hubungan pengetahuan dan sikap lanjut usia · pdf fileaman serta perilaku minum obat bisa...

140
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA TENTANG KONSUMSI OBAT YANG AMAN TERHADAP PERILAKU MINUM OBAT DI POSBINDU CEMPAKA RW 06 KELURAHAN CEMPAKA PUTIH CIPUTAT Skripsi Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S-1) pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Oleh : WENSIL OKTA PROMALIA 108104000017 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M

Upload: lykhuong

Post on 05-Feb-2018

281 views

Category:

Documents


41 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA TENTANG

KONSUMSI OBAT YANG AMAN TERHADAP PERILAKU MINUM

OBAT DI POSBINDU CEMPAKA RW 06 KELURAHAN CEMPAKA

PUTIH CIPUTAT

Skripsi Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S-1) pada

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh :

WENSIL OKTA PROMALIA

108104000017

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H / 2013 M

Page 2: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

ii

Page 3: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

iii

Page 4: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Proposal skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata I di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli karya saya atau

merupakan jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 1 Februari 2013

WENSIL OKTA PROMALIA

Page 5: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

v

RIWAYAT HIDUP

Nama : WENSIL OKTA PROMALIA

Tempat, Tanggal Lahir : Liwa, 13 Oktober 1990

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Mawar no.90 RT/RW 001/003 Pasar Liwa,

Balik Bukit, Lampung Barat, Lampung

Anak ke : 3 dari 4 bersaudara

Telepon : 085768432853

E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 3 Liwa tahun 1996-2002

2. SMP Negeri 25 Bandar Lampung tahun 2002-2005

3. SMA Negeri 1 Bandar Lampung tahun 2005-2008

4. S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2008-2013

Pengalaman Organisasi :

1. Anggota Rohis SMP Negeri 25 Bandar Lampung tahun 2002-2005

2. Seketaris Bidang Seni OSIS SMA Negeri 1Bandar Lampung tahun 2006-

2007

3. Anggota Modern Dance SMA Negeri 1 Bandar Lampung tahun 2005-2008

4. Anggota Seni Tari Tradisional SMA Negeri 1 Bandar Lampung tahun

2005-2008

5. Anggota KIR SMA Negeri 1 Bandar Lampung tahun 2005-2008

6. Staf Ahli Divisi Kesenian Olahraga dan Sosial BEMF Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan tahun 2008-2010.

7. Staf Ahli Divisi Kesenian dan Olahraga BEMF Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan tahun 2010-2012.

8. Anggota Saman FKIK tahun 2008-2012.

Page 6: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

vi

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Februari 2013

Wensil Okta Promalia, NIM: 108104000017

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Lansia Tentang Konsumsi Obat yang

Aman Terhadap Perilaku Minum Obat di Posbindu Cempaka, RW 06,

Kelurahan Cempaka Putih Ciputat

xvii + 93 halaman +11 tabel+ 2 gambar+ 6 lampiran

ABSTRAK

Seiring dengan bertambahnya jumlah lansia yaitu sekitar 12% dari

populasi dan banyaknya keluhan lansia terkait kesehatan seperti penyakit-

penyakit kronik serta gejala yang sering diderita menyebabkan kelompok usia ini

menggunakan sekitar 25% dari semua obat-obatan. Lansia mengalami perubahan

fisiologis, sehingga mudah mengalami reaksi dan interaksi yang merugikan.

Kejadian efek samping pada lansia 3 sampai 7 kali lebih banyak daripada orang

dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan

dan sikap lansia tentang konsumsi obat yang aman terhadap perilaku minum obat

di Posbindu Cempaka, RW 06, Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Penelitian ini

merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode cross sectional. Sampel

yang digunakan pada penelitian ini sebesar 72, teknik purposive sampling.

Pengumpulan data menggunakan kuesioner, data dianalisis menggunakan uji chi

square dengan SPSS versi 20. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan lansia

tentang konsumsi obat yang aman adalah berpengetahuan baik (87,5%), sikap

lansia terhadap konsumsi obat yang aman adalah bersikap baik (58,3%), perilaku

lansia dalam minum obat adalah berperilaku baik (55,6%), serta ada hubungan

antara pengetahuan lansia tentang konsumsi obat yang aman dengan perilaku

minum obat (p=0,021) dan tidak ada hubungan antara sikap lansia terhadap

konsumsi obat yang aman dengan perilaku minum obat (p=0,128). Dari hasil

penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk memberikan penyuluhan

kepada lansia agar pengetahuan dan sikap lansia tentang konsumsi obat yang

aman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa

dilakukan oleh para kader Posbindu dan petugas kesehatan.

Kata kunci : lansia, minum obat, perilaku, pengetahuan, sikap

Daftar bacaan : 46 (1996-2012)

Page 7: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

vii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM

ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Undergraduate Thesis, February 2013

Wensil Okta Promalia, NIM: 108104000017

The Relationship between knowledge and attitudes about the elderly safe

drug consumption toward medication behavior in Posbindu Cempaka, RW

06, Kelurahan Cempaka Putih, Ciputat

xvii + 93 pages + 11 tables + 2 pictures + 6 attachments

ABSTRACT

Along with the increasing number of elderly is about 12% of the

population and many complaints related to health status of elderly such as chronic

diseases with the symptoms that often affects to this age group using about 25%

of all drugs. Elderly having physiological changes, so prone to adverse reactions

and interactions. The incidence of adverse effects in elderly 3 to 7 times as many

than in adults. The aim of this research to determine the relationship between

knowledge and attitudes of the elderly in drug consumption safety toward

medication behavior in Posbindu Cempaka, RW 06, Kelurahan Cempaka Putih,

Ciputat. This research is quantitative research with cross sectional. The number of

samples in this research was 72, with the technique of purposive sampling. The

collection of data using questionnaires, then the data were analyzed using chi

square test with SPSS version 20. The results showed that the elderly’s knowledge

about a safe drug consumption is good (87.5%), attitudes of the elderly in safe

drug consumption is good (58.3%), the behavior of the elderly in taking

medication is good (55.6%), and there is a relationship between knowledge and

behavior of the elderly related to safe drug consumption (p = 0.021) and no

relationship between attitudes and behavior of the elderly related to safe drug

consumption (p=0,128). From the results of this research can be used as a

reference to provide counseling to the elderly so that their knowledge and attitude

of elderly about a safe drug consumption and medication behavior could be better.

This counseling could be done by volunteers of Posbindu and healthcare workers.

Keywords: elderly, taking medication, behaviors, knowledge, attitudes

Reference : 42 (1996-2012)

Page 8: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Alhamdulillahi rabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Hubungan pengetahuan dan sikap lanjut usia tentang

konsumsi obat yang aman terhadap perilaku minum obat di Posbindu Cempaka,

RW 06, Kelurahan Cempaka Putih Ciputat”.

Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan besar Nabi

Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan sehingga penulis tetap

semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Dalam penyelesaian skipsi, penulis

sadar bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai

pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. DR (hc). dr. Muhammad Kamil Tadjuddin, Sp. And, selaku Dekan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Djauhari, selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes, selaku Pembantu Dekan Bidang

Administrasi Umum Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dra. Farida Hamid, Mpd, selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 9: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

ix

5. Bapak Ns.Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM, selaku Ketua Program Studi

Ilmu Keperawatan (PSIK) FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

pembimbing akademik penulis selama kuliah..

6. Ibu Tien Gartinah, MN, selaku pembimbing I dan Ibu Ns. Uswatun khasanah,

S.Kep, MNS, selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan

mencurahkan pikirannya untuk memberikan masukan, nasihat, petunjuk dan

arahan serta motivasi kepada penulis dalam menyusun skripsi ini..

7. Bapak dan ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan dan membimbing penulis, serta

staff akademik (Bapak azib Rosyidi S. Psi dan Ibu Syamsiah) atas bantuannya

yang telah memudahkan penulis dalam proses belajar di PSIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

8. Segenap jajaran staf dan karyawan Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN yang telah banyak membantu dalam menyediakan

referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.

9. Orang tua tercinta (Bapak Akim, S. Pd dan Ibu Rita Erpenda, S. Pd SD) yang

telah memberikan kasih sayang tulus dan selalu mendoakan serta memberikan

motivasi tiada hentinya kepada penulis.

10. Kakak – kakak dan adik tersayang (Sefri Martika, S. Pd, Nevi Tensilia, S.T.P

dan Lisa Merlinta) yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun

materiil serta doa yang tiada henti.

11. Teman-teman seluruh angkatan 2008 yang telah bersama-sama dengan penulis

melewati hari-hari baik suka maupun duka dalam menyelesaikan kuliah di

PSIK UIN Jakarta.

Page 10: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

x

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Untuk

itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa mendatang.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Ciputat , 1 Februari 2013

Penulis

Page 11: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... v

RIWAYAT HIDUP .................................................................................. vi

ABSTRAK ................................................................................................. vii

ABSTRACK .............................................................................................. viii

KATA PENGANTAR .............................................................................. ix

DAFTAR ISI ............................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xix

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 8

C. Pertanyaan Penelitian ..................................................................... 9

D. Tujuan Penelitian ........................................................................... 9

1. Tujuan Umum .......................................................................... 9

2. Tujuan Khusus ......................................................................... 9

E. Manfaat Penelitian ......................................................................... 10

Page 12: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

xiii

1. Bagi Institusi Tempat Penelitian .............................................. 10

2. Bagi Pendidikan Keperawatan ................................................. 10

3. Bagi Peneliti ............................................................................. 11

4. Bagi Peneliti Selanjutnya ......................................................... 11

F. Ruang Lingkup ............................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 12

A. Lansia ............................................................................................. 12

1. Definisi lansia ........................................................................... 12

2. Karakteristik lansia ................................................................... 12

3. Konsep menua .......................................................................... 13

4. Perubahan fisiologis pada lansia ............................................... 14

B. Masalah Obat Pada Lansia ............................................................. 16

1. Pengertian Obat ........................................................................ 16

2. Obat Yang Sering Diminum Lansia ......................................... 17

3. Masalah Peresepan Obat Pada Lansia ...................................... 21

4. Interaksi Obat Pada Lansia ....................................................... 22

5. Polifarmasi Pada Lansia ........................................................... 24

6. Dampak Masalah Polifarmasi Pada Lansia .............................. 25

7. Reaksi Obat Yang Tidak Diharapkan ...................................... 28

8. Fisiologis Dan Penimbunan Obat Pada Lansia ........................ 30

C. Prinsip-Prinsip Umum Penggunaan Obat Pada Lansia .................. 33

D. Pengetahuan ................................................................................... 37

E. Sikap ............................................................................................... 42

F. Perilaku .......................................................................................... 47

Page 13: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

xiv

G. Kerangka Teori ............................................................................... 52

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI

OPERASIONAL ...................................................................................... 53

A. Kerangka Konsep ........................................................................... 53

B. Hipotesis ......................................................................................... 54

C. Definisi Operasional ....................................................................... 55

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 57

A. Desain Penelitian ............................................................................ 57

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ........................................................ 57

C. Populasi Dan Sampel ..................................................................... 57

1. Populasi .................................................................................... 57

2. Sampel ...................................................................................... 57

3. Besar Sampel ............................................................................ 58

D. Pengumpulan Data ......................................................................... 59

1. Metode Dan Instrumen ............................................................. 59

2. Instrumen Penelitian ................................................................. 59

3. Uji Instrumen ........................................................................... 64

E. Pengolahan Data.............................................................................. 65

F. Analisis Data .................................................................................. 67

1. Analisis Univariat ..................................................................... 67

2. Analisis Bivariat ....................................................................... 67

G. Etika Penelitian .............................................................................. 68

BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................. 70

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................... 70

Page 14: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

xv

B. Keadaan Lansia di Posbindu Cempaka RW 06 kelurahan Cempaka

Putih Ciputat ................................................................................... 71

1. Keluhan yang sering dirasakan ................................................. 71

2. Penyakit yang sedang diderita .................................................. 71

3. Jenis obat yang sering dikonsumsi ............................................ 71

4. Cara mendapatkan obat ............................................................. 72

C. Gambaran Demografi Responden ................................................... 72

1. Usia .......................................................................................... 72

2. Jenis kelamin ............................................................................. 73

3. Pendidikan ................................................................................. 74

4. Pekerjaan ................................................................................... 74

D. Analisis Univariat............................................................................ 75

1. Gambaran pengetahuan lansia tentang konsumsi obat yang

aman ......................................................................................... 75

2. Gambaran sikap lansia terhadap konsumsi obat yang

aman .......................................................................................... 75

3. Gambaran perilaku lansia dalam minum obat ......................... . 76

E. Analisis Bivariat ............................................................................ 76

1. Hubungan pengetahuan lansia tentang konsumsi obat yang

aman dengan perilaku minum obat ......................................... 76

2. Hubungan sikap lansia terhadap konsumsi obat yang aman

dengan perilaku minum obat .................................................. 78

BAB VI PEMBAHASAN ....................................................................... 80

A. Gambaran Karakteristik Responden ............................................. 80

Page 15: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

xvi

1. Usia ........................................................................................ 80

2. Jenis kelamin ........................................................................... 81

3. Pendidikan ............................................................................... 82

4. Pekerjaan ................................................................................ 83

B. Hasil Analisis Univariat ................................................................ 83

1. Gambaran pengetahuan lansia tentang konsumsi obat yang

aman ...................................................................................... 83

2. Gambaran sikap lansia terhadap konsumsi obat yang

aman ........................................................................................ 85

3. Gambaran perilaku lansia dalam minum obat ......................... 86

C. Hasil Analisis Bivariat .................................................................. 88

1. Hubungan pengetahuan lansia tentang konsumsi obat yang

aman dengan perilaku minum obat ......................................... 88

2. Hubungan sikap lansia terhadap konsumsi obat yang aman

dengan perilaku minum obat ......................................................... 90

D. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 93

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 94

A. Kesimpulan ................................................................................... 94

B. Saran ............................................................................................. 95

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

LAMPIRAN ..............................................................................................

Page 16: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian ………………………………………. 52

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ……………………………………. 53

Page 17: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional......................................................................... 54

Tabel 4.1 Kuesioner Pengetahuan .................................................................... 61

Tabel 4.2 Kuesioner Sikap .............................................................................. 62

Tabel 4.3 Kuesioner Perilaku .......................................................................... 63

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia ......................... 71

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia ......................... 71

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .......... 72

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan .............. 73

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan ...... 74

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Responden Tentang Konsumsi Obat yang Aman ........................... 74

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Responden

Terhadap Konsumsi Obat yang Aman ............................................. 75

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Responden

dalam Minum Obat .......................................................................... 75

Tabel 5.9 Hubungan pengetahuan lansia tentang konsumsi obat yang aman

dengan perilaku minum obat ............................................................ 76

Tabel 5.10 Hubungan Sikap Lansia Terhadap Konsumsi Obat yang Aman

dengan Perilaku Minum Obat .......................................................... 77

Page 18: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Uji validitas di RW 06, Kelurahan Cempaka

Putih, Ciputat

Lampiran 2 Surat Izin Pengambilan Data di Posbindu Cempaka, RW 06,

Kelurahan Cempaka Putih, Ciputat

Lampiran 3 Lembar persetujuan menjadi responden penelitian (Informed

consent)

Lampiran 4 Kuesioner penelitian

Lampiran 5 Hasil Uji validitas

Lampiran 6 Hasil pengolahan data responden

Page 19: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari

60 tahun menurut pasal 1 ayat (2) UU No. 13 Tahun 1998. Penuaan adalah proses

alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-menerus, dan

berkesinambungan, sehingga menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan

biokimia pada tubuh. Perubahan tersebut mempengaruhi fungsi dan kemampuan

tubuh secara keseluruhan menyebabkan lansia memiliki beberapa penyakit atau

dalam keadaan sakit meningkat (Depkes 1998; Santrock, 2002).

Perkembangan lansia Indonesia dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung

meningkat dengan semakin meningginya usia harapan hidup. Data Badan Pusat

Statistik menunjukkan bahwa penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2000

sebanyak 14.439.967 jiwa (7,18 persen dari jumlah keseluruhan penduduk

Indonesia), selanjutnya pada tahun 2010 meningkat menjadi 23.992.553 jiwa

(9,77 persen dari jumlah keseluruhan penduduk Indonesia). Pada tahun 2020

diprediksikan jumlah lansia mencapai 28.822.879 jiwa (11,34 persen dari jumlah

keseluruhan penduduk Indonesia). Indonesia memiliki jumlah penduduk terbesar

keempat di dunia, selain itu Indonesia juga merupakan negara keempat dengan

jumlah lansia terbanyak, setelah China, Amerika dan India (Badan Pusat Statisik

Indonesia, 2011).

Seiring dengan bertambahnya jumlah lansia yaitu sekitar 12% dari

populasi dan banyaknya keluhan lansia terkait kesehatan menyebabkan kelompok

Page 20: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

2

usia ini menggunakan sekitar 25% dari semua obat-obatan. Lansia menggunakan

banyak obat karena penyakit-penyakit kronik dan banyaknya penyakit serta gejala

yang sering diderita. Lansia mengalami perubahan fisiologis, sehingga mudah

mengalami reaksi dan interaksi yang merugikan. Lansia dapat memberikan

respons yang berbeda dari orang dewasa muda, dengan sering terjadi efek

samping atau efek toksik obat. Reaksi yang merugikan dan interaksi obat yang

terjadi pada lansia adalah 3 sampai 7 kali lebih banyak daripada orang dewasa

(Joyce & Evelyn, 1996).

Lansia di Amerika yang berusia di atas 65 tahun masuk bagian gawat

darurat akibat reaksi obat yang tidak diinginkan, jumlahnya lebih dari 175.000

pasien dalam setahun (Andri, 2009). Peneliti dari University of North Carolina di

Chapel Hill telah membuat daftar peresepan obat yang meningkatkan resiko jatuh

pada pasien berusia di atas 65 tahun. Mereka adalah kelompok usia yang biasa

menggunakan empat macam obat atau lebih. Studi di rumah sakit di New Castle,

NSW, Australia menunjukkan bahwa 30% dari lansia menerima 6-10 jenis obat,

dan 13% menerima lebih dari 10 jenis setiap harinya. Perawatan gawat darurat

untuk lansia dilaporkan hingga 22% disebabkan karena masalah kesalahan obat

(Hasriyanto, 2008). Kejadian merugikan akibat obat yang menyebabkan penderita

lansia harus dirawat inap sebanyak satu dari setiap tujuh penghuni panti jompo.

Obat yang paling banyak sebagai penyebab lansia harus dirawat inap adalah obat

anti-inflamasi non-steroid (AINS), psikotropika, kardiotonika digoxin dan

antidiabetika insulin (Cooper ,1999).

Pemakaian obat pada lansia memerlukan perhatian dan pertimbangan

khusus. Jika dosis yang biasa diberikan pada orang dewasa muda juga diberikan

Page 21: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

3

kepada lansia, sering timbul respons yang berlebihan atau efek toksik serta

berbagai efek samping. Masalah tambahan yang juga mengakibatkan reaksi yang

merugikan dari obat-obat adalah pengobatan diri sendiri dengan obat-obat bebas,

memakai obat yang diresepkan untuk masalah kesehatan yang lain, menggunakan

obat yang diberikan oleh beberapa dokter, dosis yang berlebihan jika gejala-gejala

tidak mereda, menggunakan obat yang diresepkan untuk orang lain, dan tentunya,

proses penuaan fisiologis yang terus berjalan. Lansia mengonsumsi lebih banyak

obat dibandingkan dengan kelompok umur yang lain. Hampir sepertiga dari

semua obat dengan resep dokter yang digunakan di Amerika Serikat digunakan

oleh orang yang berusia lebih dari 65 tahun, dan hampir dua pertiga dari semua

lansia menggunakan suatu produk obat yang dijual bebas secara teratur (Joyce &

Evelyn, 1996).

Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Indonesia menunjukkan dalam

pengobatan sendiri ada kecenderungan penggunaan obat menurun, tetapi

penggunaan obat tradisional dan cara tradisional meningkat dari tahun 1998 ke

tahun 2001 (Supardi, 2005). Golongan obat yang digunakan dalam pengobatan

sendiri adalah obat bebas sebesar 90,17% dan obat resep 9,83% (Ditjen POM,

1993).

Usia bertambah akan terjadi perubahan-perubahan fisiologis yang

berkaitan dengan proses penuaan yang mempunyai efek utama dalam terapi obat.

Beberapa perubahan fisiologis yang bisa berefek terhadap terapi obat pada lansia

adalah: pada mukosa rongga mulut elastisitas hilang, sehingga menjadi kering dan

pecah-pecah; sensitif terhadap obat yang membuat mulut kering; rentan terhadap

penyakit pada gusi dan gigi berlubang. Bersihan esofagus lambat karena kontraksi

Page 22: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

4

melemah dan sfingter esofagus bawah tidak bisa relaksasi; sulit menelan tablet

atau kapsul yang besar. Penurunan keasaman lambung dan peristaltik;

meningkatnya efek pengiritasi obat yang sangat asam (misal aspirin), perubahan

larut obat tertentu. Tonus otot kolon menurun, refleks defekasi hilang,

menggunakan laksatif secara berlebihan; aliran darah pada usus menurun; ekskresi

obat melambat; absorpsi obat melambat. Jantung dan sirkulasi, terjadi penurunan

curah jantung, dan penurunan aliran darah. Hati, mengalami penurunan fungsi

enzim; waktu biotransformasi lebih panjang; durasi kerja obat lebih lama dari

normal; resiko sensitivitas dan toksisitas obat lebih besar. Ginjal, mengalami

penurunan aliran darah, penurunan fungsi nefron (sel-sel ginjal), dan penurunan

laju filtrasi glomerulus; risiko akumulasi obat dan toksisitas (Joyce & Evelyn,

1996; Potter & Perry, 2005).

