case bedah via

40
1 BAB I PENDAHULUAN Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam. Luka bakar juga merupakan rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkankontak dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas),akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn). Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari, uap, listrik, bahan kimia, dan cairan atau benda panas. Luka bakar bisa saja hanya berupa luka ringan yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat yang mengancam nyawa yang membutuhkan perawatan medis yang intensif. Para korban kecelakaan luka bakar bukan hanya merasakan kesakitan yang luar biasa tetapi diantaranya juga mengakibatkan cacat fisik

Upload: muhammad-randi-akbar

Post on 22-Dec-2015

44 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

bvhijvkh

TRANSCRIPT

Page 1: Case Bedah Via

1

BAB I

PENDAHULUAN

Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,

bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih

dalam. Luka baka r j uga merupakan ru sak a t au h i l angnya j a r i ngan

yang d i s ebabkan kontak dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh

(flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda

panas (kontak panas),akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia,

serta sengatan matahari (sunburn).

Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari, uap,

listrik, bahan kimia, dan cairan atau benda panas. Luka bakar bisa saja hanya

berupa luka ringan yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat yang mengancam

nyawa yang membutuhkan perawatan medis yang intensif. Para korban

kecelakaan luka bakar bukan hanya merasakan kesakitan yang luar biasa tetapi

diantaranya juga mengakibatkan cacat fisik dan penderitaan psikis yang

berkepanjangan. Bahkan tidak sedikit diantaranya juga menyebabkan kematian

bagi para korbannya

Page 2: Case Bedah Via

2

BAB II

STATUS PASIEN

1.1. Identifikasi Pasien

Nama : Tn.Supriyadi Bin Anwar

Tgl Lahir : 1 Januari 1970

Umur : 45 Tahun

Alamat : Lr. Saudagar Yucing sebrang ulu kota Palembang

Warga Negara : Indonesia

Agama : Islam

No. Rekam Medik : 854305

No. Registrasi : RI15006596

MRS : 10 Maret 2015

Berat Badan : 50 kg

Tinggi Badan : 165 cm

1.2. Anamnesis

(Autoanamnesis dengan penderita dan Alloanamnesis dengan ibu penderita

pada tanggal 11 Maret 2015)

1.2.1. Keluhan Utama

Penderita mengalami luka bakar api di dada, tangan dan paha kiri

disebabkan sambaran dari api lampu teplok ± 6 jam sebelum masuk rumah sakit

(SMRS).

1.2.2. Keluhan Tambahan

Page 3: Case Bedah Via

3

(-)

1.2.3. Riwayat Perjalanan Penyakit

± 6 jam sebelum masuk rumah sakit (SMRS), penderita tersambar api

pada saat sedang menghidupkan lampu teplok. Kejadian tersebut terjadi akibat

penderita mengisi lampu teplok dan menaruh derigen berisi minyak untuk mengisi

minyak pada lampu tersebut, di dekat lampu teplok dan tidak di tutup, pada saat

penderita menyalakan lampu teplok, api kemudian menyala dari derigen dan

menyambar penderita pada daerah wajah, badan, dan paha kiri. Penderita tidak

mengeluhkan adanya sesak nafas, batuk dan perubahan suara. Penderita kemudian

dibawa ke IGD RSMH Palembang.

1.3. Pemeriksaan Fisik (11 Maret 2015)

PRIMARY SURVEY

Airways = Baik

Breathing

RR = 20x/menit

Circulation

Nadi = 72x/menit

Temprature = 36,8°C

SECONDARY SURVEY

Status Generalis

Keadaan Umum = Sakit sedang

Kesadaran = Compos Mentis

TD = 120/70 mmHg RR = 20x/m

HR = 72 x/m T = 36,8°C

Page 4: Case Bedah Via

4

Kepala : Normocefali, simetris, luka bakar (+)

Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, pupil : bulat,

isokor, RC +/+, D 3mm/3mm, Alis mata terbakar

Leher : pembesaran KGB (-)

Telinga : sekret (-), cairan bening (-)

Mulut : Mukosa mulut dan bibir Kering (-), sianosis (-), luka bakar

(-)

Thorax : Pada dada terdapat luka bakar (+), dinamis dan statis

kanan = kiri

Paru :Simetris, Nyeri Tekan (+), stremfremitus kanan=kiri,

vesikuler (+)N

Jantung : Iktus kordis tidak terlihat, tidak teraba, HR: 72x/m, BJ I-

II(N), murmur(-), gallop(-).

