pemberdayaan kader dengan meningkatkan …eprints.ums.ac.id/50809/25/02. naskah publikasi.pdf ·...

17
PEMBERDAYAAN KADER DENGAN MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN KADER DALAM PELAYANAN POSBINDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh : Yuyun Pratiwi J210.151.020 PRODI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

Upload: lamthuan

Post on 12-Jun-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBERDAYAAN KADER DENGAN MENINGKATKAN …eprints.ums.ac.id/50809/25/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · lembar balik, peningkatan pengetahuan kader posbindu lansia tentang pencegahan dan

PEMBERDAYAAN KADER DENGAN MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN

KETERAMPILAN KADER DALAM PELAYANAN POSBINDU DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS BAYAT

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

Pada Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :

Yuyun Pratiwi

J210.151.020

PRODI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

Page 2: PEMBERDAYAAN KADER DENGAN MENINGKATKAN …eprints.ums.ac.id/50809/25/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · lembar balik, peningkatan pengetahuan kader posbindu lansia tentang pencegahan dan

i

Page 3: PEMBERDAYAAN KADER DENGAN MENINGKATKAN …eprints.ums.ac.id/50809/25/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · lembar balik, peningkatan pengetahuan kader posbindu lansia tentang pencegahan dan

ii

Page 4: PEMBERDAYAAN KADER DENGAN MENINGKATKAN …eprints.ums.ac.id/50809/25/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · lembar balik, peningkatan pengetahuan kader posbindu lansia tentang pencegahan dan
Page 5: PEMBERDAYAAN KADER DENGAN MENINGKATKAN …eprints.ums.ac.id/50809/25/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · lembar balik, peningkatan pengetahuan kader posbindu lansia tentang pencegahan dan

1

PEMBERDAYAAN KADER DENGAN MENINGKATKAN PENGETAHUAN

DAN KETERAMPILAN KADER DALAM PELAYANAN POSBINDU DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT

ABSTRAK

Peran kader Posbindu dalam pelaksanaan kegiatan sangat dominan karena tenaga

kesehatan hanya sebagai pendamping dan penerima rujukan, sehingga pengetahun dan

ketrampilan kader perlu ditingkatkan. Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah ada

peningkatan pengetahuan dan ketrampilan kader dalam pelayanan Posbindu setelah

diberikan pemberdayaan kader. Metode penelitiaan kuantitatif dengan jenis quasi

eksperiment design. Desain penelitian yang digunakan pretest and posttest control group

design. Populasi sekaligus sampel seluruh kader kesehatan di Wilayah Puskesmas Bayat,

Klaten sebanyak 60 orang dengan 30 orang pada kelompok perlakuan dan 30 orang

kelompok kontrol dengan teknik total sampling. Variabel independen berupa

pemberdayaan kader sedangkan variabel dependen pengetahuan dan keterampilan,

instrumen yang digunakan dengan kuesioner. Teknik analisis data paired simple test dan

independen paired simple t-test. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol sebelum diberikan pemberdayaan kader dalam

pelayanan Posbindu pada kategori cukup (77,8% dan 82,4%) dan pengetahuan kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol sesudah diberikan pemberdayaan kader dalam

pelayanan Posbindu pada kategori cukup (55,6% dan 70,6%), keterampilan responden

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum diberikan pemberdayaan kader

kategori terampil (72,2% dan 82,4%) dan keterampilan responden kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol sesudah diberikan pemberdayaan kader kategori terampil (61,1%

dan 70,6%), dan terdapat pengaruh pemberdayaan kader dalam pelayanan Posbindu

terhadap pengetahuan dan keterampilan kader dalam pelayanan Posbindu di wilayah

kerja Puskesmas Bayat (p=0,014, p=0,019). Disarankan bagi kader, setelah dilakukan

pemberdayaan, dapat menambah keterampilan agar tidak mengalami kemunduran dalam

pelayanan Posbindu.

Kata kunci: Pemberdayaan kader, Pengetahuan, Keterampilan, Pelayanan Posbindu.

