pembangunan kehutanan 2009-14

34
PEMBANGUNAN KEHUTANAN UNTUK BANGSA INDONESIA YANG SEJAHTERA, DEMOKRATIS DAN BERKEADILAN Bab I. Pendahuluan Bangsa Indonesia dianugerahi oleh Tuhan YME hutan yang luas dengan kekayaan keanekaragaman hayati flora dan fauna yang sangat penting bagi kehidupan di planet bumi kini dan kedepan. Hutan yang luas sebagai sumber daya alam yang dapat diperbaharui, merupakan salah satu modal bangsa dalam rangka mewujudkan masyarakat yang mandiri, maju, adil dan makmur sebagaimana tertuang dalam UU No.17/2007 yaitu Visi Pembangunan Nasional Jangka panjang 2005-2025 sejahtera, demokratis dan berkeadilan. Hutan sebagai sumber daya alam terbaharui dari aspek ekonomi menjadi harapan untuk menjawab kelangkaan papan, air, pangan, pakan dan energi; peran carbon sink/stock dalam perubahan iklim global dan pendukung pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja dalam masa krisis keuangan global serta

Upload: sistomad

Post on 12-Jun-2015

1.643 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBANGUNAN  KEHUTANAN 2009-14

PEMBANGUNAN KEHUTANAN UNTUK

BANGSA INDONESIA YANG SEJAHTERA, DEMOKRATIS DAN BERKEADILAN

Bab I. Pendahuluan

Bangsa Indonesia dianugerahi oleh Tuhan YME hutan yang luas dengan kekayaan keanekaragaman hayati flora dan fauna yang sangat penting bagi kehidupan di planet bumi kini dan kedepan.

Hutan yang luas sebagai sumber daya alam yang dapat diperbaharui, merupakan salah satu modal bangsa dalam rangka mewujudkan masyarakat yang mandiri, maju, adil dan makmur sebagaimana tertuang dalam UU No.17/2007 yaitu Visi Pembangunan Nasional Jangka panjang 2005-2025 sejahtera, demokratis dan berkeadilan.

Hutan sebagai sumber daya alam terbaharui dari aspek ekonomi menjadi harapan untuk menjawab kelangkaan papan, air, pangan, pakan dan energi; peran carbon sink/stock dalam perubahan iklim global dan pendukung pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja dalam masa krisis keuangan global serta penanggulangan kemiskinan untuk mencapai tujuan milineum development goal. Dari aspek sosial menjadi tumpuan harapan masyarakat setempat untuk meningkatkan kesejahteraannya melalui usaha berasarkan kearifan lokal berupa agro forestry atau perhutanan sosial, sumber papan, pangan, enerji, air dan biofarma serta religi dan budaya. Sedangkan dari aspek lingkungan hidup hutan adalah pendukung kehidupan tempat flora dan fauna sebagai sumber keaneka ragaman genetik asli, pengendali tata air, kesimbangan hara mineral dan penyerap CO2 di udara dan menyimpannya (carbon stock) dalam bentuk batang kayu, ranting dan daun (biomasa)

Page 2: PEMBANGUNAN  KEHUTANAN 2009-14

Dalam periode 2004-2009, hutan dan produk kehutanan sesuai dengan fungsi produksi, lindung dan konservasi telah memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi Nasional (pro-growth), lapangan kerja (pro-jobs), dan pengurangan kemiskinan di pedesaan (pro-poor) serta perbaikan kualitas lingkungan hidup (pro-environment) seiring dengan perbaikan politik (demokrasi dan desentralisasi), penegakan hukum dan keamanan.

Pertumbuhan ekonomi Nasional yang mencapai rata-rata hampir 6% (tertingi paska krisis ekonomi 1998/1999), disertai pemerataan (growth and equity) juga dilaksanakan dibidang kehutanan melalui peningkatan investasi dan ekspor hutan dan produk kehutanan, baik oleh perusahaan swasta, BUMN maupun rakyat secara proporsional.

Dalam perannya untuk menurunkan pengangguran di pedesaan, mulai tahun 2008, pemerintah memberi akses legal pada masyarakat setempat sebagai pemegang Izin Usaha Pemamfaatan Hutan Produksi (small concessionaires) melalui pembangunan Hutan Tanaman Rakyat (HTR) beserta akses ke lembaga pembiyaan pembanguan hutan dalam bentuk Badan Layanan Umum mengingat perbangkan belum tertarik untuk pembiyaan pembanguan hutan.Oleh karena itu, yang masih dihadapi dalam pembangunan kehutanan kedepan sebagai modal sumber daya alam terbarui yang sangat besar dan strategis, diharapkan mampu memantapkan perannya untuk mewujudkan visi pemerintah 2009-2014 yaitu terwujudnya bangsa Indonesia yang sejahtera, demokratis dan berkeadilan yang tercermin dalam 5 Agenda Utama serta 15 Prioritas dan Program Aksi Pembangunan Nasional 2009-20014

