dibakukan ke dalam bahasa Indonesia, jika diberi
awalan “pe-“ dan akhiran “an” menjadi pembinaan yang mempunyai arti
pembaruan, penyempurnaan usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan
secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang
lebih baik.1
Arti kata “pembinaan” dari segi terminologi, yaitu:
a. Pembinaan adalah suatu upaya, usaha kegiatan yang terus-
menerus untuk mempelajari, meningkatkan, menyempurnakan,
mengarahkan, mengembangkan kemampuan untuk mencapai
tujuan agar sasaran pembinaan mampu menghayati dan
mengamalkan ajaran Islam sebagai pola kehidupan sehari-hari
baik dalam kehidupan pribadi, keluarga maupun kehidupan
sosial.2
b. Pembinaan adalah segala upaya pengelolaan berupa merintis,
meletakkan dasar melatih, membiasakan, memelihara,
mencegah, mengawasi, menyantuni, mengarahkan serta
mengembangkan kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan,
mewujudkan manusia sejahtera dengan mengadakan dan
menggunakan segala daya dan dana yang dimiliki.3
1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :
Balai Pustaka, 1994), Cet. Ke-2, h. 117. 2 Proyek Penerangan Bimbing Khutbah Dakwah Agama, Pembinaan Rohani Pada
Dharma Wanita, Penerbit DEPAG, 1984, h.8. 3 Badan Penasehat Perkawinan, Perselisihan, dan Perceraian BP-4, Membina Keluarga
Bahagia Dan Sejahtera, (Jakarta: BP-4, 1994), h.3.
14
c. Pembinaan adalah suatu upaya kegiatan yang terus menerus
untuk memperbaiki, meningkatkan, menyempurnakan,
mengarahkan dan mengembangkn kemampuan untuk mencapai
tujuan agar sarana pembinaan mampu menghayati dan
mengamalkan ajaran Islam sebagai pola kehidupan sehari-hari
baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, maupun kehidupan
sosial masyarakat.4
Sedangkan pembinaan menurut Prof. Zakiyah Daradjat dalam
bukunya yang berjudul Ilmu Jiwa Raga mengatakan bahwa
“pembinaan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara
sadar, berencana, terarah, teratur, dan bertanggung jawab, dalam
rangka memperkenalkan, menumbuhkan, mengembangkan suatu
dasar kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras. Pengetahuan dan
keterampialn sesuai dengan bakat, keinginan serta prakarsa sendiri,
menambah, meningkatkan dan mengembangkan kerah tercapainya
martabat, mutu dan kemampuan manusia yang optimal dan pribadi
yang mandiri”.5
Dari beberapa definisi di atas, jelaslah bahwa pembinaan itu
merupakan suatu usaha terus menerus untuk melatih, mendidik dan
mengembangkan suatu dasar kepribadian yang dimiliki seseorang
dalam mencapai suatu kesempurnaan dengan bakat yang dimilki dari
masing-masing karakter dan kepribadian.
2. Pengertian Da’i
Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap muslim dapat
sebagai da‟i yang mempunyai kewajiban untuk menyampaikan ajaran-
ajaran Islam kepada seluruh umat manusia dengan kemampuan, sehingga
4 Proyek Penerangan Bimbingan Khutbah/ Dakwah Agama, Pembinaan Rohani Pada
Dharma Wanita. ( Jakarta : depag, 1994 ), h.8 5 Zakiya Daradjat, Ilmu Jiwa Raga, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1976 ) cet ke-15, h.36.
15
dengan demikian kita mengenal istilah total dakwah yaitu suatu proses
dimana setiap muslim dapat mendayagunakan kemampuan dalam rangka
mempengaruhi orang lain agar bersikap dan bertingkah laku sesuai
dengan ajaran Islam.6
Da‟i adalah orang yang melakukan atau melaksanakan dakwah
baik lisan maupun tulisan ataupun perbuatan secara individu, kelompok
atau berbentuk organisasi atau lembaga. Da‟i sering juga disebut
mubaligh (orang yang menyampaikan ajaran Islam). Pada dasarnya
semua pribadi muslim itu berperan secara otomatis, sebagai mubaligh
atau da‟i dalam bahasa komunikasi disebut komunikator.
Da‟i secara etimologis berasal dari bahasa arab, yaitu dari kata
(da‟ain) yang merupakan bentuk isim fail (kata menunjukan pelaku) yang
artinya orang yang melakukan dakwah. Sedangkan secara terminologis
da‟i yaitu setiap muslim yang berakal mukallaf (aqil baligh) dengan
kewajiban dakwah.7
Menurut Hamzah Ya‟qub, da‟i adalah seorang muslim yang
memiliki syarat-syarat tertentu yang dapat melaksanakan dakwah dengan
baik.8 Seorang da‟i dituntut untuk memiliki kemampuan khusus yang
berkualitas dengan tugas dakwahnya, dengan kemampuan yang
dimilikinya itu akan lebih memudahkan dalam mencapai hasil dan tujuan
dalam berdakwah.
6 Toto Tasmaran, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: CV. Gaya Media Pratama, 1987), h.
40. 7 Idris Abdul Somad, Diklat ilmu dakwah, (Depok: T.pn., 2004), h. 6.
8 Hamzah Ya‟qub, Publistik Tekhnik Dakwah dan Leadership, (Bandung: CV.
Diponegoro, 1986), h. 36.
16
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT. yang berbunyi dalam
surat Ali Imran ayat 110:
Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka
ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik. (QS. Ali Imron 110).
Da‟i adalah orang yang menyeru, memanggil, mengundang atau
mengajak.9 Yaitu memanggil untuk melaksanakan perintah yang baik dan
mencegah yang munkar (amar ma’ruf nahi munkar) sesuai ajaran Islam,
panggilan tersebut merupakan tugas dan kewajiban setiap muslim
dimanapun mereka berada menurut kadar kemampuannya.
Pada dasarnya tugas pokok seorang da‟i adalah meneruskan tugas
Nabi Muhammad SAW, yakni menyampaikan ajaran-ajaran Allah seperti
termuat dalam Al-quran dan sunnah Rasullah. Lebih tegas lagi bahwa
tugas da‟i adalah merealisasikan ajaran-ajaran Alquran dan sunnah di
tengah masyarakat sehingga Alquran dan sunnah dijadikan sebagai
pedoman dan penuntun hidupnya. Tugas da‟i sangatlah berat karena ia
harus mampu menterjemahkan bahasa Alquran dan sunnah ke dalam
bahasa yang dapat dimengerti oleh masyarakatnya. Keberadaan da‟i
9 A.H Hasanuddin, Retorika Dakwah dan Publistik dalam kepimpinan, (Surabaya
:Usaha Nasional 1982). Cet. Ke-1 h. 33.
17
dalam masyarakat luas mempunyai fungi yang cukup menentukan.
Fungsi da‟ adalah sebagai berikut:
a. Meluruskan akidah.
b. Memotivasi umat untuk beribadah dengan baik dan benar.
c. Menegakkan amar ma‟ruf nahi munkar.
d. Menolak kebudayaan yang destruktif.
Keberadaan da‟i di tengah masyarakat tidak dapat dipisahkan
bahwa dirinya adalah sebagai agent of chage (agen pembaharu) yang
berarti ia harus inovatif, dinamis serta kreatif. Ia harus selalu mencari
ide-ide baru dan mengembangkannya sehingga terwujud suatu
masyarakatyang lebih maju ketimbang hari-hari sebelumnya. Ia juga
sebagai key people (manusia penentu) yang berarti ia harus tanggap,
tegas dan bijaksana dalam memutuskan sesuatu.
Sifat-sifat seorang da‟i antara lain dapat disebutkan sebagai berikut:
a. Da‟i harus beriman dan bertaqwa kepada Allah.
b. Da‟i harus ikhlas dalam melaksanakan dakwah, dan tidak
mengdepankan kepentingan pribadi.
c. Da‟i harus ramah dan penuh pengertian.
d. Da‟i harus tawadhu atau rendah hati.
e. Da‟i harus sederhana dan jujur dalam tindakannya.
f. Da‟i harus tidak memiliki sifat egoism.
g. Da‟i harus memiliki semangat yang tinggi dalam tugasnya.
h. Da‟i harus sabar dan tawakkal dalm melaksanakan tugas dakwah.
i. Da‟i harus memiliki jiwa toleransi yang tinggi.
j. Da‟i harus memiliki sifat terbuka atau demokratis.
k. Da‟i tidak memiliki penyakit hati atau dengki.10
Seorang da‟i sebagai juru dakwah memiliki tanggung jawab yang
lebih besar terhadap dirinya sendiri dari pada terhadap masyarakat.
Karena apapun yang disampaikannya kepada masyarakat haruslah sesuai
10
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah, 2009). Cet. Ke-1 h. 70-77.
18
dengan perbuatannya sehari-hari.11
Setiap orang yang menjalankan
aktivitas dakwah, hendaklah memilki kepribadian yang baik bagi seorang
da‟i. hal ini karena seorang da‟i adalah figur yang dicontohkan dalam
segala tingkah laku dan geraknya. Oleh karena itu, ia hendaklah menjadi
uswatun hasanah bagi masyarakatnya. Da‟i ibarat seorang guide atau
pemandu terhadap orang-orang yang ingin mendapatkan hidup di dunia
dan akhirat.
Untuk melakukan aktivitas dakwah, seorang da‟i perlu
mempunyai syarat-syarat dan kemampuan tertentu agar berdakwah
dengan hasil yang baik dan sampai pada tujuannya. Persyaratannya dan
kemampuan yang perlu dimiliki oleh da‟i secara umum bisa mencontoh
kepada Rasulullah SAW. Merupakan standar atau uswatun hasanah bagi
umatnya, maka tentunya hal itupun berlaku dalam dakwah Islam.12
Da‟i akan berhasil dalam tugas melaksanakan dakwah jika
dibekali kemampuan-kemampuan yang berkaitan dengannya.
Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki da‟i antara lain adalah:
a. Kemampuan berkomunikasi
b. Kemampuan menguasai diri
c. Kemampuan pengetahuan psikologi
d. Pengetahuan-pengetahuan pendidikan
e. Kemampuan di bidang al-Qur‟an
f. Kemampuan pengetahuan di bidang umum
g. Kemampuan membaca al-Qur‟an dengan fasih
h. Kemampuan pengetahuan di bidang hadis
i. Kemampuan di bidang agama secara integral.13
11
Alwisral Imam Zaidullah dan Khaidir Khatib Bandaro, Strategi Dakwah dalam
Membentuk Da’i dan Khotib Professional, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002, Cet. Ke-1, h. 97.
12 H. Nawawi Rambe, Sejarah Dakwah Islam,(Jakarta: Wijaya, 1985). Cet. Ke-13 h. 10.
13 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 79-85.
19
Pada dasarnya seorang juru dakwah hendaklah memiliki
kemmapuan komprehensif di dalam maslah-masalah agama Islam,
disamping sekaligus mengamalkannya. Sehingga dengan demikian, kunci
sukses seorang da‟i terletak pada kesungguhan dan keikhlasan dalam
menyampaikan ajaran-ajaran Islam.
Dalam membina kader da‟i yang harus diperhatikan adalah
bagaimana meningkatkan kualitas da‟i agar kader da‟i mampu untuk
melaksanakan tugas sebagai penerus dakwah para Rasul yang mengajak
umat manusia ke jalan Allah. Selain da‟i fokus terhadap pada masalah-
masalah agama akan tetapi mampu memberi jawaban dari tuntutan
realitas yang dihadapi masyarakat masa kini dan masa yang akan datang
karena da‟i sebagai teladan masyarakat da‟i juga dituntut lebih
berkualitas dan mampu menafsirkan umat.
Keberhasilan dakwah sangat ditentukan dalam membina kualitas
da‟i yaitu tingkat atau taraf kemampuan dan bakat yang dimiliki santri
baik personal maupun struktural dalam gerakan dakwah dan dalam skala
personal, hendaknya setiap aktivitas gerakan dakwah senantiasa
mengupayakan peningkatan berbagai segi kualitas pribadi santri seperti
kualitas spiritual, kualitas moral, kualitas intelektual maupun kualitas
amal.14
3. Pembinaan Da’i
Takwin atau pembinaan pada dasarnya adalah mentarbiyah orang
dengan standar kengotaan dalam organisasi untuk memainkan perannya yang
14
Cahyadi Takariawan, Prinsip-Prinsip Dakwah, (Yogyakarta: Izzan Pustaka, 2005), h.
40.
20
optimal bagi pelayanan Islam. Hal ini dilakukan melalui berbagai pertemuan.
Kegiatan pembinaan diawali dengan pemahaman kepada hal-hal yang
penting dalam Islam yang perlu dilakukannya dalam menghadapi realitas
kehidupan sehari-hari, mengetahui amalan sunah seharin, pekanan, bulanan
dalam batas-batas tertentu. Oleh karena itu, diharapkan pada ini setiap
muslim mempelajari buku yang ringkas tentang akidah, fikih, cara membaca
al-qur‟an, tajwid, dan menghafal surat-surat yang disunahkan untuk dihafal.
Selain itu juga perlu mengetahui hal-hal yang syubhat dan kesalahan
pemahaman tentang Islam yang sengaja ditimbulkan oleh musuh-musuh
Islam.
Kegiatan pembinaan juga memberikan pengetahuan dan pemahaman
tentang pertarungan antara Islam dan musuh-musuhnya serta mengetahui
beberapa hal penting tentang fikih dakwah. Hal-hal tersebut merupak kadar
minimal ilmu pengetahuan yang dimilki oleh setiap muslim. Kegiatan
pembinaan juga mengarahkan kepada keseriusan individu untuk menegakkan
shalat, mengeluarkan zakat, memberikan loyalitas kepada Islam, mempunyai
kebiasaan harian dalam membaca tahlil dan qiyamul lial. Kegiatan-kegiatan
ini merupakan suatu kewajiban di dalam pembinaan da‟i.
Dengan adanya kegiatan-kegiatan pembinaan yang memiliki
beberapa karakter-karakter individu dapat tercapai sempurna apabila individu
mewujudkan ilmu pengetahuan, karakter, dan komitmen menjadi pijaknnya.
Oleh karena itu, landasan ilmi pengetahuan, karakter, dan komitmen tersebut
merupakan dasar proses pembinaan dalm mewujudkan individu yang
berakhlak mulia dan terbangunnya suatu bangunan dakwah yang kokoh.