ABSTRACT

Posbindu cadre role in the implementation of activities is dominant because of

health personnel and the recipient only as a companion reference, so that the knowledge

and skills of cadres should be improved. The aim of research to find out if there is an

increase in knowledge and skills of cadres in the ministry Posbindu after being given the

empowerment cadres. Penelitiaan method of quantitative type of quasi experiment

design. The design study is pretest and posttest control group design. Population

simultaneously sample all cadres of health in the Region Health Center Bayat, Klaten

were 60 to 30 people in the treatment group and the control group of 30 people with a

total sampling technique. The independent variable in the form of empowerment cadres

while the dependent variable knowledge and skills, the instrument used by the

Page 6: PEMBERDAYAAN KADER DENGAN MENINGKATKAN …eprints.ums.ac.id/50809/25/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · lembar balik, peningkatan pengetahuan kader posbindu lansia tentang pencegahan dan

2

questionnaire. Simple data analysis techniques paired independent test and simple paired

t-test. The results showed knowledge of the experimental group and the control group

before being given the empowerment of cadres in the service enough Posbindu category

(77.8% and 82.4%) and knowledge of experimental group and the control group after

given empowerment cadres in service Posbindu in enough categories (55, 6% and

70.6%), respondents skills experimental group and the control group before being given

the empowerment cadre of skilled category (72.2% and 82.4%) and respondents skills

experimental group and the control group after given empowerment cadre of skilled

category (61, 1% and 70.6%), and there are significant empowerment Posbindu cadres in

the service of the knowledge and skills of cadres in the service Posbindu in Puskesmas

Bayat (p = 0.014, p = 0.019). Suggested for cadres, after empowerment, can increase the

skills to not be deprived of the services Posbindu.

Keywords: Empowerment cadres, Knowledge, Skills, Service Posbindu.

1. LATAR BELAKANG

Suatu penelitian yang dilakukan oleh Amnesty at al (2015) menjelaskan bahwa secara

eksplisit disebutkan kader kesehatan masyarakat sebagai aspek integral dari strategi

peningkatan kesehatan dalam Program Primer Pelayanan Kesehatan Pembangunan

(PHSDP) 2007 dan Rencana Road Map Strategis Nasional Percepatan Penanggulangan

Kematian Ibu, Bayi dan Anak di Tanzania. Pada tahun 2013, sebuah gugus tugas CHW

(Community Health Worker) nasional diciptakan oleh MoHSW (Ministry of Health and

Social Welfare) untuk mencapai konsensus pada pengembangan kader nasional kader

kesehatan masyarakat dan mendirikan sebuah yayasan untuk pelatihan kader kesehatan

masyarakat.

Sesuai Juknis Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM (Kemenkes RI 2012),

disebutkan bahwa saat ini peningkatan prevalensi penyakit tidak menular telah menjadi

ancaman yang serius, khususnya dalam perkembangan kesehatan masyarakat. Salah satu

strategi yang dikembangkan pemerintah untuk mengendalikan penyakit tidak menular

ini, kemudian dikembangkan model Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM)

berbasis masyarakat melalui Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM. Posbindu PTM

merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam upaya pengendalian faktor risiko secara

mandiri dan berkesinambungan. Pengembangan Posbindu PTM dapat dipadukan dengan

upaya yang telah terselenggara di masyarakat. Melalui Posbindu PTM, dapat

sesegeranya dilakukan pencegahan faktor risiko PTM sehingga kejadian PTM di

masyarakat dapat ditekan.

Page 7: PEMBERDAYAAN KADER DENGAN MENINGKATKAN …eprints.ums.ac.id/50809/25/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · lembar balik, peningkatan pengetahuan kader posbindu lansia tentang pencegahan dan

2

Penanggulangan PTM merupakan kombinasi upaya inisiatif pemeliharaan mandiri

oleh petugas, masyarakat dan individu yang bersangkutan serta kebijakan promosi

kesehatan dan pencegahan penyakit harus ditangkap secara cerdas untuk selanjutnya

diimplementasikan kepada masyarakat secara intensif, mengingat banyaknya masyarakat

yang belum tahu tentang berbagai faktor resiko yang dapat menyebabkan penyakit,

terutama penyakit tidak menular. Pos pembinaan terpadu atau Posbindu merupakan salah

satu bentuk dari deteksi dini faktor resiko yang dilakukan secara terus menerus dan

berkesinambungan (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2010).

Menurut data pengendalian penyakit tidak menular atau PPTM tahun 2015, di

Indonesia terdapat 7.225 posbindu yang telah berjalan. Di Jawa Tengah sebagian besar

kota maupun kabupaten juga sudah melaksanakan program Posbindu dengan baik

diantaranya Kabupaten Klaten, Magelang, Sukoharjo, Semarang, Wonosobo, dan Pati.

Sedangkan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten sebanyak 34 Puskesmas

sudah melaksanakan kegiatan Posbindu minimal satu desa dalam setiap lingkup

puskesmas.

