pemberian terapi musik dominan …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi...

93
i PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN FREKUENSI SEDANG TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. W DENGAN HIPERTENSI DI BANGSAL CEMPAKA 2 RSUD SUKOHARJO Disusun Oleh: HENDRA SUGIHARTA P12088 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

Upload: trinhdang

Post on 25-May-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

i

PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN FREKUENSI SEDANG

TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA

ASUHAN KEPERAWATAN Ny. W DENGAN

HIPERTENSI DI BANGSAL CEMPAKA 2

RSUD SUKOHARJO

Disusun Oleh:

HENDRA SUGIHARTA

P12088

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

Page 2: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

i

PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN FREKUENSI SEDANG

TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA

ASUHAN KEPERAWATAN Ny. W DENGAN

HIPERTENSI DI BANGSAL CEMPAKA 2

RSUD SUKOHARJO

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

Disusun Oleh:

HENDRA SUGIHARTA

P12088

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

Page 3: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : HENDRA SUGIHARTA

NIM : P12 088

Program studi : DIII Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN

FREKUENSI SEDANG TERHADAP

PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA

ASUHAN KEPERAWATAN Ny. W DENGAN

HIPERTENSI DI BANGSAL CEMPAKA 2 RSUD

SUKOHARJO

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya sendiri, bukan merupakan penambilan tulisan atau pikiran

orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah

hasil jlipakan, maka saya bersedia menerima saksi atas perbuatan tersebut sesuai

dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta , April 2014

Yang Membuat Peryataan

HENDRA SUGIHARTA

NIM. P12 088

Page 4: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Hendra Sugiharta

NIM : P 12.088

Program Studi : D III Keperawatan

Judul : PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN FREKUENSI

SEDANG TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI

PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. W DENGAN

HIPERTENSI DI BANGSAL CEMPAKA 2 RSUD SUKOHARJO

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah

Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : STIKes Kusuma Husada Surakarta

Hari/ Tanggal : Jum’at, 22 Mei 2015

Pembimbing : Diyah Ekarini, SKep., Ns ( )

NIK. 200179001

Page 5: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh:

Nama : HENDRA SUGIHARTA

NIM : P12 088

Program studi : DIII Keperawatan

Judul : PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN FREKUENSI

SEDANG TERHADAP PENURUNAAN INTENSITAS

NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. W DENGAN

HIPERTENSI DI BANGSAL CEMPAKA 2 RSUD

SUKOHARJO

Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah

Prodi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta

Hari/Tanggal :

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : _______________________

NIK:

(……………………)

Penguji I : _______________________

NIK:

(……………………)

Penguji II : _______________________

NIK:

(……………………)

Mengetahui,

Ketua Program Studi DIII Keperawatan

Stikes Kusuma Husada Surakarta

Atiek Murhayati, S.Kep., Ns., M.Kep

NIK: 200680021

Page 6: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah dengan judul ”Pemberian Terapi Musik Dominan Frekuensi Sedang

Terhadap Pengendalian Respon Emosionalpada Asuhan Keperawatan Ny. W

dengan Hipertensi di Ruang Cempaka 2 Rumah Sakit dr. Moewardi Surakarta.”

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat:

1. Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns., M.Kep, selaku Ketua Program studi DIII

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu

di Stikes Kusuma Husada Surakarta.

2. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns., M.Kep, selaku Sekretaris Ketua Program studi

DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba

ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta.

3. Diyah Ekarini, S.Kp., Ns., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing

dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman

dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

4. Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep., Ns., M.Kep selaku penguji I yang telah

membimbing dan memberikan masukan demi sempurnanya studi kasus ini.

5. Siti Mardiyah, S.Kep., Ns selaku penguji II yang telah membmbing dan

memberikan masukan demi sempurnanya studi kasus ini.

Page 7: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

vi

6. Semua dosen Program studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya

serta ilmu yang bermanfaat

7. Direktur RS Sukoharjo yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk melakukan kelolaan kasus di Rumah sakit Sukoharjo khususnya di

ruang Cempaka.

8. Yonaha, S.Kep., Ns. yang telah memberikan banyak masukkan dan

bimbingan kepada penulis dalam pemberian asuhan keperawatan dan

pengelolaan kasus pada Ny. W di ruang Cemapaka 2, sehingga penulis

mampu menyelesaikan studi kasus.

9. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat

untuk menyelesaikan pendidikan.

10. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma

Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-

persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, 21 Februari 2015

Penulis

Page 8: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ............................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................... v

DAFTAR ISI .............................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................ 1

B. Tujuan Penulisan ..................................................................... 5

C. Manfaat Penulisan ................................................................... 6

BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................... 8

A. Tinjauan teori ........................................................................... 8

1. Hipertensi .................................................................... 8

2. Terapi musik ................................................................. 25

3. Nyeri ............................................................................ 26

B. Kerangka Teori ......................................................................... 31

C. Kerangka Konsep ..................................................................... 32

BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET ........... 33

A. Subjek aplikasi riset .................................................................. 33

B. Tempat dan waktu .................................................................... 33

Page 9: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

viii

C. Media atau alat yang digunakan ............................................... 33

D. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ............................ 34

E. Alat ukur evaluasi tindakan aplikasi riset ................................ 34

BAB IV LAPORAN KASUS ................................................................. 35

A. Identitas klien ............................................................................ 35

B. Pengkajian ................................................................................. 35

C. Perumusan masalah keperawatan .............................................. 40

D. Perencanaan............................................................................... 41

E. Implementasi ............................................................................. 43

F. Evaluasi .................................................................................... 48

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................. 52

A. Pengkajian ................................................................................. 52

B. Perumusan masalah keperawatan .............................................. 54

C. Perencanaan............................................................................... 57

D. Implementasi ............................................................................ 59

E. Evaluasi .................................................................................... 66

BAB KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 70

A. Kesimpulaan .............................................................................. 70

B. Saran ......................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 10: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

ix

DAFTAR TABEL

Klasifikasi tekanan darah pada dewasa ....................................................... 8

Page 11: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Usulan Judul Aplikasi Jurnal

Lampiran 2. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 3. Surat Pernyataan

Lampiran 4. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 5. Jurnal Utama

Lampiran 6. Asuhan Keperawatan

Lampiran 7. Log Book

Lampiran 8. Lembar Pendelegasian

Page 12: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk hipertensi telah

menjadi penyakit yang mematikan banyak penduduk di negara maju dan

negara berkembang lebih dari delapaan dekade terakhir. Hipertensi adalah

keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas

normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan diastolic

(bagian bawah) (Wahdah, 2011). Berdasarkan etiologi, hipertensi dibedakan

menjadi 2, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer

adalah suatu kondisi dimana penyebab sekunder dari hipertensi tidak

ditemukan. Penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit renovaskuler,

aldosteronism, gagal ginjal, dan penyakit lainnya (Triyanto, 2014).

Di Indonesia, dengan tingkat kesadaran akan kesehatan yang lebih

rendah, jumlah pasien yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita

hipertensi dan yang tidak mematuhi minum obat kemungkinan lebih besar.

Kecenderungan perubahan tersebut dapat disebabkan meningkatnya ilmu

kesehatan dan pengobatan, serta perubahan sosial ekonomi dalam masyarakat

Indonesia yang berdampak pada budaya dan gaya hidup masyarakat. Dalam

lingkup penyakit kardiovaskuler, hipertensi menduduki peringkat pertama

dengan penderita terbanyak.

Page 13: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

2

Menurut Wahdah (2011) sebanyak 1 milyar orang di dunia atau 1 dari 4

orang dewasa menderita penyakit ini. Bahkan, diperkirakan jumlah penderita

hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang tahun 2025. Di

Indonesia belum ada data nasional namun, pada studi MONICA 2000 di

daerahperkotaan Jakarta dan FKUI 2000-2003 di daerah Lido pedesaan

kecamatan Cijeruk memperlihatkan kasus hipertensi derajat II (berdasarkan

JNC VII) masing 20,9% dan 16,9%. Menurut Wahdah (2011) dari seluruh

populasi pengidap hipertensi, pengidap hipertensi primer memiliki populasi

90% dan hipertensi sekunder 10%.

Menurut Riskesdas (2010) prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai

31,7% dari populasi usia 18 tahun ke atas, dari jumlah itu 60% penderita

hipertensi mengalami komplikasi stroke. Sedangkan sisanya mengalami

penyakit jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Hipertensi sebagai penyebab

kematian ke 3 setelah stroke dan tuberculosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari

proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014).

Prevalensi kasus hipertensi primer di provinsi jawa tengah mengalami

peningkatan dari 1,87% pada tahun 2006 menjadi 2,02% pada tahun 2007,

dan 3,30% pada tahun 2008. Prevalensi sebesar 3,30% artinya setiap 100

orang terdapat 3 orang penderita hipertensi primer. Terdapat 4 kabupaten atau

kota dengan prevalensi sangat tinggi diatas 10% yaitu kabupaten Brebes

sebesar 18,60%, kota tegal 15,41%, kab. Karanganyar 13,81%, dan kab.

Sukoharjo 10,89% (Profil kesehatan prov. Jawa Tengah, 2008 : 34).

Page 14: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

3

Hipertensi sering disebut sebagai pembunuh siluman, karena tanpa

disadari penderita bertahun-tahun tanpa merasakan sesuatu gangguan atau

gejala. Di rumah sakit banyak dijumpai gejala yang ditimbulkan dari

hipertensi yaitu pusing dan nyeri kepala sering kali terjadi pada saat

hipertensi sudah lanjut disaat tekanan darah sudah mencapai angka yang

bermakna.

Penanganan pada hipertensi dapat dilakukan secara farmakologis

maupun non farmakologis. Pada penanganan secara farmakologis dengan

menggunakan obat-obatan yang mampu mengendalikan tekanan darah dan

rasa nyeri ataupun pusing yang dirasakan penderita. Sedangkan dalam

penanganan secara non farmakologis untuk mengatasi nyeri kepala ataupun

pusing dapat dilakukan dengan pemberian terapi musik dominan frekuensi

sedang (750-3000 hertz) selama 20-30 menit untuk memberikan rangsangan

ataupun keadaan relaksasi pada penderita hipertensi (Asrin, 2009). Nyeri

kepala yang ditimbulkan pada hipertensi diakibatkan oleh vasokontriksi atau

penebalan pada pembuluh darah otak dan tekanan darah yang tinggi dipaksa

untuuk melewati jalan yang sempit (Wahdah, 2011).

Menurut asrin (2009) musik dominan frekuensi sedang adalah musik

sesuai dengan selera pasien dengan frekuensi 750-3000 hertz. Sedangkan

menurut Solehati (2015) musik merupakan distraksi yang efektif dalam

menurunkan intensitas nyeri dengan cara mengalihkan perhatian seseorang

dari perasaan nyeri yang dirasakan.berdasarkan laporan Joanna Briggs

Institute (2001) musik mampu mengurangi rasa nyeri.

Page 15: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

4

Pemberian terapi musik dominan frekuensi sedang (750-3000 herz)

mampu mengurangi rasa nyeri dan kecemasan dengan menghasilkan hormon

endhorpine yang memberikan efek relaksasi pada tubuh (Solehati, 2015).

Pemberian terapi musik dominan frekuensi sedang (750-3000 hertz) baiknya

diberikan 3 kali dalam sehari dapat menurunkan nyeri (Asrin, 2009).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Asrin dkk (2009) dalam jurnal yang

berjudul “ upaya pengendalian respon emosional pasien hipertensi dengan

terapi musik dominan frekuensi sedang “ didapatkan hasil bahawa denga

dilakukannay terapi musik dapat menurunkan skala nyeri.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Sukoharjo terdapat

25,8% penderita hipertensi primer dan hampir 80% penderita mengalami

nyeri kepala. Dari hasi pengkajian yang dilakukan di RSUD Sukoharjo

bahwa Ny. W dengan hipertensi mengalami nyeri kepala dengan skala ±4.

Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan pengelolaan

kasus hipertensi dengan menerapkan intervensi pemberian terapi non

farmakologis dengan terapi musik dominan frekuensi sedang (750-3000

hertz) selama 20-30 menit diberikan 3 kali dalam sehari sebagai bentuk riset

yang dituangkan pada sebuah karya tulis ilmiah yaang berjudul “ pemberian

teraapi musik dominan frekueni seedaang terhadap penurunan nyeri asuhan

keperawatan Ny. W dengan hipertensi di bangsal cempaka 2 RSUD

Sukoharjo “.

Page 16: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

5

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengaplikasikan tindakan tentang pemberian terapi musik

dominan frekuensi sedang terhadap penurunan nyeri asuhan keperawatan

Ny. W dengan hipertensi di ruang Cempaka 2 RSUD Sukoharjo.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien hipertensi

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien

hipertensi

c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien

hipertensi

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien hipertensi

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien hipertensi

f. Penuis mampu menganalisa pengaruh terapi musik dominan

frekuensi sedang terhadap pnurunaan nyeri pada Ny. W dengan

hipertensi.

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi penulis

Menambah wawasan dan pengalaman dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien hipertensi.

Page 17: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

6

2. Bagi Institusi

Digunakan sebagai informasi bagi Institusi pendidikan dalam

pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan

datang.

3. Bagi Rumah sakit

Sebagai evaluasi dalam upaya peningkatan mutu pelayanan dalam

memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif terutama pada

pasien hipertensi dengan memmberikan terapi tambahan non

farmakologis untuk mengurangi nyeri pada pasien hipertensi.

4. Bagi pasien dan keluarga

Pasien dan keluarga dapat mendapatkan infotrmasi dan pengetahuan

ytentang cara mengatasi nyeri pada hipertensi dengan terapi musik

dominan frekuensi sedang (750-3000 hertz).

Page 18: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Teori

1. Hipertensi

a. Definisi

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh

angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada

pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah

baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat

digital lainnya (Wahdah, 2011).

