pemberian obat via anus
DESCRIPTION
kdkTRANSCRIPT
![Page 1: Pemberian Obat via Anus](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071712/55cf9dc2550346d033af10fb/html5/thumbnails/1.jpg)
Pemberian Obat via Anus/RektumMerupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum, dengan tujuan memberikan efek lokal dan sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan merangsang buang air besar.
Contoh pemberian obat yang memiliki efek lokal seperti obat dulcolac supositoria yang berfungsi secara lokal untuk meningkatkan defekasi dan contoh efek sistemik pada obat aminofilin suppositoria dengan berfungsi mendilatasi bronkus. Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dnding rektal yang melewati sfingter ani interna. Kontra indikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rektal.Alat dan Bahan:
1. Obat suppositoria dalam tempatnya.2. Sarung tangan.3. Kain kasa.4. Vaselin/pelicin/pelumas.5. Kertas tisu.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.3. Gunakan sarung tangan.4. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.5. Oleskan ujung pada obat suppositoria dengan pelicin.6. Regangkan glutea dengan tangan kiri, kemudian masukkan suppositoria dengan
perlahan melalui anus, sfingter anal interna dan mengenai dinding rektal kurang lebih 10 cm pada orang dewasa, 5 cm pada bayi atau anak.
7. setelah selesai tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisu.8. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama kurang lebih 5
menit.9. Setelah selesai lepaskan sarung tangan ke dalam bengkok.10. Cuci tangan.11. Catat obat, jumlah dosis, dan cara pemberian.
![Page 2: Pemberian Obat via Anus](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071712/55cf9dc2550346d033af10fb/html5/thumbnails/2.jpg)
Pemberian Obat via Anus/RektumMerupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum, dengan tujuan memberikan efek lokal dan sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan merangsang buang air besar.
Contoh pemberian obat yang memiliki efek lokal seperti obat dulcolac supositoria yang berfungsi secara lokal untuk meningkatkan defekasi dan contoh efek sistemik pada obat aminofilin suppositoria dengan berfungsi mendilatasi bronkus. Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dnding rektal yang melewati sfingter ani interna. Kontra indikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rektal.Alat dan Bahan:1. Obat suppositoria dalam tempatnya.2. Sarung tangan.3. Kain kasa.4. Vaselin/pelicin/pelumas.5. Kertas tisu.
Prosedur Kerja:1. Cuci tangan.2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.3. Gunakan sarung tangan.4. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.5. Oleskan ujung pada obat suppositoria dengan pelicin.6. Regangkan glutea dengan tangan kiri, kemudian masukkan suppositoria dengan perlahan melalui anus, sfingter anal interna dan mengenai dinding rektal kurang lebih 10 cm pada orang dewasa, 5 cm pada bayi atau anak.7. etelah selesai tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisu.8. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama kurang lebih 5 menit.9. Setelah selesai lepaskan sarung tangan ke dalam bengkok.10. Cuci tangan.11. Catat obat, jumlah dosis, dan cara pemberian.
![Page 3: Pemberian Obat via Anus](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071712/55cf9dc2550346d033af10fb/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB II PEMBAHASAN
A. Pemberian Obat via Anus/Rektum
Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus
atau rektum, dengan tujuan memberikan efek lokal dan sistemik. Tindakan
pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang bertujuan untuk
mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan
merangsang buang air besar.
Contoh pemberian obat yang memiliki efek lokal seperti obat dulcolac
supositoria yang berfungsi secara lokal untuk meningkatkan defekasi dan
contoh efek sistemik pada obat aminofilin suppositoria dengan berfungsi
mendilatasi bronkus. Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dnding
rektal yang melewati sfingter ani interna. Kontra indikasi pada pasien yang
mengalami pembedahan rektal.
Alat dan Bahan:
1. Obat suppositoria dalam tempatnya
2. Sarung tangan.
3. Kain kasa.
4. Vaselin/pelicin/pelumas.
5. Kertas tisu.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Gunakan sarung tangan.
4. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
5. Oleskan ujung pada obat suppositoria dengan pelicin.
![Page 4: Pemberian Obat via Anus](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071712/55cf9dc2550346d033af10fb/html5/thumbnails/4.jpg)
6. Regangkan glutea dengan tangan kiri, kemudian masukkan suppositoria
dengan perlahan melalui anus, sfingter anal interna dan mengenai dinding rektal
kurang lebih 10 cm pada orang dewasa, 5 cm pada bayi atau anak.
7. etelah selesai tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisu.
8. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama kurang
lebih 5 menit.