Posbindu merupakan kegiatan pelayanan kesehatan yang melibatkan peran

masyarakat baik kader, organisasi, kelompok masyarakat dan keagamaan.

Penyelenggaraan kegiatan Posbindu oleh dan untuk masyarakat khusunya kader. Peran

kader Posbindu dalam pelaksanaan kegiatan sangat dominan karena tenaga kesehatan

hanya sebagai pendamping dan penerima rujukan, sehingga pengetahun dan ketrampilan

kader perlu ditingkatkan. Oleh karena itu dengan keterbatasan tenaga kesehatan dan

sarana prasarana dari dinas terkait serta permasalahan kesehatan masyarakat yang begitu

komplek maka diperlukan pemberdayaan kader.

Penelitian yang dilakukan oleh Armiyati dan Soesanto (2014) tentang

pemberdayaan kader posbindu lansia sebagai upaya peningkatan kualitas hidup lansia di

desa, hasil penelitiannya menyebutkan bahwa meningkatnya jumlah kader posbindu

lansia yang aktif, tersedianya media promosi kesehatan bagi lansia berupa leaflet dan

lembar balik, peningkatan pengetahuan kader posbindu lansia tentang pencegahan dan

penanganan masalah kesehatan pada lansia dengan hipertensi, DM, hiperuresimia dan

anemia yang ditandai dengan peningkatan nilai post test dibandingkan dengan nilai pre

test, meningkatnya ketrampilan kader kader posbindu lansia dalam melakukan deteksi

3

Page 8: PEMBERDAYAAN KADER DENGAN MENINGKATKAN …eprints.ums.ac.id/50809/25/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · lembar balik, peningkatan pengetahuan kader posbindu lansia tentang pencegahan dan

3

dini melalui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium sederhana, tersedianya

peralatan yang dapat mendukung pengolahan tanaman obat keluarga (herbal) dalam

rangka meningkatkan kualitas hidup lansia, kader mampu memproduksi bahan herbal

berupa sirup, serbuk, ekstrak, dan minyak atsiri.

Penelitian yang dilakukan Fatmah (2013) menunjukkan terjadi peningkatan

pengetahuan hampir mencapai 15 poin, naiknya peningkatan pengetahuan tersebut

didukung oleh peningkatan kemampuan kader dalam melakukan teknik penyuluhan

obesitas dan hipertensi selama dua kali pengamatan lapangan pasca pelatihan, dan

setelah intervensi hampir seluruh kader telah mampu menyuluh dengan baik dalam

penyampaian isi sesuai media secara sistematis dan menarik, dan hasil penelitiannya

menyimpulkan bahwa pengetahuan dan keterampilan kader posbindu dapat ditingkatkan

melalui pelatihan yang dilanjutkan dengan monitoring lapangan observasi keterampilan

kader.

Sankar at al (2013), dalam penelitiannya menjelaskan pengetahuan dan

keterampilan dinilai kembali segera setelah pelatihan dan pada 6 minggu setelah

pelatihan. Pada penilaian awal, pada tenaga kesehatan pada kelompok perlakuan

ditemukan memiliki signifikan lebih tinggi dan berarti pada pengetahuan sedangkan

tenaga kesehatan pada kelompok eksperimen juga memiliki skor keterampilan secara

signifikan lebih tinggi. Segera setelah pelatihan, skor meningkat pada kedua kelompok.

Pada 6 minggu, namun juga diamati bahwa penurunan tidak seragam dalam kinerja di

kedua tenaga kesehatan tersebut atas pengetahuannya dari dampak pelatihan tersebut.

Jadi, pengetahuan dan keterampilan pada kelompok perlakuan pada tenaga kesehatan

lebih meningkat bila dibandingkan dengan pengetahuan dan keterampilan pada

kelompok kontrol.

Pada penelitian ini, pengukuran pengetahuan yang digunakan dengan

menggunakan kuesioner sedangkan ketrampilan kader digunakan lembar observasi yang

diisi oleh bidan desa sebagai observer dengan merujuk pada satu ketrampilan yaitu

ketrampilan mengukur tekanan darah. Fenomena yang terjadi di masyarakat, peran

kader sudah berpengaruh dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan di masyarakat,

tetapi peran kader cenderung hanya berdasarkan utusan atau perintah dari tenaga

kesehatan. Sehingga peran aktif kader kurang teraktualisasi dengan baik. Di sisi lain,

4

Page 9: PEMBERDAYAAN KADER DENGAN MENINGKATKAN …eprints.ums.ac.id/50809/25/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · lembar balik, peningkatan pengetahuan kader posbindu lansia tentang pencegahan dan

