pembayaran dengan media electronic money (e...

79
i PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E-Money) DALAM HUKUM PERBANKAN DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh : MIZANA RAMADHAN ALHAQ NIM : 1113048000014 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2019 M

Upload: others

Post on 06-Mar-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

i

PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E-Money)

DALAM HUKUM PERBANKAN DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

MIZANA RAMADHAN ALHAQ

NIM : 1113048000014

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/2019 M

Page 2: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

ii

PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E-Money) DALAM HUKUM

PERBANKAN DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

MIZANA RAMADHAN ALHAQ

NIM : 1113048000014

Pembimbing:

Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H.

NIP. 19670203 201411 1 001

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/2019 M

Page 3: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan
Page 4: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan
Page 5: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

ABSTRAK

MIZANA RAMADHAN ALHAQ, NIM 1113048000014, “PEMBAYARAN

DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E-MONEY) DALAM HUKUM

PERBANKAN DI INDONESIA”. Konsentrasi Hukum Bisnis, Program Studi Ilmu

Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 1441 H/2019 M.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan E-money khususnya

dalam perspektif Hukum Perbankan di Indonesia, dan bagaimana permasalahan serta

tanggung jawab hukum yang timbul dalam penggunaan E-money tersebut ditinjau

dari hukum perbankan dan prakteknya di lapangan. Tipe penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu yuridis normative dan empiris, yaitu penelitian hukum

yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder sebagai bahan

dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan penelusuran terhadap peraturan-

peraturan dan literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti serta berfokus

meneliti suatu fenomena atau keadaan dari objek penelitian secara detail dengan

menghimpun kekayaan yang terjadi dan mengembangkan konsep yang ada.

Hasil dari skripsi ini menunjukan bahwa E-Money dalam perspektif Hukum

Perbankan memiliki dasar hukum yang kuat karena sudah diatur dalam Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dan Undang-Undang lainnya yang

terkait dan relevan. Namun, bentuk tanggung jawab pihak perbankan terhadap

nasabah yang merasa dirugikan dalam penggunaan E-money dari teori hukum

pertanggung jawaban sangat tidak adil dikarenakan minimnya perlindungan terhadap

nasabah sehingga sangat merugikan nasabah. Hal ini terbukti tidak adanya

penggantian kerugian atas hilangnya kartu E-money.

Kata Kunci : Sistem Pembayaran, Uang Elektronik (E-money), Nasabah

Pembimbing Skripsi : Dr. M. Ali Hanafiah, S.H., M.H.

Daftar Pustaka : Tahun 1990 sampai Tahun 2016

Page 6: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

KATA PENGANTAR

حْمَنِ ِ الره حِيم بسِْمِ اللَّه الره

Puji dan syukur kita panjatkan pada kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-

Nya, penyusunan skripsi yang berjudul “PEMBAYARAN DENGAN MEDIA

ELECTRONIC MONEY (E-Money) DALAM HUKUM PERBANKAN DI

INDONESIA” dapat diselesaikan dengan baik, walaupun pengerjaan cukup lama dan

terdapat beberapa kendala yang dihadapi saat proses penyusunan skripsi ini.

Penelitian skripsi ini tidak dapat dicapai tanpa adanya bantuan, dukungan, dan

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala

kerendahan hati dan penuh rasa hormat peneliti ingin mengucapkan terima kasih

sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu Hukum

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Pembimbing skripsi yang telah

bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya serta kesabaran dalam

membimbing sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini.

5. Kepala Urusan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hdayatullah Jakarta, Kepala Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dan Kepala Perpustakaan Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah menyediakan fasilitas yang memadai guna menyelesaikan

penelitian skripsi ini.

6. Alm. Ahmad Hilali, S.E., M.M. dan Prof. Dr. Hj. Cicih Ratnasih, S.E., M.M.,

kedua orang tua peneliti. M. Dinul Cholis, M. Azhar Darussalam, dan M.

Page 7: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

Rizal Tamami yaitu abang dan adik-adik peneliti yang selalu memberikan

dukungan serta doa yang tak pernah henti untuk peneliti. Semoga peneliti

dapat selalu membanggakan dan membahagiakan keluarga serta selalu dalam

ridho dan lindungan Allah SWT.

7. Semua Pihak terkait yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah

memberikan semangat dan doa tanpa henti kepada peneliti sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik. Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi

ini dapat memberikan manfaat. Terima Kasih.

Jakarta, 19 November 2019

Peneliti

Mizana Ramadhan Alhaq

Page 8: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ........................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. iv

ABSTRAK ....................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Rumusan Masalah ................... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 4

1. Tujuan Penelitian .................................................................. 4

2. Manfaat Penelitian ................................................................ 4

D. Metode Penelitian ..................................................................... 5

E. Sistematika Pembahasan .......................................................... 8

BAB II TINJAUAN UMUM SISTEM PEMBAYARAN DALAM HUKUM

PERBANKAN

A. Kerangka Teori ........................................................................ 10

B. Kerangka Konseptual ............................................................... 11

C. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu ......................................... 12

D. Sistem Pembayaran Dalam Perbankan ..................................... 13

E. Kelembagaan Sistem Pembayaran ........................................... 19

F. Klasifikasi Sistem Pembayaran Berdasarkan Besar Transaksi 21

G. Peran dan Fungsi Bank Indonesia Dalam Sistem Pembayaran 23

H. Pembayaran E-Money .............................................................. 24

Page 9: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

BAB III PENGGUNAAN E-MONEY DALAM TRANSAKSI BISNIS

A. Tinjauan Hukum Pelaksanaan E-Money .................................. 38

B. Prospek Pelaksanaan Produk E-Money di Indonesia ............... 44

C. Produk E-Money Bank Y ......................................................... 45

D. Kelebihan dan Kekurangan E-Money ..................................... 47

BAB IV DAMPAK TRANSAKSI E-MONEY DALAM HUKUM PERBANKAN

A. Money Ditinjau dari Perspektif Hukum Perbankan ................. 50

B. Tanggung Jawab Bank terhadap Nasabah yang Dirugikan dalam

Penggunaan E-Money .............................................................. 56

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 65

B. Rekomendasi ............................................................................ 66

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 67

LAMPIRAN

Page 10: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring berjalannya perkembangan peradaban yang semakin maju, akan

membuat orang akan semakin cepat dalam berkreasi dalam hal teknologi, dan

mengingat persaingan manusia bukan lagi orang-perorangan tetapi antar berbagai

macam perusahaan dan organisasi. Oleh karena itu banyak muncul berbagai

produk barang/jasa yang lebih modern, lebih efisien dan cepat.

Ternyata kemajuan teknologi juga sangat berpengaruh terhadap bisnis

perbankan, terkhusus pada sistem pembayaram di Indonesia, karena kemajuan

teknologi ini selaras dengan fungsi dan tujuan uang dalam sistem pembayaran

yaitu mempersingkat waktu dan usaha yang diperlukan untuk melakukan

perdagangan.1 Oleh sebab itu sangat lah jelas alasan mengapa sistem pembayaran

kemajuannya sangat pesat.

Pada zaman dahulu manusia melakukan kegiatan ekonomi dengan cara

melakukan barter dan kemudian dengan berjalannya perkembangan zaman telah

muncul bentuk alat tukar yang mempunyai nilai dan berharga yaitu emas dan

perak. Saat ini seluruh umat manusia mempunyai alat tukar yang sangat mudah

yaitu uang kertas yang dimana uang kertas ini sudah sah dipakai oleh seluruh

negara di Dunia.2

Kemajuan sistem pembayaran ternyata tidak berhenti begitu saja.,

sekarang kita juga sudah mengenal yang dinamakan uang elektronik. Yaitu, nilai

uang yang disimpan secara elektronik dalam suatu media server atau chip serta

dapat digunakan untuk kepentingan pembayaran dan transfer dana.3 Bank for

Internasional settlement (BIS) yang merupakan Organisasi Keuangan

1 Stephen M. Goldberg dan Lester, Ekonomi, Uang, dan Bank, Danny Hutabarat, (Jakarta:

Erlangga, 1990), h. 5. 2 Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern, (Bandung: PT. Cita Aditya Bakti, 2001), h. 8.

3 http://finansial.bisnis.com/read/20140418/90/220456/kamus-perbankan

Page 11: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

2

Internasional mendefinisikan uang elektronik adalah produk store-value atau

prepaid dimana sejumlah uang disimpan dalam suatu media elektronik yang

dimiliki seseorang.4 Sedangkan pada peraturan PBI Nomor 16 Tahun 2014,

electronic money adalah alat pembayaran yang memenuhi unsur :

a) Diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu kepada

penerbit.

b) Nilai uang yang disimpan secara elektronik dalam suatu media server atau

chip;

c) Sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan

penerbit uang elektronik tersebut; dan

d) Nilai uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan merupakan

simpanan sebagaimana dimaksud dalam uandang-Undang yang mengatur

mengenai perbankan.

Salah satu produk Perundangan dari Bank Sentral ini dapat menjadi

payung hukum bagi produk electronic money ini. Ada pula peraturan lain terkait

e-money ini adalah Undang-Undang tentang ITE, Undang-Undang Nomor 7

Tahun 2011 tentang Mata Uang, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 tentang

Transfer Dana, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Sistem dan

Transaksi Elektronik.

Berdasarkan data dari Bank Indonesia menunjukan pertumbuhan transaksi

elektronik e-money yang sangat besar yaitu sekitar 120 persen. Di Tahun 2016

tercatat ada 51 ribu kali transaksi dengan nilai Rp749 juta perhari, di Tahun 2017

terdapat 90 ribu transaksi dengan nilai Rp1,9 miliar. Di Tahun 2018 transaksi

meningkat lagi dengan 167 ribu kali transaksi dengan nilai Rp5,8 miliar perhari,

lalu di Tahun 2019 ada 250 ribu transaksi dengan nilai Rp12 miliar.5 Angka ini

menunjukan penggunaan terhadap produk ini memperlihatkan peningkatan pesat

dan akan diprediksikan menghasilkan angka yang lebih besar lagi tiap Tahunnya.

4 http://www.mccarthy.ca/pubs/mte-form.htm.

5 http://www.bi.go.id/en/statistik.

Page 12: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

3

Pemakaian uang elektronik yang dianggap sebagai alternatif alat

pembayaran non tunai ini memiliki kelebihan dan manfaat dibanding alat

pembayaran tunai berupa uang kertas dan lainnya sekalipun. Namun dengan

demikian, bukan berarti tidak ada konsekuensi dari pemakaian e-money ini. Ada

sejumlah permasalahan terkait aplikasi e-money ini terhadap pengguna atau

nasabah. Misalnya, aspek teknis dan keamanan (security), aspek kelembagaan,

perlindungan konsumen, aspek hukum hingga implikasinya terhadap kebijakan E-

Money.

Karena berbagai bentuk permasalahan ini, peneliti akan coba untuk

mengkaji dan meneliti mengenai regulasi serta hambatan pengadaan uang

elektronik, baik dari Bank Indonesia sebagai peran pemerintah dalam menjaga

sistem pembayaran dan dari segi pelaku bisnis perbankan.

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih

komprehensif mengenai regulasi dan operasional sistem pembayaran uang

elektronik ini, sehingga dapat memberikan masukan terhadap kebijakan yang

perlu ditetapkan untuk mendorong kegunaan uang elektronik sebagai alternatif

lain alat pembayaran non-tunai disamping untuk penyempurnaan ketentuan

mengenai kartu pra-bayar yang ada pada saat ini. Oleh karena itu, peneliti

mengambil judul tentang Pembayaran Dengan Media Elektronik Money (E-

Money) Dalam Hukum Perbankan Di Indonesia

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

a. Aspek Teknik dan keamanan pengadaan uang elektronik

b. Aspek kelembagaan pengadaan uang elektronik

c. Regulasi pengadaan uang elektronik

d. Hambatan pengadaan uang elektronik

e. Perlindungan konsumen dari pengadaan uang elektronik

f. Aspek hukum dan implikasi kebijakan dari uang elektronik

2. Pembatasan Masalah

Agar masalah yang akan peneliti bahas tidak terlalu melebar, maka

peneliti hanya membatasi masalah mengenai perlindungan konsumen dan

Page 13: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

4

aspek dan implikasi kebijakan uang elektronik , baik dari Bank sebagai

perantara pemerintah dalam menjaga sistem pembayaran dan dari segi pelaku

bisnis perbankannya.

3. Perumusan Masalah

Pengaturan e-money di Indonesia; Ketentuan-ketentuan perbankan di

Indonesia; Hambatan permasalahan hukum yang timbul dalam pelaksanaan

produk e-money

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah

diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan dalam beberapa pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

a. Bagaimanakah penggunaan E-money dalam perspektif hukum Perbankan?

b. Bagaimanakah tanggung jawab pihak perbankan terhadap Nasabah yang

merasa dirugikan dalam penggunaan E-money?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan diatas, tulisan ini

bertujuan untuk:

a. Untuk mengetahui penggunaan E-money khususnya dalam perspektif

Hukum Perbankan di Indonesia.

b. Untuk mengetahui permasalahan dan tanggung jawab hukum yang timbul

dalam penggunaan E-Money serta pihak perbankan terhadap nasabah yang

merasa dirugikan dalam penggunaan E-money.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1. Sebagai referensi bagi pembaca yang ingin mengetahui bentuk

pengaturan E-money sebagai alat pembayaran dalam sistem

pembayaran di Indonesia.

Page 14: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

5

2. Sebagai sarana untuk mengembangkan pemahaman mengenai bentuk

perlindungan yang diberikan terhadap penggunaan E-money bagi

pembaca maupun peneliti.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis sebagai bahan rujukan di masa yang akan datang

mengenai pelaksanaan sistem pembayaran melalui media elektronik yang

akan menambah pengetahuan serta masalah transaksi elektronik yang ada

dalam masyarakat.

D. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis

dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematias dan konsisten.6

Tulisan ini juga merupakan suatu penelitian normatif. Penelitian normatif adalah

penelitian hukum dengan cara meneliti bahan pustaka7.

Metode penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan

yang bersifat yuridis normatif dan empiris, yaitu penelitian hukum yang

dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder sebagai bahan

dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan penelusuran terhadap peraturan-

peraturan dan literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dengan cara

mengadakan penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti serta berfokus meneliti suatu fenomena

atau keadaan dari objek penelitian secara detail dengan menghimpun kekayaan

yang terjadi dan mengembangkan konsep yang ada, peneliti akan menulis skripsi

dengan judul Pembayaran Dengan Media Electronic Money (E-money) dalam

Hukum Perbankan Di Indonesia.

6 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia,

2007), h. 43. 7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan

Singkat (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003) h.13.

Page 15: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

6

Dalam kaitannya, peneliti mengacu pada implementasi ketentuan

hukum normatif (Undang-Undang) dalam aksinya pada setiap peristiwa

hukum tertentu yang terjadi dalam suatu masyarakat.

2. Pendekatan Penelitian

Dalam hal ini peneliti melakukan pendekatan Deskriptif , karena

dimaksudkan untuk memberi data seteliti mungkin agar dapat memperkuat

teori-teori lama dan di dalamnya menyusun teori-teori baru yang bertujuan

untuk menemukan fakta belaka (fact-finding) dan mengatasi masalah atau

Problem-solution.

3. Bahan Hukum

Bahan hukum yang digunakan antara lain:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat

autoritatif yang artinya memiliki otoritas. Bahan-bahan hukum primer

meliputi perundang-undangan, catataan-catatan resmi atau risalah.8 Adapun

bahan hukum primer yang digunakan berupa peraturan perundang-undangan

antara lain:

1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 7 Tahun 1992 Atas Perubahan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.

4) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik.

5) Peraturan pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Sistem dan

Transaksi Elektronik.

6) Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 tetang Uang

Elektronik.

8 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana 2010) h. 141

Page 16: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

7

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yang peneliti gunakan dalam penelitian ini

terdiri dari buku-buku yang berkaitan dengan Bidang Perbankan, Jurnal-Jurnal

atau materi hukum lain nya yang mendukung penelitian ini.

c. Bahan non Hukum

Merupakan bahan atau rujukan yang memberikan petunjuk atau

penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Seperti

kamus hukum, ensiklopedia, berita hukum dan lain-lain.

4. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam menyelesaikan penelitian ini, dengan

menggunakan cara penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu suatu

metode pengumpulan dengan cara membaca atau merangkai buku-buku

peraturan perundang-undangan dan sumber kepustakaan lainnya yang

berhubungan dengan objek penelitian

5. Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data dalam penelitian ini terdiri dari bahan hukum

primer, sekunder, dan bahan non hukum yang telah di dapatkan kemudian

dipadukan dan disusun sesuai dengan hierarkinya.

6. Analisis Data

Teknis analisis data dalam penelitian ini diawali dengan mengkompilasi

berbagai dokumen peraturan perUndang-Undangan serta bahan hukum lainnya

yang berhubungan dengan judul yang peneliti ambil. Kemudian dari hasil

tersebut, dikaji isi (content), baik terkait kata-kata (word), makna (meaning),

simbol, ide, tema-tema dan berbagai pesan lainnya yang dimaksudkan dalam

isi Undang-Undang tersebut.

Secara detail langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan analisis

tersebut adalah: pertama, semua bahan-bahan hukum yang diperoleh melalui

normatif disistematisir dan diklasifikasikan menurut objek bahasannya. Kedua,

setelah disistematisir dan diklasifikasikan kemudian dilakukan eksplikasi,

yakni diuraikan dan dijelaskan tentang objek yang diteliti berdasarkan teori.

Page 17: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

8

Ketiga, bahan yang dilakukan evaluasi, yakni dinilai dengan menggunakan

ukuran ketentuan hukum yang berlaku.

7. Teknik Penelitian

Teknik penelitian dan pedoman yang digunakan peneliti dalam skripsi

ini disesuaikan kaidah-kaidah penelitian karya ilmiah dan buku “Pedoman

Penelitian Skripsi Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017”

F. Sistematika Pembahasan

Untuk memberikan penjelasan menyeluruh tentang isi skripsi, maka

rancangan penelitian skripsi sebagai berikut:

BAB I, Pendahuluan. Dalam bab ini dijelasakan latar belakang masalah,

perumusan masalah dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

manfaat penelitian, metode penelitian, sistematika penelitian, dan daftar pustaka

sementara.

BAB II, Tinjauan Umum Penelitian. Dalam bab ini akan diuraikan tentang

kerangka konseptual, kerangka teori, tinjauan (review) kajian terdahulu. .

BAB III, Gambaran Umum Obyek Penelitian. Dalam bab ini, berisi

tentang penyajian data yang ditulis melalui tinjauan hukum kegiatan perbankan

dengan menggunakan media uang elektronik yang dalam bab ini berisikan sub

bab yang membahas mengenai latar belakang pelaksanaan elektronik money di

Indonesia, aspek hukum pelaksanaan elektronik money di Indonesia, dan yang

terakhir membahas mengenai pelaksanaan kegiatan perbankan dengan

menggunakan electronic money dan prospek pelaksanaannya di Indonesia.

BAB IV, Identifikasi Permasalahan Pengaturan dan Praktik Transaksi E-

Money Bank Y. Pada bab ini akan menganalisis mengenai tinjauan hukum

terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan electronic money di

Indonesia, yang berisikan sub bab yang membahas mengenai permasalahan yang

terjadi dan yang dapat mungkin terjadi seperti, money laundering, duplication of

devices, alteration or duplication of data, pencurian, dan malfunction.

Page 18: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

9

BAB V, Penutup. Bab ini merupakan bab terakhir dalam penelitian skripsi

ini, dalam bab ini berisi kesimpulan dan rekomendasi yang meliputi kesimpulan

dari fakta-fakta dan analisis yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya guna

memperoleh jawaban atas permasalahan-permasalahan.

Page 19: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

10

BAB II

TINJAUAN UMUM SISTEM PEMBAYARAN DALAM

HUKUM PERBANKAN

A. Kerangka Teori

Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini, adalah:

Teori Pertanggungjawaban Hukum

Menurut Hans Kelsen dalam teorinya tentang tanggung jawab hukum

menyatakan bahwa: “seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu

perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung jawab hukum, subyek

berarti bahwa dia bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang

bertentangan.1 Lebih lanjut Hans Kelsen menyatakan bahwa: “Kegagalan untuk

melakukan kehati-hatian yang diharuskan oleh hukum disebut kekhilafan

(negligence); dan kekhilafan biasanya dipandang sebagai satu jenis laindari

kesalahan (culpa), walaupun tidak sekeras kesalahan yang terpenuhi karena

mengantisipasi dan menghendaki, dengan atau tanpa maksud jahat, akibat yang

membahayakan.”

Hans Kelsen selanjutnya membagi mengenai tanggungjawab terdiri dari:2

1. Pertanggungjawaban individu yaitu seorang individu bertanggung jawab

terhadap pelanggaran yang dilakukannya sendiri;

2. Pertanggungjawaban kolektif berarti bahwa seorang individu bertanggung

jawab atas suatu pelanggaran yang dilakukan oleh orang lain;

3. Pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan yang berarti bahwa seorang

individu bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukannya karena

sengaja dan diperkirakan dengan tujuan menimbulkan kerugian;

1 Hans Kelsen (a) , 2007, sebagaimana diterjemahkan oleh Somardi, General Theory of

Llaw and State , Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif Empirik,BEE Media Indonesia, Jakarta, h. 81.

2 Hans Kelsen (b), sebagaimana diterjemahkan oleh Raisul Mutaqien, Teori Hukum Murni

Nuansa & Nusa Media, Bandung, 2006, h. 140.

Page 20: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

11

4. Pertanggungjawaban mutlak yang berarti bahwa seorang individu

bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukannya karena tidak

sengaja dan tidak diperkirakan.

Tanggung jawab dalam kamus hukum dapat diistilahkan sebagai liability

dan responsibility, istilah liability menunjuk pada pertanggungjawaban hukum

yaitu tanggung gugat akibat kesalahan yang dilakukan oleh subjek hukum,

sedangkan istilah responsibility menunjuk pada pertanggungjawaban politik.3

Teori tanggung jawab lebih menekankan pada makna tanggung jawab yang lahir

dari ketentuan Peraturan Perundang-Undangan sehingga teori tanggungjawab

dimaknai dalam arti liabilty,4 sebagai suatu konsep yang terkait dengan kewajiban

hukum seseorang yang bertanggung jawab secara hukum atas perbuatan tertentu

bahwa dia dapat dikenakan suatu sanksi dalam kasus perbuatannya bertentangan

dengan hukum.

B. Kerangka Konseptual

Dalam pembahasan kerangka konseptual, akan diuraikan beberapa konsep

terkait beberapa istilah yang akan sering digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentangbank,

mencangkup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

melaksanakan kegiatan usahanya.

2. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk

kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf

hidup rakyat banyak.

3. Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank.

4. Uang adalah alat pembayaran yang sah.

3 HR. Ridwan, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta :Raja Grafindo Persada 2006) h. 337.

4 Busyra Azheri, Corporate Social Responsibility dari Voluntary menjadi Mandotary,

(Jakarta: Raja Grafindo Perss, 2011) h. 54.

Page 21: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

12

5. Uang Elektronik adalah produk stored-value atau prepaid dimana sejumlah

nilai uang disimpan dalam suatu media elektronik yang dimiliki seseorang.5

6. Sistem Pembayaran adalah suatu sistem yang mencangkup seperangkat

aturan, lembaga, dan mekasnisme, yang digunakan untuk melaksanakan

pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu

kegiatan ekonomi.

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Dalam penelitian skripsi ini peneliti merujuk kepada buku serta skripsi

terdahulu denganada nya kaitan dan perbedaan apa yang menjadi fokus masalah

dalam rujukan dengan fokus masalah yang peneliti terbitkan, diantaranya:

1. Hasil penelitian Suci Reza Safira berupa skripsi yang Universitas Airlangga

Tahun 2015 berjudul ”Tinjauan Hukum Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap

E-money Di Bank Mandiri Cabang Jemursari Surabaya”. Membahas

tentangpelaksanaan kualitas pelayanan terhadap E-money.Persamaannya

adalah membahas mengenai E-money di Indonesia. Perbedaan dengan peneliti

adalah dimana peneliti Membahas bahwa yang menjadi objek utama adalah

mengenai kegiatan pembayaran dengan menggunakan E-money.

2. Skripsi Tritoguna Silitonga, Universitas Sumatra Utara Tahun 2013, Analisis

Permintaan Uang Elektronik (E-money) Terhadap Velocity Of Money

(Perputaran Uang) Di Indonesia. Skripsi ini menganalisa mengenai Bagaimana

permintaan uang elektronik berdasarkan perputaran uang saja. Persamaan

dengan peneliti yaitu memaparkan kegiatan E-money. Perbedaan dengan

skripsi yang peneliti tulis yaitu menjelaskan dengan kegiatan perbankan

terhadap pembayaran menggunakan E-money.

3. Buku yang berjudul Kebijakan Sistem Pembayaran Di Indonesia yang ditulis

oleh Subari SMT dan Ascarya diterbitkan oleh Pusat Pendidikan dan Studi

Kebanksentralan (PPSK) BANK INDONESIA Tahun 2003, menjelaskan

5 Implications for Central Banks of the Development of Elektronic Money, Bank for

Internasional Settlements, Basle, Oktober 1996, h. 1

Page 22: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

13

tentangacuan dalam kebijakan sistem pembayaran di Indonesia. Persamaan

dengan peneliti, sama-sama membahas sistem pembayarannya. Perbedaannya

dengan peneliti, peneliti hanya mengemukakan mengenai pembayaran

menggunakan E-money dalam hukum Perbankan.

4. Dalam artikel yang ditulis oleh Siti Ladayat dengan judul “Operasional E-

money dan Pembayaran” Jurnal ini lebih menjelaskan tentangbagaimana tata

cara pengoperasian pembayaran dengan E-money. Persamaannya adalah

pengaturan dan tata cara pembayaran dengan menggunakan E-money.

Perbedaan dengan peneliti adalah, peneliti menjelaskan secara detail sistem

pembayaran dengan E-money dalam hukum Perbankan.

D. Sistem Pembayaran Dalam Perbankan

1. Perkembangan Sistem Pembayaran

Sistem pembayaran memiliki implikasi yang sangat kuat terhadap

stabilitas sistem keuangan bahkan terhadap perekonomian suatu bangsa.

Sistem pembayaran dapat memenuhi semua prinsip yang dipersyaratkan,

yakni dapat meminimalkan risiko yang dapat terjadi, sangat efisien, memiliki

kesetaraan akses dan melindungi konsumen, yang akan menjadi modal bagi

stabilitas sistem keuangan. Sebaliknya, sistem pembayaran yang tidak mampu

meminimalkan risiko akan menjadi instabilitas keuangan.6 Perkembangan

tidak lepas dengan evolusi alat pembayaran itu sendiri. Alat pembayaran

diawali dari sestem pertukaran barter antar bank yang diperjualbelikan adalan

kelaziman di era pra-modern.7 Transaksi ini dilakukan dengan cara tukar

menukar secara langsung oleh masing-masing pihak atas kebutuhannya.

Dalam sistem ini, belum ada satuan nilai alat pengukur barang/jasa, sehingga

orang mengukur barang dengan suatu barang lainnya. Kelemahan yang

timbul dalam perdagangan dengan sistem ini adalah8

6 Aulia pohan, Aspek-Aspek sistem Pembayaran, (Jakarta: RajaGrafindo, 2011). h.115.

7 Bank Indonesia, Sistem Pembayaran di Indonesia, http//www.bi.go.id/id/sistem-

pembayaran/di-Indonesia/Contents/Default.asps 8 Mohd Irwan, Tesis: Beberapa Permalahan Hukum Berkaitan dengan Sistem

Pembayaran Nasional yang menggunakan Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement, Depok: Universitas Indonesia, 2002, H. 28

Page 23: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

14

a. Sulit untuk mencari orang yang memiliki barang yang dibutuhkan, dan

berkeinginan menukarkan sebagian barangnya dengan harga yang

ditawarkan.

b. Setiap orang memiliki interpretasi yang berbeda terhadap nilai suatu

barang yang akan dipertukarkan, dibandingkan dengan barang lainnya.

c. Nilai suatu barang yang dipertukarkan belum tentu mencerminkan nilai

sebenarnya, serta belum tentu sesuai nilainya dengan barang yang

diperoleh sebagai imbalan atas barang yang dipertukarkan.

Dalam perkembangan selanjutnya, mulai dikenal satuan tertentu yang

memiliki nilai pembayaran yang lebih dikenal dalam uang kartal. Penggunaan

uang kartal dalam sistem pembayaran telah mengalami evolusi dari bentuk yang

paling sederhana ke bentuk yang lebih maju. Penggunaan uang kartal dalam

sistem pembayaran memiliki kelebihan :

a. Memenuhi fungsi sebagai alat tukar, alat ukur (satuan nilai) dan

penyiman nilai.

b. Memiliki kepastian yaitu dana tersedia pada saat itu juga.

Namun demikian uang kartal ini tidak luput dari berbagai kekurangan,

antara lain :

a. Untuk pembayaran dalam jumlah besar menjadi tidak praktis serta

merepotkan.

b. Orang tidak merasa aman untuk membawa uang tunai dalam jumlah

yang besar.

Perkembangan sistem pembayaran tidak berhenti disitu saja, inovasi

dalam rangka kepraktisan dari sistem pembayaran yang dipakai adalah

penggunaan sistem pembayaran yang dipakai adalah penggunaan sistem

pembayaran berbasis kartu (card based payment). Sistem pembayaran ini

terbagi menjadi :

a. Kartu Kredit dengan definisi : Alat pembayaran (APMK) yang digunakan

untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu

Page 24: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

15

kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan dan/atau untuk

melakukan penarikan tunai, dimana kewajiban pembayaran pada waktu

yang disepakati baik dengan pelunasan secara sekaligus (change card)

ataupun dengan pembayaran angsuran.

b. Kartu Debet dengan definisi : Alat pembayaran (APMK) yang dapat

digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari

suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan, dimana

kewajiban pemegang kartu dipenuhi seketika dengan mengurangi secara

langsung simpanan pemegang kartu pada Bank atau Lembaga selain Bank

yang berwenang untuk menghimpun dana sesuai ketentuan perundang-

undangan yang berlaku.

Inovasi ternyata terus berkembang dari alat pembayaran tunai (cash

based) ke sekarang ini yang kita kenal sebagai electronic money (e-money).

Electronic money ini didefinisikan sebagai produk stored-value atau prepaid

dimana sejumlah nilai uang disimpan secara elektronis dalam suatu peralatan

elektronis yang dimiliki seseorang, yang akan dijelaskan lebih mendalam pada

bab berikutnya.

2. Pengertian Sistem Pembayaran

Sebelum melangkah lebih jauh mengenai sistem pembayaran, akan

lebih mudah apabila kita mengupas terlebih dahulu mengenai terminologi.

Sistem pembayaran terdiri atas dua kata yakni “sistem” dan “pembayaran”.

Kata “sistem” menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah sekelompok

bagian-bagian yang bekerja bersama-sama untuk melakukan sesuatu maksud,

atau bisa juga diartikan sebagai cara atau metode yang teratur untuk

melakukan sesuatu.9

Sedangkan kata “pembayaran” lazim diartikan sebagai perpindahan nilai

antara dua belah pihak. Secara sederhana, kedua belah pihak dimaksud adalah

pihak pembeli dan pihak penjual. Jadi pada saat bersamaan terjadi perpindahan

barang dan jasa. Dengan pengertian ini, maka dalam setiap kegiatan ekonomi,

9Aulia Pohan, Aspek-Aspek Sistem Pembayaran, (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2011) h. 70.

Page 25: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

16

dimana terjadi perpindahan barang atau jasa, pasti melibatkan apa yang disebut

dengan proses pembayaran.