Bab. 2 CAPAIAN DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN KEDEPAN

Page 3: PEMBANGUNAN  KEHUTANAN 2009-14

2.1. Capaian Dalam Periode 2004-2009 sektor Kehutanan dalam Bidang Ekonomi, Kesejahteraan, Politik dan Keamanan.

Pembangunan Kehutanan secara langsung berada dalam koordinasi Bidang Ekonomi dengan agenda Triple Tracks Strategic Economic Development Kabinet Indonesia Bersatu yaitu pro growth, pro jobs dan pro poor. Pro growth with equity dilaksanakan disegala sektor, termasuk di sektor kehutanan. Sektor kehutanan (baca hutan dan produk kehutanan) telah memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Nasioanal rata-rata 6% dan dicerminkan dari meningkatnya pendapatan rata-rata penduduk indonesia dari sebesar 1.186 USD menjadi 2.271 USD perkapita pada akhir 2008. Peningkatan pendapatan tersebut juga telah menurunkan tingkat kemiskinan dari 16,7% pada 2004 menjadi tinggal 15,4 % (35 juta orang) sesuai data BPS 2008.

Agenda pertumbuhan ekonomi dibidang kehutanan dilaksanakan melalui peningkatan investasi dan ekspor hutan dan produk kehutanan. Investasi di hutan dan produk kehutnan dimasa krisis keuangan global saat ini masih tumbuh (green shot) melalui usaha pemamfaatan hutan produksi berupa Izin Usaha Pemamfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam (IUPHHK-HA), pada Hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HTI) dan Izin Usaha Industri Kayu Primer (IUIKP) seperti (plywood, sawn timber, wood working berbasis kayu rakyat di P Jawa dengan pertumbuhan masing-masing ...%, ....% dan ..% pada 2008 dibandingkan pada 2007.

Bahkan untuk pertama kalinya sejak pengusahaan/pemamfaatan hutan dimulai pada tahun 1970, mulai 2007 telah dibuka investasi untuk Izin Usaha Pemamfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi Ekosistem Hutan (IUPHHK-RE) dan Izin Usaha Pemamfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Rakyat (IUPHHK-HTR) untuk masyarakat yang tinggal di dalam/di sekitar hutan yang terus tumbuh.

Page 4: PEMBANGUNAN  KEHUTANAN 2009-14

Demikian juga Investasi Izin Usaha Pemamfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK) meningkat pada 2008 terutama untuk pengembangan pangan dan energi biomasa seiring dengan krisis pangan dan energi pada tahun 2007. Pada tahun 2008 juga dimulai masuknya rencana investasi untuk penyimpanan karbon (carbon stock) dan Penyerapan Karbon (carbon sink) dalam kerangka REDD (Reduction Emission from Deforestation and Degradation) terkait Perubahan Iklim global (Climate Change)

Peranan sektor kehutanan dalam penurunan kemiskinan dilaksanakan dalam koordinasi Bidang Kesejahjteraan Rakyat melalui pemberian akses hukum ke pemamfaatan hutan dan pembiyaan yang luas dalam program pembangunan Hutan Tanaman Rakyat (HTR) dan penyaluran dana bergulir (revolving funds) melalui Pusat Pembiyaan Pembangunan Hutan sejak 2007. Selain itu, peningkatan program pemeberdayaan masyarakat yang tinggal di dalam/di sekitar hutan seperti Hutan Kemasyarakatan (HKm), Hutan Desa, Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM), Hutan Rakyat Pola Kemitraan (HRPTK), Indstri Kayu Berbasis Hutan Rakyat, Bina Desa Hutan dan Desa Konservasi Hutan terus dilakukan secara bertahap dan konsisten.

Tentu saja peran hutan dan produk kehutanan dalam penurunan kemiskinan diatas tidak lepas dari program-program pro rakyat pada 2004-2009 sperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) sebagai usaha pemerintah dalam kebijakan percepatan pertumbuhan ekonomi disertai distribusi pendapatan (growth with equity).

Keberhasilan dalam peningkatan investasi dan ekspor hasil hutan sebagai wujud pertumbuhan ekonomi dan penurunan kemiskinan diatas, sekaligus juga memberikan sumbangan pada lapangan pekerjaan di hutan dan produk kehutanan berupa kayu, hasil hutan bukan kayu (rotan,getah,biji dan lainya) dan jasa lingkungan hutan (ekowisata,keaneka ragaman hayati, perdagangan karbon) baik

Page 5: PEMBANGUNAN  KEHUTANAN 2009-14

dalam skala besar maupun skala mikro dalam wujud bergeraknay eknomi kreatif di pedesaan maupun perkotaan yang menggunakan bahan baku kayu dan hasil hutan bukan kayu (HHBK) dan wisata alam berbasis keanekaragaman budaya lokal.

Kemajuan-kemajuan diatas dapat dicapai sebagai upaya kebersamaan dan kerja keras pemerintah, dunia usaha, akademisi, lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat termasuk negara-negara sahabat dan lembaga internasional kehutanan yang berada di Indonesia.

