2009 bappenas database pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat tahun 2009

247
Pengembangan Database Pembangunan Bidang Kesehatan Pembangunan Bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat DIREKTORAT KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKAT KEDEPUTIAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL 2009

Upload: patricia-sibarani

Post on 26-Jun-2015

2.752 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Pengembangan Database Pembangunan Bidang KesehatanPembangunan Bidang Kesehatan

dan Gizi Masyarakat

DIREKTORAT KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKATDIREKTORAT KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKATKEDEPUTIAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL2009

Page 2: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

- i -

KATA PENGANTAR

Data dan informasi merupakan prasyarat bagi penyusunan perencanaan yang

baik, yaitu perencanaan yang didasarkan pada bukti-bukti data dan informasi yang

terpercaya (evidence based – planning). Data yang dimaksud biasanya bersifat agregat

untuk tingkat nasional, maupun data per wilayah dan propinsi. Selain itu akan menjadi

keuntungan tersendiri, bila data dapat dipilah menurut jenis kelamin, perkotaan –

perdesaan, dan tingkat sosial ekonomi.

Penyusunan database pembangunan kesehatan dan gizi ini merupakan

kelanjutan dari kegiatan penyusunan database pembangunan kesehatan yang telah

dimulai sejak tahun 2005. Jika pada penyusunan database tahun 2006, output

utamanya adalah buku indikator, pada tahun 2007, selain buku yeng berisi data

indikator pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat, dibuat juga suatu sistem

database dengan memanfaatkan software Devinfo dengan tujuan untuk memudahkan

pengorganisasian dan akses terhadap data. Pada tahun 2008, output utamanya adalah

buku yang berisi indikator pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat, sistem

database Devinfo dan pemutakhiran data dengan analisis lebih lanjut dari Susenas dan

rencana Digitalisasi data dan Akses data secara online. Pada tahun 2009, telah

mengalami beberapa penyempurnaan antara lain akses data secara online melalui

website. Oleh karenanya, selain dalam bentuk laporan hardcopy, data yang telah

terkumpul dan diolah kemudian disimpam dalam format Microsoft Excell, yang bisa

diakses, dimanipulasi, dan dianalisa lebih lanjut bila diperlukan, Devinfo database dan

akses data secara online melalui website.

Akhirnya, kami berharap bahwa penyusunan database ini dapat digunakan

sebaik-baiknya sebagai dasar perencanaan. Dan kami menyadari masih banyak

kekurangan yang ditemui dalam laporan kali ini, dan dengan terbuka kami menerima

segala koreksi dan saran yang konstruktif. Terimakasih.

Jakarta, Desember 2009

Arum Atmawikarta

Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas

Page 3: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

- ii -

TIM PENYUSUN

KEGIATAN PENYUSUNAN DATABASE PEMBANGUNAN

KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKAT

TAHUN 2009

Penanggung Jawab :

Dra. Nina Sardjunani, MA,

(Deputi Bidang Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan, Bappenas)

Tim Pelaksana Teknis

Ketua : Dr. Arum Atmawikarta, SKM, MPH,

(Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat, Bappenas)

Sekretaris : Sularsono, SP, ME

Anggota : Dr. Hadiat, MA

Ir. Yosi Diani Tresna, MPM

Imam Subekti, MPS, MPH

Inti Wikanestri, SKM

Ardhiantie, SKM

Dewi Amila Solikha, SKM

Tim Pendukung : Nurlaily Aprilianty

Adhi Setyo Meiharinto, S.Si

Page 4: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

- iii -

DAFTAR SINGKATAN  AKABA Angka Kematian Balita AKB Angka Kematian Bayi AKI AKN

Angka Kematian Ibu Angka Kematian Neonatal

Akseskin Asuransi Kesehatan bagi Masyarakat Miskin ASI Air Susu Ibu BB/U Berat Badan Menurut Umur BBLR Berat bayi lahir rendah BPOM Badan Pengawas Obat dan Makanan BPS Badan Pusat Statistik CDR Case detection Rate CFR Case Fatality Rate DAK Dana Alokasi Khusus DBD Depkes

Demam berdarah Dengue Departemen Kesehatan

GAKY Gangguan Akibat Kekurangan Yodium IPM Indeks Pembangunan Manusia Jamkesmas Jaminan Kesehatan Masyarakat KB KPA

Keluarga Berencana Komisi Penanggulangan AIDS

MDGs Millenium Development Goals PODES Survei Potensi Desa Polindes Pondok Bersalin Desa Posyandu Pos Pelayanan Terpadu PTM Penyakit Tidak Menular Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat Pustu Puskesmas Pembantu Riskesdas Riset Kesehatan Dasar RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJPN Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional RS Rumah Sakit RSUD Rumah Sakit Umum Daerah SDKI Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDM Sumber Daya Manusia SKRT Survei Kesehatan Rumah Tangga Susenas Survei Sosial Ekonomi Nasional TB Tuberkulosis TB/U Tinggi Badan Menurut Umur TFR Total Fertility Rate TGR Total Goiter Rate UCI Universal Child Immunization UHH Umur Harapan Hidup UKBM Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat

Page 5: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

- iv -

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i TIM PENYUSUN .............................................................................................................. ii DAFTAR SINGKATAN .................................................................................................. iii DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iv DAFTAR TABEL ............................................................................................................ vii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xii BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1 B. Tujuan .............................................................................................................. 2 C. Hasil Yang Diharapkan .................................................................................... 2

BAB II. RUANG LINGKUP DAN METODOLOGI ................................................ 3

A. Ruang Lingkup................................................................................................. 3 B. Metodologi ....................................................................................................... 5

BAB III. HASIL PELAKSANAAN .............................................................................. 7

A. Sistem Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat ................... 7 B. Indikator Pembangunan Kesehatan dan Gizi ................................................... 8

A. STATUS KESEHATAN.......................................................................... 13

1. Status Kesehatan ................................................................................ 14 1.1. Angka Kematian ......................................................................... 14

.1.1.1. Angka Kematian Ibu (AKI) ............................................ 14

.1.1.2. Angka Kematian Balita (AKABA) ................................ 15

.1.1.3. Angka Kematian Bayi (AKB) ........................................ 25

.1.1.4. Angka Kematian Neonatal ............................................. 36

.1.1.5. Angka Kematian Kasar .................................................. 39 1.2. Angka Kesakitan ........................................................................ 42

.1.2.1. Penyakit Menular ............................................................. 42 .1.2.1.1. Tuberkulosis ..................................................... 42 .1.2.1.2. Malaria .............................................................. 46 .1.2.1.3. HIV dan AIDS .................................................. 48 .1.2.1.4. Demam Berdarah Dengue ................................ 51 .1.2.1.5. Diare ................................................................. 53 .1.2.1.6. AI (Flu Burung) ................................................ 54 .1.2.1.6. Sepuluh Penyakit Utama .................................. 57

.1.2.2. Penyakit Tidak Menular ................................................... 58 .1.2.2.1. Jantung .............................................................. 58 .1.2.2.2. Diabetes Mellitus .............................................. 60 .1.2.2.3. Hipertensi ......................................................... 62 .1.2.2.4. Tumor ............................................................... 64 .1.2.2.5. Sepuluh Penyakit Utama .................................. 66

Page 6: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

- v -

1.3. Status Gizi .................................................................................. 69 .1.3.1. Prevalensi Kekurangan Gizi Pada Anak Balita (BB/U) . 69 .1.3.2. Prevalensi Stunting Pada Anak Balita (TB/U) ............... 83 .1.3.3. Prevalensi Wasting Pada Anak Balita (BB/TB) ............. 85 .1.3.4. Prevalensi Gizi Lebih Pada Balita .................................. 89 .1.3.5. Prevalensi Gizi Lebih Diatas 15 Tahun .......................... 90 .1.3.6. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ............................... 92 .1.3.7. GAKY ............................................................................ 95

1.4. Umur Harapan Hidup (UHH) ..................................................... 96 2. Perlindungan Finansial ....................................................................... 98

2.1. Cakupan Asuransi Kesehatan ..................................................... 98 2.2. Pengeluaran Per Kapita Untuk Kesehatan ................................ 100 2.3. Pengeluaran Katastropik ........................................................... 104

3. Ketanggapan .................................................................................... 105 3.1. Kepuasan Terhadap Pelayanan Kesehatan ............................... 105 3.2. Jarak Ke Sarana Kesehatan ...................................................... 111 3.3. Waktu Tempuh Ke Sarana Kesehatan ...................................... 114

B. KINERJA KESEHATAN ..................................................................... 117

4. Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Terlatih ................ 118 5. Cakupan K1 dan K4 ......................................................................... 129 6. Cakupan Kunjungan Neonatus ........................................................ 132 7. Cakupan Imunisasi Dasar ................................................................ 134 8. Cakupan Imunisasi Campak ............................................................ 137 9. Anak Yang Tidak Diimunisasi......................................................... 139 10. Cakupan Imunisasi Pada Ibu ............................................................ 140 11. ASI Eksklusif ................................................................................... 141 12. Konsumsi Garam Beryodium .......................................................... 143 13. Konsumsi Kapsul Vitamin A ........................................................... 147 14. Konsumsi Tablet Besi ...................................................................... 148 15. Prevalensi Penggunaan Kontrasepsi (CPR) ..................................... 151 16. Persentase Unmet Need ................................................................... 152

C. SUMBER DAYA KESEHATAN ......................................................... 155

17. SDM Kesehatan ............................................................................... 156 18. Puskesmas dan Jaringannya ............................................................. 159 19. Rumah Sakit ..................................................................................... 162 20. UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) ........................... 167 21. Pembiayaan Kesehatan .................................................................... 171

Anggaran Depkes dan Badan POM Menurut Program ......... 171 Pengeluaran Kesehatan Publik di Indonesia ......................... 176 Alokasi DAK ......................................................................... 178 Anggaran Kesehatan Total menurut Program ....................... 179 Proporsi Pembiayaan Kesehatan di Indonesia ....................... 180

Proporsi Pembiayaan Kesehatan Menurut Tingkat Pemerintahan ......................................................................... 181

Distribusi Anggaran DAK Menurut Propinsi ........................ 182 Perbandingan Anggaran RI dengan Negara Lain .................. 183

21.9. Anggaran Kesehatan Berasal PHLN ..................................... 184

Page 7: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

- vi -

D. DETERMINAN KESEHATAN ............................................................ 185 22. Penduduk.......................................................................................... 186 23. Kemiskinan ...................................................................................... 198 24. Pendidikan........................................................................................ 201 25. Akses Ke Air Bersih ........................................................................ 207 26. Akses Ke Sanitasi ............................................................................ 210 27. Merokok ........................................................................................... 214 28. Aktifitas Fisik................................................................................... 217 29. Konsumsi Kalori dan Protein ........................................................... 220 30. Konsumsi Sayur dan Buah ............................................................... 223 31. Keracunan Makanan ........................................................................ 226

BAB IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ................................................ 227

A. Kesimpulan ................................................................................................. 227 B. Rekomendasi ............................................................................................... 227

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 228

Page 8: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

- vii -

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1. Angka Kematian Balita Per Provinsi Tahun 2007 ................................... 16

Tabel 1. 2. Angka Kematian Bayi Per Provinsi Tahun 2007 ..................................... 26

Tabel 1. 3. Angka Kematian Neonatal Per Provinsi Tahun 2007 .............................. 37

Tabel 1. 4. Angka Kematian Kasar Per Provinsi Tahun 2008 ................................... 40

Tabel 1. 5. Hasil Cakupan Penemuan Penderita TB Tahun 2001-2008 .................... 43

Tabel 1. 6. Insidens Malaria Per Provinsi Tahun 2008 .............................................. 47

Tabel 1. 7. Insidens Rate, Case Fertility Rate, Jumlah Penderita dan Jumlah Kab/Kota yang Terjangkit DBD di Indonesia Tahun 1998-2008 ............ 51

Tabel 1. 8. Jumlah Penderita dan CFR DBD Per Provinsi 2008 ............................... 51

Tabel 1. 9. Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare Per Provinsi Tahun 2008 .................. 53

Tabel 1. 10. Kasus Konfirm AI Per Tahun Dari Tahun 2005-2008 ............................ 55

Tabel 1. 11. Proporsi Sepuluh Penyakit Menular Utama pada Semua Umur .............. 57

Tabel 1. 12. Prevalensi Penyakit Jantung Per Provinsi Tahun 2007 ........................... 58

Tabel 1. 13. Prevalensi Penyakit Jantung menurut Karakteristik Responden di Indonesia Tahun 2007 .............................................................................. 59

Tabel 1. 14. Prevalensi Penyakit Diabetes Mellitus Per Provinsi Tahun 2007 ............ 60

Tabel 1. 15. Prevalensi Penyakit Diabetes Mellitus menurut Karakteristik Responden di Indonesia Tahun 2007 ....................................................... 61

Tabel 1. 16. Prevalensi Penyakit Hipertensi Per Provinsi Tahun 2007 ....................... 62

Tabel 1. 17. Prevalensi Hipertensi menurut Karakteristik Responden di Indonesia Tahun 2007 .............................................................................................. 63

Tabel 1. 18. Prevalensi Penyakit Tumor Per Provinsi Tahun 2007 ............................. 64

Tabel 1. 19. Tabel Prevalensi Penyakit Tumor menurut Karakteristik Responden di Indonesia Tahun 2007 .............................................................................. 65

Tabel 1. 20. Proporsi Penyakit Tidak Menular Pada Semua Umur di Indonesia Tahun 2007 .............................................................................................. 66

Tabel 1. 21. Penyebab Kematian pada Semua Umur di Indonesia Tahun 2007 .......... 66

Tabel 1. 22. Sepuluh Penyakit Utama pada Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap di Rumah Sakit Tahun 2006 .................................................................... 68

Tabel 1. 23. Tren Balita Berstatus Gizi Kurang dan Buruk di Indonesia Tahun 2002-2007 ................................................................................................ 70

Tabel 1. 24. Prevalensi Kurang Gizi Per Provinsi Tahun 2007 ................................... 71

Tabel 1. 25. Prevalensi Balita menurut Status Gizi (BB/U) dan Karakteristik Responden di Indonesia Tahun 2007 ....................................................... 82

Tabel 1. 26. Persentase Balita menurut Status Gizi (TB/U) Per Provinsi Tahun 2007 .............................................................................................. 83

Page 9: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

- viii -

Tabel 1. 27. Persentase Balita menurut Status Gizi (TB/U) dan Karakteristik Responden di Indonesia Tahun 2007 ....................................................... 84

Tabel 1. 28. Persentase Balita menurut Status Gizi (BB/TB) Per Provinsi Tahun 2007 .............................................................................................. 85

Tabel 1. 29. Persentase Balita menurut Status Gizi (BB/TB) dan Karakteristik Responden di Indonesia Tahun 2007 ....................................................... 87

Tabel 1. 30. Prevalensi Balita menurut Tiga Indikator Status Gizi Per Provinsi Tahun 2007 .............................................................................................. 88

Tabel 1. 31. Prevalensi Gizi Lebih pada Balita Per Provinsi Tahun 2007 ................... 89

Tabel 1. 32. Prevalensi Obesitas Umum Penduduk Dewasa (15 Tahun Keatas) Per Provinsi Tahun 2007 .......................................................................... 90

Tabel 1. 33. Persentase Gizi Dewasa (15 Tahun Keatas) menurut IMT dan Karakteristik Responden di Indonesia Tahun 2007 ................................. 91

Tabel 1. 34. Tren Wanita Usia Subur (WUS) Berstatus Gizi Kurang di Indonesia Tahun 2002-2007 ..................................................................................... 91

Tabel 1. 35. Persentase Berat Badan Bayi Baru Lahir 12 Bulan Terakhir Per Provinsi Tahun 2007 .......................................................................... 92

Tabel 1. 36. Persentase Berat Badan Bayi Baru Lahir 12 Bulan Terakhir Menurut Karakteristik Responden di Indonesia Tahun 2007 .................. 94

Tabel 1. 37. Prevalensi Gondok di Indonesia Tahun 1980-2007 ................................. 95

Tabel 1. 38. Usia Harapan Hidup Per Provinsi Tahun 2007 ....................................... 96

Tabel 1. 39. Pengeluaran Kesehatan Rumah Tangga Per Kapita di Indonesia Tahun 2002-2006 ................................................................................... 100

Tabel 1. 40. Pengeluaran Kesehatan Rumah Tangga Per Kapita Berdasarkan Kuintil Pendapatan di Indonesia Tahun 2001 dan 2006 ........................ 101

Tabel 1. 41. Penduduk Rawat Inap menurut Aspek Ketanggapan Per Provinsi Tahun 2007 ............................................................................................ 105

Tabel 1. 42. Persentase Penduduk Rawat Inap menurut Aspek Ketanggapan dan Karakteristik Rumah Tangga di Indonesia Tahun 2007 ........................ 107

Tabel 1. 43. Persentase Penduduk Rawat Jalan menurut Aspek Ketanggapan Per Provinsi Tahun 2007 ........................................................................ 108

Tabel 1. 44. Persentase Penduduk Rawat Jalan menurut Aspek Ketanggapan dan Karakteristik Rumah Tangga di Indonesia Tahun 2007 ........................ 110

Tabel 1. 45. Persentase Rumah Tangga menurut Jarak ke Sarana Pelayanan Kesehatan dan UKBM Per Provinsi Tahun 2007 .................................. 111

Tabel 1. 46. Persentase Rumah Tangga menurut Jarak ke Sarana Pelayanan Kesehatan dan Karakteristik Rumah Tangga Tahun 2007 .................... 113

Tabel 1. 47. Persentase Rumah Tangga menurut Waktu Tempuh ke Sarana Pelayanan Kesehatan Per Provinsi Tahun 2007 ..................................... 114

Page 10: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

- ix -

Tabel 1. 48. Persentase Rumah Tangga menurut Waktu Tempuh ke Sarana Pelayanan Kesehatan dan Karakteristik Rumah Tangga di Indonesia Tahun 2007 ............................................................................................ 116

Tabel 2. 1. Persentase Persalinan yang Ditolong oleh Tenaga Kesehatan Per Provinsi Tahun 2007 .............................................................................. 119

Tabel 2. 2. Tren Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Medis Berdasarkan Disparitas Ekonomi Tahun 2000-2007 .................................................. 119

Tabel 2. 3. Tren Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Medis Berdasarkan Disparitas Kota-Desa Tahun 2000-2007 ................................................ 119

Tabel 2. 4. Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4 Per Provinsi Tahun 2008 ................. 130

Tabel 2. 5. Cakupan Kunjungan Neonatus Per Provinsi Tahun 2008 ...................... 133

Tabel 2. 6. Persentase Balita yang Mendapat Imunisasi Dasar menurut Jenis Imunisasi Per Provinsi Tahun 2007 ....................................................... 134

Tabel 2. 7. Balita Memperoleh Imunisasi di Indonesia Tahun 2004 dan 2007 ....... 135

Tabel 2. 8. Cakupan Imunisasi Anak Usia 12-23 Bulan di Indonesia Tahun 2002/2003-2007 ..................................................................................... 135

Tabel 2. 9. Persentase Anak Balita yang Pernah Mendapat Imunisasi Campak Per Provinsi Tahun 2007 ........................................................................ 138

Tabel 2. 10. Balita yang Memperoleh Imunisasi Campak di Indonesia Tahun 2004-2007 .............................................................................................. 138

Tabel 2. 11. Persentase Anak Balita yang Tidak mendapat Imunisasi Per Provinsi Tahun 2007 ............................................................................................ 139

Tabel 2. 12. Persentase Cakupan Imunisasi Pada Ibu Per Provinsi Tahun 2007 ....... 140

Tabel 2. 13. Cakupan ASI Eksklusif di Indonesia Tahun 1991-2007........................ 141

Tabel 2. 14. Status Pemberian ASI menurut Umur Anak di Indonesia Tahun 2007 . 141

Tabel 2. 15. Persentase Anak Usia dibawah 7 Bulan yang Diberi ASI Saja Selama 24 Jam Terakhir Per Provinsi Tahun 2005 ................................ 142

Tabel 2. 16. Persentase Rumah Tangga yang Mempunyai Garam Cukup Iodium Per Provinsi Tahun 2007 ........................................................................ 144

Tabel 2. 17. Persentase Rumah Tangga Mempunyai Garam Cukup Iodium menurut Karakteristik Responden di Indonesia Tahun 2007 ................. 146

Tabel 2. 18. Persentase Anak Umur 6-59 Bulan yang Menerima Kapsul Vitamin A Per Provinsi Tahun 2007 ........................................................................ 147

Tabel 2. 19. Persentase Konsumsi Tablet Besi Per Provinsi Tahun 2007 ................. 148

Tabel 2. 20. Persentase Pemberian Tablet Besi menurut Karakteristik Responden di Indonesia Tahun 2007 ........................................................................ 150

Tabel 2. 21. Pencapaian Pembangunan Program KB Nasional di Indonesia Tahun 1994-2007 .............................................................................................. 152

Tabel 2. 22. Perkembangan Unmet Need .................................................................. 153

Tabel 3. 1. Keberadaan Tenaga Kesehatan di Indonesia Tahun 2008 ..................... 156

Page 11: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

- x -

Tabel 3. 2. Jumlah Beberapa Tenaga Kesehatan di Indonesia Tahun 2006 ............. 157

Tabel 3. 3. Jenis, Jumlah dan Rasio Ketenagaan Puskesmas di Indonesia Tahun 2008........................................................................................................ 158

Tabel 3. 4. Jumlah Puskesmas dan Jaringannya di Indonesia Tahun 1996 - 2008 .. 159

Tabel 3. 5. Jumlah dan Rasio Puskesmas Per Provinsi Tahun 2008 ........................ 160

Tabel 3. 6. Jumlah Puskesmas Non Perawatan dan Puskesmas Perawatan Per Provinsi Tahun 2008 .............................................................................. 161

Tabel 3. 7. Jumlah Rumah Sakit dan Tempat Tidur menurut Kepemilikan di Indonesia Tahun 1997 - 2008 ................................................................ 162

Tabel 3. 8. Jumlah Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta Per Provinsi Tahun 2008 ....................................................................................................... 163

Tabel 3. 9. Jumlah Rumah Sakit dan Tempat Tidur Menurut Pengelola Tahun 2005-2008 ............................................................................................. 163

Tabel 3. 10. Perkembangan Jumlah Rumah Sakit (Umum dan Khusus) di Indonesia Tahun 2004-2008 ................................................................................... 164

Tabel 3. 11. Jumlah Sarana Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) Per Provinsi Tahun 2008 .............................................................................. 167

Tabel 3. 12. Jumlah Posyandu menurut Kategori di Indonesia Tahun 2000-2006 .... 168

Tabel 3. 13. Jumlah dan Persentase Posyandu menurut Kategori di Indonesia Tahun 2000-2006 ................................................................................... 169

Tabel 3. 14. Alokasi Anggaran Depkes Tahun 2005-2010 ........................................ 171

Tabel 3. 15. Alokasi Anggaran BPOM Tahun 2005-2010 ........................................ 173

Tabel 3. 16. Pagu Indikatif RAPBN Depkes (juta rupiah) Tahun 2009 .................... 174

Tabel 3. 17. Pagu Indikatif RAPBN BPOM (juta rupiah) Tahun 2009 ..................... 175

Tabel 3. 18. Tren Pengeluaran Kesehatan Publik Tahun 2001-2008 ........................ 176

Tabel 3. 19. Persentase Pengeluaran untuk Kesehatan Terhadap Total Pengeluaran di Indonesia Tahun 2000-2007 .............................................................. 176

Tabel 3. 20. Perkembangan Alokasi DAK Per Bidang Tahun 2003-2008 ................ 178

Tabel 3. 21. Tren Produk Domestik Bruto (PDB) dan Anggaran Belanja dalam APBN Tahun 2004-2008 ....................................................................... 179

Tabel 3. 22. Penyerapan Anggaran Beberapa Program Pembangunan Kesehatan di Departemen Kesehatan Tahun 2007 .................................................. 179

Tabel 3. 23. Gambaran Belanja Kesehatan Indonesia dan Negara ASEAN Lainnya Tahun 2005 ............................................................................................ 183

Tabel 4. 1. Jumlah Penduduk Indonesia Per Provinsi Tahun 2006-2008 ................ 186

Tabel 4. 2. Tren Penduduk Indonesia Tahun 2000-2008 ......................................... 187

Tabel 4. 3. Jumlah Penduduk Menurut Provinsi ...................................................... 192

Tabel 4. 4. Negara-negara dengan Jumlah Penduduk Terbanyak di Dunia ............. 193

Page 12: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

- xi -

Tabel 4. 5. Persentase Penduduk dan Jumlah Penduduk Menurut Daerah Perkotaan-Perdesaan dan Jenis Kelamin ............................................... 195

Tabel 4. 6. Kepadatan Penduduk Per km2 Menurut Provinsi ................................... 196

Tabel 4. 7. Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia Tahun 1996-2009 ................................................................................... 199

Tabel 4. 8. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Tahun 2008 dan 2009 ................................................................ 199

Tabel 4. 9. Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Berusia 15 Tahun Keatas menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin Tahun 2006 ......................................... 201

Tabel 4. 10. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja dan Tingkat Pendidikan di Indonesia Tahun 1996-2008 .............................. 202

Tabel 4. 11. Persentase Akses Air Bersih Rumah Tangga Tahun 1994-2007 ........... 207

Tabel 4. 12. Persentase Rumah Tangga menurut Akses Terhadap Air Bersih Per Provinsi Tahun 2007 .............................................................................. 208

Tabel 4. 13. Tren Air Bersih dan Sanitasi Berdasarkan Kuintil Pendapatan Tahun 2000-2007 .............................................................................................. 208

Tabel 4. 14. Tren Persentase Akses Sanitasi Layak Tahun 1992-2007 ..................... 210

Tabel 4. 15. Persentase Rumah Tangga menurut Akses Terhadap Sanitasi Per Provinsi Tahun 2007 .............................................................................. 211

Tabel 4. 16. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas yang Merokok di Indonesia Tahun 1995-2007 .................................................................. 214

Tabel 4. 17. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas yang Merokok dan Rerata Jumlah Batang Rokok yang Dihisap Per Provinsi Tahun 2007 . 215

Tabel 4. 18. Persentase Penduduk Umur 10 Tahun Keatas menurut Kebiasaan Merokok dan Karakteristik Responden di Indonesia Tahun 2007 ......... 216

Tabel 4. 19. Prevalensi Kurang Aktifitas Fisik Penduduk 10 Tahun Keatas Per Provinsi Tahun 2007 .............................................................................. 217

Tabel 4. 20. Prevalensi Kurang Aktifitas Fisik Penduduk 10 Tahun Keatas menurut Karakteristik Responden di Indonesia Tahun 2007 ................. 219

Tabel 4. 21. Rata-rata Konsumsi Kalori (Gram) Per Kapita/Hari menurut Kelompok Makanan di Indonesia Tahun 2002-2007 ............................. 220

Tabel 4. 22. Rata-rata Konsumsi Protein (Gram) Per Kapita/Hari menurut Kelompok Makanan di Indonesia Tahun 2002-2007 ............................. 221

Tabel 4. 23. Rata-rata Konsumsi Kalori dan Protein di Indonesia Tahun 2002-2007 ............................................................................................. 222

Tabel 4. 24. Konsumsi Energi dan Protein Per Kapita Per Hari Tahun 2007 ............ 222

Tabel 4. 25. Prevalensi Kurang Makan Buah dan Sayur Penduduk 10 Tahun Keatas Per Provinsi Tahun 2007 ............................................................ 223

Tabel 4. 26. Prevalensi Kurang Makan Buah dan Sayur Penduduk 10 Tahun Keatas menurut Karakteristik Responden di Indonesia Tahun 2007 ..... 225

Page 13: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

- xii -

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1. Angka Kematian Ibu di Indonesia Tahun 1994-2007 ........................ 14

Gambar 1. 2. Angka Kematian Balita di Indonesia Tahun 1971-2007 .................... 15

Gambar 1. 3. Peta Penyebaran Angka Kematian Balita Per Provinsi Tahun 2007 ........................................................................................ 16

Gambar 1. 4. Angka Kematian Balita Per Provinsi Tahun 2007 ............................. 17

Gambar 1. 5. Angka Kematian Balita Wilayah Sumatera Tahun 2007 ................... 18

Gambar 1. 6. Angka Kematian Balita Wilayah Jawa-Bali Tahun 2007 .................. 19

Gambar 1. 7. Angka Kematian Balita Wilayah Nusa Tenggara Tahun 2007 .......... 20

Gambar 1. 8. Angka Kematian Balita Wilayah Kalimantan Tahun 2007 ............... 21

Gambar 1. 9. Angka Kematian Balita Wilayah Sulawesi Tahun 2007 .................... 22

Gambar 1. 10. Angka Kematian Balita Wilayah Maluku Tahun 2007 ...................... 23

Gambar 1. 11. Angka Kematian Balita Wilayah Papua Tahun 2007 ........................ 24

Gambar 1. 12. Angka Kematian Bayi di Indonesia Tahun 1971-2007 ...................... 25

Gambar 1. 13. Angka Kematian Bayi Berdasarkan Kuintil Pendapatan 2007 .......... 26

Gambar 1. 14. Peta Penyebaran Angka Kematian Bayi Per Provinsi Tahun 2007 ........................................................................................ 27

Gambar 1. 15. Angka Kematian Bayi Per Provinsi Tahun 2007 ............................... 27

Gambar 1. 16. Angka Kematian Bayi Per Provinsi Tahun 2007 ............................... 28

Gambar 1. 17. Angka Kematian Bayi Wilayah Sumatera Tahun 2007 ..................... 29

Gambar 1. 18. Angka Kematian Bayi Wilayah Jawa-Bali Tahun 2007 .................... 30

Gambar 1. 19. Angka Kematian Bayi Wilayah Nusa Tenggara Tahun 2007 ............ 31

Gambar 1. 20. Angka Kematian Bayi Wilayah Kalimantan Tahun 2007 ................. 32

Gambar 1. 21. Angka Kematian Bayi Wilayah Sulawesi Tahun 2007 ...................... 33

Gambar 1. 22. Angka Kematian Bayi Wilayah Maluku Tahun 2007 ........................ 34

Gambar 1. 23. Angka Kematian Bayi Wilayah Papua Tahun 2007 .......................... 35

Gambar 1. 24. Angka Kematian Neonatal di Indonesia Tahun 1991-2007 ............... 36

Gambar 1. 25. Peta Penyebaran Angka Kematian Neonatal Per Provinsi Tahun 2007 ........................................................................................ 37

Gambar 1. 26. Angka Kematian Neonatal Per Provinsi Tahun 2007 ........................ 38

Gambar 1. 27. Angka Kematian Kasar di Indonesia Tahun 2000-2008 .................... 39

Gambar 1. 28. Peta Penyebaran Angka Kematian Kasar Per Provinsi Tahun 2008 ........................................................................................ 40

Gambar 1. 29. Angka Kematian Kasar Per Provinsi Tahun 2008 ............................. 41

Gambar 1. 30. Prevalensi Tuberkulosis Tahun 1980-2004 ....................................... 42

Page 14: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

- xiii -

Gambar 1. 31. Penemuan Kasus Baru Tuberkulosis di Indonesia Tahun 1995-2008 .......................................................................................... 43

