pemberdayaan masyarakat berbasis pertanahan melalui penyediaan access reform bagi masyarakat dalam...

28
1 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PERTANAHAN MELALUI PENYEDIAAN ACCESS REFORM BAGI MASYARAKAT DALAM BINGKAI REFORMA AGRARIA COMMUNITY EMPOWERMENT-BASED LAND REFORM THROUGH PROVIDING ACCESS FOR PEOPLE IN THE FRAME OF AGRARIAN REFORM SAEFUL ZAFAR [email protected] Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Kelembagaan BPN R.I. Jl. Sisingamangaraja No.2 Kebayoran Baru Jakarta Selatan ABSTRAK Penyediaan akses pada sumber-sumber ekonomi memiliki peran yang strategis dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pemilik aset yang berupa tanah. Dengan ketersediaan berbagai akses yang dapat digunakan untuk mendayagunakan asetnya secara tidak langsung dapat mencegah terjadi peralihan kepemilikan yang dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif semata. Penyediaan akses sarana dan prasarana, tehnologi, modal dan pasar sangat dibutuhkan sehingga penguatan aset yang bertujuan agar aset yang dimiliki tersebut menjadi lebih dapat diterima oleh pasar menjadi modal dapat dimanfaatkan secara optimal oleh pemilik tanah. Penelitian ini bertujuan untuk (a) menganalisa kondisi pelaksanaan program reforma agraria kegiatan penyediaan access reform; (b) menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kegiatan penyediaan access reform dalam program reforma agraria; (c) menganalisis nilai faktor- faktor yang ada dalam mempengaruhi pelaksanaan kegiatan penyediaan access reform. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, yaitu pengumpulan data yang dilakukan untuk menjawab permasalahan yang ada dan dilakukan dalam bentuk observasi dan wawancara. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling. Tahapan yang dilakukan dalam analisis data adalah analisis IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation), yang digunakan untuk mengidentifkasi faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh. Kata Kunci : Reforma Agraria, Akses Reform, Land Reform Plus, Analisis IFE, EFE.

Upload: saeful

Post on 12-Apr-2016

49 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Penyediaan akses pada sumber-sumber ekonomi memiliki peran yang strategisdalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pemilik aset yang berupa tanah. Denganketersediaan berbagai akses yang dapat digunakan untuk mendayagunakan asetnyasecara tidak langsung dapat mencegah terjadi peralihan kepemilikan yang dikarenakanuntuk memenuhi kebutuhan konsumtif semata. Penyediaan akses sarana dan prasarana,tehnologi, modal dan pasar sangat dibutuhkan sehingga penguatan aset yang bertujuanagar aset yang dimiliki tersebut menjadi lebih dapat diterima oleh pasar menjadi modaldapat dimanfaatkan secara optimal oleh pemilik tanah. Penelitian ini bertujuan untuk (a)menganalisa kondisi pelaksanaan program reforma agraria kegiatan penyediaan accessreform; (b) menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kegiatanpenyediaan access reform dalam program reforma agraria; (c) menganalisis nilai faktorfaktoryang ada dalam mempengaruhi pelaksanaan kegiatan penyediaan access reform.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, yaitupengumpulan data yang dilakukan untuk menjawab permasalahan yang ada dandilakukan dalam bentuk observasi dan wawancara. Teknik pengambilan sampel denganmenggunakan teknik purposive sampling. Tahapan yang dilakukan dalam analisis dataadalah analisis IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation),yang digunakan untuk mengidentifkasi faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh.Kata Kunci : Reforma Agraria, Akses Reform, Land Reform Plus, Analisis IFE, EFE

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PERTANAHAN MELALUI PENYEDIAAN ACCESS REFORM BAGI MASYARAKAT DALAM BINGKAI REFORMA AGRARIA

1

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PERTANAHAN MELALUIPENYEDIAAN ACCESS REFORM BAGI MASYARAKAT DALAM BINGKAI

REFORMA AGRARIA

COMMUNITY EMPOWERMENT-BASED LAND REFORM THROUGHPROVIDING ACCESS FOR PEOPLE IN THE FRAME OF AGRARIAN

REFORM

SAEFUL [email protected]

Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Kelembagaan BPN R.I.Jl. Sisingamangaraja No.2 Kebayoran Baru Jakarta Selatan

ABSTRAK

Penyediaan akses pada sumber-sumber ekonomi memiliki peran yang strategisdalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pemilik aset yang berupa tanah. Denganketersediaan berbagai akses yang dapat digunakan untuk mendayagunakan asetnyasecara tidak langsung dapat mencegah terjadi peralihan kepemilikan yang dikarenakanuntuk memenuhi kebutuhan konsumtif semata. Penyediaan akses sarana dan prasarana,tehnologi, modal dan pasar sangat dibutuhkan sehingga penguatan aset yang bertujuanagar aset yang dimiliki tersebut menjadi lebih dapat diterima oleh pasar menjadi modaldapat dimanfaatkan secara optimal oleh pemilik tanah. Penelitian ini bertujuan untuk (a)menganalisa kondisi pelaksanaan program reforma agraria kegiatan penyediaan accessreform; (b) menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kegiatanpenyediaan access reform dalam program reforma agraria; (c) menganalisis nilai faktor-faktor yang ada dalam mempengaruhi pelaksanaan kegiatan penyediaan access reform.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, yaitupengumpulan data yang dilakukan untuk menjawab permasalahan yang ada dandilakukan dalam bentuk observasi dan wawancara. Teknik pengambilan sampel denganmenggunakan teknik purposive sampling. Tahapan yang dilakukan dalam analisis dataadalah analisis IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation),yang digunakan untuk mengidentifkasi faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh.

Kata Kunci : Reforma Agraria, Akses Reform, Land Reform Plus, Analisis IFE, EFE.

Page 2: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PERTANAHAN MELALUI PENYEDIAAN ACCESS REFORM BAGI MASYARAKAT DALAM BINGKAI REFORMA AGRARIA

2

ABSTRACK

Provision of access to economic resources have a strategic role in improving thewelfare of the owner of the assets in the form of land. With the availability of a varietyof access that can be used to indirectly leverage their assets to prevent the transfer ofownership occurs due to meet consumer needs alone. Providing access to infrastructure,technology, capital and markets are needed so that the strengthening of the assetsintended for such assets to be more acceptable to the capital markets can be usedoptimally by the landowner. This study aimed to (a) analyze the conditions of theimplementation of the agrarian reform program of activities providing access reform,(b) analyze the factors that affect the implementation of the provision of access reformthe agrarian reform program, (c) analyze the value of existing factors in influencing theprovision of access reform. The method used in this research is descriptive analysis,namely data collection to address existing problems and takes the form of observationsand interviews. Sampling technique using purposive sampling technique. Steps beingtaken in the data analysis is the analysis of IFE (Internal Factor Evaluation) and EFE(External Factor Evaluation), which is used to identify environmental factors that effect.

Keywords: Agrarian Reform, Access Reform, Land Reform Plus, analysis IFE EFE

Page 3: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PERTANAHAN MELALUI PENYEDIAAN ACCESS REFORM BAGI MASYARAKAT DALAM BINGKAI REFORMA AGRARIA

3

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertambahan jumlah penduduk tiap tahun semakin meningkat

dimana penduduk Indonesia saat ini mencapai sekitar 225 juta jiwa, dimana

penduduk Indonesia tersebut hidup di atas daratan atau tanah seluas lebih

kurang 1.922.570 km2 yang jumlahnya relatif tetap dalam arti luas tanah

yang tersedia hampir tidak mengalami pertambahan. Keterbatasan

jumlahnya tersebut menjadikan tanah perlu dikelola secara baik dan

bijaksana, sehingga diharapkan semua tanah yang ada dapat memberikan

manfaat yang maksimal kepada sebanyak-banyak manusia, namun kondisi

yang terjadi tidaklah demikian sehingga muncul ketimpangan penguasaan

tanah1.