Pembelajaran dalam mencapai kemajuan diatas merupakan modal penting dalam menghadapai agenda dan prioritas pembangunan kehutanan ditahun-tahun mendatang.

2.2. Perspektif Masa Depan Pembangunan Kehutanan Indonesia

Masa depan hutan dan produk kehutanan diwujudkan dalam pengelolaan hutan lestari untuk kemakmuran rakyat. Masalah dan kendala sebagai akibat kekeliruan pengurusan hutan dimasa lalu yang anthropocentrisme secara bertahap berubah ke ecocentrisme dan inklusif sebagamana tercermin dari capaian kemajuan dalam lima tahun terakhir.

Pendekatan ecocentrisme dan inklusif adalah upaya strategis (jangka panjang) untuk mengubah kemungkinan terjadinya bencana kerusakan lingkungan yang mendorong krisis pangan, energi dan air serta munculnya penyakit baru pandemi akibat perubahan iklim global menjadi berkah berupa tersedianya hutan yang sehat untuk perbaikan kualitas lingkungan hidup dan melimpahnya produk dan jasa lingkungan hutan.

Dalam jangka lima tahun mendatang (2009-2014), untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, demokratis dan

Page 6: PEMBANGUNAN  KEHUTANAN 2009-14

berkeadilan, ada beberapa tantangan dalam pembangunan kehutanan ditengah persaingan global yang meningkat, yaitu:

Pertama, hutan dan produk kehutanan walau telah memberi sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional rata-rata 6%, belum mensejahterakan masyarakat setempat. Oleh karena itu, penggunaan teknologi untuk intensifikasi pengelolaan hutan, baik untuk penghasil kayu, hasil hutan bukan kayu (rotan,getah,biji,pangan,pakan, plasma-nutfah) maupun jasa lingkungan hutan (air, wisata alam, enerji, carbon sink/stock) dapat meningkatkan kontribusi kehutanan dalam percepatan pertumbuhan ekonomi sampai rata-rata 6.5-7% pada 2014.

Kedua, hutan dan produk kehutanan walaupun tumbuh, tidak cukup untuk mengentaskan masyarakat setempat dari kemiskinan. Oleh karena itu intervensi kebijakan melalui percepatan pemberian akses legal (hukum) dalam pemamfaatan hutan produksi dan ke akses pembiyaan (dana bergulir) bagi masyarakat setempat yang tergolong near miskin terus diperkuat kelembagaan dan kapasitasnya, sehingga mereka dapat masuk pada kegiatan ekonomi formal bebas dari premanisme oknum aparat dan oknum masyarakat yang tidak bertanggung jawab. Bagi masyarakat yang benar-benar miskin dan berada pada remote area dalam kawasan hutan, program afirmatif dalam pemberdayaan masyarakat terus didorong.

Program afirmatif dengan sasaran kelompok masyarakat yang mengembankan ekonomi kreatif berbasis kehutanan (ekowisata, pengrajin) terus difasilitasi dan dikuatkan kelembagaanya, sekaligus memecahkan isu gender dan kesenjangan Jawa luar Jawa dalam pembangunan kehutanan.

Ketiga, pertumbuhan ekonomi yang tinggi harus menghindari pandangan bahwa hutan hanya dilihat dari paham ekonomi sempit direct revenue from timber sales dan sources of land yang murah

Page 7: PEMBANGUNAN  KEHUTANAN 2009-14

bagi pembangunan nasional dengan akibat kerusakan lingkungan hidup yang parah. Kerusakan lingkungan dan hutan akan meningkatkan bencana alam yang tidak terduga sekaligus menurunkan produktifitas dan kelangsungan swasembada pangan.

Dimensi kerusakan hutan semakin luas terkait perubahan iklim global dan bila tidak ditangani dengan baik dan benar, krisis pangan akan terjadi setiap saat dalam tahun-tahun kedepan. Oleh karena itu, pengelolaan hutan-hutan alam yang masih baik terus dijaga termasuk usaha pemamfaatannya secara lestari. Hutan-hutan yang rusak akibat salah kelola, kebakaran hutan, perambahan dan illegal logging dibangun dalam hutan tanaman untuk meningkatkan produktifitas.

Pengelolaan hutan hutan yang baik atau yang rusak pada akhirnya akan menyediakan kebutuhan akan papan, air, pangan, keindahan bentang alam, plasma-nutfah, bio-energi,dan carbon sink dan stock secara berkelanjutan.

Keempat, mitigasi dan adaptasi sector kehutanan terkait perubahan iklim global yang telah diadopsi dalam Bali Road Map pada acara Conference On Parties ke 13 di Bali pada Desmber 2007 menjadi prioritas utama pembangunan kehutanan.

Problem utama bagi Indonesia dan negara-negara berkembang dalam Kelompok G 77 terkait mitigasi dan adaptasi adalah keterbatasan dana dalam penggunaan teknologi bersih yang diusung oleh negara-negara maju. Oleh karena itu hutan dalam kapasitas sebagai carbon sink dan carbon stock memainkan peranan penting dalam negosiasi di COP15 Konpenhagen pada Desember 2009.

