pembentuka per uu ii

56
PROSES PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG –UNDANGAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Upload: nandya-guvita

Post on 22-Jan-2018

298 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

PROSES PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG –UNDANGAN

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

APA ITU PERATURAN PERUNDANGAN ? Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

adalah pembuatan peraturan perundang-undangan yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasana, pengesahan atau penetapan dan pengundangan.

Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan

Jenis Peraturan Perundang-undangan

1. UUD 19452. Ketetapan MPR3. Undang – Undang / Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang – Undang (Perpu).

4. Peraturan Pemerintah (PP).5. Peraturan Presiden.6. Peraturan Daerah Provinsi7. Peraturan Daerah Kabupaten/kota

Prinsip Dalam Peraturan Perundangan1. Dasar hukumnya selalu peraturan perundangan.2. Hanya peraturan tertentu yang dijadikan

landasan yuridis3. Peraturan perundangan yang berlaku hanya dapat

diubah, dicabut, dan dihapus oleh peraturan perundangan yang sederajat atau lebih tinggi.

4. Peraturan yang baru mengesampingkan yang lama.

5. Peraturan yang lebih tinggi mengesampingkan yang lebih rendah.

6. Peraturan yang bersifat khusus mengesampingkan yang bersifat umum.

7. Setiap jenis peraturan materinya berbeda.

Fungsi peraturan perundangan ?

1. Menjamin kepastian hukum warga negara.

2. Memberikan rasa keadilan warga negara.

3. Melindungi / mengayomi hak – hak warga negara.

4. Menciptakan ketertiban dan ketentraman

Materi Muatan Undang-undang Atau Alasan Pembuatan Undang –undang :

1.Pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan UUD 1945

2.Perintah Undang-undang untuk diatur dengan undang-undang

3.Pengesahan perjanjian internasional tertentu

4.Tindak lanjut atas putusan Makamah Konstitusi

5.Pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat

• PERPU adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa (negara dalam keadaan darurat), dengan ketentuan :

1.Perpu harus diajukan ke DPR dalam persidangan yang berikut

2.DPR dapat menerima atau menolak Perpu dengan tidak mengadakan perubahan

3.Jika ditolak DPR, Perpu tersebut harus dicabut

Materi muatan Perpu sama dengan materi muatan Undang-Undang

• Peraturan Pemerintah (PP) adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang

• Materi muatan Peraturan Pemerintah adalah materi untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya.

• Peraturan Presiden (Perpres) adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibuat oleh Presiden.

• Materi muatan Peraturan Presiden adalah materi yang diperintahkan oleh Undang-Undang atau materi untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah.

PERDA adalah peraturangan perundang-undangan yang dibuat oleh DPRD dengan persetujuan bersama Kepala Daerah (gubernur atau bupati/walikota)

Materi Muatan Suatu PERDA adalah:

1.Penyelenggaraan otonomi Daerah

2.Tugas Pembantuan

3.Kondisi khusus daerah

4.Penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi

Materi muatan mengenai ketentuan pidana hanya dapat dimuat dalam :

1.Undang-undang

2.Peraturan Daerah Propinsi

3.Peraturan Daerah Kabupaten /Kota

Ketentuan Pidana untuk Perda berupa ancaman hukuman pidana kurungan paling lama 6 bulan atau pidana denda Paling banyak Rp. 50.000.000,00 ( lima puluh juta Rupiah)

Proses Pembuatan Peraturan Perundang-undangan

1. Proses Perencanaan

2. Proses Penyusunan

3. Proses Pembahasan

4. Proses Pengesahan

5. Proses Pengundangan

PENGAJUAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG DAPAT BERASAL DARI :

1.Presiden, yang disiapkan oleh menteri atau pimpinan lembaga non Departemen sesuai dengan lingkup tugas dan tanggung jawabnya