Adanya ketimpangan penguasaan tanah inilah maka muncul

pemikiran untuk melakukan penataan kembali penguasaan tanah yang ada

guna sebesar-besar kemakmuran rakyat atau yang sering dikenal sebagai

reforma agraria atau land reform. Pelaksanaan Reforma Agraria di

Indonesia merupakan implementasi dari mandat TAP MPR No.

IX/MPR/2001 tentang perlunya penataan struktur penguasaan, pemilikan,

pemanfaatan, dan penggunaan tanah.

Prinsip dasar dari land reform didasarkan kepada arti pentingnya

kepemilikan (property right) terhadap aset yang dimiliki oleh masyarakat

agar dapat dimanfaatkan sebagai modal (capital) dalam pengembangan

usaha atau memulai suatu usaha perekonomian. Dengan terpenuhinya

property right diharapkan pemilik aset memperoleh keuntungan berupa :

(1) mengoptimalkan potensi ekonomi aset; (2) mengintegrasikan informasi

aset kedalam satu sistem; (3) membuat pemilik aset lebih bertanggung

jawab; (4) aset menjadi lebih diterima oleh pasar; (5) menempatkan pemilik

aset ke dalam suatu jaringan; dan (6) melindungi transaksi terhadap aset

yang dimiliki (de Soto, 2006)2.

Berkenaan dengan arah kebijakan pertanahan tersebut di atas,

pelaksanaan kegiatan reforma agraria yaitu asset reform dan access reform

Page 4: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PERTANAHAN MELALUI PENYEDIAAN ACCESS REFORM BAGI MASYARAKAT DALAM BINGKAI REFORMA AGRARIA

4

yang selanjutnya secara operasional didalam BPN R.I. dikenal sebagai

kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang pertanahan haruslah seimbang,

namun pada kenyataan yang ada pelaksanaan kegiatan pemberdayaan

masyarakat bidang pertanahan lebih didominasi kegiatan asset reform,

adapun untuk pemberian akses kepada sumber-sumber ekonomi dan

produksi bagi masyarakat penerima manfaat belum optimal dilaksanakan.

Upaya membuka berbagai akses tersebut tidak mungkin dapat dilakukan

oleh BPN RI sendiri, hal ini terkait dengan era otonomi daerah sekarang ini

dimana peran aktif pemerintah daerah setempat dalam mendukung program

dari pemerintah pusat sangat dibutuhkan termasuk salah satunya adalah

kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang pertanahan.

Sebagai lokasi penelitian kegiatan ini adalah di Kabupaten

Pemalang dimana khususnya pada pelaksanaan kegiatan access reform

mulai dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2009, dimana Kantor

Pertanahan Kabupaten Pemalang terlibat dalam kegiatan pendampingan

dengan bekerjasama dengan pemangku kepentingan setempat dalam bentuk

pendampingan usaha pertanian yang berbasis pada pengembangan padi

organik sebagai bagian untuk mewujudkan program pemerintah daerah

setempat untuk mewujudkan Kabupaten Pemalang sebagai “Kawasan

Agropolitan”3.

B. Rumusan Masalah

Pelaksanaan Reforma Agraria di Kabupaten Pemalang pada tahun

2008-2009 untuk program penguatan asset yang dilaksanakan mencapai

36.388 bidang tanah dengan luas tanah lebih dari 2.000 hektar yang terdiri

dari berbagai kegiatan antara lain Ajudikasi (LMPD), PRONA, PRODA,

Redistribusi Tanah dan Sertipikat Massal Swadaya (SMS) dengan sumber

dana dari Pusat, Propinsi, Kabupaten dan swadaya masyarakat. Disisi lain

program access reform pada periode yang sama yaitu 2008-2009 di

Kabupaten Pemalang hanya mencakup 15 lokasi dengan luas hanya

mencapai 32,2 hektar yang diberikan kepada 20 orang masyarakat

Page 5: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PERTANAHAN MELALUI PENYEDIAAN ACCESS REFORM BAGI MASYARAKAT DALAM BINGKAI REFORMA AGRARIA

5

penerima manfaat, adapun sumber dana hanya dari Kantor Pertanahan dan

Pemerintah Kabupaten Pemalang (Kantor Pertanahan Kabupaten

Pemalang, 2010)4.

Terlepas masih belum maksimalnya kondisi pelaksanaan program

reforma agraria di Kabupaten Pemalang pada tahun 2008-2009, namun

kegiatan penyediaan access reform ini diharapkan dapat memberikan

sedikit gambaran tentang kegiatan pemberdayaan yang dapat dilaksanakan

melalui inisiatif dari unsur BPN R.I. di daerah sehingga kedepan akan

dapat semakin ditingkatkan lagi kualitas maupun kuantitasnya.

Berdasarkan kenyataan tersebut, maka beberapa permasalah yang

diangkat dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimana kondisi pelaksanaan program reforma agraria untuk

kegiatan penyediaan access reform ?

b. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pelaksanakan dalam kegiatan

penyediaan access reform ?

c. Seberapa besar nilai faktor-faktor dalam mempengaruhi pelaksanaan

kegiatan penyediaan access reform ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

a. Menganalisis kondisi pelaksanaan program reforma agraria untuk

kegiatan penyediaan access reform.

b. Mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi pelaksanakan dalam

kegiatan penyediaan access reform.

c. Menganalisis nilai faktor-faktor yang ada dalam mempengaruhi

pelaksanaan kegiatan penyediaan access reform.

Page 6: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PERTANAHAN MELALUI PENYEDIAAN ACCESS REFORM BAGI MASYARAKAT DALAM BINGKAI REFORMA AGRARIA

6

II. TINJAUAN TEORI

A. Pemberdayaan Masyarakat Bidang Pertanahan

Pemberdayaan masyarakat bidang pertanahan adalah upaya untuk

membangun kemampuan masyarakat dengan mendorong, memotivasi dan

membangkitkan kesadaran dan kemandirian masyarakat dalam pengelolaan

sumber daya tanah sebagai sumber kehidupan. Adapun maksud dari

diselenggarakannya pemberdayaan masyarakat dimaksudkan untuk

meningkatkan peran serta, kemampuan, kesadaran, kemandirian

masyarakat secara lebih nyata dalam melaksanakan program-program

pertanahan. Dan tujuannya adalah untuk meningkatkan akses masyarakat

terhadap program-program pertanahan yang meliputi penguasaan,

pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah (P4T) dalam rangka

peningkatan kesejahteraan masyarakat5

Kegiatan pemberdayaan masyarakat dilaksanakan dengan

membawa visi untuk “mewujudkan tanah dan pertanahan untuk sebesar-

besar kemakmuran rakyat, yang berkeadilan dan berkelanjutan, dimana

untuk mencapai visi tersebut dijabarkan dalam beberapa misi

pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan yaitu 1 :

1. Penciptaan sumber-sumber baru kemakmuran rakyat, pengurangan

kesenjangan pendapatan, dan pemantapan ketahanan pangan;

2. Penataan yang berkeadilan dan bermartabat dalam kaitannya dengan

penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T);

3. Penataan sistem pengelolaan pertanahan sehingga tidak melahirkan

sengketa, konflik dan perkara di kemudian hari;

4. Menjamin keberlanjutan sistem kemasyarakatan dengan memberikan

akses pada generasi yang akan datang terhadap tanah sebagai sumber

kesejahteraan masyarakat;

5. Penguatan lembaga pertanahan untuk mencapai tujuan “Mengelola

tanah seoptimal mungkin untuk mewujudkan sebesar-besar

kemakmuran rakyat” .

Page 7: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PERTANAHAN MELALUI PENYEDIAAN ACCESS REFORM BAGI MASYARAKAT DALAM BINGKAI REFORMA AGRARIA

7

B. Definisi Reforma Agraria

Menurut Wiradi (2001)6, reforma agraria adalah penataan ulang

struktur pemilikan dan penguasaan tanah beserta seluruh paket penunjang

secara lengkap. Paket penunjang tersebut adalah adanya jaminan hukum

atas hak yang diberikan, tersedianya kredit yang terjangkau, adanya akses

terhadap jasa-jasa advokasi, akses terhadap informasi baru dan teknologi,

pendidikan dan latihan, dan adanya akses terhadap bermacam sarana

produksi dan bantuan pemasaran.