Fungsi hutan sebagai rosot karbon di atmosfer dan menyimpannya dalam biomasa (stok carbón), selain fungís perbaikan lingkungan juga mengemban fungís ekonomi dari perdagangan carbón.

Page 8: PEMBANGUNAN  KEHUTANAN 2009-14

Dengan demikian posisi tawar Indonesia menjadi tinggi dan menentukan dalam perdagangan carbón. Apalagi melalui UU 5/1967 dan kemudian diubah dengan UU 1/1999 serta UU 5/1990 telah mengalokasikan sekitar 60 juta ha hutan lindung dan hutan konservasi patut diperjuangkan untuk memperoleh dana kompensasi atau diperdagangkan atas stock carbon yang ada dalam kerangka REDD.

Pada paska Kyoto Protokol 2012, melalui pasar wajib (compliance market), Indonesia memiliki potensi besar dalam menerima pendanaan dan perdagangan carbón terkait Reducing Emision from Deforestation and Degradation (REDD). Potensi penerimaan negara ini akan mendorong pertumbuhan hijau (green growth) yang keberlanjutan bagi pembangunan ekonomi nasional.

Potensi ekonomi yang dapat dikembangkan adalah pada usaha konservasi hutan untuk keanekaragaman hayati dan wisata alam. Keberadaan dan keaneka ragaman flora fauna yang kaya akan menempatkan Indonesia pada posisi penting dikemudian hari dengan makin berkurangnya hutan-hutan yang dikonservasi di delta amazona dan congo basin.

Demikian juga pengelolaan hutan lindung selain untuk fungís tata air, mempunyai nilai ekonomi terhadap kualitas air yang dihasilkannya. Sudah jamak terlihat setiap hari di jalan-jalan raya dan tol di kota-kota besar, berpuluh-puluh truk tangki air mensupplai kebutuhan air baku di perkotaan tanpa memperhatikan biaya percatan/rehabilitasi hutan-hutan lindung di hulu.

Oleh karena itu penumbuh kembangan innovasi mekanisme pembiyaan (Inovative Financing Mechanism) bagi hutan hutan konservasi dan hutan lindung sangat diperlukan melalui mekanisme negosiasi antara pihak yang ingin membayar dan pihak yang ingin menerima (willingness to pay & to accept) hutan-hutan

Page 9: PEMBANGUNAN  KEHUTANAN 2009-14

lindung. Melalui Innovative financing mechanism usaha-usaha reboisasi dan penghijauan daerah aliran sungai yang kritis dapat dilakukan dan tidak semata-mata dari anggaran pemerintah. Rehabilitasi daerah aliran sungai pada akhirnya mengembalikan fungsi tata air dan perbaikan kualitas lingkungan hidup yang sangat diperlukan bagi pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan dan keberlanjutan pembangkit listrik tenaga air.

Kelima, perlindungan dan keamanan hutan terkait penegakan hukum, tata kelola kehutanan serta promosi perdagangan hasil hutan yang legal (Forest Law and Governance and Trade/FLEGT) akan meningkatkan pertumbuhan investasi hutan dan daya saingnya. Walaupun pemerintah telah meningkatan upaya pemberantasan illegal logging, namun unintended consequency dari kegiatan ini adalah menurunnya kegiatan-kegiatan legal di pemamfaatan hutan pada pemegang izin yang sah dari pemerintah. Karena itu kegiatan penegakan hukum, tata kelola kehutanan dan perdagangan kayu legal harus menjadi prioritas pembangunan kehutanan

Keenam, keberhasilan pembangunan kehutanan juga bergantung pada kualitas birokrasi baik pada Pemerintah maupun pemerintah provinsi dan kabupaten. Lambatnya dan biaya tinggi pelayanan perizinan di kehutanan akan menurunkan daya saing hutan dan produk kehutanan di tingkat global. Proses desentralisasi sebagai bagian dari demokratisasi yang menyangkut subtansi kehutanan terus dimantapkan. Oleh karena itu agenda reformasi birokrasi dan desentralisasi kehutanan menjadi kunci utama untuk mengembalikan daya saing hutan dan produk kehutanan di pasar global.

Page 10: PEMBANGUNAN  KEHUTANAN 2009-14

Bab 3 MISI PEMBANGUNAN KEHUTANAN INDONESIA

Capaian pembangunan hutan dan produk kehutanan periode 2004-2009 merupakan modal untuk ditumbuh kembangkan pada periode 2010-2014 dengan tetap memperhatikan krisis/kelangkaan pangan, air dan energi seperti terjadi pada 2007-2008 serta krisis keuangan global saat ini dan kesadaran kolektif dunia terhadap perubahan iklim global.Visi pemerintah 2009-2014 merupakan langkah awal dari Visi Jangka Panjang Pembangunan Nasional untuk mewujudkan bangsa yang mandiri, maju, adil dan makmur, seperti tertuang dalam UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJM) 2005-2025.

