pembelian secara kredit dan pengaruhnya terhadap pola konsumsi mu rumah...

170
PEMBELIAN SECARA KREDIT DAN PENGARUHNYA TERHADAP POLA KONSUMSI mu RUMAH TANGGA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (STUDI KASUS P ADA KEC. TANAH SAREAL KOTA BOGOR) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I) Oleh Astri Febiani 103046128249 KONSENTRASIPERBANKANSYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAHDANHUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 HJ 2007-M

Upload: others

Post on 02-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PEMBELIAN SECARA KREDIT DAN PENGARUHNYA

    TERHADAP POLA KONSUMSI mu RUMAH TANGGA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

    (STUDI KASUS P ADA KEC. TANAH SAREAL KOTA BOGOR)

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I)

    Oleh

    Astri Febiani

    103046128249

    KONSENTRASIPERBANKANSYARIAH

    PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

    FAKULTAS SYARIAHDANHUKUM

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1428 HJ 2007-M

  • PEMBELIAN SECARA KREDIT DAN PENGARUHNYA

    TERHADAP POLA KONSUMSI IBU RUMAH TANGGA DALAM

    PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

    (STUDI KASUS PADA KEC. TANAH SAREAL KOTABOGOR)

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

    untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I)

    Oleh

    Astri Febiani

    103046128249

    P~mbimbing I. Pembimbing II,

    , • \.... v.:...o Hendra Kholid, MA !6. 10-~ •

    KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

    F AKUL T AS SY ARIAH DAN HUKUM UIN SY ARIF HIDA YATULLAH

    JAKARTA 1428 HI 2007 M

  • PENGESAHAN PANITIA UJIAN

    Skripsi yang be1judul "PEMBELIAN SECARA KREDIT DAN PENGARUHNY A TERIIADAP POLA KONSUMSI IBU RUMAH TANGGA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (STUD! KASUS PADA KEC. TANAH SAREAL KOTA BOGOR)" telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah clan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 21 Nopember 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Smjana Ekonomi Islam pada program stucli Muamalat (Ekonomi Islam).

    Kctua

    Sckrctaris

    l'c1nhi•nhi11g I

    'l'

    . " I. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM 210 422

    Ah. Azharucldin Lathif, M. Ag NIP. 150 317 593

    ):>.!:. Ir. M NmlralUF./.anum I loscn MS M.Sc. l'h. f) Nll'.450005016 ,,

    ./'

    ,/

    l'cmbirnbing If I lcndra Kholicl, MA

    l'cnguj i I

    !>cnguji II

    Dr. I-I. A. Juaini Syukri, Le, MA NIP. I 50 256 969

    Dra. Hj. Nuriah Thahir, MM

    ................ )

    ~

  • LEMBARPERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa:

    I. Skripsi/tesis/disertasi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

    rnemenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar starat I/ strata 2/ sh·ata 3 di

    UIN Syarif Hidayatullah .Jakm1a.

    2. Se111ua surnbcr yang saya gunakan dalam pcnulisan ini telah saya cantumkan

    sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3 . .Tika clikemuclian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

    111crupc1k1111 liasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bcrseclia mcnerima

    sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakmta.

  • ABSTRAK

    ASTRI FEBIANI

    Pembelian Secara Kredit dan Pengaruhnya Terhadap Pola Konsumsi lbu

    Rumah Tangga Dalam Pcrspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus Pada kec. Tanah

    Sarcal Kola Bogor)

    Salah satu jalan yang dibolehkan oleh ajaran Islam untuk memenuhi

    kebutuhan aclalah dengan cara jual beli clidalam memenuhi kebutuhan hidup. Manusia

    pernah rnelakukan barter yaitu cara memperoleh barang dengan jalan saling menukar

    barang antara penjual dan pembeli, tetapi seiring dengan perkembangan zaman maka

    cara ini pun ditinggalkan clan beralih clengan cara jual beli, baik jual beli secara tunai

    (cash)maupun jual beli secara kredit.

    Banyak fenomena yang te1jacli climana seorang ibu membeli pakaian yang

    harganya ratusan ribu rupiah paclahal kondisi ekonorninya ticlak rnernungkinkan

    untuk membelinya tetapi karena ticlak mau ketinggalan zaman maka clipalrnilah cara

    kredit untuk menclapatkannya, ataupun menghutang kebutuhan sehari-hari di warung-

    warung atau toko seperti untuk kebutuhan dapur, anak clan lainnya. Cara ini ditempuh

    biasanya karena keungan atau penclapatan yang tidak mencukupi untuk membelinya

    sedangkan kebutuhan hidup tidak clapat dituncla-tunda maka menghutanglah jalan

    yang bisa clilakukan.

    Dengan adanya fenomena yang te1:jdai cliatas, maka penulis tertarik

    rnengangkat tema ini untuk melakukan penelitian. Tujuan clari penelitian ini

    diantaranya yaitu penulis ingin mengetahui hubungan pengaruh pembelian secara

  • kredit terhadap pola konsumsi ibu rumah tangga di Kee. Tanah Sareal Kola Bogor.

    Dan ingin memperkaya khazanah pengetahuan mengenai pembelian secara kredit

    yang sesuai dengan perspektif ekonomi Islam, karena mayoritas masyarakat

    melakukan pembelian kredit ini secara konvensional maka dengan itu penulis ingin

    memberikan gambaran yang jelas dan benar kepada pembaca dan masyarakat luas

    tentang pembelian secara kreclit yang sesuai dengan perspektif ekonomi Islam.

    Hasil penelitian yang dihitung menggunakan rumus Chi-square menunjukan

    bahwa sebagian besar masyarakat di Kee. Tanah Sareal melakukan jual beli kredit.

    Mayoritasa dari mereka itu berpencliclikan clan berpenghasilan rendah. Dan tidak

    seclikit pula clari mereka yang berpencliclikan clan berpenghasilan tinggi melakukan

    pembelian secara kreclit clalam mengkonsumsi suatu barang. Perbeclaan diantara

    kecluanya yaitu dimana masyarakat yang berpenclidikan clan berpenghasilan renclah

    hanya membeli barang yang direncanakan dan slalu mempertimbangkan harganya

    clalam mengkonsumsi suatu barang, seclangkan masyarakat yang berpencliclikan clan

    berpenghasilan tinggi sering membeli barang yang ticlak direncanakan clan ticlak

    pernah mempertimbangkan harganya·clalam mengkonsumsi suatu barang.

  • KATAPENGANTAR

    Segala pttii serta rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang

    telah rnencurahkan segenap rahmat, taufik dan hidayalmya. Sesungguhnya karena

    kernurahan-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat

    cliiringi salam semoga selalu tercurahkan kepada suri taulaclan umat muslim Nabi

    Muhammad SAW, berserta segenap keluarganya clan para sahabatnya yang selalu

    setia berjuang demi tegaknya Islam yang haq.

    Selanjutnya, penulis menyaclari sepenuhnya, bahwa dalam menyelesaikan

    skripsi ini. penulis banyak mengalami kesulitan, hambatan clan tantangan. Namun

    berkat bantuan, dorongan clan arahan clari berbagai pihak maka penulis clapat

    menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi persyaratan akaclemik pacla program strata

    satu (S l ), pada jurusan Muamalat Perbankan Syari'ah di Fakultas Syari'ah clan

    l-Iukurn Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam ha! ini

    penulis memilih juclul "Pembelian Secara Kredit dan Pengaruhnya Terhadap Pola

    Konswnsi !bu Rumah Tangga Dalam Perspektif Ekonomi Islam di Kata Bogar.

    Karenanya clengan segala kerenclahan hati, penulis menyampaikan terima

    kasih clan penghargaan yang sebesar-besarnya kepacla semua pihak yang telah

    111c111banlu pcnulis baik langsung maupun tidak langsung, secara khusus penulis

    sampaikan terima kasih kepacla yang terhormat:

  • I. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Selaku Dekan Fakultas

    syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

    Jakarta, yang telah banyak membina, membantu dan membimbing penulis

    selama belajar.

    2. Euis Amelia. M. Ag. Selaku Ketua Program Studi Muamalat Perbankan

    syari'ah Fakultas syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

    Hidayatullah Jakarta, yang telah banyak membina, membantu dan

    membimbing penulis selanla belajar.

    3. Ah. Azharuddin Lathif, M. Ag. Selaku seketaris Program Studi Muamalat

    Perbankan syari'ah Fakultas syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri

    (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu penulis dalam proses

    perkuliahan dan administrasi.

    4. Ir. M Nadratuzzaman Hosen, MS, M. Sc. Ph. D dan Hendra Kholid, MA.

    Selaku Dosen Pembimbing, yang telah banyak membina, membantu dan

    membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, sehingga skripsi ini

    dapat selesai tepat pada waktunya.

    5. Dr. H. A. Juaini Syukri, Le, MA dan Dra. Hj. Nuriah Thahir, MM Selaku

    Dosen Penguji, yang telah banyak membina, membantu dan menguji penulis

    dalam menyelesaikan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat selesai tepat pada

    waktunya.

  • 6. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas syari'ah dan Hukum Universitas

    Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah banyak

    memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis. Pimpinan dan Staf

    Perpustakaan Syari'ah dan Utama UIN Syarif Hidayatullah, yang telah

    memberikan banyak fasilitas dalam mengadakan studi kepustakaan.

    7. Ayah dan Bunda tercinta, yang telah banyak membantu penulis baik berupa

    moril maupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini ..

    8. Teman-temanku dan Semua pihak yang telah ikut berpartisipasi baik secara

    langsung maupun tidak langsung demi selesainya skripsi ini, dan mohon maaf

    j ika penulis tidak sebutkan satu persatu karena terbatasnya halaman dan

    waktu.

    Atas semua itu, penulis hanya dapat memanjatkan do'a kepada Allah SWT,

    semoga amal baiknya mendapatkan balasan dari-Nya. Dan akhirnya penulis hanya

    berharap, semoga slaipsi ini bennanfaat bagi penulis khususnya dan bagi masyarakat

    luas pada umumnya dan untuk khazanah pengetahuan pada umumnya.

    Jakarta, I 0 September 2007

    Penulis

  • DAFTARISI

    KATA PENGANTAR .............................................................. .

    DAFTAR ISi................................................................... ........ iv

    DAFTAR TAB EL................................................................... vii

    DAFTAR GAJVIBAR................................................................ Vll

    BAB I: PENDAIIULUAN

    A. Latar Belakang Masai ah ........................................... ..

    13. Pembatasan clan Perumusan Masalah ........................... ..

    C ']' . J> ·I' . . u,1uan ene itian ................................................... .

    D. Manfoat Pcnclitian ................................................. ..

    E. Metocle Penelitian ................................................. ..

    F. Sistematika Penyusunan ............................................ .

    BAB 11: TIN.IAUAN UMUM TEN TANG PEMBELIAN

    SECARA KREDIT MENURUT HUKUM ISLAM DAN

    KONVJ£NSlONAL

    3

    4

    5

    6

    17

    A. Pengertian .Tuai Beli Kreclit......... ... . . . ... . . .. .. ... . ... . . ... . . ... 20

    13. Prinsip-prinsip Berhutang...................... ... . . . . . ... ... . . . . . . 25

    C. Mekanisme Kreclit Konsumtif................................... ... 29

    D. Dasar-clasar Hukum Pembelian Secara Kreclit................... 30

    E. Tujuan Pembelian Secara Kreclit................................ ... 36

    F. Permasalahan Di Sekitar .Tua!-Beli Kreclit Menurut Hukum

    ~!~ .................................................................. . 39

  • BAB III: KONSUMSI DALAM PANDANGAN ISLAM

    A. Pengerlian Konsumsi..................... ............................. ........ 51

    B. Teori Perilaku Konsumen...................................... ....... 54

    C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen.. ....... 63

    D. Tujuan Konsumsi clalam Islam...................................... 64

    E. Etika Konsumsi clalam Islam........................................ 67

    F. Prinsip-prinsip Konsumsi dalam Islru11.......................... ... 69

    BABlV: BASIL STUDl DAN ANALISA

    !\. J(urakLerisLik l(eea1natan 'l'anah Sareal........................... .. 73

    B. Pengaruh Pelaksanaan Pembelian Secara Kreclit Terhaclap

    Pola Konsumsi !bu Rumah Tangga............................. .... 76

    C. Analisis Data........................................................... 91

    BABY: PENUTUP

    A. Kesimpulan............................................................ 134

    B. Saran-saran............................................................. 137

    DAFTAR PUSTAKA................................................ 138

    LAJVH' IRAN .......................................................... .