Abdomen : Datar, lemas, Bising Usus (+) normal, luka bakar (+),

timpani

Ekstremitas superior : Luka bakar pada paha kiri (+), fraktur (-)

Ekstremitas inferior : akral hangat, pucat (-), edema (-)

Status Lokalis

Tampak luka bakar pada :

Kepala-leher 3% IIA

Thorax 4% IIA

Abdomen 3% IIA

Ekstremitas Superior

Tangan Kanan -

Tangan Kiri -

Ekstremitas Posterior

Kaki Kanan -

Page 5: Case Bedah Via

5

Kaki Kiri 3% IIA

Genitalia 1% IIA

Total = 14% grade II A

Foto Pasien Pada saat di IGD RSMH (10 Maret 2015)

Page 6: Case Bedah Via

6

Post Debridement (Debridement di OK 10-03-2015)

Page 7: Case Bedah Via

7

1.4. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium (10 Maret 2015)

Hematologi :

Hb = 16,1 g/dL

WBC = 17,7 x 103/mm3

Hematokrit = 47 %

Trombosit = 220 x 103 µ

Elektrolit

Natrium = 140 mEq/L

Kalium = 4,1 mEq/L

1.6 Diagnosis :

Luka bakar api 14% derajat IIA tanpa trauma inhalasi

Page 8: Case Bedah Via

8

1.7 Penatalaksanaan Luka Bakar

Bebaskan / lepaskan pakaian yang terbakar

Penyiraman luka bakar dengan air mengalir dengan suhu ruangan selama

lebih kurang 15 menit dengan tujuan untuk menormalkan kembali suhu

tubuh dan menghentikan proses koagulasi protein sel di jaringan yang

terpajan suhu tinggi.

Airways

Pertahankan kebersihan jalan nafas

Breathing

baik

Circulation

Kebutuhan cairan fisiologis (24 jam)

(100 ml x BB)

(100 ml x 50 kg)

= 5000 ml/24 jam

EWL = (25 x % Luka Bakar) x TBSA

= 25 x 14% x TBSA

= 25 x 0,14 x1,51

= 5,3 ml/24 jam

Kebutuhan cairan 24 jam = kebutuhan cairan fisiologis + EWL

= 5000 ml/24 jam + 5,3 ml/24 jam

= 5005,3 ml

Penatalaksanaan lanjutan

dilakukan debridement

perawatan luka dengan melakukan perawatan luka tertutup dengan

menggunakan antibiotik lokal dengan bentuk sediaan kassa (tulle) dan

dilakukan pembalutan tertutup1

observasi vital sign dan urine output

Ceftriaxone 2 x 200 mg (IV)

Ketorolac 3 x 80 mg (IV)

Page 9: Case Bedah Via

9

Salep mata Cloramfenikol

Kebutuhan kalori

Curreri Formula :

= (25 x BB) + (40 x TBSA of the burn)

= (25 x 50kg) + (40 x 14%)

= 1810 kkal/24 jam

1.8 Prognosis

Quo ad Vitam : dubia ad bonam

Quo ad Functionam : dubia ad bonam

1.9 Komplikasi

Kontraktur

Insufisiensi fungsi paru pascatrauma

SIRS

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Luka Bakar

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang

disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,

listrik, dan radiasi. Luka bakar menyebabkan hilangnya intergritas kulit dan

menimbulkan efek sistemik yang sangat kompleks. Luka bakar merupakan suatu

jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan

penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut1.

2.2 Penyebab luka bakar

Luka bakar dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti:

Luka bakar karena api

Page 10: Case Bedah Via

10

Luka bakar karena api dapat dipicu dengan ada bahan cairan yang mudah

terbakar seperti bensin, gas kompor, dan tabung pemantik api yang dapat

menyebabkan luka bakar pada seluruh atau sebagian tebal kulit1,3.

Luka bakar karena air panas3.

Luka bakar karena bahan kimia (asam kuat dan basa kuat)

Asam kuat dapat menyebabkan nekrosis koagulasi, denaturasi protein, dan

rasa nyeri yang hebat. Basa (alkali) kuat yang banyak terdapat pada cairan

pemutih pakaian dan cairan pembersih lain. Luka bakar akibat basa kuat

dapat menyebabkan jaringan mengalami nekrosis yang mencair.

Kemampuan alkali menembus jaringan lebih dalam dan lebih kuat

dibandingan dengan asam. Kerusakan jaringan lebih berat karena sel

mengalami dehidrasi dan terjadi denaturasi protein dan kolagen1.

Luka bakar karena listrik, petir dan radiasi

Luka bakar karena sengatan sinar matahari

Luka bakar karena tungku panas

Luka bakar karena ledakan bom3

2.3 Fase Luka Bakar

1. Fase akut/syok/awal

Pada fase ini, penderita luka bakar akan mengalami kondisi yang dapat

mengancam jalan nafas (gangguan airways), gangguan pernafasan

(breathing), dan gangguan sirkulasi (circulation). Pada gangguan jalan

nafas (airways) dapat terjadi segera setelah terjadinya luka bakar ataupun

terjadi dalam 48-72 jam pascatrauma karena terjadinya obstruksi jalan

nafas akibat cedera inhalasi. Pada fase ini juga dapat terjadi ganggaun

keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termal/panas

yang berdampak pada sistemik. Adanya syok yang bersifat hipodinamik

dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih berhubungan

akibat masalah instabilitas sirkulasi.

