pemberdayaan penyandang disabilitas melalui...
TRANSCRIPT
PEMBERDAYAAN PENYANDANG DISABILITAS MELALUI
PROGRAM KETERAMPILAN MENJAHIT DI YAYASAN WISMA
CHESHIRE JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
DisusunOleh:
Amirah Mukminina
109054100029
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/ 2013 M
i
ABSTRAK
AMIRAH MUKMININA
Pemberdayaan Penyandang Disabilitas Melalui Program Keterampilan
Menjahit di Yayasan Wisma Cheshire Jakarta Selatan.
Penyandang cacat merupakan bagian dari warga Negara Indonesia
mempunyai hak, kewajiban, yang sama dengan warga Negara yang tidak menderita
cacat tubuh maupun psikis. Penyandang Cacat merupakan salah satu jenis
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Pemberdayaan melalui
keterampilan menjahit adalah salah satu upaya pemberdayaan penyandang disabilitas
yang dilakukan oleh Yayasan Wisma Cheshire untuk mengembangkan potensi
penyandang disabilitas agar lebih berdaya.
Penelitian ini bermaksud mengetahui lebih jauh bagaimana proses
pelaksanaan keterampilan menjahit di Yayasan Wisma Cheshire, apa saja faktor
pendukung dan penghambat, serta hasil yang dicapai dari pelaksaan program
keterampilan menjahit tersebut. Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif.
Data dikumpulkan dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini
dilakukan di Yayasan Wisma Cheshire yang terletak di Cilandak Barat, Jakarta
Selatan.
Proses pelaksanan program Keterampilan Menjahit di Yayasan Wisma
Cheshire ini seperti di awal terlaksananya program yayasan menyediakan pelatih
khusus menjahit dan mengkursuskan Warga Binaan di Sekolah Menjahit. Sejalannya
waktu untuk Warga Binaan yang baru masuk mereka tidak lagi disediakan pelatih
khusus tetapi di yayasan belajar menjahit secara turun temurun dengan cara senior
mengajarkan juniornya. Meskipun mereka hanya belajar dari teman ke teman tetapi
mereka tetap mendapatkan ilmu dan dapat mengembangkan pontensi. Mereka cepat
menangkap apa yang diajarkan oleh seniornya karena sistem belajar menjahit di
Yayasan Wisma Cheshire bukan dalam hal pemberian teori seperti didalam kelas
melainkan praktek langsung. Beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam
program keterampilan menjahit di Yayasan Wisma Cheshire diantaranya adalah
faktor pendukung seperti adanya komite, relawan, dan donatur, penjualan produk,
tersedianya fasilitas sarana dan prasarana, dan lingkungan Yayasan Wisma Cheshire
Sedangkan faktor penghambatnya seperti awal mengikuti keterampilan menjahit
masih kesulitan dan jumlah yang mengikuti keterampilan menjahit sedikit sehingga
ketika banyak orderan yang menjahit mereka harus buru-buru sehingga membuat
tidak fokus. Hasil dari pelaksanaan program Keterampilan Menjahit ini pun dapat
dilihat dari segi pengetahuan dan skill menjahit dari masing-masing warga binaan.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat
serta karunia yang tak terhingga kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik tanpa suatu kendala yang berarti. Shalawat
serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, begitu juga
kepada keluarga, dan sahabat.
Penulis menyadari tanpa bimbingan, bantuan dan dukungan dari semua pihak
skripsi ini tidaklah mungkin dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
2. Ibu Siti Napsiyah, M.SW dan Bapak Zaky M.Si selaku Ketua dan Sekretaris
Jurusan Kesejahteraan Sosial.
3. Bapak Drs. Yusra Kilun, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
banyak meluangkan waktunya dalam membantu dan memberikan pengarahan
serta bimbingannya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini, sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan ilmu dan bimbingan selama penulis berada dalam perkuliahan.
5. Seluruh pengurus Perpustakaan Dakwah dan Perpustakaan Utama atas
tersedianya buku-buku yang penulis butuhkan dalam penulisan skripsi ini.
iii
6. Pengurus Perpustakaan Kementerian Sosial atas tersedianya buku-buku yang
penulis butuhkan dalam penulisan skripsi ini.
7. Ibu Fetty Elliot selaku Pimpiman Yayasan Wisma Cheshire, yang telah
mengizinkan dan membantu penulis melakukan penelitian di Yayasan Wisma
Cheshire.
8. Bapak Fendo Parama Sardi selaku Manajer Program Yayasan Wisma
Cheshire, yang telah membantu dan memberikan informasi yang banyak
kepada penulis saat melakukan penelitian di Yayasan Wisma Cheshire.
9. Segenap Warga Binaan dan keluarga besar Yayasan Wisma Cheshire yang
telah menyempatkan waktu dan memberikan bantuan kepada penulis.
10. Papa dan Mama yang senantiasa selalu mendoakanku, memberikan kasih
sayang yang tak terhingga serta dukungan moril dan materil yang tak pernah
terputus. Dan segenap keluarga besarku yang selalu memberikan nasehat dan
masukkan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
11. Sahabat SMA Astri yang selalu memberi semangat meskipun udah lama gak
ketemu tapi dia selalu memotivasi ku.
12. Teman-teman kesos 2009 yang selama ini selalu bersama-sama saat kuliah,
dan terutama teman gengs di kesos 2009 ada Minda, Putri, Nuri, Tiwi, Sandra,
Ulfa, terima kasih untuk waktu dan kesediaan kalian dalam menemani penulis
saat penulisan skripsi ini.
13. Keluarga Besar KMF KALACITRA, khususnnya teman-teman Generasi 9
yang sudah memberi semangat berupa kata-kata kepada penulis.
iv
14. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Bogor (HIMABO), khususnya Cewe-
cewe kece (Iyus, Chanis, dan teh Lia) yang udah nemenin, ngingetin, memberi
masukkan dan memotivasi penulis selama penulisan skripsi.
15. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah
mendukung baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan
skripsi ini.
Penulis hanya dapat mengucapkan banyak terima kasih tanpa
memberikan apapun, semoga kebaikan kalian dibalas oleh Allah SWT. Amin.
Kritik dan saran sangat penulis harapkan dari berbagai pihak yang
membaca skripsi ini. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi para pembaca serta peneliti lainnya pada umumnya.
Amin.
Ciputat, 26 November 2013
Amirah Mukminina
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Fokus Masalah dan Perumusan Masalah ....................................... 6
C. Tujuan Penelitiandan Manfaat Penelitian ...................................... 7
D. Metodologi Penelitian .................................................................... 8
E. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 14
F. Sistematika Penulisan .................................................................... 16
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pemberdayaan ................................................................................ 18
1. Pengertian Pemberdayaan ........................................................ 18
2. Tujuan Pemberdayaan .............................................................. 21
3. Tahapan Pemberdayaan ........................................................... 23
4. Proses Pemberdayaan ............................................................... 26
B. Penyandang Disabilitas .................................................................. 29
1. Pengertian Disabilitas............................................................... 29
2. Ciri-ciri Penyandang Disabilitas .............................................. 32
3. Karakteristik Kecacatan ........................................................... 33
vi
4. Jenis Kecacatan ........................................................................ 34
5. Faktor Penyebab ....................................................................... 35
C. Keterampilan Menjahit................................................................... 40
1. Pengertian Keterampilan .......................................................... 40
2. Pengertian Menjahit ................................................................. 41
BAB III TEMUAN PENELITIAN
A. Profil Yayasan Wisma Cheshire .................................................... 42
1. Sejarah Berdirinya .................................................................... 42
2. Visi dan Misi ............................................................................ 43
3. Tujuan ...................................................................................... 44
4. Staf dan Struktur Organisasi .................................................... 45
5. Sarana dan Prasarana................................................................ 46
6. Program Yayasan Wisma Cheshire .......................................... 47
7. Sasaran Pelayanan .................................................................... 46
8. Kerjasama Yayasan/ Lembaga ................................................. 48
9. Sumber Dana ............................................................................ 48
10. Prosedur Penerimaan Warga Binaan ........................................ 48
11. Persyaratan Menjadi Warga Binaan ......................................... 50
12. Data Warga Binaan/ Resident .................................................. 52
13. Peraturan Umum Untuk Warga Binaan ................................... 54
B. Proses Pelaksanaan Program Keterampilan Menjahit di
Yayasan Wisma Cheshire .............................................................. 55
C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan
vii
Program Keterampilan Menjahit di Yayasan Wisma Cheshire ....... 67
D. Hasil yang Dicapai dari Program Keterampilan Menjahit di
Yayasan Wisma Cheshire ............................................................... 69
BAB IV ANALISIS
A. Proses Pelaksanaan Program Pemberdayaan melalui
Keterampilan Menjahit di YayasanWisma Cheshire ..................... 71
B. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Program
Keterampilan Menjahit di Yayasan Wisma Cheshire .................... 74
1. Faktor Pendukung .................................................................... 74
2. Faktor Penghambat................................................................... 76
C. Hasil yang Dicapai dari Program Pemberdayaan melalui
Keterampilan Menjahit di Yayasan Wisma Cheshire .................... 77
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 81
B. Saran ............................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Perkiraan Jumlah (dalam ribuan) dan Persentase Penyandang Cacat
menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2009 ....................................... 3
Tabel 2 Informan .................................................................................................... 11
Tabel 3 Data Warga Binaan/ Resident Yayasan Wisma Cheshire Tahun 2013 ..... 52
Tabel 4 Data Warga Binaan/ Resident yang Mengikuti Program Keterampilan
Menjahit ................................................................................................... 56
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia, disabilitas masih menjadi urusan orang-perorangan yang
memiliki disabilitas. Disabilitas lebih dipahami sebagai urusan pelayanan
kesehatan dan sosial, sehingga penanganannya belum meliputi semua lintas
bidang. Masalah disabilitas merupakan tugas dan tanggung jawab Departemen
Kesehatan RI untuk pengobatan dan perawatan serta pelayanan dan rehabilitasi
sosial.
Penyandang cacat merupakan bagian dari warga Negara Indonesia
mempunyai hak, kewajiban, yang sama dengan warga Negara yang tidak
menderita cacat tubuh maupun psikis. Penyandang Cacat merupakan salah satu
jenis Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Keberadaan
penyandang cacat masih terabaikan dan mengalami isolasi, penolakan,
diskriminasi dan berbagai hambatan psikologis serta kultural.1
Menurut Pangestuti yang dikutip oleh Maulinia mengatakan bahwa
masalah kesejahteraan sosial, termasuk di dalamnya masalah kecacatan
merupakan masalah yang kompleks dan cenderung meningkat dari waktu ke
waktu. Oleh karena itu, masalah kecacatan perlu mendapatkan perhatian dalam
pembangunan.2 Orang dengan disabilitas dan tidak disabilitas adalah Warga
Negara. Mereka adalah konstituen dalam Pemilihan Umum yang ikut mendukung
1 Hilmiah,dkk.,Analisis Deskriptif Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Tahun
2009, (Jakarta: Kerjasama Badan Pusat Statistik RI dengan Kementerian Sosial RI), h.105. 2 Maulinia, Pemberdayaan Perempuan Penyandang Disabilitas Pada Himpunan Wanita
Penyandang Cacat Indonesia,(Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Magister
Ilmu Kesejahteraan Sosial, Universitas Indonesia, 2012), h.1.
2
terpilihnya wakil rakyat dalam parlemen, serta mempunyai kewajiban sama dalam
membayar pajak.
Penyandang cacat juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan masyarakat. Mereka juga mempunyai kedudukan, hak, kewajiban dan
peran yang sama dengan masyarakat lainnya dalam segala aspek kehidupan dan
penghidupan, bagi dari segi pendidikan, ketenagakerjaan, komunikasi dan lain-
lain.3 Dengan demikian penyandang cacat perlu mendapatkan perhatian yang
serius dan dapat didayagunakan sebagaimana layaknya manusia Indonesia
seutuhnya, agar kelompok masyarakat cacat mempunyai kemampuan dalam
menjalani kehidupannya.
Berikut perkiraan jumlah (dalam ribuan) dan persentase penyandang cacat
menurut jenis kelamin dan tipe daerah 2009 dalam Tabel 1.
3 Teti Ati Padmi, Implementasi Aksesibilitas Pelayanan Informasi dan Pelayanan Khusus
Bagi Penyandang Cacat di Kota Semarang, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan
Sosial, (Mei - Agustus 2006), h.66.
3
Tabel 1
Perkiraan Jumlah (dalam ribuan) dan Persentase Penyandang Cacat
menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2009
Jenis Kelamin Perkotaan (K) Perdesaan (D) K+D
(1) (2) (3) (4)
Laki-laki (L)
Jumlah Penyandang Cacat (000)
Jumlah Penduduk (000)
% Penyandang Cacat Terhadap
Jumlah Penduduk
500,3
55.281,3
0,90
630,5
59.076,9
1,07
1.130,8
114.358,
2
0,99
Perempuan (P)
Jumlah Penyandang Cacat (000)
Jumlah Penduduk (000)
% Penyandang Cacat Terhadap
Jumlah Penduduk
428,3
56.337,8
0,76
567,7
60.172,4
0,94
996,0
16.510,3
0,85
L + P
Jumlah Penyandang Cacat (000)
Jumlah Penduduk (000)
% Penyandang Cacat Terhadap
Jumlah Penduduk
928,6
111.619,1
0,83
1.198,2
119.249,3
1,00
2.126,8
230.868,
4
0,92
Sumber: BPS RI – Susenas Modul 2009
Dari hasil Susenas 2009 menunjukkan bahwa perkiraan jumlah penduduk
penyandang cacat ada sebanyak 2.13 juta jiwa atau 0,92 persen dari seluruh
penduduk Indonesia (Tabel 1.1). Perbandingan menurut gender memperlihatkan
4
bahwa jumlah penyandang cacat laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah
penyandang cacat perempuan, dimana jumlah penyandang cacat laki-laki sebesar
1,13 juta (0,99 persen) dan perempuan sebesar 0,99 juta (0,85 persen). Dilihat
menurut tempat tinggal, penduduk perdesaan yang mengalami disabilitas
(ketidakmampuan karena mengalami kesulitan melakukan kegiatan secara layak)
baik jumlah maupun persentase lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang
berada di perkotaan. Persentase penyandang cacat daerah pedesaan sebesar 1.00
persen, lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan sebesar 0,83 persen.4
Seiring dengan berjalannya waktu, Indonesia secara bertahap
menunjukkan keprihatinannya terhadap upaya-upaya perlindungan dan penegakan
hak penyandang disabilitas. Sebagai bagian dari dunia yang ada di kawasan Asia
Pasifik, Indonesia adalah bahagian dari pelaksana Dasawarsa Asia Pasifik untuk
penyandang disabilitas 1993-2002 dan 2003-2012 serta salah satu penanda tangan
Konvensi Hak penyandang disabilitas pada tahun 2007. Konvensi ini telah
disetujui Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dalam siding ke-61,
tanggal 13 Desember lalu. Peristiwa tersebut menjadi momentum penting
terhadap pengakuan hak penyandang cacat untuk hidup setara dengan warga
masyarakat lainnya dan kewajiban negara untuk mewujudkannya.
Hal ini nampak pada prinsip-prinsip yang termuat dalam konvensi, yaitu
menghormati harkat dan martabat Penyandang Cacat, non-diskriminatif,
partisipasi penuh, aksedibilitas, penghormatan terhadap perbedaan dan
penerimaan Penyandang Cacat sebagai bagian dari keanekaragaman manusia dan
kemanusiaan. Sesungguhnya tidak ada hak-hak baru bagi penyandang cacat yang
4 Hilmiah,dkk.,Analisis Deskriptif Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Tahun
2009, (Jakarta: Kerjasama Badan Pusat Statistik RI dengan Kementerian Sosial RI, 2010), h.107.
5
termuat di dalamnya, juga tidak ada sesuatu hak yang warga masyarakat lainnya
tidak miliki sebelumnya. Konvensi ini lebih menekankan bahwa penyandang
cacat harus diberi kesempatan yang sama dan dijamin hak-haknya sebagaimana
warga masyarakat lainnya.5
UU tentang konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas adalah harapan
bagi semua penyandang disabilitas di Indonesia. Program Manager ASEAN
Central Election Network for Disability Access, Yusdiana mengatakan selama ini
telah ada UU No.4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat namun
implementasinya masih jauh dari harapan. Sebagai contoh kuota satu persen bagi
penyandang disabilitas di perusahaan atau lembaga pemerintahan yang belum
berjalan sebagaimana diamanatkan UU. Bagi Yusdiana, melalui pengesahan UU
tentang Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas, maka para penyandang
disabilitas di Indonesia akan mempunyai dasar hokum yang sangat kuat dalam hal
perlindungan publik terhadap penyandang disabilitas.6
Upaya meningkatkan kesejahteraan sosial penyandang cacat dapat
dilakukan melalui berbagai kegiatan yang berorientasi pada peningkatan kualitas
sumber daya manusia yang ada dan dimiliki para penyandang cacat tersebut.
Upaya ini sangat relevan dan harus dilakukan, mengingat setiap penyandang cacat
sebagaimana diatur dalam UU RI No.4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat.7
Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia maka
dilakukannya pemberdayaan bagi penyandang disabilitas. Pemberdayaan
5Eva Kasim, Konvensi Hak-Hak Penyandang Cacat, diakses pada 29 Mei 2013 dari
http://www.evakasim.blogspot.com/2007/04/Konvensi-hak-hak-penyandang-cacat.html. 6Yusdiana, Harapan bagi Penyandang Disabel, Info Societa, Edisi IX/ 2011 (Biro Humas
Kementerian Sosial RI), h.6. 7Teti Ati Padmi, Implementasi Aksesibilitas Pelayanan Informasi dan Pelayanan Khusus
Bagi Penyandang Cacat di Kota Semarang, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan
Sosial, (Mei - Agustus 2006), h.66.
6
merupakan salah satu langkah menuju arah yang lebih baik dimana memberikan
atau membuat perubahan dari masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya,
serta mempunyai kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Oleh karena itu
Yayasan Wisma Cheshire bertujuan untuk memberdayakan penyandang
disabilitas melalui program keterampilan yang salah satunya adalah program
keterampilan menjahit. Dengan adanya program keterampilan menjahit,
diharapkan kepada penyandang disabilitas dapat mengasah kemampuan kreatifitas
yang dimiliki. Sehingga meningkatkan sumber daya manusia serta membangun
kemandirian yang tidak lagi tergantung dengan orang lain, dan dapat
melaksanakan fungsi sosialnya.
Oleh karena itu, penelitian skripsi ini penulis tuangkan dalam judul skripsi
yaitu: “PEMBERDAYAAN PENYANDANG DISABILITAS MELALUI
PROGRAM KETERAMPILAN MENJAHIT DI YAYASAN WISMA
CHESHIRE JAKARTA SELATAN”.
B. Fokus Masalah dan Perumusan Masalah
1. Fokus Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, maka penulis
akan melakukan penelitian yang berfokus pada pemberdayaan penyandang
disabilitas melalui program keterampilan menjahit di Yayasan Wisma
Cheshire.
7
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan fokus masalah di atas, maka dirumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pelaksanaan Program Pemberdayaan melalui
Keterampilan Menjahit di Yayasan Wisma Cheshire?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
Program Keterampilan Menjahit di Yayasan Wisma Cheshire?
3. Bagaimanakah hasil yang dicapai dari Program Pemberdayaan melalui
Keterampilan Menjahit di Yayasan Wisma Cheshire?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
a. Untuk mengetahui proses pelaksanaan Program Pemberdayaan melalui
Keterampilan Menjahit di Yayasan Wisma Cheshire.
b. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan Program Keterampilan Menjahit di Yayasan Wisma
Cheshire.
c. Untuk mengetahui hasilyang dicapai dari Program Pemberdayaan
melalui Keterampilan Menjahit di Yayasan Wisma Cheshire.
8
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:
a. Diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan kontribusi bagi
pengembangan ilmu sosial kemasyarakatan bersifat praktis dan jelas.
b. Untuk menambah wawasan bagi para pembaca umumnya bagi penulis
khususnya para calon pekerja sosial agar mendapatkan gambaran
umum tentang pemberdayaan Penyandang Disabilitas di Yayasan
Wisma Cheshire Jakarta Selatan.
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara kerja untuk memahami objek
penelitian dalam rangka menemukan, menguji pada suatu kebenaran atau
pengetahuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, tertulis atau lisan dari
orang dan perilaku yang dapat diamati. Dimana menurut Kirk dan Miller
memberikan pengertian penelitian kualitatif sebagai tradisi penelitian yang
tergantung pada pengamatan sesuai dengan orang-orang di sekitar objek
penelitian dalam bahasa dan peristilahan sendiri.8 Dimana menurut
Bogdan dan Taylor, metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang
8 Lexy J. Moleong, MA, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009)edisi revisi cet. Ke 26, h. 3.
9
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang atau pelaku yang dapat diamati.9
Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis bermaksud
mendeskripsikan keadaan atau fenomena sebenarnya tentang
Pemberdayaan Penyandang Disabilitas melalui Program Keterampilan
Menjahitdi Yayasan Wisma Cheshire.
2. Macam dan Sumber Data
Adapun macam data pada penelitian ini terbagi menjadi dua bagian
yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data utama yang terdiri dari kata-kata dan
tindakan. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari
hasil wawancara dengan responden di lapangan serta hasil observasi pada
subjek penelitian, yaitu data yang berasal dari Pengurus Yayasan Wisma
Cheshire, Warga Binaan/ Resident yang mengikuti program keterampilan
menjahit, dan Alumni Warga Binaan Yayasan Wisma Cheshire yang
pernah mengikuti program keterampilan menjahit.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah berupa catatan atau dokumen yang diambil
dari berbagai literature, internet atau tulisan-tulisan yang berhubungan
dengan masalah pada penelitian ini.
9 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2000), h.30.
10
3. Teknik Pemilihan Informan
Teknik yang digunakan untuk pemilihan informan dalam penelitian
ini adalah teknik purposive sampling, bertujuan dimana informan dipilih
berdasarkan pertimbangan tertentu dan dianggap sebagai orang-orang yang
tepat dalam memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan peneliti.
Peneliti menggali data dari pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
pemberdayaan penyandang disabilitas melalui program keterampilan
menjahit di Yayasan Wisma Cheshire, Warga Binaan yang mengikuti
program keterampilan menjahit, dan Alumni yang pernah mengikuti
program keterampilan menjahit di Yayasan Wisma Cheshire.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
a. Observasi
Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti.10
Dalam hal ini penulis melakukan
pengamatan secara langsung dengan mengunjungi, meninjau lokasi
penelitian yaitu Yayasan Wisma Cheshire Jakarta Selatan, serta
mengamati segala bentuk kegiatan yang berlangsung di lokasi penelitian
dengan hasil pengamatannya digunakan sebagai sumber data.
10
Husaini Usman dan Purnomo, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2000), h. 54.
11
b. Interview
Interview atau wawancara adalah metode yang dilakukan melalui
dialog secara langsung antara pewawancara dengan terwawancara untuk
memperoleh data atau informasi yang dibutuhkan.11
Dalam hal ini penulis
akan melakukan wawancara atau pendekatan dari berbagai narasumber,
selain itu wawancara dalam penelitian ini lebih diarahkan kepada
bagaimana proses pemberdayaan penyandang disabilitas melalui program
keterampilan menjahit di Yayasan Wisma Cheshire.Adapun yang akan
penulis wawancarai yaitu:
Tabel 2
Informan
No. Informan Informasi yang dicari Jumlah
1. Ketua Yayasan Gambaran umum lembaga, dan
pelaksanaan program keterampilan
menjahit dalam pemberdayaan
penyandang disabilitas.
1 Orang
2. Manajer
Program
Pelaksanaan program keterampilan
menjahit, faktor pendukung dan
penghambat, hasil yang dicapai.
1 Orang
3. Ibu Asrama/
Supervisor
Menjahit
Pelaksanaan program keterampilan
menjahit, faktor pendukung dan
penghambat, hasil yang dicapai.
1 Orang
11
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta,2008), cet IV, hlm. 231.
12
4. Warga Binaan
(Resident)
hasil yang dicapai selama
mengikuti program keterampilan
menjahit.
7 Orang
5. Alumni YWC hasil yang dicapai setelah
mengikuti program keterampilan
menjahit.
3 Orang
c. Dokumentasi
Studi dokumentasi mencari data yang tertulis, baik berupa buku,
jurnal maupun lainnya.12
Dalam penelitian ini, penulis berusaha
mengumpulkan, membaca, dan mempelajari berbagai macam bentuk data
tertulis yang diperoleh dilapangan serta data-data lain yang di dapatkan
dari brosur, subcopy, serta berupa foto-foto dan sumber lain yang
berkaitan dengan apa yang sedang diteliti oleh penulis.