  • DAFTAR TABEL

    1. Tabel 4. 1 Luas Wilayah dan Bantaran Sungai ................................ 73

    2. Tabel 4. 2 Jumlah Penduduk ............................................................ 74

    3. Tabel 4. 3 Sumber Daya Kelembagaan ............................................ 74

    4. Tabel 4. 4 Sumber Daya Manusia .................................................... 75

    5. Tabel 4. 5 Identitas Responden Berdasarkan Perkawinan ............... 82

    6. Tabel 4. 6 Jumlah Suami yang Memiliki Pekerjaan Tetap .............. 83

    7. Tabel 4. 7 Jumlah Keikutsertaan Istri Dalam Mencari Nafkah ........ 84

    8. Tabel 4. 8 Merencanakan Dengan Anggota Keluarga Laian

    Pada Saat Mengkonsumsi Suatu Barang......................... 85

    9. Tabel4. 9 Tekhnik Pembelian Pakaian dan Alasannya .................. . 86

    10. Tabel 4. 10 Cara Responden Membayar Kredit Pakaian .................. . 87

    11. Tabel 4. 11 Jumlah Keterlibatan Responden

    Dengan Tukang Kredit..... .. ... ... .. .. . . . .. .. . .. .. .. .. . . . .. . .. .. .. . .. . .. . 98

    12. Tabel 4. 12 Mengkonsumsi Secara Kredit Selain Pakaian ................ . 99

    13. Tabel 4. 13 Alasan Responden Mengkredit Pakaian

    Karena Ikut-ikutan Orang Laian ..................................... 90

    14. Tabel 4. 14 Hubungan Tingkat Pendidikan Responden

    Terhadap Memperhatikan Merekya ................................ 92

    15. Tabel 4. 15 Hubungan Tingkat Pendidikan Responden Terhadap

    Suka Membeli Barang yang Tidak Direncanakan .......... 96

    16. Tabel 4. 16 Hubungan Tingkat Pendidikan Responden

    Terhadap Meni.perhatikan Keaslian Barang.................... 100

    17.Tabel4.17 Hubungan Tingkat Pendidikan Responden

    Terhadap Mempertimbangkan Harga Barang ................. 105

    18. Tabcl 4. 18 Hubungan Tingkat Penghasilan Responden

    Terhadap Memperhatikan Merelmya .............................. 109

    l9.Tabel4.19 Hubungan Tingkat Penghasilan Responden Terhadap

    Suka Membeli Barang yaQg Tidak Direncanakan .......... 113

  • 20. Tabel 4. 20 Hubungan Tingkat Penghasilan Responden Terhadap

    Memperhatikan Keaslian Barang .................................... 117

    21. Tabel 4. 21 Hubungan Tingkat Penghasilan Responden

    Terhadap Mempertimbangkan Harga Barang ................ . 121

    22. Tabel4. 22 Hubungan Tingkat Pendidikan dan Penghasilan

    Terhadap Memperhatikan Mereknya ............................ .. 125

    23. Tabel 4. 23 Hubungan Tingkat Pendidikan dan Penghasilan

    Terhadap Suka Membeli Barang yang Tidak

    Direncanakan................................................................... 127

    24. Tabel 4. 24 Hubungan Tingkat Pendidikan dan Penghasilan

    Terhadap Memperhatikan Keaslian Barang .................... 129

    25. Tabel 4. 25 Hubungan Tingkat Pendidikan clan Penghasilan

    Terhadap Mempertimbangkan Harganya ....................... . 131

  • DAFTARGAMBAR

    I. Gambar 3.1 Pemaksimuman Kepuasan Konsumen ........................... . 56

    2. Gambar 3. 2 Garis Pendapatan Konsumsi .......................................... . 57

    3. Uambar 3. 3 Garis Harga Konsumsi ................................................... . 58

    4. Gambar 3. 4 Memaksimalkan Utility Function pada

    Budget line tertentu.... ...... .... .... .. .. .... .. .. . . .. . .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. . 61

    5. Gambar 3. 5 Meminimalkan Budget Line Utility Function Tertentu.. 62

    6. Gambar4. 1 Identitas Responden Berdasarkan Perkawinan ............... 82

    7. Gambar 4. 2 Jumlah Suami yang Memiliki Peke1jaan Tetap .............. 83

    8. Gambar 4. 3 Jumlah Keikutsertaan Istri Dalam Mencari Nafkah........ 84

    9. Gambar4. 4 Merencanakan Dengan Anggota Keluarga Lain

    Pada Saat Mengkonsumsi Suatu Barang........................ 85

    10. Gambar 4. 5 Tekhnik Pembelian Pakaian dan Alasannya ................. .. 86

    11. Gambar 4. 6 Cara Responden Membayar Kredit Pakaian ................. .. 87

    12. Gambar 4. 7 .Jumlah Keterlibatan Responden

    Dengan Tukang Kredit.................................................... 88

    13. Gambar 4. 8 Mengkonsumsi Secara Kredit Selain Pakaian .............. .. 89

    14. Gambar 4. 9 Alasan Responden Mengkredit Pakaian

    Karena Ikut-ikutan Orang Laian ..................................... 90

  • BABl

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Permasalahan mendasar kebutuhan hidup manusia yaitu kepuasan yang tidak

    ada batasanya. Islam sebagai ajaran yang integral dan komperhenshif, tidak

    memberikan pembatasan masalah dalam ha! kepemilikan harta. Islam mengakui

    hak milik tiap individu, banyak cara yang dilakukan manusia untuk mendapatkan

    harta, bisa melalui jalan yang dilarang agama atau jalan yang diridhoi agama. Hal

    ini kembali kepada individu masing-masing tetapi Islam memberikan rambu-

    rambu yang harus diperhatikan manusia didalam memperoleh harta.

    Kebutuhan-kebutuhan manusia digolongkan kepada 3 hal yakni: keperluan,

    kesenangan dan kemewahan. Keperluan meliputi semua hal yang diperlukan

    untuk memenuhi segala kebutuhan yang harus dipenuhi, sedangkan kesenangan

    sebagai komoditi yang penggunaannya menambah efisiensi pekerja, akan tetapi

    tidak seimbang dengan biaya komoditi semacam itu, yang terakhir kemewahan

    menunjuk kepada komoditi serta jasa yang penggunaannya tidak menambah

    efisiensi seseorang bahkan mungkin menguranginya 1•

    1 M. Abdul Mannan, Ekonomi Islam: Teori dan Praktek Dasar-dasar Ekonomi Islam, Jakarta, Intermasa, 1992, ed.4, h. 48.

  • 2

    Untuk mcndapatkan barang dan jasa, seorang konsumcn harus melakukan

    lransaksi yang biasa cliscbut clcngan jual bcli, yang biasa dilakukan adalah jual

    beli clengan cara tunai (cash) clan jual beli secara kredit.

    Jual beli tunai te1jadi karena adanya penclapatan yang climiliki oleh konsurnen

    untuk dibayarkan, tetapi seringkali kenyataan di masyarakat pembelian secara

    kredit sudah menjadi kebiasaan walaupun jaminan antara penjual clan pembeli

    hanya berupa kcpercayaan, clan yang dikreditkan bukan hanya kebutuhan

    mendesak saja (seperti untuk makan atau kebutuhan primer lainnya) dengan

    alasan pendapatan yang tidak ada pada saat itu, tetapi juga berkenaan dengan

    kebutuhan pelengkap atau tersier.

    Wanita yang merupakan pangsa pasar terbesar tentu memanfaatkan cara

    pembelian secara kredit ini dalam memenuhi kebutuhannya baik untuk dirinya

    sendiri ataupun keperluan keluarganya. Hal ini tampak jelas dimasyarakat,

    terbukti banyak sekali ibu-ibu rumah tangga yang memanfaatkan cara ini untuk

    memenuhi konsumsi rumah tangganya.

    Banyak faktor yang mempengaruhi ibu-ibu rumah tangga melakukan

    pembelian secara kreclit selain faktor di atas, juga biasanya dikarenakan ikut-

    ikutan, pengaruh tetangga, zaman atau mungkin karena kebutuhan yang sangat

    mendesak clan alasan laiimya.

    Banyak fenomena yang te1jacli dimana seorang ibu membeli pakaian yang

    harganya ratusan ribu padahal kondisi ekonominya tidak memungkinkan untuk

    mcmbclinya tclapi karcna tidak mau ketinggalan zaman maka dipakailah cara

  • 3

    laedit untuk mendapatkannya, ataupun menghutang (kredit) kebutuhan sehari-hari

    di warung-warung atau toko seperti untuk kebutuhan dapur, anak dan lainnya.

    Cara ini ditempuh biasanya karena keuangan atau pendapatan yang tidak

    mencukupi untuk membelinya sedangkan kebutuhan hidup tidak dapat ditunda-

    tunda maka menghutanglah j alan yang biasa dilakukan.

    Seperti yang sudah dijabarkan di atas bahwa kebutuhan manusia beraneka

    ragam dan yang di kreditpun hampir meliputi semua kebutuhan manusia, maka

    didalam penelitian yang akan dilakukan ini hanya terbatas pada pembelian secara

    !credit pakaian yang dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga didalam memenuhi

    kebutuhan diri sendiri dan keluarganya.

    Dari sebuah fenomena di atas, penulis bermaksucl menuangkannya clalam

    sebuah skripsi yang berjudul Pcmbelian Sccara Kredit dan Pengarulmya

    Tcrhadap Pola Konsumsi lbu Rumah Tangga Dalam Pcrspektif Ekonomi

    Islam.

    B. Pcmbatasan dan Pcrumusan Masalah

    Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan di

    alas, maka dalam hal ini penulis berupaya mengedepankan suatu tema inti yang

    berkaitan dengan masalah yang akan diangkat. Dalam hal mengangkat tema

    penelitian ini, tentunya penulis membatasai permasalahan yang akan diuraikan

    dalam penelitian ini, dan agar permasalahan yang akan diuraikan dalam penelitian

  • 4

    ini tidak melebar maka penulis membatasinya hanya pada pembelian secara kredit

    pakaian terhadap pola konsumsi ibu mmah tangga.

    Dalam merealisasikan batasan masalah yang dikemukakan di alas maka

    penulis memberikan perumusan masalah untuk memudahkan pembahasan

    selanjutnya. Adapun beberapa pennasalahan yang akan penulis kemukakan

    diantaranya adalah sebagai berikut :

    I. Bagaimanakah legalitas kredit dalam Islam ?

    2. Apa saja faktor yang mempengarnhi ibu-ibu mmah tangga (pembeli) di

    Kecamatan Tanah Sareal memilih melakukan pembelian secara kredit ? serta

    alasan-alasan lainnya!

    3. Bagaimanakah po la konsumsi yang baik menurut syariat Islam ?

    4. Adakah hubungan pengaruh kredit terhadap pola konsumsi ibu rumah tangga

    di Kecamatan Tanah Sareal ?

    C. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Ingin memberikan gambaran yang jelas dan benar kepada penulis, pembaca

    dan masyarakat tentang pembelian secara kredit yang sesuai dengan perspektif

    ekonomi Islam.

    2. Ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ibu-ibu dalam melakukan

    pembelian secara !credit.

  • 5

    3. Ingin memperkaya khazanah pengetahuan mengenai pembelian secara kredit

    yang sesuai dengan perspektif ekonomi Islam.

    4. Ingin mengetahui hubungan pengaruh pembelian secara kredit pakaian

    terhadap pola konsumsi ibu rumah tangga di Kecamatan Tanah Sareal.

    D. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

    l. Dengan adanya penelitian ini diharapkan menarnbah sumbangan pikiran bagi

    wacana ekonomi Islam tentang pembelian secara kredit pakaian terhaclap pola

    konsumsi ibu rumah tangga.

    2. Dengan aclanya penelitian ini cliharapkan akan menambah wawasan bagi

    penulis pacla khususnya clan bagi masyarakat pacla umumnya tentang

    pelaksanaan ekonomi Islam yang sesuai dengan aturan serta lanclasan syariat

    Islam.

    3. Memberikan masukan yang bermanfaat guna menjadi bahan pertimbangan

    untuk melaksanakan pembelian secara kreclit sesuai clengan prinsip ekonomi

    Islam clalam menentukan Iangkah selanjutnya kearah yang lebih baik.