2. Fase subakut

Page 11: Case Bedah Via

11

Fase ini berlangsung setelah fase syok teratasi. luka yang terjadi dapat

menyebabkan beberapa masalah, yaitu:

proses inflamasi atau infeksi

masalah penutupan luka

keadaan hipermetabolisme

3. Fase lanjut

Pada fase ini penderita telah dinyatakan sembuh dan tetap dipantau

melalui rawat jalan. Masalah yang dapat muncul pada fase ini adalah

jaringan parut yang hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas,

dan timbulnya kontraktur.

2.4 Luas Luka Bakar

Pembagian luas luka bakar pada dewasa dilakukan dengan menggunakan

Rule of Nine, dengan:

kepala dan leher 9%

badan depan 18%

badan belakang 18%

Lengan (ekstrimitas atas) kanan dan kiri 18%

Tungkai (ekstrimitas bawah) kanan dan kiri 36%

genitalia 1% 3.

Pada anak dan bayi digunakan rumuss lain karena relatif permukaan

kepala anak lebih besar. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak

kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 untuk anak.

Pada bayi:

kepala dan leher 20%

badan depan 20%

badan belakang 20%

lengan (ekstrimitas atas) kanan dan kiri 20%

tungkai (ekstrimitas bawah) kanan dan kiri 20%

Pada anak:

kepala dan leher 15%

Page 12: Case Bedah Via

12

badan depan 20%

badan belakang 20%

lengan (ekstrimitas atas) kanan dan kiri 20%

tungkai (ekstrimitas bawah) kanan dan kiri 30%1.

Gambar 1. Skema Pembagian luas luka bakar dengan modifikasi Rule of

Nine

Menentukan luka bakar menurut Lund dan Browder: (7)

Area luka bakar 0-1 Tahun

1-4 Tahun

5-9 Tahun

10-14 Tahun

15 Tahun

Dewasa 2 % 3 % Total

Kepala 19 17 13 11 9 7      

Leher 2 2 2 2 2 2      

Dada 13 13 13 13 13 13      

Punggung 13 13 13 13 13 13      

Lengan kanan atas 4 4 4 4 4 4      

Lengan kiri atas 4 4 4 4 4 4      

Lengan kanan bawah

3 3 3 3 3 3

Lengan kiri bawah 3 3 3 3 3 3

Tangan kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

Tangan kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

Genetalia 1 1 1 1 1 1

Page 13: Case Bedah Via

13

Bokong kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

Bokong kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

Paha kanan 5,5 6,5 8 8,5 9 9,5

Paha kiri 5,5 6,5 8 8,5 9 9,5

Tungkai kanan 5 5 5,5 6 6,5 7

Tungkai kiri 5 5 5,5 6 6,5 7

Kaki kanan 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5

Kaki kiri 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5

2.5 Derajat Kedalaman Luka Bakar

Kedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung pada derajat

sumber panas, penyebab dan lamanya kontak dengan tubuh penderita3. Selain ada

sumber panas yang kontak dengan tubuh, pakaian yang ikut terbakar pun dapat

memperdalam luka bakar. Bahan pakaian sintetis seperti nilon dan dakron, selain

mudah terbakar juga mudah lumer oleh suhu tinggi, sehingga jika terbakar bahan

ini akan mudah menempel di tubuh sehingga memperberat kedalaman luka1.

Derajat kedalaman luka bakar dibagi menjadi 3 derajat, yaitu

1. Luka bakar derajat 1

Gambar 2.

Luka Bakar Derajat I

Page 14: Case Bedah Via

14

Kerusakan akibat luka bakar terbatas pada lapisan epidermis (superficial), kulit

yang tampak hiperemik berupa eritem, tidak dijumpai bullae, terasa nyeri karena

ujung-ujung saraf sensorik teriritasi. Penyembuhan dapat terjadi secara spontan

tanpa membutuhkan perawatan khusus atau luka bakar derajat 1 ini dapat sembuh

dalam 5 sampai 7 hari.

Gambar 1. Kedalaman Luka Bakar Derajat SatuSumber: Moossa et al, 1997; Sunarso Kartohatmodjo, 2006

2. Luka bakar derajat 2

Kerusakan akibat luka bakar mencapai kedalaman lapisan epidermis dan sebagian

dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Terdapat bullae, nyeri

karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.

Luka bakar derajat 2 dibagi menjadi:

Luka bakar derajat 2A

Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari dermis.

Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10 – 14 hari.

Luka bakar derajat 2B

Page 15: Case Bedah Via

15

Kerusakan hampir mengenai seluruh bagian dermis dan sisa-sisa jaringan

epitel yang tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lama dan disertai jaringan

parut hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari

satu bulan.

Gambar 3. a. Luka bakar derajat 2A, b. luka bakar derajat 2B

Gambar 3. Kedalaman Luka Bakar Derajat DuaSumber: Moossa et al, 1997; Sunarso Kartohatmodjo, 2006

3. Luka bakar derajat III

Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam sampai

mencapai jaringan subkutan, otot dan tulang. Tidak dijumpai bullae, kulit yang

terbakar berwarna abu-abu dan lebih pucat sampai berwarna kuning kering.

Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.

Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi karena ujung-ujung sensorik rusak.

Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi epitelisasi spontan3..

Page 16: Case Bedah Via

16

Gambar 4. Luka bakar derajat 3

Gambar 3. Kedalaman Luka Bakar Derajat TigaSumber: Moossa et al, 1997; Sunarso Kartohatmodjo, 2006

2.6 Klasifikasi Berat-Ringan Luka Bakar

Klasifikasi kriteria berat-ringan luka bakar menurut American Burn Association

adalah

1. Luka Bakar Ringan

Luka bakar derajat I dan II < 15% pada dewasa

Luka bakar derajat < 10% pada anak

Luka bakar derajat II < 2%

Page 17: Case Bedah Via

17

2. Luka Bakar Sedang

Luka bakar derajat II 15% - 25% pada dewasa

Luka bakar derajat 10% - 20% pada anak

Luka bakar derajat II < 10%

3. Luka Bakar Berat

Luka bakar derajat II > 25% pada dewasa

Luka bakar derajat > 20% pada anak

Luka bakar derajat II > 10%

Luka bakar yang mengenai wajah, mata, telinga, kaki, dan genitalia

serta persendian di sekitar axilla.

Luka bakar dengan cedera/trauma inhalasi

Luka bakar dengan trauma berat3,6.

2.7 Luka Bakar dengan Trauma Inhalasi

Trauma Inhalasi merupakan penyebab kematian utama kedua pada penderita luka

bakar berat, terutama pada penderita luka bakar yang berada di ruangan tertutup3.

Korban kebakaran yang terhirup banyak asap dari hasil pembakaran bahan-bahan

kimia yang berbahaya seperti sulfur dioksida, nitrogen dioksida, asam

hidroklorida, hidrosianida, karbon monoksida dan karbon dioksida, akan

menyebabkan kerusakan paru yang parah4.

Mekanisme kerusakan saluran nafas dapat terjadi karena:

1. Terhirup panas secara langsung

Terhirup secara langsung bahan produk yang terbakar dan bahan khusus

yang dapat menyebabkan kerusakan mukosa langsung pada percabangan

trakeobronkial.

2. Keracunan asap yang toksik

Akibat termodegradasi material alamiah dan material yang diproduksi

akibat proses pembakaran akan terbentuk gas toksik (beracun), misalnya

hidrogen sianida, nitrogen dioksida, nitrogen klorida, akreolin yang dapat

Page 18: Case Bedah Via

18

menyebabkan iritasi dan bronkokonstriksi saluran nafas. Obstruksi jalan

nafas akan menjadi lebih hebat akibat trakeabronkitis dan edema3.

3. Intoksikasi karbon monoksida (CO)

CO memiliki afinitas yang tinggi dalam berikatan dengan hemoglobin

(Hb), sehingga hemoglobin tidak mampu berikatan dengan oksigen. Hal

ini lama-kelamaan akan menyebabkan terjadinya hipoksia jaringan. Pada

kondisi keracunan CO yang berat dapat menyebabkan penderita

mengalami koma bahkan sampai pada kematian1,3.

Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar terdapat tiga

atau lebih dari keadaan berikut:

1. Riwayat terjebak dalam rumah/ruang terbakar

2. Sputum tercampur arang

3. Luka bakar perioral, hidung, bibir, mulut atau tenggorokkan

4. Penurunan kesadaran

5. Tanda-tanda distress pernafasan, rasa tercekik, tersedak, malas bernafas,

dan adanya wheezing atau rasa tidak nyaman pada mata atau

tenggorokkam (iritasi mukosa)

6. Gejala distress pernafasan dan takipnea

7. Sesak

8. perubahan suara atau tidak ada suara3.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kondisi-kondisi kecurigaan

adanya trauma inhalasi pasca luka bakar adalah

1. Pemeriksaan gas darah

pemeriksaan ini dilakukan untuk mengevaluasi adanya

karboksihemoglobin di dalam darah karena karbon monoksida memiliki

afinitas 200 kali lebih besar pada hemoglobin dibandingkan dengan

oksigen4.