Dengan defisini kata per kata tesebut dapat dipahami bahwa sistem

pembayaran merupakan kerja yang teratur dari berbagai bagian dalam rangka

perpindahan nilai di antara pihak yang melakukan transaksi. Berikut pengertian

Sistem Pembayaran dari beberapa sumber, yaitu :

“Sistem pembayaran adalah interaksi antar entilas yang terdiri

atas seperangkat instrument, perosedur, IFT (Interbank Funds

Transfer) system yang menjadi komponen untuk melancarkan

perputaran dana.” (Bank for international Settlement)

“The payment system, which consist of the set of rules, institution,

and technical mechanism for the transfer of money, is an integral

part of any monetary system and is especially important in a

market economy” (Bruce Summer, 1994)

“sistem pembayaran mencakup seperangkat alat dan sarana umum

yang diterima dalam melakukan pembayaran, kerangka

kelembagaan dan organisasi yang mengatur pembayaran tersebut

(termasuk peraturan prudensial) , dan prosedur operasi serta

jaringan komunikasi yang digunakan unuk memulai dan

mengirimkan informasi pembayaran dari pembayar kepada

penerima dan menyelesaikan pembayaran.” (Manuel guitian

mantan Direktur the Monetary and Exchange Affairs

Department IMF)

“Sistem Pembayaran secara tegas sebagai satu kesatuan yang utuh

dari seperangkat aturan, lembaga, mekanisme untuk melaksanakan

pemindahan dana guna memenuhi kewajiban yang timbul dari

kegiatan ekonomi.” (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun

1999 tentang Bank Indonesia)

Page 26: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

17

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem pembayaran merupakan sistem

yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke

pihak lain. Hal ini juga melibatkan berbagai lembaga, seperti bank sentral,

bank umum, bank komersial, dan Lembaga keuangan lainnya. Bank sentral

dan bank umum atau bank komersial menjadi penyelenggara dan pengguna

sistem pembayaran yang besar.

3. Prinsip Dasar Sistem Pembayaran

Sistem pembayaran hadir karena berkembangnya kebutuhan manusia

dalam bertransaksi, inovasi-inovasi yang muncul dalam transaksi pembayaran

membutuhkan suatu sistem yang mendukung transaksi dapat berjalan dengan

baik. Lagi pula, sistem pembayaran bukan lah sistem yang berdiri sendiri. Ia

sangat erat kaitannya dengan sistem moneter, stabilitas sistem keuangan,

perbankan, dan perekonomian serta jangan dilupakan, pembayaran punya tali

temali yang kuat dengan budaya.10

Agar transaksi pembayaran dapat berjalan dengan baik, maka semua

komponen yang terlibat harus menjalankan perannya secara optimal dan

saling mendukung satu sama lain. Ibarat sebuah team basket, maka setiap

komponen di dalamnya harus bekerja dengan baik. Oleh karena itu dibutuhkan

seorang kapten yang paham betul bagaimana pertandingan dimainkan.

Demikian pula dalam sistem pembayaran, harus dikelola oleh lembaga khusus

yang mengatur bagaimana sistem dapat berjalan dengan sempurna. Di banyak

negara, bank sentral lah yang memiliki peran sangat penting dalam

menetapkan kebijakan sistem pembayaran, demikian hal nya pula di

Indonesia. Dalam menjalankan amanah tersebut Bank Indonesia mengacu

pada 4 (empat) prinsip kebijakan sistem pembayaran, yakni :11

10

Aulia Pohan, Aspek-Aspek Sistem Pembayaran, (Jakarta: RajaGrafindo, 2011) h. 72. 11

Aulia Pohan, Aspek-Aspek Sistem Pembayaran, (Jakarta: RajaGrafindo, 2011) h. 73.

Page 27: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

18

a. Risk Reduction, Sistem Pembayaran yang baik dan terkendali dapat

mengurangi berbagai resiko yang mungkin timbul. Terdapat berbagai jenis

resiko yang terjadi dalam sistem pembayaran. nilai dari resiko operasional,

resiko likuiditas, resiko kredit, dan resiko sistemik.

b. Efisiency, Dalam mewujudkan perekonomian nasional yang efisien

diperlukan dukungan dari sistem keuangan dan perbankan yang efisien

pula. Sedangkan sistem keuangan dan perbankan yang efisien tidak

mungkin dapat terwujud bila tidak ada dukungan untuk menciptakan

sistem pembayaran yang efisien mengingat sistem pembayaran merupakan

sarana yang digunakan dalam melakukan segala aktivitas keuangan

perbankan secara nasional.

c. Equality, Pemberian akses yang equal baik kepada peserta di dalam Sistem

Pembayaran maupun kepada masyarakat luas sebagai pengguna. Sebuah

sistem pembayaran belum sesuai dengan prinsip dasarnya apabila dalam

pengaturan dan operasionalnya tidak dapat melindungi dan memenuhi hak-

hak dari peserta Sistem Pembayaran dan masyarakat luas sebagai secara

equal.

d. Costumer Protection, Sistem Pembayaran harus dapat memastikan

masyarakat luas dapat memperoleh jasa Sistem Pembayaran yang efisien,

cepat, aman dam handal.

E. Kelembagaan Sistem Pembayaran

Kelembagaan dalam sistem pembayaran meliputi berbagai lembaga yang

secara langsung maupun tidak langsung berperan dalam penyelenggaraan sistem

pembayaran. Secara umum lembaga-lembaga yang terlibat dalam sistem

pembayaran meliputi antara lain bank sentral, bank-bank, dan lembaga keuangan

non-bank, seperti lembaga kliring, pasar modal, penyedia jasa jaringan

komunikasi, penerbit kartu kredit, dan lain-lain. Masing-masing lembaga tersebut

mempunyai peran dan tanggung jawab yang berbeda dalam sistem pembayaran itu

Page 28: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

19

sendiri. Penyelenggara sistem pembayaran dapat dilakukan oleh bank sentral atau

lembaga independent (milik pemerintah atau swasta) yang diberi wewenang untuk

menyelenggarakan sistem pembayaran. Penyelenggaran sistem pembayaran

memiliki code of product atau membership rules yang dijadikan pedoman hak dan

kewajiban anggota yang turut serta dalam sistem tersebut. Setiap penyelenggara

dengan end user (penggunanya).

Bank Indonesia diberikan kewenangan mengatur dan menjaga kelancaran

sistem pembayaran di Indonesia. Dalam menjalankan tugasnya ini Bank Indonesia

berwenang untuk melaksanakan dan memberikan persetujuan atas izin

penyelenggaraan jasa sistem pembayaran, mewajibkan penyelenggara jasa sistem

pembayaran untuk menyampaikan laporan kegiatannya, serta menetapkan

penggunaan alat pembayaran.12

Pengawasan terhadap sistem pembayaran yang

dilakukan oleh Bank Indonesia ini dengan tujuan keamanan dan efisiensi

penyelenggaranya. Penetapan terhadap alat pembayaran yang dilakukan Bank

Indonesia bertujuan agar alat pembayaran yang digunakan oleh masyarakat

memenuhi persyaratan keamanan pengguna. Bank Indonesia juga merupakan

lembaga utama yang menyelenggarakan sistem pembayaran dengan sistem

kliring. Sementara itu bank umum merupakan lembaga utama yang memberikan

jasa layanan pembayaran. Bank Umum di Indonesia merupakan lembaga yang

menyediakan jasa pelayanan pembayaran yang hampir sama. Bank-bank pada

umumnya menyediakan rekening koran, tabungan dan deposito. Pelayanan ritel

ini menawarkan cek/bilyet giro, kartu debet, kartu kredit, jaringan ATM dan

sistem transfer dana elektronik pada titik penjualan (Electronic Funds Transfer of

Point of Sale/EFTPOS). Beberapa bank juga bertindak sebagai agen settlement

untuk kliring EFTPOS, jaringan ATM switching, dan saham maupun obligasi.

1. Instrumen Pembayaran

12

Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan (Jakarta:Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004) h. 36.

Page 29: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

20

Instrumen pembayaran/alat pembayaran merupakan media yang

digunakan dalam pembayaran.13

Instrumen pembayaran yang dikenal di

Indonesia saat ini dikelompokan menjadi dua macam, yaitu instrumen

pembayaran tunai dan instrumen pembayaran non tunai.

a. Instrumen Pembayaran Tunai

Instrumen pembayaran tunai adalah mata uang yang berlaku di Indonesia,

yaitu Rupiah, yang terdiri dari mata uang logam dan uang kertas.

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang TentangBank Indonesia, Bank

Indonesia mempunyai hak tunggal untuk mencetak dan mengedarkan uang

logam. Hal ini diatur dalam pasal 20 Undang-Undang tentang Bank

Indonesia.

b. Instrumen Pembayaran Non Tunai

Instrumen pembayaran non-tunai dapat dikelompokan menjadi beberapa

kelompok. Yang pertama adalah kelompok instrumen pembayaran non-

tunai yang berbasis kertas (paper based instrument). Contoh dari

kelompok ini adalah cek, wesel, dan bilyet giro. Kelompok kedua adalah

instrument pembayaran non-tunai yang berbasis kartu (card based

instrument). Contoh dari kelompok ini adalah kartu kredit, kartu debit, dan

kartu ATM. Dengan berkembangnya teknologi, terjadi pula perkembangan

dalam instrumen pembayaran yang termasuk ke dalam kelompok

instrumen pembayaran non-tunai yang dikenal dengan uang elektronik

(electronic money).

1. Wesel

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum dagang (KUHD) tidak

disebutkan secara tegas apa pengertian surat wesel. Hanya saja dari

ketentuan di KUHD dapat disimpulkan pengertian dari wesel adalah surat

13 Pengantar Sistem Instrumen Pembayaran

<http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/7EB2A3F4=60E4-4A7A-AFBA-4740E431A282/848/PengantarInstrumenPembayaran,pdf>

Page 30: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

21

berharga yang memuat kata “wesel” di dalam surat yang ditandatangani di

suatu tempat dimana penerbit memberikan perintah tak bersyarat kepada

yang bersangkutan untuk membayar sejumlah uang pada hari bayar

kepada orang-orang petunjuk penerbit, yang disebut penerima atau

pengganti ditempat tertentu.14

2. Cek

Surat cek adalah surat yang memuat kata “cek” yang diterbitkan pada

tanggal dan tempat tertentu, dengan mana perintah bayar tanpa syarat

kepada banker untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada pemegang

atau pembawa di tempat tertentu.

3. Bilyet Giro

Yaitu adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana

untuk memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan

kepada rekening pemegang yang disebutkan Namanya.

F. Klasifikasi Sistem Pembayaran Berdasarkan Besar Transaksi

Secara garis besar, sistem pembayaran terbagi menjadi dua jenis, yaitu

sistem pembayaran bernilai besar/tinggi dan sistem pembayaran retail.15

1. Sistem Pembayaran nilai besar (High Value Payment System)

Sistem pembayaran bernilai tinggi biasanya menangani transaksi

bernilai tinggi dan berlaku tinggi yang memerlukan penyelesaian cepat

dan aman, seperti transaksi pasar uang antar bank, transaksi pasar modal,

valuta asing, pembayaran kepada pemerintah (misalnya pajak pendapatan),

dan transfer antar rekening Banke Indonesia. Hal ini biasanya dicapai

melalui mekanisme penyelesaian real-time, seperti sistem real time gross

14

Joni Emirzon, Hukum Surat Berharga dan Perkembangannya di Indonesia (Jakarta: Prehallindo, 2002) h. 94.

15 Untoro, Priyo R. Widodo, Wahyu Yuwana, Kajian Penggunaan Instrumen Sistem

Pembayaran Sebagai Leading Indocator Stabilitas Sistem Keuangan. h. 10.

Page 31: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

22

settlement (BI-RTGS), dan scripless securities settlement system (BI-

SSSS).16

Adapun karakteristik sistem pembayaran nilai besar sebagai berikut.17

1. Nilai transaksi relatif besar (secara individu maupun total)

2. Volume transaksi re.latif sedikit

3. Resiko relatif besar.

4. Pelakunya terbatas (antar bank dll).

5. Pengembangan desain dan operasional lebih ditekankan pada

pertimbangan aspek keamanan, keandalan, dan ketepatan waktu.

6. Aspek teknologi sangat berperan dan lebih menjadi faktor

pertimbangan meskipun harus mengeluarkan biaya investasi yang

tinggi.

2. Sistem pembayaran nilai kecil/retail

Sistem pembayaran ini sama pentingnya dengan sistem

pembayaran bersifat nilai besar dalam hal pemberian kontribusi, baik

stabilitas maupun efisiensi sistem keuangan secara keseluruhan. Sistem

pembayaran nilai kecil biasanya digunakan sebagian besar pembayaran

yang bernilai rendah dan penyelesaiannya biasanya dilakukan melalui

mekanisme kliring.

Adapun karakteristik sistem pembayaran kecil adalah sebagai berikut :

1. Nilai transaksi relatif lebih kecil

2. Volume transaksi relatif lebih besar

3. Resiko relatif kecil

4. Pelakunya lebih luas dari perorangan sampai perusahaan besar.

5. Pengembangan desain dan operasional lebih ditekankan pada

pertimbangan faktor efiesiensi yaitu bagaimana sistem pembayaran

kecil dengan volume pembayaran yang pasti lebih besar dapat

16

Titiheruw IS, and Atje R, Payment System in Indonesia: Recent Developments and Policy Issues, (Tokyo: Asian Development Bank Institute, 2009) h. 149.

17 Mohd Irwan, Mohd Irwan, Tesis: Beberapa Permalahan Hukum Berkaitan dengan

Sistem Pembayaran Nasional yang menggunakan Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement, Depok: Universitas Indonesia, 2002, h. 28.

Page 32: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

23

diperoses dengan efisiensi untuk tetap memimalisir resiko yang

terkandung di dalamnya.

Sebagai contoh pembayaran nilai kecil antara lain : transaksi individual

(cek, bilyet giro dan transfer), transaksi kartu kredit maupun karu debit.

G. Peran dan Fungsi Bank Indonesia Dalam Sistem Pembayaran

Peran dan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank sentral tertuang dalam

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana

terlah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank

Indonesia, yaitu :18

1. Bank Indonesia sebagai badan pembuat kebijakan moneter dengan

menetapkan sasaran-sasaran moneter dan melakukan pengendalian moneter,

baik berdasarkan sistem perbankan konvensional maupun berdasarkan sistem

pembayaran Syariah.

2. Bank Indonesia sebagai pengontrol kredit kepada bank-bank (kredit control)

termasuk bank yang berdasarkan prinsip Syariah.

3. Bank Indonesia bertindak sebagai penerbit dengan menetapkan ketentuan-

ketentuan perbankan yang memuat perinsip kehati-hatian, yaitu dengan

menetapkan peraturan-peraturan di bidang khususnya perbankan, memberikan

dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank,

melaksanakan pengawasan bank, dan mengenakan sanksi terhadap bank

sesuai dengan peraturan yang berlaku.

4. Bank Indonesia berperan sebagai pengatur dan pengawas bank dengan

menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-

hatian, yaitu dengan menetapkan peraturan-peraturan di bidang khusus nya

perbankan.

5. Bank Indonesia bertindak sebagai leader of the last resort, yaitu Bank

Indonesia berfungsi sebagai pemberi pinjaman kepada bank dalam keadaan

18

Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006) H. 118-119

Page 33: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

24

yang memaksa untuk menjaga likuiditas dari bank tersebut dengan melakukan

peniaian terhadap suatu bank. Keadaan memaksa tersebut dapat berupa :

a. Hal-hal yang membahayakan kelangsungan usaha bank yang

bersangkutan

b. Hal-hal yang membahayakan sistem perbankan, dan

c. Terjadi kesulitan perbankan yang membahayakan perekonomian

nasional.

6. Bank Indonesia bertindak sebagai Bank Negara (the banker of state), yaitu

bank dari dan untuk pemerintah Indonesia. Berdasarkan fungsinya tersebut,

Bank Indonesia berwenang untuk :

a. Sebagai pemegang kas pemerintah;

b. Menerima pinjaman dari luar negeri, menatausahakan, serta

menyelesaikan tagihan dan kewajiban keuangan pemerintah terhadap

pihak luar negeri; dan

c. Membantu pemerintah dalam menerbitkan Surat Utang Negara (SUN)

H. Pembayaran E-Money

Setelah mengetahui penjabaran mengenai sistem pembayaran, maka

selanjutnya secara khusus secara rinci mengenai uang elektronik atau e-money.

