pembelajaran keterampilan berbicara di smp …...di smp negeri 8 surakarta skripsi oleh: nur taufik...

80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DI SMP NEGERI 8 SURAKARTA SKRIPSI Oleh: NUR TAUFIK SUSILO NUGROHO NIM K1208110 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Mei 2012

Upload: dangdat

Post on 09-Apr-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA

DI SMP NEGERI 8 SURAKARTA

SKRIPSI

Oleh:

NUR TAUFIK SUSILO NUGROHO

NIM K1208110

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Mei 2012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA

DI SMP NEGERI 8 SURAKARTA

Oleh:

NUR TAUFIK SUSILO NUGROHO

K1208110

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan

Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Mei 2012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRAK

NUR TAUFIK SUSILO NUGROHO. K1208110. PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DI SMP NEGERI 8 SURAKARTA Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan: (1) perencanaan pembelajaran yang diterapkan guru dalam pembelajaran keterampilan berbicara; (2) pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara; (3) kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran keterampilan berbicara; dan (4) upaya-upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kendala-kendala yang ditemui dalam pembelajaran keterampilan berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta.

Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan yang ada berdasarkan konsep, kategori, dan tidak berdasarkan angka. Sumber data yang digunakan adalah hasil wawancara, observasi, dan arsip tertulis. Informan terdiri dari guru dan siswa. Uji validitas data dilakukan dengan menggunakan triangulasi sumber, triangulasi metode, dan review informan. Analisis data dilakukan dengan model analisis interaktif.

Berdasarkan penelitian dapat ditarik kesimpulan: (1) perencanaan pembelajaran keterampilan berbicara menggunakan silabus dan RPP dari MGMP dan diimplementasikan dalam pembelajaran; (2) pembelajaran berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta dapat berlangsung dan berhasil dengan baik. Hal ini diindikatori oleh: (a) persiapan sebelum pembelajaran; (b) guru melaksanakan prosedur pembelajaran sesuai RPP; (c) guru berperan sebagai fasilitator, motivator, dan pemimpin kelompok belajar; (d) guru menerapkan metode kooperatif dan inquiri; (e) guru menggunakan materi ajar dari modul, buku referensi berbicara, dan LKS; dan (f) penilaian terhadap unjuk kerja siswa; (3) kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran keterampilan berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta di antaranya: (a) kurangnya buku tentang keterampilan berbicara di perpustakaan; (b) siswa sulit diatur ketika berdiskusi; (c) waktu pembelajaran terbatas; (d) minimnya kosakata bahasa baku siswa; (e) siswa kurang percaya diri; (f) siswa kurang serius ketika praktik berbicara; dan (g) siswa kurang antusias mengikuti pelajaran; dan (4) usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala pembelajaran berbicara di antaranya: (a) sekolah bekerjasama dengan komite untuk pengadaan buku perpustakaan; (b) guru terlebih dahulu menentukan kelompok untuk diskusi sebelum masuk kelas; (c) guru mengurangi waktu pembelajaran pada materi yang dianggap lebih mudah; (d) siswa mendapat tugas untuk membaca di perpustakaan sekolah; (e) guru memotivasi siswa dengan memberi pujian dan tepuk tangan dari siswa yang lain; (f) guru menegur siswa yang tidak serius; dan (g) menggunakan strategi pembelajaran yang menarik dengan memberikan materi yang siswa telah banyak mengerti. Kata Kunci : berbicara, metode, pembelajaran.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan? (Q. S. Ar Rahman, 13)

-baiknya, bukan untuk menuntut hak kita yang sebesar- ino-ayahanda)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi penulis persembahkan kepada:

1. Ibunda Sri Sumarni dan ayahanda Samino, tak

terukur kasih sayang yang diberikan kepada

saya, dan semoga tak terhenti hingga akhir hayat.

Terima kasih ayah, terima kasih ibu.

2. Adikku, Nur Khoirul Anwar, semoga kita selalu

dalam lindungan Allah, dan tak kan lupa

mengucap syukur atas nikmat yang diberikan-

Nya.

3. Rossy Youdhari, teman sekaligus penyemangat

selama kuliah. Ardhi Mardianto, Nur Arif

Hidayat Sutrisno, dan semua teman Kos Griya

Nuansa, serta teman-teman Prodi Pend. Bahasa

Indonesia.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah , atas rahmat-Nya dan

hidayah-Nya karena penulis mendapatkan kekuatan untuk dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan lancar. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian

persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret.

Penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan dari

berbagai pihak. Pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan terima kasih dan

penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang turut membantu, terutama

kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., selaku Dekan FKIP UNS yang

telah mengesahkan skripsi ini;

2. Dr. Muhammad Rohmadi, S. S., M. Hum., selaku Ketua Jurusan PBS FKIP

UNS yang telah memberikan kemudahan dalam perizinan penelitian;

3. Dr. Kundharu Saddhono, S.S., M. Hum., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia;

4. Dra. Sumarwati, M. Pd., selaku pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan, nasehat, dan dorongan motivasi selama peneliti

kuliah;

5. Dr. Andayani, M. Pd., dan Budi Waluyo, S. S. M. Pd. selaku Pembimbing

Skripsi yang telah sabar memberikan bimbingan, dukungan, dan motivasi

selama menyusun skripsi ini;

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Bahasa dan Sastra Indonesia yang secara tulus

memberikan ilmunya kepada peneliti;

7. SMP Negeri 8 Surakarta, Ibu Wahyu Prihatin Sayekti, S. Pd. dan Ibu Siti

Martabatul Aliyah, S. Pd. yang telah memberikan izin untuk melakukan

penelitian dan telah banyak membantu memberikan informasi kepada peneliti;

8. Kedua orang tua, yang tak henti-hentinya selalu memberikan doa dan

dorongan kepada penulis;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

9. Mahasiswa Bastind angkatan 2008, yang telah memberi semangat dan

motivasi dalam proses penelitian ini;

Semoga amal kebaikan semua pihak mendapatkan imbalan dari Allah

. Harapan penulis, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi

para pembaca dan ilmu pengetahuan terutama dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia.

Surakarta, Mei 2012

Penulis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ............................................. ii

HALAMAN PENGAJUAN ...................................................................... iii

.....................................................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. iv

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... v

.....................................................................................................................

HALAMAN ABSTRAK ........................................................................... vi

.....................................................................................................................

HALAMAN MOTTO ............................................................................... vii

.....................................................................................................................

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... viii

KATA PENGANTAR ............................................................................... ix

DAFTAR ISI .............................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiv

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................. 6

A. Pembelajaran Keterampilan Berbicara ...................................... 6

1. Hakikat Berbicara ...................................................................... 6

2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Pembelajaran

Keterampilan Berbicara ............................................................. 14

3. Evaluasi Pembelajaran Keterampilan Berbahasa ....................... 19

4. Peran Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

Berbicara .................................................................................... 24

B. Penelitian yang Relevan ............................................................. 25

C. Kerangka Berpikir ...................................................................... 26

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 29

A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 29

B. Bentuk Penelitian ........................................................................ 29

C. Sumber Data ............................................................................... 30

D. Teknik Sampling ........................................................................ 30

E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 31

F. Validitas Data ............................................................................. 32

G. Teknik Analisis Data .................................................................. 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 35

A. Deskripsi Latar Penelitian .......................................................... 35

B. Temuan Penelitian ...................................................................... 36

1. Perencanaan Pembelajaran Keterampilan Berbicara

di SMP Negeri 8 Surakarta ......................................................... 36

2. Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Berbicara

di SMP Negeri 8 Surakarta ......................................................... 39

3. Kendala dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara

di SMP Negeri 8 Surakarta ......................................................... 43

4. Upaya Guru dan Sekolah untuk Mengatasi Kendala

Pembelajaran Berbicara .............................................................. 46

C. Pembahasan

1. Orientasi Pembelajaran Berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta .. 49

2. Perencanaan, Pelaksanaan, dan Penilaian Pembelajaran

Berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta ........................................ 51

3. Kelebihan dan Kelemahan Upaya Guru dalam

Pembelajaran Keterampilan Berbicara di SMP Negeri 8 .......... 60

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ................................. 61

A. SIMPULAN ................................................................................ 61

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

B. IMPLIKASI ................................................................................ 62

C. SARAN ....................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berfikir Penelitian ............................................... 28

Gambar 2. Model Analisis Interaktif .................................................... 34

Gambar 3. Buku referensi dan modul yang digunakan dalam

pembelajaran berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta ........... 55

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Keterampilan

berbicara di SMP/MTs (semester genap) ........................................ 15

Tabel 2 : Rubrik Pengamatan Penilaian Kemampuan Berbicara .................... 23

Tabel 3 : Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ................................. 29

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR SINGKATAN

CL : Catatan Lapangan

JA : Jovanka Addin P. A.

Nar. : Narasumber

NIM : Nomor Induk Mahasiswa

NIP : Nomor Induk Pegawai

NIS : Nomor Induk Siswa

Pen. : Peneliti

RPP : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

S. Pd. : Sarjana Pendidikan

SM : Siti Martabatul A., S. Pd.

WP : Wahyu Prihatin S., S. Pd.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan aset paling berharga bagi bangsa. Kesadaran

tentang pentingnya pendidikan dapat memberikan harapan dan kemungkinan yang

lebih baik di masa mendatang. Sekarang, berbagai cara telah dilakukan oleh

pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, misalnya

pemerintah membuat perubahan-perubahan baru di dalam kebijakan, diantaranya

dengan menciptakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP

menekankan pada kecakapan-kecakapan yang berguna untuk menghadapi

permasalahan dalam berbahasa yang meliputi (1) keterampilan menyimak; (2)

keterampilan berbicara; (3) keterampilan membaca; (4) keterampilan menulis.

Keempat aspek tersebut selalu berkaitan erat.

Dipandang dari segi bahasa, menyimak dan berbicara dikategorikan

sebagai keterampilan berbahasa lisan (Munawaroh, 2008: 36). Seseorang yang

memiliki keterampilan berbicara yang baik akan memiliki kemudahan dalam

pergaulan di masyarakat. Penguasaan keterampilan berbicara membantu

seseorang dalam menyampaikan pesan untuk dapat dicerna oleh lawan tutur

sehingga komunikasi dapat berjalan dengan lancar.

Dalam berkomunikasi antara guru dan siswa atau antarsiswa dalam proses

belajar mengajar, keterampilan berbicara dan menyimak merupakan unsur yang

penting. Melalui berbicara guru atau murid menyampaikan informasi melalui

suara dan bunyi bahasa, sedangkan dalam menyimak, siswa akan mendapatkan

informasi melaui tuturan yang diterima dari guru atau rekannya (Tarigan dan

Tarigan, 1986: 86). Kemampuan berbicara tidak hanya digunakan dalam

pembelajaran bahasa Indonesia akan tetapi pembelajaran yang lain juga

membutuhkan jenis keterampilan ini.

Menurut Hafizah (2008: 1), selama ini pengajaran keterampilan berbicara

dan menyimak (khususnya berbicara) belum mendapatkan hasil yang maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

seperti yang diharapkan. Para siswa belum sepenuhnya mempunyai keterampilan

komunikatif. Mereka masih takut, malu, dan ragu ketika harus berbicara di depan

umum dan menyampaikan gagasan-gagasannya. Salah satu penyebabnya karena

metode yang digunakan oleh guru belum sepenuhnya disesuaikan dengan situasi

dan kondisi siswa serta kelas. Sebagaimana yang diungkapkan Sarono (2002: 2)

bahwa guru yang kurang memberi perhatian khusus pada pembelajaran bercerita

dapat dilihat dari materi dan metode pembelajaran yang kurang bermakna dan

menyentuh.

Keberhasilan pembelajaran berbicara salah satunya dapat dilihat dari cara

siswa tampil atau praktik berbicara di depan kelas. Sebagaimana yang disebutkan

oleh Tarigan (1992: 143) bahwa ada sejumlah siswa yang masih takut berdiri di

hadapan teman sekelasnya. Bahkan tidak jarang terlihat beberapa siswa

berkeringat dingin, berdiri kaku, lupa yang akan dikatakan apabila berhadapan

dengan sejumlah siswa yang lainnya. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran

keterampilan berbicara belum memperoleh hasil yang maksimal.

Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh

sekolah, pola, struktur dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan

oleh guru yang mengajar dan membimbing para siswa. Guru yang berkompeten

akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan

dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga belajar para siswa berada

pada tingkat optimal (Hamalik, 2004: 36). Kurang adanya interaksi antara guru

dan murid juga menjadi salah satu penyebab gagalnya pembelajaran berbicara.

Padahal berbicara merupakan suatu aktivitas yang tidak dapat dilakukan secara

mandiri, artinya seseorang membutuhkan teman atau partner ketika akan

berbicara.

Lemahnya cara guru mengajar juga disebabkan sistem dan menejemen

pendidikan yang kurang tertata, sehingga membuat posisi guru sebagai pendidik

semakin tersisihkan. Mujiran (2002: 127) mengungkapkan bahwa sekarang ini

sistem pendidikan yang ada masih kaku, sentralis, serta dibelenggu oleh

kurikulum dan penyeragaman. Guru menjadi pasif dan tidak berpartisipasi penuh

dalam proses pendidikan. Guru bukan lagi sebagai pendidik, melainkan sebagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

pegangan mengajar daripada mengembangkan potensi anak didik dengan lebih

dinamis dan kreatif.

Di lembaga pendidikan, tugas utama guru adalah mendidik dan mengajar.

Agar tugas utama tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, guru perlu memiliki

kualifikasi tertentu, yaitu profesionalisme; memiliki kompetensi dalam ilmu

pengetahuan, kredibilitas moral, dedikasi dalam menjalankan tugas, kematangan

jiwa (kedewasaan), dan memiliki keterampilan teknis mengajar serta mampu

membangkitkan etos dan motivasi peserta didik dalam belajar dan meraih

kesuksesan (Marno dan Idris, 2008: 21). Dengan demikian peran guru benar-benar

dapat dirasakan siswa.

Selain faktor pendidik, dukungan sarana dan prasarana juga menjadi salah

satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran. Sekolah yang mempunyai sarana

dan prasarana yang baik akan memudahkan guru dan siswa dalam proses belajar

mengajar. Terbatasnya sarana dan prasarana dari sekolah pun tentunya akan

memberikan hambatan pengembangan kreativitas dan inovasi-inovasi dalam

pembelajaran. Namun demikian, hal ini bukan berarti dijadikan sebagai alasan

untuk tidak mengembangkan inovasi dan kreasi dalam pembelajaran. Pelaksanaan

pembelajaran di sekolah dapat disesuaikan dengan situasi yang ada.

Di sisi lain, pembelajaran bahasa Indonesia pada setiap satuan pendidikan

pasti mencakup empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara,

membaca, dan menulis. Tentunya keempat keterampilan berbahasa tersebut tidak

hanya dinilai secara kognitif karena pada hakikatnya bahasa merupakan ilmu

terapan. Kompetensi dari sisi afektif dan psikomotorik pun memiliki peran yang

sama pentingnya, khususnya dalam pembelajaran keterampilan berbicara di SMP

yang lebih cenderung berupa praktik berbicara.

Pemilihan sekolah ini tentunya berdasarkan kriteria-kriteria tertentu,

khususnya prestasi. Penetapan SMP Negeri 8 surakarta sebagai tempat penelitian

didasarkan pada, SMP tersebut adalah salah satu SMP yang berkualitas baik di

Surakarta, terbukti dengan terakreditasi A dan termasuk sepuluh besar SMP

berperingkat unggul dari ujian nasional tahun 2010/2011, di Surakarta. Situasi dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

kondisi sekolah cukup nyaman dan kondusif, karena sarana dan prasarana yang

dimiliki cukup menunjang untuk pembelajaran berbicara.

Berdasarkan dari uraian tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian

mengenai strategi pembelajaran keterampilan berbicara yang dilakukan oleh guru

di SMP Negeri 8 Surakarta. Penelitaian ini peneliti tuangkan dalam judul

DI SMP NEGERI 8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran yang diterapkan guru dalam

pembelajaran keterampilan berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara yang dilakukan

oleh guru di SMP Negeri 8 Surakarta?

3. Apakah kendala-kendala yang dihadapi oleh guru bahasa Indonesia di SMP

Negeri 8 Surakarta dalam pembelajaran keterampilan berbicara?

4. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kendala-kendala

yang ditemui dalam pembelajaran keterampilan berbicara di SMP Negeri 8

Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan

hal-hal sebagai berikut.

1. Perencanaan pembelajaran yang diterapkan guru dalam pembelajaran

keterampilan berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta.

2. Pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara yang dilakukan oleh guru

di SMP Negeri 8 Surakarta.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

3. Kendala-kendala yang dihadapi oleh guru SMP Negeri 8 Surakarta dalam

pembelajaran keterampilan berbicara.

4. Upaya-upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kendala-kendala

yang ditemui dalam pembelajaran keterampilan berbicara SMP Negeri 8

Surakarta.

D. Manfaat dan Hasil Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Menambah pustaka keilmuan dan pengetahuan mengenai pelaksanaan

pembelajaran keterampilan berbicara, khususnya di Sekolah Menengah

Pertama.

2. Manfaat Prtaktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

sekolah, khususnya SMP Negeri 8 Surakarta dalam peningkatan

kualitas pembelajaran berbicara.

b. Bagi guru hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi

peningkatan kualitas proses dan hasil dalam pelaksanaan pembelajaran

keterampilan berbicara.

c. Bagi siswa hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan

motivasi untuk berprestasi terkait hal-hal yang didukung dengan

keterampilan berbicara.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Keterampilan Berbicara

1. Hakikat Berbicara

a. Pengertian Berbicara

Nurgiyantoro (2001: 276) mengungkapkan pengertian berbicara adalah

aktivitas kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah

mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi (bahasa) yang didengarnya itulah

kemudian manusia belajar mengucapkan bunyi dan akhirnya mampu untuk

berbicara. Jika ingin berbicara dalam suatu bahasa secara baik, pembicara harus

menguasai lafal, struktur, dan kosakata yang bersangkutan.

Suwandi dan Setiawan (2003: 7) menjelaskan bahwa berbicara adalah

kemampuan untuk mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk

mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan

perasaan. Sebagai perluasan dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa berbicara

merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan kelihatan

(visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan tubuh manusia demi

maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikomunikasikan. Selain

itu Sarwiji Suwandi dan Budhi Setiawan (2003: 8) juga mengungkapkan

kemahiran berbicara mempunyai prasyarat-prasyarat tertentu. Prasyarat tersebut,

misalnya; keberanian, ketenangan sikap di depan orang banyak, mampu memberi

reaksi yang cepat dan tepat, sanggup melontarkan pikiran-pikiran atau gagasan-

gagasan secara lancar dan teratur, dan memperlihatkan suatu sikap dan gerak-

gerik yang tidak canggung dan kaku. Selain itu perlu diperlihatkan ekspresi fisik,

ucapan (lafalisasi), dan lagu. Ekspresi fisik berupa sikap dan mimik akan sangat

mampu menegaskan maksud pembicara.

Berbicara juga dapat diartikan sebuah ujaran sebagai suatu cara

berkomunikasi mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, perasaan, dan

keinginan dengan bantuan lambang-lambang yang disebut kata-kata (Tarigan,

1993: 8). Senada dengan pengertian di atas, Arman Agung (2008: 1) mengartikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

berbicara sebagai suatu aktivitas kehidupan manusia normal yang sangat penting,

karena dengan berbicara kita dapat berkomunikasi antara sesama manusia,

menyatakan pendapat, menyampaikan maksud dan pesan, mengungkapkan

perasaan dalam segala kondisi emosional dan lain sebagainya. Suharyanti dan

Suryanto (1996: 28) juga berpendapat bahwa berbicara adalah suatu peristiwa

penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang

lain.

Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan,

bahasa dapat dibedakan dalam dua ragam bahasa, yaitu (1) bahasa lisan dan (2)

bahasa tulis. Bahasa yang dihasilkan dengan menggunakan alat ucap (organ of

speech) dengan fonem sebagai unsur dasar dinamakan ragam bahasa lisan,

sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf

sebagai unsur dasarnya dinamakan bahasa tulis. Menulis dan membaca

merupakan ragam bahasa yang berkaitan erat dengan bahasa tulis, sedangkan

berbicara dan mendengarkan (menyimak) merupakan ragam bahasa lisan.

Tidaklah sama antara bahasa tulis dan bahasa lisan. Dalam bahasa tulis

seorang penulis diikat oleh susunan dan kaidah-kaidah penulisan dan lain

sebagainya. Dalam bahasa lisan, seorang bembicara juga diikat oleh kaidah-

kaidah seperti pelafalan, jeda, intonasi, dan sebagainya. Adakalanya seorang

pembaca tidak memahami tulisan apabila belum dilafalkan. Bahasa tulis dapat

menimbulkan multi tafsir atau makna ganda. Beberapa kalimat dalam kalimat

mungkin ambigu akan tetapi jika kalimat tersebut terlepas dari susunan kalimat

menjadi tidak ambigu. Hal itu sesuai dengan pendapat Susumo Kuno, dkk. (2001:

142).

anger of building syntactic generalizations on the basic of a few ambiguous/unacceptable sentences that first come to mind. Some or all of these sentences may be ambiguous/unacceptable for nonsyntactic reasons, and sentences of the same pattern might be unambiguous/acceptable if they were free from the

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan.

Dipandang dari segi bahasa, menyimak dan berbicara dikategorikan sebagai

keterampilan berbahasa lisan. Ditinjau dari segi komunikasi, menyimak dan

berbicara diklasifikasikan sebagai komunikasi lisan. (Munawaroh, 2008: 2)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka berbicara dapat didefinisikan

sebagai suatu perbuatan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa dengan alat bicara

untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan

perasaan dalam kegiatan berkomunikasi dengan orang lain sehingga maksud kita

dapat diterima oleh mitra bicara dan dapat menjalin hubungan, den berinteraksi

dengan mitra bicara kita.

b. Konsep Dasar Berbicara

Pemahaman konsep berbicara sangatlah penting dibutuhkan oleh seorang

guru dalam mengajar keterampilan berbicara. Menurut Iskandarwassid dan

Sunendar (2008: 286) Konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi

mencakup tujuh hal, yaitu sebagai berikut.

1) Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan resiprokal

Berbicara dn menyimak adalah dua kegiatan yang berbeda namun

berkaitan erat dan tak terpisahkan. Kegiatan menyimak pasti didahului

oleh kegiatan berbicara. Dalam komunikasi lisan, pembicara dan penyimak

berpadu dalam sutu kegiatan yang resiprokal berganti peran secara

spontan, mudah, dan lancer dari pembicara menjadi penyimak, dari

penyimak menjadi pendengar.

2) Berbicara adalah proses individu berkomunikasi

Ada kalanya berbicara digunakan sebagai alat komunikasi dengan

lingkungannya. Bila hal ini dikaitkan dengan fungsi bahasa maka berbicara

digunakan sebagai sarana memperoleh pengetahuan mengadaptasi,

mempelajari, dan mengontrol lingkungannya. Berbicara adalah salah satu

alat komunikasi terpenting bagi manusia untuk dapat menyatakan diri

sebagai anggota masyarakat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

3) Berbicara adalah ekpresi kreatif

Melalui berbicara, manusia tidak hanya menyatakan suatu ide

tetapi juga memanifestasikan kepribadiannya. Tingkat intelektual manusia

dapat dilihat dari cara seseorang berbicara. Berbicara adalah alat utama

untuk menciptakan dan memformulasikan ide dan kreativitas baru.

4) Berbicara adalah tingkah laku

Melalui berbicara, pada dasarnya pembicara menyatakan gambaran

dirinya. Berbicara merupakan simbolisasi kepribadian pembiraca. Dalam

kepribadian seseorang terselip tingkah lakunya, karena itu dapat dikatakan

bahwa berbicara adalah tingkah laku.

5) Berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman

Seorang pembicara yang memiliki banyak pengetahuan dan

pengalaman akan berbicara dengan baik dan lancar. Begitu pula

sebaliknya, pembicara yang kurang memiliki pengalaman akan mengalami

hambatan dalam penyampaian ide dan gagasannya.

6) Berbicara merupakan sarana memperluas cakrawala

Selain untuk mengekspresikan ide, perasaan, dan imajinasi,

berbicara juga dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan

memperluas cakrawala pengalaman. Melalui berbicara wawasan seseorang

akan bertambah karena ia akan mendapat umpan balik dari orang lain.

7) berbicara adalah pancaran pribadi

Gambaran pribadi seseorang dapat diidentifikasikan dengan

berbagai cara, salah satunya dari cara seseorang berbicara. Berbicara pada

hakikatnya melukiskan apa yang ada dihati, misalnya pikiran, perasaan,

keinginan, ide, dan lain-lain. Kualitas suara, tinggi suara, nada, kecepatan

suara dalam berbicara merupakan indikator keadaan emosi seseorang.

Hamalik (2003: 173) mengungkapkan bahwa untuk mempelajari

keterampilan tersebut tidak cukup hanya menggunakan kondisi-kondisi eksternal,

tetapi juga diperlukan kondisi internal yang telah dimiliki oleh siswa.

Menurutnya, pengembangan suatu keterampilan hanya mungkin terjadi jika siswa

sudah memiliki keterampilan-keterampilan yang sederhana sebelumnya. Prosedur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

dalam mengajarkan keterampilan berbicara yang diungkapkan oleh Hamalik

(2003/176-178), dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut; (1) Guru

melakukan tahap telaah keterampilan; (2) Guru menilai tingkah laku dasar siswa

sebagai tahap persiapan untuk melaksanakan pengajaran pengembangan

keterampilan berbicara; (3) Guru mengembangkan latihan dalam komponen unit

keterampilan pada siswa; (4) Guru menentukan dan mendemonstrasikan

keterampilan pada siswa; dan (5) Guru menyediakan kondisi belajar bagi siswa

untuk mengadakan praktik memberikan balikan.

c. Faktor-faktor yang Menunjang Keterampilan Berbicara

Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Di samping tujuan

utama berkomunikasi, Keraf (2001: 320-321) menyatakan tujuan berbicara, antara

lain: (1) mendorong, yaitu pembicara berusaha memberi semangat serta

menunjukkan rasa hormat dan pengabdian; (2) meyakinkan, yaitu pembicara ingin

meyakinkan sikap, mental, dan intelektual kepada para pendengarnya; (3)

bertindak, berbuat, menggerakkan, yaitu pembicara menghendaki adanya tindakan

atau reaksi fisik dari pendengar; dan (4) menyenangkan atau menghibur.

Dari berbagai macam tujuan berbicara di atas, dapat disimpulkan bahwa

berbicara merupakan kegiatan menyampaikan ide atau gagasan secara lisan. Oleh

sebab itu, agar ide atau gagasan pembicara dapat diterima oleh pendengar, maka

pembicara harus mampu menyampaikan isi secara baik dan efektif.

Maidar G. Arsjad, Mukti U. S (1991: 17-19) menjelaskan faktor-faktor

kebahasaan yang menunjang keefektifan berbicara antara lain; (1) ketepatan

ucapan seorang pembicara dalam mengucapkan bunyi-bunyi bahasa harus tetap

karena pengucapan bunyi-bunyi yang tidak tepat dapat mengalihkan perhatian

pendengar; (2) penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi harus sesuai; (3)

pilihan kata yang tepat; (4) ketepatan sasaran pembicara. Hal itu sesuai dengan

pendepat Joanna Jaworrow:

accomplish intended actions and how hearers infer intended meaning form what is said. Although speech act studies are now considered a sub-discipline of cross-cultural pragmatics, they actually take their origin in

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

berbicara mencoba untuk menjelaskan bagaimana pembicara menggunakan

bahasa yang diharapkan akan menyempurnakan tindakan-tindakan dan pendapat

yang berbentuk arti apa yang diucapkan. Meskipun pelajaran berbicara sekarang

mempertimbangkan subdisiplin persilangan budaya pragmatik, mereka biasanya

mengambil sumber asal-usul filsafat bahasa.

Lebih lanjut Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 23) menjelaskan empat

hal yang mendukung keterampilan berbicara:

1) Penyimak

Keberhasilan berbicara, dapat dilihat pertama kali pada penyimak atau

pendengar. Cara yang digunakan adalah dengan menganalisis situasi dan

kebutuhan tingkat pendidikan pendengar. Dengan cara ini akan

menghindarkan dari kesalahan-kesalahan dalam berbicara.

2) Pembicaraan

Sebelum pembicaraan berlangsung, maka pembicara harus mempersiapkan

apa yang akan dibicarakan, diantaranya sebagai berikut: (1) menentukan

materi; (2) menguasai materi; (3) memahami khalayak; (4) memahami

situasi; dan (5) merumuskan tujuan yang jelas.

3) Media dan Sarana

Pembicaraan dapat disampaikan dengan lebih menarik jika didukung

dengan memberikan ilustrasi yang tepat, dan menggunakan alat bantu yang

tepat. Misalnya menggunakan kaset, komputer, dan gambar.

4) Pembicara

Pembicara adalah unsur penting yang menentukan efektivitas retorik.

Syarat pembicara yang baik, diantaranya: (1) memiliki pengetahuan yang

luas; (2) kepercayaan diri yang cukup; (3) berpenampilan yang sesuai; (3)

memiliki artikulasi yang jelas; (4) jujur, ikhlas, kreatif, dan bersemangat,

dan (5) tenggang rasa dan sopan santun.

Sementara itu Nur (2008: 2) menjelaskan bahwa setidaknya ada empat

faktor yang harus dimiliki oleh seorang pembicara jika ingin berhasil dalam

berbicara, yaitu (1) percaya diri; (2) kejelasan suara; (3) ekspresi/gerak mimik;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

dan (4) kelancaran komunikasi. Lebih lanjut, Midar G. Arsjad dan Mukti U. S.

(1991: 87) menjelaskan bahwa keefektifan berbicara ditunjang oleh dua faktor,

yaitu faktor kebahasaan dan nonkebahasaan. Faktor kebahasaan meliputi: (1)

ketepatan suara; (2) penempatan tekanan nada, sendi, dan durasi yang sesuai; (3)

pilihan kata (diksi); dan (4) ketepatan sasaran pembicaraan. Adapun faktor

nonkebahasaan meliputi: (1) sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku; (2) mimik,

gerak badan, dan pandangan; (3) penampilan; (4) menghargai pendapat orang lain;

(5) kenyaringan suara; (6) kelancaran; (7) penalaran; dan (8) penguasaan topik.

d. Merencanakan Pembicaraan

Keterampilan berbicara di depan khalayak, atau yang dikenal dengan

istilah public speaking tidak akan muncul begitu saja pada diri seseorang.

Keterampilan itu diperoleh setelah melalui berbagai latihan dan praktik

penggunaannya. Berkaca dari masalah itulah para ahli menaruh perhatian terhadap

upaya membina dan mengembangkan keterampilan berbicara.

arus

dilalui dalam mempersiapkan suatu pembicaraan, yaitu (1) menyeleksi dan

memusatkan pokok pembicaraan, (2) menentukan tujuan khusus pembicaraan, (3)

menganalisis pendengar dan situasi, (4) mengumpulkan materi, (5) menyusun

ragangan kerangka dasar (outline), (6) mengembangkan ragangan/kerangka dasar,

dan (7) menyajikan pembicaraan.

e. Tujuan Berbicara

Menurut Suwandi dan Setiawan (2003: 12) yang dimaksud dengan tujuan

berbicara bergantung dengan apa yang dikehendakinya. Suatu maksud akan

menimbulkan reaksi-reaksi tertentu pula. Pada umumnya tujuan berbicara sebagai

berikut: (1) pembicara dikatakan mendorong apabila berusaha memberi semangat,

membangkitkan keinginan atau menekankan perasaan yang kurang baik, serta

menunjukkan rasa hormat dan pengabdian. Setelah pembicara itu berakhir,

pendengar diharapkan menunjukkan reaksi yang berupa tergugah perasaan mereka

terhadap hal yang disampaikan oleh pembicara; (2) pembicara berusaha

mempengaruhi keyakinan pendengar. Setelah pembicara selesai, diharapkan akan

terjadi persesuaian pendapat, keyakinan, dan kepercayaan antara pendengar dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

pembicara; (3) berbuat dan bertindak. Seorang pembicara mempunyai tujuan

menghendaki adanya tindakan atau reaksi fisik dari pendengar. Dasar tindakan

tersebut adanya keyakinan yang sudah dalam atau terbakar suatu emosi; (3)

memberitahu, berbicara yang bertujuan memberitahukan, biasanya pembicara

akan memberitahukan atau menyampaikan sesuatu kepada pendengarnya agar

mereka benar-benar mengerti; dan (4) menyenangkan, pembicaraan dilakukan

dengan tujuan untuk menggembirakan dalam suatu pertemuan.