    4. Menumbuhkan kepercayaan yang utuh kepacla pembaca clan masyarakat

    bahwasanya clengan berpegang teguh pacla prinsip-prinsip ekonomi Islam

    dalam mengkonsumsi suatu barang clengan cara kreclit clapat membentuk

    masyarakat yang beriman dan sejahtera.

  • E. Metode Penelitian

    I. Jenis Penelitian

    6

    Untuk mencapai tujuan dari skripsi ini, maka penulis menggunakan dua

    jcnis penclitian, diantaranya adalah sebagai berikut :

    a. Penelitian kepustakaan (Librmy Research)

    Penelitian ini diarahkan untuk memperoleh landasan teori yang akan

    dipergunakan dalam analisis data. Metode ini digunakan untu mencari

    data teraktual yang bersifat teoritis dengan menggunakan buku-buku,

    maj al ah, karya-karya ilmiah, koran, artikel clan bahan pustaka lainnya

    yang berkaitan dengan materi pembahasan ini.

    b. Pendekatan Lapangan (Field Research)

    Menambah usaha yang dilakukan oleh penulis untuk mendapatkan data

    dengan cara turun langsung ketempat objek penelitian yaitu disekitar kec.

    Tanah Sareal, kola Bogor. Untuk melakukan wawancara, pemberian

    angket, clan lain-lain.

    2. Pendekatan Penelitian

    Di dalam penentuan variabel ini, penulis menggunakan variabel

    independent clan dependent, yang merupakan variabel independent (pengaruh)

    adalah ha! ikhwal tentang pembelian secara kredit pakaian, sedangkan

    variabel dependent (terpengaruh) adalah pola atau tingkah laku konsumsi ibu-

    ibu rumah tangga.

  • 7

    3. Sumber Data dan .Jcnis Data

    a. Sumbcr Data

    Yang menjadi bahan acuan (smnber) dalam penelitian 1111, penulis

    membaginya dalam dua katcgori yaitu :

    1) Data Primer, yang menjadi data primer adalah masyarakat sebagi

    responden yaitu ibu-ibu rumah tangga yang tinggal di kec. Tanah

    Sarcal, kola Bogor.

    2) Data Sekunder digunakan untuk mendukung data primer, dalam ha! ini

    penulis menggunakan data sekunder berupa clokumentasi yaitu hal-hal

    yang berkaitan dengan dokumen-dokmnen tentang pembelian secara

    kreclit.

    b. Jenis Data

    Di clalam penelitian ini metode yang digunakan adalah jenis penelitian

    cleslaiptif dengan tipe pendekatan studi kasus5 dan yang menjadi unit

    adalah masyarakat yang tinggal di kec. Tanah Sareal, kota Bogor.

    5 Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang tentang status objek penelitian yang berkembang dengan su~tu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personality (Maxfield, 1930) dan banyak dikerjakan untuk meneliti desa kota besar, sekelompok manusia droup out , tahanan-tahanan, pimpinan-pimpinan.dan sebaginya. Moh. Nazir, Metodologi Penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia, I 988, cet. ke-3, h.63,65-67

  • 8

    4. Tekhnik Pengambilan Sampel

    a. Populasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah mencakup warga masyarakat yang

    tinggal di Kacamatan Tanah Sareal, kota Bogor.

    b. Sampel

    SampeI pada penelitian ini adaiah ibu-ibu yang tinggaI di kawasan kec.

    Tanah SereaI, kota Bogor. Dipilihnya daerah ini karena daerah ini

    merupakan tempat tinggal penulis sehingga mempermudahkan penulis

    clalam menyelesaikan skripsi ini. Kee. Tanah Sareal terdiri dari 11

    keiurahan.6 Dan untuk memilih kelurahan yang dijaclikan sampel, penulis

    memilihnya dari jumlah pencluduk terbanyak, maka terpilihlah 3 kelurahan

    dari I I keiurahan. Yang pertama terpilih yaitu keiurahan Kebon Pecles

    karena memiliki jumlah penduduk terbanyak dengan jumiah penduduk

    20.398 jiwa, clan yang terbanyak kedua yaitu kelurahan Cibac!ak dengan

    jumiah penducluk 16.008 jiwa dan yang terakhir terpilih yaitu Kelurahan

    Geclung Waringin denganjumlah pencluduk 14.180 jiwa.

    6 Data Ini Didapat dari Bpk. Zaenal Abidin Sebagai Ket. RW, tanggal 2 Pebruari 2007.

  • 9

    c. Tekhnik Penarikan Sampel

    Tekhnik penarikan sampel yang dipakai adalah tekhnik sampling random,

    karena yang menjadi objek penelitian adalah tingkah laku ibu-ibu rumah

    tangga, juga karena tekhnik ini murah, cepat dan mudah, serta basil dari

    penelitian ini tidak untuk digenerasikan terhadap daerah lain, hanya

    berlaku untuk daerah penelitian saja.

    5. Tckhnik Pcngumpulan Data

    Teklmik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah

    sebagai berikut :

    a. Wawancara

    Wawancara dilalrnkan dengan cara tan ya j awab terhadap respond en

    ditujukan kepada ibu-ibu sebagai pembeli (konsumen). Wawancara

    dilakukan untuk melengkapi data yang telah didapat. Wawancara

    dilakukan dengan tidak bersturktur dan tidak ter!alu formal karena untuk

    menghindari kekakuan antara penulis dengan responden, dengan

    wawancara bersifat pribadi. Sedangkan alat peni,>umpul data (instrumen)

    yang dipakai adalah merujuk pada pedoman wawancara.

    b. Angket (kuesioner)

    Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

    memperoleh informasi dari responden.

  • 10

    I) Dipandang dari jawaban yang diberikan, kuesioner yang penulis

    gunakan adalah kuesioner langsung, yaitu responden menjawab

    tentang dirinya.

    2) Dipandang dari cara menjawabnya, angket atau kuesioner yang

    punulis gunakan adalah kuesioner tertutup yaitu yang sudah

    disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.

    3) Dipandang dari bentuknya, kuesioner yang penulis gunakan adalah

    kuesioner pilihan ganda dimana responden tinggal membubuhkan

    tanda silang (X) pada jawaban kolom yang ada.

    c. Studi Dokumentasi

    Tekhnik ini dipakai untuk melengkapi data primer yang merujuk pada

    buku-buku yang berkenaan dengan data primer juga majalah-majalah atau

    referensi lainnya yang dianggap relevan oleh penulis.

    Dan untuk lebih melengkapi data selain yamg disebutkan di atas

    penulis pun melengkapi data dengan alat pengumpul data bempa form

    dokumentasi dengan sumber data catatan resmi tertentu yang berkenaan

    dengan wilayah penelitian yaitu, Data potensi Kecamatan Tanah Sareal

    Kotamadya Bogor tahun 2007 dan Profil Kecamatan Tanah Sareal 2007.

    6. Tckhnik Pengolahan Data

    Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini akan diolah

    diklasifikasikan berdasarkan katagori tertentu sesuai dengan data yang didapat

    dari pengamatan, diolah kembali dan dibuat sub-sub permasalahan yang

  • 11

    berdasarkan analisis variabel, serta dianalisa untuk mengungkapkan pokok

    masalah yang diteliti sehingga dapat diperoleh kesimpulan dengan tahapan-

    tahapan sebagai berikut :

    a Editing

    Semua yang didapat dari hasil pengamatan, wawancara dan studi

    dokumentasi terlebih dahulu diedit, yaitu data-data tersebut kesemuanya

    dipcriksa kembali, dibaca dan diperbaiki supaya ticlak terjacli kesalahan

    atau terclapatnya data yang masih meragukan.

    a Tabulasi Data

    Untuk mendapatkan data yang lebih valid malca cliadakan wawancara

    terhaclap 15 responden ibu-ibu rumah tangga yang cliamati, serta

    pemberian angket kepada 60 responden yang terbagi clalam 3 kelurahan.

    Dan hasil clari wawancara dan pemberian angket clipaclukan clengan

    membuat label frekuensi relatif untuk setiap kategori dengan langsung

    dibuat persentase, sehingga akan langsung cliketahui jumlahnya (sesuai

    proporsi jawaban dan jumlah sampel).

    7. Tekhnik Penulisan Laporan

    Seclangkan metode penulisan merujuk pacla buku "pecloman penulisan

    skripsi, tesis clan clisertasi UIN SYARlF HIDAYATULLAH JAKARTA,

    Logos : UIN Jakarta Press, tahun 2007".

  • 12

    8. Kerangka Teori

    Penelitian ini dilandasi dari informasi kepustakaan, Al-quran clan Hadis.

    Yang dapat kita rasakan, ketika seorang konsumen muslim yang beriman clan

    bertaqwa mendapatkan penghasilan rutinnya, baik mingguan, bulanan, atau

    tahunan, dia tidak berpikir pendapatan yang diraihnya itu dihabiskan semua

    untuk dirinya sendiri. Namun, yang menalgubkan karena keimanan clan

    ketaqwaannya itu, dalam kondisinya sebagai makhluk yang hanya sepintas

    melanglang dibahtera dunia yang fana ini, clan atas kesadarannya bahwa dia

    hidup semata untuk mencapai ridho Allah, dia berfikir sinergis. Harta yang

    dihasilkan setiap bulan itu sebagian dimanfaatkan untuk kebutuhan individual

    clan keluarga, clan sebagiannya lagi dibelanjakan di jalan Allah (jisabilillah),

    atau kita sebut saja penyaluran sosial.

    Kemudian, yang tidak kita dapatkan pada kajian perilaku konsumsi dalam

    perspektif ilmu ekonomi konvensional adalah kehadiran saluran penyeimbang

    dari saluran kebutuhan individual yang disebut dengan saluran konsumsi

    sosial. Saluran ini hanya ada dalam ekonomi Islam. a!-Quran bernlang kali

    mengajarkan umat Islam agar menyalurkan sebagian hmtanya dalam bentuk

    zakat, shadaqah clan infaq. Tak lain dari muatan ajaran tersebut bahwa pada

    sesunggugnya umat Islan1 mernpakan mata rantai yang kokoh bagi umat Islam

    yang lainya.

    Seorang konsumen muslim akan mengalokasikan penclapatanya untuk

    memenuhi kebutuhan cluniawi clan ukhrawinya. Setelah dia mendapatkan

  • 13

    dalam jumlah tertentu, dia zakati haiianya terlebih dahulu. Dari sini kita mulai

    melihat muara keunikan perilaku konsumen muslim. Setelah kewajiban zakat

    ditunaikan sebesar 2,5 % dari uang yang dihasilkan secara halal, kemudian

    dipenuhi pos-pos konsumsi mulai dari barang, jasa hingga sedeqah. 7

    9. Variabcl Pcnelitian

    1.Pendidikan (X1)

    2. Penghasilan (X2)

    7 Ibid.

    Memperhatikan mereknya (Y1)

    Membeli barang yang tidak direncanakan (Y 2)

    Memperhatikan keaslian barai1g (Y 3)

    Mempertimbangkan harganya (Y4)

    Memperhatikan mereknya (Y1)

    Membeli barang yang tidak direncanakan (Y 2)

    Memperhatikan keaslian barang (Y 3)

    Mempe1iimbangkai1 harganya (Y,i)

  • JO. lndilrntor d:m Opcrasional Variabcl.

    a. Variabel X

    14

    I) X 1 pendidikan terakhir respond en, indikatornya adalah Tidak Sekolah,

    SD/MI, SLTP/MTS, SLTA/M.Aliah, Dip! 1,2&3, Smjana.

    2) X2 penghasilan responden, indikatornya < Rp.250.000, Rp 250.000-Rp

    500.000, Rp 500.000-Rp 1.000.000, Rp 1.000.000-Rp 2.500.000, Rp

    2.500.000-Rp 5.000.000111, > Rp 5.000.000.

    b. V ariabd Y

    I) Y 1 (Memperhatikan mereknya, indikatornya yaitu Y a/Tidak)

    2) Y 2 (Membeli barang yang tidak direncanakan, indikatornya yaitu

    Ya/Tidak)

    3) Y 3 (Mcmperhatikan kcaslian barang, indikatornya yaitu Ya/Ticlak)

    4) Y4 (Mempertimbangkan harganya, inclikatornya yaitu Ya/Tidak)

    11. Hipotcsa

    Hipotesa merupakan pernyatam1 yang cliterima secara sementara sebagai

    suatu kebenaraan sebagaimana aclanya pacla saat fenomena clikenal clan

    merupakan clasar ke1ja serta panduan dalam ve1tifikasi. Hipotesa bisa saja

    benar clan bisa saja salah, hipotesa ini akan diuji oleh penulis sencliri sehingga

    akan cliclapat kesimpulan apakah hipotesa tersebut clapat cliterima atau ditolak.