1. E-Money di Indonesia

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat

menjadi titik tolak munculnya uang elektronik (electronic money) di

Indonesia. Berawal dari munculnya electronic banking yang menerbitkan

sistem pembayaran non tunai yang berbasis kartu atau yang lebih dikenal

dalam istilah perbankan yaitu Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu

(APMK) diinovasikan menjadi bentuk yang lebih praktis dan efisien.

Kemunculan electronic money di Indonesia juga tidak lepas dari penggunaan

uang kartal yang ternyata memiliki banyak kendala dan kurang efisien, seperti

besarnya biaya pembuatan dan pengelolaan uang kartel, memiliki resiko yang

besar karena pencurian dan perampokan, dan juga memerlukan banyak waktu

Page 34: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

25

pada saat melalkukan transaksi, belum lagi maraknya uang palsu. Oleh karena

ini Bank Indonesia berinisiatif untuk mendorong dan membangun masyarakat

yang terbiasa memakai alat pembayaran non tunai. Sebagaimana APMK

seperti kartu kredit, kartu kredit yang bisa dikatakan menjadi pintu kemana

saja, karena fungsi dan kemampuan alat pembayaran tergolong massive,

berbeda dengan e-money yang sifat dan tujuan pemakaiannya lebih terhadap

pembayaran yang bersifat massal, cepat dan mikro. Hal ini ditunjukan produk

uang elektronik (e-money) yang maksimal saldonya Rp. 1000.000,- untuk

yang tidak terdaftar dan Rp. 5000.000,- untuk yang terdaftar saja dan pada

saat ini digunakan lebih terhadap kegiatan transaksi jalan tol, ongkos kereta

api, ongkos parkir maupun transaksi di minimarket, atau foodcourt. Hal terjadi

saat ini tidak menutup kemungkinan yang akan dating bahwa kegunaan e-

money akan semakin meluas ruang lingkup kegunaannya dan akan

menggantikan uang tunai dan pembayaran non-tunai lainnya seluruhnya.

2. Defisini E-Money

Disini kita akan membahas mengenai pengertian electronic money itu

sendiri. Menurut Bank for International Settlement (BIS) mendefinisikan Uang

Elektronik sebagai :

“Stored-value or prepaid product in which a record of the funds or value

available to a consumer is stored on an electronic device in the consumer‟s

possession”

Jadi menurut BIS bahwa uang elektronik merupakan dimana

sejumlah uang yang disimpan dalam media elektronik yang dimiliki oleh

seseorang.

Electronic yang dimaksud BIS bahwa berbeda dengan „single

purpose stored value/prepaid lainnya yaitu seperti kartu telepon, karena yang

dimaksudkan uang elektronik disini dapat digunakan untuk berbagai macam

pembayaran atau yang disebut multifungsi. Electronic Money yang dimaksud

Page 35: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

26

disini juga dengan alat pembayaran berbasis kartu seperti kartu kredit, dan

kartu debit. Kartu kredit dan kartu debit merupakan access product bukan

prepaid products. Berikut adalah perbedaan karakteristik antara prepaid

product dan access product adalah sebagai berikut :19

a. Prepaid Product (e-money)

1) Nilai uang telah tercatat dalam insrumen e-money

2) Dana yang tercatat dalam e-money sepenuhnya berada dalam penguasaan

konsumen

3) Pada saat transaksi, perpindahan dana dalam bentuk electronic value dari

kartu e-money milik konsumen kepada terminal merchant dapat dilakukan

secara offline.

b. Access Product (debet or credit card)

1) Tidak ada pencatatan dana pada instrument kartu.

2) Dana sepenuhnya berada dalam pengelolaan bank, sepanjang belum ada

otorisasi dari nasabah untuk melakukan pembayaran

3) Pada saat transaksi, instrument kartu digunakan untuk melakukan akses

secara online ke computer untuk mendapatkan otorisasi melakukan

pembayaran atas beban rekening nasabah, baik berupa rekening simpanan

(kartu debet) maupun rekening nasabah kemudian langsung di debet.

Dengan demikian pembayaran dengan menggunakan kartu kredit dan

kartu debet mensyaratkan adanya komunikasi online ke komputer issuer

sedangkan e-money itu tidak harus online ke computer. 20

Penerbit dapat menerbitkan jenis uang elektronik yang mewajibkan

pendaftaran data identitas pemegang kartu, dan jenis yang tidak memerlukan

pendaftaran data identitas pemegang paling sedikit memuat nama, alamat,

tanggal lahir, dan data identitas pemegang dilakukan dengan menyediakan

sarana atau formulir aplikasi yang harus diisi calon pemegang disertai

19 Bank Indonesia (5), “Kajian Operasional E-Money”, www.bi.go.id, h. 3.

20 R. Serfianto, dkk, Uang dengan Kartu Kredit, Kartu ATM Debit, dan Uang Elektronik,

(Jakarta: Visi Media, 2012) h. 98.

Page 36: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

27

fotokopi identitas calon pemegang. Keharusan pengisian data pemegang

diperuntukan bagi pemegang yang baru pertama kali mengajukan sebagai

pemegang dan penerbit belum sama sekali mempunyai data lengkap, benar

dan akurat mengenai identitas pemegang.

3. Peraturan PerUndang-Undangan terkait Penyelenggaraan E-Money

Berikut adalah Undang-Undang di Indonesia yang dapat dijadikan sumber

yang memayungi pelaksanaan kegiatan perbankan dengan menggunakan media

electronic money

1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.21

a. Ketentuan Perdata

1) Pasal 2. Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berdasarkan

demokrasi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.

2) Pasal 3. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun

dari penyalur dana masyarakat

3) Pasal 4. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan

pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,

pertunbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan

kesejateraan rakyat banyak.

b. Ketentuan Pidana dan Sanksi Administratif

1) Pasal 46-pasal 53

2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2009 tentang Bank Indonesia.22

21

UU perbankan dalam fungsinya bagi penyelenggaraan uang elektronik adalah justifikasi terhadap fungsi bank dalam melaksanakan bisnis perbankan.

22 UU BI dalam fungsinya bagi pelaksanaan uang elektronik adalah justifikasi terhadap

kewenangan pengawasan oleh BI..

Page 37: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

28

a. Pasal 15 UU BI menyatakan bahwa Bank Indonesia berwenang

melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas

penyelenggaraan jasa sistem pembayaran

b. Pasal 24 UU BI menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut

izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank,

melaksanakan pengawasan bank, dan mengenakan sanksi terhadap

bank sesuai dengan peraturan perundang-undangan

3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik23

a. Secara perdata, yaitu Pasal 15 yaitu setiap penyelenggaraan sistem

elektronik harus menyelenggarakan Sistem Elektronik secara handal

dan aman serta bertanggung jawab terhadap beroperasinya sistem

elektronik sebagaimana mestinya.

b. Secara Pidana, yaitu :

1) Pasal 30, (1) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hal atau

melawan hukum mengakses komputer dan/atau sistem elektronik

milik orang lain dengan cara apapun. (2) Setiap orang dengan

sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses komputer

dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apapun dengan tujuan

memperoleh informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik.

(3) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan

hukum mengakses komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan

cara apapun dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau

menjebol sistem pengaman.

2) Pasal 31, (1) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau

melawan hukum melakukan intersepsi atau penyadapan atas

23

UU ITE ini dapat mengikat proses pelaksanaan uang elektronik baik perdata maupun pidana

Page 38: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

29

informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dalam suatu

komputer dan/atau Sistem Elektronik tertentu milik orang lain. (2)

Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum

melakukan intersepsi atas transmisi informasi elektronik dan/atau

Sistem Elektronik yang tidak bersifat publik dari, ke, dan, di

dalam suatu komputer dan/atau Sistem Elektronik tertentu milik

orang lain, baik yang tidak menyebabkan perubahan apapun

maupun yang menyebabkan adanya perubahan, penghilangan,

dan/atau penghentian informasi Elektronik dan/atau Dokumen

elektronik yang sedang ditransmisikan. (3) Kecuali intersepsi

dalam rangka penegakan hukum atas permintaan kepolisian,

kejaksaan, dan/atau institusi penegak hukum lainnya yang

ditetapkan berdasarkan Undang-undang. (4) Ketentuan lebih

lanjut diatur didalam PP.

3) Pasal 32. (1) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau

melawan hukum dengan cara apapun mengubah, menambah,

mengurangi, melakukan transmisi, merusak , menghilangkan,

memindahkan, menyembunyikan suatu informasi elektronik

dan/atau Dokumen Elektronik milik orang lain atau milik publik.

(2)Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak melawan hukum

dengan cara apapun memindahkan atau mentransfer informasi

elektronik dan/atau dokumen elektronik kepada sistem elektronik

orang lain yang tidak berhak. Terhadap perbuatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) yang mengakibatkan terbukanya suatu

informasi Elektronik dan/atau Dokumen elektronik yang bersifat

rahasia menjadi dapat diakses oleh publik dengan kutuhan data

yang tidak sebagaimana mestinya.

4) Pasal 34. (1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau

melawan hukum memproduksi, menjual, mengadakan untuk

digunakan, mengimpor, mendistribusikan, menyediakan, atau

memiliki : a. Perangkat keras atau perangkat lunak komputer yang

Page 39: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

30

dirancan atau secara khusus dikembangkan untuk memfasilitasi

perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan

Pasal 33: b. Sandi lewat komputer, kode akses, atau hal yang

sejenis dengan itu yang di tunjukan agar Sistem elektronik

menjadi dapat diakses dengan tujuan memfasilitasi perbuatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33.

(2) Tindakan Sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan tindak

pidana jika ditunjukan untuk melakukan kegiatan penelitian,

pengujian sistem elektronik, untuk perlindungan sistem elektronik

itu sendiri secara sah dan tidak melawan hukum.

5) Pasal 34. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau

melawan hukum melakukan manipulasi, penciptaan, perubahan,

penghilangan, pengrusakan Informasi Elektronik dan/atau

Dokumen Elektronik dengan tujuan agar Informasi Elektronik

tersebut dianggap seolah-olah data yang otentik.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Sistem dan

Transaksi Elektronik24

a. Secara Perdata,

1) Pasal 30. (1) Penyelenggara Sistem Elektronik untuk pelayanan

publik wajib memiliki Sertifikat Kelaikan Sistem Elektronik. (2)

Sertifikat Kelaikan Sistem Elektronik sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diperoleh setelah melalui proses setifikasi kelaikan Sistem

Elektronik. (3) kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat dilaksanakan terhadapseluruh komponen atau sebagian

komponen dalam Sistem Elektronik sesuai dengan karakteristik

kebutuhan perlindungan dan sifat strategis penyelenggaraan Sistem

24

Dalam PP ini dapat mengikat proses pelaksanaan uang elektronik secara perdata dan tanggung jawab administratif

Page 40: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

31

Elektronik. (4) Penerapan ketentuan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh menteri setelah berkoordinasi

dengan pimpinan Instansi Pengwas dan Pengatur Sektor terkait.

2) Pasal 31. (1) Sertifikasi Kelaikan sistem elektronik sebagaimana

dimaksud dalam pasal 30 diberikan oleh Menteri. (2) Standar

dan/atau persyaratan teknis yang digunakan dalam proses oleh

Menteri. (3) Instansi pengawas dan pengatur sektor terkait dapat

menetapkan persyaratan teknis lainnya dalam rangka sertifikasi

Kelaikan sistem elektronik sesuai dengan kebutuhan masing-

masing sektor.

3) Pasal 32. (1) menteri dapat mendelegasikan kewenangan pemberian

Sertifikasi kelaikan Sistem Elektronik kepada lembaga sertifikasi

yang diakui oleh Menteri. (2) pemberian setifikat Kelaikan Sistem

Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

memperhatikan standar dan/atau persyaratan teknis yang ditetapkan

oleh Menteri dan Instansi pengawas dan Pengatur Sektor terkait.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Sertifikasi diatur

dalam Peraturan Menteri

b. Secara Administratif

Pasal 84. (1) pelanggaran dikenai sanksi administratir. (2) sanksi

Administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dapat berupa: a.

Teguran tertulis; b. Dendan administratif; c. Penghentian

sementara; dan/atau d. Dikeluarkan dari daftar.

5. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 tentang Transfer Dana.25

25

Dalam UU ini dapat mengikat proses pelaksanaan uang elektronik secara perdata dan pidana.

Page 41: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

32

a. Secara Perdata dapat dikenakan sebagai payung hukum

pelaksanaan uang elektronik

1) Pasal 3. Prinsip-prinsip umum Undang-undang Transfer Dana

b. Secara Pidana dapat dikenakan sebagai payung hukum pelaksanaan

transfer dana pada uang elektronik. Pasal 79-Pasal 87.

6. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.26

a. Pasal 21 dan 23 : Bahwa setiap orang yang tidak menggunakan

rupiah dalam:

1) Setiap transaksi yang mempunyai tujuan pembayaran

2) Penyelesaian kewajiban lainnya yang harus dipenuhi dengan

uang

3) Transaksi keuangan lainnya dipidana

7. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen.27

a. Secara Perdata

1) Pasal 7. Kewajiban pelaku usaha

2) Pasal 18. Klausula baku

3) Pasal 19. Tanggung Jawab pelaku usaha

b. Secara Pidana

1) Pasal 61

2) Pasal 62

3) Pasal 63

4. Pengaturan (Regulasi) E-Money Di Indonesia

26

UU Mata Uang dapat menjadikan paying hukum pelaksanaan kegiatan perbankan dan sistem pembayaran secara pidana

27 UU ini dapat menjadikan paying hukum pelaksanaan kegiatan perbankan sistem

pembayaran secara pidana, perdata dan administratif

Page 42: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

33

Dalam pelaksanaan sistem pembayaran e-money atau uang elektronik

tentunya berdasarkah aspek-aspek hukum yang sebagaimana dijelaskan diatas,

maka Indonesia telah memiliki payung hukum, baik yang dikeluarkan oleh

Gubernur Bank Indonesia dengan Peraturan Bank Indonesia dan Surat Edaran

Bank Indonesia tentan Uang Elektronik, maupun undang-undang lain yang

dapat terhubung sebagaimana pelaksanaan e-money di indonesia.

Berikut adalah poin-poin yang baru dalam PBI uang elektronik tahun 2014

ini adalah sebagai berikut.28

a. Perizinin bagi Lembaga selain Bank (LSB) yang akan menerbitkan uang

elektronik dengan fitur transfer dana

b. Pemberian jangka waktu berlakunya izin sebagai prinsipal, penerbit,

Acquirer, Penyelenggara kliring dan/atau penyelenggara penyelesaian Akhir

c. Pemanfaatan Uang elektronik dalam penyelenggara Layanan Keuangan

Digital (LKD)

d. Kebijakan pembatasan pemberian izin sebagai principal, penerbit, acquirer,

penyelenggara akhir

Bank Indonesia dalam membuat regulasi pelaksanaan uang elektronik di

Indonesia ternyata telah mengacu dari latar belakang perlunya pengaturan uang

elektronik yang dikeluarkan oleh Europeon Central Bank (ECB) pada bulan

agustus Tahun 1998. Berdasarkan kasus ECB bahwa terdapat beberapa faktor

yang menjadi concern bagi bank-bank sentral dalam pengaturan uang elektronik,

yaitu:29

1. Perlunya menjada efektivitas kebijakan moneter yang bersifat fundamental

2. Perlunya menjaga efisiensi dalam system pembayaran dan kepercayaan

terhadap instrument pembayaran

3. Perlunya perlindungan terhadap konsumen dan merchant

4. Perlunya menjaga stabilitas system keuangan

28

Lampiran FAQ (Frequently Asked Question) PBI Nomor 16/8/PBI/2014 http://www.bi.go.id/peraturan/sistem-pembayaran/Pages/PBI_16814.aspx

29 Siti Hidayati, et.al., Kajian Operasional E-Money, (Jakarta: Biro Hukum Bank Indonesia,

2006) h. 20.