Senada dengan pengertian tersebut di atas, Winoto (2007)7

mengemukakan bahwa reforma agraria adalah “Land Reform Plus”, yang

berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Artinya, “land reform” yang

mekanismenya untuk menata kembali proses-proses yang dirasa tidak adil

dengan penambahan access reform sehingga pemberian tanah bagi petani

dapat dijadikan sebagai alat produksi.

C. Landasan Hukum Pelaksanaan Reforma Agraria

a. Landasan idiil : Pancasila.

b. Landasan Konstitusional: UUD 1945 dan Perubahannya

c. Landasan politis:

1. Tap MPR RI Nomor IX/MPR/2001, tentang pembaharuan Agraria

dan Pengelolaan Sumber daya Alam;

2. Pidato politik awal tahun Presiden RI tanggal 31 Januari 2007.

d. Landasan hukum terdiri dari 18 Undang-Undang yang terkait SDA,

Keuangan. Otda, RPJP, Tata Ruang, dll.

Sumber : BPN R.I. (2007)8

D. Strategi Dasar Pelaksanaan Reforma Agraria di Indonesia

Dalam Tap MPR RI Nomor IX/MPR/2001 pasal 5 ditetapkan arah

kebijakan pembaruan agraria (reforma agraria) secara garis besar adalah:

1. Pengkajian ulang dan sinkronisasi berbagai peraturan perundangan di

bidang agraria.

Page 8: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PERTANAHAN MELALUI PENYEDIAAN ACCESS REFORM BAGI MASYARAKAT DALAM BINGKAI REFORMA AGRARIA

8

2. Penataan kembali land reform yang berkeadilan.

3. Pendataan pertanahan secara komprehensif dan sistematis untuk

mendukung land reform.

4. Menyelesaikan konflik-konflik agraria yang timbul serta

mengantisipasi potensi konflik di masa mendatang.

5. Memperkuat kelembagaan dan kewenangan dalam mengemban

pelaksanaan reforma agraria dan menyelesaikan konflik agraria yang

terjadi.

E. Pelaksanaan Program Reforma Agraria

Program reforma agraria nasional yang merupakan salah satu

agenda besar bangsa indonesia, oleh BPN RI ditetapkan pelaksanaannya

secara garis besar mencakup empat lingkup kegiatan utama yaitu :

1. Penetapan Obyek 5

Tanah hasil redistribusi

Tanah hasil legalisasi aset

Tanah Cadangan Untuk Negara (TCUN)

Tanah hasil penyelesaian sengketa dan konflik

2. Penetapan Subyek8

Gambar 1. Kriteria Umum Subyek Reforma Agraria Berdasarkan Prioritas(Sumber : BPN RI, 2007)

Page 9: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PERTANAHAN MELALUI PENYEDIAAN ACCESS REFORM BAGI MASYARAKAT DALAM BINGKAI REFORMA AGRARIA

9

3. Penentuan Mekanisme yang Digunakan 8

Mekanisme dasar reforma agraria atau sering juga disebut

dengan delivery system reforma agraria, sesuai dengan kondisi atau

kedudukan subyek (petani miskin, buruh tani atau pengelola tanah) dan

obyek (tanah), sebagai berikut:

a. Subyek dan obyek berdekatan atau berhimpit, fokus pada ketiga

obyek tanah dalam reforma agraria ini, yaitu: (1) tanah kelebihan

maksimum, (2) tanah absentee, dan (3) tanah negara lainnya, dapat

ditempuh melalui memperbaiki akses petani kepada teknologi baru,

mendekatkan perilaku usaha dengan sumber pembiayaan, serta

menyediakan akses pasar dan bagi produk yang akan dikembangkan

oleh subyek reforma agraria.

b. Subyek mendekati obyek, diterapkan apabila subyek dan obyek

berada pada lokasi yang berjauhan, dapat ditempuh melalui kegiatan

trasmigrasi umum dan trasmigrasi lokal, serta memberikan atau

mendistribusi tanah seluas dua hektar atau lebih di daerah tujuan

kepada subyek reforma agraria.

c. Obyek mendekati subyek, diterapkan apabila subjek dan obyek

berada pada lokasi yang berjauhan. Skema yang sesuai untuk

mendekatkan obyek kepada subyek dikenal dengan swap atau

pertukaran tanah yang didasarkan pada strategi konsolidasi lahan

atau bahkan bank tanah. Skema ini memang agak rumit karena

melibatkan hubungan kepemilikan tanah bertingkat yang tidak

sederhana, sehingga perlu dirumuskan secara hati-hati, dengan

kelembagaan yang jelas dan bewibawa.

4. Pemberian Access Reform

Kepastian keberhasilan tujuan dari reforma agraria adalah

dengan pemberian access reform yang tepat. Access reform merupakan

serangkaian aktivitas yang saling terkait dan kesinambungan, meliputi

antara lain 8:

Page 10: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PERTANAHAN MELALUI PENYEDIAAN ACCESS REFORM BAGI MASYARAKAT DALAM BINGKAI REFORMA AGRARIA

10

a. Penyediaan infrastruktur dan sarana produksi.

b. Pembinaan dan bimbingan tehnis kepada penerima manfaat.

c. Dukungan permodalan.

d. Dukungan distribusi pemasaran.

e. Dukungan lainnya.

F. Lingkungan Eksternal dan Internal Organisasi

Menurut Umar (2002)9, lingkungan eksternal merupakan suatu

kekuatan yang berada diluar perusahaan dimana perusahaan/instansi tidak

mempunyai pengaruh terhadapnya (uncontrollable), dimana perubahan

yang terjadi pada lingkungan ini akan mempengaruhi kinerja semua

perusahaan/instansi. Identifikasi lingkungan mencakup analisis dan

diagnosis lingkungan sehingga penyusun strategi mampu mengetahui

kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan perusahaan perusahaan /

instansi.

Lingkungan internal adalah lingkungan organisasi yang berada

dalam kontrol organisasi/instansi dan secara normal memiliki implikasi

langsung dan khusus pada organisasi (Hubeis dan Najib, 2008)10.

Komponen lingkungan internal organisasi adalah sumberdaya (resources),

kapabilitas (capability) dan kompetensi inti (core competence).

Sumberdaya diartikan sebagai input yang dibutuhkan organisasi untuk

suatu proses produksi atau operasi, yang dikelompokkan menjadi tangible,

intangible dan human resources.

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu :

Penelitian dilaksanakan di lingkungan Kantor Pertanahan

Kabupaten Pemalang dan instansi terkait lainnya di wilayah administratif

Kabupaten Pemalang. Adapun waktu penelitian selama 3 (tiga) bulan, pada

bulan Agustus sampai dengan Oktober 2010.

Page 11: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PERTANAHAN MELALUI PENYEDIAAN ACCESS REFORM BAGI MASYARAKAT DALAM BINGKAI REFORMA AGRARIA

11

B. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus

menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan observasi dan

wawancara. Penggunaan metode ini untuk memperoleh gambaran yang

jelas mengenai masalah yang benar-benar terjadi dalam kegiatan reforma

agraria khususnya dalam, proses pemberian access reform, sehingga

diharapkan dapat ditemukan sebuah strategi yang paling tepat dalam

pengembangan kegiatan reforma agraria dalam proses pemberian access

reform dan alternatif strategi yang mungkin dikembangkan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah lain melalui kegiatan

reforma agraria.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan menggunakan kuisioner

tertutup dan wawancara yang mendalam (in depth interview) karena data

yang diperlukan merupakan persepsi responden, sehingga diperlukan

penjelasan mengenai beberapa hal yang terkait maksud, tujuan dan materi

wawancara. Selain itu juga penggunaan daftar pertanyaan terbuka

dipergunakan dalam menggali berbagai faktor yang mempengaruhi

pelaksanaan kegiatan reforma agraria.

C. Data yang diperlukan dan sumbernya

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder.

Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung,

wawancara, dan penyebaran kuesioner. Dalam penelitian ini data primer

akan diperoleh dari penyebaran kuesioner dan wawancara kepada para

pakar sebagai responden.