    Berclasarkan pcrrnasalahan yang diangkat pada penelitian ini.

  • 15

    a. Hipotesa Tingkat Pendidikan Responden ( X1) Terhadap Yi, Y2, Y3,

    Y4

    Hipotesa ke1ja (Hk): Pendidikan berpengaruh terhadap memperhatikan

    rncrcknya pada saal mcmbeli sualu barang

    l lipolcsa nihil (I lo): l'cndidilrnn tidak bcrpcngaruh tcrhadap

    memperhatikan mereknya pada saat membeli

    suatu barang

    Hipotesa ke1ja (Hk): Pendidikan berpengaruh terhadap membeli

    barang yang tidak direncanakan pada saat

    mcmbeli suatu barang

    Hipotesa nihil (Ho): Pendidikan tidak berpengaruh terhadap membeli

    barang yang tidak direncanakan pada saat

    membeli suatu barang

    Hipotesa ke1ja (Hk): Pendidikan berpengaruh terhadap

    memperhatikan keaslian barang pada saat

    membeli suatu barang

    I-Iipotesa nihil (Ho): Pendidikan tidak berpengaruh terhadap

    memperhatikan keaslian barang pada saat

    membeli suatu barang

    Hipotesa ke1ja (Hk): Pendidikan berpengaruh terhadap

    mempe1timbangkan harganya pada saat

    membeli suatu barang

  • 16

    Hipotesa nihil (Ho): Pendidikan tidak berpengaruh terhadap

    mempertimbangkan harganya pada saat

    membeli suatu barang

    b. Hipotesa Tingkat Penghasilan Responden (X2) Terhadap Yi, Y2, Y3,

    Y4

    Hipotesa kerja (Hk): Penghasilan berpengaruh terhadap

    memperhatikan mereknya pada saat membeli

    suatu barang

    Hipotesa nihil (Ho): Penghasilan tidak berpengaruh terhadap

    memperhatikan mereknya pada saat membeli

    suatu barang

    Hipotesa kerja (Hk): Penghasilan berpengaruh terhadap membeli

    barang yang tidak direncanakan pada saat

    membeli suatu barang

    Hipotesa nihil (Ho): Penghasilan tidak berpengaruh terhadap

    membeli barang yang tidak direncanakan pada

    saat membeli suatu barang

    I lipolcsa kc1ja (Hk): Penghasilan berpengaruh terhadap

    memperhatikan keasl ian barang pada saat

    membeli suatu barang

  • 17

    Hipotesa nihil (Ho): Penghasilan tidak berpengaruh terhadap

    memperhatikan keaslian barang pada saat

    membeli suatu barang

    Hipotesa ke1ja (Hk): Penghasilan beqiengaruh terhadap

    mempertimbangkan harganya pada saat

    membeli suatu barang

    1-lipotesa nihil (I-Io): Penghasilan tidak berpengaruh terhadap

    mempertimbangkan harganya pada saat

    membeli suatu barang

    Penulis berkesimpulan bahwa, penelitian yang dilakukan oleh penulis

    dapat diterima dengan baik oleh responden, sehingga responden berkenan

    untuk membantu penulis dalam melakukan penelitian, dengan bersedianya

    responden untuk diwawancarai dan mengisi angket yang diberikan oleh

    penulis.

    F. Sistcmatika Pcnyusunan

    Adapun sistematika penyusunan dari skripsi ini terdiri dari 5 Bab, dengan

    perincian sebagai berikut :

    Bab I Pendahuluan, yang meliputi latar belakang, tujuan penelitian,

    pembatasan dan perumusan masalah, manfaat penelitian, kajian pustaka, kerangka

    teori, hipotesa, metode penelitian dan sistematika penyusunan.

  • 18

    Bab II Tinjauan Umum Tentang Pembelian Secara Kredit Menurut Hukum

    Islam dan Konvensional, yang meliputi pengertian pembelian secara kredit,

    prinsi p-prinsi p berhutang, mekanisme kredit konsumtif, dasar-dasar hukum

    pembelian secara kredit, tujuan pembelian secara kredit, dan permasalahan

    disekitar jual beli kredit.

    Bab III. Konsumsi Dalam Pandangan Islam dan Konvensional, yang meliputi

    pengertian konsumsi menurut Islam dam konvensional, teori perilaku konsumen,

    tujuan konsumsi dalam Islam, etika konsumsi dalam Islam, prinsip-prinsip

    konsumsi dalam Islam, pola konsumsi !bu rumah tangga, konsep teori tingkah

    laku konsumen.

    Bab IV Hasil Studi dan Analisa, meliputi karakteristik Kee. Tanah Sareal,

    pengaruh pelaksanaan pembelian secara kredit terhadap pola konsumsi ibu rumah

    tangga dan analisis data.

    Bab V. Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.

    Daftar Pustaka.

    Lampiran-lampiran.

  • BAB II

    TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBELIAN SECARA KREDIT DALAM

    PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DAN KONVENSIONAL

    A. Pengertian Jual Beli Kredit

    Jual beli secara bahasa ialab mengambil sesuatu dan memberikan sesuatu.

    Adapun pengertian secara istilah syari' at ialab menukar harta dengan barang yang

    bertujuan untuk menguasai dan memilikinya. Pada dasarnya jual beli adalah

    perdagangan yang dilakukan oleh sesama manusia dengan tujuan untuk

    rnemenuhi kebutuhan-kebutuhan yang mendesak antara sesama manusia dan

    tercapainya keinginan-keinginan serta maslahat-maslahat mereka1•

    Dalam istilah fiqh (bahasa) jual beli disebut dengan al-bai' (menjual) berarti

    mempertukarkan sesuatu dengan sesuatu. Ia merupakan sebuah nama yang

    mencakup pengertian terhadap kebalikannya yakni al-syira' (membeli).

    Demikianlah al-bai sering diterjemahkan dengan "jual beli''.2

    1. Manurut Hukum Islam

    Jual beli Taqsith (kredit), yaitu seseorang membeli barang tetientu untuk

    ta manfaatkan, kemudian ia bersepakat dengan penjual bahwa ia akan

    melunasi pembayaran dengan cara dicicil atau dikredit dalam jangka beberapa

    1 Isa bin Ibrahim ad duwaisy Syaikh, Jual Beli Yang Dibo/ehkan Dan Dilarang, Jakarta, Pustaka lbnu Katsir, h. 134.

    2 Ors. Mas'adi Ghufron A,M,Ag. Fiqh Muamalah Kontekstual Jakmia, PT. Raja Grafindo Persada, November 2002) cet-1.h. 169

  • 20

    waktu. Jual beli ini termasuk jual beli ditunda pembayarannya sampai batas

    waktu yang telah ditentukan. Para Ulama menyebutkan beberapa point

    penting yang berkenaan dengan jual beli ini, yaitu sebagai berikut :

    a. Dalam jual beli ini penjual tidak di perbolehkan membuat kesepakatan

    tertulis clidalam akad dengan pembeli bahwa ia berhak mendapat

    tambahan harga yang terpisah dari harga barang yang acla, dimana harga

    tambahan itu akan berkaitan erat dengan waktu pembayaran, baik

    tambahan harga itu sudah disepakati oleh kedua belah pihak ataupun

    tambahan itu ia kaitkan dengan aturan main jual beli saat ini yang

    mengharuskan tambahan harga.

    b. Apabila orang yang berhutang (pembeli) terlambat membayar cicilan dari

    waktu yang telah ditentukan, maka tidak boleh mengharuskannya untuk

    membayar tambahan dari hutang yang sudah ada baik dengan syari'at

    yang sudah ada ataupun tanpa syariat, karna ha! itu termasuk riba yang

    diharamkan.

    c. Penj ual tidak berhak menarik kepemilikan barang dari tangan pembeli

    setelah te1jadi jual beli, namun penjual di bolehkan memberi syarat kepada

    pembeli untuk menggadaikan barang kepadanya untuk menjamin haknya

    dalan1 melunasi cicilan-cicilan yang tertuncla.

    d. Boleh memberi tambahan harga pada barang yang pembayarannya ditunda

    dari barang yang dibayar secara langsung (cash). Demikian pula boleh

    meyebutkan harga barang jika dibayar kontan dan jika dibayar dengan

  • 21

    cara diangsur dalam waktu yang sudah diketahui. Dan tidak sah jual beli

    ini kecuali jika kedua belah pihak sudah memberi pilihan dengan memilih

    yang kontan atau kredit.

    e. Diharamkan bagi orang yang berhutang untuk menunda-nunda

    kewajibannya membayar cicilan, walaupun demikian syari'at tidak

    membolehkan si penjual untuk memberi syarat kepada pembeli agar

    membayar ganti rug1 jika ia terlambat menunaikan kewajiban

    (pembayaran hutang).3

    Terlihat dengan jelas bahwa sebenernya dalam hukum Islam jual-beli

    kredit ini dibolehkan dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku dan tidak

    boleh melanggar dari semua yang telah diharamkan Allah SWT . Dan dengan

    adanya penjelasan ini diharapkan masyarakat luas pada umumnya dan penulis

    pada khususnya dapat melakukan pembelian secara kredit yang sesuai dengan

    ajaran Islam.

    2. Menurut Konvensional

    Jual-Beli adalah suatu persetujuan antara si penjual dan si pembeli, si

    penjual berjanji akan menyerahkan sesuatu barang kepada si pembeli dengan

    harga yang telah ditetapkan oleh mereka, sedangkan si pembeli be1janji akan

    membayar harga barang tersebut kepada si penjual.4

    3 Isa bin Ibrahim ad duwaisy Syaikh, Jual Be/i Ya!.Jg Dibolehkan Dan Dilarang, h. 145.

    '1 M.H.Tirtarnidjaja, pokok-pokok hokum perniagaan, Jakmta, 1953,h.23.

  • 22

    Sedangkan kata kredit berasal dari bahasa yunani "credere" yang berarti

    kepercayaan a tau dalam bahasa latin "credit um " yaitu kepercayaan akan

    kebenaran5 atau "credo" artinya saya percaya6, atau dalam bahasa Belanda

    "koop of ajbetaling" dan dalan1 bahasa inggris "credit sale" yaitu perjanjian

    jual beli dengan angsuran atau cicilan.7 Kredit adalah penyerahan barang, jasa

    atau uang dari satu pihak atas dasar kepercayaan kepada pihak lain dengan

    janji membayar dari penerimaan kredit kepada pemberi krcclit pada tanggal

    yang telah disepakati kedua belah pihak. 8

    Ada beberapa pendapat berkenaan dengan arti kredit dibawah m1

    diantaranya :

    a. Kredit dalam arti ekonomi aclalah penundaan pembayaran dari prestasi

    yang cliberikan sekarang, baik dalam bentuk barang, uang, maupunjasa.9

    b. Rolling G Thomas, menekankan bahwa kepercayaan kredit atau

    pembelian !credit oleh kreditur itu, didasarkan kepada kemampuan debitur

    5 1'eguh Pudjo Muljono, Manajeuzen /:lerkreditan Bagi Bank Konvensional, Yogyakarta, BPFE, I 990, cet. ke-2, ed. 2. h. 9.

    " Hadiwijaya Ak, dan RA Rivai Sasmita, Ana/isis Kredit (Dilengkapi Telaah Kasus), Bandung, Pionir Jaya, 2000, h. 4.

    7 Kashadi, Permasa/ahan Dalam Pe1janjian Jual Be/i dengan angsuran dan Sewa Beli, Majalah Ilmiah, XXIX, 4, Oktober, 2000, h. I 59.

    'Prof. Dr. H. Veithzal Rivai, M. B. A, Credit Management Hand Book, Teori, konsep, produsen dan Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa Bankir dan Nasabah. PT Raja Grafindo Persada, Jakai1a 2006, Hal. 4.

    9 Thomas Suyatno, Dasar-dasar Perkreditan, Jakarta, Pt Gramedia Pustaka Utama, I 994, ed. 4. h, 13.

  • 159.