5. Teknik Analisis Data
Pada saat menganalisis data hasil observasi dan wawancara,
penulis menginterpretasikan data yang ada kemudian
menyimpulkannya.Dimana peneliti menggunakan metode deskriptif
analisis, yaitu dengan caramerangkum hasil wawancara,
mengklasifikasikan hasil wawancara, serta menginterpretasikan data yang
terkumpul.13
12
Imam Suprayogo dan Tobroni, Metode Penelitian Sosial Agama, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2004), h.172. 13
UI, Materi Mata Kuliah Metode Penelitian Sosial, h.34.
13
Menurut Bogdan & Biklen, Analisis Data Kualitatif adalah upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan
data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain.14
Berdasarkan hal tersebut maka metode analisa yang digunakan
adalah metode deskripsi analisi yakni dengan cara mengumpulkan data
kemudian menyusun, menyajikan, baru kemudian menganalisis untuk
mengungkapkan arti data tersebut. Pada saat menganalisa data hasil
observasi, peneliti menginterpretasikan catatan lapangan yang ada
kemudian menyimpulkannya.Setelah itu peneliti menganalisa pada data
tersebut.
6. Teknik Keabsahan Data
Seperti yang telah dijelaskan oleh Lexy J. Moleong dalam bukunya
Metodologi Kualitatif, untuk menentukan keabsahan data adalah dengan
melakukan triangulasi. Dimana triangulasi adalah teknik pemeriksaan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.15
14
Lexy J. Moleong, MA, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009) edisi revisi cet. Ke 26, h. 248. 15
Lexy J. Moleong, MA, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009)edisi revisi cet. Ke 26, h. 330.
14
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik triangulasi
dengan cara membandingkan sumber-sumber data yang diperoleh di
lapangandengan kenyataan yang ada pada saat penelitian.
7. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Yayasan Wisma Cheshire yang
berlokasi di Jalan Wijaya Kusuma No 15A, Cilandak Barat Cilandak,
Jakarta Selatan. Sedangkan waktu penelitiannya terhitung dari bulan Mei
2013 sampai dengan awal bulan November 2013.
8. Teknik Penulisan
Teknik penulisan dalam penelitian ini berpedoman pada buku
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang
diterbitkan oleh Center For Quality Development and Assurance
(CeQDA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dilakukan peneliti guna menghindari unsure kesamaan
dengan skripsi lain. Peneliti menemukan skripsi sebagai berikut:
Penulis : Fitteriya
NIM : 105054102071
Jurusan : Mahasiswa Konsentrasi Kesejahteraan Sosial 2005 UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Judul Skripsi : Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Program
15
Keterampilan Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama
V Duren Sawit Jakarta Timur.
Isi Pembahasan : Skripsi ini membahas tentang bagaimana
pemberdayaanprogram yang dilaksanakan Panti Sosial Asuhan Anak Putra
Utama V dalam pemberdayaan anak jalanan melalui program keterampilan.
Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama V yang memberikan pelayanan sosial
terhadap anak jalanan yang meliputi pembinaan mental, fisik maupun
pelatihan keterampilan.
Penulis :Muhammad Hafidzudin
NIM : 104054102118
Judul Skripsi : Pelatihan Keterampilan Menjahit Bagi Anak Jalanan Di
Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak Jalanan
Social Development Center For Street Children (SDC).
Isi Pembahasan : Skripsi ini membahas tentang bagaimana pelaksanaan
pelatihan keterampilan menjahit yang dilakukan Social Development Center
For Street Children (SDC), serta menfaat, faktor penghambat dan faktor
pendukung dalam pelaksanaan pelatihan keterampilan menjahit untuk anak
jalanan guna meningkatkan pengetahuan. Hal terpenting anak dapat mendiri
secara ekonomi maupun secara sosial.
Persamaan dan Perbedaan dari skripsi di atas dengan skripsi penulis yaitu
persamaannya pada pemberdayaan keterampilan dan perbedaannya terletak pada
subjeknya dan tempat penelitianya.Skripsi penulis membahas tentang
Pemberdayaan Penyandang Disabilitas melalui Program Keterampilan Menjahit.
Seperti apaproses pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan, faktor pendukung
16
dan penghambat, serta seperti apa hasil yang akan dicapai dari pemberdayaan
tersebut. Pemberdayaan dilakukan untuk para Penyandang Disabilitas yang
bertujuan agar bisa mandiri dengan caramengembangkan potensi melalui
keterampilan dan menjalankan fungsi sosial. Dalam skripsi penulis, teori yang
dipakai menggunakan teori pemberdayaan, teori penyandang disabilitas dan teori
keterampilan menjahit.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan. Bab ini meliputi Latar Belakang Masalah, Fokus
Masalah dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, serta Sistematika
Penulisan.
BAB II Landasan Teori. Bab ini meliputi Pengertian Pemberdayaan,
Tujuan Pemberdayaan, Tahapan Pemberdayaan dan Proses
Pemberdayaan, Pengertian Penyandang Disabilitas, Ciri-ciri
Penyandang Disabilitas, Karakteristik Kecacatan, Jenis Kecacatan,
Faktor Penyebab, Pengertian Keterampilan dan Pengertian
Menjahit.
BAB III Temuan Penelitian. Bab ini meliputi Profil Yayasan Wisma
Cheshire yaitu Sejarah Berdirinya, Visi dan Misi, Staf dan
StrukturOrganisasi, Sarana dan Prasarana, Program Yayasan
Wisma Cheshire, Sasaran Pelayanan, Kerjasama Yayasan, Sumber
Dana, Prosedur Penerimaan Warga Binaan Baru, Persyaratan
17
Menjadi Warga Binaan, Data Warga Binaan, dan Peraturan Umum
Untuk Warga Binaan. Proses Pelaksanaan Program Keterampilan
Menjahit, Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan
Program Keterampilan Menjahit, dan Hasil yang Dicapai dari
Program Keterampilan Menjahit di Yayasan Wisma Cheshire.
BAB IV Analisis. Bab ini meliputi Proses Pelaksanaan Program
Pemberdayaan melalui Keterampilan Menjahit, Faktor Pendukung
dan Penghambat dalam Pelaksanaan Program Keterampilan
Menjahit, dan Hasil yang Dicapai dari Program Pemberdayaan
melalui Keterampilan Menjahit di Yayasan Wisma Cheshire.
BAB V Penutup.Bab ini meliputi Kesimpulan dan Saran.
18
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pemberdayaan
1. Pengertian Pemberdayaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pemberdayaan adalah proses,
cara, perbuatan memberdayakan.16
Secara konseptual, pemberdayaan atau
pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata power (kekuasaan atau
keberdayaan).17
Pemberdayaan adalah upaya peningkatan kemampuan dalam
mencapai penguatan diri guna merahi keinginan yang dicapai. Pemberdayaan
akan melahirkan kemandirian, baik kemandirian berfikir, sikap, dan tindakan yang
bermuara pada pencapaian harapan hidup yang lebih baik.18
Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok
rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a)
memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom),
dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari
kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-
sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan
pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka
16
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2007) cet ke-4, h.242. 17
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005),
h.57. 18
Rofiq A. dkk, Pemberdayaan Pesantren : Menuju Kemandirian dan Profesionalisme
Santri dengan Metode Daurah Kebudayaan, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), h.33.
18
19
perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-
keputusan yang mempengaruhi mereka.19
Menurut Robinson (1994) yang dikutip oleh Ania Maharani di dalam
artikelnya menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses pribadi dan
sosial. Suatu pembebasan kemampuan pribadi, kompetensi, kreatifitas dan
kebebasan bertindak. 20
Menurut Payne yang dikutip oleh Isbandi Rukminto Adi mengemukakan
bahwa suatu proses pemberdayaan (Empowerment), pada intinya ditunjukan guna:
“Membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan
menentukan tindakan yang akan ia lakukan terkait dengan diri mereka, termasuk
mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini
dilakukan melalui pengingkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk
menggunakan daya ingat yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari
lingkungannya”.21
Pendapat Payne di atas mengemukakan bahwa pemberdayaan dilakukan
melalui transfer daya guna mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam
melakukan tindakan. Menurut Shardlow, pemberdayaan pada intinya membahas
bagaimana individu, kelompok, ataupun komunitas berusaha mengontrol
kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan
sesuai dengan keinginan mereka.22
Menurut Biestek yang dikutip oleh Isbandi Rukminto Adi mengemukakan
bahwa pemberdayaan di bidang kesejahteraan sosial dikenal dengan “self
19
Suharto Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005),
h.58. 20
Ania Maharani, Pemberdayaan Masyarakat, artikel diakses pada 11 September 2013
dari http://dkijakarta.bkkbn.go.id/Lists/Artikel/DispForm. 21
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas : Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis, (Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 2001) h. 32. 22
Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan
Sosial, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2002), h. 162.
20
determination”, yang dikenal sebagai salah satu prinsip dasar dalam bidang
pekerja sosial dan kesejahteraan sosial. Prinsip ini pada intinya mendorong klien
untuk menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam kaitan dengan upaya
mengatasi permasalahan yang ia hadapi.23
Pemberdayaan dapat juga diartikan
sebagai perubahan ke arah yang lebih baik, dari tidak berdaya menjadi berdaya.
Pemberdayaan terkait dengan upaya meningkatkan taraf kehidupan ke tingkat
yang lebih baik.24
Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan.
Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat
kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk
individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka
pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah
perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya memiliki kekuasaan atau
mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan
diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi
dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas
kehidupannya.25
Dari semua definisi pemberdayaan jika diperhatikan memang terdapat
perbedaan, tetapi mengandung arti yang sama. Oleh karena itu penulis mencoba
23
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas : Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis, (Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 2001), h. 33. 24
Diana, Perencanaan Sosial Negara Berkembang, (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 1999), h.15. 25
Suharto Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005),
h.60.
21
menyimpulkan mengenai batasan definisi pemberdayaan berdasarkan informasi di
atas sebagai berikut:
a. Pemberdayaan adalah mengembangkan dari keadaan tidak berdaya
menjadi berdaya.
b. Pemberdayaan adalah usaha mengembangkan kemampuan dan
kemandirian masyarakat.
c. Pemberdayaan bisa diartikan mengarah ke arah yang lebih baik atau lebih
meningkat.
d. Pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai proses pemecahan masalah.
2. Tujuan Pemberdayaan
Menurut Edi Suharto tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat
masyarakat, khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan baik
karena kondisi internal (misalnya persepsi mereka sendiri), maupun karena
kondisi eksternal (misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak adil).26
Menurut Ife, pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-
orang lemah atau tidak beruntung.27
Adapun tujuan dari Pemberdayaan Masyarakat pada dasarnya sebagai
berikut:
a. Membantu pengembangan manusiawi yang otentik dan integral dari
masyarakat lemah, rentan, miskin, marjinal, dan kaum kecil, seperti petani
kecil, buruh tani, masyarakat miskin perkotaan, masyarakat adat yang
26
Suharto Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005),
h.60. 27
Ibid, h.58.
22
terbelakang, kaum muda pencari kerja, kaum cacat dan kelompok wanita
yang didiskrimir/ dikesampingkan.
b. Memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat tersebut secara sosio
ekonomis sehingga mereka dapat lebih mandiri dan dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidup mereka, namun sanggup berperan serta dalam
pengembangan masyarakat.28
Sedangkan menurut Agus Ahmad Syafe‟i tujuan pemberdayaan
masyarakat adalah memandirikan masyarakat atau memberdayakan kemampuan
untuk memajukan diri kearah yang lebih baik secara berkesinambungan. Oleh
karenanya pemberdayaan masyarakat atau pengembangan masyarakat adalah
upaya memperluas pilihan bagi masyarakat. Ini berarti masyarakat diberdayakan
untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya.29
Tujuan dari pemberdayaan adalah untuk membentuk individu dan
masyarakat menjadi lebih mandiri. Dimana kemandirian tersebut meliputi
kemandirian berpikir, bertindak, dan mengendalikan apa yang mereka lakukakan.
28
Nyoman Sumaryadi, Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayaan
Masyarakat, (Jakarta: Citra Utama 2005), h.115. 29
Agus Ahmad Syafe‟i, Manajemen Pemberdayaan Masyarakat Islam, (Bandung:
Gerbang Masyarakat Baru, 2001), h.39.
23
3. Tahapan Pemberdayaan
Menurut Adi (2003), tahapan pemberdayaan adalah sebagai berikut:
Untuk memperjelas bagan di atas maka di bawah ini akan diuraikan
penjelasan dari masing-masing tahapan pemberdayaan:
Persiapan (Engagment)
Pengkajian (Assesment)
Perencanaan Alternatif
Program atau Kegiatan
Pemformulasian Rencana
Aksi
Pelaksanaan Program atau
Kegiatan
Evaluasi
Terminasi
24
a. Tahapan Persiapan (Engagment)
Pada tahap ini ada dua tahap yang harus dikerjakan yaitu, pertama
penyiapan petugas atau tenaga pemberdayaan masyarakat yang bisa juga
dilakukan oleh Community Worker hal ini diperlukan untuk menyamakan
persepsi antar anggota tim mengenai pendekatan apa yang akan dipilih,
penyiapan petugas lebih diperlukan lagi bila dalam proses pemberdayaan
masyarakat tenaga yang dipilih memiliki latar belakang yang berbeda antara
satu sama lain seperti: pendidikan, agama, suku, dan strata. Kedua, Penyiapan
lapangan yang pada dasarnya diusahakan dilakukan secara non direktif.
b. Tahapan Pengkajian (Assesment)
Proses pengkajian dapat dilakukan secara individual melalui tokoh-
tokoh masyarakat (Key Person), tetapi juga dapat melalui kelompok-kelompok
dan masyarakat. Dalam hal ini petugas harus berusaha mengidentifikasi
masalah kebutuhan yang dirasakan (Felt Needs) dan juga sumberdaya yang
dimiliki klien atau lebih tepatnya jika menggunakan teori SWOT dengan
melihat kekuatan (Strength), kelemahan (Weaknesses), kesempatan
(Opportunities), dan ancaman (Threat).
c. Tahapan Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan
Pada tahap ini petugas sebagai agen perubah secara partisipatif
mencoba melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang mereka
hadapi dan bagaimana cara mengatasinya. Dalam konteks ini masyarakat
diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan yang
dapat dilakukan.
25
d. Tahapan pemformulasian Rencana Aksi
Pada tahap ini petugas membantu masing-masing kelompok untuk
memformulasikan gagasan mereka kedalam bentuk tertulis, terutama bila ada
kaitannya dengan pembuatan proposal kepada penyandang dana.
e. Tahapan Pelaksanaan Program atau Kegiatan
Dalam upaya pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat peran
masyarakat sebagai kader diharapkan dapat menjaga keberlangsungan
program yang telah dikembangkan. Kerja sama antara petugas dan masyarakat
merupakan hal penting dalam tahap ini karena terkadang sesuatu yang sudah
direncanakan dengan baik melenceng atau kembali pada tahap-tahap awal.
f. Tahapan Evaluasi
Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap
program pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan sebaiknya dilakukan
dengan melibatkan warga. Dengan keterlibatan warga tersebut diharapkan
dalam jangka waktu pendek bisa terbentuk suatu system komunitas untuk
pengawasan secara internal dan untuk jangka panjang dapat membangun
komunitas masyarakat yang lebih mandiri dengan memanfaatkan sumber daya
yang ada.
g. Tahapan Terminasi
Tahapan terminasi merupakan tahapan pemutusan secara formal
dengan komunitas sasaran. Dalam tahap ini diharapkan petugas tidak
meninggalkan komunitas secara tiba-tiba walaupun proyek harus segera
berhenti. Petugas harus tetap melakukan kontak meskipun tidak secara rutin.
26
Kemudian secara perlahan-lahan mengurangi kontak dengan komunitas
sasaran. 30
Tahapan pengembangan masyarakat ataupun program pemberdayaan
masyarakat yang merupakan suatu siklus perubahan yang berusaha mencapai
kemajuan ketaraf yang lebih baik. Adapun upaya untuk pemberdayaan terdiri dari
tiga tahapan yaitu:
a. Menciptakan suasana iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
itu berkembang. Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap
manusia dan masyarakat memiliki potensi (daya) yang dapat
dikembangkan.
b. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat dalam
rangka diperlukan langkah-langkah lebih positif dan nyata serta
pembukaan akses kepada berbagai peluang yang akan membuat
masyarakat menjadi berdaya dalam memanfaatkan peluang.
c. Memberdayakan juga mengandung arti menanggulangi.31
4. Proses Pemberdayaan
Proses pemberdayaan yang dikemukakan oleh Prijono dan dikutip oleh
Rajuminropa, mengandung dua kecenderungan yaitu:
a. Kecenderungan primer, proses pemberdayaan yang menekankan kepada
proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau
kemampuan kepada masyarakat agar individu lebih berdaya. Proses ini
30
Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, (Jakarta:
FISIP UI Press, 2004), h.56. 31
Sumodiningrat Gunawan, Pengembangan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat,
(Jakarta: PT Bina Rena Pariwara), cet 2, h.165
27
dilengkapi dengan upaya membangun asset material guna mendukung
pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi.
b. Kecenderungan sekunder, proses pemberdayaan yang menekankan kepada
proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar
mempunyai kemampuan atau berdaya untuk menentukan pilihan hidupnya
melalui proses dialog.32
Pemberdayaan sebagai suatu proses merupakan sesuatu yang
berkesinambungan dimana kamunitas atau kelompok masih ingin melakukan
perubahan dan perbaikan dan tidak hanya terpaku pada satu program saja.33
Menurut Wilson yang dikutip oleh Nyoman Sumaryadi, proses pemberdayaan
seperti gambar dibawah ini:
AWAKENING
USING UNDERSTANDING
HARNESSING
Gambar 1: Empowerment Process (Taken from Wilson, 1996:136)
Dari gambar di atas menjelaskan pada tahap pertama dari proses
pemberdayaan individu adalah „awakening‟, yang membantu orang mengadakan
penelitian terhadap situasi mereka saat ini, pekerjaan dan posisi mereka dalam
organisasi. Mereka menilai kemajuan pekerjaan atau karir mereka terhadap
32
Rajuminropa, Pemberdayaan Anak dari Keluarga Miskin (Jakarta: Universitas
Indonesia Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial 2003), h.43. 33
Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan kesejahteraan
Sosial (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 2002), h.172.
28
rencana atau harapan mereka. Lebih jauh, mereka menilai dan menggambarkan
kemampuan, sikap dan keterampilan mereka untuk menentukan apakah mereka
secara efektif dimanfaatkan. Awakening menggerakkan orang ke dalam a state of
readiness untuk menerima tantangan pemberdayaan.
Tahap kedua dari proses pemberdayaan individu adalah „understanding‟.
Orang mendapatkan pemahaman dan persepsi baru yang sudah mereka dapat
mengenai diri mereka sendiri, pekerjaan mereka, aspirasi mereka dan keadaan
umum. Proses pemahaman (process of understanding) meliputi belajar untuk
secara utuh mengharga pemberdayaan dan apa yang akan dituntut dari orang oleh
organisasinya. Misalnya, proses mencari alasan mengapa mereka merasa cara
mereka melakukan, dan kemudian mengembangkan suatu strategi atau prosedur
untuk menyelesaikan suatu masalah.
Tahap ketiga dari proses pemberdayaan adalah „harnessing‟, yang
diakibatkan oleh awakening and understanding phases. Individu yang sudah
memperlihatkan keterampilan dan sifat, harus memutuskan bagaimana mereka
dapat menggunakannya bagi pemberdayaan.
Tahap terakhir dari proses tersebut adalah menggunakan keterampilan dan
kemampuan pemberdayaan sebagai bagian dari kehidupan kerja setiap hari.
Pemberdayaan tidak merupakan proyek tunggal dengan awal dan akhir. Ia adalah
sebuah filosofi, suatu cara di mana orang berpikir dan melaksanakan. Penyesuaian
dan pelaksanaannya memerlukan pembinaan organisasi dan proses pendidikan
yang berkelanjutan selama bertahun-tahun.34
34
Nyoman Sumaryadi, Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayaan
Masyarakat, (Jakarta: Citra Utama 2005), h.130.
29
Sedangkan menurut Hogan yang dikutip oleh Isbandi Rukminto Adi,
menggambarkan proses pemberdayaan yang berkesinambungan sebagai suatu
siklus yang terdiri dari lima (5) tahapan utama yaitu:
1. Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan tidak
memberdayakan. (recall depowering/ empowering experiences).
2. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan
pentidakberdayaan (discuss reasons for depowerment/ empowerment);
3. Mengidentifikasikan suatu masalah ataupun proyek (identify one problem
for project);
4. Mengidentifikasikan basis daya yang bermakna (identify useful power
bases); dan
5. Mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimplementasikannya
(develop and implement action plans).35
Dalam konteks kesejahteraan sosial, upaya pemberdayaan yang
dikemukakan oleh Hogan di atas tentunya juga terkait dengan upaya
meningkatkan taraf hidup masyarakat dari satu tingkatan ke tingkat yang lebih
baik. Tentunya dengan mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan suatu
komunitas menjadi kurang berdaya (depowerment).
B. Penyandang Disabilitas
1. Pengertian Disabilitas
Disabilitas adalah istilah payung, yang meliputi gangguan, keterbatasan
aktivitas, dan pembatasan partisipasi. Disabilitas atau Cacat (bahasa Inggris:
35
Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-pemikiran Dalam Pembangunan Kesejahteraan
Sosial (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 2002), h.173.
30
disability) dapat bersifat fisik, kognitif, mental, sensorik, emosional,
perkembangan atau beberapa kombinasi dari ini.36
Penyandang cacat adalah setiap
orang yang mempunyai kelainan fisik/ atau mental, yang dapat mengganggu atau
merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara
selayaknya.37
Menurut UPIAS (Persatuan Penyandang Cacat Melawan Segregasi)
definisi Kekurangsempurnaan Tubuh (Impairments) yaitu kekurangsempurnaan
tubuh atau bagian tubuh, organ dan mekanisme tubuh. Sedangkan Disabilitas
adalah terbatasnya aktivitas yang disebabkan oleh organisasi sosial kentemporer
(kekuasaan) yang tidak mempertimbangkan mereka yang memiliki kekurangan
secara fisik dan dengan demikian menghalangi mereka untuk berpartisipasi dalam
aktivitas sosial.38
Menurut DPI (Disabled People’s International) definisi Kekurangan fisik
atau (Impairment) adalah keterbatasan fungsional pada seorang individu yang
disebabkan oleh kekurangan fisik, mental dan sensorik. Sedangkan Disabilitas
adalah hilangnya atau terbatasnya kesempatan untuk mengambil bagian dalam
kehidupan normal di dalam masyarakat dan tingkat yang sama dengan yang lain
dikarenakan halangan fisik dan sosial.39
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 1980 membagi
pengertian penyandang cacat dalam 3 hal, yaitu impairment, disability, handicap
tahun1980. Pengertian dan klasifikasi kecacatan tersebut sebagai berikut:
36
Wikipedia, di akses pada 21 Juni 2013 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Disabilitas 37
Departemen Sosial RI, Panduan Kriteria Penyandang Cacat Fisik, (Jakarta: Direktorat
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat, Direktorat Jenderal Pelayanan dan
Rehabilitasi Sosial, Direktorat Sosial RI, 2006), h.3. 38
Colin Barnes dan Geof Mercer, Disabilitas: Sebuah Pengantar, Tim Penerjemah, (PIC
UIN Jakarta, 2007), h. 18. 39
Ibid, h.105.
31
a. Impairment: Any loss abnormality psychological , physiological, or
anatomical structure or function, diartikan sebagai suatu kehilangan atau
ketidaknormalan baik psikologis, fisiologis maupun kelainan struktur atau
fungsi anatomis (suatu kehilangan atau ketidaknormalan baik psikologis),
fisiologis merupakan kelainan struktur atau fungsi anatomis).
b. Disability: Any restriction or lack (resulting from an impairment) of ability
to perform an activity in the manner or within the range considered normal
for a human being, diartikan sebagai suatu ketidakmampuan melaksanakan
suatu aktifitas/ kegiatan tertentu sebagaimana layaknya orang normal yang
disebabkan oleh kondisi impairment yang berhubungan dengan usia dan
masyarakat dimana seseorang berada.
c. Handicap: Adisadvatage for a given individual resulting from or disability,
that limits or prevents the fulfillment or a role that is normal (depending on
age), sex social and cultural factor) for that individual, diartikan kesulitan/
kesukaran dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat, baik di
bidang sosial ekonomi maupun psikologi yang dialami oleh seseorang
yang disebabkan oleh ketidaknormalan psikis, fisiologis maupun tubuh,
dan ketidakmampuannya melaksanakan kegiatan hidup secara normal.40
Dengan demikian Impairment mencakup dimensi fisik, Disability
mencakup dimensi aktivitas personal dalam aktivitas sehari-hari, sedangkan
Handicap mencakup dimensi peranan sosial.