Suharyanti dan Suryanto (1996: 4) menyatakan bahwa tujuan utama dari

berbicara adalah untuk berkomunikasi. Pembicara dapat menyampaikan

pembicaraan dengan efektif, jika memahami makna segala sesuatu yang ingin

dikomunikasikan; dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasikanya terhadap

pendengarnya; dan dia harus mendasari prinsip-prinsip yang mendasari segala

situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan. Selanjutnya, Henry

Tarigan (2008: 16) juga menjelaskan tujuan utama dari berbicara yaitu untuk

berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, pembicara harus

dapat memahami samua pembicaraan makna yang ingin dikomunikasikan.

Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan berbicara

adalah menyampaikan pesan dan berkomunikasi untuk orang lain dengan prinsip-

prinsip tertentu agar pembicara dan pendengar saling mengerti. Berbicara

mempunyai maksud-maksud tertentu, misalnya mengajak, menghibur, dan

meyakinkan. Berbicara berarti menuangkan ide serta gagasannya ke dalam sebuah

tuturan dengan tujuan agar dimengerti orang.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Pembelajaran

Keterampilan Berbicara

a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 pasal 1 ayat (15)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diartikan sebagai kurikulum

operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan

pendidikan (Safawi dalam Adi, 2011: 17). KTSP dikembangkan oleh setiap

kelompok/satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi

dan supervisi dinas pendidikan/kantor Depag kabupaten/kota untuk pendidikan

dasar, dan dinas pendidikan/kantor Depag provinsi untuk pendidikan menengah

dan pendidikan khusus.

Beberapa prinsip pengembangan KTSP diantaranya: (1) berpusat pada

potensi, perkembangan, kebuutuhan, dan kepentingan peserta didik dan

lingkungannya; (2) beragam dan terpadu; (3) tanggap terhadap perkembangan

ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (4) relevan dengan kebutuhan kehidupan;

(5) menyeluruh dan berkesinambungan; (6) belajar sepanjang hayat; dan (7)

seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Struktur dan

prosedur kurikulum yang baik harus bisa membangun rencana kerja yang baik dan

untuk menyempurnakannya tidak membutuhkan waktu yang lama.

Dengan adanya standar kompetensi mata pelajaran bahas Indonesia ini

diharapkan: (1) peserta didik dapat mengembangkan kompetensinya sesuai

dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan

penghargaan terhadap hasil kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri; (2)

guru dapat memusatkan perhatian kepada pengambangan kompetensi bahasa

peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber

belajar; (3) guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar

kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan

kemampuan peserta didiknya; (4) orang tua dan masyarakat dapat secara aktif

terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan dan kesastraan di sekolah; (5)

sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia; (6) daerah

dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai

dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan

nasional.

Mata pelajaran bahasa Indonesia diberikan agar peserta didik mampu: (1)

berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik

secara lisan maupun tulis; (2) menghargai dan bangga menggunakan bahasa

Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa nasional; (3) memahami bahasa

Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan;

(4) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan intelektual, serta

kematangan emosional dan sosial; (5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra

untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan berbahasa; dan (6) menghargai dan membanggakan

sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen

kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek

sebagai berikut: (1) mendengarkan; (2) berbicara; (3) membaca; dan (4) menulis.

Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di SMP untuk

keterampilan berbicara pada semester genap dapat dilihat dari table berikut:

Standar Kompetensi Kompetensi dasar Kelas VII 1. Mengungkapkan

pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman melalui kegiatan menanggapi cerita dan bertelepon

10.1 Menceritakan tokoh idola dengan

mengemukakan identitas dan keunggulan tokoh, serta alasan mengidolakannya dengan pilihan kata yang sesuai

10.2 Bertelepon dengan kalimat yang efektif dan bahasa yang santun

Kelas VIII 1. Mengemukakan

pikiran, persaan, dan informasi melalui kegiatan diskusi dan protokoler

10.1 Menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan

penolakan pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan

10. 2 Membawakan acara dengan bahasa yang baik dan benar, serta santun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Keterampilan berbicara SMP/MTs (semester genap)

b. Pembelajaran Keterampilan Berbicara

Suwandi dan Setiawan (2003: 38) menjelaskan bahwa sesuai dengan

pengajaran Bahasa Indonesia dapat dikemukakan tujuan pembelajaran

keterampilan berbicara agar para siswa mampu memilih dan menata gagasan

dengan penalaran yang logis dan sistematis. Selain itu, siswa diharapkan mampu

menuangkan idenya ke dalam bentuk-bentuk tuturan dalam bahasa Indonesia

sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, mampu mengucapkannya dengan jelas

dan lancar, serta mampu memilih ragam bahasa Indonesia sesuai dengan konteks

komunikasi.

Secara garis besar, tujuan utama pengajaran Bahasa Indonesia yaitu agar

anak-anak dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benarsesuai dengan kaidah

bahasa. Sehingga dapat disimpulkan, tujuan pengajaran Bahasa Indonesia yaitu

agar anak-anak mampu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dengan baik

menggunakan bahasa Indoenasia.

Keterampilan berbicara seseorang sangat dipengaruhi oleh dua faktor

penunjang utama yaitu internal dan eksternal. Faktor internal adalah segala

sesuatu potensi yang ada di dalam diri orang tersebut, baik fisik maupun nonfisik.

Faktor fisik adalah menyangkut dengan kesempurnaan organ-organ tubuh yang

digunakan di dalam berbicara misalnya, pita suara, lidah, gigi, dan bibir.

Sedangkan faktor nonfisik diantaranya adalah: kepribadian (kharisma), karakter,

temparamen, bakat (talenta), cara berfikir, dan tingkat kecerdasan. Sedangkan

faktor eksternal misalnya tingkat pendidikan, kebiasaan, dan lingkungan

pergaulan (Agung, 2008: 1).

Namun demikian, kemampuan atau keterampilan berbicara tidaklah secara

otomatis dapat diperoleh atau dimiliki oleh seseorang, walaupun ia sudah

memiliki faktor penunjang utama, baik internal maupun eksternal. Kadang-kadang

topik yang disampaikan cukup menarik, tetapi karena kurang mampu

menyajikannya maka hasil yang diperoleh kurang memuaskan. Sebaliknya,

meskipun pokok pembicaraan kurang menarik, tapi karena disajikan dengan gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

yang berbeda maka dapat menimbulkan atensi atraktif dan dapat menarik para

pendengar. Keterampilan berbicara yang baik dapat dimiliki dengan jalan

mengasah, mengolah, serta melatih seluruh potensi yang ada.

Ellis (dalam Adi, 2011: 15) mengemukaan adanya tiga cara untuk

mengembangkan kemampuan berbicara secara vertikal. Ketiga cara tersebut,

yaitu: (1) menirukan pembicaraan orang lain (khususnya guru); (2)

mengembangkan bentuk-bentuk ujaran yang telah dikuasai; dan (3) mendekatkan

atau menyejajarkan dua bentuk ujaran, yaitu bentuk ujaran sendiri yang belum

benar dan ujaran orang dewasa (terutama guru) yang sudah benar. Tujuan lainnya

adalah agar anak-anak mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka

secara lisan. Rangsangan untuk meningkatkan keterampilan berbicara adalah

dengan bercerita, menyanyikan lagu anak-anak, bermain puzzle, angka, halma,

congklak, kartu, monopoli, ataupun komputer.

Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 286-287) menjelaskan bahwa

pembelajaran keterampilan berbicara memiliki beberapa tujuan, bergantung pada

tingkatannya masing-masing. Dalam hal ini ada tiga tingkatan yang digunakan,

yaitu tingkat pemula, menengah, dan tingkat tinggi. Pembelajaran keterampilan

berbicara pada tingkat pemula bertujuan agar peserta didik dapat : (1) melafalkan

bunyi-bunyi bahasa; (2) menyampaikan informasi; (3) menyatakan setuju atau

tidak setuju; (4) menjelaskan identitas diri; (5) menjelaskan kembali hasil simakan

atau bacaan; (6) menyatakan ungkapan rasa hormat; dan (7) bermain peran. Untuk

tingkat menengah tujuan keterampilan berbicara dapat dirumuskan bahwa peserta

didik dapat: (1) menyampaikan informasi; (2) berpartisipasi dalam percakapan;

(3) menjelaskan identitas diri (4); menjelaskan kembali hasil simakan atau bacaan;

(5) melakukan wawancara; (6) bermain peran; dan (7) menyampaikan gagasan

dalam diskusi atau pidato. Adapun untuk tingkat yang paling tinggi, yaitu tingkat

lanjut, tujuan keterampilan berbicara dapat dirumuskan bahwa peserta didik dapat:

(1) menyampaikan informasi; (2) berpartisipasi dalam percakapan; (3)

menjelaskan identitas diri (4); menjelaskan kembali hasil simakan atau bacaan; (5)

berpartisipasi dalam wawancara; (6) bermain peran; dan (7) menyampaikan

gagasan dalam diskusi, pidato, atau debat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Simpulan teori kemampuan berbicara adalah bahwa kemampuan berbicara

diajarkan kepada siswa sebagai bahan ajar untuk membantu siswa

mengembangkan kemampuan berbicara siswa. Kemampuan berbicara merupakan

keterampilan yang berguna bagi siswa ketika terjun ke dalam kehidupan

bermasyarakat. Alasan tersebut menjadikan keterampilan berbicara sangat penting

diajarkan mulai usia dini.

c. Bentuk-bentuk Pembelajaran Berbicara

Suwandi dan Setiawan (2003: 40) mengungkapkan bahwa terdapat

berbagai bentuk kegiatan berbicara yang dapat diajarkan kepada siswa.

Pengajaran kemampuan berbicara yang penting untuk diajarkan adalah bertanya,

bercerita, berdialog (wawancara), ceramah, pidato, diskusi kelompok, dan

sebagainya. Siswa diharapkan dapat menguasai berbagai bentuk pembelajaran

tersebut agar terampil berbicara baik dalam bentuk formal maupun nonformal.

Nurgiyantoro (2001: 278-291) mengungkapkan bahwa terdapat berbagai

bentuk tugas kemampuan berbicara. Bentuk-bentuk tugas kemampuan berbicara

tersebut, antara lain: (1) pembicaraan berdasarkan gambar; (2) wawancara; (3)

bercerita; (4) berpidato; (5) diskusi. Beberapa bentuk berbicara tersebut akan

berguna bagi siswa sampai pada kehidupan sosial di lingkungan tempat tinggalnya

ketika mereka terjun di masyarakat nanti.

Simpulan dari teori tersebut bahwa bentuk-bentuk berbicara yang dapat

dilakukan oleh siswa adalah bertanya, bercerita, memberi tanggapan, wawancara,

dan pidato. Berbagai bentuk tugas berbicara yang diajarkan tersebut akan

menunjang kemampuan berbicara seseorang agar lebih terampil.

3. Evaluasi Pembelajaran Keterampilan Berbicara

Keberhasilan sebuah pengajaran dapat diketahui hasilnya melalui evaluasi

pembelajaran yang berfungsi untuk mengukur kemampuan siswa setelah

dilaksanakannya proses pembelajaran itu. Terkait dengan hal tersebut,

Nurgiyantoro (2001: 5) menyatakan bahwa penilaian di dalam pendidikan adalah

suatu proses karena pendidikan dan pengajaran itu sendiri merupakan proses

mencapai sejumlah tujuan yang telah ditetapkan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Nurgiyantoro (2001: 276) menyebutkan bahwa tes kemampuan berbicara

perlu mempertimbangkan unsur ekstralinguistik, yaitu sesuatu yang disampaikan

di dalam bahasa. Penilaian unsur ekstralinguistik diperlukan agar guru dapat

mengetahui sejauh makan tingkat kemampuan berbahasa siswa. Dengan

demikian, dalam penilaian kemampuan berbicara siswa diperlukan seperangkat

instrumen yang harus dipersiapkan dengan baik. Selanjutnya, Nurgiyantoro

(2001: 291) juga menjelaskan bahwa cara penilaian berbicara dapat menggunakan

skala: 0-10 atau 1-10 dengan mengemukakan aspek-aspek yang menurut kita

belum terungkap. Aspek-aspek yang dapat dinilai misalnya: (1) ketepatan

struktur; (2) ketepatan kosakata; (3) kelancaran; (4) kualitas gagasan yang

dikemukakan; (5) banyaknya gagasan yang dikemukakan siswa; (6)

kemampuan/kekritisan menanggapi gagasan; dan (7) kemampuan untuk

mempertahankan pendapat.

Menurut Suwandi dan Setiawan (2003: 33-34) bahwa aspek penilaian

berbicara yang akan dinilai dalam tes kemampuan berbicara meliputi: aspek

kebahasaan dan nonkebahasaan. Aspek kebahasaan tersebut antara lain: (1)

pengucapan vokal; (2) pengucapan konsonan; (3) penempatan tekanan; (4)

penempatan persendian; (5) penggunaan nada/irama; (6) pilihan kata; (7) pilihan

ungkapan; (8) variasi kata; (9) tata bentukan; (10) struktur kalimat; (11) ragam

kalimat. Sedangkan aspek nonkebahasaan meliputi: (1) keberanian dan semangat

yang diperlihatkan siswa; (2) kelancaran; (3) penyaringan suara; (4) pandangan

mata; (5) gerak-gerik dan mimik; (6) keterbukaan; (7) penalaran; (8) penguasaan

topik.

ucational evaluation is the estimation of the growth and progress of (evaluasi

pendidikan adalah penarikan/penilaian terhadap pertumbuhan dan kemajuan murid-murid kea rah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan dalam kurikulum). (Ngalim Purwanto, 1988: 3) Kaitannya dengan proses pembelajaran, Gronlund (dalam Ngalim

Purwanto, 2006: 8) merumuskan evaluasi sebagai proses yang sistematis untuk

menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan yang

ditetapkan telah dicapai.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Berdasarkan penilaian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),

maka evaluasi di setiap aspek pembelajaran harus memuat tiga aspek, yaitu

kognitif, afektif, dan psikomotor. Aspek kognitif diarahkan pada hasil

pembelajaran, sedangkan afektif dan psikomotorik ditujukan pada proses selama

pembelajaran berlangsung. Ketiga kawasan tersebut diuraikan secara berkaitan

menurut Benjamin S. Bloom (dalam Herman J. Waluyo, 2006: 167-174), yakni:

1) Kawasan kognitif, yaitu berhubungan dengan hal kognisi pembelajaran

(kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan atau usaha mengenali sesuatu

melalui pengalaman pembelajaran sendiri). Kawasan kognitif meliputi enam

tingkatan, yaitu:

a) Pengetahuan, yang meliputi; pengetahuan akan hal khusus (definisi,

membedakan, mengingat, mengenal kembali, pengetahuan akan kejadian

khusus, pengetahuan tentang cara dan alat, pengetahuan akan urutan,

penggolongan dan kategori, pengetahuan akan kriteria, pengetahuan akan

metodologi, serta pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi).

b) Pemahaman, yang meliputi: terjemahan (arti, contoh, definisi, abstrak,

kata, kalimat), penafsiran (membedakan, membuat, menerangkan,

mempertunjukkan), dan perhitungan atau ramalan.

c) Penerapan, yang meliputi: menerapkan prinsip, menggeneralisasikan,

menghubungkan, memilih, mengalihkan, menggolongkan,

mengorganisasikan, dan menyusun kembali.

d) Analisis, yang meliputi: analisis unsur, analisis hubungan, dan analisis

prinsip-prinsip organisasional.

e) Sintesis, yang meliputi: hasil komunikasi (untuk menuliskan,

menceritakan, mengubah, membuktikan kebenaran), hasil dari rencana

atau rangkaian kegiatan yang disusulkan, dan asal mula dari rangkaian

hubungan abstrak.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

f) Evaluasi, yang meliputi: pertimbangan mengenai kejadian internal dan

pertimbangan mengenai kriteria eksternal.

2) Kawasan afektif, yaitu berhubungan dengan perasaan dan emosi pembelajar.

Kawasan afektif meliputi lima tingkatan, yaitu:

a) Menerima, menyangkut minat siswa terhadap sesuatu.

b) Merespon, artinya siswa ikut berpartisipasi secara aktif dalam suatu

kegiatan. Bukti responding yang tertinggi adalah turnbuhnya interest,

misalnya memiliki rasa senang terhadap aktivitas bermain drama di kelas.

c) Menenghargai, pada tingkat diri siswa mampu memberikan penilaian

terhadap drama yang akan atau sudah dipentaskan, siswa memiliki sikap,

dan memiliki apresiasi.

d) Mengorganisaslkan sistem nilai. Nilai-nilai dalam diri seseorang bersifat

kompleks dan saling terkait menjadi sistem nilai sehingga untuk

mengetahui kemampuan dalam mengorganisasikan sebuah nilai, dapat

dilihat dari kemampuan seseorang membandingkan berbagai nilai,

menghubungkan nilai-nilai, dan menyintesiskan sistem nilai.

e) Mengadakan karakteristik nilai. Orang yang efektif terhadap sesuatu tidak

hanya menerima, merespons, menghargai, dan mengorganisasi harga

yang ada, tetapi sudah mampu memperjelas nilai suatu hal menjadi nilai

hidupnya yang memiliki karakterisasi jelas.