Berdasarkan visi pemerintah 209-2014 sebagaimana dikemukakan diatas, maka misi pemerintah 2009-2014 dalam rangka memujudkan visi tersebut adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia Sejahtera, memperkuat Pilar-pilar Demokrasi dan Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang.

Berdasarkan visi dan misi pemerintah diatas, maka agar ada kesinambungan, konsistensi dan koordinasi lintas sektor dalam pelaksanaanya, maka Visi Pembangunan Kehutanan 2009-2014 adalah ”Terwujudnya Fungsi Hutan Lestari bagi Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan”.

Adapun Misi Pembangunan Kehutanan 2009-2014 adalah: 1) Melanjutkan Pembangunan Hutan Lestari bagi

Kesejahteraan Masyarakat, 2) Memperkuat Desentralisasi Kehutanan yang

Kompatible dengan Demokratisasi, dan 3) Memperkuat Dimensi Keadilan dalam Pembangunan

Kehutanan”.

Page 11: PEMBANGUNAN  KEHUTANAN 2009-14

Bab 4. Agenda dan Sasaran Pembangunan Kehutanan

4.1. Ada lima Agenda untuk mewujudkan visi dan misi Pembangunan Kehutanan 2009-2014 yangmana pada masing-masing agenda terdapat satu atau lebih misi yang diemban terkait pertumbuhan ekonomi, demokratisasi dan keailan yang merata, yaitu:

1. Agenda pertama, penguatan pemantapan kawasan hutan. Dalam agenda ini mengemban misi untuk pembangunan ekonomi dalam memberi kepastian hukum untuk investasi di bidang kehutanan terkait penataan ruang yang diperlukan oleh sektor lain diluar kehutanan (tambang,kebun, infra struktur)

2. Agenda kedua, melanjutkan pemamfaatan hutan lestari sesuai fungsinya.Dalam agenda ini mengemban misi menggerakan sektor riil pelaku usaha besar, menengah dan kecil terkait usaha pemamfaatan hutan lestari sesuai fungsi hutan yaitu barang dan jasa lingkungan hutan yang bernilai ekonomidengan tetap menyeimbangkan kelestariannya. Melalui usaha ini, akan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi, penyediaan lapangan kerja, penanggulangan kemiskinan, yang bermuara pada kesejahteraan, perbaikan lingkungan dan keadilan berusaha. Intensifikasi dan diversifikasi produk kehutanan berupa barang dan jasa akan tercapai dengan memasukan input ilmu pengetahuan dan teknologi, knowlegde management dan kearifan budaya yang akan mengembangkan ekonomi kreatif di masyarakat

Page 12: PEMBANGUNAN  KEHUTANAN 2009-14

3. Agenda ketiga, peningkatan rehabilitasi dan konservasi hutanDalam agenda ini rehabilitasi hutan pada daerah aliran sungai selain untuk perbaikan lingkungan, juga memberi dampak ekonomi terkait perbaikan infra struktur berbasis sungai yang memperlancar arus barang dan jasa untuk daerah-daerah terpencil di Sumatera, Kalimantan dan Papua. Konservasi hutan selain memperkuat basis mega-biodiversity pada kawasan konservasi alam dan cagar alam/agar biosfir, juga juga mengemban misi penguatan ekonomi kehutanan dan lapangan kerja melalui pengembangan pemamfaatan jasa lingkungan/pengusahaan wisata alam pada taman-nasional, ekspor tumbuhan dan satwa liar dari alam atau penangkaran,dan mendorong pengembangan ekonomi kreatif wisata alam,kelompok pencinta alam/ kader konservasi.

4. Agenda keempat, pemberdayaan masyarakatDalam agenda ini mengemban misi pengembangan ekonomi kreatif yang mendorong pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan penanggulangan kemiskinan serta perbaikan kualitas lingkungan hidup melalui program afirmatif dan inklusif untuk keadilan berusaha.

5. Agenda kelima, penguatan keamanan dan perlindungan hutanDalam agenda ini akan mengemban misi penegakan hukum, perbaikan tata kelola (forest law enforcement and governance) serta desentralisasi kehutanan terkait demokratisasi. Perlindungan hutan juga mengemban misi perbaikan kualitas lingkungan, kesehatan dan transportasi/ pergerakan ekonomi barang dan jasa melalui usaha pengelolaan dan pencegahan kebakaran hutan dan asap di tingkat nasional dan regional

Page 13: PEMBANGUNAN  KEHUTANAN 2009-14

4.2. Sasaran Pembangunan Kehutanan 2009-2014

Arah Kebijakan Umum Pembangunan Kehutanan 2009-2014:

1. Melanjutkan pembangunan hutan dan produk kehutanan lestari untuk mencapai Indonesia yang sejahtera melalui peningkatan kontribusi sektor kehutanan dalam percepatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan kemiskinan, pengurangan pengangguran dan memelihara lingkungan hidup (pro growth, pro poor, pro jobs & proenvironment)

2. Memperkuat proses subtansi desentralisasi kehutanan yang kompatibel dengan penguatan demokrasi melalui penguatan kapasitas dan kelembagaan pilar-pilar pelaku dan pemerhati (watch) pengelolaan hutan di pemerintah, pelaku usaha, masyarakat setempat, masyarakat madani (civil sosciety organization/CSO) dan akademisi.