Menurut JA. Browne mendefinisikan penyandang cacat adalah seseorang
yang karena keterbatasan/ ketidakmampuan fisik atau mental mengalami kesulitan
40
Departemen Sosial RI, Panduan Kriteria Penyandang Cacat Fisik, (Jakarta: Direktorat
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat, Direktorat Jenderal Pelayanan dan
Rehabilitasi Sosial, Direktorat Sosial RI, 2006), h.5.
32
dalam melakukan fungsi pada satu atau lebih aktivitas kehidupan sehari-hari.41
Definisi Penyandang Cacat menurut Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1997
tentang Penyandang Cacat menjelaskan bahwa penyandang cacat adalah setiap
orang yang mempunyai kelainan fisik dan atau mental, yang dapat mengganggu
atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan secara
selayaknya, yang terdiri dari:
a. penyandang cacat fisik;
b. penyandang cacat mental;
c. penyandang cacat fisik dan mental.42
2. Ciri-ciri Penyandang Disabilitas
Berikut adalah ciri-ciri penyandang disabilitas:
a. Penyandang Cacat Fisik, yaitu individu yang mengalami kelainan
kerusakan fungsi organ tubuh dan kehilangan organ sehingga
mengakibatkan gangguan fungsi tubuh. Misalnya gangguan penglihatan,
pendengaran, dan gerak.
b. Penyandang Cacat Mental, yaitu individu yang mengalami kelainan mental
dan atau tingkah laku akibat bawaan atau penyakit. Individu tersebut tidak
bisa mempelajari dan melakukan perbuatan yang umum dilakukan orang
lain (normal), sehingga menjadi hambatan dalam melakukan kegiatan
sehari-hari.
41
Departemen Sosial RI, Panduan Kriteria Penyandang Cacat Fisik, (Jakarta: Direktorat
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat, Direktorat Jenderal Pelayanan dan
Rehabilitasi Sosial, Direktorat Sosial RI, 2006), h.6. 42
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997, Tentang Penyandang
Disabilitas, (Biro Hukum Departemen Sosial RI Tahun 1997), h.2.
33
c. Penyandang Cacat Fisik dan Mental, yaitu individu yang mengalami
kelainan fisik dan mental sekaligus atau cacat ganda seperti gangguan
pada fungsi tubuh, penglihatan, pendengaran dan kemampuan berbicara
serta mempunyai kelainan mental atau tingkah laku, sehingga yang
bersangkutan tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari selayaknya.43
3. Karakteristik Kacacatan
1) Aspek Fisik
a. Hambatan untuk melakukan suatu aktivitas sehari-hari (misal:
mandi, berpakaian).
b. Terbatasnya untuk melakukan kegiatan fisik.
c. Ketidakabnormalan bentuk fisik.
2) Aspek Psikis, meskipun tidak selalu, mereka cenderung:
a. Kurang percaya diri
b. Mengisolir diri
c. Agresif
d. Pesimistis
e. Masa bodoh
f. Malu bergaul
g. Cepat putus asa
h. Mudah tersinggung/ perasa
i. Mudah marah/ pemarah
3) Aspek Sosial
43
Erlina Heria, Penyandang Disabilitas, artikel diakses pada 12 September 2013 dari
http://erlinaheria.blogspot.com/2012/10/penyandang-disabilitas.html
34
a. Kemampuan bergaul terbatas
b. Relasi sosial cenderung inklusif/ tertutup
c. Integrasi sosial cenderung menunggu
4) Aspek Vokasional
Kesempatan kerja menjadi terbatas.44
4. Jenis Kecacatan
Pada dasarnya ada dua penyebab kecacatan yaitu kecacatan yang terjadi
sejak lahir ataupun bawaan, tetapi ada juga kecacatan yang diakibatkan oleh
kecelakaan kerja maupun kecelakaan lalu lintas. Namun demikian dari hasil
seminar nasional Pengembangan Pendidikan Luar Biasa dan menurut Frieda
Mangunsong dkk (1998) secara umum klasifikasi atau jenis kecacatan dapat
dibagi atas:
a. Penyandang Cacat Tubuh yang tergolong bagian D (SLB D) ialah
seseorang yang menderita cacat polio atau lainnya. Sehingga mengalami
ketidaknormalan dalam fungsi tulang, otot-otot atau koordinasi fungsi
otot-otot. Akan tetapi pada umumnya mereka mempunyai kemampuan
kecerdasan yang normal.
b. Penyandang Cacat tubuh yang tergolong bagian D1 (SLB D1) ialah
seseorang yang menderita cacat semenjak lahir akibat kerusakan otak
seperti penderita cerebral palsy yang mengakibatkan tidak berfungsinya
tulang, otot, sendi dan syaraf-syaraf sehingga terjadi kelumpuhan,
kekakuan dan kurangnya koordinasi motorik. Akibat adanya gangguan
44
Departemen Sosial RI, Panduan Kriteria Penyandang Cacat Fisik, (Jakarta: Direktorat
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat, Direktorat Jenderal Pelayanan dan
Rehabilitasi Sosial, Direktorat Sosial RI, 2006), h.11.
35
pada otak, maka sebagian besar dari penderita ini mempunyai kemampuan
kecerdasan yang tidak normal (di bawah rata-rata atau terbelakang).45
5. Faktor Penyebab
1. Penyandang Cacat Fisik:
a. Tuna Netra
Masa Prenatal:
Akibat penyakit campak Jerman. Jika menyerang ibu yang
sedang hamil 1-3 bulan, besar kemungkinan bayinya lahir
dalam keadaan tuna netra.
Akibat penyakit Syphilis, bayi yang ada dalam kandungan
kemungkinan terlahir dengan keadaan tuna netra.
Akibat kecelakaan, keracunan obat-obatan/zat kimia, sinar
laser, minuman keras yang mengakibatkan kerusakan janin
khususnya pada bagian mata.
Infeksi virus Rubella, toxoplasmosis.
Malnutrisi berat pada tahap embrional minggu ke 3 sampai ke
8.
Masa Natal:
Kerusakan mata atau syaraf mata pada saat proses kelahiran.
Terjadi karena proses kelahiran yang sulit, sehingga bayi harus
keluar dengan bantuan alat (vakum).
45
Departemen Sosial RI, Panduan Kriteria Penyandang Cacat Fisik, (Jakarta: Direktorat
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat, Direktorat Jenderal Pelayanan dan
Rehabilitasi Sosial, Direktorat Sosial RI, 2006), h.11.
36
Ibu menderita penyakit Gonorrchoe, sehingga kuman
gonococcus (GO) menular pada bayi saat kelahiran.
Retrolenta Fibroplasia yang disebabkan karena bayi lahir
sebelum waktunya, sehingga diberikan konsentrasi oksigen
yang tinggi dalam incubator.
Masa Perkembangan:
Kekurangan Vitamin A.
DM, menyebabkan kelainan retina.
Darah tinggi; pandangan rangkap/kabur.
Stroke; kerusakan syaraf mata.
Radang kantung air mata, radang kelenjar kelopak mata,
hemangiona, retinoblastoma, efek obat/ zat kimiawi.
b. Tuna Rungu
Masa Prenatal:
Salah satu dari orang tua penderita merupakan pembawa
sifat abnormal.
Ibu yang sedang mengandung mengalami sakit pada masa 3
bulan pertama kehamilan, yaitu pada masa pembentukan
ruang telingan.
Keracunan obat-obatan.
Masa Natal:
Kesulitan pada saat melahirkan, sehingga harus dibantu
oleh beberapa alat.
Kelahiran prematur.
37
Masa Perkembangan:
Kesulitan karena terjadinya infeksi, difteri, dan morbili.
Karena kecelakaan yang mengakibatkan rusaknya alat
pendengaran bagian dalam.
c. Tuna Daksa
Masa Prenatal:
Anoxia prenatal, disebabkan pemisahan bayi dari placenta,
penyakit anemia, kondisi jantung yang gawat, shock,
percobaan abosrtus.
Gangguan metabolism pada ibu.
Kromosom, gen yang tidak sempurna.
Pembelahan sel telur, sperma yang kualitasnya buruk.
Masa Natal:
Kesulitan saat persalinan karena litak bayi sungsang, atau
pinggul ibu terlalu kecil.
Pendarahan pada otak saat kelahiran.
Kelahiran prematur.
Gangguan pada placenta yang dapat mengurangi oksigen
sehingga mengakibatkan terjadinya anorexia.
Masa Perkembangan:
Faktor penyakit; meningitis, radang otak, diptheri, partusis
dll.
Faktor kecelakaan.
Pertumbuhan tubuh/ tulang yang tidak sempurna.
38
2. Penyandang Cacat Mental
a. Tuna Laras
Masa Prenatal:
Disfungsi kelenjar endokrin dapat mempengaruhi gangguan
tingkah laku.
Berupa kelainan atau kecacatan baik tubuh maupun sensoris
yang dapat mempengaruhi perilaku sesorang.
Masa Natal: tidak ada
Masa Perkembangan:
Setiap memasuki perkembangan baru, individu dihadapkan
pada berbagai tantangan atau krisis emosi.
b. Tuna Grahita
Masa Prenatal:
Infeksi Rubella (cacar Jerman), Rubella telah menggantikan
sifilis sebagai penyebab utama tunagrahita yang disebabkan
oleh infeksi maternal.
Penyakit inklusi sitomegalik, anak-anak dengan tunagrahita
dari penyakit ini seringkali memiliki klasifikasi serebral,
mikrosefali, atau hidrosefalus.
Gejala putus zat pada bayi adalah iritabilitas, hipertonia,
tremor, muntah, tangisan dengan nada tinggi, dan kelainan
pola tidur.
Masa Natal:
39
Disebabkan oleh kejadian yang terjadi saat kelahiran adalah
luka-luka pada saat kelahiran, sesak nafas (asphyxia), dan
lahir prematur.
Masa Perkembangan:
Penyakit-penyakit akibat infeksi misalnya: meningitis
(peradangan pada selaput otak) dan problema nutrisi
(kekurangan gizi, misalnya kekurangan protein yang
diderita bayi dan awal masa kanak-kanak), cedera kepala
yang disebabkan karena kendaraan bermotor yang dapat
menyebabkan kecacatan mental.
3. Penyandang Cacat Fisik dan Mental (Ganda):
a. Tuna Ganda
Masa Prenatal:
Ketidaknormalan kromosom komplikasi-komplikasi pada
anak dalam kandungan ketidakcocokan Rh infeksi pada ibu
yang kekurangan gizi pada saat sedang mengandung, serta
terlalu banyak menkonsumsi obat dan alkohol.
Masa Natal:
Kelahiran premature dan kekurangan oksigen.
Terdapat luka pada otak saat kelahiran.
Masa Perkembangan:
Kepala mengalami kecelakaan kendaraan, jatuh, dan
mendapat pukulan atau siksaan.
40
Anak tidak dirawat dengan baik, keracunan makanan atau
penyakit tertentu yang sama, sehingga dapat berpengaruh
terhadap otak (meningitis atau encephalities).46
C. Keterampilan Menjahit
1. Pengertian Keterampilan
Keterampilan memiliki kata dasar “terampil” yang berarti cakap dalam
menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. Sedangkan keterampilan mempunyai
arti kecakapan untuk menyelesaikan tugas.47
Maka keterampilan adalah
bagaimana kemampuan untuk menyelesaikan tugas.
Menurut W.Gulo keterampilan tidak mungkin berkembang apabila tidak
didukung oleh sikap, kemauan dan pengetahuan. Manusia merupakan pribadi
yang unik dimana aspek rohaniah, mental intelektual dan fisik merupakan satu
kesatuan yang utuh.48
Keterampilan sangat erat kaitannya dengan sumber daya manusia. The
Liang Gie mengemukakan pengertian keterampilan sebagai berikut:
Keterampilan adalah kegiatan menguasai sesuatu keterampilan dengan
tambahan bahwa mempelajari keterampilan harus dibarengi dengan kegiatan
praktik, berlatih, dan mengulang-ulang suatu kerja. Seseorang yang memahami
46
Erlina Heria, Penyandang Disabilitas, diakses pada 12 September 2013 dari
http://erlinaheria.blogspot.com/2012/10/penyandang-disabilitas.html 47
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2007) cet ke-4, h.1180. 48
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Grafindo, 2002), h.29
41
semua asas, metode, pengetahuan dan teori dan mampu melaksanakan secara
praktis adalah orang yang memiliki keterampilan.49
Dengan memperhatikan konsep keterampilan menurut Liang Gie di atas
dapat dikemukakan bahwa keterampilan merupakan suatu pemahaman seseorang
akan suatu metode, cara, dan teknik, pengetahuan dan teori. Sehingga seseorang
tersebut dapat mempraktikanya dalam kehidupan sehari-hari atau dalam
organisasi/ lembaga tertentu yang dapat menunjukkan kalau seseorang itu
mempunyai keterampilan.
2. Pengertian Menjahit
Menjahit adalah pekerjaan menyambung kain, bulu, kulit binatang,
pepagan, dan bahan-bahan lain yang bisa di lewati jarum jahit dan benang.
Menjahit dapat dilakukan dengan tangan memakai jarum tangan atau
dengan mesin jahit.50
Adapun alat-alat jahit-menjahit yaitu Benang, Gunting, Jarum Pentul,
Jarum Jahit, Bantalan Jarum, Mesin Jahit, Spul, Pendedel (Pembuka Jahitan),
Bidal (Topi Jari), Sekoci, Sepatu Jahit, Mesin Obras, Mesin Rumah Kancing,
Mesin Pasang Kancing, Mesin Som, dan Mesin Plisket.51
49
Syarif Makmur, M.SI., Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektivitas
Organisasi: Kajian Penyelenggaraan Pemerintah Desa (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2008), h.70. 50
Wikipedia, diakses pada 28 Oktober 2013 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Menjahit 51
Ibid.
42
BAB III
TEMUAN PENELITIAN
A. Profil Yayasan Wisma Cheshire
1. Sejarah Berdirinya
Yayasan Wisma Cheshire didirikan di Jakarta pada Tahun 1974 dan
dibangun di atas tanah yang disumbangkan oleh Rumah Sakit Fatmawati, dana
dari London, bersama dengan sumbangan lokal, yang digunakan untuk bangunan.
Yayasan Wisma Cheshire adalah anggota dari Leonard Cheshire Foundation yaitu
organisasi Non Pemerintah yang berbasis di Inggris dan sekarang dikenal sebagai
Leonard Cheshire Disability yang keberadaannya untuk mengubah sikap
masyarakat seluruh dunia terhadap penyandang disabilitas. Leonard Cheshire
Disability merupakan payung organisasi Yayasan Wisma Cheshire dan tersebar di
56 Negara.
Yayasan Wisma Cheshire ini terletak di Selatan Rumah Sakit dan dikelola
oleh sebuah Komite Sukarelawan Indonesia dan Ekspatriat. Rumah peduli untuk
30 penduduk lumpuh dari kedua jenis kelamin yang menggunakan kursi roda atau
dengan penyandang disabilitas fisik, serta yang keluarganya tidak mampu untuk
menjaga mereka atau yang tidak memiliki fasilitas untuk merawat mereka.
Sembilan puluh persen dari mereka memiliki kecacatan yang disebabkan oleh
jalan atau kecelakaan industri, sisanya dikarenakan polio atau kelahiran.52
52
Website Yayasan Wisma Cheshire, diakses pada 20 Oktober 2013 dari
http://www.wismacheshire.com/
42
43
Yayasan Wisma Cheshire adalah wadah pelatihan vokasional berbasis
residensial untuk pria dan wanita dengan penyandang disabilitas fisik.53
Yayasan
Wisma Cheshire juga mempunyai Toko Bulu Merah (The Red Feather Shop) yang
berada di dalam Yayasan. Toko ini berfungsi untuk menjual hasil keterampilan
yang dibuat oleh para Penyandang Disabilitas/ Warga Binaan di Yayasan.Bulu
Merah (The Red Feather) adalah simbol kemakmuran, keamanan dan
kebahagiaan. Ini merupakan pertama kali digunakan untuk mengumpulkan dana
bagi Leonard Cheshire Foundation lebih dari 50 Tahun yang lalu.54
2. Visi dan Misi55
Visi
Yayasan Wisma Cheshire membayangkan sebuah masyarakat yang adil
dimana Penyandang Cacat dapat menentukan pribadi dari semua aspek kehidupan
mereka sendiri dan mencapai potensi mereka sebagai individu.
Misi
Yayasan Wisma Cheshire berusaha untuk:
1. Membawa kepada masyarakat yang (a) tidak bersikap diskriminasi
terhadap Penyandang Cacat yang berkaitan kepada arah potensi
mereka untuk mencapai martabat dan pribadi yang sukses dan (b)
berfokus pada individu dan keunikannya bukan pada
ketidakmampuannya atau keterbatasannya.
53
Brosur Yayasan Wisma Cheshire. 54
Website Yayasan Wisma Cheshire, diakses pada 20 Oktober 2013 dari
http://www.wismacheshire.com/ 55
Data diambil dari file yang diberikan oleh pihak Yayasan Wisma Cheshire pada tanggal
30 September 2013.
44
2. Mempromosikan akses bagi Penyandang Disabilitas ke pendidikan dan
melatih untuk peluang kerja, dan untuk akses fisik ke bangunan/
fasilitas umum dan kegunaan transportasi umum.
3. Mengakses semua sumber daya manusia dan ekonomi yang tersedia
dengan tujuan memungkinkan Penyandang Cacat untuk mencapai
ketergantungan pada diri sendiri dan hidup mandiri.
3. Tujuan
Tujuan dari Yayasan Wisma Cheshire yaitu mempromosikan hak-hak
penyandang cacat melalui pendidikan, pemberdayaan ekonomi dan program
advokasi bagi kaum muda. Yayasan Wisma Cheshire juga bertujuan untuk
memungkinkan semua warga penyandang disabilitas yang tinggal di yayasan
maupun yang tinggal di luar yayasan bisa belajar di setiap modul keterampilan
dengan harapan utama bahwa mereka akan mendapatkan pekerjaan dan
kemandirian finansial. Sebagian besar warga kami didorong untuk belajar
keterampilan yang dapat membantu untuk mendukung Toko Bulu Merah (The
Red Feather Shop) yang terletak di rumah (Yayasan Wisma Cheshire).
45
4. Struktur Organisasi56
STRUKTUR ORGANISASI YAYASAN WISMA CHESHIRE
JAKARTA SELATAN
Untuk Operasional Harian Organisasi
1. Petty Elliot (Ketua)
2. Rachel Jackson (Bendahara)
3. Anita Othnam (Sekretaris)
4. Shilpa Dhoka (Anggota Komite)
5. Michelle Speed (Anggota Komite)
Dalam Dokumen Hukum
1. Ratih Dardo Subroto (Pelindung)
2. Janthy Nihardjo (Pengawas)
3. Laksmi Pratiwi (Kepala Dewan)
4. Petty Bernadeth (Harta)
5. Yustysia Pandean (Sekretaris)
56
Data diambil dari file yang diberikan oleh pihak Yayasan Wisma Cheshire pada
tanggal30 September 2013.
46
Staff
1. Fendo Parama Sardi (Manajer Program)
2. Mahmudi Yusbi (Suara Muda Nasional)
3. Poniati (Ibu Asrama)
4. Yadi (Staf Dapur)
5. Sayem (Staf Dapur)
6. Supardi (Supir)
7. Dedeh (Staf Kebersihan)
5. Sarana dan Prasarana57
Guna mendukung kelancaran proses pelayanan di Yayasan Wisma
Cheshire Jakarta, maka yayasan ini memiliki sarana dan prasarana yang
menunjang prasarana yang menunjang proses pelayanan, sebagai berikut:
a. Ruang Kantor : 1 Unit
b. Ruang Fisioterapi : 1 Unit
c. Mobil : 1 Unit
d. Ruang Bahan Mentah Kerajinan Kayu : 1 Unit
e. Toko Penjualan : 1 Unit
f. Ruang Kamar Tidur : 14 Unit
g. Ruang Menjahit : 1 Unit
h. Ruang Dapur : 1 Unit
i. Ruang Penyimpanan Barang Jadi : 1 Unit
j. Toilet (Khusus Kursi Roda) : 6 Unit
57
Wawancara Pribadi dengan Ibu Fetty Elliot (Ketua YWC), Jakarta, 30 September 2013.
47
k. Alat Olah Raga (Tennis Meja) : 1 Unit
l. Kursi Roda : 24 Unit
m. Mesin Jahit : 7 Unit
n. Tempat Tidur : 24 Unit
o. Komputer : 6 Unit
p. Televisi : 2 Unit
q. Alat Anyam Keset : 2 Unit
r. Mesin Potong Kayu : 6 Unit
6. Program Yayasan Wisma Cheshire58
Pelatihan Utama :
1. Pelatihan Kerajinan atau Keterampilan Menjahit
2. Pelatihan Kayu
Keterampilan Tambahan:
1. Berbahasa Inggris
2. Komputer dan IT
3. Olah Raga
Adapun program pendukung Yayasan Wisma Cheshire yaitu Perawatan
Kesehatan dan Rencana Pengembangan Pribadi. Perawatan Kesehatan terbagi
menjadi 3 ada Perawatan, Fisioterapi, dan Refexology Wajah. Sedangkan
Rencana Pengembangan Pribadi terbagi menjadi 4 ada Penempatan Kerja,
Rencana Bisnis, Pendidikan Formal atau Kursus, Program Setengah Rumah.
58
Data diambil dari file yang diberikan oleh pihak Yayasan Wisma Cheshire pada
tanggal30 September 2013.
48
7. Sasaran Pelayanan59
Sasaran pelayanan Yayasan Wisma Cheshire yaitu:
1. Tuna Daksa para Plegia (Paling di utamakan)
2. Tuna Daksa Polio
3. Ceberal Palsy
4. TBC Tulang Belakang
8. Kerjasama Yayasan/ Lembaga60
Yayasan Wisma Cheshire bekerjasama dengan para Relawan (Volunteer),
Ekspatriat, Ahli Kesehatan (Fisioterapi), Ahli Pendidikan Bahasa Inggris.
Sedangkan yang local bekerjasama dengan Dokter dan Instruktur IT atau Ahli
Komputer.
9. Sumber Dana61
Sumber dana Yayasan Wisma Cheshire di dapat dari sumbangan pengurus
yayasan, hasil penjualan produk, fundraising atau donatur-donatur dari luar
maupun lokal.
10. Prosedur Penerimaan Warga Binaan Baru/ Penduduk Baru62
Adapun langkah-langkah yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi
anggota komite, staf manajemen, dan kandidat dalam penerimaan warga/
59
Wawancara Pribadi dengan Ibu Fetty Elliot (Ketua YWC), Jakarta, 30 September 2013. 60
Ibid. 61
Ibid. 62
Data diambil dari file yang diberikan oleh pihak Yayasan Wisma Cheshire pada tanggal
30 September 2013.
49
penduduk baru ke Yayasan Wisma Cheshire. Dalam proses seleksi ada beberapa
langkah yaitu:
1. Kandidat harus diberitahu tentang semua peraturan dan persyaratan
warga baru di Yayasan Wisma Cheshire.
2. Calon harus menulis surat lamaran dan dikirimkan bersama dengan
dokumen persyaratan dari Yayasan Wisma Cheshire.
3. Menggunakan surat lamaran, anggota komite akan mengadakan
pertemuan untuk membahas tentang aplikasi.
4. Jika anggota komite menyetujui aplikasi yang diusulkan, maka
kandidat akan diberitahu untuk datang untuk wawancara dan menjalani
tes medis.
5. Hasil wawancara dan tes kesehatan akan dilaporkan ke panitia untuk
diskusi lebih lanjut.
6. Anggota komite memutuskan pada pertemuan apakan seorang calon
diterima atau tidaknya menjadi penduduk di Yayasan Wisma Cheshire.
Setelah itu jika kandidat telah diterima maka:
1. Yayasan Wisma Cheshire atau manajer yang bertanggung jawab akan
memberitahu calon tentang hal ini.