2. Foto thoraks

Pada fase awal atau dalam 24 jam pertama pasca luka, gambaran foto

thoraks masih terlihat normal. Namun, setelah 24 – 36 jam kemudian akan

Page 19: Case Bedah Via

19

terlihat adanya patchy atelektasis sampai berupa kelainan interstisial dan

alveolar diffus2.

3. Bronkoskopi Fiberoptik Fleksibel

Pemeriksaan ini dilakukan dalam kondisi pasien yang stabil secara

hemodinamik dan saluran nafas atas paten. Pada pemeriksaan ini akan

menunjukkan adanya edema mukosa dan eritema, erosi dan penimbunan

bahan karbon di dalam saluran pernafasan4.

2.8 Penatalaksanaan Luka Bakar

Pasien luka bakar harus dievaluasi secara sistematik. Prioritas utama adalah

mempertahankan jalan nafas tetap paten, ventilasi yang efektif dan mendukung

sirkulasi sistemik.

A. Airways

Pada penderita luka bakar dengan trauma inhalasi, manifestasi klinis tidak

selalu muncul dalam 24 jam pertama pasca luka bakar, tetapi dapat muncul dalam

48 - 72 jam3. Sehingga penanganan awal pada penderita luka bakar dengan atau

yang dicurigai adanya trauma inhalasi dapat dilakukan pemasangan intubasi

endotrakeal dan ventilasi mekanis untuk pembebasan jalan nafas2.

Indikasi dilakukannya intubasi pada luka bakar, yaitu:

Luka bakar sirkumferensial pada leher

Luka bakar pada wajah

Edema faring atau laring

Penurunan kesadaran

Kehilangan refleks jalan nafas

Keracunan karbon monoksida dan sianida

Luka bakar > 40%, karena beresiko terjadi edema laringeal sebagai

bagian dari edema menyeluruh yang biasanya terjadi pada luka

bakar yang luas

Bila ditemukan tanda-tanda lain dari distress pernafasan3.

B. Breathing

Page 20: Case Bedah Via

20

Dilakukan dengan pemberian oksigen 100% dengan pipa

endotrakeal

Penghisapan sekret secara berkala

Humidifikasi dengan nebulizer

Pemberian bronkodilator

C. Circulation

Setiap penderita luka bakar yang mengenai lebih dari 20% luas permukaan

tubuh memerlukan resusitasi cairan dengan pemasanagn kateter intravena pada

daerah tubuh yang tidak mengalami luka bakar. Terdapat beberapa cara dalam

menghitung kebutuhan cairan dalam resusitasi cairan pada penderita luka bakar,

seperti:

Perhitungan Baxter

Rumus baxter : 4 ml larutan ringer laktat x berat badan (kg) x % luas luka

bakar

Hari I ½ jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama.

½ jumlah cairan sisa diberikan 16 jam berikutnya.

Hari II ½ jumlah cairan hari I1.

D. Perawatan Luka Bakar

Perawatan Luka Bakar Terbuka

Perawatan pada luka yang dibiarkan terbuka dengan harapan dapat sembuh

dengan sendirinya6. Permukaan luka yang selalu terbuka menyebabkan

permukaan luka menjadi cepat kering sehingga kuman akan sulit berkembang

dan pengawasan luka juga akan lebih mudah. Perawatan lukar bakar terbuka ini

dapat dilakukan dengan menggunakan kompres nitrat-argenti 0,5% yang efektif

sebagai bakteriostatik. Nitrat-argenti akan mengendap sebagai garam sulfida atau

klorida yang memberikan warna hitam. Perawatan luka bakar juga dapat

menggunakan krim silver sulfadiazine 1% bersifat bakteriostatik dan memiliki

daya tembus yang cukup efektif terhadap semua kuman, tidak menimbulkan

resistensi dan aman. Penggunaan krim silver sulfadiazine ini cukup dioleskan

tanpa pembalutan sehingga lebih mudah dibersihkan1.

Page 21: Case Bedah Via

21

Perawatan Luka Bakar Tertutup

Perawatan luka bakar tertutup dilakukan dengan memberikan balutan yang

bertujuan untuk menutup luka dari kemungkinan kontaminasi dan ditutup

sedemikian rupa sehingga masih terdapat ruang untuk berlangsung terjadinya

penguapan1. Keuntungan perawatan luka bakar secara tertutup adalah dapat

membantu immobilisasi luka secara sempurna. Pada perawatan luka bakar

tertutup, pembalutan yang digunakan harus memiliki daya penyerapan dan

diganti setiap 8 – 24 jam , bila pembalut basah dan berbau, dan bila timbul nyeri

dan penyebab yang tidak jelas6.