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber

studi literatur diantaranya bersumber dari laporan yang terkait dari dalam

instansi terkait maupun dari pihak penerima manfaat program reforma

agraria, terdiri dari (1) gambaran umum wilayah; (2) jumlah masyarakat

penerima manfaat reforma agraria; (3) model kegiatan pemberian access

reform oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Pemalang. Selain itu, data

Page 12: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PERTANAHAN MELALUI PENYEDIAAN ACCESS REFORM BAGI MASYARAKAT DALAM BINGKAI REFORMA AGRARIA

12

sekunder berupa informasi lainnya yang diperoleh dari buku, majalah,

jurnal, hasil penelitian terdahulu, dan situs internet.

D. Tehnik pengumpulan data dan informasi

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Observasi

Melakukan pengamatan langsung di lapangan tentang pelaksanaan

kegiatan pemberian access reform yang telah dilaksanakan selama ini

dan menentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kegiatan

pemberian access reform tersebut.

2. Kuesioner

Daftar pertanyaan yang telah dibuat disusun untuk diajukan kepada

responden untuk mendapatkan data primer maupun data sekunder guna

keperluan analisa dan pembahasan.

3. Wawancara

Melakukan wawancara kepada pakar dari pihak struktural Kantor

Pertanahan Kabupaten Pemalang dan pakar dari pihak eksternal diluar

Kantor Pertanahan Kabupaten Pemalang untuk mengukur, menentukan

faktor-faktor yang telah disepakati, dan memudahkan untuk

merealisasikan upaya menerapkan strategi pemberian access reform

yang tepat dan efektif bagi meningkatkan kesejahteraan rakyat

penerima manfaat.

4. Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan didukung oleh teori-teori dan

menelaah berbagai buku dan referensi yang relevan dengan

pembahasan penelitian.

E. Teknik pengambilan contoh

Responden yang dilibatkan pada penelitian ini sebanyak 12 (dua

belas) orang dengan metode non propability sampling menggunakan teknik

purposive sampling or judgement sampling (secara disengaja) dengan

Page 13: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PERTANAHAN MELALUI PENYEDIAAN ACCESS REFORM BAGI MASYARAKAT DALAM BINGKAI REFORMA AGRARIA

13

pertimbangan bahwa responden yang dimaksud memiliki kapasitas,

kemampuan dalam merumuskan kebijakan, dan penerapan strategi

pelaksanaan kegiatan penyediaan access reform dalam program reforma

agraria, sebagaimana pada Tabel 1.

Tabel 1. Daftar Responden

Responden Jabatan / Instansi

Internal

Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Pemalang

Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan Masyarakat KantorPertanahan Kabupaten Pemalang

Pejabat Struktural di Direktorat Landreform BPN RI

Pejabat Struktural di Bidang Pemberdayaan Masyarakat Kanwil BPN PropinsiJawa Tengah

Eksternal

Pejabat struktural di Bagian Pemerintahan Kabupaten Pemalang

Pejabat struktural di Dinas Perindagkop dan UKM Kabupaten Pemalang

Pejabat struktural di Dinas Pertanian Kabupaten Pemalang

Unsur Kelompok Tani

Unsur Perbankan

Unsur Legislatif Kabupaten Pemalang

Unsur Akademisi dari Universitas Pekalongan

Unsur Pengusaha setempat

F. Pengolahan Data dan Analisis Data

Data yang diperoleh dihimpun menggunakan kuesioner kemudian

dituangkan dalam bentuk tabel untuk memudahkan proses pengolahan,

kemudian dianalisa secara deskriptif untuk menentukan strategi

pengembangan yang tepat dan efektif kegiatan reforma agraria dalam

proses pemberian access reform oleh Kantor Pertanahan Kabupaten

Pemalang. Langkah selanjutnya adalah dengan melakukan analisis faktor

eksternal dan internal yang mempengaruhi kegiatan pemberiaan access

reform .

Analisis deskriptif merupakan analisa yang bertujuan untuk

memberikan gambaran tentang pelaksanaan kemitraan yang telah

dilaksanakan pada objek penelitian, kendala-kendala yang ada, tingkat

keberhasilan, dan rencana strategi pengembangannya. Selain memberikan

Page 14: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PERTANAHAN MELALUI PENYEDIAAN ACCESS REFORM BAGI MASYARAKAT DALAM BINGKAI REFORMA AGRARIA

14

gambaran tentang pelaksanaan kemitraan ini, melalui analisis deskriptif

juga diharapkan dapat digambarkan pola masyarakat penerima manfaat

reforma agraria,.

David (2009)11, menyatakan analisis yang diteliti dari masing-

masing elemen eksternal dan internal dapat dilakukan dengan

menggunakan matriks External Factor Evaluation (EFE) dan Internal

Factor Evaluation (IFE). Kegunaan penilaian eksternal adalah untuk

mengembangkan sebuah daftar mengenai peluang yang dapat memberikan

keuntungan organisasi/instansi bagi dengan memanfaatkannya untuk

meminimalisir ancaman yang ada. Adapun penilaian internal adalah untuk

mengembangkan sebuah daftar mengenai kekuatan yang dapat

dioptimalkan suatu organisasi/instansi untuk dapat digunakan dalam

mengatasi berbagai kelemahan yang dimiliki organisasi/instansi tersebut.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Program Reforma Agraria Kegiatan Penyediaan AccessReform

Penyediaan akses bagi masyarakat penerima manfaat sebagai

kelanjutan dari legalisasi aset yang diberikan melalui program

pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Pemalang meliputi beberapa

kegiatan yaitu3:

1. Penyediaan Infrastruktur dan Sarana Produksi : kegiatan pertanian

organik seluas 32,23 hektar dan pembuatan pupuk organik BIOSOL

2. Pembinaan dan Bimbingan Tehnis kepada Penerima Manfaat :

pelatihan optimalisasi sumber daya manusia dan sumber daya alam

Kabupaten Pemalang tahun 2009 (materi meliputi : pertanahan,

pertanian dan ketenaga kerjaan)

3. Memberikan Akses Dukungan terhadap Permodalan : melakukan

perjanjian kerjasama dengan Bank Jateng Cabang Pemalang untuk

menyediakan fasilitas pembiayaan bagi petani

4. Memberikan Akses Dukungan terhadap Pasar : diikutsertakan dalam

berbagai kegiatan ekspo dan pameran.

Page 15: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PERTANAHAN MELALUI PENYEDIAAN ACCESS REFORM BAGI MASYARAKAT DALAM BINGKAI REFORMA AGRARIA

15

5. Meningkatkan Keterlibatan Masyarakat : Membentuk GEMARA di

42 desa/kel (2009-2010)

Secara umum kondisi pelaksanaan kegiatan penyediaan access reform di

Kabupaten dapat dilihat pada Tabel. 2 sebagai berikut.

Tabel 2. Kondisi Pelaksanaan Kegiatan Penyediaan Access Reform dalam

Program Reforma Agraria di Kabupaten Pemalang

Kegiatan Sub Kegiatan Hasil yang diharapkan Hasil yang dicapai Permasalahan1. Penyediaan

Infrastrukturdan SaranaProduksi

Penyediaansaprotan untukkegiatan awalusaha pertanian

Mengembangkan usahapertanian masyarakatberdasarkan potensi yangada di tiap desa/kel

Pengembanganusaha pertanianorganik di 10 desa

Belum adanya petapotensi lokal berbasispertanian sehinggapengembanganusaha pertanianlainnya baru dalamtahapan konsep

Merintis pembuatanrumah produksipupuk organik

Mengurangiketergantungan petani daripupuk yang ada dipasaran

Pembuatan rumahproduksi pupukorganik Biosol di 2desa dengankapasitas produksi15 ton per bulan

Keterbatasan lokasipembuatan,menjadikan kapasitasproduksi yangdihasilkan belumdapat memenuhikebutuhan petani

Menyediakanfasilitas gedunguntuk pusat aktivitasGEMARA

Memberikan kemudahandalam berkoordinasi dalampelaksanaan kegiatanGEMARA

Pemberian pinjamangedung untuk kantorGEMARA yangberlokasi diJl. Sindoro No.95Pemalang