2. Yayasan Wisma Cheshire atau manajer yang bertanggung jawab akan
menginformasikan calon tentang waktu kapan mereka mulai masuk ke
Yayasan sesuai dengan tanggal yang telah disetujui oleh panitia.
3. Yayasan Wisma Cheshire atau manajer yang bertanggung jawab akan
menginformasikan kandidat bahwa mereka harus membawa semua
50
barang-barang pribadi mereka terutama untuk item yang terkait dengan
kebersihan pribadi.
4. Yayasan Wisma Cheshire akan mempersiapkan ruang untuk penduduk
baru.
5. Manajer yang bertanggung jawab akan mempersiapkan kontrak yang
akan ditandatangani oleh penduduk baru dan ketua Yayasan Wisma
Cheshire. Isi kontrak akan mencakup jangka waktu kontrak, peraturan
dan aturan.
11. Persyaratan Menjadi Warga Binaan/ Penduduk Baru di Yayasan63
Adapun persyaratan bagi calon yang berasal dari keluarga menengah
kebawah:
1. Maksimal usia 45 Tahun dan Minimal usia 17 Tahun
2. Calon harus memiliki KTP
3. Calon tidak memiliki penyakit menular
4. Calon harus melengkapi surat lamaran
5. Calon harus menyediakan dokumen yang tercantum di bawah ini:
a. Riwayat kecelakaan atau penyakit dari Rumah Sakit maupun
Dokter.
b. Surat dari Pemerintah Daerah (Kelurahan) yang menyatakan calon
berasal dari keluarga miskin.
c. Foto ukuran 2x3 (2 lembar), ukuran 3x4 (2 lembar), dan foto full
badan (1 lembar).
63
Data diambil dari file yang diberikan oleh pihak Yayasan Wisma Cheshire pada
tanggal30 September 2013.
51
d. Melengkapi Biodata (termasuk alamat lengkap dan nomor telepon).
e. Salinan transkrip akademik terakhir/ ijazah terakhir dan sertifikat
(Jika tersedia).
6. Calon harus sehat jasmani
7. Kandidat harus bersedia untuk di wawancarai oleh pihak panitia
8. Calon harus memiliki motivasi yang kuat untuk belajar
9. Calon yang dipilih harus membuat surat pindah dari tempat asal dan
terdaftar di tempat tinggal yang baru di Yayasan Wisma Cheshire
10. Calon yang ingin masuk Yayasan Wisma Cheshire harus termotivasi
oleh diri mereka sendiri dan tidak dipaksa oleh orang lain
Sedangkan persyaratan bagi calon yang berasal dari keluarga kaya atau
keluarga yang mampu sebagai berikut:
1. Maksimal usia 45 Tahun dan Minimal usia 17 Tahun
2. Calon harus memiliki KTP
3. Calon tidak memiliki penyakit menular
4. Calon harus melengkapi surat lamaran
5. Calon harus menyediakan dokumen yang tercantum di bawah ini:
a. Riwayat kecelakaan atau penyakit dari Rumah Sakit maupun
Dokter.
b. Foto ukuran 2x3 (2 lembar), ukuran 3x4 (2 lembar), dan foto full
badan (1 lembar).
c. Melengkapi Biodata (termasuk alamat lengkap dan nomor telepon).
d. Salinan transkrip akademik terakhir/ ijazah terakhir dan sertifikat
(Jika tersedia).
52
6. Calon harus sehat jasmani
7. Kandidat harus bersedia untuk di wawancarai oleh pihak panitia
8. Calon harus memiliki motivasi yang kuat untuk belajar
9. Calon yang dipilih harus membuat surat pindah dari tempat asal dan
terdaftar di tempat tinggal yang baru di Yayasan Wisma Cheshire
10. Jika kandidat berhasil dalam proses seleksi ini, keluarga mereka harus
rela menanggung biaya untuk segala sesuatu yang dibutuhkan oleh
warga, terutama untuk masalah kesehatan.
11. Keluarga harus bersedia untuk dihubungi bila diperlukan atau
dibutuhkan.
12. Calon yang ingin masuk Yayasan Wisma Cheshire harus termotivasi
oleh diri mereka sendiri dan tidak dipaksa oleh orang lain.
12. Data Warga Binaan/ Resident64
Yayasan Wisma Cheshire saat ini memiliki Warga Binaan berjumlah 24
Orang, dengan Laki-laki 13 Orang dan Perempuan 11 Orang. Berikut daftar
Nama-nama Warga Binaan/ Resident dalam bentuk tabel:
Tabel 3
Data Warga Binaan/ Resident Yayasan Wisma Cheshire Tahun 2013
No. Nama Jenis Kelamin Umur Agama
1. Ari Mende Laki-laki 45 Tahun Islam
2. Arsa Laki-laki 56 Tahun Islam
64
Data diambil dari file yang diberikan oleh pihak Yayasan Wisma Cheshire pada
tanggal24 Oktober 2013.
53
3. Baijuri Laki-laki 25 Tahun Islam
4. Dewi Rizki Perempuan 30 Tahun Islam
5. Eli Perempuan 34 Tahun Islam
6. Esti Nainggolan Perempuan 58 Tahun Kristen
7. Hendra Laki-laki 31 Tahun Islam
8. Iis Perempuan 27 Tahun Islam
9. M. Subhan Laki-laki 27 Tahun Islam
10. Muliana Perempuan 50 Tahun Kristen
11. Narti Perempuan 38 Tahun Islam
12. Nur Aminah Perempuan 37 Tahun Islam
13. Nursad Laki-laki 56 Tahun Islam
14. Rio Jailani Laki-laki 46 Tahun Islam
15. Sumarto Laki-laki 51 Tahun Islam
16. Sumiranto (Ayik) Laki-laki 42 Tahun Islam
17. Sutardi Laki-laki 42 Tahun Kristen
18. Tarsilem Perempuan 36 Tahun Islam
19. Wiwin Laki-laki 19 Tahun Islam
20. Yakub Kastard Laki-laki 68 Tahun Islam
21. Yessy Perempuan 37 Tahun Islam
22. Yos Heart Pamubut Laki-laki 44 Tahun Kristen
23. Maisty Akhdaniyah Perempuan 20 Tahun Islam
24. Echi Pramitasari Perempuan 22 Tahun Islam
Sumber: Dokumen Yayasan Wisma Cheshire
54
13. Peraturan Umum Untuk Warga Binaan/ Resident Yayasan Wisma
Cheshire65
Kode etik ini bertujuan untuk mencapai kehidupan yang nyaman di Wisma
Cheshire :
1. Kegiatan rutin sehari-hari:
a. Pukul 05.00 – 06.00 WIB semua warga binaan/ resident harus bangun
untuk beribadah, melakukan olahraga atau latihan fisik, dan mandi.
b. Waktu Makan :
Sarapan jam 07.00 – 09.00 WIB
Makan siang dan istirahat jam 12.30 – 14.00 WIB
Makan malam jam 18.00 – 19.30 WIB
c. Jam kantor: 09.00 – 16.30 WIB
d. Istirahat atau aktivitas pribadi: 17.00 – 18.00 WIB
e. Tidur: 22.00 ( gerbang utama akan di tutup jam 22.00 WIB)
2. Kehidupan sehari-hari:
a. Setiap penduduk harus bertanggung jawab kepada kehidupan yang
damai dengan menghormati hak dan kewajiban satu sama lain.
b. Warga harus bertanggung jawab kepada lingkungan yang bersih
terutama di setiap ruangan di mana mereka tinggal: tidak membuang
sampah ke toilet dan tidak merokok atau makan di ruangan atau kamar
tidur.
c. Warga harus tepat waktu dengan waktu makan, dan tidak
diperbolehkan untuk makan di ruang kecuali untuk yang sedang sakit.
65
Data diambil dari file yang diberikan oleh pihak Yayasan Wisma Cheshire pada
tanggal30 September 2013.
55
d. Tidak membuat suara keras yang mengganggu warga lainnya.
e. Tidak diperbolehkan untuk mengundang orang luar ke dalam kamar
tanpa izin yang diberikan oleh Manajer atau Ibu Asrama.
f. Dilarang judi, mabuk, dan obat-obatan.
g. Warga harus berpakaian dengan benar.
h. Setiap kali warga berencana untuk tinggal di luar Wisma, mereka harus
mendapatkan izin terlebih dahulu dari Manajer atau Ibu Asrama.
i. Kewajiban bagi setiap warga untuk berpartisipasi dalam program yang
diselenggarakan oleh komite.
j. Setiap kegiatan yang tidak berhubungan dengan Program Wisma itu
harus mendapat persetujuan terlebih dahulu oleh komite sebelum
pelaksanaan.
k. Warga harus mematuhi semua peraturan dan kebijakan yang dibuat
oleh komite.
l. Warga harus peduli untuk menjaga barang-barang pribadi mereka dan
sarana prasarana Wisma.
B. Proses Pelaksanaan Program Keterampilan Menjahit di Yayasan Wisma
Cheshire
Yayasan Wisma Cheshire memiliki 2 program utama yaitu salah satunya
adalah program keterampilan menjahit. Program keterampilan menjahit ini
bertujuan untuk memberikan pelatihan keterampilan kepada penyandang
disabilitas. Dengan harapan ketika mereka keluar dari yayasan mereka sudah bisa
56
mandiri dan bisa bekerja di dunia kerja dengan memanfaatkan skill yang mereka
punya.66
Jumlah keseluruhan Warga Binaan/ Resident yang tinggal di Yayasan
Wisma Cheshire saat ini berjumlah 24 orang, sedangkan Warga Binaan/ Resident
yang mengikuti program keterampilan menjahit berjumlah 7 orang.
Tabel 4
Data Warga Binaan/ Resident yang Mengikuti Program
KeterampilanMenjahit67
66
Wawancara Pribadi dengan Ibu Fetty Elliot (Ketua YWC), Jakarta, 30 September 2013. 67
Data diambil dari file yang diberikan oleh pihak Yayasan Wisma Cheshire pada tanggal
18 September 2013.
No. Nama Jenis
Kelamin
Usia Pendidikan Jenis Disabilitas
1. Maisty Perempuan 20 Tahun SMP Kecelakaan (Tulang
Ekor Patah)
2 Echi Perempuan 22 Tahun SMA Kecelakaan
(Tulang punggung
patah)
3 Nur
Aminah
Perempuan 37 Tahun Tidak
Sekolah
Polio
4. Muliana Perempuan 50 Tahun SD Kecelakaan
(Tulang Punggung
Miring)
5. Iis Perempuan 27Tahun SD Kecelakaan
(Tulang Punggung
Patah)
6. Narti Perempuan 39 Tahun SD Polio
7 Esti Perempuan 58 Tahun SD Kecelakaan
(Tulang Punggung
Patah)
57
Dari data di atas menunjukkan bahwa yang mengikuti Program
Keterampilan Menjahit di Yayasan Wisma Cheshire yaitu dari jenis kelamin
perempuan dan usianya dari 20 Tahun ke atas. Sedangkan status pendidikan
terakhir kebanyakan hanya sampai Sekolah Dasar.
1. Maisty salah satu Warga Binaan Yayasan Wisma Cheshire yang mengikuti
program keterampilan menjahit. Ia tinggal di yayasan sudah 2 bulan
setengah. Sebelum masuk ke yayasan, kegiatan ia di rumah buka warung
dan berjualan pulsa. Kondisi yang menyebabkan ia seperti saat ini
dikarenakan ia terjatuh di kamar mandi sekolah dan mengenai tulang ekor
sehingga tulang ekor patah sewaktu ia SMP. Alasan ia memilih
keterampilan menjahit di yayasan karena ia mempunyai keinginan untuk
menjahit. Perubahan yang ia rasakan setelah masuk ke yayasan ia sudah
tidak minder lagi dengan lingkungan dan sedikit bisa menjahit.
2. Echi salah satu Warga Binaan Yayasan Wisma Cheshire yang mengikuti
program keterampilan menjahit. Ia asalnya dari lampung dan ia tinggal di
yayasan kurang lebih sudah sebulan. Kondisi yang menyebabkan ia seperti
saat ini dikarenakan kecelekaan motor ketika pulang les dan saat itu ia
kelas 3 SMA. Sebelum masuk ke yayasan, kegiatan ia di rumah bantuin
usaha orang tua di toko elektronik. Alasan ia tinggal di yayasan karena
keinginan sendiri dan mempunyai niat untuk lanjutin sekolah. Di yayasan
ia mengikuti keterampilan menjahit dan perubahan yang ia rasakan selama
mengikuti keterampilan menjahit saat ini ia sedikit bisa menjahit dan dan
sudah tahu macam-macam alat menjahit.
58
3. Nur Aminah salah satu Warga Binaan Yayasan Wisma Cheshire yang
mengikuti program keterampilan menjahit. Ia tinggal di yayasan dari tahun
2001 hingga saat ini. Pada tahun 2012 ia mengikuti program setengah
rumah untuk Warga Binaan yang sudah setengah mandiri tetapi masih
tinggal di Yayasan. Sebelum masuk ke yayasan ia bekerja di Malang, Jawa
Timur. Ia bekerja di CP. Sempurna Makmur dibagian menjahit busana
muslim. Kondisi yang menyebabkan ia seperti itu dikarenakan polio saat
umur 3 tahun. Alasan ia tinggal di yayasan karena bisa bareng-bareng
sama teman yang senasip dan bisa melanjutkan menjahit karena
sebelumnya ia juga sudah memiliki skill menjahit dan sudah pernah kursus
menjahit. Perubahan yang ia rasakan selama mengikuti keterampilan
menjahit di yayasan ia mendapatkan ilmu baru karena menjahit di yayasan
berbeda dengan waktu ia bekerja menjahit di malang. Karena produk yang
dijahit di yayasan seperti hasil-hasil kerajinan dan perlengkapan rumah
tangga.
4. Ana salah satu Warga Binaan Yayasan Wisma Cheshire yang mengikuti
program keterampilan menjahit. Ia tinggal di yayasan sudah 15 tahun. Ia
berasal dari Malang, Jawa Timur. Sebelum masuk ke yayasan, kegiatan ia
di rumah menyulam dan merajut. Kondisi yang menyebabkan ia seperti
saat ini dikarenakan jatuh berkali-kali saat olahraga sekolah dan gagal
operasi sehingga tulang punggung miring. Alasan ia masuk ke yayasan
karena ia tertarik dengan adanya keterampila dan ia bisa mengembangkan
keterampilan di yayasan. Perubahan yang ia rasakan selama mengikuti
59
keterampilan menjahit di yayasan dapat mengembangkan potensi dan
menjadi terlatih serta mendapatkan ilmu baru.
5. Iis salah satu Warga Binaan Yayasan Wisma Cheshire yang mengikuti
program keterampilan menjahit. Ia tinggal di yayasan sudah tiga tahun
setengah. Kondisi yang meyebabkan ia seperti saat ini dikarenakan
kecelakaan saat bekerja menjadi TKW di Arab Saudi tahun 2007.
Kecelakaannya yaitu jatuh dari lantai 3 ketika sedang kerja dan tulang
punggung patah. Sebelum masuk ke yayasan, kegiatan ia di rumah tidak
ada hanya makan, nonton tv, dan tidur. Alasan ia masuk ke yayasan karena
ingin mandiri dan bisa belajar keterampilan untuk bekal kalau sudah
keluar bisa mandiri serta mencari pengalaman. Perubahan yang ia rasakan
selama mengikuti keterampilan menjahit ia sudah bisa menjahit dan di
yayasan ia dapat menghasilkan uang dari hasil karya yang ia buat.
6. Narti salah satu Warga Binaan Yayasan Wisma Cheshire yang mengikuti
keterampilan menjahit. Ia tinggal di yayasan dari tahun 2008 hingga saat
ini. Kondisi yang menyebabkan ia seperti saat ini dikarenakan polio saat
berumur 5 tahun. Sebelum masuk ke yayasan, kegiatan ia jualan es buah,
pecel, dan segala macam makanan. Alasan ia tinggal di yayasan karena
pada waktu itu ia sudah tidak sanggup lagi membayar kontrakan dan di
yayasan bisa menjahit karena sebelumnya ia pernah di PSBR kursus
menjahit dan masuk ke yayasan ingin meneruskan. Perubahan yang ia
rasakan selama mengikuti keterampilan menjahit mendapat pengetahuan
dari macam-macam produk yang dijahit karena sebelumnya hanya belajar
menjahit baju tetapi di yayasan produk yang dijahit berbeda.
60
7. Esti salah satu Warga Binaan Yayasan Wisma Cheshire yang mengikuti
keterampilan menjahit. Ia tinggal di yayasan sudah 30 tahun. Kondisi yang
menyebabkan ia seperti saat ini dikarenakan kecelakaan mobil dan tulang
punggung patah. Sebelum masuk ke yayasan, tidak ada kegiatan di rumah.
Alasan ia tinggal di yayasan karena banyak teman yang senasip dan ada
kegiatan. Perubahan yang ia rasakan selama mengikuti keterampilan
menjahit sebelumnya tidak bisa menjahit sekerang sudah bisa jahit tangan
selama di yayasan.
Jadwal kegiatan menjahit di yayasan dilakukan dari hari Senin sampai hari
Sabtu. Sedangkan untuk hari Minggu tidak ada kegiatan menjahit karena hari
Minggu waktu untuk istirahat. Kegiatan menjahit dimulai pada pukul 9 pagi
sampai pukul 12 siang, setelah itu dari pukul 12 siang sampai pukul 2 siang
mereka istirahat digunakan untuk shalat, makan siang, tidur, dan kegiatan lainnya,
lalu kegiatan menjahit dilanjutkan kembali pada pukul 2 siang sampai pukul 5
sore.68
Warga Binaan yang mengikuti program keterampilan menjahit, mereka
sebelumnya ada yang sudah mempunyai skill menjahit dan ada juga yang sama
sekali belum pernah menjahit. Awal terlaksananya program keterampilan menjahit
ini yayasan menyediakan pelatih khusus menjahit untuk Warga Binaan, dan ada
juga sebagian dari Warga Binaan yang dikursuskan sekolah menjahit.Warga
Binaan yang sudah dilatih pastinya mereka mempunyai pengetahuan dan memiliki
skill menjahit. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Fetty Elliot dan Bapak
Fendo sebagai berikut:
68
Observasi pada tanggal 18 Oktober 2013.
61
“Kalau untuk pelaksanaan program keterampilan menjahit ini
awalnya kita menyediakan pelatih khusus menjahit untuk Warga
Binaan.Selain itu mereka juga dilatih di luar seperti mereka
dikursuskan di sekolah menjahit dari pihak yayasan.Trus untuk
mereka yang udah dilatih kan otomatis mereka udah dapat ilmu
dan udah punyak skill juga”.
“Dulu tuh pastinya ada pelatih ya, atau pun mereka di training di
tempat lain, ada juga yang memang yang resident awal itu dia udah
jago menjahit. Jadi di awal program pelatihan keterampilan
menjahit ada tiga tahapan, pertama mereka itu dilatih oleh pelatih
yang datang ke sini, kemudian mereka dilatih keluar kursus di
sekolah menjahit dikursusin oleh pihak yayasan, yang ketiga ada
juga beberapa resident yang sudah ahli yang sebelum masuk
yayasan dia sudah pernah belajar menjahit”.69
Seiring dengan berjalannya program, untuk Warga Binaan yang baru
masuk ke yayasan dan mengikuti program keterampilan menjahit mereka akan di
training selama 6 bulan. Yayasan tidak lagi menyediakan Pengajar atau Pelatih
khusus dari luar, tetapi mereka diajarkan oleh seniornya. Jadi sistem belajarnya
secara turun menurun dengan cara senior mewariskan ilmunya kepada juniornya,
seperti Warga Binaan yang sudah lama tinggal di yayasan sebelum keluar mereka
harus mengajarkan Warga Binaan yang baru masuk. Karena belajar keterampilan
menjahit di Yayasan Wisma Cheshire bukan seperti pemberian teori di dalam
kelas melainkan praktek langsung. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu
Fetty Elliot dan Ibu Ana sebagai berikut:
“Trus karna program ini udah berjalan lama jadi untuk yang baru
masuk yang ikut keterampilan menjahit mereka di training dulu
selama 6 bulan, disini mereka gak lagi diberi pelatih khusus tapi
mereka diajarin sama seniornya.”.70
“Oh gak ada, di sini turun menurun misalnya kalau ada resident
yang baru belajar dengan yang sudah lama”.71
69
Wawancara Pribadi dengan Bapak Fendo (Manajer Program), Jakarta, 17 Septermber
2013. 70
Wawancara Pribadi dengan Ibu Fetty Elliot (Ketua YWC), Jakarta, 30 September 2013. 71
Wawancara Pribadi dengan Ibu Ana (Warga Binaan), Jakarta, 23 Oktober 2013.
62
Dalam tahap awal training, senior memperkenalkan macam-macam alat
untuk menjahit, fungsi dan cara pemakaiannya kepada Warga Binaan yang baru.
Seperti cara memasukan benang ke dalam jarum dan cara menggunakan mesin
jahit. Setelah itu mereka belajar untuk menjahit garis vertikal, horizontal, dan
lingkaran terlebih dahulu untuk melatih mereka menjahit dengan rapih. Jika
mereka sudah bisa menjahit dengan rapih, mereka diberikan tugas oleh seniornya
untuk menjahit seperti sapu tangan dan taplakan gelas dengan cara seniornya
memberikan contoh cara menjahitnya lalu mereka mempraktekkannya. Supervisor
memberikan kain perca untuk mereka belajar. Dalam praktek mereka akan
dipantau terus oleh senior dan supervisor. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh
Ibu Fetty Elliot dan Ibu Poniati sebagai berikut:
“Jadi gini misalnya seniornya ngasih contoh bikin sesuatu, abis itu
mereka praktekin seperti yang di contohkan seniornya.72
“Seniornya yang ngajarin dari awal sampai mereka bisa. Awalnya
dikasi tahu alat-alat jahit sama cara mengunakan mesin jahit. Trus
saya kasih kain perca buat mereka belajar jahit lurus dulu
deh.Nanti kalau udah bisa jahit lurus, miring, belok, bulet gitu baru
di suruh coba bikin sesuatu yang mudah-mudah dulu kayak sapu
tangan, taplakan gelas gitu tapi ya masih dalam pantauan saya dan
seniornya”.73
Sedangkan untuk Warga Binaan yang sudah lama mengikuti keterampilan
menjahit, masing-masing dari mereka mempunyai tugas menjahit produk. Hasil
Produk yang mereka jahit akan dijual di toko. Proses awal pembuatan produk
yang akan dijual dengan cara Manajer Toko mendata stok yang sudah habis di
toko, lalu diberikan ke Supervisor dan Supervisor yang belanja semua bahan
perlengkapan menjahit. Setelah selesai belanja, Supervisor memberikan kwitansi
72
Wawancara Pribadi dengan Ibu Fetty Elliot (Ketua YWC), Jakarta, 30 September 2013. 73
Wawancara Pribadi dengan Ibu Poniati (Ibu Asrama atau Supervisor Keterampilan
Menjahit), Jakarta, 18 Oktober 2013.
63
dan bahan-bahan yang sudah dibeli kepada Manajer Toko untuk pencatatan
pengeluaran dan pencatatan bahan mentah. Kemudian bahan-bahan yang sudah di
data diberikan kembali ke Supervisor, karena Supervisor juga bertugas membuat
patron dan memotong pola.Selesai dibentuk dan dipotong polanya lalu diberikan
kepada mereka untuk dijahit. Tetapi pola yang diberikan tidak langsung dijahit,
melainkan mereka merapihkan potongan kain terlebih dahulu agar ukuran menjadi
sama dan rapih. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Fetty Elliot dan Ibu
Poniati sebagai berikut:
“Kalau untuk resident yang udah lama mereka disini jahit produk,
trus hasil kerajinan mereka dijual di toko.Misalnya mereka dikasih
tugas sama supervisornya untuk buat produk, nah supervisornya
langsung ngasih bahan yang udah jadi pola ke mereka untuk
dijahit”.74
“Proses menjahit ini awalnya manajer toko mencatat apa-apa saja
yang udah gak ada di toko lalu saya yang belanja bahan
materialnya. Setelah pulang belanja semua bon dan bahan saya
kasih ke mba eli. Mba eli itu yang mencatat semua material baru
untuk keperluan jahit. Nanti kalau sudah di data ya udah saya
ambil lalu saya yang potongin polanya.Abis itu pola yang udah di
potong saya kasih mereka untuk di jahit sekaligus saya kasi tau
ukuran-ukurannya”.75
Produk yang sudah selesai dijahit tidak langsung dimasukkan ke toko
tetapi akan dilakukan Quality Control terlebih dahuluoleh Komite dan Supervisor
Keterampilan Menjahit yang bertujuan untuk pengecekan barang yang sudah
dijahit agar menghindarin adanya jahitan yang salah. Jika ditemukan masih ada
jahitan yang belum sesuai akan diberikan kembali ke mereka untuk diperbaiki.