    23

    dalam hal mengembangkan pinjaman berikut bunganya, dan tentu menurut

    estimasi analisis kredit. 10

    c. Amir R. Batubara, mengemukakan kredit itu te1jadi, bila ada tenggang

    waktu antara pemberian kredit itu sendiri oleh kreditur, dengan saat

    pembayaran yang dilakukan oleh debitur. 11

    d. Menurut keputusan mentri perdagangan dan koperasi No. 36/KP/IV80

    Tanggal I februari 1980 tentang perjanjian kegiatan usaha sewa beli (

    Hirepurchase), jual beli dengan angsuran dan sewa (Renting), bahwa yang

    dimaksud jual beli angsuran adalah jual beli barang yang dilakukan

    pcnjual dcngan mclaksanakan penjualan barang dengan earn menerima

    pelunasan pembayaran yang dilakukan oleh pembeli dengan beberapa kali

    angsuran atas harga barang yang telah disepakati bersama dan yang diikat

    dalam suatu pe1janjian, serta hak milik atas barang tersebut beralih dari

    penjual kepada pembeli pada saat barangnya diserahkan oleh penjual

    kepada pembeli. 12

    '° Hadiwijaya, Ra Rivai Sasmita, Analisis Kredit (Dilengkapi Telaah Kasus) , h. 6. II Ibid. h. 7.

    12 Kashadi, Permasalahan Dalam Perjanjian Jual Beli dengan angsuran dan Sewa Beli, h.

  • 24

    e. Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau

    mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayaran akan

    dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati. 13

    Dari beberapa pengertian diatas ( dari segi bahasa clan istilah), bahwa jual

    beli (persetujuan jual beli), kredit atau sewa adalah kesepakatan yang terjadi

    antara penjual dengan pembeli di dalam transaksi, baik berupa barang, uang

    maupun j asa, clengan aclanya penunclaan pembayaran, clengan waktu yang

    telah clisepakati, dengan harga yang disepakati, dengan adanya kepercayaan

    antara kedua belah pihak dan tenggang waktu yang telah clisepakati. Dan

    untuk pinjaman disertakan bunga, yang diikat dalam suatu perjanjian yang

    dibuat antara penjual dan pembeli.

    B. Prinsip-prinsip Berhutang

    Bila menganalisis berbagai perintah agama Islam clengan seksama maka

    dengan mudah kita clapat memperoleh empat prinsip yang bertalian dengan kredit

    konsumtif cliantaranya adalah :

    1. Prinsip Kemurnian

    Prinsip kemurnian timbul dari kenyataan bahwa mengambil suatu kredit

    tanpa suatu sebab yang shohih, ditolak oleh Nabi yang diriwayatkan

    berusahalah berlindung dari utang maupun dosa. Aisyah berkata "Rasulullah

    13 ~feguh Pudjo muljono, Manajen1en Perkreditan Bagi Bank Konvensional, h. 122.

  • 25

    SAW bisa berdoa dengan mengucapkan kata-kata 'Ya Allah aku berlindung

    pada-Mu dari dosa dan berhutang' seseorang bertanya padanya", Ya

    Rasulullah mengapa engkau begitu sering berlindung dari berhutang ?

    ')awabannya" bila orang berhutang , dia berdusta, berbohong dan be1janji

    tetap memungkiri janjinya." (Bukhari) 14

    2. Prinsip Perjanjian

    Yaitu prinsip perjanjian yang bersumber pada ayat Al-quran "Apabila

    kamu berhutang piutang satu sanm lain untuk waktu tertentu, hendaklah kanm

    menuliskannya ....... Hendaklah orang yang berhutang itu mengingatkannya"

    (surat Al-baqarah, 2:282), ini berarti bahwa setiap tindakan transaksi utang

    piutang harus jelas tertulis. 15 Sesungguhnya utang piutang merupakan bentuk

    muamalah yang bercorak ta 'awun (pertolongan) kepada pihak lain untuk

    memenuhi kebutuhannya. 16 Maksud pe1janjian terse.but adalah untuk

    menghapuskan keraguan-keraguan, prinsip ini berlaku pula untuk pinjaman

    konsumtif.

    14 Isa bin Ibrahim ad duwaisy Syaikh, Jua/ Beli Yang Dibolehkan Dan Dilarang, h. 147.

    15 Prof. M. Abdul Mannan. M. A. Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Jakarta, PT Dana Bhakti Wakap, h. 216. -

    16 Drs. Mas'adi Ghufron A, M.Ag, Fiqh Muamalah Kontekstual, Jakaita, h. 169.

  • 26

    3. Prinsip Pembayaran

    Adalah membesarkan hati untuk mencatat bahwa Islam selalu

    mempertahankan keseimbangan antara kecendrungan yang berlawanan.

    Sekalipun kreditur telah diarahkan agar mencegah setiap ketidak adilan yang

    akan dilakukan terhadap orang yang berhutang. Orang yang berhutang juga

    telah diarahkan untuk melakukan setiap usaha yang tulus untuk membayar

    kembali hutangnya. Diriwayatkan dengan bersumber pada Abu Hurairah

    bahwa Nabi SAW berkata "Barang siapa berlmtang, dengan maksud akan

    membayarnya kembali, Allah akan membayarnya atas namanya dan barang

    siapa berhutang dengan maksud hendak memboroskannya, Allah akan

    hancurkan hidupnya. (Bukhari).

    Dalam Islam membayar kembali suatu pmJaman merupakan ha! yang

    sangat penting. Selamat meriwayatkan usungan zenajah dibawa kepada Nabi

    SAW. Agar nabi menyembahyangkan zenajah tersebut". Beliau bertanya

    "Adakah ia berhutang ? " mereka menjawab "tidak" dan beliau pun

    menyembahyangkannya. Suatu usungan zenajah lainnya dibawa kepada

    beliau, dan beliau bertanya " Apakah ia berhutang ? " jawab mereka "ya",

    beliau berkata, 'sembahyangkanlah sahabatku'. Abu Qatadah berkata saya

    akan membayar hutangnya, ya Rasulullah maka beliau pun

    menyembahyangkannya

  • 27

    Sebenarnya Islam tidak membenarkan menunda pembayaran utang tanpa

    alasan yang dapat diterima. Abu Hurairah meriwayatkan: Rasulullah berkata

    "Tidaklah adil bila seseorang yang mampu menangguhkan pembayaran

    hutangnya" (Bukhari). Bahkan ada riwayat mereka berkata" penundaan utang

    oleh seseorang yang sanggup membayarnya sama dengan menjatuhkan

    hukuman, dan kehormatan diri sendiri". (Bukhari). Tetapi Negara sejahtera

    Islam diharapkan mengetahui keluarga yang tiada terurus, maupun membayar

    utang yang tidak tebayar. Ini be1ialian dengan riwayat yang disampaikan Abu

    Hurairah, bahwa Nabi SAW berkata: "Barang siapa meninggalkan haiia

    benda, ini adalah untuk para ahli warisnya, dan barang siapa meninggalkan

    beban, ini akan menjadi tanggungan kita". 17

    4. Prinsip Bantuan

    Adalah prinsip bantuan yang berasal dari kitab suc:i Al-quran maupun

    sunnah. Prinsip mengenai bantuan ini hams dipahami clalam arti yang luas. Di

    pandang secara positif, semua jenis kredit dalatn Islam adalah bebas bunga

    "Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba" (QS. Al-baqarah

    2:275). Karena riba adalah anti sosial dan hal itu benar-benar merupakan

    pengisapan atas kebutuhan sesama saudara. Itulah sebabnya tercantum dalam

    kitab suci Al-quran. "Allah menghapus berkat riba dan menambah berkat

    sedekah' (QS. Al-baqarah 2:276).

    . 17 Isa bin Ibrahim ad duwaisy Syaikb, Ju a/ Be/i Yang Dibo/ehkan Dan Dilarang, h. I 49.

  • 28

    Dalam Islam kredit hams bersifat pemberian bantuan dan bukan

    merupakan transaksi komersial. Dalam suatu negara Islam ada anggapan

    bahwa kredit konsumtif semata-mata alcan diambil untuk membiayai

    kebutuhan sesungguhnya, karena itu bila si peminjam benar-benar dalarn

    kesulitan, pelunasan dapat ditunda, bal1kan dalam keadaan luar biasa

    pengurangan utang dianjurkan .18

    C. Mekanismc Kredit Konsumtif

    Mekanisme untuk kredit konsumsi dalam suatu negara Islam merupakan

    bagian yang lcbih sulit dari pembahasan-pembahasan scbelumnya, karena prinsip

    akan tetap saja menjadi prinsip bila tidak dite1jemahkan kedalam tindakan, prinsip

    ini dibuat untuk dapat dilaksanakan.

    Pada kenyataannya adalah mekanisme yang mungkin dapat digunakan di

    suatu negeri, mungkin tidak dapat digunakan di negeri lain. Karena jenis

    mekanisme yang cocok pada suatu negeri khusus tergantung pada jenis

    perkembangan yang telah dicapai negeri tersebut. Satu-satunya syarat ialah

    mekanisme pelaksanaan prinsip tidak boleh bertentangan dengan perintah yang

    dinyatakan atau tersirat dalam Al-quran dan Sunnah. Penulis merasa dalam

    kerangka ini negara Islam dapat menerima satu diantara tiga atau ketiga cara yang

    berhubungan dengan penanganan berbagai aspek kredit konsumtifberikut ini:

    18 Prof. M. Abdul mannan. M. A, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, h. 218.

  • 29

    a. Mclalui penciptaan suatu jaringan kopcrasi konsumen dibawah perlindungan

    negara.

    b. Melalui Bank Islam.

    c. Melalui pembentukan dana I.credit konsumtif oleh pemerintah.

    D. Dasar Hukum Pembelian Secara Kredit

    1. Mcnurut Hukum Islam

    a. Al-Qur'an

    Artinya:

    0 ' ' /

    ('

  • 30

    A1tinya: " ... Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang

    lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) ... "(QS: Al-Baqarah : 2:283)

    Dari empat bunyi ayat diatas, maka ada beberapa aspek hukum yang

    dapat disimpulkan sebagai berikut :

    1. Dalam ayat di atas (2;275) Allah menghalalkan jual beli dan

    mengharamkan riba dalam bentuk apapun, karena dalam jual beli kedua

    belah pihak (penjual dan pembeli) sama-sama diuntungkan, tetapi dalam

    riba yang memiliki hutang di zholimi Gadi, ada pihak yang diuntungkan

    dan yang dirugikan)

    2. Yang memberi hutang (kreditur), hams memberi kesempatan atau tempo

    lagi terhadap debitur, jika pada waktu yang desepakati debitur/peminjam

    tidak dapat melunasi atau menepati janjinya untuk membayar

    pinjamannya, dan tentunya debitur tersebut benar-benar tidak mampu

    untuk membayar atau melunasi hutangnya. Dan lebih baik lagi bila

    hutang debitur dibebaskan dan dijadikan zakat wajib atau sebagai

    shadaqah tathawuu' (2:280). 19

    3. Pada ayat selanjutnya (2:282), terkandung makna apabila mengadakan

    utang piutang hendaknya ditulis (dibuat surat pe~ianjian), tidak hanya

    didasarkan atas kepercayaan antara kreditur dan debitur saja. Se1ta

    19 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta, Pustaka Panji Mas, 1996, Juz 3,cet. ke-1,h. 74.

  • h. 15

    31

    dalam penulisannya harus jelas tertulis jumlah pinjaman (harga), waktu,

    kalau ada jaminan diBebulkan dan scbagainya.20

    4. Penggalan ayat ini (2:283) adalah merupakan penggalan ayat

    sebelumnya, yaitu apabila mengadakan perjanjian hutang piutang dan

    tidak ada penulis (orang ketiga), karna terburu-buru atau alasan lainnya,

    maka si debitur memberikan jaminan dan pada waktu yang disepakati

    akan dibayar, selama tenggang waktu tersebut, debitur dan kreditur

    harus menjaga an1anah masing-masing, debitur hams melunasi hutang

    dan kreditur hams benar-benar menjaga jaminan yang diberikan

    clebitur21

    b. Hadis

    J...v :J~ ~ ~I ~I i.£1 J.=- i . if ~I jl e_l.J J.I ~ ~.J ,f

    22( (l:l-1 ~J) }.I •l.J.J) .J.Jfa.' c;: LP:,·~ J":' JI A1tinya:

    "Dari Rifa 'ah r.a (katanya): sesungguhnya Nabi Muhammad SAW pernah ditanya, manakah usaha yang paling baik? Beliau menjawab: ialah amal usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan semua jual beli yang bersih." (HR. Al-Bazzar, clan clinilai shahih oleh Al-Hakim).