3) Kawasan psikomotorik, berkaitan dengan aktivitas fisik yang berhubungan

dengan proses mental dan psikologi pembelajar. Kawasan psikomotorik

meliputi lima tingkatan, yaitu:

a) Persepsi, yaitu proses kesadaran akan adanya perubahan setelah keaktifan

alat diri. Persepsi meliputi: stimulasi, menyentuh bentuk sesuatu,

merasakan sesuatu, membau, dan memegang, dan mendiskriminasi tanda-

tanda.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

b) Kesiapan, yaitu kemampuan membedakan persepsi yang masuk. Kesiapan

meliputi: kesiapan mental, fisik, dan emosional dalam merespons.

c) Respons terpimpin, yaitu kemampuan mencatat dan membuat laporan.

Respons terpimpin meliputi: imitasi, trial and error, mengikuti, dan

mengadakan eksperimen.

d) Mekanisme, yaitu penggunaan skill dalam aktivitas kompleks. Mekanisme

meliputi: memilih, merencanakan, melatih, dan merangkaikan.

e) Respons yang kompleks, yaitu penggunaan skill berdasarkan pengalaman

persepsi, kesiapan, respons, terpimpin dan mekanisme. Respons yang

kompleks meliputi: adaptasi, penggunaan skill untuk profesi, dan

melaporkan atau menjelaskan.

Sementara itu, Nurgiyantoro (2001: 292-294) menjelaskan tingkatan-

tingkatan tes atau penilaian kemampuan berbicara, yakni sebagai berikut.

1) Tes kemampuan berbicara tingkat ingatan

Tes kemampuan berbicara tingkat ingatan umumnya bersifat teoretis,

menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan tugas berbicara, misalnya tentang

pengertian dan fakta.

2) Tes tingkat pemahaman

Tes kemampuan tingkat pemahaman juga masih bersifat teoritis, menanyakan

berbagai masalah yang berhubungan dengan tugas berbicara. Namun, tes

tingkat pemahaman ini dapat pula dimasukkan untuk mengungkap

kemampuan siswa secara lisan.

3) Pada tingkat ini tidak lagi bersifat teoritis, melainkan menghendaki siswa

untuk melakukan praktik berbicara. Tes tingkat ini menuntut siswa untuk

mampu menerapkan kemampuan berbahasanya untuk berbicara dalam situasi

dan masalah tertentu.

Simpulan dari teori tersebut, bahwa penilaian berbicara memiliki aspek-

aspek tertentu. Penilaian kemampuan berbicara dipilih sesuai dengan jenjang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

pendidikan siswa sehingga aspek-aspek yang dinilai dalam berbicara tergantung

dengan kemampuan awal serta pelajaran berbicara yang sedang dipelajari siswa.

Penilaian berbicara juga harus mempertimbangkan kemampuan berbahasa dan

kemampuan berpikir siswa. Penilaian yang digunakan untuk mengukur

kemampuan bercerita adalah tes unjuk kerja yang dilengkapi dengan lembar

penilaian observasi (pengamatan) terhadap kemampuan bercerita siswa.

Tabel 2. Rubrik Pengamatan Penilaian Kemampuan Berbicara

Keterangan

1. Lafal

5 Tidak terjadi salah ucapan yang mencolok, ucapan standar

4 Pengaruh ucapan asing(daerah) dan kesalahan ucapan tidak

menyebabkan kesalahpahaman

3 Pengaruh ucapan asing (daerah) memaksa orang mendengarkan

dengan teliti, salah ucap yang menyebabkan kesalahpahaman

2 Sering terjadi kesalahan besar dan aksen kuat yang menyulitkan

pemahaman

1 Ucapan sering tidak dapat dipahami karena kesalahan melafalkan

kata-kata

2. Keruntutan

5 Runtut dari awal sampai akhir pembicaraan

4 Terjadi sedikit ketidakruntutan dalam pembicaraan

3 Kadang-kadang tidak runtut, tetapi tidak menganggu pembicaraan

No Aspek yang

Dinilai

Rentangan Skala Perolehan

Skor 5 4 3 2 1

1 Lafal

2 Keruntutan

3 Kelancaran

4 Pemahaman

Total Skor

Nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

2 Banyak terjadi ketidakruntutan ketika berbicara yang menganggu

pembicaraan

1 Sama sekali tidak runtut dari awal sampai akhir pembicaraan

3. Kelancaran:

5 Pembicaraan dalam segala hal lancar dan halus

4 Pembicaraan lancar dan halus, tetapi sekali-sekali masih kurang ajeg

3 Pembicaraan sering nampak ragu, kalimat tidak lengkap,

pengelompokkan kata kadang-kadang juga tidak tepat

2 Pembicaraan sangat lambat dan tidak ajeg kecuali untuk kalimat-

kalimat pendek .

1 Pembicaraan selalu terhenti dan terputus-putus

4. Pemahaman

5 Memahami segala sesuatu dalam pembicaraan formal

4 Memahami agak baik kata-kata normal, kadang-kadang pengulangan

dan penjelasan

3 Memahami dengan baik kata-kata sederhana, dalam hal tertentu masih

perlu penjelasan dan pengulangan

2 Memahami dengan lambat kata-kata sederhana, sehingga perlu

penjelasan dan pengulangan

1 Memahami sedikit isi kata-kata yang paling sederhana

Teknik penilaiannya sebagai berikut:

1. Nilai dalam tiap unsur berkisar antara 1 sampai dengan 5: nilai 1 berarti

kurang sekali, nilai 2 berarti kurang, nilai 3 berarti sedang, nilai 4 berarti baik,

dan nilai 5 berarti baik sekali.

2. Jumlali skor atau total nilai diperoleh dari menjumlahkan nilai setiap unsur

penilaian yang diperoleh siswa.

3. Nilai akhir yang diperoleh siswa diolah dengan menggunakan rumus:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

4. Presentase ketuntasan pembelajaran berbicara dapat dihitung dengan

menggunakan rumus:

4. Peran Guru dalam Pelaksanaan pembelajaran Keterampilan Berbicara

Seorang guru yang baik haruslah memiliki pengetahuan, pemahaman, dan

kemampuan dalam berhubungan dengan orang lain.

Proses dan hasil belajar siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola,

struktur, dan isi kurikulum, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh guru yang

mengajar dan membimbing mereka. Guru akan mampu mendidik dan mengajar

apabila dia mempunyai kestabilan emosi, memiliki rasa tanggung jawab yang

besar untuk memajukan anak didik, bersikap realistis, bersikap jujur, serta

bersikap terbuka dan peka terhadap perkembangan terutama terhadap inovasi

pendidikan (Hamalik, 2004: 43)

Seorang guru harus mampu menguasai dan mengelola kelas. Suwarna

(2006: 66) menyebutkan macam-macam keterampilan dasar mengajar yang harus

dimiliki guru, yaitu: (1) keterampilan membuka dan menutup pelajaran; (2)

keterampilan menjelaskan; (3) keterampilan bertanya; (4) keterampilan memberi

penguatan; (5) keterampilan menggunakan media pembelajaran; (6) keterampilan

membimbing diskusi kelompok kecil; (7) keterampilan mengelola kelas; (8)

keterampilan mengadakan variasi; dan (9) keterampilan mengajar perorangan dan

kelompok kecil. Kesembilan keterampilan tersebut harus dikuasai dalam

pembelajaran, khususnya dalam hal ini adalah pembelajaran keterampilan

berbicara.

Bertolak dari uraian dan pendapat para ahli di atas maka dapat dikatakan

bahwa guru memiliki peran yang sangat penting dalam proses dan hasil

pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Selain harus

Total Nilai

20 X 100 =

Jumlah siswa X 100% = presentase tingkat keberhasilan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

memiliki kompetensi dalam mengajar guru juga dituntut mampu membimbing,

mengarahkan, memotivasi, dan memberdayakan anak didik dan lingkungan

sekitar agar pembelajaran yang dilaksanakan memberikan hasil yang maksimal.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang

Pembelajaran Keterampilan Berbicara di

SMP 3 Negeri Salatiga. Penelitian tersebut memberikan simpulan bahwa

pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara di SMP Negeri 3 Salatiga

berjalan baik, mulai dari perencanaan hingga evaluasi. Penelitian tersebut

mempunyai persamaan proses penelitian dalam pengambilan data, yaitu dengan

observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Tetapi juga mempunyai perbedaan,

yaitu objek penelitian.

Penelitian yang relevan lainnya adalah Pelaksanaan Pembelajaran

Berbicara Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi pada Siswa Kelas IX

SMA Negeri 1 Jati Srono Tahun Ajaran 2006/2007 karya Gagah Pribadi. Dalam

penelitian tersebut disimpulkan bahwa keterampilan berbicara di SMA Negeri 1

Jati Srono pada kelas IX sudah sesuai pada pembelajaran berbicara yang baik

meskipun beberapa kendala akan tetapi masih dapat diatasi. Penelitian tersebut

mempunyai persamaan proses penelitian dalam pengambilan data, yaitu dengan

observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Tetapi juga mempunyai perbedaan,

yaitu objek penelitian.

Relevansi kedua penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah adanya

kesamaan variabel pembelajaran keterampilan berbicara. Penelitian tersebut juga

mendeskripsikan mengenai kendala-kendala yang dihadapi guru dalam

pembelajaran keterampilan berbicara dan upaya yang dilakukan oleh guru yang

bersangkuatn untuk mengatasi kendala tersebut.

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran bahasa Indonesia pada setiap satuan pendidikan pasti

mencakup empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

membaca, dan menulis. Tentunya keempat keterampilan berbahasa tersebut tidak

hanya dinilai secara kognitif karena pada hakikatnya bahasa merupakan ilmu

terapan. Kompetensi dari sisi afektif dan psikomotorik pun memiliki peran yang

sama pentingnya, khususnya dalam pembelajarn keterampilan berbicara di SMP

yang lebih cenderung berupa praktik latihan berbicara.

Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan sekolah yang menyiapkan

peserta didiknya menjadi lulusan yang siap menghadapi jenjang yang berikutnya,

yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA). Lulusan SMP ditekankan agar memiliki

keterampilan berbicara yang baik untuk menunjang kompetensi yang ditekuni

ketika di SMP melalui komunikasi. Dengan tersedianya sarana dan prasarana yang

lengkap untuk menunjang pembelajaran berbicara, diharapkan dapat dihasilkan

lulusan yang berkompetensi dan dapat berkomunikasi dengan baik.

Peneliti berasumsi tentunya terdapat strategi khusus yang dilakukan oleh

guru dalam mengajarkan dan mengembangkan keterampilan berbicara kepada

peserta didiknya, terlebih pada SMP.

Strategi pembelajaran (meliputi penguasaan teori, penguasaan

pembelajaran, penguasaan metode pembelajaran, dan evaluasi) menjadi syarat

mutlak untuk mendapatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran keterampilan

berbicara. Strategi pembelajaran keterampilan berbicara di SMP tentunya

ditopang dengan pemahaman guru tentang kurikulum yang diterapkan. Terlebih

dalam pembelajaran keterampilan berbicara, guru dituntut pula memiliki

penguasaan teori keterampilan berbicara, penguasaan pembelajaran berbicara,

penguasaan metode pembelajaran, dan penguasaan tentang penilaian atau evaluasi

dalam keterampilan berbicara. Penguasaan tiap-tiap unsur tersebut sangat

menentukan kualitas proses dan hasil pelaksanaan pembelajaran berbicara yang

dilakukan. Semua komponen tersebut diwujudkan dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan upaya mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam

pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Secara singkat alur pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada

gambar di bawah ini.

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian

Guru mamahami kurikulum

Penguasaan metode

pembelajaran keterampilan

Penguasaan teori

keterampilan berbicara

Penguasaan pembelajaran keterampilan

berbicara

Penguasaan penilaian

keterampilan berbicara

PBM, Metode/pendekatan,

Hasil PBM keterampilan berbicara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Surakarta. Alamat SMP

Negeri 8 Surakarta yang akan diteliti adalah di jalan H.O.S Cokroaminoto No. 15

Kecamatan Jebres, Surakarta.

Penetapan SMP Negeri 8 surakarta sebagai tempat penelitian didasarkan

pada,

1. SMP tersebut adalah salah satu SMP yang berkualitas baik di Surakarta,

terbukti dengan terakreditasi A dan mempunyai peringkat unggul dari ujian

nasional tahun 2010/2011.

2. Situasi dan kondisi sekolah cukup nyaman dan kondusif, karena sarana dan

prasarana yang dimiliki cukup menunjang untuk pembelajaran berbicara.

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari-April 2012 sesuai dengan

tabel kegiatan di bawah ini.

No Waktu Jenis Penelitian

Desember Januari Februari Maret April Mei

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pembuatan proposal X X X

2. Pengajuan proposal X X X X

3. Pengumpulan data X X X X X X

4. Analisis data X X X X X X X X

5. Penyusunan laporan X X X X X X X X X X

Tabel 3. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian

B. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang

bertujuan untuk menggambarkan atau melukiskan keadaan yang ada berdasarkan

konsep, kategori, dan tidak berdasarkan angka.

Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran secara detail tentang proses

pembelajaran keterampilan berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta. Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

pembelajaran keterampilan berbicara, yaitu tentang perencanaan pembelajaran

keterampilan berbicara, pelaksanaan pembelajaran, kendala pembelajaran

keterampilan berbicara, dan upaya yang dilakukan guru sekolah untuk mengatasi

kendala-kendala yang ada dalam pembelajaran keterampilan berbicara.

C. Sumber Data

Menurut Sutopo (2002: 23) sumber data dalam penelitian kualitatif dapat

berupa manusia dengan tingkah lakunya, peristiwa, dokumenter, arsip, dan benda-

benda lain. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Peristiwa

Peristiwa yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini adalah

peristiwa pembelajaran keterampilan berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta

yang dilakukan oleh guru dalam kelas dan terfokuskan pada pola interaksi

guru dengan siswa dan siswa dengan siswa yang lainya untuk

menspesifikasikan penelitian dan memudahkan dalam pengambilan data.

2. Informan

Informan dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran Bahasa

Indonesia dan beberapa siswa kelas VII dan kelas VIII SMP Negeri 8

Surakarta.

3. Dokumen

Dokumen yang digunakan sebagai sumber data dalam penelitian ini

adalah silabus, RPP, dan nilai keterampilan berbicara, yang berkaitan secara

langsung dengan pokok pembahasan penelitian ini.

D. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling, yakni pengambilan sampel yang didasarkan pada tujuan yang

diinginkan. Peneliti mengambil sampel satu kelas dari masing-masing tingkatan di

SMP Negeri 8 Surakarta. Kelas inilah yang diamati tentang proses pembelajaran

dan nilai hasil keterampilan berbicara. Kelas yang dipilih adalah kelas VII F untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

tingkat kelas VII dan kelas VIIIA untuk tingkat kelas VIII, tidak menggunakan

kelas IX karena ditakutkan menggangu proses Ujian Nasional.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Analisis dokumen

Dokumen yang dianalisis peneliti adalah Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), silabus, dan daftar nilai keterampilan berbicara.

Data hasil analisis dokumen tersebut dikumpulkan dan dicatat,

kemudian dipadukan dengan catatan lapangan. Dengan perpaduan dan data

tersebut akan menghasilkan penelitian yang objektif dan komprehensif.

2. Observasi

Observasi adalah dasar dari ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya

dapat bekerja berdasarakan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang

diperoleh melalui observasi (Nasution, dalam Rahayu, 2011: 36).

Peneliti mengadakan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan

pembelajaran berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta, dalam hal ini peneliti

berperan sebagai partisipan pasif, di mana kehadiran peneliti diketahui namun

tidak mempengaruhi proses pembelajaran dengan cara duduk di kursi paling

belakang, sehingga guru dan siswa tidak merasa terganggu dengan kehadiran

peneliti.