Debrideman

Pemotongan eskar atau eskaratomi pada luka bakar yang besar dapat dilakukan

dengan debrideman. Debrideman adalah usaha untuk menghilangkan jaringan

mati dan jaringan yang sangat terkontaminasi dengan mempertahankan secara

maksimal struktur anatomi yang penting. Jaringan mati tidak hanya menghalangi

penyembuhan luka tetapi juga menyebabkan infeksi daerah luka, infeksi sistemik,

sepsis, amputasi, dan bahkan kematian. Debrideman ini bertujuan untuk

memulihkan sirkulasi dan pasokan oksigen yang adekuat ke daerah luka.

Debrideman ini dapat dilakukan pada luka akut dan luka kronik. Debrideman

terdiri dari beberapa jenis, seperti:

a) Debrideman autolitik

Usaha tubuh untuk melakukan penghancuran jaringan nonvital dengan enzim

yang dapat mencairkan jaringan nonvital yang akan bekerja maksimal dalam

suasana lembap. Mempertahankan suasana luka agar tetap lembab dapat

dicapai dengan menggunakan penutup luka yang dapat dicapai dengan

menggunakan penutup luka yang dapat menjamin kelembapan luka. Produk

yang dapat mempertahankan suasana lembab antara lain hidrokoloid, film

transparan, dan hidrogel.

b) Debrideman enzimatik

Page 22: Case Bedah Via

22

Debrideman ini menggunakan salep topikal yang memiliki efek proteolitik,

fibrinolitik dan kolagenase terhadap jaringan yang akan dihancurkan. Salep

topikal yang populer saat ini adalah kolagenase produk fermentasi

Clostridium histolyticum yang mempunyai kemampuan unik mencerna

kolagen jaringan nekrotik. Papain merupakan enzim proteolitik yang

merupakan penghancur protein tetapi tidak berbahaya pada jaringan sehat.

c) Debrideman mekanis

Luka ditutup dengan kassa yang telah dibasahi larutan salin normal, setelah

kering kassa akan melekat dengan jaringan yang mati. Saat mengganti

balutan, jaringan mati akan ikut terbuang. Tindakan ini dilakukan berulang

2-6 kali per hari. Prosedur ini terasa tidak nyaman bagi pasien saat

mengganti balutan, merusak jaringan granulasi baru, merusak epitel yang

masih rapuh, dan berpotensi menimbulkan laserasi disekitar luka. Metode

debrideman ini terbagi atas hidroterapi dan irigasi dengan cairan fisiologis

seperti ringer laktat atau salin normal.

d) Debrideman biologis

Upaya debrideman secara biologis dapat dilakukan dengan menggunakan

larva ynag disebut sebagai maggot debridemant therapy (MDT). Prosedur

ini dapat membersihkan jaringan nekrotik tanpa rasa nyeri, membunuh

bakteri, dan menstimulasi penyembuhan luka.

e) Debrideman bedah

Tindakan debrideman ini menggunakan skalpel, gunting, kuret, atau

instrumen lain disertai irigasi untuk membuang jaringan nekrotik dari luka.

Tujuannya untuk mengeksisi luka sampai mencapai jaringan yang normal

dan vaskularisasi yang baik.

Skin Grafting

Skin grafting adalah tindakan memindahkan sebagian kulit (split thcikness) atau

keseluruhan tebal kulit (full thickness) dari satu tempat ke tempat yang lain secara

bebas, dan untuk menjamin kehidupan jaringan tersebut yang bergantung pada

pertumbuhan pembuluh darah kapiler yang baru di jaringan penerima (resipien).

Skin grafting ini dilakukan jika:

Page 23: Case Bedah Via

23

1. penutupan luka secara primer tidak dapat dilakukan

2. jaringan sekitar luka tidak cukup baik (luas, kualitas, lokasi dan

tampilan) untuk dapat dipakai sebagai penutup luka.

3. luka pasca eksisi tumor ganas yang tidak diyakini bebas tumor,

sehingga teknik rekonstruksi yang lebih kompleks diperkirakan lebih

merugikan dari hal morbiditas, resiko, hasil, atau komplikasinya dan

dipengaruhi oleh faktor lain seperti status gizi, umur, kondisi

komorbid, perokok, kepatuhan atau biaya yang tidak memungkinkan

dilakukannya teknik rekonstruksi yang lebih kompleks.

Menurut lokasi donor kulit, skin grafting dapat dibagi menjadi:

a. Autograft lokasi kulit donor berasal dari individu yang sama. Graft

jenis ini dapat dimanfaatkan sebagi penutup luka temporer.

b. homograft lokasi kulit donor berasal dari individu lain yang sama

spesiesnya.

c. heterograft atau xenograft lokasi kulit donor yang berasal dari

individu yang berbeda spesies.