2.Dewan Perwakilan Rakyat, yang disiapkan oleh DPR dan diatur melalui tatib DPR

3.Dewan Perwakilan Daerah, disiapkan oleh DPD dan diatur melalui tata tertib DPD

PROSES PEMBUATAN UU (RUU DARI PRESIDEN)

1.Diajukan Dengan Surat Presiden Kepada Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat

2.Untuk Melakukan Pembahasan Presiden Menugasi Menteri Untuk Mewakili Presiden

3.DPR Membahas Ruu Dalam Jangka Waktu Paling Lambat 60 Hari Sejak Surat Presiden Diterima

4.Untuk Kepentingan Pembahasan Di DPR Menteri Atau Pimpinan Pemrakarsa Memperbanyak Naskah Dalam Jumlah Yang Diperlukan

PROSES PEMBUATAN UU (RUU DARI DPR)

1.Ruu Yang Disiapkan Dengan Surat Pimpinan DPR Disampaikan Kepada Presiden2.Presiden Menugasi Menteri Yang Mewakili Untuk Membahas Racangan UU Bersama DPR Paling Lambat 60 Hari Sejak Hari Surat Pimpinan DPR Diterima3.Presiden Mengkoordinasikan Persiapan Pembahasan Dengan Menteri Yang Tugas Dan Tanggung Jawabnya Dibidang Peraturan Perundang – Undangan.4.Sekretariat Jendral DPR Menyebarluaskan Ruu

PROSES PEMBAHASAN RUU DARI DPD DI DPR

1.RUU yang berasal dari DPD disampaikan secara tertulis oleh Pimpinan DPD kepada Pimpinan DPR

2.Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja alat kelengkapan DPR membahas RUU Hasil pembahasannya dilaporkan dalam Rapat Paripurna

3.RUU yang telah dibahas oleh Pimpinan DPR disampaikan kepada Presiden agar Presiden menunjuk Menteri yang akan mewakili Presiden untuk membahasan RUU bersama DPR dan pimpinan DPD

PROSES PENGAJUAN RUU

Proses Pembahasan RUU di DPR

PROSES PENGESAHAN RUU MENJADI UU

Ruu Yang Telah Disetujui Bersama Antara DPR dan Presiden Disampaikan Oleh Pimpinan DPR Kepada Presiden Untuk Disahkan Menjadi Undang – Undang.Penyerahan Ruu Yang Telah Disetujui Tersebut Paling Lambat 7 (Tujuh) Hari Sejak Tanggal Persetujuan Bersama.Presiden Membubuhkan Tanda Tangan Paling Lambat 30 Hari Sejak Ruu Disetujui Bersama.Apabila Presiden Dalam Jangka Waktu 30 Hari Sejak Persetujuan Bersama Tidak Menandatangani Maka Ruu Sah Menjadi UU Dan Segera Di UndangkanUndang – Undang Yang Sudah Ditetapkan Oleh DPR Disyahkan Oleh Presiden Dan Diundangkan Oleh Menteri Sekretaris Negara Atas Nema Presiden.

PROSES PEMBUATAN PERATURAN DAERAH

KEKUATAN HUKUM BERLAKUNYA PERATURAN PERUNDANGAN -

UNDANGAN1. Kekuatan Berlaku Secara Yuridis Yaitu

Peraturan Perundangan Mempunyai Kekuatan Berlaku Apabila Telah Memenuhi Syarat Formal yaitu :

a. Tidak Bertentangan Dengan Peraturan Yang Lebih Tinggi

b. Dibentuk Oleh Lembaga Yang Sah Menurut Peraturan

c. Melalui Proses Penyusunan Yang Benar Sesuai Dengan Peraturan

2. Kekuatan berlaku secara sosiologis yaitu apabila peraturan perundangan itu dapat diterima oleh masyarakat sebagai hukum

3. Kekuatan berlaku secara filosofis yaitu apabila isi peraturan perundangan itu sesuai dengan cita – cita hukum nilai positif yang tinggi

PROGRAM LEGISLASI NASIONALProgram Legislasi Nasional adalah instrumen perencanaan program pembentukan undang-undang yang disusun secara berencana, terpadu, dan sistematis.