3. Memperkuat dimensi keadilan dalam pengelolaan hutan untuk memperkecil kesenjangan pembangunan kehutanan antar daerah dan kesenjangan jender dengan menegakan hukum adil dan birokrasi kehutanan yang bersih, kompeten dan kredibel.

Tiga arah kebijakan pembangunan kehutanan diatas di susun 5 Agenda dan 10 Program Prioritas Pembanguan Kehutanan 2009-2014 yaitu:

3.2. Agenda Utama dan Program prioritas Pembangunan Kehutanan 2009-2014:

1. Revitalisasi pengelolaan hutan lestari

Page 14: PEMBANGUNAN  KEHUTANAN 2009-14

Revitalisasi pengelolaan hutan lestari dari segi ekonomi adalah meningkatnya kontribusi sektor kehutanan pada perbaikan kesejahteraan masyarakat setempat secara berkelanjutan tercermin dari peningkatan pendapatan, dalam pengelolaan hutan lestari untuk menyediakan barang dan jasa yang akan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi (pro growth with environmentally sound) berupa Air, Papan,Pangan/pakan, Plasma-nuthfat, Enerji dan Carbon sink & stock (APPPEC). Peningkatan investasi kehutanan dalam bentuk APPPEC, diharapkan dapat menggerakan sektor riil kehutanan melalui pelaku usaha besar, menengah dan kecil secara proporsional dengan dukungan tata kelola birokrasi yang baik (good governance) dan bebas dari kepentingan.Program aksi yang diperlukan adalah:1) Prioritas 1: Program Aksi Peningkatan Investasi dan

ekspor Hasil hutan

Program aksi ini terutama untuk meningkatkan kontribusi kehutanan dalam percepatan pertumbuhan ekonomi nasional yang tinggi rata-rata 7% pada tahun 2014. Pertumbuhan ekonomi dilakukan melalui invstasi dan ekspor produk kehutanan secara proposional antara pelaku usaha besar, menengah dan kecil. Adapun untuk masyarakat setempat baik individu, kelompok tani atau koperasi diberi akses legal dan akses pembiyaan untuk investasi dalam usaha Hutan Tanaman Rakyat (HTR) dan dana pinjaman melalui Badan Layanan Umum Pembiyaan Pembangunan Hutan.

2) Peningkatan Lapangan Kerja

Sektor kehutanan sebagai bagian dari bidang ekonomi juga harus memberikan kontribusi untuk menurunkan tingkat pengangguran terbuka hingga sekitar 5-6% pada akhir 2014.Program peningkatan lapangan kerja dalam pengelolaan hutan lestari dilakukan melalui sumber daya manusia dalam

Page 15: PEMBANGUNAN  KEHUTANAN 2009-14

kapasitas penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan produktifitas dan daya saing hutan dan produk kehutanan serta penguatan kapasitas dan kemampuan bangsa sebagai paduan triple management dari resources base management, knowledge management dan pengelolaan warisan budaya nusantara (heritage culture management). Penguasaan teknologi dan paduan triple track maangement ini akan meningkatkan daya saing dan mendorong ekonomi kreatif bangsa.

1.2. Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Lestari

Fakta menunjukan bahwa kapasitas sumber daya manusia dan aset yang dimiliki masyrakat setempat masih rentan terhadap guncangan external (krisis pangan,energi dan keuangan) hingga mudah diprovokasi untuk melakukan illegal logging dan perambahan hutan yang pada akhirnya, karena jebakan kemiskinan, memaksa mereka merusak lingkungan untuk mempertahankan hidupnya. Untuk itu program afirmatif dan inklusif untuk masyarakat setempat yang berada disekitar garis kemiskinan dilakukan melalui program perhutanan sosial berupa agroforestry, hutan kemasyarakatan (HKm) serta pengembangan hutan desa untuk menjawab klaim pengelolaan hutan oleh masyarakat hukum adat yang ada. Agroforestry diutamakan untuk merehabilitasi daerah aliran sungai kritis yang ada dan tersebar di pulau-pulau besar. Program aksi ini secara tidak langsung akan memperkuat dan mendiversifikasi ketahanan pangan, enerji dan penyedian air bersih

Page 16: PEMBANGUNAN  KEHUTANAN 2009-14

Program aksi berupa:2.1. Program aksi Penguatan Agroforestry

Wujud dari program ini adalah keterlibatan masyarakat setempat dalam rehabilitasi lahan hutan terutama pada daerah aliran sungai kritis dan super kritis. Rehabilitasi melalui agroforestry merupakan upaya berdasarkan kebutuhan masyarakat setempat dan padat karya, sehingga dala menunggu hasil panen dari tanaman hutan, masyarakat setempat memperoleh hasil antara berupa palawija dan hasil hutan non kayu.