Gambar 1. 32. Proporsi Kasus Baru BTA Positif Menurut Jenis Kelamin di Indonesia Tahun 2005-2008 .............................................................. 44

Gambar 1. 33. Cakupan Penemuan Kasus Baru TB BTA Positif Per Provinsi Tahun 2008 ........................................................................................ 44

Gambar 1. 34. Keberhasilan Pengobatan TB di Indonesia Tahun 1990-2006 .......... 45

Gambar 1. 35. Angka API dan AMI Malaria di Indonesia Tahun 1989-2008 .......... 46

Gambar 1. 36. Jumlah Kasus Baru dan Kumulatif Penderita AIDS Tahun 1987-2008 .......................................................................................... 48

Gambar 1. 37. Jumlah ODHA di 10 Provinsi Terbanyak Tahun 2008 ...................... 49

Gambar 1. 38. Jumlah Kasus Baru dan Kumulatif Pengidap HIV di Indonesia Tahun 1987-2008 ............................................................................... 49

Gambar 1. 39. Jumlah Kasus Baru AIDS yang Terdeteksi pada Pengguna Napza Suntik (Penasun) Tahun 1993-2008................................................... 50

Gambar 1. 40. Incidence Rate DBD Tahun 2003-2008 ............................................ 52

Gambar 1. 41. Jumlah Penderita DBD Per Provinsi Tahun 2008.............................. 52

Gambar 1. 42. Jumlah Kasus dan CFR Diare di Indonesia Tahun 2000-2008 .......... 53

Gambar 1. 43. Jumlah Kasus Konfirmasi AI Tahun 2005-2008 ............................... 54

Gambar 1. 44. CFR AI di Indonesia Tahun 2005-2008............................................. 54

Gambar 1. 45. Jumlah Provinsi dan Kabupaten yang Baru Tertular Flu Burung Pada Manusia Tahun 2005-2008 ....................................................... 55

Gambar 1. 46. Kasus Konfirmasi AI Menurut Jenis Kelamin dan Riwayat Kontak di Indonesia Tahun 2005-2008 .......................................................... 56

Gambar 1. 47. Kasus Kumulatif Konfirmasi AI dan Kematian AI Menurut Provinsi Tahun 2005-2008 ................................................................. 56

Gambar 1. 48. Distribusi Kasus Kematian Pada Semua Umur Menurut Kelompok Penyakit Tahun 1995-2007 ................................................................ 67

Gambar 1. 49. Angka Kekurangan Gizi pada Balita di Indonesia Tahun 1989-2007 .......................................................................................... 69

Gambar 1. 50. Peta Penyebaran Angka Kekurangan Gizi pada Balita Per Provinsi Tahun 2007 ........................................................................................ 70

Gambar 1. 51. Angka Kekurangan Gizi pada Balita Per Provinsi Tahun 2007 ........ 72

Gambar 1. 52. Peta Penyebaran Angka Kekurangan Gizi Pada Balita Per Provinsi Tahun 2007 ........................................................................................ 72

Gambar 1. 53. Angka Gizi Buruk Pada Balita Per Provinsi Tahun 2007 .................. 73

Gambar 1. 54. Peta Penyebaran Angka Gizi Buruk pada Balita Per Provinsi Tahun 2007 ........................................................................................ 73

Gambar 1. 55. Angka Gizi Kurang pada Balita Per Provinsi Tahun 2007 ................ 74

Page 15: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

- xiv -

Gambar 1. 56. Peta Penyebaran Angka Gizi Kurang pada Balita Per Provinsi Tahun 2007 ........................................................................................ 74

Gambar 1. 57. Angka Kekurangan Gizi Wilayah Sumatera Tahun 2007 .................. 75

Gambar 1. 58. Angka Kekurangan Gizi Wilayah Jawa-Bali Tahun 2007 ................. 76

Gambar 1. 59. Angka Kekurangan Gizi Wilayah Nusa Tenggara Tahun 2007 ........ 77

Gambar 1. 60. Angka Kekurangan Gizi Wilayah Kalimantan Tahun 2007 .............. 78

Gambar 1. 61. Angka Kekurangan Gizi Wilayah Sulawesi Tahun 2007 .................. 79

Gambar 1. 62. Angka Kekurangan Gizi Wilayah Maluku Tahun 2007 .................... 80

Gambar 1. 63. Angka Kekurangan Gizi Wilayah Papua Tahun 2007 ....................... 81

Gambar 1. 64. Prevalensi Stunting (TB/U Kronis) pada Balita Per Provinsi Tahun 2007 ........................................................................................ 83

Gambar 1. 65. Peta Penyebaran Angka Prevalensi Stunting (TB/U Kronis) Pada Balita Per Provinsi Tahun 2007 ......................................................... 84

Gambar 1. 66. Angka Prevalensi Wasting (BB/TB Akut) pada Balita Per Provinsi Tahun 2007 ........................................................................................ 86

Gambar 1. 67. Prevalensi Gizi Lebih pada Balita Per Provinsi Tahun 2007 ............. 89

Gambar 1. 68. Prevalensi Gizi Lebih diatas 15 Tahun Per Provinsi Tahun 2007 ..... 90

Gambar 1. 69. Peta Penyebaran Angka Prevalensi Gizi Lebih Diatas 15 Tahun Per Provinsi Tahun 2007 .................................................................... 91

Gambar 1. 70. Prevalensi BBLR Per Provinsi Tahun 2007 ....................................... 92

Gambar 1. 71. Peta Penyebaran Angka Prevalensi BBLR Per Provinsi Tahun 2007 ........................................................................................ 93

Gambar 1. 72. Prevalensi Gondok di Indonesia Tahun 1980-2003 ........................... 95

Gambar 1. 73. Umur Harapan Hidup di Indonesia Tahun 1976-2008 ...................... 96

Gambar 1. 74. Umur Harapan Hidup Per Provinsi Tahun 2008 ................................ 97

Gambar 1. 75. Persentase Partisipasi Asuransi Berdasarkan Waktu Menurut Jenis Asuransi di Indonesia Tahun 2003-2006 .................................. 98

Gambar 1. 76. Persentase Partisipasi Asuransi Menurut Kuintil Penghasilan di Indonesia Tahun 2006 ........................................................................ 99

Gambar 1. 77. Angka Pengeluaran Kesehatan Rumah Tangga Per Kapita pada Sektor Kesehatan di Indonesia Tahun 2002-2006 ........................... 100

Gambar 1. 78. Angka Persentase Pengeluaran Kesehatan terhadap Pengeluaran Rumah Tangga Total di Indonesia Tahun 2002-2006 ..................... 101

Gambar 1. 79. Pengeluaran Rumah Tangga di Sektor Kesehatan Berdasarkan Kuintil Pendapatan di Indonesia Tahun 2001 .................................. 102

Gambar 1. 80. Pengeluaran Rumah Tangga di Sektor Kesehatan Berdasarkan Kuintil Pendapatan di Indonesia Tahun 2006 .................................. 102

Gambar 1. 81. Persentase Pengeluaran Rumah Tangga untuk Kesehatan Berdasarkan Kuintil Pendapatan di Indonesia Tahun 2001 ............. 103

Page 16: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

- xv -

Gambar 1. 82. Persentase Pengeluaran Rumah Tangga untuk Kesehatan Berdasarkan Kuintil Pendapatan di Indonesia Tahun 2006 ............. 103

Gambar 1. 83. Persentase Pengeluaran Rumah Tangga di Berbagai Tingkat Pengeluaran Kesehatan di Indonesia Tahun 2005 ........................... 104

Gambar 1. 84. Persentase Pengeluaran Rumah Tangga di Berbagai Tingkat Pengeluaran Kesehatan di Indonesia Tahun 2006 ........................... 104

Gambar 1. 85. Persentase Penduduk Rawat Inap menurut Aspek Ketanggapan di Indonesia Tahun 2007 ...................................................................... 106

Gambar 1. 86. Persentase Penduduk Rawat Jalan menurut Aspek Ketanggapan di Indonesia Tahun 2007 ...................................................................... 109

Gambar 1. 87. Persentase Rumah Tangga Menurut Jarak ke Sarana Pelayanan Kesehatan dan UKBM di Indonesia Tahun 2007 ............................ 112

Gambar 1. 88. Persentase Rumah Tangga menurut Waktu Tempuh ke Sarana Pelayanan Kesehatan di Indonesia Tahun 2007 ............................... 115

Gambar 2. 1. Persentase Pesrsalinan Oleh Tenaga Kesehatan di Indonesia Tahun 1993-2007 ............................................................................. 118

Gambar 2. 2. Persentase Pesrsalinan Oleh Tenaga Kesehatan Per Provinsi Tahun 2007 ...................................................................................... 120

Gambar 2. 3. Persentase Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan di Indonesia Tahun 2007.................................................................................................. 120

Gambar 2. 4. Peta Penyebaran Persentase Pesrsalinan Oleh Tenaga Kesehatan Per Provinsi Tahun 2007 ........................................................................ 121

Gambar 2. 5. Persentase Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Wilayah Sumatera Tahun 2007 ...................................................................................... 122

Gambar 2. 6. Persentase Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Wilayah Jawa-Bali Tahun 2007 ...................................................................................... 123

Gambar 2. 7. Persentase Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Wilayah Nusa Tenggara Tahun 2007 ...................................................................... 124

Gambar 2. 8. Persentase Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Wilayah Kalimantan Tahun 2007 ...................................................................................... 125

Gambar 2. 9. Persentase Pesrsalinan Oleh Tenaga Kesehatan Wilayah Sulawesi Tahun 2007 ...................................................................................... 126

Gambar 2. 10. Persentase Pesrsalinan Oleh Tenaga Kesehatan Wilayah Maluku Tahun 2007 ...................................................................................... 127

Gambar 2. 11. Persentase Pesrsalinan Oleh Tenaga Kesehatan Wilayah Papua Tahun 2007 ...................................................................................... 128

Gambar 2. 12. Persentase Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4 di Indonesia Tahun 1995-2008 ........................................................................................ 129

Gambar 2. 13. Persentase Kunjungan Ibu Hamil K1 Per Provinsi Tahun 2008 ...... 130

Gambar 2. 14. Persentase Kunjungan Ibu Hamil K4 Per Provinsi Tahun 2008 ...... 131

Page 17: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

- xvi -

Gambar 2. 15. Persentase Cakupan Kunjungan Neonatus (KN2) di Indonesia Tahun 2003-2008 ............................................................................. 132

Gambar 2. 16. Cakupan Kunjungan Neonatus Per Provinsi Tahun 2008 ................ 133

Gambar 2. 17. Persentase Cakupan Imunisasi Lengkap pada Anak Usia 12-23 Bulan Per Provinsi Tahun 2007 ....................................................... 136

Gambar 2. 18. Persentase Anak Balita yang Pernah Mendapat Imunisasi Campak di Indonesia Tahun 1992-2007 .......................................... 137

Gambar 2. 19. Persentase Anak Balita yang Tidak Mendapat Imunisasi Per Provinsi Tahun 2007 ........................................................................ 139

Gambar 2. 20. Persentase Cakupan Imunisasi pada Ibu Per Provinsi Tahun 2007 ...................................................................................... 140

Gambar 2. 21. Persentase Cakupan ASI Eksklusif di Indonesia Tahun 1991-2007 ........................................................................................ 141

Gambar 2. 22. Persentase Rumah Tangga yang Mengkonsumsi Garam dengan Kadar Yodium yang Cukup di Indonesia Tahun 1995-2007 ........... 143

Gambar 2. 23. Persentase Rumah Tangga yang Mempunyai Garam Cukup Iodium Per Provinsi Tahun 2007 .................................................................. 145

Gambar 2. 24. Persentase Distribusi Vitamin A Per Provinsi Tahun 2007 ............. 147

Gambar 2. 25. Persentase Konsumsi Tablet Besi Per Provinsi Tahun 2007 ........... 149

Gambar 2. 26. Tren Penggunaan Kontrasepsi pada Wanita Pernah Menikah di Indonesia Tahun 1991-2007 ............................................................ 151

Gambar 2. 27. Prevalensi Penggunaan KB Per Provinsi Tahun 2007 ..................... 151

Gambar 2. 28. Trend Unmet Need di Indonesia Tahun 1991-2007 ........................ 152

Gambar 2. 29. Grafik Unmet Need Per Provinsi Tahun 2007 ................................. 154

Gambar 3. 1. Rasio Dokter Terhadap 100.000 Penduduk Tahun 2008 ................. 156

Gambar 3. 2. Rasio Dokter Umum Terhadap Puskesmas Tahun 2008 ................. 158

Gambar 3. 3. Jumlah Puskesmas, Pustu dan Pusling di Indonesia Tahun 1996-2008 ........................................................................................ 159

Gambar 3. 4. Rasio Puskesmas Per 100.000 Penduduk Tahun 2004-2008 ........... 160

Gambar 3. 5. Jumlah Puskesmas Non Perawatan dan Puskesmas Perawatan Tahun 2004-2008 ............................................................................. 161

Gambar 3. 6. Perkembangan Jumlah Rumah Sakit Umum di Indonesia Tahun 2004-2008 ........................................................................................ 164

Gambar 3. 7. Persentase RS Umum Milik Departemen Kesehatan/Pemerintah Daerah Menurut Kelas Tahun 2008 ................................................. 165

Gambar 3. 8. Perkembangan Jumlah RS Khusus di Indonesia Tahun 2004-2008 ........................................................................................ 165

Gambar 3. 9. Jenis RS Khusus (RSK) di Indonesia............................................... 166

Gambar 3. 10. Jumlah Tempat Tidur RS dan Rasionya Per 100.000 Penduduk Tahun 2004-2008 ............................................................................. 166

Page 18: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

- xvii -

Gambar 3. 11. Jumlah Posyandu di Indonesia Tahun 2001-2006 ........................... 168

Gambar 3. 12. Perbandingan Jumlah Posyandu menurut Kategori di Indonesia Tahun 2000-2006 ............................................................................. 169

Gambar 3. 13.. Persentase Perbandingan Jumlah Posyandu menurut Kategori di Indonesia Tahun 2000-2006 ............................................................ 170

Gambar 3. 14. Tren Anggaran Departemen Kesehatan Tahun 2005-2010 ............. 172

Gambar 3. 15. Tren Anggaran Badan POM Tahun 2005-2010 ............................... 173

Gambar 3. 16. Kecenderungan Pengeluaran Kesehatan Total dan Pemerintah di Indonesia Tahun 2001-2008 ............................................................ 177

Gambar 3. 17. Alokasi DAK Total dan DAK Bidang Kesehatan di Indonesia Tahun 2003-2008 ............................................................................. 178

Gambar 3. 18. Sumber Pembiayaan Kesehatan di Indonesia Tahun 2004 .............. 180

Gambar 3. 19. Proporsi Pembiayaan Publik dan Private di Indonesia Tahun 1996-2005 ........................................................................................ 180

Gambar 3. 20. Sumber Pembiayaan Kesehatan di Indonesia Tahun 2001-2008 ..... 181

Gambar 3. 21. Distribusi Anggaran DAK Per Provinsi Tahun 2008 ...................... 182

Gambar 3. 22. Tren Anggaran Departemen Kesehatan Tahun 1997-2009 ............. 184

Gambar 4. 1. Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2000-2014 ...... 187

Gambar 4. 2. Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 1961-2005 ............. 188

Gambar 4. 3. Komposisi Penduduk Indonesia Tahun 1971 .................................. 189

Gambar 4. 4. Komposisi Penduduk Indonesia Tahun 2008 .................................. 189

Gambar 4. 5. Jumlah Penduduk menurut Pulau Tahun 2008 ................................ 190

Gambar 4. 6. Tren Laju Pertumbuhan Penduduk .................................................. 191

Gambar 4. 7. Pertumbuhan Jumlah Penduduk Indonesia ...................................... 191

Gambar 4. 8. Distribusi Penduduk Menurut Pulau Tahun 1971-2015 .................. 194

Gambar 4. 9. Kepadatan Penduduk Indonesia ....................................................... 196

Gambar 4. 10. Perkembangan dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia Tahun 1976-2009 ............................................................................. 198

Gambar 4. 11. Jumlah Penduduk Miskin menurut Provinsi Tahun 2007 ................ 200

Gambar 4. 12. Persentase Angka Kemiskinan Per Provinsi Tahun 2007 ................ 200

Gambar 4. 13. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Keatas menurut Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2006. ...................... 201

Gambar 4. 14. Persentase Penduduk Usia 16-18 Tahun menurut Kuintil Pendapatan di Indonesia Tahun 2006. ............................................. 202

Gambar 4. 15. Pendidikan yang Pernah Diikuti oleh Penduduk Usia 16-18 Tahun di Indonesia Tahun 2006 .................................................................. 203

Gambar 4. 16. Angka Melek Aksara Penduduk Usia 15 Tahun Keatas menurut Jenis Kelamin dan Status Ekonomi di Indonesia Tahun 2006 ......... 204

Page 19: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

- xviii -

Gambar 4. 17. Angka Melek Aksara Penduduk Usia 15 Tahun Keatas menurut Jenis Kelamin Per Provinsi Tahun 2006 .......................................... 205

Gambar 4. 18. Perkiraan Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun Keatas menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah di Indonesia Tahun 2006 ....................... 206

Gambar 4. 19. Persentase Akses Air Bersih di Indonesia Tahun 1994-2007 .......... 207

Gambar 4. 20. Akses Penduduk Terhadap Air Minum di Indonesia Tahun 2000-2006. ....................................................................................... 209

Gambar 4. 21. Cakupan Air Bersih Berdasarkan Kuintil Pendapatan di Indonesia Tahun 2000-2007 ............................................................................. 209

Gambar 4. 22. Persentase Akses Sanitasi Layak di Indonesia Tahun 1992-2007 ... 210

Gambar 4. 23. Tren Penduduk Tanpa Akses Sanitasi Layak di Indonesia Tahun 2000-2006 ........................................................................................ 211

Gambar 4. 24. Cakupan Sanitasi Berdasar Kuintil Pendapatan di Indonesia Tahun 2000-2007 ........................................................................................ 212

Gambar 4. 25. Perbandingan antara Persentase Penduduk Miskin dan Akses Terhadap Air Minum dan Sanitasi Per Provinsi Tahun 2006 .......... 213

Gambar 4. 26. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas yang Merokok di Indonesia Tahun 1995-2007 ............................................................ 214

Gambar 4. 27. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas yang Merokok Setiap Hari Per Provinsi Tahun 2007 ............................................... 215

Gambar 4. 28. Prevalensi Kurang Aktifitas Fisik Per Provinsi Tahun 2007 ........... 218

Gambar 4. 29. Prevalensi Kurang Makan Buah dan Sayur di Indonesia Tahun 2007 ...................................................................................... 224

Gambar 4. 30. Jumlah Kasus Keracunan Makanan di Indonesia Tahun 2001-2005 ........................................................................................ 226

Gambar 4. 31. Jumlah Penderita Keracunan Makanan di Indonesia Tahun 2001-2005 ........................................................................................ 226

Page 20: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 1 -

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Data dan informasi sangat diperlukan dalam perencanaan dan perumusan

kebijakan pembangunan. Penyediaan data secara umum dilakukan oleh Badan Pusat

Statistik (BPS), akan tetapi data yang berhubungan dengan bidang kesehatan dan gizi

masyarakat atau data spesifik dilaksanakan oleh masing-masing kementerian/ lembaga.

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas, sesuai dengan Keputusan Menneg

PPN/Kepala Bappenas No. PER-01/M.BAPPENAS/08/2005 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional, Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi, sinkronisasi pelaksanaan

penyusunan dan evaluasi perencanaan pembangunan nasional di bidang kesehatan dan

gizi masyarakat, serta pemantauan dan penilaian atas pelaksanaannya.

Untuk mendukung kegiatan perencanaan, sejak tahun 2005, Direktorat Kesehatan

dan Gizi Masyarakat telah mulai mengembangkan sistem Database Pembangunan

Kesehatan dan Gizi Masyarakat. Kegiatan dimulai dari survey di lapangan mengenai

ketersediaan data, melakukan pengelompokan data dan menyusun data dari berbagai

sumber menurut kelompok indikator. Pada tahun 2007, data yang semula dalam bentuk

MS Word dan MS Excell mulai di digitalisasi ke dalam sebuah software yang berfungsi

sebagai repository dan sekaligus bisa ditampilkan dalam bentuk peta spasial. Sedangkan

pada tahun 2008 kegiatan penyusunan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi

Masyarakat dilakukan interaksi antar data guna mendukung analisis perkembangan

pembangunan kesehatan di Indonsia, misalnya dengan melakukan korelasi, khususnya

untuk data tahun terakhir. Analisis data dilakukan untuk menunjang Backgroud Study

dalam rangka penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-

2014.

Pada Tahun 2009, dengan data yang cukup lengkap kegiatan database akan

difokuskan untuk melengkapi koleksi data yang ada dan sekaligus mulai dicoba

Page 21: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 2 -

melakukan integrasi dengan data-data yang berasal dari stakeholder antara lain yaitu dari

Departemen Kesehatan dan Badan POM. Selain itu data yang sudah lengkap dan

terintegrasi akan di analisis dan dipresentasikan secara online yang dalam rangka

mendukung penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

Tahun 2010-2014.

B. TUJUAN

Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk mengembangkan sistem database

pembangunan bidang kesehatan yang lengkap baik dari segi cakupan jenis indikator dan

tahun data, serta mencoba melakukan integrasi dengan stakeholder dan analisa tentang

trend status kesehatan masyarakat menggunakan data-data tersebut.

C. HASIL YANG DIHARAPKAN

1. Tersedianya data-data pembangunan terbaru.

2. Terintegrasi data-data bidang kesehatan dan gizi dengan stakeholder.

3. Tersedianya analisa trend indikator kunci pembangunan kesehatan.

4. Tersedianya informasi interaksi atau hubungan antar data.

5. Tersedianya bank data yang dapat diakses secara online.

6. Tersusunnya laporan pengembangan database bidang kesehatan dan gizi

masyarakat.

Page 22: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 3 -

BAB II

RUANG LINGKUP DAN METODOLOGI

A. RUANG LINGKUP

Kegiatan Penyusunan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

dimaksudkan untuk menyusun data-data indikator pembangunan kesehatan dan gizi

masyarakat secara sistematis dalam suatu wahana yang mudah diakses. Data-data yang

dikumpulkan cukup bervariasi meliputi data status kesehatan, kesakitan, kematian,

kinerja sistem kesehatan, hingga sumber daya kesehatan dan data-data lain yang terakit

sebagai determinan kesehatan seperti data demografi, pendidikan dan ekonomi.

Sumber data-data pembangunan cukup tersebar pada berbagai macam dokumen,

baik yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik, Departemen Kesehatan, Badan

Pengawasan Obat dan Makanan, Bappenas, serta dokumen-dokumen lain. Sebenarnya

data-data tersebut tersedia cukup banyak, namun tidak terkumpul dalam sebuah wadah

database yang mudah dan siap diakses setiap waktu, terutama untuk kepentingan

perencanaan di tingkat nasional. Oleh karenanya, penyusunan database ini dirancang pada

lingkup data nasional dan tingkat propinsi apabila memungkinkan. Pemilihan data

dilakukan dengan melihat kategori data indikator yang paling sering dibutuhkan pada

perencanaan, monitoring, dan evaluasi pembangunan kesehatan.

Kegiatan yang dilakukan dalam penyusunan database ini adalah:

1. INPUT DATA

Pengumpulan data-data dari berbagai sumber yang dipercaya, terutama

data kesehatan yang dianggap sebagai data kunci pada Direktorat

Kesehatan dan Gizi Masyarakat. Data tersebut akan dikumpulkan

sebagai suatu sistem database dengan menggunakan Microsoft Excel,

sehingga dapat dengan mudah untuk diakses.

Page 23: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 4 -

2. PENYUSUNAN DEVINFO

Data yang sudah dikemas dalam software Microsoft Excel tersebut

kemudian akan dilakukan pemutakhiran sistem database dengan

menginput dan menjalankannya dengan menggunakan Devinfo.

Diharapkan data tersebut dapat diakses oleh siapa saja di belahan dunia

dengan rencana meng-online kan sistem database Direktorat Kesehatan

dan Gizi Masyarakat.

3. ANALISIS SUSENAS

Banyak sumber data, antara lain BPS dan Depertemen Kesehatan yang

mempunyai data publikasi tidak sesuai dengan data kunci yang

diharapkan. Sehingga dengan asumsi tersebut, maka perlu diadakan

analisis hasil Susenas dan mengidentifikasikan trend pertumbuhan per

tahunnya.

4. DIALOG DATABASE

Tujuan dari dialog ini adalah untuk mengidentifikasi dukungan sistem

data dan informasi bagi prencanaan, pemantauan dan evaluasi

Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat khususnya mengenai

ketersediaan data indikator pembangunan kesehatan.

5. PENYUSUNAN BUKU DATABASE

Sistem Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat tahun

2009 disusun dalam suatu sistem database menggunakan Software

Devinfo. Melalui sofware ini, database pembangunan kesehatan dan

gizi masyarakat 2009 dapat diakses dalam format yang lebih lengkap

namun fleksibel.

6. PENYUSUNAN WEBSITE

Agar data dapat diakses secara online, maka perlu disediakan suatu

wadah yang dapat mengakomodir hal tersebut, antara lain dengan

adanya website yang akan memberikan akses data di manapun dan dari

manapun secara online.

Page 24: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 5 -

B. METODOLOGI

Penyusunan database pembangunan kesehatan dan gizi ini dilakukan dengan

pengumpulan data sekunder dengan memperbaharui atau melengkapi data yang telah

dikumpulkan pada tahun 2005, 2006, 2007 dan 2008. Beberapa sumber publikasi yang

digunakan antara lain adalah Proyeksi Penduduk 2005-2025 (BPS, Bappenas dan

UNFPA, 2008), dokumen-dokumen perencanaan dari Bappenas, Departemen Kesehatan

dan Departemen Keuangan, Riskesdas 2007 dan Profil Kesehatan Indonesia dari tahun

1991 sampai tahun 2008 terbitan Departemen Kesehatan. Terbitan Badan Pusat Statistik

meliputi Statistik Kesehatan, Indikator Kesejahteraan Rakyat, Statistik Kesejahteraan

Rakyat, Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), Indonesia Human

Development Report, dan lain-lain. Sedangkan sumber data meliputi Survei Sosial

Ekonomi Nasional (Susenas), Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI),

Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Statistik Potensi Desa (PODES), Survei

Kesehatan Nasional (Surkesnas), Tabulasi Khusus BPS, dan Data fasilitas dan Program

Departemen Kesehatan, Sensus Penduduk dan Survey antar Sensus Penduduk (SUPAS).

Penyusunan data-data indikator pembangunan dimulai dengan pengumpulan data

dari berbagai sumber, buku dan terbitan yang tersedia di tingkat nasional. Data-data

kemudian dipilah dan sebisa mungkin dikumpulkan secara time series hingga data tahun

terakhir yang tersedia. Selain itu untuk data tingkat propinsi terutama diambil dari data

tahun paling akhir yang tersedia. Data kemudian di input ke dalam MS Excell untuk

kemudian ditranfser ke dalam Software DeviInfo 5.0. Dengan demikian, pada laporan ini

database yang dikelola dapat dilihat dalam empat versi, yaitu versi hardcopy yang

merupakan beberapa indikator pilihan, data dalam Microsoft Excell sebagai data antara,

yang serta versi softcopy yang bisa diakses dengan DevInfo 5.0, dan akses data secara

online melalui website.

DevInfo 5.0 merupakan sebuah piranti lunak (software) yang digunakan dalam

data management serta sebagai alat bantu bagi pengguna untuk mempresentasikan data

dalam bentuk yang menarik dan mudah dimengerti. Software ini dikembangkan oleh PBB

dan merupakan pengembangan lebih lanjut dari ChildInfo, sebuah software yang

digunakan oleh UNICEF untuk menganalisa situasi anak dan perempuan. DevInfo

sebenarnya pada awalnya ditujukan sebagai alat pemantauan perkembangan dan

Page 25: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 6 -

pencapaian Millenium Development Goals (MDGs), namun karena sifatnya yang gratis

dan dapat dimodifikasi, DevInfo kemudian secara luas mulai digunakan di banyak negara

dan untuk tujuan yang lebih luas seperti perencanaan dan respon kegawat daruratan.

Sistematika penyusunan database berbeda untuk setiap produk (hardcopy, Excell

dan Devinfo), karena perbedaan tujuan kegunaan dari database tersebut. Pada hardcopy

(Buku Indikator), hanya data-data terpilih yang ditampilkan dengan tujuan kemudahan

sebagai bahan referensi. Data dalam Excell disusun menurut tingkatan data indikator, dan

sebenarnya lebih ditujukan untuk mempermudah input ke dalam Devinfo. Namun data ini

dapat digunakan sebagai referensi dalam bentuk file yang lebih mudah dibawa kemana-

mana dalam bentul digital. Sedangkan data dalam Devinfo, sifatnya lebih dinamis dan

disusun untuk berbagai keperluan, dan tentu saja bersifat digital yang memerlukan

Software Devinfo untuk mengaksesnya.

Pengelompokan data dalam laporan hardcopy sebisa mungkin disesuaikan dengan

kerangka Sistem Kesehatan Nasional1 dan Kinerja Sistem Kesehatan2 (WHO, 2004).

Dengan kerangka ini, tujuan pembangunan kesehatan (outcome) yang diharapkan dinilai

dengan indikator Status Kesehatan seperti Angka Kematian Ibu dan indikator Kesakitan

(Morbidity). Sedangkan Determinan Kesehatan merupakan faktor-faktor di luar sistem

kesehatan yang ikut menentukan status kesehatan masyarakat, misalnya tingkat

pendidikan dan kemiskinan. Indikator kinerja sistem kesehatan mengukur performance

sistem kesehatan, dalam hal adalah sektor kesehatan. Didalamnya menyakut efektifitas,

efisiensi, ketanggapan (repsonsif), kesesuaian dengan standar, dan keberlanjutan.

Dengan penyajian seperti ini diharapkan dapat membantu setiap pengguna

database dalam memperoleh gambaran komprehensif suatu indikator yang pada

umumnya sangat diperlukan. Data disajikan secara sederhana untuk kemudahan

membaca. Namun data yang dikumpulkan sebenarnya bisa lebih rinci dari dalam laporan

ini dan lebih lanjut dikelompokkan ke dalam beberapa sub-tema seperti Indikator RPJP,

RPJM, RKP dan MDGs. Pengelompokan ini dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan,

dan dapat diakses menggunakan Software DevInfo 5.0 (www.devinfo.org).

1 Departemen Kesehatan 2004. Sistem Kesehatan Nasional 2 WHO. 2000 World health Report. Health System: Measuring Performance

Page 26: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 7 -

BAB III

HASIL PELAKSANAAN

A. SISTEM DATABASE PEMBANGUNAN KGM Sistem Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat tahun 2009

disusun dalam suatu sistem database menggunakan Software Devinfo. Melalui sofware

ini, database pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat 2009 dapat diakses dalam

format yang lebih lengkap namun fleksibel.