Terapi obat merupakan suatu cara hemat biaya untuk penatalaksanaan

masalah kesehatan yang berkaitan dengan umur. Respons obat pada lansia

kadang-kadang tidak dapat diramalkan karena variasi dalam sensitivitas terhadap

efek obat terapeutik dan efek toksiknya. Banyak obat yang mempunyai indikasi

terapeutik yang sempit, sehingga perawat harus secara konstan waspada terhadap

efek yang tidak dikehendaki. Obat memainkan suatu peran integral dalam

keseluruhan penatalaksanaan berbagai permasalahan kesehatan yang dihubungkan

dengan penuaan (Stanley & Beare, 2006).

Penggunaan banyak obat lebih sering terjadi pada pasien yang sudah lansia

dengan menderita lebih dari satu penyakit. Satu atau lebih diantaranya bersifat

kronis, sementara penyakit yang lain bersifat akut, jika tidak ditangani dengan

baik dapat memperburuk kondisi. Penyakit-penyakit yang seringkali

Page 23: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

5

menyebabkan lansia mengkonsumsi banyak obat diantaranya adalah hipertensi,

gagal jantung dan infark serta gangguan ritme jantung, diabetes mellitus,

gangguan fungsi ginjal dan hati. Juga terdapat berbagai keadaan yang khas dan

sering mengganggu lansia seperti gangguan fungsi kognitif, keseimbangan badan,

penglihatan dan pendengaran (Darmansjah, 1994; Corsonello et al, 2007).

Hasil penelitian menunjukkan 78% lansia menderita tidak kurang dari 4

macam penyakit, 38% menderita lebih dari 6 macam penyakit, dan 13%

menderita lebih dari 8 macam penyakit. Banyaknya penyakit yang diderita ini

sering menyulitkan seorang dokter membuat diagnosis yang tepat dan memberi

pengobatan yang rasional. Sehingga sering dijumpai, dokter meresepkan obat

secara berlebihan (over prescribing) atau memberikan obat tidak tepat (incorrect

prescribing) pada penderita lansia (Mustofa,1995) .

Perawat berada pada posisi yang ideal untuk memantau respons klien

terhadap pengobatan, memberikan pendidikan untuk klien dan keluarga tentang

program pengobatan dan menginformasikan kepada dokter efektifitas atau

ketidakefektifan obat serta obat yang tidak dibutuhkan lagi. Perawat harus

memantau apakah seorang klien menerima obat pada waktunya dan mengkaji

kemampuan klien untuk menggunakan obat secara mandiri. Perawat yang berada

di dalam masyarakat dapat memberikan konseling mengenai penggunaan obat

yang aman bagi lansia, memberikan penyuluhan dan pendidikan terkait konsumsi

obat yang aman bagi lansia. Perawat juga dapat melakukan kunjungan rumah

terhadap klien lansia yang mempunyai penyakit kronik yang setiap hari

mengkonsumsi obat, perawat dapat membuat catatatan berupa catatan pengobatan

(medication record) (Potter & Perry 2005).

Page 24: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

6

Fungsi dan peran perawat dalam pemberian obat bagi pasien meliputi

peran perawat sebagai tenaga pengelola obat, peran perawat dalam mengobservasi

reaksi dan efek samping obat, fungsi perawat dalam pelaksanaan kolaborasi

dengan dokter dan apoteker, serta fungsi perawat dalam pemberian obat yang

telah tersedia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran perawat sebagai tenaga

pengelola obat (81,67%), peran perawat dalam mengobservasi reaksi dan efek

samping obat (87,50%), fungsi perawat dalam pelaksanaan kolaborasi dengan

dokter dan apoteker (98,33%), fungsi perawat dalam pemberian obat yang telah

tersedia (84,50%) (Muntasir, 2007).

Pengelolaan obat sangat penting dalam mempertahankan dan

meningkatkan kesehatan yang baik bagi lansia. Perawat dapat bekerja secara

kolaboratif dengan klien untuk memastikan penggunaan semua obat dengan aman

dan tepat. Klien harus diajarkan nama obat-obatan yang digunakan, kapan dan

bagaimana menggunakannya, dan efek obat yang diharapkan serta yang tidak

diharapkan. Perawat juga mengajarkan bagaimana menghindari efek merugikan

atau interaksi obat dan bagaimana membentuk dan mengikuti pola pemberian obat

secara mandiri dengan tepat (Potter & Perry, 2005).

Perawat harus merencanakan strategi dengan lansia dan keluarga serta

teman mereka untuk mengurangi masalah-masalah yang mungkin terjadi. Dengan

hanya memberikan perintah pengobatan tidak menjamin klien dapat meminum

obat atau memakai obat dengan benar contohnya, obat seperti ibuprofen dapat

mengiritasi saluran gastrointestinal, sehingga seringkali membuat lansia tidak

akan memakai obat tersebut, untuk itu dapat diberikan magnesium hidroksida

Page 25: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

7

sebelum pemberian ibuprofen untuk mengurangi efek samping (Joyce & Evelyn,

1996).

Obat-obat yang sering dikonsumsi oleh lansia, seperti obat analgesik

(terutama aspirin, asetaminofen, dan ibuprofen) digunakan oleh 30 sampai 40 %

lansia, banyak yang menggunakan lebih dari satu butir analgesik secara bersama-

sama. Vitamin dan pelengkap makanan digunakan oleh 1 dari tiap 3 orang yang

berusia 65 tahun. Lansia sering juga memakai obat laksatif. Hampir 10% orang

yang berusia lebih dari 65 tahun mengakui menggunakan laksatif secara teratur,

dan menjadi ketergantungan, penggunaannya meningkat seiring dengan

peningkatan usia (Stanley & Beare, 2006).

Kriteria penggunaan obat rasional adalah tepat diagnosis, tepat indikasi

penyakit, tepat pemilihan obat, tepat dosis (dosis, jumlah, cara, waktu dan lama

pemberian obat harus tepat), waspada terhadap efek samping. Dengan penggunaan

obat yang rasional membuat konsumsi obat menjadi aman (Direktorat bina

penggunaan obat rasional, 2008).

Terbentuknya suatu perilaku baru dimulai pada domain kognitif.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan

lebih lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penerimaan

perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses pengetahuan, kesadaran dan

sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat lama (long lasting).

Pengetahuan akan menimbulkan respons batin dalam bentuk sikap dan akan

menimbulkan respons yang lebih jauh lagi yaitu berupa perilaku. perilaku yang

Page 26: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

8

diekspresikan dalam bentuk tindakan, yang merupakan bentuk nyata dari

pengetahuan dan sikap yang telah dimiliki (Notoatmodjo, 2003).

Hasil studi pendahuluan pada tanggal 12 Juni 2012, lansia yang berada di

Posbindu Cempaka mendapatkan obat dari warung, Posbindu Cempaka,

Puskesmas, Rumah sakit, dan apotik. Lansia mencari obat bila ada keluhan yang

dirasakan, bila keluhan ringan seperti flu, pilek, batuk dan demam membeli obat

yang ada di warung, bila keluhan sudah mulai berat maka lansia datang ke

puskesmas atau ke Rumah sakit. Konsumsi obat sesuai dengan yang telah

diresepkan oleh dokter dan meminum obat tersebut sampai habis, bila keluhan

masih terasa atau keluhan datang lagi lansia membeli obat ke apotik dengan resep

ataupun tanpa resep dari dokter. Menurut kader lansia biasanya diberikan obat

paling sedikit 3 macam obat. Lansia mengaku jenuh dengan banyaknya obat yang

diminum dan harus teratur, sehingga terkadang mereka tidak patuh minum obat.

Dilihat dari dampak yang ditimbulkan akibat pemakaian obat yang tidak

aman dikonsumsi pada lansia dan atas dasar teori diatas, maka peneliti tertarik

untuk meneliti hubungan pengetahuan dan sikap lansia tentang konsumsi obat

yang aman terhadap perilaku minum obat di Posbindu Cempaka, RW 06,

Kelurahan Cempaka Putih Ciputat.

B. Rumusan Masalah

Dilihat dari latar belakang di atas dengan semakin banyaknya jumlah

lansia, dan makin banyak lansia yang mengkonsumsi obat, maka peneliti

merumuskan masalah penelitian ini yakni “Hubungan pengetahuan dan sikap

Page 27: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

9

lansia tentang konsumsi obat yang aman terhadap perilaku minum obat di

Posbindu Cempaka, RW 06, Kelurahan Cempaka Putih Ciputat?”.

C. Pertayaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran pengetahuan lansia tentang konsumsi obat yang

aman di Posbindu Cempaka Kelurahan Cempaka Ciputat?

2. Bagaimana gambaran sikap lansia terhadap konsumsi obat yang aman di

Posbindu Cempaka Kelurahan Cempaka Ciputat?

3. Bagaimana perilaku minum obat lansia di Posbindu Cempaka Kelurahan

Cempaka Ciputat?

4. Adakah hubungan pengetahuan lansia tentang konsumsi obat yang aman

dengan perilaku minum obat di Posbindu Cempaka Kelurahan Cempaka

Ciputat?

5. Adakah hubungan sikap lansia terhadap konsumsi obat yang aman dengan

perilaku minum obat di Posbindu Cempaka Kelurahan Cempaka Ciputat?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap lansia terhadap

perilaku minum obat di Posbindu Cempaka Kelurahan Cempaka, Ciputat.

2. Tujuan khusus

a. Melihat gambaran pengetahuan lansia tentang konsumsi obat yang

aman di Posbindu Cempaka Kelurahan Cempaka Ciputat.

Page 28: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

10

b. Melihat gambaran sikap lansia terhadap konsumsi obat yang aman di

Posbindu Cempaka Kelurahan Cempaka Ciputat

c. Melihat gambaran perilaku minum obat lansia di Posbindu Cempaka

Kelurahan Cempaka Ciputat

d. Mengetahui hubungan pengetahuan lansia tentang konsumsi obat

yang aman dengan perilaku minum obat di Posbindu Cempaka

Kelurahan Cempaka Ciputat.

e. Mengetahui hubungan sikap lansia terhadap konsumsi obat yang

aman dengan perilaku minum obat di Posbindu Cempaka Kelurahan

Cempaka Ciputat.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi institusi tempat penelitian

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dalam melaksanakan program

yang bersifat perilaku minum obat di lansia. Sebagai program promosi

konsumsi obat yang aman bagi lansia.

2. Bagi pendidikan keperawatan

Diharapkan dapat memperluas bahasan yang berkaitan dengan lingkup

keperawatan gerontik (lansia). Dalam hal ini dikhususkan pada

pengetahuan dan sikap lansia tentang konsumsi obat yang aman bagi

lansia terhadap perilaku minum obat yang hingga pada saat ini masih

sedikit bahasannya.

Page 29: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

11

3. Bagi peneliti

Merupakan hal yang sangat menarik bagi peneliti, karena yang dihadapi

yaitu lansia yang memerlukan perawatan yang komprehensif dan dapat

menambah wawasan tentang pengetahuan dan sikap lansia tentang

konsumsi obat yang aman bagi lansia terhadap perilaku minum obat.

4. Bagi peneliti selajutnya

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pengetahuan dan

sikap lansia tentang konsumsi obat yang aman bagi lansia terhadap

perilaku minum obat untuk dapat mengembangkan penelitian-penelitian

selanjutnya.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif-korelasional,

dengan menggunakan metodologi penelitian cross sectional. Data dikumpulkan

dengan cara penyebaran kuesioner terkait pengetahuan dan sikap lansia tentang

konsumsi obat yang aman bagi lansia terhadap perilaku minum obat. Populasi

dalam penelitian ini yakni lansia yang tercatat di Posbindu Cempaka, RW 06,

Kelurahan Cempaka Putih, Ciputat dengan teknik sampling yakni purposive

sampling dimana obyek datang dan memenuhi ktiteria pemilihan dimasukkan

dalam penelitian sampai jumlah yang diperlukan terpenuhi.

Page 30: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lansia

1. Definisi

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun keatas

karena adanya proses penuaan berakibat menimbulkan berbagai masalah

kesejahteraan dihari tua (Mangoenprasodjo, 2005). Ada dua pandangan

tentang definisi lansia, yaitu pandangan orang barat yang tergolong lansia

adalah orang yang sudah berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan

membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut, sedangkan

pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60

tahun karena dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-

ciri ketuaan (Santrock, 2002).

2. Karakteristik Lansia

Menurut Keliat dalam Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik sebagai

berikut:

a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13

tentang kesehatan).

b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai

sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spritual, serta dari kondisi

adaptif hingga kondisi maladaptif.

c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

Page 31: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

13

3. Konsep Menua

Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-

lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000).

Perubahan menjadi tua adalah perubahan alami yang akan dilalui

oleh setiap orang saat memasuki lansia. Selama proses ini akan terjadi

penurunan sejumlah sel-sel tubuh baik bentuk maupun jumlahnya, yang

tentunya berpengaruh pada fungsi organ-organ tubuh lainnya. Perubahan juga

terjadi dalam aspek sosial berupa kehilangan pekerjaan, pensiun, kehilangan

pasangan dan terpisah dengan anak. Selain itu juga terjadi perubahan kejiwaan

berupa daya ingat yang menurun, cepat lupa, mudah sedih, mudah

tersinggung, mudah frustasi, merasa kesepian, dan takut kemandirian hilang

(Nugroho dalam Maryam, 2008).

Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat

menjadi seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan

sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan

kematian (Setiati, Harimurti & Roosheroe, 2006).

Terdapat dua jenis penuaan, antara lain penuaan primer,

merupakan proses kemunduran tubuh gradual tak terhindarkan yang dimulai

pada masa awal kehidupan dan terus berlangsung selama bertahun-tahun,

terlepas dari apa yang orang-orang lakukan untuk menundanya, sedangkan

penuaan sekunder merupakan hasil penyakit, kesalahan dan penyalahgunaan

faktor-faktor yang sebenarnya dapat dihindari dan berada dalam kontrol

Page 32: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

14

seseorang (Busse,1987; J.C Horn & Meer,1987 dalam Papalia, Olds &

Feldman, 2005). Banyak perubahan yang dikaitkan dengan proses menua

merupakan akibat dari kehilangan yang bersifat bertahap (gradual loss).

Watson (2003) mengungkapkan bahwa lansia mengalami perubahan-

perubahan fisik diantaranya perubahan sel, sistem persarafan, sistem

pendengaran, sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem pengaturan

suhu tubuh, sistem respirasi, sistem gastrointestinal, sistem genitourinari,

sistem endokrin, sistem muskuloskeletal, disertai juga dengan perubahan-

perubahan mental menyangkut perubahan ingatan (memori). Berdasarkan

perbandingan yang diamati secara potong lintang antar kelompok usia yang

berbeda, sebagian besar organ tampaknya mengalami kehilangan fungsi

sekitar 1 persen per tahun, dimulai pada usia sekitar 30 tahun (Setiati,

Harimurti & Roosheroe, 2006).

4. Perubahan Fisiologis Pada Lansia

Perubahan fisiologis bervariasi pada setiap lansia yang umumnya

diantisipasi oleh lansia. Perubahan ini bukan proses patologis, perubahan ini

terjadi pada semua orang tetapi pada kecepatan yang berbeda dan tergantung

pada kehidupan. Perubahan-perubahan fisiologis tersebut mempunyai efek

utama dalam terapi obat, seperti: pada gastrointestinal, akan terjadi

peningkatan Ph (asam) lambung, penurunan peristaltik yang menyebabkan

terhambatnya waktu pengosongan usus halus. Sistem vaskuler akan terjadi

penurunan curah jantung dan penurunan aliran darah. Hati akan terjadi

penurunan fungsi enzim dan penurunan aliran darah. Ginjal akan terjadi

Page 33: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

15

penurunan aliran darah, penurunan nefron-nefron yang berfungsi (sel-sel

ginjal), dan penurunan laju filtrasi glomerulus. Pada lansia, obat-obat yang

bersifat asam kurang diserap karena sekresi lambung yang basa, dan obat-obat

lebih lama berada di dalam saluran gastrointestinal karena berkurangnya

motilitas lambung. Lansia mengalami penurunan curah jantung dan penurunan

aliran darah, sehingga mempengaruhi aliran darah kehati dan ginjal,

menyebabkan setelah usia 65 tahun, fungsi nefron berkurang sampai 35%, dan

setelah usia 70 tahun, aliran darah ke ginjal berkurang sampai 50%. Disfungsi

hati dapat dialami oleh lansia akibat menurunnya fungsi enzim, dan juga

menurunnya kemampuan hati untuk memetabolisir dan mendetoksikasi obat-

obat, sehingga meningkatkan risiko toksisitas obat (Joyce & Evelyn, 1996).

Dengan adanya disfungsi hati dan ginjal, efektivitas dari suatu

dosis obat biasanya berkurang. Pemakaian obat yang banyak dapat

meningkatkan efek obat dan ekskresi obat pada orang lansia. Hati dan ginjal

adalah 2 organ utama yang bertanggung jawab untuk klirens (bersihan) obat

dari tubuh. Jika efisiensi kedua sistem tubuh ini berkurang, maka waktu paruh

obat diperpanjang dan toksisitas obat mungkin terjadi. Perawat perlu menilai

fungsi ginjal dan memantau keluaran urin dan nilai-nilai laboratorium dari

nitrogen urea darah (BUN=Blood Urea Nitrogen)dan kreatinin serum (Cr).

Untuk menilai fungsi hati, enzim-enzim hati perlu diperiksa. Kadar yang

meningkat menunjukkan adanya kemungkinan disfungsi hati. Faktor-faktor

yang menunjang terjadinya reaksi yang merugikan pada orang lansia adalah

berkurangnya tempat pengikatan pada protein, yang meningkatkan jumlah

obat bebas yang bersirkulasi, berkurangnya metabolisme dalam hati, dan

Page 34: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

16

waktu paruh obat yang memanjang akibat menurunnya fungsi hati dan ginjal.

Interval waktu antara dosis suatu obat mungkin perlu ditambah untuk klien

lansia. Penilaian untuk efek-efek yang merugikan merupakan proses yang

terus-menerus dalam merawat orang lansia (Joyce & Evelyn, 1996).

B. Masalah Obat Pada Lansia

1. Pengertian Obat

Menurut Ansel (1985), obat adalah zat yang digunakan untuk

mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia

atau hewan. Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap

untuk digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau

keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,

penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi (Kebijakan

Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005).

Obat merupakan salah satu komponen yang tidak dapat tergantikan

dalam pelayanan kesehatan. Obat berbeda dengan komoditas perdagangan,

karena selain merupakan komoditas perdagangan, obat juga memiliki fungsi

sosial. Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan karena

penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari

tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi, peran obat secara umum

adalah sebagai berikut dalam Sanjoyo (2005):

a. Untuk pencegahan penyakit

b. Menyembuhkan penyakit

c. Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan

Page 35: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

17

d. Peningkatan kesehatan

e. Mengurangi rasa sakit

2. Obat yang Sering Diminum Lansia

Menurut Stanley & Beare (2006) produk obat yang paling sering digunakan

oleh lansia adalah :

a. Analgesic (aspirin, asetaminofen dan ibuprofen )

b. Mineral dan Vitamin

c. Laksatif

d. Preparat obat batuk dan Flu

Obat yang sering diresepkan pada lansia dalam Farklin (2009), yaitu:

a. Obat-obat sistem saraf pusat

1) Sedativa-hipnotika

Jenis obat diantaranya, Anesfer, Dormicum, Estalin, Sedacum, dan

Sezolam. Efek yang dihasilkan untuk antidepresan, obat tidur dan

anestesi. Efek samping obat yang ditimbulkan pada lansia, pasien

merasa tidak enak badan setelah bangun tidur (dapat terjadi sepanjang

hari), sempoyongan, kekakuan dalam bicara dan kebingungan

beberapa waktu sesudah minum obat.

2) Analgetika

Jenis obat diantaranya, Acetram, Corsadol, Aspirin bayer, Pamol,

Panadol dan Sanmol. Efek yang dihasilkan untuk meredakan nyeri

seperti sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot dan demam. Dengan

menurunnya fungsi respirasi karena bertambahnya umur, maka

Page 36: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

18

kepekaan terhadap efek respirasi obat-obat golongan opioid

(analgetika-narkotik) juga meningkat.

3) Antidepresansia

Jenis obat diantaranya, Deproz, Antiprestin, Ludios, Sandepril, dan

Valdoxan. Efek yang dihasilkan untuk mengobati gejala-gejala

depresi, insomnia. Sering menimbulkan efek samping pada lansia,

antara lain berupa mulut kering, retensi urin, konstipasi, hipotensi

postural, kekaburan pandangan, kebingungan, dan aritmia jantung.

b. Obat-obat kardiovaskuler

1) Antihipertensi

Jenis obat diantaranya, Cardura, Catapres, Captopril, dan Dopamet.

Efek yang dihasilkan untuk mengatasi darah tinggi. Pengobatan

hipertensi pada lansia sering menjadi masalah, tidak saja dalam hal

pemilihan obat, penentuan dosis dan lamanya pemberian, tetapi juga

menyangkut keterlibatan pasien secara terus menerus dalam proses

terapi. Hal ini karena pengobatannya umumnya jangka panjang.

