pembentukan konsep moral dan etika menurut kh. ma....

114
i PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. SAHAL MAHFUDH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh: LUTFI KHAKIM NIM: 23010-15-0259 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2019

Upload: others

Post on 27-Oct-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

i

PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT

KH. MA. SAHAL MAHFUDH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

LUTFI KHAKIM

NIM: 23010-15-0259

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2019

Page 2: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

ii

Page 3: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

iii

PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT

KH. MA. SAHAL MAHFUDH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

LUTFI KHAKIM

NIM: 23010-15-0259

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2019

Page 4: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

iv

Page 5: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

v

Page 6: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

vi

Page 7: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

vii

MOTTO

خير ما أعطي الناس خلق حسه

“Pemberian terbaik yang diberikan kepada manusia adalah akhlak yang baik”

(HR At-Tirmidzi)

ما مه شيء أثقل في ميزان المؤمه يوم القيامة مه خلق حسه

“Tidak ada sesuatu yang lebih berat pada timbangan (kebajikan) seorang

mukmin pada hari kiamat daripada akhlak yang mulia”

(HR At-Tirmidzi)

Page 8: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

viii

PERSEMBAHAN

Puja puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang mana telah melimpahkan

rahmat serta hidayahnya skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ibuunda Siti Munawaroh yang mampu merawat dan mendidik dari

kecil hingga dewasa, yang tak pernah kenal kata bosan untuk

membimbing dan menuntun dalam pendidikan.

2. Ayah Muhammad Syaifudin kepala keluarga dan tulang punggung

keluarga kecil kami, yang tak kenal lelah mencari nafkah untuk

keluarga tercinta.

3. Saudari kandung saya Nilal Izzah yang mana beliau selalu

mendampingi bersama-sama dalam keluarga yang harmonis.

4. Saudari Isti Nur Halimah yang selalu mensuport dan mendorong dalam

kesuksesan dalam kependidikan.

5. Bapak Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag selaku dosen pembimbing dalam

penelitian saya yang telah membimbing dan mendidik dengan

pengarahan yang sangat baik.

6. Sahabt-sahabat Punokawan setiap hari dalam perkuliahan yang slalu

bersama-sama terus kita eratkan solidaritas kita hingga kelak nanti.

7. Sahabat-sahabt Touring CB guyub rukun itu kunci dalam perjalanan

tertib berlalu lintas.

Page 9: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

ix

8. Sahabt-sahat PSHT yang mengajarkan saya yang tak pernah putus asa

dan berani dalam kejujuran takut dalam kesalahan.

9. Sahabt-sahabt MAKHAD Putra pertama kali hidup dijenjang

perguruan tinggi distulah proses awal mengetahui ilmu pengetahuan

dengan kakak-kakak pengurus tahun 2015-2016.

10. Sahabt-sahabt PPL di MTs Aswaja Tengaran dalam pelatihan

pembelajaran lapangan yang tak semudah dibelakang dibandingkan

didepan.

11. Sahabat-sahabt KKN susah lelah senang yang dihadapi bersama-sama

dengan ke ikhlasan dalam hati.

12. Sahabat-sahabat FTIk angkatan 2015 jurusan pendidikan agama islam

yang sama-sama maju berjuang demi menuntut ilmu dan mendapatkan

gelar sarjana pendidikan

Page 10: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. penulis panjatkan kepada Allah

Swt yang selalu memberikan nikmat, kaunia, taufik, serta hidayahnya kepada

penulis sehinggap penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

Pembentukan Konsep Moral dan Etika dalam Perspektif Pendidikan Agama Islam

Menurut Pandangan KH. MA. Sahal Mahfudh.

Tak lupa Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi

agung Muhammad Saw, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang

selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-satunya

umat manusia yang dapat penyempurna umat manusia dengan ajarannya agama

Islam.

Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari

berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Rektor IAIN Salatiga, Prof Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag.

2. Dekan FTIK IAIN Salatiga Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag., dan Sekaligus

pembimbing skripsi yang telah membimbing dengan ikhlas, mengarahkan,

dan meluangkan waktunya untuk penulis sehingga skripsi ini

terselesaikan.

3. Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga, Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.

4. Ibu Khulatul Lutfiah, M.Pd.I. selaku dosen pembimbing akademik yang

membimbing dan membina dari awal kuliah hingga saat ini.

Page 11: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

xi

5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan,

serta karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan

jenjang pendidikan S1.

Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi

penulis khususnya, serta para pembaca pada umumnya. Dan perlu disadari

bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kata sempurna.

Salatiga, 02 September 2019

Lutfi Khakim

Nim: 23010150259

Page 12: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN LOGO ......................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iv

DEKLARASI ................................................................................................... v

MOTTO ........................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

ABSTRAK ....................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6

E. Kajian Pustaka ........................................................................... 7

F. Penegasan Istilah ....................................................................... 9

G. Metode Penelitian ...................................................................... 15

H. Sistematika Penulisan ................................................................ 20

Page 13: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

xiii

BAB II BIOGRAFI KH. MA. SAHAL MAHFUDH................................... 21

A. Biografi Tokoh .......................................................................... 21

B. Setting Sosial ............................................................................. 26

C. Karya-karya KH. MA. Sahal Mahfudh ..................................... 39

BAB III LANDASAN TEORI ...................................................................... 43

A. Moral ......................................................................................... 43

B. Etika ........................................................................................... 52

BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................. 58

A. Pembentukan Konsep Moral dan Etika ..................................... 58

1. Unsur Dalam Pembentukan Karakter .................................. 58

2. Proses Pembentukan Karakter ............................................. 59

B. Konsep Pendidikan .................................................................... 63

C. Moral Pendidikan ...................................................................... 66

1. Tahap-tahap Perkembangan Moral ...................................... 67

2. Interaksi Dalam Sosial ......................................................... 71

3. Posisi dan Peran sosial ......................................................... 72

D. Etika pendidikan ........................................................................ 74

E. Agama Islam .............................................................................. 80

Page 14: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

xiv

BAB V PENUTUP ....................................................................................... 83

A. Kesimpulan ................................................................................ 83

B. Saran .......................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 15: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

xv

ABSTRAK

Khakim, Lutfi. 2019. Pembentukan Moral dan Etika Menurut KH. MA. Sahal

Mahfudh. Skripsi, Salatiga: Program studi Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri

Salatiga. Pembimbing: Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag.

Kata Kunci: Pembentukan konsep Moral dan Etika Menurut KH. MA. Sahal

Mahfudh.

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui

pemikiran menurut KH. MA. Sahal Mahfudh tentang pembentukan konsep moral

dan etika dalam buku Nuansa Fiqh Sosial.

Jenis penelitian ini adalah Library research atau dengan kata lain disebut

studi pustaka, yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode

pengumpulan data pustaka, membaca, memahami dan mencatat serta mengolah

bahan penelitian. Penelitian ini juga dilakukan dengan mengumpulkan data yang

didapat dari sumber kepustakaan berupa buku, jurnal, serta pendukung dari

sumber lainnya, sehingga diperoleh informasi yang jelas mengenai pembentukan

moral dan etika menurut KH. MA. Sahal Mahfudh. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pembentukan moral dan etika telah meletakkan dasar-dasar untuk

menetukan tingkah laku yang baik dan buruk. Ia tidak mendasarkan konsep al-

ma‟ruf (yang baik) dan al-munkar (yang buruk) semata-mata pada rasio, nafsu,

instuisi. Pengalaman-pengalaman yang muncul lewat panca indra yang

mengalami perubahan. Tetapi ia telah memberikan sumber yang tetap, yang

menentukan tingkah laku moral yang tetap dan universal, yaitu Al-Qur’an dan

sunnah, dasar-dasar itu menyangkut kehidupan komunitas bangsa. Dalam konteks

sosial, Islam memberi dasar pada manusia. Manusia dengan kekuatan imannya

akan mengembangkan sikap saling menghargai hak-hak pribadi satu sama lain,

terhadap peraturan-peraturan dan suatau pembatasan yang berlaku pada dirinya.

Setiap individu memandang dirinya bertanggung jawab dan memiliki kewajiban

kepada masyarakatnya. Ia di atas landasan nilai spiritual, mengembangkan sikap

saling mempercayai satu sama lain. Dalam hal ini merumuskan baku tentang

moral dan etika pembangunan yang didukung oleh nilai-nilai agama,

pertimbangan efektivitas dan efisiensi dengan penerapan teknik dan teknologi

dalam pelaksanaan pembangunan atau pembentukan, merupakan rangsangan yang

kuat bagi tumbuhnya kesadaran bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Perumusan itu diharapkan menjadi acuan bagi masyarakat dalam berperilaku

pembangunan dan pembentukan yang etis, tidak menumbuhkan kecemburuan

kesenjangan dan tidak kepedulian sosial.

Page 16: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam pendidikan agama Islam moral dan etika merupakan

istilah yang menunjukan kepada aplikasi nilai-nilai kebaikan dalam bentuk

tindakan atau tingkah laku. Walaupun istilah moral dapat menunjuk

kepada moral baik atau moral buruk, namun dalam aplikasinya orang

dikatakan bermoral jika mengaplikasikan nilai-niai kebaikan dalam

perilakunya. Sementara orang yang berperilaku buruk seperti egois, tidak

amanah, tidak bertanggungjawab, dan individualis, dikatakan sebagai

orang yang tidak bermoral (Sunarti, 2005: 1).

Pada hakekatnya perilaku moral dan etika berkaitan dengan

hakekat martabat manusia itu sendiri sebagai makhluk mulia di muka bumi

ini. Hakekat dan martabat yang ditunjukan dalam berbagai aspek

kehidupan, diantaranya adalah dalam pembentukan hubungan yang

harmonis antar sesama dan pembangun tatanan masyarakat yang tertib dan

beradab.

Kondisi tersebut pada hakekatnya akan berdampak terhadap

kebahagiaan individu serta kesejahteraan masyarakat luas. Dalam

kehidupan bermasyarakat, aspek atau nilai-nilai moral sangat dibutuhkan

untuk digunakan sebagai panduan dalam perumusan aturan-aturan yang

mengatur kehidupan.

Page 17: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

2

Pengabaian nilai moral dan etika yang menyebabkan perilaku yang

tidak bermoral, lambat larut akan membentuk budaya dan peradaban yang

menunjukan penurunan hakekat dan martabat manusia. Menyadari penting

dan mendesaknya pendidikan moral, maka pendidikan Islam mempunyai

peran mendasar bagi terwujudnya perilaku manusia yang bermoral dan

beretika.

Pendidikan Islam adalah pendidikan yang berasaskan ajaran atau

tuntunan agama Islam dalam usaha membina dan membentuk pribadi-

pribadi muslim yang bertakwa kepada Allah SWT, cinta dan kasih sayang

kepada kedua orang tua serta sesamanya, memberi kemaslahatan bagi diri

dan masyarakat pada umumnya (Rahman, 2002: 35-37).

Menurut An-Nahlawi (T.Th: 45) bahwa pendidikan Islam adalah

pengembangan pikiran manusia dan penataan tingkah laku serta moral dan

etika yang berdasarkan pada agama Islam, dengan maksud mewujudkan

ajaran Islam didalam kehidupan individu dan masyarakat yakni dalam

seluruh lapangan kehidupan.

Sedangkan tujuan pendidikan moral dan etika dimaksudkan

sebagai wahana sosialisasi moral-moral yang patut dimiliki oleh manusia

agar menjadikan mereka makhluk yang mulia di muka bumi. Pendidikan

moral dan etika diharapkan mampu membentuk insan-insan yang mampu

menjadi khalifah di muka bumi. Menurut (Sunarti, 2005: 6-7) pendidikan

Page 18: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

3

moral dan etika memiliki tujuan agar anak dibekali moral secara sejak

pada dini antara lain yaitu:

1. Mengetahui berbagai moral dan etika manusia.

2. Dapat mengartikan dan menjelaskan berbagai moral dan etika

manusia.

3. Menunjukkan contoh perilaku bermoral dan beretika dalam kehidupan

sehari-hari.

4. Memahami sisi baik menjalankan perilaku bermoral dan beretika.

5. Memahami dampak buruk bagi manusia yang tidak menjalankan

moral dan etika yang baik.

6. Melaksanakan perilaku bermoral dan beretika dalam kehidupan

sehari-hari.

Metode yang dipakai dalam membentuk moral dan etika anak-anak

tentu berbeda dengan metode yang digunakan untuk orang dewasa. Karena

anak kecil bukanlah orang dewasa yang kecil, kemampuan dan

pengalamannya masih terbatas. Maka dibutuhkan metode yang mampu

menopang dalam pembentukan moral anak. Ritme yang tepat harus

diberikan kepada anak di masa kecilnya. Agar tidak terlalu bersemangat

atau sebaliknya malas, sehingga rasa ketertarikannya tumbuh.

Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan

mencapai suatu etika yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dari

pendidikan. Sebagaimana utusan Rasulullah Muhammad SAW sebagai

penyempurna etika (Bustami A Gani dan Djohar Bahry, 1987: 1).

Page 19: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

4

Allah telah menganugerahkan akal pikiran kepada manusia sebagai

suatu penghormatan, membebaninya dengan kewajiban hukum dan

memberinya kebebasan memilih antara mengerjakan atau meninggalkan

perintah Allah di bawah kendali akal pikirannya. Sedangkan pada diri

manusia itu sebenarnya telah dibekali oleh Allah suatu alat penyaring

(filter) yang dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

( Afifudin, 1987: 16)

Memiliki moral dan etika sangatlah urgen bagi manusia. Urgensi

moral dan etika ini tidak saja dirasakan oleh manusia dalam kehidupan

perseorangan, tetapi juga dalam kehidupan berkeluarga dan

bermasyarakat, bahkan juga dirasakan dalam kehidupan berbangsa atau

bernegara. Moral dan Etika adalah mustika hidup yang membedakan

makhluk manusia dari makhluk hewani.

Bahwasannya moral dan etika adalah kelakuan yang

mencerminkan sifat-sifat yang hidup dari kelompok manusia yang

dilaksanakan sebagai pengawas (Soerjono Soekanto, 1982: 77). Jika etika

telah lenyap dari diri masing-masing manusia, kehidupan ini akan kacau

balau, masyarakat menjadi berantakan. Begitu banyaknya hal yang dapat

menyebabkan kemerosotan etika (dekadensi moral) yang dapat

menimbulkan etika buruk atau perilaku tercela ( Mohammad Daud Ali,

2000: 10).

Page 20: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

5

Selain itu, moral dan etika menyangkut kegiatan-kegiatan manusia

yang dipandang sebagai baik dan buruknya seseoran. Benar atau salah,

tepat atau tidak tepat, atau menyangkut cara orang bertingkah laku dalam

hubungan dengan orang lain (Franz, 1987: 14 ).

Dengan demikian moral dan etika adalah sebuah pengetahuan budi

pekerti yang membedakan antara mahkluk hidup lainnya. Dan yang

menjadi tolak ukur manusia baik dan buruk nya seseorang yang

menyangkut perilaku terhadap orang lain atau tingkah laku dalam

bermasyarakat.

B. Rumusan Masalah

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka peneliti mengajukan

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah proses pembentukan moral dan etika menurut

KH. MA. Sahal Mahfudh?

2. Apa konsep moral dan etika menurut KH. MA. Sahal

Mahfudh?

Page 21: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

6

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari

diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pembentukan konsep moral dan etika menurut

KH. MA. Sahal Mahfudh?

2. Untuk mendeskripsikan pembentukan konsep moral dan etika

melalui kisah KH. MA. Sahal Mahfudh?

D. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini, diharapkan penulis dapat membawa

kepribadian moral dan etika yang baik. Adapun manfaat yang ingin

dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Memperluas pemikiran di dalam pendidikan agama Islam pada

umumnya dan pembentukan konsep moral dan etika dalam

perspektif pendidikan agama islam melalui kisah KH. M.A

Sahal Mahfudh dalam kehidupan sehari-hari sebagai pribadi

dalam masyarakat yang baik.

Page 22: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

7

2. Manfaat Praktis

a. Masyarakat agar selalu menjaga lingkungan yang kondusif baik

terhadap anak.

b. Orang tua sebagai contoh bermoral dan beretika dalam memberi

bimbingan terhadap anak.

E. Kajian pustaka

Kajian pustaka yang peneliti gunakan dengan cara menelaah hasil

penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian antara lain

sebagai berikut:

1. Skripsi yang ditulis oleh Aprilita Arum Ayuning Tyas jurusan

Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika

UNIVERSITAS Muhammadiyah Surakarta tahun 2016.

Adapun penelitian ini membahas tentang Pembentukan Konsep

Diri Mahasiswa Luar Jawa Konsep diri merupakan aspek

penting yang ada dalam diri manusia sebagai penggambaran

diri baik secara fisik, psikologis maupun psikis. Konsep diri

sebagai acuan individu untuk berinteraksi serta beradaptasi

dengan lingkungannya. Dengan adanya lingkungan baru,

seperti mahasiswa yang berasal dari luar jawa di Universitas

Muhammadiyah Surakarta, membuat perubahan konsep diri

yang baru dalam dirinya untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Persamaan peneliti tersebut dengan peneliti ini

Page 23: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

8

adalah sama-sama mengkaji tentang pembentukan konsep diri.

Namun titik perbedaanya adalah peneliti tersebut hanya

membahas tentang pembentukan konsep diri mahasiswsa,

sedangkan penelitian penulis itu pembentukan konsep moral

dan etika menurut KH. MA. Sahal Mahfudh.