Observasi dilakukan di dalam kelas saat pembelajaran keterampilan

berbicara berlangsung. Dengan observasi secara langsung diharapkan

diperoleh data yang sesungguhnya di lokasi penelitian. Hal-hal yang

diobservasi meliputi: proses atau pelaksanaan pembelajaran keterampilan

berbicara yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir

(penutup); proses evaluasi yang meliputi evaluasi proses dan hasil; aktivitas

guru dan siswa selama proses pembelajaran yang meliputi usaha-usaha yang

dilakukan guru selama pembelajaran dan keterlibatan siswa dalam

pembelajaran.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

3. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan

seseorang yang ingin memeroleh informasi dari seseorang lainnya dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana

dalam Rahayu, 2011: 36)

Wawancara mendalam dilakukan secara tidak formal terstruktur guna

mendapatkan data yang tidak bisa didapat mealui teknik observasi. Untuk itu

peneliti melakukan wawancara secara langsung. Peneliti melakukan

wawancara kepada guru bahasa Indonesia kelas VII dan kelas VIII dan siswa

dari kelas yang menjadi objek penelitian.

F. Validitas Data

Teknik uji validitas data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Triangulasi data

Yaitu peneliti menggunakan beberapa sumber untuk

mendapatkan/mengumpulkan data. Untuk mendapatkan data tersebut, peneliti

menggunakan beberapa sumber, yaitu dokumen (hasil rekaman maupun

catatan ujaran-ujaran yang disampaikan guru dan siswa), peristiwa (proses

pembelajaran), dan informan (guru dan murid)

2. Triangulasi metode

Peneliti menggunakan metode pengumpulan data dari observasi di

objek penelitian kemudian direduksi dan dikuatkan dengan bukti dari metode

wawancara.

3. Review informan

Laporan penelitian di-review oleh informan (khususnya informan

kunci) untuk mengetahui apakah data-data yang ditulis sesuai dan disetujui.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

analisis interaktif (interactive model of analysis). Peneliti memilih teknik ini

karena data yang digunakan adalah dokumen dan aktivitas pembelajaran. Analisis

model interaktif ini merupakan interaksi dari empat komponen, yaitu:

pengumpulan data, reduksi data, penyajian data (display data), dan penarikan

simpulan (verivikasi). Pada saaat melakukan tahap pengumpulan data sekaligus

sesuai dengan kemunculan data yang diperlukan.

Adapun langkah-langkah analisis interaktif adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan cara

analisis dokumen, observasi, dan wawancara. Peneliti mengumpulkan data

sebanyak-banyaknya yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berhubungan

dengan pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara di SMP Negeri 8

Surakarta.

2. Reduksi Data

Sutopo (dalam Rahayu, 2011: 37), reduksi data merupakan proses

seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data. Teknik ini

mengambil langkah yang berupa pencatatan data yang diperoleh dari hasil

observasi.Reduksi data sudah dimulai sejak peneliti mengambil keputusan

tentang kerangka kerja konseptual, tentang pemilihan kasus, pertanyaan-

pertanyaan yang akan diajukan, dan tentang cara yang akan dipakai dalam

pengumpulan data tentang pembelajaran keterampilan berbicara di SMP

Negeri 8 Surakarta.

3. Penyajian Data

Penyajian data merupakan suatu rangkaian organisasi informal,

deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan peneliti dapat menarik

kesimpulan (Sutopo, dalam Rahayu, 2011: 37). Hal tersebut meliputi: (1)

perencanaan pembelajaran yang diterapkan guru dalam pembelajaran

keterampilan berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta; (2) pelaksanaan

pembelajaran keterampilan berbicara yang dilakukan oleh guru di SMP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Negeri 8 Surakarta; (3) kendala-kendala yang dihadapi oleh guru SMP Negeri

8 Surakarta dalam pembelajaran keterampilan berbicara; dan (4) upaya-upaya

yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kendala-kendala yang ditemui

dalam pembelajaran keterampilan berbicara SMP Negeri 8 Surakarta.

4. Penarikan Simpulan

Berdasar dari hasil analisis terhadap ujaran dan pembicaraan antara

guru dengan murid yang terjadi pada proses pembelajaran dan pada saat

diwawancarai, kemudian ditarik simpulan. Simpulan-simpulan tersebut

diverifikasi selama penelitian berlangsung. Pada penelitian ini data yang

diverifikasi meliputi: perencanaan pembelajaran keterampilan berbicara,

pelaksanaan pembelajaran, kendala yang timbul dalam pembelajaran

keterampilan berbicara, serta upaya guru bahasa Indonesia. Visualisasi proses

analisis tersebut sebagai berikut:

Gambar 2. Model Analisis Interaktif

(Miles dan Huberman dalam Sutopo, 2002: 96).

Pengumpulan Data

Penarikan Kesimpulan

Reduksi Data Penyajian Data

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Latar Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Surakarta yang berlokasi di

Jalan H.O.S Cokroaminoto No. 15, Kode Pos 57126 Jebres, Surakarta, nomor

telepon (0271) 632947. Gedung SMP Negeri 8 Surakarta terdiri dari 21 ruang

kelas, 1 ruang tata usaha, 1 ruang kepala sekolah, 1 laboraturium IPA, 1

laboraturium komputer, 1 ruang multi education, 1 ruang guru, 1 ruang

perpustakaan, 1 ruang Aula, 1 ruang PPL, 1 ruang BP/BK, 1 ruang UKS, 1 ruang

OSIS, 1 ruang Pramuka, 1 ruang PMR, 1 ruang koperasi siswa, 3 kantin, 4 kamar

kecil guru, 18 kamar kecil siswa, 1 masjid, 1 ruang seni musik, 1 ruang karawitan,

3 ruang moving class, 4 tempat parkir, 1 lapangan (basket, tenis, voli,sepakbola) 1

ruang agama Katolik, 1 ruang agama Kristen.

Bangunan SMP Negeri 8 Surakarta berbaris melingkar bertingkat dua

dengan lapangan di tengahnya, digunakan untuk lapangan olahraga dan upacara

sekolah. Untuk kelas VII terdapat 7 kelas yaitu VII A, VII B, VII C, VII D, VII E,

VII F, dan VII G. Untuk kelas VIII juga terdapat 7 kelas yaitu VIII A, VIII B, VIII

C, VIII D, VIII E, VIII F, dan VIII G. SMP Negeri 8 Surakarta telah menerapkan

standar nasional jumlah siswa setiap kelasnya yaitu 32 siswa. Peneliti

menggunakan kelas VII F dan VIII A karena kelas VII F merupakan salah satu

kelas yang aktif dan banyak terdapat siswa-siswa berprestasi, sedangkan kelas

VIII A merupakan kelas yang heterogen, di dalamnya terdapat siswa yang

menonjol dalam prestasi dan ada pula yang kurang dalam prestasi belajar di kelas.

Ruang kelas VII F terlihat bersih dan tertata rapi. Di dalam kelas cukup

terang karena terdapat di lantai dua dan pencahayaan dari sinar matahari yang

masuk melalui cendela dan pintu di sisi sebelah timur dengan letak pintu di depan

sebelah timur dan belakang sebelah timur juga. Di dalam kelas telah dilengkapi

seperangkat proyektor dan screenview yang dapat digunakan oleh guru untuk

media pembelajaran, baik itu bahasa Indonesia atau mata pelajaran lainnya. Kursi

dan meja diatur dengan posisi menghadap ke utara, terbagi atas empat deret terdiri

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

dari dua tempat duduk siswa, dan terdiri dari empat baris meja. Sedangkan ruang

kelas VIII A, juga terlihat bersih dan tertata rapi. Tetapi berbeda degan kelas VII

F, pencahayaan ruangan dibantu dengan lampu penerangan walaupun dalam

kondisi siang hari. Itu karena kelas VIII A terdapat di sudut, sebelah timur kelas

terdapat laboraturium IPA jadi sinar matahari hanya sedikit yang masuk dalam

ruang kelas. Terdapat dua pintu, sama seperti ruang kelas lainnya yaitu di depan

dan di belakang. Kursi dan meja diatur dengan posisi menghadap ke utara, terbagi

atas empat deret terdiri dari dua tempat duduk siswa, dan terdiri dari empat baris

meja.

Adapun sarana penunjang yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran

keterampilan berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta adalah buku-buku referensi

yang berkaitan dengan keterampilan berbicara. Salah satu buku penunjang

kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara adalah buku pegangan guru

(modul/paket), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan buku-buku referensi Pintar

Berbahasa Indonesia SMP.

B. Temuan Penelitian

1. Perencanaan Pembelajaran Keterampilan Berbicara

di SMP Negeri 8 Surakarta

Perencanaan pembelajaran adalah suatu proses yang berisi kegiatan guru

dalam mempersiapkan penyusunan berbagai keputusan pembelajaran yang akan

dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran di kelas untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Tujuan tersebut, sebagaimana tercantum dalam kurikulum 2004

adalah berupa penugasan terhadap kompetensi dasar tertentu oleh peserta didik,

sehingga siswa memiliki kompetensi tertentu sesuai dengan tujuan pembelajaran

atau standar kompetensi yang ditetapkan. Dengan demikian, penyusunan

serangkaian kegiatan itu dilaksanakan dengan mengacu pada tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya, yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator

pencapaian. Hal tersebut didasarkan pada amanat Garis Besar Haluan Negara

(GBHN) 1999-2004 tentang penyempurnaan Kurikulum 1994 menjadi Kurikulum

2004. Kurikulum 2004 merupakan kurikulum yang menekankan pada kemampuan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

melakukan (kompetensi) lugas dengan standar performansi tertentu sehingga

hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik. Kompetensi merupakan perpaduan

dari pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap yang direfleksikan dalam

kebiasaan berpikir dan bertindak mencakup aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor). Rencana pelaksanaan pembelajaran bahasa sastra Indonesia yang

dibuat oleh seorang guru berbentuk silabus. Dalam silabus tercakup standar

kompetensi yang nantinya dikembangkan oleh guru dalam bentuk yang lebih

spesifik lagi yaitu kompetensi dasar.

Standar kompetensi mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia terdiri atas

aspek kemampuan berbahasa dan aspek kemampuan bersastra. Masing-masing

kemampuan itu terdiri atas empat standar kompetensi, yaitu aspek kemampuan

menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Perencanaan pembelajaran berbicara, pada hakikatnya adalah suatu proses

kegiatan atau upaya guru dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran yang

dapat digunakan untuk menunjang keberhasilan kegiatan belajar-mengajar antara

siswa dan guru dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Upaya kegiatan

penyusunan atau persiapan perangkat pembelajaran itu tentunya dimaksudkan

untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan di dalam kurikulum

2004, sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Kurikulum merupakan

pedoman yang benar-benar harus dipahami dengan baik oleh setiap guru. Karena

pada hakikatnya kurikukulum merupakan sumber acuan dalam

menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran pemahaman guru terhadap

kurikulum sangat dipengaruhi oleh persepsinya. Semakin baik dan positif

persepsi guru terhadap kurikulum semakin baik juga pembelajaran yang

dilaksanakan oleh guru.

Berdasarkan hasil analisis lapangan, dapat dikatakan bahwa pada dasarnya

para guru bahasa dan sastra Indonesia di SMP Negeri 8 Surakarta telah memiliki

persepsi positif terhadap KBK, termasuk persepsinya terhadap pembelajaran

berbicara. Persepsi positif guru terhadap KBK dapat dilihat melalui tindakan guru

ketika mengajar di kelas. Tindakan-tindakan guru dalam mengajar mencerminkan

guru yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang positif terhadap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

kurikulum sebagai acuan mengajarnya sehingga guru mampu mengajar dengan

baik. Guru telah memiliki persepsi positif terhadap KBK juga dapat ditunjukan

dari hasil wawancara yang dapat diuraikan sebagai berikut:

gunakan untuk mengajar, sebagian besar yang menggunakan materi yang telah

ada di modul yang di susun oleh MGMP kota untuk latihan siswa, tetapi kadang

Pernyataan narasumber1 tersebut menunjukan bahwa guru WP sudah paham

tentang konsep KTSP khususnya terkait dengan pengembangan kompetensi atau

materi/bahan yang seharusnya dicapai oleh siswa perlu disesuaikan dengan situasi

dan kondisi sekolah. Pengembangan kompetensi siswa yang disesuaikan dengan

situasi dan kondisi sekolah adalah konsep dari kurikulum. Hal itu

memperlihatkan bahwa narasumber1 sudah memiliki persepsi yang positif atau

benar tentang pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.

Dalam kurikulum 2004, perencanaan pembelajaran dapat berwujud (a)

penjabaran kurikulum bahasa dan sastra Indonesia, (b) menyusun program

tahunan (prota), (c) menyusun program semester (promes), (d) menyusun silabus

pelajaran bahasa dan sastra Indonesia, (e) menyusun rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) bahasa dan sastra Indonesia.

Perencanaan pembelajaran sebagai tahap persiapan dan juga merupakan

langkah awal dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting

sebelum pembelajaran dilaksanakan secara nyata. Perencanan pembelajaran yang

baik, terarah, dan terprogram secara matang akan sangat mempengaruhi kualitas

proses pembelajaran yang dilaksanakan maupun produk yang dihasilkan dalam

pembelajaran.

Sebagai langkah awal perencanaan suatu pembelajaran, guru semestinya

membuat silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) terlebih dahulu.

Selama ini banyak ditemukan bahwa silabus dan RPP yang digunakan oleh guru

tidak dibuat sendiri oleh guru yang bersangkutan. Hal ini seperti yang

diungkapkan Utomo (2009) yang menyatakan bahwa masih ditemukan guru-guru

di beberapa sekolah yang menggunakan konsep foto copy silabus dan RPP dari

sekolah lain yang tidak sesuai dengan konteks sekolahnya. Berkaca dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

ungkapan di atas, ternyata masih ditemukan pada sekolah yang menjadi objek

peneliti, yaitu di SMP Negeri 8 Surakarta, namun bedanya tidak mengkopi dari

sekolah lain tetapi menggunakan silabus dan RPP yang dibuat oleh kelompok

musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) bahasa Indonesia sekolah menengah

pertama (SMP) kota Surakarta. Tetapi hal tersebut seharusnya

mempertimbangkan konteks masing-masing sekolah, keadaan sarana dan

prasarana yang berbeda di setiap sekolah, dan kondisi siswa di setiap sekolah

yang tentunya berbeda antara sekolah satu dengan sekolah lainnya.

Hal-hal yang dicantumkan dalam silabus adalah (1) standar kompetensi

(2) kompetensi dasar (3) materi pokok/pembelajaran (4) kegiatan pembelajaran

(5) indikator penilaian (6) penilaian (7) alokasi waktu (8) sumber belajar.

Sedangkan hal-hal yang dicantumkan dalam RPP merupakan penjabaran secara

lebih rinci dari silabus yang sudah dibuat, antara lain mencantumkan (1) identitas

sekolah (2) Standar kompetensi (3) kompetensi dasar (4) indikator (5) tujuan

pembelajaran (6) materi pembelajaran (7) metode pembelajaran (8) langkah-

langkah pembelajaran (9) sumber belajar dan (10) penilaian. Bentuk silabus dan

RPP tersebut dapat dilihat pada lampiran 2 (CL No 2.1 dan No. 2.2).

2. Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Berbicara

di SMP Negeri 8 Surakarta

a. Pembelajaran secara Kooperatif dengan Mengembangkan Tema untuk

Kompetensi Dasar Bercerita pada Kelas VII

Pembelajaran secara kooperatif dengan mengembangkan tema yakni

pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok dengan mengembangkan tema

yang telah ditentukan oleh guru sebagai acuan untuk meningkatkan daya

penalaran siswa dalam praktik pembelajaran berbicara. Sebelum pembelajaran

dimulai guru mengawali dengan doa dan memeriksa kehadiran siswa. guru

kemudian menjelaskan mengenai kompetensi dasar yang akan dipelajari siswa

pada hari tersebut yaitu mampu menceritakan tokoh idola dengan mengemukakan

identitas tokoh, keunggulan, dan alasan mengidolakannya dengan pilihan kata

yang sesuai untuk kelas VII. Setelah itu guru bertanya jawab dengan siswa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

mengenai tokoh idola dari siswa, misalnya artis, tokoh kartun, pemain sepak bola,

pahlawan nasional, atau orang tua. Kemudian guru bertanya kepada siswa

mengapa mengidolakan seseorang yang menjadi idola siswa, contohnya

keunggulannya, karakter dari tokoh idola, dan identitas dari tokoh idolanya.

Siswa dengan antusias menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru.

Pada kegiatan inti, guru menjelaskan tentang hal-hal yang akan dipahami

dari kompetensi dari hari ini, yaitu mencari identitas dari sebuah tokoh idola,

menyebutkan prestasi-prestasi yang dapat digunakan untuk memotivasi siswa,

dan menyebutkan sikap atau perilaku yang dapat dicontoh, tentunya sikap yang

baik. Masing-masing siswa diminta untuk mengidentifikasi identitas, prestasi, dan

sikap dari tokoh idola yang diidolakan oleh siswa. Pada kesempatan ini, guru

memberikan contoh bagaimana guru WP mengidentifikasi identitas, prestasi, dan

sikap dari tokoh idolanya, yaitu RA. Kartini. Guru menampilkan biografi tentang

RA. Kartini dengan menggunakan LCD proyektor yang terdapat di setiap kelas.