2) Obat-obat antiaritmia

Jenis obat seperti Tiaryt. Efek yang dihasilkan untuk menekan dan

mencegah terjadinya aritmia ventrikuler dan supraventrikuler yang

membahayakan jiwa. Pengobatan antiaritmia pada lansia akhir-akhir

ini semakin sering dilakukan mengingat makin tingginya angka

kejadian penyakit jantung koroner pada kelompok ini.

Page 37: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

19

3) Glikosida jantung

Jenis obat diantaranya, Fargoxin, Digoxin, dan Indop. Digoksin

merupakan obat yang diberikan pada penderita lansia dengan

kegagalan jantung atau aritmia jantung. Gejala intoksikasi digoksin

sangat beragam mulai anoreksia, kekaburan penglihatan, dan psikosis

hingga gangguan irama jantung yang serius.

c. Antibiotika

Jenis obat diantaranya, Ciprofloxacin, Garamycin, dan Claforan. Efek yang

dihasilkan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh mikroba.

Pemakaian antibiotika golongan aminoglikosida dan laktam perlu

diwaspadai karena ekskresi utamanya melalui ginjal. Penurunan fungsi

ginjal karena lansia akan mempengaruhi eliminasi antibiotika tersebut, di

mana waktu paruh obat menjadi lebih panjang (waktu paruh gentasimin,

kanamisin, dan netilmisin dapat meningkat sampai dua kali lipat) dan

memberi efek toksik pada ginjal (nefrotoksik), maupun organ lain

(misalnya ototoksisitas).

d. Obat-obat antiinflamasi

Jenis obat diantaranya, Aktofen, Antalgin, Cataflam, dan Arcoxia. Obat-

obat golongan antiinflamasi relatif lebih banyak diresepkan pada lansia,

terutama untuk keluhan-keluhan nyeri sendi (osteoaritris). Berbagai studi

menunjukkan bahwa obat-obat antiinflamasi non-steroid (AINS), seperti

misalnya indometasin dan fenilbutazon, akan mengalami perpanjangan

waktu paruh jika diberikan pada lansia, karena menurunnya kemampuan

metabolisme hati.

Page 38: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

20

e. Laksansia

Jenis obat diantaranya, Bicolax, Microlax, dan Laxasium. Pada lansia

umumnya akan terjadi penurunan motilitas gastrointestinal, yang biasanya

dikeluhkan dalam bentuk konstipasi. Pemberian obat-obat laksansia jangka

panjang sangat tidak dianjurkan, karena di samping menimbulkan habituasi

juga akan memperlemah motilitas usus.

Daftar obat yang tidak dianjurkan pemberiannya kepada lansia karena adanya efek

samping yang serius dalam Maryam (2008):

a. Psikofarmaka: diazepam, lorazepm, fluoksetin, semua senyawa barbital

(terkecuali fenobarbital dan untuk epilepsi)

b. analgetik dan obat rema: naproksen, piroksikam, indometasin

c. Obat jantung: disopiramida, dipirimadol, amiodaron, metildopa, nifedipin

d. Antihistamin: siproheptadin, prometazin, deksklorfeniramin

e. Obat parkinson: orfenadrin

f. Obat anti-bakteril:nitrofurantoin

g. Hormon pria: testosteron

h. Obat lambung: simetidin, emulsi parafin

Banyak obat yang dapat menyebabkan kerusakan kognitif pada lansia

seperti: amantadine, aspirin, klorpromazin, simetidin, diazepam, difenhidramin,

flurazepam, haloperidok, meperidin, metildopa, reserpin, triazolam dan

kemungkinan 2 atau lebih dari obat-obat ini akan diresepkan secara bersamaan

cukup tinggi (Stanley & Beare, 2006).

Sebagian dari perubahan farmakokinetik ini sukar untuk diramalkan,

petugas kesehatan, termasuk perawat harus memulai terapi dengan dosis efektif

Page 39: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

21

yang paling rendah. Titrasi dosis yang hati-hati, dengan sedikit peningkatan

jumlah dalam dosis obat, mungkin diperlukan untuk mencapai tujuan pengobatan.

Dosis yang konservatif dapat membantu mencegah keracunan dan membantu

pasien menghemat biaya tambahan untuk obat yang tidak perlu (Stanley & Beare,

2006).

Obat oral adalah obat yang paling aman dan paling mudah diberikan,

kecuali jika klien menderita gangguan fungsi cerna atau tidak mampu menelan

(Potter, Ferry 2005). Kadang-kadang sulit menelan tablet yang terlalu besar, tetapi

sebaliknya tablet yang kecil sulit dipegang karena tangan dan jari-jari mulai kaku.

Kadang-kadang sulit mengeluarkan obat dari wadahnya. Obat cair sepertinya

pilihan yang baik, tetapi tetap ada kendala karena mulai sulit untuk menuangkan

obat dari botolnya dan tidak tepat dalam mengisi sendok dengan takaran yang

seharusnya. Juga mulai sulit untuk membawa sendok kearah mulut karena tangan

mulai gemetar dan tidak lentur lagi (Hanna & Andar, 2009).

3. Masalah Dalam Peresapan Obat Pada Lansia

Masalah dalam peresepan obat dalam Manjoer (2004), yaitu:

a. Farmakokinetik

Yang meliputi penyerapan, distribusi, metabolisme dan pengeluaran obat.

b. Farmakodinamik

Perubahan ini berupa gangguan kepekaan target organ terhadap obat yang

dikonsumsi pada lansia yang menyebabkan meningkatnya atau

berkurangnya efek obat tersebut dibandingkan dengan pada usia yang

lebih muda

Page 40: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

22

c. Masalah-masalah khusus

Beberapa masalah khusus perlu diperhatikan di dalam meresepkan obat

pada lansia, yaitu :

1) Polifarmasi: lansia cenderung mengalami polifarmasi karena

penyakitnya yang lebih dari satu jenis (multipatologi), dan diagnosis

tidak jelas.

2) Takaran obat : akibat perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik

pada lansia maka takaran obat perlu diberikan serendah mungkin yang

masih mempunyai efek untuk menyembuhkan.

3) Efek samping, interaksi, toksisitas obat dan penyakit iatrogenik

(penyakit yang disebabkan obat yang digunakan)

4) Ketidakpatuhan menggunakan obat menurut aturan pemakaian,

memegang peranan untuk timbulnya efek samping obat.

4. Interaksi Obat Pada Lansia

Suatu interaksi bisa terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

kehadiran obat lain, obat herbal, makanan, minuman atau agen kimia lainnya

dalam lingkungan. Efek suatu obat merubah efek obat lain atau saling

mempengaruhi. Ketika obat bersaing satu dengan yang lainnya, atau yang

terjadi ketika satu obat hadir bersama dengan obat yang lainnya (Stockley,

2008). Kemungkinan terjadinya interaksi obat semakin besar dengan

meningkatnya kompleksitas obat-obat yang digunakan dalam pengobatan saat

ini dan kecenderungan polifarmasi (Tatro, 2001).

Page 41: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

23

Penggunaan berbagai obat, beberapa orang dokter, dan

penggunaan obat yang dijual bebas semua turut berperan dalam terjadinya

interaksi obat. Penurunan fungsi ginjal dan hati yang berhubungan dengan

penuaan membuat konsekuensi interaksi obat tampaknya dapat menjadikan

penyakit yang dialami lansia akan lebih serius. Interaksi obat yang mungkin

mempunyai konsekuensi kecil pada orang dewasa muda, dapat menimbulkan

konsekuensi yang merusak pada lansia. Sebagai contoh, orang muda tidak

diragukan lagi akan mengalami sedasi oleh kombinasi difenhidramin dan

suatu fenotiazin seperti klopromazin. Pada lansia, kombinasi ini turut berperan

dalam kejadian jatuh, baik karena sedasi yang berlebihan atau karena

pengaruh pada tekanan darah postural. Interaksi obat dapat dideteksi hanya

jika suatu daftar obat lengkap yang digunakan dapat dipelihara. Profil obat

termasuk daftar obat yang diresepkan maupun yang dijual bebas selalu ditulis

oleh setiap dokter pasien tersebut (Maryam, 2008).

Mekanisme interaksi obat dapat dibagi menjadi interaksi yang

melibatkan aspek farmakokinetik obat dan interaksi yang mempengaruhi

respon farmakodinamik obat. Interaksi farmakokinetik dapat terjadi pada

beberapa tahap, meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme, atau ekskresi.

Interaksi farmakodinamik adalah interaksi dimana efek suatu obat diubah oleh

obat lain (Fradgley, 2003). Beberapa kejadian interaksi obat sebenarnya dapat

diprediksi sebelumnya dengan mengetahui efek farmakodinamik serta

mekanisme farmakokinetik obat-obat tersebut. Pengetahuan mengenai hal ini

akan bermanfaat dalam melakukan upaya pencegahan terhadap efek

Page 42: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

24

merugikan yang dapat ditimbulkan akibat interaksi obat (Quinn dan Day,

1997).

Interaksi obat yang paling penting pada lansia termasuk obat

dengan indikasi terapeutik yang sempit atau obat yang memengaruhi sistem

saraf pusat. Perawat perlu menyaring profil pengobatan untuk interaksi obat

pada pasien yang menggunakan obat seperti warfarin, fenitoin, karbamazepin,

fenobarbital, digoksin, quinidin, prokainamid, antidepresan, atau

benzodiazepin (Maryam, 2008).

5. Polifarmasi Pada Lansia

Kombinasi obat yang tidak diperlukan adalah penggunaan dua

macam obat atau lebih dengan kelas terapi yang sama namun berbeda

golongan yang dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas terapi namun

salah satu obat atau lebih dalam kombinasi tersebut sebenarnya tidak

diperlukan bagi pasien (Rahmawati, 2008).

Kelompok lansia mengkonsumsi lebih banyak obat dibandingkan

dengan kelompok umur lain. Polifarmasi ada bila obat-obatan yang digunakan

tidak memiliki indikasi yang nyata, duplikasi pengobatan, interaksi

pengobatan yang sedang digunakan saat ini, kontraindikasi pengobatan yang

digunakan, obat yang digunakan untuk mengobati reaksi obat yang

merugikan, atau terdapat perbaikan setelah pemutusan obat (Stanley & Beare,

2006).

Terapi obat adalah dasar perawatan untuk artritis, hipertensi,

penyakit arteri koroner, diabetes, dan banyak dari permasalahan medis kronis

Page 43: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

25

lain dapat dilihat pada lansia. Karena 4 dari 5 orang yang berusia di atas 65

tahun mempunyai satu atau lebih penyakit kronis, tidak mengejutkan bahwa

kelompok usia ini adalah pemakai paling besar obat yang diresepkan. Adanya

sejumlah permasalahan medis mungkin membawa pasien untuk mencari

bantuan dari beberapa dokter. Suatu resep dibuat untuk 60% kunjungan ke

tempat praktik, dan karena lansia mengunjungi dokter lebih banyak daripada

kelompok usia yang lain, mereka menerima lebih banyak obat yang

diresepkan (Stanley & Beare,2006).

6. Dampak Masalah Polifarmasi Pada Lansia

Penggunaan berbagai macam obat meningkatkan potensi untuk

terjadinya ketidakpatuhan dan turut berperan dalam terjadinya reaksi obat

yang tidak diinginkan, interaksi obat, dan biaya pelayanan kesehatan.

Penambahan suatu obat baru pada program pengobatan mungkin memerlukan

suatu perubahan gaya hidup pasien ( misalnya: harus ingat untuk memakan

satu tablet pada pagi hari) atau perubahan yang lebih penting (misalnya: harus

ingat untuk memakan enam atau delapan kapsul setiap harinya, melakukan

penyesuaian untuk diet yang dikendalikan, membatasi aktifitas fisik atau

menggunakan obat tambahan untuk mengantisipasi efek samping obat).

Kurangnya dukungan terhadap program pengobatan yang kompleks

merupakan hal yang sering terjadi, dan kegagalan penyedia layanan kesehatan

untuk mengkoordinasikan program pengobatan. Perilaku ketergantungan

kemudian mungkin mendorong kearah tidak mematuhi, kegagalan perawatan,

atau ketergantungan yang berlebihan pada obat. Tipe perilaku mencari obat ini

Page 44: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

26

mungkin mendorong kearah penggunaan obat yang berlebihan (Stanley &

Beare, 2006).

Berbagai studi menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara

jumlah obat yang diminum dengan kejadian efek samping obat. Artinya,

makin banyak jenis obat yang diresepkan pada individu-individu lansia, makin

tinggi pula kemungkinan terjadinya efek samping. Secara epidemiologis, 1

dari 10 orang (10%) akan mengalami efek samping setelah pemberian 1 jenis

obat. Resiko ini meningkat mencapai 100% jika jumlah obat yang diberikan

mencapai 10 jenis atau lebih. Secara umum angka kejadian efek samping obat

pada lansia mencapai 2 kali lipat kelompok usia dewasa. Obat-obat yang

sering menimbulkan efek samping pada lansia antara lain analgetika,

antihipertensi, antiparkinsion, antipsikotik, sedatif dan obat-obat

gastrointestinal. Sedangkan efek samping yang paling banyak dialami antara

lain hipotensi postural, ataksia, kebingungan, retensi urin, dan konstipasi.

Tingginya angka kejadian efek samping obat ini nampaknya berkaitan erat

dengan kesalahan peresepan oleh dokter maupun kesalahan pemakaian oleh

pasien, dalam Franklin (2009),

a. Kesalahan peresepan

Sebagai contoh simetidin yang sering diberikan pada kelompok usia ini,

ternyata memberi dampak efek samping yang cukup sering (misalnya

halusinasi dan reaksi psikotik), jika diberikan sebagai obat tunggal. Obat

ini juga menghambat metabolisme berbagai obat seperti warfarin, fenitoin

dan beta blocker. Sehingga pada pemberian bersama simetidin tanpa lebih

dulu melakukan penetapan dosis yang sesuai, akan menimbulkan efek

Page 45: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

27

toksik yang kadang fatal karena meningkatnya kadar obat dalam darah

secara mendadak (Franklin, 2009).

b. Kesalahan pasien

Secara konsisten, kelompok lansia banyak mengkonsumsi obat-obat yang

dijual bebas/tanpa resep (OTC). kandungan zat-zat aktif dalam satu obat

OTC kadang-kadang belum jelas efek farmakologiknya atau malah

bersifat membahayakan. Beberapa antihistamin mempunyai efek sedasi,

yang jika diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi kognitif akan

memberi efek samping yang serius. Demikian pula obat-obat dengan

kandungan zat yang mempunyai antimuskarinik akan menyebabkan

retensi urin atau glaukoma, yang penanganannya akan jauh lebih sulit

dibanding penyakitnya semula (Franklin, 2009).

c. Ketidak-jelasan informasi pengobatan

Keadaan ini banyak dialami oleh penderita-penderita penyakit yang

bersifat hilang timbul (sering kambuh). Kesalahan umumnya berupa salah

minum obat (karena banyaknya jenis obat yang diresepkan), atau berupa

ketidaksesuaian dosis dan cara pemakaian seperti yang dianjurkan.

Kelompok usia ini tidak jarang pula memanfaatkan obat-obat yang

kadaluwarsa secara tidak sengaja, karena ketidaktahuan ataupun

ketidakjelasan informasi. Namun demikian, hal-hal yang perlu dicatat

dalam segi ketaatan pasien antara lain dalam Franklin (2009) :

1) Meskipun secara umum populasi lansia kurang dari 15%, tetapi

peresepan pada usia ini relatif tinggi, yaitu mencapai 25%-30% dari

seluruh peresepan.

Page 46: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

28

2) Pasien sering lupa instruksi yang berkenaan dengan cara, frekuensi dan

berapa lama obat harus diminum untuk memperoleh efek terapetik

yang optimal. Untuk antibiotika, misalnya pasien sering menganggap

bahwa hilangnya simptom memberi tanda untuk menghentikan

pemakaian obat.

3) Pada penderita yang tremor, mengalami gangguan visual atau

menderita artritis, jangan diberi obat cairan yang harus ditakar dengan

sendok.

4) Untuk pasien lansia dengan katarak atau gangguan visual karena

degenerasi makular, sebaiknya etiket dibuat lebih besar agar mudah

dibaca.

7. Reaksi Obat yang Tidak Diharapkan

Efek samping tidak mungkin dihindari atau dihilangkan sama

sekali, tetapi dapat ditekan atau dicegah seminimal mungkin dengan

menghindari faktor-faktor risiko yang sebagian besar dapat diketahui. Dampak

negatif masalah efek samping obat dalam klinik antara lain dapat

menimbulkan keluhan atau penyakit baru karena obat, meningkatkan biaya

pengobatan, mengurangi kepatuhan berobat serta meningkatkan potensi

kegagalan pengobatan. Hal ini dapat terjadi karena pada pasien lansia

kemungkinan terjadinya penurunan fungsi organ sehingga pada saat

pemberian obat, dosisnya harus disesuaikan. Selain itu faktor kepatuhan

minum obat, dimana untuk pasien lansia terkadang lupa untuk minum obat

(Shargel dan Andrew 1985).

Page 47: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

29

Polifarmasi merupakan salah satu dari faktor utama yang

memberikan kontribusi, faktor resiko lain termasuk postur tubuh yang kecil

(terutama pada wanita), riwayat penyakit alergi, reaksi obat yang tidak di

harapkan yang telah terjadi sebelumnya, berbagai macam penyakit kronis,

gagal ginjal, berobat kepada beberapa orang dokter, status mental yang

abnormal, tinggal sendiri, masalah keuangan, tidak patuh, dan masalah

penglihatan atau pendengaran. Faktor resiko ini mungkin sering timbul secara

bersamaan pada lansia. Reaksi obat yang tidak diharapkan mungkin

menyebabkan perubahan kecil yang tidak menyenangkan atau perubahn

penting pada dosis obat. Reaksi tidak diharapkan yang lebih serius mungkin

cukup berat sehingga perlu dilakukan hospitalisasi. Dalam suatu penelitian

melaporkan bahwa 1 dari setiap 5 orang pasien lansia yang masuk ke rumah

sakit adalah akibat dari suatu reaksi obat yang tidak diharapkan. Obat-obat

yang dapat menyebabkan hospitalisasi karena reaksi yang tidak diharapkan :

analgesik, aspiri, kemoterapi, digoksin, insulin, prednison, teofilin, warfarin

(Stanley & Beare, 2006).

Banyak efek obat yang tidak di harapkan berhubungan dengan

dosis atau konsentrasi dan ada kecenderungan obat untuk terakumulasi pada

lansia. Untuk mencegah reaksi yang tidak diharapkan yang disebabkan oleh

efek farmakologis yang berlebihan, perawat harus memahami bagaimana

fisiologis, perubahan yang memengaruhi penumpukan obat di dalam tubuh.

Efek yang tidak diharapkan seperti hipotensi ortostatik, keadaan mengantuk,

pusing, pandangan kabur, atau konfusi. Gejala reaksi obat yang tidak

diharapakan ini mungkin akan diatasi dengan menambah obat lain, yang

Page 48: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

30

hanya menambah masalah akibat penggunaan berbagai macam obat (Stanley

& Beare, 2006).

8. Fisiologis dan Penimbunan Obat Pada Lansia

Obat mengalami proses 4 tahap sebelum meninggalkan tubuh menurut

Stanley & Beare, (2006):

a. Absorpsi

Absorsi obat terjadi dengan cara difusi sederhana melalui usus halus, suatu

proses yang bergantung pada konsentrasi, tidak memerlukan energy dan

tidak di pengaruhi oleh usia. Tetapi, tingkat kecepatan absorsi dan efek

puncak dari beberapa obat mungkin lebih lambat pada lansia karena

penurunan yang berhubungan dengan penuaan pada aliran darah dan

otilitas gastrointestinal. Karena absorsi obat pada lansia mungkin

terlambat, toksiksitas obat yang terjadi pada pasien lansia mungkin terjadi

lebih lama dan lebih panjang daripada toksiksitas obat pada pasien yang

lebih muda. Berkurangnya keasaman lambung mengubah absorpsi obat-

obat yang bersifat asam lemah, seperti aspirin. Berkurangnya aliran darah

ke saluran gastrointestinal (berkurangnya 40-50%) adalah akibat dari

curah jantung yang menurun. Karena adanya aliran darah yang berkurang,

maka absorpsi diperlambat tetapi tidak berkurang. Berkurangnya laju

motilitas gastrointestinal (peristaltik) akan mengakibatkan tertundanya

mula kerja.

Page 49: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

31

b. Distribusi

Saat di absorpsi, sebagian besar obat di distribusikan keseluruh tubuh

dalam konsentrasi yang bergantung pada kemampuan obat untuk

menembus baik kompartemen yang mengandung air maupun yang

mengandung lipid. Karena total cairan tubuh menurun 10 sampai 15% di

antara usia 20 tahun dan 80 tahun, lansia akan mengalami peninggian

konsentrasi plasma ketika obat yang di distribusikan kedalam plasma di

berikan, kecuali jika penyesuaian dosis telah di lakukan. Sebagai contoh,

lansia yang diberi suatu dosis standar etanol intravena mengalami puncak

konsentrasi alkohol yang lebih tinggi daripada orang yang lebih muda

dengan dosis yang sama.