2. Tesis yang ditulis Rifqi Nurdiansyah program studi hukum

Islam konsentrasi hukum Islam UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta tahun 2016 dengan judul Pemikiran Fiqh Sosial

KH. MA. Sahal Mahfudh yang membahas tentang fiqh Sosial

adalah kerangka berpikir metodologis dalam merespon

kebutuhan mendasar di masyarakat upaya pemberdayaan aspek

keluarga yang menjadi asas dasar keluarga disebuah

masyarakat. Persamaan penelitian tersebut sama-sama

penelitian kepustakaan yang mengkaji Pemikiran Fiqh Sosial

KH. MA. Sahal Mahfudh. Titik perbedaanya adalah tesis

tersebut menjelaskan biografi dan pemikiranya, sedangkan

penelitian penulis membahas tentang pembentukan konsep

moral dan etika menurut KH. MA. Sahal Mahfudh

3. Skripsi yang ditulis Ahmad Sirayudin jurusan Filsafat Agama

Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta tahun 2015 dengan judul Konsep Etika Sosial

Hamka yang membahas tentang konsep etika secara teoritis dan

konsep etika secara praktis. Etika teoritis hamka menjelaskan

Page 24: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

9

bangunan konsep yang dimulai dari struktur eksitensial

manusia, sebab manusia berangkat dari manusia itu sendiri.

Sementara etika praktisnya, etika hamka dapat diterapkan pada

hampir semua aspek kehidupan manusia. Hal ini bertujuan,

setiap tindakan manusia kelak dipertanggung jawabkan

dihadapan Allah yang harus di isi dengan perbuatan-perbuatan

baik. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian penulis

sama membahas tentang etika dan sama-sama menggunakan

metode kepustakaan. Perbedaannya adalah penelitian tersebut

lebih mengkerucut pada etika sosial sedangkan penilitian

penulis lebih mengkerucut pada proses menuju kepribadian

etika yang baik.

F. Penegasan istilah

Untuk menghindari berbagai penafsiran dari pengertian judul di

atas, maka terlebih dahulu penulis akan menjelaskan beberapa istilah yang

terdapat dalam judul penelitian di atas.

1. Pembentukan konsep Moral dan Etika menurut KH. MA. Sahal

Mahfudh.

Pembentukan merupakan perubah saat individu tersebut berada di

lingkungan tertentu. Seperti dilingkungan yang baru, butuh penyesuaian

diri yaitu adaptasi. Adaptasi dengan lingkungan serta membangun

interaksi sosial dengan individu lain akan menumbuhkan konsep diri yang

baru. Seperti yang dikatakan oleh Cooley 1964 dalam Sarito W. Sarwono

Page 25: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

10

(2009: 53) bahwa pembentukan konsep diri dipengaruhi oleh orang lain

dalam proses interaksi sosial yang dilakukan dengan satu individu.

Konsep merupakan sekumpulan mengenai keyakinan dan persepsi

diri tentang diri sendiri yang terorganisasi. Berbicara mengenai konsep,

peran merupakan aspek penting dalam individu. Konsep sebagai bagian

dari anggota sosial yang dibentuk dari proses komunikasi. Pembentukan

diri muncul dari komunikasi yang dilakukan dengan orang lain dengan

diawali adanya adaptasi serta interaksi sosial dengan antar individu.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Julia T. Wood (2013: 46) bahwa

wawasan paling mendasar mengenai diri adalah diri bukan bawaan sejak

lahir, tetapi diri berkembang karena adanya proses komunikasi dengan

individu lain serta keikutsertaan diri berpartisipasi di lingkungan sosial.

Moral berasal dari kata mores (bahsa latin) yang berarti tata cara

dalam kehidupan atau adat istiadat (Pratidarmastiti, 1991). Dewey

mengatakan bahwa mora sebagai hal-hal yang berhubungan dengan nilai-

nilai sosial (Grinder, 1978). Sedangkan baron dkk. (1980) mengatakan

bahwa moral adalah hal-hal yang berhubungan dengan larangan dan

tindakan yang membicarakan salah atau benar. Oleh Magnis-Suseno

(1987) di katakan bahwa kata moral selalu mengacu pada baik buruknya

manusia, sehingga bidang moral adalah bidang kehidupan manusia di lihat

dari segi kebaikannya sebagai manusia (Asri Budiningsih, 2008 : 24).

Page 26: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

11

Menurut KH. M.A Sahal Mahfudh suatu budi pekerti yang telah

ada sejak adanya kehidupan manusia. Persoalan baik buruk sejak

beradaban tingkat awal, meskipun ukuran yang dipakai berbeda-beda (KH.

M.A. Sahal mahfudh, 1994 : 182).

Etika berasal dari bahasa Yunani “Ethos” dalam bentuk tunggal

yang berarti tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang

kebiasaan, adat akhlak, perasaan, dan cara berfikir. Etika merupakan

dunianya filsafat, nilai, dan moral yang mana etika bersifat abstrak dan

berkenaan dengan persoalan baik dan buruk. Etika dibedakan dalam tiga

pengertian utama, yakni: ilmu tentang apa yang baik dan kewajiban moral,

kumpulan asas atau nilai yang berkembang dengan akhlak, dan nilai

mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat

(Safarina, 2015 : 2).

agama islam adalah komponen paling penting hubungan antara

manusia dan agama islam adalah pengawan manusia. Tujuan agama

adalah melindungi, menjaga serta merawat agama, kehidupan, akal budi

dan akal pikir, anak cucu serta sifat juga merawat persamaan serta

kebebasan. Melindungi, menjaga dan merawat lingkungan adalah tujuan

utama dari hubungan dimaksud. Jika situasi lingkungan semakin terus

memburuk maka pada akhirnya kehidupan tidak akan ada lagi tentu saja

agama pun tidak akan ada lagi (Alief Theria Wasim, 2005 : 78).

Page 27: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

12

Pendidikan adalah suatu hal membentuk kepribadian seseorang

melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan

nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik dan jujur, bertanggung

jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya (Thomas

Lickona, 1991), hal ini dapat dikaitkan dengan takdib, yaitu pengenalan

dan afirmasi atau aktualisasi hasil pengenalan (Aneess, 2010: 99). Di

dalam ilmu pendidikan yang dimaksud pendidik ialah semua yang

mempengaruhi perkembangan seseorang, yaitu manusia, alam, dan

kebudayaan. Orang sebagai kelompok pendidik banyak macamnya, tetapi

pada dasarnnya semua orang. Yang dikenal dalam ilmu pendidikan adalah

orang tua murid, guru-guru disekolah, dan tokoh-tokoh atau figur

masyarakat. Dalam prespektif Islam, orang tua (ayah dan ibu) adalah

pendidik yang paling bertanggung jawab (Tafsir, 2010 : 171).

Pengertian agama bila ditinjau secara deskriptif sebagaimana yang

telah diungkapkan oleh George Galloway adalah sebagai keyakinan

manusia terhadap kekuatan yang melampui dirinya kemana ia mencari

pemuas kebutuhan emosional dan mendapat ketergantungan hidup yang

diekspresikan dalam bentuk penyembahan dan pengabdian. Agama

merupakan sebuah kebutuhan fitrah manusia, fitrah keagamaan yang ada

dalam diri manusia. Naluri beragama merupakan fitrah sejak lahir di

samping naluri-naluri lainnya, seperti: untuk mempertahankan diri dan

mengembangkan keturunan, maka agama merupakan naluri (fitrah)

manusia yang dibawa sejak lahir.

Page 28: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

13

Agama Islam adalah agama terakhir, agama keseimbangan dunia

akhirat, agama yang tidak mempertentangkan iman dan ilmu, bahkan

menurut sunnah Rasulullah, agama yang mewajibkan manusia baik pria

maupun wanita. Allah SWT telah mewahyukan agama ini dalam nilai

kesempurnaan yang tinggi, kesempurnaan yang mana meliputi segi-segi

fundamental tentang duniawi dan ukhrowi guna menghantarkan manusia

kepada kebahagiaan lahir dan batin serta dunia dan akhirat (Muhammad

Daud Ali, 1998 : 46).

Berdasarkan penjelasan di atas penulis berpendapat bahwa

pembentukan konsep moral dan etika menurut KH. MA. Sahal Mahfudh

adalah suatu hal yang membangun diri sendiri bagi seseorang, yang di

awali melalui interaksi komunikasi, lingkungan dan budaya, untuk menuju

kebaikannya manusia. Disini memiliki kompenen penting sehubungan

akal pikir manusia dan agama, untuk menjaga keseimbangan dunia dan

akhirat.

2. Kisah Teladan

Yang dimaksud dengan kisah teladan di sini adalah cerita tentang

kisah KH. M.A Sahal Mahfudh yang terdapat di dalam buku Nuansa Fiqh

Sosial.

Nilai-nilai moralitas yang dapat dipetik antara lain shidiq

(kejujuran), amanah (dapat dipercaya), fatonah (kecerdasan), tabligh

(merealisasikan dan menyampaikan kebaikan kepada orang lain),

Page 29: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

14

kedermawanan, keberanian, sikap itsar (mengutamakan orang lain),

ukhuwah/persahabatan. Karakter moral dan etika dimaknai sebagai cara

berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja

sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Dengan demikian yang dimaksud judul di atas adalah suatu proses

pembentukan moral dan etika modernisasi untuk membimbing atau

mengarahkan sikap, budi pekerti dan perbuatan anak remaja melalui kisah-

kisah kehidupan KH. M.A. Sahal Mahfudh yang terdapat di dalam

pembelajaran Nuansa Fiqh Sosial dengan mengaplikasikan nilai-nilai

moral dan etika yang terkandung di dalamnya, diantaranya shidiq

(kejujuran), amanah (dapat dipercaya), fatonah (kecerdasan), tabligh

(merealisasikan dan menyampaikan kebaikan kepada orang lain),

kedermawanan, keberanian, sikap itsar (mengutamakan orang lain),

ukhuwah kebersamaan dilingkup yang lebih baik dalam budi pekerti,

tabiat atau watak kepribadian.

Dengan demikian, analisis pribadi pembentukan moral dan etika

haruslah membentuk sikap jujur, dipercaya, cerdas, menyampaikan dalam

artian, perkataan dan perbuatan seseorang yang selaras yang dimulai dari

sikap yang mendorong hingga menuju kebajikan atau kebaikan.

Page 30: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

15

G. Metode Penelitian

1. Desain penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kepustakaan (library research). Yaitu dalam bentuk penelitian

ini peneliti menelusuri secara mendalam dan terprogram. Dengan

pengumpulan data dan informasi dengan bantuan buku, jurnal, artikel

karangan KH. M.A. Sahal Mahfudh yang berkaitan dengan pemikirannya

tentang pembentukan konsep moral dan etika, yang ada di perpustakaan

dan materi pustaka yang lain. Sebagai bahan parameter analisis

perbandingan yang dimaksud library research adalah penelaah

kepustakaan yakni penelitian yang berusaha mencari teori-teori, konsep-

konsep generalisasi yang dapat dijadikan landasan teoritis bagi penelitinya

yang akan dilakukan.

2. Metode Penentuan Subjek

Sumber data dalam penelitan adalah “subjek dari mana data

diperoleh” (Arikunto, 1998 : 114). Dalam penelitian ini penulis

menggunakan dua jenis sumber data, yaitu:

a. Sumber data primer

Data primer berupa data atau informasi yang diperoleh dari

penelitian tersebut secara langsung dengan meliputi buku dan jurnal, yaitu:

buku Kepribadian Anak, Dasar Konsep Pendidikan Moral, Tahap-tahap

Perkembangan Moral, Etika Dasar, Nuansa Fiqh Sosial, Antara konsep

Page 31: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

16

dan Implemetasi, Pembelajaran Moral, Etika Pendidikan, pendidikan

karakter perspektif islam, jurnal dan artikel.

b. Sumber data skunder

Data sekunder merupakan data yang tersimpan dalam arsip yang

biasa terbuka bagi semua peneliti dengan persyaratan yang sama. Data ini

sudah dikumpulkan oleh bagian pengarsipan Penelitian ini merupakan

penelitian purposive, sehingga subjek yang diambil sesuai tujuan

penelitian. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah remaja

modernisasi individu. Peneliti mengambil jumlah keseluruhan subjek yang

mempengaruhi tujuan penelitian. Yaitu: Moral dan etika adalah sesuatu

yang berhubungan dengan kebaikan dan keburukan karakter dan watak

manusia atau sesuatu yang berhubungan dengan perbedaan antara baik dan

buruk. Menurut Hamzah Ya‟qub yang dimaksud dengan moral ialah

sesuai dengan ide-ide yang umum dan diterima tentang tindakan manusia,

mana yang baik dan wajar. Jadi sesuai dengan ukuran-ukuran tindakan

yang oleh umum diterima yang meliputi kesatuan sosial atau lingkungan

tertentu.

Kemudian istilah lain yang sinonim dengan moral adalah etika.

Etika berasal dari bahasa Yunani ethos, yang juga berarti adat kebiasaan.

Secara filosofis esensi makna dari dua istilah (moral, etika) itu dapat

dibedakan. Menurut Frans Magnis Suseno yang dimaksud dengan moral

adalah ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, patokan-patokan, lisan atau

Page 32: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

17

tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar ia

menjadi manusia yang baik. Sedangkan etika adalah filsafat atau

pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan moral.

Dengan demikian etika adalah ilmu pengetahuan tentang moral

(kesusilaan).

Ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa etika adalah ilmu

pengetahuan tentang moral (kesusilaan). Setiap orang memiliki

moralitasnya sendiri-sendiri, namun tidak semua orang perlu melakukan

pemikiran secara kritis terhadap moralitas yang menjadi kegiatan etika.

3. Metode Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data sangat diperlukan agar data yang

diperoleh relevan untuk mengkaji hipotesis. Pada langkah ini penulis

menggunakan teknik pengumpulan data dokumentasi, yaitu pengumpulan

data yang relevan dengan fokus penelitian yang penulis laksanakan ini

berbentuk konsep, teori dan preposisi yang bisa terdapat pada buku-buku,

majalah, jurnal, ataupun arsip-arsip lainnya.

Dalam mengumpulkan data ini, penelitian ini memakai penelitian

kepustakaan (library research) dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Menganalisis data untuk identifikasi dan mengelompokan serta

mengklarifikasi sesuai dengan pembentukan konsep moral dan etika

menurut KH. MA. Sahal Mahfudh.

Page 33: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

18

b. Mempelajari dan menelaah kajian dalam buku, jurnal, artikel

sumber.

c. Memahami sumber-sumber buku baik primer dan sekunder dalam

pembentukan konsep moral dan etika menurut Kh. MA. Sahal

Mahfudh.

Penelitian disini dilakukan untuk pembentukan konsep moral dan

etika, untuk mengetahui kelebihan manusia yang dikarenakan akal dan

pikirannya berbeda dengan mahkluk lainnya. Dan manusia mempunyai

estetik dan etik yang mampu mengangkat hakekat dan martabat seseorang.

4. Metode Analisis Data

Pengumpulan dan analisis data penelitian kajian pustaka (library

research), analisis data adalah proses klarifikasi berupa pengkelompokan

dan pengkategorian yang bener-bener valid untuk penelitian setelah data-

data terkumpul secara sistemati, maka langkah selanjutnya adalah analisa

data (analisa teks). Dalam menganalisa data, penulis menggunakan kajian

isi (content analysis) yaitu penelitian yang dilakukan terhadap informasi,

yang dilakukan dalam pendokumenan dalam jurnal, artikel.

Metode kajian isi digunakan untuk menganalisis perspektif buku

Nuansa Fiqih Sosial mengenai pembentukan konsep moral dan etika

menurut KH. MA. Sahal Mahfudh, maka penulis memiliki pendekatan

sebagai berikut:

Page 34: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

19

a. Pendekatan deskriptif dalam ide para tokoh, peneliti uraikan

sebagaimana adanya dengan maksud untuk memahami pembentukan

konsep moral dan etika.

b. Analisis yang dimaksudkan disini adalah sebagaimana kebenarannya

bermoral dan beretika seperti yang dijelaskan dalam buku Nuansa

Fiqih Sosial.

c. Kesimpulannya, langkah terakhir dalam penelitian ini adalah

menarik tentang seseorang bermoral dan beretika, sehingga dapat

diperoleh hasil penilitian sebagai jawaban dari permasalahan yang

dijadikan sebagai permasalahan penelitian ini.

5. Metode Dokumentasi

Dalam penyususunan ini, penulis dokumentasi mengartikan

metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable

yang akan diperoleh melalui penelusuran dokumen dari jurnal, buku, dan

sosial media. Objek penelitian ini berupa buku Nuansa Fiqh Sosial.

Melalui metode dokumetasi ini, penulis menggunakan untuk

memperoleh data dalam menganalisis buku tersebut dan memperoleh

pendukung buku, jurnal, artikel, majalah dan buku-buku yang terkait.

Page 35: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

20

H. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam memahami skripsi ini, maka membuat

sitematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN. Dalam bab ini membahas

tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penilitian, kajian pustaka, penegasan penelitian, metode penelitian,

sistematika penulisan.

BAB II : BIOGRAFI PENGARANG BUKU NUANSA

FIQIH SOSIAL. Dalam bab ini membahas tentang biografi KH. MA.

SAHAL MAHFUDH.

BAB III : LANDASAN TEORI. Dalam bab ini membahas

tentang definisi pembentukan konsep moral dan ettika menurut KH. MA.

SAHAL MAHFUDH dan didukung oleh buku, jurnal, artikel.

BAB IV : PEMBAHASAN. Berisi tentang analisis

pembentukan konsep moral dan etika yang diterangkan pada buku Nuansa

Fiqih Sosial, dengan didukung buku, jurnal, artikel, majalah, dan lainnya

yang menjelaskan tentang pembentukan konsep moral dan etika.

BAB V : PENUTUP. Pada bab ini berisi kesimpulan dan

saran.

Page 36: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

21

BAB II

BIOGRAFI

A. Biografi tokoh

KH. Ma. Sahal Mahfudh. Nama lengkapnya adalah Muhammad

Ahmad Sahal bin Mahfudh bin Abd. Salam Al-Hajaini, lahir di Kajen,

Margoyoso Kabupaten Pati, pada tanggal 17 Desember 1937 sampai

meninggalnya beliau pada tanggal 24 Januari 2014 pada umur 76 tahun di

pati.