Guru menceritakan secara garis besar bagaimana RA Kartini memperjuangkan

martabat wanita di Indonesia, identitas RA Kartini, dan semangat yang membara

dari RA Kartini beserta teman-teman wanitanya.

Setelah menyampaikan materi, guru menyuruh siswa untuk membuat

kelompok masing-masing kelompok empat orang siswa, dengan cara berhadap-

hadapan depan dengan belakang. Tiap kelompok dihitung berdasarkan urutan dari

deret paling kiri kebelakang kemudian deret sebelahnya dan seterusnya.

Terbentuk delapan kelompok dalam kelas tersebut. Untuk kelompok dengan

urutan ganjil (1, 3, 5, dan 7) mendapat ugas menuliskan prestasi dari tokoh idola

yang menjadi objek diskusi, yaitu BJ Habiebi. Sedangkan untuk kelompok Genap

(2, 4, 6, dan 8) menuliskan sikap dan perilaku yang patut untuk diteladani dari

seorang BJ Habiebi. Sesekali guru berkeliling memeriksa pekerjaan siswa jika

ada yang mengalami kesulitan, maka guru memberikan penjelasan disela-sela

siswa mengerjakan. Dengan demikian kondisi diskusi berjalan dengan kondusif.

Setelah diskusi, masing-masing kelompok diminta untuk membacakan hasil

diskusinya di depan kelas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan refleksi dan memberikan

kesempatan bertanya bagi siswa yang mengalami kesulitan atau belum

memahami. Siswa tidak ada yang bertanya dan menyatakan sudah paham dengan

materi mengidentifikasi tokoh idola. Guru meminta siswa untuk kembali pada

posisi tempat duduk semula. Guru kemudian memberikan tugas kepada siswa

untuk membuat dialog saat bertelepon. Guru tidak membatasi dengan siapa

bertelepon. Tetapi dengan tema, menanyakan kepada teman sekelas mengenai

adakah pekerjaan rumah (PR) hari ini, karena tadi tidak masuk karena sakit.

Pada pertemuan berikutnya, kegiatan pembelajaran diawali guru dengan

memeriksa kesiapan siswa dan menanyakan tugas rumah yang sudah diberikan

yaitu membuat dialog bertelepon. Siswa diperintahkan untuk mengeluarkan tugas

yang sudah dikerjakan kemudian melaporkan hasil bertelepon di depan kelas.

Kegiatan inti diisi dengan penampilan siswa untuk melaporkan hasil

berteleponnya di depan kelas. Siswa yang tidak maju ditugaskan untuk

mengoreksi pemilihan kata yang kurang tepat dari kegiatan bertelepon siswa yang

maju. Guru berkeliling untuk mengamati keantusiasan siswa terhadap

pembelajaran berbicara, sehingga proses pembelajaran pada hari itu cukup

kondusif.

b. Pembelajaran secara Individu dengan Praktik Berbicara pada Kelas

VIII

Pembelajaran secara individu dengan prkatik berbicara, yaitu guru

menugaskan kepada siswa untuk membuat sebuah susunan acara, baik itu resmi

atau tidak resmi, kemudian siswa bertindak sebagai pembawa acaranya. Kegiatan

pembelajaran diawali dengan salam dan apersepsi kepada siswa untuk

mengetahui apakah ada siswa yang tidak masuk pada hari itu dan dilanjutkan

berdoa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing siswa. Guru SM

memberikan informasi kepada siswa jika hari ini dan pertemuan minggu

berikutnya akan diteliti oleh kakak-kakak dari Universitas Sebelas Maret (UNS )

yang sedang melakukan penelitian guna penyusunan skripsi. Guru kemudian

menjelaskan mengenai kompetensi dasar yang akan dipelajari siswa pada hari

tersebut yaitu membawakan acara dengan bahasa yang baik dan benar, serta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

santun pada kelas VIII. Guru bertanya apakah diantara siswa pernah menjadi

seorang pembawa acara sebelumnya. Guru menjelaskan materi tentang berbicara

dan pengertian sebuah sesuatu acara.

Materi yang dijelaskan selanjutnya adalah susunan acara. Siswa diberi

tugas untuk menyusun sebuah susunan acara, siswa diberi kebebasan untuk

memilih acara yang siswa sukai, misalnya ulang tahun, perpisahan sekolah, atau

yang lainnya, dan siswa bertindak sebagai pembawa acaranya. Siswa diberikan

beberapa menit untuk membuat sebuah susunan acara dengan bahasa yang baik

dan santun. Pada kesempatan membuat susunan acara, guru berkeliling untuk

memeriksa hasil pekerjaan siswa, juga bertujuan untuk memantau kondisi kelas

agar tetap kondusif. Setelah beberapa saat, siswa maju untuk mempraktikkan

menjadi seorang pembawa acara pada acara yang mereka susun sendiri. Siswa

yang tidak maju ditugaskan untuk mengoreksi pemilihan kata yang kurang tepat

dari siswa yang maju. Kondisi menjadi sedikit gaduh karena siswa yang

dibelakang menyoraki teman yang sedang maju membawakan acara, namun guru

segera memberikan teguran untuk memperhatikan.

Di akhir pertemuan, guru menayanyakan kepada siswa apakah menemui

kesulitan ketika menyusun sebuah acara. Ada siswa yang mengeluhkan rasa

percaya diri yang bagus ketika menyusun konsep acara, tetapi sangat kurang

percaya diri ketika maju. Guru menjawab, kurangnya percaya diri itu wajar untuk

tahap belajar, dan akan lebih baik jika sering dilatih dan seringnya tampil di

sebuah acara yang sebenarnya. Guru memberikan tugas kepada siswa yang belum

maju praktik pada pertemuan hari itu, untuk mengoreksi kebahasaan dari konsep

suatu acara yang telah dibuat dan melatih diri untuk praktik berbicara. Dan bagi

siswa yang telah maju mengganti kata-kata yang salah kemudian dikumpulkan,

agar tidak ditemukan siswa pinjam pekerjaan siswa lainnya.

Pada pertemuan berikutnya, guru menanyakan tugas rumah siswa yang

diberikan pada pertemuan sebelumnya. Siswa diminta untuk memeriksa kembali

pekerjaan yang sudah dibuat. Guru memberikan penjelasan mengenai penataan

susunan acara yang baik dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar

santun. Siswa memeriksa kembali pekerjaan mereka. Sesekali guru berkeliling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

untuk memeriksa pekerjaan siswa. Beberapa Nampak bertanya guru menghampiri

meja mereka. Guru menjelaskan pertanyaan siswa suara yang keras, sehingga

diharapkan siswa lain mengerti dan tidak ada siswa lain yang bertanya dengan

pertanyaan yang sama. Saat terdengar bel tanda berakhirnya pelajaran, siswa

dimunta mengumpulkan hasil pekerjaannya. Guru kemudian menutup

pembelajaran dengan refleksi bersama dengan siswa.

3. Kendala dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara

di SMP Negeri 8 Surakarta

Segala macam kegiatan pasti tidak luput dari sebuah hambatan atau

kendala. Demikian juga dengan sebuah pembelajaran, pasti akan ditemui banyak

kendala yang menghambat berlangsungnya pembelajaran. Oleh karena itu perlu

adanya pengidentifikasian kendala-kendala yang menghambat pembelajaran.

Setelah diidentifikasi, barulah kemudian dicarikan solusi untuk mengatasi

kendala-kendala tersebut. Dengan demikian diharapkan proses pembelajaran akan

berlangsung lebih baik dari sebelumnya.

Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti di SMP

Negeri 8 Surakarta ditemukan beberapa kendala dalam pembelajaran

keterampilan berbicara yaitu:

a. Kurang Memadainya Buku tentang Peningkatan Keterampilan

Berbicara yang Ada di Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan merupakan tempat penting yang dapat menunjang

keberhasilan pembelajaran Bahasa Indonesia, termasuk berbicara.

Keberadaan buku-buku penunjang pembelajaran di perpustakaan dapat

membantu siswa untuk menemukan materi baru yang belum mereka pelajari

secara formal di kelas. Dengan lebih banyak membaca siswa dapat membuka

jendela pengetahuan mereka dengan lebih lebar. Akan tetapi tidak semua

perpustakaan memiliki koleksi buku yang cukup memadai, termasuk

perpustakaan di SMP Negeri 8 Surakarta. Buku-buku mengenai peningkatan

keterampilan berbicara jumlahnya masih belum memadai. Keterbatasan ini

menyebabkan siswa tidak dapat meminjam dalam waktu yang bersamaan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Selain itu, jika guru ingin memberikan contoh dari buku-buku peningkatan

keterampilan berbicara yang ada di perpustakaan untuk dibawa ke dalam

kelas juga tidak memungkinkan.

b. Guru Kesulitan Mengatur Siswa Saat Berdiskusi

Bagi guru yang memilih metode diskusi untuk pembelajaran

keterampilan berbicara, menyatakan bahwa metode diskusi dipilih karena

memiliki beberapa keuntungan, antara lain: (1) siswa yang kurang paham

dapat bertukar pikiran dengan teman lain yang lebih paham; (2) waktu

pengerjaan tugas menjadi lebih cepat karena dikerjakan secara bersama-sama;

dan (3) melatih siswa untuk bekerja sama. Akan tetapi guru menuturkan sulit

untuk mengatur siswa ketika berdiskusi.

Sebelum diskusi berlangsung, guru meminta siswa untuk kelompok

dengan jumlah anggota yang sudah ditentukan oleh guru. Guru mengalami

kesulitan untuk mengondisikan siswa saat pembentukan kelompok. Siswa

memerlukan waktu yang lama untuk menentukan anggota kelompok dan

tugas masing-masing anggota kelompok. Suasana kelas akhirnya menjadi

gaduh dan sedikit banyak akan mengganggu proses belajar mengajar di kelas

lain. Selain itu saat diskusi berlangsung, hanya beberapa siswa yang

mengerjakan tugas yang diberikaa oleh guru, sedangkan yang lainnya sibuk

dengan aktivitas mereka sendiri yang tidak ada hubungannya dengan

pembelajaran. Misalnya saja asik mengobrol dengan teman atau bahkan ada

juga yang justru asik menggambar.

c. Alokasi Waktu Pembelajaran Terbatas

Dengan jumlah siswa yang banyak, alokasi waktu yang diberikan

kepada siswa tentunya kurangt. Guru menyatakan bahwa alokasi waktu

pembelajaran terbatas. Jumlah waktu pembelajaran yang tersedia dirasa

kurang untuk praktik berbicara semua siswa, sehingga cara yang dipakai oleh

guru yaitu dengan menunjuk beberapa siswa saja yang nilainya dirasa kurang

untuk memperbaiki nilainya. Apalagi jika didahului dengan kegiatan diskusi,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

waktu untuk praktik berbicara tentunya berkurang. Waktu yang singkat

tersebut dirasa siswa belum cukup untuk menyampaikan gagasan atau idenya

dengan baik. Memang pada dasarnya dari waktu yang singkat tersebut guru

sudah dapat menilai kemampuan siswa. akan tetapi siswa masih merasa

belum melakukan yang terbaik.

d. Minimnya Kosakata Bahasa Baku yang Dimiliki Siswa

Kosakata yang dimiliki siswa masih rendah, khususnya yang berkaitan

dengan bahasa baku. Jika diberikan satu tema dan siswa diminta untuk

mengidentifikasi kata-kata berkenaan dengan tema tersebut, mereka

memerlukan waktu yang lama untuk mengidentifikasinya. Hasil identifikasi

kata yang diperoleh siswa pun tidak terlalu banyak. Rata-rata siswa masih

menggunakan bahasa ibu yang setiap hari dipakai, yaitu bahasa Jawa. Siswa

masih sering menggunakan bahasa daerah saat presentasi, diskusi ataupun

kegiatan berbicara yang lainnya. Siswa merasa susah menghilangkan

kebiasaan tersebut dan cenderung membawanya ke dunia pendidikan, terlabih

jika berinteraksi dengan temannya.

e. Kurangnya Percaya Diri pada Sebagian Besar Siswa

Percaya diri merupakan aspek terbesar dan dominan dalam pratik

berbicara. Dengan percaya diri siswa dapat leluasa berbicara tanpa adanya

grogi atau ragu dalam berbicara. Seperti yang terjadi di sebagian besar siswa

kelas VII F dan VIII A di SMP Negeri 8 Surakarta, jika mendapat giliran

untuk maju praktik berbicara, siswa kurang percaya diri sehingga berakibat

kurang lancar dalam berbicara. Namun untuk tingkat sekolah menengah

pertama, rasa percaya diri dinilai masih pada taraf belajar dan mengenal apa

itu berbicara di depan umum atau praktik berbicara.

f. Kurangnya Keseriusan Siswa Ketika Praktik Berbicara di Depan Kelas

Kurangnya keseriusan siswa ketik praktik yaitu siswa yang masih

sering bercanda ketika maju, atau mengajak bercanda teman yang mendapat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

giliran maju ke dapan. Hal sepele tetapi justru menjadi kendala yang besar

untuk pembelajaran berbicara, khususnya tingkat sekolah menengah pertama.

Bayangkan saja, masih SMP sudah sering bercanda yang tidak ada

manfaatnya, apalagi kelak nanti di tingkat lanjutan. Misalnya, banyak yang

berbicara memotong pembicaraan guru atau menyela teman yang maju, tetapi

jika yang bercanda tadi disuruh mengulang, dia tidak bias.

g. Siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran

Selain kepercayaan diri yang rendah, semangat yang dimiliki siswa

juga masih kurang. Siswa pada dasarnya telah memiliki konsep dan

pemikiran akan tetapi jika diminta untuk mengungkapkannya di hadapan

teman-temannya siswa tidak mampu dikarenakan rasa takut atau malu.

Terkadang siswa malas untuk berbicara karena teman-temannya selalu

mengganggu. Rasa malu dan gangguan teman tersebut menjadi salah satu

pemicu rasa malu dan rendahnya antusias siswa. Guru mengatakan bahwa

apabila antusiasme siswa dalam belajar rendah maka sulit untuk menciptakan

pembelajaran yang baik.

4. Upaya Guru dan Sekolah untuk Mengatasi Kendala

Pembelajaran Berbicara

Kendala-kendala pembelajaran yang sudah diidentifikasi oleh peneliti

kemudian didiskusikan dengan guru dan pihak sekolah untuk mencari solusinya.

Dengan ditemukannya solusi atas kendala-kendala yang menghambat

pembelajaran berbicara, maka diharapkan agar pembelajaran berbicara dapat

berlangsung lebih baik dari sebelumnya. Upaya guru dan sekolah untuk

mengatasi kendala pembelajaran berbicara pada siswa kelas VII dan VIII SMP

Negeri 8 Surakarta antara lain:

Sekolah Berdiskusi dengan Komite Sekolah untuk Pengadaan Buku Perpustakaan

Selain guru, sekolah juga memiliki peranan penting untuk mengatasi

kendala-kendala pembelajaran berbicara. Sehebat apapun seorang guru tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

akan mampu menciptakan sebuah pembelajaran yang baik tanpa adanya

dukungan yang baik pula dari sekolah. Masalah kurangnya buku referensi

tentang berbicara ditanggapi secara cukup jelas dari pihak sekolah. Pihak

sekolah sebenarnya sudah berusaha untuk mengajukan penambahan sarana

prasarana kepada pemerintah pusat, akan tetapi belum seluruhnya terealisasi

karena penambahan sarana prasarana tidak dapat dilaksanakan secara serta

merta mengungat ketersediaan biaya sehingga dilakukan secara bertahap.

a. Guru Terlebih Dahulu Menentukan Kelompok untuk Diskusi Sebelum

Masuk Kelas

Guru menentukan anggota kelompok dan ketua kelompok berdasarkan

nomor urut di daftar presensi untuk menjaga agar kelas tetap tenang. Cara lain

yang dapat digunakan guru yaitu dengan membuat nomor undian; Siswa

diminta maju ke depan kelas untuk mengambil nomor undian berisi nomor

kelompok diskusi. Siswa yang sudah mengambil undian dapat langsung

bergabung dengan teman diskusinya tanpa menimbulkan suasana gaduh.