DevInfo merupakan piranti lunak (software) untuk mengelola database yang

dibuat oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan tujuan utama sebagai alat untuk

memantau (monitoring tools) pencapaian target-target Tujuan Pembangunan Millenium

(MDGs). Dan software ini telah direkomendasikan oleh PBB untuk digunakan oleh

badan-badan di bawah PBB (UN Agency) dan bagi Negara-negara atau pihak yang ingin

memantau pencapaian MDGs. Software ini adalah software yang bebas royalty dan boleh

digunakan oleh siapa saja. Karena tujuan, dan feksibilitas program yang dapat dimofikasi

sesuasi tujuan dan preferensi pemakai, software ini mulai digunakan secara luas oleh

banyak pihak. Software ini juga dibangun diatas prinati lunak untuk spasial yaitu Arcview

dan Microsoft Office, sehingga lebih mudah untuk digunakan.

Database ini disimpan dalam format MS Acess (.mdb) sedangkan struktur-nya

disimpan dalam bentuk template (.tpl). Dalam CD terdapat

1. Instalation File DevInfo Versi 5.01

2. Manual Penggunaan DevInfo (User Modul) dalam format MS Word

3. Struktur template penyimpan data (.tpl)

4. Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat (.mdb)

Page 27: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 8 -

B. INDIKATOR PEMBANGUNAN KESEHATAN DAN GIZI

Proses input data dimulai dengan pengumpulan sumber-sumber data

dengan cara mengumpulkan buku-buku publikasi yang dipublikasikan oleh BPS,

Depkes dan Sumber lainnya. Terdapat berbagai hambatan untuk mengumpulkan

buku-buku untuk tahun 1980an, karena ternyata di BPS juga sudah tidak terdapat

lagi buku-buku tahun 1980an. Sehingga dengan keterbatasan tersebut, maka daftar

indikator yang bisa dipersembahkan dan dirangkum menjadi tidak maksimal dan

banyak ditemui kekurangan di sana-sini, terutama untuk data-data tahun 1980an.

Data yang dimasukkan adalah data-data Kesehatan yang dikumpulkan dari

berbagai sumber yang dapat dipercaya. Antara lain,

Statistik Kesejahteraan Rakyat (BPS), merupakan hasil pengumpulan data

melalui kuesioner Kor Susenas, yang dilaksanakan di seluruh wilayah

Indonesia. Data penduduk disajikan dalam bentuk tabel presentase, tiap

tabel menggolongkan populasi menurut tipe daerah dan provinsi, sehingga

pengguna data dapat melihat perbedaan tingkat kesejahteraan antara

berbagai kelompok penduduk.

Statistik Kesehatan (BPS), merupakan publikasi yang bersumber dari hasil

susenas modul Kesehatan dan Perumahan yang diterbitkan secara berkala

setiap tiga tahun. Data yang disajikan antara lain mengenai kesehatan

masyarakat secara umum, biaya kesehatan, dan data-data yang berkaitan

dengan kesehatan ibu dan anak.

Indikator Kesejahteraan Rakyat (BPS), merupakan publikasi tahunan BPS

yang menyajikan tingkat perkembangan kesejahteraan rakyat Indonesia

antar waktu dan perbandingannya antar propinsi serta daerah tempat

tinggal. Data yang digunakan bersumber dari BPS dan instansi lain di luar

BPS.

Profil Kesehatan 1990-2008 (Depkes), merupakan publikasi data-data

kesehatan di Indonesia yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan yang

memuat kejadian-kejadian penting selama tahun yang bersangkutan.

Page 28: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 9 -

Riskesdas 2007 (Depkes), yang merupakan ringkasan dari status kesehatan

dan faktor penentu kesehatan baik di tingkat nasional, provinsi maupun

kabupaten/kota.

SDKI, Podes, dan lain sebagainya.

Semua data-data dari berbagai sumber tersebut diatas di input ke dalam Microsoft

Office Excel untuk database dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Dalam Input data, dilakukan pengelompokan-pengelompokan terhadap variabel

tertentu, sehingga nama-nama variabel tersebut menjadi terstruktur dan dapat

dibaca dengan mudah. Pengelompokan Variabel:

1. STATUS KESEHATAN

Status Kesehatan

- Angka Kematian

Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka Kematian Balita (AKBA)

Angka Kematian Ibu (AKI)

Angka Kematian Neonatal

Angka Kematian Kasar

- Angka Kesakitan

Penyakit Menular

Penyakit Tidak Menular

- Status Gizi

Prevalensi Kekurangan Gizi Pada Anak Balita

Prevalensi Stunting Pada Anak Balita

Prevalensi Wasting Pada Anak Balita

Prevalensi Gizi Lebih Pada Balita

Prevalensi Gizi Lebih Diatas 15 Tahun

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

- Umur Harapan Hidup (UHH)

Perlindungan Finansial

- Cakupan Asuransi Kesehatan

- Pengeluaran Per Kapita untuk Kesehatan

Page 29: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 10 -

- Pengeluaran Katastropik

Ketanggapan

- Kepuasan Terhadap Pelayanan Kesehatan

- Jarak ke Sarana Kesehatan

- Waktu Tempuh ke Sarana Kesehatan\

2. KINERJA KESEHATAN

Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Terlatih

Cakupan K1 dan K4

Cakupan Kunjungan Neonatus

Cakupan Imunisasi dasar

Cakupan Imunisasi Campak

Anak yang Tidak Diimunisasi

Cakupan Imunisasi pada Ibu

ASI Eksklusif

Konsumsi Garam Beryodium

Konsumsi Kapsul Vitamin A

Konsumsi Tablet Besi

Prevalensi Penggunaan Kontrasepsi (CPR)

Persentase Unmetneed

3. SUMBER DAYA KESEHATAN

SDM Kesehatan

Puskesmas dan Jaringannya

Rumah Sakit

UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat)

Pembiayaan Kesehatan

- Anggaran Kesehatan Total Bersumber APBN

- Persentase Anggaran Kesehatan Dengan GDP

- Persentase Anggaran Kesehatan Dengan APBD

- Anggaran Kesehatan Bersumber APBD

Page 30: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 11 -

- Distribusi Anggaran menurut Program

- Distribusi Anggaran Menurut Provinsi

- Anggaran DAK

- Distribusi Anggaran Menurut Jenis Pengeluaran

- Perbandingan Anggaran RI dengan Negara Lain

- Anggaran Kesehatan Bersumber PHLN

4. DETERMINAN KESEHATAN

Penduduk

Kemiskinan

Pendidikan

Akses ke Air Bersih

Akses ke Sanitasi

Merokok

Aktifitas Fisik

Konsumsi Kalori dan Protein

Konsumsi Sayur dan Buah

Keracunan Makanan

Hampir semua sumber dari daftar indikator tersebut berasal dari Profil Kesehatan

dan Riskesdas 2007, namun ada pula penyempurnaan-penyempurnaan pengisian

data yang berasal dari sumber lain, contohnya SDKI, Susenas atau MDG.

Page 31: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 12 -

DATA INDIKATOR PEMBANGUNAN KESEHATAN

2009

Page 32: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 13 -

A. STATUS KESEHATAN

Page 33: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 14 -

1. STATUS KESEHATAN

1.1. ANGKA KEMATIAN 1.1.1. ANGKA KEMATIAN IBU (AKI)

Jumlah ibu yang meninggal setiap tahun karena penyebab yang terkait dengan kehamilan pada saat ibu hamil atau 42 hari setelah kehamilan, per 100.000 kelahiran hidup

GAMBAR 1.1

Angka Kematian Ibu (Per 100.000 Kelahiran Hidup) Di Indonesia Tahun 1994 - 2007

Sumber : SDKI, berbagai tahun

Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007 menyebutkan bahwa

AKI tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini turun

dibandingkan AKI tahun 2002 yang mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup.

Pada gambar 1.1 diatas nampak bahwa AKI pada periode 1992-2007 menampilkan

kecenderungan penurunan.

390

334307

228 226

102

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

1994 1997 2002 2007 2009 2015

Tahun

AK

I Per

100

.000

KH

MDG Target

Sasaran RPJM

Page 34: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 15 -

1.1.2. ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA)

Probabilitas bayi meninggal antara kelahiran hingga usia lima tahun, per 1.000 kelahiran hidup

GAMBAR 1.2 Angka Kematian Balita (Per 1.000 Kelahiran Hidup)

Di Indonesia Tahun 1971 - 2007

Angka Kematian Anak Balita

218

162

10997

81

5846 44

32

0

50

100

150

200

250

1971 1980 1990 1991 1994 1997 2003 2007 2009 2012 2015

Per 1

.000

kel

ahira

n hi

dup

Sensus Penduduk SDKI Target MDG 2015

Target MDG 2015: 32

Sumber: SDKI

Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa AKABA pada

tahun 2007 sebesar 44 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini lebih rendah

dibandingkan AKABA pada tahun 2002-2003 yang sebesar 46 per 1.000 kelahiran

hidup. Gambaran perkembangan AKABA pada tahun 1971-2007 disajikan pada

gambar 1.2 diatas.

Page 35: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 16 -

TABEL 1.1 Angka Kematian Balita (Per 1.000 Kelahiran Hidup)

Per Provinsi Tahun 2007

Propinsi AKBA Propinsi AKBA

Nangroe Aceh Darussalam 45 Nusa Tenggara Barat 92 Sumatera Utara 67 Nusa Tenggara Timur 80 Sumatera Barat 62 Kalimantan Barat 59 Riau 47 Kalimantan Tengah 34 Jambi 47 Kalimantan Selatan 75 Sumatera Selatan 52 Kalimantan Timur 38 Bengkulu 65 Sulawesi Utara 43 Lampung 55 Sulawesi Tengah 69 Bangka Belitung 46 Sulawesi Selatan 58 Kepulauan Riau 58 Sulawesi Tenggara 62 DKI Jakarta 36 Gorontalo 69 Jawa Barat 49 Sulawesi Barat 96 Jawa Tengah 32 Maluku 93 D.I. Yogyakarta 22 Maluku Utara 74 Jawa Timur 45 Papua 64 Banten 58 Irian Jaya Barat 62 Bali 38

Indonesia 44 Sumber : SDKI 2007

GAMBAR 1.3

Peta penyebaran Angka Kematian Balita (Per 1.000 Kelahiran Hidup) Per Provinsi Tahun 2007

Sumber : SDKI 2007

Page 36: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 17 -

GAMBAR 1.4 Angka Kematian Balita (Per 1.000 Kelahiran Hidup)

Per Provinsi Tahun 2007

Sumber : SDKI 2007

Provinsi dengan AKABA tertinggi adalah Sulawesi Barat sebesar 96 per 1.000

kelahiran hidup, diikuti oleh Maluku sebesar 93 dan Nusa Tenggara Barat sebesar

92 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKABA terendah dimiliki oleh Provinsi

DIY sebesar 22 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti oleh Jawa Tengah sebesar 32 dan

Kalimantan Tengah sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup.

ANGKA KEMATIAN ANAK BALITA

969392

807574

6969

6765

64626262

59585858

5552

49474746454544

433838

3634

3222

0 20 40 60 80 100 120

Sulawesi BaratM aluku

NTBNTT

Kalimantan SelatanM aluku Utara

Sulawesi TengahGorontalo

Sumatera UtaraBengkulu

PapuaSumatera Barat

Sulawesi TenggaraIrian Jaya Barat

Kalimantan BaratKepulauan Riau

BantenSulawesi Selatan

LampungSumatera Selatan

Jawa BaratRiau

JambiKep Bangka Belitung

Nanggroe Aceh DarussalamJawa Timur

IndonesiaSulawesi Utara

BaliKalimantan Timur

DKI JakartaKalimantan Tengah

Jawa TengahDI Yogyakarta

Page 37: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 18 -

GAMBAR 1.5 Angka Kematian Balita (Per 1.000 Kelahiran Hidup)

Wilayah Sumatera Tahun 2007

SUMATERA

No. Propinsi AKABA

1 NAD 45

2 Sumatera Utara 67

3 Sumatera Barat 62

4 Riau 47

5 Jambi 47

6 Sumatera Selatan 52

7 Bengkulu 65

8 Lampung 55

9 Bangka Belitung 46

10 Kepulauan Riau 58

Angka Kematian Balita (Per 1.000 Kelahiran Hidup)di Pulau Sumatera Tahun 2007

67 6562

58 5552

47 47 46 45

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Sum

ater

aU

tara

Beng

kulu

Sum

ater

aBa

rat

Kepu

laua

nR

iau

Lam

pung

Sum

ater

aSe

lata

n

Ria

u

Jam

bi

Bang

kaBe

litun

g

NAD

Per 1

.000

Kel

ahira

n H

idup

Angka Nasional44

Sumber : SDKI 2007

Page 38: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 19 -

GAMBAR 1.6 Angka Kematian Balita (Per 1.000 Kelahiran Hidup)

Wilayah Jawa-Bali Tahun 2007 JAWA-BALI

No. Propinsi AKABA

1 DKI Jakarta 36

2 Jawa Barat 49

3 Jawa Tengah 32

4 D.I. Yogyakarta 22

5 Jawa Timur 45

6 Banten 58

7 Bali 38

Angka Kematian Balita (Per 1.000 Kelahiran Hidup)di Pulau Jawa-Bali Tahun 2007

58

4945

38 3632

22

0

10

20

30

40

50

60

70

Banten Jawa Barat Jawa Timur Bali DKI Jakarta Jawa Tengah D.I.Yogyakarta

Per 1

.000

Kel

ahir

an H

idup

Angka Nasional44

Sumber : SDKI 2007

Page 39: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 20 -

GAMBAR 1.7 Angka Kematian Balita (Per 1.000 Kelahiran Hidup)

Wilayah Nusa Tenggara Tahun 2007 NUSA TENGGARA

No. Propinsi AKABA

1 Nusa Tenggara Barat 92

2 Nusa Tenggara Timur 80

Angka Kematian Balita (Per 1.000 Kelahiran Hidup)di Pulau Nusa Tenggara Tahun 2007

92

80

74

76

78

80

82

84

86

88

90

92

94

Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur

Per 1

.000

Kel

ahira

n Hi

dup

Sumber : SDKI 2007

Page 40: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 21 -

GAMBAR 1.8 Angka Kematian Balita (Per 1.000 Kelahiran Hidup)

Wilayah Kalimantan Tahun 2007 KALIMANTAN

No. Propinsi AKABA

1 Kalimantan Barat 59

2 Kalimantan Tengah 34

3 Kalimantan Selatan 75

4 Kalimantan Timur 38

Angka Kematian Balita (Per 1.000 Kelahiran Hidup)di Pulau Kalimantan Tahun 2007

75

59

3834

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Kalimantan Selatan Kalimantan Barat Kalimantan Timur Kalimantan Tengah

Per 1.

000

Kela

hira

n Hi

dup

Angka Nasional44

Sumber : SDKI 2007

Page 41: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 22 -

GAMBAR 1.9 Angka Kematian Balita (Per 1.000 Kelahiran Hidup)

Wilayah Sulawesi Tahun 2007 SULAWESI

No. Propinsi AKABA

1 Sulawesi Utara 43

2 Sulawesi Tengah 69

3 Sulawesi Selatan 58

4 Sulawesi Tenggara 62

5 Gorontalo 69

6 Sulawesi Barat 96

Angka Kematian Balita (Per 1.000 Kelahiran Hidup)di Pulau Sulawesi Tahun 2007

96

69 6962

58

43

0

20

40

60

80

100

120

Sulawesi Barat SulawesiTengah

Gorontalo SulawesiTenggara

SulawesiSelatan

Sulawesi Utara

Per 1

.000

Kel

ahiran

Hid

up

Angka Nasional44

Sumber : SDKI 2007

Page 42: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 23 -

GAMBAR 1.10 Angka Kematian Balita (Per 1.000 Kelahiran Hidup)

Wilayah Maluku Tahun 2007 MALUKU

No. Propinsi AKABA

1 Maluku 93

2 Maluku Utara 74

Angka Kematian Balita (Per 1.000 Kelahiran Hidup)di Pulau Maluku Tahun 2007

93

74

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Maluku Maluku Utara

Per

1.0

00 K

elah

iran

Hid

up

Sumber : SDKI 2007

Page 43: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 24 -

GAMBAR 1.11 Angka Kematian Balita (Per 1.000 Kelahiran Hidup)

Wilayah Papua Tahun 2007 PAPUA

No. Propinsi AKABA

1 Papua 64

2 Irian Jaya Barat 62

Angka Kematian Balita (Per 1.000 Kelahiran Hidup)di Pulau Papua Tahun 2007

64

62

61

62

62

63

63

64

64

65

Papua Irian Jaya Barat

Per

1.0

00 K

elah

iran

Hid

up

Sumber : SDKI 2007

Page 44: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 25 -

1.1.3. ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB)

Probabilitas bayi meninggal antara kelahiran hingga usia satu tahun per 1.000 kelahiran hidup

GAMBAR 1.12

Angka Kematian Bayi (Per 1.000 Kelahiran Hidup) Di Indonesia Tahun 1971 - 2007

Angka Kematian Bayi

145

109

7157

4635 34

2326

0

40

80

120

160

1971 1980 1990 1994 1997 2003 2007 2009 2012 2015

Per

1.0

00 k

elah

iran

hid

up

Inkesra SDKI

Sumber: SDKI Badan Pusat Statistik melalui Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia

mengestimasikan indikasi penurunan dari tahun ke tahun, Angka Kematian Bayi

pada tahun 2007 sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun

jika dibandingkan dengan AKB tahun 2002-2003 yang sebesar 35 per 1.000

kelahiran hidup.

Target MDG 2015: 23 Target RPJM 2009: 26

Page 45: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 26 -

GAMBAR 1.13 Angka Kematian Bayi (Per 1.000 Kelahiran Hidup)

Berdasarkan Kuintil Pendapatan Tahun 2007

3329 26

47

56

0

10

20

30

40

50

60

Q1 Q2 Q3 Q4 Q5

Sumber: SDKI

TABEL 1.2

Angka Kematian Bayi (Per 1.000 Kelahiran Hidup) Per Provinsi Tahun 2007

Propinsi AKB Propinsi AKB

Nangroe Aceh Darussalam 25 Nusa Tenggara Barat 72 Sumatera Utara 46 Nusa Tenggara Timur 57 Sumatera Barat 47 Kalimantan Barat 46 Riau 37 Kalimantan Tengah 30 Jambi 39 Kalimantan Selatan 58 Sumatera Selatan 42 Kalimantan Timur 26 Bengkulu 46 Sulawesi Utara 35 Lampung 43 Sulawesi Tengah 60 Bangka Belitung 39 Sulawesi Selatan 41 Kepulauan Riau 43 Sulawesi Tenggara 41 DKI Jakarta 28 Gorontalo 52 Jawa Barat 39 Sulawesi Barat 74 Jawa Tengah 26 Maluku 59 D.I. Yogyakarta 19 Maluku Utara 51 Jawa Timur 35 Papua 41 Banten 46 Irian Jaya Barat 36 Bali 34

Indonesia 34 Sumber: SDKI 2007

Page 46: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 27 -

GAMBAR 1.14 Peta Penyebaran Angka Kematian Bayi (Per 1.000 Kelahiran Hidup)

Per Provinsi Tahun 2007

Sumber : SDKI 2007

GAMBAR 1.15

Angka Kematian Bayi (Per 1.000 Kelahiran Hidup) Per Provinsi Tahun 2007

Sumber : SDKI 2007

ANGKA KEMATIAN BAYI

7472

6059

5857

5251

4746464646

4343

42414141

393939

3736

3535

3434

3028

2626

2519

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Sulawesi BaratNTB

Sulawesi TengahM aluku

Kalimantan SelatanNTT

GorontaloM aluku Utara

Sumatera BaratSumatera Utara

BengkuluBanten

Kalimantan BaratLampung

Kepulauan RiauSumatera SelatanSulawesi Selatan

Sulawesi TenggaraPapuaJambi

Kep Bangka BelitungJawa Barat

RiauIrian Jaya Barat

Jawa TimurSulawesi Utara

BaliIndonesia

Kalimantan TengahDKI Jakarta

Jawa TengahKalimantan Timur

Nanggroe Aceh DarussalamDI Yogyakarta

Page 47: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 28 -

AKB pada tahun 2007 menunjukkan angka terendah dimiliki oleh provinsi DIY

sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti Nanggroe Aceh Darussalam sebesar

25 per 1.000 kelahiran hidup dan Kalimantan Timur sebesar 26 per 1.000 kelahiran

hidup. Sedangkan AKB tertinggi dimiliki oleh Provinsi Sulawesi Barat sebesar 74

dan Nusa Tenggara Barat sebesar 72 per 1.000 kelahiran hidup.

GAMBAR 1.16 Angka Kematian Bayi (Per 1.000 Kelahiran Hidup)

Per Provinsi Tahun 2007

Angka Kematian Bayi (Per 1.000 Kelahiran Hidup)Per Provinsi Tahun 2007

25

46 47

37 39 4246 43

3943

28

39

2619

35

46

34

72

57

46

30

58

26

35

60

41 41

52

74

5951

4136 34

0

10

20

30

40

50

60

70

80

NAD

Sum

ater

a U

tara

Sum

ater

a Ba

rat

Ria

uJa

mbi

Sum

ater

a Se

lata

nBe

ngku

luLa

mpu

ngBa

ngka

Bel

itung

Kepu

laua

n R

iau

DKI

Jak

arta

Jaw

a Ba

rat

Jaw

a Te

ngah

D.I.

Yog

yaka

rtaJa

wa

Tim

urBa

nten Ba

liN

usa

Teng

gara

Bar

atN

usa

Teng

gara

Tim

urKa

liman

tan

Bara

tKa

liman

tan

Teng

ahKa

liman

tan

Sela

tan

Kalim

anta

n Ti

mur

Sula

wes

i Uta

raSu

law

esi T

enga

hSu

law

esi S

elat

anSu

law

esi T

engg

ara

Gor

onta

loSu

law

esi B

arat

Mal

uku

Mal

uku

Uta

raPa

pua

Irian

Jay

a Ba

rat

IND

ON

ESIA

Per

1.0

00 K

elah

iran

Hid

up

Angka Nasional34

Sumber : SDKI 2007

Page 48: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 29 -

GAMBAR 1.17 Angka Kematian Bayi (Per 1.000 Kelahiran Hidup)

Wilayah Sumatera Tahun 2007 SUMATERA

No. Propinsi AKB

1 NAD 25

2 Sumatera Utara 46

3 Sumatera Barat 47

4 Riau 37

5 Jambi 39

6 Sumatera Selatan 42

7 Bengkulu 46

8 Lampung 43

9 Bangka Belitung 39

10 Kepulauan Riau 43

Angka Kematian Bayi (Per 1.000 Kelahiran Hidup)di Pulau Sumatera Tahun 2007

47 46 4643 43 42

39 3937

25

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Sum

ater

a

Bara

t

Sum

ater

a

Uta

ra

Beng

kulu

Lam

pung

Kepu

laua

n

Ria

u

Sum

ater

a

Sela

tan

Jam

bi

Bang

ka

Belitun

g

Ria

u

NAD

Per 1

.000

Kel

ahira

n Hid

up

Angka Nasional34

Sumber : SDKI 2007

Page 49: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 30 -

GAMBAR 1.18 Angka Kematian Bayi (Per 1.000 Kelahiran Hidup)

Wilayah Jawa-Bali Tahun 2007 JAWA-BALI

No. Propinsi AKB

1 DKI Jakarta 28

2 Jawa Barat 39

3 Jawa Tengah 26

4 D.I. Yogyakarta 19

5 Jawa Timur 35

6 Banten 46

7 Bali 34

Angka Kematian Bayi (Per 1.000 Kelahiran Hidup)di Pulau Jawa-Bali Tahun 2007

46

3935 34

2826

19

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Banten Jawa Barat Jawa Timur Bali DKI Jakarta Jawa Tengah D.I.Yogyakarta

Per 1

.000

Kel

ahir

an H

idup

Angka Nasional34

Sumber : SDKI 2007

Page 50: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 31 -

GAMBAR 1.19 Angka Kematian Bayi (Per 1.000 Kelahiran Hidup)

Wilayah Nusa Tenggara Tahun 2007 NUSA TENGGARA

No. Propinsi AKB

1 Nusa Tenggara Barat 72

2 Nusa Tenggara Timur 57

Angka Kematian Bayi (Per 1.000 Kelahiran Hidup)di Pulau Nusa Tenggara Tahun 2007

72

57

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur

Per

1.0

00 K

elah

iran

Hid

up

Angka Nasional34

Sumber : SDKI 2007

Page 51: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 32 -

GAMBAR 1.20 Angka Kematian Bayi (Per 1.000 Kelahiran Hidup)

Wilayah Kalimantan Tahun 2007 KALIMANTAN

No. Propinsi AKB

1 Kalimantan Barat 46

2 Kalimantan Tengah 30

3 Kalimantan Selatan 58

4 Kalimantan Timur 26

Angka Kematian Bayi (Per 1.000 Kelahiran Hidup)di Pulau Kalimantan Tahun 2007

58

46

3026

0

10

20

30

40

50

60

70

Kalimantan Selatan Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur

Per

1.00

0 Ke

lahi

ran

Hidu

p

Angka Nasional34

Sumber : SDKI 2007

Page 52: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 33 -

GAMBAR 1.21 Angka Kematian Bayi (Per 1.000 Kelahiran Hidup)

Wilayah Sulawesi Tahun 2007 SULAWESI

No. Propinsi AKB

1 Sulawesi Utara 35

2 Sulawesi Tengah 60

3 Sulawesi Selatan 41

4 Sulawesi Tenggara 41

5 Gorontalo 52

6 Sulawesi Barat 74

Angka Kematian Bayi (Per 1.000 Kelahiran Hidup)di Pulau Sulawesi Tahun 2007

74

60

52

41 4135

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Sulawesi Barat SulawesiTengah

Gorontalo SulawesiSelatan

SulawesiTenggara

Sulawesi Utara

Per

1.00

0 K

elah

iran

Hidu

p Angka Nasional34

Sumber : SDKI 2007

Page 53: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 34 -

GAMBAR 1.22 Angka Kematian Bayi (Per 1.000 Kelahiran Hidup)

Wilayah Maluku Tahun 2007 MALUKU

No. Propinsi AKB

1 Maluku 59

2 Maluku Utara 51

Angka Kematian Bayi (Per 1.000 Kelahiran Hidup)di Pulau Maluku Tahun 2007

59

51

46

48

50

52

54

56

58

60

Maluku Maluku Utara

Per 1.

000

Kela

hira

n Hid

up

Sumber : SDKI 2007

Page 54: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 35 -

GAMBAR 1.23 Angka Kematian Bayi (Per 1.000 Kelahiran Hidup)

Wilayah Papua Tahun 2007 PAPUA

No. Propinsi AKB

1 Papua 41

2 Irian Jaya Barat 36

Angka Kematian Bayi (Per 1.000 Kelahiran Hidup)di Pulau Papua Tahun 2007

41

36

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

Papua Irian Jaya Barat

Per

1.00

0 Ke

lahi

ran

Hidu

p

Angka Nasional34

Sumber : SDKI 2007

Page 55: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 36 -

1.1.4. ANGKA KEMATIAN NEONATAL

Probabilitas meninggal dalam bulan pertama setelah lahir, per 1.000 kelahiran hidup

GAMBAR 1.24

Angka Kematian Neonatal (Per 1.000 Kelahiran Hidup) Di Indonesia Tahun 1991 - 2007

Sumber : SDKI

Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007 menyebutkan

bahwa AKN tahun 2007 sebesar 20 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sama

jika dibandingkan AKN tahun 2002-2003 yang juga menunjukkan angka sebesar

20 per 1.000 kelahiran hidup. Namun jika dilihat tren dari tahun ke tahun, Angka

Kematian Neonatal di Indonesia menunjukkan tren penurunan. Pada gambar 1.8

diatas nampak bahwa AKN pada periode 1991-2007 menampilkan kecenderungan

penurunan.

TREN KEMATIAN NEONATALper 1.000 kelahiran hidup

2632 30

20 19

05

101520253035

1991 1994 1997 2000 2003 2007

Tren SDKI

Page 56: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 37 -

TABEL 1.3 Angka Kematian Neonatal (Per 1.000 Kelahiran Hidup)

Per Provinsi Tahun 2007

Propinsi Kematian Neonatal Propinsi Kematian

Neonatal Nangroe Aceh Darussalam 11 Nusa Tenggara Barat 38 Sumatera Utara 22 Nusa Tenggara Timur 26 Sumatera Barat 13 Kalimantan Barat 23 Riau 8 Kalimantan Tengah 17 Jambi 15 Kalimantan Selatan 19 Sumatera Selatan 17 Kalimantan Timur 11 Bengkulu 29 Sulawesi Utara 11 Lampung 16 Sulawesi Tengah 31 Bangka Belitung 19 Sulawesi Selatan 19 Kepulauan Riau 25 Sulawesi Tenggara 25 DKI Jakarta 13 Gorontalo 31 Jawa Barat 19 Sulawesi Barat 27 Jawa Tengah 12 Maluku 34 D.I. Yogyakarta 3 Maluku Utara 19 Jawa Timur 14 Papua 16 Banten 21 Irian Jaya Barat 17 Bali 19 Indonesia 19

Sumber : SDKI 2007

GAMBAR 1.25 Peta Penyebaran Angka Kematian Neonatal (Per 1.000 Kelahiran Hidup)

Per Provinsi Tahun 2007

Sumber : SDKI 2007

Page 57: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 38 -

GAMBAR 1.26 Angka Kematian Neonatal (Per 1.000 Kelahiran Hidup)

Per Provinsi Tahun 2007

Sumber : SDKI 2007

Angka Kematian Neonatal (AKN) pada tahun 2007 menunjukkan angka terendah

dimiliki oleh provinsi DIY sebesar 3 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti Riau

sebesar 8 per 1.000 kelahiran hidup dan Sulawesi Utara, Kalimantan Timur dan

Nanggroe Aceh Darussalam sebesar 11 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKN

tertinggi dimiliki oleh Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 38 dan Maluku

sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup.

KEMATIAN NEONATAL

3834

3131

2927

262525

2322

2119191919191919

171717

1616

1514

1313

12111111

83

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Nusa Tenggara BaratM aluku

Sulawesi TengahGorontaloBengkulu

Sulawesi BaratNusa Tenggara Timur

Kepulauan RiauSulawesi Tenggara

Kalimantan BaratSumatera Utara

BantenBangka Belitung

Jawa BaratBali

Kalimantan SelatanSulawesi Selatan

M aluku UtaraIndonesia

Sumatera SelatanKalimantan Tengah

Irian Jaya BaratLampung

PapuaJambi

Jawa TimurSumatera Barat

DKI JakartaJawa Tengah

Nangroe AcehKalimantan Timur

Sulawesi UtaraRiau

D.I. YogyakartaP

ropi

nsi

SDKI 2007

Page 58: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 39 -

1.1.5. ANGKA KEMATIAN KASAR

Angka yang menunjukkan berapa besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1.000 penduduk, angka ini disebut kasar karena belum memperhitungkan umur penduduk.

GAMBAR 1.27 Angka Kematian Kasar (Per 1.000 Penduduk)

Di Indonesia Tahun 2000 - 2008

Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025 (BPS,Bappneas,UNFPA, 2005)

Angka Kematian Kasar (AKK) yang diestimasikan berdasarkan hasil Proyeksi Penduduk

Indonesia 2000-2025, menyebutkan bahwa AKK tahun 2008 sebesar 6,3 per 1.000

penduduk. Angka ini menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun sejak tahun 2000.