Setelah selesai diperbaiki dan hasil produk sudah sesuai akan langsung dikemas
74
Wawancara Pribadi dengan Ibu Fetty Elliot (Ketua YWC), Jakarta, 30 September 2013. 75
Wawancara Pribadi dengan Ibu Poniati (Ibu Asrama dan Supervisor Keterampilan
Menjahit), Jakarta, 18 Oktober 2013.
64
dan dimasukkan ke toko untuk di data oleh Manajer Toko. Hal ini sebagaimana
diungkapkan oleh Ibu Fetty Elliot dan Ibu Poniati sebagai berikut:
Kalau udah selesai dijahit, produk akan di cek dulu oleh komite
dan supervisor untuk pengecekan kualitas, jika ada jahitan yang
masih kurang ya dibalikin lagi ke mereka untuk diperbaiki. Setelah
selesai dibenerin produk langsung dikemas kemudian disimpan di
toko dan di data sama Manajer Toko”.76
Setelah selesai dijahit tidak langsung dimasukin ke toko tetapi ada
pengecekan produk yang abis dijahit takutnya ada jahitan yang
tidak rapi atau tidak sesuai.Kalau sudah dicek dan hasilnya sesuai
lalu dikemas dan dimasukin ke toko.77
Begitu juga jika ada produk baru yang ditawarkan oleh komite maupun
volunteerakan didiskusikan oleh pihak komite, manajer program dan supervisor
jika disetujui akan dicoba untuk dibuat. Supervisor memberikan sample kepada
mereka untuk dijahit dan jika banyak yang minat akan terus diproduksi. Sehingga
pengetahuan mereka semakin bertambah dan produk yang dihasilkan pun
bervariasi. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Poniati dan Bapak Fendo
sebagai berikut:
“Misalnya kalau ada volunteer yang ngasih ide buat produk baru
trus dibicarakan terlebih dulu sama komite, manajer program, dan
supervisor trus kalau pada setuju ya kita bikin 1 dulu untuk sample
dari contoh yang dikasi dari volunteer. Kalau pada suka ya bikin
lagi yang banyak”.78
“Kemudian juga ada volunteer ataupun komite yang memberikan
ide-ide barang baru yang harus di produksi ya mereka jadi
mengenal produk-produk baru jadi mereka semakin kaya
skillnya”.79
76
Wawancara Pribadi dengan Ibu Fetty Elliot (Ketua YWC), Jakarta, 30 September 2013. 77
Wawancara Pribadi dengan Ibu Poniati (Ibu Asrama dan Supervisor Keterampilan
Menjahit), Jakarta, 18 Oktober 2013. 78
Ibid. 79
Wawancara Pribadi dengan Bapak Fendo (Manajer Program), Jakarta, 17 Oktober 2013.
65
Hasil kerajinan yang di jual di toko, masing-masing dari mereka
mendapatkan uang saku atau upah dari produk yang mereka jahit. Upah yang di
dapat sesuai jumlah produk yang mereka jahit.Jadi setiap bulan Warga Binaan
mendapatkan upah dari hasil kerajinan yang mereka jahit di yayasan. Hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Fetty Elliot dan Ibu Poniati sebagai berikut:
“Di yayasan mereka bukan cuma menjahit tapi dari apa yang
mereka jahit ya mereka dapat uang saku. Yang jahit jadi semangat
untuk menjahit dan apa yang mereka buat akan membuahkan hasil
untuk mereka juga”.80
“Dan masing-masing mereka yang jahit setiap bulannya dapat
penghasilan seperti uang saku lah.Jadi misalnya kalau mereka
menjahit satu produk mereka dapat upah dari produk yang mereka
jahit.Jadi hitungannya selama sebulan mereka buat berapa produk
dan jumlah uang yang mereka dapatkan dihitung dari jumlah
produk yang mereka jahit selama sebulan.Masing-masing mereka
punya catatan kwitansi”.81
Yayasan Wisma Cheshire melakukan pengawasan terhadap program
keterampilan menjahit yang telah dilakukan. Setiap sebulan sekali Anggota
Komite, Manajer Program, dan Supervisor melakukan rapat untuk membahas
perkembangan dari masing-masing Warga Binaan salah satunya dalam hal
keterampilan. Dan setiap 6 bulan sekali pihak Komite dan Manajer Program
bertanya ke masing-masing Warga Binaan, apa saja yang mereka rasanya setelah
mengikuti keterampilan menjahit di yayasan dan adakah yang mereka butuhkan
untuk keterampilan menjahit. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Fetty
Elliot dan Bapak Fendo sebagai berikut:
“kita sebulan sekali komite, manajer program, dan supervisor rapat
membahas perkembangan Warga Binaan yang mengikuti
keterampilan di yayasan. Kita juga 6 bulan sekali nanya ke
80
Wawancara Pribadi dengan Ibu Fetty Elliot (Ketua YWC), Jakarta, 30 September 2013. 81
Wawancara Pribadi dengan Ibu Poniati (Ibu Asrama atau Supervisor Keterampilan
Menjahit), Jakarta, 18 Oktober 2013.
66
masing-masing Warga Binaan apa saja yang mereka rasakan
selama mengikuti keterampilan di yayasan dan apa yang mereka
butuhkan.”82
“kita secara berkala katakanlah 6 bulan sekali kita nanya kepada
teman-teman resident yang menjahit apakah mereka butuh skill
lagi nih selain pola dasar itu, kita tanya kita evaluasi oohh saya
butuh skill ini loh ingin membuat baju juga gak hanya
keterampilan yang ada disini tapi juga kepengen buat baju juga
karna nanti saya kalau keluar ingin buka tailor tempat menjahit
baju. Nah itu kita tampung siapa aja yang mau setelah itu kita
kursusin di luar”.83
Yayasan Wisma Cheshire membuat peraturan untuk setiap Warga Binaan
yang tinggal di yayasan mereka hanya berlaku 1 tahun. Peraturan ini sudah
diterapkan dari awal tahun 2012. Jika Warga Binaan yang sudah 1 tahun tinggal
di yayasan dan jika sudah siap untuk mandiri diluar maka pihak yayasan
memutuskan Warga Binaan tersebut untuk keluar. Tetapi jika mereka belum siap
untuk mandiri diluar maka akan ada perpanjangan waktu selama 6 bulan untuk
Warga Binaan mempersiapkan lebih matang lagi sampai dengan benar-benar siap
untuk mandiri diluar.
Sebelum diberlakukannya peraturan tersebut setiap Warga Binaan yang
tinggal di yayasan tidak ada batasan waktu berapa lama untuk tinggal di yayasan,
kecuali jika ia sudah siap untuk mandiri diluar maka ia akan keluar dari yayasan.
Pihak yayasan melihat kemampuan dari masing-masing Warga Binaan lalu pihak
yayasan menanyakan kepada Warga Binaan tersebut apakah ia sudah siap untuk
mandiri diluar. Jika ia sudah siap untuk mandiri diluar maka pihak yayasan
memutuskan ia untuk keluar. Sebelumnya pihak yayasan juga menanyakan apa
yang akan ia lakukan diluar, karena pihak yayasan tidak ingin Warga Binaannya
82
Wawancara Pribadi dengan Ibu Fetty Elliot (Ketua YWC), Jakarta, 30 September 2013. 83
Wawancara Pribadi dengan Bapak Fendo (Manajer Program), Jakarta, 17 Oktober 2013.
67
yang keluar tidak mandiri. Meskipun Warga Binaan sudah tidak lagi tinggal di
yayasan, dari pihak yayasan tetap menjalin komunikasi kepada Warga Binaan
yang sudah keluar untuk mengetahui perkembangan mereka. Hal ini sebagaimana
diungkapkan oleh Bapak Fendo sebagai berikut:
“Kalau mereka udah siap untuk mandiri diluar ya dari pihak
yayasan memutuskan mereka untuk keluar, dengan harapan
mereka diluar bisa melakukan sesuatu untuk dirinya dan berfungsi
di masyarakat.Trus sama mereka yang udah keluar kita tetap
komunikasi juga jadi gak putus hubungan begitu saja meskipun
udah gak tinggal di yayasan”.84
C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Program
Keterampilan Menjahit di Yayasan Wisma Cheshire
Adapun faktor pendukung dalam pelaksanaan program keterampilan menjahit
yaitu:
a. BanyakVolunteer dan komite membantu dalam pelatihan keterampilan
seperti mengusulkan berbagai macam produk baru yang akan dijahit. Dan
donator memberi bahan-bahan kebutuhan menjahit seperti kain.85
b. Banyaknya customer yang membeli produk kerajinan. Dari produk yang
kejual otomatis ada pemasukan keuangan sehingga bisa menutupi
kekurangan yang ada dan bisa digunakan kembali untuk membeli bahan-
bahan keperluan menjahit.86
84
Ibid. 85
Wawancara Pribadi dengan Bapak Fendo (Manajer Program), Jakarta, 17 Oktober 2013. 86
Wawancara Pribadi dengan Ibu Poniati (Ibu Asrama atau Supervisor Keterampilan
Menjahit), Jakarta, 18 Oktober 2013.
68
c. Pemasukan keuangan yayasan juga di dapat dari bazar. Biasanya yayasan
diundang di sebuah acara dan Yayasan Wisma Cheshire ikut berpatisipasi
membuka bazar dengan menjual hasil kerajinan penyandang disabilitas.87
d. Alat-alat untuk menjahit tersedia lengkap dan tersedianya ruangan khusus
menjahit sehingga memberikan kenyamanan ketika menjahit.88
e. Tersedianya mesin jahit khusus penyandang disabilitas yang memberi
kemudahan.89
f. Lingkungan dengan teman-teman yang mempunyai semangat dan
kemauan untuk menjahit serta teman-teman yang saling membantu dan
mengajarkan menjahit.90
Sedangkan faktor penghambat dalam pelaksanaan program keterampilan
menjahit yaitu:
a. Untuk yang baru masuk awalnya kesulitan belajar menjahit, terkadang
mereka juga kurang termotivasi untuk membuat hal yang baru atau hal
yang sulit dan reward yang kecil.91
b. Jahitan yang masih salah.92
c. Awalnya kesulitan karena tangannya belum terbiasa menggunakan mesin
jahit.93
d. Kalau lagi banyak orderan terkadang membuat yang menjahit tidak bisa
fokus.94
87
Observasi pada tanggal 23 Oktober 2013. 88
Wawancara Pribadi dengan Mbak Narti (Warga Binaan), Jakarta, 28 Oktober 2013. 89
Wawancara Pribadi dengan Bang Namin (Alumni YWC), Jakarta, 18 Oktober 2013. 90
Wawancara Pribadi dengan Mbak Iis (Warga Binaan), Jakarta, 24 Oktober 2013. 91
Wawancara Pribadi dengan Bapak Fendo (Manajer Program), Jakarta, 17 Oktober 2013. 92
Wawancara Pribadi dengan Maisty (Warga Binaan), Jakarta, 18 Oktober 2013. 93
Wawancara Pribadi dengan Echi (Warga Binaan), Jakarta, 18 Oktober 2013. 94
Wawancara Pribadi dengan Mbak Iis (Warga Binaan), Jakarta, 24 Oktober 2013.
69
e. Dan kalau lagi banyak orderan juga harus buru-buru diselesaikan
sedangkan yang mengikuti keterampilan menjahit jumlahnya sedikit.95
D. Hasil yang Dicapai dari Program Keterampilan Menjahit di Yayasan
Wisma Cheshire
Hasil yang dicapai dari program keterampilan menjahit di Yayasan Wisma
Cheshire yaitu:
a. Mereka sebelum masuk ke yayasan di rumah tidak ada kegiatan setelah
masuk ke yayasan mereka punya kegiatan belajar keterampilan.96
b. Awalnya mereka tidak tahu, sekarang sudah tahu dan bisa menjahit. Di
yayasan mereka dapat ilmu baru dan bisa mengembangkan potensi mereka
untuk bekal ketika sudah bisa mandiri diluar. Hasil produk yang mereka
jahit di yayasan dijual di toko dan mereka juga dapat uang saku dari
produk yang mereka jahit 97
c. Yang awalnya tidak tahu alat-alat jahit setelah masuk ke yayasan jadi tahu
macam-macam alat jahit dan sudah bisa menjahit.98
d. Tidak minder lagi dengan lingkungan dan sedikit belajar menjahit jadi
lebih tau gimana rasanya hidup dalam kondisi seperti ini.99
e. Sebelumnya tidak mengerti jahit tangan, setelah di yayasan jadi tahu dan
bisa jahit tangan.100
95
Wawancara Pribadi dengan Ibu Poniati (Ibu Asrama/ Supervisor Keterampilan
Menjahit), Jakarta, 18 Oktober 2013. 96
Ibid. 97
Wawancara Pribadi dengan Bapak Fendo (Manajer Program), Jakarta, 17 Oktober 2013. 98
Wawancara Pribadi dengan Echi (Warga Binaan), Jakarta, 18 Oktober 2013. 99
Wawancara Pribadi dengan Maisty (Warga Binaan), Jakarta, 18 Oktober 2013.
70
f. Dapat pengetahuan baru dalam menjahit produk yang berbeda selama di
yayasan. Karena sebelum di yayasan sudah pernah belajar menjahit baju,
sedangkan di yayasan produk yang dijahit sepertihandmade(Kerajinan
Tangan), sehingga menambah skill menjahit.101
g. Di yayasan tidak hanya belajar menjahit tetapi juga menghasilkan uang
dari produk yang dijahit.102
100
Wawancara Pribadi dengan Ibu Esti (Warga Binaan), Jakarta, 28 Oktober 2013. 101
Wawancara Pribadi dengan Mbak Nur (Warga Binaan), Jakarta, 18 Oktober 2013. 102
Wawancara Pribadi dengan Mbak Iis (Warga Binaan), Jakarta, 24 Oktober 2013.
71
BAB IV
ANALISIS
Pada bab ini penulis akan menganalisis berbagai temuan di lapangan yaitu
proses pelaksanaan program pemberdayaan melalui keterampilan menjahit, faktor
pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program keterampilan menjahit,
dan hasil yang dicapai dari program pemberdayaan melalui keterampilan menjahit
di Yayasan Wisma Cheshire.
A. Proses Pelaksanaan Program Pemberdayaan melalui Keterampilan
Menjahit di Yayasan Wisma Cheshire
Program pemberdayaan pelatihan keterampilan yang membuat
penyandang disabilitas dalam mengembangkan kemampuan yang mereka miliki,
bakat, dan minat mereka dapat tersalurkan serta dapat menciptakan jiwa mereka
yang kreatif dan mandiri untuk Warga Binaan. Karena keterampilan merupakan
berbagai kemampuan untuk beradaptasi dan berperilaku positif seseorang mampu
menghadapi berbagai tuntutan dalam kehidupan sehari-hari secara efektif.
Program keterampilan yang diberikan oleh yayasan dengan tujuan agar
Warga Binaan dapat mengembangkan potensi serta mengasah kemampuan yang
mereka miliki serta dapat mengubah pola pikir dan perilaku kearah yang
bermanfaat. Selain itu Penyandang Disabilitas dapat menggunakan dan
memanfaatkan program keterampilan yang diberikan oleh yayasan.
71
72
1. Metode Pelaksanaan Program Keterampilan Menjahit
Keterampilan menjahit yang diberikan Yayasan Wisma Cheshire
secara langsung melalui metode praktek dengan cara memperkenalkan
alat-alat menjahit, fungsi, dan latihan secara bertahap menggunakan mesin
jahit. Dalam tahap awal akan diajarkan cara menjahit garis Vertikal,
Horizontal, dan Lingkaran untuk melatih menjahit dengan rapih dan jika
sudah bisa menjahit garis tersebut akan diberi tugas oleh seniornya seperti
membuat sapu tangan dan taplakan gelas, dan sampai menghasilkan suatu
karya yang bermanfaat.
2. Proses Keterampilan Menjahit
Proses keterampilan menjahit dilaksanakan di ruang menjahit
dalam proses ini diperlukan ketekunan dan keuletan dalam membuat suatu
karya yang sempurna. Setelah mereka diajarkan oleh seniornya melalui
praktek menjahit, kemudian mereka berlatih dengan berulang-ulang
hingga lancar dan mereka mampu melakukan keterampilan tersebut
sendiri, dan dapat diterapkan melalui kehidupan sehari-hari mereka yang
bermanfaat.
Pelatihan keterampilan menjahit dilaksanakan setiap hari Senin
sampai hari Sabtu, dan untuk waktunya yaitu dimulai pada pukul 9 pagi
sampai pukul 12 siang dan dilanjutkan kembali pukul 2 siang sampai
pukul 5 sore. Warga Binaan yang baru yang mengikuti keterampilan
menjahit terlebih dahulu mengikuti training selama 6 bulan sebagai tahap
belajar menjahit. Dan untuk Warga Binaan yang sudah lama tinggal di
73
yayasan dan mengikuti keterampilan menjahit mereka diberi tugas untuk
menjahit produk-produk yang akan dijual.
Proses pemberdayaan yang dikemukakan oleh Prijono dan dikutip oleh
Rajuminropa, mengandung dua kecenderungan yaitu:103
c. Kecenderungan primer, proses pemberdayaan yang menekankan kepada
proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau
kemampuan kepada masyarakat agar individu lebih berdaya. Proses ini
dilengkapi dengan upaya membangun asset material guna mendukung
pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi.
d. Kecenderungan sekunder, proses pemberdayaan yang menekankan kepada
proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar
mempunyai kemampuan atau berdaya untuk menentukan pilihan hidupnya
melalui proses dialog.
Dalam pelaksanaan pemberdayaan melalui keterampilan menjahit ini,
Yayasan telah menerapkan dua kecenderungan seperti kutipan tersebut di atas,
pertama, yaitu kecenderungan primer, dimana dalam proses pembelajaran yang di
lakukan dalam keterampilan menjahit terhadap Warga Binaan yang baru yaitu
dengan memindahkan kekuasaan atau kemampuan terhadap Warga Binaan.
Mengajarkan mereka seperti apa awal tahapan menjahit serta praktek menjahit.
Memberikan keterampilan menjahit kepada Warga Binaan maka Yayasan Wisma
Cheshire telah membuat Warga Binaan yang awalnya tidak tahu menjadi tahu,
dan dari tidak bisa menjadi bisa, dan dalam hal ini dapat disebut dengan berdaya.
103
Rajuminropa, Pemberdayaan Anak dari Keluarga Miskin (Universitas Indonesia
Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial 2003), h.43.
74
Selanjutnya adalah kecenderungan primer, yaitu Komite, Manajer
Program, dan Ibu Asrama atau Supervisor Keterampilan Menjahit memberikan
motivasi kepada Warga Binaan dengan pendekatan indivudu maupun kelompok,
agar mereka dapat mandiri untuk menentukan arah hidup, dan dapat menghadapi
masalah yang terjadi disekitarnya.
B. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Program
Keterampilan Menjahit di Yayasan Wisma Cheshire
Dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi yang penulis lakukan
maka penulis menganalisis berbagai temuan dilapangan mengenai faktor
pendukung dan penghambat dalam program keterampilan menjahit di Yayasan
Wisma Cheshire.
1. Faktor Pendukung
Beberapa faktor pendukung itu adalah adanya komite, relawan, dan
donatur, penjualan produk, tersedianya fasilitas sarana dan prasarana, dan
lingkungan Yayasan Wisma Cheshire.
a. Komite, Relawan dan Donatur
Komite dan relawanmendukung dalam memberikan ide-ide baru
untuk produk kerajinan yang akan di produksi. Sehingga produk yang
dijahit tidak monoton dan akan berubah-ubah. Biasanya komite maupun
relawan mengusulkan produk baru sesuai dengan pasar atau yang banyak
diminati oleh masyarakat.Sedangkan donatur memberikan sumbangan
dalam bentuk bahan perlengkapan menjahit.
75
b. Penjualan Produk
Yayasan Wisma Cheshire mempunyai toko penjualan yang berada
di dalam yayasan.Toko yang berfungsi untuk menjual semua hasil
keterampilan.Dengan banyaknya pembeli yang datang langsung ke
Yayasan Wisma Cheshire untuk membeli produk hasil kerajinan yang ada
di toko, maka semakin banyak pula pemasukan keuangan yang
diperoleh.Hasil dari penjualan produk bisa menutupi kekurangan dan bisa
dipakai untuk membeli perlengkapan menjahit.
c. Sarana dan Prasarana
Fasilitas yang cukup memadai seperti peralatan dan perlengkapan
menjahit yaitu mesin jahit khusus penyandang disabilitas, gunting, jarum,
benang, bahan, ruangan menjahit untuk kelangsungan terlaksananya
keterampilan menjahit di Yayasan Wisma Cheshire yang bertujuan untuk
memberikan keterampilan kepada Penyandang Disabilitas atau Warga
Binaan agar mereka tetap bisa berfungsi dan mengembangkan skill, maka
yayasan pun memfasilitasi segala bentuk peralatan dan perlengkapan
untuk menjahit. Salah satunya seperti mesin jahit khusus penyandang
disabilitas, gunting, jarum jahit, benang, kain dan alat-alat lainnya.
Mesin jahit yang digunakan yaitu mesin yang didesign khusus
Penyandang Disabilitas yang memakai adaptor sebagai alat penggerak
76
mesin yang menggunakan siku tangan.Berbeda dengan mesin jahit yang
biasanya yang menggunakan kaki sebagai alat penggerak mesin.Yayasan
juga menyediakan ruangan khusus menjahit guna memberikan
kenyamanan untuk Warga Binaan.
d. Lingkungan
Lingkungan adalah salah satu yang sangat mempengaruhi
seseorang itu tinggal atau berada. Jika seseorang tingal di lingkungan yang
nyaman maka ia akan merasa betah. Lingkungan Yayasan Wisma
Cheshire sangat mendukung dalam segala hal yang salah satunya dalam
hal keterampilan menjahit.Karena semua Warga Binaan yang tinggal di
yayasan mempunyai semangat dan kemauan untuk mengikuti keterampilan
menjahit, sehingga memberikan motivasi kepada Warga Binaan
lainnya.Selain itu mereka saling membantu dan saling mengajarkan
menjahit.
2. Faktor Penghambat
Dalam suatu kegiatan pastinya tidak akan terhindar yang namanya
hambatan atau kendala. Begitu juga dalam pelaksanaan Keterampilan Menjahit
ini, tidak lepas dari hambatan-hambatan atau kendala. Faktor penghambat dalam
pelaksanaan program keterampilan menjahit di Yayasan Wisma Cheshire adalah
untuk Warga Binaan yang baru masuk awalnya mereka kesulitan menjahit karena
tidak semua dari mereka mempunyai skill menjahit. Saat mengikuti keterampilan
menjahit di awal belajar hasil jahitannya masih salah.Mereka juga belum terbiasa
77
menggunakan mesin jahit yang di design khusus disabilitas yang menggunakan
siku tangan sebagai penggerak adaptor mesin jahit.Dan mereka juga kurang
termotivasi untuk membuat hal-hal yang baru.
Selain itu karena jumlah yang menjahit di Yayasan Wisma Cheshire ada 7
Warga Binaan dan 2 Alumni yang bekerja di yayasan dan yang sudah ahli
menjahit juga hanya beberapa saja sehingga menjadi hambatan ketika lagi banyak
orderan yang harus cepat diselesaikan.
C. Hasil yang Dicapai dari Program Pemberdayaan melalui Keterampilan
Menjahit di Yayasan Wisma Cheshire.
Pemberdayaan adalah upaya peningkatan kemampuan dalam mencapai
penguatan diri guna merahi keinginan yang dicapai. Pemberdayaan akan
melahirkan kemandirian, baik kemandirian berfikir, sikap, dan tindakan yang
bermuara pada pencapaian harapan hidup yang lebih baik.104
Dilihat dari adanya program keterampilan menjahit yang diterapkan oleh
Yayasan Wisma Cheshire dalam memberdayakan penyandang disabilitas, mulai
tampak perubahan pada Warga Binaan/ Resident tersebut.Hasilnya dapat dilihat
dari sebelum mereka masuk ke yayasan mereka di rumah tidak ada kegiatan
setelah masuk ke yayasan mereka mempunyai kegiatan belajar keterampilan.