Guru juga lebih sering berkeliling memeriksa pekerjaan siswa saat siswa

mengerjakan tugas. Jika ada siswa yang berbicara diluar konteks diskusi

maka guru akan menegur siswa tersebut. Cara tersebut akan membuat siswa

lebih berkonsentrasi untuk mendiskusikan tugas yang diberikan oleh guru

kepada mereka.

b. Guru Mengurangi Alokasi Waktu Pembelajaran pada Materi yang

Dianggap lebih Mudah dan Berkoordinasi dengan Guru Mata Pelajaran

lain

Guru mengemukakan bahwa alokasi waktu pembelajaran berbicara

dapat diperbanyak dengan cara mengurangi alokasi waktu pembelajaran

untuk materi lain yang diangggap lebih mudah dipahami siswa. Masing-

masing materi pembelajaran memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda.

Resepsi siswa terhadap materi pun memerlukan waktu yang berbeda-beda

pula sehingga materi yang dirasa guru mudah dipahami oleh siswa dapat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

dikurangi alokasi waktunya dan alokasi waktu tersebut ditambahkan pada

materi yang dianggap lebih sulit, misalnya berbicara.

c. Siswa Mendapat Tugas dari Guru untuk Membaca di Prepustakaan

Guru mengemukakan bahwa kurangnya kosa kata siswa mengenai

bahasa baku disebabkan karena siswa kurang berinteraksi dengan bahasa-

bahasa baku. Berinteraksi dengan bahasa-bahasa baku dapat dilakukan

dengan banyak cara, misalnya membaca buku, majalah, koran, atau kamus

besar bahasa Indonesia jika menemukan kata-kata baru yang belum

dimengerti oleh siswa.

d. Guru Memotivasi Siswa dengan Memberi Pujian dan Tepuk Tangan

dari Siswa yang Lain

Kepercayaan diri dan keberanian merupakan modal yang sangat

berharga demi terciptanya pembicara yang baik. Akan tetapi hal itu belum

sepenuhnya dikuasai oleh siswa. guru senantiasa memotivasi siswa agar

memiliki kepercayaan diri dan keberanian dalam berbicara, kalau berbicara di

belakang saja berani kenapa di depan tidak berani. Guru menanamkan kepada

siswa untuk tidak takut dan malu kepada guru karena guru bukanlah sesuatu

yang harus ditakuti. Motivasi tidak hanya diberikan dalam bentuk ucapan atau

ceramah saja, tetapi juga dengan pemberian nilai tambahan untuk siswa,

selain itu dengan pujian atau tepuk tangan dari siswa yang lain untuk unjuk

kerja yang telah dilakukan siswa.

e. Guru Menegur Siswa yang Tidak Serius dalam Pembelajaran Berbicara

Guru sering mengingatkan kepada siswa bahwa adakalanya waktu

untuk bercanda atau bergurau dan adakalanya waktu untuk serius dengan

materi, tidak hanya dengan mata pelajaran bahasa Indonesia tetapi juga semua

mata pelajaran. Sewaktu-waktu guru dapat menegur siswa jika bercanda atau

berguraunya tidak pada waktu yang tepat atau terlewat batas. Teguran bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

dalam bentuk ucapan atau jika telah berulang kali diingatkan tetapi tetap

dilakukan guru dapat mengeluarkan siswa dari dalam kelas.

f. Menggunakan Strategi dan Metode Pembelajaran yang Menarik

Untuk meningkatkan antusiasme siswa, selain memotivasi siswa

dengan nilai lebih, guru juga selalu menggunakan strategi dan metode

pembelajaran yang variatif. Misalnya guru menggunakan model agar siswa

lebih tertarik. Selain itu guru juga tidak segan-segan untuk mengajak siswa ke

luar kelas agar pikiran siswa lebih segar. Siswa juga diberikan kebebasan

menggunakan alat bantu ketika berbicara, manakala hal tersebut diperlukan.

C. Pembahasan

1. Orientasi Pembelajaran Berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta

Secara umum Orientasi pembelajaran dapat digolongkan menjadi dua,

yakni pembelajaran yang berorientasi pada teori dan pembelajaran yang

berorientasi pada praktik. Pembelajaran yang berorientasi kepada teori dapat

diartikan bahwa inti dari sebuah pembelajaran adalah menyampaikan teori

sebanyak-banyaknya kepada siswa tanpa memerhatikan empat keterampilan dasar

yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Keterampilan

yang dimaksud adalah keterampilan menulis, membaca, menyimak dan berbicara.

Jadi guru semata-mata hanya bertugas untuk mentransfer materi pelajaran kepada

siswa tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih keempat

keterampilan berbahasa.

Berkebalikan dengan pembelajaran yang berorientasi pada teori,

pembelajaran yang berorientasi kepada praktik cenderung memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berapresiasi dengan keterampilan yang mereka

miliki. Guru berusaha untuk melatih keterampilan berbahasa yang dimiliki oleh

siswa, baik itu keterampilan membaca, menulis, menyimak maupun berbicara.

Dengan demikian belajar tidak hanya sekedar mentransfer materi kepada siswa

tetapi juga melatih siswa untuk lebih apresiatif.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti kepada guru bahasa

Indonesia SMP Negeri 8 Surakarta diperoleh hasil bahwa pembelajaran berbicara

harus mengarah pada praktik berbicara sedangkan teori hanya diberikan sebagian

kecil saja.

Pada pembelajaran yang berorientasi pada praktik khususnya

pembelajaran berbicara, guru berusaha untuk mengorientasikan pembelajaran

kepada praktik berbicara. Hasil akhir yang dikehendaki dari pembelajaran

berbicara adalah agar siswa mampu berbicara di depan halayak. Guru berupaya

untuk memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya kepada siswa untuk berlatih

berbicara. Keterampilan berbicara tidak akan didapatkan seorang siswa hanya

dengan teori semata tanpa disertai dengan praktik. Dengan demikian, guru tidak

perlu memberikan penjelasan terlalu mendalam mengenai puisi dan mengabaikan

praktik berbicara karena praktik inilah yang dikehendaki dalam pembelajaran

berbicara. Pemberian teori dengan porsi yang lebih banyak daripada praktik

dianggap kurang tepat dalam membina keterampilan siswa dalam berbicara.

Meskipun berorientasi pada praktik, guru tetap mengajarkan teori tentang

apa itu berbicara dan teknik berbicara. Pemberian teori ini bermanfaat untuk

membantu siswa memahami lebih dalam mengenai cara berbicara yang nantinya

dapat mereka praktikkan. Jadi guru memberikan bekal pengetahuan terlebih

dahulu sebelum meminta siswa untuk praktik menulis. Waktu yang dipergunakan

guru untuk menjelaskan teori hanya sepertiga waktu pembelajaran, sedangkan dua

pertiganya diberikan kepada siswa untuk praktik berbicara. Dengan cara demikian

pemahaman yang dimiliki siswa sebagai bekal siswa untuk praktik berbicara

dapat direalisasikan dengan baik saat mereka benar-benar sudah praktik berbicara.

Perencanaan, Pelaksanaan, dan Penilaian Pembelajaran Berbicara

di SMP Negeri 8 Surakarta

Perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran berbicara yang

dilakukan guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Surakarta adalah sebagai

berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

a. Persiapan Sebelum Pembelajaran

Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran dari MGMP Kota

dikembangkan guru kemudian diimplementasikan dalam pembelajaran yang

sebenarnya. Guru dapat menyesuaikan materi pembelajaran yang dipilih

sesuai dengan karakteristik siswa di masing-masing sekolah. Dalam dunia

kedokteran, perbedaan penyakit membutuhkan obat yang berbeda pula.

Demikian halnya dengan pembelajaran, perbedaan karakteristik siswa

membutuhkan perbedaan penanganan pula dalam pola mengajar yang harus

diberikan oleh guru.

Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan guru

sudah mengacu pada pedoman yang dikeluarkan oleh badan standar nasional

pendidikan (BSNP). Dengan demikian muatan yang terkandung dalam silabus

dan RPP yang dibuat guru tentunya sudah mengacu pada kurikulum yang

berlaku saat ini sehingga pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan

kebutuhan siswa. Silabus dan RPP yang dibuat dengan baik sedikit banyak

akan berpengaruh pada hasil pembelajaran yang dilakukan guru. Perencanaan

yang baik tentunya akan berbuah hasil yang baik pula.

b. Guru Melaksanakan Prosedur Pembelajaran sesuai dengan RPP

Langkah-langkah pembelajaran yang sudah dibuat dalam rencana

pelaksanaan pembelajaran sudah dilaksanakan secara baik pada pembelajaran

yang sesungguhnya. Pembelajaran secara umum dilaksanakan dalam tiga

langkah yakni kegiatan awal, inti dan penutup.

Kegiatan awal pembelajaran dibuka guru dengan apersepsi mengenai

materi berbicara. Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai apa itu

keterampilan berbicara. Kegiatan inti diisi guru dengan menjelaskan materi

mengenai berbicara yang meliputi pengertian keterampilan berbicara dan

teknik-teknik dalam berbicara. Setelah guru selesai menjelaskan materi dan

siswa dirasa sudah paham, siswa diminta untuk praktik berbicara. Guru

menutup pembelajaran dengan refleksi bersama siswa.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Namun ada kalanya pembelajaran dilaksanakan sedikit melenceng dari

perencanaan yang sudah dibuat sebelumnya. Hal ini disebabkan karena guru

harus menyesuaikan pembelajaran dengan kondisi pada saat dilaksanakannya

pembelajaran. Misalnya saja guru merencanakan untuk praktik berbicara,

akan tetapi pada hari itu guru mendapat tugas dari kepala sekolah untuk

menghadiri pertemuan di dinas pendidikan terpaksatidak jadi praktik

berbicara dan siswa diberi tugas untuk mengerjakan soal yang ada di lembar

kesrja siswa (LKS).

c. Guru Berperan sebagai Fasilitator, Motivator, dan Pemimpin Kelompok

belajar

Guru bertugas sebagai fasilitator dan motivator dalam pembelajaran

berbicara. Sebagai seorang fasilitator guru memiliki tugas untuk

memfasilitasi siswa dalam belajar berbicara. Fasilitas ini berkenaan dengan

memberikan penjelasan kepada siswa saat siswa mengalami kesulitan belajar,

misalnya saat siswa kesulitan memilih tema berbicara. Sedangkan sebagai

motivator guru bertugas untuk memberikan motivasi belajar kepada siswa.

Siswa dituntut untuk lebih aktif dalam pembelajaran, guru hanya memberikan

bantuan ketika siswa memerlukan bantuan guru. Guru harus mampu

memberikan dorongan semangat kepada para siswanya agar memiliki

motivasi yang tinggi dan rasa percaya diri yang tinggi pula untuk mengikuti

pembelajaran berbicara.

Guru juga berperan sebagai pemimpin atau pengatur organisasi belajar

saat siswa berdiskusi. Organisasi yang dimaksud adalah kelompok-kelompok

yang terdiri atas beberapa siswa dalam satu kelas. Pembentukan kelompok

dan berlangsungnya diskusi dalam kelompok menjadi tanggung jawab penuh

seorang guru. Ketika diskusi berlangsung guru mengawasi para siswanya

apakah mereka berdiskusi dengan benar ataukah tidak. Jika terjadi tindakan

yang menyimpang dalam diskusi, misalnya ada siswa yang justru merigobrol

dengan teman maka guru segera menegur siswa tersebut. Guru memegang

peranan penuh agar diskusi di masing-masing kelompok berjalan dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

baik. Sesekali guru berkeliling untuk memeriksa tugas yang dikerjakan oleh

setiap kelompok agar diskusi dapat berlangsung dengan baik. Jika siswa

mengalami kesulitan saat diskusi, mereka menanyakannya kepada guru ketika

guru berkeliling memeriksa pekerjaan mereka.

d. Guru Menerapkan Metode Kooperatif dan Inquiri

Menurut Slavin (1997), pembelajaran kooperatif, merupakan model

pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki

kemampuan heterogen.

Dalam pembelajaran berbicara, guru SMP Negeri 8 Surarakarta

berusaha untuk meningkatkan kinerja siswa dalam mengerjakan tugas yang

guru berikan. Selain itu, guru juga mengajarkan kepada siswa keterampilan

kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting karena banyak anak

muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial.

Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang

melibatkan seluruh kemampuan siswa secara maksimal untuk mencari dan

menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis,

logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya

dengan penuh percaya diri.

Proses inkuiri dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: (a)

merumuskan masalah; (b) mengembangkan hipotesis; dan (c) menarik

kesimpulan.

Guru dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas mempunyai

peranan sebagai konselor, konsultan, teman yang kritis dan fasilitator. Guru

dapat membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok, serta memberi

kemudahan bagi kerja kelompok.

e. Guru Menggunakan Materi Ajar dari Modul, buku referensi berbicara,

dan lembar kerja siswa (LKS)

Pemilihan materi ajar sangatlah penting dalam setiap pembelajaran.

Dengan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP), guru bisa

mengembangkan materi ajar sesuai kondisi dan situasi daerah atau sekolah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

masing-masing. Di SMP Negeri 8 Surakarta materi ajar, khususnya materi

untuk keterampiten berbicara disesuaikan dengan kurikulum yang ada, yang

termuat dalam silabus. Akan tetapi jika dalam kompetensi dasar tidak

dijelaskan secara pasti, misalnya berpidato, maka siswa diberi kebebasan

untuk mengembangkan ridato tersebut.

Pengembangan pemilihan materi juga dilakukan oleh guru untuk

kompetensi dasar tertentu. Misalnya ketika kompetensi dasarnya menanggapi

cara pembacaan cerpen, guru memilihkan cerpen yang sesuai dengan

kehidupan dan background knowledge siswa. Materi dipilih sesuai hobi, usia,

tren masa kini, dan hal-hal lain yang sesuai kehidupan siswa. Pemilihan

materi ini bertujuan agar anak tertarik dan tidak mudah bosan terhadap

pelajaran.

Adapun untuk buku dan referensi, guru tidak menentukan dan

mengharuskan kepada siswa untuk memakai buku tertentu. Siswa bebas

memilih yang sesuai dengan materi yang ada. Pemilihan materi ajar harus

mempertimbangkan beberapa aspek. Hal-hal paling dekat dengan siswa

seharusnya dimanfaatkan sebagai materi ajar. Siswa tidak boleh diberikan

materi yang terlalu jauh dengan kehidupannya agar mampu menyerap

pelajaran dengan baik. Materi ajar juga harus dipilih berdasarkan kebutuhan

siswa agar pengetahuan siswa juga semakin bertambah

Sumber belajar yang digunakan oleh guru berasal dari Modul, buku

referensi berbicara, dan lembar kerja siswa (LKS). Guru menggunakan modul

sebagai buku acuan utama karena dianggap memiliki materi pembelajaran

yang cukup lengkap. Selain itu, kedalaman materi yang ada di modul sudah

dinilai oleh pemerintah sehingga guru tidak meragukan relevansinya dengan

kebutuhan siswa. Buku refensi berbicara digunakan untuk menambah

pengetahuan siswa mengenai berbicara dan teknik berbicara yang baik dan

benar. LKS digunakan guru untuk memberikan pengayaan terhadap materi

yang sudah disampaikan kepada siswa. Soal-soal yang ada di LKS biasa

digunakan guru sebagai tugas rumah untuk siswa. Guru berharap agar siswa

memelajari kembali materi yang sudah diajarkan di sekolah dengan cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

mengerjakan soal-soal yang ada di LKS. Dengan demikian jika siswa

mengalami kesulitan saat mengerjakan, maka dapat ditanyakan pada

pertemuan berikutnya.

f. Penerapan Strategi dan Metode Pembelajaran

1) Strategi Pembelajaran

Pembelajaran keterampilan berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta

tidak hanya menggunakan satu macam Strategi. Guru-guru tidak menerapkan

strategi pembelajaran berbicara yang dibakukan. Guru satu dengan yang lain

menggunakan strategi yang berbeda sesuai dengan karakter atau selera

masing-masing. Selain itu dalam menerapkan strategi pembelajaran, guru

mempertimbangkan kebutuhan anak. Pemakaian strategi yang bervariasi ini

di samping dapat menghapus kejenuhan siswa juga akan menimbulkan

gairah guru yang menggunakan strategi baru.

Dalam menggunakan strategi belajar berbicara, guru menekankan

pada motivasi siswa. Salah satu strategi yang digunakan oleh guru bahasa

Indonesia di SMP Negeri 8 Surakarta adalah dengan memberikan bonus nilai

kepada siswa yang berani tampil lebih awal (tampil pertama) daripada siswa-

siswa yang lainnya. Dengan bonus nilai tersebut siswa akan terpacu untuk

tampil dengan baik. Selaian itu guru juga selalu memberikan komentar-

komentar atau masukan kepada siswa baik yang tampil dengan baik ataupun

Gambar 3. Buku referensi dan modul yang digunakan dalam pembelajaran berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

kurang baik. Bagi siswa yang tampil baik guru memberikan pujian atau

penguatan, sedangkan bagi siswa yang tampil kurang baik guru memberikan

masukan-masukan dan dorongan agar tampil lebih baik pada kesempatan

yang lain.