Angka Kematian Kasar

7.06.9

6.86.7 6.7

6.66.5

6.46.3

5.8

6.0

6.2

6.4

6.6

6.8

7.0

7.2

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Per 1

.000

Pen

dudu

k

Page 59: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 40 -

TABEL 1.4 Angka Kematian Kasar (Per 1.000 Penduduk)

Per Provinsi Tahun 2008

Propinsi Angka

Kematian Kasar

Propinsi Angka

Kematian Kasar

Nangroe Aceh Darussalam 5.4 Nusa Tenggara Barat 6.7 Sumatera Utara 4.8 Nusa Tenggara Timur 5.6 Sumatera Barat 6.8 Kalimantan Barat 4.5 Riau 2.5 Kalimantan Tengah 4.5 Jambi 4.8 Kalimantan Selatan 5.7 Sumatera Selatan 5.1 Kalimantan Timur 3.5 Bengkulu 5.0 Sulawesi Utara 5.1 Lampung 4.8 Sulawesi Tengah 5.5 Bangka Belitung 5.8 Sulawesi Selatan 6.4 Kepulauan Riau - Sulawesi Tenggara 5.0 DKI Jakarta 4.0 Gorontalo 5.1 Jawa Barat 6.3 Sulawesi Barat - Jawa Tengah 5.2 Maluku 5.9 D.I. Yogyakarta 7.9 Maluku Utara 5.5 Jawa Timur 7.2 Papua 3.0 Banten 4.8 Irian Jaya Barat - Bali 6.2

Indonesia 6,3 Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025 (BPS,Bappneas,UNFPA, 2005

GAMBAR 1.28

Peta Penyebaran Angka Kematian Kasar (Per 1.000 Penduduk) Per Provinsi Tahun 2008

Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025 (BPS,Bappneas,UNFPA, 2005)

Page 60: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 41 -

GAMBAR 1.29 Angka Kematian Kasar (Per 1.000 Penduduk)

Per Provinsi Tahun 2008

Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025 (BPS,Bappneas,UNFPA, 2005)

Angka Kematian Kasar (AKK) pada tahun 2008 menunjukkan angka terendah

dimiliki oleh provinsi Riau sebesar 2,5 per 1.000 penduduk, diikuti Papua sebesar

3,0 per 1.000 penduduk dan Kalimantan Timur sebesar 3,5 per 1.000 penduduk.

Sedangkan AKK tertinggi dimiliki oleh Provinsi DIY sebesar 7,9 dan Jawa Timur

sebesar 7,2 per 1.000 penduduk.

7.97.2

6.86.7

6.46.36.3

6.25.9

5.85.7

5.65.55.5

5.45.2

5.15.15.1

5.05.0

4.84.84.84.8

4.54.5

4.03.5

3.02.5

0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0

DIYJATIM

SUM BAR NTB

SULSELJABAR

INDONESIABALI

M ALUKUKEP.BABEL

KALSELNTT

SULTENGM ALUT

NADJATENGSUM SEL

SULUTGORONTALO

BENGKULUSULTRASUM UT

JAM BILAM PUNG

BANTENKALBAR

KALTENGDKI

KALTIMPAPUA

RIAU

Page 61: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 42 -

1.2. ANGKA KESAKITAN

1.2.1. PENYAKIT MENULAR

1.2.1.1. TUBERKULOSIS

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai

organ tubuh lainnya.

GAMBAR 1.30 Prevalensi Tuberkulosis (Per 100.000 Penduduk)

Tahun 1980 - 2004

Prevalensi TB

422

255

433

321311

146

342

217203

67

246

125

0

100

200

300

400

500

Sumatra Kawasan TimurIndonesia

Jawa Bali Nasional

SS+

per 1

00.0

00 p

endu

duk

1980 1990 2004

Sumber : Depkes

Angka penemuan kasus TB/ Case Detection Rate (CDR) adalah persentase kasus

infeksi tuberculosis baru yang dideteksi dengan metode directly observed

treatment short course (DOTS) dan strategi perawatan.

Dari Gambar 1.14 terlihat bahwa angka Prevalensi Tuberkulosis di berbagai

kawasan di Indonesia menunjukkan angka penurunan dari tahun 1980 sampai

dengan tahun 2004.

Page 62: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 43 -

GAMBAR 1.31 Penemuan Kasus Baru Tuberkulosis di Indonesia (Persen)

Tahun 1995 - 2008

Angka Penemuan Kasus TB

15 8

1219 20 20

2938

5458

7669

73

0

20

40

60

80

100

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

Pers

en

Sumber : Profil Kesehatan 2008

Jika dilakukan pengamatan selama periode 1995-2008, cakupan penemuan penderita

TB menunjukkan peningkatan. Namun terdapat penurunan tingkat penemuan kasus

pada tahun 2007, dari 76% menjadi 69% dan kemudian naik kembali menjadi 73%

pada tahun 2008. Gambar diatas menunjukkan tren CDR selama periode 1995-2008.

TABEL 1.5

Hasil Cakupan Penemuan Penderita TB Tahun 2001-2008

Tahun

Penemuan Kasus

BTA Pos BTA Neg Rotgen Positive

Ekstra Paru

TB Anak All Cases Jumlah

Estimasi Target Realisasi

Kambuh % CDR Abs. %CDR Abs.

2001 269,078 30 80,723 20 53,780 2,882 31,377 1,727 89,706

2002 25,997 40 103,988 29 76,230 3,731 72,219 3,008 155,188

2003 241,104 50 120,552 38 92,516 4.07 77,102 3,974 177,662

2004 248,877 60 149,326 54 128,981 4,429 76,981 4,267 214,658

2005 233,115 70 163,181 68 158,640 4,446 85,373 6,142 5,360 259,969

2006 231,645 70 162,152 76 175,320 4,227 91,029 7,013 1,884 277,589

2007 232,358 70 162,651 69 160,617 3,915 102,630 8,048 26,492 275,210

2008 228,485 70 161,539 73 166,376 3,294 107,005 9,016 30,728 298,329 Sumber : Profil Kesehatan 2008

Page 63: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 44 -

Proporsi kasus baru BTA positif menurut jenis kelamin di Indonesia pada tahun 2005

sampai tahun 2008 tidak banyak berubah, laki-laki berkisar 57-59% dan perempuan

berkisar 40-43%.

GAMBAR 1.32 Proporsi Kasus Baru BTA Positif Menurut Jenis Kelamin

Di Indonesia Tahun 2005-2008

58.7 59.1 58.8

41.3 40.943.7

41.2

57.3

30.0

35.0

40.0

45.0

50.0

55.0

60.0

65.0

2005 2006 2007 2008

Laki-laki Perempuan

Sumber : Profil Kesehatan 2008

GAMBAR 1.33 Cakupan Penemuan Kasus Baru TB BTA Positif (CDR)

Per Provinsi Tahun 2008

26.6

26.8 29.0

29.5 32.1

34.2

34.2

34.5 37.6 40.0

40.3

41.2

41.4 43.7 46.0

46.9

48.0

48.6

48.6

48.9

49.9

51.4

53.1 55.2

57.0

57.6

59.6 63

.7 67.8

68.7 72

.8 78.6 85

.589

.6

20

30

40

50

60

70

80

90

Ria

uMal

uku Uta

raKa

liman

tan

Teng

ahKe

pulaua

n Riau

Kalim

anta

n Tim

urNTB

Papu

a Bar

atNTT

Sula

wes

i Sel

atan

Maluk

uLa

mpu

ngNan

ggro

e Ace

hSu

lawes

i Ten

gah

Kalim

anta

n Se

lata

nSu

mat

era Se

lata

nKa

liman

tan Bar

atJa

wa Te

ngah

Sumat

era

Bar

atBen

gkulu

Sulawes

i Bar

atJa

mbi

DI Yo

gyak

arta

Sulawes

i Ten

ggar

aKe

p Ban

gka

Papu

aGor

onta

loJa

wa

Timur

Bal

iSu

mat

era

Uta

raJa

wa

Bar

atIn

done

sia

Ban

ten

DKI

Jak

arta

Sulawes

i Uta

ra

Sumber : Profil Kesehatan 2008

Page 64: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 45 -

Pada gambar 1.16 nampak bahwa terdapat 3 propinsi dengan cakupan penemuan

penderita tertinggi yaitu Sulawesi Utara sebesar 89,6%, DKI Jakarta sebesar 85,5%,

dan Banten sebesar 78,6%. Sedangkan provinsi dengan cakupan penemuan penderita

terendah antara lain Riau dengan cakupan 26,6%, diikuti oleh Maluku Utara sebesar

26,8% dan Kalimantan Tengah sebesar 29,0%.

GAMBAR 1.34

Keberhasilan Pengobatan TB di Indonesia Tahun 1990 - 2006

Angka Keberhasilan Penyembuhan Tuberkulosa

9085

76 78

68

5147

7477 76

84 85 86 87 89 91 91

0

20

40

60

80

100

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Pers

en

Target global: 85%Target Nasional 85%

Sumber: Depkes dan Profil Kesehatan

Dari gambar 1.34 diatas, terdapat kecenderungan penurunan keberhasilan

pengobatan TB dari tahun 1990 sampai dengan tahun 1996. Namun mulai tahun

1997 sampai dengan 2006 terjadi tren peningkatan keberhasilan TB di Indonesia.

Page 65: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 46 -

1.2.1.2. MALARIA

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit (plasmodium) yang ditularkan oleh gigitan nyamuk yang terinfeksi (vektor-borne disease)

GAMBAR 1.35

Annual Parasite Incidence Malaria dan Annual Malaria Incidence di Indonesia (Per 1.000 penduduk)

Tahun 1989 - 2008

Pada gambar 1.18 dapat diketahui baik API maupun AMI menunjukkan

kecenderungan penurunan selama periode 2000-2008. API tahun 2000 yang berada

pada angka 0,81 per 1.000 penduduk terus turun hingga 0,15 per 1.000 penduduk

pada tahun 2004. Angka ini meningkat menjadi 0,19 pada tahun 2006, untuk

kemudian kembali turun hingga berada pada level 0,16 per 1.000 penduduk pada

tahun 2008. Kecenderungan penurunan juga ditunjukkan oleh AMI. Pada periode

tahun 2000-2004 AMI turun secara signifikan dari 31,09 menjadi 18,94 per 1.000

penduduk pada tahun 2005. Angka ini naik pada tahun 2006 menjadi 23,98 dan

kemudian kembali turun hingga mencapai 16,62 per 1.000 penduduk pada tahun

2008.

Kejadian Malaria di Indonesia

0.210.17

0.120.19 0.17

0.07 0.080.12

0.3

0.52

0.81

0.220.15 0.15

0.19 0.16 0.16

0.62

0.47

28.06

24.122.7920.51

22.1119.38

21.72

16.06

21.9724.9

31.09

22.2721.8 21.218.94

23.98

19.6716.62

26.2

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1989

1990

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

API (

Per 1

.000

pen

dudu

k )

0

10

20

30

40

AMI (

Per 1

.000

pen

dudu

k)

Annual Paracite Incidence (Jaw a Bali) Annual Malaria Insidence (Luar Jaw a Bali)

Sumber: Depkes dan Profil Kesehatan 2008

Page 66: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 47 -

TABEL 1.6 Insidens Malaria

Per Provinsi Tahun 2008

Propinsi

Jumlah Penderita API/AMI

Propinsi

Jumlah Penderita API/AMI

Klinis Positif Klinis Positif

NAD 8,637 1,053 2.03 Nusa Tenggara Barat 96,621 21,564 21.85

Sumatera Utara 73,275 2,274 8.15 Nusa Tenggara Timur 425,134 83,110 104.1

Sumatera Barat 6,325 1,015 2.58 Kalimantan Barat 10,859 2,168 3.23

Riau 42,644 957 3.06 Kalimantan Tengah 19,784 4,470 11.21

Jambi 51,401 6,028 18.08 Kalimantan Selatan 10,581 2,630 4.2

Sumatera Selatan 29,212 2,389 5.46 Kalimantan Timur 14,654 3,487 8.59

Bengkulu 31,064 6,355 22.96 Sulawesi Utara 27,063 5,530 16.48

Lampung 17,566 2,108 2.79 Sulawesi Tengah 45,164 6,486 17.81

Bangka Belitung 42,288 8,426 40.58 Sulawesi Selatan 9,386 1,933 1.51

Kepulauan Riau 16,572 1,666 13.32 Sulawesi Tenggara 22,612 609 10.26

DKI Jakarta NA NA NA Gorontalo 10,674 3,160 13.94

Jawa Barat 42,924 636 0.58 Sulawesi Barat 8,213 391 11.98

Jawa Tengah 120,042 947 0.07 Maluku 54,907 12,376 39.65

D.I. Yogyakarta 3,040 67 0.03 Maluku Utara 49,683 8,606 51.42

Jawa Timur 38,920 2,651 0.71 Papua 187,005 40,503 84.74

Banten 2,692 103 0.03 Papua Barat 117,466 32,337 167.47

Bali 18,522 242 0.17

Indonesia 1,624,930 266,277

Jawa-Bali 226,140 4,646 0.17

Luar Jawa-Bali 1,398,790 261,631 18.62 Sumber : Profil Kesehatan 2008

Page 67: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 48 -

1.2.1.3. HIV dan AIDS

GAMBAR 1.36 Jumlah Kasus Baru dan Kumulatif Penderita AIDS yang Terdeteksi

Dari Berbagai Sarana Kesehatan di Indonesia Tahun 1987 - 2008

Kasus AIDS di Indonesia

5 7 12 17 32 45 69 89 112 154 198 258 352 607 8261,1711,4872,682

5,320

8,193

11,141

16,110

1,195

2,947

4,969

5 2 5 5 15 13 24 20 23 4244 60 94 255219 345 316

2,8732,638

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

18000

1987

1988

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

Jum

lah

Kasu

s

Jumlah Kumulatif Kasus AIDS yang dilaporkanJumlah Kasus Baru AIDS yang dilaporkan

Sumber : depkes

Berdasarkan laporan dari Departemen Kesehatan, menyebutkan bahwa jumlah

kasus baru AIDS sepanjang tahun 2008 sebesar 4.969 kasus. Sedangkan jumlah

penderita AIDS nasional yang terdeteksi pada tahun 2008 mencapai angka 16.110

kasus. Angka ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dari periode 1987-

2008.

Page 68: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 49 -

GAMBAR 1.37 Jumlah ODHA di 10 Provinsi Terbanyak di Indonesia

Sampai dengan Tahun 2008

Sumber : Depkes

GAMBAR 1.38 Jumlah Kasus Baru dan Kumulatif Pengidap HIV yang Terdeteksi

Tahun 1987 - 2008

Kasus HIV

8364 8 12 16 22 40 136 207 276 381 464 590 768

1,171

1,9032,5512,719

3,368

4,243

5,229

6,0566,015

986875649168648732

403178126831056971964 4 4 4 601000200030004000500060007000

1987

1988

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

Jum

lah

Kas

us

Jumlah Kasus Baru HIV yang dilaporkanJumlah Kumulatif Kasus HIV yang dilaporkan

Sumber :Depkes

Grafik Jumlah ODHA (10 terbanyak)

2,888

2,781

2,591

2,382

1,177

730

530

487

364

277

544

419

584

351

228

103

221

95

116

115

0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000

Jaw a Barat

DKI Jakarta

Jaw a Timur

Papua

Bali

Kalimantan Barat

Jaw a Tengah

Sumatera Utara

Riau

Kep. Riau

Jumlah Kasus Meninggal

Page 69: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 50 -

GAMBAR 1.39 Jumlah Kasus Baru AIDS yang Terdeteksi

Pada Pengguna Napza Suntik (Penasun) Tahun 1993 - 2008

Jumlah Kasus Baru AIDS pada penasun

1 0 1 1 0 0 17 69 80 114 146

1,183

1,4291,517

1,4371,255

0

400

800

1200

160019

93

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

Jum

lah

Kas

us

Sumber : Depkes

Jumlah kasus AIDS yang pengguna Napza suntik tahun 2008 di Indonesia sebesar

1.255 yang menunjukkan penurunan dari tahun 2007. Namun secara umum, terjadi

tren kenaikan per tahun pada periode 1993-2008.

Page 70: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 51 -

1.2.1.4. DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

Demam berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty. Umumnya menyerang anak di bawah umur 15 tahun, akan tetapi dapat

juga menyerang orang dewasa

TABEL 1.7 Insidens Rate, Case Fertility Rate, Jumlah Penderita dan Jumlah Kab/Kota

yang Terjangkit DBD di Indonesia Tahun 1998 - 2008

Tahun Insidens Rate

Case Fatality

Rate

Jumlah Penderita

Jumlah Kabupaten/Kota yg

terjangkit

1998 15,28 2 317.113 272 1999 35,19 34 71.776 222 2000 10,17 2 21.134 231 2001 15,99 1,4 33.433 263 2002 19,24 1,3 40.377 264 2003 23,87 1,5 51.516 257 2004 37,11 1,2 79.462 326 2005 43,42 1,36 95.279 330 2006 52,48 1,04 114.656 330 2007 71,78 1,01 158.115 361 2008 60,06 0,86

CFR: Rata-rata jumlah kematian oleh DBD per tahun per 100.000 penduduk Sumber : Profil Kesehatan berbagai tahun

TABEL 1.8

Jumlah Penderita dan CFR DBD Per Provinsi Tahun 2008

Propinsi

Jumlah Penderita

DBD CFR IR Propinsi

Jumlah Penderita

DBD CFR IR NAD 2,436 1.31 54.76 Nusa Tenggara Barat 777 0.51 18.10

Sumatera Utara 4,454 1.10 34.49 Nusa Tenggara Timur 279 2.87 7.07

Sumatera Barat 1,907 0.58 42.67 Kalimantan Barat 947 3.38 22.29

Riau 828 1.21 15.96 Kalimantan Tengah 531 1.32 27.11

Jambi 245 3.67 8.64 Kalimantan Selatan 576 1.91 15.69

Sumatera Selatan 2,360 0.13 34.75 Kalimantan Timur 5,762 1.82 220.03

Bengkulu 339 0.29 19.39 Sulawesi Utara 1,430 1.12 63.58

Lampung 4,807 0.83 68.83 Sulawesi Tengah 1,389 1.22 55.25

Bangka Belitung 34 0.00 3.07 Sulawesi Selatan 3,545 0.76 46.46

Kepulauan Riau 1,724 1.28 133.07 Sulawesi Tenggara 1,006 0.89 46.21

DKI Jakarta 28,361 0.09 317.09 Gorontalo 172 2.33 18.74

Jawa Barat 23,248 0.99 54.23 Sulawesi Barat 37 0.00 3.65

Jawa Tengah 19,235 1.19 58.45 Maluku 0.00 0.00

D.I. Yogyakarta 2,119 0.99 61.72 Maluku Utara 250 2.80 25.25

Jawa Timur 16,589 0.99 44.68 Papua Barat 510 0.39 90.41

Banten 3,954 1.34 46.16 Papua 228 0.44 13.47

Bali 6,254 0.30 181.31

Indonesia 136,333 0.86 60.06 Sumber : Profil Kesehatan 2008

Page 71: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 52 -

GAMBAR 1.40 Incidence Rate (IR) dan Case Fatality Rate (CFR) DBD

Tahun 2003 - 2008

Sumber : Profil Kesehatan 2008

Gambar diatas menunjukkan terjadinya penurunan Insidence Rate (IR) Demam

Berdarah Dengue dari tahun 2007 ke tahun 2008, akan tetapi masih menunjukkan

angka yang relatif tinggi bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. IR

yang menurun pada tahun 2008 diiringi dengan menurunnya Case Fatality Rate

(CFR) juga, dimana CFR menurun dari 1,01% pada tahun 2007 menjadi 0,86%

pada tahun 2008.

GAMBAR 1.41 Jumlah Penderita DBD Per Provinsi

Tahun 2008

Sumber : Profil Kesehatan 2008

23.87

37.1143.42

52.48

71.78

60.06

2030

4050

6070

80

2003 2004 2005 2006 2007 2008

Periode

IR P

er 1

00.0

00 P

endu

duk

1.501.36

0.861.04 1.011.20

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2003 2004 2005 2006 2007 2008

Tahun

CFR

(%)

34 37 172

228

245

250

279

339

510

531

576

777

828

947

1,00

61,

389

1,43

01,

724

1,90

72,

119

2,36

02,

436

3,54

53,

954

4,45

44,

807

5,76

26,

254

16,5

89 19,2

35 23,2

48 28,3

61

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

Ban

gka

Bel

itun

gSu

law

esi B

arat

Gor

onta

loPa

pua

Jam

biM

aluk

u U

tara

Nus

a Te

ngga

ra T

imur

Ben

gkul

uPa

pua

Bar

atKa

liman

tan

Teng

ahKa

liman

tan

Sela

tan

Nus

a Te

ngga

ra B

arat

Ria

uKa

liman

tan

Bar

atSu

law

esi T

engg

ara

Sula

wes

i Ten

gah

Sula

wes

i Uta

raKe

pula

uan

Ria

uSu

mat

era

Bar

atD

.I. Y

ogya

kart

aSu

mat

era

Sela

tan

NA

DSu

law

esi S

elat

anB

ante

nSu

mat

era

Uta

raLa

mpu

ngKa

liman

tan

Tim

urB

ali

Jaw

a Ti

mur

Jaw

a Te

ngah

Jaw

a B

arat

DKI

Jak

arta

Page 72: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 53 -

1.2.1.5. DIARE

GAMBAR 1.42 Jumlah Kasus dan CFR Diare di Indonesia

Tahun 2000 - 2008

Sumber: Profil Kesehatan 2008

Pada tahun 2008 terdapat 8.443 penderita Diare dengan CFR sebesar 2,48%. Angka

jumlah penderita dan CFR ini naik jika dibandingkan tahun 2007 dengan 3.661

penderita dan CFR 1,30%.

TABEL 1.9 Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare

Per Provinsi Tahun 2008

Propinsi Penderita Meninggal CFR Propinsi Penderita Meninggal CFR

NAD 178 - - Nusa Tenggara Barat 814 1 0.1

Sumatera Utara 636 12 1.9 Nusa Tenggara Timur 217 3 1.4

Sumatera Barat - - - Kalimantan Barat - - -

Riau - - - Kalimantan Tengah - - -

Jambi - - - Kalimantan Selatan - - -

Sumatera Selatan - - - Kalimantan Timur - - -

Bengkulu - - - Sulawesi Utara - - -

Lampung - - - Sulawesi Tengah 106 2 1.9

Bangka Belitung - - - Sulawesi Selatan 41 1 2.4

Kepulauan Riau - - - Sulawesi Tenggara 584 13 2.2

DKI Jakarta - - - Gorontalo - - -

Jawa Barat 380 2 0.5 Sulawesi Barat 2,023 23 1.1

Jawa Tengah 216 1 0.5 Maluku 130 18 13.8

D.I. Yogyakarta - - - Maluku Utara 169 14 8.3

Jawa Timur 362 9 2.5 Papua Barat - - -

Banten - - - Papua 1,540 106 6.9

Bali 1,047 4 0.4

Indonesia 8,443 209 2.5 Sumber: Profil Kesehatan 2008

5.6804.428

5.7894.622

3.314

5.051

10.980

3.661

8.443

1.92 2.26 1.622.77

1.602.51 2.52

1.302.48

0.000

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Jumlah Kasus CFR (Persen)

Page 73: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 54 -

1.2.1.6. AVIAN INFLUENZA (FLU BURUNG)

GAMBAR 1.43 Jumlah Kasus Konfirmasi Avian Influenza dan Kasus Meninggal di Indonesia

Tahun 2005 - 2008

Sumber : Profil Kesehatan 2008

GAMBAR 1.44

CFR Avian Influenza di Indonesia Tahun 2005 – 2008

Sumber : Profil Kesehatan 2008

Jumlah kasus konfirmasi AI pada tahun 2007 menunjukkan angka 42 kasus dengan

36 kasus meninggal, angka ini menurun jika dibandingkan pada tahun 2006 yang

55 kasus dengan 45 kasus meninggal. Tetapi angka kematian (CFR) meningkat

menjadi 88,1% dari 81,8% pada tahun 2006.

Angka CFR

88.185.0

65.0

81.8

50.0

60.0

70.0

80.0

90.0

2005 2006 2007 2008

20

55

42

20

13

45

36

17

0

10

20

30

40

50

60

2005 2006 2007 2008

Kasus Terkonfirmasi Kasus Meninggal

Page 74: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 55 -

GAMBAR 1.45 Jumlah Provinsi dan Kabupaten yang Baru Tertular

Flu Burung Pada Manusia Tahun 2005 – 2008

Sumber : Profil Kesehatan 2008

TABEL 1.10

Kasus Konfirm AI Per Tahun Dari Tahun 2005-2008

No Provinsi 2005 2006 2007 2008 Total

K M K M K M K M K M 1 DKI 8 7 11 10 8 8 6 4 33 29 2 Banten 5 4 4 4 11 9 7 7 27 24 3 Jabar 3 2 22 18 5 4 4 4 34 28 4 Jateng 1 0 3 3 5 5 2 2 11 10 5 Jatim 0 0 5 3 2 1 7 4 6 Lampung 3 0 0 0 0 0 3 0 7 Sumbar 0 0 2 0 1 1 1 0 4 1 8 Sumut 0 0 7 6 1 1 8 7 9 Sulsel 0 0 1 1 0 0 1 1

10 Sumsel 0 0 0 0 1 1 1 1 11 Riau 0 0 0 0 6 5 6 5 12 Bali 0 0 0 0 2 2 2 2

Total 20 13 55 45 42 37 20 17 137 112 Sumber : Profil Kesehatan 2008

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kasus konfirmasi AI terbanyak dilaporkan dari

Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten, kemudian secara berturut-turut adalah Jawa

Tengah, Sumatera Utara, Jawa Timur, Riau. Provinsi Lampung dan Sulawesi Selatan

sampai dengan Desember 2008 sudah tidak dilaporkan adanya kasus konfirmasi pada

manusia.

54

3

0

11

18

15

3

0

5

10

15

20

2005 2006 2007 2008

Provinsi Kabupaten

Page 75: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 56 -

GAMBAR 1.46 Kasus Konfirmasi AI Menurut Jenis Kelamin dan Riwayat Kontak

Di Indonesia Tahun 2005 – 2008

Sumber : Profil Kesehatan 2008

GAMBAR 1.47 Kasus Kumulatif Konfirmasi AI dan Kematian Avian Influenza

Menurut Provinsi Tahun 2005 – 2008

Sumber : Profil Kesehatan 2008

33 34

27

118 7 6

4 3 2 1 1

29 2824

107

46

1 02 1 1

05

10152025303540

DKI J

akar

taJa

bar

Bant

en

Jate

ngSu

mut

Jatim Ria

u

Sum

bar

Lam

pung Ba

li

Sulse

l

Sum

sel

Kasus Meninggal

Laki-laki51%

Perempuan49%

Kontak Dengan Pupuk2%

Kontak Belum Diketahui12%

Kontak Langsung49%

Kontak Lingkungan37%

Page 76: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 57 -

1.2.1.6. SEPULUH PENYAKIT UTAMA

TABEL 1.11 Proporsi Sepuluh Penyakit Menular Utama Pada Semua Umur

Tahun 2007

No. Penyakit menular (n=1.080) %

1 TB 27.8 2 Penyakit hati 19.1 3 Pnemonia 14.4 4 Diare 13.2

5 Tifoid 6.0 6 Malaria 4.6 7 Meningitis/Ensefalitis 3.2 8 Demam berdarah Dengue 2.1 9 Tetanus 1.9 10 Septikemia 1.2

Sumber : Riskesdas 2007

Page 77: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 58 -

1.2.2. PENYAKIT TIDAK MENULAR 1.2.2.1. JANTUNG

TABEL 1.12 Prevalensi Penyakit Jantung

Per Provinsi Tahun 2007

Propinsi Jantung

Propinsi Jantung

D D/G D D/G NAD 2.0 12.6 Nusa Tenggara Barat 0.6 6.8 Sumatera Utara 0.8 3.0 Nusa Tenggara Timur 0.7 8.8 Sumatera Barat 1.3 11.3 Kalimantan Barat 0.6 4.4 Riau 0.8 7.7 Kalimantan Tengah 0.5 6.4 Jambi 0.7 5.1 Kalimantan Selatan 0.8 8.1 Sumatera Selatan 0.7 4.9 Kalimantan Timur 0.8 4.4 Bengkulu 0.5 5.3 Sulawesi Utara 1.3 8.2 Lampung 0.5 2.6 Sulawesi Tengah 1.3 11.8 Bangka Belitung 0.9 7.2 Sulawesi Selatan 0.8 9.4 Kepulauan Riau 1.2 7.7 Sulawesi Tenggara 0.7 8.6 DKI Jakarta 1.3 8.1 Gorontalo 0.9 11.0 Jawa Barat 1.0 8.2 Sulawesi Barat 0.4 7.8 Jawa Tengah 0.8 8.4 Maluku 0.6 5.7 D.I. Yogyakarta 1.1 7.3 Maluku Utara 0.8 5.9 Jawa Timur 0.8 5.6 Papua Barat 0.9 6.7 Banten 0.6 5.8 Papua 0.7 4.3 Bali 0.8 5.4

Indonesia 0,9 7,2 Sumber : Riskesdas 2007

Catatan :

D = Diagnosa oleh tenaga kesehatan

D/G = Diagnosa oleh tenaga kesehatan atau dengan gejala *) Penyakit Asma, Jantung, diabetes ditetapkan menurut jawaban pernah disiagnosis menderita penyakit atau mengalami gejala

**) Penyakit tumor sitetapkan menurut jawaban pernah didiagnosis menderita tumor/kanker

Prevalensi penyakit jantung di Indonesia sebesar 7,2% berdasarkan wawancara,

sementara berdasarkan riwayat didiagnosis tenaga kesehatan hanya ditemukan

sebesar 0,9%. Cakupan kasus jantung yang sudah didiagnosis oleh tenaga kesehatan

sebesar 12,5% dari semua responden yang mempunyai gejala subjektif menyerupai

gejala penyakit jantung. Prevalensi penyakit jantung menurut provinsi, berkisar

antara 2,6% di Lampung sampai 12,6% di NAD. Terdapat 16 provinsi dengan

prevalensi penyakit jantung lebih tinggi dari angka nasional.