2.2. Pengakuan (rekognisi) atas kegiatan sosial forestry

Wujud dari program ini adalah pengakuan pada pengetahuan lokal dalam pengelolaan hutan lestari pada kawasan hutan seperti Hutan Kemasyarakatan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tani hutan. Kegiatan ini bisa di dorong dalam gerakan rehabilitasi lahan dan hutan.

4. Penguatan desentralisasi kehutanan

Subtansi desentralisasi ditujukan untuk mewujudkan demokratisasi dan kesejahteraan rakyat, tapi implikasi kebablasannya pada pemekaran daerah (dari 293 kabupaten pada 1999 menjadi 493 kabupaten pada 2009) dan lupa pada tujuan kesejahteraan rakyat dan semakin jauh pada upaya pengelolaan hutan lestari. APBN 2008 menunjukan bahwa alokasi yang ke daerah sekitar 67,4% dan hanya 32,4% yang di Pusat, merupakan yang tertinggi di dunia yangmana China alokasi APBN nya hanya 60% dengan jumlah penduduk yang jauh lebih besar.

Page 17: PEMBANGUNAN  KEHUTANAN 2009-14

Fakta menunjukan bahwa dalam pemekaran daerah tersebut sering melanggar hukum dalam penggunaan kawasan hutan dan juga alokasi pendanaan dari Dana Bagi Hasil Penerimaan Negara Bukan Pajak (DBH PNBP) Kehutanan nyaris terabaikan dan lebih menunggu dari Pusat untuk kegiatan pembangunan hutan lestari, reboisasi, penghijauan, perlindungan dan keamanan hutan. Demikian dengan pelayanan urusan-urusan kehutanan yang telah diletakan di daerah cenderung menimbulkan biaya tinggi. Oleh karena itu penguatan kapasitas dan kelembagaan kehutanan sangat diperlukan yang pada gilirannya memperlancar arus investasi dan memepercepat kesejahteraan masyarakat setempat. Program aksi ini adalah:

4.2. Penguatan kelembagaan dan kapasitas sumber daya manusia

Program aksi dimaksudkan agar kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia yang ada mampu untuk mengelola sumber daya hutan yang ada dalam pengelolaan dan pemamfaatan yang lestari, termasuk mampu menyusun dan memperjuangkan anggarannya di dewan perwakilan rakyat daerah dalam kerangka mensejahterakan masyarakat setempat.

4.3. Peningkatan efisiensi dan akuntabilitas pelayanan kehutanan

Program aksi ditujukan agar urusan-urusan kehutanan yang operasional dan pelayanan yang langsung berhadapan dengan rakyat dalam upaya pembangunan dan pengelolaan hutan lestari dapat berlangsung dengan efisien, meningkat akuntabilitasnya dan mengurangi eksternalitas dan biaya tinggi. Wujud pelayanan yang efisien dan akuntabel akan

Page 18: PEMBANGUNAN  KEHUTANAN 2009-14

meningkatkan investasi dan daya saing barang dan jasa dari hutan lestari di daerah setempat.

5. Peningkatan konservasi dan perlindungan hutan

Konservasi dilaksanakan tidak semata-mata untuk konservasi hutan tanpa memperoleh mamfaat ekonomi melalui pengembangan jasa lingkungan hutan seperti penyedia air bersih, sumber pangan/pakan,enerji terbarukan, ekowisata, biodiversity dan sumber potensi penerimaan negara dari kegiatan penyimpanan karbon (carbon stock) bagi kesejahteraan masyarakat setempat dan bangsa Indonesia umumnya. Perlindungan hutan diutamakan untuk penguatan kinerja penegakan hukum bidang kehutanan seperti kapasitas polisi kehutanan dan penyidik pegawai negeri sipil. Demikian juga untuk peningkatan perlindungan hutan melalui penguatan kapasitas sumber daya manusia kehutanan dalam menanggulangi kebakaran dan hama penyakit hutan. Program aksi ini meliputi:

4.1. Pengembangan jasa lingkungan hutan pada Taman Nasional

Taman Nasional yang ada dikelola oleh Pemerintah dan dana yang tersedia tidak mencukupi untuk melaksanakan fungsi-fungsi pengelolaan taman naional seperti perencanaan, implementasi dan terutama pengawasannya. Melalui program ini, taman nasional di arahkan untuk self financing dengan menerapkan pola keuanagn Badan Layanan Umum, sehingga penghasilan dari jasa laingkungan dapat membiyayai kegiatan taman nasional tersebut dan tidak sepenuhnya bergantung pada APBN. Untuk mengurangi konflik lahan dengan masyarakat setempat, pengembangan co managment

Page 19: PEMBANGUNAN  KEHUTANAN 2009-14

atau manajemen kolaboratif diperkuat dan diperluas cakupannya.