Klasifikasi tekanan darah pada dewasa

Kategori Tekanan Darah

Sistolik

Tekanan Darah

Diastolic

Normal Dibawah 130 mmhg Dibawah 85 mmhg

Normal tinggi 130-139 mmhg 85-89 mmhg

Stadium 1

(hipertensi normal) 140-159 mmhg 90-99 mmhg

Stadium 2

(hipertensi sedang) 160-179 mmhg 100-109 mmhg

Stadium 3

(hipertensi berat) 180-209 mmhg 110-119 mmhg

Stadium 4

(hipertensi malignan) 210 mmhg atau lebih

120 mmhg atau

lebih

(Wahdah, 2011: 22)

Sebetulnya batas antara tekanan darah normal dan tekanan

darah tinggi tidaklah jelas, menurut WHO, di dalam guidelines

terakhir tahun 1999, batas tekanan darah yang masih dianggap

Page 19: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

8

normal adalah bila kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan bila lebih

dari 140/90 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi dan diantara nilai

tersebut dikategorikan sebagai normal-tinggi (batasan tersebut

diperuntunkan bagi individu dewasa diatas 18 tahun). Nilai normal

tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan,

tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80

mmHg (Wahdah, 2011).

b. Penyebab Hipertensi

Menurut Yekti dan Ari (2011) bahwa hipertensi disebabkan

oleh beberapa faktor yang sangat mempengaruhi satu sama lain.

Berikut ini faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi : 1)

toksin,2) factor genetic,3) umur,4) jenis,5) etnis,6) stres, 7)

kegemukan, 8) nutrisi, 9) alcohol, 10) merokok, 11) kafein, 12)

kurang olah raga, 13) kolesterol tinggi. Menurut Dewi (2013)

menyebutkan bahwa penyebab hipertensi adalah

1) Secara genetik

a) Gangguan fungsi barostat renal Sensitifitas terhadap

konsumsi garam

b) Abnormalitas transportasi natrium kalium

c) Respon SSP (siatem saraf pusat) terhadap stimus psiko-

sosial

d) Gangguan metabolisme (glukosa, lipid, dan rresistensi

insulin)

Page 20: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

9

2) Faktor lingkungan

a) Faktor psikososial : kebiasaan hidup, pekerjaan, stress

mental, aktivitas fisik, status sosial ekonomi, keturunan,

kegemukan, dan konsumsi minuman keras (beralkohol)

b) Faktor konsumsi garam

Pengguna obat-obatan seperti golongan kortikosteroid

(cortisone) dan beberapa obat hormone, termasuk beberapa

obat antiradang (anti-inflamasi) secara terus menerus dapat

meningkatkan tekanan darah seseorang

c) Merokok juga merupakan faktor penyebab terjadinya

peningkatan tekanan darah tinggi dikarenakan tembakau

yang berisi nikotin

3) Adaptasi struktural jantung serta pembuluh darah

a) Pada jantung : terjadi hypertropi dan hyperplasia miosit

b) Pada pembuluh darah : terjadi vaskuler hypertropi.

c. Tanda dan Gejala Hipertensi

Menurut Dewi (2011) tanda dan gejala hipertensi yaitu :

1) Penglihatan kabur karena kerusakan retina

2) Nyeri pada kepala

3) Mual dan muntah akibat meningkatnya tekanan intara kranial

4) Edema dependent

5) Adanya pembengkakan karena meningkatnya tekanan intra

kapiler

Page 21: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

10

Menurut Adinil (2004) gejala klinis yang dialami oleh para

penderita hipertensi yaitu pusing, mudah marah, telinga berdengung,

sukar tidur, sesak napas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata

berkunang-kunang, dan mimisan (jarang dilaporkan).

Crowin (2000) menyebutkan bahwa sebagian gejala klinis

timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa nyeri

kepala saat terjaga, kadang disertai mual muntah. Pada pemeriksaan

fisik tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang

tinggi, tetapi dapat pula dijumpai perubahan retina, seperti

perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh

darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus

optikus).

d. Patofisiologi

Meningkatnya tekanan darah didalam arteri bisa terjadi melalui

beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga

mengalirkan banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar

kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak

dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri

tersebut. Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui

pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya

tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, di mana dinding

arterinya telah menebal dan kaku karena arterioskalierosis.

Page 22: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

11

Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada

saat terjadi vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk

sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon

didalam darah. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa

menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika

terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang

sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh

meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.

Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri

mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka

tekanan darah akan menurun. Penyesuaian terhadap faktor-faktor

tersebut dilaksanankan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan

sistem saraf otonom (bagian ari sistem saraf yang mengatur berbagai

fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal

mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara : jika tekanan

darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air,

yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan

mengembalikan tekanan darah normal.

Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi

pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan

tekanan darah kembali ke normal. Ginjal juga bisa meningkatkan

tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang

memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan

Page 23: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

12

memicu pelepasan hormon aldosteron. Ginjal merupakan organ

penting dalam mengendalikan tekanan darah, karena itu berbagai

penyakit dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya

tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke

salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan

hipertensi. Peradangan dan cidera pada salah satu atau kedua ginjal

juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah.

Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf

otonom yang untuk sementara waktu akan meningkat tekanan darah

selama respon fight-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman

dari luar); meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung;

dan juga mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar

arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka yang memerlukan

pasokan darah lebih banyak); mengurangi pembuangan air dan

garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan volume darah dalam

tubuh; melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin

(noradrenalin), yang merangsangjantung dan pembuluh darah.

Faktor stres merupakan satu faktor pencetus terjadinya peningkatan

tekanan darah dengan proses pelepasan hormon epinefrin dan

norepinefrin.

(Triyanto, 2014)

Page 24: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

13

e. Komplikasi

Menurut Triyanto (2014) komplikasi yang terjadi pada

hipertensi yaitu :

1) Strok dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau

akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang

terpajan tekanan tinggi. Strok dapat terjadi pada hipertensi

kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami

hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah

yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang

mengalami arterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga

meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma. Gejala

terkena strok adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang

bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk,

salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakkan

(misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat

berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara

mendadak.

2) Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang

arterosklerosisnya tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke

miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat

aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Hipertensi kronik

dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium

mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung

Page 25: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

14

yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertrofi ventrikel

dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik

melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung,

dan peningkatan resiko pembentukan bekuan .

3) Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat

tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerolus. Dengan

rusaknya glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit

fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut

menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran

glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan

osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang

sering dijumpai pada hipertensi kronik.

4) Ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang

kembalinya ke jantung dengan cepat mengakibatkan cairan

terkumpul di paru, kaki dan jaringan lain sering disebut edema.

Cairan didalam paru-paru menyebabkan sesak napas, timbunan

cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering

dikatakan edema. Ensefalopati dapat terjadi terutama pada

hipertensi maligna (hipertensi cepat). Tekanan yang tinggi pada

kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan

mendorong cairan ke dalam ruang intertisium di seluruh saraf

pusat. Neuron- neuron di sekitarnya kolap dan terjadi koma.

(Triyanto, 2014)

Page 26: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

15

f. Penatalaksanaan

Menurut Wahdah (2011) penatalaksanaan dalam hipertensi

dibagi dalam 2 golongan :

1) Pengobatan non farmakologis

a) Penurunan berat badan

b) Olah raga

c) Mengurangi asupan garam

d) Tidak merokok

e) Hindari stres

f) Pemberian terapi musik dominan frekuensi sedang (Endang

Triyanto (2014:3)

2) Pengobatan farmakologis

Ada beberapa golongan obat anti hipertensi, pada dasarnya

menurunkan tekanan darah dengan cara mempengaruhi jantung

atau pembuluh darah atau keduanya. Pengobatan hipertensi

biasanya dikombinasikan dengan beberapa obat :

a) Diuretic {tablet Hydrochlorothiazide(HCT), lasix

(Furosemide)}. Merupakan golongan obat hipertensi dengan

proses pengeluaran cairan tubuh via urin. Tetapi karena

potasium berkemungkinan terbuang dalam cairan urin,

maka pengontrol konsumsi potasium harus dilakukan.

b) Beta – blockers {Atenolol (Tenorim), Capoten (captopril)}.

Merupakan obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan

Page 27: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

16

tekanan darah melalui proses memperlambat kerja jantung

dan memperlebar (vasodilatasi) pembuluh darah.

c) Calcium channel blockers {Norvasc (amlopidine),

Angiotensinconverting enzyme (ACE)}. Merupakan salah

satu obat yang biasa dipakai dalam pengontrolan darah

tinggi atau hipertensi melalui proses rileksasi pembuluh

darah yang juga memperlebar pembuluh darah.

g. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Dewi (2011) pemeriksaan penunjang pada hipertensi

yaitu

1) EKG (elektro kardio graf atau rekam jantung)

2) Pemeriksaan darah kimia (kretinin, BUN)

3) Radiografi dada

B. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis

1. Pengkajian

Data biografi : nama, alamat, umur, tanggal MRS, diagnosa medis,

penanggung jawab, catatan kedatangan.

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama : biasanya pasien datang ke RS dengan keluhan

kepala terasa pusing dan bagian kuduk terasa berat, tidak bisa tidur.

Page 28: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

17

b. Riwayat kesehatan sekarang : biasanya pada saat dilakukan

pengkajian pasien masih mengeluh kepala terasa sakit dan berat,

penglihatan berkunang-kunang, tidak bisa tidur.

c. Riwayat kesehatan dahulu : biasanya penyakit hipertensi ini adalah

penyakit yang menahun yang sudah lama dialami oleh pasien, dan

biasanya pasien mengkonsumsi obat rutin seperti captopril.

d. Riwayat kesehatan keluarga : biasanya penyakit hipertensi ini adalah

penyakit keturunan.

3. Data dasar pengkajian

a. Aktivitas/istirahat

Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton

Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,

takipnea

b. Sirkulasi

Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner,

penyakit serebrovaskuler

Tanda : kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan

warna kulit, suhu dingin

c. Integritas ego

Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,

faktor stres multipel

Page 29: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

18

Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue

perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan

menghela, peningkatan pola bicara

d. Eliminasi

Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu

e. Makanan/cairan

Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi

garam, lemak dan kolesterol

Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema

f. Neurosensori

Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala,

berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis

Tanda : perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman,

perubahan retinal optik

g. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala : angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala

oksipital berat, nyeri abdomen

h. Pernapasan

Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea,

dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum,

riwayat merokok

Tanda : distress respirasi/penggunaan otot aksesoris pernapasan,

bunyi napas tambahan, sianosis

Page 30: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

19

i. Keamanan

Gejala : gangguan koordinasi, cara jalan

Tanda : episode parestesia unilateral transein, hipotensi postural

j. Pembelajaran/penyuluhan

Gejala : faktor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit

jantunng, DM, penyakit ginjal, faktor resiko etnik, penggunaan pil

KB atau hormon

2. Diagnosa keperawatan

a. Resiki terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan

peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokard, hipertropi

ventrikular

b. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan

vaskuler serebral

c. Potensial perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung

berhubungan dengan gangguan sirkulasi

d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang proses penyakit dan perawatan diri

Page 31: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

20

3. Rencana Asuhan Keperawatan

a. Resiki terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan

peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokard, hipertropi

ventrikular

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....x24 jam

diharapkan afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokontriksi,

tidak terjadi iskemia miokard

Hasil yang diharapkan :

1) Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD

2) Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima

3) Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil

Intervensi keperawatan :

1) Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan

tekhnik yang tepat

2) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer

3) Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas

4) Amati warna kullit, kelembaban, suhu dan masa pengisian

kapiler

5) Catat edema umum

6) Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurangi aktivitas

7) Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat

tidur/kursi

8) Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan

Page 32: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

21

9) Lakukan tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan

leher

10) Anjurkan tekhnik relakssi, panduan imajinasi, aktivitas

pengalihan

11) Pantau respon terhadap obat untk mengontrol tekanan darah

12) Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi

13) Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi

b. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan

vaskuler serebral

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....x24 jam

diharapkan nyeri berkurang

Hasil yang diharapkan :

1) Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak

nyaman

Intervensi keperwatan :

1) Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit

penerangan

2) Meminimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan

3) Batasi aktivitas

4) Hindari merokok atau menggunakan penggunaan nikotin

5) Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan

Page 33: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

22

6) Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti

kompres es, posisi nyaman, tekhnik relaksasi, bimbingan

imajinasi, hindari konstipasi

c. Potensial perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung

berhubungan dengan gangguan sirkulasi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....x24 jam

diharapkan sirkulasi tubuh tidak terganggu

Hasil yang diharapkan :

1) Pasien mendemonstrasikan perfusi jarngan yang membaik

seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat

diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai

laboratorium dalam batas normal.

2) Haluaran urin 30 ml/menit

3) Tanda-tanda vital stabil

Intervensi :

1) Pertahankan tirah baring ; tinggikan kepala tempat tidur

2) Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua kedua lengan ; tidur,

duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia

3) Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan

4) Amati adanya hipotensi mendadak

5) Ukur masukan dan pengeluaran

6) Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan

7) Ambulasi sesuai kemampuan ; hindari kelelahan

Page 34: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

23

d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang proses penyakit dan perawatan diri

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....x24 jam

diharapkan pasien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi

Hasil yang diharapkan :

1) Pasien mengungkapkan pengetahuan dan keterampilan

penatalaksanaan perawatan dini

2) Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai pesanan

Intervensi :

1) Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur

2) Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh

dengan stres

3) Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian,

tujuan dan efek samping atau efek toksik

4) Jelaskan perlunnya menghindaripemakaian obat bebas tanpa

pemeriksaan dokter

5) Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk

dilaporkan dokter : sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan

muntah

6) Diskusiikan tentang mempertahankan berat badan stabil

7) Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat

berat

Page 35: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

24

8) Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai

pesanan

9) Jelaskan pentingnya mempertahankan pemasukan cairan yang

tepat, jummlah yang diperbolehkan, pembatasan seperti kopi

yang mengandung kafein, teh serta alkohol

10) Jelaskan perlunnya menghindari konstipasi dan penahanan

4. Nyeri

a. Pengertian

Nyeri adalah keadaan yang subyektif, yaitu seseorang

memperlihatkan ketidaknyamanan secara verbal ataupun non verbal

atau keduanya (Solehati & Kosasih, 2015).

b. Teori tentang nyeri

1) Teori affect

Menurut teori ini, nyeri merupakan suatu emosi. Intensitasnya

bergantung pada bagaimana klien mengartikan nyeri tersebut

(Solehati & Kosasih, 2015).

2) Teori endorfin

Teori ini menngatakan, bahwa tubuh memproduksi zat kimia

yang disebut endorfin yang berperan untuk menolong tubuh

dalam melawan rasa nyeri secara alami. Endorfin memengaruhi

tranmisi implus nyeri. Endorfin memiliki kemampuan serupa

dengan narkotik, yaitu menghambat rasa nyeri. Endorfin muncul

Page 36: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

25

dengan cara memisahkan diri dari deoxyribo nucleid acid (DNA)

tubuh.