Konsep Prolegnas pertama kali disusun pada saat Lokakarya Penyusunan Prolegnas di Manado, Sulawesi Utara, pada tanggal 3-5 Februari 1977

Lokakarya ini juga menyepakati peran BPHN dalam penyusunan peraturan perundang-undangan secara berencana dari hulur sampai hilir berdasarkan tahapan-tahapan yang terintegratif

Kegiatan BPHN untuk menunjang Prolegnas yaitu :1.melaksanakan penelitian dan usaha lain

2.melaksanakan inventarisasi peraturan perundang-undangan

3.pengkajian dan evaluasi peraturan perundang-undangan yang ada mengenai efektivitas dan keserasiannya dengan kebutuhan yang berkembang di masyarakat

4.penyusunan dan perumusan naskah rancangan akademis (N.A.) dari RUU dan peraturan pelaksananya.•

Penyusunan Prolegnas didasarkan atas :1.Perintah UUD 1945

2.Perintah Tap MPR

3.Perintah Undang-undang lainnya

4.Sistem Perencanaan pembangunan nasional

5.Rencana pembangunan jangka panjang nasional

6.Rencana pembangunan jangka menengah

7.Rencana kerja pemerintah dan rencana strategi DPR

8.Aspirasi dan kebutuhan hukum masyarakat

Penyusunan dan Pengelolaan Prolegnas harus memuat :1.Program pembentukan Undang-Undang dengan pokok materi yang akan diatur

2.Pokok materi - materi tersebut meliputi :•latar belakang dan tujuan penyusunan;•sasaran yang akan diwujudkan;•pokok-pokok pikiran, lingkup atau obyek yang akan diatur; dan•jangkauan dan arah pengaturan.

• Penyusunan prolegnas antara DPR dan Pemerintah dikooordinasikan oleh DPR

• Penyusunan prolegnas di lingkungan DPR dikoordinasikan oleh alat kelengkapan DPR bidang legislasi

• Penyusunan prolegnas dilingkungan pemerintah dikoordinasikan oleh menteri yg menjalankan pemerintahan dalam bidang hukum

• Hasil penyusunan prolegnas antara DPR dan pemerintah disepakati menjadi prolegnas dan ditetapkan dalam rapat paripurna DPR kemudian ditetapkan dengan keputusan DPR

DPR dan presiden dapat mengajukan rancangan UU diluar prolegnas dalam hal :

1.Untuk mengatasi keadaan luar biasa keadaan konflik atau bencana alam

2.Keadaan tertentu yang memastikan adanya urgensi nasional atas suatu rancangan undang-undang yang disetujui bersama DPR dan Pemerintah

Program Legislasi disusun oleh Badan Legislasi yang dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat tetap.

Badan Legislasi bertugas:

1.Menyusun rancangan program legislasi nasional

2.Mengkoordinasi penyusunan program legislasi nasional antara DPR dan Pemerintah

3.Menyiapkan rancangan undang-undang usulan DPR

4.melakukan pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi rancangan undang-undang yang diajukan

5.memberikan pertimbangan terhadap rancangan undang-undang yang diajukan

Lanjutan .......