    20 Ibid., h. 81.

    21 Ibid., h. 85

    n . - Abu Bakar Muhammad Te1jemaha11 Sabulussalam III, Surabaya: Al-lkhlas. 1995, cet.ke I,

  • 32

    ' ' . 4!l I J>-~1 i . if 4!l I J_,....., .J J ~ j W-.. J. j l..:.v 0"' ~ ) J. ~ \kv

  • 33

    3. Dan pada hadis terakhir Abu Daud bahwa dibolehkannya jual beli

    kredit yang ada tambahan harga ('inah/5

    Dari beberapa landasan hukum diatas baik dari Al-qur'an dan Hadis,

    dijelaskan bahwa Islam membolehkan jual beli ktredit bahkan menganjurkan

    karena untuk menolong orang yang lemah perekonomiaimya dan membantu

    sesama muslim yang kesulitan dan juga akai1 mendatangkai1 pahala seperti

    sabda Nabi SAW yang artinya: l3ahwa jual bcli krcdit adalah salah satu dari

    perbuatan yang diberkahi Allah (HR. Ibnu Majah), tetapi jangan dilupakan

    hal-hal yang dibolehkan dalam bertransaksi dan tidak dibolehlcan dai1

    hendaklah tidak saling mendzhalimi (latadzlimuna wala tudzlamun).26

    Sedangkan jual beli kredit yang dibolehkai1 dalam Islam adalah sebagai

    berikut:

    I . Jual beli dengan diangsur atau dalam perbankan Islam dinamai BBA (Bai'

    Bitsaman 'Ajil.).

    2. Bai' al- Murabahah adalah prinsip jual beli dimana harga jualnya terdiri dai·i

    harga pokok barang ditambah nilai keuntungan (ribhun) yang disepakati. Pada

    murabahah, penyerahan barang dilakukan pada saat transaksi sementara

    pembayaran dapat dilakukan secara tunai, tangguh maupun dicicil. Jual beli

    25 Pengertian 'inah dai dalam Subulissalam Ill adalah menjual sesuatu kepada seseorang dengan harga tertentu secara kredit, setelah barang itu diserahkan kepada pembeli lalu dibelinya lagi dengan harga yang lebih murah ari sebelumnya. Ibid., h. 82._

    26 Isa bin Ibrahim ad duwaisy Syaikh, Jua/ Beli Yang Dibolehkan Dan Dilarang, h. 148.

  • 34

    kredit dengan ticlak ada tambahan, tetapi kemungkinan jual beli kreclit seperti

    ini sangat jarang acla di masyarakat kita, kebanyakan jual beli kreclit yang

    terjadi di masyarakat penjual mengambil keuntungan yang lebih clari jual beli

    dengan tunai, dan ajaran Islam membolehkan ha! ini clengan ketentuan ticlak

    menganiyaya pembeli clengan melambungkan barga setinggi-tingginya,

    disesuaikan clengan kesepakatan antara penjual clan pembeli serta sesuai

    clengan proporsinya.27

    2. Mennrut hukum konvensional

    Jual beli menurut hukum konvensional cliatur clalam buku III KUHD

    tentang perikatan, yang terdiri clari 19 bab clan terbagi pacla clua macam

    ketentuan yaitu, perikatan dalam pengertian umum yang terclapat clalam bab I-

    IV clan perjanjian khusus yang terdapat pacla bab V-XIX, seclangkan untuk

    peraturan jual beli secara khusus terclapat pacla perjanjian khusus bab V clan

    terclapat pada pasal 1457-1540 KUHD.

    Dalam jual beli terclapat beberapa persoalan yaitu:

    a. l-Juurkop aclalah suatu perjanjian jual beli clengan cara mencicil clan barang

    cliserahkan oleh penjual kepada pembeli tetapi hak milik ( eigenclom) barn

    berpinclah clari penjual kepacla pembeli apabila angsuran terakhir Ii.mas.

    27 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Perbankan Syariah, Jakarta, Zikrul Hakim, Juli 2003, cet, ke-1. h. 39

  • 35

    b. Koop of ajbeta/ing adalah suatu perjanjian jual beli dengan cara mencicil

    dan barang diserahkan oleh penjual kepada pembeli dengan dibayarnya

    angsuran cicilan pertama. 28

    Dari penjelasan di atas, maka jual beli merupakan bagian dari perjanjian

    antara 2 orang atau lebih untuk melakukan sesuatu, sedangkan dalam huurkop

    dan koop of ajbetaling penulis menafsirkan ha! tersebut berkaitan dengan jual

    beli laedit, dan bentuk dari huurkop penulis menyamakannya dengan membeli

    motor dengan cara dicicil, dimana BPKB atau surat-suratnya belum dimiliki

    oleh pembeli. Sedangkan koop of ajbeta/ing tentang jual beli system kredit ha!

    ini banyak dilakukan oleh masyarakat misalnya dalam menglaedit pakaian

    atau alat-alat rumah tanga.

    Berkaitan dengan hal jual beli kredit pemerintah telah mengeluarkan

    keputusan Mentri Perdagangan dan Koperasi No.34/KP/II/80 tanggal 1

    februaril 980 tentang perijinan kegiatan usaha sewa beli (Hire Purchase), jual

    beli dengan angsuran dan seawa (renting).

    Maka secara tidak langsung transaksi jual beli kredit ini memiliki status

    hukum yang lrnat dan jelas sehingga akan memudahkan bagi pihak penjual

    dan pembeli apabila ada permasalahan yang terjadi dintara keduanya dalam

    bertransaksi secara kredit.

    28 Marhainis abdul Hay, Hukum Perdata Material, Jakmta, Pradnya Paramita, 1984, jilid JI, cet.ke-1, h. 84.

  • 36

    E. Tujuan Pembelian Secara Kredit

    1. Menurut Hukum Islam

    Didalam skripsi Nurhidayat yang berjudul Pengaruh Jual Beli Kredit

    Terhadap Pola Konsumsi !bu Rumah Tangga, Jurusan Muamalat Program

    Studi Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah, tahun 2003, dikemukakan

    bahwa tujuan dari adanya jual beli secara kredit adalah untuk menjaga

    keseimbangan antara orang kaya dan orang yang kurang mampu atau tidak

    mampu dan dapat membantu golongan yang lemah, jadi dengan penawaran

    dua harga atas satu barang, diharapkan dapat membantu golongan lemah

    didalam memiliki suatu barang dan bisa memilih cara yang lebih mndah

    sebagaimana sabda nabi SAW:

    ' ' ' ') rL-11 \_,;-\ rL-11 JI:; r1--"-' ~ .DI\ ~ .DI\ ~~.) 01 J. .DI\ ¥ Lt'

    ~Lt' r! LfJ G.;-b- c} .1101< ~ ~\,... c} 01< Lr-'~.'::}_, Wia:.

    n (\$)~· ·~.J) :i,..\;tll i~ .11 ._;..,, ~ _;..,, lf.J t.l;tl\ i~. 0~) iY ~) Artinya:

    "Dari Abdillah bin Umar r.a Rasulullah SAW bersabda; " Orang -orang Islam itu saudara orang Islam ia tidak menganiaya dan tidak pula membiarkan teraniaya siapa yang menolong keperluan saudaranya, Allah akan menolong keperluannya pula. Siapa yang menghilangkan kesusahan orang islam Allah akan menghilangkan kesusahannya dari hari kiamat. Siapa yang menutup rahasia orang islam, Allah akan menutup rahasianya di hari kiamat nanti. " (HR. Bukhari)

    29 Zaenudin Hamidy, Te1jemah Hadis Shahih Bukhari I-IV, Jakarta, Widjaja, 1992, ed. l(husus, cet ke- l 3.

  • 37

    Maksud dari tujuan jual beli menurut hukum Islam adalah sebagai

    pemberian kesempatan atau kemudahan bagi seseorang yang sangat

    membutuhkan sesuatu barang sementara ia tidak memiliki uang untuk

    membayarnya secara tunai, maka dipakailah cara kredit untuk bisa memiliki

    barang tersebut. Dalam hal ini ajaran Islam sangat menganjurkan karena

    sebagai wujud nyata dari rasa kepedulian atas kesulitan orang lain serta dalam

    rangka tolong-menolong (tabarru).

    2. Menurut Konvensional

    Tujuan jual beli kredit menurut konvensional adalah :

    a. untuk melancarkan peredaran barang dalam rangka tukar menukar karena

    membayar dengan cara tunai tidak terjual, dikarenakan daya beli

    konsumen yang lemah, maka diharapkan akan te1jual dengan cara kredit,

    sehingga roda perekonomian akan be1jalan lancara.

    b. Untuk memudahkan pegawai yang memiliki penghasilan sedikit atau

    masyarakat yang berpenghasilan rendah di dalam memperoleh barang

    yang sedikit mahal seperti; rumah, kendaraan dan lain-lain.

    c. Profitability, untuk memperoleh hasil dari kredit berupa keuntungan dari

    bunga.

  • 38

    d. Safety (keamanan) dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-

    benar tercapai tan pa hambatan. 30

    F. Permasalahan Disekitar Pembelian Secara Kredit Menurut Hukum Islam

    Setiap manusia yang melakukan akad tidak perlu memakai cara tertentu di

    dalam istilah muamalah, dan tidak diharamkan mengadakan istilah sendiri yang

    berlainan dengan istilah orang Jain, selama apa yang diistilahkan oleh yang

    melakukan akad dapat menunjukan maksudnya, sesuai dengan kaidah fiqh:

    Artinya: "Bahwa hukum yang pokok dari segala sesuatu adalah boleh, sehingga terdapal dalil yang mengharamkannya. "31

    Jual-beli dengan sistem kredit merupakan salah satu bentuk perekonomian

    yang semakin berkembang pada zaman sekarang. Perkembangan sistem kredit ini

    tak terbatas pada barang yang bernilai rendah saja, tetapi sudah meluas pada

    barang yang bernilai tinggi. Tidak terbatas pada sesuatu yang tidak bergerak,

    bahkan yang bergerakpun sudah banyak yang dilakukan dengan sistem kredit.

    Bagi pedagang muslim, dalam menjual barang harus dengan senang hati,

    ikhlas dan memberikan kesan yang baik terhadap pembeli. Begitu pula seorang

    muslim yang membeli barang tidak membuat kesal si penjual, usahakanlah

    30 Muchdarsah sinungan, Kredit (Se/uk Beluk dan Teknik Pengolahan), Jakarta, Yagrat, 1980, cet. Ke-2, h. I

    " Abu! Mujib, Kaidah Ushul Fiqh, Semarang, Kalam Mulia, 1996, cet. ke-3, h. 25.

  • 39

    te1jadinya transaksi yang harmonis, suka sama suka, tidak bersihtegang dengan

    penjual.32

    I. Pcnambahan Harga dalam Jual-beli Kredit Menmrut Para Fuqaha

    Adapun barang yang dijual dengan sistem kredit, lazimnya lebih tinggi

    harganya dibandingkan dengan harga kontan, kelebihan disini oleh lamanya

    jangka pembayaran yang dikhendaki penjual dan pembeli.

    Riba Menurut Pengertian bahasa berati tambahan (az-ziyadah),

    berkembang (an-numinv), meningkat (al-irtifa ') dan membesar (al- 'uluw).33

    Seluruh Fugaha sepakat bahwasanya hukum riba adalah haram berdasarkan

    keterangan yang sangat jelas dalan1 Al-quran dan Al-hadis. Pernyataan Al-

    guran tentang larangan riba terdapat pada surat al-Bagarah ayat 275, 276, 278,

    279 dan terdapat juga dalam surat Ali-imran ayat 130, surat An-nisa ayat 161

    dan surat Ar-rumm ayat 3934

    Diantara fugaha terdapat perbedaan pendapat dalam masalah penambahan

    harga dalam ziyadah Qordh. (tambahan harga dalam utang piutang) dan

    ziyadah al-Buyu' (tambahan harga dalam jual beli), diantaranya:

    32 Bukhari Alma, Ajaran Islam dalam Bisnis, Bandumg, Alfabeta, 1993, cet. ke-1, h. 2.

    "Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta, Ekonisia, November 2003, ed. ll, h. 10. -

    34 Ors. Gufron Mas'adi,M.Ag, Fiqih Muamalah Kontekstual, h. 151

  • 40

    a. Ziyadah Qordh (tambahan harga dalam utang piutang)

    Secara bahasa al-qardh berarti al-qothi' (terputus). Harta yang

    dihutangkan kepada pihak lain dinan1akan qordh karena ia terputus dari

    pemililmya. Akad utang piutang tidak boleh dikaitkan dengan suatu

    persyaratan di luar utang piutang itu sendiri yang menguntungkan pihak

    muqridh (pihak yang menghutangi). Misalnya persyaratan memberikan

    keuntungan (manfaat) apa pun bentuknya atau tambahan, fuqaha sepakat

    yang demikian itu haram hukumnya.