Yang awalnya mereka sama sekali belum bisa tetapi setelah mengikuti
keterampilan menjahit di yayasan mereka sudah bisa menjahit tangan, menjahit
menggunakan mesin jahit dan mengenal macam-macam peralatan menjahit. Maka
dari situ juga mereka sudah bisa membuat produk hasil karya mereka sendiri.
104
Rofiq A. dkk, Pemberdayaan Pesantren : Menuju Kemandirian dan Profesionalisme
Santri dengan Metode Daurah Kebudayaan, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), h.33.
78
Selain itu pengetahuan mereka juga semakin bertambah selama mengikuti
keterampilan menjahit di Yayasan Wisma Cheshire.Karena produk yang dijahit
adalah produk kerajinan seperti perlengkapan rumah tangga dan perlengkapan
untuk hari natal.Sebagian mereka sebelumnya ada yang sudah memiliki skill
menjahit seperti menjahit baju tetapi disini mereka medapatkan ilmu baru dalam
membuat produk yang berbeda.
Bukan hanya pengetahuan saja yang mereka dapatkan tetapi dari barang
yang mereka jahit mereka mendapatkan penghasilan.Semua hasil kerajinan dijual
di toko yayasan lalu masing-masing Warga Binaan mendapatkan upah pembuatan
barang yang dihitung dari jumlah produk yang dijahit. Sehingga mereka yang
menjahit juga lebih semangat karena hasil produk kerajinan mereka dibeli oleh
masyarakat dan bermanfaat untuk orang lain. Hasil yang dicapai bisa juga dilihat
dari aspek psikologi, bahwa diantara Warga Binaan ada yang sudah tidak minder
lagi dengan lingkungannya karena kondisi fisik yang kurang yang dimiliki.
Pemberdayaan penyandang disabilitas yang dilakukan oleh Yayasan
Wisma Cheshire masih sebatas pemberian pengetahuan keterampilan menjahit
untuk bekal ketika mereka keluar tetapi belum sampai ke tingkat kesejahteraan
ekonomi. Karena dilihat dari Alumni Yayasan Wisma Cheshire yang sudah
tinggal diluar mereka masih mendapatkan penghasilan yang rendah dan belum
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan. Karena mereka harus membayar
kontrakan rumah, untuk keperluan anak, dan untuk keperluan sehari-hari. Diantara
Alumni yang sudah tinggal di luar mereka ada yang bekerja buka usaha dan ada
juga yang kembali bekerja menjahit di yayasan.
79
Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Bang Namin, Ibu Hartati dan Ibu
Esti sebagai berikut:
“Tidak cukup kalau di pikir-pikir. Penghasilan tetap yang 300 ribu
juga pas buat bayar kontrakan aja. Pengeluaran per bulan bisa 1,5
juta. Ya kalau ada kerjaan kadang kerja sampingan di luar.Buat
sehari-hari dan buat ngirim ke istri juga.Pinter-pinter mengelola
keuangan aja”.105
“Ya di cukup-cukupin tapi gak lebih, keperluan yang penting lebih
di dahulukan. Kan gaji saya yang dapat dari yayasan sebulannya
juga sekitar 300 ribu trus sama gaji suami saya 1,2 juta itu juga
untuk bayar kontrakan, buat anak sekolah ya sama kebutuhan lain
ya Alhamdulillah gak sampe ngutang. Lagian juga kalau makan
kan di tanggung dari yayasan”.106
“Ya cukup gak cukup aja ya berusaha saat ini masih bisa di atur, ya
pinter-pinter ngatur pengeluaran aja.Karna usaha online itu jadi
kan pendapatan juga belum stabil masih dibawah 1 juta”.107
Diantara perubahan yang tampak pada Warga Binaan tersebut merupakan
hasil dari program keterampilan menjahit dalam pemberdayaan penyandang
disabilitas, menjadikan Warga Binaan berdaya dengan memiliki kemampuan
menjahit. Meskipun dengan kekurangan fisik, mereka tetap bisa melakukan
kegiatan, karena kekurangan bukanlah alasan seseorang menjadi terbatas sehingga
membuat mereka lebih mempunyai arah dan tujuan hidup. Dimana hal tersebut
merupakan hakikat dari pada pemberdayaan.Seperti yang dijelaskan oleh Diana
dalam bukunya Perencanaan Sosial Negara Berkembang bahwasannya,
Pemberdayaan diartikan sebagai perubahan ke arah yang lebih baik, dari tidak
105
Wawancara Pribadi dengan Bang Namin (Alumni YWC), Jakarta, 18 Oktober 2013. 106
Wawancara Pribadi dengan Ibu Hartati (Alumni YWC), Jakarta, 18 Oktober 2013. 107
Wawancara Pribadi dengan Ibu Laily (Alumni YWC), Jakarta, 5 November 2013.
80
berdaya menjadi berdaya. Pemberdayaan terkait dengan upaya meningkatkan taraf
kehidupan ke tingkat yang lebih baik.108
Dengan demikian Warga Binaan dapat dikatakan berdaya karena Warga
Binaan menjadi lebih baik yang awalnya tidak bisa menjahit menjadi bisa
menjahit, dan ada juga yang awalnya sudah mempunyai skill menjahit setelah
masuk ke yayasan mengikuti program keterampilan menjahit mereka
mendapatkan pengetahuan baru dalam menjahit produk yang berbeda. Dan
mereka yang tinggal di yayasan bukan hanya sekedar belajar keterampilan tetapi
dengan produk yang mereka jahit mereka mendapatkan penghasilan materil yang
bisa digunakan untuk kebutuhan lain. Mereka di yayasan dilatih belajar
keterampilan menjahit oleh seniornya untuk menjadi mandiri dengan skill
menjahit yang mereka punya, sehingga ketika mereka keluar untuk mandiri
mereka sudah mempunyai bekal keterampilan yang bisa di manfaatkan. Dimana
hasil tersebut juga merupakan salah satu perkembangan ke arah yang lebih baik.
108
Diana, Perencanaan Sosial Negara Berkembang, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1999), h.15.
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Pelaksanaan program Keterampilan Menjahit di Yayasan Wisma
Cheshire adalah awal terlaksananya program keterampilan menjahit
pihak yayasan menyediakan pelatih khusus dan mengkursuskan Warga
Binaan di tempat kursus menjahit. Sejalan waktu Warga Binaan yang
baru tidak lagi diberi palatih khusus melainkan belajar dengan
seniornya. Warga Binaan yang baru akan ditraining selama 6 bulan
untuk tahap belajar. Sedangkan Warga Binaan yang sudah lama
mereka setiap harinya menjahit produk-produk yang akan dijual di
toko. Jika ada relawan yang datang memberikan ide dan produk baru
akan dicoba untuk dibuat sehingga pengetahuan Warga Binaan
semakin bertambah dalam menjahit produk yang bermacam ragam.
Komite dan Supervisor bertugas untuk mengecek produk yang sudah
selesai dijahit sebelum dikemas dan dimasukkan ke toko. Setiap
sebulan sekali piihak Komite, Manajer Program, dan Supervisor
mengadakan rapat. Dan setiap 6 bulan sekali Komite, Manajer
Program, dan Supervisor melakukan evaluasi kepada masing-masing
Warga Binaan.Untuk Warga Binaan yang sudah 1 tahun tinggal di
yayasan dan sudah bisa untuk mandiri diluar maka mereka harus
keluar dari yayasan karena itu peraturan yang sudah dibuat oleh pihak
81
82
yayasan. Tetapi jika belum siap untuk mandiri diluar maka dari pihak
yayasan akan memberikan perpanjangan waktu selama 6 bulan. Pihak
yayasan tetap menjalin komunikasi dengan Warga Binaan yang sudah
mandiri diluar.
2. Adapun faktor pendukung dalam program Keterampilan Menjahit di
Yayasan Wisma Cheshire diantaranya adalah adanya komite, relawan,
dan donatur, penjualan produk, tersedianya fasilitas sarana dan
prasarana, dan lingkungan Yayasan Wisma Cheshire. Sementara faktor
penghambat diantaranya, sebagian Warga Binaan yang mengikuti
keterampilan menjahit awalnya merasa kesulitan karena sebelum
masuk keyayasan mereka belum pernah menjahit. Hambatanya juga
ketika banyak orderan Warga Binaan harus menyelesaikan dengan
cepat sedangkan yang mengikuti keterampilan menjahit di yayasan
jumlahnya sedikit, sehingga membuat Warga Binaan tidak bisa fokus
untuk menjahit.
3. Hasil yang didapat dari pelaksanaan program Keterampilan Menjahit
tersebut dapat dilihat dari keterampilan menjahit Warga Binaan yang
semakin meningkat yang tadinya sama sekali belum bisa menjahit
tetapi setelah mengikuti program keterampilan di yayasan sudah bisa
menjahit, pengetahuan semakin bertambah dan mempunyai skill
menjahit. Pemberdayaan yang dilakukan Yayasan Wisma Cheshire
masih sebatas pemberian keterampilan untuk penyandang disabilitas,
dan belum sampai ketingkat kesejahteraan ekonomi.
83
B. Saran
Untuk lebih meningkatkan efektifitas program Keterampilan Menjahit di
Yayasan Wisma Cheshire Jakarta Selatan, peneliti mempunyai beberapa saran
sebagai berikut:
1. Mengoptimalkan pelayanan agar hasil yang dicapai dapat lebih
maksimal.
2. Agar lebih ditingkatkan lagi program keterampilannya dalam
memberdayakan penyandang disabilitas.
3. Peraturan yang ada di yayasan agar lebih diperjelas untuk setiap Warga
Binaan.
4. Meminimalisir faktor penghambat dalam program keterampilan
menjahit.
84
DAFTAR PUSTAKA
Adi, IsbandiRukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas: Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan
Praktis. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2001.
___, ________________. Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan
Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
2002.
___, _________________. Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial.
Jakarta: FISIP UI Press, 2004.
A, Rofiq.dkk, Pemberdayaan Pesantren: Menuju Kemandirian dan
Profesionalisme Santri dengan Metode Daurah Kebudayaan. Yogyakarta:
Pustaka Pesantren, 2005.
Barnes, Colin dan Mercer, Geof.Disabilitas: Sebuah Pengantar. Tim Penerjemah.
PIC UIN Jakarta, 2007.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka, 2007.
Departemen Sosial RI. Panduan Kriteria Penyandang Cacat Fisik. Jakarta:
Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat,
Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Direktorat Sosial
RI, 2006.
Diana. Perencanaan Sosial Negara Berkembang. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1999.
84
85
Gulo, W. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo, 2002.
Hilmiah.dkk. Analisis Deskriptif Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial.
Jakarta: Kerjasama Badan Pusat Statistik RI dengan Kementerian Sosial
RI, 2009.
Makmur, Syarif, M.SI. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektivitas
Organisasi: Kajian Penyelenggaraan Pemerintah Desa. Jakarta: PT. Raja
Grafindo, 2008.
Maulinia. Pemberdayaan Perempuan Penyandang Disabilitas Pada Himpunan
Wanita Penyandang Cacat Indonesia. Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Program Magister Ilmu Kesejahteraan Sosial, Universitas
Indonesia, 2012.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2000.
Padmi, Teti Ati. Implementasi Aksesibilitas Pelayanan Informasi dan Pelayanan
Khusus Bagi Penyandang Cacat di Kota Semarang. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Kesejahteraan Sosial (Mei – Agustus 2006): h.66-71.
Rajuminropa. Pemberdayaan Anak dari Keluarga Miskin. Jakarta: Universitas
Indonesia Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial 2003.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2008.
86
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan Sosial. Bandung: PT
Refika Aditama, 2005.
Sumaryadi, Nyoman. Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan
Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Citra Utama 2005.
Suprayogo, Imam dan Tobroni. Metode Penelitian Sosial Agama.Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004.
Syafe‟I, Agus Ahmad. Manajemen Pemberdayaan Masyarakat Islam. Bandung:
Gerbang Masyarakat Baru, 2001.
UI, Materi Mata Kuliah Metode Penelitian Sosial
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997. Tentang Penyandang
Disabilitas. Biro Hukum Departemen Sosial RI Tahun 1997.
Usman, Husaini dan Purnomo. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2000.
Yusdiana. Harapan bagi Penyandang Disabel. Info Societa, Edisi IX/ 2011 Biro
Humas Kementerian Sosial RI.
Sumber Internet
Kasim, Eva. Konvensi Hak-hak Penyandang Cacat. Artikel diakses pada 29Mei
2013 dari hhtp://www.evakasim.blogspot.com/2007/04/Konvensihak-hak-
penyandang-cacat.html
Maharani, Ania. Pemberdayaan Masyarakat. Artikel diakses pada 11 September
2013 dari http://dkijakarta.bkkbn.go.id/Lists/Artikel/DispForm
87
Heria, Erlina. Penyandang Disabilitas. Artikel diakses pada 12 September 2013
dari http://erlinaheria.blogspot.com/2012/10/penyandang-disabilitas.html
Website Yayasan Wisma Cheshire diakses pada 20 Oktober 2013 dari
http://www.wismacheshire.com/
Wikipedia. Pengertian Disabilitas. Diakses pada 21 Juni 2013dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Disabilitas.
Wikipedia. Pengertian Menjahit. Diakses pada 28 Oktober 2013 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Menjahit
WawancaraPribadi
Wawancara Pribadi dengan Ibu Fetti Elliot, 30 September 2013
Wawancara Pribadi dengan Bapak Fendo, 17 Oktober 2013
Wawancara Pribadi dengan Ibu Poniati, 18 Oktober 2013
Wawancara Pribadi dengan Maisty, 18 Oktober 2013
Wawancara Pribadi dengan Echi, 18 Oktober 2013
Wawancara Pribadi dengan Mbak Nur, 18 Oktober 2013
Wawancara Pribadi dengan Bang Namin, 18 Oktober 2013
Wawancara Pribadi dengan Ibu Hartati, 18 Oktober 2013
Wawancara Pribadi dengan Ibu Ana, 23 Oktober 2013
Wawancara Pribadi dengan Mbak Iis, 24 Oktober 2013
Wawancara Pribadi dengan Ibu Esti, 28 Oktober 2013
Wawancara Pribadi dengan Mbak Narti, 28Oktober 2013
Wawancara Pribadi dengan Ibu Laily, 5 November 2013
LAMPIRAN
Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN KETUA YAYASAN WISMA
CHESHIRE
Pertanyaan-pertanyaan:
1. Bagaimana sejarah berdirinya Yayasan Wisma Cheshire?
2. Apa sajakah sarana dan prasarana yang tersedia di YWC?
3. Apa saja program yang ada di YWC?
4. Siapa yang menjadi sasaran pelayanan YWC?
5. Dengan pihak apa saja Yayasan Wisma Cheshire bekerjasama?
6. Dari mana sumber dana Yayasan Wisma Cheshire?
7. Bagaimana sistem penerimaan Warga Binaan baru?
8. Apa tujuan dari adanya program keterampilan menjahit ini?
9. Bagaimana proses pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan oleh
Yayasan Wisma Cheshire dalam program keterampilan menjahit?
Lampiran 2
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN MANAJER PROGRAM YAYASAN
WISMA CHESHIRE
Pertanyaan-pertanyaan:
1. Berapa jumlah keseluruhan Warga Binaan/ Resident yang tinggal di YWC
tahun 2013?
2. Berapa jumlah Anggota/ Resident saat ini yang mengikuti program
keterampilan menjahit di YWC?
3. Hari apa saja kegiatan menjahit di YWC?
4. Bagaimana proses pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan oleh
Yayasan Wisma Cheshire dalam program keterampilan menjahit?
5. Apa saja faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan
pemberdayaan program keterampilan menjahit?
6. Apa hasil yang dicapai dari pemberdayaan melalui program keterampilan
menjahit?
7. Produk apa saja yang dihasilkan oleh para penyandang disabilitas dalam
keterampilan menjahit?
Lampiran 3
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN IBU ASRAMA/ SUPERVISOR
KETERAMPILAN MENJAHIT YAYASAN WISMA CHESHIRE
Pertanyaan-pertanyaan:
1. Bagaimana menurut Bapak/ Ibu/ Saudara/i dengan adanya program
keterampilan menjahit ini?
2. Apa saja bahan kain yang digunakan untuk menjahit?
3. Bagaimana proses pelaksanaan program keterampilan menjahit di
YWC?
4. Apakah ada faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan
program keterampilan menjahit?
5. Apa hasil yang dicapai dari program keterampilan menjahit?
Lampiran 4
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN WARGA BINAAN ATAU
RESIDENT DI YAYASAN WISMA CHESHIRE
Pertanyaan-pertanyaan:
1. Sudah berapa lama saudara/i tinggal di YWC?
2. Dari mana saudara/i tahu informasi tentang YWC?
3. Apa kegiatan saudara/i sebelum tinggal di YWC?
4. Apa yang menyebabkan kondisi fisik saudara/i bisa seperti ini?
5. Apa alasan saudara/i tinggal di YWC?
6. Kenapa anda memilih keterampilan menjahit?
7. Apakah di YWC ada pengajar/pelatih khusus menjahit?
8. Bagaimana menurut saudara/i dengan adanya program keterampilan
menjahit?
9. Apa perubahan yang saudara/i rasakan setelah mengikuti program
keterampilan menjahit di YWC?
10. Apa saja faktor penghambat dan pendukung yang saudara/i hadapi selama
menjalani keterampilan menjahit di YWC?
11. Apakah saudara/i sudah menikah dan mempunyai anak?
12. Berapa penghasilan saudara/i per bulan?
13. Apakah dengan penghasilan yang saudara/i dapatkan cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari?
14. Apa rencana saudara/i kedepan setelah keluar dari YWC?
Lampiran 5
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN ALUMNI YAYASAN WISMA
CHESHIRE
Pertanyaan-pertanyaan:
1. Sudah berapa lama saudara/i tidak tinggal di YWC?
2. Sebelum keluar dari YWC berapa lama saudara/i tinggal di Yayasan?
3. Dari mana saudara/i tahu informasi tentang YWC?
4. Apa kegiatan saudara/i sebelum tinggal di YWC?
5. Apa faktor yang menyebabkan kondisi fisik saudara/i bisa seperti ini?
6. Apa alasan saudara/i tinggal di YWC?
7. Kenapa anda memilih keterampilan menjahit?
8. Apakah saat anda di YWC ada pengajar/ pelatih khusus menjahit?
9. Bagaimana menurut saudara/i dengan adanya program keterampilan
menjahit di YWC?
10. Apa perubahan yang saudara/i rasakan setelah mengikuti program
keterampilan menjahit di YWC?
11. Apa saja faktor penghambat dan pendukung yang saudara/i hadapi selama
menjalani keterampilan menjahit di YWC?
12. Apa pekerjaan saudara/i saat ini?
13. Apakah saudara/i tinggal di rumah milik sendiri atau kontrak rumah?
14. Jika kontrak rumah, berapa bayar kontrakan rumah per bulan?
15. Berapa pendapatan/ gaji saudara/i per bulan?
16. Apakah saudara/i sudah berkeluarga/ menikah dan mempunyai anak?
17. Apakah dengan pendapatan/ gaji saudara/i sekarang cukup memenuhi
kebutuhan keluarga sehari-hari?
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN KATUA YAYASAN WISMA
CHESHIRE
Data Singkat Informan:
Nama : Fetty Elliot
Umur : 40 Tahun
Jabatan : Ketua Yayasan Wisma Cheshire
Tanggal Wawancara : 30 September 2013
Tempat Wawancara : Yayasan Wisma Cheshire
1. Bagaimana sejarah berdirinya Yayasan Wisma Cheshire?
Yayasan Wisma Cheshire didirikan di Jakarta tahun 1974, dibangun di atas
tanah yang disumbangkan oleh Rumah Sakit Fatmawati. Yayasan Wisma
Cheshire ini anggota dari Leonard Cheshire Foundation yaitu organisasi non
Pemerintah yang berbasis di Inggris dan sekarang dikenal sebagai Leonard
Cheshire Disability.
2. Apa sajakah sarana dan prasarana yang ada di Yayasan Wisma
Cheshire?
Ada 1 Ruang kantor, 1 Ruang Fisioterapi, 1 Mobil Yayasan, 1 Ruang Bahan
Mentah Kerajinan Kayu, 1 Ruang Toko Penjualan, 14 Ruang Kamar Tidur, 1
Ruang Menjahit, 1 Ruang Dapur, 1 Ruang Penyimpanan Barang Jadi, 6
Toilet (Khusus Kursi Roda), 1 Alat Olah Raga (Tennis Meja), 24 Kursi Roda,
7 Mesin Jahit, 24 Tempat Tidur, 6 Komputer, 2 Televisi, 2 Alat Anyam Keset,
6 Mesin Potong Kayu.
3. Apa saja program yang ada di Yayasan Wisma Cheshire?
Yayasan Wisma Cheshire memiliki 2 program utama yaitu keterampilan
menjahit dan kerajinan kayu. Untuk kerajinan kayu mayoritasnya dari laki-
laki, trus untuk keterampilan menjahit mayoritasnya dari perempuan.
4. Siapa yang menjadi sasaran pelayanan Yayasan Wisma Cheshire?
Sasaran pelayanan ini lebih diutamakan untuk tuna daksa para plegia, tapi
ada juga tuna daksa polio, CP, sama yang TBC tulang belakang.
5. Dengan pihak apa saja Yayasan Wisma Cheshire bekerjasama?
Yayasan kerjasama dengan Volunteer, Ekspatriat, Ahli Kesehatan
(Fisioterapi), Ahli Pendidikan Bahasa Inggris. Kalau yang lokal kerjasama
dengan Dokter dan Ahli Komputer.
6. Dari mana sumber dana Yayasan Wisma Cheshire?
Kalau Sumber dana yayasan di dapat dari sumbangan pengurus, hasil
penjualan produk, fundraising, sama donator-donatur dari luar maupun lokal.
7. Bagaimana sistem penerimaan Warga Binaan baru?
Jadi gini kalau untuk penerimaan Warga Binaan baru biasanya mereka yang
datang ke yayasan untuk mendaftar, pihak yayasan memberitahu apa saja
persyaratan untuk Warga Binaan baru. Mereka yang ingin mendaftar wajib
mengirimkan surat lamaran. Setelah itu mereka yang sudah mendaftar akan
dihubungi untuk datang ke yayasan. Masing-masing calon Warga Binaan
akan dijelaskan seputar tentang yayasan, program yang ada di yayasan, serta
mereka juga akan di wawancara dan tes kesehatan. Jika mereka diterima,
mereka akan dihubungi sama pihak yayasan memberitahu tentang waktu
mereka mulai masuk dan membawa semua barang pribadi mereka. Waktu
mereka datang untuk tinggal di yayasan terlebih dahulu mereka harus
menandatangani kontrak yang berisi tentang jangka waktu mereka tinggal di
yayasan dan peraturan untuk Warga Binaan yang tinggal di yayasan. Masing-
masing Warga Binaan diwajibkan untuk mengikuti program keterampilan
utama yang ada di yayasan yaitu keterampilan menjahit dan keterampilan
kayu.
8. Apa tujuan dari adanya program keterampilan menjahit ini?
Program keterampilan menjahit ini juga kan salah satu program dari yayasan
ya tujuannya untuk memberi pelatihan keterampilan kepada penyandang
disabilitas. Ya dengan harapan nantinya ketika mereka keluar dan tidak
tinggal di yayasan lagi mereka bisa mandiri dan bisa bekerja di dunia kerja
dengan memanfaatkan skill yang mereka dapatkan selama mengikuti program
keterampilan di yayasan.
9. Bagaimana proses pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan oleh
Yayasan Wisma Cheshire dalam program keterampilan menjahit?
Kalau untuk pelaksanaan program keterampilan menjahit ini awalnya kita
menyediakan pelatih khusus menjahit untuk Warga Binaan. Selain itu mereka
juga dilatih di luar seperti mereka dikursuskan di sekolah menjahit dari pihak
yayasan. Trus untuk mereka yang udah dilatih kan otomatis mereka udah
dapat ilmu dan udah punyak skill juga. Trus karna program ini udah berjalan
lama jadi untuk yang baru masuk yang ikut keterampilan menjahit mereka di
training dulu selama 6 bulan, disini mereka gak lagi diberi pelatih khusus tapi
mereka diajarin sama seniornya. Jadi kalau di yayasan ini belajar menjahit
gak lagi dengan teori seperti di kelas ya tapi mereka langsung praktek. Apa
yang diajarkan oleh seniornya mereka langsung mempraktekkannya. Jadi gini
misalnya seniornya ngasih contoh bikin sesuatu, abis itu mereka praktekin
seperti yang di contohkan seniornya. Kalau untuk resident yang udah lama
mereka disini jahit produk, trus hasil kerajinan mereka dijual di toko.