6.melakukan pembahasan, pengubahan, dan/atau penyempurnaan rancangan undang-undang

7.mengikuti perkembangan dan melakukan evaluasi terhadap pembahasan materi muatan rancangan undang-undang

8.memberikan masukan kepada pimpinan DPR atas rancangan undang-undang usul DPD

9.membuat laporan kinerja dan inventarisasi masalah di bidang perundang-undangan pada akhir masa keanggotaan DPR

• Komisi III pasangan kerjanya sebagai berikut:• Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia• Kejaksaan Agung• Kepolisian Negara Republik Indonesia• Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)• Komisi Hukum Nasional & Komisi Yudisial• Komisi Nasional HAM (KOMNAS HAM)• Setjen Mahkamah Agung & Setjen Mahkamah Konstitusi• Setjen MPR dn Setjen DPD• Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)• Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban• Badan Narkotika Nasional (BNN)

Prolegnas 2010-2014NO JUDUL RUU KETERANGAN

1. RUU tentang Administrasi Pemerintahan DPR/PEMERINTAH

2. RUU tentang Akuntan Publik DPR/PEMERINTAH

3. RUU tentang Badan Usaha di Luar Perseroan Terbatas dan Koperasi

DPR/PEMERINTAH

4. RUU tentang Badan Usaha Milik Daerah DPR/PEMERINTAH

5. RUU tentang Bantuan Hukum DPR/PEMERINTAH

6. RUU tentang Bela Negara DPR/PEMERINTAH

7. RUU tentang Desa DPR/PEMERINTAH

8. RUU tentang Etika Penyelenggara Negara DPR/PEMERINTAH

9. RUU tentang Gerakan Pramuka DPR/PEMERINTAH

10. RUU tentang Hubungan Kewenangan Pemerintah Pusat dan Daerah

DPR/PEMERINTAH

TUJUAN PROLEGNAS1. Mencegah kesemrawutan perencanaan dan

pembuatan undang-undang.

2. Membatasi pembentuk undang-undang untuk mengusulkan rancangan undang-undang secara tiba-tiba tanpa kajian mendalam terlebih dahulu.

3. Mencegah pengajuan rancangan-undang yang hanya berdasarkan kepentingan politik dan tidak memihak kepada rakyat secara tiba-tiba.

PROGRAM LEGISLASI DAERAH

• Program Legislasi Daerah (Prolegda) adalah instrumen perencanaan program pembentukan Peraturan Daerah yang disusun secara berencana, terpadu dan sistematis.

• Tujuan Prolegda untuk menjaga agar produk Peraturan Perundang-undangan daerah tetap berada dalam kesatuan sistem hukum nasional

DASAR HUKUM PEMBENTUKAN PROLEGDA• Undang-Undang Nomor 12 Tahun

20011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan • Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2014 Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 239

Mengapa Pembentukan Perda harus berdasarkan Prolegda :

1. agar pembentukan Perda berdasar pada skala prioritas sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum masyarakat;

2. agar Perda sinkron secara vertikal dan horisontal dengan Peraturan Perundang-undangan lainnya;

3. agar pembentukan Perda terkoordinasi, terarah, dan terpadu yang disusun bersama oleh DPRD dan Pemerintah Daerah.

4. agar produk Peraturan Perundang-undangan daerah tetap berada dalam kesatuan sistem hukum nasional.

LEGAL DRAFTING

Pengertian Legal menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti sesuai dengan peraturan perundang-undangan atau hukum

Istilah draft dapat berarti konsep atau rancangan

Legal drafting adalah cara penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan yang sesuai tuntutan , teori, asas, dan kaedah perancangan peraturan perundang-undangan

Legal drafter disebut juga dengan rancangan peraturan perundang-undangan atau draf hukum

Legislasi secara umum berarti peraturan dapat juga berarti proses pembentukan peraturan perundangan

Peran Prolegnas Dalam Pembangunan Hukum Nasional

1. Pembangunan di bidang hukum merupakan kebijakan Pembangunan yang bersifat nasional

2. Pembangunan Hukum Nasional merupakan salah satu agenda dalam Rencana Pembangunan Nasional 2005-2025 (UU No 17 Tahun 2007)

3. Pembangunan hukum harus berlandaskan pada pembangunan sistem hukum nasional.

4. Pembangunan hukum harus dilaksanankan secara sistematis

5. Pembentukan UU merupakan salah satu unsur penting dalam pembangunan hukum nasional di samping unsur-unsur yang lain.

Naskah Akademik dalam peraturan perundang-undangan

• Naskah akademik adalah naskah yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai konsepsi yang berisi latar belakang ,tujuan penyusunan, sasaran yang ingin diwujudkan dan lingkup jangkauan, objek, atau arah pengaturan undang-undang.