Page 78: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 59 -

TABEL 1.13 Prevalensi Penyakit Jantung

Menurut Karakteristik Responden di Indonesia Tahun 2007

Karakteristik Responden

Jantung (%)

D D/G

Kelompok umur <1 Tahun 0.3 1.4

1-4 Tahun 0.2 1.6

5-14 Tahun 0.2 2.1

15-24 Tahun 0.3 4.8

25-34 Tahun 0.5 6.8

35-44 Tahun 1.0 9.3

45-54 Tahun 1.9 12.5

55-64 Tahun 2.5 16.1

65-74 Tahun 3.1 19.2

75+ Tahun 3.0 20.4

Jenis kelamin

Laki-laki 0.8 6.2

Perempuan 1.0 8.1

Pendidikan

Tdk sekolah 1.5 14.9

Tdk tamat SD 1.1 10.0

Tamat SD 1.0 8.9

Tamat SLTP 0.8 6.8

Tamat SLTA 1.0 6.2

Tamat PT 1.5 7.1

Pekerjaan

Tidak Kerja 1.5 10.5

Sekolah 0.3 3.1

Ibu RT 1.4 11.1

Pegawai 1.2 6.2

Wiraswasta 1.2 8.4

Petani/Nelayan/Buruh 1.0 10.5

Lainnya 1.6 10.3

Tipe Daerah

Perkotaan 1.0 6.1

Perdesaan 0.8 7.8

Tingkat Pengeluaran per kapita per bulan

Kuintil 1 0.6 6.8

Kuintil 2 0.7 7.2

Kuintil 3 0.8 7.2

Kuintil 4 0.9 7.3

Kuintil 5 1.2 7.3

Sumber : Riskesdas 2007

Page 79: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 60 -

1.2.2.2. DIABETES MELLITUS

TABEL 1.14 Prevalensi Penyakit Diabetes Mellitus

Per Provinsi Tahun 2007

Propinsi DM

Propinsi DM

D D/G D D/G NAD 1.0 1.7 Nusa Tenggara Barat 0.6 1.4 Sumatera Utara 0.6 0.8 Nusa Tenggara Timur 0.7 1.2 Sumatera Barat 0.7 1.2 Kalimantan Barat 0.6 0.8 Riau 0.8 1.2 Kalimantan Tengah 0.6 0.9 Jambi 0.5 0.7 Kalimantan Selatan 0.6 1.0 Sumatera Selatan 0.4 0.5 Kalimantan Timur 1.0 1.3 Bengkulu 0.4 0.5 Sulawesi Utara 1.0 1.6 Lampung 0.3 0.4 Sulawesi Tengah 0.7 1.6 Bangka Belitung 0.7 1.2 Sulawesi Selatan 0.5 0.8 Kepulauan Riau 0.8 1.4 Sulawesi Tenggara 0.4 1.0 DKI Jakarta 1.8 2.6 Gorontalo 0.5 1.3 Jawa Barat 0.8 1.3 Sulawesi Barat 0.3 0.8 Jawa Tengah 0.8 1.3 Maluku 0.3 0.5 D.I. Yogyakarta 1.1 1.6 Maluku Utara 0.6 0.9 Jawa Timur 1.0 1.3 Papua Barat 0.6 1.4 Banten 0.5 0.8 Papua 0.5 0.8 Bali 0.8 1.0

Indonesia 0,7 1,1 Sumber : Riskesdas 2007

Catatan :

D = Diagnosa oleh tenaga kesehatan

D/G = Diagnosa oleh tenaga kesehatan atau dengan gejala *) Penyakit Asma, Jantung, diabetes ditetapkan menurut jawaban pernah disiagnosis menderita penyakit atau mengalami gejala

**) Penyakit tumor sitetapkan menurut jawaban pernah didiagnosis menderita tumor/kanker

Prevalensi penyakit DM di Indonesia berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan adalah

0,7% sedangkan prevalensi DM (D/G) sebesar 1,1%. Data ini menunjukkan cakupan

diagnosis DM oleh tenaga kesehatan mencapai 63,6%, lebih tinggi dibandingkan cakupan

penyakit asma maupun penyakit jantung. Prevalensi DM menurut provinsi, berkisar

antara 0,4% di Lampung hingga 2,6% di DKI Jakarta. Terdapat 17 provinsi yang

mempunyai prevalensi DM lebih tinggi dari angka nasional.

Page 80: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 61 -

TABEL 1.15 Prevalensi Penyakit Diabetes Mellitus

Menurut Karakteristik Responden di Indonesia Tahun 2007

Karakteristik Responden

Diabetes (%)

D D/G

Kelompok umur <1 Tahun

1-4 Tahun

5-14 Tahun

15-24 Tahun 0.1 0.4

25-34 Tahun 0.2 0.7

35-44 Tahun 0.7 1.3

45-54 Tahun 2.0 2.7

55-64 Tahun 2.8 3.7

65-74 Tahun 2.4 3.4

75+ Tahun 2.2 3.2

Jenis kelamin

Laki-laki 0.7 1.1

Perempuan 0.7 1.1

Pendidikan

Tdk sekolah 1.0 1.7

Tdk tamat SD 0.7 1.3

Tamat SD 0.8 1.3

Tamat SLTP 0.7 1.2

Tamat SLTA 1.0 1.4

Tamat PT 2.0 2.5

Pekerjaan

Tidak Kerja 1.2 1.7

Sekolah 0.1 0.3

Ibu RT 1.2 1.8

Pegawai 1.6 2.1

Wiraswasta 1.3 1.9

Petani/Nelayan/Buruh 0.6 1.2

Lainnya 1.8 2.5

Tipe Daerah

Perkotaan 1.1 1.5

Perdesaan 0.5 0.9

Tingkat Pengeluaran per kapita per bulan

Kuintil 1 0.4 0.8

Kuintil 2 0.4 0.9

Kuintil 3 0.6 1.1

Kuintil 4 0.8 1.2

Kuintil 5 1.2 1.7 Sumber : Riskesdas 2007

Page 81: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 62 -

1.2.2.3. HIPERTENSI

TABEL 1.16 Prevalensi Penyakit Hipertensi

Per Provinsi Tahun 2007

Propinsi HIPERTENSI (%) Propinsi HIPERTENSI (%)

D D/O U D D/O U NAD 9.2 10.0 30.2 Nusa Tenggara Barat 6.4 6.7 32.4 Sumatera Utara 5.2 5.4 26.3 Nusa Tenggara Timur 5.0 5.1 28.1 Sumatera Barat 7.6 8.4 31.2 Kalimantan Barat 8.1 8.4 29.8 Riau 7.8 8.2 34.0 Kalimantan Tengah 9.2 9.7 33.6 Jambi 5.1 5.5 29.9 Kalimantan Selatan 9.0 9.4 39.6 Sumatera Selatan 6.0 6.3 31.5 Kalimantan Timur 9.0 9.3 31.3 Bengkulu 8.1 8.3 25.1 Sulawesi Utara 11.2 11.4 31.2 Lampung 6.6 6.8 24.1 Sulawesi Tengah 7.7 8.2 36.6 Bangka Belitung 8.4 8.9 37.2 Sulawesi Selatan 5.7 5.9 29.0 Kepulauan Riau 7.3 7.7 30.3 Sulawesi Tenggara 6.6 7.3 31.6 DKI Jakarta 9.5 9.8 28.8 Gorontalo 9.1 10.0 31.5 Jawa Barat 8.8 9.1 29.4 Sulawesi Barat 4.1 4.7 33.9 Jawa Tengah 7.6 7.9 37.0 Maluku 4.1 4.4 29.3 D.I. Yogyakarta 8.3 8.6 35.8 Maluku Utara 5.0 5.2 28.4 Jawa Timur 7.3 7.5 37.4 Papua Barat 4.3 4.4 22.0 Banten 8.0 8.6 27.6 Papua 6.9 7.1 20.1 Bali 5.5 5.7 29.1

Indonesia 7,2 7,6 31,7 Sumber : Riskesdas 2007

Catatan :

D = Diagnosa oleh tenaga kesehatan

D/G = Diagnosis oleh tenaga kesehatan atau dengan gejala

D/O = Kasus minum obat atau diagnosis oleh tenaga kesehatan

U = Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah

*) Penyakit hipertensi dinilai pada penduduk berumur >=18 tahun

Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada penduduk

umur 18 tahun ke atas di Indonesia adalah sebesar 31,7%. Menurut provinsi,

prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua

Barat (20,1%). Provinsi Jawa Timur, Bangka Belitung, Jawa Tengah, Sulawesi

Tengah, DI Yogyakarta, Riau, Sulawesi Barat, Kalimantan Tengah, dan Nusa Tengah

Tenggara Barat, merupakan provinsi yang mempunyai prevalensi hipertensi lebih

tinggi dari angka nasional. Sedangkan prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis

tenaga kesehatan adalah 7,2%, ditambah kasus yang minum obat hipertensi prevalensi

hipertensi berdasarkan wawancara ini adalah 7,6%.

Page 82: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 63 -

TABEL 1.17 Prevalensi Hipertensi

Menurut Karakteristik Responden di Indonesia Tahun 2007

Karakteristik Responden

Hipertensi (%)

D D/O U

Kelompok umur 18-24 Tahun 0.9 0.9 12.2

25-34 Tahun 2.5 2.6 19.0

35-44 Tahun 6.3 6.7 29.9

45-54 Tahun 11.9 12.5 42.4

55-64 Tahun 17.2 17.9 53.7

65-74 Tahun 22.3 23.1 63.5

75+ Tahun 23.3 24.2 67.3

Jenis kelamin

Laki-laki 5.8 6.1 31.3

Perempuan 8.6 9.0 31.9

Pendidikan

Tdk sekolah 13.9 14.7 14.5

Tdk tamat SD 10.6 11.5 11.1

Tamat SD 7.5 8.5 7.8

Tamat SLTP 4.4 5.8 4.6

Tamat SLTA 4.5 4.8 4.7

Tamat PT 6.7 7.1 7.1

Pekerjaan

Tidak Kerja 11.1 11.5 39.1

Sekolah 0.7 0.8 13.4

Ibu RT 9.1 9.4 30.9

Pegawai 6.3 6.6 27.8

Wiraswasta 7.2 7.6 31.2

Petani/Nelayan/Buruh 6.6 6.9 32.6

Lainnya 8.5 8.9 32.8

Tipe Daerah

Perkotaan 7.6 0.3 30.8

Perdesaan 7.0 0.4 32.2

Tingkat Pengeluaran per kapita per bulan

Kuintil 1 6.3 6.7 30.5

Kuintil 2 6.7 7.0 30.9

Kuintil 3 7.0 7.4 31.6

Kuintil 4 7.6 8.0 31.9

Kuintil 5 8.3 8.7 33.0 Sumber : Riskesdas 2007

Page 83: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 64 -

1.2.2.4. TUMOR

TABEL 1.18 Prevalensi Penyakit Tumor

Per Provinsi Tahun 2007

Propinsi TUMOR

Propinsi TUMOR

0/00 0/00 NAD 2.7 Nusa Tenggara Barat 2.8 Sumatera Utara 2.9 Nusa Tenggara Timur 3.3 Sumatera Barat 5.6 Kalimantan Barat 2.4 Riau 3.3 Kalimantan Tengah 3.8 Jambi 3.3 Kalimantan Selatan 3.9 Sumatera Selatan 1.9 Kalimantan Timur 3.6 Bengkulu 3.7 Sulawesi Utara 5.8 Lampung 3.6 Sulawesi Tengah 4.5 Bangka Belitung 2.0 Sulawesi Selatan 4.8 Kepulauan Riau 3.8 Sulawesi Tenggara 2.6 DKI Jakarta 7.4 Gorontalo 3.2 Jawa Barat 5.5 Sulawesi Barat 2.4 Jawa Tengah 8.1 Maluku 1.5 D.I. Yogyakarta 9.6 Maluku Utara 1.9 Jawa Timur 4.4 Papua Barat 2.8 Banten 6.4 Papua 3.4 Bali 4.9 2.8

Indonesia 4,3 Sumber : Riskesdas 2007

Catatan :

D = Diagnosa oleh tenaga kesehatan

D/G = Diagnosa oleh tenaga kesehatan atau dengan gejala *) Penyakit Asma, Jantung, diabetes ditetapkan menurut jawaban pernah disiagnosis menderita penyakit atau mengalami gejala

**) Penyakit tumor sitetapkan menurut jawaban pernah didiagnosis menderita tumor/kanker

Prevalensi penyakit tumor berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan di Indonesia

sebesar 4,3‰. Prevalensi menurut provinsi, berkisar antara 1,5‰ di Maluku hingga

9,6‰ di DI Yogyakarta. Terdapat 11 provinsi yang mempunyai prevalensi tumor

lebih tinggi dari angka nasional.

Page 84: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 65 -

TABEL 1.19 Prevalensi Penyakit Tumor

Menurut Karakteristik Responden di Indonesia Tahun 2007

Karakteristik Responden

Tumor (0/00)

D/G

Kelompok umur <1 Tahun 0.3

1-4 Tahun 0.6

5-14 Tahun 1.0

15-24 Tahun 2.4

25-34 Tahun 4.2

35-44 Tahun 7.1

45-54 Tahun 8.7

55-64 Tahun 8.8

65-74 Tahun 8.9

75+ Tahun 9.4

Jenis kelamin

Laki-laki 2.9

Perempuan 5.7

Pendidikan

Tdk sekolah 6.6

Tdk tamat SD 5.1

Tamat SD 4.7

Tamat SLTP 4.7

Tamat SLTA 5.4

Tamat PT 8.4

Pekerjaan

Tidak Kerja 5.8

Sekolah 1.5

Ibu RT 8.2

Pegawai 6.6

Wiraswasta 6.1

Petani/Nelayan/Buruh 4.7

Lainnya 6.8

Tipe Daerah

Perkotaan 5.3

Perdesaan 3.7

Tingkat Pengeluaran per kapita per bulan

Kuintil 1 3.2

Kuintil 2 3.8

Kuintil 3 4.0

Kuintil 4 4.7

Kuintil 5 5.9 Sumber : Riskesdas 2007

Page 85: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 66 -

1.2.2.5. SEPULUH PENYAKIT UTAMA

TABEL 1.20 Proporsi Penyakit Tidak Menular Pada Semua Umur di Indonesia

Tahun 2007

No. Penyakit tidak menular (n=2.285) %

1 Strok 26.9 2 Penyakit Hipertensi 12.3 3 Diabetes Melitus 10.2 4 Tumor ganas 10.2 5 Penyakit jantung iskemik 9.3 6 Penyakit saluran nafas kronik 9.2 7 Penyakit jantung lain 7.5 8 Ulkus lambung dan usus 12 jari 3.4 9 Malformasi Congenital 1.0 10 Malnutrisi 0.4

Sumber : Riskesdas 2007

TABEL 1.21 Penyebab Kematian Pada Semua Umur di Indonesia

Tahun 2007

Penyebab Kematian Proporsi Kematian (%)

Strok 15.4 TB 7.5 Hipertensi 6.8 Cedera 6.5 Perinatal 6.0 Diabetes Mellitus 5.7 Tumor Ganas 5.7 Penyakit Hati 5.1 Penyakit jantung iskemik 5.1 Penyakit sal nafas bawah 5.1 Penyakit jantung 4.6 Pnemonia 3.8 Diare 3.5 Ulkus lambung dan usus 12 jari 1.7 Tifoid 1.6 Malaria 1.3 Meningitis Ensefalitis 0.8 Malformasi kongenital 0.6 Dengue 0.5 Tetanus 0.5 Septikemi 0.3 Malnutrisi 0.2

Sumber : Riskesdas 2007

Page 86: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 67 -

GAMBAR 1.48 Distribusi Kasus Kematian pada Semua Umur Menurut Kelompok Penyakit

Tahun 1995 - 2007

Sumber : Riskesdas 2007

Gambar 1.28 memperlihatkan bahwa proporsi penyakit menular di Indonesia dalam 12

tahun telah menurun sepertiganya dari 44 persen menjadi 28 persen, dan proporsi

penyakit tidak menular mengalami peningkatan cukup tinggi dari 42% menjadi 60%.

Sedangkan proporsi gangguan maternal/periental dalam 6 tahun terakhir tidak mengalami

penurunan.

Distribusi Kematian pada Semua Umur menurut Kelompok Penyakit, SKRT 1995-2001 dan Riskesdas 2007

10.1

44.2 41.7

5.96.0

31.2

49.9

7.36.0

28.1

59.5

6.5

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

GangguanPerinatal/Maternal

Penyakit Menular Penyakit Tidak Menular Cedera

SKRT 1995 SKRT 2001 Riskesdas 2007

Page 87: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 68 -

TABEL 1.22 Sepuluh Penyakit Utama

Pada Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap di Rumah Sakit Tahun 2006

No Pasien Rawat inap % 1 Diare dan gastroenteritid infeksi tertentu (colitis infeksi) 7,95 2 Demam berdarah Dengue 3,64 3 Demam tifoid dan paratifoid 3,26 4 Penyakit kehamilan dan persalinan lainnya 2,85 5 Cedera intrakanial 2,18 6 Demam yang sebabnya tidak diketahui 2,07 7 Cedera YDT lainnya YTT dan daerah badan multipel 2,06 8 Pneumonia 1,69 9 Malaria (included all malaria) 1,65

10 Dispepsia 1,52

No Rawat Jalan %

1 Infeksi saluran nafas bagian atas akut 19,9 2 Hipertensi esensial 9,95 3 Demam yang sebabnya tidak diketahui 8,48 4 Penyakit kulit dan jaringan subkutan lainnya 8,35 5 Gejala tanda dan penemuan klinik dan laboratorium

tidak tidak normal lainnya 8,23 6 Cedera YDT lainnya YTT dan daerah badan multiple 7,19 7 Tuberkulosis paru 7,18 8 Pengawasan kehamilan normal 7,11 9 Diabetes mellitus YTT 7,08

10 Diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu 6,89 Sumber: Profil Kesehatan 2006

Page 88: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 69 -

1.3. STATUS GIZI 1.3.1. PREVALENSI KEKURANGAN GIZI PADA ANAK BALITA

Persentase bayi pada bayi di bawah usia 5 tahun (balita) yang menderita gizi kurang (moderate malnutrition) dan gizi buruk (severe malnutrition). Gizi kurang bila berat badan menurut umur (BB/U) berada di antara minus 2 dan minus 3 standar deviasi (-3 Z_score < -2) dari angka median berat badan baku WHO-NCHS. Gizi buruk bila berat badan menurut umur (BB/U) berada di bawah minus 3 standar deviasi (Z_score < -3) dari angka median berat badan baku WHO-NCHS.

GAMBAR 1.49 Angka Kekurangan Gizi Pada Balita di Indonesia

Tahun 1989 - 2007

Kekurangan Gizi pada Balita

6.37.2

11.610.5

8.1 7.56.3

8.0 8.3 8.6 8.8

5.4

31.2

28.3

20.019.0 18.3

17.1

19.8 19.3 19.2 19.6 19.2

13.0

37.535.5

31.629.5

26.424.6

26.127.3 27.5 28.2 28.0

18.4 2018.5

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

1989

1992

1995

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2007

2009

2012

2015

Per

sen

Gizi Buruk Gizi Kurang Kekurangan Gizi Target

Target RPJM 2009

Target MDG 2015

Sumber : Susenas(1989-2005), Riskesdas 2007

Pada gambar 1.29 terlihat bahwa Angka Kekurangan Gizi pada balita mengalami tren

penurunan pada periode tahun 1989-2000. Namun tren sebaliknya ditunjukkan pada tahun

berikutnya, yaitu periode tahun 2000-2005 yang justru meningkat meskipun dengan

peningkatan yang tidak terlalu signifikan per tahunnya. Pada tahun 2007, terjadi

penurunan tajam angka kekurangan gizi pada balita yaitu telah mencapai angka 18,4,

tentu saja nilai ini turun secara signifikan jika dibandingkan dengan tahun 2005 dengan

angka 28,0.

Page 89: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 70 -

GAMBAR 1.50 Peta Penyebaran Angka Kekurangan Gizi Pada Balita

Per Provinsi Tahun 2007

Sumber: Riskesdas 2007

TABEL 1.23

Tren Balita Berstatus Gizi Kurang dan Buruk di Indonesia Tahun 2002 - 2007

Daerah 2002 2003 2005 2007

Gizi Kurang Kota 16.8 18.2 17.2 11.7 Desa 19.6 20.6 20.4 14.0 Total 18.4 19.6 19.2 12.9

Gizi Buruk Kota 6.6 7.2 7.3 4.2 Desa 8.1 9.5 9.6 6.4 Total 7.5 8.6 8.8 5.3

Sumber: Susenas, Riskesdas 2007

Page 90: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 71 -

TABEL 1.24 Prevalensi Kurang Gizi

Per Provinsi Tahun 2007

Propinsi Gizi

Kurang Gizi

Buruk

Gizi Kurang +

Gizi Buruk Propinsi Gizi

Kurang Gizi

Buruk

Gizi Kurang +

Gizi Buruk

% % % % % % NAD 15.8 10.7 26.5 Nusa Tenggara Barat 16.7 8.1 24.8 Sumatera Utara 14.3 8.4 22.7 Nusa Tenggara Timur 24.2 9.4 33.6 Sumatera Barat 14.3 5.9 20.2 Kalimantan Barat 14.0 8.5 22.5 Riau 13.9 7.5 21.4 Kalimantan Tengah 16.1 8.1 24.2 Jambi 12.6 6.3 18.9 Kalimantan Selatan 18.2 8.4 26.6 Sumatera Selatan 11.7 6.5 18.2 Kalimantan Timur 13.1 6.2 19.3 Bengkulu 11.9 4.8 16.7 Sulawesi Utara 11.5 4.3 15.8 Lampung 11.8 5.7 17.5 Sulawesi Tengah 18.7 8.9 27.6 Bangka Belitung 13.7 4.6 18.3 Sulawesi Selatan 12.5 5.1 17.6 Kepulauan Riau 9.4 3.0 12.4 Sulawesi Tenggara 15.9 6.8 22.7 DKI Jakarta 10.0 2.9 12.9 Gorontalo 17.2 8.2 25.4 Jawa Barat 11.3 3.7 15.0 Sulawesi Barat 15.4 10.0 25.4 Jawa Tengah 12.0 4.0 16.0 Maluku 18.5 9.3 27.8 D.I. Yogyakarta 8.5 2.4 10.9 Maluku Utara 16.1 6.7 22.8 Jawa Timur 12.6 4.8 17.4 Papua Barat 16.4 6.8 23.2 Banten 12.2 4.4 16.6 Papua 14.6 6.6 21.2 Bali 8.2 3.2 11.4

Indonesia 13,0 5,4 18,4 Sumber: Riskesdas 2007

Page 91: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 72 -

GAMBAR 1.51 Angka Kekurangan Gizi Pada Balita

Per Provinsi Tahun 2007

Sumber : Riskesdas 2007

GAMBAR 1.52

Peta Penyebaran Angka Kekurangan Gizi Pada Balita Per Provinsi Tahun 2007

Sumber: Riskesdas 2007

Kekurangan Gizi

26.5

22.7

20.2

21.4

18.9

18.2

16.7

17.5

18.3

12.4

12.9 15

.016

.010

.9 17.4

16.6

11.4

24.8

33.6

22.5

24.2 26

.619

.315

.827

.617

.6 22.7 25

.425

.4 27.8

22.8

21.2 23

.218

.4

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

80.0

NAD

SUM

UT

SUM

BAR

R

IAU

JAM

BISU

MSE

LBE

NG

KULU

LAM

PUN

GKE

P.BA

BEL

KEPR

ID

KI J

AKAR

TAJA

BAR

JATE

NG

DIY

JATI

MBA

NTE

NBA

LIN

TB NTT

KALB

ARKA

LTEN

GKA

LSEL

KALT

IMSU

LUT

SULT

ENG

SULS

ELSU

LTR

AG

OR

ON

TALO

SULB

ARM

ALU

KUM

ALU

TPA

PUA

IRJA

BAR

IND

ON

ESIA

Gizi Buruk Gizi Kurang Kekurangan Gizi

Angka Nasional

18,4

Page 92: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 73 -

GAMBAR 1.53 Angka Gizi Buruk Pada Balita

Per Provinsi Tahun 2007

Sumber : Riskesdas 2007

GAMBAR 1.54 Peta Penyebaran Angka Gizi Buruk Pada Balita

Per Provinsi Tahun 2007

Sumber : Riskesdas 2007

Secara umum Prevalensi gizi buruk di Indonesia adalah 5,4%, sebanyak 21 provinsi

masih memiliki prevalensi gizi buruk diatas prevalensi nasional. Duabelas provinsi

lainnya sudah berada di bawah prevalensi nasional, yaitu seluruh provinsi Jawa-Bali dan

lima provinsi lain: Bengkulu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Sulawesi Utara dan

Sulawesi Selatan.

10.7

10.0

9.4

9.3

8.9

8.5

8.4

8.4

8.2

8.1

8.1

7.5

6.8

6.8

6.7

6.6

6.5

6.3

6.2

5.9

5.7

5.4

5.1

4.8

4.8

4.6

4.4

4.3

4.0

3.7

3.2

3.0

2.9

2.4

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

12.0

Page 93: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 74 -

GAMBAR 1.55 Angka Gizi Kurang Pada Balita

Per Provinsi Tahun 2007

Sumber : Riskesdas 2007

Prevalensi gizi kurang di Indonesia adalah 13,0%, sebanyak 19 provinsi masih

memiliki prevalensi gizi buruk diatas prevalensi nasional. Empatbelas provinsi lainnya

sudah berada di bawah prevalensi nasional, yaitu seluruh provinsi Jawa-Bali dan lima

provinsi lain: Jambi, Bengkulu, Lampung, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau,

Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan.

GAMBAR 1.56 Peta Penyebaran Angka Gizi Kurang Pada Balita

Per Provinsi Tahun 2007

Sumber : Riskesdas 2007

24.2

18.7

18.5

18.2

17.2

16.7

16.4

16.1

16.1

15.9

15.8

15.4

14.6

14.3

14.3

14.0

13.9

13.7

13.1

13.0

12.6

12.6

12.5

12.2

12.0

11.9

11.8

11.7

11.5

11.3

10.0

9.4

8.5

8.2

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

Page 94: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 75 -

GAMBAR 1.57 Angka Kekurangan Gizi

Wilayah Sumatera Tahun 2007 SUMATERA

No. Propinsi Gizi Kurang Gizi Buruk Kekurangan Gizi

1 NAD 15.8 10.7 26.5

2 Sumatera Utara 14.3 8.4 22.7

3 Sumatera Barat 14.3 5.9 20.2

4 Riau 13.9 7.5 21.4

5 Jambi 12.6 6.3 18.9

6 Sumatera Selatan 11.7 6.5 18.2

7 Bengkulu 11.9 4.8 16.7

8 Lampung 11.8 5.7 17.5

9 Bangka Belitung 13.7 4.6 18.3

10 Kepulauan Riau 9.4 3.0 12.4

Angka Kekurangan Gizi Pada Balitadi Pulau Sumatera Tahun 2007

26.5

22.721.4

20.218.9 18.3 18.2 17.5 16.7

12.4

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

NAD

Sum

ater

a

Uta

ra Riau

Sum

ater

a

Bara

t

Jam

bi

Bang

ka

Belitun

g

Sum

ater

a

Selata

n

Lam

pung

Beng

kulu

Kepu

laua

n

Riau

Pers

en

Angka Nasional18,4

Sumber : Riskesdas 2007

Page 95: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 76 -

GAMBAR 1.58 Angka Kekurangan Gizi

Wilayah Jawa-Bali Tahun 2007

JAWA-BALI

No. Propinsi Gizi Kurang Gizi Buruk Kekurangan Gizi

1 DKI Jakarta 10.0 2.9 12.9

2 Jawa Barat 11.3 3.7 15.0

3 Jawa Tengah 12.0 4.0 16.0

4 D.I. Yogyakarta 8.5 2.4 10.9

5 Jawa Timur 12.6 4.8 17.4

6 Banten 12.2 4.4 16.6

7 Bali 8.2 3.2 11.4

Angka Kekurangan Gizi Pada Balitadi Pulau Jawa-Bali Tahun 2007

17.416.6 16.0

15.0

12.911.4 10.9

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

12.0

14.0

16.0

18.0

20.0

Jawa Timur Banten Jawa Tengah Jawa Barat DKI Jakarta Bali D.I.Yogyakarta

Per

sen

Angka Nasional18,4

Sumber : Riskesdas 2007

Page 96: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 77 -

GAMBAR 1.59 Angka Kekurangan Gizi

Wilayah Nusa Tenggara Tahun 2007 NUSA TENGGARA

No. Propinsi Gizi Kurang Gizi Buruk Kekurangan Gizi

1 Nusa Tenggara Barat 16.7 8.1 24.8

2 Nusa Tenggara Timur 24.2 9.4 33.6

Angka Kekurangan Gizi Pada Balitadi Pulau Nusa Tenggara Tahun 2007

33.60

24.60

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat

Pers

en

Angka Nasional

Sumber : Riskesdas 2007

Page 97: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 78 -

GAMBAR 1.60 Angka Kekurangan Gizi

Wilayah Kalimantan Tahun 2007 KALIMANTAN

No. Propinsi Gizi Kurang Gizi Buruk Kekurangan Gizi

1 Kalimantan Barat 14.0 8.5 22.5

2 Kalimantan Tengah 16.1 8.1 24.2

3 Kalimantan Selatan 18.2 8.4 26.6

4 Kalimantan Timur 13.1 6.2 19.3

Angka Kekurangan Gizi Pada Balitadi Pulau Kalimantan Tahun 2007

26.624.2

22.5

19.3

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Barat Kalimantan Timur

Pers

en

Angka Nasional

18 4

Sumber : Riskesdas 2007

Page 98: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 79 -

GAMBAR 1.61 Angka Kekurangan Gizi

Wilayah Sulawesi Tahun 2007 SULAWESI

No. Propinsi Gizi Kurang Gizi Buruk Kekurangan Gizi

1 Sulawesi Utara 11.5 4.3 15.8

2 Sulawesi Tengah 18.7 8.9 27.6

3 Sulawesi Selatan 12.5 5.1 17.6

4 Sulawesi Tenggara 15.9 6.8 22.7

5 Gorontalo 17.2 8.2 25.4

6 Sulawesi Barat 15.4 10.0 25.4

Angka Kekurangan Gizi Pada Balitadi Pulau Sulawesi Tahun 2007

27.625.4 25.4

22.7

17.615.8

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

SulawesiTengah

Gorontalo Sulawesi Barat SulawesiTenggara

SulawesiSelatan

Sulawesi Utara

Pers

en

Angka Nasional18,4

Sumber : Riskesdas 2007

Page 99: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 80 -

GAMBAR 1.62 Angka Kekurangan Gizi

Wilayah Maluku Tahun 2007 MALUKU

No. Propinsi Gizi Kurang Gizi Buruk Kekurangan Gizi

1 Maluku 18.5 9.3 27.8

2 Maluku Utara 16.1 6.7 22.8

Angka Kekurangan Gizi Pada Balitadi Pulau Maluku Tahun 2007

27.80

22.80

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

Maluku Maluku Utara

Per

sen

Angka Nasional18,4

Sumber : Riskesdas 2007

Page 100: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 81 -

GAMBAR 1.63 Angka Kekurangan Gizi

Wilayah Papua Tahun 2007 PAPUA

No. Propinsi Gizi Kurang Gizi Buruk Kekurangan Gizi

1 Papua Barat 16.4 6.8 23.2

2 Papua 14.6 6.6 21.2

Angka Kekurangan Gizi Pada Balitadi Pulau Papua Tahun 2007

23.20

21.20

20.00

20.50

21.00

21.50

22.00

22.50

23.00

23.50

Papua Barat Papua

Pers

en

Sumber : Riskesdas 2007

Page 101: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 82 -

TABEL 1.25 Prevalensi Balita Menurut Status Gizi (BB/U) dan Karakteristik Responden

Di Indonesia Tahun 2007

Karakteristik Responden

Kategori Status Gizi BB/U

Gizi buruk

Gizi kurang

Gizi baik Gizi lebih

Kelompok umur (bulan)