Akibat berkurangnya air tubuh pada orang lansia, obat-obat yang larut

dalam air akan lebih terkonsentrasi (pekat). Terdapat peningkatan rasio

lemak terhadap air pada orang lansia, obat-obat yang larut dalam lemak

disimpan dan mengalami akumulasi. Lemak tubuh berfungsi sebagai

reservoir bagi obat yang larut dalam lemak, membantu menurunkan

konsentrasi plasma tetapi meningkatkan durasi aksi obat tersebut. Telah

terjadi peningkatan durasi aksi dari obat yang dapat larut dalam lemak

seperti flurazepam, diazepam, klorpromazin, dan antidepresan trisiklik

pada lansia. Perubahan ini disebabkan oleh peningkatan proporsi lemak

pada tubuh lansia. Orang lansia mempunyai serum protein dan kadar

albumin yang berkurang, sehingga terdapat lebih sedikit tempat

pengikatan pada protein, akibatnya terdapat lebih banyak obat bebas.

Obat-obat dengan afinitas yang tinggi terhadap protein bersaing untuk

Page 50: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

32

mendapatkan tempat pengikatan pada protein dengan obat-obat lain.

Interaksi obat mengakibatkan berkurangnya tempat pengikatan pada

protein dan bertambahnya obat bebas.

c. Metabolisme dan eliminasi

Pada orang lansia, terdapat penurunan produksi enzim hati, aliran darah

hati, dan fungsi hati. Semua penurunan ini mengakibatkan berkurangnya

metabolisme obat. Dengan berkurangnya laju metabolisme obat, waktu

paruh (t 1/2) dari obat-obat meningkat, dan dapat terjadi akumulasi obat.

Metabolisme suatu obat menginaktivasi obat dan merupakan persiapan

untuk eliminasi oleh ginjal. Toksisitas obat mungkin terjadi jika waktu

paruh diperpanjang.

Ginjal dan hati adalah organ yang bertanggung jawab untuk

mengeliminasi sebagian besar obat melalui biotransformasi di dalam hati

menjadi suatu metabolit yang kurang aktif atau non aktif atau pembuangan

obat dan metabolitnya melalui ginjal. Kedua proses ini menurun seiring

dengan penuaan. Aliran darah hati menurun sebanyak 47% pada usia 65

tahun, yang sebagian terjadi akibat penurunan curah jantung secara

bersamaan. Aliran darah hati, yang merupakan suatu faktor utama dalam

klirens berbagai jenis obat, mungkin dipengaruhi lebih lanjut oleh gagal

jantung dan sirkulasi, demam, dan dehidrasi. Dosis beberapa obat mungkin

perlu dikurangi untuk lansia. Contoh obat yang mengalami penurunan

metabolisme pada lansia karena penurunan aliran darah hati : amitriptilin,

desipramin, imipramin, isoniazid, lidokain, meperidin, morfin, nortriptilin,

propoksifen, propranolol, verapamil.

Page 51: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

33

Pada orang lansia terdapat penurunan aliran darah ginjal dan penurunan

laju filtrasi glomerulus sebanyak 40-50%. Dengan adanya penurunan

fungsi ginjal, terdapat penurunan ekskresi obat, dan terjadi akumulasi obat.

Dosis obat yang dieliminasi oleh ginjal harus dikurangi pada pasien lansia.

Contoh obat yang mengalami penurunan eliminasi pada lansia karena

penurunan fungsi ginjal: amantadin, amilorid, aminoglikosid, antibiotik,

atenolol, kaptopril, klorpropamid, simetidin, klonidin, digoksin,

disopiramid, etambutol, litium, metotreksat, metildopa, metoklopramid,

prokainamid, pridostigmin, vankomicin. Toksisitas obat harus dinilai

secara terus-menerus selama klien menerima pengobatan.

C. Prinsip-Prinsip Umum Penggunaan Obat Pada Lansia

Penggunaan obat harus mempertimbangkan rasio manfaat dan resiko bagi

pasien. Pemilihan obat tidak hanya melihat manfaatnya menyembuhkan penyakit,

namun harus selalu disertai pertimbangan kondisi pasien. Obat dikategorikan

tidak aman bagi kondisi pasien apabila obat tersebut potensial menyebabkan efek

samping yang berbahaya bagi kondisi pasien atau sudah terbukti menyebabkan

efek samping pada pasien (Rahmawati,2008).

Ketidakrasionalan obat yang terjadi karena ketidak sesuaian kombinasi

obat dalam satu resep yang mengakibatkan terjadinya interaksi antar obat yang

dapat mengakibatkan kehilangan kerja obat, berkurangnya efek obat, dan

peningkatan toksisitas obat (Herianto, dkk., 2006). Secara singkat, pemakaian

obat, dikatakan tidak rasional apabila kemungkinan memberikan manfaat sangat

Page 52: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

34

kecil atau tidak ada sama sekali, sehingga tidak sebanding dengan kemungkinan

efek samping atau biayanya (Vance dan Millington, 1986).

Penggunaan obat pada pasien lansia memerlukan perhatian khusus karena

adanya perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik obat terkait proses

penuaan. Resiko terjadinya reaksi yang tidak diharapkan (edverse drug reactions)

dan interaksi obat juga akan meningkat seiring bertambahnya jumlah obat yang

dikonsumsi. Banyaknya jenis obat dan rumitnya tata cara pengobatan membuat

pasien lansia, yang kemampuan kognitif dan fisiknya sudah mengalami

penurunan, menjadi tidak patuh terhadap tata cara pengobatan yang telah

ditetapkan. Selain itu, kondisi psikososial pasien lansia sangat potensial untuk

memperburuk status kesehatannya (Retno, 2010).

Kriteria penggunaan obat rasional dalam Direktorat bina penggunaan obat

rasional (2008) adalah :

1. Tepat diagnosis

Obat diberikan sesuai dengan diagnosis. Apabila diagnosis tidak ditegakkan

dengan benar maka pemilihan obat akan salah.

2. Tepat indikasi penyakit

Obat yang diberikan harus yang tepat bagi suatu penyakit.

3. Tepat pemilihan obat

Obat yang dipilih harus memiliki efek terapi sesuai dengan penyakit.

4. Tepat dosis

Dosis, jumlah, cara, waktu dan lama pemberian obat harus tepat.

a. Tepat Jumlah

Jumlah obat yang diberikan harus dalam jumlah yang cukup.

Page 53: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

35

b. Tepat cara pemberian

Cara pemberian obat yang tepat adalah Obat Antasida seharusnya

dikunyah dulu baru ditelan. Demikian pula antibiotik tidak boleh dicampur

dengan susu karena akan membentuk ikatan sehingga menjadi tidak dapat

diabsorpsi sehingga menurunkan efektifitasnya.

c. Tepat interval waktu pemberian

Cara Pemberian obat hendaknya dibuat sederhana mungkin dan praktis

agar mudah ditaati oleh pasien. Makin sering frekuensi pemberian obat

perhari (misalnya 4 kali sehari) semakin rendah tingkat ketaatan minum

obat. Obat yang harus diminum 3 x sehari harus diartikan bahwa obat

tersebut harus diminum dengan interval setiap 8 jam.

d. Tepat lama pemberian

Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masing–masing.

Untuk Tuberkulosis lama pemberian paling singkat adalah 6 bulan. Lama

pemberian kloramfenikol pada demam tifoid adalah 10 – 14 hari.

5. Tepat penilaian kondisi pasien

Penggunaan obat disesuaikan dengan kondisi pasien, antara lain harus

memperhatikan: kontraindikasi obat, komplikasi, serta banyaknya penyakit

yang diderita.

6. Waspada terhadap efek samping

Obat dapat menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan yang

timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi, seperti timbulya mual,

muntah, serta gatal-gatal.

Page 54: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

36

7. Efektif, aman, mutu terjamin, tersedia setiap saat, dan harga terjangkau

Untuk mencapai kriteria ini obat dibeli melalui jalur resmi.

8. Tepat tindak lanjut (follow up)

Apabila pengobatan sendiri telah dilakukan, bila sakit berlanjut konsultasikan

ke dokter.

9. Tepat penyerahan obat (dispensing)

Penggunaan obat rasional melibatkan penyerah obat dan pasien sendiri

sebagai konsumen. Resep yang dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat

di Puskesmas akan dipersiapkan obatnya dan diserahkan kepada pasien

dengan informasi yang tepat.

10. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan

Ketidakpatuhan minum obat terjadi pada keadaan berikut :

a. Jenis sediaan obat beragam

b. Jumlah obat terlalu banyak

c. Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering

d. Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi

e. Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai cara

menggunakan obat

f. Timbulnya efek samping

Adapun prinsip umum penggunaan obat pada lansia dalam Manjoer (2004) :

1. Berikan obat hanya yang betul-betul diperlukan artinya hanya bila ada indikasi

yang tepat. Bila diperlukan efek plasebo berikan plasebo yang sesungguhnya

Page 55: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

37

2. Pilihlah obat yang memberikan rasio manfaat yang paling menguntungkan dan

tidak berinteraksi dengan obat yang lain atau penyakit lainnya

3. Mulai pengobatan dengan dosis separuh lebih sedikit dari dosis yang biasa

diberikan pada orang dewasa yang masih muda, kemudian dosis ditingkatkan

sesuai respons.

4. Sesuaikan dosis obat berdasarkan dosis klinik pasien, dan bila perlu dengan

memonitor kadar plasma pasien. Dosis penunjang yang tepat umumnya lebih

rendah.

5. Berikan regimen dosis yang sederhana dan sediaan obat yang mudah ditelan

untuk memelihara kepatuhan pasien

6. Lakukan evaluasi secara berkala obat-obat yang digunakan dalam jangka

waktu lama, apakah perlu penyesuaian tata cara atau bahkan perlu dihentikan.

7. Tidak mengobati setiap gejala yang timbul.

8. Sederhanakan tata cara. Hanya obat-obat dengan indikasi jelas yang

diresepkan dan sedapat mungkin dengan frekuensi penggunaan sekali atau dua

kali sehari.

9. Berilah penandaan yang jelas pada label wadah obat. Hindari penggunaan

singkatan yang tidak dimengerti.

10. Berikan informasi yang jelas dan dapat dipahami oleh pasien. Libatkan pelaku

rawat (care giver).

D. Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

Page 56: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

38

terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata

dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (overbehavior) (Notoatmojo, 2003).

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan

menurut Notoatmojo(2003), yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu yang telah dipelajari. tahu merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah. Yang termasuk ke dalam

pengetahuan ini ialah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab

itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur

bahwa seseorang tahu dapat diukur dari kemampuan orang tersebut

menyebutkannya, menguraikannya, mendefinisikan dan sebagainya.

2. Paham (comprehension)

Paham diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar. Orang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya terhadap

objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi ini diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat

Page 57: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

39

diartikan sebagai hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya

dalam konteks atau situasi lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu konsep, dan

masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dilihat dari

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjuk kepada satu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru

dari formulasi-formulasi yang sudah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada.

Ada dua faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmojo (2003),

yaitu :

1. Pengalaman, yakni pengalaman yang didapat seseorang terutama pengalaman

dalam menerima pelayanan kesehatan.

2. Informasi, yakni informasi yang didapat seseorang yang biasa diperoleh dari

guru, media massa, orang tua, dan sebagainya.

Page 58: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

40

Pengetahuan lansia dan pemahaman tentang terapi obat memengaruhi

keinginan atau kemampuannya dalam mengikuti suatu program pengobatan.

Apabila lansia tidak memahami tujuan obat, penjadwalan dosis yang teratur,

metode pemberian yang tepat, dan efek samping yang mungkin timbul dapat

membuat lansia tidak mematuhi program pengobatan (Potter dan Perry, 2005).

Pengetahuan yang perlu diketahui lansia tentang konsumsi obat yang aman bagi

lansia dalam Potter dan Perry, (2005); Direktorat bina penggunaan obat rasional

(2008) , yaitu:

1. Obat yang diminum

Lansia mengetahui obat apa saja yang akan diminum. Pemilihan obat harus

disesuaikan dengan efek klinik yang diharapkan sesuai dengan keluhan dan

penyakit. Obat tidak kontraindikasi dengan penyakit yang diderita. Obat

memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang

yang asing harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi petugas

kesehatan untuk menanyakan nama generik atau kandungan obat.

2. Tujuan minum obat

Mengetahui tujuan meminum obat tersebut, dan mengetahui efek terapi yang

dihasilkan obat tersebut untuk mengatasi keluhan ataupun penyakit yang

diderita.

3. Dosis

Jumlah obat yang diberikan harus dalam jumlah yang cukup, tidak dikurangi

ataupun dilebihkan untuk mendapatkan efek obat yang maksimal.

Page 59: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

41

4. Waktu pemberian

Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari, misalnya seperti

dua kali sehari, tiga kali sehat, empat kali sehari dan 6 kali sehari sehingga

kadar obat dalam plasma tubuh dapat dipertimbangkan. Obat yang harus

diminum 3 x sehari harus diartikan bahwa obat tersebut harus diminum

dengan interval setiap 8 jam, yaitu obat dalam tubuh akan habis dalam waktu

8 jam. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ½ ). Obat yang

mempunyai waktu paruh panjang diberikan sekali sehari, dan untuk obat yang

memiliki waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang

waktu tertentu. Tepat lama pemberian obat adalah penetapan lama pemberian

obat sesuai dengan diagnosa penyakit dan kondisi. Apakah obat cukup

diminum hingga gejala hilang saja, atau obat perlu diminum selama 3 hari, 5

hari, ataupun 3 bulan.

5. Cara pemberian

Memperhatikan proses absorbsi obat dalam tubuh harus tepat dan memadai.

Obat dapat diberikan dengan cara peroral (melalui mulut), per rektal (melalui

dubur), parenteral (melalui suntikan, bisa intravena, intramuskular, subkutan)

atau topikal (dioleskan di kulit, seperti krim, gel, salep). Jika obat masih bisa

diberikan melalui oral, hindari pemberian melalui parenteral. Jika terapi cukup

secara lokal melalui obat-obat topikal, tidak perlu diberikan melalui oral. Cara

pemberian obat yang tepat adalah Obat Antasida seharusnya dikunyah dulu

baru ditelan. Demikian pula antibiotik tidak boleh dicampur dengan susu

karena akan membentuk ikatan sehingga menjadi tidak dapat diabsorpsi

sehingga menurunkan efektifitasnya.

Page 60: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

42

6. Efek samping yang mungkin timbul

Obat dapat menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan yang

timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi, seperti timbulya mual,

muntah, serta gatal-gatal. Lansia harus mengetahui efek yang mungkin timbul

bila meminum obat dan tindakan yang harus dilakukan bila efek tersebut

terjadi.

7. Tindak lanjut

Apabila pengobatan sendiri telah dilakukan, bila sakit berlanjut konsultasikan

ke dokter.

E. Sikap

Sikap adalah kecenderungan psikologis yang diekspresikan dengan

mengevaluasi entitas tertentu dengan beberapa derajat menguntungkan atau

merugikan (Eagle & Chaiver, 1993). Menurut Fazio (1995) sikap adalah asosiasi

dalam memori antara objek yang diberikan dan evaluasi dari rangkuman objek

yang yang diberikan tersebut. Definisi lain dari sikap adalah respon tertutup

seseorang terhadap stimulus atau obyek tertentu, yang sudah melibatkan faktor

pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang – tidak senang, setuju – tidak

setuju, baik – tidak baik, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2003). Sikap adalah

evaluasi keseluruhan objek yang berdasarkan informasi kognitif, afektif, dan

perilaku (Maio et al, 2009).

Sikap seperti kebanyakan keadaan psikologis lain, tidak dapat secara

langsung diamati. Kita tidak dapat melihat sikap seperti kita melihat berapa tinggi

atau cepatnya lari sebuah mobil. Sikap berada di dalam fikiran manusia, dan

Page 61: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

43

hanya dapat disimpulkan dari tanggapan mereka (Fazio & Olsson 2003,

Himmelfarb, 1993).

Struktur sikap terdiri dari 3 komponen yang saling menunjang menurut

Notoatmojo(2003), yaitu :

1. Komponen kognitif

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku

atau apa yang benar bagi objek sikap. Sekali kepercayaan itu terbentuk, maka

akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat

diharapkan dari objek tertentu. Kepercayaan sebagai komponen kognitif tidak

selalu akurat karena kepercayaan itu kadang terbentuk dari kurang atau tidak

ada informasi yang benar mengenai objek yang dihadapi.

2. Komponen afektif

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang

terhadap suatu objek sikap.

3. Komponen konatif

Komponen konatif atau perilaku dalam struktur sikap menunjukkan

bagaimana kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang

berkaitan dengan objek sikap yang dihadapi. Bagaimana orang berperilaku

dalam situasi tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan

dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. Kecenderungan berperilaku

secara konsisten, selaras dengan kepercayaan dan perasaan ini membentuk

sikap individual.

Page 62: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

44

Ada beberapa faktor yang menghambat maupun menunjang perubahan sikap,

menurut Notoatmojo (2003) yaitu :

1. Faktor yang menghambat perubahan sikap, yaitu :

a. Stimulus (sifat indeferent) sehingga faktor perhatian kurang berperan

terhadap stimulus yang diberikan.

b. Tidak memberikan harapan untuk mada depan.

c. Adanya penolakan terhadap stimulus tersebut sehingga tidak ada

pengertian terhadap stimulus tersebut.

2. Faktor yang menunjang perubahan sikap, yaitu :

a. Dasar utama terjadinya perubahan sikap adalah adanya imbalan dan

hukuman, dimana individu mengasosiasikan reaksinya yang disertai

dengan imbalan dan hukuman.

b. Stimulus mengandung harapan bagi individu sehingga dapat terjadi

perubahan dalam sikap.

c. Stimulus mengandung prasangka bagi individu yang mengubah sikap

semula.

Menurut Notoatmodjo (2007) ada 4 tingkatan dari sikap, yaitu :

1. Menerima (receiving)

Menerima berarti subjek yang bersedia dan mau memperhatikan stimulus

yang diberikan objek.

2. Merespon (responding)

Merespon berarti bersedia memberikan jawaban apabila ditanya maupun

mengerjakan tugas yang telah diberikan.

Page 63: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

45

3. Menghargai (valuing)

Tingkatan ke tiga dari sikap adalah subjek mengajak subjek lain untuk

mengerjakan atau berdiskusi tentang suatu masalah.

4. Bertanggungjawab (responsible)

Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko merupakan tingkatan dari sikap yang tertinggi.

Sikap lansia terhadap obat menunjukkan tingkat ketergantungannya pada

obat. Lansia seringkali tidak mau mengungkapkan perasaannya tentang obat,

khususnya jika mengalami ketergantungan obat. (Potter dan Perry, 2005).

Sikap yang tepat dalam minum obat dalam Potter dan Perry (2005), adalah:

1. Benar obat

Sebelum mempersiapkan obat ketempatnya harus diperhatikan kebenaran obat

sebanyak 3 kali yaitu ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan

obat, saat obat akan diminum, dan saat mengembalikan ketempat

penyimpanan. Melihat label di wadah obat yang akan diminum sesuai atau

tidak dengan obat yang akan diminum. Jika labelnya tidak terbaca, isinya

tidak boleh dipakai.

2. Benar dosis

Minum obat sesuai dosis yang dianjurkan. Untuk menghindari kesalahan

pemberian obat, maka penentuan dosis harus diperhatikan dengan

menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes, gelas

ukur, spuit atau sendok khusus, alat untuk membelah tablet dan lain-lain

sehingga perhitungan obat benar. Seringkali melebihkan dosis bila efek dari

Page 64: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

46

obat belum terlihat, hal itu akan meningkatkan efek samping yang

ditimbulkan.

Adanya ketidaktepatan dosis ini dapat menimbulkan efek samping yang

tidak diharapkan pada pasien. Dosis yang kurang akan menyebabkan tidak

tercapainya dosis terapi yang berakibat keadaan pasien tidak membaik.

dimana dengan dosis yang lebih besar maka akan menyebabkan konsentrasi

plasma yang lebih besar pula dan lebih besar kemungkinan tercapai dosis

toksik. (Shargel, 1985).

Menurut Rahardja (2007) Lansia menggunakan dosis yang lebih rendah,

yakni:

a. 65-74 tahun : dosis biasa-10%

b. 75-85 tahun: dosis biasa-20%

c. 85 th dan lebih: dosis biasa-30%

3. Benar cara pemberian

Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang

menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum, kecepatan

respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang

diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, topikal, rektal, dan inhalasi.

a. Oral adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai,

karena ekonomis, paling nyaman dan aman.

b. Topikal yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa.

Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata.

Page 65: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

47

c. Rektal yaitu pemberian obat melalui anus berupa supositoria yang akan

mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh

efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol).

Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan

pemberian obat dalam bentuk oral.

d. Inhalasi yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan.

Kebanyakan lansia mengkonsumsi obat dengan oral, melalui injeksi jarang

dilakukan. Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau

sesudah makan atau bersama makanan

4. Benar waktu

Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang diprogramkan,

karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi

dari obat.

F. Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk

hidup yang bersangkutan. Menurut Skiner (1938) perilaku merupakan respons

atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) jadi perilaku

merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon).

Penelitian Rogers tahun 1974 mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi

proses yang berurutan, yakni :

Page 66: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

48

1. Awarrenes (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimuli (objek) terlebih dahulu terhadap stimulus.

2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adoption, subjek telah berperilaku dengan pengetahuan, kesadaran dan

sikapnya terhadap stimulus.