Misalnya mereka dikasih tugas sama supervisornya untuk buat produk, nah
supervisornya langsung ngasih bahan yang udah jadi pola ke mereka untuk
dijahit. Jadi tugas untuk memotong polanya itu Supervisor Keterampilan
Menjahit sedangkan Warga Binaan hanya menjahit saja. Kalau udah selesai
dijahit, produk akan di cek dulu oleh komite dan supervisor untuk pengecekan
kualitas, jika ada jahitan yang masih kurang ya dibalikin lagi ke mereka untuk
diperbaiki. Setelah selesai dibenerin produk langsung dikemas kemudian di
simpan di toko dan di data sama Manajer Toko. Misalnya kalau ada volunteer
yang ngasih ide buat produk baru trus dibicarakan terlebih dulu sama komite,
manajer program, dan supervisor trus kalau pada setuju ya kita bikin 1 dulu
untuk sample dari contoh yang dikasi dari volunteer. Ya kalau pada suka ya
bikin lagi yang banyak. Di yayasan mereka bukan cuma menjahit tapi dari
apa yang mereka jahit ya mereka dapat uang saku. Yang jahit jadi semangat
untuk menjahit dan apa yang mereka buat akan membuahkan hasil untuk
mereka juga. Kita sebulan sekali komite, manajer program, dan supervisor
rapat membahas perkembangan Warga Binaan yang mengikuti keterampilan
di yayasan. Kita juga 6 bulan sekali nanya ke masing-masing Warga Binaan
apa saja yang mereka rasakan selama mengikuti keterampilan di yayasan dan
apa yang mereka butuhkan. Yayasan kan punya peraturan untuk setiap Warga
Binaan hanya berlaku 1 tahun untuk tinggal di yayasan. Kalau mereka udah 1
tahun di yayasan mereka harus keluar, tapi jika belum siap untuk mandiri di
luar akan dikasih perpanjangan waktu selama 6 bulan untuk mereka
mempersiapkan. Kalau ada yang sudah siap untuk mandiri diluar pihak
yaysan memutuskan mereka untuk keluar, tapi meskipun mereka sudah keluar
gak tinggal di yayasan lagi kita tetap menjalin hubungan. Biar kita juga tau
gimana dia diluar.
YWC, 30 September 2013
(Fetty Elliot)
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN MANAJER PROGRAM YAYASAN
WISMA CHESHIRE
Data Singkat Informan:
Nama : Fendo Parama Sardi
Umur : 29 Tahun
Jabatan : Manajer Program YWC
Tanggal Wawancara : 17 Oktober 2013
Tempat Wawancara : Yayasan Wisma Cheshire
1. Berapa jumlah keseluruhan Warga Binaan/ Resident yang tinggal di
YWC tahun 2013?
saat ini berjumlah 24 Orang.
2. Berapa jumlah Anggota/ Resident saat ini yang mengikuti program
keterampilan menjahit di YWC?
Saat ini resident yang mengikuti program keterampilan menjahit ada 7 orang,
tapi ada 2 orang yang mereka dulunya alumni sini tapi sekarang udah tinggal
di luar, trus mereka disini bekerja ngelanjutin ngejahit.
3. Hari apa saja kegiatan menjahit di YWC?
Kegiatan menjahit di yayasan itu setiap hari kecuali hari minggu mereka libur
ya istirahat.
4. Bagaimana proses pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan oleh
Yayasan Wisma Cheshire dalam program keterampilan menjahit?
Dulu tuh pastinya ada pelatih ya, atau pun mereka di training di tempat lain,
ada juga yang memang yang resident awal itu dia udah jago menjahit. Jadi di
awal program pelatihan keterampilan menjahit ada tiga tahapan, pertama
mereka itu dilatih oleh pelatih yang datang ke sini, kemudian mereka dilatih
keluar kursus di sekolah menjahit dikursusin oleh pihak yayasan, yang ketiga
ada juga beberapa resident yang sudah ahli yang sebelum masuk yayasan dia
sudah pernah belajar menjahit. Kemudian sejalan perkembangan waktu
resident yang awal ini kan semakin banyak latihan semakin banyak praktek
mereka semakin mahir. Kemudian juga ada volunteer ataupun komite yang
memberikan ide-ide barang baru yang harus di produksi ya mereka jadi
mengenal produk-produk baru jadi mereka semakin kaya skillnya. Sejalan
dengan prosesnya lagi kan mereka tidak selamanya tinggal disini ya mereka
harus hidup mandiri, maka kita harus rekrut resident baru yang untuk tinggal
disini. Ketika mereka keluar kita harus masukin resident baru. Ada masa
dimana mereka sebelum keluar mereka harus melatih resident baru ini.
Ataupun yang belum keluar mereka harus melatih yang baru jadi belajar
menjahit secara turun menurun. Jadi mewariskan skillnya kepada resident
baru berkembang secara terus menurus. Kita secara berkala katakanlah 6
bulan sekali kita nanya kepada teman-teman resident yang menjahit apakah
mereka butuh skill lagi nih selain pola dasar itu, kita tanya kita evaluasi oohh
saya butuh skill ini loh ingin membuat baju juga gak hanya keterampilan yang
ada disini tapi juga kepengen buat baju juga karna nanti saya kalau keluar
ingin buka tailor tempat menjahit baju. Nah itu kita tampung siapa aja yang
mau setelah itu kita kursusin di luar. Trus untuk Warga Binaan udah siap
untuk mandiri diluar ya pihak yayasan memutuskan mereka untuk keluar,
dengan harapan mereka diluar bisa melakukan sesuatu untuk dirinya dan
berfungsi di masyarakat. Trus sama mereka yang udah keluar kita tetap
komunikasi juga jadi gak putus hubungan begitu saja meskipun udah gak
tinggal di yayasan.
5. Apa saja faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan
pemberdayaan program keterampilan menjahit?
Hambatan paling ya mungkin mereka kesulitan awalnya ya belajar untuk
menjahit, mungkin awalnya ada yang gak minat tapi lama-lama karna kan
mereka diwajibkan kesini untuk belajar salah satu keterampilan ya mereka
mau gak mau harus belajar, trus penghambat yang lain adalah kadang-
kadang mereka kurang termotivasi untuk membuat hal-hal yang baru atau
hal-hal yang susah, trus gak mau buat hal-hal yang rewardnya kecil. Kalau
pendukungnya ya banyak volunteer, komite yang membantu dalam pelatihan
keterampilan dengan mengusulkan ide-ide variasi produk, jadi barang yang di
produksi bukan itu-itu aja tapi terkadang berubah ya disesuaikan dengan
pasar. Dan didukung oleh donatur dalam pemberian bahan mentah seperti
kain.
6. Apa hasil yang dicapai dari pemberdayaan melalui program
keterampilan menjahit?
Hasil yang dicapai dari program keterampilan menjahit ini banyak sekali ya
yang tadi awalnya mereka tidak tau, sekarang mereka udah tau dan udah bisa
menjahit. Mereka disini dapat ilmu baru bisa mengembangkan pontensi
mereka untuk bekal mereka nantinya ketika udah mandiri di luar. Trus produk
yang mereka jahit juga kan di jual di toko. Jadi dari hasil mereka jahit ya
mereka dapat uang saku gitu dihitung sesuai dari jumlah produk yang mereka
bikin.
7. Produk apa saja yang dihasilkan oleh para penyandang disabilitas dalam
keterampilan menjahit?
Produk yang dihasilkan dari keterampilan menjahit banyak banget. Ya kayak
Batik Runner W. Sequin (Short and Long), Xmas bon bons, Wine Bag,
Coasters, Gift Bag (Small, Medium and Large), Lingerie Bag, Casserole
Carrier, Coffee Plunger Cover, Tea Cosy, Baju Kimono dan lain-lainnya
masih banyak lagi.
YWC, 17 Oktober 2013
( Fendo Parama Sardi )
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN IBU ASRAMA/ SUPERVISOR
KETERAMPILAN MENJAHIT YAYASAN WISMA CHESHIRE
Data Singkat Informan:
Nama : Poniati
Umur : 42 Tahun
Jabatan : Ibu Asrama/ Supervisor Keterampilan Menjahit
Tanggal Wawancara : 18 Oktober 2013
Tempat Wawancara : Yayasan Wisma Cheshire
1. Bagaimana menurut Bapak/ Ibu/ Saudara/i dengan adanya program
keterampilan menjahit ini?
Ya bagus banget sih masalahnya kan mereka disini ada keterampilannya dan
mereka disini bisa belajar skill yang memang mungkin waktu di luar masih di
rumah dia gak tau tapi disini ternyata tenaga meraka tuh berarti banget.
2. Apa saja bahan kain yang digunakan untuk menjahit?
Bahan keperluan jahit ada bahan batik, songket, organsa, silk, blacu ya
bahan-bahan buat handicraft mba.
3. Bagaimana proses pelaksanaan program keterampilan menjahit di
YWC?
Kalau yang jahit sih memang waktu saya masuk kan memang sudah ada
tenaga penjahit ya disini ya. Dan kalau yang baru itu biasanya memang
dilatih sama seniornya jadi secara otomatis tuh emang udah berjalan seperti
itu. Jadi gak perlu saya yang ngajarin jadi seniornya yang ngajarin. Untuk
yang baru masuk mengikuti keterampilan menjahit mereka di training selama
6 untuk dilatih. Mereka harus banyak bertanya dengan seniornya dan
seniornya juga otamatis juga ngasih tau. Seniornya yang ngajarin dari awal
sampai mereka bisa. Awalnya dikasi tahu alat-alat jahit sama cara
mengunakan mesin jahit. Trus saya kasih kain perca buat mereka belajar jahit
lurus dulu deh. Nanti kalau udah bisa jahit lurus, miring, belok, bulet gitu
baru di suruh coba bikin sesuatu yang mudah-mudah dulu kayak sapu tangan,
taplakan gelas gitu tapi ya masih dalam pantauan saya dan seniornya. Saya
yang ngecek dan yang ngajarin seniornya. Proses menjahit ini awalnya
manajer toko mencatat apa-apa saja yang udah gak ada di toko lalu saya
yang belanja bahan materialnya. Setelah pulang belanja semua bon dan
bahan saya kasih ke mba eli. Mba eli itu yang mencatat semua material baru
untuk keperluan jahit. Nanti kalau sudah di data ya udah saya ambil lalu saya
yang potongin polanya. Abis itu pola yang udah di potong saya kasih mereka
untuk di jahit sekaligus saya kasi tau ukuran-ukurannya. Misalnya kalau ada
volunteer yang ngasih ide buat produk baru trus dibicarakan terlebih dulu
sama komite, manajer program, dan supervisor trus kalau pada setuju ya kita
bikin 1 dulu untuk sample dari contoh yang dikasi dari volunteer. Kalau pada
suka ya bikin lagi yang banyak. saya potong lagi polanya. Jadi gini kalau ada
orang baru bawa ide baru untuk buat produk baru, contohnya gini mba
mereka bawa majalah di majalah ada gambarnya disitu ada diameternya, ada
cara membuatnya ada ukuran kainnya juga. Gambar itu saya olah jadi
patron, saya juga yang motong, mereka tinggal jahit. Setelah selesai dijahit
tidak langsung dimasukin ke toko tetapi ada pengecekan produk yang abis di
jahit takutnya ada jahitan yang tidak rapi atau tidak sesuai. Kalau sudah di
cek dan hasilnya sesuai lalu dikemas dan dimasukin ke toko. Dan masing-
masing mereka yang jahit setiap bulannya dapat penghasilan seperti uang
saku lah. Jadi misalnya kalau mereka menjahit satu produk mereka dapat
upah dari produk yang mereka jahit. Jadi hitungannya selama sebulan mereka
buat berapa produk dan jumlah uang yang mereka dapatkan dihitung dari
jumlah produk yang mereka jahit selama sebulan. Masing-masing mereka
punya catatan kwitansi.
4. Apakah ada faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan
program keterampilan menjahit?
Kalau penghambat paling kalau banyak orderan dan harus buru-buru
diselesaikan, sedangkan yang bisa menjahit di sini orangnya juga sedikit.
Pendukungnya banyaknya customer yang beli produk kerajinan, jadi kita
kadang-kadang kalau memang lagi kekurangan uang kita bikin sesuatu trus
kita jual laku ya otomatis kan bisa menutupi kekurangan itu. Kebanyakan
memang yang kesini tuh langsung belanja kan kita ready stock. Dari produk
yang ke jual ya dari situ ada pemasukan keuangan nah itu digunakan kembali
untuk membeli perlengkapan jahit.
5. Apa hasil yang dicapai dari program keterampilan menjahit?
Banyak banget sih mba, hasilnya kan ya hasil dari penjualan itu sendiri,
pastinya yang jahit kan pada senang karna kan barang yang mereka buat kan
di beli sama orang nah otomatis ada pemasukan. Untuk individunya yang
tadinya memang di rumah sesudah kecelakaan mereka di rumah gak bisa
ngapa-ngapain udah masuk sini jadi ada kegiatannya belajar keterampilan
jadi pinter jahit.
YWC, 18 Oktober 2013
( Poniati )
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN WARGA BINAAN/ RESIDENT
YAYASAN WISMA CHESHIRE
Data Singkat Informan:
Nama : Maisty
Umur : 20 Tahun
Pendidikan Terakhir : kelas 2 SMP
Jabatan : Warga Binaan YWC (Resident)
Tanggal Wawancara : 18 Oktober 2013
Tempat Wawancara : Yayasan Wisma Cheshire
1. Sudah berapa lama saudara/i tinggal di YWC?
Sudah 2 bulan setengah
2. Dari mana saudara/i tahu informasi tentang YWC?
Saya dari kakak, dulu pernah tinggal disini abis itu saya diajak
3. Apa kegiatan saudara/i sebelum tinggal di YWC?
Jualan di rumah jualan pulsa, trus buka warung
4. Apa yang menyebabkan kondisi fisik saudara/i bisa seperti ini?
Awalnya saya jatuh di kamar mandi di toilet sekolah jatuh duduk trus kena
tulang ekornya jadi seperti ini.
5. Apa alasan saudara/i tinggal di YWC?
Ya pengen nggg..saya pngen ya lingkungan yang beda aja sama belajar
menjahit.
6. Kenapa anda memilih keterampilan menjahit?
Ya saya dulu pengen aja duluan nomer satunya menjahit, selebihnya nanti
saya akan fokus yang lain. Sebelum di sini d rumah biasa jahit tangan juga
tapi kalau mesin gak baru kali ini di sini.
7. Apakah di YWC ada pengajar/pelatih khusus menjahit?
Gak ada, disini yang ngajarin Bang Namin. Bang Namin itu yang udah lama
disini, dia itu yang udah lebih berpengalaman soal jahit.
8. Bagaimana menurut saudara/i dengan adanya program keterampilan
menjahit?
Bagus, jadinya kitanya malah lebih semangat
9. Apa perubahan yang saudara/i rasakan setelah mengikuti program
keterampilan menjahit di YWC?
Satu saya tidak minder lagi dengan lingkungan yang ada, trus sekarang udah
dikit-dikit belajar jahit, bisa mandiri lah bisa saling tahu gimana rasanya
hidup seperti ini.
10. Apa saja faktor penghambat dan pendukung yang saudara/i hadapi
selama menjalani keterampilan menjahit di YWC?
Hambatannya masih salah-salah menjahitnya, awalnya susah tapi sekarang
Alhamdulillah udah mendingan deh. Kalau pendukungnya ya banyak dari
kakak-kakak, teman, orang tua, lingkungan yang mendukung.
11. Apakah saudara/i sudah menikah dan mempunyai anak?
Belum menikah
12. Berapa penghasilan saudara/i per bulan?
Belum ada penghasilan baru masuk di sini masih training.
13. Apakah dengan penghasilan yang saudara/i dapatkan cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari?
Kan saya di sini masih training 6 bulan jadi masih di biayain dari orang tua.
14. Apa rencana saudara/i kedepan setelah keluar dari YWC?
Insya Allah saya akan membuka suatu usaha dibidang jahit usaha yang
ringan-ringan aja.
YWC, 18 Oktober 2013
( Maisty )
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN WARGA BINAAN/ RESIDENT
YAYASAN WISMA CHESHIRE
Data Singkat Informan:
Nama : Echi
Umur : 22 Tahun
Pendidikan Terakhir : SMA
Jabatan : Warga Binaan YWC (Resident)
Tanggal Wawancara : 18 Oktober 2013
Tempat Wawancara : Yayasan Wisma Cheshire
1. Sudah berapa lama saudara/i tinggal di YWC?
Kurang lebih sebulan
2. Dari mana tahu informasi tentang YWC?
Waktu di rawat di Rumah Sakit Fatmawati, kakak-kakak yang di sini suka
main ke sana trus saling tuker informasi. Selama 3 bulan Rehabilitas Medic di
Rumah Sakit Fatmawati.
3. Apa kegiatan saudara/i sebelum tinggal di YWC?
Bantuin usaha Orang Tua sama Om di Toko Elektronik bantu-bantu di
Administrasi.
4. Apa yang menyebabkan kondisi fisik saudara/i bisa seperti ini?
Kecelakan motor kelas 3 SMA waktu pulang les mau pulang ke rumah
ngindarin mobil yang ngerem mendadak di depan.
5. Apa alasan saudara/i tinggal di YWC?
Pengen aja soalnya juga punya niat untuk lanjutin kuliah.
6. Kenapa anda memilih keterampilan menjahit?
Ini emang diharuskan kita anak-anak baru di wajibin belajar menjahit dulu
selama 6 bulan training itu untuk perempuan ya tapi untuk laki-laki gak tahu
deh.
7. Apakah di YWC ada pengajar/pelatih khusus menjahit?
Gak ada, di sini untuk yang baru masuk di training dulu selama 6 bulan. Bang
Namin itu yang ngajarin kita. Bang Namin senior jahit di sini. selama training
belum bikin produk tp masih belajar jahit garis vertikal, horizontal, lingkaran,
bikin yang ringan-ringan di kasih contohnya sama Bang Namin buat latihan
dan kadang paling bantuin kakak-kakak senior.
8. Bagaimana menurut saudara/i dengan adanya program keterampilan
menjahit?
Bagus sih saya tadinya sama sekali gak pernah megang kayak ginian baru di
sini. Kita yang tadinya gak bisa gak tau sama sekali namanya apa yang
dalem-dalemnya gini jadi tahu.
9. Apa perubahan yang saudara/i rasakan setelah mengikuti program
keterampilan menjahit di YWC?
Ya itu tadinya saya sama sekali gak bisa gak ngerti gak pernah megang alat
jahit jarum segala macem kan selama masuk di sini diajarin ya Alhamdulillah
jadi ngerti lah dikit-dikit bisa jahit, jadi tahu gimana cara buat sapu tangan,
tahu bikin tamplakan gelas, ya pokoknya jahit yang mudah-mudah dulu.
10. Apa saja faktor penghambat dan pendukung yang saudara/i hadapi
selama menjalani keterampilan menjahit ini?
Hambatannya mungkin awalnya masih kagok tangannya sama sekali gak
pernah make kayak gini karna udah biasa sekarang jadi terbiasa. Kalau
pendukungnya dari kemauan diri sendiri dan dari lingkungan juga.
11. Apakah saudara/i sudah menikah dan mempunyai anak?
Belum menikah
12. Berapa penghasilan saudara/i per bulan?
Belum dapat soalnya di sini kan untuk yang baru masuk harus training dulu
selama 6 bulan.
13. Apakah dengan penghasilan yang saudara/i dapatkan cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari?
Karna saya masih baru di sini dan masih di training selama 6 bulan jadi
masih tanggungan keluarga.
14. Apa rencana saudara/i kedepan setelah keluar dari YWC?
Ingin kerja di pekerjaan lain yang berhubungan dengan komputer.
YWC, 18 Oktober 2013
( Echi )
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN WARGA BINAAN/ RESIDENT
YAYASAN WISMA CHESHIRE
Data Singkat Informan:
Nama : Iis
Umur : 27 Tahun
Pendidikan Terakhir : SD
Jabatan : Warga Binaan YWC (Resident)
Tanggal Wawancara : 24 Oktober 2013
Tempat Wawancara : Yayasan Wisma Cheshire
1. Sudah berapa lama saudara/i tinggal di YWC?
3 Tahun setengah lah
2. Dari mana tahu informasi tentang YWC?
Waktu di rawat di RS Fatmawati trus perawat disitu ngasi tahu tentang
wisma.
3. Apa kegiatan saudara/i sebelum tinggal di YWC?
Di rumah aja tidur, makan, mandi, nonton tv gak ada kegiatan sama sekali.
4. Apa yang menyebabkan kondisi fisik saudara/i bisa seperti ini?
Awalnya kecelakaan di Arab Saudi jadi TKW tahun 2007 kecelakaan murni
jatuh dari lantai 3 waktu lagi kerja.
5. Apa alasan saudara/i tinggal di YWC?
Pengen mandiri, bisa keterampilan, cari keterampilan agar nanti keluar bisa
mandiri intinya mencari pengalaman.
6. Kenapa anda memilih keterampilan menjahit?
Buat bekal di luar nantinya untuk bikin usaha jahit di luar.
7. Apakah di YWC ada pengajar/pelatih khusus menjahit?
Gak ada, belajar dari temen ke temen aja.
8. Bagaimana menurut saudara/i dengan adanya program keterampilan
menjahit?
Bagus
9. Apa perubahan yang saudara/i rasakan setelah mengikuti program
keterampilan menjahit di YWC?
Banyak sih perubahan disini dalam hal jahit. Kalau menjahit ya sekarang
udah bisa. Trus disini jadi ada kegiatan bisa ngehasilin uang juga dari apa
yang dijahit ya jadi disini bukan cuma belajar jahit aja.
10. Apa saja faktor penghambat dan pendukung yang saudara/i hadapi
selama menjalani keterampilan menjahit ini?
Penghambat kalo lagi banyak orderan jadi tidak bisa fokus karna harus buru-
buru. Pendukungnya banyak penyemangat dari lingkungan terutama teman-
teman yang disini pada semangat dan punya kemauan menjahit meskipun
dalam keadaan kekurangan trus kalau lagi jahit teman-teman disini juga
saling ngajarin.
11. Apakah saudara/i sudah menikah dan mempunyai anak?
Belum menikah
12. Berapa penghasilan saudara/i per bulan dari YWC?
150 ribu sampai 300 ribu, ya maksimal 300 ribu.
13. Apakah dengan penghasilan yang saudara/i dapatkan cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari?
Kurang banget lah, untuk beli kebutuhan sehari-hari sangat kurang.
14. Apa rencana saudara/i kedepan setelah keluar dari YWC?
Pengen menjadi pengusaha yang sukses bekal masa depan. Kalo ada modal
mau buka usaha jahitan.
YWC, 24 Oktober 2013
( Iis )
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN WARGA BINAAN/ RESIDENT
YAYASAN WISMA CHESHIRE
Data Singkat Informan:
Nama : Nur Aminah
Umur : 37 Tahun
Pendidikan Terakhir : Tidak Sekolah
Jabatan : Warga Binaan YWC (Resident)
Tanggal Wawancara : 18 Oktober 2013
Tempat Wawancara : Yayasan Wisma Cheshire
1. Sudah berapa lama saudara/i tinggal di YWC?
Dari tahun 2001 trus tahun 2012 saya sudah tinggal di belakang ngontrak di
belakang punya wisma. Program setengah rumah itu untuk yang sudah
setengah mandiri tapi masih tinggal di Yayasan Wisma Cheshire.
2. Dari mana tahu informasi tentang YWC?
Dari temen
3. Apa kegiatan saudara/i sebelum tinggal di YWC?
sebelum di sini Aku kerja di Malang Jawa Timur di CP. Sempurna Makmur
bagian jahit pakaian muslim.
4. Apa yang menyebabkan kondisi fisik saudara/i bisa seperti ini?
Saya polio waktu umur 3 Tahun
5. Apa alasan saudara/i tinggal di YWC?
Kan kalau di sini kan bareng sama temen senasip dan bisa lanjutin jahit juga
kan jadi gak nganggur, di sini ada kegiatannya.
6. Kenapa anda memilih keterampilan menjahit?
Karna awalnya udah punya skill jahit dan udah pernah kursus juga.
7. Apakah di YWC ada pengajar/ pelatih khusus menjahit?
Gak, kalau di sini ya saling tanya-tanya temen ke temen yang udah bisa dan
yang senior. Kalau guru kursus sih gak ada.
8. Bagaimana menurut saudara/i dengan adanya program keterampilan
menjahit?