DNA adalah subtansi yang mengatur kehidupan sebuah sel

dan memberikan perintah bagi sel untuk tumbuh atau berhenti

tumbuh. Pada permukaan sel terutama sel saraf terdapat

areayang menerima naarkotik atau endorfin. Ketika endorfin

terpisah dari DNA, endorfin membuat kehidupan dalam situasi

normal menjadi terasa tidak menyakitkan. Endorfin harus

diusahakan timbul pada situasi yang menyebabkan rasa nyeri.

Endorfin mempengaruhi tranmisi immplus dengan cara

menekan pelepasan neurotransmiter di presinaps atau

menghambat konduksi implus nyeri di postinaps(Solehati &

Kosasih, 2015).

3) Teori Specificity

Teori ini mengatakan, bahwa ujung saraf spesifik berkolerasi

dengan sensasi, seperti sentuhan, hangat, dingin dan nyeri.

Sensasi nyeri berhubungan dengan pengaktifan ujung-ujung

saraf bebas oleh rangsangan mekanik, kimia dan temperatur

yang berlebihan. Sensasi nyeri tersebut berjalan dari kulit dan

spinal cord menuju pusat nyeri di thalamic (Solehati & Kosasih,

2015).

Page 37: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

26

4) Pattern Theory

Teori ini mengatakan, bahwa semua serabut saraf adalah sama.

Nyeri dihasilkan karena adanya stimulus dari reseptor nyeri

yang berlebihan pada sel atau keadaan patologi (Solehati &

Kosasih, 2015).

5) Teori intensiy

Teori ini berpendapat, bahwa nyeri adalah hasil rangsangan

yang berlebihan pada reseptor. Setiap rangsangan reseptor

sensasi mempunyai potensi untuk menimbulkan nyeri jika

menggunakan intensitas yang cukup (Solehati & Kosasih, 2015).

6) Gate control theory

Pada Gate control theory, implus nyeri dapat dikendaliikan oleh

mekanisme pintu gerbang yang ada di subtantia gelatinosa pada

dorsal horn spinal cord untuk melepaskan atau menghambat

tranmisi nyeri (Solehati & Kosasih, 2015).

c. Klasifikasi nyeri

1) Nyeri akut

Nyeri akut didefinisikan sebagai suatu nyeri yang dapat dekenali

penyebabnya, waktunya pendek, dan diikuti oleh peningkatan

ketegangan otot, serta kecemasan. Ketegangan otor dan

kecemasan tersebut dapat meningkatkan persepsi nyeri (Solehati

& Kosasih, 2015).

Page 38: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

27

2) Nyeri kronis

Nyeri kronis didefiniskan sebagai suatu nyeri yang tidak dapat

dikenali dengan jelas penyebabnya. Nyeri ini kerapkali

berpengaruh pada gaya hidup klien. Nyeri kronis biasanya

terjadi pada rentang waktu 3 - 6 bulan (Solehati & Kosasih,

2015).

d. Respon tubuh terhadap nyeri

Pengaruh nyeri pada tubuh akan menimbulkan respon fisik dan

respon tingkah lak (Solehati & Kosasih, 2015).

1) Respon fisik

Respon fisik terhadaap nyeri sangat bervariasi antara nyeri akut

dan nyeri kronis. Rasa nyeri akut akan menstimulasi sistem saraf

simpatis sehingga akan menimbulkan peningkatan tekanan

darah, nadi, respirasi, pucat, banyak keringat, serta disertai pupil

dan kulit terasaa dingn dan lembab.

Rasa nyeri kronik akan merangsang sistem saraf parasimpatis

yang akan mengakibatkan penurunan tekanan darah, denyut

nadi, irama pernapasan, kontraksi pupil, kulit kering dan terasa

panas atau hangat. Perubahan ekspresi wajah yang dapat diamati

adalah menutup gigi atau mengerutkan geraham, mendelikan

mata, menyeringai atau mengernyitkan dahi dan menggigit bibir.

Page 39: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

28

2) Respon tingkaah laku

Perubahaan perilaku dan individu yang mengalami rasa nyeri,

antara lain :

a) Menangis atau merintih

b) Gelisah

c) Banyak bergerak atau tidak tenang

d) Tidak konsentrasi&Insomnia

e) Mengelus-elusbagian tubuh yang mengalami nyeri

5. Terapi Musik

a. Pengertian

Terapi musik adalah terapi menggunakan musik yng tujuannya untuk

meningkatkan atau memperbaiki berbagai kondisi, baik fisik,

kognitif, emosi, maupun sosial bagi individu dari berbagai kalangan

usia (Solehati, 2015).

b. Tujuan pemberian terapi musik

Musik merupakan teknik distraksi yang dapat menurunkan intensitas

nyeri, keadaan stres, dan tingkat kecemasan dengan cara

mengalihkan perhatian seseorang dari perasaan nyeri yang dirasakan.

Menurut Schneider dan Workman (2000) dalam Solehati (2015)

menyebutkan, bahwa distraksi dengan menggunakan musik menjadi

efektif karena individu berkonsentrasi pada stimulus yang menarik

atau menyenangkan daripada berfokus pada gejala yang tidak

menyenangkan.

Page 40: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

29

Menurut Kemper dan Denhaueur dalam Solehati (2015), musik dapat

memberikan efek pada peningkatan kesehatan, mengurangi stres, dan

mengurangi nyeri. Beberapa penelitian telah membuktikan, bahwa

terapi musik efektif dalam menurunkan nyeri.

c. Jenis musik untuk terapi

Menurut Novita (2012) musik yang digunakan untuk terapi musik

antara lain :

1) Musik pada air dengan diberikan musik klasik mampu

memberikan terapi pada manusi karena tubuh manusia terdiri

dari 70% air akan menunjukkan pengaruh yang sama seperti air

dan hasilnya air diberikan musik klasik ketika dilihat dengan

foto yang diperbesar sampai 200-500 kali akan memproduksi

krisal yang cantik seperti bunga dan warna yang terang dan

cerah.

2) Musik dengan pitch yang rendah dengan rhythm yang lambat

dan volume yang rendah akan menimbulkan efek rileks.

3) Bunyi dengan frekuensi tinggi (3000-8000 Hz atau lebih)

lazimnya bergetar di otak dan mempengaruhi fungsi kognitif

seperti berfikir, persepsi spasial dan memori.

4) Bunyi dengan frekuensi sedang (750-3000 Hz) memberikan efek

penurunan kecemasan, mengurangi rasa nyeri, merangsang kerja

jantung, paru, dan emosional.

Page 41: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

30

5) Bunyi dengan frekuensi rendah (125-750 Hz) mempengaruhi

gerakan-gerakan fisik.

d. Prosedur pemberian terapi musik

e. Menurut solehati (2015) prosedur saat pemberian terapi musik yaitu

1) Kaji karakteristik nyeri dan TTV

2) Pasien disiapkan untuk memilih musik yang disukai untuk

terapi.

3) Nyalakan MP3, jangan lupa cek baterai, jangan sampai

musiknya berhenti pada saat diperdengarkan kepada pasien

4) Dekatkan MP3 ke pasien

5) Sebelum diperdengarkan ke pasien, cek volume

6) Pasang earphone

7) Atur posisi senyaman mungkin

8) Lemaskan otot untuk membantu tercapainya relaksasi

9) Anjurkan pasien menarik nafas melalui hidung dan

mengeluarkan nafas secara perlahan lewat mulut

10) Evaluasi kembali setelah diberikan 3 kali sehari untuk

mengetahui sejauh mana intervensi relaksasi musik diberikan

kepada pasien dapat menurunkan rasa nyeri.

Terapi musik dominan frekuensi sedang adalah terapi musik

yang diberikan sesuai selera pasien dengan frekuensi 750-3000 hertz

selama 20-30 menit yang diberikan 3 kali dalam sehari (Asrin,

2009). Menurut Campbell (2002) bunyi dengan frekuensi sedang

Page 42: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

31

mampu menurunkan intensitas nyeri. Bunyi dari musik yang bergetar

membentuk pola dan menciptakan medan energi resonansi dan

gerakan di ruang sekitarnya. Energi akan diserap oleh tubuh manusia

dan energi-energi itu secara halus mengubah pernafasan, detak

jantung, tekanan darah, ketegangan otot, dan ritme-ritme interval

lainnya.

Finnerty (2006) melakukan studi kualitatif yang diberi judul “

Musik Therapy As An Intervention For Pain Perception “, dengan

pernyataan hasil penelitiannya yaitu ; terapi musik bisa

mempengaruhi keadaan biologis tubuh seperti emosi, memori.

Ketukan yang tetap dan tenang memberi pengaruh kuat pada pasien

sehingga tercipta suatu keadaan rileks. Keadaan rileks ini memicu

teraktivasinya sistem saraf parasimpatis yang berfungsi sebagai

penyeimbang dari fungsi parasimpatis. Terapi musik bisa menjadi

distraksi dari nyeri seseorang kecemasan, gejala depresi,

meningkatkan motivasi, sehingga berkontribusi meningkatkan

kualitas hidup pasien. Mitchell dan MacDonald (2006)

mengemukakan efek terapi musik pada nyeri adalah distraksi

terhadap pikiran tentang nyeri, menurunkan kecemasan,

menstimulasi ritme nafas lebih teratur, menurunkan ketegangan

tubuh, memberikan gambaran positif pada visual imagery, relaksasi,

dan meningkatkan mood positif.

Page 43: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

32

Menurut para pakar terapi musik, tubuh manusia memilikki

pola getar dasar. Keudian vibrasi musik yang terikat erat dengan

frekuensi dasar tubuh atau pola getar dasar memiliki efek

penyembuhan yang sangat hebat pada seluruh tubuh, pikirran, dan

jiwa manusia, yang menimbulkan perubahan emosi, organ, hormon,

enzim, sel-sel dan atom (Novita, 2012).

Elemen musik tediri dari lima unsur penting, yaitu pitch

(frekuensi), volume, timbre (warna nada), interval, dan tempo atau

durasi. Pada frekuensi yang rendah dengan tempo yang lambat dan

volume yang rendah akan menimbulkan efek rileks (Novita).

Frekuensi mengacu pada tinggi dan rendahnya nada serta

tinggi rendahnya kualitas suara yang diukur dalam Hertz, yaitu

jumlah daur perdetik dimana gelombang bergetar. Manusia memiliki

batasan untuk tinggi rendahnya frekuensi yang bisa diterima oleh

korteks auditori (Wilgram, 2002; Nilsson, 2009; Chiang 2012).

Telinga manusia memiliki sensifitas mendengar pada kisaran 20-

20.000 Hz. Frekuensi lebih dari 20.000 Hz disebut sebagai

ultrasonik, dan dibawah 20 Hz dikenal infrasonik.

Birbauner, Lutzenberg, Rau, Mayer-Kress, Choi, dan Braun

(1994) dalam publikasi ilmiah yang berjudul Perception of Music

and Dimensional Complexity of Brain Activity, telah melakukan

studi tentang pengaruh frekuensi untuk musik dengan dinamika

gelombang di otak melalui pemeriksaan EEG. Dapat dilihat bahwa

Page 44: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

33

pergerakan gelombang di otak signifikan dengan perubahan getaran

suara dari musik, yaitu gelombang delta, alfa teta, beta, dan gamma.

Gelombang delta bereaksi pada panjang gelombang kisaran 0,5-4

Hz. Gelombang teta memiliki reaksi pada frekuensi 4-8 Hz,

gelombang alfa bereaksi pada frekuensi 8-13. Sementara gelombang

beta bereaksi pada frekuensi 13-30 Hz, dan gelombang gamma pada

frekuensi 20-80 Hz. Gelombang alf aterutama sekali berkaitan

dengan relaksasi, imajinaasi, sehingga menimbulkan efek tenang.

Mitchell dan MacDonal (2006) melakukan penelitian di

Inggris pada 54 partisipan yang diberi nyeri cold pressor. Partisipan

dimana mendengarkan 3 jenis musik yaitu white noise, musik

relaksasi yang dipilih peneliti, dan musik yang dipilih partisipan.

Hasilnya ada perbedaan penurunan nyeri baik laki-laki maupun

perempuan yang mendengarkan musik pilihan mereka. Penurunan

nyeri lebih signifikan pada musik ilihan mereka. Hal ini

menunjukkan bahwa minat seseorang terhadaap hal yang disukai

berpengaruh terhadap efektifitas terapi.

Hasil penelitian sebelumnya oleh Asrin dkk (2009) dan Novita

(2012) pemberian terapi musik sangant signifikan dalam

menurunkan intensitas nyeri.

Page 45: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

34

C. Kerangaka Teori

Hipertensi adaalah suatu keadaaan

dimana seseoraang mengalami

peningkatan tekanaan darah di atas

normal yang mengakibatkan

peningkatan kesakitan (morbiditas)

dan angka kematian/mortalitas.

Kerja

jantung

meningkat

dalam

memompa

darah

Suplai oksigen menuju

otak,paru berkurang

Nyeri akibat tekanan

darah tinggi sehingga

takanan intrakranial,

cemas, nadi, cepat naik

Pemberian terapi musik dominan

frekuensi sedang (750 - 3000 hertz)

guna mengendalikan emosional

yang diindikasikan Tekanan darh

naik, naadi cepat, nafaas cepat, suhu

naik.

Page 46: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

35

D. Kerangka Konsep

Nyeri Pemberian terapi musik

selama 20-30 menit.

Nyeri berkurang atau

menurun.

Page 47: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

36

BAB III

METODE APLIKASI RISET

A. Subjek Aplikasi Riset

Subjek dari aplikasi riset ini adalah Ny. W berusia 55 tahun dengan

hipertensi yang mengalami nyeri kepala di ruang cempaka 2 RSUD

Sukoharjo.

B. Tempat dan Waaktu

Tempat : Ruang cempaka 2 RSUD Sukoharjo

Waktu : pelaksanaan aplikasi riset tanggal 11-13 Maret 2015 dan Terapi

musik dominan frekuensi sedang (750-3000 hertz) dilakukan 20-30

menit 3x sehari.

C. Media dan Alat yang digunakan

Media yang digunakan dalam riset ini untuk mengendalikan respon

emosional hipertensi adalah CD player, musi yang disukai pasien, earphone,

semua data yang didapatkan dicatat dalam lembaran yang telah dipersiapkan.