0-5 6.5 8.2 76.7 8.7

6-11 4.8 8.1 82.2 4.9

12-23 5.0 11.3 78.8 4.9

24-35 5.9 14.5 75.7 3.9

36-47 6.3 14.8 75.4 3.6

48-60 4.9 14.2 77.2 3.7

Jenis kelamin

Laki-laki 5.8 13.3 76.3 4.6

Perempuan 5.0 12.7 78.2 4.0

Pendidikan KK

Tdk sekolah & tdk tamat SD 6.8 14.6 75.0 3.6

Tamat SD 5.8 13.8 76.7 3.7

Tamat SLTP 5.5 13.3 76.9 4.3

Tamat SLTA 4.5 11.4 78.7 5.3

Tamat PT 3.4 8.9 80.7 7.0

Pekerjaan Utama KK

Tdk kerja/sekolah/ibu RT 4.7 12.4 78.9 4.0

TNI/Polri/PNS/BUMN 3.8 9.5 80.0 6.7

Pegawai Swasta 3.5 9.6 81.2 5.8

Wiraswasta/dagang/jasa 4.7 12.3 78.1 4.9

Petani/nelayan 7.4 14.8 73.8 3.9

Buruh & lainnya 5.2 13.8 77.8 3.1

Tipe Daerah

Perkotaan 4.2 11.7 79.3 4.9

Perdesaan 6.4 14.0 75.7 3.9

Tingkat Pengeluaran per kapita per bulan

Kuintil 1 6.7 15.4 74.1 3.9

Kuintil 2 5.7 13.8 76.9 3.6

Kuintil 3 5.2 12.9 77.7 4.2

Kuintil 4 4.7 11.8 78.8 4.6

Kuintil 5 4.1 9.6 80.4 5.9 Sumber : Riskesdas 2007

Page 102: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 83 -

1.3.2. PREVALENSI STUNTING PADA ANAK BALITA

TABEL 1.26 Persentase Balita Menurut Status Gizi (TB/U) Per Provinsi Tahun 2007

Propinsi Sangat Pendek Pendek Stunting Normal Propinsi

Sangat Pendek Pendek Stunting Normal

% % % % % % % % NAD 26.9 17.7 44.6 55.4 Nusa Tenggara Barat 23.8 19.9 43.7 56.3 Sumatera Utara 25.2 17.9 43.1 56.9 Nusa Tenggara Timur 24.2 22.5 46.7 53.2 Sumatera Barat 17.1 19.4 36.5 63.5 Kalimantan Barat 20.9 18.3 39.2 60.7 Riau 18.0 15.0 33.0 67.0 Kalimantan Tengah 23.5 19.3 42.8 57.3 Jambi 20.1 16.3 36.4 63.6 Kalimantan Selatan 20.9 20.9 41.8 58.2 Sumatera Selatan 28.1 16.6 44.7 55.3 Kalimantan Timur 17.9 17.3 35.2 64.8 Bengkulu 20.0 16.0 36.0 64.0 Sulawesi Utara 14.6 16.6 31.2 68.8 Lampung 22.6 16.1 38.7 61.3 Sulawesi Tengah 19.8 20.5 40.3 59.6 Bangka Belitung 18.1 17.5 35.6 64.5 Sulawesi Selatan 13.9 15.2 29.1 70.9 Kepulauan Riau 13.4 12.7 26.1 73.8 Sulawesi Tenggara 21.6 18.9 40.5 59.5 DKI Jakarta 13.7 13.0 26.7 73.3 Gorontalo 19.7 20.2 39.9 60.1 Jawa Barat 15.7 19.7 35.4 64.5 Sulawesi Barat 27.1 17.4 44.5 55.5 Jawa Tengah 17.8 18.6 36.4 63.5 Maluku 25.9 19.9 45.8 54.2 D.I. Yogyakarta 11.5 16.1 27.6 72.4 Maluku Utara 25.4 14.8 40.2 59.8 Jawa Timur 17.4 17.4 34.8 65.2 Papua Barat 19.7 19.7 39.4 60.6 Banten 20.6 18.3 38.9 61.0 Papua 20.2 17.4 37.6 62.3 Bali 16.0 15.0 31.0 69.0

Indonesia 18,8 18,0 36,8 63,2 Sumber: Riskesdas 2007

GAMBAR 1.64

Angka Prevalensi Stunting (TB/U Kronis) Pada Balita Per Provinsi Tahun 2007

Prevalensi Stunting(TB/U Kronis)

47 46 45 45 45 44 43 43 42 41 40 40 40 39 39 39 39 38 37 37 36 36 36 36 35 35 35 33 31 31 29 28 27 26

05

101520253035404550

Nus

a Te

ngga

ra T

imur

M

aluk

u

Sum

ater

a Se

lata

n

NAD

S

ulaw

esi B

arat

N

usa

Teng

gara

Bar

at

Sum

ater

a U

tara

K

alim

anta

n Te

ngah

K

alim

anta

n Se

lata

n

Sul

awes

i Ten

ggar

a

Sul

awes

i Ten

gah

M

aluk

u U

tara

G

oron

talo

P

apua

Bar

at

Kal

iman

tan

Bara

t B

ante

n

Lam

pung

P

apua

In

done

sia

S

umat

era

Bara

t J

ambi

J

awa

Teng

ah

Ben

gkul

u

Ban

gka

Belitu

ng

Jaw

a Ba

rat

Kal

iman

tan

Tim

ur

Jaw

a Ti

mur

R

iau

S

ulaw

esi U

tara

B

ali

Sul

awes

i Sel

atan

D

I Yog

yaka

rta

DKI

Jak

arta

K

epul

auan

Ria

u

Sumber: Riskesdas 2007

Angka rata-rata Nasional Prevalensi Stunting menunjukkan angka 37, dengan hampir

50% provinsi di Indonesia telah berada di level diatas rata-rata nasional.

Page 103: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 84 -

GAMBAR 1.65 Peta Penyebaran Angka Prevalensi Stunting (TB/U Kronis) Pada Balita

Per Provinsi Tahun 2007

Sumber: Riskesdas 2007

TABEL 1.27

Persentase Balita Menurut Status Gizi (TB/U) dan Karakteristik Responden Di Indonesia Tahun 2007

Karakteristik Responden

Kategori Status Gizi TB/U

Sangat Pendek Pendek Normal

Kelompok umur (bulan)

0-5 17.1 14.0 68.9

6-11 21.0 13.2 65.8

12-23 22.2 17.8 60.0

24-35 22.2 19.5 58.3

36-47 19.8 20.8 59.3

48-60 14.8 17.6 67.6

Jenis kelamin

Laki-laki 19.6 18.1 62.3

Perempuan 17.9 17.9 64.2

Pendidikan KK

Tdk sekolah & tdk tamat SD 21.0 19.2 59.8

Tamat SD 20.3 19.5 60.2

Tamat SLTP 18.9 18.3 62.8

Tamat SLTA 16.7 15.7 67.6

Tamat PT 13.3 14.6 72.1

Tipe Daerah

Perkotaan 16.0 16.7 67.4

Perdesaan 20.9 19.0 60.1

Tingkat Pengeluaran per kapita per bulan

Kuintil 1 21.3 19.2 59.5

Kuintil 2 19.9 19.0 61.1

Kuintil 3 18.8 18.5 62.8

Kuintil 4 17.0 17.1 65.9

Kuintil 5 15.2 15.1 69.7 Sumber : Riskesdas 2007

Page 104: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 85 -

1.3.3. PREVALENSI WASTING PADA ANAK BALITA

TABEL 1.28 Persentase Balita Menurut Status Gizi (BB/TB)

Per Provinsi Tahun 2007

Propinsi Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk

Propinsi Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk

% % % % % % % % NAD 9.2 9.1 66.5 15.2 Nusa Tenggara Barat 7.9 7.6 71.6 12.9 Sumatera Utara 9.1 7.9 66.8 16.2 Nusa Tenggara Timur 9.5 10.5 73.0 7.0 Sumatera Barat 7.6 7.7 74.8 9.9 Kalimantan Barat 8.1 9.3 68.7 13.9 Riau 12.2 9.9 62.6 15.3 Kalimantan Tengah 8.2 8.7 69.7 13.5 Jambi 10.6 8.6 66.4 14.4 Kalimantan Selatan 7.8 8.5 73.8 9.9 Sumatera Selatan 7.9 7.9 63.4 20.9 Kalimantan Timur 7.2 8.7 69.8 14.2 Bengkulu 7.3 6.9 71.4 14.4 Sulawesi Utara 3.9 6.3 78.9 10.9 Lampung 7.3 6.4 70.2 16.1 Sulawesi Tengah 6.5 9.0 77.0 7.5 Bangka Belitung 4.8 6.0 78.5 10.7 Sulawesi Selatan 5.7 8.0 75.9 10.4 Kepulauan Riau 5.4 8.1 76.2 10.3 Sulawesi Tenggara 5.4 9.2 74.9 10.4 DKI Jakarta 8.6 8.4 70.9 12.2 Gorontalo 8.3 8.4 76.6 6.8 Jawa Barat 3.6 5.4 81.3 9.6 Sulawesi Barat 8.7 8.1 70.8 12.4 Jawa Tengah 4.7 7.1 76.8 11.4 Maluku 7.5 9.7 68.4 14.5 D.I. Yogyakarta 3.8 5.2 78.5 12.5 Maluku Utara 3.8 11.1 72.3 12.8 Jawa Timur 5.8 7.9 73.8 12.5 Papua Barat 6.5 9.9 75.0 8.6 Banten 6.6 7.5 70.3 15.6 Papua 5.4 7.0 77.1 10.5 Bali 4.4 5.6 76.9 13.1

Indonesia 6.2 7.4 74.1 12.2 Sumber: Riskesdas 2007

Page 105: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 86 -

GAMBAR 1.66 Angka Prevalensi Wasting (BB/TB Akut) Pada Balita

Per Provinsi Tahun 2007

Sumber : Riskesdas 2007 Terlihat dari gambar 1.36 bahwa angka Prevalensi Wasting Indonesia berada pada

angka 13,6 dengan 25 provinsi masih berada diatas angka rata-rata nasional.

Sedangkan 8 Provinsi lainnya, yaitu Kelulauan Riau, Papua, Jawa Tengah, Bangka

Belitung, Sulawesi Utara, Bali, Jawa Barat dan DI Yogyakarta sudah dianggap cukup

baik atau dengan angka Prevalensi wasting berada dibawah rata-rata Nasional.

Prevalensi Wasting

22.1

20.0

19.2

18.3

17.4

17.2

17.0

17.0

16.9

16.8

16.7

16.4

16.3

15.9

15.8

15.5

15.5

15.3

14.9

14.6

14.2

14.1

13.7

13.7

13.7

13.6

13.5

12.4

11.8

10.8

10.2

10.0

9.0

9.0

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

Ria

u

Nus

a Te

ngga

ra J

ambi

N

AD

Kal

iman

tan

Bara

t M

aluk

u

Sum

ater

a U

tara

D

KI J

akar

ta

Kal

iman

tan

Teng

ah

Sul

awes

i Bar

at

Gor

onta

lo

Pap

ua B

arat

K

alim

anta

n Se

lata

n

Kal

iman

tan

Tim

ur

Sum

ater

a Se

lata

n

Nus

a Te

ngga

ra S

ulaw

esi T

enga

h

Sum

ater

a Ba

rat

Mal

uku

Uta

ra

Sula

wes

i Ten

ggar

a B

engk

ulu

B

ante

n

Lam

pung

J

awa

Tim

ur

Sul

awes

i Sel

atan

In

done

sia

K

epul

auan

Ria

u

Pap

ua

Jaw

a Te

ngah

B

angk

a Be

litung

S

ulaw

esi U

tara

B

ali

Jaw

a Ba

rat

DI Y

ogya

karta

Page 106: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 87 -

TABEL 1.29 Persentase Balita Menurut Status Gizi (BB/TB) dan Karakteristik Responden

Di Indonesia Tahun 2007

Karakteristik Responden

Kategori Status Gizi BB/TB

Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk

Kelompok umur (bulan)

0-5 8.3 7.0 64.8 19.9

6-11 7.5 7.9 68.7 15.9

12-23 7.6 7.1 72.3 12.9

24-35 7.1 7.6 74.3 10.9

36-47 5.5 7.7 75.7 11.2

48-60 4.8 7.4 77.1 10.7

Jenis kelamin

Laki-laki 6.6 7.6 73.2 12.6

Perempuan 5.8 7.3 75.1 11.8

Pendidikan KK

Tdk sekolah & tdk tamat SD 6.6 7.5 74.5 11.4

Tamat SD 6.0 7.7 74.3 11.9

Tamat SLTP 6.9 7.4 73.3 12.4

Tamat SLTA 6.5 7.5 73.1 12.9

Tamat PT 5.2 6.8 73.0 15.0

Pekerjaan Utama KK

Tdk kerja/sekolah/ibu RT 6.0 6.9 76.4 10.7

TNI/Polri/PNS/BUMN 4.7 7.0 73.9 14.4

Pegawai Swasta 6.2 7.0 72.9 13.9

Wiraswasta/dagang/jasa 6.0 7.7 73.9 12.4

Petani/nelayan 7.3 8.0 72.0 12.7

Buruh & lainnya 6.0 7.0 76.2 10.8

Tipe Daerah

Perkotaan 5.6 7.5 74.5 12.4

Perdesaan 6.7 7.4 73.9 12.0

Tingkat Pengeluaran per kapita per bulan

Kuintil 1 6.8 7.9 74.2 11.2

Kuintil 2 6.2 7.7 74.3 11.8

Kuintil 3 6.1 7.3 74.7 11.9

Kuintil 4 5.9 7.1 74.2 12.8

Kuintil 5 6.0 7.0 73.0 14.0 Sumber : Riskesdas 2007

Page 107: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 88 -

TABEL 1.30 Prevalensi Balita Menurut Tiga Indikator Status Gizi

Per Provinsi Tahun 2007

Provinsi BB/U TB/U Kronis BB/TB Akut Akut* Kronis**

Buruk&Kurang (Pendek) (Kurus)

NAD 26.5 44.6 18.3 √ √

Sumatera Utara 22.7 43.1 17.0 √ √

Sumatera Barat 20.2 36.5 15.3 √

Riau 21.4 33.0 22.1 √

Jambi 18.9 36.4 19.2 √

Sumatera Selatan 18.2 44.7 15.8 √ √

Bengkulu 16.7 36.0 14.2 √

Lampung 17.5 38.7 13.7 √ √

Bangka Belitung 18.3 35.6 10.8 √

Kepulauan Riau 12.4 26.1 13.5 √

DKI Jakarta 12.9 26.7 17.0 √

Jawa Barat 15.0 35.4 9.0

Jawa Tengah 16.0 36.4 11.8 √

DI Yogyakarta 10.9 27.6 9.0

Jawa Timur 17.4 34.8 13.7 √

Banten 16.6 38.9 14.1 √ √

Bali 11.4 31.0 10.0

Nusa Tenggara Barat 24.8 43.7 15.5 √ √

Nusa Tenggara Timur 33.6 46.7 20.0 √ √

Kalimantan Barat 22.5 39.2 17.4 √ √

Kalimantan Tengah 24.2 42.8 16.9 √ √

Kalimantan Selatan 26.6 41.8 16.3 √ √

Kalimantan Timur 19.3 35.2 15.9 √

Sulawesi Utara 15.8 31.2 10.2 √

Sulawesi Tengah 27.6 40.3 15.5 √ √

Sulawesi Selatan 17.6 29.1 13.7 √

Sulawesi Tenggara 22.7 40.5 14.6 √ √

Gorontalo 25.4 39.9 16.7 √ √

Sulawesi Barat 25.4 44.5 16.8 √ √

Maluku 27.8 45.8 17.2 √ √

Maluku Utara 22.8 40.2 14.9 √ √

Papua Barat 23.2 39.4 16.4 √ √

Papua 21.2 37.6 12.4 √ √

Indonesia 18.4 36.8 13.6 √ Sumber : Riskesdas 2007

* Permasalahan gizi akut adalah apabila BB/TB > 10% (UNHCR) ** Permasalahan gizi kronis adalah apabila TB/U diatas prevalensi nasional

Page 108: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 89 -

1.3.4. PREVALENSI GIZI LEBIH PADA BALITA

TABEL 1.31 Prevalensi Gizi Lebih Pada Balita

Per Provinsi Tahun 2007 Propinsi

Gizi Lebih Propinsi

Gizi Lebih % %

NAD 4.2 Nusa Tenggara Barat 3.7 Sumatera Utara 4.5 Nusa Tenggara Timur 2.0 Sumatera Barat 2.8 Kalimantan Barat 5.0 Riau 5.3 Kalimantan Tengah 3.6 Jambi 5.3 Kalimantan Selatan 3.0 Sumatera Selatan 6.7 Kalimantan Timur 5.4 Bengkulu 6.0 Sulawesi Utara 3.6 Lampung 4.2 Sulawesi Tengah 3.0 Bangka Belitung 5.4 Sulawesi Selatan 9.3 Kepulauan Riau 6.1 Sulawesi Tenggara 3.6 DKI Jakarta 6.5 Gorontalo 3.3 Jawa Barat 3.5 Sulawesi Barat 2.4 Jawa Tengah 3.6 Maluku 4.9 D.I. Yogyakarta 4.0 Maluku Utara 3.0 Jawa Timur 4.5 Papua Barat 2.7 Banten 3.4 Papua 5.3 Bali 4.7

Indonesia 4.3 Sumber : Riskesdas 2007

GAMBAR 1.67

Angka Prevalensi Gizi Lebih Pada Balita Per Provinsi Tahun 2007

Sumber : Riskesdas 2007 Angka Prevalensi Nasional untuk gizi lebih pada tahun 2007 adalah sebesar 4.3, dengan

angka tertinggi dimiliki oleh Provinsi Sulawesi Selatan dan angka terendah dimiliki oleh

Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Gizi Lebih

9.3

6.7

6.5

6.1

6.0

5.4

5.4

5.3

5.3

5.3

5.0

4.9

4.7

4.5

4.5

4.3

4.2

4.2

4.0

3.7

3.6

3.6

3.6

3.6

3.5

3.4

3.3

3.0

3.0

3.0

2.8

2.7

2.4

2.0

0.01.02.03.04.05.06.07.08.09.0

10.0

Page 109: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 90 -

1.3.5. PREVALENSI GIZI LEBIH DIATAS 15 TAHUN

TABEL 1.32 Prevalensi Obesitas Umum Penduduk Dewasa (15 Tahun Ke Atas)

Per Provinsi Tahun 2007 Propinsi

Laki-laki Perempuan Total Propinsi

Laki-laki Perempuan Total % % % % % %

NAD 11.9 20.9 16.6 Nusa Tenggara Barat 8.9 18.1 13.8 Sumatera Utara 17.7 23.8 20.9 Nusa Tenggara Timur 7.8 12.3 10.2 Sumatera Barat 10.5 21.3 16.3 Kalimantan Barat 9.3 16.7 13.0 Riau 14.9 22.6 18.7 Kalimantan Tengah 11.6 18.7 15.2 Jambi 10.7 18.6 14.7 Kalimantan Selatan 12.4 20.6 16.7 Sumatera Selatan 8.4 14.5 11.4 Kalimantan Timur 19.9 27.3 23.5 Bengkulu 10.0 20.5 15.2 Sulawesi Utara 27.2 38.9 33.2 Lampung 10.1 20.3 15.0 Sulawesi Tengah 14.2 27.0 20.7 Bangka Belitung 15.5 28.9 22.2 Sulawesi Selatan 11.5 20.3 16.3 Kepulauan Riau 20.3 24.9 22.8 Sulawesi Tenggara 11.8 18.1 15.1 DKI Jakarta 22.7 30.7 26.9 Gorontalo 18.4 33.4 26.3 Jawa Barat 14.4 29.2 22.1 Sulawesi Barat 11.1 17.2 14.3 Jawa Tengah 11.6 22.0 17.0 Maluku 13.4 19.4 16.6 D.I. Yogyakarta 14.6 22.5 18.7 Maluku Utara 19.4 29.0 24.4 Jawa Timur 15.2 25.1 20.4 Papua Barat 18.7 26.9 23.0 Banten 11.0 21.6 16.6 Papua 20.1 24.5 22.4 Bali 18.3 20.5 19.4

Indonesia 13.9 23,8 19,1 Sumber : Riskesdas 2007

GAMBAR 1.68

Angka Prevalensi Gizi Lebih Diatas 15 Tahun Per Provinsi Tahun 2007

Sumber : Riskesdas 2007 Prevalensi obesitas umum menurut jenis kelamin disajikan pada gambar 1.39. Secara

nasional prevalensi obesitas umum pada laki-laki lebih rendah dibandingkan dengan

perempuan (masing-masing 13,9% dan 23,8%).

33.2

26.9

26.3

24.4

23.5

23.0

22.8

22.4

22.2

22.1

20.9

20.7

20.4

19.4

19.1

18.7

18.7

17.0

16.7

16.6

16.6

16.6

16.3

16.3

15.2

15.2

15.1

15.0

14.7

14.3

13.8

13.0

11.4

10.2

0.0

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0

120.0

Laki-laki Perempuan Total

Page 110: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 91 -

GAMBAR 1.69 Peta Penyebaran Angka Prevalensi Gizi Lebih Diatas 15 Tahun

Per Provinsi Tahun 2007

Sumber : Riskesdas 2007

TABEL 1.33

Persentase Gizi Dewasa (15 Tahun Ke Atas) Menurut IMT dan Karakteristik Responden Di Indonesia Tahun 2007

Karakteristik Responden Kategori IMT

Kurus Normal BB-Lebih Obese

Pendidikan

Tdk sekolah & tdk tamat SD 19.1 64.2 7.8 8.8

Tamat SD 13.5 67.3 8.9 10.3

Tamat SLTP 15.8 67.2 7.7 9.2

Tamat SLTA 11.9 66.6 9.9 11.6

Tamat PT 7.7 63.8 12.7 15.9

Tipe Daerah

Perkotaan 13.4 62.8 10.4 13.4

Perdesaan 15.9 68.8 7.5 7.8

Tingkat Pengeluaran per kapita per bulan

Kuintil 1 17.7 67.9 7.1 7.3

Kuintil 2 16.3 67.3 1.9 8.5

Kuintil 3 15.2 66.4 8.7 9.7

Kuintil 4 13.7 65.9 9.1 11.4

Kuintil 5 12 63.9 10.7 13.5 Sumber : Susenas 2007

TABEL 1.34

Tren Wanita Usia Subur (WUS) Berstatus Gizi Kurang Di Indonesia Tahun 2002 - 2007

Daerah

2002 2003 2005 2007 Kota 16.4 15.7 14.4 13.0 Desa 18.6 17.7 17.6 14.1 Total 17.6 16.7 16.2 13.5

Sumber: Susenas, Riskesdas 2007

Page 111: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 92 -

1.3.6. PREVALENSI BBLR

TABEL 1.35 Persentase Berat Badan Bayi Baru Lahir 12 Bulan Terakhir

Per Provinsi Tahun 2007

Propinsi Berat Badan Bayi Lahir (gram)

Propinsi Berat Badan Bayi Lahir (gram)

<2500 2500-3999 >=4000 <2500 2500-3999 >=4000 NAD 11.5 82.7 5.8 Nusa Tenggara Barat 12.8 75.5 11.7 Sumatera Utara 8.5 83.8 7.7 Nusa Tenggara Timur 20.3 74.0 5.7 Sumatera Barat 8.3 82.3 9.4 Kalimantan Barat 16.6 80.6 2.8 Riau 7.6 84.9 7.6 Kalimantan Tengah 16.2 80.8 2.9 Jambi 7.5 84.1 8.4 Kalimantan Selatan 12.4 82.0 5.5 Sumatera Selatan 19.5 77.3 3.2 Kalimantan Timur 11.5 84.0 4.5 Bengkulu 8.9 83.6 7.5 Sulawesi Utara 7.9 83.5 8.7 Lampung 10.3 83.4 6.3 Sulawesi Tengah 15.7 75.3 9.1 Bangka Belitung 13.5 80.7 5.8 Sulawesi Selatan 14.5 77.1 8.4 Kepulauan Riau 8.0 88.9 3.0 Sulawesi Tenggara 11.1 78.7 10.2 DKI Jakarta 10.6 86.4 3.0 Gorontalo 8.6 69.9 21.5 Jawa Barat 11.8 80.9 7.3 Sulawesi Barat 7.2 83.1 9.6 Jawa Tengah 9.8 84.5 5.7 Maluku 15.7 74.5 9.8 D.I. Yogyakarta 14.9 85.1 0.0 Maluku Utara 10.3 87.2 2.6 Jawa Timur 10.2 85.6 4.2 Papua Barat 23.8 71.4 4.8 Banten 17.5 78.8 3.7 Papua 27.0 67.8 5.2 Bali 5.8 88.1 6.2

Indonesia 11.5 82,2 6,3 Sumber : Riskesdas 2007

GAMBAR 1.70

Angka Prevalensi BBLR Per Provinsi Tahun 2007

Sumber : Riskesdas 2007

Prevalensi BBLR

27.0

23.8

20.3

19.5

17.5

16.6

16.2

15.7

15.7

14.9

14.5

13.5

12.8

12.4

11.8

11.5

11.5

11.5

11.1

10.6

10.3

10.3

10.2

9.8

8.9

8.6

8.5

8.3

8.0

7.9

7.6

7.5

7.2

5.8

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

Pap

ua

Pap

ua B

arat

N

usa

Teng

gara

Tim

ur

Sum

ater

a Se

lata

n

Ban

ten

K

alim

anta

n Ba

rat

Kal

iman

tan

Teng

ah

Sul

awes

i Ten

gah

M

aluk

u

DI Y

ogya

karta

S

ulaw

esi S

elat

an

Ban

gka

Belitu

ng

Nus

a Te

ngga

ra B

arat

K

alim

anta

n Se

lata

n

Jaw

a Ba

rat

NAD

K

alim

anta

n Ti

mur

In

done

sia

S

ulaw

esi T

engg

ara

D

KI J

akar

ta

Lam

pung

M

aluk

u U

tara

J

awa

Tim

ur

Jaw

a Te

ngah

B

engk

ulu

G

oron

talo

S

umat

era

Uta

ra

Sum

ater

a Ba

rat

Kep

ulau

an R

iau

S

ulaw

esi U

tara

R

iau

J

ambi

S

ulaw

esi B

arat

B

ali

Page 112: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 93 -

Secara keseluruhan, proporsi bayi berat lahir rendah (BBLR) sebesar 11,5%. Lima

provinsi mempunyai persentase BBLR tertinggi adalah Provinsi Papua (27,0%),

Papua Barat (23,8%), NTT (20,3%), Sumatera Selatan (19,5%), dan Kalimantan Barat

(16,6%). Sedangkan 5 provinsi dengan persentase BBLR terendah adalah Bali (5,8%),

Sulawesi Barat (7,2%), Jambi (7,5%), Riau (7,6%), dan Sulawesi Utara (7,9%).

GAMBAR 1.71

Peta Penyebaran Angka Prevalensi BBLR Per Provinsi Tahun 2007

Sumber : Riskesdas 2007

Page 113: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 94 -

TABEL 1.36 Persentase Berat Badan Bayi Baru Lahir 12 Bulan Terakhir

Menurut Karakteristik Responden Di Indonesia Tahun 2007

Karakteristik Responden Berat Badan Bayi Lahir

<2500 2500-3999 >=4000 Jenis kelamin

Laki-laki 10.0 82.7 7.2

Perempuan 13.0 81.5 5.4

Tipe daerah

Perkotaan 10.8 84.1 5.2

Perdesaan 12.2 80.5 7.3

Pendidikan KK

Tidak sekolah 13.6 80.2 6.2

Tidak tamat SD 14.0 80.2 5.8

Tamat SD 11.8 80.7 7.5

Tamat SMP 12.1 81.6 6.3

Tamat SMA 9.4 85.1 5.5

Tamat PT 8.8 85.3 5.9

Pekerjaan KK

Tidak bekerja 17.6 75.9 6.4

Ibu rumah tangga 13.1 78.8 8.1

PNS/POLRI/TNI 8.7 86.0 5.3

Wiraswasta 11.0 83.4 5.6

Petani/nelayan/buruh 12.0 81.2 6.8

Lainnya 11.7 80.3 8.0

Tingkat pengeluaran per kapita

Kuintil 1 13.1 79.7 7.2

Kuintil 2 10.7 83.0 6.3

Kuintil 3 11.9 81.5 6.6

Kuintil 4 11.3 83.1 5.6

Kuintil 5 10.5 83.6 5.9 Sumber : Riskesdas 2007

Pada Tabel 1.36 terlihat bahwa persentase BBLR lebih tinggi pada bayi perempuan

(13,0%) dibanding laki-laki (10,0%), dan sedikit lebih tinggi di perdesaan (12,2%)

dibanding di perkotaan (10,8%). Menurut karakteristik rumah tangga, proporsi BBLR

tertinggi pada kelompok keluarga yang kepala keluarga tidak bekerja (17,1%) dan

terendah bila kepala keluarga bekerja sebagai pegawai negri/TNI/POLRI (8,7%).

Tidak tampak adanya pola kecenderungan hubungan antara persentase BBLR dengan

pendidikan kepala keluarga dan tingkat pengeluaran per kapita.

Page 114: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 95 -

1.3.7. PREVALENSI GAKY Untuk menunjukkan GAKY, biasanya digunakan Prevalensi Gondok (Total Goiter Rate/TGR), yang diukur dengan proporsi anak usia 6-11 tahun dengan berbagai ukuran gondok (kombinasi gondok yang dapat dipalpasi dan terlihat), diukur pada anak sekolah. WHO merekomendasikan bahwa TGR maksimal 5%; sedangkan WSC Goal adalah eliminasi TGR pada tahun 2000

TABEL 1.37 Prevalensi Gondok

Di Indonesia Tahun 1980 - 2003

Tahun 1980 1986 1990 1995 1998 2003 Prevalensi Gondok (%) 30 24.95 19.9 13.59 9.8 11.1

*) Sumber: Pemetaaan GAKY Nasional 980/82, 1986/98 dan diestimasikan ke tahun 1986, 1990 dan 1995; serta Survey Gaky 2003

GAMBAR 1.72 Angka Prevalensi Gondok di Indonesia

Tahun 1980 - 2003 *) Sumber: Pemetaaan GAKY Nasional 980/82, 1986/98 dan diestimasikan ke tahun 1986, 1990 dan 1995; serta Survey Gaky 2003

Prevalensi Gondok (%)

30

24.95

19.9

13.599.8 11.1

0

5

10

15

20

25

30

35

1980 1986 1990 1995 1998 2003

Page 115: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 96 -

1.4. UMUR HARAPAN HIDUP (UHH) Umur Harapan Hidup waktu lahir (Eo), yaitu rata-rata jumlah tahun bayi yang baru lahir akan bertahap hidup bila pola kematian pada saat lahir tetap sepanjang kehidupannya

TABEL 1.38 Angka Umur Harapan Hidup Di Indonesia Tahun 1976 - 2009

Tahun Inkesra 2001

Proyeksi 2005 Proyeksi

2008 Sasaran

RPJM

1976 52.2

1986 59.8

1990 61.5

1995 63.5

1998 64.3

2000 67.1

2001 67.4

2002 67.8

2003 68.2

2004 68.6

2005 69.0 70.0

2006 69.4 70.2

2007 69.8 70.4

2008 70.2 70.5

2009 70.5 70.7 70.6 Sumber: BPS Inkesra 2001 (1976-1998)

Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025 Tahun 2005 (2000-2009)(BPS,Bappneas,UNFPA, 2005) Proyeksi Penduduk Indonesia 2005-2025 Tahun 2008 (2005-2009)

GAMBAR 1.73

Angka Umur Harapan Hidup di Indonesia Tahun 1976 - 2008

Sumber: BPS dan Proyeksi Penduduk Indonesia 2005-2025 (BPS,Bappneas,UNFPA, 2008)

70.070.2

70.4 70.570.6

72.0

69

70

71

72

73

2005 2007 2009 2011 2013

UH

H (t

ahun

)

Umur Harapan HidupTarget RPJMN 2009Sasaran RPJMN 2014

Page 116: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 97 -

Umur Harapan Hidup (UHH) meningkat dari periode 2005-2008, hal ini

mengindikasikan adanya perbaikan pada pelayanan kesehatan melalui keberhasilan

pembangunan pada sektor kesehatan. Angka UHH pada tahun 2008 telah mencapai

angka 70,5 yang naik bila dibandingkan dengan tahun 2007 dengan angka 70,4.