Menurut Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2003) membagi perilaku

dalam 3 domain, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor

(tindakan). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan karena

diperlukan beberapa faktor pendukung untuk mencapai suatu tindakan, antara

lain:

1. Persepsi (perception), Mengenal dan memilih sebagai objek sehubungan

dengan tindakan yang akan diambil.

2. Respon terpimpin (guided response), Artinya bahwa subjek dapat melakukan

sesuatu sesuai dengan urutan yang benar.

3. Mekanisme (mecanism), Artinya apabila seeorang telah dapat melakukan

sesuatu dengan benar secara otomatis sehingga sesuatu itu menjadi suatu

kebiasaan.

4. Adopsi (adoption), Merupakan suatu praktek yang sudah berkembang dengan

baik, tindakan tersebut sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran dari

tindakan tersebut.

Page 67: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

49

Menurut Green (1980), faktor yang mempengaruhi perilaku terdiri atas:

1. Predisposisi (predisposising factor), merupakan suatu keadaan, pikiran yang

menguntungkan. Faktor ini mencakup pengetahuan, sikap, keyakinan, persepsi

dan nilai-nilai yang terdapat dalam diri individu berkenaan dengan motivasi

seseorang.

2. Faktor pendukung (enabling factor), merupakan sumber daya dan ketrampilan

yang memudahkan terjadinya perilaku. Faktor ini meliputi ketersediaannya

sarana pelayanan kesehatan.

3. Faktor penguat (reinforcing factor), merupakan faktor yang memperkuat

perubahan perilaku seseorang yang dikarenakan adanya sikap dan perilaku

orang lain, misalnya keluarga, tenaga kesehatan, tokoh masyarakat, pamong

desa dan lain-lain.

Perawat yang memberi obat kepada lansia harus mencermati lima pola

penggunaan obat oleh klien lansia sebagaimana yang diidentifikasi Ebersole dan

hess, dalam Potter dan Perry (2005), yaitu:

1. Polifarmasi

Klien menggunakan banyak obat, yang diprogramkan atau tidak, sebagai

upaya mengatasi beberapa gangguan secara bersamaam.

2. Meresepkan obat sendiri (self-prescribing of medication)

Berbagai gejala dapat dialami oleh klien lansia, misalnya nyeri, konstipasi,

insomnia, dan ketidakmampuan mencerna. Semua gejala ini ditemukan pada

penggunaan obat yang dijual bebas. Lansia seringkali berupaya mencari

pereda gangguan yang mereka alami dengan menggunakan preparat yang

dijual bebas, obat-obatan rakyat, jamu-jamuan.

Page 68: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

50

3. Obat yang dijual bebas

Obat yang dijual bebas digunakan oleh 75% lansia. Banyak preparat yang

dijual bebas jika tidak menggunakannya dengan tepat dapat menimbulkan

efek samping.

4. Penggunaan obat yang salah (missuse)

Penggunaan yang berlebih (overuse), penggunaan yang kurang (underuse),

penggunaan yang tidak teratur (erratic use), dan penggunaan yang

dikontraindikasikan.

5. Ketidakpatuhan (noncompliance)

Penggunaan obat yang salah secara sengaja. 75% dari lansia tidak mematuhi

program pengobatan dengan sengaja dengan merubah dosis karena dirasa

tidak efektif atau efek samping obat membuat lansia tidak nyaman.

Kepatuhan dalam pengobatan dapat diartikan sebagai perilaku pasien yang

mentaati semua nasehat dan petunjuk yang dianjurkan oleh kalangan tenaga

medis, seperti dokter, apoteker dan perawat. Mengenai segala sesuatu yang

harus dilakukan untuk mencapai tujuan pengobatan, salah satu diantaranya

adalah kepatuhan dalam minum obat. Hal ini merupakan syarat utama

tercapainya keberhasilan pengobatan yang dilakukan (Joyce & Evelyn, 1996).

Sebab-sebab terjadinya ketidakpatuhan lansia dalam minum obat menurut

Joyce & Evelyn (1996) yaitu:

a. Memakai terlalu banyak pengobatan pada waktu yang berbeda-beda

b. Tidak mengerti tujuan atau alasan pemakaian obat

c. Menurunkan daya ingat

d. Berkurangnya mobilitas dan keluwesan gerak

Page 69: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

51

e. Gangguan penglihatan dan pendengaran

f. Keuangan dikurangi

g. Kesulitan dalam membuka penutup botol (yang sebenarnya dimaksudkan

untuk mencegah anak-anak dapat membuka botol obat)

h. Efek samping dan reaksi yang merugikan dari obat

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan agar terjadi kepatuhan pada

lansia menurut Joyce & Evelyn (1996) antara lain:

a. Buat diagram yang menunjukkan waktu pemakaian obat. Sediakan ruang

kosong untuk memberi tanda setiap kali obat dipakai.

b. Jelaskan tujuan, kerja obat, dan pentingnya pengobatan. Sediakan waktu

untuk bertanya dan menegaskan kembali.

c. Dorong anggota keluarga dan teman untuk memantau aturan pengobatan.

d. Nasehatkan anggota keluarga atau teman untuk menyediakan obat dan air

atau cairan lain yang mudah dicapai. Bantu orang tua tersebut sesuai

dengan kebutuhan.

e. Sarankan pemeriksaan mata dan telinga (kacamata atau alat bantu dengar)

f. Hubungi departemen pelayanan sosial dari insitusi.

Page 70: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

52

Perilaku Minum Obat pada lanjut usia

1. Polifarmasi

2. Meresepkan obat sendiri (self-

prescribing of medication)

3. Obat yang dijual bebas

4. Penggunaan obat yang salah

(misuse)

5. Ketidakpatuhan (noncompliance)

G. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori (modifikasi Notoatmodjo, 2007 Potter & Perry, 2005;

Direktorat bina penggunaan obat rasional, 2008)

Lansia

- Perubahan

fisiologis

- Perubahan

psikologis

- Perubahan

mental

- Perubahan

spritual

- Perubahan

sosial

- Perubahan

emosi

Gangguan

kesehatan

Manajemen dan

Penanganan gangguan

kesehatan

- Farmakologis

(Terapi obat)

- Non farmakologis

(Pendidikan

kesehatan)

Sikap Lanjut Usia pada

konsumsi obat yang aman

1. Benar obat

2. Benar dosis

3. Benar cara pemberian

4. Benar waktu

Pengetahuan lanjut usia tentang

konsumsi obat yang aman

1. Obat yang diminum

2. Tujuan minum obat

3. Dosis

4. Waktu pemberian

5. Cara pemberian

6. Efek samping yang mungkin timbul

7. Tepat tindak lanjut

Page 71: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

53

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori di atas, maka peneliti membuat suatu kerangka

konsep pada penelitian ini sebagai berikut :

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independent Variabel Dependent

Perilaku Minum Obat pada

lanjut usia

1. Polifarmasi

2. Meresepkan obat sendiri

(self-prescribing of

medication)

3. Obat yang dijual bebas

4. Penggunaan obat yang

salah (misuse)

5. Ketidakpatuhan

(noncompliance)

Sikap Lanjut Usia pada konsumsi obat

yang aman

1. Benar obat

2. Benar dosis

3. Benar cara pemberian

4. Benar waktu

Pengetahuan lanjut usia tentang

konsumsi obat yang aman

1. Obat yang diminum

2. Tujuan minum obat

3. Dosis

4. Waktu pemberian

5. Cara pemberian

6. Efek samping yang mungkin timbul

7. Tepat tindak lanjut

Page 72: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

54

B. Hipotesis

1. Ada hubungan antara pengetahuan lansia dengan perilaku minum obat.

2. Ada hubungan antara sikap lansia dengan perilaku minum obat.

Page 73: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

55

C. Definisi Operasional

NN No Variabel Definisi

Operasional

Cara

Ukur

Alat

Ukur

Hasil

Ukur

Skala

Ukur

1. Pegetahuan Pengetahuan lansia tentang

konsumsi obat yang aman, yaitu,

Obat yang diminum, Tujuan

minum obat, Dosis, Waktu

pemberian, Cara pemberian, Efek

samping yang mungkin timbul,

Tepat tindak lanjut.

Wawancara Kuesioner pengetahuan dengan

jumlah pertanyaan ada 8

pertanyaan dan menggunakan

skala Guttman, dimana responden

hanya menjawab benar atau salah.

Dimana jawaban benar diberi skor

1 dan salah diberi skor 0.

(Sugiyono, 2009)

Baik, jika nilai

jawaban

responden ≥ 7

Kurang baik,

jika nilai

jawaban

responden < 7

Ordinal

2. Sikap Sikap lansia dalam minum obat,

yaitu : benar obat, benar dosis,

benar rute pemberian, dan benar

Wawancara Kuesioner sikap dengan jumlah

pertanyaan ada 8 pertanyaan dan

menggunakan skala Likert

Baik, jika nilai

jawaban

responden ≥ 28

Ordinal

Page 74: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

56

waktu. dengan 4 pilihan, Sangat Setuju

(SS) dinilai 4, Setuju (S) dinilai 3,

Tidak Setuju (TS) dinilai 2, dan

Sangat Tidak Setuju (STS) dinilai

1. (Sugiyono,2009)

Kurang baik,

jika nilai

jawaban

responden < 28

3. Perilaku Perilaku lansia dalam penggunaan

obat, yaitu: polifarmasi,

meresepkan obat sendiri, obat

yang dijual bebas, penggunaan

obat yang salah, ketidakpatuhan.

Wawancara Kuesioner perilaku dengan jumlah

pertanyaan ada 7 pertanyaan dan

menggunakan skala Likert dimana

responden menjawab sesuai

dengan pendapatnya.

Terdapat 4 pilihan, Selalu dinilai

4, Kadang-kadang dinilai 3,

Jarang dinilai 2, dan Tidak pernah

dinilai 1. (Hidayat, 2008)

Baik, jika nilai

jawaban

responden ≥ 24

Kurang baik,

jika nilai

jawaban

responden < 24

Ordinal

Page 75: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

57

Page 76: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

57

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif-korelasional yang bertujuan

ingin mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap lansia tentang konsumsi

obat yang aman terhadap perilaku minum obat di Posbindu Cempaka.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan studi cross sectional, dimana

variabel sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian

diukur dan dikumpulkan secara simultan, sesaat atau satu kali saja dalam satu kali

waktu (dalam waktu yang bersamaan) serta pada studi ini tidak ada follow up (Setiadi,

2007).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian berada di Posbindu Cempaka, RW 06, kelurahan Cempaka

Putih, Ciputat. Penelitian dilakukan pada tanggal 19 Desember – 24 Desember 2012.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian (Notoatmodjo, 2005). Populasi pada

penelitian ini adalah semua lansia yang berada di wilayah Posbindu Cempaka,

kelurahan Cempaka Putih, Ciputat dengan jumlah populasi 88 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari

karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Aziz, 2007). Sampel pada penelitian ini

Page 77: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

58

adalah lansia yang berada di wilayah Posbindu Cempaka, kelurahan Cempaka

Putih, Ciputat. Teknik pengambilan sampel ini menggunakan teknik purposive

sampling dimana sampel yang diambil adalah yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi yang telah di tentukan peneliti sampai jumlah yang diperlukan terpenuhi,

yaitu:

a. Kriteria Inklusi

1) Berusia ≥ 60 tahun

2) Merupakan lansia yang berada di wilayah Posbindu Cempaka, kelurahan

Cempaka Putih, Ciputat

3) Bersedia menjadi responden

4) Bisa berbahasa Indonesia

5) Kooperatif

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah lansia yang memiliki gangguan

pendengaran total dan dementia.

3. Besar Sampel

Rumus Slovin untuk menentukan ukuran sampel minimal (n) jika diketahui

ukuran populasi (N) pada taraf signifikansi α adalah:

n = N

1+Nα2

n = 88

1+88 (0.05)2

n = 88

1,22

n = 72,13 = 72 sampel

Page 78: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

59

Keterangan :

n = jumlah sampel yang dibutuhkan

N = jumlah populasi

α = taraf signifikan 0,05 (5%)

D. Pengumpulan Data

1. Metode dan Instrumen

Sebelum melakukan pengambilan data, peneliti mengajukan izin terlebih

dahulu ke ketua kader Posbindu Cempaka, kelurahan Cempaka Putih, Ciputat.

Peneliti selanjutnya meminta daftar lansia yang tinggal di wilayah posbindu

tersebut, lalu menyeleksi calon responden sesuai kriteria yang telah dibuat

peneliti.

Setelah mendapatkan responden sesuai dengan kriteria yang telah di tentukan,

peneliti melakukan pendekatan dengan mendatangi calon respoden satu persatu

secara individu dan menjelaskan tentang penelitian yang akan di laksanakan, dan

meminta izin kesediannya untuk menjadi responden. Jika calon responden

bersedia, responden di minta untuk menandatangani surat permohonan.

Peneliti menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian untuk

memperoleh data dari responden. Kuesioner ini telah di susun secara struktural

dan berdasarkan teori dan berisi pernyataan-pernyatan yang harus dijawab oleh

responden. Peneliti meminta bantuan kepada orang lain untuk membantu

membacakan kuesioner, yang sebelumnya telah dilakukan pelatihan agar yang

dikatakan peneliti dan yang membantu peneliti sama. Peneliti dan pembantu

peneliti membacakan kuesioner, dan responden tinggal menjawab lalu peneliti dan

Page 79: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

60

pembantu peneliti mencheklist dilembar kuesioner. Setelah itu peneliti dan

pembantu peneliti memeriksa kembali lembar kuesioner.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

kuesioner yaitu pengambilan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar

pertanyaan-pernyataan kepada responden dengan harapan responden memberikan

jawaban atas daftar pertanyaan tersebut.

Kuesioner ini dibagi menjadi 4 bagian yakni kuesioner data demografi,

kuesioner pengetahuan lansia tentang konsumsi obat yang aman bagi lansia,

kuesioner sikap lansia terhadap konsumsi obat yang aman bagi lansia, dan

perilaku minum obat lansia.

a. Kuesioner data demografi

Tentang biodata responden yakni data lansia meliputi umur, pendidikan

terakhir, pekerjaan, dan penyakit atau keluhan yang sering diderita, jenis obat

yang sering dikonsumsi, cara mendapatkan obat.

b. Kuesioner pengetahuan lansia tentang konsumsi obat yang aman

Kuesioner ini menggunakan skala Guttman, dimana skala ini menginginkan

tipe jawaban tegas seperti jawaban benar-salah, ya-tidak, pernah-tidak pernah,

positif-negatif, tinggi-rendah, baik-buruk, dan seterusnya (Djaali dan Muljono,

2007). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan tipe jawaban benar-salah

untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan lansia tentang konsumsi obat

yang aman bagi lansia. Kuesioner ini dibuat dalam bentuk daftar ckecklist dan

total pernyataan berjumlah 15 pernyataan, dengan semua pernyataan positif.

Page 80: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

61

Tabel 4.1 Kuesioner Pengetahuan

No. Item pengetahuan No. Pertanyaan

1. Obat yang diminum 1

2. Tujuan minum obat 2

3. Dosis 3

4. Waktu pemberian 4, 8

5. Cara pemberian 5

6. Efek samping yang mungkin timbul 6

7. Tindak lanjut 7

Kategori pengetahuan lansia tentang konsumsi obat yang aman dibagi

menjadi dua kategori yakni Baik dan Kurang Baik. Pengkategorian

pengetahuan ini menggunakan nilai median dikarenakan data pengetahuan

tidak berdistribusi normal. Nilai median diperoleh dengan bantuan softwere

komputer yakni Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 20

sehingga nilai median pengetahuan lansia tentang konsumsi obat yang aman

adalah 7, maka dapat disimpulkan bahwa :

1) Baik apabila nilai jawaban yang benar ≥ 7 dan

2) Kurang baik apabila nilai jawaban yang benar < 7.

Pengetahuan yang baik dalam konsumsi obat yang aman adalah lansia

yang mengetahui obat apa saja yang akan diminum, mengetahui tujuan

meminum obat tersebut, mengetahui dosis obat yang diminum, mengetahui

waktu minum obat, mengetahui cara pemberian obatnya, mengetahui efek

samping obat yang mungkin timbul, dan mengetahui tindak lanjut bila sakit

berlanjut.

Page 81: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

62

c. Kuesinoner sikap lansia terhadap konsumsi obat yang aman

Kuesioner ini menggunakan skala Likert dengan 4 pilihan, Sangat Setuju (SS)

dinilai 4, Setuju (S) dinilai 3, Tidak Setuju (TS) dinilai 2, dan Sangat Tidak

Setuju (STS) dinilai 1. Kuesioner ini dibuat dalam bentuk daftar checklist dan

terdiri dari 12 pernyataan, dengan semua pernyataan positif.

Tabel 4.2 Kuesioner Sikap

No. Item sikap No. Pertanyaan

1. Benar obat 1, 5

2. Benar dosis 2, 6

3. Benar cara pemberian 3, 7

4. Benar waktu 4, 8

Kategori sikap lansia terhadap konsumsi obat yang aman dibagi menjadi

dua kategori yakni Baik dan Kurang Baik. Pengkategorian sikap ini

menggunakan nilai median dikarenakan data sikap tidak berdistribusi normal.

Nilai median diperoleh dengan bantuan softwere komputer yakni Statistical

Package for Social Science (SPSS) versi 20 sehingga nilai median sikap lansia

terhadap konsumsi obat yang aman adalah 28, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1) Baik apabila nilai jawaban yang benar ≥ 28 dan

2) Kurang baik apabila nilai jawaban yang benar < 28.

Sikap lansia yang baik dalam konsumsi obat yang aman adalah sikap

lansia yang benar nama obat yang akan diminum, minum obat sesuai dosis

yang dianjurkan, benar cara pemberian obat, dan benar waktu pemberian obat.

Page 82: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

63

d. Kuesioner perilaku lansia terhadap minum obat

Kuesioner ini pula menggunakan skala Likert dengan 4 pilihan, Selalu dinilai

4, Kadang-kadang dinilai 3, Jarang dinilai 2, dan Tidak pernah dinilai 1 .

Kuesioner ini dibuat dalam bentuk daftar checklist dan terdiri dari 15

penyataan, dengan pernyataan positif nomor 3.

Tabel 4.3 Kuesioner Perilaku

No. Item perilaku No. Pertanyaan

1. Polifarmasi 1, 6

2. Meresepkan obat sendiri (self-prescribing of

medication)

2

3. Obat yang dijual bebas 3

4. Penggunaan obat yang salah (misuse) 4, 7

5. Ketidakpatuhan (noncompliance) 5, 8

Kategori perilaku lansia dalam minum obat dibagi menjadi dua kategori

yakni Baik dan Kurang Baik. Pengkategorian perilaku ini menggunakan nilai

median dikarenakan data perilaku tidak berdistribusi normal. Nilai median

diperoleh dengan bantuan softwere komputer yakni Statistical Package for

Social Science (SPSS) versi 20 sehingga nilai median perilaku lansia dalam

minum obat adalah 24, maka dapat disimpulkan bahwa:

1) Baik apabila nilai jawaban yang benar ≥ 24 dan

2) Kurang baik apabila nilai jawaban yang benar < 24.

Perilaku lansia yang baik dalam minum obat adalah jumlah obat yang

diminum tidak lebih dari 3 macam obat, tidak meresepkan obat sendiri saat

Page 83: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

64

membeli obat di apotik, tidak membeli obat yang dijual bebas, dosis obat tidak

berlebihan atau tidak mengurangi dosis, dan patuh terhadap pengobatan.

3. Uji Instrumen

Alat ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah

alat ukur yang telah melalui uji validitas dan reabilitas data. Validitas adalah suatu

indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur

(Notoatmodjo, 2010). Menurut Arikunto (2010) mengatakan bahwa sebuah

instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan

dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Uji validitas yang

digunakan pada penelitian ini menggunakan rumus Pearson Product Moment.

Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan sehingga bila dilakukan

pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan alat ukur yang

sama maka hasil pengukuran itu tetap konsisten (Notoatmodjo, 2010). Teknik uji

reliabilitas ini menggunakan rumus Spearman-Brown, kemudian hasil yang

diperoleh disesuaikan dengan tabel r product moment. Suatu instrumen dikatakan

reliabel apabila r11 > r tabel dan apabila r11 < r tabel dikatakan tidak reliabel

(Hidayat, 2008).

Uji validitas dan reliabilitas kuesioner penelitian ini dilakukan pada tanggal 29

Oktober – 4 November 2012 di RW 01, Kelurahan Cempaka Putih Ciputat dengan

melibatkan 30 responden, dikarenakan wilayah tersebut memiliki karakteristik

yang sama dengan sampel di Posbindu Cempaka, RW 06, Kelurahan Cempaka

Putih Ciputat dan memenuhi kriteria inklusi serta eksklusi pada penelitian ini.

Uji validitas ini digunakan untuk menguji kuesioner pengetahuan lansia

tentang pengobatan yang aman, kuesioner sikap (kepercayaan) lansia dalam

Page 84: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

65

konsumsi obat dan kuesioner perilaku lansia dalam minum obat yang aman. Pada

kuesioner pengetahuan lansia tentang pengobatan yang aman dari 8 pertanyaan

terdapat 1 pertanyaan yang tidak valid dikarenakan nilai rhitung < rtabel yakni

pertanyaan nomor 3 (rhitung = -0,182 < 0,361). Pada kuesioner sikap (kepercayaan)

lansia dalam konsumsi obat semua pertanyaan valid dengan 8 pertanyaan

dikarenakan nilai rhitung > rtabel. Pada kuesioner perilaku lansia dalam minum obat

yang aman dari 8 pertanyaan terdapat 3 pertanyaan yang tidak valid, yakni

pertanyaan nomor 1 (rhitung = 0,253 < 0,361), nomor 5 (rhitung = 0,250 < 0,361), dan

nomor 8 (rhitung = 0,058 < 0,361).