Page 43: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

34

5. Perlunya proteksi terhadap criminal

6. Perlunya antisipasi terhadap market failure

Berdasarkan faktor-faktor yang menjadi concern dalam pengaturan uang

elektronik tersebut, ECB kemudian menetapkan 7 (tujuh) minimum requirments

yang harus dipenuhi oleh bank-bank sentral anggotanya, dalam menetapkan

kebijakan dan pengaturan e-money di negaranya masing-masing, yaitu:

pengawasan yang bersifat prudential, Kerangka hukum yang kuat dan transparan,

technical security, proteksi terhadap tindak kejahatan, Laporan terkait statistic

moneter, Redeemability, Reserve Requirments. Berikut adalah aspek-aspek yang

diatur dalam regulasi Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia dan Surat

Edaran Bank Indonesia, yaitu:

a) Jenis Kartu Prabayar yang Memerlukan Persetujuan Bank Indonesia.

Kartu prabayar yang penerbitnya wajib terlebih dahulu mendapat

persetujuan Bank Indonesia adalah kartu prabayar single purpose multi

merchant, yaitu kartu prabayar single purpose tetapi dapat digunakan dilebih

dari satu merchants, yaitu kartu prabayar multi purpose yang dapat digunakan

untuk melakukan pembayaran pada lebih dari satu merchant. Persetujuan Bank

Indonesia terhadap penerbitan kartu prabayar tersebut diperlukan mengingat

kartu-kartu tersebut bersifat seperti uang karena pada saat kartu digunakan pada

merchant tertentu, maka nilai uang dikurangkan pada kartu tersebut pada

dasarnya merupakan nilai uang yang pada waktunya akan ditagihkan oleh

merchant tersebut kepada penerbit kartu prabayar. Adapun persetujuan Bank

Indonesia tersebut dimaksudkan untuk :

1. Memberikan perlindungan kepada masyarakat pengguna

2. Menjaga kepercayaan masyarakat terhadap alat pembayaran tersebut, dan

3. Melaksanakan tugas Bank Indonesia dalam memonitor uang beredar

b) Penerbit e-money (issuer)

Pihak yang dapat menerbitkan kartu prabayar melalui persetujuan Bank

Indonesia adalah bank dan lembaga selain bank Khusus untuk lembaga selain

bank, ditetapkan persyaratan sebagai berikut:

a. Berbadan hukum Indonesia dalam bentuk PT; dan

Page 44: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

35

b. Memiliki pengalaman dan reputasi baik dalam penyelenggaraan kartu

prabayar single-purpose single merchant atau multi-purpose single

merchant di Indonesia minimal selama dua tahun

c) Hak dan Kewajiban Para Pihak

Penerbit diwajibkan untuk memberikan informasi secara tertulis kepada

pemegang kartu mengenai :

a. Prosedur dan tata cara penggunaan kartu prabayar, fasilitas dan risiko yang

mungkin muncul pada penggunaan kartu prabayar;

b. Hak dan kewajiban pemegang kartu

c. Tata cara pengajuan terkait penggunaan kartu dan perkiraan lamanya waktu

penanganan pengaduan tersebut.

d) Anti Money Laundering

Disisi lain, sebagai upaya mencegah dimanfaatkannya kartu prabayar

untuk melakukan kejahatan pencucian uang (money landering), dalam

peraturan pelaksanaan PBI APMK diatur bahwa batas maksimum jumlah

nominal dana yang dapat diisikan pada setiap kartu prabayar adalah Rp.

1.000.000,- (satu juta rupiah). Dengan demikian, untuk sementara ini kartu

prabayar hanya ditujukan untuk pembayaran yang sifatnya retail.

Berikut ini adalah sejumlah regulasi Peraturan Bank Indonesia yang

menjadi payung hukum e-money dari tahun 2004 yang masih menyatu

dengan PBI APMK hingga saat ini adalah sebagai berikut:

1. PBI Nomor 6/30/PBI/2004 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat

Pembayaran menggunakan Kartu

2. PBI Nomor 7/52/PBI/2005 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat

Pembayaran menggunakan Kartu

3. PBI Nomor 10/8/PBI/2008 tentang Perubahan atas PBI Nomor

7/52/PBI/2005 tentangPenyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran

Menggunakan Kartu

4. PBI Nomor 10/4/PBI/2008 tentang Laporan Penyelenggaraan Kegiatan Alat

Pembayaran Menggunakan Kartu oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan

Lembaga Selain Bank (LSB)

Page 45: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

36

5. PBI Nomor 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat

Pembayaran Menggunakan Kartu

6. PBI Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik

7. PBI Nomor 14/2/PBI/2012 tentang Perubahan atas PBI Nomor

11/11/PBI/2009 tentangPenyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran

Menggunaka Kartu

8. PBI Nomor 16/8/PBI/2014 tentang Perubahan Atas PBI Nomor

11/12/PBI/2009 tentangUang Elektronik

Sebagai pengaturan pelaksanaan teknik dari PBI, alat pembayaran

menggunakan kartu (kartu kredit, ATM/kartu debit) dan uang elektronik (e-

money) juga diatur dalam sejumlah Surat Edaran Bank Indonesia (SE BI), yaitu :

1. SE BI Nomor 7/59/DASP/2005 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kegiatan

Alat Pembayaran Menggunakan Kartu.

2. SE BI Nomor 7/60/DASP/2005 tentang Prinsip Perlindungan Nasabah dan

Kehati-hatian serta Peningkatan Keamanan dalam Penyelenggaraan Kegiatan

Alat Pembayaran Menggunakan Kartu.

3. SE BI Nomor 7/61/DASP/2005 tentang Pengawasan Penyelenggaraan

Menggunakan Kartu.

4. SE BI Nomor 8/18/DASP/2006 tentang Perubahan atas SE BI Nomor

7/60/DASP/2005 tentang Prinsip Perlindungan Nasabah dan Kehati-hatian

serta Peningkatan Keamanan dalam Penyelenggaraan Kegiatan Alat

Pembayaran Menggunakan Kartu.

5. SE BI Nomor 10/4/UKMI/2008 tentang Laporan Penyelenggaraan Kegiatan

Alat Pembayaran Menggunakan Kartu oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

dan Lembaga Selain Bank (LSB).

6. SE BI Nomor 10/07/DASP/2008 tentang Pengawasan Penyelenggaraan

Kegiatan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu.

7. SE BI Nomor 10/20/DASP/2008 tentang Perubahan Kedua atas SE BI Nomor

7/60/DASP/2005 tentang Prinsip Perlindungan Nasabah dan Kehati-hatian

Page 46: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

37

serta Peningkatan Keamanan dalam Penyelenggaraan Kegiatan Alat

Pembayaran Menggunakan Kartu.

8. SE BI Nomor 11/10/DASP/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat

Pembayaran Menggunakan Kartu.

9. SE BI Nomor 11/11/DASP/2009 tentang Uang Elektronik (electronic money).

10. SE BI Nomor 13/22/DASP/2011 tentang Implementasi Teknologi ship dan

Penggunaan Personal Identification number (PIN) pada Kartu ATM dan/atau

Kartu Debit yang diterbitkan di Indonesia.

11. SE BI Nomor 16/11/DKSP/2014 tentang Penyelenggaraan Uang Elektronik.

Page 47: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

38

BAB III

PENGGUNAAN E-MONEY DALAM TRANSAKSI BISNIS

A. Tinjauan Hukum Pelaksanaan E-Money

Sebagai bentuk instrumen pembayaran yang sudah mulai berkembang dan

telah memberikan manfaat sebagai alternatif pembayaran non-tunai terlebih pada

usaha ritel dan mikro tidak lupur dari potensi-potensi terhadap implikasi ekonomi

dalam suatu negara. Oleh karena itu didalam penyelenggaraannya, e-money

memerlukan paying hukum yang komprehensif dalam pelaksanaan kegiatan

sistem pembayaran dengan media electronic money.

1. Aspek-Aspek Hukum Pelaksanaan E-Money

Memperhatikan hal-hal yang menjadi regulatory concern ECB

yang dalam hal ini juga relevan terhadap tugas bank sentral secara umum,

serta dari kajian literatur terhadap pengaturan e-money di beberapa negara

lain, maka secara umum isu-isu yang perlu diatur dalam pengarutan e-money

adalah penerbit electronic money (issues), redeemability, pengelolaan float

electronic money, keamanan dan kehandalan sistem, pencegahan money

laundering, prudential supervision, hak dan tanggung jawab para pihak.

1. Penerbit e-money (Issuer)

Issuer memegang peranan penting dalam penyelenggaraan e-money,

karena issuer adalah pihak yang mengelola float atas electronic value yang

diterbitkan oleh kemampuan issuer dalam memenuhi refund atau

redemtation yang dilakukan oleh customer atau merchant, oleh sebab itu

pemberian izin kepada lembaga selain bank untuk menjadi issuer e-money

perlu dilakukan secara hati-hati. Dalam kaitan ini perlu diperhatikan

sejauh mana efektivitas bank sentral sebagai otoritas pengatur dan

Page 48: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

39

pengawas sistem pembayaran kepada lembaga non-bank yang menjadi

issuer dalam penyelenggaraan e-money.1

2. Redeemability

Redeemability dimaksudkan sebagai bentuk jaminan atau kapasitas bagi

pemilik electronic value, baik pemegang kartu maupun merchant bahwa

mereka setiap saat dapat menukarkan (redeem atau refund) electronic

value tersebut ke dalam bentuk monetary value baik berupa uang tunai

(cash) maupun melalui transfer ke rekening yang bersangkutan. Hal ini

penting untuk menjaga kepercayaan masyarakat atas instrument

pembayaran e-money kepastian ini juga merupakan salah satu aspek

perlindungan kepada konsumen. Pihak yang mempunyai kewajiban untuk

memenuhi redeemability ini adalah penerbit e-money (issuer).2

3. Pengelolaan Float E-Money

Guna memastikan redeemability oleh issuer kepada pemegang kartu

maupun merchant, maka perlu ada pengaturan yang jelas mengenai

pengelolaan float e-money oleh issuer. Berdasarkan kebjakan dibeberapa

negara, pengaturan ini dapat diterapkan dalam bentuk:

a. Penetapan cadangan minimum (minimum reserve requirement) yang

harus dipelihara oleh issuer dari waktu ke waktu. Dalam hal penerbit

adalah bank, kebijakan cadangan minimum ini dalam diterapkan

sebagaimana halnya penetapan cadangan minimum untuk dana pihak

ketiga. Dalam hal penerbit adalah lembaga selain bank maka perlu

kebijakan yang jelas untuk pengelolaan float e-money, antara lain:3

1 R. Serfianto, dkk, Uang dengan Kartu Kredit, Kartu ATM Debit, dan Uang Elektronik,

(Jakarta: Visi Media, 2012) h. 100. 2 Report on Electronic Money, European Central Bank, 1998, h. 26.

3 Siti Hidayati, et.al., Kajian Operasional E-Money, (Jakarta: Biro Hukum Bank Indonesia,

2006) h. 40.

Page 49: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

40

1) Besarnya cadangan minimum yang harus dipelihara dari waktu ke

waktu.

2) Bentuk cadangan minimum dan lembaga penympanan dana

cadangan minimum tersebut.

3) Mekanisme pengawasan oleh otoritas pengawas terkait

pemenuhan issuer non-bank atas cadangan minimum.

4) Perlu tidaknya asuransi atas float yang dikeloka oleh issuer bank

maupun non-bank untuk mengantisipasi ketidaknyamanan issuer

dalam hal mengalami insolvency.

b. Penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan float sehingga

tidak terjadi kegagalan dalam pemenuhan tagihan (credit risk). Dalam

hal ini perlu diatur bentuk investasi yang diperbolehkan dalam rangka

pengelolaan float.

c. Keamanan dan Kehandalan Sistem

Sebagaimana alat pembayaran berbasis elektronik lainnya e-money

juga memiliki potensial surectly risk yang akan dijelaskan di dalam

bab berikutnya, seperti pemalsuan, perubahan terhadap aplikasi dan

data, pencurian, penyangkalan transaksi (non repuditation) sampai

dengan risiko malfunction atau kegagalan sistem. Risiko-risiko ini jika

tidak diantisipasi dengan baik dapat mengancan operasional systen

yang pada akhirnya dapat mengurangi kepercayaan masyarakat

terhadap e-money.

d. Pencegahan Money Laundering

Issuer yang menjadi perhatian dalam pengembangan e-money adalah

kemungkinan penyalahgunaan e-money untuk tindak kejahatan

pencucian uang(money laundering). Oleh karena itu, pengaturan e-

money harus dapat mempersempit peluang penggunaan e-money untuk

money laundering dan tindak kejahatan lainnya seperti terrorist

financing, korupsi, perdagangan narkoba dan kejahatan berat lainnya.

Page 50: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

41

e. Prudential Supervision

Mengingat berbagai risiko yang terdapat pada e-money serta tugas

bank sentral untuk menjaga kelancaran sistem pembayaran. Maka

perlu adanya kewenangan yang jelas bagi bank sentral dalam

melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan e-money. Jika

diperlukan kewenangan pengawasan ini juga termasuk pengawasan

kepada sistem operator apabila penyelenggaraan e-money diserahkan

oleh issuer kepada pihak lain. Hal-hal yang perlu diatur terkait

pengawasan, antara lain: bentuk pengawasan yang dilakukan

(aktif/pasif), jenis-jenis laporan yang harus disampaikan oleh issuer,

Sanksi terhadap pelanggaran- pelanggaran.

f. Hak dan tanggung jawab para pihak

Ketentuan juga perlu mengatur agar hak dan tanggung jawab para

pihak, khususnya pemegang kartu dan merchant dibuat secara jelas

dan transparan oleh issuer. Dalam hal ini issuer harus menjamin hak

dan kewajiban para stakeholder (khususnya pemegang kartu dan

merchant yang dibuat secara tertulis dan jelas dalam masing-masing

dokumen.

2. Para Pihak Dalam Pelaksanaan E-Money

Sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang

Uang Elektronik maka dapat dilihat pihak-pihak dalam transaksi uang

elektronik ini, yaitu:

a. Pinsipal

Bank atau Lembaga Non-Bank yang bertanggung jawab atas pengelolaan

sistem dan/atau jaringan antar anggotanya, baik yang berperan sebagai

Page 51: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

42

penerbit dan/atau acquirer, dalam transaksi uang elektronik yang bekerja

sama dengan anggotanya didasarkan atas suatu perjanjian tertulis.

b. Penerbit/Issuer

Bank atau Lembaga Non-bank yang menerbitkan uang elektronik.

c. Acquirer

Bank atau Lembaga Non-Bank yang melakukan kerjasama dengan

pedagang yang dapat memproses data uang elektronik yang diterbitkan

oleh pihak lain.

d. Pemegang

Pihak yang menggunakan uang elektronik.

e. Pedagang/merchant

Penjual barang dan/atau jasa yang menerima transaksi pembayaran dari

pemegang.

f. Penyelenggara Kliring

Bank atau Lembaga Non-Bank yang melakukan perhitungan hak dan

kewajiban keuangan masing-masing penerbitnya dan/atau acquirer dalam

rangka transaksi uang elektronik.

g. Bank atau Lembaga Non-Bank yang melakukan dan bertanggung jawab

terhadap penyelesaian akhir atas hak dan kewajiban keuangan masing-

masing penerbit dan/atau acquirer dalam rangka transaksi uang elektronik

berdasarkan hasil perhitungan dan penyelenggaraan kliring.

Bank yang dimaksud adalah Bank Umum dan Bank Perkreditan

Rakyat sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun

1998 tentang perbankan, termasuk kantor cabang bank asing di Indonesia dan

Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah sebagaimana

Page 52: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

43

dalam Undang-undang Nomor 21Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Lembaga Non-Bank merupakan badan usaha bukan bank yang berbadan

hukum dan didirikan berdasarkan Hukum Indonesia.

3. Hambatan dalam Pelaksanaan Pembayaran Menggunakan E-Money

Perkembangan teknologi informasi dengan segala bentuknya memang

memberi berbagai kemudahan, kecepatan dan kelancaran sistem pembayaran.

Di balik semua ini ada juga ketergantungan. Misalnya ketergantungan sistem

transfer dana elektronik terhadap kehandalan infrastruktur jaringan

komunikasi. Kinerja yang kurang baik terhadap jaringan komunikasi dapat

menimbukan risiko operasional. Gangguan opersional juga berpotensi

memperlambat mekanisme setelmen dana dan timbul lah risiko likuiditas.