4

pengetahuan kader tentang pelayanan Posbindu masih kurang, hal ini dapat diketahui

dari beberapa kader yang harus menunggu ada komando dari dinas kesehatan atau

puskesmas dalam melakukan pelayanan Posbindu. Di samping itu dilihat dari

ketrampilan masih ditemukan beberapa kader kurang dapat memberikan pelayanan yang

maksimal terutama berkaitan dengan ketrampilan dalam pengukuran tekanan darah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada peningkatan

pengetahuan dan ketrampilan kader dalam pelayanan Posbindu setelah diberikan

pemberdayaan kader di wilayah kerja Puskesmas Bayat.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan quasy eksperiment design serta

desain penelitian yang digunakan adalah pretest and posttest control group design.

Populasi penelitian ini seluruh kader kesehatan di Wilayah Puskesmas Bayat, Klaten

yang berjumlah 60 orang, sampel diambil sebanyak 60 orang dengan 30 orang pada

kelompok perlakuan dan 30 orang kelompok kontrol dengan teknik total sampling.

Variabel independen berupa pemberdayaan kader sedangkan variabel dependen

pengetahuan dan keterampilan, instrumen yang digunakan dengan kuesioner. Teknik

analisis data dengan uji paired simple test dan independen paired simple t-test

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengaruh pemberdayaan kader dengan meningkatkan pengetahuan kader

dalam pelayanan Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Bayat

Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan responden dari kedua kelompok sebagian

besar responden berpengetahuan cukup. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Mellydar (2013) pendidikan sangat mempengaruhi seseorang terhadap pengetahuan

yang dimilikinya dimana melalui pendidikan maka orang tua akan dapat

mengembangkan potensi dirinya dan memperoleh pengetahuan maupun ketrampilan

ketrampilan yang dibutuhkannya untuk meningkatkan derajat kesehatannya serta

keluarganya. Selain itu umur juga mempengaruhi pengetahuan dari seseorang dan yang

terakhir informasi yang didapatkan dari wilayah tempat tinggal atau tempat kerja kader

tersebut.

5

3

Page 10: PEMBERDAYAAN KADER DENGAN MENINGKATKAN …eprints.ums.ac.id/50809/25/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · lembar balik, peningkatan pengetahuan kader posbindu lansia tentang pencegahan dan

5

Kelompok eksperimen yang diberikan pemberdayaan kader terdapat perubahan

tingkat pengetahuan, pada pre test pengetahuan kategori kurang yang semula terdapat 5

responden menurun menjadi 4 responden, sehingga ada penurunan sebesar (10,0%).

Kategori tingkat pengetahuan cukup terjadi penurunan dari 21 responden (70%) menjadi

17 responden (56,7%), meningkat sebesar (13,3%) Tingkat pengetahuan kategori baik

terjadi kenaikan yaitu dari 4 responden (13,3%) menjadi 9 responden (30,0%). Wawan

dan Dewi (2010) meyatakan bahwa pengetahuan dapat diubah dengan strategi persuasi

yaitu memberikan informasi kepada orang lain dengan pendidikan kesehatan yang

dilakukan dengan berbagai metode salah satunya adalah dengan memberikan leaflet dan

materi berupa ceramah. Proses pemberian materi dengan metode ceramah dan adanya

komunikasi dua arah yaitu antara pemberi pendidikan kesehatan dan adanya pertanyaan

dari responden menjadikan pengetahuan yang diberikan mudah dicerna sehingga

menjadikan responden semakin mudah memahami materi yang disampaikan.

Hasil pre test pada kelompok kontrol menunjukkan terjadi perubahan pada

pengetahuan. Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil

tahu, dan hal tersebut terjadi pada saat kelompok eksperimen menerima pendidikan

kesehatan. Menurut Suhendra (2006), pemberdayaan sebagai proses mengembangkan,

memandirikan, menswadayakan, memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan

bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan.

Pemberdayaan adalah bagian dari paradigma pembangunan yang memfokuskan

perhatiannya kepada semua aspek yang prinsipil dari manusia di lingkungannya yakni

mulai dari aspek intelektual, Sumber Daya Manusia, aspek material dan fisik, sampai

kepada aspek manajerial. Aspek-aspek tersebut bisa jadi dikembangkan menjadi aspek

sosial budaya, ekonomi, politik, keamanan dan lingkungan.