Split thickness skin grafting (STSG)

Split thickness skin grafting (STSG) adalah transplantasi kulit bebas yang terdiri

atas epidermis dan sebagian tebal dermis. STSG dibedakan atas tebal kulit

(epidermis disertai ¾ tebal lapisan dermis), sedang atau medium (epidermis

disertai ½ tebal lapisan dermis), dan tipis (epidermis disertai ¼ tebal lapisan

dermis).

Keuntungan prosedur STSG adalah

1. kemungkinan penerimaan skin graft lebih besar dan dapat menutup defek

yang luas

2. kulit donor diambil dari daerah tubuh mana saja

3. daerah yang diambil kulitnya dapat sembuh sendiri melalui epitelisasi

Kerugian prosedur STSG adalah

1. kecenderungan besar mengalami kontraksi sekunder

2. perubahan warna (hiper atau hipopigmentasi)

Page 24: Case Bedah Via

24

3. permukaan kulit yang tampak mengkilat sehingga secara estetik kurang

baik

4. diperlukan waktu penyembuhan luka pada daerah donor.

Full thcikness skin grafting (FTSG)

Full thcikness skin grafting (FTSG) adalah transplantasi kulit bebas yang terdiri

atas epidermis dan seluruh tebal dermis tanpa lapisan lemak dibawahnya. Graft

diambil setelah suatu pola yang sesuai dengan defek yang akan ditutup digambar

terlebih dahulu. Vaskularisasi yang baik di daerah resipien, tidak adanya infeksi,

dan keadaan umum penderita yang memadai dan fiksasi merupakan syarat

keberhasilan skin grafting.

Keuntungan FSTG adalah

1. kecenderungan yang lebih kecil untuk terjadinya kontraksi sekunder,

2. perubahan warna, permukaan kulit yang mengkilat, sehingga penampilan

estetik lebih baik dibandingkan dengan STSG.

Kerugian FSTG adalah

1. kemungkinan penerimaan yang lebih kecil

2. hanya dapat menutup defek yang tidak terlalu luas

3. daerah donor harus ditutup dengan STSG bila tidak dapat dijahit primer

dengan sempurna

4. daerah donor FSTG terbatas di beberapa tempat saja seperti inguinal,

supraklavikular, retroaurikular, dan beberapa tempat yang lain1.

E. Kebutuhan Nutrisi pada Luka Bakar

Kebutuhan Kalori dihitung berdasarkan rumus curreri

Kebutuhan kalori 24 jam = (25 kcal x kg BB) + (40 kcal x TBSA)

Pasien dengan fungsi ginjal baik dapat diberikan protein 2g/kgBB/hari

Minum diberikan pada penderita luka bakar segera setelah peristalsis

menjadi normal, diberikan sebanyak 25mL/kgBB/hari, dan diuresis dapat

mencapai sekurang-kurangnya 30mL/jam

Page 25: Case Bedah Via

25

Makanan diberikan oral pada penderita luka bakar segera setelah dapat

minum tanpa kesulitan, sedapat mungkin 2500 kal/hari dan sedapat

mungkin mengandung 100 – 150gr protein/hari.

Pemberian suplemen vitamin, mineral, vitamin A, vitamin C, Zinc,

Vitamin E, selenium dan besi dapat membantu proses penyembuhan luka

bakar1

2.9 Komplikasi

Kondisi pasca luka bakar yang dapat muncul berupa jaringan parut yang dapat

berkembang menjadi cacat berat, kontraktur kulit yang dapat menganggu fungsi

dan menyebabkan kekakuan sendi atau menimbulkan cacat estetis yang jelek

terutaa bila jaringan parut tersebut berupa keloid. Kondisi pasca luka bakar juga

dapat menyebabkan terjadinya infeksi sitemik (SIRS) dan jika luka bakar merusak

jalan nafas akibat adanya trauma inhalasi maka dapat menyebabkan terjadinya

atelektasis, pneumonia, atau insufisiensi fungsi paru pascatrauma1. Pada penderita

luka bakat lebih dari 20 % – 25% luas permukaan tubuh sering terjadi ileus

paralitik yang dapat menghalangi pemberian cairan oral pada saat resusitasi dan

diperlukan intubasi nasogaster serta dilakukan penghisapan untuk menghindari

ketegangan abdomen, emesis dan aspirasi sekunder4.

2.10 Prognosis

Morbiditas dan mortalitas penderita luka bakar berhubungan dengan luas luka

bakar, derajat luka bakar, umur, tingkat kesehatan, lokalisasi luka bakar, cepat

lambatnya pertolongan yang diberikan, dan fasilitas tempat pertolongan.

Mortalitas meningkat pada penderita yang rentan terhadap infeksi, penderita

dengan penyakit jantung, DM dan penyakit paru obstruksi kronis (PPOK)6.