9. Setelah selesai lepaskan sarung tangan ke dalam bengkok.
10. Cuci tangan.
11. Catat obat, jumlah dosis, dan cara pemberian.
B. Penyakit yang biasa terjadi pada rectum
Proktitis (radang lapisan rektum) DEFINISI Proktitis adalah peradangan pada
lapisan rektum (mukosa rektum). Pada proktitis ulserativa, ulkus (luka) muncul
pada lapisan rektum yang meradang. Hal ini bisa mengenai rektum bagian
bawah selebar 2,5-10 cm. Beberapa kasus sudah memberikan respon terhadap
pengobatan; yang lainnya menetap atau kambuh dan membutuhkan pengobatan
jangka panjang. Beberapa kasus akhirnya berkembang menjadi kolitis
ulserativa.
PENYEBAB
Proktitis memiliki beberapa penyebab :
1. Penyakit Crohn atau kolitis ulserativa
2. Penyakit menular seksual (gonore, sifilis, infeksi Chlamydia trachomatis,
herpes simpleks, infeksi sitomegalovirus), terutama pada laki-laki homoseksual.
3. Bakteri spesifik seperti Salmonella
4. Penggunaan antibiotik tertentu yang merusak bakteri usus normal dan
memungkinkan bakteri lainnya tumbuh
5. Terapi penyinaran pada rektum atau di sekitar rektum.
Orang-orang dengan gangguan sistem kekebalan memiliki resiko tinggi
![Page 5: Pemberian Obat via Anus](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071712/55cf9dc2550346d033af10fb/html5/thumbnails/5.jpg)
terhadap terjadinya proktitis, terutama pada infeksi yang disebabkan oleh virus
herpes simpleks atau sitomegalovirus.
GEJALA
Proktitis terutama menyebabkan perdarahan yang tidak nyeri atau pengeluaran
lendir dari rektum.
Jika penyebabnya gonore, herpes simpleks atau sitomegalovirus, anus dan
rektum akan terasa sangat nyeri.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan dengan proktoskop atau
sigmoidoskop dan hasil pemeriksaan dari contoh jaringan lapisan rektum.
Pemeriksaan laboratorium bisa menemukan jenis kuman, jamur atau virus yang
menjadi penyebabnya.
Daerah lain dari usus juga bisa diperiksa dengan menggunakan kolonoskop atau
barium enema.
PENGOBATAN
Antibiotik merupakan pengobatan terbaik untuk proktitis yang disebabkan oleh
infeksi kuman spesifik.
Jika proktitis disebabkan karena penggunaan antibiotik yang merusak flora
normal usus, bisa digunakan metronidazole atau vancomycin untuk
menghancurkan kuman yang merugikan.
Bila penyebabnya adalah terapi penyinaran atau tidak diketahui, bisa diberikan
kortikosteroid (misalnya hydrocortisone dan mesalamine).
![Page 6: Pemberian Obat via Anus](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071712/55cf9dc2550346d033af10fb/html5/thumbnails/6.jpg)
Keduanya dapat diberikan sebagai enema (cairan yang dimasukkan ke dalam
usus/usus besar) atau sebagai suppositoria (obat yang dimasukkan melalui
dubur).
Kortison diberikan dalam bentuk busa yang dimasukan dengan bantuan alat
khusus.
Sulfasalazine atau obat serupa bisa diberikan per-oral (melalui mulut) dalam
waktu bersamaan.
Bila pengobatan tersebut tidak mengurangi proses peradangan, bisa diberikan
kortikosteroid per-oral (melalui mulut).
![Page 7: Pemberian Obat via Anus](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071712/55cf9dc2550346d033af10fb/html5/thumbnails/7.jpg)
F. Pemberian Obat Melalui Rektum Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum, dengan tujuan memberikan efek lokal dan sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan merangsang buang air besar. Contoh pemberian obat yang memiliki efek lokal seperti obat dulcolac supositoria yang berfungsi secara lokal untuk meningkatkan defekasi dan contoh efek sistemik pada obat aminofilin suppositoria dengan berfungsi mendilatasi bronkus. Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dnding rektal yang melewati sfingter ani interna. Kontra indikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rektal.1. Alat dan Bahan:a. Obat suppositoria dalam tempatnya.b. Sarung tangan.c. Kain kasa.d. Vaselin/pelicin/pelumas.e. Kertas tisu.2. Prosedur Kerja:a. Cuci tangan.b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.c. Gunakan sarung tangan.d. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.e. Oleskan ujung pada obat suppositoria dengan pelicin.f. Regangkan glutea dengan tangan kiri, kemudian masukkan suppositoria dengan perlahan melalui anus, sfingter anal interna dan mengenai dinding rektal kurang lebih 10 cm pada orang dewasa, 5 cm pada bayi atau anak.g. setelah selesai tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisu.h. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama kurang lebih 5 menit.i. Setelah selesai lepaskan sarung tangan ke dalam bengkok.j. Cuci tangan.k. Catat obat, jumlah dosis, dan cara pemberian.