Inovasi-inovasi untuk membangkitkan semangat siswa sangat

dibutuhkan agar hasil pembelajaran menjadi memuaskan. Seorang pengajar

harus memiliki kemampuan lain, di samping kemampuan mengajar dan

menyampaikan materi. Seorang guru harus memiliki kepribadian matang,

dinamis, fleksibel, kreatif, inovatif, agresif, dan cerdas. Dalam hal ini soft

skill menjadi hal yang sangat menentukan keberhasilan guru dalam

membangkitkan semangat siswa.

2) Metode Pembelajaran

Metode yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan berbicara

oleh guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Surakarta beraneka ragam.

Metode yang digunakan dalam menyampaikan materi ajar disesuaikan

dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Banyak metode yang digunakan

dalam pembelajaran keterampilan berbicara di sekolah tersebut. Beberapa

metode tersebut di antaranya: permodelan, unjuk kerja, diskusi, demonstrasi,

penugasan, tanya jawab, dan inquiri yang dipadukan satu sama lain. Selain

metode ceramah, metode yang sering muncul dalam pembelajaran adalah

metode unjuk kerja.

Para guru menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai dengan

kemampuan masing-masing. Ada guru yang lebih menyukai metode diskusi

yang dikolaborasikan dengan metode lainnya. Metode diskusi dipilih karena

memiliki ranyak kelebihan, salah satunya dengan diskusi siswa akan

memiliki rasa persaudaraan yang kuat. Dari sekian banyak metode yang

digunakan, tampaknya metode ceramah lebih mendominasi jika

dibandingkan dengan metode lainnya. Hal tersebut dikarenakan penggunaan

metode apapun selalu diawali oleh ceramah guru walaupun hanya sebentar.

Dalam menerapkan atau memilih metode pembelajaran, guru juga

nenyesuaikan dengan kondisi sekolah dan siswa. Guru tidak menggunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

metode yang sekiranya kondisi sekolah ataupun siswa tidak memungkinkan.

Tidak ada satu metode pun yang paling unggul, semuanya bergantung pada

keadaan dan kemampuan guru dalam mengaplikasikannya. Untuk itu

penggunaan metode harus dilakukan secara bervariasi. Guru tidak boleh

hanya nenggunakan satu metode yang disukainya. Hal itu agar siswa tidak

mudah jenuh dan bosan.

g. Penilaian terhadap Unjuk Kerja Siswa

1) faktor-faktor yang Dinilai

Penilaian yang dilakukan oleh guru terhadap kemampuan berbicara di

SMP Negeri 8 Surakarta mencakup dua aspek. Aspek yang pertama adalah

aspek kebahasaan. Aspek yang kedua adalah aspek nonkebahasaan. Kedua

aspek tersebut dinilai secara berimbang. Akan tetapi jika ada anak yang

menonjol di salah satu aspek sedangkan aspek yang lainnya lemah, guru

menganggap anak itu lulus dalam penilaian dengan berbagai pertimbangan.

Siswa berani maju ke depan kelas tanpa ditunjuk itu pun merupakan prestasi

tersendiri bagi siswa, dan guru menghargai keberanian tersebut. Bagi siswa

yang dirasa perlu mendapat perbaikan, guru memberikan kesempatan

terakhir setelah semua siswa tampil.

Penilaian sering dilakukan berdasarkan keberanian, akan tetapi acuan

penilaian pun tidak diabaikan. Dalam melakukan penilaian, guru mengacu

pada standar kompetensi yang ada, Misalnya dalam standar kompetensi

disebutkan siswa mampu berpidato maka siswa dituntut mampu berpidato.

Guru membuat pedoman penilaian sama dengan standar kompetensi yang

ada dalam silabus atau RPP. Guru menyesuaikan dengan kompetensi dasar

yang ada, misalnya bermain drama, penilaian dilakukan dengan melihat

akting, vokal, gerakan, kenyaringan suara, dan sebagainya. Jadi di sini

penilaian tidak hanya dilakukan terhadap satu aspek. Semuanya bergantung

pada kompetensi dasar dan indikator yang ingin dicapai. Namun demikian,

keberanian tetap menjadi pertimbangan guru dalam memberikan nilai.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Berdasarkan fakta di atas dapat dikatakan bahwa penilaian dilakukan

jengan cukup baik. Penilaian tidak hanya dilakukan terhadap satu aspek

melainkan beberapa aspek yaitu kebahasaan dan non kebahasaan. Namun

demikian guru belum melakukan penilaian secara menyeluruh, hanya dengan

keberanian saja siswa dianggap lulus. Kiranya guru perlu mencermati apakah

cara tersebut memiliki kemanfaatan yang signifikan terhadap perkembangan

siswa.

2) Cara Penilaian

Cara guru dalam menilai keterampilan berbicara di SMP Negeri 8

Surakarta secara umum dapat diuraikan sebagai berikut: (a) guru memberi

tugas kepada siswa untuk mempersiapkan diri 1 atau 2 minggu sebelumnya

dengan mencari media dan materi serta mempelajari materi tersebut; (b) guru

memberi tugas kepada siswa untuk melakukan kegiatan berbicara (secara

individu atau kelompok) dalam waktu tertentu; (c) guru menentukan faktor-

faktor yang dinilai atau diamati kemudian melakukan penilaian; dan (d)

selesai kegiatan berbicara, guru dan siswa yang lainnya memberikan

komentar. Dalam hal ini guru memperhatikan komentar siswa dan

membetulkan komentar yang kurang tepat, guru pun aktif berkomentar.

Dalam penilaian ini siswa telah dilibatkan untuk memberikan

penilaian, walaupun intensitasnya masih kecil dan jarang. Artinya penilaian

teman sejawat telah diterapkan. Penilaian tidak terbatas pada nilai tertulis,

akan tetapi nilai tidak tertulis seperti komentar dan masukan. Komentar para

siswa dapat memberikan keuntungan timbal balik terhadap siswa maupun

guru. Seharusnya guru harus lebih sering melibatkan siswa dalam melakukan

penilaian. Hal tersebut agar interaksi dalam pembelajaran semakin terbangun

dengan baik.

3) Bentuk-bentuk Tugas/Tes

Penilaian kemampuan berbicara dilakukan bukan berdasarkan tes

tulis melainkan tes non tulis atau unjuk kerja. Beberapa bentuk tugas yang

dipakai diantaranya mendiskripsikan tokoh idola, bercerita hasil wawancara,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

diskusi, dan protokoler (membawakan acara). mendiskripsikan tokoh idola,

bercerita hasil wawancara, dan berdiskusi digunakan di kelas VII. Sedangkan

pada kelas VIII guru menggunakan bentuk tugas yang berupa diskusi dan

protokoler. Pemilihan bentuk tugas ini didasarkan pada standar kompetensi

dan kompetensi dasar yang ada.

Pemilihan bentuk tes di atas pada dasarnya telah sesuai dengan

tingkatan dan kemampuan siswa akan tetapi pada pelaksanaannya siswa

belum melaksanakan tugas dengan baik. Misalnya ketika siswa

mendiskripsikan tokoh idola, siswa tidak menceritakan tokoh idolanya secara

menyeluruh melainkan sering keluar dari konteks. Untuk itu seorang guru

harus mampu menjelaskan bentuk-bentuk tes dan tujuan tes tersebut. Siswa

harus benar-benar tahu apa yang harus dilakukan.

4) Tingkatan Tes

Tingkatan tes yang digunakan dalam melakukan penilaian

kemampuan berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta adalah tes tingkat

pemahaman dan tes tingkat penerapan. Tes tingkat pemahaman digunakan

untuk mengarahkan pemahaman siswa terhadap topik yang disampaikan. Tes

ini misalnya seorang siswa diminta menjelaskan gambar sesuai dengan

pemahamannya, yaitu ketika siswa yang diminta guru menceritakan tokoh

idola, yang sebelumnya guru telah memerintahkan siswa untuk membawa

gambar, poster atau foto tokoh tersebut.

Tingkatan tes yang kedua adalah tes tingkat penerapan. Tes pada

tingkat ini tidak lagi bersifat teoritis, melainkan menghendaki siswa untuk

praktik berbicara. Siswa diharapkan mampu berkomunikasi pada situasi dan

masalah tertentu. Untuk mengungkap kemampuan berbicara siswa tingkat

penerapan dengan simulasi situasi tertentu. Tes ini dilakukan ketika siswa

membawakan sebuah acara.

Ada perbedaan tingkat tes kemampuan berbicara pada kelas VII dan

kelas VIII. Hal tersebut merupakan salah satu keberhasilan dalam

pembelajaran, artinya tidak terjadi pengulangan pada tingkatan di atasnya

terhadap apa yang telah didapat sebelumnya. Satu hal yang perlu dicatat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

adalah belum sepenuhnya pada tingkat tes tersebut dipahami oleh siswa

sehingga hasilnya pun kurang memuaskan. Misalnya pada tes tingkatan

penerapan, siswa belum sepenuhnya mampu menerapkan masalah yang ada.

2. Kelebihan dan Kelemahan Upaya Guru dalam Pembelajaran Berbicara

di SMP Negeri 8 Surakarta

Dari data dan bahasan di atas maka dapat dikemukan beberapa kelebihan

dan kelemahan dalam pembelajaran keterampilan berbicara di SMP Negeri 8

Surakarta jika disbanding dengan hasil penelitian yang relevan. Mengenai

kelebihan dan kelemahan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Kelebihan

Beberapa kelebihan dari pembelajaran keterampilan berbicara di SMP

Negeri 8 Surakarta di antaranya: (1) guru dan siswa membuat perencanaan dengan

baik sebelum proses pembelajaran berlangsung; (2) guru memiliki strategi yang

cukup baik untuk memotivasi siswa; (3) guru mampu memanfaatkan fasilitas yang

ada sebagai media pembelajaran dengan baik; (4) siswa telah memanfaatkan alat

bantu berbicara seperti poster, gambar, boneka, dan alat peraga yang lainnya

dengan baik; (5) interaksi antara guru dengan siswa maupun antarsiswa terjalin

cukup baik; (6) hasil pembelajaran sudah cukup baik, karena tidak ada siswa yang

benar-benar tidak mampu berbicara; dan (7) adanya usaha dari sekolah, guru dan

siswa untuk menciptakan pembelajaran yang baik.

b. Kelemahan

Adapun beberapa kelemahan yang ditemukan dalam pelaksanaan

pembelajaran berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta di antaranya: (1) kesalahan

sistem yang mengharuskan guru di sekolah menggunakan RPP dan Silabus dari

MGMP, yang seharusnya guru membuat sendiri; (2) siswa terkesan belum

memiliki kepercayaan diri yang cukup dan masih takut salah; (3) siswa masih

sering bicara sendiri jika teman yang lain sedang presentasi (etika berbicara yang

baik belum sepenuhnya diterapkan); (4) terkadang guru tidak menegur siswa yang

sibuk sendiri (belajar menghapal, bercanda, menggoda dll.); (5) siswa masih

sering menggunakan bahasa ibu (bahasa Jawa) dalam pembelajaran (diskusi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

misalnya); (6) siswa masih menggunakan metode menghapal sehingga jika di

tengah jalan lupa maka akan kebingungan; dan (7) kurang tersedianya buku-buku

referensi penunjang pembelajaran berbicara di perpustakaan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. SIMPULAN

Dari hasil temuan penelitian tentang pelaksanaan pembelajaran

keterampilan berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta dapat dikemukakan simpulan

sebagai berikut.

1. Perencanaan pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara di SMP

Negeri 8 Surakarta dilakukan dengan menggunakan silabus dan rencana

pelaksanaan pembelajaran dari MGMP Kota dikembangkan guru kemudian

diimplementasikan dalam pembelajaran yang sebenarnya. Langkah-langkah

pembelajaran yang sudah dibuat dalam rencana pelaksanaan pembelajaran

sudah dilaksanakan secara baik pada pembelajaran yang sesungguhnya.

Pembelajaran secara umum dilaksanakan dalam tiga langkah yakni kegiatan

awal, inti dan penutup.

2. Pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara di SMP Negeri 8 Surakarta

pada dasarnya dapat berlangsung dan berhasil dengan baik. Hal ini

diindikatori dengan: (a) persiapan sebelum pembelajaran; (b) guru

melaksanakan prosedur pembelajaran sesuai dengan RPP; (c) guru berperan

sebagai fasilitator, motivator, dan pemimpin kelompok belajar; (d) guru

menerapkan metode kooperatif dan inquiri; (e) guru menggunakan materi ajar

dari modul, buku referensi berbicara, dan lembar kerja siswa (LKS); dan (f)

penilaian terhadapo unjuk kerja siswa.

3. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran keterampilan berbicara

di SMP Negeri 8 Surakarta di antaranya: (a) kurangnya buku tentang

keterampilan berbicara di perpustakaan; (b) siswa sulit diatur ketika

berdiskusi; (c) waktu pembelajaran terbatas; (d) minimnya kosakata bahasa

baku siswa; (e) siswa kurang percaya diri; (f) siswa kurang serius ketika

praktik berbicara; dan (g) siswa kurang antusias mengikuti pelajaran.

4. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala dalam

pembelajaran keterampilan berbicara tersebut di antaranya: (a) sekolah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

bekerjasama dengan komite untuk pengadaan buku perpustakaan; (b) guru

terlebih dahulu menentukan kelompok untuk diskusi sebelum masuk kelas; (c)

guru mengurangi waktu pembelajaran pada materi yang dianggap lebih

mudah; (d) siswa mendapat tugas untuk membaca di perpustakaan sekolah;

(e) guru memotivasi siswa dengan memberi pujian dan tepuk tangan dari

siswa yang lain; (f) guru menegur siswa yang tidak serius; dan (g)

menggunakan strategi pembelajaran yang menarik dengan memberikan

materi yang siswa telah banyak mengerti.

B. IMPLIKASI

Penelitian ini memberikan suatu gambaran bahwa keberhasilan suatu

pembelajaran menjadi tanggung jawab guru dan sekolah. Guru bertanggung

jawab untuk mengembangkar materi, menyampaikan materi, mengelola kelas,

memilih media dan sumber belajar, serta menerapkan metode pembelajaran yang

sesuai. Sedangkan sekolah bertanggung jawab untuk menciptakan suasana belajar

yang nyaman bagi proses pembelajaran

Penelitian ini memaparkan pelaksanaan pembelajaran berbicara di SMP

Negeri 8 Surakarta. Pembelajaran berbicara berorientasi pada praktik. Guru

mengarahkan siswa untuk dapat berbicara dengan bahasa yang baik dan benar

serta santu. Guru menggunakan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) yang dibuat oleh MGMP Kota Surakarta dengan prosedur pembelajaran,

pemilihan sumber belajar, media, dan metode yang disesuaikan dengan kebutuhan

siswa di SMP Negeri 8 Surakarta, sehingga diharapkan dapat berdampak pada

keberhasilan pembelajaran.

Terdapat kendala-kendala yang ditemukan selama pembelajaran yang

berasal dari siswa, guru, dan sarana prasarana yang digunakan dalam

pembelajaran. Kendala-kendala tersebut dapat diatasi dengan baik oleh pihak

guru dan sekolah. Solusi yang diberikan atas kendala yang ditemukan

memberikan dampak pada berlangsungnya pembelajaran berbicara di SMP

Negeri 8 Surakarta secara lebih baik dari sebelumnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

C. SARAN

Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti mengajukan

saran sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

a. Siswa hendaknya lebih banyak berlatih berbicara dengan menggunakan

tema tertentu dan praktik di depan halayak.

b. Siswa hendaknya lebih banyak membaca untuk menambah kosakata yang

dimiliki.

2. Bagi Guru

a. Guru hendaknya memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran

berbicara dengan cara memberikan hadiah berupa nilai kepada siswa

yang aktif selama pembelajaran berlangsung.

b. Guru hendaknya memonitor dan membimbing siswa yang mengalami

kesulitan saat menulis puisi.

3. Bagi Sekolah

a. Pihak sekolah hendaknya berupaya untuk menciptakan suasana belajar

yang kondusif untuk mendukung tencapainya tujuan pembelajaran.

b. Pihak sekolah hendaknya selalu memberikan motivasi kepada guru untuk

meningkatkan kinerjanya dengan cara memberikan penghargaan kepada

guru yang berprestasi.