Kehidupan yang sejak kecil sampai sekarang, KH. Sahal tidak

lepas dari pesantren, hidupnya memang di pesantren, lahir di pesantren,

besar di pesantren, belajar di pesantren, dan berkembang sampai saat ini di

pesantren. KH. Sahal berada di lingkungan yang mendalami tradisi

penguasaan khazanah klasiknya (kitab kuning), mengedepankan harmoni

sosial dan sopan santun (tawadhu‟), serta jauh dari kesan menonjolkan

diri. Sejak kecil ia diasuh bapak ibunya dengan penuh kasih saying.

Saudaranya berjumlah enam, yaitu M. Hasyim, Hj Muzayyanah (istri KH

Mansur, pengasuh PP An-Nur Lasem dan cucu KH. Abdussalam Kajen),

Salamah (istri KH Mawardi, pengasuh PP Bugel-Jepara, kakak istri KH

Abdullah Salam), Hj Fadhilah (istri KH Rodhi Sholeh Jakarta, wakil Ra’is

Am PBNU sejak 1984), Hj Kodijah (istri KH Maddah, pengasuh PP

Assuniyah-Jember yang juga cucu KH Nawawi, adik kandung KH

Abdussalam, kakek KH Sahal).

Page 37: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

22

Sejak KH. MA. Sahal Mahfudh masih kecil Kepakaran beliau

suatu jenis pengetahuan agama („ulumuddin) dalam dunia pesantren,

secara alamiah terdistribusi dengan mereka yang saling melengkapi sejak

mula terbentuknya komunitas pesantren. Dalam sejarah perkembangannya

seoalah ada konsensus yang tak pernah dirapatkan, bahkwa seorang kyai

yang berspesialisasi dengan ilmu itu. Dengan pola distribusi, dimana

masing-masing kyai menguasai ilmu yang disukai dan dipilihnya hingga

pakar derajat, maka kesinambungan keilmuan pesantren terjaga hingga

kini, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

Sejak santri Sahal seperti terprogram untuk menguasai ilmu fiqh,

Bahasa Arab, dan ilmu kemasyarakatan yang memang digemarinya. Ia

mendapat pendidikan oleh ayahnya, KH. Mahfudh, lalu nyantri kepada

kyai Muhajir di kota Kediri dan kyai Zubair di Sarang, Lasem, namun

sangat dipengaruhi oleh ke kyaian pamannya sendiri, KH. Abdullah

Salam. Di Kajen sebuah kawasan yang historis amat kaya dengan tradisi

pesantren, kyai Sahal mengemban tugas untuk mengawasi kesinambungan

pengajaran ilmu fiqh, Bahasa Arab, dan ilmu kemasyarakatan. Sudah tentu

tugas itu tidak dibebankan kepada kyai sahal sendiri, namun karena

kepakarannya di tiga bidang itu, ia bisa disebut “panglima” yang

bertanggung jawab atas jalannya pengawasan itu.

Page 38: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

23

Namun kepakaran kyai Sahal itu diuji oleh sebuah situasi ekonomi

politik yang timpang. Kajen, desa kecil di mana di dalamnya terdapat lebih

dari 15 pesantren, merupakan desa yang tak tersedia sejengkal pun sawah

maupun lahan perkebunan, namun dijejali penduduk miskin yang hidup

dari kerajinan “krupuk tayamum”. Sangat tidak menarik secara ekonomis,

namun disitu pula agama diuji untuk bereksperimentasi, berdialog dengan

kenyataan yang timpang.

Maka sebuah perjumpaan dialektik antara agama dan kenyataan

harus terjadi. Penghindaran perjumpaan dengan semangat realitas sosial

akan membuat agama stagnan dan segera kehilangan relevansi

kemanusiaannya. Dalam jagat pesantren, ilmu fiqh yang dimiliki kyai

Sahal tidak dapat di elakkan merupakan bagian ilmu yang paling besar

tantangannya. Pergulatan kyai Sahal untuk mengoprasikan fiqh, dilakukan

anatra lain melalui forum (Bahtsul Masail) ditingkat MWC NU kecamatan

Margoyoso. Forum ini sangat produktifdan efektif, hampir-hampir

menjadi pengadilan rakyat karena masalah yang digelar tak hanya masalah

keagamaan, tetapi masalah ekonomi, kebudayaan, bahkan politik. Berawal

dari (Bahtsul Masail) tingkat kecamatan itu, sebuah keputusan penting

tentang nasib petani pernah dihasilkan, ketika muktamar NU di krapyak

memutuskan bahwa tebu rakyat intensifikasi (TRI) merupakan tranksaksi

ekonomi yang tidak sah (mu‟amalah fasidah), dan karena itu haram

diterapkan. Pencarian relevansi fiqh tidak berhenti di dalam ruang bahtsul

masail, tetapi bergulir menjadi program kemasyarakatan, seperti pada

Page 39: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

24

program pemanfaatan dana zakat untuk kegiatan produktif di pati dan biro

pengembangan masyarakat dari pesantren di kajen sendiri dan desa di

sekitarnya.

Ditingkat itu saja, tampak tugas seorang kyai, seperti kyai Sahal,

tidak sekedar mengawal keberlangsungan pengajaran yang telah

dikuasainya, tetapi juga di tuntut penyegaran atasnya. Menyadari hal itu,

berarti meyakini ada sesuatu “doktrin” dan “tradisi” yang harus dirombak.

Dalam bahasa fiqh nya, diperlukan tajdid. Bahwasannya tajdid

mempunyai daerah lingkup yang sangat terbatas artinya kualitas tajdid

mesti dinilai dari konteks historisitas dan lokalitasnya. Dengan teropong

seperti ini, kelompok keagamaan yang paling konservatif pun pasti

melakukan takdid. Sekecil apapun bentuk tajdid yang telah dilakukan.

Dalam kapasitas yang masih bisa diperdebatkan, kyai Sahal, tak

dapat dibantah, merupakan eksponen penting pembaruan di tubuh

pesantren. Ia terlibat langsung dalam sebagai kegiatan halaqah, yang

tujuan utamanya bisa di sederhankan sebagai suatu upaya mencari jalan

baru bagi penetapan fiqh secara konstektual (Jamal Ma’mur Asmani, 2007

: 12).

Secara spesifik, marilah kita lihat kontribusi kyai Sahal dalam

diskursus di atas, lewat penglihatan terhadap beberapa tulisannya dalam

buku ini. Lingkungan kyai Sahal adalah masyarakat pesantren yang

mengakui madzhab empat (Maliki, Hanafi, Syafi’i, Hambali), namun

Page 40: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

25

ternyata dalam tindakannya bersikeras pada Syafi’i saja. Kyai Sahal

mengkritik kecendrungan ini. Salah satu keberatannya, Syafi’i dalam hal

yang tidak ditegaskan oleh nash, secara metodologis menekankan qiyas,

sehingga kurang menekankan masalah. Dalam hal posisi ini, kyai Sahal

tampaknya telah memilih jalan lain dalam ber-fiqh. Jalan yang merupakan

pilihannya yang lebih dominan, meski dalam banyak hal ia tetap berada

dijalur konstektualisasi teks fiqh Syafi’iyah. Bagi kyai Sahal, kepentingan

umum harus menjadi pertimbangan terdepan dalam proses pengambilan

keputusan hukum. Agar kepentingan umum tetap terjaga, seorang

mujtahid harus memiliki kepekaan sosial. Dengan prinsip ini, kyai Sahal

dalam berbagai kasus mampu memilah, mana yang memang kepentingan

umumdan yang mana kepentingan kelompok atau kpentingan semata.

Dengan prinsip ini banyak proses bermasyarakat dan berbegara yang perlu

dipertanyakan keabsahannya. Dalam hal soal pajak misalnya, kyai Sahal

secara halus mengemukakan bahwa dalam banyak prosesnya masyarakat

sering tidak tahu dikemanakan uang itu ? Dengan pertanyaan ini, ia

sebenarnya sedang berbicara soal pentingnya kontrol dan partisipasi

masyarakat secara penub dalam proses bernegara.

Memang, para fuqaha kini dihadapkan pada pertanyaan yang

jawaban kongretnya teramat sulit dicari dalam rumusan-rumusan baku

yang telah mereka pegang selama ini. Soal negara bangsa, asuransi, bank,

pajak, kb, kepemimpinan lingkungan dll, jika masyarakat selalu ditunda

Page 41: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

26

jawabannya masyarakat fiqh akan gamang. Pada titik inilah relevansi

keinginan meneropong secara kritis apa yang dilakukan kyai Sahal.

B. Setting Sosial

Masyarakat pesantren, di manapun, mulanya adalah masyarakat

fiqh. Yang merupakan praktikal dari ajaran Al-Qur’an dan Hadits, adalah

landasan normatif dalam berperilaku, baik individu maupun masyarakat.

Dalam posisi demikian, seseorang mustahil melihat perubahan yang cukup

berarti di dalam kehidupan komunitas pesantren. Posisi teguh fiqh paling

tidak demikian umat menempatkannya karena ia dibangun dari “tambatan”

yang mustahil diruntuhkan. Tambatan itu bertaut pada wahyu yang

transendental serta sabda dan contoh nabi, yang menjadi dermaga terakhir

dari pencarian seluruh imajinasi manusia dalam memaknai kehidupan. Tak

ada dermaga lain di seberang wahyu dan kenabian. Semua bentuk

eksperimentasi, baik pemikiran maupun tindakan sosial, harus tunduk pada

“kata akhir” keduanya. Inilah imam Syafi’i dibakukan menjadi usul fiqh

yang kemudian melahirkan kaida-kaidah fiqh (qawa‟id al-fiqhiyah) yang

dari sana dijabarkan menjadi putusan-putusan bagi permasalahan

kehidupan: sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, dan seterusnya. Inilah

yang oleh para penganut sistem “hierarki yudisial” kemudian disebut

sebagai madzhab.

Tak dapat dipungkir, hierarki yudisial dalam sistem bermadzhab

itu begitu mapan, karena ia berimpian dengan hierarki lain berupa

“wewenang” atau sering kali disebut “kekuasaaan” yudisial. Memang

Page 42: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

27

demikianlah jamaknya, bahwa hierarki sitem harus disertai hierarki

wewenang.

Dengan demikian, kebutuhan sistem ajaran terjaga dari guncangan

perkembangan zaman yang sering menjadi sumber krisis dalam setiap

sistem atau pradigma ilmu. Hierarki-hierarki itulah yang di jaga secara

berkesinambungan, seperti yang tercermin dalam “Tradisi Pesantren” dan

dalam manifestasi modernnya diwujudkan secara nyata dalam struktur

organisasi Nahdhatul ulama disemua levelnya, mengemban tugas menjaga

keutuhan sistem dan ajaran termasuk hierarkinya, dan karena itu

berhadapan dengan denyut nadi kehidupan umat. Tugas itu tampaknya

dapat diemban secara baiik, meskipun anarki “perkembangan zaman”,

terutama semenjak modern lanjut yang dimulai sejak masa orde baru

menggedor-gedor lembaga itu.

Paling tidak citra ketegaran mempertahankan keutuhan ajaran itu

masih tercermin dalam sikap-sikap salah satu pendiri Nahdhatul Ulanma,

Almarhum KH. Bisri Syansuri yang digambarkan oleh Abdurahman

Wahid sebagai “Pecinta Fiqh Sepanjang Hayat”. Itu artinya, lebih dari dua

pertiga usianya, Nahdhatul Ulama dikawal langsung oleh generasi pendiri

dengan keteguhan tak tergoyahkan dalam menjalankan tradisi fiqh.

Namun saat pasca kyai Bisri menunjukkan fenomena baru

dalam Nahdhatul Ulama yang tulisan ini hanya dibatasi pada tradisi ber-

Fiqhnya. Regenerasi Nahdhatul Ulama dari generasi pendiri ke generasi

Page 43: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

28

penerus, di ikuti pula dengan “regenerasi pemikiran”, yang ditunjukan

antara lain oleh pergeseran yang cukup penting dalam memandang fiqh.

Dengan semakin meningkatnya “anarki pemikiran” sosial politik di

Indonesia, maka kehidupan dan pemikiran fiqh di Nahdhatul Ulama

mengalami pergeseran dari fiqh sebagai Paradigma “kebenaran ortodoksi”

menjadi Paradigma “pemaknaan sosial”. Jika yang pertama menunjukkan

realitas pada kebenaran fiqh, maka yang kedua menggunakan fiqh sebagai

“counter discourse” dalam belantara politik pemaknaan yang telah

berlangsung. Jika yang pertama memperlihatkan watak “Hitam Putih”

dalam memandang realitas, maka yang kedua memperlihatkan wataknya

yang “bernuansa”, dan kadang-kadang rumit dalam menyikapi realitas.

Ada lima ciri menonjol dari pradigma fiqh baru itu. pertama, selalu

di upayakan interpretasi ulang dalam mengkaji teks-teks fiqh untuk

mencari konteksnya yang baru. Kedua, makna bermadzhab berubah dari

bermadzhab secara tekstual “madzhab qauli” ke bermadzhab metodologis

“madzhab manhaji”. Ketiga, verifikasi makna ajaran yang pokok (ushul)

dan mana yang cabang (furu‟). Keempat, fiqh dihadirkan sebagai etika

sosial, bukan sebagai hukum positif negara. Kelima, pengenalan

metodologi pemikiran filosofis, terutama dalam masalah budaya dan

sosial.fiqh dengan demikian, telah mengemban tugas baru sebagai

perangkat hermeneutika, yang implikasinya sangat besar dalam kehidupan,

dan karena itu memunculkan problem metodologis yang besar pula.sifat

fiqh sebagai perangkat hermeneutika ini di satu sisi mempunyai watak

Page 44: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

29

relavitas yang sangat tinggi karena ia harus mengakomodasikan pluralitas

realitas dengan demikian pluralitas kebenran, dan karena itu ia harus

melunakan kepastian normatif yang berdimensi ke abadian, dari hukum

agama yang bertumpu pada rasionaltas Tuhan, problem metodologis

menjadi serius, terutama karena tradisi fqh yang berkembang di dalam

Nahdhatul Ulama adalah tradisi madzhab Syafi’i.

Sebagai mana telah disinggung di atas, syafi’i menempatkan

wahyu Al-Qur’an, sehingga rasionalitas sosial harus tunduk padanya

secara menyeluruh., Al-Qur’an dalam rumusan syafi’i, telah meliputi

segala sesuatu, tentang yang ada dan yang akan ada, ilmu tentang segala

sesuatu, yang ada dan yang akan ada petunjuk pada kebenaran yang (haqq)

dan cahay di dalam segala sesuatu, yang ada dan yang akan ada. Kebaikan

tak dapat di raih tanpa bantuan Al-Qur’an. Sunnah dalam hal ini berposisi

sebagai pelaksanaan teks Al-Qur’an oleh Rasulullah, seperti yang di

kehendaki Allah. Memang ada sunnah teks tanpa Al-Qur’an. Sunnah

seperti ini dipertimbangan sahih tidaknya. Jika sunnah itu sahih, maka bisa

digunakan sebagai hujah. Dengan pula hal nya atsar (ijma’ sahabat) yang

sahih dan jelas “dalalahnya”, dan tidak ada atsar lain yang me-nasakhnya

atau yang berbeda dengannya, dianggap syariat. Psosisi Al-Qur’an, sunnah

dan ijma’, seperti itulah yang akan melindungi manusia dari kesalahan .

tidak ada jalan lain untukmengetahui salah dan benar teks tanpa teks Al-

Qur’an dan sunnah.

Page 45: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

30

Tidak ada hak untuk memutuskan sesuatu halal atau haram tanpa

petunjuk nyata dari Al-Qur’an dan sunnah. Tidak boleh menyatakan

sesuatu karena sesuatu itu dianggap baik secara objektif. Jika adsa

kemungkinan itu, maka harus ditempuhqiyas dengan mencari

“yuriprudensi” yang ada.. jiika setiap orang melakukan sesuatu tanpa ada

(qiyas) maka yang terjadi adalah anarki.

Rasionalitas manusia diterima dan mendapatkan tempat dala ushul

Syafi’i asal mengalir dari sumber-sumber keagamaan, yakni Al-Qur’an,

sunnah dan ijma’. Ijtihad dilakukan dengan persyaratan bagi orang yang

mengetahui dalil-dalilnya, dari Al-Qur’an, sunnah dan ijma’ yang di

operasionalkan dengan qiyas. Qiyas artinya menganalogkan dengan apa

yang sudah ada di dalam Al-Qur’an, sunnah, dan ijma’. Selain itu tidak

diperbolehkan. Dengan demikian, maka ushul Syafi’i menolak. Jika harus

di lakukan, maka harus mengacu yang sudah ada di dalam Al-Qur’an,

sunnah dan ijtima’. Tanpa acuan pada preseden yang sudah ada akan

terjatuh pada mengada-ngadakan sesuatu tanpa preseden tidak ada tempat

bagi ra‟yu kecuali berdasarkan pada qiyas.

Dalam logika ushul Syafi’i, semua itu tetap berjalan karena Al-

Qur’an, sunnah, dan ijtima’ yang sudah lengkap. Problem metodologis

seperti ini lalu terasa menjadi kendala bagi ulama NU dalam

mengembangkan fiqh dengan muatan hermeneutika dan berdimensi sosial

itu. Memang NU juga mengakui keabsahan madzhab empat (Maliki,

Hambali, Hanafi, dan Syafi’i) sebagai rumpun fiqh Ahlussnah Wal

Page 46: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

31

Jama’ah. namun pengakuan itu tidak dengan sendirinya merekomendasi

penggunaannya secara elektik, karena ada rambu-rambu larangan yang

memerlukan syarat-syarat tersendiri untuk menembusnya.