Risiko ini terjadi karena pihak yang berhutang tidak dapat memenuhi

kewajiban pada waktunya. Akibatnya, likuiditas dapat meningkat menjadi

risiko kredit. Hal yang paling ditakuti karena dapat mengguncang kan

stabilitas system keuangan adalah sistem sistemik.4

Selain risiko hambatan diatas ini masih banyak lagi risiko lain yang

akan dihadapi jika sistem pembayaran menggunakan e-money tidak

dikendalikan dengan baik. Ada juga risiko yag disebabkan oleh kelalaian

manusia (human error) yang merupakan bagian dari risiko operasional. Untuk

itu, Bank Indonesia yang berperan sebagai operator, regulator dan pengguna

sistem pembayaran mempunyai beberapa kewajiban sebagai berikut.

a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan, baik yang dituangkan dalam

bentuk regulasi atau bentuk lainnya.

b. Memberikan izin penyelenggaraan sistem pembayaran menggunakan e-

money.

c. Konsultasi dan fasilitas pada penyelenggara sistem pembayaran.

4 Jae Hyun J, Managing Systemic Risk from Perspective of the Financial Network Under

Macroeconomic Distress, (BIS: Financial Stability Institute, 2012) h. 24.

Page 53: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

44

d. Pengawasan, terutama kepada penyelenggara sistem pembayaran

menggunakan e-money untuk menilai kesesuaian sistem yang dikelola nya

dengan kebijakan-kebijakan Bank Indonesia di bidang tersebut.

B. Prospek Pelaksanaan Produk E-Money di Indonesia

Grafik 1. Grafik Perkembangan Pemakai E-Money di Indonesia

Periode Jumlah Instrumen Transaksi

Volume Nominal (juta Rp)

2016 51.204.580 79.228.422 749.766

2017 90.003.848 163.301.280 1.957.290

2018 167.205.578 310.719.605 5.886.152

Jan-19 173.825.919 274.687.548 5.817.363

Feb-19 189.222.546 294.101.832 5.970.262

Mar-19 199.174.153 423.743.628 8.956.978

Apr-19 197.413.945 451.650.065 10.671.171

Mei-19 198.790.786 422.602.216 12.815.686

Jun-19 209.891.847 393.695.970 11.874.500

Jul-19 232.348.971 476.037.115 12.939.443

Agu-19 250.477.938 492.317.016 12.878.103

Tabel 1. Jumlah Pemakaian E-Money Periode Tahun 2016-20195

5 https://www.bi.go.id/id/statistik/sistem-pembayaran/uang-

elektronik/contents/transaksi.aspx

-

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

10,000,000

12,000,000

14,000,000

-

100,000,000

200,000,000

300,000,000

400,000,000

500,000,000

600,000,000

Chart Title

Jumlah Instrumen Transaksi Transaksi

Page 54: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

45

C. Produk E-Money Bank Y

Bank Y (persero) Tbk menerbitkan uang elektronik yang berbasis kartu

(card-based product) yaitu Mandiri e-Money dan yang berbasis perangkat lunak

yang ditanamkan pada perangkat elektronik (software-based product) yaitu

Mandiri e-Cash. Produk e-Money Bank Y sudah bekerja sama dengan perusahaan

seperti pertamina, indomaret dan Jasa Marga serta perusahaan Transjakarta

dimana produk tersebut adalah indomaret Card, e-Tollcard.

Berikut adalah sarana penunjang dalam transaksi uang elektronik, produk Bank Y.

Gambar 1.1 Jenis E-Money bank Y Berbasis Kartu (card-based product)

Gambar 2.2 Instrumen Penunjang, Mesin Encrypted Data Capture (EDC)

Page 55: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

46

Gambar 3.3 Mesin E-Toll Pass

Uang elektronik yang dikeluarkan Bank Mandiri untuk yang berbasis kartu

termasuk jenis yang (unregistered) sehingga untuk menjadi pemegang kartu ini

bisa diperoleh siapa saja tanpa perlu menjadi nasabah dari Bank Mandiri dan

maksimal saldo yang dapat disimpan hanya sebanyak Rp. 1.000.000,-

sebagaimana Surat Edaran Bank Indonesia telah membatasinya untuk yang jenis

tidak terdaftar (unregistered). Khusus untuk kartu e-money dan Indomaret Card

ini merupakan multi use-purpose. Sehingga kedua kartu ini dapat digunakan untuk

ke semua transakti yang bekerja sama dengan PT. Bank Y (persero) Tbk berbeda

dengan Gaz Card atau e-Toll yang merupakan single use-purpose yang hanya bisa

dipakai untuk satu jenis transaksi saja. Uang elektronik tersebut dapat di isi uang

dengan 4 cara, yaitu:

1. Mandiri EDC

2. Mandiri ATM

3. Mandiri Internet

4. Mandiri SMS

Salah satu produk PT. Bank Y (persero) Tbk selaku penerbit bekerja sama

dengan merchant Indomaret mengeluarkan kartu e-money dengan brand name

sendiri Prabayar-Indomaret Card (selanjutnya disebut Indomaret Card). Kartu ini

digunakan untuk bertransaksi pembelankaan di Indomaret atau pembayaran

lainnya di merchant yang bekerja sama dengan Bank Y selaku penerbit dengan

fitur saldo yang tersimpan pada chip kartu dapat digunakan bertranksaksi tanpa

Page 56: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

47

menggunakan PIN atau tanda tangan, dapat diisi ulang, dengan maksimal saldo

kartu sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) sesuai ketentuan Bank Indonesia

dan saldo mengendap pada kartu tidak diberi bunga. Cara bertransaksi yaitu

dengan saldo minimum sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) ditambah

dengan jumlah pembelankaan yang akan dibayarkan. Isi ulang (top up) dengan

menggunakan Mandiri Debit yang dapat dilakukan melalui Mandiri EDC, mandiri

ATM (tunai & Non-Tunai), mandiri SMS. Adapun suarat dan ketentuan (term &

condition) penggunaan kartu Mandiri Prabayar dari penerbit yaitu:

1. Penggunaan Kartu Mandiri Prabayar

a. Bank tidak berkewajiban untuk mengganti kerugian akibat kartu yang

rusak karena kelalaian pemegang kartu, hilang, dicuri atau digunakan

oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dan tidak akan mangganti

kartu yang hilang dengan kartu baru;

b. Saldo yang terdapat dalam kartu tidak termasuk dalam program

penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

c. Penggunaan kartu hanya dapat dilakukan sebatas saldo yang tersimpan

pada kartu;

d. Pemegang kartu tidak diperkenankan merusak, memanipulasi,

mengcopy dan/atau mengubah fisik maupun isi data baru;

e. Pemegang kartu bertanggung jawab dan wajib melaporkan kepada

penerbit apabila terjadi penggandaan (cloning) dan pengunnan oleh

pihak yang tidak berwenang untuk melakukan transaksi;

f. Dalam hal kartu hilang, penerbit tidak akan melakukan pemblokiran,

tidak mengganti fisik dan tidak akan mengembalikan saldo.

D. Kelebihan dan Kekurangan E-Money

Hampir semua orang ingin melakukan berbagai aktivitas dengan mudah,

cepat, dan nyaman. Untuk memenuhi keinginan tersebut, kini telah banyak

bermunculan berbagai teknologi yang bisa dimanfaatkan, salah satunya adalah E-

Money. E-Money ini menjadi pilihan banyak masyarakat khususnya di Indonesia

Page 57: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

48

untuk menunjang kenyamanan kegiatan sehari-hari. Ada beberapa kelebihan dan

kekurangan E-Money berikut ini:

1. Kelebihan E-Money

Sebagai alternatif pembayaran, e-Money memiliki sejumlah kelebihan yang

membuatnya menarik untuk digunakan, salah satunya adalah efektif dan

efisien melakukan pembayaran. Dengan menggunakan e-Money, peredaran

uang palsu dapat ditekan. Berbagai tindak pidana yang dipicu oleh keadaan

seseorang membawa uang tunai dalam jumlah besar juga dapat dicegah

dengan menggunakan e-Money.

Beberapa poin kelebihan penggunaan E-Money adalah:

a) Efektif dan efisien menggunakan uang.

b) Penggunaan e-Money akan lebih efektif untuk mengurangi peredaran

uang palsu di masyarakat.

c) Mencegah tindak pidana yang disebabkan oleh tindakan membawa uang

tunai dalam jumlah besar.

d) Efisiensi dalam penggunaan e-Money terjadi saat transaksi elektronik,

Anda tidak perlu repot menghitung uang kembalian, apalagi jika

nominal angkanya unik.

e) Anda dapat mengetahui dengan pasti berapa jumlah uang yang

digunakan.

f) Anda juga dapat menghemat waktu antrian, misalnya antrian di jalan tol.

g) Penggunaan e-Money juga dapat menekan penggunaan kertas yang

dapat mengancam kerusakan lingkungan.

h) Berbagai potongan harga atau diskon dari produk-produk tertentu juga

bisa Anda nikmati dengan menggunakan e-Money.

2. Kekurangan E-Money

Meskipun e-Money berfungsi mendorong efisiensi transaksi

pembayaran, namun jenis pembayaran ini juga memiliki kekurangan yang

Page 58: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

49

perlu Anda pertimbangkan. Salah satunya adalah apabila Anda memiliki e-

Money dari bank Y, maka Anda hanya dapat mengisi ulang saldo e-Money

Anda di mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di Bank Y tersebut.

Beberapa poin kekurangan E-Money yang perlu dipertimbangkan adalah:

a) Pengisian ulang saldo e-Money yang hanya dapat dilakukan pada mesin ATM

tertentu.

b) Isi ulang saldo e-Money belum praktis.

c) Ketersediaan mesin-mesin elektronik penyedia jasa e-Money (merchant) saat

ini jumlahnya masih sedikit.

d) Apabila kartu e-Money Anda hilang, maka uang Anda juga akan hilang.

e) Sisa saldo atau uang pada e-Money yang hilang tidak dapat dikembalikan.

Berbeda halnya dengan Kartu Debit atau Kartu Kredit yang jika hilang dapat

diganti baru dan memiliki potensi uang tetap aman.

Manfaat dari e-Money diantaranya adalah:

a) Pembayaran tol seluruh Indonesia seperti Jabodetabek, Surabaya, Cirebon,

Bali, hingga Medan.

b) Pembayaran BBM di SPBU Pertamina berlogo Mandiri e-Money.

c) Belanja di Supermarket seperti Indomaret, Alfamart, Alfamidi, Lawson,

Hypermart, Lion Superindo.

d) Parkir yang menggunakan teknologi Secure Parking, ISS Parking.

e) Bus Umum seperti Trans Jogja, TransJakarta, dan Batik Solo.

f) Berbagai restoran ternama di Indonesia seperti Solaria hingga Excelso.

g) Berbagai merchant lainnya yang mendukung pembayaran dengan

menggunakan e-Money.

Page 59: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

50

BAB IV

DAMPAK TRANSAKSI E-MONEY DALAM HUKUM PERBANKAN

Sehubungan dengan pokok permasalahan dalam penulisan skripsi ini yaitu

Bagaimana tanggung jawab pihak perbankan terhadap nasabah yang merasa

dirugikan dalam penggunakan E-money, Maka peneliti melakukan penjabaran

mengenai hasil penelitian yang peneliti temukan secara langsung dan berdasarkan

narasumber yang peneliti rasa berpotensi terhadap permasalahan E-money ini.

A. E-Money Ditinjau dari Perspektif Hukum Perbankan

Uang elektronik pada hakikatnya merupakan uang tunai tanpa ada

fisik (cashless money), yang nilai uangnya berasal dari nilai uang yang disetor

terlebih dahulu kepada penerbitnya, kemudian disimpan secara elektronik dalam

suatu media elektronik berupa server atau kartu chip, yang berfungsi sebagai alat

pembayaran non tunai kepada pedagang atau merchant yang bukan penerbit E-

money yang bersangkutan. Nilai uang (monetary value) pada E-money didapat

dengan cara menyetorkan terlebih dahulu sejumlah uang kepada penerbit, baik

secara langsung, maupun melalui agen-agen penerbit, atau dengan pendebitan

rekening di bank. Untuk chip based, pemegang dapat bertransaksi secara offline

melalui E-money (dalam bentuk kartu atau bentuk lainnya). Sedangkan pada

server based, pemegang akan diberi sarana untuk mengakses virtual account

melalui handphone (sms), kartu akses, atau sarana lainnya, sehingga transaksi

diproses secara online. Transaksi melalui E-money khususnya transaksi yang

diproses secara off-line sangat cepat hanya memerlukan waktu kurang lebih 2 – 4

detik. Dari sisi penggunaannya, hampir dari seluruh E-money yang diterbitkan

tidak lagi bersifat single purpose namun sudah multi purpose sehingga dapat

digunakan untuk segala macam pembayaran ditempat-tempat yang menyediakan

alat untuk menerima pembayaran dengan E-money.

E-money adalah bentuk uang tanpa fisik (cashless money) yang

menyimpan nilai uang dalam bentuk data digital. Jadi, uang elektronik

Page 60: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

51

mempunyai karakteristik sebagai kebendaan digital, di dalamnya terdapat data

elektronik dalam wujudnya nilai E-money. Nilai E-money ini yang terekam dalam

uang elektronik besarnya sama dengan nilai uang yang disetorkan. E-money

merupakan dokumen elektronik yang di dalamnya disimpan nilai uang secara

elektronik, yang merupakan informasi elektronik pada suatu media seperti server

atau chip yang dapat dipindahkan untuk kepentingan transaksi pembayaran.

Menurut pasal 1 ayat (3) Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009

tentang Uang Elektronik (Electronic Money) adalah alat pembayaran yang

memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

1. Diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh

pemegang kepada penerbit.

2. Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server

atau chip.

3. Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan

merupakan penerbit uang elektronik tersebut, dan

4. Nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang dan dikelola oleh

penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam

undang-undang yang mengatur mengenai perbankan.

E-money sebagai alat pembayaran digital karena terdapat data elektronik,

data elektronik tersebut berisi informasi yang berisi jumlah saldo/ nilai uang,

informasi pemegang e-money apabila telah didaftarkan, catatan transaksi semua

informasi tersebut disimpan secara digital dalam media server atau chip. Hal

tersebut sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang Nomor

11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Infomasi dan

Transaksi Elektronik.

Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11Tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik yang menyatakan :

Page 61: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

52

“Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan,

dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital,

elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan,

dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi

tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya,

huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol yang memiliki makna atau arti atau

dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.”

Dengan demikian sesuai dengan Pasal 499 KUH Perdata, E-money dapat

dikategorikan sebagai benda, karena e-money merupakan harta kekayaan dan

dapat dikuasai oleh pemegang E-money sebagai miliknya. Nilai uang tunai yang

disetorkan sebagai dasar penerbitan uang elektronik diubah menjadi data digital

berupa angka-angka untuk sistem perhitungan tertentu, yang dapat digunakan

dalam transaksi pembayaran. Penyetoran dan pemindahan dana pada e-money

pada prinsipnya dilakukan secara elektronik, untuk itu E-money merupakan

bagian dari kebendaan digital. Melalui Surat Edaran Bank Indonesia Nomor

18/21/DKSP tanggal 27 September 2016 perihal Perubahan atas Surat Edaran

Bank Indonesia Nomor16/11/DKSP tanggal 22 Juli 2014 perihal Penyelenggaraan

Uang Elektronik (Electronic Money) sebagai pelaksanaan dari Peraturan Bank

Indonesia Nomor 18/17/PBI/2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank

Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang.