GAMBAR 1.74

Umur Harapan Hidup Per Provinsi Tahun 2008

66.3

68.4

68.6

68.7 69

.169

.269

.369

.369

.469

.569

.5 69.9

70.1 70.4

70.4

70.4

70.5

70.5

70.5

70.7

70.8 71

.171

.171

.2 71.7

71.8

72.0 72

.372

.4 72.7

74.1 74

.675

.775

.9

65.0

67.0

69.0

71.0

73.0

75.0

77.0

NTB

Sul

teng

Mal

utK

alse

lN

AD

Mal

uku

Ban

ten

Irjab

arN

TTG

oron

tal

Pap

uaS

ultra

Ben

gkul

uK

alba

rS

ulse

lS

ulba

rJa

mbi

Jaw

aIn

done

sia

Sum

bar

Bab

elS

umse

lLa

mpu

ngJa

wa

Sum

utK

alte

ngR

iau

Jaw

aK

epri

Kal

tim Bal

iS

ulut

DIY

DK

I

UH

H T

ahun

200

8

Sumber: BPS dan Proyeksi Penduduk Indonesia 2005-2025 (BPS,Bappneas,UNFPA, 2008)

Page 117: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 98 -

2. PERLINDUNGAN FINANSIAL

2.1. CAKUPAN ASURANSI KESEHATAN

GAMBAR 1.75 Persentase Partisipasi Asuransi Berdasarkan Waktu

Menurut Jenis Asuransi di Indonesia Tahun 2003 - 2006

Sumber : Bank Dunia berdasarkan Susenas berbagai tahun

Sesuai dengan data Susenas, saat ini hanya sekitar 27% dari populasi yang

terlindung oleh salah satu skema asuransi yang berlaku. Walaupun demikian, dewasa

ini partisipasi jaminan kesehatan menunjukkan peningkatan yang nyata

dibandingkan partisipasi pada tahun–tahun sebelumnya, yang tetap stagnan pada

angka 20% selama tiga tahun terakhir (periode 2003-2005), sementara Askes dan

Jamsostek masing-masing hanya mencakup 3 hingga 4 persen.

8.6 8.55.0 5.4

6.0 5.7

8.3

15.0

0.5 0.8 2.6

2.5

3.5 3.9 3.5

3.4

2.7 2.7 0.7

0.7

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

Askes Kartu Kesehatan Jamsostek Jaminan Pribadi/Lainnya JPKM

JPKM 2.7 2.7 0.7 0.7

Jaminan Pribadi/Lainnya 3.5 3.9 3.5 3.4

Jamsostek 0.5 0.8 2.6 2.5

Kartu Kesehatan 6.0 5.7 8.3 15.0

Askes 8.6 8.5 5.0 5.4

2003 2004 2005 2006

Page 118: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 99 -

GAMBAR 1.76 Persentase Partisipasi Asuransi Menurut Kuintil Penghasilan

Di Indonesia Tahun 2006

Sumber : Bank Dunia berdasarkan Susenas berbagai tahun

Dengan menganalisis partisipasi berdasarkan kuintil penghasilan, jelas bahwa

masyarakat miskin merupakan penerima manfaat utama dari sistem kartu kesehatan

dan JPKM, sementara individu pada kuintil yang lebih mampu sebagian besar

dilindungi oleh Askes dan Jaminan pribadi/Lainnya.

0.5 1.3 3.07.2

15.2

27.4

19.8 14.99.4

3.6

0.3

0.8

1.7 3.2

6.3

1.1

1.21.9 3.6

9.50.8

0.70.7

0.7

0.7

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

35.0

40.0

Askes Kartu Kesehatan Jamsostek Jaminan Pribadi/Lainnya JPKM

JPKM 0.8 0.7 0.7 0.7 0.7

Jaminan Pribadi/Lainnya 1.1 1.2 1.9 3.6 9.5

Jamsostek 0.3 0.8 1.7 3.2 6.3

Kartu Kesehatan 27.4 19.8 14.9 9.4 3.6

Askes 0.5 1.3 3.0 7.2 15.2

Termiskin 2 3 4 Terkaya

Page 119: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 100 -

2.2. PENGELUARAN PER KAPITA UNTUK KESEHATAN Pengeluaran dari kantong masyarakat siperlukan di Indonesia karena hampir semua penyedia layanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta, membebankan biaya untuk layanan, sementara pertanggungan asuransi sangat terbatas

TABEL 1.39 Pengeluaran Kesehatan Rumah Tangga Per Kapita

Di Indonesia Tahun 2002 - 2006 Pengeluaran 2002 2003 2004 2005 2006

Pengeluaran di sektor kesehatan per kapita 6,754 5,246 5,468 5,798 5,138

Pengeluaran rumah tangga per kapita 141,678 142,798 129,729 150,386 183,945Persentase pengeluaran kesehatan/Jumlah pengeluaran rumah tangga total 4.3 3.2 3.4 3.1 2.8

Sumber : Bank Dunia berdasarkan Susenas berbagai tahun

GAMBAR 1.77 Angka Pengeluaran Kesehatan Rumah Tangga Per Kapita

Pada Sektor Kesehatan di Indonesia Tahun 2002 - 2006

Sumber : Bank Dunia berdasarkan Susenas berbagai tahun

Pengeluaran kesehatan rumah tangga sedikit berubah seiring dengan waktu sementara

jumlah total belanja rumah tangga telah meningkat.

Pengeluaran Rumah Tangga Per Kapita

6,754 5,246 5,468 5,798 5,138

141,678 142,798129,729

150,386

183,945

4.3 3.2 3.4 3.1 2.80

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

160,000

180,000

200,000

2002 2003 2004 2005 2006

Rup

iah

- Kon

stan

thn

2000

Pengeluaran di sektor kesehatan per kapitaPengeluaran rumah tangga per kapita

Persentase pengeluaran kesehatan/Jumlah pengeluaran rumah tangga total

Page 120: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 101 -

GAMBAR 1.78 Angka Persentase Pengeluaran Kesehatan

Terhadap Pengeluaran Rumah Tangga Total di Indonesia Tahun 2002 – 2006

Sumber : Bank Dunia berdasarkan Susenas berbagai tahun

Di Indonesia, 2,8% dari jumlah belanja rumah tangga pada tahun 2006 dihabiskan

untuk kesehatan, namun trend menunjukkan penurunan. Selama empat tahun terakhir,

pengeluaran dari kantong masyarakat telah menurun secara signifikan dari sekitar

4,3% dari jumlah belanja rumah tangga pada tahun 2002, hingga 2,8% pada tahun

2006.

TABEL 1.40

Pengeluaran Kesehatan Rumah Tangga Per Kapita Berdasarkan Kuintil Pendapatan di Indonesia Tahun 2001 dan 2006

Tahun 2001

Pengeluaran Miskin 2 3 4 Kaya Indonesia

Pengeluaran di sektor kesehatan per kapita 3,160 4,712 6,381 8,849 19,023 8,425

Pengeluaran rumah tangga per kapita 87,690 121,023 152,607 199,137 381,429 188,381 Persentase pengeluaran kesehatan/Jumlah pengeluaran rumah tangga total 3.6 3.9 4.2 4.5 5.3 4.3

Tahun 2006 Pengeluaran Miskin 2 3 4 Kaya Indonesia

Pengeluaran di sektor kesehatan per kapita 3,022 4,571 6,161 9,261 21,550 8,913

Pengeluaran rumah tangga per kapita 129,452 181,971 232,155 307,211 592,274 288,620 Persentase pengeluaran kesehatan/Jumlah pengeluaran rumah tangga total 2.3 2.5 2.6 3 3.7 2.8

Sumber : Bank Dunia berdasarkan Susenas tahun 2001 dan 2006

Tren Persentase pengeluaran kesehatan/Jumlah pengeluaran rumah tangga total

4.3

3.2 3.43.1

2.8

00.5

11.5

22.5

33.5

4

4.55

2002 2003 2004 2005 2006

Pers

en

Page 121: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 102 -

GAMBAR 1.79 Pengeluaran Rumah Tangga di Sektor Kesehatan

Berdasarkan Kuintil Pendapatan di Indonesia Tahun 2001

Sumber : Bank Dunia berdasarkan Susenas tahun 2001

GAMBAR 1.80 Pengeluaran Rumah Tangga di Sektor Kesehatan

Berdasarkan Kuintil Pendapatan di Indonesia Tahun 2006

Sumber : Bank Dunia berdasarkan Susenas tahun 2006 Gambar 1.47 dan 1.48 menunjukkan bagaimana pengeluaran rumah tangga untuk

kesehatan sebagai persentase dari jumlah belanja rumah tangga telah berubah dari waktu

ke waktu, dan bagaimana perbedaan pengeluaran rumah tangga tersebut di seluru kuintil

ekonomi.

Pengeluaran Berdasarkan Kuintil 2001

3,160 4,712 6,381 8,849 19,023 8,425

87,690121,023

152,607199,137

381,429

188,381

050,000

100,000150,000200,000250,000300,000350,000400,000450,000

Miskin 2 3 4 Kaya Indonesia

Pengeluaran di sektor kesehatan per kapita Pengeluaran rumah tangga per kapita

Pengeluaran Berdasarkan Kuintil 2006

3,022 4,571 6,161 9,261 21,550 8,913

129,452181,971

232,155307,211

592,274

288,620

0

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

Miskin 2 3 4 Kaya Indonesia

Pengeluaran di sektor kesehatan per kapita Pengeluaran rumah tangga per kapita

Page 122: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 103 -

GAMBAR 1.81 Persentase Pengeluaran Rumah Tangga Untuk Kesehatan

Berdasarkan Kuintil Pendapatan di Indonesia Tahun 2001

Sumber : Bank Dunia berdasarkan Susenas tahun 2001

GAMBAR 1.82

Persentase Pengeluaran Rumah Tangga Untuk Kesehatan Berdasarkan Kuintil Pendapatan di Indonesia

Tahun 2006

Sumber : Bank Dunia berdasarkan Susenas tahun 2006 Terlihat persentase pengeluaran rumah tangga di sektor kesehatan terbanyak berada

di kuintil paling kaya dan persentase terkecil berada pada kuintil paling miskin.

Persentase Jumlah Belanja Rumah Tangga untuk Kesehatan

2001

3.63.9

4.24.5

5.3

4.3

0

1

2

3

4

5

6

Miskin 2 3 4 Kaya Indonesia

Pers

en

Persentase Jumlah Belanja Rumah Tangga untuk Kesehatan

2006

2.32.5 2.6

3

3.7

2.8

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

Miskin 2 3 4 Kaya Indonesia

Page 123: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 104 -

2.3. PENGELUARAN KATASTROPIK

Pengeluaran yang sangat besar yang menyebabkan lonjakan pengeluaran. Lonjakan pengeluaran yaitu apabila belanja kesehatan mencapai lebih dari kemampuan sebuah rumah tangga untuk membayar.

GAMBAR 1.83 Persentase Pengeluaran Rumah Tangga

Di Berbagai Tingkat Pengeluaran Kesehatan Di Indonesia Tahun 2005

Sumber : Bank Dunia berdasarkan Susenas tahun 2005

GAMBAR 1.84

Persentase Pengeluaran Rumah Tangga Di Berbagai Tingkat Pengeluaran Kesehatan

Di Indonesia Tahun 2006

Sumber : Bank Dunia berdasarkan Susenas tahun 2006

2005

11.74

76.23

7.26 3.26 1.52

0% 10% atau kurang 10% sampai 20% 20% sampai 40% lebih dari 40%

2006

10.92

78.65

6.58 2.661.19

0% 10% atau kurang 10% sampai 20% 20% sampai 40% lebih dari 40%

Page 124: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 105 -

3. KETANGGAPAN

3.1. KEPUASAN TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN Persepsi masyarakat pengguna pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan non-medis dapat digunakan sebagai salah satu indikator ketanggapan terhadap pelayanan kesehatan

TABEL 1.41 Persentase Penduduk Rawat Inap Menurut Aspek Ketanggapan

Per Provinsi Tahun 2007

PROVINSI Waktu tunggu

Kerama

h an

Kejelasan informasi

Ikut ambil

keputusan

Keraha-siaan

Kebebas-an pilih sarana

Kebersih

-an ruangan

Mudah dikun-jungi

NAD 84.2 86.0 81.8 81.4 82.7 81.1 78.6 83.9

Sumatera Utara 88.6 88.7 87.7 87.5 87.2 87.0 84.6 86.4

Sumatera Barat 83.9 84.1 82.4 83.0 83.4 82.9 80.6 84.2

Riau 85.1 84.8 84.9 85.6 86.1 85.0 84.4 86.8

Jambi 72.6 74.0 68.4 69.4 69.3 68.1 67.6 70.2

Sumatera Selatan 82.8 83.2 81.6 81.6 83.4 81.6 78.6 82.6

Bengkulu 80.0 79.2 78.0 79.9 79.8 78.3 74.7 78.5

Lampung 81.9 84.4 84.8 84.8 86.2 84.9 80.9 85.1

Bangka Belitung 79.2 80.7 78.8 77.1 79.5 77.7 74.2 81.0

Kepulauan Riau 84.1 84.1 80.4 79.8 80.5 78.3 78.9 84.7

DKI Jakarta 81.7 85.1 82.2 83.7 84.8 82.5 84.4 87.0

Jawa Barat 80.0 83.4 82.0 81.3 82.8 81.6 81.5 85.4

Jawa Tengah 83.9 87.5 85.6 84.4 85.4 85.0 84.1 88.0

DI Yogyakarta 90.1 91.0 89.6 90.5 91.8 90.9 90.6 93.8

Jawa Timur 88.2 90.0 88.6 87.2 89.0 88.0 88.2 91.2

Banten 71.4 76.7 72.6 72.8 72.7 72.3 72.7 76.7

Bali 92.9 92.5 92.5 92.3 91.6 91.4 92.0 92.7

Nusa Tenggara Barat 84.5 86.6 85.4 82.8 85.2 82.1 79.8 87.2

Nusa Tenggara Timur 86.4 88.8 88.8 88.0 90.5 87.8 85.6 89.0

Kalimantan Barat 77.2 78.4 79.0 78.9 80.5 77.5 73.2 81.7

Kalimantan Tengah 79.0 83.1 81.0 80.4 83.2 80.8 76.0 85.8

Kalimantan Selatan 83.2 88.4 83.2 82.7 85.0 83.1 80.1 85.6

Kalimantan Timur 84.5 86.2 85.9 85.4 86.2 84.4 81.7 86.5

Sulawesi Utara 88.8 94.1 92.8 93.8 95.5 92.4 89.4 93.9

Sulawesi Tengah 85.5 89.7 87.7 84.6 86.5 82.9 77.2 91.7

Sulawesi Selatan 92.6 94.4 92.8 91.7 93.3 91.0 89.8 94.1

Sulawesi Tenggara 87.1 90.2 86.9 88.4 89.5 86.4 82.3 89.5

Gorontalo 92.8 95.1 92.6 92.2 93.1 91.0 88.0 94.2

Sulawesi Barat 84.2 86.5 84.9 82.6 87.1 81.7 80.7 86.2

Maluku 91.1 91.8 90.8 88.7 90.4 88.7 87.0 94.0

Maluku Utara 84.5 88.1 86.7 84.6 86.9 84.6 82.9 93.0

Papua Barat 81.0 86.2 87.7 85.0 89.1 81.2 72.0 89.6

Papua 79.4 87.6 83.7 82.9 86.4 81.9 75.3 87.2

INDONESIA 84.8 87.0 85.4 84.8 86.1 84.5 82.9 87.5 Sumber : Riskesdas 2007

Page 125: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 106 -

Tabel 1.41 menggambarkan persentase penduduk yang memberikan penilaian ‘baik’

terhadap aspek ketanggapan menurut provinsi.

Menurut provinsi, tidak terlihat adanya variasi yang tidak terlampau tajam dari setiap

aspek ketanggapan. Provinsi Jambi mempunyai presentasi terendah untuk semua

aspek ketanggapan kecuali aspek waktu tunggu. Sedangkan Provinsi Sulawesi Utara

mempunyai persentase tertinggi untuk aspek-aspek: kejelasan informasi, turut serta

dalam pengambilan keputusan memilih jenis pelayanan yang dikehendaki,

kerahasiaan informasi, dan kebebasan memilih sarana pelayanan.

GAMBAR 1.85 Persentase Penduduk Rawat Inap Menurut Aspek Ketanggapan

Di Indonesia Tahun 2007

Sumber : Riskesdas 2007

Secara nasional penduduk yang memberikan penilaian ‘baik’ dengan persentase tinggi

adalah aspek ‘mudah dikunjungi’ (87,5%) dan ‘keramahan petugas’ (87,0%).

Persentase terendah adalah aspek ‘kebersihan ruangan’ (82,9%).

Persentase Penduduk Rawat Inapmenurut Aspek Ketanggapan

84.8

87.0

85.484.8

86.1

84.5

82.9

87.5

80.0

81.0

82.0

83.0

84.0

85.0

86.0

87.0

88.0

Waktutunggu

Keramahan

Kejelasaninformasi

Ikut ambilkeputusan

Keraha-siaan

Kebebas-an pilihsarana

Kebersih-an ruangan

Mudahdikun-jungi

Page 126: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 107 -

TABEL 1.42 Persentase Penduduk Rawat Inap

Menurut Aspek Ketanggapan dan Karakteristik Rumah Tangga Di Indonesia Tahun 2007

Karakteristik Responden Waktu Tunggu

Keramahan

Kejelasan Informasi

Ikut ambil keputusan

Kerahasiaan

Kebebasan pilih sarana

Kebersihan

Ruangan

Mudah dikunju

ngi

Tipe Daerah

Perkotaan 84.0 86.5 85.1 84.7 86.0 84.5 83.1 87.8

Perdesaan 85.5 87.6 85.7 84.8 86.2 84.6 82.6 87.2 Tingkat Pengeluaran RT per Kapita

Kuintil 1 84.4 86.4 84.7 83.7 85.0 83.2 82.3 86.6

Kuintil 2 83.7 86.3 84.6 83.5 85.2 83.2 81.9 86.6

Kuintil 3 84.5 86.5 84.7 84.2 85.5 83.6 82.5 86.9

Kuintil 4 84.7 87.0 85.6 85.4 86.4 84.9 82.8 87.7

Kuintil 5 85.8 88.2 86.6 86.1 87.4 86.4 84.0 88.7 Sumber : Riskesdas 2007

Tabel. 1.42 menyajikan persentase penduduk yang memberikan penilaian ‘baik’

terhadap aspek ketanggapan menurut karakteristik rumah tangga.

Menurut tipe daerah, tidak terdapat perbedaan mencolok persentase penduduk yang

memberikan penilaian ‘baik’ terhadap seluruh aspek ketanggapan antara di perkotaan

dan perdesaan. Menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita, nampak ada

kecenderungan semakin tinggi tinggkat pengeluaran rumah tangga, semakin banyak

yang menyatakan keanggapan pelayanan kesehatan ‘baik’ pada aspek: kebersihan

ruangan pelayanan, kebebasan memilih fasiltas pelayanan, dan kemudahan dikunjungi

keluarga/teman.

Page 127: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 108 -

TABEL 1.43 Persentase Penduduk Rawat Jalan Menurut Aspek Ketanggapan

Per Provinsi Tahun 2007

PROVINSI Waktu tunggu

Keramah an

Kejelasan informasi

Ikut ambil keputusan

Keraha-

siaan

Kebebas-an pilih sarana

Kebersih-an ruangan

NAD 87.7 89.1 84.3 84.4 85.3 83.4 79.4

Sumatera Utara 90.7 91.0 88.4 87.2 87.5 86.4 84.5

Sumatera Barat 87.1 88.2 83.7 84.1 85.0 84.5 82.2

Riau 82.9 84.2 84.9 84.3 85.0 83.3 79.9

Jambi 77.0 78.0 71.8 70.7 70.3 68.3 65.5

Sumatera Selatan 85.1 87.8 85.7 84.3 85.2 85.2 83.6

Bengkulu 86.8 87.5 85.0 84.4 85.0 84.0 81.5

Lampung 87.2 90.3 88.9 88.1 88.9 87.8 86.7

Bangka Belitung 82.2 84.5 80.5 78.5 80.3 77.8 77.7

Kepulauan Riau 82.8 85.9 81.1 78.3 79.9 78.4 78.0

DKI Jakarta 76.7 86.0 83.8 80.6 83.2 81.5 85.0

Jawa Barat 80.9 88.6 83.5 82.1 84.0 83.0 85.5

Jawa Tengah 82.4 89.8 86.4 84.8 86.8 86.1 86.1

DI Yogyakarta 87.7 94.8 90.8 91.1 93.0 92.1 93.2

Jawa Timur 92.7 95.1 93.0 91.8 92.7 91.9 92.1

Banten 67.6 73.2 67.3 65.5 68.2 65.6 65.9

Bali 93.7 95.1 94.0 93.2 93.7 93.9 93.9

Nusa Tenggara Barat 86.8 89.9 86.4 84.1 87.2 83.5 82.6

Nusa Tenggara Timur 92.3 94.6 94.6 93.5 94.8 93.2 93.4

Kalimantan Barat 84.4 86.5 84.5 83.6 84.2 83.2 80.8

Kalimantan Tengah 83.6 88.5 83.8 82.9 85.6 83.5 81.2

Kalimantan Selatan 84.3 90.6 85.2 83.0 86.0 84.3 83.2

Kalimantan Timur 86.6 91.1 88.2 87.6 88.5 86.0 81.2

Sulawesi Utara 91.8 97.7 95.9 95.6 97.4 95.9 93.8

Sulawesi Tengah 92.3 95.1 90.6 88.8 88.7 87.7 89.2

Sulawesi Selatan 93.9 96.2 93.1 92.3 93.7 92.2 92.6

Sulawesi Tenggara 90.4 91.8 87.0 86.3 88.3 86.0 83.8

Gorontalo 95.4 98.4 96.0 94.6 95.3 95.8 96.1

Sulawesi Barat 92.0 93.4 91.6 91.0 91.1 88.9 88.1

Maluku 95.4 96.0 94.8 93.8 94.7 93.3 92.8

Maluku Utara 89.3 94.6 91.9 89.4 92.6 90.1 90.5

Papua Barat 83.9 93.1 91.4 89.9 92.6 86.3 84.3

Papua 79.8 88.2 83.3 82.5 86.3 81.4 77.7

INDONESIA 86.8 90.4 87.2 86.1 87.5 86.0 85.1 Sumber : Riskesdas 2007

Page 128: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 109 -

Tabel 1.43 menunjukkan bahwa Provinsi Banten mempunyai persentase terendah

untuk semua aspek ketanggapan rawat jalan. Sedangkan Provinsi Sulawesi Utara

mempunyai persentase tertinggi untuk aspek-aspek: turut serta dalam pengambilan

keputusan memilih jenis pelayanan yang dikehendaki, kerahasiaan informasi, dan

kebebasan memilih sarana pelayanan. Sedangkan Provinsi Gorontalo mempunyai

persentase tertinggi untuk aspek lama waktu menunggu, keramahan petugas,

kejelasan informasi, dan kebersihan ruangan.

GAMBAR 1.86 Persentase Penduduk Rawat Jalan Menurut Aspek Ketanggapan

Di Indonesia Tahun 2007

Sumber : Riskesdas 2007

Secara nasional aspek ketanggapan terhadap pelayanan rawat jalan dengan persentase

nilai ‘baik’ tertinggi adalah keramahan petugas (90,4%), sedangkan persentase

terendah adalah aspek kebersihan ruangan (85,1%). Menurut provinsi, tidak

menunjukkan adanya variasi yang terlampau tajam.

Persentase Penduduk Rawat Jalanmenurut Aspek Ketanggapan

86.8

90.4

87.2

86.1

87.5

86.085.1

82.0

83.084.0

85.0

86.087.0

88.0

89.090.0

91.0

Waktu tunggu Keramah an Kejelasaninformasi

Ikut ambilkeputusan

Keraha-siaan Kebebas-anpilih sarana

Kebersih-anruangan

Page 129: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 110 -

TABEL 1.44 Persentase Penduduk Rawat Jalan

Menurut Aspek Ketanggapan dan Karakteristik Rumah Tangga Di Indonesia Tahun 2007

Karakteristik Responden Waktu Tunggu Keramahan Kejelasan

Informasi Ikut ambil keputusan Kerahasiaan Kebebasan

pilih sarana Kebersihan

Ruangan

Tipe Daerah

Perkotaan 85.2 90.0 87.7 86.6 88.1 86.7 86.6

Perdesaan 87.6 90.5 86.9 85.8 87.1 85.7 84.3 Tingkat Pengeluaran RT per Kapita

Kuintil 1 86.1 89.5 86.1 84.9 86.4 84.9 84.0

Kuintil 2 86.0 89.6 86.3 85.2 86.5 85.1 84.4

Kuintil 3 86.8 90.3 86.9 85.9 87.1 85.8 84.9

Kuintil 4 87.1 90.9 87.8 86.6 87.9 86.5 85.6

Kuintil 5 87.7 91.4 88.7 87.7 89.1 87.8 86.7 Sumber : Riskesdas 2007

Menurut tipe daerah (tabel 1.44), terdapat perbedaan persentase penduduk yang

memberikan penilaian ‘baik’ dalam beberapa aspek ketanggapan terhadap pelayanan

rawat jalan antara perkotaan dan perdesaan. Di daerah perkotaan aspek ketanggapan

‘baik’ yang persentasenya tinggi adalah kejelasan informasi, turut serta dalam

pengambilan keputusan memilih jenis perawatan, kerahasian informasi, kebebasan

memilih fasilitas pelayanan, dan kebersihan ruangan. Sedangkan di daerah perdesaan,

persentase penduduk dengan penilaian ‘baik’ tinggi pada aspek waktu tunggu dan

keramahan petugas.

Menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita menunjukkan adanya

kecenderungan, semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga, semakin banyak

yang memberikan penilaian ‘baik’ pada semua aspek ketanggapan palayanan rawat

jalan.

Page 130: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 111 -

3.2. JARAK KE SARANA KESEHATAN

TABEL 1.45 Persentase Rumah Tangga

Menurut Jarak Ke Sarana Pelayanan Kesehatan dan UKBM Per Provinsi Tahun 2007

PROVINSI Jarak ke Yankes Jarak ke UKBM

<1KM 1-5KM >5KM <1KM 1-5KM >5KM

N A D 27.4 61.8 10.8 69.2 27.3 3.5

Sumatera Utara 58.6 36.5 4.9 74.7 22.8 2.5

Sumatera Barat 42.9 50.5 6.6 75.6 22.8 1.7

Riau 48.2 45.5 6.3 64.9 29.8 5.4

Jambi 45.2 48.7 6.1 69.3 27.9 2.8

Sumatera Selatan 50.4 44.5 5.0 73.3 24.3 2.4

Bengkulu 52.6 43.0 4.4 78.5 20.4 1.1

Lampung 40.8 54.8 4.4 76.9 21.3 1.8

Bangka Belitung 55.1 37.6 7.3 76.1 21.7 2.2

Kepulauan Riau 72.5 24.8 2.7 79.0 20.2 0.9

DKI Jakarta 58.0 42.0 0.0 86.8 13.2 0.0

Jawa Barat 48.1 48.2 3.7 90.9 8.7 0.4

Jawa Tengah 51.4 46.6 2.0 86.2 13.4 0.4

DI Yogyakarta 47.4 50.2 2.3 87.6 12.3 0.1

Jawa Timur 47.7 48.9 3.4 82.2 17.2 0.7

Banten 47.9 44.6 7.5 93.0 6.4 0.5

Bali 49.5 47.0 3.5 81.5 18.0 0.6

Nusa Tenggara Barat 44.9 51.4 3.8 85.6 14.2 0.3

Nusa Tenggara Timur 31.7 54.1 14.2 70.0 27.7 2.3

Kalimantan Barat 36.6 47.2 16.3 62.6 31.2 6.3

Kalimantan Tengah 55.4 39.4 5.2 74.1 23.5 2.4

Kalimantan Selatan 50.5 44.3 5.2 75.7 23.1 1.2

Kalimantan Timur 52.6 41.9 5.6 83.6 15.3 1.1

Sulawesi Utara 57.7 35.7 6.7 83.9 15.5 0.7

Sulawesi Tengah 52.5 40.8 6.8 77.5 21.2 1.3

Sulawesi Selatan 40.0 52.0 7.9 74.3 24.1 1.6

Sulawesi Tenggara 37.7 52.0 10.4 80.6 18.5 0.9

Gorontalo 38.4 54.4 7.3 72.6 25.9 1.5

Sulawesi Barat 37.9 47.6 14.5 68.3 28.2 3.4

Maluku 58.6 31.0 10.4 88.3 8.4 3.4

Maluku Utara 64.5 27.5 8.1 91.7 7.0 1.4

Papua Barat 57.6 35.7 6.6 88.2 9.9 2.0

Papua 41.6 45.7 12.7 66.3 29.6 4.1

Indonesia 47.6 46.4 6.0 78.9 19.5 1.6 Sumber : Riskesdas 2007

Catatan : *) Sarana Pelayanan Kesehatan : Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Dokter Praktek dan Bidan Praktek

**) UKBM meliputi Posyandu, Poskesdes, Polindes

Page 131: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 112 -

Tabel 1.45 menunjukkan bahwa Provinsi dengan proporsi RT bertempat tinggal lebih

dari 5 km ke sarana pelayanan kesehatan tertinggi, berturut-turut adalah sebagai

berikut: Provinsi Kalimantan Barat (16,3%), Sulawesi Barat (14,5%), Nusa Tenggara

Timur (14,2%), Papua (12,7%), Nanggroe Aceh Darussalam (10,8%), Sulawesi

Tenggara (10,4%) dan Maluku (10,4%).

Tabel diatas juga menjelaskan akses rumah tangga ke UKBM, meliputi Posyandu,

Poskesdes, dan Polindes. Nampak bahwa 78,9% rumah tangga berjarak kurang dari 1

km dan 19,5% berjarak 1-5 km dari UKBM. Provinsi dengan proporsi rumah tangga

tertinggi berjarak lebih dari 5 km ke UKBM adalah Kalimantan Barat (6,3%) dan

Riau (5,4%).