Perkembangan sosial, politik, ekonomi, da kebudayaan di

Indonesia yang sangat cepat bukanlah ada dengan sendirinya, melainkan

suatu proses pemaknaan yang terus menerus dan menurut Clifford Geertz

bersifat anarkis.

Mitos “permanensi” dibantah oleh perkembangan yang begitu

cepat. Dalam kasus Indonesia kontemporer, cepatnya perkembangan itu

menempatkan agama berada di bawah bayang-bayang kontrol negara. Hal

ini tentu saja sangat mengejutkan agama, karena secara “teoritik”

negaralah yang seharusnya berada dibawah bayang-bayang kontrol agama.

Atau maksimal hubungan negara-negara itu diletakkan sejajar, dalam

pengertian keduanya mempunyai wilayah sendiri-sendiri yang masing-

masing tidak boleh saling mengintervensi. Ketika “konsensi” terakhir itu

saja tidak dapat dilaksanakan, maka yang terjadi kemudian adalah

benturan yang tidak jarang berlangsung secara keras. Negara yang coba

merengkuh wilayah agama, dihadapi dengan kemutlakan agama sebagai

representasi keabadian. Ketika pada tahun 1984 Nahdhatul Ulama

menyatakan kembali ke khittah 1926, anatara lain dapat di baca sebagai

mundurnya agama dari pembenturan tanpa akhir dengan negara, yang

mulai secara terbuka memperkenalkan idiologi negara pancasila.

Page 47: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

32

Bagi Nahdhatul Ulama proses penerimaan idiologi pancasila itu

berjalan lancar belaka, ketika kerangka fiqh baru tersebut mulai diterima

oleh kalangan mudanya. Telah di sebutkan di atas, titik masuk bagi

perubahan pradigma fiqh di dalam Nahdhatul Ulama antara lain adalah

interpretasi ulang dalam mengaji teks-teks fiqh untuk mencari konteksnya

yang baru. Jalan ini membuka banyak kemungkinan interpretasi teks-teks

fiqh lama dalam pemecahan masalah-masalah baru. Misalnya, terobosan

bagi kontroversi tentang keluarga berencana, bank, termasuk dalam

masalah ke absahan negara bangsa modern.

Penerimaan pancasila adalah dalam kerangka terobosan model ini.

Model ini memperoleh keuntungan dari realitas teksfiqh yang plural. Teks-

teks derivatif fiqh Syafi’i (Syafi’iyah) sering membuka beberapa alternatif

pilihan putusan hukum. Meski valid sebagai metodologi terobosan, namun

hal ini tak sepi dari hal kritik, karena kesan di bawanya adalah kesan

legitimatif dan konformistik terhadap perkembngan sosial. Fiqh tak lagi di

kuaai dan di kendalikan oleh realitas lain yang lebih “ganas” bernama

negara. Ada benarnya jika secara parodis di katakan: : “tentaralah yang

mulai, ahli fiqh hanya mengikuti.”

Model lain adalah verifikasi nama ajaran yang pokok dan mana

yang cabang. Penataan ini mungkin lebih dapat membuka banyak

kemungkinan perkembangan pemikiran fiqh, meskipun untuk itu harus

merangkul ushul fiqh diluar ushul Syafi’i, karena ushul Syafi’i tidak dapat

di terobos lagi, kecuali dengan qiyas. Bagi kalangan penjaga “ortodoksi”

Page 48: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

33

Syafi’iyah, munculnya term-term baru, seperti maqashid asy-syariah,

merupakan sesuatu yang relatif asing, karena memang bukan tradisi

Syafi’i. Term-term itu diperkenalkan oleh asy-syatibi (w. 790/1388),

seorang ulama fiqh dari andalusia spanyol, abad ke-8 H./14 M.

Sebelumnya itu telah digunakan oleh Al-Ghazali.

Munculnya asy-Syatibi di dalam wacana fiqh Indonesia

kontemporer bisa di pandang sebagai fenomena yang menarik jika di lihat

dari pararelisme watak sosial politik yang melatar belakanginya,

menyangkut problem hubungan agama negara. Bahwa di dalam

masyarakat manapun dimana fakta islam muncul, negara menuntut untuk

dirinya wewenang agama dan bertujuan mengeneralisasi penerapan hukum

“illahiah”. Delapan abad setelah kelahiran, konflik permanen antara

anspirasi umat yang karena wewenang “illahiah” (baca: agama, sayariat)

yang menyatu bersama “syaukah” (baca: negara) ini pada kenyataannya

lebih mengundang problem karena kecendrungannya untuk berwatak

totalitarian atas kehidupan individu maupun sosial.

Pemikiran KH. M.A Sahal Mahfudh ulama berbasis tradisional

yang berwawasan maju ini banyak mengembangkan fiqih sosial dan fiqih

kontekstual. Masalah-masalah mu’amalat, khususnya masalah sosial

banyak menjadi sorotan pemikiran KH. MA. Sahal Mahfudh, tidak hanya

fiqih ibadah dalam arti sempit seperti kebanyakan ulama lainnya.

Pengembangan ibadah sosial yang bersifat horizontal dalam arti luas

tampaknya menjadi konsen utamanya. Fiqih kontekstual yang

Page 49: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

34

dikembangkan KH. MA. Sahal Mahfudh pun bukan berarti bentuk baru

yang menyimpang dari fiqih yang telah ada, tetapi merupakan

pengembangan fiqih itu sendiri yang dihubungkan dengan kontek

dinamika kehidupan nyata di masyarakat yang terus berkembang, sehingga

tidak semata-mata normatif tapi bersifat kontekstual.

Pendekatan yang sering dipakai KH. MA. Sahal Mahfudh adalah

pendekatan mashlahah atau kemaslahatan. Fiqih di mata KH. MA. Sahal

Mahfudh tidak saja memberikan keputusan halal dan haram secara

normatif namun juga jalan keluar terhadap permasalahan yang dihadapi

umat. Dalam pemikiran Islam di Indonesia, KH. MA. Sahal Mahfudh

memang dipandang sebagai tokoh yang banyak menyumbangkan

pemikiran dalam bidang hukum Islam.

KH. MA Sahal Mahfudh selalu mengkritik mainstream pemikiran

yang berkembang (setidaknya dikalangan NU dan pesantren). Bagi KH.

MA. Sahal Mahfudh, pemahaman terhadap kitab-kitab fiqih klasik sudah

seharusnya didekati dengan kerangka metodologis secara proporsional

agar bisa dicapai pemahaman yang kontekstual dan sesuai dengan tuntutan

realitas sosial.

KH. MA. Sahal Mahfudh berujar, “Fiqh harus dihadirkan sebagai

etika sosial, bukan hukum positif negara. Inilah yang selama ini

mendorong saya untuk mengembangkan fiqih yang bernuansa sosial. Ia

Page 50: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

35

tidak hanya bicara soal halal-haram, yang kental dengan nuansa

individual atau pun menghadirkan fiqih sebagai hukum positif negara.

Oleh karena itu, KH. MA. Sahal Mahfudh selalu mengkritik kaum

tradisionalis literalis dan fundamentalis yang selalu memutlakkan fiqih

secara tekstual. Bagi KH. MA. Sahal Mahfudh, kritik dapat dilontarkan

dan dialamatkan kepada siapa pun termasuk kepada gurunya sendiri.

Beliau merasa gusar atas pendapat ulama NU yang tidak mau

memperhatikan dimensi ruang dan waktu yang telah mengantarkan

produk-produk hukum Islam. Tak pelak, alasan inilah yang menjadikan

KH. MA. Sahal Mahfudh merelakan diri bergabung bersama gerbong

pemikir- pemikir produktif muda NU dalam forum halaqah (sarasehan)

untuk merumuskan kerangka teoritik berfiqih yang lebih produktif dan

matching bahkan sesuai dengan perkembangan zaman.

Salah satu hasil konkrit dari forum halaqah tersebut ialah

munculnya istilah bermazhab secara manhajiy dan timbulnya gagasan

untuk mempopulerkan pada tahun 1987 (gagasan awal), dan tahun 1998

atas dukungan KH. MA. Sahal Mahfudh dan KH Imron Hamzah, maka

diadakan seminar dengan tema “Telaah Kitab Secara Kontekstual” di

Pondok Pesantren Watu Congol, Muntilan, Magelang. Kendati begitu,

pada pertengahan Oktober 1989 sejatinya telah diselenggarakan halaqah

(diskusi terbatas) mengenai “Masa Depan NU”. Dan, salah satu

pembicaranya ialah alm. A. Qodri Azizi menegaskan perlunya redefisi

bermazhab yang kemudian dicetuskan istilah bermazhab fi al-manhaj

Page 51: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

36

(mengikuti metodologinya). Pada akhirnya, narasi ini dideklarasikan

pada tahun 1992 di Bandar Lampung dalam sebuah forum Musyawarah

Nasional.

Untuk lebih memahami alur pemikiran KH. MA. Sahal Mahfudh,

berikut ini akan penulis kemukakan secara singkat beberapa pemikiran

hukum yang merupakan produk ijtihadnya. Jika menggunakan perspektif

John L. Esposito -sebagaimana dikutip Sumanto al-Qurtuby- pemikiran

beliau ini termasuk kategori social histories approach. Yakni, seorang

kyai yang merespon persoalan-persoalan waqi‟iyah yang aktual dan

berupaya menjawab persoalan-persoalan dalam masyarakat dengan tanpa

meninggalkan keotentikkan teks-teks klasik (kitab kuning) dan nilai

historisnya. Tapi, juga mempertimbangkan dinamika yang terjadi dalam

masyarakat yang sangat dinamis.

Sedangkan kata Mujamil Qomar, pemikiran KH. MA. Sahal

Mahfudh ini bisa dipahami sebagai ekletik, responsif, integralisti, dan

divergen. Epistemologi fiqih sosial yang digeluti KH. MA. Sahal

Mahfudh itu akhirnya menghasilkan pemikiran-pemikiran maju, dinamis,

solutif, dan berdimensi sosial kemasyarakatan, yakni:

1. Ahlussunah Wal Jama’ah

Ahlussunah Waljama’ah menurut KH. MA. Sahal Mahfudh harus

dikembang kan supaya tidak sempit. Sikap warga aswaja yang hanya

mencukup-kan apa yang telah diketahui dan dipelajari serta tidak mau

Page 52: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

37

berdialog dengan keilmuan dan teknokrat yang lain, jelas akan

merugikan pengembangan wawasannya. Aswaja harus dikembangkan

secara mendalam dari sudut pandang berbagai ilmu, khususnya ilmu

sosial. Sehingga, aswaja bisa direintrodusasi secara rasional, sistematis,

dan kontekstual sesuai dengan transformasi kultural yang sedang

berproses.

2. Pengembangan Wawasan

Perubahan di masyarakat menghendaki perubahan wawasan.

Perubahan wawasan itu menjadi amat penting karena sangat

mempengaruhi perubahan sikap dan perilaku yang dapat menumbuhkan

kemauan, kepekaan, dan ketrampilan melihat masalah. Bahkan, pada

akhirnya bisa merumuskan pemecah masalah sendiri. Perubahan

wawasan tersebut akan makin berarti jika ditopang dengan penguasaan

Islam secara mendalam. Konsekuensinya, kemampuan penguasaan

ajaran Islam secara utuh sangat diperlukan. Pengembangan dinamika

keilmuan merupakan jawaban atas tantangan-tantangan yang muncul

akibat adanya arus globalisasi dalam berbagai aspek kehidupan.

Pengembangan dinamika keilmuan ini harus mampu menjadi

sarana pemandu transformasi sosial dan sekaligus sebagai sara

kontekstualisasi ajaran Islam dalam tata kehidupan masyarakat. Sebab,

keilmuan seseorang yang berkembang secara dinamis, menyebabkan

pemiliknya memiliki sikap yang supel, luwes dan visi jauh ke depan

yang mampu menyeseuakikan denga perubahan apapun bentuknya.

Page 53: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

38

3. Kesadaran Pluralisme

Pelaksana keadilan dan kesejahteraan merupakan keharusan bagi

suatu pemerintahan yang tidak perlu berlabel Islam. Sebab, realitas

bangsa menunjukkan adanya pluralitas dari berbagai macam etnis dan

agama. Ini sangat memerlukan kesadaran tinggi dari kalangan politisi

Islam untuk dapat menumbuhkan semangat baru yang relevan dengan

perkembangan kontemporer dalam corak dan format yang tidak

berlawanan dengan moralitas Islam. Sekaligus menanggalkan cara-cara

tradisional, seperti keterkaitan masa dengan simbol-simbol Islam secara

emosional semata.

KH. MA. Sahal Mahfudh berharap, Islam jangan ditonjolkan lewat

simbol-simbol yang membuat umat semakin fanatik. Yang diperlukan

oleh Islam adalah penerapan atau tindakan nyata dalam kehidupan

sehari-hari, baik kehidupan individual maupun sosial.

Islam jutru lebih menghendaki suatu aksi yang mampu men-

sejahterakan masyarakat luas tanpa sekat- sekat agama, suku, ras dan

lain sebagainya sebagai realisasi dari misinya rahmah lil ‟alamin

daripada simbol-simbol yang mendangkalkan Islam itu sendiri.

4. Pengentasan Dari Kemiskinan

Mengentaskan kemiskinan harus melalui kerja terencana,

terprogram, sistematis dan kontinyu. Kemiskinan adalah sebabakibat.

Penyebab kemiskinan harus ditutup. Kalau penyebabnya tidak ada

Page 54: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

39

sumber penghasilan, maka harus diberi alat untuk mendapatkan

penghasilan. Tidak cukup hanya diberi hal-hal yang sifatnya konsumtif,

hal ini membuat masyarakat menjadi pasif, boros, dan tidak punya

kemauan kuat. Untuk itu, perlu terus dimotivasi agar punya keinginan

dan kemauan kuat untuk berusaha, dibimbing, diarahkan, diberi

ketrampilan khusus, dan diberi modal usaha dengan perencanaan dan

pengawasan kontinyu.

5. Manajemen Dakwah

Dakwah, bagi KH. MA. Sahal Mahfudh, parameternya adalah

perubahan sikap perilaku, mental, kondisi riil ekonomi, pendidikan dan

budayanya. Walau dakwah hanya diukur dari lucunya mubaligh dan

pengunjungnya yang banyak, maka dakwah Islam tidak banyak

manfaatnya bagi peningkatan kualitas dan ekonomi umat. Untuk itu,

perlu ada dakwah progresif yang mencoba melakukan proyeksi dan

kontekstualisasi ajaran agama Islam dalam proses transformasi sosial.

Hal ini memerlukan kejelian dan kepekaan sosial mubaligh agar mampu

melakukan pendekatan kebutuhan yang disertai sumber nilai Islam.

C. Karya-karya KH. MA. Sahal Mahfudh

KH. MA. Sahal Mahfudh adalah seorang pakar fiqih (hukum

Islam), yang sejak menjadi santri seolah sudah terprogram untuk

menguasai spesifikasi ilmu tertentu yaitu dalam bidang ilmu ushul

fiqih, bahasa arab dan ilmu kemasyarakatan. Namun KH. MA. Sahal

Page 55: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

40

Mahfudh juga mampu memberikan solusi permasalahan umat yang tak

hanya terkait dengan tiga bidang tersebut, contohnya dalam bidang

kesehatan dan beliau menemukan suatu bagian tersendiri dalam fiqih.

Dalam bidang kesehatan KH. MA. Sahal Mahfudh mendapat

penghargaan dari WHO dengan gagasannya mendirikan taman gizi

yang digerakkan para santri untuk menangani anak-anak balita (hampir

seperti Posyandu). Selain itu juga mendirikan balai kesehatan yang

sekarang berkembang menjadi Rumah Sakit Islam.

Berbicara tentang karya beliau, pada bagian fiqih beliau menulis

seperti al-Tsamarah al-Hajainiyah yang membicarakan masalah fiqih,

al-Barokatu al-Jumu‟ah ini berbicara tentang gramatika Arab.

Sedangkan karya KH. MA Sahal Mahfudh yang berbentuk tulisan

lainnya:

a. Buku (kumpulan makalah yang diterbitkan):

1) Thariqatal-Hushul ila Ghayahal-Ushul, (Diantarna, Surabaya,

2000)

2) Pesantren Mencari Makna, (Pustaka Ciganjur, Jakarta, 1999)

3) Al-Bayan al-Mulamma' 'an Alfadz al-Lumd, (Thoha Putra,

Semarang, 1999)

4) Dialog Dengan KH. MA. Sahal Mahfudh (Solusi Problematika

Umat), (Ampel, Surabaya, 2003)

Page 56: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

41

Buku ini berisi tentang segala persoalan problematika aktual dan

jawabannya yang tengah terjadi di masyarakat. Sehingga kehadiran

buku ini menjadi baru diruangan pembaca. Kelengkapan isi dalam

penulisan buku bukanlah tidak penting, karena berbobot tidaknya

sebuah buku, pembaca bisa menyambut dengan baik terhadap

kehadiran buku juga tergantung kepada isi buku. Tetapi

kadangkadang, lengkap bukan berarti menjadi sebuah ukuran bahwa

buku itu berkualitas, lain dari hal itu tergantung juga kepada siapa

penulisnya. Berbicara penulis berarti bicara soal keilmuan yang

dimiliki si penulis buku. Buku dialog Dengan KH. MA. Sahal

Mahfudh (Solusi Problematika Umat) ditulis oleh orang yang tidak

mungkin diragukan lagi keilmuannya (ke-aliman-nya). Beliau adalah

tokoh masyarakat, ulama, pengasuh pondok pesantren besar, ilmuan,

dan Rois Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU).

KH. MA. Sahal Mahfudh. Sosok yang tidak asing lagi di

Indonesia, khususnya bagi warga nahdliyyin. Buku yang diterbitkan

pertama kali pada tahun 2003, terasa dibutuhkan dan dicari oleh

masyarakat sehingga buku itu didesain ulang dan dicetak kembali

yang kini tampil dihadapan pembaca. Buku ini mengupas tuntas

tentang panduan ibadah mulai dari mahdlah dan ghairu mahdlah.