Page 26: Case Bedah Via

26

BAB IV

ANALISIS KASUS

Seorang laki-laki, Tn.Suryadi bin Anwar berumur 45 tahun yang

beralamat Lr. Saudagar Yucing sebrang ulu Palembang, datang ke RSMH dengan

keluhan mengalami luka bakar. Penderita mengalami luka bakar api ± 6 jam

sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Dari autoanamnesis didapatkan bahwa ± 6

Page 27: Case Bedah Via

27

jam sebelum masuk rumah sakit (SMRS), penderita tersembur api pada saat

sedang menghidupkan lampu teplok.

Saat datang ke RSMH, pasien masih dalam fase akut. Dilakukan

pemeriksaan umum yang meliputi survei primer, survei sekunder, serta penilaian

luas dan derajat luka bakar pada pasien. Pasien datang dengan sensorium kompos

mentis, tidak ada gangguan jalan napas, frekuensi napas 20x/ dan nadi 72x/m

dalam batas normal. Tidak di temukan adanya tanda-tanda trauma inhalasi seperti

stridor, suara serak dan sputum. Tidak terdapat gangguan pergerakan dinding

dada. Hal ini menandakan resusitasi cairan telah tepat dilaksanakan.

Pada Pada Survey sekunder tampak luka bakar pada kepala-leher = 3%

grade IIA, Thorax 4% grade IIA, Abdomen 3% grade IIA, Kaki kiri 3% grade

IIA, Alat genitalia 1% grade IIA. Dapat disimpulkan pasien mengalami luka bakar

api 14% derajat IIA yang termasuk dalam luka bakar derajat ringan menurut

American Burn Association.

Luka bakar pada penderita ini digolongkan derajat IIA karena kerusakan

mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari dermis. Penyembuhan terjadi

secara spontan dalam waktu 10 – 14 hari.

Penatalaksanaan pada pasien ini dengan pemberian antibiotik

(ceftriaxone), dilakukan debridement dan perawatan luka tertutup. Pada pasien ini,

tubuh kehilangan kulit sebagai protective barrier sehingga rentan terhadap

infeksi, oleh karena itu diberikan antibiotik spektrum luas sebagai profilaksis pada

pasien ini. Untuk mengurangi rasa sakit, dikarenakan pada luka bakar grade II

terjadi iritasi ujung-ujung saraf perifer, analgetik diberikan pada pasien ini.

Kebutuhan nutrisi pada pasien ini berdasarkan rumus Curreri Formula sebesar

1810 kkal/24 jam.

Tindakan debridement dilakukan dalam 7 hari pertama agar proses

penyembuhan terjadi lebih cepat, menurunkan risiko kolonisasi mikroorganisme

patogen, dan memutus rantai proses inflamasi pada luka bakar. Akan tetapi risiko

terjadinya sepsis akibat proses infeksi masih tetap tinggi pada pasien luka bakar

yang telah menjalani debridement. Untuk itu dilakukan pemberian antibiotik

Page 28: Case Bedah Via

28

topikal yang diberikan setiap kali diganti verband dan antibiotik sistemik broad

spectrum.

DAFTAR PUSTAKA

1. American College of Surgeons Committe on Trauma. Advanced Trauma Life

Support For Doctors Edition 8. USA.2008

2. Noer. M Sjaifudin. Penanganan Luka Bakar. Surabaya : Airlangga University

Press. 2006

Page 29: Case Bedah Via

29

3. Georrgiade.S.G, Pederson. W.C. Luka Bakar. Dalam: Buku Ajar Bedah

Bagian I. Jakarta.EGC.1995;151-160

4. Klein.M.B. Thermal, Chemical, and Electrical Injuries. Dalam: Grabb and

Smith’s Plastic Surgery 6 th edition. Lippincott Williams & Wilkins Wolters

Kluwer Business Philadephia USA. 2007; 132 – 145

5. Karakata.S, Bachsinar B. 1995. Bedah Minor. Edisi II. Jakarta: Hipokrates.

6. Marzoeki, D., 2004 Overview in Burn Management dalam Penanganan Luka

Bakar Masa Kini, Seminar Luka Bakar . p 1-2.

7. Prasetyono, T. Flap, Penuntun Dasar dalam Ilmu Bedah Plastik. Edisi

pertama. Sagung Seto, 2011.

8. Sunarso Kartohatmodjo, 2006. Penanganan Luka Bakar, Airlangga University

Press, Surabaya

9. Song, C. 2004 Recent Advance in Burn Management dalam Penanganan

Luka Bakar Masa Kini, Seminar Luka Bakar. p. 18-22

10. Sakr WM, Maged MA, El M’ez W, Ismail M. Options for Treatment of Post

Burn Axilla Deformities. J. Plast Reconstruction Surg. 2007. 31(1):63-71