![Page 8: Pemberian Obat via Anus](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071712/55cf9dc2550346d033af10fb/html5/thumbnails/8.jpg)
![Page 9: Pemberian Obat via Anus](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071712/55cf9dc2550346d033af10fb/html5/thumbnails/9.jpg)
Pemberian obat per rectal dan supositoria
Pengertian
Merupakan cara pemberian obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum,
dengan tujuan memberikan efek lokal dan sistematik.
Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang bertujuan untuk
mendapatkan efek terapim obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan merangsang buang
air besar.
Contoh pemberian obat yang memiliki efek lokal seperti obat dulcolac supositoria
yang berfungsi secara lokal untuk meningkatkan defekasi dan contoh efek sistemik pada obat
aminofilin suppositoria dengan berfungsi mendilatasi bronkus.
Pemberian obat suppositoria ini diberikan tepat pada dinding rektal yang melewati
sfingter ani interna. Kontra indikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rektal.
Obat dalam bentuk cairan yang banyak diberikan melalui rectal yang sering disebut
enema. Obat tertentu dalam bentuk kapsul yang besar dan panjang (supositoria) juga dikemas
untuk diberikan melalui anus/rectum. Ada beberapa keuntungan penggunaan obat supositoria
antara lain :
a. Supositoria tidak menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan bagian atas.
b. Beberapa obat tertentu dapat diabsorbsi dengan baik melalui dinding permukaan rectum
c. Supositoria rectal diperkirakan mempunyai tingkatan (titrasi) aliran pembuluh darah yang
besar, karena pembuluh darah vena pada rectum tidak ditransportasikan melalui liver (Hahn,
Ocstrelch, Barkin, 1986).
Ada beberapa prinsip yang harus dipegang oleh perawat dalam memberikan obat
dalam bentuk enema dan supositoria, antara lain :
a. Untuk mencegah peristaltic, lakukan enema retensi secara pelan dengan cairan (tidak lebih
dari 120 ml) dan gunakan rectal tube kecil.
b. Selama enema berlangsung, anjurkan pasien berbaring miring ke kiri dan bernafas melalui
mulut untuk merilekskan spingter.
c. Retensi enema dilakukan setelah pasien buang air besar.
d. Anjurkan pasien untuk berbaring telentang selama 30 menit setelah pemberian enema
e. Obat supositoria harus disimpan di lemari es karena obat akan melelh pada suhu kamar.
f. Gunakan pelindung jari atau sarung tangan. Gunakan jari telunjuk untuk pasien dewasa dan
jari ke empat pada pasien bayi. Anjurkan pasien berbaring ke kiri dan bernafas melalui mulut
agar spingter rileks. Pelan-pelan dorong supositoria ke dalam.
g. Anjurkan pasien tetap miring ke kiri selama 20 menit setelah obat masuk.
![Page 10: Pemberian Obat via Anus](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071712/55cf9dc2550346d033af10fb/html5/thumbnails/10.jpg)
h. Bila diperlukan, beritahu pasien cara mengerjakan sendiri enema atau memasukkan
supositoria.
5.1.5.2 Teknik Pemberian Obat via Anus/ Rektum
Alat dan bahan:
1. Obat suppositoria dalam tempatnya.
2. Sarung tangan.
3. Kain kassa.
4. Vaselin/ penicilin/ pelumas.
5. Kertas tisu.
Prosedur kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dikerjakan.
3. Gunakan sarung tangan.
4. Buka pembumgkus obat dan pegang dengan kain kasa.
5. Oleskan ujung pada obat suppositoria dengan penicilin.
6. Regangkan glutea dengan tangan kiri, kemudian masukkan suppositoria dengan perlahan
melalui anus, sfingter anal interna dan mengenai dinding rektal kurang lebih 10 cm pada
orang dewasa, 5 cm pada bayi atau anak.
7. Setelah selesai tarik jari tangan dan bersihkandaerah sekitar anal dengan tisu.
8. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama kurang lebih 5 menit.
9. Setelah selesai lepaskan sarung tangan kedalam bengkok.
10. Cuci tangan.
11. Catat obat, jumlah dosis, dan cara pemberian.
![Page 11: Pemberian Obat via Anus](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071712/55cf9dc2550346d033af10fb/html5/thumbnails/11.jpg)