Misalnya bab tentang problematika bersuci, salat, puasa dan

Ramadhan, zakat dan pemberdayaan ekonomi umat, haji, rumah

Page 57: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

42

tangga, tuntunan ibadah dan rekayasa tekonologi, akidah-akhlak,

menggunakan kitab suci, makanan hingga etika sosial.

Beberapa persoalan dalam buku ini adalah pertanyaan-

pertanyaan yang selalu muncul di masyarakat yang terkadang

diangap sepele dan tidak dicarikan jawabannya. Oleh KH. MA.

Sahal Mahfudh, sebagai sosok kiai yang selalu mempunyai

kepedulian untuk memberikan jawaban setiap pertanyaan yang ada

sebagai bentuk tanggung jawab dirinya sebagai orang yang

ditokohkan oleh masyarakat untuk menjawab beberapa lontaran

permasalahan yang muncul.

Page 58: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

43

BAB III

LANDASAN TEORI

A. Moral

Moral, manusia pada dasarnya adalah makhluk terbaik dari sekian

makhluk yang diciptakan oleh Allah. Manusia oleh Allah diberi

kehormatan atau karamah, bahkan lebih dari itu ia diangkat sebagai

“khalifah Allah” di atas bumi ini. Kemuliaan manusia ditandai dengan

pemberiannya yang sangat bermakna tinggi, sehingga menjadikan manusia

dapat menguasai alam ini. Pemberian itu berupa “akal dan pikiran” yang

mampu mengangkat harkat dan derajat manusia. Dengan akal pikiran,

manusia dapat menerima, mencari, dan mengembangkan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Kelebihan manusia, disamping akal pikirannya, juga karena nafsu

dan perasaan. Manusia dengan nafsunya mempunyai semangat, etos, dan

sikap emosional lain yang positif. Manusia dengan intuisinya mempunya

daya estetik dan etik yang juga mampu mengangkat harkat dan derajatnya.

Sebagai khalifah Allah, manusia pada dasarnya telah dibekali

dengan tiga potensi yaitu, akal pikiran, nafsu, dan perasaan. Dengan bekal

inilah manusia mampu menjalankan ke khalifahan untuk dirinya sendiri

dan untuk orang lain, kelompok maupun orang per-orang.

Page 59: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

44

Masalahnya adalah seberapa jauh manusia melaksanakan

kemampuannya itu. Hal ini akan banyak dipengaruhi oleh kemampuan

mewujudkan keseimbangan antara tiga potensi tersebut, ketika diperankan

dalam sikap dan perilaku ke khalifahan. Keseimbangan dimaksud

memerlukan ukuran-ukuran tertentu, berkaitan dengan situasi dan kondisi

lingkungan manusia, baik alam maupun komunitas yang berpengaruh

besar dan akan menjadi pertimbangan. Bila keseimbangan itu hanya

diukur dengan subjektivitasnya itu sendiri, justru sering menimbulkan

kerawanan tertentu dan tidak mustahil mengakibatkan keresahan pada

dirinya sendiri.

Biasanya ukuran-ukuran itu dipengaruhi oleh budaya, lingkungan,

dan ajaran agama sehingga terjadi perbedaan penilaian antara satu daerah

dengan daerah lain. Suatau perbuatan dinilai baik di satu derah, belum

pasti dinilai sama di daerah lain. Hal ini akan bergantung pada

kesepakatan sosial yang terjadi, baik atas pengaruh budaya, lingkungan,

maupun ajaran agama dan kepercayaan di masyarakat. Oleh karenanya,

ukuran-ukuran itu sering bergeser akibat perubahan sosial yang terjadi.

Kecuali tolak ukur yang bersumber dari ajaran agama yang dogmatik,

maka ukuran ini bersifat permanen.

Meskipun penilaian moral dan etika didasarkan hanya pada

tindakan dan amal perbuatan manusia, namun tindakan dan perilaku

seseorang pada dasarnya muncul atas dorongan batiniyahnya yang sering

juga didukung oleh tekanan-tekanan lingkungan. Dorongan-dorongan

Page 60: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

45

instiktif dalam dirinya, misalnya ingin berkuasa, ingin berkelamin, dan

lain sebagainya, menumbuhkan kecendrungan berperilaku etis atau

sebaliknya, akan sering bergantung pada dukungan lingkungan.

Islam telah meletakkan dasar-dasar untuk mentukan tingkah laku

yang baik dan buruk. Ia tidak mendasarkan konsep al-ma‟ruf (yang baik)

dan al-munkar (yang buruk) semata-mata pada rasio,nafsu, instuisi. Dan

pengalaman-pengalaman yang muncul lewat pada panca indra yang

mengalami perubahan. Tetapi ia telah memberikan sumber yang tetap,

yang menentukan tingkah laku moral yang tetap dan universal, yaitu Al-

Qur’an dan sunnah, dasa-dasar itu menyangkut kehidupan komunitas

bangsa.

Dalam konteks sosial, Islam memberi dasar pada manusia.

Manusia dengan kekuatan imannya akan mengembangkan sikap saling

menghargai hak-hak pribadi satu sama lain, terhadap peraturan-peraturan

dan suatau pembatasan yang berlaku pada dirinya. Setiap individu

memandang dirinya bertanggung jawab dan memiliki kewajiban kepada

masyarakatnya.

Ia di atas landasan nilai spiritual, mengembangkan sikap saling

mempercayai satu sama lain. Dalam hal ini merumuskan baku tentang

moral dan etika pembangunan yang didukung oleh nilai-nilai agama,

pertimbangan efektivitas dan efisiensi dengan penerapan teknik dan

teknologi dalam pelaksanaan pembangunan atau pembentukan, merupakan

Page 61: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

46

rangsangan yang kuat bagi tumbuhnya kesadaran bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara. Perumusan itu diharapkan menjadi acuan bagi

masyarakat dalam berperilaku pembangunan dan pembentukan yang etis,

tidak menumbuhkan kecemburuan kesenjangan dan tidak kepedulian

sosial.

Manusia Indonesia membangun dan membentuk kultur dan

peradaban yang pada dasarnya merupakan pengembangan dari kesadaran

egonya yang dijiwai oleh spirit dan pengalaman keagamaan,

membutuhkan sosok penampilan atau personifikasi yang jelas. Di atas

sosok kepribadian itu, dikembangkan dan di dirikan tingkah laku moral

serta sikap budaya Indonesia sehari-hari sebagai moral dasar yang paling

utama dalam proses pembangunan masyarakat.

Masyarakat didirikan di atas ketetapan hati para pendukungnya

untuk tetap bertahan dalam cara, jalan, dan pesan Allah, sebagai

perwujudan suatu kultur dan peradaban yang sehat dan berakar kokoh

dalam kesejarahan, sekaligus yang berpenampilan kerahmatan didalam

susunan dan tata kemasyarakatan itu sendiri (KH.MA. Sahal Mahfudh,

1994 : 191).

Menurut Lilie, kata moral berasal dari kata mores yang berarti tata

cara kehidupanatau adat istiadat (Pratidarmanastiti, 1991). Dewey

mengatakan bahwa moral sebagai hal-hal yang berhubungan dengan nilai-

nilai susila (Grinder, 1978). Sedangkan Baron,dkk. (1980) mengatakan

Page 62: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

47

moral adalah hal-hal yang berhubungan dengan larangan dan tindakan

yang membicarakan salah dan benar. Oleh Magnis Suseno (1987)

dikatakan bahwa kata moral selalu mengacupada baik buruknya manusia

sebagai manusia, sehingga bidang moral adalah bidang kehidupan mausia

dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia.

Norma-norma moral adalah tolak ukur yang dipakai oleh

masyarakat untuk mengukur kebaikan seseorang menurut Magnis Suseno,

sikap moral yang sebenarnya disebut moralitas. Ia mengartikan moralitas

sebagai sikap hati orang yang terungkap dalam tindakan lahiriah.

Moralitas terjadi apabila orang mengambil sikap yang baik karena ia sadar

akan kewajiban dan tanggung jawab dan bukan karena ia mencari

keuntungan. Jadi moralitas adalah sikap dan perbuatan baik yang betul-

betul tanpa pamrih. Hanya moralitaslah yang bernilai secara moral (Franz

Magnis Suseno, 1987).

Penalaran moral merekalah yang mencerminkan perbedaan

kematangan moral tersebut. Penalaran moral dipandang sebagai struktur

pemikiran bukan isi. Dengan demikian penalaran moral bukanlah tentang

apa yang baik atau yang buruk tetapi tentang bagaimana seorang berpikir

sampai pada keputusan bahwa sesuatau baik atau buruk (Kohlberg, 1977 :

1981).

Page 63: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

48

Penalaran-penalaran inilah yang menjadi indikator dari tingkatan

atau tahap kematangan moral. Memperhatikan penalaran mengapa suatu

tindakan salah, akan lebih memberi penjelasan dari pada memperhatikan

tidakan (perilaku) seseorang atau bahkan mendengar pernyataannya bahwa

sesuatu itu salah (Duska dan Whelan, 1975).

Berdasarkan uraian di atas, penulis berpendapat bahwa penalaran

moral pada intinya bersifat rasional. Suatu keputusan moral bukanlah soal

perasaan atau nilai, melainkan selalu mengandung tafsiran kognitif yang

bersifat konstruksi kognitif yang aktif dengan memperhatikan tuntunan,

hak, kewajiban, dan keterlibatan individu atau kelompok terhadap hal-hal

yang baik (Asri Budiningsih, 2008 : 27).

Tahap-tahap perkembangan penelaran moral tidak dapat berbalik.

Yaitu, bahwa suatau tahapan yang telah dicapai oleh seseorang tidak

mungkin kembali mundur ketahapan dibawahnya (Kohlberg, 1977 : 1980).

Misalnya, seseorang yang telah berada pada tahap 5 (lima) tidak akan

kembali pada tahap 4 (empat). Tendensi gerakan umum, proses

perkembangan morall cukup jelas. Yaitu gerak maju dari tahap 1 (satu) ke

tahap berikutnya dan gerak maju itu bersifat proses. Dewey berpendapat

bahwa proses perkembangan dan pertumbuhanlah yang merupakan tujuan

universal pendidikan moral. Adapun tahapan-tahapan moral menurut

Kohlberg yang disarikan oleh Hadirman (1987) sebagai berikut:

Page 64: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

49

1. Tahap I : patuh pada aturan untuk menghindarkan hukuman.

2. Tahap II : menyesuaikan diri untuk mendapatkan ganjaran,

kebaikan nyadibalas dan seterusnya.

3. Tahap III : menyesuaikan diri untuk menghindarkan ketidak

setujuan, ketidak senangan orang lain.

4. Tahap IV : menyesuaikan diri umtuk menghindarkan

penilaian oleh otoritas resmi dan rasa diri bersalah atas di

akibatkannya.

5. Tahap V : menyesuaikan diri untuk memelihara rasa hormat

dari orang netral yang bernilai dari sudut pandang

kesejahteraan masyarakat.

6. Tahap VI : menyesuaikan diri untuk menghindari atas

penghukuman diri sendiri.

Melihat tahapan-tahapan tersebut tampak bahwa seseorang tetap

mengarahkan dirinya pada prinsip moral universal, yaitu keadilan dan

kesalingan, hanya saja kongretisasinya berbeda-beda sesuai dengan

perkembangan kognitif orang yang bersangkutan pada masing-masing

tahap. Menurut Kohlberg perkembangan penalaran moral ini berlangsung

setahap demi setahapdan tidak pernah meloncat. Perkembangan penalaran

moral dapat berakhir pada tahap manapun, maka peranan pendidikan

adalah menciptakan iklim yang dapat memberi rangsangan maksimal bagi

seseorang untuk mencapai tahapan yang lebih tinggi. terutama seseorang

yang memahami prinsip-prinsip yang terdapat pada tahapnya sekarang dan

Page 65: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

50

ia mempunyai peluang untuk memahami satu tahap di atasnya atau tahap

yang telah di lampauinya.

Berdasarkan penjelasan di atas penulis berpendapat bahwa terdapat

sejumlah tahapan-tahapan perkembangan penalaran moral yang dicirikan

sebagai pola struktur pemikiran moral, terlepas dari isinya. Ada perbedaan

kualitatif pada masing-masing strukturnya atau cara berfikir yang berbeda

yang mempunyai fungsi dasar dalam proses perkembangan. Semua

struktur yang berbeda ini membentuk urutan tetap dan konsisten dalam

proses perkembangan moral (Asri Budiningsih 2008 : 33).

Moral memiliki keterkaitan dengan kepedulian seseorang dengan

yang lainnya. Moral tidak hanya berhubungan dengan tingkah laku, namun

juga mengarahkan seseorang untuk dapat berbuat baik kepada orang lain.

Moral juga melibatkan jalinan emos, kognisi dan tindakan yang tidak

dapat dipisahkan. (Anwar Rosihin, 2010 : 17).

Dalam hal memberikan definisi moral, pandangan berbeda di

ungkapkan oleh howard, bahwa moral merupakan patokan perilaku benar

dan salah yang dapat dijadikan pedoman bagi pribadi seseorang. Moral

juga menjadi pribadi seseorang. Moral juga menjadi pedoman dalam

berinteraksi dengan orang lain. Baik dan buruk perbuatan seseorang dapat

diukur dari nilai moral. Disamping itu, moral juga menuntut seseorang

untuk melaksanakan apa yang sebaiknya dilakukan, walaupun sebenarnya

Page 66: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

51

tidak harus dilakukan. Nilai-nilai moral terbagi menjadi dua kategori, yaitu

universal non universal (Thomas Lickona 1991 : 62).

Pada hakekatnya moral seseorang sangat berkaitan dengan

pengetahuan moral dan moralitas itu sendiri. Jika dikaitkan dengan

moralitas atau perbuatan, maka ukurannya adalah dari sisi baik dan buruk.

Moral juga lebih bersifat dalam dataran realitas dan mucul dalam tingkah

laku yang berkembang di masyarakat. Dan yang dijadikan barometer

moral adalah norma-norma dan adat istiadat yang tumbuh dan berkembang

serta berlangsung di masyarakat. Moral juga dipahami untuk memberikan

batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai baik dan buruk, serta

benar dan salah jika dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari dikatakan

bahwa orang tersebut bermoral, maka tingkah laku orang tersebut baik

(Nata Abuddin, 2014: 78).

Moral dan etika, dalam Al-Qur’an disebut “akhlak” yang berarti

budi pekerti atau tata susila, sebenarnya sudah ada sejak adanya kehidupan

manusia. Persoalan “baik buruk” telah muncul sejak peradaban tingkat

awal, meskipun ukuran yang di pakai berbeda-beda. Kadang diukur

dengan akal pikiran yang sederhana tanpa melibatkan perasaan atau

sebaliknya, atau hanya dengan penilaian perasaan dan malahan hanya

dengan nafsu. Penilaian atas baik buruk tindakan dan amal perbuatan

manusia dengan ukuran-ukuran serta nilai-nilai tertentu itulah yang disebut

moral atau etika ( KH. MA Sahal Mahfudh, 1994 : 183).

Page 67: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

52

Dengan penjelasan diatas penulis menganalisis. Moral yaitu Suatu

tindakan yang mana di jadikan tolak ukur untuk mengetahui baik dan

buruk seseorang yang tidak bisa di ukur melalui akal pikiran yang cerdas,

melainkan sikap budi pekerti.

B. Etika

Etika dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa etika

diartikan sebagai ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan apa

yang hak dan kewajiban moral. Etika tidak memberikan ajaran, melainkan

memeriksa kebiasaan, nilai, norma, dan pandangan moral secara kritis.

Etika berasal dari bahasa yunani ethos (kata tunggal) yang berarti

tempat tinggal, padang rumput kandang, kebiasaan, adat, watak sikap, cara

berpikir. Bentuk jamaknya adalah etha yang berarti adat istiadat. Dalam

hal ini, kata etika sama pengertiannya dengan moral. Moral berasal dari

kata latin mos bentuk tunggal, atau mores bentuk jamak yang berarti adat

istiadat, kebiasaan, tingkah laku, watak, akhlak, cara hidup (Nata Abuddin,

2012 : 2).

Menurut Bertenz ada dua pengertian etika: sebagai praktis dan

sebagai refleksi. Sebagai praktis, etika berarti nilai-nilai dan norma-norma

moral yang baik yang di praktikkan. Etika sebagai praktissama artinya

dengan moral atau moralitas yaitu apa yang harusdilakukan, tidak boleh

dilakukan, pantas dilakukan, dan sebagainya. Etika sebagai refleksi adalah

pemikiran moral. Adapun menurut burhanuddin salam, istilah etika berasal

dari kata latin, yaitu: ethic sedangkan dalam bahasa greek, ethikos yaitu a

Page 68: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

53

body of moral principle or value ethic. Arti sebenarnya adalah kebiasaan

(K. Berthenz, 2007 : 22).

Dalam pengertian aslinya, apa yang disebutkan baik itu adalah

yang sesuai dengan kebiasaan masyarakat (pada saat itu). Beriringnya

waktu etika itu berubah dan berkembang sesuai dengan perkembangan dan

kebutuhan manusia. Perkembangan etika tidak lepas dari substansinya

bahwa etika adalah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau

tingkah laku manusia, mana yang dinilai baik dan mana yang dinilai

buruk. Istilah lain dari etika, yaitu moral, asusila, budi pekerti, akhlak etika

merupakan ilmu bukan sebuah ajaran. Etika dalam bahasa arab disebut

“akhlak”, merupakan jamak dari kata “khuluq” yang berarti adat

kebiasaan, watak, adab dalam agama, istilah etika diartikan sebagai suatau

perbuatan standar yang memimpin individu, etika adalah suatu study

mengenai perbuatan yang sah dan benar dan moral yangdilakukan

seseorang (Ya’kub Hamzah, 1993 : 12).