Beberapa pertanyaan yang tidak valid tersebut akan didrop atau dihapuskan

dikarenakan tidak mengurangi indikator yang akan diukur dan telah terwakilkan

oleh beberapa pertanyaan yang valid dan pertanyaan yang valid akan ditetapkan

untuk dipakai (Djaali dan Muljono, 2007) dan yang lainnya akan diganti dengan

pertanyaan lain yang sama tujuannya. Kuesioner yang diganti adalah B3, D1, dan

D8 sedangkan untuk D5 dihapuskan.

Hasil uji reliabilitas kuesioner penelitian ini dilihat dari nilai Alpha Cronbach

( )sebesar 0,854. Nilai tersebut menunjukkan ralpha> rtabel berarti pertanyaan yang

berada dalam kuesioner pada masing-masing variabel ini dapat dikatakan reliabel.

E. Pengolahan Data

Penelitian ini menggunakan media elektonik komputer dalam proses pengolahan

datanya. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data dengan komputer dalam

Hidayat(2003) dan Notoatmodjo (2002) adalah sebagai berikut :

Page 85: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

66

1. Editing

Editing adalah kegiatan untuk pengecekan atau perbaikan isian formulir atau

kuesioner. Editing (penyuntingan) ini dilakukan terlebih dahulu setelah

penyebaran kuesioner untuk melihat apakah jawaban sudah lengkap atau belum.

Apabila ada jawaban-jawaban yang belum lengkap, jika memungkinkan dilakukan

pengambilan data ulang untuk melengkapi jawaban-jawaban tersebut. Tetapi

apabila tidak memungkinkan, maka pertanyaan yang jawabannya tidak lengkap

tersebut tidak diolah atau dimasukkan dalam pengolahan “data missing”.

2. Coding

Coding atau pengkodean adalah kegiatan mengubah data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi data angka atau bilangan. Misalnya 1 = laki-laki, 2 = perempuan.

Kegiatan ini dilakukan apabila semua kuesioner sudah diedit atau disunting.

3. Data entry atau Processing

Data entry adalah kegiatan memasukkan data (jawaban-jawaban dari masing-

masing responden yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf)) ke dalam

program atau “software” komputer. Paket program komputer yang digunakan

pada penelitian ini adalah paket program SPSS for Window.

4. Cleaning atau Pembersihan Data

Cleaning adalah kegiatan mengecek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan

sebagainya, yang kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Cara yang

dilakukan dalam proses ini adalah membuat distribusi frekuensi masing-masing

variabel untuk mengetahui adanya data yang hilang (missing) dan mendeteksi

apakah data yang dimasukkan benar atau salah.

Page 86: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

67

F. Analisis Data

1. Analisis univariat

Analisis univariat merupakan analisis tiap variabel yang dinyatakan dengan

menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel atau

grafik (Setiadi, 2007). Analisis ini bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010).

Data univariat yang dianalisis pada penelitian ini adalah data demografi,

pengetahuan lansia tentang konsumsi obat yang aman bagi lansia, sikap lansia

dalam konsumsi obat yang aman bagi lansia dan perilaku minum obat, yang

dihasilkan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase dari setiap

variabelnya.

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui

hubungan antara dua variabel yang bersangkutan (variabel independen dan

variabel dependen). Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui hubungan

antara pengetahuan dan sikap lansia tentang konsumsi obat yang aman bagi lansia

(variabel independen) terhadap perilaku minum obat (variabel dependen). Teknik

yang digunakan untuk analisis bivariat ini adalah uji Chi Square pada 5%

dengan derajat kepercayaan 95%, sehingga jika nilai p < 0.05, berarti perhitungan

statistik bermakna (signifikan) atau menunjukkan hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen. Pada program SPSS apabila tabel yang

digunakan 2x2 dan tidak ada nilai E < 5, maka uji yang dipakai adalah ”continuity

correction (α)” untuk memberikan kesimpulan perhitungannya dan jika ada nilai

Page 87: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

68

E < 5 menggunakan likelihood ratio (digunakan untuk analisis stratifikasi dan

untuk mengetahui hubungan linear dua variabel katagorik) (Amran, 2012).

Uji chi square di atas hanya dapat melihat ada perbedaan proporsi antar

kelompok. Untuk melihat derajat hubungan maka dipakai ukuran nilai Odds Ratio

(OR)karena desain penelitian ini adalah cross sectional (Amran, 2012). Pengujian

tes hipotesis terhadap nilai OR dengan cara menentukan confidence interval.

Interpretasi OR bila nilai dalam Chandra (2009) :

OR = 1, diperkirakan tidak ada asosiasi antara faktor risiko dan penyakit

OR > 1, diperkirakan terdapat asosiasi positif antara faktor risiko dan penyakit

OR < 1, diperkirakan terdapat asosiasi negatif antara faktor risiko dan penyakit

G. Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan sebuah

penelitian mengingat penelitian keperawatan akan berhubungan langsung dengan

manusia, maka segi etika penulisan harus diperhatikan karena manusia mempunyai

hak asasi dalam penelitian (Hidayat,2003).

Masalah dalam etika keperawatan dalam Hidayat (2003) meliputi:

1. Lembar Persetujuan (informed consent)

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian

dengan memberikan lembar persetujuan (informed consent). Informed consent

tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar

persetujuan untuk menjadi responden. Pemberian lembar ini agar subyek bersedia,

mereka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak

bersedia maka peneliti harus menghormati hak mereka.

Page 88: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

69

2. Tanpa nama (Anonimity)

Merupakan masalah etika dalam penelitian keperawatan dengan cara tidak

memberikan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode

pada lembar pengumpulan data.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Merupakan masalah etika dalam penelitian keperawatan dengan cara tidak

memberikan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode

pada lembar pengumpulan data. Menjaga kerahasian identitas responden.

Page 89: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

70

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Posbindu adalah suatu wadah pelayanan kepada usia lanjut di masyarakat

dimana proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat

bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan

non–pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik

beratkan pelayanan pada upaya promotif dan preventif. Atau salah satu bentuk

Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk dari

masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat (Depkes RI, 2003).

Posbindu Cempaka terletak di jalan Sukun RT 03 RW 06 Kelurahan

Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Provinsi

Banten, di kediaman Hj. Hairiah. Posbindu ini diadakan pada rabu minggu

ketiga setiap bulannya. Posbindu Cempaka berdiri sejak 21 mei 2004 dengan

jumlah kader 11 orang, karena kesibukan 1 kader mengundurkan diri sehingga

sekarang berjumlah 10 orang. Keseluruhan jumlah pasien ada 150 orang

(lansia dan pralansia), dan biasanya yang hadir pada saat posbindu

berlangsung sekitar 40-60 orang.

Kader dibantu oleh bidan dari Puskesmas Ciputat yang melakukan

pengobatan seperti pengukuran tekanan darah dan pemberian obat. Kegiatan

yang dilakukan adalah pertama daftar dan menyerahkan buku posbindu (buku

khusus lansia) lalu pengukuran berat badan dan pengukuran tekanan darah

Page 90: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

71

setelah itu konsultasi dengan bidan dan pemberian obat, dan dilanjutkan

dengan pemberian makanan seperti bubur dan teh tawar. Perkembangan dari

posbindu ini terlihat dengan semakin banyaknya jumlah lansia yang datang ke

posbindu yang berarti banyaknya lansia memilih pelayanan kesehatan di

Posbindu ini.

B. Keadaan Lansia di Posbindu Cempaka RW 06 kelurahan Cempaka Putih

Ciputat

1. Keluhan yang sering dirasakan

Keluhan yang sering dirasakan oleh lansia di Posbindu Cempaka

RW 06 kelurahan Cempaka Putih Ciputat adalah mata gatal, tenggorokan

panas, pegel-pegal pada kaki dan tangan, kesemutan dijari-jari, batuk,

pilek, demam, pusing, sakit kepala, sesak, mudah capek, dan susah tidur.

2. Penyakit yang sedang diderita

Kebanyakan penyakit yang sedang diderita oleh lansia di Posbindu

Cempaka RW 06 kelurahan Cempaka Putih Ciputat adalah hipertensi,

diabetes melitus, maag, dan arthritis reumatoid.

3. Jenis obat yang sering dikonsumsi

Jenis obat yang sering dikonsumsi oleh lansia di Posbindu

Cempaka RW 06 kelurahan Cempaka Putih Ciputat adalah ranitidin,

promag, nifedipine, piroxicam, captopril, panadol, antasid, asam

Page 91: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

72

mefenamat, OBH, paramex, bodrex, neurobion, neoramasil, vitamin B

kompleks, dan laserin.

4. Cara mendapatkan obat

Kebanyakan lansia di Posbindu Cempaka RW 06 kelurahan

Cempaka Putih Ciputat mendapatkan obat dengan cara beli sendiri di

warung, membeli di apotik tanpa dan dengan resep, dari puskesmas dan

posbindu, serta dari dokter dan rumah sakit.

C. Gambaran Demografi Responden

Responden pada penelitian ini adalah lansia yang berumur Berusia ≥ 60

tahun dengan kriteria tidak mengalami gangguan pendengaran total dan

dementia. Jumlah lansia di wilayah Posbindu Cempaka, kelurahan Cempaka

Putih, Ciputat yang menjadi sampel penelitian adalah 72 orang setelah

dilakukan proses skrining dengan menggunakan kuesioner.

Berikut hasil analisis karakteristik responden penelitian:

1. Usia

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Variabel Mean SD Min-Maks

Usia lansia (tahun) 64,24 3,59 60-75

Page 92: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

73

Tabel 5.1 menunjukan distribusi frekuensi responden beradasarkan

usia. Usia minimum responden pada penelitian ini adalah berusia 60 tahun,

dan usia maksimum adalah 75 tahun. Rata – rata usia yang menjadi

responden adalah lansia yang berusia 64 tahun dengan standar deviasi

3,59.

Kemudian usia tersebut dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu

yang berusia 60-67 dan >67. Pembagian tersebut dapat dilihat pada tabel

5.2 berikut ini :

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Variabel Kategori n %

Usia

Kategori

60-67

>67

58

14

80,6

19,4

Total 72 100

Tabel 5.2 menunjukan distribusi frekuensi responden berdasarkan

kelompok usia. Dari Responden sebanyak 72 lansia, usia 60-67 sebanyak

58 orang (80,6%).

2. Jenis kelamin

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Jenis Kelamin

Variabel Kategori n %

Jenis Kelamin Laki-laki

Perempuan

13

59

18,1

81,9

Total 72 100

Page 93: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

74

Tabel 5.3 menunjukan distribusi frekuensi responden berdasarkan

jenis kelamin. Dari Responden sebanyak 72 lansia, responden perempuan

sebanyak 59 orang (81,9%).

3. Pendidikan

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan

Variabel Kategori n %

Tingkat

pendidikan

- Tidak Sekolah

- SD

- SMP

- SMA

- Perguruan Tinggi

33

30

5

3

1

45,8

41,7

6,9

4,2

1,4

Total 72 100

Tabel 5.4 menunjukan distribusi frekuensi responden berdasarkan

pendidikannya. Pada penelitian ini, tingkat pendidikan dibedakan menjadi

5 kategori, dan dari 72 responden, yang tidak sekolah (termasuk yang

tidak lulus SD) sebanyak 33 orang (45,8%).

4. Pekerjaan

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Status Pekerjaan

Variabel Kategori n %

Status

Pekerjaan

Bekerja

Tidak Bekerja

22

50

30,6

69,4

Total 72 100

Page 94: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

75

Pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa sebagian besar lansia

mempunyai status pekerjaan tidak bekerja sebanyak 50 orang (69,4%).

D. Analisis Univariat

1. Gambaran pengetahuan lansia tentang konsumsi obat yang aman

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Pengetahuan Responden Tentang Konsumsi Obat yang Aman

Variabel Kategori n %

Pengetahuan Kurang Baik

Baik

9

63

12,5

87,5

Total 72 100

Tabel 5.6 menunjukkan sebanyak 63 lansia (87,5%) memiliki

pengetahuan baik tentang konsumsi obat yang aman.

2. Gambaran sikap lansia terhadap konsumsi obat yang aman

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Sikap Responden Terhadap Konsumsi Obat yang Aman

Variabel Kategori n %

Sikap Kurang Baik

Baik

30

42

41,7

58,3

Total 72 100

Page 95: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

76

Tabel 5.7 menunjukkan sebanyak 42 lansia (58,3%) memiliki sikap

baik terhadap konsumsi obat yang aman.

3. Gambaran perilaku lansia dalam minum obat

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Perilaku Responden dalam Minum Obat

Variabel Kategori n %

Perilaku Kurang Baik

Baik

32

40

44,4

55,6

Total 72 100

Tabel 5.8 menunjukkan sebanyak 40 lansia (55,6%) memiliki

perilaku baik dalam minum obat.

Page 96: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

77

E. Analisis Bivariat

1. Hubungan pengetahuan lansia tentang konsumsi obat yang aman

dengan perilaku minum obat

Tabel 5.9 Hubungan pengetahuan lansia tentang konsumsi obat yang

aman dengan perilaku minum obat

Berdasarkan tabel 5.9 di atas diketahui bahwa dari 9 lansia yang

memiliki pengetahuan kurang baik hanya 1 lansia (11,1%) yang

berperilaku kurang baik dalam minum obat dan terdapat 8 lansia (89,9%)

yang berperilaku baik dalam minum obat sedangkan dari 63 lansia yang

memiliki pengetahuan baik terdapat 31 lansia (49,2%) yang berperilaku

kurang baik dalam minum obat dan 32 lansia (50,8%) yang berperilaku

baik dalam minum obat.

Hasil uji statistik ini memperoleh nilai probabilitas sebesar 0,021

dilihat dari nilai likelihood ratio (digunakan untuk analisis stratifikasi dan

untuk mengetahui hubungan linear dua variabel katagorik) pada uji Chi-

Square dengan CI 95% dan α 5%berarti p-value < α yang artinya Ho

Pengetahuan

Lansia

Terhadap

Konsumsi

Obat yang

Aman

Perilaku Minum Obat

Total

OR (95% CI) Pvalue

Kurang

Baik Baik

n % N % N %

Kurang Baik

Baik

1

31

11,1%

49,2%

8

32

89,9%

50,8%

9

63

100,0

100,0 0,129

(0,015-1,093) 0,021

Total 32 44,4 40 55,6 72 100,0

Page 97: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

78

ditolak, berarti ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan lansia

tentang konsumsi obat yang aman dengan perilaku minum obat (p < 0,05).

Nilai OR pada analisis ini diketahui sebesar 0,129 (0,015-1,093)

berarti bahwa lansia yang memiliki pengetahuan kurang baik tentang

konsumsi obat yang aman memiliki peluang sebesar 0,13 lebih besar

lansia tersebut berperilaku kurang baik dalam minum obat daripada lansia

yang memiliki pengetahuan baik tentang konsumsi obat yang aman.

2. Hubungan sikap lansia terhadap konsumsi obat yang aman dengan

perilaku minum obat

Tabel 5.10 Hubungan Sikap Lansia Terhadap Konsumsi Obat yang

Aman Dengan Perilaku Minum Obat

Berdasarkan tabel 5.10 di atas diketahui bahwa dari 30 lansia yang

memiliki sikap kurang baik terdapat 17 lansia (56,7%) yang berperilaku

kurang baik dalam minum obat dan hanya 13 lansia (43,3%) yang

berperilaku baik dalam minum obat sedangkan dari 42 lansia yang

memiliki sikap baik terdapat 15 lansia (35,7%) yang berperilaku kurang

Sikap

Lansia

Terhadap

Konsumsi

Obat yang

Aman

Perilaku Minum Obat

Total

OR (95% CI) Pvalue

Kurang

Baik Baik

n % N % N %

Kurang Baik

Baik

17

15

56,7%

35,7%

13

27

43,3%

64,3%

30

42

100,0

100,0 2,354

(0,902-6,142) 0,128

Total 32 44,4 40 55,6 72 100,0

Page 98: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

79

baik dalam minum obat dan 27 lansia (64,3%) yang berperilaku baik

dalam minum obat.

Hasil uji statistik ini memperoleh nilai probabilitas sebesar 0,128

dilihat dari nilai Continuity Correction (tabel 2x2, dan tidak ada nilai E<5)

pada uji Chi-Square dengan CI 95% dan α 5%berarti p-value > α yang

artinya Ho diterima, berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara

sikap lansia terhadap konsumsi obat yang aman dengan perilaku minum

obat (p > 0,05).

Nilai OR pada analisis ini diketahui sebesar 2,354 (0,902-6,142)

berarti bahwa lansia yang memiliki sikap kurang baik terhadap konsumsi

obat yang aman memiliki peluang sebesar 2,3 kali lebih besar lansia

tersebut berperilaku kurang baik dalam minum obat daripada lansia yang

memiliki sikap baik terhadap konsumsi obat yang aman.

Page 99: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

79

BAB VI

PEMBAHASAN

Bab VI ini akan membahas atau menjelaskan hasil penelitian tentang

hubungan pengetahuan dan sikap lansia tentang konsumsi obat yang aman

terhadap perilaku minum obat yang dilakukan di Posbindu Cempaka, RW 06,

Kelurahan Cempaka Putih Ciputat. Pembahasan yang akan dijelaskan meliputi

keterbatasan penelitian, gambaran karakteristik responden, hasil analisis univariat

dan hasil analisis bivariat dari variabel independen terhadap variabel dependen

penelitian.

A. Gambaran Karakteristik Responden

1. Usia

Gambaran demografi usia dari 72 sampel yang diambil dalam penelitan

ini sebagian besar adalah usia 60-67 sebanyak 58 orang (80,6%), dan usia >67

sebanyak 14 orang (19,4%) dengan rata-rata usia responden adalah 64 tahun.

Usia minimum responden pada penelitian ini adalah berusia 60 tahun, dan usia

maksimum adalah 75 tahun. dan yang paling banyak yang menjadi responden

berusia 62 tahun. Hal ini mungkin karena pada usia 60-67 tahun lansia masih

lebih kuat untuk melakukan aktifitas, sehingga lebih banyak yang berusia 60-

67 tahun yang datang ke posbindu.

Page 100: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

81

2. Jenis kelamin

Pada penelitian ini didapatkan jumlah responden perempuan lebih banyak

daripada laki-laki dengan jumlah sebanyak 59 responden perempuan (81,9%),

dibandingkan dengan laki-laki sebanyak 13 responden (18,1%).

Kemungkinan hal ini disebabkan populasi di Posbindu Cempaka, dari 88

orang lansia yang berada di wilayah Posbindu Cempaka, kelurahan Cempaka

Putih, Ciputat, proporsi jenis kelamin perempuan jauh lebih besar daripada

laki-laki.

Hal ini sesuai dengan BPS RI - Susenas (2009), jumlah penduduk lanjut

usia berdasarkan jenis kelamin jumlah lanjut usia perempuan sebesar 10,44

juta orang (8,96%) dari seluruh penduduk perempuan, jumlahnya lebih banyak

dibandingkan dengan laki-laki yang hanya 8,88 juta orang (7,76%) dari

seluruh penduduk laki-laki. Dan juga Anna & Woro (1999), melihat tingkat

kesehatan dan kesejahteraan kian membaik maka angka harapan hidup

penduduk Indonesia kian meningkat pula, khususnya perempuan di mana usia

perempuan akan lebih panjang, sehingga rata-rata umur harapan hidup

perempuan umumnya lebih tinggi daripada laki-laki.

Hal ini sesuai juga dengan Azwar (1999) bahwa jenis kelamin juga

mempengaruhi tingkat kesadaran berobat antara perempuan dan laki-laki,

karena pada umumnya kaum perempuan memiliki kesadaran yang baik untuk

berobat daripada kaum laki-laki. Sehingga menyebabkan perempuan lebih

banyak datang keposbindu daripada laki-laki.

Page 101: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

82

3. Pendidikan

Dilihat dari aspek pendidikan, jenjang pendidikan responden dalam

penelitian ini dari 72 responden, yang tidak sekolah sebanyak 33 orang

(45,8%), pendidikan SD sebanyak 30 orang (41,7%), pendidikan SMP

sebanyak 5 orang (6,9%), pendidikan SMA sebanyak 3 orang (4,2%) dan yang

tingkat pendidikannya sampai Sarjana ada 1 orang (1,4%).

Dari hasil penelitian ini, sebagian besar lanjut usia adalah berpendidikan

dasar, dan sebagian besar lagi belum pernah sekolah . Rendahnya tingkat

pendidikan pada lanjut usia ini mungkin disebabkan karena mereka lahir pada

kurang lebih 60 tahun silam, dimana bangsa Indonesia baru saja merdeka dan

pembangunan sarana dan prasarana pendidikan pada masa itu masih sangat

terbatas. Kondisi ini berbeda dengan situasi saat ini dimana fasilitas

pendidikannya sudah jauh lebih baik. Hal ini sesuai dengan data dari BPS-RI

Susenas (2009) yang memperlihatkan pendidikan penduduk lansia yang relatif

masih rendah, yaitu tidak/belum pernah sekolah dan tidak tamat SD.