--

2. PembinaandanBimbinganTekniskepadaPenerimaManfaat

Melakukan pelatihanoptimalisasi SDMdan SDA kepadaanggota GEMARA

Memberikan bekal bagisemua anggota GEMARAguna melaksanakanperannya sebagai tenagapendamping kegiatanaccess reform di tiapdesa/kel

Melakukan pelatihankepada 20 kelompokGEMARA dari 42kelompok yang ada

Ketersediaananggaran untukpelatihan masihterbatas

3. Memberikanaksesdukunganterhadappermodalan

Melakukanperjanjiankerjasama denganpihak perbankanguna memberikanfasilitas kredit untukpetani

Memberikan jalan bagipetani untukmemberdayakan aset tanahyang dimilikinya untukdapat mendukungpermodalan kegiatanusahanya

Telah dicapaikerjasama denganBank Jateng CabangPemalang dalampenyediaan fasilitaskredit bagi pesertakegiatan accessreform

Sosialisasi perjanjiankerjasama ini kepadapetani belummaksimal sehinggabelum ada petaniyang memanfaatkanfasilitas ini

4. MemberikanAksesDukunganterhadapPasar

Mempromosikanhasil kegiatanaccess reform padaberbagai pameran-pameran

Memperkenalkan hasilkegiatan access reformkepada masyarakat dandunia usaha

Merintis kerjasamadengan CV.SuksesMakmur Jayasebagai mitra dalampemasaran berasorganik

Kualitas berasorganik yangdihasilkan masihberagam sehinggaperlu ditingkatkan

5. MeningkatkanKeterlibatanMasyarakat

Pembentukankelompok GerakanMasyarakatReforma Agraria(GEMARA)

Membentuk GEMARAsebagai motor penggerakreforma agraria diKabupaten Pemalang

Terbentuk GEMARAdi 42 desa/kel dari222 desa/kel yangada di Kab Pemalang

Belumtersosialisasinyamanfaat GEMARAsehinggamempersulitrekruitmen calonanggota

MelibatkanGEMARA dalammembantu tugaspelayanan dibidangpertanahan

Memberdayakan GEMARAsebagai tenaga pengumpuldata yuridis untuk kegiatansertipikasi massal didesa/kel masing-masing

Telah terlaksanadalam kegiatansertipikat masalswadaya (SMS)tahun 2009 sebanyak945 bidang di 8 desa

Masih perlupeningkatan kualitaspengetahuanmengenaipertanahan

Page 16: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PERTANAHAN MELALUI PENYEDIAAN ACCESS REFORM BAGI MASYARAKAT DALAM BINGKAI REFORMA AGRARIA

16

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Kegiatan PenyediaanAccess Reform di Kabupaten Pemalang

1. Faktor Lingkungan Internal

a. Kekuatan (Strenghts)

Kekuatan (strengths) pada dasarnya merupakan faktor-faktor

strategis (internal) yang bersifat mendukung pencapaian tujuan

organisasi dan harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk

mencapai tujuan organisasi tersebut11. Berdasarkan pengolahan data

kuesioner, terdapat lima faktor strategis internal yang termasuk dalam

kategori kekuatan bagi pelaksanaan kegiatan penyediaan access reform

dalam program reforma agraria di Kabupaten Pemalang yaitu :

1) Dukungan dari Instansi BPN dan di Pusat dan Propinsi

Sebagai lembaga BPN RI di tingkat kabupaten, Kantor Pertanahan

merupakan ujung tombak pelaksanaan reforma agraria sehingga

berhasil atau tidaknya tentunya harus memperoleh dukungan dari

instansi induk yang berada di atas Kantor Pertanahan Kabupaten

Pemalang baik dari Kanwil BPN Propinsi Jawa Tengah maupun

dari BPN RI. Dukungan yang diberikan dari kedua instansi

tersebut telah diwujudkan dalam beberapa hal antara lain dengan

diikutkannya Kabupaten Pemalang sebagai salah satu daerah yang

menjadi lokasi kegiatan access reform dalam program reforma

agraria Kanwil BPN Propinsi Jawa Tengah yang bekerjasama

dengan PT. Djarum Kudus yaitu dengan pemberian bibit tanaman

pelindung guna mengatasi lahan kritis yang ada di Kabupaten

Pemalang.

2) Keterlibatan Sumber Daya Manusia dalam Pelaksanaan Kegiatan

Pemberian access reform sebagai bagian dari reforma agraria

merupakan suatu kegiatan yang memerlukan perhatian dan

penanganan khusus karenanya diperlukan dukungan yang

maksimal dari seluruh komponen di Kantor Pertanahan Kabupaten

Pemalang untuk menyukseskan kegiatan ini.

Dalam mengawal pelaksanaan kegiatan access reform ini, hampir

semua karyawan/karyawati yang ada di Kantor Pertanahan

Page 17: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PERTANAHAN MELALUI PENYEDIAAN ACCESS REFORM BAGI MASYARAKAT DALAM BINGKAI REFORMA AGRARIA

17

Kabupaten Pemalang dilibatkan, yaitu mulai dari kegiatan

kesekretariatan di intern kantor, tenaga pengajar maupun tenaga

pendamping di lapang12.

3) Kedudukan BPN dalam Reforma Agraria

Tugas pemerintahan di bidang pertanahan termasuk didalamnya

adalah menjalankan amanat Tap MPR RI No. IX tahun 2001

tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam,

hal ini selanjut dimunculkan juga pada Pidato Politik Awal Tahun

2007 Presiden Republik Indonesia secara khusus mencanangkan

pelaksanaan reforma agraria secara bertahan dan akan dimulai

tahun 2007 dengan berprinsip “Tanah untuk Keadilan dan

Kesejahteraan Rakyat” hal ini yang menegaskan kedudukan BPN

R.I. dalam reforma agraria (BPN RI, 2007)8.

4) Hubungan Baik dengan Para Stakeholder

Berbagai pendekatan dan koordinasi telah dilakukan oleh pimpinan

Kantor Pertanahan Kabupaten Pemalang dan mendapat respon

yang positif dari berbagai pihak diantaranya : a) dengan ditanda

tanganinya perjanjian kerjasama dengan Bupati Pemalang untuk

mendukung pelaksanaan program reforma agraria; b) adanya

kesepakatan dengan Bank Jateng Cabang Pemalang untuk

memberikan akses permodalan untuk para peserta kegiatan access

reform dan c) selalu melakukan koordinasi dengan berbagai pihak

dalam merencanakan semua kegiatan yang akan dilaksanakan.

5) Telah terbentuk GEMARA

Untuk membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan access reform

serta sebagai perwujudan pelaksanaan partisipasi aktif masyarakat

maka Kantor Pertanahan Kabupaten Pemalang telah membentuk

kelompok Gerakan Masyakat Reforma Agraria (GEMARA) di

tingkat Kabupaten dan Desa/Kelurahan.

b. Kelemahan (Weaknesses)

Kelemahan (weaknesses) dapat didefinisikan sebagai faktor-faktor yang

bersifat menghambat atau tidak sinergis dengan / tidak mendukung

Page 18: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PERTANAHAN MELALUI PENYEDIAAN ACCESS REFORM BAGI MASYARAKAT DALAM BINGKAI REFORMA AGRARIA

18

upaya pencapaian tujuan organisasi dan harus diminimalkan agar tidak

mengganggu pencapaian tujuan organisasi tersebut11. Berdasarkan data

kuesioner responden yang telah diolah, terdapat enam faktor strategis

internal yang dikategorikan sebagai kelemahan pada pelaksanaan

kegiatan penyediaan access reform dalam program reforma agraria di

Kabupaten Pemalang.

1) Posisi sebagai Instansi Vertikal

Badan Pertanahan Nasional sebagai Lembaga Pemerintah Non

Departemen (LPND) adalah instansi vertikal yang bertanggung

jawab langsung kepada Presiden yang memiliki organisasi berada

di pusat, propinsi dan kabupaten/kota. Sebagai instansi vertikal

yang berada di tingkat kabupaten, maka Kantor Pertanahan

Kabupaten Pemalang merupakan wakil pemerintah pusat di daerah,

sehingga program-program yang dijalankan seharusnya

mendapatkan dukungan dari Pemerintah Daerah setempat.