Etika adalah cabang filosofi yang berkaitan dengan

pemikirandengan pemikiran tentang benar dan sala. Simorangkir menilai

etika adalah hasil usaha yang sistematik yang menggunakan rasio untuk

menafsirkan pengalaman moral individu dan untuk menetapkan aturan

dalam mengendalikan perilaku manusia serta nilai-nilai yang berbobot

untuk bisa dijadikan pedoman hidup. Satyanugraha mendefinisikan etika

sebagai nilai-nilai norma moral dalam suatau masyarakat sebagai ilmu,

etika juga bisa diartikan pemikiran moral yang mempelajari tentang apa

Page 69: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

54

yng harus dilakukan atau yang tidak boleh dilakukan (Choirul Huda, 1997

: 64).

Etika bagi seseorang terwujud dalam kesadaran moral yang

memuat keyakinan benar dan tidak benar. Perasaan yang muncul bahwa ia

akan salah melakukan sesuatu yang diyakininyantidak benardari norma-

norma moral dan menghargai diri bila ia meninggalkannya. Tindakan yang

diambil olehnya harus pertanggung jawabkan pada diri sendiri. Begitu

juga dengan sikapnya terhadap orang lain bila pekerjaan tersebut

mengganggu atau sebaliknya mendapatkan pujian.

Etika diartikan sebagai seperangkat prinsip moral yang

membedakan apa yang benar dan apa ynag salah. Etika adalah bidang

normatif, karena menentukan dan menyarankan apa yang seharusnya

orang lakukan atau tindakan (Choirul Huda, 1997 : 64).

Setiap manusia melakukan tindakan. Menurut pendapat ini,

petimbangan moral dan etika yang menentukan tindakan atau perilaku

seseorang. Setiap orang akan mempertimbangkan akibat dari tindakannya

apakah baik atau buruk, benar atau salah, berakibat lebih baik atau lebih

buruk, pantas atau tidak pantas.

Dalam hal ini dilakukan pada suatau momen dan situasi. Jadi, ada

pendapat bahwa moral dan etika itu situasional. Tindakan itu adalah

pilihan, dan pilihan itu memerlukan prosespengambilan keputusan yang

dipandu oleh subjective judgment (pertimbangan pribadi). Jadi, ada proses

evaluasi moral. Yang menjadi dasar utama dalam memutuskan pilihan dan

Page 70: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

55

tindakan apa yang dilakukan seseorang merujuk kepada komitmen,

prinsip, nilai, dan aturan yang berlaku pada saat dan situasi itu. Memang,

tidak ada tindakan yang dilandasi moral yang hanya ditentukan oleh situasi

tanpa diwarnai komitmen pada suatu prinsip. Prinsip disisni diartiikan

sebagai tujuan dalam arti luas yang membantu menentukan keputusan

nyata dan kriteria normatif yang membawa situasi nyata.

Moral dan Etika adalah aturan mengenai sikap perilaku dan

tindakan manusia yang hidup di masyarakat. Etika ini juga bisa sebagai

seperangkat prinsip moral yang membedakan antara baik dan yang buruk.

Dalam masyarakat kita tidak hidup sendiri sehingga harus ada aturan yang

dilaksanakan setiap orang agar kehidupan bermasyarakat berjalan dengan

aman, nikmat, dan harmonis. Tanpa antara ini, kehidupan bisa seperti di

rimba yang kuat akan menang dan yang lemah akan tertindas. Maka harus

meningkatkan aspek moral dan etikanya dan penegakan kode etik .

Seperti diketahui secara mendasar bahwa, etika merupakan cabang

falsafah dan sekaligus suatu cabang dari ilmu-ilmu kemanusiaan. Dilihat

dari cabang falsafah, etika membahas sistem-sistem pemikiran yang

mendasar mengenai ajaran dan pandangan moral. Sebagia cabang ilmu,

etika membahas bagaimana dan mengapa seseorang mengikuti suatu

ajaran tertentu. Sebagai ilmu, etika dikategorikan menjadi dua jenis: etika

umum dan etika khusus. Etika umum mengkaji prinsip-prinsip umum yang

berlaku bagi setiap tindakan manusia (Hj. Safarina, 2015 : 19).

Page 71: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

56

Dalam falsafah barat dan timur, aliran-aliran pemikiran tampak

beragam. Tetapi, pada dasarnya falsafah tersebut memepelajari asas-asas

tindakan dan perbuatan manusia, serta system nilai yang terkandung di

dalamnya. Etika khusus dibagi menjadi dua jenis, yakni, etika individual

dan etika sosial. Etika individual membahas kewajiban manusia terhadap

dirinya sendiri dan dengan kepercayaan agama yang dianutnya serta

panggilan nurani, kwajiban dan tanggung jawab terhadap tuhannya.

Sedangkan, etika sosial mengkaji tentang kewajiban serta norma-norma

sosial yang sepatutnya yang ditaati dalam konteks interaksi antara individu

atau antar manusia, masyarakat, bangsa dan negara. Etika sosial meliputi

beberapa cabang secara khusus lagi, seperti etika keluarga, etika profesi,

etika bisnis, etika lingkungan, etika pendidikan, etika jurnalistik, dan etika

politik (Herman Khaeron, 2013 : 15).

Etika akan berjalan secara murni tergantung pada mekanisme

kendali dari dalam diri individu sendiri dan bukan oleh adanya kendali

dari luar, di sini terlihat kebenaran adanya penyatuan etika dengan agama.

Nilai-nilai agama, baik yang berupa nilai etik maupun non etik, akan

berjalan atas dorongan kesadaran dalam diri individu, suatu mekanisme

kendali internal yang bersumber pada keimanan dan ketakwaan (KH. MA.

Sahal Mahfudh, 1994 : 186)

Bahwasannya moral dan etika di sini penulis mengajak memahami

mengenai arti moral dan etika. Moral merupakan aturan-aturan normatif

dalam Islam dinamakan “akhlak” yang berlaku dalam suatu masyarakat

Page 72: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

57

tertentu yang terbatas dalam ruang dan waktu. Penerapan tata nilai moral

dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat merupakan bidang kajian

antroplogi, sedangkan etika merupakan bidang kajian falsafah. Realitas

moral dalam masyarakat dijelaskan melalui study kritis yang dibidangi

oleh etika. Jadi, study kritis terhadap moralitas merupakan bidang etika,

sehingga moral adalah objek material dari etika. Jadi, moral merupakan

seperangkat tata nilai yang sudah jadi dan siap pakai tanpa dibarengi dan

bahkan terkesan menjauhi kritis. sedangkan etika, sebaliknya bertugas

untuk mempertanyakan secara kritis rumusan-rumusan masa lalu yang

sudah baku dalam masyarakat.

Etika akan berjalan secara murni tergantung pada mekanisme

kendali dari dalam diri individu sendiri dan bukan oleh adanya kendali

dari luar, di sini terlihat kebenaran adanya penyatuan etika dengan agama.

Nilai-nilai agama, baik yang berupa nilai etik maupun non etik, akan

berjalan atas dorongan kesadaran dalam diri individu, suatu mekanisme

kendali internal yang bersumber pada keimanan dan ketakwaan (KH. MA.

Sahal Mahfudh, 1994 : 186)

Etika yaitu suatu sikap atau perilaku yang mana bisa dinilai benar

atau salah. Dan tahu menempatkan posisi yang benar atau salah, hal

tersebut yang menjadikan kebiasaan stiap harinya.

Page 73: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

58

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pembentukan konsep moral dan etika menurut KH. MA. Sahal

Mahfudh.

1. Unsur dalam pembentukan moral dan etika

Pembentukan merupakan perubah saat individu tersebut berada di

lingkungan tertentu. Seperti dilingkungan yang baru, butuh

penyesuaian diri yaitu adaptasi. Adaptasi dengan lingkungan serta

membangun interaksi sosial dengan individu lain akan menumbuhkan

konsep diri yang baru. Rupanya perjalanan hidup telah mengubah

semua sifat baik keburuk atau bahkan sebaliknya. Semua itu ada

beberapa faktor yang menjadikan berubahnya sifatnya tersebut yaitu,

ekonomi, keluarga, lingkungan dimana tempat tinggal, dan mungkin

pendidikan yang ia dapat dari seseorang yang ditangkap dalam

fikirnya, unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran

karena pikiran yang di dalamnya terdapat seluruh program yang

terbentuk dari pengalaman hidupnya, merupakan pelopor segalanya.

Program ini kemudian membentuk sistem kepercayaan yang akhirnya

membentuk pola fikir yang bisa mempengaruhi perilakunya (Prof. Dr.

H. Ahmad Tafsir, 2011 : 17).

Page 74: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

59

2. Proses pembentukan moral dan etika

manusia pada dasarnya adalah makhluk terbaik dari sekian

makhluk yang diciptakan oleh Allah. Manusia oleh Allah diberi

kehormatan atau karamah, bahkan lebih dari itu ia diangkat sebagai

“khalifah Allah” di atas bumi ini. Kemuliaan manusia ditandai dengan

pemberiannya yang sangat bermakna tinggi, sehingga menjadikan

manusia dapat menguasai alam ini. Pemberian itu berupa “akal dan

pikiran” yang mampu mengangkat harkat dan derajat manusia. Dengan

akal pikiran, manusia dapat menerima, mencari, dan mengembangkan

ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kelebihan manusia, disamping akal pikirannya, juga karena nafsu

dan perasaan. Manusia dengan nafsunya mempunyai semangat, etos,

dan sikap emosional lain yang positif. Manusia dengan intuisinya

mempunya daya estetik dan etik yang juga mampu mengangkat harkat

dan derajatnya.

Sebagai khalifah Allah, manusia pada dasarnya telah dibekali

dengan tiga potensi yaitu, akal pikiran, nafsu, dan perasaan. Dengan

bekal inilah manusia mampu menjalankan ke khalifahan untuk dirinya

sendiri dan untuk orang lain, kelompok maupun orang per-orang (KH.

MA. Sahal Mahfudh, 1994 : 182).

Secara alami, sejak lahir sampai berusia tiga tahun, atau mungkin

sekitar lima tahun, kemampuan menalar seorang anak belum tumbuh

sehingga fikiran bawah sadar masih terbuka dan menerima apa saja

Page 75: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

60

informasi dan stimulus yang dimasukkan ke dalamnya tanpa ada

penyeleksian, mulai dari orang tua dan lingkungan keluarga. Dari

itulah pondasi awal terbentuknya karakter sudah terbangun.

Pondasi tersebut adalah kepecayaan tertentu dan konsep diri. Jika

sejak kecil kedua orang tua selalu bertengkar lalu bercerai, maka

seorang anak bisa mengambil kesimpulan sendiri bahwa perkawinan

itu penderitaan. Namun, jika kedua orang tua selalu menghormati

dengan bentuk komunikasi yang akrab maka anak akan

menyimpulkan ternyata pernikahan itu indah. Semua ini akan

berdampak ketika sudah tumbuh dewasa (Prof. Dr. H. Ahmad Tafsir,

2011 : 18).

Semua pengalaman hidup yang berasal dari lingkungan kerabat,

sekolah, televisi, internet, buku, majalah, dan berbagai sumber lainnya

menambah pengetahuan yang akan menghantarkan seseorang

memiliki kemampuan yang semakin besar untuk dapat menganalisis

dan menalar objek luar. Mulai dari sinilah peran fikiran sadar semakin

menjadi dominan. Seiring perjalanan waktu, maka penyaringan

terhadap informasi yang masuk melalui fikiran sadar menjadi ketat

sehingga tidak sembarang informasi yang masuk melalui panca indra

dapat mudah dan langsung diterima oleh fikiran bawah sadar.

Semakin banyak informasi yang diterima dan semakin matang

sistem kepercayaan dan pola fikir yang terbentuk, maka semakin jelas

tindakan, kebiasaan, dan karakter unik dari masing-masing individu.

Page 76: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

61

Dengan kata lain, setiap individu akhirnya memliki sistem

kepercayaan, citra diri, dan kebiasaan. Jika sistem kepercayaan benar

dan selaras, karakternya baik, dan konsep dirinya bagus, maka

kehidupannya akan terus baik dan semakin membahagiakan.

Sebaliknya, jika sitem tidak selaras karakternya tidak baik, dan konsep

dirinya buruk, maka kehidupannya akan dipenuhi permasalahan dan

penderitaan.

Kita ambil sebuah contoh. Ketika masih kecil, kebanyakan dari

anak-anak memiliki konsep diri yang bagus. Mereka ceria, semangat,

dan berani. Tidak ada rasa takut dan tidak ada rasa sedih. Mereka

selalu merasa bahwa dirinya mampu melakukan banyak hal. Oleh

karena itu, mereka mendapatkan banyak hal. Kita bisa melihat saat

mereka belajar berjalan dan jatuh mereka akan bangkit lagi, jatuh lagi,

bangkit lagi, sampai akhirnya meraka bisa berjalan seperti orang

dewasa yang sudah bisa berjalan dengan lancar (Prof. Dr. H. Ahmad

Tafsir, 2011 : 19).

Akan tetapi, ketika mereka telah memasuki sekolah, mereka

mengalami banyak perubahan mengenai konsep diri mereka. Diantara

mereka mungkin merasa bahwa dirinya bodoh. Akhirnya, mereka

putus asa. Kepercayaan ini semakin diperkuat lagi setelah mengetahui

bahwa nilai yang didapatkannya berada dibawah rata-rata dan orang

tua mereka juga mengatakan bahwa mereka memang adalah anak-

anak bodoh. Tentu saja, dampak negatif dari konsep diri yang buruk

Page 77: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

62

ini bisa membuat mereka merasa kurang percaya diri dan sulit untuk

berkembang di kelak kemudian hari.

Beberapa faktor penting yang dampak pada pembentukan karakter

seseorang di samping ada faktor lain yaitu: makanan, teman, orang

tua, dan tujuan merupakan faktor terkuat dalam mewarnai karakter

seseorang. Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa

pembentukan karakter menggambarkan.

a. Merupakan suatu proses yang terus menerus dilakukan untuk

membentuk watak, dan sifat-sifat kejiwaan yang berlandaskan pada

semangat pengabdian dan kebersamaan.

b. Menyempurnakan karakter yang ada untuk mewujudkan karakter

yang diharapkan.

c. Membina dan menilai karakter sehingga menampilkan karakter

yang kondusif dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan

bernegara yang dilandasi dengan nilai-nilai dan falsafah hidup

(Prof Dr. H. Ahmad Tafsir, 2011 : 20).

Suatu pembentukan karakter, yaitu sebuah pondasi awal dimana

seseorang menuju kepribadian yang lebih baik lagi dari sebelumnya,

Semua hal itu berpengaruh dalam suatu lingkungan anak yang

menghantarkan kepribadian.

Page 78: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

63

B. Konsep Pendidikan

Konsep merupakan sekumpulan mengenai keyakinan dan persepsi

diri tentang diri sendiri yang terorganisasi. Berbicara mengenai konsep,

peran merupakan aspek penting dalam individu. Konsep sebagai bagian

dari anggota sosial yang dibentuk dari proses komunikasi.

Pembentukan diri muncul dari komunikasi yang dilakukan dengan

orang lain dengan diawali adanya adaptasi serta interaksi sosial dengan

antar individu. Sebagaimana yang dikatakan oleh Julia T. Wood (2013:

46) bahwa wawasan paling mendasar mengenai diri adalah diri bukan

bawaan sejak lahir, tetapi diri berkembang karena adanya proses

komunikasi dengan individu lain serta keikutsertaan diri berpartisipasi di

lingkungan sosial.

Dasar konsep pendidikan moral terdiri dari kata dasar, konsep

pendidikan dan moral. Dasar artinya: alas lapisan terbawah. Dapat

ditegaskan bahwa yang dimaksud dasar konsep disini adalah alas atau

pondamen yang dijadikan rancangan untuk menggambarkan atau

mendeskripsikan dasar konsep yang dijadikan bahan pembelajaran (Prof.

Dr. Hamid Darmadi, 2009 : 1).

Makna dasar konsep pendidikan adalah bertujuan untuk membantu

peserta didik untuk mengenali nilai-nilai dan menempatkannya secara

integral dalam konteks keseluruhan hidupnya. Pendidikan semacam ini

semakin penting dan menempati posisi sentral karena tingkat kadar

Page 79: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

64

persatuan dan kesatuan terutama yang berkaitan dengan kesadaran akan

nilai-nilai dalam masyarakat akhir ini semakin cenderung pudar.

Tidak jarang orang kurang dapat menghargai pribadi, hak asasi,

dan adat istiadat orang lain. Peristiwa serupa ini hanya akan mendatangkan

konflik. Akhirnya terjadilah pertentangan antar kelompok, golongan, dan

lain sebagainya yang seharusnya tidak perlu terjadi. Bukankah ada pepatah

yang mengatakan: dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung:.

Dalam masa transisi dan derasnya arus informasi budaya sekarang

ini, pendidikan moral bukan sesuatu yang dapat ditambahkan atau boleh

dikaitkan pada pendidikan begitu saja, melainkan sesuatu yang hakiki dan

bahkan menduduki tempat yang amat sentral dan setrategis dalam

pendidikan sehingga perlu dirancang secara khusus agar dapat

mentransferkan makna pendidikan nilai moral yang hakiki menuju

peradaban bangsa (Prof. Dr. Hamid Darmadi, 2009 : 6).

Tujuan dasar konsep pendidikan. Dasar konsep pendidikan disini

untuk memberikan pengetahuan tentang dasar konsep pendidikan pada

umumnya dan dasar-dasar serta konsep-konsep pendidikan pancasila

khususnya.

1. Memperoleh kejelasan minimal dan gambaran tentang ruang lingkup

program minimal dan dan dapat melakukan kegiatan belajarnya secara

terarah, sehingga kemampuan untuk memahami materi bahan belajar

dapat lebih ditingkatkan.