    Pada zaman jahiliah yang dinamakan riba adalah bila pada suatu

    ketika seseorang memberikan pinjaman untuk suatu jangka waktu tertentu

    dan bila periode itu telah habis, si pemberi utang bertanya kepada yang

    berhutang, apakah ia mengembalikan hutangnya atau menaikkan

    jumlahnya. Jika ia membayarnya akan diterima, kalau tidak maka jumlah

    utang itu akan dinaikkan dan ia diberi perpanjangan waktu. Demikianlah

    menurut Imam Malik. Sedangkan menurut Imam Razi, rakyat zaman

    jahiliah, biasa meminjamkan uang mereka dan memperoleh riba setiap

    bulannya tanpa mempengaruhi jumlah uang yang dipinjamkan. Bilamana

    waktu pelunasan tiba, dimintakan jumlah pokok yang dipinjamkan dan

    j ika yang berhutang tidak mampu mengembalikarmya, si pemberi utang

    menaikan jumlah pinjaman untuk keuntungan sendiri dan memberikan

  • 41

    perpanjangan waktu. Demikianlah cara orang arab Pada zaman jahiliah

    melakukan transaksi kegiatan utang piutang.35

    b. Ziyadah al-Buyu' (tambahan harga dalamjual beli)

    Fuqaha Malikiah membedakan utang piutang yang bersumber dari jual

    beli clan utang piutang ansih (a/-qordh). Dalarn ha! utang yang bersumber

    clari jual beli, penambahan pembayaran yang ticlak clipersyaratkan adalah

    boleh. Seclangkan dalam ha! utang piutang ansih (al-qordh) penan1bahan

    pembayaran yang tidak clipersyaratkan clan ticlak clijanjiakan karena telah

    menj acli aclat kebiasaan dimasyarakat, hukumnya aclalah haram. 36 Diantara

    Fuqaha terdapat perbedaan penclapat dalam masalah penambahan harga

    ini, diantaranya :

    I) Mazhab Hadawiyah, clari Zaidiyah, Zahm! Abiclin, Ali ibn Husain,

    clan sebagian ulama melarang mutlak (haram), alasan mereka

    aclalah " ... Dan menghararnkan riba ... "(surat Al-baqarah, 2:282).

    Menurut mereka ayat tersebut menunjukan keumuman haramnya

    setiap penambahan, kecuali acla dalil yang menunjukan

    kekhususam1Ya. Riba secara harfiah adalah tambahan, clan

    penambahan harga karena penunclaan waktu clari harga yang

    ditetapkan sekarang adalah tambahan tanpa ganti clalam akad, dan

    35 Prof.M. Abdul Manan, M.A., Ph.D, Teori dan Peraktek Ekonomi Islam, h. 119.

    36 Drs. Gufron Mas'adi,M.Ag, Fiqih Muamalah Kontekstual, h. 174.

  • 42

    merupakan riba. Oleh karena penambahan harga disebabkan

    adanya penundaan waktu, maka ia memiliki hukum sama dengan

    riba nasiah.

    2) Jumhur Ulama Membolehkan, mereka menggunakan dalil untuk

    merujuk pada Al-quran sural1 al-Baqaral1 275. Ayat ini

    mengandung keumuman halalnya semua jenis jual-beli, termasuk

    jual-beli barang dengan sistem kredit, penambahan harga yang

    disebabkan penangguhan waktu. Syari' at pun membolehkan segala

    jenis muamalah kecuali ada dalil yang melarang.37 Pada surat Al-

    baqarah 282 mengandtmg keumuman muamalah, termasuk jual-

    beli yang pembayarannya ditangguhkan hingga batas walctu yang

    ditentukan. Asy-Syaukani menerangkan bal1wa ulama Shafi 'i,

    Hanafiah, Zain bin Ali dan Jumhur Ulama berpendapat bahwa

    penambahan harga untuk pihalc penjual karena penangguhan

    adalail boleh. Hal ini karena penangguhan itu sendiri adalail

    harga.38

    Dan Pada umumnya segala bentuk jual-beli itu halal asalkan sesuai

    ajaran Islam, yang dilarang adala11 jual beli gharar, jual-beli yang

    37 M. abu Zahrah (terj.) Abdul Suhaili, Riba, Jakarta, teluk Betung, cet. ke-1, h. 61.

    38 As-Syaukuni, Nailul autar, Mesir:, syirkah Qathidin,jilid V, h. 153.

  • 43

    mengandung }aha/a (pemiskinan), Mukhabarah (spekulasi), dan Qama 'ar

    (permainan taruhan).

    Jual-beli boleh dilangsungkan dengan menggunakan harga waktu itu,

    dan boleh juga dengan harga yang ditangguhkan. Demikian pula

    pembayaran yang sebagian dibayar secara langsung, dan sebagian lainnya

    ditangguhkan jika ada kesepakatan sebelumnya di antara kedua belah

    pihak. Jika pembayaran ditangguhkan dan ada penambahan harga untuk

    pihak penjual karena penangguhan tersebut jual-beli menjadi sah,

    rnengingat penangguhan tersebut adalah harga.

    Mclihat kcnyataan clan kebiasaan dalarn rnasyarakat, ternyata jual-beli

    dalam sistem kredit adalah suatu kelaziman bahkan mungkin keharusan,

    atau dengan istilah lain, bahwa ha! demikian sudah menjadi kebutuhan

    primer, walau hanya dalam skala yang talc seberapa, sebab kegiatan jual-

    beli seperti ini baik penjual maupun pembeli dapat memperoleh

    keuntungan. Penjual mendapat keuntungan dengan bertambahnya harga

    barang tersebut. Sedangkan pembeli memperoleh barang yang dia

    kehendaki dengan amat mudah, dan dapat digunakan tanpa hams

    mendapatkan atau memberikan sejumlah uang tertentu ketika transaksi.

    Adapun hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:

    ' ' lJ ~ t l, if r-L J ~Alli~ Aili Jy.J :Ju o_;../' y,1 ,y-e~ )\:, J!I o J.J) l,)IJI I• S .. 5' JI .ill ~

  • Artinya:

    44

    Dari Abu Hurairah r.a, Rasululllah saw bersabda: "Barang siapa melakukan dua penjualan atas satu jenis barang, maka baginya yang paling muarah (pertama) diantara keduanya, atau menjadi riba". ( Riwayat Abu Daud).

    Hadis diatas berbicara tentang pengharaman jual-beli 'inah yaitu

    seorang yang membeli barang dengan !credit kemudian ia menjual kembali

    kepada orang yang menjual tadi secara tunai dengan harga yang lebih

    murah pada waktu itu juga. Melihat banyak pernyataan para Fuqaha di

    atas, maka penambahan harga dalam jual-beli kredit itu boleh, hal ini

    dikarenakan tidak ada nash yang mengharamkannya, dan tidak dapat

    dimasukkan dalam katagori riba.

    Adanya tempo (penagguhan) merupakan penyebab adanya balasan

    yang adil terhadap harga. Tambahan harga dalam kredit adalah bukan

    hanya balasan dari adanya tempo saja seperti dalam riba, tetapi merupakan

    balasan atau imbalan lain seperti perubahan harga sekarang dan yang akan

    datang, karena subyek muanmlah dapat menerima naik tunmnya harga

    setiap waktu dan mempunyai keuntungan sendiri. Adapun mata uang

    adalah merupakan kesatuan penilaian penaksiran harga, maka ia tidak

    dipengaruhi oleh waktu. Ia akan tetap demikian untuk selama-lamanya,

    karena ia bukan merupakan barang dagangan yang harganya naik tunm.

    Sesuai dengan tujuannya yaitu untuk mempelancar peredaran barang, yang

    tadinya sulit te1jual dengan pembayaran tunai, yang disebabkan rendahnya

    daya bcli masyarakat (konsumen), dan untuk memberi kesempatan kepada

  • 45

    masyarakat yang berpenghasilan rendah untuk mendapatkan barang yang

    dibutuhkan.

    Salah satu asas hukum Islam adalah untuk menghilangkan kesulitan,

    clan Allah juga tidak menghenclaki adanya kesulitan. Sepe1ii clisebutkan

    clalam Al-quran yang berbunyi:

    Artinya: " ... Dan dia tidak menjadikan untuk kamu di dalam beragama suatu kesusuhan. .. ".(Q.S.al-Hajj: 22:78).

    Atas clasar itu seorang pedagang boleh melakukannya, dalam arti tidak

    ada larangan menaikan harga dalam jual beli kredit dengan syarat

    penambahan secara pantas dan wajar tidak sampai kepada batas

    kesewenang-wenagan (kezaliman).

    Dengan adanya penjelasan-penjelasan diatas maka penulis

    mengusulkan pada pemerintah untuk dapat membuat aturan-aturan tentang

    penetapan harga setiap barang yang dapat di tentukan sebagai harga jual

    oleh para penjual, sehingga membuat harga jual suatu barang yang sama

    tidak akan berbeda diberbagai tempat. Dan kepada pihak-pihak yang

    melanggar aturan yang berlaku diberikan sanksi yang tegas, bisa dengan

    cara mencaput ijin penjual tersebut, sehingga dapat membuat pihak-pihak

    yang melanggar tersebut jera dan tidak berani untuk melakukan ha!

  • 46

    demikian di lain waktu. Dengan adanya penetapan harga dari pemerintah,

    maim diharapkan tidak akan ada pihak pembeli yang terzolimi.

    Demi kemaslahatan umat dalam jual-beli dan untuk membantu

    terlaksananya penetapan harga diusulkan pula kepada MUI untuk

    menfatwakan ha! tersebut, agar konsumen muslim dapat terlindungi dalam

    melakukan teransaksi jual-beli secara Islam.

    2. Penempatan Tempo Pcmbayaran

    Berdasarkan surah Al-baqarah:2:282, bahwa dalam jual-beli !credit, tempo

    pernbayaran harus ditetapkan. Nanmn batas waktunya Al-quran dan al-Hadis

    tidak merincikannya, oleh karena itu tidak ada dalil yang membatasi tenggang

    waktu, maka berarti kedua belah pihak dapat bertransaksi dengan mudah

    mengatur tenggang waktu rnenurut kesepakatan yang disetttjui oleh keduanya.

    Narnun akan timbul pertanyaan apakah penetapan batas waktu

    pernbayaran ini merupakan syarat sahnya bertransaksi? Abu Hanifah

    berpendapat bahwa transaksi jual-beli yang tidak ditetapkan batas waktu

    pembayaran tidak sa11, karen~ pernbatasan tempo pernbayaran merupakan ha!

    yang pokok dalam suatu transaksi. Hal ini berdasarkan kutipan ayat dalam

    surah Al-baqarah ayat 282 di atas dan nabi bersabda:

    ' ' t.. \

    0-" :JL:i rL J ~ .\J.i\ ~ .\hi Jr J 0\ .-1 Ji \_;,.,. Wjjj i_;,.,. Y. J ~ ._i,L,i

    c~ Jb

  • 47

    Artinya: "Dari Jbnu Ahas r.a. Sesungguhnya Rasulullah saw, bersabda; "siapa sqja yang meminjamkan (sesuatu) hendaklah ia meminjamkannya dalam takaran tertentu dan timbangan tertentu sampai batas waktu tertentu pula. (Riwayat Abu Dawud).