Namun seringkali hal demikian tidak terjadi, khususnya jika sudah

menyangkut masalah anggaran seringkali sebuah program yang

ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat

namun karena digagas oleh sebuah instansi vertikal dari pihak

daerah setempat juga menganggap masalah anggaran adalah

tanggung jawab pemerintah pusat juga, sehingga pengajuan

anggaran maupun dukungan sarana dan prasarana kepada

pemerintah daerah seringkali diabaikan yang berakibat kurang

optimalnya pelaksanaan suatu program.

2) Pengetahuan Sumber Daya Manusia tentang Reforma Agraria

Dari hasil wawancara dengan pihak pengambil kebijakan di Kantor

Pertanahan Kabupaten Pemalang menyatakan jika masih banyak

pendapat khususnya di kalangan staf yang berpendapat bahwa

tugas Kantor Pertanahan hanya sebatas pensertipikatan tanah atau

penyediaan asset reform, sedangkan untuk pemberdayaan

masyarakat atau access reform itu adalah tugas pemerintah daerah

setempat.

Page 19: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PERTANAHAN MELALUI PENYEDIAAN ACCESS REFORM BAGI MASYARAKAT DALAM BINGKAI REFORMA AGRARIA

19

3) Jumlah Sumber Daya Manusia yang Ada Terbatas

Sebagai instansi vertikal maka alokasi sumber daya manusia yang

ada di Kantor Pertanahan Kabupaten Pemalang di tentukan oleh

instansi Pusat yaitu BPN RI, dimana sejak tahun 2000 sampai

sekarang fokus penambahan pegawai baru hanya untuk daerah-

daerah di luar Jawa.

4) Sarana dan Prasarana penunjang yang dimiliki Terbatas

Adapun gedung kantor yang dimiliki oleh Kantor Pertanahan

Pemalang seperti Gedung Kantor yang berada di Jalan Pemuda

No.2 Pemalang , merupakan gedung yang dibangun pada akhir

tahun 1980-an yang jika digunakan untuk melaksanakan pelayanan

kepada masyarakat sebenarnya sudah kurang nyaman, baik dari

sisi luas maupun kondisi bangunan secara keseluruhan.

5) Ketersediaan Anggaran

Pelaksanaan kegiatan access reform yang multisektoral untuk

mencapai keberhasilan tentunya memerlukan alokasi yang cukup

besar karena berbagai kegiatan yang dilaksanakan selain

melibatkan banyak pihak baik masyarakat sebagai penerima

manfaat maupun para stakeholder yang mendukung pelaksanaan

kegiatan ini. Namun pada kenyataannya anggaran yang

dialokasikan oleh pemerintah pusat untuk kegiatan access reform

tersebut masih relatif kecil, sehingga masih jauh dari mencukupi

kebutuhan operasional Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan

Masyarakat di Kantor Pertanahan Kabupaten Pemalang.

6) Lemahnya Implementasi Peraturan tentang Reforma Agraria

Kelembagaan reforma agraria secara rinci sebenarnya sudah diatur

dalam beberapa keputusan Kepala Badan Pertanahan Republik

Indonesia Nomor : 4, 5, 6 dan 8 Tahun 2007 yang secara rinci telah

mengatur tentang pembentukan Badan Pengelola dan Pembiayaan

Reforma Agraria dari tingkat nasional (pusat), regional (propinsi),

cabang (kabupaten/kota) dan ranting (kecamatan) yang didalamnya

telah memuat kewenangan dan sumber pembiayaan pelaksanaan

kegiatan reforma agraria.

Page 20: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PERTANAHAN MELALUI PENYEDIAAN ACCESS REFORM BAGI MASYARAKAT DALAM BINGKAI REFORMA AGRARIA

20

Namun pada kenyataan sampai dengan tahun 2010 sekarang

kelembagaan yang telah ditetapkan tersebut belum terbentuk sama

sekali baik itu di tingkat pusat maupun untuk level dibawahnya,

jadi pelaksanaan reforma agraria selama ini dapat dikatakan lemah

dari segi kelembagaannya, karena belum ada lembaga yang khusus

bertanggung jawab terhadap pelaksanaan reforma agraria.

2. Evaluasi Faktor Internal

Evaluasi faktor internal pelaksanaan program reforma agraria kegiatan

penyediaan access reform di Kabupaten Pemalang dari hasil penelitian

diperoleh hasil seperti yang dinyatakan dalam IFE Matrix sebagaimana

pada Tabel 3.

Tabel 3. Matriks Evaluasi Faktor Internal

No. FAKTOR STRATEGIS INTERNAL Bobot Skor SkorTerbobot

I. Kekuatan :1 Dukungan dari instansi BPN di Pusat dan Propinsi 0,108 4 0,4322 Keterlibatan SDM dalam Pelaksanaan Kegiatan 0,096 3 0,2893 Kedudukan BPN dalam Reforma Agraria 0,110 4 0,4394 Hubungan yang harmonis dengan para Stakeholder 0,104 3 0,3125 Telah terbentuk GEMARA 0,083 3 0,249

Jumlah Kekuatan 0,501 1,721II. Kelemahan :1. Posisi BPN sebagai instansi vertikal 0,073 2 0,1462. Pengetahuan SDM tentang Reforma Agraria 0,077 2 0,1543. Jumlah SDM yang terbatas 0,085 1 0,0854. Sarana dan prasarana penunjang yang dimiliki 0,085 2 0,1705. Ketersediaan anggaran 0,089 1 0,0896. Lemahnya Implementasi Peraturan tentang

Reforma Agraria0,091 2 0,181

Jumlah Kelemahan 0,499 0,825Jumlah Faktor Strategis Internal 1,000 2,545

3. Faktor Eksternal

a. Peluang (Opportunities)

Peluang (opportunities) pada dasarnya merupakan faktor-faktor

strategis (eksternal) yang berada relatif di luar kendali atau penguasaan

organisasi, bersifat mempengaruhi secara positif pencapaian tujuan

organisasi dan harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk

mencapai tujuan organisasi tersebut11. Berdasarkan pengolahan data

kuesioner, terdapat delapan faktor strategis eksternal yang termasuk

Page 21: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PERTANAHAN MELALUI PENYEDIAAN ACCESS REFORM BAGI MASYARAKAT DALAM BINGKAI REFORMA AGRARIA

21

dalam kategori peluang bagi pelaksanaan kegiatan penyediaan access

reform pada program reforma agraria di Kabupaten Pemalang yaitu :

1) Dukungan Pemerintah Kabupaten Pemalang.

Dalam pelaksanaan kegiatan penyediaan access reform dalam

program reforma agraria dukungan dari pemerintah Kabupaten

Pemalang memiliki peran yang besar dalam suksesnya kegiatan ini.

Bentuk dukungan yang diberikan antara lain berupa : a) sarana dan

prasarana : gedung sekretariat GEMARA, tempat pelatihan, bantuan

mobil operasional, dll; b) sumber daya manusia : penyediaan tenaga

pengajar dan c) alokasi dana untuk menunjang pelaksanaan kegiatan

access reform di Kabupaten Pemalang.

2) Dukungan Pihak Perbankan

Salah satu dukungan yang diberikan oleh pihak perbankan adalah

datang dari pihak manajemen Bank Jateng cabang Pemalang, yang

telah melakukan penanda tanganan perjanjian kerjasama dengan

Kantor Pertanahan Kabupaten Pemalang yang secara garis besarnya

mereka memberikan fasilitas kredit bagi para peserta access reform

sepanjang ada rekomendasi dari Kantor Pertanahan tentang status

aset yang dimiliki. Dimana jika memang tanah itu belum

disertipikatkan maka petani hanya diwajibkan membawa surat

keterangan dari Kantor Pertanahan bahwa tanah milik sudah dalam

proses sertipikat di Kantor Pertanahan.

3) Partisipasi Aktif Warga Negara

Tanggapan warga lokasi kegiatan access reform secara umum baik

dimana untuk wilayah tersebut telah terbentuk kepengurusan

GEMARA yang juga aktif mengikuti kegiatan pelatihan yang

dilaksanakan untuk persiapan kegiatan access reform ini.