Page 80: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

65

2. Sebagai buku teks yang melengkapi dalam pendidikan. Kehadiran

sebuah buku itu wajib untuk penunjang, yang merupakan kebutuhan

yang tidak bisa ditawar lagi. Dengan menggunakan buku peserta didik

diharapkan belajar mandiri secara aktif dan melakukan kajian lanjutan

atau kajian kepustakaan untuk pengayaan. Melalui buku tersebut akan

disajikan berbagai konsep disertai contoh-contoh dan tugas yang dapat

membantu para peserta didik untuk menguasai materi pelajran dengan

baik.

3. Sebagai pedoman pengembangan bahan atau materi. Pengembangan

buku teks ini selain sebagai bahan belajar terdapat juga di dalamnya

diuraikan tentang cara pengembangan materi di tingkat sekolah (Prof.

Dr. Hamid Darmadi, 2009 : 13).

Setelah pembentukan karakter dalam suatu pondasi, selanjutnya

menuju konsep atau rancangan untuk menggambarkan kepribadian. Hal

tersebut untuk membantu penempatan keseluruhan hidup, untuk

mengetahui posisi yang berkaitan dengan kesadaran akal fikir dalam

bersosial.

Page 81: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

66

C. Moral

Menurut KH. M.A Sahal Mahfudh suatu budi pekerti yang telah

ada sejak adanya kehidupan manusia. Persoalan baik buruk sejak

beradaban tingkat awal, meskipun ukuran yang dipakai berbeda-beda (KH.

M.A. Sahal mahfudh, 1994 : 182).

Penilaian perasaan dan malahan hanya dengan nafsu. Penilaian

baik buruk atas tindakan dan amal perbuatan manusia dengan ukuran-

ukuran tertentu itulah yang disebut moral. Biasanya ukuran-ukuran itu

dipengaruhi oleh budaya, lingkungan, dan ajaran agama, sehingga terjadi

perbedaan penilaian antara satu daerah dengan daerah lain. Suatu

perbuatan dinilai baik disuatu daerah, belum pasti dinilai sama di daerah

lain. Hal ini akan bergantung pada kesepakatan sosial yang terjad, baik

atas pengaruh budaya, lingkungan, maupun ajaran agama dan kepercayaan

yang ada di masyarakat. Oleh karenanya, ukuran-ukuran itu sering

bergeser akibat perubahan sosial yang terjadi. Kecuali tolak ukur yang

bersumber dari ajaran agama yang dogmatik, maka ukuran ini bersifat

permanen ( KH. MA. Sahal Mahfudh,1994 : 183).

Moral dalam konteks sosial, Islam memberi dasar kepada manusia.

Manusia dengan kekuatan imannya akan mengembangkan sikap saling

menghargai hak-hak pribadi satu sama lain, terhadap peraturan-peraturan

dan suatu pembatasan yang berlaku bagi dirinya. Setiap individu

memandang dirinya bertanggung jawab dan memiliki kewajiban kepada

masyarakatnya.

Page 82: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

67

Manusia khususnya Indonesia membangun kultur ataupun

membentuk peradaban yang pada dasarnya merupakan perkembangan dari

kesadaran egonya yang dijiwai oleh spirit dan pengalaman keagamaan,

membutuhkan sosok penampilan personifikasi yang jelas. Di atas sosok

kepribadian itu dikembangkan dan didirikan tingkah laku moral serta sikap

budaya sehari-hari, itu sebagai modal dasar yang paling utama dalam

proses pengembangan masyarakat (KH. MA. Sahal Mahfudh, 1994 : 190).

Moral berasal dari kata mores (bahsa latin) yang berarti tata cara

dalam kehidupan atau adat istiadat (Pratidarmastiti, 1991). Dewey

mengatakan bahwa mora sebagai hal-hal yang berhubungan dengan nilai-

nilai sosial (Grinder, 1978). Sedangkan baron dkk. (1980) mengatakan

bahwa moral adalah hal-hal yang berhubungan dengan larangan dan

tindakan yang membicarakan salah atau benar. Oleh Magnis-Suseno

(1987) di katakan bahwa kata moral selalu mengacu pada baik buruknya

manusia, sehingga bidang moral adalah bidang kehidupan manusia di lihat

dari segi kebaikannya sebagai manusia (Asri Budiningsih, 2008 : 24).

1. Tahap tahap perkembangan moral

a. Tingkat pra konvensional

Pada tingkat ini seorang sangat tanggap terhadap aturan-

aturan kebudayaan dan penilaian baik atau buruk tetapi ia

menafsirkan baik atau buruk ini dalam rangka maksimalisasi

kenikmatan atau akibat-akibat fisik dari tindakannya.

Kecenderungan utamanya dalam interaksi dengan orang lain

Page 83: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

68

adalah mengindari hukuman atau mencapai maksimalisasi

kenikmatan.

Tahap 1: Orientasi hukuman dan keptuhan

Pada tahap ini, baik atau baik buruknya suatu tindakan

ditentukan oleh akibat-akibat fisik yang akan dialami, sedangkan

arti atau nilai manusiawi tidak diperhatikan. Menghindari

hukuman dan kepatuhan buta terhadap penguasa dinilai baik pada

dirinya.

Tahap 2: Orientasi instrumentalistis

Pada tahap ini tindakan seseorang selalu diarahkan untuk

memenuhi kebutuhannya sendiri dengan memperalat orang lain.

Hubungan antara manusia dipandang seperti hubungan dagang.

Unsur-unsur keterbukaan, tukar-menukar merupakan prinsip

tindakan dan hal-hal itu ditafsirkan dengan cara fisik. Prinsip

tersebut adalah, “kamu mencakar punggungku dan aku akan

mengganti cakar pula punggungmu”.

b. Tingkat konvensional

Pada tingkat ini seseorang menyadari dirinya sebagai seorang

individu di tengah-tengah keluarga, masyarakat dan bangsanya.

Keluarga, masyarakat, bangsa dinilai memiliki kebenarannya

sendiri, karena jika menyimpang dari kelompok ini terisolasi.

Maka itu, kecenderungan orang pada tahap ini adalah

Page 84: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

69

menyesuaikan diri dengan aturan-aturan masyarakat dan

mengidentifikasikan dirinya terhadap kelompok sosialnya. Kalau

pada tingkat pra-konvensional perasaan dominan adalah takut,

pada tingkat ini perasaan dominan adalah malu. Tingkat ini terdiri

dari dua tahap:

Tahap 3: Orientasi kerukunan atau orientasi good boy - nice

girl

Pada tahap ini orang berpandangan bahwa tingkah laku

yang baik adalah yang menyenangkan atau menolong orang-

orang lain serta diakui oleh orang lain. Orang cenderung

bertindak menurut harapan-harapan lingkungan sosialnya, hingga

mendapat pengakuan sebagai “orang baik”. Tujuan utamanya,

demi hubungan sosial yang memuaskan, maka ia pun harus

berperan sesuai dengan harapan-harapan keluarga, masyarakat

atau bangsanya.

Tahap 4: Orientasi ketertiban masyarakat.

Pada tahap ini tindakan seseorang didorong oleh keinginannya

untuk menjaga tertib legal. Orientasi seseorang adalah otoritas,

peraturan-peraturan yang ketat dan ketertiban sosial. Tingkah laku

yang baik adalah memenuhi kewajiban, mematuhi hukum,

menghormati otoritas, dan menjaga tertib sosial merupakan

tindakan moral yang baik pada dirinya.

c. Tingkat pasca-konvensional atau tingkat otonom

Page 85: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

70

Pada tingkat ini, orang bertindak sebagai subjek hukum

dengan mengatasi hukum yang ada. Orang pada tahap ini sadar

bahwa hukum merupakan kontrak sosial demi ketertiban dan

kesejahteraan umum, maka jika hukum tidak sesuai dengan

martabat manusia, hukum dapat dirumuskan kembali. Perasaan

yang muncul pada tahap ini adalah rasa bersalah dan menjadi

ukuran keputusan moral adalah hati nurani. Tingkat ini terdiri dari

dua tahap:

Tahap 5: Orientasi kontrak sosial

Tindakan yang benar pada tahap ini cenderung ditafsirkan

sebagai tindakan yang sesuai dengan kesepakatan umum. Dengan

demikian orang ini menyadari relativitas nilai-nilai pribadi dan

pendapat-pendapat pribadi. Ada kesadaran yang jelas untuk

mencapai konsensus lewat peraturan-peraturan prosedural. Di

samping menekankan persetujuan demokratis dan konstitusional.

Tindakan benar juga merupakan nilai-nilai atau pendapat pribadi.

Akibatnya, orang pada tahapan ini menekankan pandangan legal

tapi juga menekankan kemungkinan mengubah hukum lewat

pertimbangan rasional. Ia menyadari adanya yang mengatasi

hukum, yaitu persetujuan bebas antara pribadi. Jika hukum

menghalangi kemanusiaan, maka hukum dapat diubah.

Tahap 6: Orientasi prinsip etis universal

Page 86: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

71

Pada tahap ini orang tidak memandang dirinya sebagai subjek

hukum, tetapi juga pribadi yang harus dihormati. Respect for

person adalah nilai pada tahap ini. Tindakan yang benar adalah

tindakan yang berdasarkan keputusan yang sesuai dengan suara

hati dan prinsip moral universal. Prinsip moral ini abstrak,

misalnya; cintailah sesamamu seperti mencintai dirimu sendiri. Di

dasar lubuk hati terdapa prinsip universal yaitu keadilan,

kesamaan hak-hak dasar manusia, dan hormat terhadap martabat

manusia sebagai pribadi.

2. Interaksi dalam sosial

Pada umumnya seseorang menyesuaikan diri dengan

lingkungannya, baik lngkungan fisik, psikis maupun rohaniah.

Menyesuaikan diri berarti mengubah diri sesuai dengan situasi

lingkungan, tetapi juga mengubah diri sesuai dengan keadaan dirinya.

Di dalam situasi sosial di mana terdapat saling hubungan di antara

manusia satu dengan lainnya, terdapat tata hubungan, tingkah laku dan

sikap di antara anggota-anggotanya.

Kelompok sosial yaitu sebagai suatu kesatuan sosial yang terdiri

dari dua atau lebih dari satu, individu yang mengadakan interaksi

sosial cukup intensif dan teratur, di antara mereka sudah terdapat

pembagian tugas, struktur, dan norma-norma tertentu yang khas bagi

kesatuan sosial tersebut (Asri Budiningsih, 2008 : 57).

Page 87: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

72

3. posisi dan peran sosial

Setiap interaksi di dalam kelompok sosial terdapat tata hubungan

tingkah laku dan sikap di antara anggotanya. Sumbangan seorang

anggota bagi kelompoknya adalah apa yang dilakukannya agar terjadi

tata hubungan dan memelihara tata hubungan tersebut. Inilah peran

seseorang dalam kelompoknya. Secara umum, peran penyangkut

hubungan tingkah laku seseorang terhadap tata hubungan, tata

hubungan sosialnya. Peran seseorang menggambarkan konsistensi

tingkah lakunya terhadap tata hubungan yang relatif stabil dengan

orang-orang lain dalam kelompok sosialnya. Untuk memahami tata

hubungan peran dalam kelompok sosial perlu mengetahui bagaimana

pengaruh antara anggota kelompok satu dengan lainnya. Pengaruh

seseorang terhadap orang lain berhubungan dengan posisinya dalam

kelompok.

Langkah-langkah pelaksanaan pendidikan moral yang diajarkan

dengan menggunakan metode diskusi berdasarkan pendekatan, dan

siswa harus memikirkan kembali pertimbangan yang dikemukakan

dan dipertimbangkan yang diajukan oleh teman-temannya. Guru

mengarahkan diskusi agar siswa menemukan pertimbangan moral

yang dianggap baik menurut pemikirannya. Siswa meringkas seluruh

pertimbangan moral yang muncul, kemudian memilih salah satu

Page 88: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

73

pertimbangan moral tersebut yang dianggap menarik baginya

(Laurence Kohlberg, 1995 : 118).

Berdasarkan beberapa hal, seperti faktor yang tidak dapat dikontrol

misalnya umur, jenis kelamin. Posisi-posisi lain diperoleh berdasarkan

prestasi atau hasil kerja. Posisi lain diperoleh karena berhubungan

dengan kelompok, atau karena bernasib baik. Masyarakat yang

berbeda-beda akan berbeda juga mendudukan seseorang pada suatu

posisi. Posisi di tempatkan sesuai dengan fungsinya. Posisi hanya

memiliki arti hubungan dengan posisi lainnya, karena dalam setiap

posisi selalu terkandung tata hubungan yang timbal balik (Asri

Budiningsih, 2008 : 61).

Pendekatan perkembangan dalam moral bertujuan cara mengubah

berpikir seorang dalam mendapatkan keputusan perilaku

moralitasnya. Landasan utama pengembangan program kerjanya

adalah meningkatkan perkembangan moral seseorang. Guru

membantu siswa meningkatkan tahap pemikiran moral seseorang

mengarah penalaran yang lebih tinggi. Perkembangan tingkat

pertimbangan moral dipengaruhi oleh:

1. lingkungan sosial

2. perkembangan kognitif

3. empati

4. konflik kognitif

Page 89: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

74

Hal tersebut berpengaruh terhadap tumbuhnya perkembangan

tingkat perkembangan moral sebagai hasil proses interaksi antara

struktur kognitif dan lingkungan seseorang (Dr. Sjarkawi, 2006 : 51).

Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa posisi moral terbentuk

lebih baik yaitu bersosial. Yang mana penempatan seseorang ke dalam

kelompok masyarakat sehubungan dengan sumbangan yang

ditentukan bagi suatu tata hubungan dengan orang lain yang juga

sudah menempati tempat dalam kelompok masyarakat, untuk

mengetahui posisi seseorang dalam berperilaku baik maupun buruk.

D. Etika dan Pendidikan

Etika berasal dari bahasa Yunani “Ethos” dalam bentuk tunggal

yang berarti tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang

kebiasaan, adat akhlak, perasaan, dan cara berfikir. Etika merupakan

dunianya filsafat, nilai, dan moral yang mana etika bersifat abstrak dan

berkenaan dengan persoalan baik dan buruk. Etika dibedakan dalam tiga

pengertian utama, yakni: ilmu tentang apa yang baik dan kewajiban moral,

kumpulan asas atau nilai yang berkembang dengan akhlak, dan nilai

mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat

(Safarina, 2015 : 2).

terkait dengan terminologi etika. Terdapat istilah lain yang identik dengan

kata ini, yaitu: “Susila” (Sanskerta), lebih menunjukkan kepada dasar-

dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik. Perlu diperhatikan

bahwa ada tiga kata yang hampir sama yaitu etika, moral dan etika. Secara

Page 90: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

75

etimologi, etika dapat disamakan dengan moral. Namun, moral lebih

kepada rasa dan karsa manusia dalam melakukan segala hal dalam

kehidupannya. Jadi moral lebih kepada dorongan untuk mentaati etika.

Etika pada dasarnya mengamati realitas moral secara kritis, dan etika tidak

memberikan ajaran melainkan kebiasaan, nilai, norma dan pandangan-

pandangan moral secara kritis. Jadi singkatnya, bahwa moralitas

menekankan pada cara anda melakukan sesuatu” sedangkan etika lebih

kepada mengapa untuk melakukan sesuatu itu harus menggunakan cara

tersebut (Jurnal Jaffray, Vol. 12, No. 2 2012.

http://www.sttjaffray.ac.id.pdf.).

Sifat dasar etika adalah sifat kritis, dikarenakan etika bertugas:

a. untuk mempermasalahkan norma yang dipandang berlaku.

Diselidiknya apakah dasar suatu norma itu dan apakah dasar itu

membenarkan kenyataan yang dituntut oleh norma itu terhadap

norma yang dapat berlaku.

b. etika mengajukan pertanyaan tentang legitimasinya, artinya norma

yang tidak dapat mempertahankan diri dari pertanyaan kritis

dengan sendirinya akan kehilangan hakikatnya.

c. etika juga mempermasalahkan juga hak setiap institusi, seperti

orang tua, sekolah, negara, dan agama, untuk memberikan perintah

atau larangan yang mesti ditaati.

d. etika memberikan bekal kepada manusia untuk mengambil sikap

yang rasional terhadap semua norma.

Page 91: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

76

e. etika menjadi alat pemikiran rasional dan bertanggung jawab bagi

seorang ahli dan bagi siapa yang tidak mau dibingungkan oleh

norma yang ada.

Etika sering dinamakan filsafat moral. Etika merupakan cabang

filsafat yang berbicara tentang tindakan manusia dalam kaitannya dengan

tujuan utama hidupnya. Etika mengkaji baik buruk atau benar tidaknya

tingkah laku dan tindakan manusia, dan sekaligus menyoroti kewajiban-

kewajiban manusia. Etika mempermasalahkan bagaimana manusia

semestinya berbuat dan bertindak. Tindakan manusia itu sendiri ditentukan

beragam norma. Etika membantu manusia untuk menetukan sikap

terhadap semua norma dari luar dan dari dalam, supaya mencapai

kesadaran moral yang otonom.

Etika menyelidiki dasar norma moral. Dalam etika biasanya

dibedakan antara etika deskriptif dan etika normatif. Etika deskriptif

memberi gambaran dari gejala kesadaran moral dari norma dan konsep

etis. Etika normatif tidaklagi berbicara tentang gejala, melainkan tentang

apa yang sebenarnya harus merupakan tindakan manusia. Dalam etika

normatif, norma dinilai dan setiap manusia ditentukan (Safarina, 2015 : 6).

Penilaian moral bersifat rasional dan berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan objektif serta disadari sebagai berlaku umum, bagaimana

dapat diterangkan bahwa kesatuan pendapat sering tidak tercapai ?