Pemberdayaan kader dapat diberikan melalui beberapa metode, diantaranya

metode demonstrasi dan ceramah. Sampai saat ini efektivitas pemberdayaan kader

metode demonstrasi dan ceramah terhadap perubahan, proses belajar dengan metode

yang lebih mengandalakan peserta untuk mendengar, melihat dan berfikir untuk

mengerjakan sesuatu tugas yang baik termasuk adanya kesadaran untuk mengetahui

manfaat dari pemberdayaan kader dalam pelayanan Posbindu di wilayah kerja

Puskesmas Bayat. Penelitian yang dilakukan Khayati (2015), menjelaskan bahwa

6

Page 11: PEMBERDAYAAN KADER DENGAN MENINGKATKAN …eprints.ums.ac.id/50809/25/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · lembar balik, peningkatan pengetahuan kader posbindu lansia tentang pencegahan dan

6

pemberdayaan masyarakat melalui petugas kesehatan diharapkan dapat membantu

mengurangi terjadinya penyakit. Para pekerja kesehatan perlu diberikan pelatihan untuk

meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan

Hasil uji pre test-post test pengetahuan kelompok ekperimen menunjukkan

adanya peningkatan pengetahuan dengan nilai rata-rata pre test sebesar 13,83 meningkat

menjadi 15,40 pada post test. Hasil uji hipotesa penelitian mengenai pengetahuan

kelompok eksperimen disimpulkan adanya perubahan pengetahuan setelah diberikan

pemberdayaan kader dalam pelayanan Posbindu. Pada kelompok kontrol juga terjadi

perubahan, dimana pre test pengetahuan rata-rata sebesar 11,93 dan hanya berubah

sebesar 13,83. Adanya perubahan nilai rata-rata ini maka secara statistik terjadi

perubahan yang bermakna pengetahuan responden antara pre test dan post test.

Berdasarkan uji hipotesis menunjukkan Nilai t-test = -5,630 dengan nilai p = 0,0001.

Keputusan adalah Ho ditolak, artinya terdapat pengaruh pemberdayaan kader dengan

meningkatkan pengetahuan dalam pelayanan Posbindu di wilayah kerja Puskesmas

Bayat.

Peningkatan pengetahuan pada kelompok eksperimen dapat terjadi karena proses

pemberdayaan dan informasi yang diberikan dengan cara dua arah, artinya informasi

yang kurang dipahami oleh responden dapat ditanyakan kembali. Jawaban yang

diberikan dengan bahasa yang mudah dimengerti ternyata lebih mudah dipahami

responden dari pada harus menggunakan bahasa kesehatan yang mungkin sulit dipahami

oleh responden.

Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Fatmah (2013)

menunjukkan terjadi peningkatan pengetahuan hampir mencapai 15 poin, naiknya

peningkatan pengetahuan tersebut didukung oleh peningkatan kemampuan kader dalam

melakukan teknik penyuluhan obesitas dan hipertensi selama dua kali pengamatan

lapangan pasca pelatihan, dan setelah intervensi hampir seluruh kader telah mampu

menyuluh dengan baik dalam penyampaian isi sesuai media secara sistematis dan

menarik, dan hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa pengetahuan dan keterampilan

kader posbindu dapat ditingkatkan melalui pelatihan yang dilanjutkan dengan

monitoring lapangan observasi keterampilan kader.

7

Page 12: PEMBERDAYAAN KADER DENGAN MENINGKATKAN …eprints.ums.ac.id/50809/25/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · lembar balik, peningkatan pengetahuan kader posbindu lansia tentang pencegahan dan

7

3.2 Pengaruh pemberdayaan kader dengan meningkatkan keterampilan kader

dalam pelayanan Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Bayat

Hasil penelitian keterampilan kader pada kelompok eksperimen sebelum pemebrdayaan

kader diketahui terdapat 9 responden yang tidak terampil. Responden yang telah

mendapat pemberdayaan kader terjadi perubahan keterampilan yaitu ada 21 responden

dengan keterampilan yang tergolong terampil pada pre test terdapat 21 (70,0%)

responden naik menjadi 25 (83,3%) responden.

Kelompok kontrol pada pre test terjadi perubahan keterampilan dalam

pengukuran tekanan darah dari 9 (30%) responden yang tidak terampil berkurang

menjadi 5 responden (16,7%), dan pada perubahan keterampilan dalam peng-ukuran

tekanan darah juga mengalami perbedaan keterampilan yaitu 21 (70,0%) meningkat

menjadi 25 (83,3%) sehingga hal ini berarti adanya responden yang terampil baik dari

pre test maupun post test. Keterampilan kader yang ditunjukkan responden dalam

penelitian ini juga sesuai dengan hasil studi pendahuluan yang menggambarkan bahwa

keterampilan responden yang diawali dari kurangnya pengetahuan tentang pelayanan

Posbindu dalam pengukuran tekanan darah yang membawa terhadap keterampilan dalam

pengukuran tekanan darah.