D. Prosedur Tindakan Berdasarkan Aplikasi Riset

Prosedur dalam pemberian terapi musik dominan frekuensi sedang

(750-3000 Hz) yaitu :

1. Kaji karakteristik nyari (P, Q, S, T) dan TTV

2. Pasien disiapkan untuk memilih musik yang disukai

3. Persiapkan alat seperti laptop dan earphone

4. Sambungkan earphone ke laptop, cek musik yang akan diberikan

Page 48: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

37

5. Atur posisi pasien senyaman mugkin dan atur frekuensi yang akan

diberikan, lalu pasangkan earphone ke pasien

6. Nyalakan MP3 dan anjurkan pasien untuk menarik nafas lewat hidung

dan kelularkan lewat mulut secara perlahan, berikan terapi selama 20-30

menit diberikan 3 kali dalam sehari

7. Evaluasi kembali karakteristik nyeri (P, Q, R, S, T) dan TTV

8. Rapikan pasien dan alat

E. Alat Ukur Evaluasi dari Aplikasi Tindakan Berdasarkan Riset

Peneliti kemudian melakukan pengukuran karakteristik nyeri (P, Q, R,

S, T) dari evaluasi tindakan dengan menggunakan penilaian skala Numerical

rating scale (NRS) yaitu skala ini digunakan untuk pengganti alat

pendeskripsian kata. Dalam hal ini, pasien mengukur nyeri dengan skala 1-10

paling efektif untuk mengukur intensitas nyeri sebelum dan sesudah

dilakukan intervensi. Apabila digunakan untuk menilai skala nyeri, maka

direkomendasikan 10 cm (AHCPR,1992 dalam Apriyanto, 2012).

Gambar 3.1

Skala intensitas nyeri numerik 1-10

Keterangan :

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan

baik

Page 49: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

38

4-6 : Nyeri sedang : secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat

mengikuti perintah dengan baik

7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti

perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan

lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi

dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi.

10 : Nyeri sangat berat : pasien sudah tidak mampu lagi

berkomunikasi, memukul.

Page 50: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

39

BAB IV

LAPORAN KASUS

A. Identitas klien

Pada bab ini menjelaskan laporan kasus asuhan asuhan keperawataan

pemberian terapi musik dominan frekuensi sedang sebagai upaya

pengendalian respon emosional asuhan keperawatan Ny. W dengan hipertensi

di bangsal cempaka 2 RSUD Sukoharjo yang dilakukan pada tanggal 11 - 13

maret 2015. Pengkajian dilakukan dengan metode alloanamnesa dan

autoanamnesa pada tanggal 11 Maret 2015 jam 09.00 WIB. Pengkajian

identitas pasien didapatkan hasil, pasien bernama Ny. W, umur 50 tahun,

jenis kelamin perempuan, alamat Tawang sari, pekerjaan buruh, tingkat

pendidikan SD.

B. Pengkajian

Tanggal masuk rumah sakit pada tanggal 11 Maret 2015, dengan

diagnosa hipertensi, identitas penanggung jawab Ny. W adalah Tn. Y, umur

55 tahun, hubungan dengan klien adalah suami. Keluhan utama : pasien

mengatakan pusing diseluruh bagian kepala dan kepala bagian belakang

terasa cekot-cekot serta mual.

Riwayat penyakit sekarang : pasien mengatakan sehari sebelum masuk

rumah sakit, pasien merasa pusing. Kemudian karena pasien sudah tahu

bahwa ia mempunyai penyakit hipertensi, maka di rumah pasien

Page 51: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

40

mengatasinya dengan makan mentimun dan minum daun seledri. Kemudian

hari berikutnya saat pasien bekerja jualan, pasien masih merasa pusing

diseluruh bagian kepala dan mual serta pandangan kabur.

Pada tanggal 11 Maret 2015 jam 05.15 WIB dibawa keluarga ke IGD

RSUD Sukoharjo. Kemudian di IGD diperoleh hasil tekanan darah : 220/120

mmHg, nadi : 106x/menit, respirasi : 24x/menit, suhu : 37,8oC dan

mendapatkan terapi injeksi ranitidin 50mg/12j, ondansentron 4mg/12j,

furosemide 20mg/24j, dan terpasang infus RL 16 tpm ditangan kiri.

Kemudian jam 05.40 WIB dipindah ke bangsal cempaka 2. Pada saat saya

kaji di bangsal cempaka 2 jam 09.00 diperoleh hasil tekanan darah : 220/120

mmHg, nadi : 106x/menit, respirasi : 24x/menit, suhu : 37,8oC dan terdapat

nyeri di seluruh bagian kepala dan kepala belakang terasa cekot-cekot dengan

P : saat duduk dan hilang saat tidur, Q : cekot-cekot, R : seluruh kepala, S :

±4, T : hilang timbul.

Penyakit yang pernah dialami pasien mengatakan ia pernah mengalami

gejala stroke ± 1,5 tahun yang lalu dengan gejala tangan kiri lemah dan bibir

perot tetapi saat ini sudah kembali normal dengan menjalankan pengobatan

terapi pijat yang dilakukan selama 2x dalam seminggu dalam 2 bulan.

Pasien mengatakan ia tidak memiliki alergi makanan, obat-obatan

ataupun yang lainnya.Pasien mengatakan ia memiliki kebiasaan keliling

kampung ke kampung untuk jualan jamu. Riwayat kesehatan keluarga :

pasien mengatakan didalam keluarganya tidak ada anggota keluarga yang

Page 52: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

41

memiliki penyakit menular namun ibu dari pasien nmemiliki riwayat

hipertensi.

Genogram

: Laki – laki : Garis keturunan

: Ny. W, 55 Th dengan H : Tinggal satu rumah

: Garis perkawinan : Meninggal

Gambar 4.1 Genogram

Riwayat kesehatan lingkungan, pasien mengatakan hidup didaerah

perkampungan yang masih bersih dan jauh dari polusi serta tidak ada limbah

pabrik.Pada pengkajian pola nutrisi dan metabolik diperoleh hasil pasien

mengatakan sebelum dan selama sakit asupan nutrisi tidak ada masalah yaitu

makan dengan frekuensi 3x sehari 1 porsi habis dengan nasi atau bubur,

sayur, lauk, air putih atau teh manis serta tidak ada keluhan setelah makan.

Page 53: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

42

Pada pengkajian pola aktivitas dan latihan diperoleh hasil sebelum sakit

pasien mengatakan mampu melakukan aktivitas dan latihan seperti

makan/minum, toileting, berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah, dan

ambulasi pasien mampu melakukan secara mandiri. Selama di rumah sakit

pasien mengatakan mampu melakukan aktivitas dan latihan secara mandiri

kecuali pada saat berpakaian dibantu orang lain karena tangan kiri terpasang

infus.

Pada pengkajian pola tidur diperoleh hasil sebelum sakit pasien

mengatakan tidur ± 8 jam /hari dan terbiasa tidur siang ± 2 jam/hari serta

tidak ada pengantar tidur, perasaan setelah tidur yaitu nyaman dan tidak ada

keluhan. Selama di rumah sakit pasien mengatakan tidur ± 4 jam/hari dan

tidur sian ±20 menit dan sering terbangun karena pusing diseluruh kepala

yang kadang timbul. Perasaan setelah tidur yaitu masih merasa mengantuk,

lesu dan kantung mata hitam.

Pada pengkajian kognitif perseptual diperoleh hasil P : pasien

mengatakan kepala terasa pusing saat duduk dan hilang saat tidur, Q : pasien

mengatakan pusing terasa cekot-cekot dan terkadang pandangan kabur , R :

pasien mengatakan pusing diseluruh bagian kepala, S : pasien mengatakan

nyeri yang terasa cekot-cekot dengan skala 4, T : pasien mengatakan pusin

hilang timbul.

Pemeriksaan fisik : keadaan umum pasien baik dengan kesadaran

composmentis dan tanda-tanda vital tekanan darah : 220/120 mmHg, nadi :

Page 54: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

43

106x/menit dengan irama cepat dan kuat, respirasi : 24x/menit dengan irama

teratur, suhu : 37,8oC.

Pada pemeriksaan fisik dari kepala sampai leher diperoleh hasil bentuk

kepala mesochepal dengan kulit kepala berminyak dan rambut sedikit

beruban. Pada mata diperoleh hasil mata simetris, kantung mata hitam, tidak

terdapat odema pada palbebra, konjungtva tidak enemis, sclera tidak ikterik,

pupil isocor, reflek terhadap cahaya positif dan tidak menggunakan alat bantu

penglihatan. Pada hidung diperoleh hasil tidak ada sekret, tidak ada polip.

Pada mulut diperoleh hasil mukosa bibir lembab, lidah bersih. Pada gigi

diperoleh hasil tidak ada lubang gigi, rapi, dan sedikit kuning. Pada telinga

diperoleh hasil bentuk simetris, terdapat sedikit serumen, tidak ada benjolan,

dan pendengaran jelas, tidak menggunakan alat bantu pendengaran. Pada

leher diperoleh hasil tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.

Pada pemeriksaan paru-paru diperoleh hasil saat inspeksi bentuk dada

simetris, tidak ada luka. Pada saat palpasi vokal vremitus kanan dan kiri

sama. Pada saat perkusi diperoleh hasil ketukan sonor. Pada saat auskultasi

suara paru vasikuler. Pada pemeriksaan jantung diperoleh hasil saat inspeksi

ictus cordis tidak tampak. Pada saat palpasi ictus cordis teraba. Pada saat

perkusi batas jantung terkesan tidak melebar dan saat auskultasi suara

jantung normal dengan terdengar lup dup. Pada saat pemeriksaan abdomen

diperoleh hasil saat inspeksi tidak ada benjolan dan luka. Pada saat auskultasi

peristaltik usus 26x/menit. Pada saat perkusi tidak ada nyeri tekan, tidak ada

pembesaran hati. Pada saat palpasi suara ketukan abdomen timpani.

Page 55: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

44

Pada pemeriksaan genitalia diperoleh hasil tidak terpasang DC. Pada

pemeriksaan rektum diperoleh hasil tidak ada iritasi dan benjolan.Pada

pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah diperoleh hasil yaitu ekstremitas atas

kekuatan otot 4/5, terpasang infus RL di tangan kiri, tidak ada deformitas

tulang, akral teraba hangat, ROM kanan kiri aktif, dan capilary refile kurang

dari 2 detik. Pada ekstremitas bawah diperoleh hasil kekuatan otot kanan dan

kiri 4/5, tidak ada deformitas tulang, akral teraba hangat, ROM kanan kiri

aktif, dan capilary refile kurang dari 2 detik.

Pada pemeriksaan penunjang pasien Ny.W tanggal 11 Maret 2015

diperoleh hasil dari pemeriksaan laboratorium yaitu leukosit 4,8 103/µL,

eritrosit 4,57 106/µL, hemoglobin 12,0 g/dL, hematokrit 35,7 %, MCV 78,1

fL, MCH 26,3 pg, MCHC 33,6 g/dL, trombosit 233 103/µL, RDW-CV 13,0 %,

PDW 11,3 fL, MPV 9,9 fL, P-LCR 23,9 %, DIFF-count 0,23 %, NRBC 0,00

%, neutrofil 59,8 %, limfosit 31,2 %, monosit 5,90 %, eosinofil 2,70 %,

basofil 0,40 %, IG 0,60 %, golongan darah B, gula darah sewaktu 265 mg/dL,

ureum 22,1 mg/dL, creatinin 0,72 mg/dL, SGOT 15,18 µ/L, SGPT 8,3 µ/L,

HbsAG non reaktif.

Terapi tanggal 11 Maret 2015 pasien mendapatkan terapi dari dokter

infus RL 16 tpm golongan larutan elektrolit yang memliki fungsi untuk

mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi, injeksi

furosemide 20 mg/12j golonngan diuretik yang memiliki fungsi mengurangi

odema karena gangguan jantung, sirosis hati, gangguan ginjal, hipertensi

ringan maupun sedang, ranitidin 50 mg/12j golongan antasida yang memiliki

Page 56: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

45

fungsi untuk pengobatan tukak lambung, duodenum akut, refluk esofagus,

antalgin 1000 mg/12j golongan analgetik non narkotik yang memiliki fungsi

meringankan nyeri, ondansentron 4 mg/12j golongan antiemetik yang

memliki fungsi anti mual dan muntah.

Tanggal 12 Maret 2015 pasien mendapat terapi infus RL 16 tpm, injeksi

furosemide 20 mg/24j, ranitidin 5 0mg/12j, antalgin 1000 mg/12j, obat

peroral amlodipine 10 mg/24j golongan antihipertensi yang berfungsi sebagai

pengobatan hipertensi, captopril 25 mg/8j golongan hipertensi yang memiliki

fungsi mengobati hipertensi ringan hingga sedang, clonidine 0,15 mg/12j

golongan antihipertensi yang memiliki fungsi mengobati hipertensi ringan

hingga sedang. Pada tanggal 13 Maret 2015 pasien mendapatkan terapi infus

RL 16 tpm, injeksi furosemide 20 mg/24j, ranitidin 50 mg/12j, antalgin 1000

mg/12j, obat peroral amlodipin 10 mg/24j, captopril 25 mg/8j, clonidin 0,15

mg/12j.

C. Daftar Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 11 Maret 2015 jam 09.00

WIB didapatkan 3 diagnosa keperawatan. Data subyektif : pasien mengatakan

pusing diseluruh bagian kepala dan terasa cekot-cekot di kepala bagian

belakang, P : pasien mengatakan pusing dirasakan saat duduk dan hilang saat

tidur, Q : pasien mengatakan nyeri terasa cekot-cekot dan terkadang

pandangaan kabur, R : pasien mengatakan pusing diseluruh bagian kepala, S :

pasien mengatakan skala nyeri ± 4, T : pasien mengatakan nyeri yang terasa

Page 57: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

46

hilang timbul. Data obyektif : pasien tampak lemah dan tidak rileks, tanda-

tanda vital : TD : 220/120 mmHg, N : 106x/menit, R : 24x/menit, S : 37,8oC.

Sehingga didapatkan diagnosa yang muncul adalah nyeri akut berhubungan

dengan agen cidera biologis.

Data subyektif : pasien mengatakan susah tidur, tidur ± 4 jam/hari dan

tidur siang ± 20 menit dan sering terbangun karena pusing yang kadang

timbul. Data obyektif : pasien tampak lesu, masih mengantuk dan kantung

mata hitam. Sehingga didapatkan diagnosa keperawatan yang muncul adalah

gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan : pusing.