• Penyusunan naskah akademik selama ini dilakukan oleh BPHN – Departemen Hukum dan HAM yang merupakan kelanjutan dari gagasan Prof .Mochtar Kusumaatmadja untuk memberikan pedoman bagi perumusan suatu RUU yang akan dibentuk oleh pemerintah

Berdasarkan Peraturan Presiden nomor 68 Tahun 2005 Naskah Akademik sebaiknya memuat hal-hal :

1.Latar belakang dan tujuan penyusunan

2.Argumentasi dan urgensi pembentukan peraturan yang ingin diwujudkan

3.Landasan filosofis, sosiologis, dan dan yuridis sepanjang hal tersebut ada

4.Sasaran yang ingin diwujudkan

5.Pokok-pokok pikiran, lingkup, objek yang akan diatur

6.Jangkauan dan arah pengaturan

Bahasa Dalam Perundang-Undangan

Bahasa yang digunakan dalam perundang-undangan haruslah menggunakan ragam bahasa baku atau standar.

Bahasa baku atau standar ialah bahasa yang dapat dijadikan acuan atau tolok ukur, baik dalam hal kegramatikalan kalimat, yang mencakup struktur kalimat serta bentuk dan pilihan kata-kata maupun dalam hal penulisannya.

HARMONISASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Pengharmonisasian rancangan undang-undang yang dilaksanakan secara cermat dan profesional akan menghasilakan rancangan undang-undang yang memenuhi syarat sebagai rancangan undang-undang yang baik.

Harmonisasi peraturan perundang-undangan bertujuan untuk menyamakan persepsi dan penafsiran dalam pelaksanaanya

Contoh disharmonisasi undang-undang yaitu :

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, yaitu menyangkut bentuk lembaga BPJSnya Menurut UU SJSN bentuk badan hukum BPJS ditentukan badan hukum nirlaba, pengelola dana amanat yang dibentuk dengan undang-undang sedangkan Undang-Undang Usaha Perasuransian dan Undang-Undang Jaminan Sosial Tenaga Kerja menentukan BPJS berbentuk BUMN. Akibatnya sampai berakhirnya tenggat waktu yang ditentukan dalam Pasal 52 ayat (2) UU SJSN yaitu tanggal 19 Oktober 2009, Undang-Undang BPJS gagal dibentuk.

• Ada 6 faktor yang menyebabkan disharmoni:1. Pembentukan dilakukan oleh lembaga yang

berbeda

2. Pejabat yang berwenang untuk membentuk peraturan perundang-undangan berganti-ganti

3. Pendekatan sektoral

4. Lemahnya koordinasi.

5. Akses masyarakat untuk berpartisipasi masih terbatas

6. Belum adanya cara dan metode yang pasti, baku dan standar yang mengikat semua lembaga yang berwenang membuat peraturan per UU

Akibat disharmoni peraturan perundang-undangan

1. Terjadinya perbedaan penafsiran dalam pelaksanaannya;

2. Timbulnya ketidakpastian hukum;

3. Peraturan perundang-undangan tidak terlaksana secara efektif dan efisien;

4. Disfungsi hukum, artinya hukum tidak dapat berfungsi memberikan pedoman berperilaku kepada masyarakat, pengendalian sosial, penyelesaian sengketa dan sebagai sarana perubahan sosial secara tertib dan teratur.