Berdasarkan hasil uji beda rata-rata pre test-post test keterampilan kader pada

kelompok perlakuan atau eksperimen dapat dikatakan bahwa peningkatan keterampilan

kader pada kelompok perlakuan dapat disebabkan karena keterampilan dari hasil

pemberdayaan kader. Namun tidak menutup kemungkinan keterampilan kader berkaitan

dengan pengukuran tekanan darah dapat berubah karena adanya pengaruh dari orang lain

ataupun pengalaman serta sumber informasi.

3.3 Pengaruh pemberdayaan kader dengan meningkatkan pengetahuan kader

dalam Pelayanan Posbindu antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol

Hasil uji beda pengaruh pemberdayaan kader dengan meningkat-kan pengetahuan dalam

Pelayanan Posbindu antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol diketahui

nilai uji t-test = 3,807 dengan p = 0,001. Keputusan adalah Ho ditolak, artinya terdapat

pengaruh pemberdayaan kader dengan meningkatkan pengetahuan kader dalam

Pelayanan Posbindu antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol di wilayah

kerja Puskesmas Bayat.

8

Page 13: PEMBERDAYAAN KADER DENGAN MENINGKATKAN …eprints.ums.ac.id/50809/25/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · lembar balik, peningkatan pengetahuan kader posbindu lansia tentang pencegahan dan

8

Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Armiyati dan

Soesanto (2014) tentang pemberdayaan kader posbindu lansia sebagai upaya

peningkatan kualitas hidup lansia di desa, hasil penelitiannya menyebutkan bahwa

meningkatnya jumlah kader posbindu lansia yang aktif, tersedianya media promosi

kesehatan bagi lansia berupa leaflet dan lembar balik, peningkatan pengetahuan kader

posbindu lansia tentang pencegahan dan penanganan masalah kesehatan pada lansia

dengan hipertensi, DM, hiperuresimia dan anemia yang ditandai dengan peningkatan

nilai post test dibandingkan dengan nilai pre test, meningkatnya ketrampilan kader kader

posbindu lansia dalam melakukan deteksi dini melalui pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan laboratorium sederhana, tersedianya peralatan yang dapat mendukung

pengolahan tanaman obat keluarga (herbal) dalam rangka meningkatkan kualitas hidup

lansia, kader mampu memproduksi bahan herbal berupa sirup, serbuk, ekstrak, dan

minyak atsiri.

Kelompok perlakuan yang mendapat tindakan pemberdayaan dan mampu

memahami materi yang disampaikan oleh peneliti, maka mereka akan membandingkan

materi pemberdayaan kader dengan kondisi mereka selama ini, tampaknya selama ini

pengetahuan dan keterampilan mereka sudah baik berkaitan dengan pelayanan Posbindu

terutama tentang pengukuran tekanan darah yang dilakukan oleh Kader Posbindu.

Berbeda halnya pada pengetahuan kelompok kontrol, dimana pemberdayaan

yang diberikan dilakukan setelah post test, menjadikan responden tidak banyak

mendapat informasi tentang pelayanan Posbindu terutama dalam hal pengukuran tekanan

darah secara baik, meskipun antara pre test dan post test diberikan jeda waktu selama 45

menit.

Lockwood (2009) menyatakan pemilihan metode penyuluhan atau pemberdayaan

harus disesuaikan dengan karakteristik sasaran, dimana pada penelitian ini responden

terbanyak adalah kader Posbindu atau Posyandu dengan usia terbanyak 25-54 tahun dan

tingkat pendidikan mayoritas SMA dan PT sehingga mereka lebih suka diajak berbicara,

berdiskusi untuk mengeluarkan pendapatnya berdasarkan pengalaman yang dimiliki.

Responden lebih suka dilibatkan secara aktif dalam proses belajar tersebut sehingga

mereka bisa leluasa untuk bertanya karena materi pemberdayaan berkaitan dengan

pelayanan Posbindu yang harus dilakukan oleh kader.