    Yakni sama-sama pada perkataan ila ajali musamma dan kata ila ajali

    ma 'lumi senada dengan pendapat Abu Hanifah. Pendapat Imam Syafi'i

    walaupun dasar pemikirannya berbeda dengan Abu I-Ianifah, ia tetap

    berpendapat bahwa penetapan batas waktu pembayaran merupakan syarat

    mutlak sah atau tidaknya sebuah transaksi. Dengan maksud mempermudah

    masyarakat Islam yang tidak mampu membayar harga barang secara tunai,

    maka dibolehkan bennuamalah secara kredit. Di dalam kitabnya AL-Umm

    Imam Syafi'i berkata: Bahwasanya penanggulangan penangguhan tempo

    pembayaran tidak sah kecuali diketahui ( ditentukan).39

    Sementara Ibnu Laity, sekalipun setuju dengan Abu J-Ianifah tetapi sedikit

    berbeda. Menurut Ibnu Laity yang didukung oleh Abu Yusuf bahwa

    penempatan tempo pembayaran (batas waktu pembayaran) tidak mutlak

    menjamin sah tidaknya suatu transaksi, jadi dengan demikian transaksi yang

    tidak ditetapkan batas akhir waktu pembayaran a.dalah salah menurut

    hukum. 40

    39 Muhammad ibn Idris ibnu Utsman ibn Syafi'l, A/-Umm, Mesir: Dara al-Fikr, 1989, jilid III, h. 96.

    40 Muhyidin Abdus Salam terj. Muhammad Mahrus Muslim, Pola Pemikiran Imam syafi'l, Jakarta, Fikahati Aneska, 1995, cet. ke-1, h. 155.

  • 48

    Dari pendapat di atas, walupun berbeda dasar pemikirannya namun pada

    dasarnya mereka setuju bahwa penetapan batas waktu pembayaran merupakan

    ha! yang pokok dalam sebuah transaksi. Adapun barang yang mengalan1i

    kerusakan ketika berada ditangan pembeli, maim ia berkewajiban membayar

    ganti rugi kepada pihak penjual. Namun sebaliknya jika kerusakan diketahui

    belakangan, maka ia berhak mengembalikannya kepada pihak penjual.

    Menurut penulis, penetapan tempo pembayaran itu sangat perlu, sesuai

    kemampuan debitur (pembeli) dalam pembayarannya yang telah disepakati,

    maka kreditur (penjual) dapat menambahkan harga yang sewajarnya tanpa

    rncmberatkan sipembeli, karena tempo penangguhan tersebut adalah harga.

    3. Pcrpanjangan Tempo Pembayaran dan Pengaruhnya Tcrhadap

    Transaksi

    Telal1 dijelaskan bal1wa penetapan tempo pembayaran dalam jual-beli

    kredit merupakan ha! yang pokok dalam sebuah transaksi. Sikap ini diambil

    karena j ika tidak ditetapkan batas akhir waktu pembayaran dikhawatirkan

    akan terjadi sikap menunc\a-nunda atau memperketat pembayaran yang

    kemudian alrnn te1jadi penahanan orang. Sikap menunda-nunda, memperketat

    pembayaran dan menahan hale orang lain termasuk ahlak tercela dan

    merupalrnn sebuah kezaliman. Dalam Al-quran disebutkan pada surat Al-

    baqarah 280 dan Hadis :

  • 49

    ' .\ii I (.£~I La:, ( ~I ..s .I- u"w I JI y I .i,:.. I Lr' : J Li l?'J I cf ;; .1-r l) I cf

    Artinya: "Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi saw., bersabda: 'Barang siapa menerima harta orang lain (sebagai hutangnya) dengan maksud akan membayarnya, maka Allah akan membayarkan hutangnya. Dan barang siapa yang menerima harta orang lain (sebagai hutangnya) dengan maksud hendak meniadakannya (tidak mau membayarnya) maka Allah pin akan membinasakannya '. (Riwayat Bukhari).

    Maksud ayat diatas adalah apabila telah jatuh tempo sedangkan debitur

    mengalami kesulitan untuk membayar hutangnya, maka kreditur tidak

    diperkenankan untuk memberatkan beban hutangnya dengan menambahkan

    hutang tersebut kepada debitur, tetapi wajib untuk menangguhkannya. Akan

    tetapi jika debitur dalam keadaan lapang maka wajib untuk menyerahkan

    kewaj ibannya. 41

    Apabila sudah diikat perjanjian hutang untuk jangka waktu tertentu, maka

    wajiblah janji itu untuk ditepati, dan pihak yang berhutang perlu

    menyelesaikan hutangnya. Permasalahan sekarang adalah bolehkah pihak

    yang berhutang memperpanjang tempo pembayaran padahal kesepakatan awal

    telah disetujui bersama, dan apakah pihak penjual harus menerima

    perpanj angan itu, dan apa pengaruhnya terhadap transaksi ? .

    41 Asy-Syekh Shaleh ibn Fauzan al-Fauzan, Perbedaanjua/ Be/i dan Riba, Bandung, Pustaka Alkausar, 1997, cet. ke-1, h. 48.

  • 50

    Di antara Fuqaha berbeda pendapat, Abu Hanifah membolehkan pihak

    pembeli untuk memperpanjang tempo pembayaran, dan pihak penjual harus

    menerima perpaqjangan itu. Hal ini sebagai dispensasi agar pihak yang

    berhutang (pembeli) dapat melunasi hutang-hutangnya. Perpanjangan tempo

    pembayaran ini, lebih lanjut Abu Hanifah menjelaskan tidak ada pengaruhnya

    dengan transaksi terdahulu, karena persoalan ini sudah beralih kepada hutang-

    piutang. Oleh karena itu, menagguhkan pelunasan hutang yang disebabkan

    keterpaksaan maka hukumnya boleh. Berbeda dengan Ibnu Laily yang

    menitik beratkan persoalannya pada transaksi terdahulu, menyatakan bahwa

    pihak pembeli (yang berhutang) tidak boleh memperpanjang tempo pelunasan

    hutangnya, kecuali mendapat persetujuan dari pihak penjual. Sementara Imam

    Syafi'i berpendapat sama, bahwa pihak penjual tidak barns menerima

    perpanjangan tempo pembayaran yang diajukan pembeli. Karena pihak

    penj ual sama sekali tidak mendapat ganti rugi atas penangguhan pembayaran

    tersebut.

    Asy-Ayafi'i berkata penapgguhan lmatang pembayaran dari pihak penjual

    adalah menyalahi hak-hak penjual. Karena selayaknya seluruh urusan

    transaksi sudah selesai sewaktu serah terima atau dengan kata lain, harga

    barang sudah harus dibayar ketika transaksi berlangsung.42

    42 Muhyidin Abdus Salam, Pola Pemikiran Imam syafi'!, h. 155.

  • BABIII

    KONSUMSI DALAM PANDANGAN ISLAM

    A. Pcngcrtian Konsumsi

    Menurut M. Abdul Mannan, Konsumsi adalah permintaan sedangkan

    produksi aclalah penawaran. 1 Kebutuhan konsumen, yakni clan yang telah

    diperhitungkan sebelumnya merupakan insentif pokok bagi kegiatan-kegiatan

    ekonominya sendiri. Masyarakat mungkin tidak hanya rnenyerap pendapatannya

    tetapi juga memberikan insentifuntuk meningkatkannya. Hal ini mengandung arti

    bahwa pcmbicaraan konsumsi aclalah primcr.2

    Dalam suatu masyarakat primitif, konsumsi sangat seclerhana karena

    kcbutuhannya JUga sangat sedcrhana. Tetapi peradaban modern telah

    menghancurkan kesederhanaan akan kebutuhan-kebutuhan m1. Peradaban

    materialistic clunia barat kelihatannya memperoleh kesenangan khusus dengan

    membuat semakin bermacam-macam dan banyaknya kebutuhan-kebutuhan kita.

    Kesejahteraan seseorang pun nyaris diukur berdasarkan macam-macam sifat

    kcbutuhan yang cliusahakan untuk clapat terpenuhinya dengan upaya khusus.3

    1 M. Abdul Mannan. Teori dan Praktek Eko11on1i !s/c1111, Yogyakarta, PT Dana Bhakti Wakaf, 1997. h. 44.

    2 Ek. Suprianto, Ekono111i isla111, Pendekatan Ekono111i A1/kro Jslcun dan Konvensional, '{ ogynkarta, Grahn I l1nu, 2005, h. 21.

    :i M. J\bdul Mannan. Teori dan Praktek Ekono111i !slcun, hA4.

  • 52

    Dalam kamus besar Bahasa Indonesia konsumsi berarti pemakaian barang-

    barang basil industri (bahan makanan, pakaian dan lain sebagainya)4. Sedangkan

    menurut istilah sebagaimana yang dikemukakan oleh Sadono, konsumsi adalah

    kegiatan untuk memenuhi keinginan konsumen memperoleh barang danjasa.5

    Dalam ekonomi Islam secara nyata, teori konsumsi selalu bergantung juga

    dengan ekspektnsi atau harapan dan kebutuhan dimasa depan. Konsumsi yang

    clilakukan dalam dua periode waktu ini lebih clikenal dengan konsumsi

    intertemporal. Dalam konsep Islam pun teori ini dijelaskan dalam bentuk yang

    lrnmpir sama clengan yang climiliki teori konvensional. Perbedaan tersebut terletak

    pada nilai filoso!i yang rnelandasinya. Bentuk teori konsumsi intertemporal dalam

    Islam terjacli dalam:

    Y = Fs + S atau

    Y = (c+ infak) + S

    Dimana: Y = Pendapatan

    Fs = Konsumsi clan infak

    Fs merupakan final spending dijalan Allah SWT.

    Konsurnsi ticlaklah selal u difokuskan untuk pemenuhan fisik semata. Karena

    infok clan zakat sungguh clianjurkan clalam Islam, maka keputusan .untuk

    1 IJcpartc1ncn l)cndklikan dnn Kcbudayan, Ka11111s BesarBahas Indonesia, Jakarta, Balai l1 U'.l!

  • 53

    berkonsumsi selalu dikaitkan dengan ha! yang berhubungan dengan pemenuhan

    kebutuhan dan berinteraksi dengan sesama (hablumminannas). Sehingga

    konsumsi dalam Islam mempunyai dimensi sosial dengan mengalihkan sedikit

    dana yang dimiliki kepada pihak yang membutuhkan atau yang minus dana.

    Dalam Islam kebutuhan yang lebih penting dipenuhi terlebih dahulu baru

    kebutuhan lainnya, atau keinginan yang lebih penting harus dipenuhi terlebih

    dahulu, barn keinginan yang kurang penting lainnya dapat dipenuhi. Selain itu,

    prinsip konsumsi tidak selalu untuk pemenuhan kebutuhan sendiri, melainkan

    memikirkan kebutuhan orang lain juga, prinsip-prinsip dasar ini tidak hanya

    menganclung pengertian normatif tetapi juga positif.6

    Sedangkan clalam ekonomi konvensional, di dalam kamus besar bahasa

    Indonesia. Konsumsi adalah pemakaian barang-barang hasil inclustri (seperti

    pakaian, rnakanan dan sebagainya), merupakan barang-barang yang Jangsung

    memenuhi keperluan hiclup kita.7

    Konsumsi menurut pengertian sehari-hari menunjuk pacla kegiatan

    menghabiskan nilai guna barang dan jasa. Dan biasanya bersangkut paut dengan

    makanan clan minuman, padahal dalam lingkup ekonomi konsumsi menunjukan

    6 Euis Amalia. " Teori Peri/aku Konsumen Dalam Perspektif Ekonomi Islam ··, JAUHAR ( Jurnal !'emikiran Islam Kontekstua/ ), vol. 4 No. I ( Program Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakat1a,juni 2003), h. 10-11.

    7 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1990, cet. Ke-3, h. 458.

  • 54

    pacla setiap tinc!akan mengurangi atau menghabiskan guna atau manfaat ekonomi

    ' st1~11u hcnd:.1.

    Dari dua pengertian konsumsi diatas, tersirat suatu maksuc! atau tujuan c!ari

    konsumsi yaitu c!ampak yang c!ialami barang atau jasa yang di konsumsi ac!alah

    berkurangnya claya guna barang atau jasa clan adanya kepuasan c!ari pihak

    k{lnsumen karena terpenuhinya kebutuhan baik secara fisik maupun rohani,

    sete/ah ia mengkonsumsi barang atau jasa tersebut.

    l~. ·rcori Perilaku I

  • 55

    rnengkonsurnsikan barang-barang tidak dikuantifikasi. Tingkah laku seorang

    konsurnen untuk rnernilih barang-barang yang akan rnernaksirnurnkan

    kepuasan ditunjukan dengan bantuan kurva kepuasan sarna, yaitu kurva yang

    menggambarkan gabungan barang yang akan mcmberikan nilai guna

    (kepuasan yang sama).9

    Dengan diketahuinya cita rasa konsumen (yang ditunjukan oleh kurva

    kepuasan sama) dan berb