21
Dasar-dasar kegiatan pembinaan adalah kegiatan-kegiatann yang berintikan
kepada menyuruh kebaikan dan melarang dari kemunkaran.15
B. Metode Pembinaan Da’i
Metode pembinaan da‟i adalah suatu cara yang dilakukan dalam
melaksanakan proses pembinaan yakni mengarahkan, mengembangkan
kemampuan untuk mencapai tujuan agar sasaran pembinaan mendapatkan
hasil yang ingin dicapai, serta bagaimana mengarahkan agar seorang da‟i
dapat menyampaikan dakwahnya sehingga sasaran dakwah atau al-mad‟u
mudah dicerna, dipahami, diyakini terhadap materi yang disampaikan.
Seorang da‟i dalam menentukan strategi dakwahnya sangat
memerlukan pengetahuan dan kecakapan dibidang metodologi. Selain itu bila
pola fikir kita berdakwah merupakan suatu sistem dan metodologi merupakan
salah satu unsurnya atau komponennya.
Setelah mengetahui prinsip-prinsip metode atau hakekat suatu
metode, seorang da‟i diharapkan memperhatikan pula faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan dan penggunaan suatu metode, agar metode yang
dipilih dan digunakan benar-benar fungsional. Faktor-faktor yang dimaksud
adalah:
a. Tujuan, dengan berbagai jenis dan fungsinya.
b. Sasaran dakwah (masyarakat/individual), dengan segala
kebijakan/politik pemerintah, tingkat usia, pendidikan, peradaban
(kebudayaan) dan lain sebagainya.
c. Situasi dan kondisi yang beraneka ragam keadaannya.
d. Media dan fasilitas (logistik) yang tersedia, dengan berbagai macam
kuantitas dan kualitasnya.
15
Dr. Irawan Prayitno, Kepribadian Da’i Bahan Panduan Bagi Da’i dan Murabbi, (
Jakarta: Pustaka Tarbiatuna, 2005), h. 441-442.
22
e. Kepribadian dan kemampuan seorang da‟i.16
Dalam metode pembinaan da‟i pada pembahasan ini disesuaikan
dengan metode berdakwah, yakni metode-metode yang digunakan dalam
pembinaan calon da‟i lebih diarahkan kepada metode-metode berdakwah.
Dakwah yang dimaksud adalah suatu bidang usaha untuk mengajak manusia
individu atau kelompok dengan cara yang bijaksana pada jalan yang benar
sesuai dengan perintah Allah SWt untuk kemaslahatan dan kebahagiaan
mereka di dunia dan akhirat.17
Beberapa metode dakwah yang digunakan dalam pembinaan calon
da‟i hendaknya dipilih dan digunakan untuk mencapai tujuannya, yaitu ;
1. Metode Ceramah (rethorika dakwah)
Ceramah adalah suatu tehnik atau metode dakwah yang banyak
diwarnai oleh karakteristik bicara seorang da‟i pada suatu aktivitas
dakwah. Ceramah dapat pula bersifat propaganda, kampanye, berpidato,
khutbah, sambutan, mengajar dan sebagainya.
Metode ceramah sebagai salah satu metode atau tehnik
berdakwah tidak jarang digunakan oleh da‟i-da‟i ataupun para utusan
Allah dalam usaha menyampaikan risalahnya. Hal ini terbukti dalam ayat
suci al-Qur‟an bahwa Musa as, bila hendak menyampaikan misi
dakwahnya beliau berdoa:
Artinya: Berkata Musa: “Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku,
dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah
16
Asmuni syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: al-Ikhlas, 1983), h.
103.
17 Hamzah Tualeha, Pengantar Ilmu Dakwah, (Surabaya: Offset Indah, 1993), h. 41.
23
kekakuanku dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.
Metode ceramah dipergunakan sebagai metode dakwah efektif
dan tepat bilamana:
a. Objek atau sasaran dakwah berjumlah banyak.
b. Penceramah da‟i orang yang ahli berceramah dan berwibawa.
c. Sebagai syarat dan rukun suatu ibadah, seperti khutbah jum‟at, hari.
d. Tidak ada metode lain yang dianggap paling sesuai dipergunakan.
Seperti dalam walimatul „ursy mungkin yang cocok hanyalah
metode ceramah.
Mengetahui dan memahami penggunaan metode ceramah dalam
dakwah, dirasa belum cukup tanpa mempelajari karakteristik metode itu
sendiri, baik yang bersifat kelebihan-kelebihannya maupun
kelemahannya. Oleh karena itu di bagian berikut dijelaskan beberapa
kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh metode ceramah.18
Kelebihan Metode Ceramah.
a. Dalam waktu relatif singkat dapat disampaikan bahan (materi
dakwah) sebanyak-banyaknya.
b. Memungkinkan mubaligh/da‟i menggunakan pengalamannya,
keistimewaannya dan kebijaksanaannya sehingga audien (obyek
dakwah) mudah tertarik dan menerima ajarannya.
c. Mubaligh/da‟i lebih mudah menguasai seluruh auidiens untuk
mempelajari materi/isi kandungan yang telah diceramahkan.
d. Biasanya dapat meningkatkan derajat atau status dan popularitas
18
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, h. 104-106.
24
da‟i/mubaligh.
e. Metode ceramah ini lebih flexsibel. Artinya mudah di sesuaikan
dengan situasi dan kondisi serta waktu yang tersedia, jika waktu
terbatas (sedikit) bahan dapat dipersingkat (diambil yang pokok-
pokok saja). Dan sebaliknya jika waktu memungkinkan (banyak)
dapat disampaikan bahan yang sebanyak-banyaknya dan lebih
mendalam.
Kekurangan Metode Ceramah
a. Da‟i atau mubaligh sukar untuk mengetahui pemahaman audien
terhadap bahan-bahan yang disampaikan.
b. Metode ceramah hanyalah bersifat komunikasi satu arah saja (one-
way communication channel). Maksudnya yang aktif hanyalah sang
mubaligh/da‟inya saja, sedangkan audiensnya pasif belaka (tidak
faham, tidak setuju tak ada waktu untuk bertanya atau
menggugatnya).
c. Sukar menjajaki pola berpikir pendengar (audiens) dan pusat
perhatiannya.
d. Penceramah (da‟i/mubaligh) cenderung bersifat otoriter.
2. Metode Tanya jawab
Tanya jawab adalah suatu metode yang dipergunakan dalam
suatu pengajian dengan adanya suatu pertanyaan dari peserta kemudian
muballigh menjawab pertanyaan tersebut dengan memberikan penjelasan
kembali kepada jamaah pengajian.19
19
Hamad Hasan Raqith, Meraih Sukses Perjuangan Da’i, (Yogyakarta: Mitra Pustaka,
2011), h. 7.
25
Metode dakwah seperti ini sering disebut dengan metode
dakwah bil-Mujadalah al-ahsan yaitu dakwah dilakukan dengan cara
dialog dengan mengedepankan cara-cara yang baik atau dapat disebut
juga dialog argumentatif kata baik yang ditempuh dengan cara yang
lemah lembut dan halus mendasar diri pada ayat al-Qur‟an.20
Metode ini dimaksudkan untuk melayani masyarakat sesuai
dengan kebutuhannya. Sebab dengan bertanya berarti orang ingin
dimengerti dan dapat mengamalkannya. Oleh karena itu jawaban
pertanyaan sangat jelas diperlukan kejelasan dan pembahasan sedalam-
dalamnya.
Kelebihan metode tanya jawab
a. Tanya jawab dapat dipentaskan, seperti di radio, televise, dan
sebagainya.
b. Dapat dipergunakan sebagai komunikasi dua arah (interaksi antara
da‟i dengan sasarannya).
c. Bila tanya jawab sebagai selingan ceramah, maka audien/forum dapat
hidup (aktif).
d. Timbulnya perbedaan pendapat terjawab atau di diskusikan di forum
tersebut.
e. Mendorong audien (obyek dakwah) lebih aktif dan bersungguh-
sungguh memperhatikan.
f. Da‟i dimungkinkan dapat mengetahui dengan mudah tingkatan
pengetahuan dan pengalaman penanya.
20
Hamad Hasan Raqith, Meraih Sukses Perjuangan Da’i, h. 10.
26
g. Menaikkan gengsi da‟i, jika semua pertanyaan dapat menjawab
dengan baik
Kekurangan metode tanya jawab
a. Bila terjadi perbedaan pendapat antara da‟i dengan penanya (sasaran
dakwah) akan memakan waktu yang banyak untuk penyelesaiannya.
b. Bila jawaban da‟i kurang mengena pada sasaran pertanyaan (maksud
pertanyaan) penanya dapat menduga yang bukan-bukan (segi negatif)
kepada da‟i. Misalnya menduga bahwa da‟i tidak pandai.
c. Penanya kadang-kadang kurang memperhatikan jika terjjadi
penyimpangan (over lapping).
d. Agar sulit merangkum atau menyimpulkan seluruh isi pembicaraan
(bila berbentuk interaksi).
Antara kelebihan dan kekurangan metode tanya-jawab tampak
dengan jelas seimbang kadarnya. Oleh karena itu seorang da‟i/mubaligh
dianjurkan untuk memiliki bekal dakwahnya mengenai tehnik-tehnik
bertanya-jawab, agar metode yang dipergunakan dapat berhasil dengan
efektif dan efisien.
3. Debat mujadalah
Mujadalah selain sebagai sinonim istilah dakwah, dapat juga
sebagai salah satu metode dakwah. Hal dalam surat an-Nahl ayat 125
yakni,
27
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.
Berdebat patut dijadikan sebagai metode dakwah. Namun perlu
diketahui bahwa debat (mujadalah) yang dimaksud di sini adalah debat
yang baik, adu argument dan tidak tegang sampai terjadi pertengkaran.
Sebab slah satu cirri berdebat adalah mencari kemenangan dan bukan
mencari kebenaran, sehingga tidak jarang terjadi bila berdebat
mengakibatkan pertengkaran atau permusuhan.
Debat sebagai metode dakwah pada dasarnya mencari
kemenangan, dalam arti menunjukan kebenaran dan kehebatan Islam.
Dengan kata lain debat adalah mempertahankan pendapat dan
idiologinya itu diakui kebenaran dan kehebatannya oleh musuh orang
lain. Dengan demikian berdebat efektif sebagai metode dakwah hanya
pada orang-orang yang membantah akan kebenaran Islam.21
Keutamaan metode debat adalah terletak pada kemenangannya
dalam mmepertahankan tentang Islam. Mila menang debat,
dimungkinkan mereka akan mengakui kebenaran dan bersedia memeluk
agama Islam. Namun sebaliknya metode debat sangat membahayakan
bila mengalami kekalahan dalam perdebatannya.
4. Percakapan Antar Pribadi
Percakapan antara pribadi atau individual conference adalah
percakapan bebas antara seorang da‟i dengan individu-individu sebagai
sasaran dakwahnya. Percakapan pribadi bertujuan untuk menggunakan
kesempatan yang baik dalam percakapan untuk aktivitas dakwah.
21
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, h. 141-142.
28
Dalam melaksanakan metode individual conference ini seorang
da‟i hendaknya mempersiapkan dirinya dengan :
a. Mempunyai pengetahuan dan keterampilan tentang sesuatu hal yang
erat hubungannya dengan profesinya (dakwah) maupun pengetahuan
lain yang erat hubungannya dengan hidup di lingkungannya.
b. Mempunyai pandangan luas. Artinya tidak relative terbatas daya
nalarnya.
c. Memiliki keterampilan memecahkan masalah, baik masalah-masalah
yang berkenaan dengan agama, rumah tangga, ekonomi,
Negara/politik pemerintah dan sebagainya.
d. Mempunyai daya kreativitas yang tinggi.22
5. Metode demonstrasi
Berdakwah dengan cara memperlihatkan suatu contoh, baik
berupa benda, peristiwa, perbuatan dan sebagainya dapat dinamakan
bahwa seorang da‟i yang bersangkutan menggunakan metode
demonstrasi. Artinya suatu metode dimana da‟i memperlihatkan sesuatu
terhadap sasarannya, dalam rangka mencapai tujuan dakwah yang dia
inginkan.
Metode demonstrasi dalam berdakwah perlu dipelajari dan
dijadikan bekal dakwah bagi para da‟i. Metode domonstrasi
dipergunakan apabila tujuan dakwah mengaharapkan para objeknya
dapat mengerjakan sesuatu pekerjaan (amalan ibadah atau muamalah)
denga betul. Selain itu metode demonstrasi dipergunakan oleh da‟i untuk
menghindari verbalisme, artinya dengan demonstarsi diharapkan massa
tidak terjadi salah faham atau makin menjadi bingung, agar mereka tidak
hanya pandai mengucapkan tapi mengerti maksud sebenarnya.
Penggunaan metode demonstrasi adalah dengan jalan para
22
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, h. 144-145.
29
peserta yang akan diperkembangkan kemampuan dan kecakapannya
dalam menjalankan suatu tugas dakwah, diberi petunjuk-petunjuk
bagaimana cara menjalankan tugas tersebut. Pemberian petunjuk tersebut
dilakukan dengan jalan:
a. Pelatihan secara langsung memberi contoh bagaimana tugas
pekerjaan itu harus dilakukan.
b. Peserta diminta mencoba mengerjakan tugas tersebut di bawah
pengawasan pelatihan.
c. Peserta diminta untuk mengulangi lagi percobaan tersebut,
sehingga benar-benar menjadi mahir melaksanakan tugas
tersebut.23
6. Metode Pendidikan dan Pengajaran Agama
Pendidikan dan pengajaran dapat pula dijadikan sebagai metode
dakwah. Sebab dalam definisi dakwah telah disebutkan bahwa dakwah
dapat diartikan dengan dua sifat, yakni bersifat pembinaan (melestarikan
dan membina) dan pengembangan.
Hakekat pendidikan agama adalah penanaman moral beragama.
Sedangkan pengajaran agama adalah memberikan pengetahuan-
pengetahuan agama. Antara aktivitas pengajaran agama dan pendidikan
agama, keduanya saling berkaitan bahkan pengajaran merupakan alat
perantara pendidikan, sehingga istilah itu sering disebut dengan
pendidikan.24
Pada umumnya pengajian atau kegiatan mengaji adalah
dilakukan untuk mengaji pengetahuan yang bersifat keagamaan, dalam
kegiatan tersebut ada pendengar dan penceramah. Bagi yang mendengar
pengajian sering disebut jamaah pengajian atau penuntu ilmu non formal
23
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, h. 145-147. 24
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, h. 104-162.
30
dan penceramah dalam suatu pengajian sering disebut ustadz atau Kyai.
Hukum mengaji adalah wajib bagi orang mukmin sebab mengaji
dikategorikan ke dalam menuntut ilmu dan pengajian adalah suatu
kegiatan tempat menuntut ilmu yang bersifat non formal sebab menuntut
ilmu bukan saja di sekolah atau lembaga-lembaga formal tetapi bisa di
mana saja dan kapan saja.25
C. Tujuan Pembinaan Da’i
Tujuan dakwah adalah mempertemukan kembali fitrah manusia
dengan agama aau menyadarkan manusia supaya mengakui kebenaran Islam
dan mau mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi orang baik.
Menjadikan orang baik itu berarti menyelamatkan orang itu dari kesesatan,
dari kebodohan, dari kemiskinan dan dari keterbelakangan. Oleh karena itu
sebenarnya dakwah bukan kegiatan mencari atau menambah pengikut, tetapi
kegiatan mempertemukan fitrah manusia dengan Islam atau menyadarkan
orang didakwai tentang perlunya bertauhid dan berperilaku baik.
Semakin banyak yang sadar beriman dan berakhlak, maka
masyarakat akan semakin baik. Artinya tujuan dakwah bukan memperbanyak
pengikut, tetapi memperbanyak orang yang sadar akan kebenaran Islam.
Sebab dengan semakin banyaknya orang yang sadar kepada kebenaran Islam,
masyarakat atau dunia akan menjadi semakin baik dan semakin tentram.
Karena itu dakwah harus dilandasi cinta kasih pada sesama manusia untuk
menyelematkan sesama manusia dari berbagai penderitaan, kesesatan dan
keterbelakangan.
25
Drs. H. Moh. Rifai, 1300 Hadis Dakwah dan Pembina Pribadi Muslim, (Semarang:
Wicaksono), h. 44.
31
Da‟i kalau melihat orang belum beriman, berIslam dan berihsan
tidak boleh benci dan marah, tetapi harus perihatin. Karena kalau orang itu
selalu berbuat dosa atau kafir, maka dia akan rugi, sebab hidupnya sesat dan
kelak di akhirat selalu menderita. Yang harus dibenci oleh da‟i bukan
orangnya, tetapi sifatnya perilakunya yang buruk, yang tidak imani, Islami
dan ihsani.26
Adapun tujuan pembinaan da‟i, antara lain:
1. Meningkatkan aktifitas, mobilitas serta profesionalsme da‟i muda dalam
melaksanakan dakwahnya.
2. Agar da‟i serta da‟iyah muda mampu menggali potensi yang ada di
tengah masyarakat untuk dapat dikembangkan menjadi media dakwah.
3. Membuka cakrawala pandang atau paradigma masyarakat, komunitas
tertentu agar tidak mudah terprofokasi orang-orang yahudi atau
kelompok lain yang mempunyai kepentingan untuk merong-rong wibawa
agama Islam.
4. Membuka cakrawala da‟i-da‟iyah muda tentang pentingnya penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengembangkan serta
menginovasi dakwahnya dengan mempergunakan IPTEK.
5. Dapat memberikan dampak positif terhadap lingkungannya, sehingga
mampu membawa perubahan kearah yang lebih baik bagi masyarakat
sekitarnya.27
D. Pengkaderan Da’i
Kader dapat diartikan sebagai para pendukung pelaksana cita-cita
yang cakap, seorang kader Islam merupakan pendukung cita-cita Islam,
melaksanakan dengan cita-cita Islam dan mewujudkan dalam kenyataan.28
Sedangkan pengkaderan adalah suatu kejadian yang ditujukan pada usaha-
usaha proses pembentukan kader.29
Dalam sebuah organisasi apapun bentuk dari organisasi tersebut
mutlak mensyaratkan kaderisasi. Organisasi terpimpin sekalipun, dimana si
26
Andy Dermawan, Metodologi Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2006), h. 8. 27
https://sites.google.com/site/wwwfkdmicom/
28 Masdar Helmy, Dakwah Islam Alam Pembangunan, (Semarang: CV Thoha Putra, tt),
h. 28. 29
M. Tamrin, Diklat Metodologi Dakwah, (Jakarta: YPI Ibnu Sina, tt), h. 3.
32
ketua menjadi ketua sepanjang hidupnya tetap saja membutuhkan regenerasi
untuk rekan kerjanya kecuali organisasi tersebut organisasi diri sendiri, yang
anggotanya sendiri. Sedangkan pengertian kader menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia Kontemporer adalah:
1. Kader adalah orang yang dicalonkan untuk memegang pekerjaan penting
di pemerintahan, organisasi, dan sebagainya.
2. Kader adalah orang yang diharapkan bakal memangku jabatan penting di
kemudian hari.30
Tugas dakwah dibebankan pada setiap individu muslim sesuai
keadaan kemampuan yang ada padanya. Dilakukan secara dinamis demi
terciptanya suatu kesinambungan. Usaha ini dapat mencapai hasil yang
memuaskan jika pemberdayaan generasi penerus sebagai kader da‟i dilakukan
secara intensif melalui lembaga yang ada.
Adapun ayat al-Qur‟an yang menjadi dasar dari pelaksanaan
pengkaderan da‟i, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ali Imron
104, yang berbunyi:
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari
yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.31
Ayat tersebut di atas menunjukkan perlunya segolongan umat Islam
harus ada yang tampil sebagai subjek dakwah (da‟i), sehingga hal tersebut
30
Peter Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English,
2002). 31
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung:
CV. Diponegoro, 2005), h. 93.
33
mendorong kepada umat Islam untuk mencetak dan melahirkan kader-kader
baru yang siap pakai (berkualitas). Dan ini berarti perlu adanya usaha-usaha
pengkaderan, yaitu dalam rangka menumbuhkan kader-kader da‟i yang
berkualitas di bidangnya.
Pandangan umum mengenai kaderisasi suatu organisasi dapat
dipetakkan menjadi dua ikon secara umum. Pertama, pelaku kaderisasi
(subyek). Dan kedua, sasaran kaderisasi (obyek). Untuk yang pertama subyek
atau pelaku kaderisasi sebuah organisasi adalah individu atau sekelompok
orang yang dipersonifikasikan dalam sebuah organisasi dan kebijakan-
kebijakannya yang melakukan fungsi regenerasi dan kesinambungan tugas-
tugas organisasi. Sedangkan yang kedua adalah obyek dari kaderisasi, dengan
pengertian lain adalah individu-individu yang dipersiapkan dan dilatih untuk
meneruskan visi dan misi organisasi. Sifat sebagai subyek dan obyek dari
proses kaderisasi ini sejatinya harus memenuhi beberapa fondasi dasar dalam
pembentukan dan pembinaan kader-kader organiasasi yang handal, cerdas
dan matang secara intelektual dan psikologis.
Tujuan pengkaderan secara umum merupakan nilai atau hasil yang
diharapkan dari usaha pengkaderan tersebut. Lebih rincinya tujuan
pengkaderan sebagai berikut:
1. Terbentuknya pribadi yang menghayati dan mengamalkan ajaran Islam.
2. Terbentuknya pribadi yang berbudi luhur sesuai dengan syariat Islam.
3. Terbentuknya pribadi yang menguasai ilmu dan kecakapan dalam bidang
tertentu
4. Terbentuknya pribadi yang mempunyai kesanggupan memimpin.
5. Terbentuknya pribadi yang memiliki kesanggupan dalam menanggulangi
34
permasalahan umat dan mengembangkan ke arah yang dicita-citakan.32
Dengan demikian tujuan pengkaderan sebagai sebuah pembinaan
para anggora kader bertujuan menciptakan kader-kader yang ideal yang akan
mendukung dan melaksanakan cita-cita organisasi atau lembaga.33
Adapun jenis-jenis pengkaderan idealnya terdiri dari dua jenis yaitu:
pengkaderan formal dan pengkaderan non formal. Pengkaderan formal adalah
usaha kaderisasi yang dilaksanakan oleh suatu organisasi atau lembaga
dakwah dalam bentuk pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan secara
terprogram, terpadu dan bertujuan untuk mencapai cita-cita yang diharapkan.
Klasifikasi pengkaderan ini meliputi pendidikan khusus.
Pengkaderan non formal adalah segala aktifitas luar pengkaderan
formal yang dapat menunjang proses kaderisasi klasifikasi terbentuknya
pengkaderan non formal ini adalah segala aktifitas yang meliputi aktifitas
kepanitiaan, pimpinan kelembagaan, penugasan-penugasan dan sejenisnya.34
E. Pengertian Dakwah
Dalam Ensiklopedia Indonesia disebutkan bahwa dakwah adalah
seruan untuk memeluk, mempelajari dan mengamalkan ajaran Islam.35
Dari
segi bahasa, kata dakwah berasal dari bahasa Arab yaitu da’wah yang berarti
ajakan, seruan ataupun panggilan.36
Kata dakwah juga berarti do‟a yaitu
harapan, permohonan kepada Allah swt atau seruan pada sesuatu berarti
32
Pengurus Besar PMII, Petunjuk dan Pelaksanaan Kader, (Jakarta: Kabag
Pengkaderan, 1998), h. 9. 33
Masdar Helmy, Op. Cit., h. 28. 34
M. Tamrin, Diktat Metodologi Dakwah, (Jakarta: YPI Ibnu Sina, tt), h. 21. 35
Tim Penyusun, Ensiklopedia Indonesia, Volume 2 ( Jakarta: PT Ichtiar Baru-Van
Hoeve ), h. 739. 36
Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, ( Jakarta : Paramadani, 2006 ), h. 144.
35
dorongan atau ajakan untuk mencapai sesuatu yang akan dicapai.37
Dakwah
yang mempunyai arti seruan mempunyai tujuan mambangkitkan keinsafan
dan kesadaran orang untuk kembali ke jalan Allah SWT.38
Akan tetapi
pemahamn tentang dakwah dewasa ini mengalami perluasan yaitu suatu
proses mengajak umat manusia untuk masuk ke dalam Islam (jalan Allah)
secara menyeluruh baik secara lisan dan tulisan, maupun secara pebuatan.39
Menurut Emha Ainun Najib dakwah dalah bagaimana memperkenalkan Islam
secara menarik. Bentuk-bentuk dakwah selalu direformasi, tetapi bukan
dengan mengikuti zaman, akan tetapi berada pada landasan tauhid Islam
dengan memodifikasi ungkapan-ungkapan budayanya.40
37
Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah, h. 145. 38
Studi Rizal Elka, “Da‟wah bi al-Qalam dan Dasar-dasar Penyajiannya, Dakwah, vol. 2,
nomor 1 ( Juli, 2000 ), h.4. 39
Studi Rizal Elka, “Da‟wah bi al-Qalam dan Dasar-dasar Penyajiannya, Dakwah, vol. 2,
nomor 1, h. 5. 40
Dikutip dari Siti Uswatun Khasanah, Berdakwah Dengan Jalan Debat Antara Non
Muslim, (Purwokero Press, 2007), h. 27.
36
BAB III
PROFIL FORUM KOMUNIKASI DA’I MUDA
INDONESIA (FKDMI)
A. Sejarah Singkat FKDMI
Allah SWT. telah menobatkan manusia sebagai khalifah fi al-ardl;
berkewajiban mengelola, memelihara bumi ini beserta isinya, dan
menegakkan ‘amar ma’ruf wa nahyu ‘anil munkar di tengah-tengahnya.
Kewajiban tersebut secara serta-merta menjadi tanggung jawab setiap
komponen masyarakat, tidak terkecuali para da’i muda yang berkhidmat
dalam dunia dakwah.
Da’i muda sebagai generasi penerus dan pilar agama yang sadar
akan hak dan kewajiban serta peranan dan tanggung jawabnya kepada umat,
yakni mengembangkan misi dakwah islamiyah yang rahmatan lil ‘alamin dan
bertekad memberikan darma baktinya untuk memperjuangkan nilai-nilai
Islam; ‘amar ma’ruf dan nahi munkar dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadis.1
Dan sebagai salah satu komponen bangsa, da’i muda berkewajiban
sepenuhnya untuk bersama-sama membangun dan mewujudkan suatu
masyarakat madani yang demokratis dan berkeadilan sosial, baik material
maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar tahun
1945 dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dan upaya
mencapai tujuan nasional.
1 Moh. Nur Huda, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Forum Komunikasi
Da’i Muda Indonesia FKDMI, (Jakarta: Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Forum komunikasi
Da’i Muda Indonesia, 2013), Cet. ke-2, h. 1-2.
37
Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) adalah sebuah
wadah berkumpulnya para da’i-da’i muda Indonesia yang berdiri sejak 17
Desember 1996 bertepatan dengan tanggal 14 Sya’ban 1417 Hijriyah di
Jakarta. Berdirinya organisasi ini berangkat dari keresahan alumni PCDM
(Pembibitan Calon Da’i Muda) Kementerian Agama Republik Indonesia dan
kaum muda yang melihat semakin merosotnya moralitas bangsa dan
minimnya kaderisasi serta perhatian masyarakat terhadap generasi
mudanya. Tidak hanya itu, rendahnya kualitas pendidikan, kesehatan dan
perekonomian masyarakat juga menjadi inspirasi berdirinya Forum
Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) ini.2
Pembibitan Calon Da’i Muda (PCDM) adalah salah satu program
Kementerian Agama Republik Indonesia sejak tahun 1993 dengan
mengadakan pelatihan kaderisasi da’i selama dua bulan dengan peserta
kurang lebih delapan puluh sampai seratus orang tiap tahunnya yang diambil
dari tiap provinsi yang ada di Indonesia. Alumni Pembibitan Calon Da’i
Muda (PCDM) ini secara otomatis menjadi anggota FKDMI setelah usai
mengikuti pelatihan-pelatihan dimaksud. Selain itu, FKDMI juga melakukan
kaderisasi tersendiri sebagai upaya percepatan kaderisasi para da’i. Hingga
kini, kami sudah mempunyai anggota di seluruh pelosok Nusantara.3 Forum
Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) berasaskan Pancasila dan
berstatus independen dan merupakan mitra Kementerian Agama Republik
Indonesia dan Institusi lain dalam melaksanakan program-program kerja.
2 Ibrahim Ahmad Faqih, Wawancara, (Jakarta Timur, 14 Mei 2013)
3 “Da’i Muda Indonesia” artikel diakses pada 2 oktober 2013 dari
http://fkdmi.wordpress.com/about/
38
B. Visi dan Misi FKDMI
Dalam beberapa tahun ke depan, masyarakat Indonesia masih akan
menghadapi berbagai tantangan sebagai akibat dari krisis moral, krisis
ekonomi dan politik yang belum sepenuhnya dapat teratasi. Tantangan
tersebut antara lain: perkembangan politik transisi menuju demokrasi,
termasuk peningkatan kualitas demokrasi politik menuju demokrasi untuk
kemakmuran rakyat; dinamika kehidupan nasional dan internasional yang
semakin kompleks; pengaruh globalisasi yang semakin luas, dalam dan cepat;
serta pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi
komunikasi dan informasi dengan segala konsekuensi yang ditimbulkan, di
samping krisis moralitas akhlak bangsa yang mengalami degradasi sangat
rendah.4
Untuk menghadapi tantangan tersebut, Forum Komunikasi Dai
Muda Indonesia (FKDMI) sebagai bagian dari elemen bangsa perlu
mengambil langkah-langkah antisipasi bersama-sama dengan potensi bangsa
lainnya untuk berpartisipasi, menyatukan kekuatan bersama agar bangsa
Indonesia segera keluar dari berbagai krisis multi dimensional, dengan
paradigma baru yakni pembangunan masyarakat madani. Pembangunan
masyarakat madani sekurang-kurangnya mencakup lima hal: pertama,
masyarakat yang menjunjung tinggi moral dan akhlakul karimah, iman dan
taqwa (IMTAQ); Kedua, masyarakat yang mampu berfikir logis (rasional),
sistematis, dan konsisten, sehingga mampu menggali dan mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berdaya saing tinggi; Ketiga,
4 Moh. Nur Huda, Keputusan-Keputusan Musyawarah Nasional (Munas III) Forum
Komunikasi Da’i Muda Indonesia, (Jakarta: Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Forum komunikasi
Da’i Muda Indonesia, 2013), Cet. ke-1, h. 38.
39
masyarakat yang profesional berlandaskan pada metode, teknologi dan cara
inovatif lainnya secara jujur dan terbuka; Keempat, masyarakat yang efisien
dan produktif dan berbagai bidang kehidupan sebagai resonansi dari kualitas
kerja yang shaleh; dan Kelima, masyarakat yang memiliki kualitas hidup
sejahtera, tentram dan damai dengan berbagai intrumen yang menjadi
prasyaratnya, seperti kesempatan kerja, pendidikan dan sebagainya.
Forum Komunikasi Dai Muda Indonesia (FKDMI) sebagai
organisasi kader sekaligus pelopor Gerakan Dakwah dengan segala potensi
yang dimilikinya berkewajiban mewujudkan cita-cita masyarakat madani,
khususnya pembinaan yang kontinyu kepada generasi muda muslim untuk
dijadikan motivator dan penggerak sebagai bagian dari proses terwujudkan
masyarakat madani.
Visi Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) adalah
terwujudnya kualitas dan tata kehidupan masyarakat beragama, demokratis,
adil, dan bermartabat serta terciptanya da’i yang profesional dalam
menegakkan Islam rahmatan lil 'alamin.5
Adapun Misi Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI),
yaitu:
1. Menghimpun dan membina para da’i muda yang berkualitas, bersikap
demokratis dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Meningkatkan kemampuan dan peran da’i muda dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
3. Melaksanakan dakwah Islam, amar ma’ruf nahi mungkar agar terwujud
masyarakat berkualitas dalam berbagai aspek kehidupan.
5 Ibrahim Ahmad Faqih, M.Pd, Wawancara, (Jakarta Timur, 14 Mei 2013)
40
C. Fungsi, Tujuan dan Usaha FKDMI
Dengan ridha dan taufiq Allah SWT. bangsa Indonesia bisa
menghadapi berbagai persoalan yang dengan sabar dan penuh optimisme,
sehingga sebagian besar kesulitan bisa diatasi. Karena itu puji syukur selalu
dipanjatkan kepada Allah SWT. Namun demikian bangsa Indonesia kini
tengah menghadapi tantangan baru, berupa persoalan besar yang perlu segera
ditangani.
Karena itu, di tengah kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia
yang sampai saat ini masih belum lepas benar dari hempasan berbagai krisis,
selayaknya para da’i muda dan pengurus FKDMI lebih meningkatkan kinerja
dan kepekaannya. Para da’i muda dan pengurus FKDMI sebagai pelayan
umat dan pembimbing moral masyarakat hendaknya tetap teguh, tegar dan
istiqomah menjalani fungsi dan panggilan mulia tersebut. Para da’i muda dan
tentunya juga pengurus FKDMI di berbagai tingkatan hendaknya menjadi
penyejuk dan penerang bagi masyarakat terhadap berbagai isu yang akhir-
akhir ini sering marak di tengah masyarakat.6
Maka oleh sebab itu sebagai wadah mewujudkan cita-cita tersebut
FKDMI berfungsi sebagai berikut:7
1. Forum atau wadah komunikasi da’i muda untuk mewujudkan cita-cita
dan bertanggungjawab, bekerjasama dalam memecahkan masalah-
masalah dakwah, meningkatkan kegiatan dakwah dan peran serta da’i
6 Abrohul Isnaini, Wawancara, (Jakarta Timur, 14 Mei 2013).
77 Moh. Nur Huda, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Forum Komunikasi
Da’i Muda Indonesia FKDMI, (Jakarta: Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Forum komunikasi
Da’i Muda Indonesia, 2013), Cet. ke-2, h. 3-4.
41
muda dalam Pembangunan Nasional.
2. Forum atau wadah berhimpunnya da’i muda untuk melanjutkan semangat
jiwa dan nilai-nilai dakwah.
3. Forum atau wadah kaderisasi para da’i muda untuk mempersiapkan
kader-kader bangsa.
Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) bertujuan:8
1. Terwujudnya komunikasi dan kerjasama dengan pihak lainnya mencapai
tujuan dakwah.
2. Terciptanya pribadi da’i yang berilmu dan beriman sempurna
berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah, serta memiliki
profesionalisme dan wawasan luas serta khasanah intelektual Islam.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Forum Komunikasi Da’i Muda
Indonesia (FKDMI) menjalankan usaha-usaha sebagai berikut:9
1. Menghimpun dan membina para da’i muda melalui kaderisasi da’i muda
baik melalui kaderisasi formal maupun temporal.
2. Meningkatkan Komunikasi dengan mengadakan berbagai pertemuan
dalam bentuk seminar, lokakarya dan lain-lain dalam rangka
mengefektifkan kegiatan dakwah.
3. Mengusahakan jaringan komunikasi dan kerjasama dengan pihak lain
selama tidak merugikan organisasi.
8 Moh. Nur Huda, S.Sos.I, Wawancara, (Jakarta Timur, 20 Mei 2013).
9 Ibrahim Ahmad Faqih, M.Pd, Wawancara, (Jakarta Timur, 14 Mei 2013).
42
D. Struktur Organisasi FKDMI
Struktur Organisasi FKDMI terdiri dari:10
1. Pengurus Pusat untuk tingkat Nasional, disingkat PP
a. Pengurus Pusat FKDMI berkedudukan di ibukota negara Republik
Indonesia, yang merupakan pimpinan tertinggi FKDMI di tingkat
nasional.
b. Pengurus Pusat sebagai tingkat kepengurusan tertinggi dalam
FKDMI merupakan penanggungjawab kebijakan dalam
pengendalian organisasi dan pelaksanaan keputusan-keputusan
Munas.
c. Pengurus Pusat terdiri dari:
1) Ketua Umum dan beberapa ketua sebanyak-banyaknya 9 orang.
2) Sekretaris Jenderal dan wakil Sekretaris Jenderal sebanyak-
banyaknya 9 orang.
3) Bendahara Umum dan 2 orang Wakil Bendahara Umum.
4) Departemen dan Lembaga disesuaikan dengan kebutuhan.
d. Pengurus Pusat FKDMI bertanggungjawab kepada Munas.
2. Pengurus Wilayah untuk tingkat Provinsi, disingkat PW
a. Pengurus Wilayah FKDMI berkedudukan di ibukota provinsi, yang
merupakan pimpinan tertinggi FKDMI di tingkat provinsi.
b. Pengurus Wilayah berfungsi sebagai Koordinator Pengurus Cabang
di daerahnya, dan sebagai pelaksana Pengurus Pusat untuk daerah
yang bersangkutan.
10
Moh. Nur Huda, S.Sos.I, Wawancara, (Jakarta Timur, 20 Mei 2013).
43
c. Pengurus Wilayah terdiri dari:
1) Ketua dan beberapa wakil ketua sebanyak-banyaknya 5 orang.
2) Sekretaris dan beberapa wakil sekretaris sebanyaknya 5 orang.
3) Bendahara dan 2 wakil bendahara.
4) Departemen dan Lembaga disesuaikan dengan kebutuhan.
d. Pengurus Wilayah FKDMI bertanggungjawab kepada Muswil.
3. Pengurus Cabang untuk tingkat Kabupaten/Kota, disingkat PC
a. Pengurus Cabang FKDMI berkedudukan di ibukota Kabupaten/Kota,
yang merupakan pimpinan tertinggi FKDMI di tingkat
Kabupaten/Kota.
b. Pengurus Cabang terdiri dari:
1) Ketua dan beberapa wakil ketua sebanyak-banyaknya 3 orang.
2) Sekretaris dan beberapa wakil sekretaris sebanyaknya 3 orang.
3) Bendahara dan 2 wakil bendahara.
4) Departemen dan Lembaga disesuaikan dengan kebutuhan.
c. Pengurus Cabang FKDMI bertanggungjawab kepada Muscab.
4. Pengurus Kecamatan untuk tingkat Kecamatan, disingkat PK
a. Pengurus Kecamatan FKDMI berkedudukan di ibukota Kecamatan,
yang merupakan pimpinan tertinggi FKDMI di tingkat Kecamatan.
b. Pengurus Kecamatan terdiri dari:
1) Ketua dan beberapa wakil ketua sebanyak-banyaknya 2 orang.
2) Sekretaris dan wakil sekretaris sebanyak-banyaknya 2 orang.
3) Bendahara dan 2 wakil bendahara.
4) Departemen dan Lembaga disesuaikan dengan kebutuhan.
44
c. Pengurus Kecamatan FKDMI bertanggungjawab kepada
Musyawarah Kecamatan (MUSCAM).
5. Pengurus Ranting untuk tingkat Desa/Kelurahan, disingkat PR.
a. Pengurus Ranting FKDMI berkedudukan di tingkat Desa/Kelurahan,
yang merupakan pimpinan tertinggi FKDMI di tingkat
Desa/Kelurahan.
b. Pengurus Ranting FKDMI terdiri dari:
1) Ketua dan wakil ketua.
2) Sekretaris dan wakil sekretaris.
3) Bendahara dan wakil bendahara.
4) Departemen dan Lembaga disesuaikan dengan kebutuhan.
c. Pengurus Ranting FKDMI bertanggungjawab kepada Musyawarah
Ranting.
E. Pokok-Pokok Program Kerja FKDMI
Sumber Daya Manusia (SDM) FKDMI sebagai salah satu potensi
bangsa Indonesia agar memiliki Iman dan taqwa, berakhlaq mulia,
tanggungjawab, cerdas, kreatif, produktif, mandiri dan professional, serta
bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara.
Pokok-Pokok Program Kerja FKDMI secara umum diarahkan pada
sendi-sendi program :11
1. Iman dan Taqwa, artinya program dan kegiatan disusun berdasarkan
usaha untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
11
Moh. Nur Huda, Keputusan-Keputusan Musyawarah Nasional (Munas III) Forum
Komunikasi Da’i Muda Indonesia, (Jakarta: Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Forum komunikasi
Da’i Muda Indonesia, 2013), Cet. ke-1, h. 39.
45
2. Mandiri, artinya program dan kegiatan diupayakan untuk kemandirian
organisasi, dengan secara maksimal berdasarkan kemampuan sendiri,
tetapi tidak menutup kemungkinan melakukan kerjasama tidak mengikat
dengan pihak lain.
3. Keterpaduan, artinya program dan kegiatan diarahkan untuk
dilaksanakan dengan terpadu dan menyeluruh secara lintas sector, lintas
daerah dan lintas personal.
4. Profesional, artinya program dan kegiatan dilaksanakan dengan arah
memperhatikan metode keilmuan yang mantap, sistem standar yang jelas
melibatkan para pengelola sesuai kemampuan dan keahlian serta
membangun jaringan kemitraan yang luas.
Adapun bentuk implementasi dari Pokok-Pokok Program Kerja
adalah sebagai berikut:12
1. Pendidikan dan Kaderisasi
a. Mengadakan training kaderisasi anggota FKDMI dalam bentuk
PCDM dan pendidikan khusus muballiq secara berjenjang dan
berkesinambungan.
b. Mengembangkan program pembinaan dan peningkatan peran
pemuda dan da’i muda.
c. Menyusun ulang strategi dakwah dan peta dakwah yang menjadi
pedoman bersama dan menentukan sasaran dakwah secara khusus.
d. Mengadakan orientasi penyuluhan dan pembinaan untuk para
mubaligh (dai muda) guna memperluas dan memperkaya wawasan
dakwah.
12
Moh. Nur Huda, S.Sos.I, Wawancara, (Jakarta Timur, 20 Mei 2013).
46
e. Mengadakan pelatihan-pelatihan untuk pengembangan dan
memperkuat kemampuan da’i dalam berdakwah.
2. Pemantapan Jaringan Kerja Organisasi
a. Menciptakan infra struktur organisasi yang mapan dan memadai.
b. Melaksanakan safari dan silaturahim pengurus ke seluruh pelosok
negeri.
c. Melaksanakan rapat kerja nasional FKDMI dan pengaturan pola
hubungan kerja antara PW, PC, PAC dan PR.
d. Sosialisasi dan pemantapan pelaksanaan ketetapan hasil MUNAS
dan peraturan organisasi yang lain.
e. Menyelengarakan pertemuan rutin, diskusi dan kerjasama produksi
dakwah melalui seni budaya, film, media cetak dan elektronik.
3. Pemberdayaan Ekonomi keumatan
a. Menghidupkan dan menumbuh-kembangkan kemandirian ekonomi
di dalam diri anggota sehingga tergerak untuk terjun menjadi
entrepreneur pada kemudian hari.
b. Menumbuhkan partisipasi pengurus dan anggota FKDMI dalam
pembiayaan melalui melibatkannya dalam perencanaan kegiatan
organisasi, mengedarkan kartu infaq maupun iuran.
c. Melanjutkan upaya-upaya pengembangan ekonomi kerakyatan yang
bertumpu pada partisipasi masyarakat dengan mengedepankan
kesetaraan dalam akses dan peluang usaha kecil, dalam rangka
membangun demokrasi untuk kemakmuran rakyat.
d. Mengadakan diklat kewirausahaan dalam usaha membangun
jaringan pengusaha muda muslim.
47
e. Pembentukan badan usaha FKDMI yang Islami, mandiri yang
berbentuk koperasi dan yayasan FKDMI yangprofesional dengan
tujuan utama untuk mendukung pembiayaan program-program
organisasi.
4. Pengembangan Jaringan Lembaga Dakwah dan Kehidupan
Beragama Dalam bermasyarakat
a. Melakukan pembinaan dan kaderisasi terhadap dai agar memiliki
pemahaman yang komprehensif terhadap persoalan umat.
b. Menjadikan FKDMI sebagai pemersatu berbagai komponen dai
muda.
c. Melakukan kegiatan rutin bulanan ditingkatpusat sampai daerah
untuk mengembangkan dan meningkatkan wawasan dan pendalaman
terhadap ajaran Islam dari berbagai dimensi sehingga profil agama
Islam lebih tercermin pada perwujudan akhlak mulia dalam tindakan
disegala bidang kehidupan, baik secara individual maupuan sosial-
struktural.
d. Mempelopori dialog sosial antar umat beragama untuk membangun
persepsi yang mendukung tumbuh kembangnya masyarakat madani.
e. Memprakarsai berbagai program aksi bersama antar umat beragama
dalam gerakan pembangunan karakter bangsa yang bermoral.
5. Pengembangan Seni dan Budaya Islam
a. Mendorong terbentuknya kegiatan seni guna memupuk rasa cinta
budaya.
b. Memfasilitasi berlangsungnya forum-forum diskusi, seminar dan
penelitian tentang masalah-masalah kebudayaan.
48
c. Melaksanakan kegiatan syiar Islam melalui media seni budaya Islam.
d. Berperan aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan dan kesenian
Islam.
6. Pengembangan dan Pemberdayaan Da’i Perempuan
a. Mengkaji dan mensosialisasikan pengarusutamaan gender kepada
masyarakat melalui diskusi/dialog, seminar, lokakarya dan lain-lain.
b. Melaksanakan pelatihan dan training khusus untuk da’i perempuan.
c. Membekali keterampilan dan kecakapan hidup perempuan dalam
rangka meningkatkan taraf hidup secara ekonomi dan sosial.
d. Mengadakan kajian pendidikan perempuan secara komprehensif.
e. Menjalin kerjasama dengan berbagai lapisan masyarakat dan
pemerintah yang bergerak dalam bidang pemberdayaan potensi
perempuan.
7. Pengembangan Media Komunikasi, Pers dan Penerbitan
a. Membuat media komunikasi dalam bentuk Website, buletin dan
majalah sebagai wadah informasi dan komunikasi organisasi.
b. Mendorong adanya dialog yang membuka wawasan media cetak
serta aparat terkait dalam memperluas dan mensinergikan gerakan
dakwah.
c. Memperkenalkan organisasi FKDMI dan programnya kepada
organisasi lain baik melalui pengiriman brosur, profil organisasi dan
media lainnya.
d. Mengadakan pelatihan dan diklat tentang media dan jurnalistik.
e. Mendokumentasikan berbagai bentuk aktifitas organisasi, baik dalam
bentuk foto, audio visual, klipping media massa dan lain-lain.
49
8. Pemberdayaan dan Advokasi Umat
a. Mendirikan lembaga hukum dan advokasi.
b. Memberikan bantuan hukum dan advokasi pada masyarakat yang
membutuhkan sebagai wujud keberperanan organisasi.
c. Menyusun, merencanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
pelayanan dan kesejahteraan umat.
d. Memberikan respon terhadap kebijakan publik baik yang berkenaan
dengan keagamaan, sosial, politik serta memberikan penguatan
terhadap kesadaran umat tentang hak dan kewajibannya sebagai
warga negara.
9. Penelitian dan Pengkajian
a. Pembentukan pusat kajian masalah umat, bekerjasama dengan
instansi terkait untuk mengantisipasi pengaruh informasi dan
globalisasi yang dapat berdampak negatif dikalangan pemuda
muslim.
b. Melakukan pendataan potensi anggota dalam rangka melakukan
pengkajian guna pengembangan program di masa depan.
c. Melakukan pengkajian peluang-peluang aktifitas yang dapat
menggerakkan organisasi demi tercapainya visi, misi, tujuan dan
strategi FKDMI dalam peningkatan peran dan fungsi FKDMI.
d. Melakukan berbagai kajian terhadap kondisi faktual dan melakukan
berbagai persiapan secara akademik dan ilmiah.
Dalam melaksanakan seluruh program organisasi, baik ditingkat
pusat maupun daerah, perlu disusun strategi pelaksanaannya untuk mencapai
tingkat efektivitas dan efesiensi kegiatan dengan cara:13
13
Moh. Nur Huda, S.Sos.I, Wawancara, (Jakarta Timur, 20 Mei 2013).
50
1. Membuat rumusan tugas dan fungsi yang jelas masing-masing perangkat
organisasi sesuai dengan pembidangan yang sesuai berdasarkan
kemampuan dan jaringan yang ada.
2. Merumuskan pola hubungan antar perangkat organisasi informasi secara
transparan serta dapat menunjukkan keseimbangan antara hak dan
kewajiban secara adil.
3. Merancang kegiatan “percontohan”, dengan catatan bahwa replikasinya
memperhatikan kreatifitas dan sedapat mungkin dapat dilakukan secara
terencana.
4. Merumuskan pengelolaan system informasi yang dinamis, egaliter dan
transparan bagi setiap unsur pelaksana program.
5. Menciptakan system monitoring dan evaluasi secara dinamis dan
partisipatif.
6. Dalam upaya melaksanakan program dan untuk mencapai tujuan
bersama, hendaknya lebih menekankan pada prinsip-prinsip silaturrahim,
kebersamaan, persaudaraan, saling pengertian dan saling mendukung.
Adapun strategi implementasi dalam melaksanakan seluruh
program-program FKDMI untuk mencapai tingkat efektivitas dan efesiensi
kegiatan dengan cara:14
1. Program FKDMI disusun berdasarkan kondisi obyektif lingkungan
sekitarnya sesuai dengan harapan-harapan dan kebutuhan anggota dan
organisasi.
2. Perencanaan Program menggunakan prinsip-prinsip visibilitas, realistis,
obyektif, terukur dan rasional.
14
Moh. Nur Huda, Materi Rapat Kerja Pengurus Forum Komunikasi Da’i Muda
Indonesia, (Jakarta: Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Forum komunikasi Da’i Muda Indonesia,
2013), Cet. ke-1, h. 35.
51
3. Menggunakan prinsip-prinsip manajemen yang partisipatif dan
demokratis dengan pendistribusian atau pendelegasian tugas yang
bersifat fungsional dan proporsional sesuai dengan kesediaan,
kemampuan dan pertanggungjawaban.
4. Dalam upaya melaksanakan program dan untuk mencapai tujuan
bersama, hendaknya lebih menekankan pada prinsip-prinsip silaturrahim,
kebersamaan, persaudaraan, saling pengertian dan saling mendukung.
52
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS
A. Bentuk Pembinaan Kader FKDMI Wilayah Rawamangun Jakarta
Timur dalam Meningkatkan Kemampuan Berdakwah.
Dalam mencetak kader-kader dakwah dan pelaksanaan dakwah
merupakan penunjang dalam keseluruhan aktivitas dakwah dan sebuah proses
dakwah, untuk itu dalam mengatasi problematika dakwah di masa yang akan
datang perlu disiapkan kader-kader da’i yang berkualitas, mencetak kader ini
bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti mendirikan lembaga, organisasi
yang mengacu pada Islam sebagai sistem nilai dan kepemimpinan. Metode
pengkaderan merupakan salah satu cara dalam rangka transformasi ilmu yang
berasal dari sumber untuk dapat disampaikan yang kemudian diaplikasikan
dalam kehidupan bermasyarakat.
Pembibitan Calon Da’i Muda (PCDM) adalah salah satu program
Kementerian Agama Republik Indonesia sejak tahun 1993 dengan
mengadakan pelatihan kaderisasi da’i selama dua bulan dengan peserta
kurang lebih delapan puluh sampai seratus orang tiap tahunnya yang diambil
dari tiap provinsi yang ada di Indonesia. Alumni PCDM ini secara otomatis
menjadi anggota FKDMI setelah usai mengikuti pelatihan-pelatihan tersebut.
Selain itu, FKDMI juga melakukan kaderisasi tersendiri sebagai upaya
percepatan kaderisasi para da’i. Hingga kini, Forum Komunikasi Da’i Muda
Indonesia sudah mempunyai anggota di seluruh pelosok Nusantara.1
1Sumber data dokumentasi lembaga FKDMI yang diolah 2012.
53
Bentukpembinaan Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia
(FKDMI) merupakan kegiatan keagamaan yang pada dasarnya melatih para
kader da’i muda muslim dalam berdakwah di masyarakat luas.Bentuk
kegiatan pembinaan dilembaga ini yaitu mengadakan acara seperti tabligh
akbar, mengadakan pelatihan qiraat qur’an.Selain itu lembaga Forum
Komunikasi Da’i Muda Indonesia ini juga mengadakan kegiatan pembinaan
seperti mengadakan pelatihan da’i tingkat kecamatan, dan mengikutsertakan
setiap anggota mengikuti perlombaan berpidato atau ceramah.Materi yang
disampaikan dalam kegiatan pembinaan disini yaitu menggunakan materi
retorika, materi dakwah, metode dakwah, intinya yang berkaitan dengan
pendalaman agama.Konsep kegiatan pembinaan tersebut sangat terorganisir
dengan baik, bisa dilihat melalui proses kegiatan yang ada di Forum
Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) di wilayah Rawamangun Jakarta
Timur. Dibandingkan dengan pelatihan da’i yang ditawarkan oleh lembaga
atau institusi lainnya, Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI)
mampu mengembangkan program pembinaan dan peningkatan peran pemuda
dan da’i muda.
Pelaksanaan pembinaan Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia
(FKDMI) beranggotakan seluruh da’i muda yang telah mengikuti pelatihan
PCDM (Pembibitan Calon Da’i Muda) atau LKD (Latihan Kader Da’i) yang
dilaksanakan oleh FKDMI.Simpatisan da’i yang mengajukan permohonan
untuk menjadi anggota baru, diterima dan disahkan keanggotaannya oleh
pengurus FKDMI. Syarat mengikuti pelaksanaan pembinaan Frum
Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) beragama Islam, berusia
54
minimal 16 tahun dan maksimal 42 tahun, menyetujui, mentaaati, dan siap
melaksanakan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART
FKDMI).2
Setiap peserta atau anggota yang mengikuti pembinaan kader di
Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) berhak memperoleh
perlakuan yang sama dari atau untuk organisasi, mengeluarkan usul, saran
dan pendapat, mengikuti kegiatan yang diselenggarakan organisasi, memilih
dan dipilih menjadi pengurus atau pemegang jabatan lain yang diamanatkan
kepadanya. Selain itu setiap anggota juga berkewajiban menjaga dan
membela keluhuran agama Islam, mentaati AD dan ART, serta peraturan-
peraturan organisasi lainnya, menjunjung tinggi nama baik, tujuan dan
kehormatan organisasi, mendukung dan menyukseskan seluruh program
organisasi.
Pelaksanaan masing-masing program dan kegiatan pembinaan kader
FKDMI di Wilayah Rawamangun Jakarta Timur masing-masing
dikelompokkan berdasarkan kategori pembinaan. Kategori pembinaan
tersebut yaitu: pembinaan keterampilan, pembinaan keagamaan dan
pembinaan sosial.3
1. Pembinaan Keterampilan
Pembinaan keterampilan ini mengajarkan kepada para kader
untuk terampil dan cekatan dalam hal apapun, semisal membentuk
sanggar seni budaya Islam, pelatihan da’i cilik, mendirikan unit usaha,
pekan apresiasi seni, olahraga dan budaya Islam, festival Muharam,
2Wawancara pribadi Ibrahim Ahmad Faqih, Ketua FKDMI. Jakarta Timur, 14 Mei
2013. 3Wawancara pribadi Moh. Nur Huda, Sekretaris Jendral FKDMI.Jakarta Timur, 20 Mei 2013.
55
mengadakan lomba karya ilmiah dan pelatihan da’i interpreneurship.
Selain keterampilan diatas, ada juga keterampilan bermusik yang
digunakan sebagai ajang penyaluran seni bagi para kader, diantaranya
membentuk seni musik hadrah, gambus dan marawis. Pembinaan
keterampilan ini cocok diberikan kepada pada kader, karena semua
berhak menyalurkan bakat seninya, baik alat musik, menari, menyanyi,
tataboga dan berceramah.
Adapun departemen yang membidangi pada pembinaan ini
diantaranya adalah departemen pengembangan seni dan budaya Islam,
departemen pengembangan ekonomi umat, dan departemen
pengembangan organisasi, sebagaimana tabel di bawah ini:
N0 NAMA DEPARTEMEN
1 Aan Subhan
Pengembangan Seni dan Budaya Islam 2 Abrohul Isnaini
3 Zaidatul Farihah
4 Ahmad Junaidi
5 M. Afif Bahrain
Pengembangan Ekonomi Umat 6 Abdul Jabbar
7 Marjono
8 Sujono
9 Agus Salim
Pengembangan Organisasi 10 Moh. Syahrir
11 Slamet Ma’ruf
12 Ishlah Farid
56
2. Pembinaan Keagamaan
Pembinaan ini berisi segala sesuatu yang berhubungan dengan
kehidupan keagamaan sehari-hari, baik yang berhubungan dengan
muamalah, dan ibadah. Adapun program kegiatan, antara lain:4
a. Pelatihan TOT kaderisasi
b. Mengirim khotib khutbah jum’at
c. Mengadakan lomba da’i nusantara
d. Mengadakan acara PHBI/PHBN
e. Mengadakan seminar/workshop
f. Mengadakan analisis potensi kader FKDMI
g. Mengadakan acara tabligh akbar
h. Mengadakan kumpulan majelis taklim
i. Mengadakan pelatihan qira’at qur’an
Adapun departemen yang membidangi pada pembinaan ini
diantaranya adalah departemen pendidikan dan kaderisasi da’i,
departemen pemberdayaan dan advokasi umat, dan departemen
penelitian dan pengkajian.
N0 NAMA DEPARTEMEN
1 Ratnadewi
Pendidikan dan kaderisasi da’i 2 Moh. Dael Khair
3 Moh. Hari Pranata
4 Muntholib Hasan
5 Moh. Ainul Yakin
Pemberdayaan dan advokasi umat 6 Cahya Fathul Bari
7 Syaifudin Hariri
4Wawancara pribadi denganIbrahim Ahmad Faqih, Ketua FKDMI.Jakarta Timur, 14
Mei 2013.
57
8 H Mahmudi
9 M. Taufikurrahman
Penelitian dan pengkajian 10 Abdul Jamil
11 Moh. Herdi
12 Moh. Usman
3. Pembinaan Sosial
Pembinaan ini berfungsi untuk menjadikan para kader FKDMI
agar terjaga kehidupan sosialnya, tetap berbagi, saling mengasih, dan
menjaga hubungan antar sesama. Bentuk kegiatan pembinaan sosial
antara lain adalah pembinaan kepada lansia, mengadakan dialog antar
agama, mengadakan penyuluhan lapas, menerbitkan buletin Jum’at,
pelatihan pemberdayaan da’iyah, pelatihan khotib jum’at, mendirikan
taman bacaan anak-anak dan PAUD, santunan anak yatim, pelatihan
kajian gender, pesantren kilat di bulan Ramadhan dan penelitian sosial
kemasyarakatan. Materi yang diberikan pada bimbingan sosial
merupakan hal yang dianggap penting, berhubungan dengan kehidupan
sosial dan disesuaikan dengan kondisi sosial pada saat itu.
Adapun departemen yang membidangi pada pembinaan ini
sebagaimana tabel di bawah ini:
N0 NAMA DEPARTEMEN
1 Bagus M
Jaringan antar Lembaga Dakwah 2 Majius Sulton
3 Khairul Abudin
4 H Yumni al-Hilal
5 Umroh Pemberdayaan Da’i Perempuan
6 Alfina Rahil
58
7 Siti Rohmaniah
8 Sri Yayu Ibrahim
9 Sya’roni Saleh
Public Relation, Pers dan Penerbitan 10 Abd. Ghofur
11 Moh. Iqbal
12 Abd. Robi
B. Metode Pembinaan Kader FKDMI Wilayah Rawamangun Jakarta
Timur dalam Meningkatkan Kemampuan Berdakwah
Metode merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar
mengajar, dalam pembinaan kader. Apabila proses kegiatan tidak
menggunakan metode yang tepat, maka akan sulit untuk mendapatkan tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Pada kegiatan pembinaan kader ini, Forum
Komunikasi Da’i Muda Indonesia menggunakan metode antara lain:
1. Metode Diskusi
Dalam metode diskusi proses pembelajaran berlangsung melalui
kegiatan berbagi atau “sharing” informasi atau pengetahuan di antara
sesama siswa. Dalam metode ini guru berperan sebagai fasilitator dengan
memberikan masalah atau topik yang akan dibahas dan beberapa aturan
dasar dalam diskusi.5
2. Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab merupakan bentuk penyampaian materi
yakni dimana pembimbing mengajukan pertanyaan kepada peserta
Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) atau sebaliknya
5 Wanarno Surakhmand, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, ( Jakarta : Depdiknas, 2009
59
peserta pembinaan Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia mengajukan
pertanyaan. Biasanya metode tanya jawab digunakan ketika diantara
peserta belum benar-benar memahami atau mungkin juga mmeiliki
pandangan yang berbeda.6 Metode ini biasanya apabila materi yang
disampaikan oleh pengajar belum dipahami dengan baik oleh peserta dan
cara ini dilakukan agar peserta pembinaan Forum Komunikasi Da’i
Indonesia (FKDMI) pada umumnya bersifat kritis dalam memahami
hambatan pada materi yang tidak dipahami.7
3. Metode Seminar
Seperti metode konferensi, seminar juga memberikan
kemungkinan para pesertanya untuk mengembangkan daya dan
kemampuan berfikirnya dengan sebaik-baiknya. Proses yang biasanya di
tempuh dalam melaksanakan seminar adalah ditentukan terlebih dahulu
satu atau beberapa orang untuk mengemukakan pokok masalah berupa
pemaparan yang dipersiapkan secara tertulis, kemudian ditentukan satu
atau beberapa orang untuk mengemukakan pokok masalah paparan yang
disampaikan, setelah itu para peserta diberi kesempatan untuk
memberikan tanggapan dan sumbangan fikirannya terhadap persoalan
yang telah dikemukakan, pihak pemaparan dan pembanding diberi
kesempatan untuk memberikan jawaban dan penjelasannya, dibentuk
panitia perumusan untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulan atau
keputusan dari seminar itu.8
6Wawancara Pribadi dengan Ibrahim Ahmad Faqih, Ketua FKDMI. Jakarta Timur, 14
Mei 2013. 7Hamad Hasan Raqith, Meraih Sukses Perjuangan Da’I, (Yogyakarta: Mitra Pustaka,
2011), h. 7. 8 Abd Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1993 ) cet Ke 3. H.
131.
60
4. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah penerangan dan penuturan secara
lisan terhadap kelas.9 Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan
uraiannya, pengajar dapat menggunakan alat bantu seperti gambar-
gambar. Tetapi metode ini berhubungan antara pembimbing dengan
peserta pembinaan adalah berbicara. Peranan dalam metode ceramah
adalah mendengarkan dengan teliti dan mencatat pokok-pokok penting
yang dikemukakan oleh pengajar.
Dalam Pelaksanaannya, penggunaan metode ini seperti ceramah
interaktif. Pembina tidak selalu memberikan materi, akan tetapi diselingi
dengan pertanyaan-pertanyaan pancingan tentang materi yang
disampaikan. Fungsi dari pertanyaan ini adalah untuk mengetahui
kemampuan pada kader da’i tersebut faham dengan materi yang
disampaikan atau tidak, paling tidak ingat dengan materi yang telah
disampaikan.10
5. Metode Tutorial
Tutorial adalah suatu metode dalam proses pembelajaran
dengan cara memberikan tugas baca pada suatu kelompok dengan topik
tertentu yang kemudian didiskusikan dalam kelompok tersebut. Tujuan
dari cara ini adalah untuk memantapkan pemahaman peserta terhadap
materinya. Untuk tercapainya tujuan tersebut diperlukan referensi atau
buku-buku dan waktu yang cukup untuk pembahasan, tutor/narasumber.
Dalam sistem ini peserta berinteraksi melalui diskusi ilmiah berdasarkan
9Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: 2001), h. 133.
10Wawancara Pribadi dengan Ibrahim Ahmad Faqih, Ketua FKDMI. Jakarta Timur, 14
Mei 2013.
61
referensi yang tersedia dan hasilnya disusun dalam suatu makalah untuk
kemudian dipresentasikan. Kelebihan metoda ini adalah analisis suatu
topik dibahas secara mendalam, sehingga menjamin dasar ilmiahnya dan
terjadinya interaksi dalam kelompok. Sedangkan kelemahannya adalah
memerlukan narasumber yang menguasai materi dan waktu
pembahansannya lama.
6. Metode Mikro Teaching
Suatu kegiatan pembelajaran yang sederhana yang
dilakukan oleh para pembina sebagai latihan dalam mengajar untuk
mengembangkan keterampilanya dalam teknik mengajar.
C. Hasil yang Dicapai Pembinaan Kader FKDMI di Wilayah Rawamangun
Jakarta Timur dalam Meningkatkan Kemampuan Berdakwah
Dari hasil penelitian dan survei lapangan, maka hasil yang dicapai
dalam pelaksanaan kader da’i di Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia ,
dapat membawa kepada arah sasaran yang memuaskan.
Pertama, melihat dari Alumni para pengurus Da’i yang di bina Forum
Komunikasi Da’i Muda Indonesia yaitu :
1. Membuat buku pengkaderan
2. Mengadakan pelatihan dan diklat tentang media dan jurnalistik
3. Mengadakan pelatihan da’i tingkat kecamatan
4. Megadakan pelatihan da’i interpreneurship
5. Mendirikan lembaga Islam seperti TPA, sebagai pengurus dan
pembimbing di lembaga tersebut.
6. Menjadi Da’i di daerah sendiri.
62
Sedangkan hasil yang dicapai dari segi pembimbing, dalam kegiatan
pembinaan kader da’i di Forum ini yaitu sebagai berikut :
1. Sebagai wadah atau saran pembinaan kader da’i , di Forum Komunikasi
Da’i Muda Indonesia Rawamangun Jakarta Timur.
2. Mempersiapkan kader-kader da’wah.
3. Para alumni mempunyai ilmu retorika dakwah untuk diterapakan dalam
setiap dakwahnya, artinya ada orang yang biasa-biasa saja cara dalam cara
menyampaikannya dakwahnya. Maka diharapkan dengan diadakannya
pembinaan kader da’i ini, setiap anggota bisa memahami dengan baik cara
mengucapkan salam dengan benar, bagaimana tata cara berjalan dari
podium ke mimbar, kemudian tehnik mengusai panggung serta menguasai
isi yang akan disampaikan ketika akan melakukan ceramah nanti, selain
itu juga dimana kita harus bisa berkomunikasi dengan jama’ah yang baik
agar bisa dipahami dan dimengerti.
4. Semua peserta pembinaan kader da’i ini pada umumnya sudah
mempunyai pengetahuan tentang agama dan ilmu pengetahuan yang luas,
agar ketika berdakwah tidak kehabisan bahan atau materi yang akan
disampaikan.
Manfaat atau hasil yang didapatkan oleh peserta kader da’i pada
pembinaan da’i yaitu :
1. Menambah pemahaman tentang agama.
2. Mampu melatih mental dalam berbicara di depan masyarakat luas.
3. Menambah pengalaman dan wawasan.
4. Menjadi da’i yang terdidik dengan bekal ilmu Islami dan sosial.
63
Dari hasil yang dicapai dalam bentuk pelaksanaan kegiatan
pembinaan kader da’i di Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia, lembaga
ini sudah mempunyai anggota diseluruh pelosok Nusantara. Kegiatan di
Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia sudah berjalan dengan baik. Dari
hasil ini terlihat, Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia banyak berperan
dalam kader da’i bahkan mampu melahirkan da’i-da’i baru yang kini aktif
tersebar di masyarakat dan menjadi pemimpin di lembaga-lembaga islam.
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah dibahas sebelumnya, maka penulis
menyimpulkan, yakni sebagai berikut:
1. Bentuk kegiatanpembinaan kader Forum Komunikasi Da’i Muda
Indonesia (FKDMI) wilayah Rawamangun Jakarta Timur merupakan
kegiatan keagamaan yang pada dasarnya melatih para kader da’i muda
muslim dalam berdakwah di masyarakat luas. Bentuk kegiatan yang ada
lembaga ini seperti yaitu mengadakan acara seperti tabligh akbar,
mengadakan pelatihan qiraat qur’an.Selain itu,lembaga Forum
Komunikasi Da’i Muda Indonesia ini juga mengadakan kegiatan
pembinaan seperti mengadakan pelatihan da’i untuk didaerah sendiri, dan
mengikutsertakan setiap anggota mengikuti perlombaan berpidato atau
ceramah.Materi yang disampaikan dalam kegiatan pembinaan disini yaitu
menggunakan materi retorika dakwah. Konsep kegiatan pembinaan
tersebut sangat terorganisir dengan baik, bisa dilihat melalui proses
kegiatan yang ada di Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI).
Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) mampu
mengembangkan program pembinaan dan peningkatan peran pemuda dan
Da’i muda.
Pelaksanaan masing-masing program dan kegiatan pembinaan
kader FKDMI Wilayah Rawamangun Jakarta Timur masing-masing
dikelompokkan berdasarkan kategori pembinaan. Kategori pembinaan
65
tersebut yaitu: pembinaan keterampilan, pembinaan keagamaan dan
pembinaan sosial.
Pembibitan Calon Da’i Muda (PCDM) adalah salah satu
program Kementerian Agama RI sejak tahun 1993 dengan mengadakan
pelatihan kaderisasi da’i selama dua bulan dengan peserta kurang lebih
delapan puluh sampai seratus orang tiap tahunnya yang diambil dari tiap
provinsi yang ada di Indonesia. Alumni PCDM ini secara otomatis
menjadi anggota FKDMI setelah usai mengikuti pelatihan-pelatihan
tersebut. Selain itu, Pengurus Pusat FKDMI juga melakukan kaderisasi
tersendiri sebagai upaya percepatan kaderisasi para da’i. Hingga kini,
Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia sudah mempunyai anggota di
seluruh pelosok Nusantara.
Pembinaan Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI)
beranggotakan seluruh da’i muda yang telah mengikuti pelatihan PCDM
(Pembibitan Calon Da’i Muda) atau LKD (Latihan Kader Da’i) yang
dilaksanakan oleh FKDMI.Simpatisan da’i yang mengajukan
permohonan untuk menjadi anggota baru, diterima dan disahkan
keanggotaannya oleh pengurus FKDMI. Syarat mengikuti pelaksanaan
pembinaan Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI)
Beragama Islam, berusia minimal 16 tahun dan maksimal 42 tahun,
Menyetujui, mentaaati, dan siap melaksanakan AD dan ART FKDMI.
Setiap anggota yang mengikuti pembinaan kader Forum
Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) berhak memperoleh
perlakuan yang sama dari atau untuk organisasi, mengeluarkan usul,
66
saran dan pendapat, mengikuti keggiatan yang diselenggarakan
organisasi, memilih dan dipilih menjadi pengurs atau pemegang jabatan
lain yang diamanatkan kepadanya. Selain itu setiap anggota juga
berkewajiban menjaga dan membela keluhuran agama Islam, mentaati
AD dan ART, serta peraturan-peraturan organisasi lainnya, membayar
iuran anggota, menjunjung tinggi nama baik, tujuan dan kehormatan
organisasi, mendukung dan menyukseskan seluruh program organisasi.
2. Metode yang digunakan pada pembinaan kader Forum Komunikasi Da’i
Muda Indonesia (FKDMI) adalah metode diskusi, metode tanya jawab,
metode seminar, metode ceramah, metode tutorial, metode mikro
teaching. Materi yang diberikan pada pembinaan kader adalah materi
dakwah dan retorika dakwah.
3. Hasil yang dicapai dari pembinaan kader Forum Komunikasi Da’i Muda
Indonesia (FKDMI) sesuai dengan sasaran yang tepat, dengan beberapa
metode dan kegiatan yang dilakukan, materi yang diberikan serta adanya
bimbingan dari para Pembina untuk peserta dan anggota pembinaan
kader, hasilnya yaitu: pertama bagi pembimbing dan Pembina yakni,
sebagai wadah atau sarana pembinaan calon kader da’i muda, di Wilayah
Rawamangun Jakarta Timur, Mempersiapkan kader-kader dakwah, Para
pengurus mempunyai ilmu retorika dakwah untuk diterapkan dalam
setiap dakwahnya, semua peserta dan anggota yang mengikuti pembinaan
mempunyai pengetahuan yang luas, tentang berbagai macam ilmu.
67
B. Saran-Saran
Untuk memajukan dan meningkatkan serta mengembangkan
keberadaan Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI), khususnya
dalam program pembinaan Kader, maka penulis memberikan saran kepada
pihak-pihak terkait antara lain:
1. Pengurus Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia.
a. Pembinaan harus lebih memperhatikan, meningkatkan, serta
mengembangkan program-program kegiatan yang ada di Forum
Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) terutama dalam
pembinaan calon kader da’i muda.
b. Harus adanya kesadaran para calon kader da’i muda untuk
melaksanakan dakwahnya, baik untuk diri sendiri maupun
masyarakat.
2. Pembina Kader
Agar dapat terus mengarahkan anggota dan peserta FKDMI ke jalan yang
diridhoi Allah SWT, dengan memperluas pengembangan peserta calon
kader dalam pembinaan dan pelatihan kelapangan (terjun ke masyarakat
luas).
3. Anggota FKDMI
Para aktifitas dakwah dapat meningkatkan ilmunya yang telah di dapat
baik ilmu dakwah maupun komunikasi dan lainnya secara teori dan
praktek dalam proses pembinaan.
DAFTAR PUSTAKA
Abda, Slamet Muhaemin, Prinsip-prinsip Metodologi dan Dakwah, Surabaya: Usaha Nasional,
1994.
Abdul Somad, Idris, Diklat ilmu dakwah, Depok: 2004.
Abu Bakar, Hasanunudin, Visi dan Misi Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Jakarta: Media
Dakwah, 1999.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian dan Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Bineka Cipta, 1996.
Badan Penasehat Perkawinan, Perselisihan, dan Perceraian BP-4, Membina Keluarga Bahagia
Dan Sejahtera, Jakarta: BP-4, 1994.
Badruttamam, Nurul, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, Jakarta: Grafindo, 2005.
Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos, 1997.
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: CV.
Diponegoro, 2005.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai
Pustaka, 1994.
Dermawan, Andy, Metodologi Ilmu Dakwah, Jakarta: Prenada Media, 2006.
Habib, M. Syafaat, Buku Pedoman Dakwah, Jakarta: Wijaya, 1982.
Hamka, Prinsip dan Kebijakan Dakwah Islam, Jakarta: Uminda, 1982.
Hasanuddin, Ahmad H, Retorika Dakwah dan Publistik dalam kepimpinan, Surabaya :Usaha
Nasional 1982.
Helmy, Masdar, Dakwah Islam Alam Pembangunan, Semarang: CV Thoha Putra, tt.
Huda, Moh. Nur, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Forum Komunikasi Da’i Muda
Indonesia FKDMI, Jakarta: Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Forum komunikasi Da’i
Muda Indonesia, 2013.
Huda, Moh. Nur, Keputusan-Keputusan Musyawarah Nasional III Forum Komunikasi Da’i
Muda Indonesia FKDMI, Jakarta: Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Forum
komunikasi Da’i Muda Indonesia, 2012.
Huda, Moh. Nur, Materi Rapat Kerja Pengurus Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia,
(Jakarta: Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Forum komunikasi Da’i Muda Indonesia,
2013), Cet. ke-1, h. 35.
Ismail Ilyas Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, Jakarta : Paramadani, 2006 .
Koentjaningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
1997.
Moieong, Lexy J, Metodelogi penetitian kualitatif, Bandung: PT. Rosda karya, 2007.
Mubarak, Zakky, Dakwah dan Globalisasi, Jakarta: ELSAS, 2000.
Muhyiddin, Asep dan Safei, Agus Ahmad, Metode Pengembangan Dakwah, Bandung: Pustaka
Setia, 2002.
Muriah, Siti, Metodologi Dakwah Kontemporer, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000.
Nor, Muhammad, Visi Kebangkitan Relegius, Refleksi Pemikiran dan Perjuangan Tuan Guru
Kiai Haji Muhammad Zaeuddin Abdul Majid, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1982.
PB. PMII, Petunjuk dan Pelaksanaan Kader, Jakarta: Kabag Pengkaderan, 1998.
Priyitno, Irwan, Kepribadian Da’i, Jakarta Pustaka Tarbiatna, 2005.
Proyek Penerangan Bimbing Khutbah Dakwah Agama, Pembinaan Rohani Pada Dharma
Wanita, Penerbit DEPAG, 1984.
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: 2001.
Rambe, H. Nawawi, Sejarah Dakwah Islam, Jakarta: Wijaya, 1985.
Raqith, Hamad Hasan, Meraih Sukses Perjuangan Da’i, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2011.
Rifai, H. Muhammad, 1300 Hadis Dakwah dan Pembina Pribadi Muslim, Semarang:
Wicaksono, tt.
Suhartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial, Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2004.
Salim, Peter, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English, 2002.
Syukir, Asmuni, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: al-Ikhlas, 1983.
Takariawan, Cahyadi, Prinsip-Prinsip Dakwah, Yogyakarta: Izzan Pustaka, 2005.
Tamrin, M., Diklat Metodologi Dakwah, Jakarta: YPI Ibnu Sina, tt.
Tasmaran, Teto, Komunikasi Dakwah, Jakarta: CV. Gaya Media Pratama, 1987.
Tim Penyusun, Ensiklopedia Indonesia, Jakarta: PT Ichtiar Baru-Van Hoeve .
Tualeha, Hamzah, Pengantar Ilmu Dakwah, Surabaya: Offset Indah, 1993.
Ya’qub, Hamzah, Publistik Tekhnik Dakwah dan Leadership, Bandung: CV. Diponegoro, 1986.
Zaidullah, Alwisral Imam dan Bandaro, Khaidir Khatib, Strategi Dakwah dalam Membentuk
Da’i dan Khotib Professional, Jakarta: Kalam Mulia, 2002.
Daradjat, Zakiya, Ilmu Jiwa Raga, Jakarta : Bulan Bintang, 1976 .
Elka, Studi Rizal, Da’wah bi al-Qalam dan Dasar-dasar Penyajiannya, Dakwah, vol. 2, nomor 1 Juli, 2000 .
I(EMENTERIAN ACAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAI(WAH DAN ILMU KOMUNIKASITelepon/ Fax : (021) 7 a32728 / 7 4703580
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat1,541,2lndonesia Website:u'rvn'.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail:[email protected]
Nomor : Un.01/F5/KM.01 .zt\)frzatz Jakarta, ] Maret 2013
Lamp :l(satu)bundelHal : Bimbingan Skripsi
Kepada Yth.Drs. Wahidin Saputra, MADosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu KomunikasiUIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ass alamu' alaikum I4r. Wb.
Bersama ini kami sampaikan sebuah out line skripsi yang diajukan oleh mahasiswa
FakLrltas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarla sebagai
berikut,
Uswatun Hasanah109051000101Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) / VIIIKomunikasi Organisasi Forum Komunikasi Da'i Mudzr
Indonesia (FKDMI) Wilayah Rawamangun Jakarta Timur.
Kami mohon kesediaannya untuk membimbing mahasiswa tersebut dalam
penyusunan dan penyelesaian skripsinya pada waktu yang tidak terlalu lama.
Demikian, atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan terima kasih.
Was salamu' alaikum Wr. Wb.
Tembusan :
L Dekan2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
' ., :'4:ti.'.
;;:i;iiLit;::,tlt:i!.ia
" 5.j;4)\4''
'i:& Yiie Yi *-::."1"** , iI :.::..:.:. -d i
.:i,. ,. / -l'A t:,i",1+ _ :r Lii 1
''.*.,J
NamaNIMJurusan/SemesterJudul Skripsi
Dekan Bidang Akaderruk
in Saputra, M3 t99603 I 001,1
I(EMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKI^/AH DAN ILMU KOMUNIKASITelepon/Fax : (021) 7 432728 / 7 4703580
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 154L2 Indonesia Website: www.fdkuiniakarta.ac.id. E-mail : dakwah@fdk'uiniakarta'ac id
il !4!l ll
Nomor : Un.01/F5/KM.01 .Zt\ cl80 notl Jakarta, tDVtri ZOt:
Lamp :1(Satu)bundelHal : PenelitianAilat'ancara
I(epada Yth.Ketua Forum l(omunikasi Da'i Muda Indonesia
diTemPat
Assalamu' alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat bersama ini karni sampaikan bahwa mahasiswa Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarla di bawah ini'
Nama : Uswatun Hasanah
Nomor Pokok : i 0905 1000101
Jrrusan /Semester : Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) / VIII
bermaksud melaksanakan penelitian/wawancara untuk bahan penulisan skripsi yang
berjudul Pembinaan Forum Komunikasi Da'l Muda Indonesia ( FKDMI ) dalam
Membina Kader di Wilayah Rawaqmangun Jakartu Timur'
Sehubungan dengan itu, kami memohon kepada Bapak kiranya berkenan
menerima mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan penelitian/wawancara dirnaksud'
Atas perhatian dan perkenan Bapak karni ucapkan terima kasih.
Wassalamu' alaikum Wr. Wb.
Tetnbusan :
l. Pernbantu Dekan Bidang Akaderuik2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islanr (l(Pl)Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu l(ornunikasi
Dekan,
Subhan, MA1 99303 | 004f
PETIGIIRU$ PU$ATtonuu ltlliltulllltn$I ltn'l iltunn lil[0ilt$tA
, T PRFKBMI TSekretariat : Kampus Universitas lbnu Chaldun
Jl. Pemuda I Kav.97 Rawamangun Pulogadung Jakarta 13220 Telp. (021) 37700591, 0856 7526547, 0815 861 83081
SURAT KETERANGAN055/A/PP. FKDM! /SK / V /V I / 201 3
Perrgurus Fusat Forum Komunikasi Muda lndonesia (FKDMI), berdasarkan
surat dari Pembantu Dekan Bidang Akaciemik Fakuttas ltmu Dakwah dan ltmu
Komunikasi Universitas lstam Negeri (UlN) 5yarif Hidayatuttah Jakarta, No:
Un.01 /F5/Y\M.01.'J,{3480/2013 tertanggat 28 Mei 2013, dengan ini menerangkan
bahwa:
Na,na
Nomor Pokoli
Tempat/Tanggal Lahir
Semester
Jurusan /Konsentrasi
Atamat
Uswatun Hasanah
109051000101
..lakarta, 06 Februari 1991
Vlll (Detapan)
Komunikasi dan Penyiaran lstam (KPl)
Jt. Malaka I RT 008 RW 012 Keturahan Rorotan
Kecamatan Citincing Jakarta Utara
Tetah mengadakan penetitian dan wawancara di Forum Komui'rikasi Da''i
Muda lndonesia (FKDMI) dengan Topik/Judul "Pembinaan Forum Kontunikasi Da'i
lAuda lnaonesia (FKDlAt) dalcm Membina Kader di Wilayah Rawamongun iakarta
Timur".
Demikian surat keterangan ini dibuat, agar . dapat dipergunakan
sebagairnana mestinya.
Jakarta, 13 Juni 2013
is Jenderat FKDMI,{
t ilil ExL.
KEIVIENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLANI NEGERI (UIN)
: SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTAJ FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Nomor : Un.01/FS/PP.00.9/zi1gcJ2013Lampiran : 1(satu) Berkas SkripsiHal : Ujian Skripsi
Kepada Yth. :
1. Drs. H. Mahmud Jalal, MA' 2. Umi Musyarrofah, MA3. Dra. Rini Laili Prihatini, M Si4. Ade Masturi, MA5. Drs. Wahidin Saputra, iVi.A
Jakafta, 3 September 2013
diJakarta
Assal am u' al aiku m Wr.Wb.
Dekan Fakultas llmu Dakwah dan llmu Komunikasi UIN Syarif HidayatullahJakarta menunjuk Bapak/lbu sebagai Tim Penguji Skripsi mahasiswa/i di Fakultas llmuDakwah dan llmu Komunikasi,
JIn. Ir. H. Juanda No. 95 CiputatWetrsite: wwrv.fdkuin i akarta.ac.id
NamaTempat Tanggal lahirNIMJurusanJudul Skripsi
Ujian tersebut akan dilaksanakan pada
Hari/TanggalWaktuTempat
Tembusan'1 Dekan2. Kasubbag. UmumFakultas llmu Dakwah dan llmu Komunikasi
Ajkd/Mr
Telepon/Fax: (02 1) 7 432728i'i' 4703580Email : [email protected]
KetuaSekretarisPenguji I
Penguji llPembimbing
. Uswatun Hasanah: Jakarta, 06 Februari 1991
1 09051 0001 01: KPI. Pembinaan Kader Forum Komunikasi Da'i Mudalndonesia ( FKDMI) Wilayah Rawamangun Jakarta Timur.
Kamis, 5 Sepiember 20'13Pk. 10.00 s/d 1 1 .00 WIBRuang Munaqasah (Lantai 7A)
Untuk menunjang kelancaran ujian dimaksud, bersama ini kami kirimkan naskahskripsi yang akan diujikan, guna dipelajariiditeliti sebagaimana mestinya.
Demikian penunjukanterima kasih
Wassa!am,
ini di sampaikan. Atas perhatian Bapakllbu, kami ucapkan
HASIL WAWANCARA
JUDUL SKRIPSI : PEMBINAAN KADER FORUM KOMUNIKASI DA’I MUDA
INDONESIA WILAYAH RAWAMANGUN JAKARTA TIMUR DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERDAKWAH
Pewawancara : Uswatun Hasanah Hari : Senin
Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi tanggal : 10 juni 2013
Informan : Ibrahim Ahmad Faqih, M.pd Pukul : 08.15 – 10.15
1. Menurut Bapak bagaimana latar belakang sejarah berdirinya Forum Komunikasi
Da’i Muda Indonesia ( FKDMI )?