Adapun dari pihak masyarakat juga cukup antusias sehingga di

sepuluh lokasi bisa dilakukan rintisan usaha penanaman padi

organik berbagai varietas dengan luas lahan yang dimiliki

masyarakat seluas + 13 hektar. Hal ini menjadikan pelaksanaan

kegiatan access reform di desa tersebut dapat terlaksana sesuai yang

diharapkan.

Page 22: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PERTANAHAN MELALUI PENYEDIAAN ACCESS REFORM BAGI MASYARAKAT DALAM BINGKAI REFORMA AGRARIA

22

4) Keterlibatan Unsur Perguruan Tinggi.

Peran perguruan tinggi dalam kegiatan access reform di Kabupaten

Pemalang berkaitan dengan pemberian akses tehnologi yang

mendukung pelaksanaan kegiatan usaha tani organik dari mulai

penyiapan sumber daya manusia, penerapan tehnologi pertanian

organik dan pembuatan pupuk organik.

Kegiatan penyediaan akses tehnologi tersebut dapat terlaksana

dengan bekerja sama dengan Universitas Diponegoro melalui

Yayasan Progressio Indo Agro sebuah yayasan yang bergerak di

bidang pemberdayaan pertanian organik dibawah koordinator Prof.

Dr. Ir. Djoko Murwono, MS.

5) Penyerapan Hasil Produksi

Salah satu pertimbangan untuk menjadikan usaha pertanian organik

sebagai kegiatan dalam penyediaan access reform adalah makin

meningkatnya kebutuhan beras sebagai bahan makanan pokok di

Indonesia, dimana menurut data dari Badan Pusat Statistik pada

tahun 2007 total konsumsi beras nasional mencapai 38 juta ton,

namun dilain pihak jumlah produk beras nasional hanya berkisar 35

juta ton ( Lesmana, et al, 2008)13. Hal ini berarti seluruh produksi

beras nasional dapat diserap oleh pasar domestik bahkan masih

defisit sekitar 3 juta ton pertahun.

6) Adanya Program Sejenis.

Adanya dukungan yang positif dari pihak pemerintah Kabupaten

Pemalang dikarenakan program reforma agraria memiliki tujuan

yang identik dengan program multisektoral yang sedang

dikembangkan oleh pemerintah Kabupaten Pemalang yaitu

“Program Agropolitan” yang merupakan gerakan pemberdayaan

masyarakat tani yang menuju kota pertanian yang tumbuh dan

berkembang dengan kegiatan agrobisnis sehingga dapat melayani,

mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian

dalam arti yang luas pada wilayah sekitarnya.

Page 23: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PERTANAHAN MELALUI PENYEDIAAN ACCESS REFORM BAGI MASYARAKAT DALAM BINGKAI REFORMA AGRARIA

23

b. Ancaman (Threats)

Ancaman (threats) secara sederhana dapat didefinisikan sebagai

faktor-faktor strategis (eksternal) yang relatif berada di luar kendali

atau penguasaan organisasi, bersifat mempengaruhi secara negatif

upaya pencapaian tujuan organisasi dan harus diminimalkan agar tidak

mengganggu pencapaian tujuan organisasi tersebut11. Berdasarkan data

kuesioner responden yang telah diolah, terdapat enam faktor strategis

internal yang dikategorikan sebagai ancaman dalam pengembangan

pelaksanaan kegiatan penyediaan access reform pada program reforma

agraria di Kabupaten Pemalang

1) Pola Penjualan Hasil Produksi

Berdasarkan informasi dari Ketua Kelompok Tani setempat bahwa

dalam melakukan penjualan padi hasil produksinya mereka

langsung melakukan transaksi dengan pihak pengumpul atau

tengkulak secara langsung. Adapun harga yang disepakati

merupakan hasil tawar menawar kedua belah pihak. Hal ini sudah

terlihat ketika pada masa panen kedua harga beli yang ditawarkan

oleh tengkulak lebih rendah dari harga pada masa panen yang

pertama dengan alasan waktu itu bersamaan dengan masa panen

raya padi di Kabupaten Pemalang.

2) Ketersediaan SAPROTAN

Kegiatan usaha pertanian sangat tergantung dari ketersediaan

berbagai sarana produksi pertanian (SAPROTAN) baik yang berupa

benih, pupuk maupun obat-obatan. Keadaan ini sudah merupakan

masalah klasik bagi kondisi usaha pertanian di Indonesia yang

dihadapi para petani sejak gencarnya program intensifikasi

pertanian dicanangkan yang berakibat ketersediaan SAPROTAN

harus selalu bergantung dari pasokan para suplier.

Permasalah mulai muncul ketika kebutuhan SAPROTAN yang

semakin tinggi tidak dapat dipenuhi oleh produsen SAPROTAN

yang berakibat kelangkaan di pasaran sehingga berimbas pada

kenaikan harga, kondisi ini yang berakibat proses produksi dari

usaha pertanian menjadi tidak optimal.

Page 24: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PERTANAHAN MELALUI PENYEDIAAN ACCESS REFORM BAGI MASYARAKAT DALAM BINGKAI REFORMA AGRARIA

24

3) Minat Masyarakat terhadap Kredit Perbankan

Usaha pertanian yang memiliki tingkat resiko cukup besar secara

tidak langsung mengakibatkan rendah akses kredit pertanian yang

diberikan oleh perbankan bahkan menurut Kepala Dinas Koperasi

dan UMKM Jateng, Abdul Sulhadi mengatakan, hingga kini

prosentase kredit pertanian di Jawa Tengah masih terbilang rendah,

yakni di bawah 3% dari total kredit perbankan yang disalurkan

(Anhar, 2010)14.

Hal ini dialami di Kabupaten Pemalang, meskipun telah ada

kerjasama antara Kantor Pertanahan Kabupaten Pemalang dengan

pihak Bank Jateng Cabang Pemalang untuk menfasilitasi pemberian

kredit bagi para petani peserta kegiatan access reform namun

sampai dengan penelitian ini dilaksanakan belum ada petani yang

mengajukan permohonan kredit untuk usaha pertanian tersebut.

4. Evaluasi Faktor Ekternal

Evaluasi faktor eksternal pelaksanaan program reforma agraria kegiatan

penyediaan access reform di Kabupaten Pemalang yang dinyatakan dalam

EFE Matrix adalah sebagaimana pada Tabel 4.

Tabel 4. Matriks Evaluasi Faktor Internal

FAKTOR STRATEGIS EKSTERNAL Bobot Peringkat SkorTerbobot

I. Peluang :1. Dukungan Pemerintah Kabupaten

Pemalang0,133 4 0,532

2. Dukungan Pihak Perbankan 0,116 3 0,3473. Partisipasi Warga Masyarakat 0,131 4 0,5224. Keterlibatan Unsur Perguruan Tinggi 0,101 3 0,3035. Penyerapan hasil produksi 0,116 3 0,3476. Adanya program sejenis 0,096 3 0,288

Jumlah Peluang 0,692 2,340II. Ancaman :

1. Pola penjualan hasil produksi 0,099 2 0,1972. Ketersediaan SAPROTAN 0,106 3 0,3183. Minat masyarakat terhadap kredit

perbankan0,103 2 0,207

Jumlah Ancaman 0,308 0,722Jumlah Faktor Strategis Eksternal 1,000 3,062

Page 25: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PERTANAHAN MELALUI PENYEDIAAN ACCESS REFORM BAGI MASYARAKAT DALAM BINGKAI REFORMA AGRARIA

25

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan :

Berdasarkan kajian dan analisis dalam penelitian ini, dapat disimpulkan

hal-hal sebagai berikut.