Misalnya dalam hal pengguguran isi kandungan, korupsi, pelakuan

terhadap mereka yang kecanduan obat bius, terapi juga dalam kasus-kasus

Page 92: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

77

konkret, misalnya apakah orang yang pernah menipu kita, secara moral

wajib kita maafkan dan bahkan diberi kesempatan sekali lagi, sering tidak

disepakati sikap mana yang wajib kita ambil.

Kiranya ada tiga alasan mengapa kesatuan pendapat etika sering

sulit tercapai ?

1. masalah yang kita hadapi, misalnya di bidang kedokteran atau

bisnis, sering sangat kompleks. Mereka yang berselisih faham

sering tidak mempunyai pandangan ilmiah yang berbeda. Jadi

pebedaan penilaian etika timbul karena masalah yang dinilai

dipandang secara berbeda pula.

2. Kita sering tidak mendekati masalah yang kita hadapi secara

rasional dan objektif, melainkan secara emosional atau dari

segi kepentingan pribadi. Kalau kita kena sendiri kita suka

untuk berasionalisasi, jadi kita mencari alasan dan

pertimbangan yang nampaknya sangat etik tetapi sebenarnya

hanya melindungi kepentingan kita pribadi.

3. Terjadi juga bahwa seorang secara terbuka tidak bersedia untuk

bertindak dengan baik, adil dan jujur, jadi orang menolak

bertindak secara etik, orang yang seperti itu selalu mau menang

sendiri dengan cara bagaimanapun.

Dalam etika dikatakan bahwa kesatuan faham etik hanya dapat

tercapai apabila kita bersedia untuk menempati suatu titik pangkal

beretika, dengan titik pangkal yang dimaksud bahwa orang harus dulu

Page 93: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

78

bersedia untuk mengambil sikap etik, baru tercapailah kesatuan pendapat

hanya dapat berhasil kalau syarat-syarat tertentu terpenuhi. Semua pihak

harus berada dalam keadaan bebas dalam paksaan maupun tekanan,

mereka bersedia untuk tidak mencari keuntungan dan kepentingan sendiri,

akhirnya setelah itu kita bisa mengetahui sebab-sebab permasalahan yang

memperlambat menuju orang yang ber-etik (Franz Magnis Suseno, 1987 :

76).

Etika merupakan tindakan manusia. Dalam norma yang dinilai

setiap manusia ditentukan tempat tinggal yang biasa menyoroti berbuat

dan bertindak, untuk menetukan sikap terhadap semua norma supaya

mencapai kesadaran akal fikir dalam memposisikan diri.

Pendidikan adalah suatu hal membentuk kepribadian seseorang

melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan

nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik dan jujur, bertanggung

jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, hal ini dapat dikaitkan

dengan takdib, yaitu pengenalan dan afirmasi atau aktualisasi hasil

pengenalan.

Pendidikan karakter karakter dalam sudut pandang Islam. Dalam

Islam, tidak ada disiplin ilmu yang terpisah dari etika-etika Islam. Dan

pentingnya komparasi antara akal dan wahyu dalam menentukan nilai-

nilai moral terbuka untuk diperbedakan. Bagi kebanyakan muslim segala

Page 94: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

79

yang dianggap halal dan haram dalam islam, dipahami sebagai keputusan

allah tentang benar dan baik. Dalam islam terdapat tiga nilai utamanya

yaitu, akhlak, adab, dan keteladanan.

Akhlak merujuk kepada tugas dan tanggung jawab selain syari’ah dan

ajaran islam secara umum. Sedangkan adab merujuk kepada sikap yang

dihubungkan dengan tingkah laku yang baik dan keteladanan merujuk

kepada kualitas karakter yang ditampilkan oleh seorang muslim yang baik

mengikuti keteladanan nabi Muhammad Saw. ketiga nilai inilah yang

menjadi pilar pendidikan karakter agama islam.

Di dalam ilmu pendidikan yang dimaksud pendidik ialah semua yang

mempengaruhi perkembangan seseorang, yaitu manusia, alam, dan

kebudayaan. Orang sebagai kelompok pendidik banyak macamnya, tetapi

pada dasarnnya semua orang. Yang dikenal dalam ilmu pendidikan adalah

orang tua murid, guru-guru disekolah, dan tokoh-tokoh atau figur

masyarakat. Dalam prespektif Islam, orang tua (ayah dan ibu) adalah

pendidik yang paling bertanggung jawab (Tafsir, 2010 : 171).

Suatu kompenen pendidikan Islam adalah kurikulum. Ia mengandung

materi yang diajarkan secara sistematis dengan tujuan yang telah

ditetapkan. Bahan-bahan yang disajikan dalam proses pendidikan dalam

sistem pendidikan. Kurikulum merupakan bahan-bahan pendidikan atau

ilmu pengetahuan, yang diproses dalam sitem pendidikan Islam, ia juga

menjadi salah satu bahan masukan yang mengandung fungsi sebagai alat

pencapai tujuan pendidikan.

Page 95: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

80

Kompenen penting dalam pendidikan islam yang sekaligus merupakan

ruang lingkup pendidikan islam adalah metode. Dalam pandangan

filosofis pendidikan, metode merupakan alat yang dipergunakan untuk

mencapai tujuan pendidikan, jalan atau cara yang dapat ditempuh untuk

menyampaikan bahan atau materi pendidikan islam kepada anak didik

agar terwujud kepribadian muslim (Ubhiyati, 2005 : 133).

Suatu pendidikan salah satu hal penting untuk mempengaruhi

perkembangan seseorang yang dapat ditempuh melalui ajaran dan ajakan,

yang menggunakan metode pendekatan diri untuk merangkul dan

mendororng menuju ilmu pengetahuan.

E. Agama Islam

Agama Islam adalah komponen paling penting hubungan antara

manusia dan agama Islam adalah pengawan manusia. Tujuan agama

adalah melindungi, menjaga serta merawat agama, kehidupan, akal budi

dan akal pikir, anak cucu serta sifat juga merawat persamaan serta

kebebasan. Melindungi, menjaga dan merawat lingkungan adalah tujuan

utama dari hubungan dimaksud. Jika situasi lingkungan semakin terus

memburuk maka pada akhirnya kehidupan tidak akan ada lagi tentu saja

agama pun tidak akan ada lagi (Alief Theria Wasim, 2005 : 78).

Agama bila ditinjau secara deskriptif sebagaimana keyakinan

manusia terhadap kekuatan emosianal dan mendapat ketergantungan hidup

yang di deskripsikan dalam bentuk penyembahan dan pengabdian.

Page 96: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

81

Agama Islam adalah agama terakhir, agama keseimbangan dunia

akhirat, agama yang tidak mempertentangkan iman dan ilmu, bahkan

menurut sunnah Rosulullah, agama yang mewajibkan manusia baik pria

maupun wanita. Allah SWT telah mewahyukan agama ini dalam dalam

nilai kesempurnaan yang tinggi, kesempurnaan yang mana meliputi segi-

segi fundamental tentang duniawi dan ukhrowi guna menghantarkan

manusia kepada kebahagiaan lahir batin dan dunia akhirat (Nasrudin

Razaq, 1987 : 7).

Islam diturunkan ke bumi oleh dzat Allah SWT dzat yang maha

adil melalui para rasul-nya, risalah Islam datang sebagai akumulasi dari

ajaran-ajaran yang telah ada yang disampaikan oleh para rasul sebelum

Muhammad saw. salah satu ajaran yang fundamental dalam Islam adalah

prinsip keadilan. Prinsip keadilan dinyatakan secara tegas dalam banyak

ayat Al-Qur’an, seperti prinsip keadilan dalam kehidupan keluarga berupa

perintah menegakkan keadilan, kebaikan, berbuat baik kepada keluarga.

Islam adalah agama Allah SWT yang turunkan kepada nabi

Muhammad saw supaya beliau dapat menyerukan kepada seluruh manusia

agar manusia dapat mempercayai wahyu itu dan mengamalkan segala

ajaran dan peraturan-peraturannya. Inti dari ajaran agama Islam sendiri

adalah keyakinan terhadap adanya dzat yang maha segalanya.

Agama memiliki peraturan yang mutlak berlaku dengan segenap

manusia dan bangsa, dalam semua tempat dan waktu, yang dibuat oleh

sang pencipta dalam semesta sehingga peraturan yang dibuat betul-betul

Page 97: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

82

adil, secara terperinci, agama memiliki peranan yang bisa dilihat dari

aspek keagamaan, kejiwaan, kemasyarakatan, hakekat kemanusiaan, asal

usulnya, moral. Aspek agama menyadarkan manusia, siapa penciptanya

yang menjadikan faktor keimanan (M. Amin Syukur, 2000 : 25).

Agama Islam di sini menjadi hal penting dalam dunia pendidikan

Islam. Sebagaimana agama Islam keseimbangan dalam pengetahuan dunia

dan akhirat. Agama Islam memiliki kesempurnaan, yang mana agama

Islam adalah agama penyempurna bagi agama-agama sebelumnya dan

menyaring segala hal kekurangan dari agama sebelumnya.

Page 98: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

83

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dari buku NUANSA

FIQH SOSIAL dari pengarang KH. MA. Sahal Mahfudh, berdasarkan

keseluruhan pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembentukan konsep moral dan etika menurut KH. MA. Sahal

Mahfudh.

a. Proses pembentukan moral dan etika

manusia pada dasarnya adalah makhluk terbaik dari sekian

makhluk yang diciptakan oleh Allah. Manusia oleh Allah diberi

kehormatan atau karamah, bahkan lebih dari itu ia diangkat sebagai

“khalifah Allah” di atas bumi ini. Kemuliaan manusia ditandai

dengan pemberiannya yang sangat bermakna tinggi, sehingga

menjadikan manusia dapat menguasai alam ini. Pemberian itu berupa

“akal dan pikiran” yang mampu mengangkat harkat dan derajat

manusia. Dengan akal pikiran, manusia dapat menerima, mencari, dan

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kelebihan

manusia, disamping akal pikirannya, juga karena nafsu dan perasaan.

Page 99: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

84

Manusia dengan nafsunya mempunyai semangat, etos, dan sikap

emosional lain yang positif. Manusia dengan intuisinya mempunya

daya estetik dan etik yang juga mampu mengangkat harkat dan

derajatnya.

Biasanya ukuran-ukuran itu dipengaruhi oleh budaya,

lingkungan, dan ajaran agama sehingga terjadi perbedaan penilaian

antara satu daerah dengan daerah lain. Suatau perbuatan dinilai baik di

satu derah, belum pasti dinilai sama di daerah lain. Hal ini akan

bergantung pada kesepakatan sosial yang terjadi, baik atas pengaruh

budaya, lingkungan, maupun ajaran agama dan kepercayaan di

masyarakat. Oleh karenanya, ukuran-ukuran itu sering bergeser akibat

perubahan sosial yang terjadi.

b. Konsep moral dan etika

Islam telah meletakkan dasar-dasar untuk mentukan tingkah laku

yang baik dan buruk. Ia tidak mendasarkan konsep al-ma‟ruf (yang

baik) dan al-munkar (yang buruk) semata-mata pada rasio,nafsu,

instuisi. Dan pengalaman-pengalaman yang muncul lewat pada panca

indra yang mengalami perubahan. Tetapi ia telah memberikan sumber

yang tetap, yang menentukan tingkah laku moral yang tetap dan

universal, yaitu Al-Qur’an dan sunnah, dasa-dasar itu menyangkut

kehidupan komunitas bangsa.

Page 100: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

85

Dalam konteks sosial, Islam memberi dasar pada manusia.

Manusia dengan kekuatan imannya akan mengembangkan sikap

saling menghargai hak-hak pribadi satu sama lain, terhadap peraturan-

peraturan dan suatau pembatasan yang berlaku pada dirinya. Setiap

individu memandang dirinya bertanggung jawab dan memiliki

kewajiban kepada masyarakatnya.

Ia di atas landasan nilai spiritual, mengembangkan sikap saling

mempercayai satu sama lain. Dalam hal ini merumuskan baku tentang

moral dan etika pembangunan yang didukung oleh nilai-nilai agama,

pertimbangan efektivitas dan efisiensi dengan penerapan teknik dan

teknologi dalam pelaksanaan pembangunan atau pembentukan,

merupakan rangsangan yang kuat bagi tumbuhnya kesadaran

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Perumusan itu diharapkan

menjadi acuan bagi masyarakat dalam berperilaku pembangunan dan

pembentukan yang etis, tidak menumbuhkan kecemburuan

kesenjangan dan tidak kepedulian sosial.

Page 101: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

86

B. Saran

1. Guru

Untuk menanamkan etika dan moral bagi pendidik ke peserta

didik bangunlah diri sendiri terlebih dahulu, bagaimana beretika yang

baik dalam bersosial. Dengan berjalannya waktu secara tidak langsung

pendidik mencotohkan sikap etika yang baik dengan menempatkan

siapa dan dengan siapa ia beretika, mengetahui posisi dan tempatnya.

2. Orang tua

Dalam peran orang tua kepada anak, harus pandai-pandai dalam

pengawasan sang anak dalam pergaulan dalam sosialnya sehari-hari.

Orang tua adalah pendidik etika yang paling utama dalam pengarahan

suatu hal yang baik dan memberikan contoh yang baik pula terhadap

anak, supaya anak bisa bercermin terhadap orang tuanya.

Penelitian ini mungkin kurang kesempurnaan dan perlu

ditindaklanjuti oleh para ahli, dalam menggali dan mengembangkan

pemikiran para tokoh islam di Indonesia.

Page 102: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihin. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.

Asmani, Jamal Ma’mur. 2007. Antara Konsep dan Implimentasi. Surabaya:

Khalista

Azis Wahap dan Kosasih Jahiri, 1996. Dasar Konsep Pendidikan Moral. Jakarta:

Jl. Pintu Satu Senayan.

Barnadib, Sutari Imamam. 1994. Filsafat Pendidikan, Sistem dan Metode.

Yogyakarta: Andi offset.

Budiningsih, Asri. 2008. Pembelajaran Moral. Jakarta: Rineka Cipta.

Cremers, A. 1995. Taha-tahap Perkembangan Moral. Yogyakarta: Penerbit

Kanisius.

Darmadi, Hamid. 2009. Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung: Alfa Beta.

Daroeso, B. 1986. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang:

Aneka Ilmu.

E. Mulyasa. 2012. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.

Idris, Z. 1982. Dasar-dasar Kependidikan. Padang: Angkasa Raya.

Koesoema, Doni. 2010. Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak Bangsa di

Zaman Global. Jakarta: Grasindo.

Kohlberg, lawrence. 1995. Tahap-tahap Perkembangan Moral. Yogyakarta:

Kanisius.

Lickona, Thomas. 2012. Pendidikan Karakter . Bantul:Kreasi Wacana.

Lickona, Thomas. 2012. Pendidikan Karakter. Bantul: Kreasi Wacana.

Mahfudh, Sahal. 1994. Nuansa Fiqh Sosial. Yogyakarta: LKIS.

Maidiantius Tanyid, Etika dalam Pendidikan: Kajian Etis Tentang Krisis Moral

Berdampak pada Pendidikan, Jurnal Jaffray, Vol. 12, No. 2 2012.

http://www.sttjaffray.ac.id.pdf.

Majid, Abdul. 2011. Pendidikan karakter perspektif islam. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Mu’in, F. 2011. Pendidikan Karakter Kontruksi Teoretik dan Praktik. Jogjakarta:

Ar-ruzz Media.

Mujib, A. & Mudzakkir, J. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana

Prenada Media.

Munir, Abdullah. 2010. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Pedagogia.

Page 103: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

Nata, Abuddin. 1996. Akhlak Tasawwuf. Jakarta: Grafindo.

Nata, Abuddin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta: Kencana.

Nata, Abuddin. 2014. Akhlak Tasawuf dan Karakkter Mulia. Jakarta: Rajawali

Pers.

Ramaliyus. 2010 .Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Safarina. 2015. Etika Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Samani, Muchlas. 2013. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Sjarkawi. 2006. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: Bumi Aksara.

Suryabrata, Sumardi. 2013. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali Pers.

Suseno, Franz magniz. 1987. Etika Dasar. Yogyakarta: Kanisius.

Suwito. 2004. Filsafat Pendidikan Akhlak Ibnu Maskawaih. Yogyakarta: Remaja

Rosdakarya

Suwito. 2004. Filsafat Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih. Yogyakarta: PT

Remaja Rosda Karya.

Page 104: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai

RIWAYAT HIDUP

Lutfi Khakim. Lahir di Dusun Glinggang Desa

Jatiharjo Kecamatan Pulokulon Kota Purwodadi

Kabupaten Grobogan pada tanggal 03 Maret 1997.

Anak kedua dari dua bersaudara dan dari pasangan

Bp. Muhammad Saifudfudin dan Ibu Siti

munawaroh. Di sini peneliti menyelesaikan

pendidikan taman kana-kanak di Miftahul Ulum 1

Pojok pada tanggal 28 Juni 2003. Pada itu juga

peniliti melanjutkan pendidikan di SD Miftahul Ulum 1 Pojok dan tamat pada 20

Juni 2009. Kemudian melanjutkan pendidikan Mts Tajul Ulum Brabo dan tamat

pada 02 Juni 2012. Dan selanjutnya peneliti menruskan pendidikannya di MA

Tajul Ulum Brabo dan tamat pada 15 Mei 2015. Pada tahun 2015 peneliti

melanjutkan pendidikan dijenjang perguruan tinggi IAIN Salatiga Prodo PAI atau

Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama

Islam Negri Salatiga. Peneliti menyelesaikan kuliah S1 Pada tahun 2019.

Page 105: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai
Page 106: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai
Page 107: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai
Page 108: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai
Page 109: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai
Page 110: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai
Page 111: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai
Page 112: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai
Page 113: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai
Page 114: PEMBENTUKAN KONSEP MORAL DAN ETIKA MENURUT KH. MA. …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6217/1/Lutfi... · Di dalam Pendidikan etika adalah jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai