pembelajaran menulis poster

Upload: henda-suhenda

Post on 08-Oct-2015

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pembelajaran menulis poster dengan model example non example

TRANSCRIPT

31

BAB IILANDASAN TEORI

2.1 Gaya Bahasa2.1.1 Pengertian Gaya BahasaGaya bahasa merupakan pemanfaatan atas kekayaan bahasa seseorang dalam bertutur atau menulis. Pemakaian ragam bahasa tertentu digunakan untuk memperoleh efek tertentu dari keseluruhan bahasa sekelompok penulis sastra (Kridalaksana, 2001:63). Tarigan (2009:4) menyatakan bahwa, Gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau pengaruh penyimak dan pembaca. Kata retorik berasal dari bahasa yunani rhetor yang berarti orator atau ahli pidato. Gaya bahasa merupakan bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan dan memperbandingkan suatu benda atau hal lain yang lebih umum. Badudu (1975:70) mengemukakan bahwa, Gaya bahasa adalah penggunaan kata-kata kiasan, sindiran, perbandingan, dan sebagainya yang dimanfaatkan sebagai bahan untuk mencapai plastik bahasa. Adapun plastik bahasa adalah daya melukis yang tersembunyi pada kesanggupan pengarang memadu kata dengan kata, memilih kata-kata, perbandingan-perbandingan yang tepat untuk memberi bentuk pada lukisan itu. Tarigan (2009:5) berpendapat bahwa, Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal lain yang lebih umum. Dengan demikian, gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa gaya bahasa itu merupakan suatu kekhasan pengungkapan untuk meningkatkan efek yang dapat mempengaruhi penyimak dan pembaca. Gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi penyimak dan pembaca.

2.1.2 Klasifikasi Gaya BahasaDi samping terdapat perbedaan dalam hal penggunaan definisi atau istilah, terdapat pula perbedaan dalam pengklasifikasian. Penulis akan memaparkan pengklasifikasian gaya bahasa oleh para ahli. Dalam hal ini, Tarigan (2009:6) membuat klasifikasi gaya bahasa menjadi empat kelompok, yaitu gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa pertentangan, gaya bahasa pertautan, dan gaya bahasa perulangan. Badudu (1975:70) mengelompokkan gaya bahasa menjadi empat kelompok, yaitu gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa sindiran, gaya bahasa penegasan, dan gaya bahasa pertentangan. Badudu mengelompokkan jenis gaya bahasa lebih banyak dan lebih kompleks dibandingkan dengan Tarigan. Tarigan menjadikan pengelompokkan jenis gaya bahasa berdasarkan makna yang terkandung dalam gaya bahasa itu dan dimasukan dalam empat jenis gaya bahasa. Adapun jenis-jenis gaya bahasa menurut Keraf (2000:23) terbagi menjadi dua jenis:

1. Segi non bahasaGaya bahasa berdasarkan segi nonbahasa terbagi menjadi tujuh bagian, yaitu:1) Gaya bahasa berdasarkan pengarang2) Gaya bahasa berdasarkan medium3) Gaya bahasa berdasarkan subjek4) Gaya bahasa berdasarkan tempat5) Gaya bahasa berdasarkan masa6) Gaya bahasa berdasarkan hadirin7) Gaya bahasa berdasarkan tujuan2. Segi bahasaGaya bahasa dapat dibedakan berdasarkan titik tolak unsur bahasa yang dipergunakan. Pembagian gaya bahasa berdasarkan segi bahasa dibagi menjadi beberapa bagian:1) Gaya bahasa berdasarkan pilihan kataa) Gaya bahasa resmi Gaya bahasa dalam bentuk lengkap, gaya bahasa yang dipergunakan dalam setiap kesempatan-kesempatan resmi, gaya bahasa digunakan oleh mereka, diharapkan mempergunakan dengan baik dan terpelihara.b) Gaya bahasa tak resmiGaya bahasa tak resmi juga merupakan gaya bahasa yang dipergunakan dalam bahasa yang standar, khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang tidak formal. Gaya bahasa ini biasanya digunakan dalam karya-karya tulis, buku pegangan, artikel mingguan dan bulanan yang baik, dalam perkuliahan, editorial, kolumnis, dan sebagainya.c) Gaya bahasa percakapanDalam gaya bahasa ini, pilihan kata-katanya adalah kata-kata popular dan kata-kata percakapan lebih longgardibandingka dengan gaya bahasa resmi dan gaya bahasa tak resmi karena tidak diperhatikan morfologisnya.2) Gaya bahasa berdasarkan nada Gaya bahasa berdasarkan nada didasarkan pada sugesti dipancarkan dari rangkaian kata-kata yang terdapat dalam sebuah wacana. Gaya bahasa ini dilihat dari sudut nada yang terkandung dalam sebuah wacana. Dengan latar belakang ini, gaya bahasa dilihat dari sudut nada yang terkandung dalam sebuah wacana dibagi atas tiga jenis:a) gaya sederhana adalah gaya yang digunakan untuk menyampaikan fakta atau pembuktian;b) gaya mulia dan bertenaga adalah gaya yang dipergunakan untuk menggerakkan sesuatu;c) gaya menengah adalah gaya yang diarahkan kepada usaha untuk menimbulkan suasana senang dan damai. 3) Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat. Struktur sebuah kalimat dapat dapat dijadikan untuk menciptakan gaya bahasa.yang dimaksud struktur disini ini adalah kalimat bagaimana tempat sebuah kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut.

Pengklasifikasian di atas pada dasarnya memiliki persamaan-persamaan. Selain klasifikasi tersebut, ada juga pengklasifikasian gaya bahasa dan pengertian masing-masing jenis gaya bahasa lainnya yang diungkapkan oleh Tarigan (2009: 6). Adapun klasifikasi tersebut penulis uraikan sebagai berikut.1. Gaya Bahasa PerbandinganBerikut ini akan dijelaskan kelompok gaya bahasa perbandingan berdasarkan jenisnya masing-masing.a. PerumpamaanPerumpamaan adalah gaya bahasa perbandingan dua hal yang pada hakekatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap sama. Perbandingan ini secara eksplisit ditandai oleh pemakaian kata seperti, ibarat, bak, laksana dan sejenisnya.Contoh: Wajah anak itu sangat cantik laksana bintang filmb. MeteforaMetefora adalah gaya bahasa perbandingan antara dua hal atau benda untuk menciptakan suatu kesan mental yang hidup walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit dengan kata-kata seperti, bak, ibarat, seperti perumpamaan. Contohnya: Dengan pemberian hadiah ini, kami merasa mendapat durian runtuh.

c. PersonifikasiPersonifikasi adalah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat insani kepada barang yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak. personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan.Contoh: Daun pohon pisang itu melambai-lambai tertiup angin malam.d. DepersonifikasiMerupakan gaya bahasa pengandaian yang dilakukan secara eksplisi dengan memanfaatkan kata kalau dan sejenisnya sebagai penjelasan gagasan atau harapan atau merupakan kebalikan dari personifikasi.Contoh: Andai kamu jadi bunga, maka saya jadi kumbangnya.e. AlegoriAlegori merupakan gaya bahasa dalam cerita yang dikisahkan dalam lambang-lambang. Merupakan metafora yang diperluas dan berkesinambungan, tempat atau gagasan yang diperlambangkan.Contoh: Cerita kancil dengan buaya.f. AntitesisGaya bahasa yang mengadakan komparasi atau perbandingan antara dua antonim. Sementara itu, menurut Badudu (1997:29) yang dimaksud dengan antitesis adalah gaya bahasa pertentangan yang menggunakan paduan kata yang berlawanan arti. Antitesis adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang berlawanan.Contoh: Ibu pergi bekerja di siang hari dan pulang pada malam hari.g. Pleonasme/TautologiMerupakan gaya bahasa pemakaian kata yang mubazir (berlebihan) yang sebenarnya tidak perlu. Disebut tautologi kalau kata yang berlebihan itu pada dasarnnya mengandung perulangan (sebuah) kata yang lain.Contoh: - Saya melihat kejadian itu dengan mata kepala saya sendiri.h. PerifrasisMerupakan sejenis gaya bahasa yang agak mirip dengan pleonasme (kedua-duanya menggunakan kata-kata lebih banyak daripada yang diperlukan). Perifrasis adalah gaya bahasa perbandingan dengan jalan menggantisebuah kata dengan gabungan (frase) yang sama artinya dengan kata yang diganti tersebut.Contoh: Ketikan matahari masuk ke peraduan, barulah ia tiba. (Ketikan matahari masuk ke peraduan sama dengan ketika senja)i. Antisipasi/ProlepsisMerupakan semacam gaya bahasa dimana orang menggunakan terlebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau gagsan yang sebenarnya terjadi.Contoh: Kami sangat sedih, minggu depan tetangga kami akan pindah rumah.j. Koreksi atau EpanortosisMerupakan gaya bahasa yang mula-mula berwujud ingin menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memeriksa dan memperbaiki mana-mana yang salah.Contoh: Sudah tiga kali saya pergi ke Bali, eh bukan, sudah empat kali.Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa kelompok gaya bahasa perbandingan meliputi perumpamaan, metafora, personifikasi, defersonifikasi, alegori dan antithesis. Semua gaya bahasa tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa perbandingan karena isi dan makna gaya bahasa yang dikandungnya mengandung makna membandingkan.2. Kelompok Gaya Bahasa PertentanganBerikut ini akan dijelaskan kelompok gaya bahasa pertentangan berdasarkan jenisnya masing-masing.a. HiperbolaMerupakan sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan jumlahnya, ukurannya atau sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau simulasi untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruh. Gaya bahasa ini melibatkan kata-kata, frase, atau kalimat.Contoh: sorak sorey penonton sangat menggelegar membelah angkasa.b. LitotesGaya bahasa yang di dalam pengungkapannya menyatakan sesuatu yang positif dengan bentuk yang negatif atau bertentangan. Litotes mengurangi atau melemahkan kekuatan pernyataan yang sebenarnya. Litotes adalah semacam gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan untuk merendahkan diri. Suatu hal yang dinyatakan kurang dari keadaan sebenarnya, atau suatu pikiran dinyatakan dengan menyangkal lawan katanya..Contoh: kapan-kapan anda mampir saja ke gubuk kami.c. IroniGaya bahasa yang menyatakan makna yang bertentangan dengan maksud berolok-olok. Gaya bahasa ironi adalah salah satu gaya bahasa sindiran. Ironi atau sindiran suatu acuan yang ingin menyatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dengan apa yang tekandung dalam rangkaian kata-katanya.Contoh: Tulisanmu bagus sekali sampai-sampai tidak ada satu orang pun yang dapat membacanya.d. SatireSejenis bentuk argumen yang beraksi secara tidak langsung, terkadang secara aneh, bahkan ada kalanya dengan cara yang cukup lucu yang menimbulkan tertawanContoh: Puisi Seorang Tukang Rambutan pada Istrinya karya Taufik Ismail.Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa gaya bahasa pertentangan meliputi gaya bahasa hiperbola, litotes, ironi, dan satire. Setiap gaya bahasa tersebut memiliki makna dan ciri yang berbeda-beda.3. Kelompok Gaya Bahasa PertautanBerikut ini akan dijelaskan kelompok gaya bahasa pertautan berdasarkan jenisnya masing-masing.a. Metonimiagaya bahasa yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan nama orang, barang atau hal sebagai penggantinya.Contoh: Adik disuruh ayah untuk membeli Gudang Garam dan Djarum (Rokok).b. SinekdokeGaya bahasa yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhannya, atau sebalikanya. Sinekdoke terbagi atas dua bagian, yaitu pars pro toto untuk menyatakan sebagian untuk keseluruhan dan totum pro parte untuk menyatakan keseluruhan untuk sebagaian.Contoh: - pars pro toto: Sampai jam segini dia belum nampak batang hidungnya - totum pro parte: Pertandingan itu dimenangkan oleh Indonesia.c. EufemismeUngkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar yang diangap merugikan atau yang tidak menyenangkan.Contoh: Ibunya sudak tidak ada lagi di tengah-tengah mereka. (meninggal)d. EponimSemacam gaya bahasa yang mengandung nama seseorang yang begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu sehingga nama itu dipakai utntuk menyatakan sifat.Contoh: Dewi malam untuk menyatakan bulan.Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa kategori gaya bahasa pertautan terdiri atas gaya bahasa metonomia, sinekdoke, eufemisme, dan eponi. Setiap jenis gaya bahasa tersebut memiliki perbedaan baik dari segi makna maupun strukturnya.

4. Kelompok Gaya Bahasa PerulanganBerikut ini akan dijelaskan kelompok gaya bahasa perulangan berdasarkan jenisnya masing-masing.a. AliterasiSejenis gaya bahasa yang memanfaatkan purwakanti atau pemakaian kata-kata yang permulaannya sama bunyinya (Tarigan 1995:181)Contoh: Dara damba daku datang dari danau Duga dua daku diam di diriku.b. AsonansiSejenis gaya bahasa refetisi yang berwujud perulangan vokal yang sama. Biasanya dipakai dalam dalam karya puisi atau pun dalam prosa untuk memperoleh efek penekanan atau menyelamatkan keindahan.Contoh: Ini muka penuh luka siapa punya Kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu.c. AntanaklasisGaya bahasa yang mengandung ulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda (Ducrot dan Tarigan 2009:182)Contoh: Karena buah penanya itu dia pun menjadi buah bibir masyarakat.d. KiasmusGaya bahasa yang berisikan perulangan dan sekaligus pula merupakan inversihubungan antara dua kata dalam satu kalimat. Kiasmus (chiasmus) adalah semacam acuan atau gaya bahasa yang terdiri atas dua bagian, baik frasa atau klausa, yang sifatnya berimbang dan dipertentangkan satu sama lainnya, tetapifrase atau klausanya itu terbalik bila dibandingkan dengan frase atau klausa lainnya.Contoh: Dia membenarkan yang salah menjadi benar, dan yang benar menjadi salah.Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa gaya bahasa perulangan terdiri dari aliterasi, asonansi, antanaklasis, dan kiasmus. Setiap gaya baahasa tersebut memiliki kesamaan dan perbedaan masing-masing.

2.2 Model Pembelajaran2.2.1 Pengertian ModelModel merupakan suatu pola dan acuan dari suatu kegiatan yang akan dilakukan. Model adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan (Pedika, 1984:75). Definisi lain dari model adalah, Abstraksi dari sistem sebenarnya, dalam gambaran yang lebih sederhana serta mempunyai tingkat prosentase yang bersifat menyeluruh, atau model adalah abstraksi dari realitas dengan hanya memusatkan perhatian pada beberapa sifat dari kehidupan sebenarnya (Simamarta, 1993: 19). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa model merupakan suatu gambaran atau garis besar dari sesuatu yang akan dihasilkan.Menurut Sagala (2000: 16), Model mencakup keseluruhan pola dan konsep yang sengaja disusun untuk keberhasilan pencapaian tujuan kegiatan. Artinya, penyusunan model yang baik akan meningkatkan keberhasilan suatu kegiatan yang dilakukan. Dikatakan demikian, karena penyusunan model yang tepat akan turut serta mengoptimalkan komponen kegiatan yang dilakukan.Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa model merupakan pola dan acuan sesuatu yang akan dihasilkan. Model tidak hanya berisi rancangan dan pola, tetapi juga penyusunan komponen kegiatan yang harus dilakukan agar tujuan kegiatan dapat sesuai dengan yang diharapkan.

2.2.2 Pengertian PembelajaranPembelajaran adalah upaya penciptaan atau pengkreasian kondisi untuk membuat seseorang dapat belajar, dalam praktiknya proses pembelajaran harus disertai oleh sebuah strategi yang baik agar pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar sesuai harapan. Syaiful (1986: 15) menyatakan bahwa, Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam pembelajaran terdapat rancangan dan pelaksanaan yang disusun secara sistematis agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.Sudjana (2007: 12) menyatakan bahwa, Kegiatan pembelajaran secara metodologis berakar dari pihak pendidik yaitu guru, dan kegiatan belajar secara pedagogis terjadi pada diri peserta didik. Artinya, kegiatan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dirancang oleh guru agar siswa dapat belajar dengan aktif dan kreatif.Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan sistematis yang disusun agar siswa dapat belajar secara aktif dan kreatif. Tugas guru dalam kegiatan pembelajaran hanya sebagai fasilitator agar siswa dapat memperoleh pengetahuan dengan baik dan aktif.

2.2.3 Pengertian Model PembelajaranIstilah model pembelajaran yang diintrodusir oleh Bruce Joyce dan Marsha Weil adalah istilah lain yang memiliki kaitan makna/pengertian dengan strategi pembelajaran. Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas lain.(Joyce & Weil dalam Rusman, 2008: 223) .Secara umum, istilah model diartikan barang atau benda tiruan dari benda yang sesungguhnya, seperti globe adalah model dari bumi, replika pesawat terbang yang biasa dipajang di travel/biro-biro perjalanan adalah model dari pesawat terbang, dsb, secara khusus model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan dalam melakukan sesuatu kegiatan (Indrajaya, 2009: 11). Dengan mengacu kepada pengertian khusus tersebut, model pembelajaran menurut Joyce dan Weil (1986: 10) adalah, Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.

2.3 Model ARCS2.3.1 Pengertian Model ARCSDari berbagai teori motivasi yang berkembang, keller telah menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yang disebut sebagai model ARCS yaitu Attention (perhatian), Relevance (relevansi), Convidance (kepercayaan diri), Satisfaction (kepuasan). Dalam proses belajar dan pembelajaran keempat kondisi motivasional tersebut sangat penting dipraktekan untuk terus dijaga sehingga motivasi peserta didik terpelihara selama proses belajar dan pembelajaran berlangsung (Slameto, 2012: 60). Menurut Slameto (2012: 70), komponen ARCS dijelaskan sebagai berikut.a. Attention (perhatian)Attention (perhatian) adalah bentuk pengarahan untuk memusatkan tenaga dan energi psikis dalam menghadapi suatu obyek, dalam hal ini proses mengajar belajar di kelas. Munculnya perhatian di dorong oleh rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu seseorang ini muncul karena dirangsang melalui elemen-elemen baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, dan kontradiktif/kompleks. Menurut WS. Winkel sikap perhatian peserta didik diharap dapat menimbulkan minat yaitu kecenderungan untuk subyek yang menetap untuk merasa tertarik pada pelajaran atau pokok pelajaran tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu melahirkan semangat yang baru dan dapat berperan positif dalam proses belajar mengajar selanjutnya. Terdapat beberapa strategi untuk merangsang minat dan perhatian, yaitu sebagai berikut:1)Gunakan metode penyampaian yang bervariasi.2)Gunakan media untuk melengkapi pembelajaran.3)Gunakan humor untuk melengkapi pembelajaran.4)Gunakan peristiwa nyata, dan contoh-contoh untuk memperjelas konsep yang telah diutarakan.5)Gunakan teknik bertanya untuk melibatkan peserta didik.b. Relevance (relevansi)Relevance (relevansi) yaitu adanya hubungan yang ditunjukkan antara materi pembelajaran, kebutuhan dan kondisi peserta didik. Ada tiga strategi yang dapat digunakan untuk menunjukkan relevansi dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut:1) Sampaikan kepada peserta didik apa yang akan dapat mereka lakukan setelah mempelajari materi pembelajaran.2) Jelaskan manfaat pengetahuan/ketermpilan yang akan dipelajari.3) Berikan contoh, latihan/tes yang langsung berhubungan dengan kondisi peserta didik atau profesi tertentu. Seperti hanya proses belajar umumnya jika seseorang tidak memiliki motivasi yang kuat dalam belajar, maka mustahil mereka akan mampu menangkap pelajaran dengan baik. Relevansi menunjukkan adanya hubungan antara materi yang dipelajari dengan kebutuhan kondisi peserta didik. Peserta didik akan termotivasi bila mereka merasa bahwa apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang.c. Confidence (kepercayaan diri)Confidence (kepercayaan diri) yaitu merasa diri kompeten atau mampu merupakan potensi untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan. Motivasi akan meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Ada sejumlah strategi untuk meningkatkan kepercayaan diri, yaitu sebagai berikut:1) Meningkatkan harapan peserta didik untuk berhasil dengan memperbanyak pengalaman berhasil. 2) Menyusun pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, sehingga peserta didik tidak di tuntut mempelajari banyak konsep sekaligus.3) Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan persyaratan untuk berhasil.4) Menggunakan strategi yang memungkinkan kontrol keberhasilan di tangan peserta didik.5) Tumbuh kembangkan kepercayaan diri peserta didik dengan pernyataan-pernyataan yang membangun.6) Berikan umpan balik konstruktif selama pembelajaran, agar peserta didik mengetahui sejauh mana pemahaman dan prestasi belajar mereka.d. Satisfaction (kepuasan)Satisfaction (kepuasan) adalah perasaan gembira, perasan ini dapat positif yaitu timbul kalau orang mendapatkan penghargaan dalam dirinya. Perasaan ini meningkat kepada perasaan harga diri kelak, membangkitkan semangat belajar di antaranya dengan:1) Mengucapkan baik, bagus dan memberikan senyum bila peserta didik menjawab atau mengajukan pertanyaan.2) Menunjukkan sikap non verbal positif pada saat menanggapi pertanyaan atau jawaban peserta didik.3) Memuji dan memberi dorongan dengan senyuman, anggukan dan pandangan yang simpatik atas prestasi peserta didik.4) Memberi tuntunan pada peserta didik agar dapat memberi jawaban yang benar.5) Memberi pengarahan sederhana agar peserta didik memberi jawaban yang benar.

Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat simpulkan bahwa model ARCS merupakan model pembelajaran yang menekankan pada empat komponen untuk dirumuskan oleh pengajar agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan optimal. Keempat komponen itu adalah attention, relevance, confident, dan satisfaction. Dengan demikian, guru harus berupaya agar mengarahkan perhatian siswa, menghubungkan kemampuan yang telah dimiliki siswa dengan materi yang akan dipelajari, menguatkan kepercayaan diri siswa, dan memberikan kepuasan terhadap hasil pembelajaran siswa.

2.3.2 Langkah-langkah Model ARCSAdapun langkah-langkah model pembelajaran ARCS yang diungkapkan oleh Slamet (2012: 80) adalah sebagai berikut.1) Mengingatkan kembali peserta didik pada konsep yang telah dipelajariPada langkah ini, guru menarik perhatian peserta didik dengan cara mengulang kembali pelajaran atau materi yang telah dipelajari peserta didik dan mengaitkan materi tersebut dengan materi pelajaran yang akan disajikan. Dengan cara ini, peserta didik akan merasa tertarik serta termotivasi untuk memperoleh pengetahuan yang baru yaitu materi pelajaran yang akan disajikan.2) Menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran (R)Pada langkah ini, guru mendeskripsikan tujuan dan manfaat pembelajaran yang akan disajikan. Penyampaian tujuan dan manfaat pembelajaran ini dapat dilakukan dengan cara yang bervariasi tapi masih tetap mengacu pada prinsip perbedaan individual peserta didik sehingga keseluruhan peserta didik dapat menangkap tujuan dan manfaat pembelajaran yang akan disajikan serta dapat mengetahui hubungan atau keterkaitan antara materi pembelajaran yang disajikan dengan pengalamanbelajar peserta didik tersebut.3) Menyampaikan materi pelajaran (R)Pada langkah ini, guru menyampaikan materi pembelajaran secara jelas dan terperinci. Penyampaian materi ini dilakukan dengan cara atau strategi yang dapat memotivasi peserta didik yaitu dengan cara menyajikan pembelajaran tersebut dengan menarik sehingga dapat menumbuhkan atau menjaga perhatian peserta didik, memberikan keterkaitan antara materi pembelajaran yang disajikan dengan pengalaman belajar peserta didik ataupun berhubungan dengan kehidupan seharihari peserta didik, menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik dengan cara memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, memberikan tanggapan, ataupun mengerjakan soal/latihan, dan menciptakan rasa puas di dalam diri peserta didik dengan cara memberikan penghargaan atas kinerja atau hasil kerja peserta didik.4) Menggunakan contoh-contoh yang konkrit (A dan R)Pada langkah ini, guru memberikan contoh-contoh yang nyata serta ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari peserta didik sehingga peserta didik merasa tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Adapun manfaat yang didapatkan dari penggunaan contoh yang konkrit ini adalah peserta didik mudah memahami materi yang disajikan dan mudah mengingat materi tersebut. Tujuan penggunaan contoh yang konkrit ini adalah untuk menumbuhkan atau menjaga perhatian peserta didik (attention) dan memberikan kesesuaian antara pembelajaran yang disajikan dengan pengalaman belajar peserta didik ataupun kehidupan sehari-hari peserta didik (relevance).5) Memberi bimbingan belajar (R)Pada langkah ini, guru memotivasi dan mengarahkan peserta didik agar lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran yang disajikan. Secara langsung, langkah ini dapat meningkatkan rasa percaya diri peserta didik sehingga peserta didik tidak merasa ragu dalam memberikan respon ataupun mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan oleh guru. Pemberian bimbingan belajar ini juga bermanfaat bagi peserta didik yang lambat dalam memahami suatu materi pembelajaran sehingga peserta didik tersebut merasa termotivasi untuk memahami materi pembelajaran yang disajikan.6) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi dalam pembelajaran (C dan S)Pada langkah ini, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, menanggapi, ataupun mengerjakan soal-soal mengenai materi pembelajaran yang disajikan. Dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi ini, peserta didik akan berkompetensi secara sehat dan aktif dalam mengikuti pembelajaran. Pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi dalam pembelajaran ini juga dapat menumbuhkan ataupun meningkatkan rasa percaya diri peserta didik dan akhirnya juga dapat menimbulkan rasa puas di dalam diri peserta didik karena merasa ikut terlibat dalam proses pembelajaran tersebut.7) Memberi umpan balik (S)Pada langkah ini, guru memberikan suatu umpan balik yang tentunya dapat merangsang pola berfikir peserta didik. Setelah pemberian umpan balik ini, peserta didik secara aktif menanggapi feedback dari guru tersebut. Pemberian feedback ini dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik dan menimbulkan rasa puas dalam diri peserta didik.8) Menyimpulkan setiap materi yang telah disampaikan di akhir pembelajaran (S)Pada langkah ini, guru menyimpulkan materi pembelajaran yang baru saja disajikan dengan jelas dan terperinci. Langkah ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara diantaranya memberikan kesempatan kepada seluruh peserta didik untuk membuat kesimpulan tentang materi yang baru mereka pelajari dengan menggunakan bahasa mereka sendiri. Secara tidak langsung, langkah ini dapat menciptakan rasa puas di dalam diri peserta didik.

Berdasarkan uraian di penggunaan model ARCS dalam pembelajaran. Kedelapan komponen itu sangat erat berkaitan dengan keempat komponen ARCS. Tujuan penggunaan model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) dengan hasil belajar dalam pembelajaran adalah akan memberikan kemudahan pada peserta didik dalam memahami materi, dengan memperhatikan penjelasan melalui alat peraga peserta didik akan mampu mencari relevansi antara materi dan realita dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan itu peserta didik bisa percaya diri dalam mengerjakan soal di papan tulis dengan tenang dan tidak grogi.

2.4 Ruang Lingkup Pembelajaran Gaya Bahasa dalam Kurikulum 2013 Tingkat SMAMata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara, memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan social, menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.Tujuan tersebut terangkum dalam kompetensi dasar dan kompetensi inti Kurikulum 2013 mata pelajaran bahasa Indonesia yang mencakup empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu kemampuan yang harus dikuasai siswa berkaitan dengan pembelajaran bahasa Indonesia adalah kemampuan memahami gaya bahasa. Untuk lebih jelasnya, penulis cantumkan ruang lingkup pembelajaran gaya bahasa untuk tingkat SMA dalam bentuk tabel sebagai berikut.Kompetensi IntiKompetensi Dasar

I. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnyaII. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannyaIII. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mataIV. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

a. Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis.b. Memiliki perilaku jujur dan percaya diri dalam mengungkapkan kembali tujuan dan metode serta hasil kegiatan.c. Menelaah teks cerita moral/fabel, ulasan, diskusi, cerita prosedur, dan cerita biografi sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisand. Menyusun teks cerita moral/fabel, ulasan, diskusi, cerita prosedur, dan cerita biografi sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan

Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa kompetensi dasar bahasa Indonesia untuk tingkat SMP bertujuan agar para siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia dalam bentuk komunikasi lisan maupun tulisan. Dalam bentuk tulisan, siswa diharapkan dapat menggunakan bahasa Indonesia dalam bentuk bahasa tulis, fiksi maupun non fiksi. Materi pokok pembelajaran menulis di kelas VIII SMP adalah siswa diharapkan dapat menelaah teks cerita moral/fabel, ulasan, diskusi, cerita prosedur, dan cerita biografi sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan. Gaya bahasa sebagai salah satu unsur yang terdapat dalam teks cerita merupakan salah satu indikator yang harus dipelajari ketika menalaah teks cerita. Dengan demikian, secara tidak langsung penguasaan gaya bahasa merupakan keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa karena tercantum dalam kompetensi dasar Kurikulum 2013 mata pelajaran Bahasa Indonesia.