1. Kajian pelaksanaan kegiatan access reform dalam program reforma agraria

telah terlaksana dalam beberapa kegiatan, yaitu : 1) Penyediaan

infrastruktur dan sarana produksi yang menunjang pelaksanaan kegiatan

usaha pertanian organik; 2) Bekerjasama dengan para stakeholder dalam

memberikan bimbingan tehnis / pendampingan kepada para penerima

manfaat; 3) Merintis kerjasama dengan pihak perbankan dalam

penyediaan; 4) Membentuk koperasi untuk mengelola hasil kegiatan

access reform serta mempromosikan hasil produksinya melalui berbagai

kegiatan mini expo; dan 5) Merintis pembentuk GEMARA guna

membantu pelaksanaan kegiatan access reform.

2. Faktor-faktor internal yang berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan

access reform dalam program reforma agraria terdiri dari lima faktor

kekuatan yaitu : 1) Dukungan dari instansi BPN di Pusat dan Propinsi; 2)

Keterlibatan Sumber Daya Manusia dalam Pelaksanaan Kegiatan; 3)

Kedudukan BPN dalam reforma agraria; 4) Hubungan baik dengan para

stakeholder; dan 5) Telah terbentuknya GEMARA.

Sedangkan faktor kelemahan mencapai enam faktor, yakni : 1) Posisi BPN

sebagai instansi vertikal; 2) Pengetahuan sumber daya manusia tentang

reforma agraria; 3) Jumlah sumber daya manusia yang ada terbatas; 4)

Sarana dan prasarana penunjang yang dimiliki; 5) Ketersediaan Anggaran;

dan 6) Lemahnya implementasi peraturan tentang reforma agraria.

3. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan access

reform dalam program reforma agraria meliputi peluang dan ancaman.

Peluang terdiri dari : 1) Dukungan Pemerintah Kabupaten Pemalang; 2)

Dukungan pihak perbankan; 3) Partisipasi warga masyarakat; 4)

Keterlibatan unsur perguruan tinggi; 5) Penyerapan hasil produksi; dan 6)

Adanya program sejenis.

Page 26: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PERTANAHAN MELALUI PENYEDIAAN ACCESS REFORM BAGI MASYARAKAT DALAM BINGKAI REFORMA AGRARIA

26

Faktor-faktor ancaman mencakup : 1) Pola penjualan hasil produksi; 2)

Ketersediaan sarana produksi pertanian; dan 3) Minat masyarakat terhadap

kredit perbankan).

4. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap faktor internal dan eksternal tersebut

di atas, ternyata bahwa dalam pelaksanaan kegiatan access reform dalam

program reforma agraria di Kabupaten Pemalang, Kantor Pertanahan

setempat sudah mampu merespons kondisi lingkungan eksternalnya yang

ditunjukkan oleh nilai rata-rata tertimbang (skor terbobot) sebesar 3,062

atau di atas rata-rata, yang mengindikasikan bahwa peluang eksternal yang

ada saat ini telah secara efektif dimanfaatkan dan/atau menghindari

(meminimalkan) ancaman eksternal yang ada. Di pihak lain, faktor

strategis internal juga telah dapat dioptimalkan kekuatannya dan/atau

sehingga mampu mengatasi kelemahannya, yang ditunjukkan oleh nilai

total rata-rata tertimbang faktor strategis internal sebesar 2,546 atau diatas

rata-rata (posisi internal kuat).

B. Saran

1. Pelaksanaan kegiatan access reform perlu meningkatkan komunikasi

melalui berbagai saluran baik formal maupun informal agar dapat

mendayagunakan segenap potensi pertanian daerah yang dimiliki wilayah

setempat, termasuk dengan memanfaatkan karakter sosial budaya dan

kearifan-kearifan lokal yang ada dan berkembang di masyarakat.

2. Dalam kegiatan penyediaan acces reform, selain pemberian berbagai akses

ke sumber produksi dan ekonomi bagi masyarakat penerima manfaat,

hendaknya juga sudah direncanakan pula skenario “exit point” atau tahapan

dimana masyarakat sudah dianggap mampu untuk mandiri dalam

mengembangkan usahanya sendiri, sehingga pemberian akses dapat

dialihkan untuk kelompok masyarakat penerima manfaat lainnya. Hal ini

penting dilakukan karena untuk menghindari ketergantungan masyarakat

penerima manfaat terhadap berbagai fasilitas akses yang diterimanya,

dikhawatirkan jika akses tersebut tidak diperoleh lagi maka mereka tidak

dapat bersaing secara sehat dalam melakukan kegiatan usahanya.

Page 27: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PERTANAHAN MELALUI PENYEDIAAN ACCESS REFORM BAGI MASYARAKAT DALAM BINGKAI REFORMA AGRARIA

27

DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Pertanahan Nasional R.I., 2007. Buku I Rencana Strategis Badan PertanahanNasional Republik Indonesia 2007 – 2009. Jakarta : BPN R.I.

2. De Soto, H, 2006. The Mistery of Capital, Edisi bahasa Indonesia. Penerbit Qalam.Yogyakarta

3. Kantor Pertanahan Kabupaten Pemalang. 2009. Reforma Agraria di KabupatenPemalang Propinsi Jawa Tengah, Pemalang.

4. Kantor Pertanahan Kabupaten Pemalang. 2010. Pelaksanaan Progra Kerja 100 HariBadan Pertanahan Nasional Republik Indonesia di Kabupaten PemalangProvinsi Jawa Tengah, Pemalang.

5. Yudistiro, R.K, 2011. Bahan Sosialiasi Program Pengendalian Program Pertanahan danPemberdayaan Masyarakat di Cisarua Bogor, Direktorat PemberdayaanMasyakat dan Kelembagaan BPN RI. Jakarta.

6. Wiradi,G. 2001. Prinsip-Prinsip Reforma Agraria Jalan Penghidupan dan KemakmuranRakyat, Lapera Pustaka Utama, Yogyakarta

7. Winoto, J. 2007. Reforma Agraria dan Keadilan Sosial, Orasi Ilmiah Kepala BadanPertanahan Nasional Republik Indonesia, Kerjasama BPN RI, DepartemenIlmu Ekonomi. FEM-IPB dan Brighten Institut. Bogor.

8. Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. 2007. Reforma Agraria, MandatPolitik, Konstitusi dan Hukum Dalam Rangka Mewujudkan Tanah UntukKeadilan dan Kesejahteraan Rakyat, Pusat Hukum dan Hubungan MasyarakatBPN-RI. Jakarta.

9. Umar, H. 2002. Strategic Management in Action. (Cetakan ke-2) PT Gramedia PustakaUtama. Jakarta

10. Hubeis, M. dan M. Najib. 2008. Manajemen Strategik dalam Pengembangan DayaSaing Organisasi. PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

11. David, F.R. 2009. Manajemen Strategis, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

12. Kantor Pertanahan Kabupaten Pemalang. 2009. Bahan Pelatihan Optimalisasi SumberDaya Manusia dan Sumber Daya Alam Kabupaten Pemalang Tahun 2009.Pemalang.

13. Lesmana, T dan A. Hidayat. 2008, National Study on Indonesia Organic Agriculture,LIPI, Jakarta.

14. Anhar, M. 2010. Kredit Sektor Pertanian Rendah, Suara Merdeka 12 Agustus 2010,Semarang.

Page 28: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PERTANAHAN MELALUI PENYEDIAAN ACCESS REFORM BAGI MASYARAKAT DALAM BINGKAI REFORMA AGRARIA

28

BIODATA PENULIS

N a m a : SAEFUL ZAFAR, SH, MM

Nip : 19750910 199803 1 002

Alamat : Direktorat Pemberdayaan Masyarakat BPN R.I.Jl. Sisingamangaraja No.2 Kebayoran Baru Jakarta Selatan

KontakPerson : email = [email protected]

HP = 081-21590744

RiwayatPekerjaan : 1998-2006 = Staf Seksi Hak Atas Tanah pada Kantor Pertanahan Kota

Pekalongan2006-2011 = Staf Sub Bagian Tata Usaha pada Kantor Pertanahan

Kota Pekalongan2011- srkg = Staf Partisipasi Dunia Usaha pada Direktorat

Pemberdayaan Masyarakat dan Kelembagaan BPN R.I.

RiwayatPendidikan : S-1 Fakultas Hukum Universitas Pekalongan (2004)

S-2 Magister Manajemen Sektor Publik Agraria, MB-IPB (2010).