Data subyektif : pasien mengatakan terkadang saat pusing timbul

pandangan kabur. Data obyektif : pasien tampak lemah, tanda-tanda vital :

TD : 220/120 mmHg, N : 106x/menit, R : 24x/menit, S : 37,8oC. Sehingga

didapatkan diagnosa keperawatan yang muncul adalah resiko jatuh

berhubungan dengan penyakit vaskuler. Berdasarkan analisa data diatas

penulis mampu memprioritaaskan diagnosa keperawatan, adapun prioritas

diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera

biologis, gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan, resiko jatuh

berhubungan dengan penyakit vaskuler.

D. Intervensi keperawatan

Berdasarkan perumusan masalah, maka penulis menentukan rencana

keperawatan sesuai diagnosa yang telah ditentukan :

Page 58: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

47

Diagnosa pertama : nyeri akut berhubungan dengan agen cidera

biologis. Tujuan tindakan diatas yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x24 jam diharapkan nyeri dapat terkontrol dengan kriteria hasil:

skala nyeri berkurang menjadi 1, ekspresi wajah rileks, TTV normal (TD:

130/90 mmHg, nadi : 60 - 100x/menit, respirasi : 24x/menit, S : 36,5oC).

Rencana tindakan yang dilakukan yaitu kaji karakteristik nyeri (P, Q, R, S, T)

dan TTV rasional : untuk mengetahui karakteristik nyeri dan TTV, berikan

terapi non farmakologi dengan terapi musik dominan frekuensi sedang (750-

3000 hertz) selama 20 - 30 menit diberikan 3x dalam sehari rasional :

mengurangi nyeri kepala pada pasien hipertensi, ajarkan tekhnik relaksasi

nafas dalam rasional : membuat rileks otot-otot yang tegang dan mengurangi

nyeri, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik (untuk

mengurangi nyeri secara farmakologi).

Diagnosa kedua : gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan :

pusing. Tujuan tindakan diatas yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x24 jam diharapkan pola tidur efektif dan tidak ada gangguan dengan

kriteria hasil : tidak ada gangguan dalam tidur, mengatakan perasaan nyaman

setelah bangun, wajah tampak rileks dan segar, tidak terdapat kantung mata

yang hitam. Rencana tindakan yang dilakukan yaitu kaji pola tidur pasien

rasional : untuk mengetahui kualitas tidur pasien, atur posisi pasien senyaman

mungkin (semi fowler) rasional : untuk memberikan kenyamanan pasien agar

tidur lebih baik, edukasi tentang pentingnya pola tidur selama sakit rasional :

Page 59: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

48

untuk menambah pengetahuan pasien dan keluarga serta mempercepat

penyembuhan.

Diagnosa ketiga : resiko jatuh berhubungan dengan penyakit vaskuler.

Tujuan tindakan diatas yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3x24 jam diharapkan pasien tetap aman dan tidak terjadi cidera fisik dengan

kriteria hasil : pasien tetap aman dan tidak terjadi cidera. Rencana tindakan

yang dilakukan yaitu menganjurkan pasien untuk tidur saat sempoyongan

rasional : untuk mencegah terjadinya jatuh, ciptakan lingkungan yang aman

rasional : untuk mencegah terjadinya cidera akibat lingkungan yang tidak

aman, edukasi kepada keluarga untuk mengawasi aktivitas klien ketika

sempoyongan rasional : meminimalkan resiko cidera.

E. Implementasi keperawatan

Tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada tanggal 11 maret

2015 pukul 07.30 WIB diagnosa 1 dan 2 mengkaji karakteristik nyeri (P, Q,

R, S, T), TTV dan pola tidur didapatkan respon subyektif : pasien

mengatakan bersedia, pasien mengatakan pusing dibagian seluruh kepala dan

kepala belakang terasa cekot-cekot P : pasien mengatakan nyeri terasa saat

duduk dan hilang saat tidur, Q : pasien mengatakan nyeri terasa cekot-cekot

dan terkadang pandangan kabur, R : pasien mengatakan nyeri diseluruh

kepala, S : pasien mengatakan nyeri skala ± 4, T : pasien mengatakan nyeri

hilang timbul, pasien mengatakan susah tidur, tidur malam ±4 jam/hari dan

tidur siang ± 20 menit dan sering terbangun karena pusing yang kadang

Page 60: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

49

timbul. Respon obyektif : pasien tampak lemah, masih mengantuk, kantung

mata hitam, pasien kooperatif, TTV : TD : 220/120 mmHg, N : 106x/menit, R

: 24x/menit, S : 37,8oC.

Tindakan jam 08.00 WIB diagnosa 1 berkolaborasi dengan dokter

dalaam memberikan obat analgetik (antalgin 1000mg/12j), diuretik

(furosemide 20mg/24j), antasida (ranitidin 50mg/12j), antiemetik

(ondansentron 4mg/12j). Respon subyektif : pasien mengatakan bersedia

disuntik. Respon obyektif : pasien tampak kooperatif dan tenang.

Tindakan jam 08.15 WIB diagnosa 3 mengajurkan pasien untuk tidur

saat sempoyongan. Respon subyektif : pasien mengatakan ya. Respon

obyektif : pasien tampak kooperatif.Tindakan jam 08.30 diagnosa 3

menciptakan lingkungan yang aman dengan memasang penghalang pada

tempat tidur. Respon subyektif : pasien mengatakan mau dipasang

penghalang pada tempaat tidurnya. Respon obyektif : paasien tampak

tenang.Tindakan jam 09.10 WIB diagnosa 2 mengatur posisi pasien

senyaman mungkin (semi fowler). Respon subyektif : pasien mengatakan

posisi sudah nyaman. Respon obyektif : pasien tampak lebih rileks.

Tindakan jam 09.35 diagnosa 1 mngajarkan tekhnik relaksasi nafas

dalam. Respon subyektif : pasien mengatakan bersedia diajarkan tekhnik

relaksasi nafas dalam. Respon obyektif : pasien tampak kooperatif. Tindakan

jam 11.20 WIB diagnosa 2 dan 3 memberikan edukasi kepada keluarga dan

pasien tentang pentingnya pola tidur selama sakit dan mengawasi aktivitas

Page 61: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

50

klien saat sempoyongan. Respon subyektif : pasien dan keluarga mengatakan

bersedia. Respon obyektif : pasien dan keluarga tampak kooperatif.

Tindakan tanggal 12 maret 2015 jam 07.30 diagnosa 1 dan 2

mengobservasi kaarakteristik nyeri (P, Q, R, S, T), TTV dan pola tidur.

Respon subyektif : pasien mengatakan bersedia, pasien mengatakan pusing

diseluruh kepala dan cekot-cekot di kepala belakang sudah berkurang P :

pasien mengatakan nyeri saat duduk dan hilang tidur, Q : pasien mengatakan

nyeri terasa senut-senut dan pandangan kabur sudah berkurang, R : pasien

mengatakan nyeri di kepala keseluruhan, S : pasien mengatakan skala nyeri ±

3, T : pasien mengatakan nyeri hilang timbul, pasien mengatakan tidur malam

sedikit nyenyak ± 5 jam/hari dan tidur siang ± 40 menit namun masih sering

terbangun karena pusing yang kadang timbul. Respon obyektif : pasien

tampak sedikit segar dan rileks dan kantung mata masih hitam, TTV : TD :

190/110 mmHg, N : 104x/menit, R : 24x/menit, S : 37,5oC.

Tindakan jam 08.00 diagnosa 1 berkolaborasi dengan dokter dalam

memberikan obat analgetik (antalgin 1000mg/12 j), diuretik (furosemide

20mg/24 j), antasida (ranitidin 50mg/12 j), antiemetik (ondansentron

4mg/12j). Respon subyektif : pasien bersedia disuntik. Respon obyektif :

pasien tampak kooperatif. Tindakan jam 08.30 diagnosa 3 menciptakan

lingkungan yang aman dengan memasang penghalang pada tempat tidur.

Respon subyektif : paien mengatakan mau dipasang penghalang pada tempat

tidurnya. Respon obyektif : pasien tampak kooperatif.

Page 62: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

51

Tindakan jam 08.45 diagnosa 2 mengatur posisi pasien senyaman

mungkin (semi fowler). Respon subyektif : pasien mengatakan posisi sudah

nyaman. Respon obyektif : pasien tampak rileks.Tindakan jam 09.15 WIB

memberikan terapi non farmakologi dengan terapi musik dominan frekuensi

sedang (750-3000 hertz) dengan musik campursari selama 20-30 menit.

Respon subyektif : pasien mengatakan bersedia. Respon obyektif : pasien

tampak meikmati musik yang diberikan, TTV : TD : 190/110 mmHg, N :

104x/menit, R : 24x/menit, S : 37,5oC.

Tindakan jam 10.00 diagnosa 3 menganjurkan kepada pasien untuk

tidur saat sempoyongan. Respon subyektif : pasien mengatakan ya. Respon

obyektif : pasien tampak kooperatif.Tindakan jam 10.30 diagnosa 1

menganjurkan tekhnik relaksasi nafas dalam saat merasa nyeri. Respon

subyektif : pasien mengatakan ya. Respon obyektif : pasien tampak

kooperatif.

Tindakan jam 12.00 diagnosa 1 memberikan terapi musik dominan

frekuensi sedang (750-3000 hertz) dengan musik campursari selama 20 - 30

menit. Respon subyektif : pasien mengatakan bersedia. Respon obyektif :

pasien tampak menikmati musik yang diberikan, TTV : TD :190/110 mmHg,

N : 104x/menit, R : 24x/menit, S : 37,5oC.Tindakan jam 13.35 diagnosa 1

memberikan terapi musik dominan frekuensi sedang (750 - 3000 hertz)

dengan musik campursari selama 20-30 menit. Respon subyektif : pasien

mengatakan bersedia. Respon obyektif : pasien tampak menikmati musik

Page 63: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

52

yang diberikan, TTV : TD :180/110 mmHg, N : 102x/menit, R : 24x/menit, S

: 37oC.

Tindakan tanggal 13 maret 2015 jam 07.30 diagnosa 1 mengobservasi

karakteristik nyeri P, Q, R, S, T, TTV dan pola tidur. Respon subyektif :

pasien mengatakan bersedia, pasien mengatakan pusing yang dirasakan sudah

berkurang dan senut-senut di kepala belakang sudah berkurang P :psien

mengatakan nyeri saat duduk dan hilang saat tidur, Q : pasien mengatakan

nyeri terasa cekit-cekit dan pandangan tidak kabur, R : pasien mengaatakan

nyeri diseluruh kepala, S : pasien mengatakan skala nyeri ±2, T : pasien

mengatakan nyeri hilang timbul, pasien mengatakan tidur malam lebih baik

±7jam/hari dan tidur siang ±1,5 jam /hari dan tidak sering terbangun. Respon

obyektif : pasien tampak lebih rileks, segar dan kantung mata tidak hitam,

TTV : TD : 140/90 mmHg, N : 102x/menit, R : 24x/menit, S : 36,8oC.

Tindakan jam 08.00 diagnosa 1 berkolaborasi dengan dokter dalam

memberikan obat analgetik (antalgin 1000mg/12 j), diuretuk (furosemide

20mg/24 j), antasida (ranitidin 50mg/12 j), antihipertensi (amlodipin

10mg/24j, captopril 25mg/8j, clonidin 0,15mg/24j). Respon subyektif: pasien

mengatakan bersedia disuntik. Respon obyektif : pasien tampak kooperatif.

Tindakan jam 08.30 WIB diagnosa 3 menciptakan lingkungan yang

aman dengan memasang penghalang pada tempat tidurnya. Respon subyektif:

pasien mengatakan mau dipasang penghalang tepat tidurnya. Respon

obyektif: pasien tampak kooperatif.

Page 64: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

53

Tindakan jam 08.45 diagnosa 2 memberikan posisi senyaman mungkin

(semi fowler). Respon subyektif : pasien mengatakan bersedia. Respon

obyektif: pasien tampak lebih rileks.Tindakan jam 09.00 diagnosa 1

menganjurkan tekhnik relaksasi nafas dalam saat nyeri. Respon subyektif :

pasien mengatakan ya. Respon obyektif : pasien tampak kooperatif.

Tindakan jam 09.15 diagnosa 1 memberikan teraapi non farmakologi

dengan terapi musik dominan frekuensi sedang (750 - 3000 hertz) dengan

musik campursari selama 20 - 30 menit. Respon subyektif : pasien

mengatakan bersedia. Respon obyektif : pasien tampak menikmati musik

yang diberikan, TTV : TD : 140/90 mmHg, N : 102x/menit, R : 24x/menit, S :

36,8oC.

Tindakan jam 11.00 diagnosa 1 memberikan terapi musik dominan

frekuensi sedang (750-3000 hertz) dengan musik campursari selama 20 - 30

menit. Respon subyektif : pasien mengatakan bersedia. Respon obyektif :

pasien tampak menikmati musik yang diberikan, . TTV : TD : 140/90 mmHg,

N : 102x/menit, R : 24x/menit, S : 36,8oC.

Tindakan jam 13.00 diagnosa 1 memberikan terapi musik dominan

frekuensi sedang (750-3000 hertz) dengan musik campursari selama 20 - 30

menit. Respon subyektif : pasien mengatakan bersedia. Respon obyektif :

pasien tampak menikmati musik yang diberikan, TTV : TD : 130/90 mmHg,

N : 98x/menit, R : 22x/menit, S : 36,5oC.

Page 65: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

54

F. Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan tanggal 11 maret 2015 pada

diagnosa 1 jam 13.55 WIB didapatkan hasil evaluasi :

Data subyektif : pasien mengatakan pusing diseluruh bagian kepala dan

terasa cekot-cekot di kepala bagian belakang, P : pasien mengatakan pusing

terasa saat duduk dan hilang saat tidur, Q : pasien mengatakan pusing teraasa

cekot-cekot dan terkadang pandangan kabur, R : pasien mengatakan pusing

diseluruh kepala, S : pasien mengatakan nyeri ± 4, T : pasien mengatakan

nyeri hilang timbul. Data obyektif : pasien tampak lemah, dan tidak rileks,

TTV : TD : 220/120 mmHg, N : 106x/menit, R: 24x/menit, S : 37,8oC.

Analisa : masalah belum teratasi. Planing : lanjutkan intervensi dengan

observasi nyeri (P, Q, R, S, T) dan TTV, anjurkan relakasasi nafas dalam saat

nyeri timbul, berikan terapi non farmakologi dengan musik dominan

frekuensi sedang (750-3000 hertz) selama 20 - 30 menit, kolaborasi dengan

dokter dalaam pemberian obat analgetik, diuretik, antasida, antihipertensi.