9

Page 14: PEMBERDAYAAN KADER DENGAN MENINGKATKAN …eprints.ums.ac.id/50809/25/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · lembar balik, peningkatan pengetahuan kader posbindu lansia tentang pencegahan dan

9

Hasil penelitian ini memperkuat penelitian Hernawati (2014) yang meneliti

tentang upaya peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat melalui pelatian kader

kesehatan tentang deteksi dini tuberkulosis paru, hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa peningkatan pengetahuan kader mengenai TB bahkan menjadi mampu untuk

melakukan deteksi dini. Hal ini dikarenakan para kader yang antusias mengikuti

pelatihan. Untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan keterampilan para kader

sebaiknya dilakukan program secara berkelanjutan oleh petugas di Puskesmas.

3.4 Uji beda rata-rata pengaruh pemberda-yaan kader dengan meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan kader dalam Pelayanan Posbindu antara kelompok

eksperimen dengan kelompok kontrol

Hasil uji beda pengaruh pemberda-yaan kader dengan meningkatkan keterampilan kader

dalam Pelayanan Posbindu antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol di

wilayah kerja Puskesmas Bayat diketahui hasil uji t-test = 4,189 dengan p = 0,0001.

Keputusan adalah Ho ditolak, artinya terdapat pengaruh pemberdayaan kader dengan

meningkatkan keterampilan kader dalam Pelayanan Posbindu antara kelompok

eksperimen dengan kelompok kontrol di wilayah kerja Puskesmas Bayat. Hal ini berarti

ketrampilan antara yang mendapatkan penyuluhan dan yang tidak mendapatkan

penyuluhan berbeda tingkat ketrampilannya. Menurut Notoatmodjo (2010), keterampilan

merupakan suatu kemampuan seseorang untuk bertindak setelah menerima pengalaman

belajar tertentu dengan menggunakan anggota badan dan peralatan yang tersedia atau

kemampuan seseorang dalam menerapkan pengetahuan kedalam bentuk tindakan.

Hasil penelitian ini diperkuat penelitian Hernawati (2014) yang meneliti tentang

upaya peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat melalui pelatian kader kesehatan,

hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peningkatan ketrampian kader menjadi mampu

untuk melakukan deteksi dini. Hal ini dikarenakan para kader yang antusias mengikuti

pelatihan. Untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan keterampilan para kader

sebaiknya dilakukan program secara berkelanjutan oleh petugas di Puskesmas.

Menurut Sankar at al (2013), dalam penelitiannya menjelaskan pengetahuan dan

keterampilan dinilai kembali segera setelah pelatihan dan pada 6 minggu setelah

pelatihan. Pada penilaian awal, pada tenaga kesehatan pada kelompok perlakuan

ditemukan memiliki signifikan lebih tinggi dan berarti pada pengetahuan sedangkan

10

Page 15: PEMBERDAYAAN KADER DENGAN MENINGKATKAN …eprints.ums.ac.id/50809/25/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · lembar balik, peningkatan pengetahuan kader posbindu lansia tentang pencegahan dan

10

tenaga kesehatan pada kelompok eksperimen juga memiliki skor keterampilan secara

signifikan lebih tinggi. Segera setelah pelatihan, skor meningkat pada kedua kelompok.

Pada 6 minggu, namun juga diamati bahwa penurunan tidak seragam dalam kinerja di

kedua tenaga kesehatan tersebut atas pengetahuannya dari dampak pelatihan tersebut.

Jadi, pengetahuan dan keterampilan pada kelompok perlakuan pada tenaga kesehatan

lebih meningkat bila dibandingkan dengan pengetahuan dan keterampilan pada

kelompok kontrol.

4. PENUTUP

4.1 Simpulan

a. Pengetahuan responden kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum

diberikan pemberdayaan kader dalam pelayanan Posbindu pada kategori cukup

(77,8% dan 82,4%) dan pengetahuan responden kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol sesudah diberikan pemberdayaan kader dalam pelayanan Posbindu pada

kategori cukup (55,6% dan 70,6%).

b. Keterampilan responden kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum

diberikan pemberdayaan kader dalam pelayanan Posbindu pada kategori terampil

(72,2% dan 82,4%) dan keterampilan responden kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol sesudah diberikan pemberdayaan kader dalam pelayanan Posbindu

pada kategori terampil (61,1% dan 70,6%).

c. Terdapat pengaruh pemberdayaan kader dalam pelayanan Posbindu terhadap

pengetahuan dan keterampilan kader dalam pelayanan Posbindu di wilayah kerja

Puskesmas Bayat (p=0,014, p=0,019).