Rendahnya tingkat pendidikan ini, mayoritas terjadi pada perempuan, hal ini

mengindikasikan bahwa budaya patriarkhi masih sangat terasa di dalam

pendidikan pada era tahun 45-an, dimana orang tua lebih mengutamakan

pendidikan bagi anak laki-laki dibandingkan perempuan. Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian bahwa sebagian besar responden adalah perempuan

dan berpendidikan rendah.

Page 102: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

83

4. Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Posbindu Cempaka, RW

06, Kelurahan Cempaka Putih Ciputat diperoleh hasil sebanyak 50 responden

(69,4%) tidak bekerja sedangkan lansia yang mempunyai status pekerjaan

bekerja sebanyak 22 orang (30,6%). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil

penelitian Kreager (2003) bahwa lebih banyak lansia yang tidak bekerja

(55,9%) daripada yang bekerja (44,1%). Hal ini kemungkinan karena faktor

umur yang menyebabkan lansia banyak yang tidak bekerja lagi, sebab sudah

berkurangnya fungsi fisiologis tubuh, sehingga lebih sulit untuk melakukan

aktifitas dan juga karena sebagian besar responden adlah perempuan yang

kebayakan sebagai Ibu rumah tangga. Namun, hasil penelitian ini berbeda

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rustika dan Woro (2000) yaitu

status pekerjaan lansia yang tidak bekerja lebih sedikit yaitu 48,3% daripada

yang bekerja 51,7%.

B. Hasil Analisis Univariat

1. Gambaran pengetahuan lansia tentang konsumsi obat yang aman

Dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 63 lansia (87,5%)

memiliki pengetahuan baik tentang konsumsi obat yang aman sedangkan

lansia yang memiliki pengetahuan kurang baik tentang konsumsi obat

yang aman sebanyak 9 lansia (12,5%). Hal ini kemungkinan karena

responden mempunyai cukup banyak waktu untuk bertukar pikiran dan

mencari informasi, sebab kebanyakan responden tidak bekerja. Hal ini

sesuai dengan Notoatmodjo (2003), lingkungan juga dapat mempengaruhi

Page 103: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

84

pengetahuan, lingkungan memiliki fungsi sebagai alat pergaulan dan

bertukar informasi yang dalam hal ini mengenai konsumsi obat yang

aman, sehingga dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan. Hasil penelitian

ini bertentangan dengan Nugroho (2000) dan Ariati (2005), umumya

setelah seseorang memasuki tahap lansia maka akan mengalami penurunan

fungsi kognitif (proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, dan lain-

lain). Lansia umumnya mempunyai kemampuan daya ingat yang menurun,

sehingga mudah melupakan apa yang baru disampaikan dan ini berdampak

pada pemahaman para lansia yang mulai lambat memahami suatu

informasi dan badan POM (2008) pengetahuan lansia terkait cara-cara

penggunaan obat yang benar, tepat, dan rasional masih kurang untuk itu

diperlukan sistem pengawasan dan peningkatan kesadaran dan

peningkatan pemahaman.

Masih banyaknya lansia yang tidak mengetahui bahwa setiap obat

memiliki efek samping (Rahmawati, 2008), hal ini sesuai dengan hasil

penelitian walaupun pengetahuan lansia baik. Dari hasil penelitian hanya

76,3% masyarakat yang menyatakan pergi ke dokter jika dalam dua hari

gejala tidak membaik (Rakhmawatie dan Anggraini, 2010) hal ini sesuai

dengan hasil penelitian pengetahuan lansia yaitu apabila obat telah

diminum berkali-kali, tetapi penyakit belum sembuh, perlu ke dokter

dengan nilai pengetahuan baik sebesar 87,5%. Hasil penelitian ini juga

sesuai dengan hasil penelitian Modig et al, 2008 bahwa setidaknya 75%

dari obat-obatan dapat dikenal 71% oleh lansia dan hasil penelitian Jaye

Cet al, 2002 dalam Modig et al, 2008, bahwa praktik umum lansia di

Page 104: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

85

Selandia Baru, persentase jawaban yang benar mengenai indikasi, dosis

dan tujuan pengobatan adalah 87%.

2. Gambaran sikap lansia terhadap konsumsi obat yang aman

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebanyak 42 lansia

(58,3%) memiliki sikap baik terhadap konsumsi obat yang aman

sedangkan lansia yang memiliki sikap kurang baik terhadap konsumsi obat

yang aman sebanyak 30 lansia (41,7%). Hal ini kemungkinan karena

lansia di posbindu ini berpengetahuan baik 87,5%, sehingga sikap lansia di

Posbindu ini juga baik dalam hal konsumsi obat yang aman 58,3%. Sikap

berada di dalam fikiran manusia, dan hanya dapat disimpulkan dari

tanggapan mereka (Fazio & Olsson 2003). Sesuai dengan penelitian ini

responden menjawab sesuai dengan pendapat mereka yaitu sangat setuju,

setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.

Lansia di posbindu Cempaka telah menggunakan obat secara

rasional dengan hasil penelitian ini sebanyak 42 lansia (58,3%) memiliki

sikap baik, hal ini sesuai dengan kriteria penggunaan obat rasional yaitu

tepat diagnosis, tepat indikasi penyakit, tepat pemilihan obat, tepat dosis,

(Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional, 2008). Hal ini sesuai dalam

penelitian Modig et al, 2008 mengungkapkan keyakinan yang kuat dalam

manfaat dari obat, yang bearti mempunyai sikap yang baik dalam

pengobatan, dan bertentangan dengan hasil penelitian Horne et al dalam

Modig et al, 2008 bahwa sikap lansia kurang dalam hal pengobatan.

Page 105: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

86

Pada penelitian ini lansia meminum obat tepat dengan keluhan

yang dirasakannya, hal ini bertentangan dengan badan POM (2008) pada

pasien yang sangat tua, manifestasi dari ketuaan secara normal dapat

menyebabkan kesalahan dalam mendefinisikan penyakit dan dapat

mengantarkan pada peresepan yang tidak tepat, sehingga terkadang saat

lansia meminum obat yang tidak tepat dengan keluhannya.

3. Gambaran perilaku lansia dalam minum obat

Gambaran perilaku lansia dalam minum obat di Posbindu Cempaka

sebanyak 40 lansia (55,6%) memiliki perilaku baik dalam minum obat

sedangkan lansia yang memiliki perilaku kurang baik dalam minum obat

sebanyak 32 lansia (44,4%). Hal ini kemungkinan pengaruh dari

pengetahuan lansia yang baik 87,5% dan sikap lansia yang baik 58,3%,

sehingga membentuk perilaku menjadi baik juga 55,6%. Perilaku

kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat

diamati maupun yang tidak dapat diamati yang berkaitan dengan

pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari

penyakit dan masalah kesehatan lain apabila sakit atau terkena masalah

kesehatan, dan salah satunya adalah perilaku minum obat.

Menurut badan POM (2008) Pengobatan sendiri dengan

menggunakan produk obat bebas/ obat bebas terbatas atau mengkonsumsi

obat yang diresepkan untuk penyakit-penyakit sebelumnya bahkan

mengkonsumsi obat untuk orang lain banyak dilakukan oleh lansia, dan

didukung dengan hasil BPS (2001) Perilaku pencarian pengobatan yang

Page 106: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

87

dilakukan oleh penduduk Indonesia yang mengeluh sakit persentase

terbesar adalah pengobatan sendiri (58,78%) dan menurut Direktorat

Jenderal POM (1993) golongan obat yang digunakan responden dalam

pengobatan sendiri adalah obat bebas sebesar 90,17% dan obat resep

9,83%, hal ini sejalan dengan penelitian bahwa banyak yang membeli obat

ke apotik tanpa resep ataupun membeli obat sendiri di warung walaupun

hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku lansia dalam mengkonsumsi

obat baik.

Pada hasil penelitian banyak lansia yang menggunakan obat lebih

dari 3 macam, walaupun perilaku lansia baik, hal ini mungkin karena

petugas kesehatan di Posbindu Cempaka dalam memberikan obat 3-4

macam bahkan lebih, hal ini sesuai dengan info POM (2008) peresepan

obat pada lansia berkisar sepertiga dari semua peresepan dan separuh dari

obat yang dibeli tanpa resep digunakan oleh lansia. Secara keseluruhan,

80% dari lansia setiap hari menggunakan paling sedikit satu jenis obat, dan

juga dari hasil penelitian menunjukkan 78% usia lanjut menderita tidak

kurang dari 4 macam penyakit, 38% menderita lebih dari 6 macam

penyakit, dan 13% menderita lebih dari 8 macam penyakit (mustofa, 1995)

dan selama periode 2005-2008, prevalensi polifarmasi (DP ≥ 5) meningkat

sebesar 8,2% (0,102-0,111), dan prevalensi polifarmasi berlebihan (DP ≥

10) meningkat sebesar 15,7% (0,021-0,024) (Bo Hovstadius et al, 2008).

Banyaknya jenis obat dan rumitnya tata cara pengobatan membuat

pasien usia lanjut, yang kemampuan kognitif dan fisiknya sudah

mengalami penurunan, menjadi tidak patuh terhadap tata cara pengobatan

Page 107: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

88

yang telah ditetapkan (Retno, 2010), dan hasil penelitian ketidakpatuhan

lansia dengan kondisi kronis dari 40% menjadi 75% Doggrell (2010), dan

juga menurut sebuah studi oleh Okuno et al dalam Modig et al, 2008, 25%

dari lansia berusia 80 tahun ke atas. tidak mengambil obat mereka seperti

yang ditentukan hal ini bertentangan dengan hasil penelitian di Posbindu

Cempaka yaitu lansia tidak menghentikan minum obat sampai selesai

program pengobatan.

C. Hasil Analisis Bivariat

1. Hubungan pengetahuan lansia tentang konsumsi obat yang aman

dengan perilaku minum obat

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara

pengetahuan lansia tentang konsumsi obat yang aman dengan perilaku

minum obat di Posbindu Cempaka, Kelurahan Cempaka Putih, Ciputat

(p=0,021). Hal ini bisa disebabkan karena untuk berperilaku kesehatan

seperti perilaku minum obat yang aman bagi lansia, diperlukan

pengetahuan lansia tentang manfaat minum obat yang aman bagi

kesehatan lansia itu sendiri. Oleh sebab itu bila pengetahuan lansia tentang

konsumsi obat yang aman baik maka akan mempengaruhi perilaku lansia

juga menjadi baik pula. Hal ini sesuai dengan Notoatmodjo (2003)

pengetahuan merupakan pedoman penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang, apabila perilaku tersebut didasari pengetahuan, kesadaran dan

sikap positif maka perilaku tersebut bersifat positif, oleh sebab itu,

pengetahuan yang baik akan membentuk perilaku yang baik. Hal ini tidak

Page 108: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

89

sesuai dengan hasil penelitian Kristina dkk (2008) Keeratan hubungan

antara pengetahuan dengan perilaku pengobatan sendiri adalah lemah (r

=0,253).

Semakin baik tingkatan pengetahuan lansia maka semakin baik

pula perilaku minum obat lansia tersebut. Jadi dengan pengetahuan yang

baik dapat meningkatkan perilaku minum obat pada lansia. Hal ini sesuai

dengan Joyce & Evelyn (1996) sebab-sebab terjadinya ketidakpatuhan

lansia dalam minum obat menurut salah satunya yaitu tidak mengerti

tujuan atau alasan pemakaian obat. Jadi lansia yang telah mengetahui

tentang manfaat perilaku minum obat yang aman, maka dia akan

menimbang-nimbang baik buruknya bagi dirinya dan berperilaku sesuai

dengan kesadaran, pengetahuan dan sikapnya terhadap konsumsi obat

yang aman.

Pada hasil penelitian nilai OR sebesar 0,129 yang berarti bahwa

lansia yang memiliki pengetahuan baik tentang konsumsi obat yang aman

memiliki peluang sebesar 0,13 lebih besar lansia tersebut berperilaku baik

dalam minum obat daripada lansia yang memiliki pengetahuan kurang

baik tentang konsumsi obat yang aman. Padahal hal ini tidak sesuai

dengan hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara

pengetahuan lansia tentang konsumsi obat yang aman dengan perilaku

minum obat di Posbindu Cempaka, dan perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari

oleh pengetahuan. Hal ini mungkin bisa disebabkan walaupun

pengetahuan lansia baik tetapi belum tentu semua lansia sikapnya baik

Page 109: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

90

juga, tergantung dari individu masing-masing lansia. Hal ini sesuai dengan

Chandra (2009) nilai OR diketahui sebesar 0,129 menunjukkan bahwa

apabila nilai OR < 1, diperkirakan terdapat asosiasi negatif antara faktor

risiko dan penyakit.

2. Hubungan sikap lansia terhadap konsumsi obat yang aman dengan

perilaku minum obat

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara sikap

lansia terhadap konsumsi obat yang aman dengan perilaku minum obat di

Posbindu Cempaka, kelurahan Cempaka Putih, Ciputat (p=0,128). Jadi

walaupun sikap lansia dalam konsumsi obat yang aman baik, belum tentu

dapat mempengaruhi perilaku dalam minum obat menjadi baik pula.

Sikap juga dapat mendorong atau menghambat lansia untuk minum obat

yang aman, misalnya lansia bersikap bahwa bila minum obat lebih banyak

maka akan lebih cepat sembuh, hal ini dapat menghambat lansia untuk

minum obat yang aman. Selain sikap dan pengetahuan yang dapat

mempengaruhi perilaku lansia ada juga faktor pendukung (Faktor ini

mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi

lansia) dan faktor pendorong (Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku

petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi

dari perilaku lansia tersebut). Sehingga suatu sikap belum otomatis

terwujud dalam suatu tindakan, untuk mewujudkan sikap menjadi suatu

perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Di samping faktor fasilitas,

Page 110: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

91

juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain. Hal lain

mungkin juga disebabkan oleh kurangnya interaksi antara lansia dan

petugas kesehatan di Posbindu Cempaka, jarangnya petugas kesehatan

menanyakan bagaimana perilaku lansia dalam minum obat ataupun

petugas kesehatan melakukan observasi, dan kurang aktifnya kader dalam

melihat perilaku lansia dalam minum obat dan bisa juga dari lansia sendiri

yang tidak mau berperilaku minum obat yang baik, jarangnya datang ke

Posbindu untuk mendiskusikan masalah konsumsi obat yang aman kepada

petugas kesehatan.

Pada hasil penelitian dari Wismanto (2004) menunjukkan bahwa

korelasi antara sikap dengan perilaku sebesar 0.366. Hasil tersebut dapat

diartikan bahwa variansi perilaku 13,39% dapat dijelaskan dari sikap dari

orang yang berperilaku tersebut. Hasil ini relatif kecil, hal ini

kemungkinan disebabkan bahwa antara sikap dan perilaku tidak

berhubungan secara langsung, akan tetapi masih terdapat variabel antara

yaitu kehendak atau niat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian tidak ada

hubungan antara sikap lansia terhadap konsumsi obat yang aman dengan

perilaku minum obat.

Hal ini tidak sesuai dengan Notoatmodjo (2007), sikap dipengaruhi

oleh tiga komponen yaitu pengetahuan, pemberian respon dan persepsi,

maka dari itu, pengetahuan saja tidak cukup tetapi diperlukan sikap lanjut

lansia yang mendukung terbentuknya perilaku dalam minum obat. Dan

juga bertentangan dengan hasil penelitian Kristina dkk (2008) Keeratan

hubungan antara sikap denganperilaku pengobatan sendiri adalah sedang (r

Page 111: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

92

=0,346). Pola kedua hubungan tersebut adalah positif. Artinya, semakin

baik pengetahuan,sikap tentang pengobatan sendiri maka semakin rasional

pula perilaku pengobatan sendirinya, demikian juga sebaliknya. Hasil

penelitian ini di dukung dengan hasilpenelitian Supardi, dkk.(2002) dalam

Kristina dkk (2008) yang menyatakan bahwa pengetahuan dan sikap

berhubungan dengan perilaku pengobatan sendiri. Dharmasari (2003)

dalam Kristina dkk (2008) juga menyatakan bahwa pengetahuan dan

sikap berhubungan dengan pengobatan sendiri yang aman, tepat, dan

rasional.

Pada hasil penelitian nilai OR diketahui sebesar 2,354 yang berarti

bahwa lansia yang memiliki sikap baik terhadap konsumsi obat yang aman

memiliki peluang sebesar 2,3 kali lebih besar lansia tersebut berperilaku

baik dalam minum obat daripada lansia yang memiliki sikap kurang baik

terhadap konsumsi obat yang aman. Padahal hal ini tidak sesuai dengan

hasil penelitian yang menunjukkan tidak adanya hubungan antara sikap

lansia terhadap konsumsi obat yang aman dengan perilaku minum obat di

Posbindu Cempaka. Hal ini mungkin bisa disebabkan dengan sikap lansia

yang baik dapat juga mempengaruhi perilaku lansia menjadi baik pula, hal

ini juga tergantung dari individu masing-masing lansia. Hal ini sesuai

dengan Chandra (2009) nilai OR diketahui sebesar 2,354 menunjukkan

bahwa apabila nilai OR > 1, diperkirakan terdapat asosiasi positif antara

faktor risiko dan penyakit.

Page 112: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

93

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam proses pelaksanaannya. Adapun

keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

1. Responden mengetahui bahwa dirinya sedang diteliti, sehingga dapat

mempengaruhi jawaban responden, sehingga cenderung lansia mengisi

jawaban yang terbaik menurutnya dan terkadang lansia lupa jadi hanya

asal menjawab saja.

Page 113: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

90

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan menyimpulkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah

dijelaskan di bab sebelumnya, serta saran yang dapat digunakan oleh instalansi

terkait dan peneliti selanjutnya.

A. Kesimpulan

1. Gambaran karakteristik responden yakni lansia di Posbindu Cempaka,

Kelurahan Cempaka Putih, Ciputat adalah :

a. Rata-rata usia lansia adalah 64 tahun dan jenis kelamin paling banyak

adalah prempuan.

b. Tingkat pendidikan paling banyak adalah tidak sekolah.

c. Status pekerjaan lansia paling banyak adalah tidak bekerja.

2. Gambaran umum pengetahuan lansia tentang konsumsi obat yang aman di

Posbindu Cempaka, Kelurahan Cempaka Putih, Ciputat adalah

berpengetahuan baik (87,5%).

3. Gambaran umum sikap lansia terhadap konsumsi obat yang aman di

Posbindu Cempaka, Kelurahan Cempaka Putih, Ciputat adalah bersikap

baik (58,3%).

4. Gambaran umum perilaku lansia dalam minum obat di Posbindu

Cempaka, Kelurahan Cempaka Putih, Ciputat adalah berperilaku baik

(55,6%).

Page 114: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

95

5. Ada hubungan antara pengetahuan lansia tentang konsumsi obat yang

aman dengan perilaku minum obat di Posbindu Cempaka, Kelurahan

Cempaka Putih, Ciputat (p=0,021).

6. Tidak ada hubungan antara sikap lansia terhadap konsumsi obat yang

aman dengan perilaku minum obat di Posbindu Cempaka, Kelurahan

Cempaka Putih, Ciputat (p=0,128).

B. Saran

1. Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk

pengembangan keperawatan, khususnya di bidang keperawatan gerontik

tentang minum obat pada lansia yang meliputi pengetahuan dan sikap

lansia tentang konsumsi obat yang aman serta perilaku minum obat.

Meningkatkan kemampuan perawat dalam memberikan pembinaan

dikomunitas terkait dalam meminum obat, sehingga dapat memberikan

asuhan keperawatan yang holistic.

2. Posbindu Cempaka, RW 06, Kelurahan Cempaka Putih Ciputat

a. Diharapkan Puskesmas Ciputat untuk lebih peduli terhadap kesehatan

di Posbindu Cempaka RW 06, Kelurahan Cempaka Putih Ciputat yaitu

lebih mengoptimalkan peran perawat dalam membantu Posbindu

bukan hanya bidan saja.

b. Untuk dilakukannya pengontrolan minum obat bisa dengan cara

diadakan kunjungan ke rumah yang dapat dilakukan oleh kader dan

Page 115: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

96

petugas kesehatan ataupun bisa juga dengan cara menulis catatan yang

dapat dilakukan oleh lansia atau keluarga lansia.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk

memberikan penyuluhan kepada lansia di Posbindu Cempaka RW 06,

Kelurahan Cempaka Putih Ciputat agar pengetahuan dan sikap lansia

tentang konsumsi obat yang aman serta perilaku minum obat bisa lebih

baik lagi, penyuluhan ini bisa dilakukan oleh para kader Posbindu

Cempaka RW 06, Kelurahan Cempaka Putih Ciputat.

3. Peneliti Selanjutnya

a) Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti variabel lain yang dapat

mempengaruhi perilaku minum obat pada lansia seperti faktor keluarga

yaitu dapat meneliti istri/suami lansia tersebut, anak, serta keluarga

lain yang biasa memberikan obat ataupun yang mengingatkan untuk

meminum obat.

b) Sebaiknya dalam menilai perilaku lansia dalam minum obat dilakukan

dengan metode observasi.

c) Diharapkan peneliti selanjutnya, apabila ingin meneliti tentang

perilaku minum obat pada lansia dapat menggunakan desain penelitian

yang lain seperti quasi-experiment sehingga memberikan hasil yang

lebih bermakna. Misalnya, diberikan informasi atau penyuluhan terkait

konsumsi obat yang aman bagi lansia, setelah itu dilakukan kunjungan

ke rumah dan dilihat bagaimana perilaku minum obat lansia tersebut,

apakah menjadi lebih baik.