Diagnosa ke 2, data subyektif : pasien mengatakan susah tidur, tidur

malam hanya ± 4 jam/hari dan tidur siang ± 20 menit dan sering terbangun

karena pusing yang kadang timbul. Data obyektif : pasien tampak lesu, masih

mengantuk dan kantung mata hitam. Analisa : masalah belum teratasi.

Planing : lanjutkan intervensi dengan observasi pola tidur, berikan posisi

senyaman mungkin (semi fowler).

Diagnosa ke 3, data subyektif : pasien mengatakan terkadang saat

pusing timbul pandangan kabur. Data obyektif : pasien tampak lemah.

Page 66: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

55

Analisa : masalah belum teratasi. Planing : lanjutkan intervensi dengan

anjurkan kepada pasien untuk tidur saat merasa sempoyongan, berikan

lingkungan yang aman.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan tanggal 12 maret 2015 jam 13.55

WIB didapatkan hasil evaluasi :

Diagnosa 1, data subyektif : pasien mengatakan pusing diseluruh kepala

dan cekot-cekot di kepala belakang sudah berkurang, P : pasien mengatakan

pusing terasa saat duduk dan hilang saat tidur, Q : pasien mengatakan pusing

terasa senut-senut dan pandangan kabur sudah berkurang, R : pasien

mengatakan pusing diseluruh kepala, S : pasien mengatakan nyeri ± 2, T :

pasien mengatakan nyeri hilang timbul. Data obyektif : pasien tampak sedikit

rileks dan segar, TTV : TD : 180/110 mmHg, N : 102x/menit, R : 24x/menit,

S : 37oC. Analisa : masalah teratasi sebagian dengan hasil nyeri berkurang

menjadi 3, TD turun menjadi 180/110 mmHg, nadi turun 102x/menit, suhu

turun 37oC. Planing : lanjutkan intervensi dengan observasi nyeri ( P, Q, R, S,

T ) dan TTV, anjurkan relakasasi nafas dalam saat nyeri timbul, berikan

terapinon farmakologi terapi musik dominan frekuensi sedang ( 750 - 3000

hertz ) selama 20 - 30 menit, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

analgetik, diuretik, antasida, antihipertensi.

Diagnosa 2, data subyektif : pasien mengatakan tidur malam sedikit

nyenyak ± 5 jam/hari dan tidur siang ± 40 menit namun masih sering

terbangun karena pusing yang kadang timbul. Data obyektif : pasien tampak

sedikit rileks dan segar serta kantung mata masih hitam. Analisa : masalah

Page 67: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

56

teratasi sebagian dengan hasil tidur malam ± 5 jam/hari dan tidur siang ± 40

menit, wajah sedikit rileks dan segar. Planing : lanjutkan intervensi dengan

observasi pola tidur, berikan posisi senyaman mungkin (semi fowler).

Diagnosa 3, data subyektif : pasien mengatakan mau dipasang

penghalang pada tempat tidurnya. Data obyektf : pasien tampak kooperatif.

Analisa : masalah teratasi sebagian dengan hasil tidak ada cidera fisik atau

pasien jatuh. Planning : lanjutkan intervensi dengan ciptakan lingkungan yang

aman.

Setelah dilakukan tindakaan keperawatan tanggal 13 maret 2015 jam

13.55 didapatkan hasil evaluasi :

Diagnosa 1, data subyektif : pasien mengatakan pusing yang dirasakan

sudah berkurang dan senut-senut di kepala belakang sudah berkurang, P :

pasien mengatakan nyeri terasa saat duduk dan hilang saat tidur, Q : pasien

mengatakan nyeri terasa cekit-cekit dan pandangan kabur sudah hilang, R :

pasien mengatakan pusing diseluruh kepala, S : pasien mengatakan nyeri ± 1,

T : pasien mengatakan nyeri hilang timbul. Data obyektif : pasien tampak leih

rileks dan segar, TTV : TD : 130/90 mmHg, N : 98x/menit, R : 22x/menit, S :

36,5oC. Analisa : masalah teratasi dengan hasil skala nyeri menjaadi 1, wajah

rileks dan segar serta TD turun menjadi 130/90 mmHg. Planing : hentikan

intervensi pasien pulang.

Diagnosa 2, data subyektif : pasien mengatakan tidur malam lebih baik

± 7 jam/hari dan tidur siang ± 1,5 jam dan tidak sering terbangun. Data

obyektif : pasien tampak rileks, segar dan kantung mata tidak hitam. Analisa :

Page 68: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

57

masalah teratasi dengan hasil kualitas tidur ± 7 jam/hari, wajah rileks dan

segar, kantung mata tidak hitam. Planing : hentikan intervensi pasien pulang.

Diagnosa 3, data subyektif : pasien mengatakan mau diberi penghalang

pada tempat tidurnya agar aman. Data obyektif : pasien tampak kooperatif.

Analisa : masalah teratasi dengan hasil tidak ada cidera pada pasien. Planing :

hentikan intervensi pasien pulang.

Page 69: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

58

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang aplikasi jurnal pemberian

terapi musik dominan frekuensi sedang sebagai upaya pengendalian respon

emosional pada asuhan keperawatan Ny. W dengan hipertensi di bangsal cempaka

2 RSUD Sukoharjo yang dilakukan pada tanggal 11 Maret sampai 13 Maret 2015.

Penulis juga akan membahas tentang adanya kesesuaian maupun kesenjangan

antara teori dengan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan hipertensi.

A. Pengkajian

Langkah pertama dari proses keperawatan yaitu pengakajian, dimulai

perawat dengan menerapkan pengetahuan. Pengakajian keperawatan adalah

proses sistematis dari pengumpulan, verikasi dan komunikasi data tentang

klien. Fase proses keperawatan ini mencakup dua langkah pengumpulan data

yaitu pengumpulan data primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga,

tenaga kesehatan), dan analisis data sebagai dasar untuk diagnosa

keperawatan. Pengkajian yang dilakukan penulis meliputi pengakajian

identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit

dahulu, riwayat penyakit keluarga dan 11 fungsi gordon serta pemeriksaan

fisik head to toe (Potter dan Perry, 2005).

Dari hasil pengkajian dan observasi penulis menemukan masalah,

subyektif : pasien mengataakan pusing diseluruh bagian kepala dan terasa

cekot-cekot di kepala bagian belakang, P : pasien mengatakan pusing

Page 70: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

59

dirasakan saat duduk dan hilang saat tidur, Q : pasien mengatakan nyeri terasa

cekot-cekot dan terkadang pandangaan kabur, R : pasien mengatakan pusing

diseluruh bagian kepala, S : pasien mengatakan skala nyeri ± 4, T : pasien

mengatakan nyeri yang terasa hilang timbul. Data obyektif : pasien tampak

lemah dan tidak rileks, tanda-tanda vital : TD : 220/120 mmHg, N :

106x/menit, R : 24x/menit, S : 37,8oC.

Klien dengan hipertensi mengalami nyeri akut berhubungan dengan

agen cidera biologis. Batasan karakteistik nyeri akut yaitu perubahan selera

makan, perubahan tekanan darah, perubaahan frekuensi jantung, perubahan

frekuensi pernaapasan, laporaan isyarat, diaforesis, perilaku distraksi, gelisah,

mata kurang bdercahaya, sikap melindungi area nyeri, fokus menyempit,

indikasi nyeri yang dapat diamati, perubahan posisi untuk menghindari nyeri,

sikap tubuh melindungi, dilatasi pupil, melaporkan nyeri secara verbal, vokus

pada diri sendiri, gangguan tidur (NANDA, 2012-2014). Pengkajian pada

pemeriksaan tanda-tanda vital didaptkan hasil TD : 220/120 mmHg, N :

106x/menit, R : 24x/menit, S : 37,8oC.

Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah dalam

otak mengalami vaasokontriksi karena perangsangan saraf atau hormon

didalam darah. Vasokontriksi terjadi akibat jantung memompa darah terlalu

berat sehingga menyebabkan arteri besar kehilangan kelenturan dan menjadi

kaku. Arteri jantung yang kaku akan menyebabkan hormon epinefrindan

noradrenalin dihasilkan oeh tubuh. Jantung yang terlalu berat dalam

memompa darah akan memaksa darah untuk mengalir pada pembuluh darah

Page 71: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

60

yang mengalami penyempitan sehingga menambah beban pembuluh darah

dalam otak akibat tekanan darah yang tinggi sehingga menyebabkan nyeri

pada kepala dan hormon epinefrin dan noradrenalin juga menyebabkan nyeri

pada kepala (Wahdah, 2011).

Tekanan darah yang tinggi menambah beban pembuluh darah arteri

menjadi makin berat yang akhirnya tidak tertanggungkan lagi. Hal ini

terutama dialami oleh pembuluh darah otak, jantung dan ginjal. Oleh karena

itu dapat menyebabkan stroke, serangan jantung, ginjaal yang fatal (Wahdah,

2011).

B. Perumusan masalah

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon

aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan. Respon aktual dan

potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literature yang

berkaitan, catatan medis klien(Potter dan Perry, 2005).

Dari hasil pengkajian dan pengelompokkan data penulis menemukan

beberapa masalah kesehatan dan memfokuskan pada fungsi kesehatan

fungsional yang membutuhkan dukungan dan bantuan pemulihan sesuai

dengan kebutuhan hirarki maslow(Potter dan Perry, 2005).

1. Nyeri akut

Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi

tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri dapat

menimbulkan kelelahan dan menuntut energi seseorang, dapat

Page 72: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

61

mengganggu hubungan personal dan mempengaruhi makna kehidupan

(Potter & Perry, 2006).

Diagnosa keperawatan: nyeri akut berhubungan dengan agen

cedera biologis. Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional

yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual

atau potensial atau gambaran dalam hal kerusakan sedemikian rupa

(international for the study of pain), awitan yang tiba-tiba atau perlahan

dari intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat di antisipasi

atau dapat di ramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan(Wilkinson,

2010).

Penulis merumuskan diagnosa keperawatan telah disesuaikan

dengan diagnosa Wilkinson (2010). Penulis mencantumkan diagnosa

nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis dengan alasan

mengacu pada pengkajian Data subyektif : pasien mengatakan pusing

diseluruh bagian kepala dan terasa cekot-cekot di kepala bagian belakang

P : pasien mengatakan pusing dirasakan saat duduk dan hilang saat tidur,

Q : pasien mengatakan nyeri terasa cekot-cekot dan pandangan terkadang

kabur, R : pasien mengatakan pusing diseluruh bagian kepala, S : pasien

mengatakan skala nyeri ± 4, T : pasien mengatakan nyeri yang terasa

hilang timbul. Data obyektif : pasien tampak lemah dan tidak rileks,

tanda-tanda vital : TD : 220/120 mmHg, N : 106x/menit, R : 24x/menit, S

: 37,8oC. Batasan karakteristik nyeri akut berdasarkan NANDA 2015 -

2017 yaitu perubahan tanda-tanda vital, diaporesis, ekspresi wajah

Page 73: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

62

menunjukkan nyeri, secara verbal menunjukkan nyeri (Ed. Herman and

Komitsuru, 2014).

2. Gangguan pola tidur

Diagnosa keperawatan : gangguan pola tidur berhubungan dengan

gangguan : pusing. Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan

kuantitas tidur akibat faktor eksternal (NANDA, 2009 - 2011).

Penulis merumuskan diagnosa keperawatan telah sesuai dengan

diagnosa NANDA. Penulis mencantumkan masalah gangguan pola tidur

berhubungan dengan gangguan : pusing dengan alasan mengacu pada

pengkajian yaitu Data subyektif : pasien mengatakan susah tidur, tidur

malam ± 4 jam/hari dan tidur siang ± 20 menit dan sering terbangun

karena pusing yang kadang timbul. Data obyektif : pasien tampak lesu,

masih mengantuk dan kantung mata hitam. Sehingga didapatkan

diagnosa keperawatan yang muncul adalah gangguan pola tidur

berhubungan dengan gaangguan. Batasan karakteristik menurut NANDA

2009 - 2011 yaitu perubahan pola tidur normal, keluhan verbal merasa

kurang istirahat, kurang puas tidur, penurunan kemampuan fungsi,

melaporkan sering terjaga, melaporkan tidak mengalami kesulitan jatuh

tidur. Berdasarkan data yang ditemukan penulis sudah sesuai dengan

batasan karakteristik dari teori NANDA 2009 - 2011, sehingga masalah

keperawatan gangguan pola tidur sudah tepat.

Page 74: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

63

3. Resiko jatuh

Diagnosa keperawatan : resiko jatuh berhubungan dengan penyakit

vaskuler. Resiko jatuh adalah peningkatan kerentanan untuk jatuh yang

dapat menyebabkan bahaya fisik (NANDA, 2009 - 2011).

Penulis merumuskan diagnosa keperawatan telah disesuaikan

dengan diagnosa NANDA 2009 - 2011. Penulis mencantumkan diagnosa

resiko jatuh berhubungan dengan penyakit vaskuler dengan alasan

mengacu pada pengkajian yaitu Data subyektif : pasien mengatakan

terkadang saat pusing timbul pandangan kabur. Data obyektif : pasien

tampak lemah. Berdasarkan NANDA 2009 - 2011 tidak terdapat batasan

karakteristik namun penulis sudah tepat dalam memprioritaskan

diagnosa.

C. Perencanaan

Perencanaan adalah suatu proses didalam pemecahan masalah yang

merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan,

bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua

tindakan keperawatan (Dermawan, 2012).

Intervensi atau rencana yang akan dilakukan oleh penulis di sesuaikan

dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat

dilakukan dengan SMART (Spesifik, Measurable, Acceptance, Rasional, dan

Timing) (Dermawan, 2012). Pembahasan dari intervensi yang meliputi tujuan,

kriteria hasil dan tindakan pada diagnosa keperawatan yaitu :

Page 75: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

64

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis. Pada kasus Ny. W

penulis melakukan rencana tindakan selama 3x24 jam diharapkan nyeri

dapat terkontrol dengan kriteria hasil skala nyeri berkurang menjadi 1,

menyatakan nyeri berkurang, ekspresi wajah rileks, TTV normal ( TD :

130/90 mmHg, N : 60-100x/menit, R : 24x/menit, S : 36,5oC )

(Wilkinson, 2009 - 2011). Intervensi yang dilakukan adalah kaji

karakteristik nyeri (P, Q, R, S, T) dan TTV, berikan terapi non

farmakologi dengan terapi musik dominan frekuensi sedang (750 - 3000

hertz) selama 20 - 30 menit yang diberikan 3x dalam sehari, ajarkan

tekhnik relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian obat analgetik.