E-money dalam pengaplikasiannya pada sebuah alat pembayaran lebih

dikenal dengan sebutan sebagai stored value/ prepaid cash card (kartu prabayar)

dibedakan dengan alat pembayaran menggunakan kartu (krartu kredit, kartu ATM

dan/atau kartu debit) karena metode penggunaannya yang berbeda dengan kartu

kredit dan kartu ATM/Debit. E-money merupakan suatu kegiatan prabayar antara

pemegang kartu dan penerbit, dimana pemegang kartu mendepositkan

terlebih dahulu sejumlah dana kepada server penerbit sebelum menggunakan

kartu E-money tersebut. Karena sifatnya yang demikian maka pengaturan

mengenai uang elektronik dipisahkan dari pengaturan alat pembayaran

menggunakan kartu. Berbeda dengan kartu kredit atau kartu debit, kartu E-money

Page 62: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

53

tidak memerlukan konfirmasi data atau otorisasi Personal Identification Number

(PIN) ketika akan digunakan sebagai alat pembayaran dan tidak terkait langsung

dengan rekening nasabah di Bank. Hal tersebut memungkinkan kartu dapat

dipindahtangankan dan bisa dipakai siapapun selama saldo masih mencukupi. Hal

ini dapat membahayakan karena jika kartu E-money hilang, maka saldo yang

tersisa dapat digunakan oleh orang lain. Pada kenyataannya, e-money dengan nilai

uang yang dapat di top up atau diisi ulang ini tidak termasuk dalam

inventori bank sebagai salah satu lembaga yang mengeluarkan produk ini.

Artinya jika pencurian atau penggunaan kartu e-money yang bukan pemegang

kartu tidak dapat dilacak keberadaannya dan kartu tersebut tidak dapat diblokir.

Penerbit adalah pihak yang membuat dan menyediakan kartu emoney,

penerbit e-money terdiri dari sektor perbankan dan non perbankan. Penerbit yang

telah disahkan oleh Bank Indonesia tersebut dapat menyediakan kartu e-money

bagi masyarakat. Dengan hadirnya emoney maka bertambah pula jenis fasilitas

pembayaran non tunai yang disediakan perbankan, hal ini mengakibatkan

tumbuhnya jumlah alat pembayaran menggunakan kartu atau APMK seperti kartu

debit, kartu kredit meningkat. Bila dicermati konsep uang elektronik dalam Pasal

1 angka 3 PBI Nomor 11/12/PBI/2009 sebagaimana telah diubah terakhir dengan

PBI Nomor. 18/17/PBI/2016, jelas bahwa produk E-money itu bukan merupakan

simpanan, karena nilai E-money yang disetorkan oleh pemegang E-money kepada

penerbit dan tidak tersimpan di rekening bank, nilai uang yang disetorkan tersebut

terekam secara elektronik pada kartu yang diterbitkan.

Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, dana

yang bersumber dari masyarakat adalah dana yang dihimpun dari masyarakat,

yang dinamakan dengan simpanan, bentuknya bisa berupa giro, deposito, sertiʉkat

deposito dan tabungan, seperti yang dirumuskan dalam Pasal 1 angka 5 Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang menyatakan simpanan

adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan

Page 63: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

54

perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito,

tabungan, dan atau bentuk lainnya yang disamakan dengan itu.

Semua jenis simpanan dana masyarakat di bank dijamin sepenuhnya oleh

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sesuai dengan Pasal 37 B ayat (2) Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Lembaga Penjamin Simpanan, yang

menetapkan bahwa untuk menjamin simpanan masyarakat pada Bank dibentuk

Lembaga Penjaminan Simpanan. Sebelumnya dalam Pasal 37 B ayat (1) Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1992 ditegaskan, bahwa setiap Bank wajib menjamin

dana masyarakat yang disimpan pada bank yang bersangkutan. Sesuai dengan

ketentuan tersebut, Bank wajib menjamin simpanan nasabah, yang

pelaksanaannya dilakukan oleh LPS sebagaimana sudah diatur dalam Undang-

Undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2009 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008

tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang

Lembaga Penjamin Simpanan, memiliki dua fungsi yaitu menjamin simpanan

nasabah bank dan melakukan penyelesaian atau penanganan bank gagal. Program

penjaminan simpanan nasabah bank yang dilakukan LPS bersifat terbatas tetapi

dapat mencakup sebanyak-banyaknya nasabah.

Dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang LPS

ditegaskan, bahwa LPS menjamin simpanan nasabah bank yang berbentuk giro,

deposito, sertiʉkat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang sejajarkan

dengan hal tersebut. Sementara dalam Pasal 96 ayat 1 Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2004 tentang LPS juga menegaskan bahwa, LPS melaksanakan fungsi

penjaminan simpanan bagi bank berdasarkan prinsip syariah. Jadi program

penjaminan simpanan nasabah berlaku juga pada bank berdasarkan prinsip

syariah. Dengan demikian, jelas bahwa E-money tidak termasuk sebagai

simpanan, berhubung nilai uang yang disetor oleh pemegang E-money kepada

penerbitnya tidak ditempatkan pada rekening bank. Simpanan itu pada hakikatnya

merupakan dana masyarakat yang ditempatkan pada rekening bank. Karena bukan

Page 64: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

55

simpanan, pemegang e-money tidak harus membuka rekening bank sebagaimana

halnya pemilik kartu ATM kartu debet, yang terlebih dahulu harus membuka

rekening bank.

Karena E-money bukan merupakan simpanan, maka dengan sendirinya E-

money tidak dijamin oleh LPS. Bilamana penerbit e-money dicabut izin usahanya

sebagai bank, berarti nilai E-money yang tersimpan pada kartu tidak termasuk

dalam program penjaminan dana dari LPS. Karena bukan merupakan simpanan,

saldo yang ada pada kartu E-money tidak diberikan bunga. Agar sisa saldo yang

terekam pada kartu E-money terlindungi, maka sudah seharusnya perlu adanya

jaminan perlindungan hukum terhadap dana yang tersimpan dalam E-money,

dengan menempatkannya sebagai piutang yang diistimewakan. Selama dalam

kartu E-money tersebut terdapat sisa nilai elektronik, penerbit E-money

berkewajiban untuk mengembalikannya kepada pemegang kartu E-money

tersebut.

E-money dapat digolongkan sebagai salah satu produk yang bergerak di

jasa keuangan yang telah diterbitkan oleh Bank maupun lembaga selain Bank.

Maka, sesuai dengan Peraturan OJK Nomor 1 Tahun 2013 tentang Perlindungan

Konsumen Sektor Jasa Keuangan dapat diberikan kepada pemegang kartu E-

money juga, ketentuan Pasal 29 dan 30 peraturan ini mengatakan bahwa pelaku

usaha penyedia jasa uang elektronik harus bertanggung jawab atas kesalahan

dan/atau kelalaian dalam menjalankan kegiatan usaha pelaku usaha jasa

keuangan, baik yang dilaksanakan oleh pengurus, pegawai, pelaku usaha penyedia

jasa uang dan/atau pihak ketiga yang bekerja untuk kepentingan pelaku usaha

penyedia jasa E-money yang dapat merugikan konsumen, sehingga perlindungan

terhadap pemegang E-money juga dapat terjamin. Dengan demikian, E-money

dalam perspektif hukum perbankan memiliki dasar hukum yang kuat karena sudah

diatur dalam Undang-Undang Perbankan dan Undang-Undang lainnya yang

terkait dan relevan

Page 65: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

56

B. Tanggung Jawab Bank terhadap Nasabah yang Dirugikan dalam

Penggunaan E-Money

Berdasarkan teori hukum pertanggungjawaban yang di bahas oleh Hans

Kelsen dalam teorinya tentang tanggung jawab hukum menyatakan bahwa:

“seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu atau

bahwa dia memikul tanggung jawab hukum, subyek berarti bahwa dia

bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan.1

Lebih lanjut Hans Kelsen menyatakan bahwa: “Kegagalan untuk melakukan

kehati-hatian yang diharuskan oleh hukum disebut kekhilafan (negligence); dan

kekhilafan biasanya dipandang sebagai satu jenis laindari kesalahan (culpa),

walaupun tidak sekeras kesalahan yang terpenuhi karena mengantisipasi dan

menghendaki, dengan atau tanpa maksud jahat, akibat yang membahayakan.”

Hans Kelsen selanjutnya membagi mengenai tanggungjawab terdiri dari:2

1. Pertanggungjawaban individu yaitu seorang individu bertanggung jawab

terhadap pelanggaran yang dilakukannya sendiri;

2. Pertanggungjawaban kolektif berarti bahwa seorang individu bertanggung

jawab atas suatu pelanggaran yang dilakukan oleh orang lain;

3. Pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan yang berarti bahwa seorang

individu bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukannya karena

sengaja dan diperkirakan dengan tujuan menimbulkan kerugian;

4. Pertanggungjawaban mutlak yang berarti bahwa seorang individu

bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukannya karena tidak

sengaja dan tidak diperkirakan.

1 Hans Kelsen (a) , 2007, sebagaimana diterjemahkan oleh Somardi, General Theory Of

law and State , Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif Empirik,BEE Media Indonesia, Jakarta, h. 81.

2 Hans Kelsen (b), sebagaimana diterjemahkan oleh Raisul Mutaqien, Teori Hukum Murni

Nuansa & Nusa Media, Bandung, 2006, h. 140.

Page 66: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

57

Teori tanggung jawab lebih menekankan pada makna tanggung jawab

yang lahir dari ketentuan Peraturan Perundang-Undangan sehingga teori

tanggungjawab dimaknai dalam arti liability,3 sebagai suatu konsep yang terkait

dengan kewajiban hukum seseorang yang bertanggung jawab secara hukum atas

perbuatan tertentu bahwa dia dapat dikenakan suatu sanksi dalam kasus

perbuatannya bertentangan dengan hukum

Dalam Teori hukum pertanggungjawaban, transaksi elektronik mengenai

tanggung jawab harus dilihat pada prinsip-prinsip tanggung jawab dari sisi

perlindungan konsumen. Tanggung jawab timbul karena seseorang atau suatu

pihak mempunyai suatu kewajiban, termasuk karena undang-undang dan hukum.

Dari kewajiban akan lahir tanggung jawab. Penerbit uang elektronik (E-money)

wajib menerapkan prinsip perlindungan nasabah dalam menyelenggarakan

kegiatannya dengan menyampaikan informasi secara tertulis kepada pemegang

kartu. Kewajiban penyelenggara sistem pembayaran elektronik terhadap

pemegang kartu E-money didasarkan bahwa penyelenggara dan pemegang kartu

kedudukannya tidak sejajar dan bahwa kepentingan pemegang kartu E-money

sangat rentan terhadap tujuan penyelenggara yang memiliki pengetahuan dan

keahlian yang tidak dimiliki oleh pemegang kartu. Perlindungan hukum bagi

pemegang kartu dapat dilakukan melalui perlindungan preventif dan perlindungan

represif. Bentuk perlindungan hukum preventif bagi pemegang kartu uang

elektronik dapat diwujudkan dengan pengaturan ketentuan tentang penggunaan

perjanjian standar atau perjanjian baku yang lebih rinci mengenai hakekat,

karakter, pembagian hak dan kewajiban yang dituangkan dalam bentuk undang-

undang, yang memberi wadah atau tempat berlindung bagi pemegang kartu

melalui pengaturan klausul-klausul dalam perjanjian baku syarat dan ketentuan

pemegang kartu. Bentuk perlindungan represif dapat ditempuh oleh para pihak,

baik penerbit maupun pemegang kartu melalui pola penyelesaian sengketa yang

dapat dilakukan melalui pengadilan (litigasi) maupun upaya penyelesaian diluar

pengadilan (non litigasi).

3 Busyra Azheri, Corporate Social Responsibility dari Voluntary menjadi Mandotary,

(Jakarta: Raja Grafindo Perss, 2011) h. 54.

Page 67: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

58

Bank Indonesia dalam rangka pencegahan pelanggaran uang elektronik

melakukan pengawasan terhadap para pihak agar kegiatan uang elektronik dapat

dilakukan secara efisien, cepat, aman dan andal dengan memperhatikan prinsip

perlindungan nasabah pemegang kartu e-money. Pengawasan penyelenggaraan

kegiatan uang elektronik difokuskan pada penerapan aspek manajemen risiko;

kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku, termasuk kebenaran dan ketepatan

penyampaian informasi dan laporan; dan penerapan aspek perlindungan nasabah.

Selain peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, penerbit juga menetapkan

perjanjian baku berupa syarat dan ketentuan bagi pemegang kartu yang bertujuan

memberikan pemahaman kepada pemegang kartu terhadap karakteristik uang

elektronik untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan kartu E-money sehingga

kerugian pemegang kartu akibat kelalaian penggunaan kartu dapat dihindari.

Sebagaimana yang telah dilakukan wawancara oleh peneliti, ada beberapa

masalah yang terjadi dalam penggunaan transaksi E-money dalam kegiatan sehari-

hari. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian terhadap narasumber yang

berkedudukan sebagai mahasiswa dan pegawai salah satu Bank ternama di

Indonesia terkait permasalahan dalam perlaksanaan E-money. Dalam

perjabarannya peneliti membagi menjadi beberapa permasalahan yang terjadi dan

yang dapat terjadi dalam penggunaan E-money Bank Y, sebagai berikut:

1. Bentuk Permasalahan yang Saat Ini Terjadi dalam Pelaksanaan E-money

Bank Y

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan terhadap pemegang kartu

uang elektronik Bank Y4, terdapat kendala dalam penyelenggaraan kartu E-

money, kendala-kendala tersebut antara lain:

a. Pencurian Saldo kartu E-money yang menyebabkan hilangnya seluruh

uang yang ada, yang terjadi adalah korban pencurian ketika seseorang

yang sedang memvaletkan kendaraannya meninggalkan kartu E-money

didalam kendaraan dengan saldo Rp. 500.000,- setelah korban

4 Data hasil wawancara pemegang kartu E-money oleh Yasmin Aliya, Mahasiswa Fashion

designer of London University, di Bekasi, 20 Oktober 2019

Page 68: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

59

meninggalkan tempat dan ingin bertransaksi di tol ternyata saldo yang ada

tidak mencukupi. Pada akhirnya disadari oleh korban bahwa kartu E-

money nya telah sengaja ditukar oleh E-money orang lain yang tidak ada

saldonya.

b. Mesin yang tidak dapat dipergunakan. Kendala mesin yang tidak bisa

dipergunakan ini terjadi saat aktivitas transaksi di minimarket maupun

ketika melakukan pengisian ulang atau top up, sehingga ketika ingin

membayarkan yang diharapkan tidak bisa terjadi.

c. Dana yang sudah diisi yang tersimpan dalam kartu sudah terpotong tetapi

pihak merchant tidak menerima dana. Keterangan pada EDC yang sudah

ditempelkan dengan kartu E-money bahwa transaksi belum berhasil, tetapi

ketika hendak mengulang transaksi ternyata saldo yang terdapat di dalam

kartu telat berkurang.

Berdasarkan dari permasalahan identifikasi poin satu bahwa telah terjadi

pencurian kartu E-money yang menyebabkan hilangnya saldo atau uang

pemegang kartu E-money. Sebagaimana dalam syarat dan ketentuan pengguna E-

money bahwa apabila terjadi kehilangan kartu, maka pemegang kartu tidak bisa

melakukan pemblokiran kartu, dan uang yang hilang tidak diberikan penggantian

yang tertera pada syarat dan ketentuan pengguna saldo E-money bahwa saldo

yang disimpan dalam kartu E-money tidak dijamin oleh Bank yang mengeluarkan

produk E-money dan bank tidak akan bertanggung jawab pada hal tersebut. Tentu

nya hal ini sangat merugikan bagi pihak konsumen atau pengguna layanan jasa

produk keuangan ini.

Analisis dari identifikasi permasalahan pada poin kedua dan ketiga bahwa

terjadi malfunction risiko. Gangguan ini terjadi akibat gangguan fisik maupun

elektronis dan bisa juga pada jaringan mesin EDC yang digunakan untuk

membaca kode E-money. Dengan tidak berfungsinya aplikasi ini menyebabkan

Page 69: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

60

bagi pihak terkait, yaitu dengan kemungkinan dana atau saldo bisa berkurang atau

bertambah yang terekam dalam E-money. Hal ini selain dapat merugikan

pengguna E-money, juga merugikan pihak lain atau penerbit yang mempunyai

kewajiban.