Cara mengatasi disharmoni peraturan perundang-undangan yaitu:

1. Mengubah/ mencabut pasal yang mengalami disharmoni oleh lembaga/instansi yang berwenang membentuknya.

2. Mengajukan permohonan uji materil kepada lembaga yudikatif sebagai berikut :a. Untuk pengujian undang-undang terhadap UUD kepada Mahkamah Konsitusi;b. Untuk pengujian peraturan perundang-undangan

di bawah undang-undang terhadap undang-undang kepada Mahkamah Agung.

3. Menerapkan asas hukum/doktrin hukum

PENGUNDANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Pengundangan adalah pemberitahuan secara formal suatu peraturan negara dengan penempatanya dalam suatu penerbitan resmi yang khusus untuk maksud itu sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Tujuan pengundangan adalah agar secara formal setiap orang dapat mengenali peraturan negara karena setiap orang dianggap mengetahui undang-undang, ketidaktahuan seseorang terhadap undang-undang tidak memaafkannya.

Yang berwenang melakukan pengundangan adalah Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Fungsi pengundangan adalah :

1.Agar secara material suatu peraturan negara diumumkan kepada khalayak ramai dengan seluas-luasnya

2.Agar secara material sebanyak mungkin khalayak ramai mengetahui dan memahami isi serta maksud dalam peraturan negara tersebut

3.Agar peraturan perundang-undangan tersebut mempunyai daya ikat dan daya laku bagi setiap orang

Tempat pengundangan Peraturan Perundang-undangan adalah :

1.Lembaran Negara Republik Indonesia

2.Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

3.Berita Negara Republik Indonesia

4.Tambahan Berita Negara Republik Indonesia

5.Lembaran Daerah

6.Tambahan lembaran Daerah

7.Berita Daerah

• Peraturan Perundang-undangan yang diundangkan dalam Lembaran negara Republik Indonesia adalah :

1.Undang-undang /Peraturan Pemerintah pengganti undang-undang

2.Peraturan Pemerintah

3.Peraturan Presiden

4.Peraturan Perundang-undangan lain yang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku harus diundangkan dalam lembaran negara atau berita negara

Peraturan Perundang-undangan yang diundangkan dalam Berita Negara Republik Indonesia meliputi peraturan yang dikeluarkan oleh:1. Majelis Permusyawaratan Rakyat2. Dewan Perwakilan Rakyat3. Mahkamah Agung4. Mahkamah Konstitusi5. Menteri, Kepala Badan, lembaga atau komisi yang setingkat yang dibentuk oleh undang-undang atau pemerintah atas perintah undang-undang.

Tambahan Lembaran negara berfungsi untuk memuat penjelasan peraturan perundang-undangan yang dimuat dalam lembaran negara

Tambahan berita negara berfungsi memuat penjelasan peraturan perundang-undangan yang dimuat dalam berita negara

Fungsi Lembaran Daerah adalah sebagai tempat pengundangan Peraturan daerah propinsi dan Peraturan daerah kabupaten/kota.

Fungsi Berita daerah adalah sebagai tempat pengundangan peraturan gubernur dan peraturan bupati /walikota

PENYEBARLUASAN DAN SOSIALISASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Penyebarluasan Undang-undang yang telah diundangkan dilakukan secara bersama-sama oleh DPR dan Pemerintah

Penyebarluas undang-undang dapat dilakukan oleh DPD sepanjang berkaitan dengan :

1. otonomi daerah

2. hubungan pusat dan daerah

3. Pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah

4. Pengelolaan sumberdaya alam dan sumber daya ekonomi lainnya

5. Berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah

• Penyebarluasan peraturan perundang-undangan dilakukan melalui :

1.Media cetak dengan cara menyampaikan salinan otentik naskah peraturan perundang-undangan

2.Media elektronik dengan menyelenggarakan sistem informasi peraturan perundang-undangan yang berbasis internet.

3.Sosialisasi yang dapat dilakukan dengan cara tatap muka atau dialog langsung, berupa ceramah, workshop/seminar, pertemuan ilmiah, konferensi pers dan cara lainnya