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan : pusing. Pada kasus

Ny. W penulis melakukan rencana tindakan selama 3x24 jam diharapkan

pola tidur efektif dan tidak ada gangguan dengan kriteria hasil perasaan

segar setelah bangun tidur, menyatakan kemudahan dalam tidur, jumlah

tidur ± 7-8 jam, menunjukkan kesejahteraan fisik (Wilkinson, 2009-

2011). Intervensi yang dilakukan adalah kaji pola tidur, atur posis

senyaman mungkin ( semi fowler ), edukasikan pentingnya tidur selama

sakit.

3. Resiko jatuh berhubungan dengan penyakit vaskuler. Pada kasus Ny. W

penulis melakukan rencana tindakan selama 3x24 jam diharapkan pasien

tetap aman dan tidak terjadi cidera fisik dengan kriteria hasil

pengetahuan pencegahan jatuh, gerakan terkoordinasi, perilku

Page 76: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

65

pencegahan jatuh (Wilkinson, 2009 - 2011). Intervensi yang dilakukan

adalah menganjurkan pasien untuk tidur saat sempoyongan, ciptakan

lingkungan yang aman, edukasi kepada keluarga untuk mengawasi

aktivitas klien ketika sempoyongan.

D. Implementasi

Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat

untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang lebih baik yamg

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Dermawan, 2012).

Implementasi yang dilakukan oleh penulis sudah sesuai dengan

intervensi yang telah dirumuskan. Implementasi yang dilakukan pada

diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis yaitu mengkaji

karakteristik nyeri (P, Q, R, S, T) dan TTV untuk mengetahui pencetus,

kualitas, regio, skala, dan waktu nyeri serta tanda-tanda vital yang meliputi

tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi, memberikan terapi non farmakologi

dengan terapi musik selama 20-30 menit.

Pemberian terapi non farmakologi dengan terapi musik dominan

frekuensi sedang (750 - 3000 hertz) pada pasien hipertensi mampu

menurunkan intensitas nyeri kepala. Dari implementasi yang dilakukan pasien

selama 3x24 jam terhadap Ny. W didapatkan hasil :

1. Diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.

Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis pada diagnosa ini lebih

berfokus pada pemberian terapi musik dominan frekuensi sedang (750 -

Page 77: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

66

3000 hertz) selama 20 - 30 menit yang diberikan pada pasien 3x dalam

sehari. Terapi musik yang diberikan adalah musik campursari sesuai

selera pasien yang berfokus pada frekuensi dan selera pasien. Terapi

musik dominan frekuensi sedang (750 - 3000 hertz) adalah musik yang

diberikan sesuai selera pasien yang mengahasilkan bunyi-bunyi sedang

antara 750 - 3000 hertz (Asrin & Triyanto, 2014). Pemberian terapi

musik dominan frekuensi sedang (750 - 3000 hertz) oleh penulis

dimaksudkan untuk mengendalikan nyeri pada kepala akibat dari

pembuluh darah yang mengalami vasodilatasi sehingga ketika diberikan

terapi musik dominan frekuensi sedang (750 - 3000 hertz) akan

merangsang otak untuk mengeluarkan hormon endhorpin yang membuat

pembuluh darah menjadi rileks dan hormon endhorpin bekerja seperti

obat analgetik yang akan mengurangi rasa nyerri yang dirasakan.

Hormon endorphin adalah hormon yang dihasilkaan dalam sel-sel saraf

dan kelenjar otak, yang membuat seseorang merasaa senang dalam arti

rileks dan hormon ini termasuk dalam kategori neurotrnsmiter dan neuro

modulator (Shigeo, 2014).

Musik dihasilkan dari stimulus yang dikirim dari akson-akson

serabut sensori ascenden ke neuron-neuron Reticular Activaty System.

Stimuli ini akan ditransformasikan oleh nuclei spesifik dari thalamus

melewati area korteks serebri, sistem limbik, corpus collosum, serta area

sistem saraf otonom dan sistem neuroendokrin. Musik dapat memberikan

rangsangan pada saraf simpatis dan parasimpatis untuk menghasilkan

Page 78: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

67

respon relaksasi yang ditimbulkan berupa penurunan tekanan darah,

denyut nadi, relaksasi otot, dan keadaan tidur. Efek musik pada sistem

neuroendokrin akan merangsang tubuh mengeluarkan hormon oleh zat ke

dalam darah, seperti pengeluaraan endhorpin, mengurangi pengeluaraan

ketokolamin, dan kadar kortikosteroid adrenal. Efek musik pada sistem

neuroendokrin adalah memelihara keseimbangan tubuh melalui sekresi

hormon-hormon oleh zat kimia ke dalam darah, seperti ekskresi

Endhorpine yang berguna dalam menurunkan rasaa nyeri, mengurangi

pengeluaran ketokolamin, dan kadaar kortikosteroid adrenal (Solehati &

Kosasih, 2015).

Musik memberikan efek terapi pada nyeri adalah distraksi terhadap

pikiran tentang nyeri, menurunkan kecemasan, menstimulasi ritme nafas

lebih teratur, menurunkan ketegangan tubuh, memberikan gambaran

positif pada visual imagery, relaksasi, daan meningkatkaan mood yang

positif. Terapi musik dengan pendekatannya yaang unik dan universal

membantu mencapai tujuan dengan penurunan stres, ketakutan akan

penyakit dan cidera, menurunkaan tingkat depresi, kecemaasan, stres,

dan insomnia. Terapi musik juga mendorong perilaku kesehatan yang

positif, mendorong kemajuan paasien selamaa masaa pengobatan dan

pemulihan (Mitchell dan MacDonald dalam jurnal Dian Novita, 2012).

Musik yang bersifat sedatif tidak hanya memiliki efek distraksi

dalam inhibisi persepsi nyeri (Alexander, 2001). Musik juga dipercaya

meningkatkan pengeluaran hormon endhorpin (Wigram, 2002; Nilsson,

Page 79: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

68

2009; Chiang, 2012). Endhorpin memiliki efek relaksasi pada tubuh

(Potter & Perry, 2006). Endhorpinjuga sebagai ejektor dari rasa rileks

dan ketenangan yang timbul, midbrain mengeluarkan Gama amino

Butyric Acid yang berfungsi menghambat hantaran implus listrik dari

satu neuron ke neuron lainnya oleh neurotransmitter didalam sinaps.

Selain itu, midbrain juga mengeluarkan enkepalin dan beta endorphin.

Zat tersebut dapat menimbulkan analgesik yang akhirnya mengeliminasi

neurotransmitter rasa nyeri pada pusat persepsi dan interpretasi sensorik

somatik di otak. Sehingga efek yang bisa muncul adalah nyeri berkurang

(Guyton & Hall, 2008; dalam jurnal Dian Novita, 2012).

Arslan, Ozer dan Ozyurt (2007) dalam jurnal Dian Novita (2012)

menjelaskan efek yang ditimbulkan musik adalah menurunkan stimulus

saraf simpatis. Respon yang muncul dari penurunan aktifitas tersebut

adalah menurunnya aktifitas adrenalin, menurunkan ketegangan

neuromuskular, meningkatkan ambang kesadaran. Indikator yang bisa

diukur dengan penurunan itu adalah menurunnya haert rate, respiratory

rate, metabolic rate, konsumsi oksigen menurun, menurunnya

ketegangan otot, menurunnya level sekresi epinefrin, penurunan asam

lambung, meningkatnya motilitas, penurunan kerja keringat, penurunan

tekanan darah.

Menurut Pasero & McCaffery (2007); Shaw (2000); Finnerty

(2006), dalam jurnal Dian Novita (2012) mengatakan gelombang alfa

terutama sekali berkaitan dengan relaksasi, imajinasi, sehingga

Page 80: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

69

menimbulkan efek tenang. Selain itu, musik juga mengaktivasi

gelombang otak yang lebih rendah tingkatannya, yaitu gelombang teta.

Gelombang beta muncul jika seseorang sedang fokus terhadap sesuatu.

Distraksi dengan musik menghambat munculnya gelombang beta dan

diganti dengan gelombang alfa. Telah dibuktikan dalam gambaran EEG

bahwa musik menurunkan aktifitas bioelektrik di otak dari gelombang

predoiminan beta menjadi gelombang alfa dan teta.

Menurut wilgram (2002); Shaw (2000); Champbell (2006);

Andrzej (2010) dalam jurnal Dian Novita (2012) mengatakan tempo

musik yang lambat akan menurunkan respiratory rate, sementara denyut

nadi memiliki kesesuaian dengan rhytm, dari musik. Dengan begitu akan

mengubah gelombang beta menjadi gelombang alfa di otak. Pitch dan

rhytm akan berpengaruh pada sistem limbik yang mempengaruhi emosi.

Menurut Campbell (2006) dalam Dian Novita (2012), mengatakan bahwa

bunyi dengan frekuensi sedang 750 - 3000 hertz mampu menurunkan

kecemasan, mengurangi nyeri, merangsang kerja jantung, paru dan

emosi, bunyi dengan frekuensi 3000 - 8000 hertz lazimnya bergetar di

otak dan mempengaruhi fungsi kognitif seperti berpikir, persepsi spasial

dan memori, sedangkan bunyi dengan frekuensi rendah 125 - 750 hertz

akan mempengaruhi gerakan-gerakan fisik. Teori Endhorpine

menngatakan, bahwa tubuh memproduksi zat kimia yang disebut

endorfin yang berperan untuk menolong tubuh dalam melawan rasa nyeri

secara alami. Endorfin memengaruhi tranmisi implus nyeri. Endorfin

Page 81: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

70

memiliki kemampuan serupa dengan narkotik, yaitu menghambat rasa

nyeri. Endorfin muncul dengan cara memisahkan diri dari deoxyribo

nucleid acid (DNA) tubuh.

DNA adalah subtansi yang mengatur kehidupan sebuah sel dan

memberikan perintah bagi sel untuk tumbuh atau berhenti tumbuh. Pada

permukaan sel terutama sel saraf terdapat areayang menerima naarkotik

atau endorfin. Ketika endorfin terpisah dari DNA, endorfin membuat

kehidupan dalam situasi normal menjadi terasa tidak menyakitkan.

Endorfin harus diusahakan timbul pada situasi yang menyebabkan rasa

nyeri. Endorfin mempengaruhi tranmisi immplus dengan cara menekan

pelepasan neurotransmiter di presinaps atau menghambat konduksi

implus nyeri di postinaps (Solehati & Kosasih, 2015).

Data yang diperoleh dari Ny. W diantaranya data subyektif pasien

mengatakan pusing diseluruh bagian kepala dan terasa cekot-cekot di

kepala bagian belakang P : pasien mengatakan pusing dirasakan saat

duduk dan hilang saat tidur, Q : pasien mengatakan nyeri terasa cekot-

cekot dan pandangan terkadang kabur, R : pasien mengatakan pusing

diseluruh bagian kepala, S : pasien mengatakan skala nyeri ± 4, T :

pasien mengatakan nyeri yang terasa hilang timbul dan pasien memiliki

riwayat hipertensi sejak lama. Data obyektif ditemukan pasien tampak

lemah dan tidak rileks, tanda-tanda vital : TD : 220/120 mmHg, N :

106x/menit, R : 24x/menit, S : 37,8oC.

Page 82: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

71

Penulis mengkategorikan tingkat hipertensi pasien stadium 4 atau

hipertensi maligna , dengan mengacu pada pendapat yang dikemukakan

oleh Endang Triyanto (2014).

Implementasi yang selanjutnya adalah mengajarkan relaksasi nafas

dalam yaitu mengajarkan teknik nafas dalam yang dilakukan untuk

mengurangi ketegangan otot atau membuat rileks pasien yang ditujukan

untuk mengurangi nyeri, berkolaborasi dengan dokter dalam memberikan

obat analgetik yaitu memberikan terapi secara farmakologi dengan

menggunakan obat-obatan. Dari intervensi yang direncanakan, penulis

lebih sering memberikan terapi musik dominan frekuensi sedang (750 -

3000 hertz) selama 20 - 30 menit kepada pasien dengan harapan nyeri

pasien berkurang akibat vasokontriksi pembuluh darah akibat hipertensi.

Dari tindakan yang diberikankepada pasien penulis tidak menggunakan

alat sesuai dijurnal yaitu CD-player namun menggunakan laptop sebagai

alat dan bunyi yang dihasilakn tetap sama karena alat bisa fleksibel.

Terapi musik diberikan kepada pasien pada hari perawatan ke 2 karena

hari 1 penulis baru melaksanakan pengkajian untuk mengetahui musik

yang disukai pasien. Sebelum melaksanakan terapi musik penulis

mengkaji terlebih dahulu karakteristik nyeri (P, Q, R, S, T) dari pasien

untuk membandingkan karakteristik nyeri (P, Q, R, S, T) sebelum dan

sesudah diberikan terapi musik untuk mengetahui keefektifannya. Setelah

diberikan terapi musik dominan frekuensi sedang (750 - 3000 hertz)

terdapat penurunan skala nyeri didapatkan hasil pasien mengatakan lebih

Page 83: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

72

rileks dan merasa tenang serta didapatkan P : saat duduk dan hilang saat

tidur, Q : senut-senut, R : seluruh kepala, S : ±2, T : hilang timbul,

sebelum dilakukan terapi musik dominan frekuensi sedang (750 - 3000

hertz) P : saat duduk dan hilang saat tidur, Q : senut-senut, R : seluruh

kepala, S : ±3, T : hilang timbul.

Dari data yang diperoleh penulis selama pengkajian terhadap Ny. W

dapat disimpulkan bahwa pemberian terapi musik dominan frekuensi

sedang (750 - 3000 hertz) selama 20 - 30 menit mampu mengurangi

nyeri yang diakibatkan oleh vasodilatasi pembuluh darah sehingga

merangsang otak untuk mengeluarkan hormon endhorpin yang

berpengaruh terhadap rasa nyeri dan membuat pembuluh darah menjadi

rileks sehingga pembuluh darah yang mengalami vasokontriksi menjadi

rileks. Pengaruh terapi musik dominan frekuensi sedang (750 - 3000

hertz) selama 20 - 30 menit pada penderita hipertensi juga telah diteliti

oleh Asrin dkk tahun 2009 dimana jurnal hasil penelitiannya dijadikan

sebagai sumber acuan bagi penulis.

2. Diagnosa kedua gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan :

pusing.

Tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu mengkaji pola tidur yaitu

untuk mengetahui kualitas tidur dari pasien, mengatur posisi senyaman

mungkin (semi fowler) yaitu untuk memberikan kenyamanan kepada

pasien, menjelaskan pentingnya pola tidur selama sakit yaitu untuk

menanbah pengetahuan pasien tentang pentingnya pola tidur yang baik

Page 84: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

73

selama sakit. Intervensi yang diimplementasikan oleh penulis pada

diagnosa kedua dapat diimplementasikan dengan baik karena adanya

kerjasama diantara tim kesehatan yang ada serta adanya peran keluarga

dan pasien yang kooperatif.

3. Diagnosa ketiga resiko jatuh berhubungan dengan penyakit vakuler.

Tindakaan keperawataan yang dilakukan yaitu menganjurkan pasien

untuk tidur saat merasa sempoyongan yaitu untuk mencegah terjadinya

cidera pada pasien misalnya jatuh, menciptakan lingkungan yang aman

dengan memasang penghalang pada tempat tidur yaitu supaya pasien teap

aman, memberikan edukasi kepada keluarga untuk mengawasi aktivitas

pasien saat sempoyongan yaitu kerja sama dengan keluarga untuk

meminimalkan terjadinya cidera.

Intervensi yang diimplementasikan oleh penulis pada diagnosa ketiga

dapat diimplementasikan dengan baik karena adanya kerjasama diantara

tim kesehatan yang ada serta adanya peran keluarga dan pasien yang

kooperatif.

E. Evaluasi

Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan asuhan keperawatan antara

dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku

klien yang tampil (Dermawan, 2012).

1. Evaluasi hari pertama masalah nyeri akut berhubungan dengan agen

cidera biologis belum teratasi, pasien masih merasa pusing diseluruh

Page 85: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

74

bagian kepala dan kepala bagian belakang terasa cekot-cekot, P : pasien

mengatakan nyeri terasa saat duduk dan hilang saat tidur, Q : pasien

mengatakan nyeri terasa cekot-cekot, R : pasien mengatakan pusing

diseluruh kepala, S : pasien mengatakan nyeri ± 4, T : pasien mengatakan

nyeri hilang timbul. Intervensi yang akan dilanjutkan adalah observasi

karakteristik nyeri (P, Q, R, S, T) dan TTV, berikan terapi non

farmakologi dengan terapi musik dominan frekuensi sedang (750 - 3000

hertz) selama 20 - 30 menit yang diberikan 3x dalam sehari, ajarkan

tekhnik relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian obat analgetik.

Masalah gangguan pola tidur belum teratasi, pasien mengatakan susah

tidur, tidur malam ± 4 jam/hari dan tidur siang ± 20 menit dan sering

terbangun karena pusing yang kadang timbul. Intervensi yang akan

dilanjutkan adalah observasi pola tidur, berikan posisi senyaman

mungkin (semi fowler).

Masalah resiko jatuh berhubungan dengan penyakit vaskuler belum

teratasi, paasien mengatakan terkadang saat pusing timbul pandangan

kabur. Intervensi yang dilanjutkan adalah anjurkan kepada pasien untuk

tidur saat merasaa sempoyongan, berikan lingkungan yang aman.

2. Evaluasi hari kedua, masalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera

biologis, masalah teratasi sebagian, pasien mengatakan pusing diseluruh

kepala dan cekot-cekot di kepala belakang sudah berkurang, P : pasien

mengatakan pusing terasa saat duduk dan hilang saat tidur, Q : pasien

Page 86: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

75

mengatakan pusing terasa senut-senut, R : pasien mengatakan pusing

diseluruh kepala, S : pasien mengatakan nyeri ± 3, T : pasien mengatakan

nyeri hilang timbul. Intervensi yang dilanjutkan adalah observasi

karakteristik nyeri (P, Q, R, S, T) dan TTV, berikan terapi non

farmakologi dengan terapi musik dominan frekuensi sedang (750 - 3000

hertz) selama 20 - 30 menit yang diberikan 3x dalam sehari, ajarkan

tekhnik relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian obat analgetik, diuretik, antihipertensi.

Masalah gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan, masalah

teratasi sebagian, pasien mengatakan tidur malam sedikit nyenyak ± 5

jam/hari dan tidur siang ± 40 menit namun masih sering terbangtun

karena pusing yang kadang timbul. Intervensi yang dilanjutkan adalah

observasi pola tidur, berikan posisi senyaman mungkin.

Masalah resiko jatuh berhubungan dengan penyakit vaskuler, masalah

teratasi sebagian, pasien mengatakan mau dipasang penghalang pada

tempat tidurnya. Intervensi yang dilanjutkan adalah ciptakan lingkungan

yang aman.

3. Evaluasi hari ketiga, masalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera

biologis, masalah teratasi, pasien mengatakan pusing yang dirasakan

sudah berkurang dan senut-senut di kepala bagian belakang sudah

berkurang, P : pasien mengatakan nyeri terasa saat duduk dan hilang saat

tidur, Q : pasien mengatakan nyeri terasa cekit-cekit, R : pasien

Page 87: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

76

mengatakan pusing diseluruh kepala, S : pasien mengatakan nyeri ± 1, T

: pasien mengatakan nyeri hilang timbul. Intervensi dihentikan.

Masalah gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan, masalah

teratasi, pasien mengatakan tidur malam lebih baik ± 7 jam/hari dan tidur

siang ± 1,5 jam dan tidak sering terbangun. Intervensi dihentikan.

Masalah resiko jatuh berhubungan dengan penyakit vaskuler, masalah

teratasi, pasien mengatakan mau diberi penghalang pada tempat tidurnya

agar aman. Intervensi dihentikan.

Page 88: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

77

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan pengkajian, penentuan diagnosa,

perencanaan, implementasi dan evaluasi tentang Asuhan Keperawatan Tn. W

dengan Hipertensi di ruang cempaka 2 RSUD Sukoharjo metode

mengaplikasikan hasil pemberian terapi musik dominan frekuensi sedang

sebagai upaya pengendalian respon emosional pada pasien hipertensi maka

dapat ditarik kesimpulan:

1. Pengkajian

Keluhan utama : pasien mengatakan pusing diseluruh bagian kepala

dan kepala bagian belakang terasa cekot-cekot serta mual.

Pasien mengatakan sehari sebelum masuk rumah sakit, pasien

merasa pusing. Kemudian karena pasien sudah tahu bahwa ia mempunyai

penyakit hipertensi, maka di rumah pasien mengatasinya dengan makan

mentimun dan minum daun seledri. Kemudian hari berikutnya saat

pasien bekerja jualan, pasien masih merasa pusing diseluruh bagian

kepala dan mual serta pandangan kabur bahkan hampir pingsan. Pada

tanggal 11 Maret 2015 jam 05.15 WIB dibawa keluarga ke IGD

RSUD.Sukoharjo. kemudian di IGD diperoleh hasil tekanan darah :

220/120 mmHg, nadi : 106x/menit, respirasi : 24x/menit, suhu : 37,8oC

dan mendapatkan terapi injeksi ranitidin 50mg/12j, ondansentron

Page 89: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

78

4mg/12j, furosemide 20mg/24j, dan terpasang infus RL 16 tpm ditangan

kiri. Kemudian jam 05.40 WIB dipindah ke bangsal cempaka 2. Pada

saat saya kaji di bangsal cempaka 2 jam 09.00 diperoleh hasil tekanan

darah : 220/120 mmHg, nadi : 106x/menit, respirasi : 24x/menit, suhu :

37,8oC dan terdapat nyeri di seluruh bagian kepala dan kepala belakang

terasa cekot-cekot dengan P : pusing saat duduk dan hilang saat tidut, Q :

cekot-cekot, R : seluruh kepala, S : ±4, T : hilang timbul.

2. Diagnosa

Hasil perumusan diagnosa keperawatan pada Ny. W adalah nyeri

akut berhubungan dengan agen cidera biologis, gangguan pola tidur

berhubungan dengan gangguan : pusing, resiko jatuh berhubungan

dengan penyakit vaskuler.

3. Intervensi

Diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

intervensi yang dilakukan adalah kaji karakteristik nyeri (P, Q, R, S, T)

dan TTV rasional : untuk mengetahui karakteristik nyeri dan TTV,

berikan terapi non farmakologi dengan terapi musik dominan frekuensi

sedang (750 - 3000 hertz) selama 20 - 30 menit yang diberikan selama 3x

dalam sehari rasional : mengurangu nyeri kepala pada pasien hipertensi,

ajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam rasional : membuat rileks otot-otot

yang tegang dan mengurangi nyeri, kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian obat analgetik (untuk mengurangi nyeri secara farmakologi).

Page 90: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

79

Diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan : pusing

intervensi yaang dilakukan adalah kaji pola tidur, atur posis senyamaan

mungkin, edukasi pentingnya pola tidur selama sakit.

Diagnosa resiko jatuh berhubungan dengan penyakit vaskuler intervensi

yang dilakukan adalah menganjurkan pasien untuk tidur saat merasa

sempoyongan, ciptakan lingkungan yang aman, edukasi kepada keluarga

untuk mengawasi aktivitas klien saat sempoyongan.

4. Implementasi

Implementasi yang dilakukan penulis pada diagnosa nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera biologis meliputi mengkaji karakteristik

nyeri (P, Q, R, S, T) dan TTV, memberikan terapi non farmakologi denga

terapi musik dominan frekuensi sedang (750 - 3000 hertz) selama 20 -

30 menit yang diberikan 3x dalam sehari, mengajarkan tekhnik relaksasi

nafas dalam, berkolaborasi dengan dokter dalam memberikan obat

analgetik. Diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan

meliputi mengkaji pola tidur, mengatur posisi senyaman mungkin,

mengedukasi pentingnya pola tidur selama sakit. Diagnosa resiko jatuh

berhubungan dengan penyakit vaskuler meliputi menganjurkan pasien

untuk tidur saat pasien merasa sempoyongan, menciptakan lingkungan

yang aman, memberi edukasi kepada keluarga untuk mengawasi aktivitas

klien saat sempoyongan.

Page 91: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

80

5. Evaluasi

Evaluasi hari ketiga, masalah nyeri akut berhubungan dengan agen

cidera biologis, masalah teratasi, pasien mengatakan pusing yang

dirasakan sudah berkurang dan senut-senut di kepala bagian belakang

sudah berkurang, P : pasien mengatakan nyeri terasa saat duduk, Q :

pasien mengatakan nyeri terasa cekit-cekit, R : pasien mengatakan pusing

diseluruh kepala, S : pasien mengatakan nyeri ± 1, T : pasien mengatakan

nyeri hilang timbul. Intervensi dihentikan.

Masalah gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan :

pusing, masalah teratasi, pasien mengatakan tidur malam lebih baik ± 7

jam/hari dan tidur siang ± 1,5 jam dan tidak sering terbangun. Intervensi

dihentikan.

Masalah resiko jatuh berhubungan dengan penyakit vaskuler, masalh

teratasi, pasien mengatakan mau diberi peenghalang pada tempat

tidurnya agar aman. Intervensi dihentikan.

6. Analisa pemberian terapi musik dominan frekuensi sedang terhadap

pengendalian respon emosional pada hipertensi

Analisa pemberian terapi musik dominan frekuensi sedang (750 -

3000 hertz) dengan musik campursari selama 20 - 30 menit terhadap

penurunan nyeri kepala pada hipertensi telah memperoleh gambaran

sebelum dilakukan tindakan pemberian terapi non farmakologi dengan

terapi musik dominan frekuensi sedang (750-3000 hertz) selama 20-30

menit yang dilakukan 3x dalam sehari respon emosional pasien akibat

Page 92: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

81

hipertensi masih tinggi namun setelah diberikan terapi musik mampu

mengurangi nyeri kepala paada hipertensi.

B. Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan

hipertensi, penulis akan memberikan usulan dan masukkan yang positif

khususnya dibidang kesehatan antara lain:

1. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan rumah sakit khususnya RSUD Sukoharjo dapat

memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan kerjasama baik

antar tim kesehatan maupun dengan pasien sehingga asuhan keperawatan

yang diberikan dapat mendukung kesembuhan pasien.

2. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat

Hendaknya para perawat memiliki tanggung jawab dan ketrampilan

yang baik dan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan dalam

memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan jantung

khususnya, keluarga, perawat dan tim kesehatan lain mampu membantu

dalam kesembuhan klien serta memenuhi kebutuhan dasarnya.

3. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Diharapkan bisa lebih meningkatkan pelayanan pendidikan yang

lebih berkualitas dan professional sehingga dapat tercipta perawat yang

terampil, inovatif, dan professional yang mampu memberikan asuahan

keperawatan.

Page 93: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DOMINAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl...proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Triyanto, 2014). Prevalensi kasus

DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, D. 2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep dan Kerangka

Kerja. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Ed Herman T. H and Komitsuru. S. 2014. Nanda International Nursing Diagnosis

Definition Clasification 2015 – 2017. Jakarta: EGC.

Haruyama, S. 2014. The Miracle Of Endhorphin. Bandung: PT Mizan Pustaka.

Herman, T. Heather. 2009. Nursing Diagnoses: Definitions and Classification.

EGC: Jakarta.

Herman, T. Heather. 2012. Nursing Diagnoses: Definitions and Classification.

EGC: Jakarta.

ISO. 2012. Informasi Spesialite Obat Indonesia. Jakarta: PT Isfi Penerbit.

Novita, D. 2012. Pengaruh Terapi Musik Terhadap Nyeri post Operasi Open

Reduction and Internal Fixation (ORIF) di RSUD DR. H. Abdul Moeloek

Propinsi Lampung. Tesis. Program Pascasarjana Ilmu Keperawatan

Universitas

Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundaamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta:

EGC.

Pudiastuti, D. R. 2011. Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta: Nuha Medika

Solehati, T & Kosasih. E. C.2015. Konsep dan Aplikasi Relaksasi Nafas Dalam

Keperawatan Maternitas. Bandung: PT Refika Aditama.

Triyanto, E. 2014. Penderita Hipertensi. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Wahdah, N. 2011. Menaklukkan Hipertensi dan Diabetes. Yogyakarta :

Multipress.

Wijaya, S. A & Putri, Y. M. 2015. KMB 1 Keperawatan Dewasa Teori dan

Contoh Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Wilkinson. M. J. 2007. Nursing Diagnosis Handbook with NIC Interquention and

NOC Outcomes Edisi 7. Jakarta: EGC.