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan terhadap salah satu pegawai

yang bekerja di Bank Y5, ada beberapa masalah, masalah-masalah tersebut antara

lain:

a. Kurang nya edukasi terhadap segelintir masyarakat yang masih awam

terhadap pembayaran dengan menggunakan E-money meskipun pada saat

ini pembayaran menggunakan E-money bukan lah hal yang baru

terlaksana.

b. Ketika seseorang kehilangan E-Money, uang yang terdapat di kartu

tersebut tidak dapat dikembalikan oleh pihak bank. Kalau E-Money rusak

misalkan terpotong, terbakar dan lain sebagainya itu adalah tanggung

jawab penuh dari pemegang kertu E-Money tersebut. Dan yang terakhir,

jika ada kasus kehilangan E-money itu uang yang terdapat di dalam kertu

tidak bisa dikembalikan oleh pihak bank.

c. Pihak bank tidak ada berkewajiban terhadap tanggung jawab pengguna E-

Money itu sendiri karena E-Money tidak mempunyai keamanan tersendiri

untuk penggunanya berbeda hal nya dengan kartu debet atau kartu kredit

karena E-Money itu seperti uang cash, jika berpindah tangan pasti akan

dimiliki oleh pihak kedua yang memegang E-Money tersebut, kecuali jika

ada sisa dari penggunaan E-Money yang mau dikembalikan, baru pihak

bank bisa melakukan pengembalian sisa saldo yang ada di E-Money

5 Data hasil wawancara, Meindra Rezka Nur Al Dimas, Pegawai Bank Y, di Bekasi tanggal

26 Oktober 2019

Page 70: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

61

tersebut. Akan tetapi tetap ditegaskan bahwa pihak bank tidak bertanggung

jawab jikalau ada kasus kehilangan terhadap kartu E-Money.

Berdasarkan dari identifikasi poin pertama yaitu adalah kurangnya edukasi

bagi sebagian masyarakat dalam kegiatan pembayaran menggunakan E-

money. Hal ini sudah jelas bahwa tidak semua orang menggunakan

pembayaran menggunakan E-money. Karena khususnya di Indonesia masih

ada beberapa masyarakat tertentu yang masih takut atau masih awam jika

pembayaran berbentuk non-tunai. Menurut pendapat peneliti, masyarakat

seperti ini lah yang harus diperhatikan tentu nya untuk diajarkan dalam

pembayaran non-tunai dikarenakan banyak manfaat dari pembayaran

menggunakan E-money apalagi di era modern ini sudah banyak sekali

transaksi yang menggunakan E-money.

Pada poin kedua dan ketiga dijelaskan bahwa banyak masalah yang

merugikan pengguna akan tetapi itu adalah bukan tanggung jawab dari pihak

bank tersebut. Jadi pada intinya adalah, bagi siapapun yang menggunakan

produk E-money, pihak manapun harus mengetahui risiko yang akan terjadi

dan memahami betul apa saja syarat dan ketentuan sebagaimana yang sudah

pihak Bank terapkan. Pihak bank tidak akan berkewajiban bertanggung jawab

atas hilangnya atau bermasalahnya kartu bagi pemegang jartu E-money

tersebut. Karena tanggung jawab penuh bagi pengguna E-money itu adalah

pemegang kartu itu sendiri. Hal ini memang jelas merugikan bagi konsumen

yang menggunakan jasa E-money akan tetapi ini juga bisa jadi pembelajaran

bagi pengguna E-money agar lebih hati-hati dalam menggunakan E-money

dalam kehidupan sehari-hari.

2. Bentuk Permasalahan yang Dapat Terjadi dalam Pelaksanaan kegiatan

E-Money

Berdasarkan pemikiran peneliti, ditemukan bahwa terjadi

kemungkinan terjadinya money laundering, terutama pada jenis E-money

yang tidak ter-registrasi. Tetapi bank-bank berusaha agar pengaturan E-money

Page 71: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

62

harus dapat mempersempit peluang penggunaan E-money untuk money

laundering dan tindak kejahatan lainnya. Bank Indonesia pun mengetahui sisi

buruk dari E-money yang masih unregistered, akan tetapi pihak Bank

Indonesia masih mempertahankannya. Hal ini disebabkan, menurut pandangan

Bank Indonesia jika E-money hanya diterapkan hanya pada jenis yang sudah

terdaftar saja akan menghambat laju pertumbuhan E-money di Indonesia.

Alasan ini yang dijaga oleh Bank Indonesia Gerakan Non Tunai (GNNT)

dapat terus berkembang.

Celah money laundering ini peneliti temukan pada salah satu produk E-

money Bank Y yang bekerja sama dengan agen Indomaret, produk nya dinamakan

IndomaretCard. Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti pernah lakukan pada

salah satu gerai Indomaret, peneliti menemukan celan money laundering dari

bentuk tranksaksi pembuatan hingga berbagai bentuk kemudahan dalam fasilitas

yang didapatkan yang diberikan kepada pemegang kartu. Berikut adalah cara

pembuatan E-money (IndomaretCard) di gerai Indomaret:

a. Datang ke indomaret terdekat

b. Lakukan permintaan pada kasir untuk melakukan pembuatan kartu selama

stok kartu memadai

c. Daftarkan nama dan nomor telepon apa saja (tidak di cocokkan dengan

KTP)

d. Kasir melakukan pengisian pada mesin EDC, dan memasukkan saldo

sebanyak yang diinginkan pemegang (minimal Rp. 50.000,-)

e. Pembayaran biaya pembuatan kartu Rp. 20.000,- ditambah nominal saldo

yang telah di top-up

f. Anda sudah bisa langsung menggunakan kartu untuk bertransaksi

Fasilitas yang diberikan Bank Y kepada pemegang IndomaretCard

a. Pembayaran tol

b. Pembayaran parkir

c. Pembayaran bus transjakarta

d. Pembelian BBM kendaraan bermotor

Page 72: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

63

e. Pembayaran transaksi di Indomaret

f. Pembayaran restoran tertentu dll

g. Fasilitas lain yang bekerja sama dengannya

Berdasarkan yang peneliti alami dilapangan bahwa dapat dimungkinkan

calon pemegang pembuat E-money seberapapun jumlah kartunya, dan berapapun

jumlah saldonya yang dimasukkan (maksimal Rp. 1000.000,-). Dalam pembuatan

Indomare card ternyata membutuhkan data, tetapi tenyata data ini tidak

didaftarkan kepada penerbit kartu, melainkan hanya sebagai catatan pelanggan

apabila adainfo promo terkait produk indomaret. Dan juga data yang dimasukkan

belum tentu valid adanya karena proses pengajuan pembuatannya tidak

dimintakan KTP terhadap calon pemegang E-money tersebut. Hal ini karena

memang untuk jenis E-money yang dikeluarkan Bank Y terhadap agen Indomaret

adalah jenis yang belum ter-register. Hal ini juga membuat identitas pemegang

kartu susah dan mungkin tidak bisa untuk dilacak, disamping E-money yang

mudah dipindahtangankan. Kemudahan dan fasilitas yang diberikan juga cukup

lengkap sehingga keuntungan bagi siapapun yang memegangnya, dan

dimungkinkan dapat dijadikan alat untuk menyuap. Disisi lain, pertimbangan

saldo minimal yaitu sebesar Rp. 1000.000,- yang dapat dirasa oleh peneliti tidak

dipungkiri yang dimungkinkan dapat dijadikan alat pencucian uang nantinya

dikarenakan pembuatan kartu yang tidak terbatas dan dapat dibuat oleh seluruh

gerai Indomaret. Dalam hal ini pemilik jabatan mengenai hal tersebut bisa secara

bebas memerintahkan kepada siapapun untuk mencuci uang nya dengan cara

membelikan sejumlah kartu sebanyak mungkin sebesar uang yang akan

diputihkan.

Perbankan di dalam sistem keuangan memegang perasanan yang sangat

penting dalam perekonomian seiring dengan fungsi lembaga keuangan. Selain itu,

bisnis perbankan merupakan bisnis yang penuh dengan risiko, karena disamping

aktivitasnya sebagian besar mengandalkan dana masyarakat, baik dalam bentuk

tabungan, giro maupun deposito, bisnis perbankan juga menjanjikan keuntungan

yang besar jika dikelola secara baik dan berdasarkan perinsip kehati-hatian. Oleh

Page 73: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

64

karena itu, Bank sebagai penyedia jasa keuangan harus ikut berperan serta dalam

melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang (Money

laundering) di Indonesia. Dapat dikatakan apabila sistem keuangan di Indonesia

tidak dapat bekerja dengan baik, maka perekonomian pun menjadi tidak efisien

dan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan tidak akan tercapai.

Sehubungan dengan itu diperlukan penyempurnaan terhadap sistem

perbankan nasional yang bukan hanya mencakup upaya penyehatan bank secara

individual melainkan juga penyehatan sistem perbankan secara menyeluruh.

Upaya penyehatan bank menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah,

bank itu sendiri dan masyarakat sebagai pengguna jasa bank. Adanya tanggung

jawab Bersama tersebut dapat membantu serta memelihara tingkat kesehatan

perbankan nasional. Seperti yang dikemukakan oleh Hans Kelsen tentang

pentingnya keteraturan dalam kehidupan bermasyarakat yang hanya dapat dicapai

melalui pranata hukum untuk dipatuhi Bersama, antara lain mencantumkan apa

saja yang dapat dilakukan dan apa saja yang tidak boleh dilakukan.6

6 Kelsen Hans, The Law as a Specific Social Technique, (9 university of Chicago Law

review, 19410) h. 75.

Page 74: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

65

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah diuraikan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dari

beberapa pokok bermasalahan yang dirumuskan dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. E-money ditinjau dari perspektif hukum perbankan memiliki kedudukan

yang kuat yaitu Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan, karena sesuai dengan sistem hukum Indonesia yaitu civil law,

yang mengharuskan aturan/perundangan atau regulasi harus

dikodifikasikan atau dibuat secara tertulis supaya efektif diberlakukan.

2. Bentuk tanggung jawab pihak perbankan terhadap Nasabah yang merasa

dirugikan dalam penggunaan E-money dari hukum pertanggung jawaban

sangat tidak adil dikarenakan minimnya perlindungan terhadap nasabah

sehingga sangat merugikan nasabah. Hal ini terbukti tidak adanya

penggantian kerugian atas hilangnya kartu E-money.

B. Rekomendasi

Melihat permasalahan yang ada di dalam penelitian ini, Maka peneliti

beberapa rekomendasi, yakni:

1. Bentuk pengaturan lebih tegas terhadap perlindungan pemegang kartu

dalam transaksi E-money yang dapat berupa Undang-Undang, Peraturan

Page 75: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

66

ataupun Perjanjian lainnya yang lebih jelas, lengkap dan memberikan

persamaan kedudukan antara penerbit dan pemegang kartu.

2. Perlindungan hukum terhadap pemegang kartu e-money diharapkan dapat

dilaksanakan pengawasannya oleh Bank Indonesia termasuk para

penyelenggara kegiatan uang elektronik demi meningkatkan kelancaran

dan keamanan bertransaksi bagi seluruh pihak terutama pemegang kartu.

Page 76: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

67

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Aulia Pohan, Aspek-Aspek Sistem Pembayaran, (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2011)

Azra Azyumardi, Pengantar Metodologi Penelitian. (Jakarta: Raja Grafindo. 2008)

Busyra Azheri, Corporate Social Responsibility dari Voluntary menjadi Mandotary,

(Jakarta: Raja Grafindo Perss, 2011)

Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan (Jakarta:Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia, 2004)

Fuady Munir, Hukum Perbankan Modern, (Bandung: PT. Cita Aditya Bakti, 2001),

HR. Ridwan, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta :Raja Grafindo Persada 2006)

Implications for Central Banks of the Development of Elektronic Money, Bank for

Internasional Settlements, Basle, Oktober 1996,

Jae Hyun J, Managing Systemic Risk from Perspective of the Financial Network

Under Macroeconomic Distress, (BIS: Financial Stability Institute, 2012)

Joni Emirzon, Hukum Surat Berharga dan Perkembangannya di Indonesia (Jakarta:

Prehallindo, 2002)

Kelsen Hans, The Law as a Specific Social Technique, (9 university of Chicago Law

review, 19410)

Kelsen Hans (a) , 2007, sebagaimana diterjemahkan oleh Somardi, General Theory

Of law and State , Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar-Dasar Ilmu

Hukum Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif Empirik,BEE Media

Indonesia, Jakarta,

Kelsen Hans (b), sebagaimana diterjemahkan oleh Raisul Mutaqien, Teori Hukum

Murni Nuansa & Nusa Media, Bandung, 2006,

Mahmud Marzuki Peter, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana 2010)

Page 77: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

68

Mohd Irwan: Beberapa Permalahan Hukum Berkaitan dengan Sistem Pembayaran

Nasional yang menggunakan Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement,

Depok: Universitas Indonesia, 2002.

Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya

Bakti, 2006)

R. Serfianto, dkk, Uang dengan Kartu Kredit, Kartu ATM Debit, dan Uang

Elektronik, (Jakarta: Visi Media, 2012)

Rahman Fazlur, Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali. 2001

Report on Electronic Money, European Central Bank, 1998.

Siti Hidayati, et.al., Kajian Operasional E-Money, (Jakarta: Biro Hukum Bank

Indonesia, 2006)

Soekanto Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan

Singkat (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003)

Soekanto Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia,

2007.

Stephen M. Goldberg dan Lester, Ekonomi, Uang, dan Bank, Danny Hutabarat,

(Jakarta: Erlangga, 1990),

Titiheruw IS, and Atje R, Payment System in Indonesia: Recent Developments and

Policy Issues, (Tokyo: Asian Development Bank Institute, 2009)

Untoro, Priyo R. Widodo, Wahyu Yuwana, Kajian Penggunaan Instrumen Sistem

Pembayaran Sebagai Leading Indocator Stabilitas Sistem Keuangan.

(Jakarta: Kencana 2012

JURNAL

Ladayat, Siti, Operasional E-money dan Pembayaran, Jakarta: 2016

SKRIPSI

Page 78: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

69

Silitonga, Tritoguna, “Analisis Permintaan Uang Elektronik (E-money) Terhadap

Velocity Of Money (Perputaran Uang) Di Indonesia”. Skripsi S1 Universitas

Sumatra Utara, 2013

Reza Safira, Suci, “Tinjauan Hukum Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap E-

money Di Bank Mandiri Cabang Jemursari Surabaya”. Skripsi S1 Universitas

Airlangga, 2016

INTERNET

http://finansial.bisnis.com/read/20140418/90/220456/kamus-perbankan

http://www.bi.go.id/en/statistik

http://www.mccarthy.ca/pubs/mte-form.htm

https://www.bi.go.id/id/statistik/sistem-pembayaran/uang-

elektronik/contents/transaksi.aspx

Pengantar Sistem Instrumen Pembayaran

http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/7EB2A3F4=60E4-4A7A-AFBA-

4740E431A282/848/PengantarInstrumenPembayaran,pdf

Bank Indonesia (5), Kajian Operasional E-Money, www.bi.go.id,

Bank Indonesia, Sistem Pembayaran di Indonesia, http//www.bi.go.id/id/sistem-

pembayaran/di-Indonesia/Contents/Default.asps

Lampiran FAQ (Frequently Asked Question) PBI Nomor 16/8/PBI/2014

http://www.bi.go.id/peraturan/sistem-pembayaran/Pages/PBI_16814.aspx

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Gubernur Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No. 14/2/PBI Tahun 2012

tentang Perubahan Atas PBI No. 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan

Kegiatan Alat Pembayaran Dengan menggunakan Kartu,

Gubernur Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No. 14/2/PBI Tahun 2012

TentangPerubahan Atas PBI No. 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan

Kegiatan Alat Pembayaran Dengan menggunakan Kartu.

Page 79: PEMBAYARAN DENGAN MEDIA ELECTRONIC MONEY (E ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52822...BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Masalah..... 1 B. Identifikasi, Pembatasan

70

Indonesia, Undang-Undang Bank Indonesia, UU Nomor 23 Tahun 1999, LN No.66

Tahun 1999, TLN No. 3842, Pasal 8.

Indonesia, Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Undang-

Undang nomor 11 Tahun 2008, LN Nomor 28 Tahun 2008, TLN Nomor

5223.

Indonesia, Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Undang-

Undang nomor 11 Tahun 2008, LN Nomor 28 Tahun 2008, TLN Nomor

5223.

Indonesia, Undang-Undang tentangPerbankan sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, Undang-Undang No. 7 Tahun 1992,

TLN No 3790.

.