4.2 Saran

a. Bagi Pemerintah/Masyarakat

Perlu adanya kampanye media berhenti merokok, dan komunitas pencegahan

merokok dan juga peningkatan ketersediaan dan akses ke layanan konseling

berhenti merokok.

b. Bagi responden atau kader

Diharapkan setelah dilakukan pemberdayaan dalam pelayanan Posbindu,

masyarakat khususnya kader di wilayah kerja Puskesmas Bayat dapat merubah

keterampilan agar tidak mengalami kemunduran dalam pelayanan Posbindu.

11

Page 16: PEMBERDAYAAN KADER DENGAN MENINGKATKAN …eprints.ums.ac.id/50809/25/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · lembar balik, peningkatan pengetahuan kader posbindu lansia tentang pencegahan dan

11

Salah satunya dengan memberikan pemberdayaan pada kader Ponbindu di

wilayah kerja Puskemas Bayat.

c. Bagi institusi pendidikan keperawatan

Institusi pendidikan keperawatan, hendaknya membekali pula mahasiswanya

dengan kemampuan menyampaikan materi pemberdayaan kepada kader atau

kepada masyarakat, sehingga kemampuan calon perawat yang nantinya menjadi

nara sumber kesehatan di masyarakat dapat diemban dengan baik.

d. Bagi Peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya dapat mengimplementasikan metode ini untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader dalam pelayanan Posbindu di

wilayah kerja Puskesmas Bayat dalam masalah yang berbeda, misalnya tentang

sikap kader dan perilaku kader dalam pelayanan Posbindu atau membandingkan

metode leaflet atau media cetak dengan metode audio visual.

Daftar Pustaka

Armiyati, Y., Soesanto, E., & Hartiti, T. (2010). Pemberdayaan Kader Posbindu Lansia

Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Hidup Lansia di Desa Kangkung Demak.

Jurnal Lecturer of Program. Universitas Muhammadiyah Semarang.

Fatmah. 2013. Pengaruh Pelatihan pada Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan

Teknis Penyuluhan Obesitas dan Hipertensi Kader Posbindu Kota Depok. Makara

Seri Kesehatan 17(2).

Hernawati. (2014). Upaya Peningkatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat. Jurnal Ilmiah

Publikasi. Surakarta: UMS.

Hurlock B.E, (2008). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga

Khayati MN, Haryanti S, Laksnawati. (2015). The impact of training on the management

of children with cough of the health workers’ knowledge, attitude and skills in the

management of children with cough and breathing difficulties. International

Journal of Research in Medical Sciences. Khayati FN et al. Int J Res Med Sci.

2015 Dec;3(Suppl 1):S47-S52

Lockwood, T. (2009). How to Become a More Design-Minded Organization. Volume

20, Issue 3, pages 28–37.

12

Page 17: PEMBERDAYAAN KADER DENGAN MENINGKATKAN …eprints.ums.ac.id/50809/25/02. NASKAH PUBLIKASI.pdf · lembar balik, peningkatan pengetahuan kader posbindu lansia tentang pencegahan dan

12

Mellydar. R. (2103). Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu

tentang penyebab kematian ibu bersalin di rumah sakit umum sigli. Jurnal karya

tulis ilmiah. Stikes u’budiyah. Banda aceh.

Muljono S, Pamungkas S. (2013). The Empowerment Level of Posdaya Cadres in

Bogor, West Jawa, Indonesia. Asian Journal of Humanities and Social Studies

(ISSN: 2321 – 2799) Volume 01– Issue 05, December 2013.

Notoatmodjo S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurayu AW, (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan, Pendidikan, Usia dan Lama

Menjadi Kader Posyandu dengan Kualitas Laporan Bulanan Data Kegiatan

Posyandu. Artikel Publikasi Ilmiah. Surakarta: UMS.

Suhendra, (2006), Peranan Birokrasi dalam Pemberdayaan Masyarakat, Bandung:

Alfabeta.

Totok dan Poerwoko.(2012). Pemberdayaan Masyarakat dalam Prespektif Kebijakan

Publik. Bandung: Alfabeta.

Tricahyono, SA. (2008). Pemberdayaan Komunitas Terpencil di Provinsi

NTT.Yogyakarta: B2P3KS.

Usman, Sunyoto. (2010). Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Wawan, A dan Dewi, M. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan , Sikap

danPerilaku Manusia.. Yogyakarta : Nuha Medika.

Winarni, Tri. (2008). Memahami Pemberdyaan Masyarakat Desa Partisipatif dalam

Orientasi Pembangunan Masyarakat Desa menyongsong abad 21: menuju

Pemberdayaan Pelayanan Masyarakat. Yogyakarta: Aditya Media.

13