Jawab : Berdirinya FKDMI bersumber dari da’i muda sebagai generasi penerus yang
sadar akan hak dan kewajiban serta peranan dan tanggung jawabnya kepada umat yang
Rahmatan Lil ‘Alamin dan memberikan darma baktinya untuk memperjuangkan nilai-
nilai Islam; ‘Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar.
Da’i muda berkewajiban sepenuhnya untuk bersama-sama membangun dan mewujudkan
suatu masyarakat madani yang demokratis dan berkeadilan sosial, baik material maupun
spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam rangka mewujudkan cita-cita
2. Menurut Bapak kapan berdirinya Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia
(FKDMI ) ini?
Jawab : Bahwa Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia atau sering disingkat dengan
FKDMI berdiri pada tanggal 17 Desember 1996 bertepatan dengan tanggal 14 sya’ban
1417 H di Jakarta, untuk waktu yang tidak terbatas yang berkedudukan di Ibukota Negara
Indonesia.
3. Menurut Bapak apa tujuan didirikan Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia
(FKDMI) ?
Jawab : Tujuan didirikannya Forum ini ada dua point penting, yaitu :
a. Terwujudnya komunikasi dan kerjasama dengan pihak lain guna mencapai tujuan
dakwah.
b. Terciptanya pribadi da’i yang berilmu dan beriman sempurna berdasarkan al Qur’an
dan Sunnah Rasullullah.
4. Menurut Bapak apa Visi dan Misi Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia
(FKDMI) ini?
Jawab : visi organisasi ini adalah terwujudnya dan terciptanya da’i yang professional
dalam menegakkan Islam Rahmatan Lil ‘Alamin.
Adapun Misi organisasi ini adalah malaksanakan dakwah Islam, amar ma’ruf nahi
mungkar.
5. Bagaimana jaringan organisasi Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI)
ini terbentuk?
Jawab : Struktur Organisasi FKDMI terdiri dari tingkat Pusat yang disebut dengan
Pimpina Pusat yang berkedudukan di Jakarta sampai di tingkat Desa/Kelurahan yang
disebut dengan Pengurus Ranting.
6. Apa saja Orientasi Program Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia ( FKDMI ) ?
a. Mengadakan training kaderisasi anggota FKDMI dalam bentuk PCDM.
b. Mengembangkan pembinaan dan peningkatan peran pemuda dan da’i muda sebagai
upaya memperkuat kemmapuan da’i dalam berdakwah.
c. Menciptakan infrastuktur organisasi yang mapan dan memadai.
d. Mengadakan kewirausahaan dalm membangun jaringan pengusaha.
e. Memprakarsai berbagai program aksi bersama antar umat beragama dalm gerakan
pembangunan karakter bangsa yang bermoral.
f. Berperan aktif dalam berbagai kegiatan-kegiatan keagamaan dan kesenian Islam.
g. Memberikan bantuan hokum dan advokasi pada masyarakat yang membutuhkan.
7. Ada berapa pengurus di Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) ?
Jawab : Pengurus FKDMI yang sampai saat ini aktif berjumlah kurang lebih 69 orang
pengurus yang membentuk departemen dan lembaga yang merupakan bagian dari
kesatuan organisatoris FKDMI.
8. Menurut Bapak bagaimana sejarah adanya pembinaan kader di FKDMI Wilayah
Rawamangun Jakarta Timur?
Jawab : Peloporan kegiatan pembinaan kader disini tidak terlepas dari peran masyarakat
yang ada di wilayah Rawamangun Jakarta Timur dan selalu membantu kegiatan yang ada
dengan tekad kuat para pengurus untuk memajukan organisasi.
9. Apa tujuan diadakannya pembinaan kader di FKDMI Wilayah Rawamangun
Jakarta Timur?
Jawab : Yaa tujuan untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan di bidang
keagamaan Islam, mempererat hubungan siltaurrahmi atau persaudaraan antar umat
Islam. Mengembangkan pembinaan dan peningkatan peran pemuda dan da’i muda
sebagai upaya memperkuat kemampuan da’i dalam berdakwah
10. Menurut Bapak berapa kali kegiatan pembinaan kader da’i ini diadakan?
Jawab : Kegiatan ini diadakan setiap seminggu sekali, tepatnya hari sabtu.
11. Bentuk kegiatan Apa yang Bapak berikan kepada peserta pembinaan kader da’i
ini?
Jawab : Biasanya lembaga ini memberikan latihan berpidato atau ceramah kepada
peserta agar peserta bisa memahami cara berpidato didepan orang banyak itu seperti apa.
12. Menurut Bapak Hasil apa yang ingin dicapai dengan adanya kegiatan pembinaan
kader da’i ini?
Jawab : Semua peserta pembinaan kader da’i ini mempunyai pengetahuan tentang agama
dan ilmu pengetahuan yang luas, agar ketika berdakwah tidak kehabisan bahan atau
materi yang akan disampaikan
13. Materi apa saja yang Bapak berikan pada pembinaan kader da’i ini?
Jawab : Materi yang diberikan biasanya Fiqih, Aqidah dan Akhlak. Dan yang terpenting
disini yaitu pelatihan retorika dakwah.
Informan
Ibrahim Ahmad Faqih, M. Pd
HASIL WAWANCARA
JUDUL SKRIPSI : PEMBINAAN KADER FORUM KOMUNIKASI DA’I MUDA
INDONESIA WILAYAH RAWAMANGUN JAKARTA TIMUR DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERDAKWAH .
Pewawancara : Uswatun Hasanah Hari : Senin
Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi tanggal : 15 juni 2013
Informan : Mohammad Nur Huda, S. sos Pukul : 09.40 – 12.00
1. Menurut Bapak apa azas dan status FKDMI dibentuk?
Jawab : Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia ( FKDMI ) berazaskan Pancasila dan
FKDMI berstatus independen dan merupakan mitra kementerian Agama RI dan Institusi
lain dalam melaksanakan program-program kerja.
2. Dari manakah sumber keuangan dalam pelaksanaan pembinaan kader yang biasa
Bapak berikan kepada anggota FKDMI?
Jawab : Ada 4 sumber penting dalam pendanaan, yaitu:
a. Sumber-sumber dana di lingkungan FKDMI, umat Islam, dan tidak mengikat.
b. Iuran anggota.
c. Usaha yang sah dan halal.
d. Bantuan yang tidak mengikat.
3. Menurut Bapak adakah persyaratan khusus menjadi anggota FKDMI?
Jawab : Tidak ada persyaratan khusus dalam lembaga ini, yang terpenting :
a. Beragama Islam.
b. Berusia minimal 16 tahun dan maksimal 42 Tahun.
c. Menyetujui, mentaati, dan siap melaksanakan AD dan ART FKDMI.
4. Dimana tempat para anggota mengikuti pembinaan kader da’i ini?
Jawab : Yaa tempatnya di FKDMI ini, di lembaga ini sudah disiapkan tempat khusus
untuk kegiatan pembinaan ini.
5. Materi apa yang Bapak berikan dalam pembinaan kader da’i ini?
Jawab : Materi yang diberikan disini intinya sih tentang pendalaman agama misalkan
tentang dakwah dan juga ada pembelajaran Al-Qur’an dan Murotal.
6. Dalam pembinaan kader da’i ini, ada metode apa saja yang digunakan di FKDMI?
Jawab : Ada banyak metode yang sering diapakai dalam pembinaan kader da’i disini
diantaranya : metode diskusi, metode ceramah, metode tutorial, dan metode tanya jawab
selam program pembinaan kader berlangsung.
7. Menurut Bapak Apa tujuan diadakannya pembinaan kader da’i ini?
Jawab : Dengan adanya pembinaan berharap semakin banyak da’i yang konsisten
mengajak para umat ke jalan yang di ridhai Allah dan bisa menyebarkan syariat islam
sesuai dengan tuntunan Rasulnya.
8. Bagaimana bentuk dari kegiatan pembinaan ini menurut Bapak?
Jawab : Bentuk kegiatan disini ya tentunya tentang pembinaan keagamaan, misalnya
mengadakan kegiatan ceramah atau berpidato, kumpulan di majelis taklim.
9. Menurut Bapak kira-kira metode Apa yang sering dipakai dalam pembinaan kader
da’i ini?
Jawab : Disini metode yang sering dipakai yaitu metode diskusi meskipun banyak
metode lainnya tetapi metode diskusi yang sering dipakai dalam kegiatan pembinaan ini.
10. Menurut Bapak Bagaimana respon anggota FKDMI terhadap pembinaan kader
da’i?
Jawab : Respon yang selalu ditujukan selalu member dampak positif bagi pengkaderan.
Tapi tidak jarang masih banyak anggota yang sering bolos atau masih kurang respon
terhadap materi atau sering bosan dengan materi yang ada. Akan tetapi semua bisa
teratasi dengan proses berjalan sampai saat ini.
Informan
Moh. Nur Huda, S.sos
HASIL WAWANCARA
JUDUL SKRIPSI : PEMBINAAN KADER FORUM KOMUNIKASI DA’I MUDA
INDONESIA WILAYAH RAWAMANGUN JAKARTA TIMUR DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERDAKWAH
Pewawancara : Uswatun Hasanah Hari : Senin
Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi tanggal : 16 juni 2013
Informan : Abrohul Isnaini, S.Hi Pukul : 08.15 – 10.15
1. Bagaimana pelaksanaan pembinaan kader di wilayah Rawamangun Jakarta
Timur?
Jawab : Pelaksanaan masing-masing program dan kegiatan pembinaan kader FKDMI di
wilyah Rawamangun Jakarta Timur masing-masing dikelompokkan berdasarkan kategori
pembinaan tersebut yaitu : pembinaan keterampilan, pembinaan keagamaan, pembinaan
sosial.
2. Menurut Bapak, metode ceramah sudah efektif dilakukan dalam pembinana kader
da’i di lembaga ini?
Jawab : Dalam pelaksanaannya, penggunaan metode ini berupa ceramah interaktif.
Pembina tidak selalu memberikan materi, akan tetapi diselingi dengan pertanyaan-
pertanyaan pancingan untuk mengetahui kemmapuan pada kader da’i tersebut faham
dengan materi yang disampaikan atau tidak, paling tidak ingat dengan materi yang telah
disamapaikan setiap penyampaian materi.
3. Bagaimana bentuk dari kegiatan pembinaan kader da’i di lembaga ini?
Jawab : Bentuk dari kegiatan ini sendiri yaa mengadakan latihan cara berpidato, disini
latihan tersebut diterapkan agar peserta mengerti atau memahami cara penyampaian
dakwah itu seperti apa.
4. Dalam pembinaan kader da’i, ada metode apa saja yang digunakan di FKDMI?
Jawab : Metode yang sering digunakan dalam setiap kegiatan sering menggunakan
metode- metode diskusi, meskipun masih ada metode lain seperti halnya metode
ceramah, metode tutorial dan tanya jawab.
5. Apa tujuan diadakannya pembinaan kader da’i ini menurut Bapak?
Jawab : menciptakan kader-kader da’i muda yang tahu akan agama islam seperti apa,
dan juga tahu cara menyampaikan dakwahnya itu seperti apa.
6. Materi apa yang Bapak berikan dalam pembinaan kader da’i ini?
Jawab : Materi yang diberikan tentang pelajaran agama, selain itu juga ada retorika
dakwah.
7. Kira-kira metode apa yang sering dipakai dalam pembinaan kader da’i ini?
Jawab : Metode yang sering digunakan dalam segtiap kegiatan sering menggunakan
metode-metode diskusi, meskipun masih ada metode ada metode lain seperti halnya
metode ceramah, metode tutorial dan metode tanya jawab.
8. Dimana tempat biasanya para kader mengikuti kegiatan pembinaan kader da’i ini?
Jawab : Kalau tempat biasanya ya di lembaga ini sendiri, lembaga ini sudah menyiapkan
tempat khusus untuk kegiatan pembinaan ini.
9. Menurut Bapak hasil Apa yang dicapai dengan adanya kegiatan pembinaan kader
da’i ini?
Jawab : dari beberapa kegiatan yang ada, hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan
pembinaan kader da’i ini FKDMI mampu menjalankan program kegiatannya dengan
baik. Dari hasil yang terlihat, lembaga ini telah banyak berperan aktif dalam pembinaan
para kader da’i muda bahkan mampu melahirkan da’i-da’i baru yang kini aktif tersebar di
masyarakat luas.
Informan
Abrohul Isnaini, SH.i
HASIL WAWANCARA
JUDUL SKRIPSI : PEMBINAAN KADER FORUM KOMUNIKASI DA’I MUDA
INDONESIA WILAYAH RAWAMANGUN JAKARTA TIMUR DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERDAKWAH
Pewawancara : Uswatun Hasanah Hari : Senin
Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi tanggal : 16 juni 2013
Informan : Peserta Ikhwan Mufti Pukul : 10.15-12.00
1. Apa alasan Anda mengikuti kegiatan pembinaan kader da’i ini?
Jawab : Saya ingin menambah wawasan tentang ilmu agama Islam.
2. Sudah berapa Anda mengikuti kegiatan pembinaan kader da’i di lembaga ini?
Jawab : Saya sudah mengikuti kegiatan hampir 3 tahun lebih.
3. Apa yang Anda dapat dari mengikuti kegiatan pembinaan kader da’i ini?
Jawab : Dengan mengikuti kegiatan ini saya banyak mendapatkan ilmu disini
diantaranya: ilmu berbicara di depan orang banyak, ilmu berani berhadapan dengan orang
banyak juga.
4. Selain metode dakwah, materi apa saja yang diberikan oleh pembimbing?
Jawab : Materi yang disampaiakan pokoknya tentang pelajaran agama diantaranya Fiqih
dan Akhlak.
5. Menurut Anda apakah kegiatan pembinaan kader da’i sudah bagus dan berjalan
dengan lancar?
Jawab : Tentu sudah bagus, buktinya dengan mengikuti kegiatan ini saya jadi berani
berbicara dengan orang banyak.
Informan
Ikhwan Mufti
Foto Logo Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI)
FOTO KEGIATAN PEMBINAAN KEAGAMAAN PELATIHAN
HADROH
SILATURAHMI ANTARA PENGURUS WILAYAH