4.2. Penguatan kapasitas sumber daya manusia dalam pengamanan dan perlindungan hutan

Penangan atas kejahatan kehutanan terkait pencurian kayu, flora dan fauna dilindungi perlu ditingkatkan untuk mencegah pencurian genetik/plasma-nuthfah bagi kepentingan pengembangan teknologi farmakologi, mutasi genetik/ genetic improuvement pada manusia, tanaman dan ternak akibat perubahan iklim global. Kejahatan ini selain dari mengancam sisi keanekaragaman hutan tropis, juga menyebakan hilangnya potensi pendapatan negara dan turunnya daya saing produk kehutanan. Wujud program aksi ini adalah penegakan hukum yang adil bagi pelaku kejahatan kehutanan sehingga tercipta rasa aman dan nyaman dalam berusaha di bidang kehutaanan serta tersedianya tenaga-tenaga profesional Polisi Kehutanan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan Petugas pemadam Kebakaran Hutan

4.3. Peningkatan investasi penangkaran satwa dan flora yang dilindungi

Pada dasarnya semakin tinggi pendapatan percapita penduduk dunia, mereka menginginkan kepemilikan satwa-satwa yang dilindungi dan lebih banyak diperoleh pada pasar gelap (illegall market). Kondisi ini juga diperparah karena umumnya, masyarakat setempat mudah terjebak pada kegiatan illegal karena kebutuhan untuk hidup dan tingginya permintaan. Oleh karena itu usaha masyarakat untuk menangkar satwa yang dilindungi, seperti sukses Jalak Bali, terus ditumbuh kembangkan oleh pemerintah. Pada akhirnya

Page 20: PEMBANGUNAN  KEHUTANAN 2009-14

hasil investasi dan ekspor satwa-satwa dan flora hasil penangkaran akan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi, lapangan kerja dan penanggulangan kemiskinan.

6. Pemantapan Mitigasi dan Adaptasi Kehutanan dalam Perubahan Iklim Global

Problem utama bagi Indonesia terkait mitigasi dan adaptasi adalah keterbatasan dana dalam penggunaan teknologi bersih yang diusung oleh negara-negara maju. Oleh karena itu hutan dalam kapasitas sebagai carbon sink dan carbon stock memainkan peranan penting dalam negosiasi REDD di COP15 di Konpenhagen pada bulan Desember 2009 sebagai dasar pasar compliance paska Kyoto protocol Desember 2012. Pasar wajib (compliance market) terbentuk karena negara-negara maju yang masuk dalam Annexe I Kyoto Protocol (sekitar 37 negara maju) wajib menurunkan emisinya rata-rata 5% dari emisi rata-rata tahun 1990. Termasuk dan yang utama dalam agenda mitigasi dan adaptasi kehutanan ini adalah pemantapan kawasan hutan dalam tata ruang provinsi. Pemantapan kawasan hutan diikuti pembentukan kesatuan-kesatuan pengelolaan hutan serta pemetaan rawan bencana alam seperti kebakaran hutan akan menurunkan emisi dari deforestasi.

7. Penguatan inklusifitas dan keadilan dalam pemamfaatan hutan.

Agenda ini untuk mengurangi kesenjangan dan ketidak adilan dalam pengusahaan/pemamfaatan hutan dan produk kehutanan yang menyangkut pelaku usaha mikro,kecil dan menengah (UKM), pengarus utamaan gender dalam proses pembuatan kebijakan,implementasi dan pengawasannya serta perbaikan transfer dana bagi hasil PNBP kehutanan antar daerah. Agenda ini akan mendorong penguatan

Page 21: PEMBANGUNAN  KEHUTANAN 2009-14

kewirausahaan (enterpreneurship), inovatif dan kreatifitas masyarakat dalam menciptakan produk kehutanan, mengemas, memasarkan dan memelihara kesinambungan dalam persaingan yang sehat.

3.1.

Dengan demikian kehutanan, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, telah memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi Nasional (pro-growth) yang mencapai rata-rata hampir 6% (tertingi paska krisis ekonomi 1998/1999), lapangan kerja (pro-jobs), dan pengurangan kemiskinan di pedesaan (pro-poor) serta perbaikan kualitas lingkungan desa hutan (pro-environment). Untuk gerakan pro-environment seperti Gerakan Reboisasi Hutan dan Lahan (GERHAN), Gerakan Kecil Menanam Dewasa Memanen (KMDM), Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon, Gerakan One Man One Tree (OMOT) sebagai Hari Menanam Indonesia, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) telah memberikan penghargaan pada bangsa Indonesia berupa Leadership Award 2008. Selain itu dibidang POLHUKAM, pemberantasan ilegal logging dan perdagangannya, telah dicapai melalui tindakan represif, persuasif (penyuluhan), preventif (pelatihan Satuan Polisi Hutan Reaksi Cepat/SPORC, pelnyegran peraturan kehutana dengan aparat Kepolisian Negara, Kejaksaan

Page 22: PEMBANGUNAN  KEHUTANAN 2009-14

Agung dan Bea Cukai, perbaikan kebijakan/peratruan kehutanan) serta pemulihan hak-hak masyarakat disekitar hutan yang terlibat kegiatan pencurian dan perambahan hutan melalui program HTR,HKm dan Hutan Desa.