Ya bagus lah, bagus banget. Ya yang tadinya ada yang belum bisa apa-apa
gak ngerti jahit keluar dari sini udah bisa walaupun belum seberapa. Sangat
membantu sapa tahu di rumah bisa jahi-jahit.
9. Apa perubahan yang saudara/i rasakan setelah mengikuti program
keterampilan menjahit di YWC?
Ya kan kalau disini kan kerajinan jadi dapat ilmu baru. Sebelum disini kan
aku jahitnya baju-baju gitu beda kalau disini ya kerajinan gitu. Bisa jahit
produk yang beda selama disini kayak casserole carrier, apron, oven glove ya
masih banyak lagi mba. Pokoknya produk kerajinan gitu mba.
10. Apa saja faktor penghambat dan pendukung yang saudara/i hadapi
selama menjalani keterampilan menjahit ini?
Hambatannya paling kalau kakinya lagi sakit aja. Ya kalau pendukungnya ya
dari alat-alat, bahan-bahan jahit yang ada trus temen-temen juga mendukung.
11. Apakah saudara/i sudah menikah dan mempunyai anak?
Belum menikah
12. Berapa penghasilan saudara/i per bulan?
Ya.. sekitar 500-700 ribu
13. Apakah dengan penghasilan yang saudara/i dapatkan cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari?
Kurang mencukupi, tetapi di pas-pasin aja lah.. buat bayar kontrakan di
wisma aja sudah 250 ribu/bulan. Belum lagi buat makan sehari-hari dan
kebutuhan lainnya.
14. Apa rencana saudara/i kedepan setelah keluar dari YWC?
Buka usaha jahit sendiri di luar.
YWC, 18 Oktober 2013
( Nur Aminah )
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN WARGA BINAAN/ RESIDENT
YAYASAN WISMA CHESHIRE
Data Singkat Informan:
Nama : Ana
Umur : 50 Tahun
Pendidikan Terakhir : SD
Jabatan : Warga Binaan YWC (Resident)
Tanggal Wawancara : 23 Oktober 2013
Tempat Wawancara : Hotel Kristal (Acara Bazar YWC)
1. Sudah berapa lama saudara/i tinggal di YWC?
Sudah 15 tahun
2. Dari mana tahu informasi tentang YWC?
Dari Rumah Sakit Fatmawati pernah di rawat di sana. Karena teman-teman
yang tinggal di Wisma Cheshire sering berkunjung ke Rumah Sakit.
3. Apa kegiatan saudara/i sebelum tinggal di YWC?
Saya di rumah kegiatannya merajut, menyulam emang hobi itu.
4. Apa yang menyebabkan kondisi fisik saudara/i bisa seperti ini?
Saya karena jatuh, jatuhnya berkali-kali waktu SD olahraga di sekolah trus
gagal operasi dan tulang punggung miring.
5. Apa alasan saudara/i tinggal di YWC?
Karna tahu dari teman ada yayasan khusus kursi roda jadi saya tertarik
masuk ke Wisma Cheshire dan bisa mengembangkan keterampilan.
6. Kenapa anda memilih keterampilan menjahit?
Karna dulu Wisma Cheshire terkenal dengan handmadenya, jahit itu paling
banyak dulu. Kan saya hobinya juga jahit tangan.
7. Apakah di YWC ada pengajar/ pelatih khusus menjahit?
Oh gak ada, di sini turun menurun misalnya kalau ada resident yang baru
belajar dengan yang sudah lama.
8. Bagaimana menurut saudara/i dengan adanya program keterampilan
menjahit?
Bagus, bisa mengembangkan keterampilan.
9. Apa perubahan yang saudara/i rasakan setelah mengikuti program
keterampilan menjahit di YWC?
Sama aja saya sih mah karna hobi handmade jadi udah seringnya begitu, ya
paling perubahannya jadi terlatih dan lebih cepat. Dapat ilmu yang baru
juga.
10. Apa saja faktor penghambat dan pendukung yang saudara/i hadapi
selama menjalani keterampilan menjahit ini?
Nggg.. Gak ada hambatan, kalau faktor pendukung ya dari sarana dan
prasarana yang ada.
11. Apakah saudara/i sudah menikah dan mempunyai anak?
Sudah menikah, suami saya juga tinggal di Wisma Cheshire dan belum punya
anak.
12. Berapa penghasilan saudara/i per bulan?
Uang saku dapatnya 300-400 ribu per bulan dan pendapatan suami bisa 500
ribu per bulan
13. Apakah dengan penghasilan yang saudara/i dapatkan cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari?
Kayaknya gak cukup sih, buat kebutuhan sehari-hari berdua.
14. Apa rencana saudara/i kedepan setelah keluar dari YWC?
Saya pengennya buat Toko Sembako ya nanti di sisipin sama menyulam.
YWC, 23 Oktober 2013
( Ana )
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN WARGA BINAAN/ RESIDENT
YAYASAN WISMA CHESHIRE
Data Singkat Informan:
Nama : Esti
Umur : 58 Tahun
Pendidikan Terakhir : SD
Jabatan : Warga Binaan YWC (Resident)
Tanggal Wawancara : 28 Oktober 2013
Tempat Wawancara : Yayasan Wisma Cheshire
1. Sudah berapa lama saudara/i tinggal di YWC?
Kalau saya sudah lama dari tahun 1983 ya sudah 30 tahun di sini.
2. Dari mana tahu informasi tentang YWC?
Tahu dari waktu dulu di rawat di Rumah Sakit Fatmawati, dulu komite Wisma
Cheshire sering main berkunjung ke Rumah Sakit Fatmawati trus cerita-cerita
dan akhirnya berminat untuk masuk ke Wisma Cheshire.
3. Apa kegiatan saudara/i sebelum tinggal di YWC?
Gak ada kegiatan apa-apa.
4. Apa yang menyebabkan kondisi fisik saudara/i bisa seperti ini?
Karna kecelakaan mobil waktu di Bangka, tulang punggungnya patah.
5. Apa alasan saudara/i tinggal di YWC?
Ya di sini banyak teman yang senasip dan biar ada kegiatan aja daripada gak
ngapa-ngapain.
6. Kenapa anda memilih keterampilan menjahit?
Karna hobi suka aja meskipun awalnya gak pernah ngelakuin beginian belum
bisa sama sekali jahit. Awalnya nyoba jahit pakai mesin tapi gak bisa trus
nyoba jahit tangan bisa.
7. Apakah di YWC ada pengajar/ pelatih khusus menjahit?
Kalau pelatih khusus gak ada sih, waktu awal saya masuk ya dulu di sini yang
ngajarin para volunteer kayak bule-bule itu. Ya itu juga gak terus menerus
paling sekali-kali aja. Setelah itu belajar dari temen ke temen aja.
8. Bagaimana menurut saudara/i dengan adanya program keterampilan
menjahit?
Sangat bagus, senang ada kegiatan. Jadi ada kesibukan buat kami.
9. Apa perubahan yang saudara/i rasakan setelah mengikuti program
keterampilan menjahit di YWC?
Yaa.. perubahannya baik, yang tadinya gak ngerti soal jahit tangan sekarang
jadi ngerti dan bisa selama di yayasan.
10. Apa saja faktor penghambat dan pendukung yang saudara/i hadapi
selama menjalani keterampilan menjahit ini?
Hambatannya gak ada. Ya kalau pendukungnya dari alat-alat jahit yang ada
lengkap sangat mendukung.
11. Apakah saudara/i sudah menikah dan mempunyai anak?
Saya sudah menikah dan belum punya anak. Suami saya tinggal di Bangka
dan sudah menikah lagi dengan orang lain.
12. Berapa penghasilan saudara/i per bulan?
Di sini dapatnya maksimal 150 ribu/bulan itu juga kalau lagi ada kerjaan, ya
kalau gak ada paling dapatnya 50 ribu/bulan dari Wisma Cheshire.
13. Apakah dengan penghasilan yang saudara/i dapatkan cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari?
Ya cukup gak cukup lagian disini kan fasilitas tersedia dan untuk makan juga
disediain dari yayasan. Jadi paling ya uangnya buat keperluan lain aja.
14. Apa rencana saudara/i kedepan setelah keluar dari YWC?
Belum sampai kepikiran kesitu, buntu lah mungkin udah umur juga kali ya.
YWC, 28 Oktober 2013
( Esti )
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN WARGA BINAAN/ RESIDENT
YAYASAN WISMA CHESHIRE
Data Singkat Informan:
Nama : Narti
Umur : 39 Tahun
Pendidikan Terakhir : SD
Jabatan : Warga Binaan YWC (Resident)
Tanggal Wawancara : 28 Oktober 2013
Tempat Wawancara : Yayasan Wisma Cheshire
1. Sudah berapa lama saudara/i tinggal di YWC?
Dari tahun 2008
2. Dari mana tahu informasi tentang YWC?
Dari teman dulu sama waktu di PSBD Cengkareng.
3. Apa kegiatan saudara/i sebelum tinggal di YWC?
Sebelum masuk Wisma Cheshire saya tinggal di Ciganjur ngontrak sama
ponakan. Kegiatannya ya jualan es buah, jual pecel segala makanan lah. Jual
es buah nya di samping musholah.
4. Apa yang menyebabkan kondisi fisik saudara/i bisa seperti ini?
Aku karna polio waktu umur 5 Tahun.
5. Apa alasan saudara/i tinggal di YWC?
Alasannya ya karna waktu itu udah gak sanggup bayar kontrakan apa-apa
mahal jadi niat niat buat masuk sini juga udah tahu informasinya juga.
6. Kenapa anda memilih keterampilan menjahit?
Karna di sini adanya jahit dan kerajinan kayu dan saya juga bisanya cuma
jahit karna dulu waktu di PSBD juga sekolah kursus jahit jadi meneruskan
aja.
7. Apakah di YWC ada pengajar/ pelatih khusus menjahit?
Gak ada, kan awalnya udah bisa jahit juga.
8. Bagaimana menurut saudara/i dengan adanya program keterampilan
menjahit?
Ya membantu kita lah kan yang tadinya kita gak bisa apa-apa jadi bisa
sekarang.
9. Apa perubahan yang saudara/i rasakan setelah mengikuti program
keterampilan menjahit di YWC?
Perubahannya ya dapat pengetahuan dari macam produk yang di jahit disini.
Kalau dulu kan sebelum disini belajarnya jahit baju tapi kalau disini kan
produknya beda kayak handmade gitu jadi nambah skill juga di kita.
10. Apa saja faktor penghambat dan pendukung yang saudara/i hadapi
selama menjalani keterampilan menjahit ini?
Hambatannya mungkin kalau lagi ada obras aja, misalnya kalau ada yang
suka kebuka gitu obrasannya saya gak bisa tuh. Kalau pendukungnya alat-
alat jahitnya lengkap seperti mesin jahit, gunting, benang, jarum jahit,
pokoknya alat yang berhungan dengan jahit. Tersedianya ruangan khusus
menjahit juga sebagai pendukung ya buat nyaman kalau lagi jahit.
11. Apakah saudara/i sudah menikah dan mempunyai anak?
Saya sudah pernah menikah tapi udah cerai dan belum punya anak.
12. Berapa penghasilan saudara/i per bulan?
Maksimalnya dapat 400 ribu/bulan.
13. Apakah dengan penghasilan yang saudara/i dapatkan cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari?
Waaah.. boro-boro cukup, gali lubang tutup lubang deh. Belum buat beli
keperluan mandi, nyuci dan lainnya. Trus ngirimin juga buat keponakan 200
ribu ya kalau lagi sedapatnya aja. Pokoknya banyak lah kebutuhannya.
14. Apa rencana saudara/i kedepan setelah keluar dari YWC?
Kalau punya modal pengennya buka usaha rumah makan, karna saya
sebenarnya hobinya masak.
YWC, 28 Oktober 2013
( Narti )
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN ALUMNI YAYASAN WISMA
CHESHIRE
Data Singkat Informan:
Nama : Namin
Umur : 39 Tahun
Pendidikan Terakhir : SD
Jabatan : Alumni YWC
Tanggal Wawancara : 18 Oktober 2013
Tempat Wawancara : Yayasan Wisma Cheshire
1. Sudah berapa lama saudara/i tidak tinggal di YWC?
Dari tahun 2011 kira-kira udah 3 tahun.
2. Sebelum keluar dari YWC berapa lama saudara/i tinggal di Yayasan?
Pernah tinggal di sini 11 tahun dari tahun 2000 sampai 2011.
3. Dari mana saudara/i tahu informasi tentang YWC?
Tahu dari teman awalnya mesen kursi roda di RS Fatmawati. Dia itu Alumni
YWC yang kerja di RS Fatmawati. Ngobrol-ngobrol dia ngasi tahu ada
Yayasan yang khusus kursi roda, dia cerita tentang YWC.
4. Apa kegiatan saudara/i sebelum tinggal di YWC?
Kerja di Panti Yayasan Batu Ajaib Anak Yatim Piatu.
5. Apa faktor yang menyebabkan kondisi fisik saudara/i bisa seperti ini?
Kena polio waktu umur 3 Tahun.
6. Apa alasan saudara/i tinggal di YWC?
Tinggal dengan keluarga yang senasip kekurangan fisik.
7. Kenapa anda memilih keterampilan menjahit?
Karena awalnya saya sudah bisa menjahit, sudah punya skill menjahit jadi
meneruskan skill saya.
8. Apakah saat anda di YWC ada pengajar/ pelatih khusus menjahit?
Tidak ada, waktu awal masuk dulu di training selama 3 bulan, trus belajar
sendiri karena udah punya skill juga.
9. Bagaimana menurut saudara/i dengan adanya program keterampilan
menjahit di YWC?
Ya bagus
10. Apa perubahan yang saudara/i rasakan setelah mengikuti program
keterampilan menjahit di YWC?
Perubahan skill menjahit kerajinan tangan, dulu sebelum di sini kan kalau
jahit biasa kayak baju-baju, celana begitu. Tapi kalau di sini kan produk yang
di jahit beda ya.
11. Apa saja faktor penghambat dan pendukung yang saudara/i hadapi
selama menjalani keterampilan menjahit di YWC?
Tidak ada hambatan. Dan alat-alat jahit yang ada sebagai pendukung, salah
satunya seperti mesin jahit khusus penyandang disabilitas yang tersedia
memudahkan kami menjahit.
12. Apa pekerjaan saudara/i saat ini?
Menjahit di Yayasan Wisma Cheshire dan kerja sambilan di luar.
13. Apakah saudara/i tinggal di rumah milik sendiri atau kontrak rumah?
Saya ngontrak di luar, ngontrak 1 kamar.
14. Jika kontrak rumah, berapa bayar kontrakan rumah per bulan?
Bayar kontrakan 1 kamar 300 ribu per bulan.
15. Berapa pendapatan/ gaji saudara/i per bulan?
Penghasilan tetap 300 ribu per bulan dari wisma.
16. Apakah saudara/i sudah berkeluarga/ menikah dan mempunyai anak?
Saya sudah menikah dan mempunyai 1 anak berumur 10 bulan. Istri dan anak
saya lagi tinggal di Solo.
17. Apakah dengan pendapatan/ gaji saudara/i sekarang cukup memenuhi
kebutuhan keluarga sehari-hari?
Tidak cukup kalau di pikir-pikir. Penghasilan tetap yang 300 ribu juga pas
buat bayar kontrakan aja. Pengeluaran per bulan bisa 1,5 juta. Ya kalau ada
kerjaan kadang kerja sampingan di luar. Buat sehari-hari dan buat ngirim ke
istri juga. Pinter-pinter mengelola keuangan aja.
YWC, 18 Oktober 2013
( Namin )
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN ALUMNI YAYASAN WISMA
CHESHIRE
Data Singkat Informan:
Nama : Hartati
Umur : 44 Tahun
Pendidikan Terakhir : SD
Jabatan : Alumni YWC
Tanggal Wawancara : 18 Oktober 2013
Tempat Wawancara : Yayasan Wisma Cheshire
1. Sudah berapa lama saudara/i tidak tinggal di YWC?
Kira-kira udah 13 tahun keluar dari sini dari tahun 2000.
2. Sebelum keluar dari YWC berapa lama saudara/i tinggal di Yayasan?
3 tahun, masuk tahun 1997 sampai tahun 2000.
3. Dari mana saudara/i tahu informasi tentang YWC?
Tahu dari teman, saya kan dulu di Panti Sosial Bina Daksa di Cengkareng
trus teman bilang di Cilandak ada yang khusus kursi roda trus saya minta
alamatnya.
4. Apa kegiatan saudara/i sebelum tinggal di YWC?
Sebelum tinggal di sini saya di Panti Sosial Bina Daksa di Cengkareng
kegiatannya jahit juga di sana.
5. Apa yang menyebabkan kondisi fisik saudara/i bisa seperti ini?
Karna polio waktu umur 1 tahun setengah.
6. Apa alasan saudara/i tinggal di YWC?
Karena di sini khusus kursi roda
7. Kenapa anda memilih keterampilan menjahit?
Melanjutkan skill menjahit soalnya dulu pernah sekolah kursus menjahit
khusus tuna daksa di Solo.
8. Apakah saat anda di YWC ada pengajar/ pelatih khusus menjahit?
Gak ada, masuk di sini dulu langsung jahit gak pake di training. Trus saling
belajar dari teman ke teman.
9. Bagaimana menurut saudara/i dengan adanya program keterampilan
menjahit di YWC?
Bagus lah, kalau orang kayak kita-kita gini kan kalau menjahit kan gak ada
beban oh gak berat kan kita kan bagian atas aja yang gerak. Sangat bagus
lah.
10. Apa perubahan yang saudara/i rasakan setelah mengikuti program
keterampilan menjahit di YWC?
Perubahannya ya melatih skill yang udah ada sebelumnya dan semakin bisa,
jadi meneruskan keahlian menjahit. Senang bakat bisa berkembang.
11. Apa saja faktor penghambat dan pendukung yang saudara/i hadapi
selama menjalani keterampilan menjahit di YWC?
Tidak ada hambatan kan sebelumnya sudah pernah kursus menjahit jadi
masuk di sini sudah bisa menjahit hanya melanjutkan. Kalau pendukungnya
ya banyak dari teman-teman dan alat-alat yang ada juga sebagai pendukung.
12. Apa pekerjaan saudara/i saat ini?
Sekarang ya kerja jahit di Wisma Cheshire, kira-kira udah 2 tahun kerja di
sini.
13. Apakah saudara/i tinggal di rumah milik sendiri atau kontrak rumah?
Saya ngontrak di luar
14. Jika kontrak rumah, berapa bayar kontrakan rumah per bulan?
Bayar kontrakan per bulan 500 ribu
15. Berapa pendapatan/ gaji saudara/i per bulan?
Penghasilan saya ya maksimal dapat 300 Ribu per bulannya. Kalau suami
penghasilannya 1,2 Juta per bulan.
16. Apakah saudara/i sudah berkeluarga/ menikah dan mempunyai anak?
Saya sudah menikah dan suami saya kerja di wisma juga bagian kayu. Punya
1 Anak umur 12 Tahun kelas 6 SD.
17. Apakah dengan pendapatan/ gaji saudara/i sekarang cukup memenuhi
kebutuhan keluarga sehari-hari?
Ya di cukup-cukupin tapi gak lebih, keperluan yang penting lebih di
dahulukan. Kan gaji saya yang dapat dari yayasan sebulannya juga sekitar
300 ribu trus sama gaji suami saya 1,2 juta itu juga untuk bayar kontrakan,
buat anak sekolah ya sama kebutuhan lain ya Alhamdulillah gak sampe
ngutang. Lagian juga kalau makan kan di tanggung dari yayasan.
YWC, 18 Oktober 2013
( Hartati )
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN ALUMNI YAYASAN WISMA
CHESHIRE
Data Singkat Informan:
Nama : Laily
Umur : 47 Tahun
Pendidikan Terakhir : SMA
Jabatan : Alumni YWC
Tanggal Wawancara : 5 November 2013
1. Sudah berapa lama saudara/i tidak tinggal di YWC?
Dari tahun 2012 keluar dari wisma.
2. Sebelum keluar dari YWC berapa lama saudara/i tinggal di Yayasan?
Sekitar 9 tahun awal masuk dari tahun 2003 sampai 2012.
3. Dari mana saudara/i tahu informasi tentang YWC?
Tau dari teman waktu di rawat di Rumah Sakit Fatmawati waktu itu ada anak
wisma yang di rawat juga trus dia cerita tentang wisma.
4. Apa kegiatan saudara/i sebelum tinggal di YWC?
Di rumah waktu itu menjahit kerjasama sama tetangga bikin tas untuk di jual.
5. Apa faktor yang menyebabkan kondisi fisik saudara/i bisa seperti ini?
Kecelakaan jatuh dari tangga waktu lagi kerja.
6. Apa alasan saudara/i tinggal di YWC?
Saya pernah denger teman pernah bilang katanya Alumni yang pernah tinggal
di Wisma bisa jadi mandiri, jadi saya tertarik karena saya pengen bisa
mandiri juga.
7. Kenapa anda memilih keterampilan menjahit?
Ya kan sebelumnya saya dulu pernah ikut kursus sekolah menjahit di Solo jadi
saya meneruskan keterampilan yang sudah pernah saya dapat sebelumnya.
8. Apakah saat anda di YWC ada pengajar/ pelatih khusus menjahit?
Gak ada sih, tapi katanya sih sebelum saya masuk ada pelatih khusus jahit di
wisma tapi sewaktu saya masuk sih gak ada. Jadi di wisma ya belajar sama
yang udah lama disitu.
9. Bagaimana menurut saudara/i dengan adanya program keterampilan
menjahit di YWC?
Ya bagus ya, biar belajarnya lebih cepat.
10. Apa perubahan yang saudara/i rasakan setelah mengikuti program
keterampilan menjahit di YWC?
Saya kan dulu kursusnya jahit baju gitu ya tapi kalau di wisma itu kayak jahit
perlengkapan rumah tangga gitu. Di wisma ilmu prakteknya dapat lah. Beda
waktu saya dulu di solo, kalau dulu itu kursusnya kan lebih banyak teori tapi
kalau disini kita langsung praktek dan buat produk untuk d jual.
11. Apa saja faktor penghambat dan pendukung yang saudara/i hadapi
selama menjalani keterampilan menjahit di YWC?
Hambatannya paling dulu pas awal saya masuk wisma tuh mesin jahitnya
terbatas. Kalau faktor pendukungnya ya dari teman yang di wisma, satu sama
lain saling ngasi tau belajar bareng-bareng di wisma.
12. Apa pekerjaan saudara/i saat ini?
Sekarang saya jualan online, barangnya ngambil dari orang yang tangan
pertama. Jualannya pakaian, kursi roda juga tapi kursi roda yang di design
simple dan ringan. Kalau yang kursi roda saya kerjasama dengan alat
kesehatan. Jadi saya gak ngelanjutin jahit keluar dari wisma karna saya gak
bisa diam di tempat soalnya saya suka keluar karna saya kan juga atlit. Kalau
jahit kan harus diam di tempat dan fakus.
13. Apakah saudara/i tinggal di rumah milik sendiri atau kontrak rumah?
Saya ngontrak rumah mba.
14. Jika kontrak rumah, berapa bayar kontrakan rumah per bulan?
Karna rumahnya ini punya temen jadi saya bayar kontrakannya dikasih
murah, perbulannya 250 ribu.
15. Berapa pendapatan/ gaji saudara/i per bulan?
Kalau sekarang pendapatan perbulan belum stabil ya kira-kira masih
dibawah 1 juta.
16. Apakah saudara/i sudah berkeluarga/ menikah dan mempunyai anak?
saya belum menikah.
17. Apakah dengan pendapatan/ gaji saudara/i sekarang cukup memenuhi
kebutuhan keluarga sehari-hari?
Ya cukup gak cukup aja ya berusaha saat ini masih bisa di atur, ya pinter-
pinter ngatur pengeluaran aja. Karna usaha online itu jadi kan pendapatan
juga belum stabil masih dibawah 1 juta.
YWC, 5 November 2013
( Laily )
Lampiran 6
Tampak depan
Yayasan Wisma
Cheshire
Toko Yayasan Wisma
Cheshir
Ibu Hartati sedang
memotong pola
Ibu Esti sedang
menjahit manik-
manik pada bintang.
Ibu Ana sedang
menjahit manik-
manik pada bintang
Ibu Hartati sedang
menjahit bantal-
bantalan untuk rumah
Barbie
Eci sedang belajar menjahit
Ruang penyimpanan peralatan
keterampilan
Bazar Yayasan
Wisama Cheshire di
Hotel Kristal
Stok barang yang
akan dijual, hasil
karya Warga Binaan
Suasana Yayasan
Wisma Cheshire