Page 116: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

DAFTAR PUSTAKA

Amran, Yuli. Pengolahan dan Analisis Data Statistik di Bidang Kesehatan. Jakarta

: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2012.

Andri. Bahaya Kombinasi Obat Pada Lanjut Usia. Jakarta: Majalah Farmacia Edisi

Februari 2009 (Vol.8 No.7) , Halaman: 12

Ansel, C. Howard. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press, 1989.

Badan Pusat Statistik. Statistik Kesejahteraan Rakyat (Welfare Statistics) 2001.

Jakarta: 46-71. 2002.

Bo Hovtadius. Increasing Polypharmacy - An Individual-Based Study Of The

Swedish Population 2005-2008. Swedish: BMC Clin Pharmacol, 2010

Chandra, Budiman. Ilmu Kedokteran Pencegahan & Komunitas. Jakarta: EGC,

2009.

Cooper JW. Adverse Drug Reaction-Related Hospitalizations Of Nursing Facility

Patients: A 4-Year Study. South Med J May;92(5):485-90, 1999.

Corsonello at all. Polypharmacy In Elderly Patients At Discharge From The Acute

Care Hospital. 2007

Darmansjah, Iwan, Prof. Jurnal Ilmiah : Polifarmasi pada Usia Lanjut. 1994.

Departemen Kesehatan dan Kesejahterahan Sosial RI. Pedoman Pembinaan

Kesehatan Jiwa Usia Lanjut bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Depkes ; 2001

Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional (2008)

http://binfar.depkes.go.id/dat/lama/1276164586_MODUL%20_I.pdf diakses

pada 2 mei 2012 pukul 10.33

Direktorat Jenderal. P.O.M. Penggunaan Obat Pada Masyarakat Perkotaan di

Tiga Kota Besar di Jawa. Jakarta: Departemen Kesehatan, 1993.

Doggrell, Sheila A. Adherence to Medicines in the Older-Aged with Chronic

Conditions. Australia: Drugs Aging, 2010

Page 117: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

Elizabeth B.hurlock. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Ed.5. Jakarta:Erlangga, 1980.

Fita Rahmawati dan kawan-kawan. Problem Pemilihan Obat Pada Pasien Rawat

Inap Geriatri Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 1 Januari 2008: 23 – 29

Green, L.W, dan Kreuter, M.W. Health Promotion Planning; An Educational and

Environmental Approach, second edition, Mayfield Publishing Company,

London. 2000.

Hasriyanto. Resiko Jatuh Meningkat karena Obat. Jakarta: Majalah Farmacia Edisi

Agustus 2008 (Vol.8 No.1)

Hidayat, A. Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis

Data, cetakan kedua. Jakarta: Salemba Medika, 2008.

___________________. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi

Pertama. Jakarta : Salemba Medika; 2003

http://www.dpr.go.id/uu/uu1998/UU_1998_13.pdf diakses pada 11 april 2012

http://www.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=522 diakses

pada 4 januari 2012

Info POM. Penggunaan Obat Pada Usia Lanjut. Jakarta: Vol. 9, No. 5. September

2008

Joyce, L.Kee and Evelyn, R.Hayes. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan.

Jakarta : EGC, 1996.

Kristina, Susi Ari, dkk Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan

Perilaku Pengobatan Sendiri Pada Lanjut Usia. Jakarta: majalah farmasi

Indonesia, 2008

Mangoenprasodjo, S.A. dan Hidayati, N.S. Mengisi Hari Tua Dengan Bahagia..

Jakarta: Pradipta publishing 2005.

Maryam, R Siti. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta:Salemba

medika, 2008.

Page 118: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

Muntasir dkk. Kajian Fungsi Dan Peran Perawat Dalam Pemberian Obat Bagi

Pasien Rawat Inap Di RSUD Prof.W.Z.Yohanes Kupang, 2007.

Mustofa. Pemakaian Obat pada Usia Lanjut, Buletin ISFI. Jogjakarta: 1995, 2(2),

1-13.

Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta, 2003.

___________________. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar.

Jakarta: Rineka cipta, 2003

___________________. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka

Cipta, 2007.

___________________. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta,

2002.

Nugroho, Wahjudi. Keperawatan Gerontik, Edisi ke-2, EGC, Jakarta 2000.

Papalia, D.E., Olds, S.W., and Feldman, R.D. Human Development. 10th ed. New

York: McGraw-Hill, 2005.

Potter, P.A and Perry, A.G. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,

Proses, dan Praktik, edisi 4, volume 1. Alih Bahasa: Yasmin Asih, dkk. Jakarta:

EGC, 2005.

Rahmawati, Fita Problem Pemilihan Obat Pada Pasien Rawat Inap Geriatri.

Jakarta: Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 1 Januari 2008: 23 – 29

Rakhmawatie, Maya Dian dan Anggraini, Merry Tiyas Evaluasi Perilaku

Pengobatan Sendiri Pada Lanjut Usia Terhadap Pencapaian Program

Indonesia Sehat 2010. Jakarta, 2010

Retno, Penggunaan Obat Pada Pasien Usia Lanjut

http://yankeskotapas.wordpress.com/2010/12/08/penggunaan-obat-pada-pasien-

usia-lanjut/ diakses pada 03 Juni 2012

Sanjoyo, Raden. Obat (Biomedik Farmakologi) di akses pada tanggal 19 februari

2012 pukul 18.21 dari http://yoyoke.web.ugm.ac.id/download/obat.pdf

Page 119: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

Santrock, J.W. Life Span Development: International edition (8th ed). New York:

Mc Graw Hilll, 2002.

Setiati, S., Harimurti, K. dan Roosheroe, A.G. Proses Menua dan Implikasi

Kliniknya. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, 2006.

Shargel, L and Andrew, B.C. Applied Biopharmaceutics and Pharmacokinetics.

Appleton Century-Coofts. 1985.

Stanley, Mickey and Beare, P.G. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Ed.2. Alih

Bahasa: Nety Juniarti, Sari Kurnianingsih. Jakarta: EGC,2006.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta, 2009.

Supardi, Sudibyo. Pola Penggunaan Obat, Obat Tradisional, Dan Cara

Tradisional Dalam Pengobatan Sendiri Di Indonesia, Buletin Penelitian

Kesehatan Volume 33 No.4-2005 halaman 192-198.

Watson, Roger. Perawatan Lansia, Edisi ke-3, EGC, Jakarta 2003.

Page 120: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

LAMPIRAN

Page 121: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Lanjut Usia Tentang Konsumsi Obat

yang Aman Terhadap Perilaku Minum Obat di Posbindu Cempaka, RW 06,

Kelurahan Cempaka Putih Ciputat

Kepada Yth,

Ibu/Bapak responden

di RW 06 Kelurahan Cempaka Putih, Ciputat

Assalamu’alaikum Wr. Wb.,

Saya Wensil Okta Promalia mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, akan melakukan

penelitian tentang Hubungan Pengetahuan dan Sikap Lanjut Usia Tentang

Konsumsi Obat yang Aman Terhadap Perilaku Minum Obat Di Posbindu

Cempaka, RW 06, Kelurahan Cempaka Putih Ciputat tahun 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan

sikap lanjut usia tentang konsumsi obat yang aman terhadap perilaku minum

obat di Posbindu Cempaka, RW 06 Kelurahan Cempaka Putih Ciputat. Serta

sebagai data untuk penyusunan skripsi dan persyaratan tugas akhir dalam

menyelesaikan pendidikan sebagai Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Untuk keperluan tersebut saya harap dengan segala kerendahan hati agar

kiranya ibu/bapak bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner yang telah

disediakan, dan diharapkan semua pernyataan dan pertanyaan dijawab semua.

Kerahasiaan jawaban ibu/bapak akan dijaga dan hanya diketahui oleh peneliti.

Atas perhatian dan bantuan ibu/bapak sebagai responden saya ucapakan

terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Apakah ibu/bapak bersedia menjadi responden?

YA / TIDAK

Tertanda

( )

Responden

Page 122: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

Kuesioner Penelitian

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA TENTANG

KONSUMSI OBAT YANG AMAN TERHADAP PERILAKU MINUM

OBAT DI POSBINDU CEMPAKA, RW 06, KELURAHAN CEMPAKA

PUTIH CIPUTAT

Petunjuk :

Berilah tanda checklist (√) pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan

jawaban Anda.

A. Biodata

1. Biodata Lanjut Usia

No. Responden :

Usia : …… th

Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

Pendidikan : Sarjana SMP Tidak Sekolah

SMA SD

Pekerjaan : Tidak Bekerja Bekerja, Sebutkan:

Keluhan apa yang sering anda rasakan :

-

-

-

Penyakit apa yang saat ini anda derita :

-

-

-

Jenis obat yang sering dikonsumsi :

-

-

-

Cara mendapatkan obat:

-

-

-

Page 123: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

B. Pengetahuan tentang pengobatan yang aman

Petunjuk : Berilah tanda checklist (√) pada kotak yang telah disediakan sesuai

dengan jawaban Anda.

No. Pernyataan Benar Salah

1. Membaca nama obat sebelum obat diminum.

2. Mengetahui khasiat (manfaat) obat yang akan diminum.

3. Minum obat sesuai dosis.

4. Obat maag diminum sebelum makan.

5. Obat yang berbentuk salep digunakan pada kulit.

6. Setiap obat terdapat efek samping.

7. Apabila obat telah diminum berkali-kali, tetapi penyakit belum

sembuh, perlu ke dokter.

8. Obat harus diminum 8 jam sekali bila obat diminum 3x sehari.

C. Sikap (kepercayaan) lanjut usia dalam konsumsi obat

Petunjuk : Berilah tanda checklist (√) pada kotak yang telah disediakan sesuai

dengan jawaban Anda.

No. Pernyataan Sangat

Setuju

Setuju Tidak

Setuju

Sangat

Tidak

Setuju

1. Saya melihat nama obat sebelum meminumnya agar

sesuai dengan obat yang harus saya minum.

2. Saat saya meminum obat yang berbentuk cair, saya

menggunakan gelas ukur ataupun sendok.

3. Saya meminum obat maag dikunyah bila berbentuk

tablet.

4. Saya meminum obat tepat waktu.

5. Saya meminum obat yang tepat dengan keluhan

yang saya rasakan.

6. Saya tidak mengurangi jumlah obat untuk hemat

Page 124: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

D. Perilaku minum obat yang aman

Petunjuk : Berilah tanda checklist (√) pada kotak yang telah disediakan sesuai

dengan jawaban Anda.

No. Pernyataan Selalu Kadang-

kadang Jarang

Tidak

pernah

1. Saya meminum obat lebih dari 3 macam.

2. Saya membeli obat ke apotik tanpa resep

dokter , karena nama obatnya sudah saya

hapal.

3. Saya menggunakan obat yang di jual bebas

untuk penyakit pilek, flu, pusing kepala,

demam, maag.

4. Saya mengurangi jumlah obat yang diberikan

untuk menghemat biaya.

5. Agar lebih cepat sembuh, saya akan minum

obat lebih banyak.

6. Saya meminum obat lebih dari dosis yang

diberikan bila keluhan belum teratasi

7. Saya berhenti minum obat walaupun masih

dalam program pengobatan.

biaya.

7. Saya menghindari suntikan, jika obat masih bisa

diberikan dengan diminum (tablet, kapsul).

8. Saya meminum obat sesuai dengan jadwal yang

telah diprogramkan.

Page 125: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

Hasil Uji Validitas

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 30 96.8

Excludeda 1 3.2

Total 31 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.854 24

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

B1 .90 .305 30

B2 .97 .183 30

B3 .97 .183 30

B4 .97 .183 30

B5 .97 .183 30

B6 .97 .183 30

B7 .93 .254 30

B8 .93 .254 30

C1 3.53 .681 30

C2 3.60 .563 30

C3 3.63 .718 30

C4 3.73 .521 30

C5 3.77 .626 30

C6 3.57 .728 30

C7 3.50 .682 30

C8 3.63 .615 30

D1 3.63 .615 30

D2 3.37 .718 30

Page 126: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

D3 3.60 .675 30

D4 3.57 .568 30

D5 3.63 .718 30

D6 3.60 .621 30

D7 3.73 .450 30

D8 3.30 .651 30

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

B1 64.10 36.576 .398 .850

B2 64.03 36.792 .593 .850

B3 64.03 38.516 -.182 .858

B4 64.03 36.792 .593 .850

B5 64.03 36.792 .593 .850

B6 64.03 36.792 .593 .850

B7 64.07 36.340 .567 .848

B8 64.07 36.340 .567 .848

C1 61.47 32.602 .652 .838

C2 61.40 33.628 .642 .840

C3 61.37 33.895 .445 .848

C4 61.27 34.961 .472 .847

C5 61.23 34.944 .379 .850

C6 61.43 31.840 .702 .836

C7 61.50 33.983 .464 .847

C8 61.37 34.723 .419 .848

D1 61.37 35.895 .253 .855

D2 61.63 33.137 .542 .843

D3 61.40 34.524 .398 .850

D4 61.43 34.737 .459 .847

D5 61.37 35.482 .250 .857

D6 61.40 33.628 .572 .842

D7 61.27 35.789 .399 .849

D8 61.70 37.252 .058 .863

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

65.00 38.138 6.176 24

Page 127: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

Hasil Pengolahan Data Responden di Posbindu Cempaka, RW 06,

Kelurahan Cempaka Putih Ciputat

A. Karakteristik Responden

1. Usia lansia

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

60 9 12.5 12.5 12.5

61 7 9.7 9.7 22.2

62 12 16.7 16.7 38.9

63 10 13.9 13.9 52.8

64 9 12.5 12.5 65.3

65 5 6.9 6.9 72.2

66 3 4.2 4.2 76.4

67 3 4.2 4.2 80.6

68 3 4.2 4.2 84.7

69 3 4.2 4.2 88.9

70 3 4.2 4.2 93.1

71 1 1.4 1.4 94.4

72 2 2.8 2.8 97.2

73 1 1.4 1.4 98.6

75 1 1.4 1.4 100.0

Total 72 100.0 100.0

Statistics

Usia

N Valid 72

Missing 0

Mean 64.24

Median 63.00

Mode 62

Std. Deviation 3.590

Variance 12.887

Range 15

Minimum 60

Maximum 75

Page 128: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

Usiakat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

60-67 58 80.6 80.6 80.6

>67 14 19.4 19.4 100.0

Total 72 100.0 100.0

2. Jenis Kelamin

JK

N Valid 72

Missing 0

JK

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

laki-laki 13 18.1 18.1 18.1

perempuan 59 81.9 81.9 100.0

Total 72 100.0 100.0

3. Pendidikan

Pendidikan

N Valid 72

Missing 0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Sarjana 1 1.4 1.4 1.4

SMA 3 4.2 4.2 5.6

SMP 5 6.9 6.9 12.5

SD 30 41.7 41.7 54.2

Tidak Sekolah 33 45.8 45.8 100.0

Total 72 100.0 100.0

Page 129: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

4. Pekerjaan

Pekerjaan

N Valid 72

Missing 0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Bekerja 22 30.6 30.6 30.6

Tidak Bekerja 50 69.4 69.4 100.0

Total 72 100.0 100.0

B. Hasil Analisis Univariat

1. Pengetahuan Lansia Tentang Konsumsi Obat yang Aman

Pengetahuan

N Valid 72

Missing 0

Pengetahuan

N Valid 72

Missing 0

Mean 7.28

Median 7.00

Mode 7

Std. Deviation .676

Variance .457

Range 2

Minimum 6

Maximum 8

Page 130: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

6 9 12.5 12.5 12.5

7 34 47.2 47.2 59.7

8 29 40.3 40.3 100.0

Total 72 100.0 100.0

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pengetahuan 72 100.0% 0 0.0% 72 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

pengetahuan

Mean 7.28 .080

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 7.12

Upper Bound 7.44

5% Trimmed Mean 7.31

Median 7.00

Variance .457

Std. Deviation .676

Minimum 6

Maximum 8

Range 2

Interquartile Range 1

Skewness -.402 .283

Kurtosis -.776 .559

Page 131: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

pengetahuan .260 72 .000 .780 72 .000

a. Lilliefors Significance Correction

pengetahuankat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

kurang baik 9 12.5 12.5 12.5

Baik 63 87.5 87.5 100.0

Total 72 100.0 100.0

Page 132: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

2. Sikap Lansia Terhadap Konsumsi Obat yang Aman

Sikap

N Valid 72

Missing 0

Mean 27.58

Median 28.00

Mode 28

Std. Deviation 2.121

Variance 4.500

Range 8

Minimum 24

Maximum 32

sikap

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

24 7 9.7 9.7 9.7

25 8 11.1 11.1 20.8

26 9 12.5 12.5 33.3

27 6 8.3 8.3 41.7

28 16 22.2 22.2 63.9

29 14 19.4 19.4 83.3

30 6 8.3 8.3 91.7

31 4 5.6 5.6 97.2

32 2 2.8 2.8 100.0

Total 72 100.0 100.0

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Sikap 72 100.0% 0 0.0% 72 100.0%

Page 133: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

Descriptives

Statistic Std. Error

Sikap

Mean 27.58 .250

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 27.08

Upper Bound 28.08

5% Trimmed Mean 27.56

Median 28.00

Variance 4.500

Std. Deviation 2.121

Minimum 24

Maximum 32

Range 8

Interquartile Range 3

Skewness -.060 .283

Kurtosis -.758 .559

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Sikap .161 72 .000 .952 72 .008

Page 134: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

a. Lilliefors Significance Correction

Sikapkat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

kurang baik 30 41.7 41.7 41.7

Baik 42 58.3 58.3 100.0

Total 72 100.0 100.0

Page 135: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

3. Perilaku Lansia dalam Minum Obat

Perilaku

N Valid 72

Missing 0

Mean 23.99

Median 24.00

Mode 22

Std. Deviation 1.968

Variance 3.873

Range 6

Minimum 21

Maximum 27

Sum 1727

perilaku

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

21 7 9.7 9.7 9.7

22 14 19.4 19.4 29.2

23 11 15.3 15.3 44.4

24 12 16.7 16.7 61.1

25 9 12.5 12.5 73.6

26 7 9.7 9.7 83.3

27 12 16.7 16.7 100.0

Total 72 100.0 100.0

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Perilaku 72 100.0% 0 0.0% 72 100.0%

Page 136: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

Descriptives

Statistic Std. Error

Perilaku

Mean 23.99 .232

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 23.52

Upper Bound 24.45

5% Trimmed Mean 23.98

Median 24.00

Variance 3.873

Std. Deviation 1.968

Minimum 21

Maximum 27

Range 6

Interquartile Range 4

Skewness .168 .283

Kurtosis -1.190 .559

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Perilaku .136 72 .002 .916 72 .000

Page 137: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

a. Lilliefors Significance Correction

Perilakukat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

kurang baik 32 44.4 44.4 44.4

Baik 40 55.6 55.6 100.0

Total 72 100.0 100.0

Page 138: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

C. Hasil Analisis Bivariat

1. Hubungan pengetahuan lansia tentang konsumsi obat yang aman

dengan perilaku minum obat

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pengetahuankat *

perilakukat 72 100.0% 0 0.0% 72 100.0%

pengetahuankat * perilakukat Crosstabulation

perilakukat Total

kurang baik baik

pengetahuankat

kurang baik Count 1 8 9

% within pengetahuankat 11.1% 88.9% 100.0%

Baik Count 31 32 63

% within pengetahuankat 49.2% 50.8% 100.0%

Total Count 32 40 72

% within pengetahuankat 44.4% 55.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 4.629a 1 .031

Continuity Correctionb 3.214 1 .073

Likelihood Ratio 5.323 1 .021

Fisher's Exact Test

.037 .032

Linear-by-Linear Association 4.564 1 .033

N of Valid Cases 72

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 139: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

pengetahuankat (kurang

baik / baik)

.129 .015 1.093

For cohort perilakukat =

kurang baik .226 .035 1.458

For cohort perilakukat = baik 1.750 1.251 2.447

N of Valid Cases 72

2. Hubungan sikap lansia terhadap konsumsi obat yang aman dengan

perilaku minum obat

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

sikapkat * perilakukat 72 100.0% 0 0.0% 72 100.0%

sikapkat * perilakukat Crosstabulation

perilakukat Total

kurang baik baik

sikapkat

kurang baik Count 17 13 30

% within sikapkat 56.7% 43.3% 100.0%

baik Count 15 27 42

% within sikapkat 35.7% 64.3% 100.0%

Total Count 32 40 72

% within sikapkat 44.4% 55.6% 100.0%

Page 140: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANJUT USIA · PDF fileaman serta perilaku minum obat bisa lebih baik lagi, penyuluhan ini bisa . dilakukan oleh para kader . Posbindu ... 2. Karakteristik

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 3.111a 1 .078

Continuity Correctionb 2.321 1 .128

Likelihood Ratio 3.121 1 .077

Fisher's Exact Test

.096 .064

Linear-by-Linear Association 3.068 1 .080

N of Valid Cases 72

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.33.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for sikapkat

(kurang baik / baik) 2.354 .902 6.142

For cohort perilakukat =

kurang baik 1.587 .951 2.649

For cohort perilakukat = baik .674 .422 1.075

N of Valid Cases 72