GAMBAR 1.87

Persentase Rumah Tangga Menurut Jarak Ke Sarana Pelayanan Kesehatan dan UKBM

Di Indonesia Tahun 2007

Sumber : Riskesdas 2007

Sebanyak 94,1% RT di Indonesia berada kurang atau sama dengan 5 km dari srana

pelayanan kesehatan dan hanya 6,0% RT berada lebih dari 5 km. Sedangkan untuk

UKBM, nampak bahwa 78,9% RT berjarak kurang dari 1 km dan 19,5% berjarak 1-5

km dari UKBM.

47.6 46.4

6.0

78.9

19.5

1.60.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

80.0

90.0

<1KM 1-5KM >5KM

Jarak ke Yankes Jarak ke UKBM

Page 132: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 113 -

TABEL 1.46 Persentase Rumah Tangga

Menurut Jarak Ke Sarana Pelayanan Kesehatan dan Karakteristik Rumah Tangga Di Indonesia Tahun 2007

Karakteristik Responden

Jarak ke Yankes Jarak ke UKBM

<1KM 1-5KM >5KM <1KM 1-5KM >5KM

Tipe Daerah

Perkotaan 58.8 39.9 1.4 88.2 11.4 0.4

Perdesaan 40.6 50.5 8.9 73.1 24.5 2.4

Tingkat Pengeluaran RT per Kapita

Kuintil 1 43.8 48.7 7.4 76.7 21.3 2.0

Kuintil 2 45.4 48.0 6.6 77.8 20.5 1.8

Kuintil 3 47.5 46.4 6.1 78.9 19.4 1.7

Kuintil 4 48.8 45.7 5.6 79.8 18.6 1.6

Kuintil 5 52.8 43.2 4.0 81.5 17.4 1.1

Sumber : Riskesdas 2007

Catatan : *) Sarana Pelayanan Kesehatan : Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Dokter Praktek dan Bidan Praktek

**) UKBM meliputi Posyandu, Poskesdes, Polindes

Tabel 1.46 menyajikan informasi tentang jarak rumah tangga terhadap sarana

pelayanan kesehatan dan UKBM menurut karakteristik rumah tangga. Berdasarkan

tipe daerah, proporsi rumah tangga dengan jarak ke sarana pelayanan kesehatan >5

kilometer, di perkotaan lebih rendah dibandingkan dengan di perdesaan. Begitu pula

dengan jarak ke UKBM, di perkotaan lebih rendah dibandingkan dengan di

perdesaan.

Berdasarkan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita, terdapat kecenderungan

semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga, semakin dekat jarak ke sarana

pelayanan kesehatan dan UKBM.

Page 133: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 114 -

3.3 WAKTU TEMPUH KE SARANA KESEHATAN

Salah satu faktor yang menentukan kemudahan akses ke sarana pelayanan kesehatan

TABEL 1.47

Persentase Rumah Tangga Menurut Waktu Tempuh Ke Sarana Pelayanan Kesehatan

Per Provinsi Tahun 2007

PROVINSI Waktu Tempuh ke Yankes Waktu Tempuh ke UKBM

≤15' 16'-30' 31'-60' >60' ≤15' 16'-30' 31'-60' >60'

N A D 55.7 31.5 9.6 3.2 80.8 14.0 3.1 2.2

Sumatera Utara 67.5 23.2 6.6 2.7 79.0 16.1 3.3 1.6

Sumatera Barat 73.3 19.5 4.6 2.6 88.1 7.9 1.5 2.5

Riau 72.0 20.4 4.7 3.0 84.8 11.9 1.7 1.5

Jambi 76.5 17.9 4.3 1.4 86.2 9.8 2.1 1.9

Sumatera Selatan 69.6 24.3 4.6 1.5 83.9 12.7 2.3 1.1

Bengkulu 74.4 17.7 5.9 2.0 86.9 9.3 2.4 1.4

Lampung 69.5 22.1 6.9 1.6 83.9 13.3 1.6 1.2

Bangka Belitung 79.4 16.8 3.6 0.3 92.0 7.0 0.9 0.2

Kepulauan Riau 74.0 20.6 2.3 3.1 87.7 11.1 0.6 0.6

DKI Jakarta 69.0 27.0 3.6 0.4 88.6 9.9 1.4 0.1

Jawa Barat 72.2 22.6 3.8 1.4 93.1 5.7 0.7 0.6

Jawa Tengah 75.0 19.6 4.6 0.8 91.3 6.9 1.4 0.4

DI Yogyakarta 76.2 18.9 4.4 0.4 93.7 4.4 0.8 1.2

Jawa Timur 72.3 20.6 5.7 1.4 89.7 8.2 1.6 0.5

Banten 66.3 24.2 7.9 1.6 90.9 7.9 0.9 0.3

Bali 75.0 19.0 4.4 1.6 89.3 8.1 2.1 0.5

Nusa Tenggara Barat 65.1 27.2 5.9 1.8 88.6 9.7 1.6 0.1

Nusa Tenggara Timur 39.4 29.8 17.9 12.8 66.2 22.2 8.0 3.6

Kalimantan Barat 52.2 28.4 11.9 7.5 74.2 16.9 5.2 3.7

Kalimantan Tengah 64.5 27.8 6.7 1.1 79.4 15.5 4.0 1.1

Kalimantan Selatan 70.4 23.4 5.5 0.8 87.5 9.9 2.2 0.4

Kalimantan Timur 73.7 21.4 3.2 1.7 90.4 7.5 1.3 0.8

Sulawesi Utara 76.2 19.0 3.7 1.2 92.3 6.3 0.8 0.7

Sulawesi Tengah 69.0 20.8 7.6 2.6 82.7 13.8 2.7 0.8

Sulawesi Selatan 57.9 30.8 9.2 2.1 80.7 15.3 3.6 0.5

Sulawesi Tenggara 50.1 36.2 10.3 3.5 81.0 16.7 1.6 0.7

Gorontalo 66.3 22.8 7.8 3.1 84.1 11.3 2.9 1.7

Sulawesi Barat 44.4 37.8 10.9 6.8 68.1 24.5 4.4 3.0

Maluku 61.3 25.3 7.3 6.2 84.5 9.6 2.4 3.5

Maluku Utara 65.1 24.6 7.4 3.0 91.1 6.5 2.0 0.5

Papua Barat 60.7 26.3 8.8 4.2 81.8 14.0 3.0 1.3

Papua 46.3 23.1 14.6 16.0 67.7 16.9 7.3 8.1

Indonesia 67.2 23.6 6.6 2.7 85.4 11.1 2.4 1.2 Sumber : Riskesdas 2007 Catatan : *) Sarana Pelayanan Kesehatan : Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Dokter Praktek dan Bidan Praktek **) UKBM meliputi Posyandu, Poskesdes, Polindes

Page 134: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 115 -

Terlihat pada tabel 1.47 bahwa daerah dengan proporsi tertinggi RT yang

memerlukan waktu tempuh lebih dari 30 menit ke sarana kesehatan adalah Provinsi

Nusa Tenggara Timur (30,7%), Papua (30,6%), Kalimantan Barat (19,4%), Sulawesi

Barat (17,7%), Sulawesi Tenggara (13,8%). Sedangkan proporsi terendah RT yang

memerlukan waktu tempuh lebih dari 30 menit ke sarana kesehatan adalah Provinsi

Kepaulauan Bangka Belitung (3,9%), DKI Jakarta (4,0%), DI Yogyakarta (4,8%)

serta Sulawesi Utara dan Kalimantan Timur (4,9%). Provinsi dengan proporsi rumah

tangga dengan waktu tempuh lebih dari 30 menit ke UKBM, tertinggi adalah Provinsi

Papua (15,3%), disusul Provinsi Nusa Tenggara Timur (11,6%).

GAMBAR 1.88 Persentase Rumah Tangga

Menurut Waktu Tempuh ke Sarana Pelayanan Kesehatan Di Indonesia Tahun 2007

Sumber : Riskesdas 2007 Dari segi waktu tempuh ke sarana pelayanan kesehatan nampak bahwa 67,2%

penduduk dapat mencapai ke sarana pelayanan kesehatan kurang atau sama dengan 15

menit dan sebanyak 23,6% penduduk dapat mencapai sarana pelayanan kesehatan

dimaksud antara 16-30 menit. Dengan demikian secara nasional, masih ada sekitar

9,2% RT yang memerlukan waktu lebih dari setengah jam untuk mencapai sarana

kesehatan.

Berdasarkan waktu tempuh ke UKBM nampak bahwa 85,4% rumah tangga di

Indonesia dapat mencapai UKBM dalam waktu kurang dari atau sama dengan 15

menit. Sebanyak 11,1% rumah tangga memerlukan waktu antara 16-30 menit, dan

3,6% rumah tangga yang tersisa memerlukan waktu lebih dari 30 menit.

67.2

23.6

6.6 2.7

85.4

11.12.4 1.2

0.010.020.030.040.050.060.070.080.090.0

≤15' 16'-30' 31'-60' >60'

Waktu Tempuh ke Yankes Waktu Tempuh ke UKBM

Page 135: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 116 -

TABEL 1.48 Persentase Rumah Tangga Menurut Waktu Tempuh

Ke Sarana Pelayanan Kesehatan dan Karakteristik Rumah Tangga Di Indonesia Tahun 2007

Karakteristik Responden

Waktu Tempuh ke Yankes Waktu Tempuh ke Yankes

≤15' 16'-30' 31'-60' >60' ≤15' 16'-30' 31'-60' >60'

Tipe Daerah

Perkotaan 78.1 18.8 2.6 0.5 92.2 6.7 0.7 0.5

Perdesaan 60.3 26.6 9.1 4.0 81.1 13.8 3.4 1.7

Tingkat Pengeluaran RT per Kapita

Kuintil 1 61.4 26.5 8.5 3.6 82.3 12.9 3.1 1.6

Kuintil 2 64.0 25.3 7.5 3.1 84.0 11.9 2.8 1.4

Kuintil 3 67.1 23.8 6.6 2.5 85.7 10.9 2.4 1.1

Kuintil 4 69.4 22.5 5.8 2.3 86.6 10.4 2.1 1.0

Kuintil 5 74.4 19.7 4.3 1.6 88.5 9.1 1.4 1.0

Sumber : Riskesdas 2007

Catatan : *) Sarana Pelayanan Kesehatan : Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Dokter Praktek dan Bidan Praktek **) UKBM meliputi Posyandu, Poskesdes, Polindes

Tabel 1.48 menyajikan informasi tentang waktu tempuh rumah tangga terhadap

sarana pelayanan kesehatan dan UKBM menurut karakteristik rumah tangga.

Berdasarkan tipe daerah, proporsi rumah tangga dengan waktu tempuh ke sarana

pelayanan kesehatan >30 menit, di perkotaan lebih rendah dibandingkan dengan di

perdesaan. Begitu pula dengan waktu tempuh ke UKBM, di perkotaan lebih rendah

dibandingkan dengan di perdesaan.

Berdasarkan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita, terdapat kecenderungan

semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga, semakin singkat waktu yang

diperlukan ke sarana pelayanan kesehatan dan UKBM.

Page 136: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 117 -

B. KINERJA KESEHATAN

Page 137: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 118 -

4. PERSALINAN YANG DITOLONG OLEH TENAGA KESEHATAN

Persentase persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan, tenaga medis) sebagai penolong pada kualifikasi tertinggi

GAMBAR 2.1

Persentase Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Di Indonesia Tahun 1993 - 2007

71.52 72.41 72.53

70.4266.6

63.156.3

49.2

49.747.2 56

66.968.4

67.91

0

20

40

60

80

1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007

Sumber: Susenas

%

Komplikasi dan kematian Ibu serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada

masa di sekitar persalinan, hal ini disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh

tenaga kesehatan. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, cakupan pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan berkisar antara 67,91% - 72,53%, yang berarti

sedikit mengalami peningkatan per tahunnya.

Page 138: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 119 -

TABEL 2.1 Persentase Persalinan Yang Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan

Per Provinsi Tahun 2007

Propinsi

Persalinan oleh Tenaga

Kesehatan Propinsi

Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

(persen) (persen) Nangroe Aceh Darussalam 80,40 Nusa Tenggara Barat 69,86 Sumatera Utara 84,00 Nusa Tenggara Timur 42,47 Sumatera Barat 85,77 Kalimantan Barat 59,21 Riau 76,25 Kalimantan Tengah 60,92 Jambi 66,78 Kalimantan Selatan 72,11 Sumatera Selatan 73,49 Kalimantan Timur 80,08 Bengkulu 78,25 Sulawesi Utara 83,23 Lampung 70,93 Sulawesi Tengah 58,24 Bangka Belitung 80,34 Sulawesi Selatan 62,77 Kepulauan Riau 89,87 Sulawesi Tenggara 46,36 DKI Jakarta 97,62 Gorontalo 57,56 Jawa Barat 61,78 Sulawesi Barat 43,50 Jawa Tengah 79,88 Maluku 41,13 D.I. Yogyakarta 95,49 Maluku Utara 37,97 Jawa Timur 81,87 Papua 55,99 Banten 64,06 Irian Jaya Barat 52,27 Bali 93,73 Indonesia 72,53

Sumber: Susenas 2007

TABEL 2.2 Tren Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Medis

Berdasarkan Disparitas Ekonomi Tahun 2000 – 2007

Quintile

2000 2004 2007

Dokter Bidan Dokter Bidan Dokter Bidan 1 (Termiskin) 3.8 44.1 4.2 52.5 6.2 50.9

2 5.4 53.8 6.5 60.1 9.2 59.2 3 6.6 58.6 8.6 64.7 12.5 61.5 4 10.2 59.7 12.3 64.8 17.6 62.9

5 (Terkaya) 18 57.7 21.7 63 28.6 57.3

TABEL 2.3

Tren Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Medis Berdasarkan Disparitas Kota-Desa Tahun 2000 – 2007

Tenaga Medis 2000 2004 2007

Kota Dokter 14.7 16.9 22.3 Bidan+ 66.8 68.9 66.5

Desa Dokter 4.2 4.6 7.3 Bidan+ 45.6 56.5 53.3

Total Dokter 8.5 9.8 13.6 Bidan+ 54.3 61.7 58.9

Sumber: Susenas

Page 139: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 120 -

GAMBAR 2.2

Persentase Persalinan yang Ditolong Oleh Tenaga Kesehatandi Indonesia Tahun 2007

97.6

2

95.4

9

93.7

3

89.8

7

85.7

7

84.0

0

83.2

3

81.8

7

80.4

0

80.3

4

80.0

8

79.8

8

78.2

5

76.2

5

73.4

9

72.5

3

72.1

1

70.9

3

69.8

6

66.7

8

64.0

6

62.7

7

61.7

8

60.9

2

59.2

1

58.2

4

57.5

6

55.9

9

52.2

7

46.3

6

43.5

0

42.4

7

41.1

3

37.9

7

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00D

KI J

akar

taD

.I. Y

ogya

karta Bal

iK

epul

auan

Ria

uS

umat

era

Bar

atS

umat

era

Uta

raS

ulaw

esi U

tara

Jaw

a Ti

mur

NA

DB

angk

a B

elitu

ngK

alim

anta

n Ti

mur

Jaw

a Te

ngah

Ben

gkul

uR

iau

Sum

ater

a S

elat

anIN

DO

NE

SIA

Kal

iman

tan

Sel

atan

Lam

pung

Nus

a Te

ngga

ra B

arat

Jam

biB

ante

nS

ulaw

esi S

elat

anJa

wa

Bar

atK

alim

anta

n Te

ngah

Kal

iman

tan

Bar

atS

ulaw

esi T

enga

hG

oron

talo

Pap

ua B

arat

Pap

uaS

ulaw

esi T

engg

ara

Sul

awes

i Bar

atN

usa

Teng

gara

Tim

urM

aluk

uM

aluk

u U

tara

Pers

en

Sumber: Susenas 2007

GAMBAR 2.3

Persentase Persalinan yang Ditolong Oleh Tenaga Kesehatandi Indonesia Tahun 2007

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

NA

D

Sum

ater

a U

tara

Sum

ater

a Ba

rat

Ria

u

Jam

bi

Sum

ater

a S

elat

an

Ben

gkul

u

Lam

pung

Bang

ka B

elitu

ng

Kep

ulau

an R

iau

DK

I Jak

arta

Jaw

a B

arat

Jaw

a Te

ngah

D.I.

Yog

yaka

rta

Jaw

a Ti

mur

Ban

ten

Bal

i

Nus

a Te

ngga

ra B

arat

Nus

a Te

ngga

ra T

imur

Kal

iman

tan

Bara

t

Kal

iman

tan

Teng

ah

Kal

iman

tan

Sel

atan

Kal

iman

tan

Tim

ur

Sul

awes

i Uta

ra

Sula

wes

i Ten

gah

Sula

wes

i Sel

atan

Sul

awes

i Ten

ggar

a

Gor

onta

lo

Sul

awes

i Bar

at

Mal

uku

Mal

uku

Uta

ra

Pap

ua B

arat

Pap

ua

Pers

en

Angka Nasional = 72,5

Sumber: Susenas 2007

Page 140: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 121 -

GAMBAR 2.4 Peta Penyebaran Persentase Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan

Per Provinsi Tahun 2007

Sumber: Susenas 2007

Page 141: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 122 -

GAMBAR 2.5 Persentase Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan

Wilayah Sumatera Tahun 2007 SUMATERA

No. Propinsi %

1 NAD 80.40

2 Sumatera Utara 84.00

3 Sumatera Barat 85.77

4 Riau 76.25

5 Jambi 66.78

6 Sumatera Selatan 73.49

7 Bengkulu 78.25

8 Lampung 70.93

9 Bangka Belitung 80.34

10 Kepulauan Riau 89.87

Persentase Persalinan yang Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan

di Pulau Sumatera Tahun 2007

89.8785.77 84.00 80.40 80.34 78.25 76.25 73.49 70.93 66.78

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

100.00

Kepu

laua

n

Ria

u

Sum

ater

a

Bara

t

Sum

ater

a

Uta

ra NAD

Bang

ka

Belitun

g

Beng

kulu

Ria

u

Sum

ater

a

Sela

tan

Lam

pung

Jam

bi

Pers

en

Sumber: Susenas 2007

Page 142: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 123 -

GAMBAR 2.6 Persentase Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan

Wilayah Jawa-Bali Tahun 2007 JAWA-BALI

No. Propinsi %

1 DKI Jakarta 97.62

2 Jawa Barat 61.78

3 Jawa Tengah 79.88

4 D.I. Yogyakarta 95.49

5 Jawa Timur 81.87

6 Banten 64.06

7 Bali 93.73

Persentase Persalinan yang Ditolong Oleh Tenaga Kesehatandi Pulau Jawa-Bali Tahun 2007

97.62 95.49 93.73

81.87 79.88

64.06 61.78

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

DKI Jakarta D.I.Yogyakarta

Bali Jawa Timur JawaTengah

Banten Jawa Barat

Pers

en

Sumber: Susenas 2007

Page 143: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 124 -

GAMBAR 2.7 Persentase Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan

Wilayah Nusa Tenggara Tahun 2007 NUSA TENGGARA

No. Propinsi %

1 Nusa Tenggara Barat 69.86

2 Nusa Tenggara Timur 42.47

Persentase Persalinan yang Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan

di Pulau Nusa Tenggara Tahun 200769.86

42.47

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur

Pers

en

Sumber: Susenas 2007

Page 144: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 125 -

GAMBAR 2.8 Persentase Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan

Wilayah Kalimantan Tahun 2007 KALIMANTAN

No. Propinsi %

1 Kalimantan Barat 59.21

2 Kalimantan Tengah 60.92

3 Kalimantan Selatan 72.11

4 Kalimantan Timur 80.08

Persentase Persalinan yang Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan

di Pulau Kalimantan Tahun 200780.08

72.11

60.92 59.21

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Barat

Pers

en

Sumber: Susenas 2007

Page 145: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 126 -

GAMBAR 2.9 Persentase Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan

Wilayah Sulawesi Tahun 2007 SULAWESI

No. Propinsi %

1 Sulawesi Utara 83.23

2 Sulawesi Tengah 58.24

3 Sulawesi Selatan 62.77

4 Sulawesi Tenggara 46.36

5 Gorontalo 57.56

6 Sulawesi Barat 43.50

Persentase Persalinan yang Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan

di Pulau Sulawesi Tahun 200783.23

62.7758.24 57.56

46.36 43.50

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

Sulawesi Utara SulawesiSelatan

SulawesiTengah

Gorontalo SulawesiTenggara

Sulawesi Barat

Per

sen

Sumber: Susenas 2007

Page 146: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 127 -

GAMBAR 2.10 Persentase Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan

Wilayah Maluku Tahun 2007 MALUKU

No. Propinsi %

1 Maluku 41.13

2 Maluku Utara 37.97

Persentase Persalinan yang Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan

di Pulau Maluku Tahun 200741.13

37.97

36.00

36.50

37.00

37.50

38.00

38.50

39.00

39.50

40.00

40.50

41.00

41.50

Maluku Maluku Utara

Per

sen

Sumber: Susenas 2007

Page 147: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 128 -

GAMBAR 2.11 Persentase Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan

Wilayah Papua Tahun 2007 PAPUA

No. Propinsi %

1 Papua Barat 55.99

2 Papua 52.27

Persentase Persalinan yang Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan

di Pulau Papua Tahun 200755.99

52.27

50.00

51.00

52.00

53.00

54.00

55.00

56.00

57.00

Papua Barat Papua

Per

sen

Sumber: Susenas 2007

Page 148: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 129 -

5. KUNJUNGAN IBU HAMIL K1 DAN K4

K1 adalah kunjungan pertama ibu hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal yang dilakukan pada trimester pertama kehamilan. Sedangkan K4 adalah kunjungan ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan antenatal minimal empat kali, yaitu satu kali pada trimester pertama kehamilan, satu kali pada

trimester kedua, dan dua kali pada trimester ketiga.

GAMBAR 2.12 Persentase Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4

Di Indonesia Tahun 1995 – 2008

84.99 87.75 89.09 87.5592.72

88.3093.03

88.56 87.73 88.09 88.60 90.38 91.23 92.65

64.82 68.52 71.32 71.85 75.66 74.98 77.3873.01 76.29 77.00 77.10 79.63 80.26

86.04

0

20

40

60

80

100

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

Pers

en

Kunjungan K1 Kunjungan K4

Sumber : Profil Kesehatan Berbagai Tahun

Gambar diatas memperlihatkan peningkatan cakupan K1 dan K4 dari tahun 1995

sampai 2008. Peningkatan K4 pada tahun 2008 dibandingkan dengan tahun

sebelumnya terlihat cukup tinggi. Jika pada tahun-tahun sebelumnya kenaikan hanya

berkisar 0,1-2,5 persen, pada tahun 2008 terjadi peningkatan hampir 6 persen

dibandingkan tahun 2007. Begitu juga dengan kesenjangan antara cakupan K1 dan K4

yang terlihat semakin rendah.

Page 149: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 130 -

TABEL 2.4 Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4

Per Provinsi Tahun 2008

Propinsi Ibu Hamil

Propinsi Ibu Hamil

%K1 %K4 %K1 %K4 NAD 86.03 78.57 Nusa Tenggara Barat 98.48 93.78

Sumatera Utara 97.18 94.53 Nusa Tenggara Timur 88.84 89.50

Sumatera Barat 90.06 85.52 Kalimantan Barat 91.77 67.79

Riau 93.86 85.52 Kalimantan Tengah 88.66 84.24

Jambi 92.18 83.61 Kalimantan Selatan 91.04 77.91

Sumatera Selatan 97.18 83.61 Kalimantan Timur 94.26 77.91

Bengkulu 88.99 80.39 Sulawesi Utara 89.54 75.25

Lampung 92.31 84.50 Sulawesi Tengah 84.95 73.44

Bangka Belitung 93.76 86.75 Sulawesi Selatan 98.38 83.22

Kepulauan Riau 90.98 79.25 Sulawesi Tenggara 83.09 75.23

DKI Jakarta 100.00 95.78 Gorontalo 89.66 82.55

Jawa Barat 88.53 95.78 Sulawesi Barat 85.50 64.02

Jawa Tengah 90.63 86.67 Maluku 89.53 64.02

D.I. Yogyakarta 99.29 93.79 Maluku Utara 83.54 68.17

Jawa Timur 97.51 82.54 Papua Barat 74.48 68.17

Banten 95.63 75.71 Papua 79.89 38.46

Bali 96.50 93.78

Indonesia 92.65 86.04 Sumber : Profil Kesehatan 2008

GAMBAR 2.13

Persentase Kunjungan Ibu Hamil K1 Per Provinsi Tahun 2008

74.4

879

.89 83

.09

83.5

484

.95

85.5

086

.03 88.5

388

.66

88.8

488

.99

89.5

389

.54

89.6

690

.06

90.6

390

.98

91.0

491

.77

92.1

892

.31

92.6

593

.76

93.8

694

.26

95.6

396

.50

97.1

897

.18

97.5

198

.38

98.4

899

.29

100.

00

70

75

80

85

90

95

100

105

Pap

ua B

arat

Pap

uaS

ulaw

esi T

engg

ara

Mal

uku

Uta

raS

ulaw

esi T

enga

hS

ulaw

esi B

arat

NA

DJa

wa

Bar

atKa

liman

tan

Teng

ahN

usa

Teng

gara

Tim

urB

engk

ulu

Mal

uku

Sula

wes

i Uta

raG

oron

talo

Sum

ater

a B

arat

Jaw

a Te

ngah

Kepu

laua

n R

iau

Kalim

anta

n S

elat

anK

alim

anta

n B

arat

Jam

biLa

mpu

ngIn

done

sia

Bang

ka B

elitu

ngR

iau

Kalim

anta

n Ti

mur

Ban

ten

Bal

iS

umat

era

Uta

raS

umat

era

Sel

atan

Jaw

a Ti

mur

Sul

awes

i Sel

atan

Nus

a Te

ngga

ra B

arat

D.I.

Yog

yaka

rtaD

KI J

akar

ta

Sumber : Profil Kesehatan 2008

Page 150: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 131 -

GAMBAR 2.14 Persentase Kunjungan Ibu Hamil K4

Per Provinsi Tahun 2008 38

.46

64.0

264

.02

67.7

968

.17

68.1

7 73.4

475

.23

75.2

575

.71

77.9

177

.91

78.5

779

.25

80.3

982

.54

82.5

583

.22

83.6

183

.61

84.2

484

.50

85.5

285

.52

86.0

486

.67

86.7

589

.50

93.7

893

.78

93.7

994

.53

95.7

895

.78

30

40

50

60

70

80

90

100

Pap

uaS

ulaw

esi B

arat

Mal

uku

Kalim

anta

n Ba

rat

Mal

uku

Uta

raP

apua

Bar

atSu

law

esi T

enga

hSu

law

esi T

engg

ara

Sul

awes

i Uta

raB

ante

nK

alim

anta

n S

elat

anK

alim

anta

n Ti

mur

NA

DKe

pula

uan

Ria

uB

engk

ulu

Jaw

a Ti

mur

Gor

onta

loSu

law

esi S

elat

anJa

mbi

Sum

ater

a S

elat

anK

alim

anta

n Te

ngah

Lam

pung

Sum

ater

a Ba

rat

Ria

uIn

done

sia

Jaw

a Te

ngah

Ban

gka

Bel

itung

Nus

a Te

ngga

ra T

imur

Bal

iN

usa

Teng

gara

Bar

atD

.I. Y

ogya

karta

Sum

ater

a U

tara

DK

I Jak

arta

Jaw

a B

arat

Sumber : Profil Kesehatan 2008

Berdasarkan cakupan K4 per provinsi pada tahun 2008, DKI Jakarta, Jawa Barat dan

Sumatera Utara menempati peringkat 3 tertinggi yaitu masing-masing 95,78 persen, 95,78

persen dan 94,53 persen. Sedangkan Papua (38,46 persen), Sulawesi Barat (64,02 persen)

dan Maluku (64,02 persen) merupakan 3 provinsi dengan cakupan K4 terendah. Terjadi

kesenjangan yang besar antara provinsi dengan cakupan K4 tertinggi (95,78 persen) dan

terendah (38,46 persen).

Page 151: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 132 -

6. CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS

Bayi sampai umur kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi

risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan parsalinan oleh tenaga kesehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal dua kali, satu kali pada umur 0-7 hari

(KN1) dan satu kali lagi pada umur 8-28 hari (KN2).

GAMBAR 2.15 Persentase Cakupan Kunjungan Neonatus (KN2)

Di Indonesia Tahun 2003-2008

75.72 68.89

65.11

85.51 77.16

78.04

40

50

60

70

80

90

2003 2004 2005 2006 2007 2008

Sumber : Profil Kesehatan 2008

Cakupan Kunjungan Neonatus (KN2) tahun 2003-2005 cenderung menurun namun pada

tahun 2006 hingga 2008 cakupan KN2 selalu mencapai lebih dari 75 persen. Pada tahun

2008 cakupan KN2 sebesar 78,04 persen.

Page 152: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 133 -

TABEL 2.5 Cakupan Kunjungan Neonatus

Per Provinsi Tahun 2008

Propinsi %KN 2 Propinsi %KN 2

NAD 75.07 Nusa Tenggara Barat 86.52

Sumatera Utara 74.10 Nusa Tenggara Timur 80.03

Sumatera Barat 83.60 Kalimantan Barat 76.75

Riau 80.97 Kalimantan Tengah 78.45

Jambi 80.59 Kalimantan Selatan 86.44

Sumatera Selatan 83.61 Kalimantan Timur 82.43

Bengkulu 77.85 Sulawesi Utara 58.64

Lampung 79.01 Sulawesi Tengah 83.28

Bangka Belitung 91.77 Sulawesi Selatan 73.39

Kepulauan Riau 85.46 Sulawesi Tenggara 74.89

DKI Jakarta 92.75 Gorontalo 75.40

Jawa Barat 80.68 Sulawesi Barat 53.23

Jawa Tengah 94.45 Maluku 68.33

D.I. Yogyakarta 111.47 Maluku Utara 65.60

Jawa Timur 90.13 Papua Barat 37.76

Banten 81.11 Papua 33.79

Bali 97.63

Indonesia 78.04 Sumber : Profil Kesehatan 2008

Tahun 2008 provinsi dengan cakupan Kunjungan Neonatus (KN2) tertinggi adalah DI

Yogyakarta, Bali dan Jawa Tengah. Sedangkan provinsi dengan cakupan KN2 terendah

adalah Papua, Papua Barat dan Sulawesi Barat.

GAMBAR 2.16 Cakupan Kunjungan Neonatus Per Provinsi Tahun 2008

33.7

937

.76 53

.23

58.6

465

.60

68.3

373

.39

74.1

074

.89

75.0

775

.40

76.7

577

.85

78.0

478

.45

79.0

180

.03

80.5

980

.68

80.9

781

.11

82.4

383

.28

83.6

083

.61

85.4

686

.44

86.5

290

.13

91.7

792

.75

94.4

597

.63 111.

47

30405060708090

100110120

Pap

uaP

apua

Bar

atS

ulaw

esi B

arat

Sul

awes

i Uta

raM

aluk

u U

tara

Mal

uku

Sul

awes

i Sel

atan

Sum

ater

a U

tara

Sul

awes

i Ten

ggar

aN

AD

Gor

onta

loK

alim

anta

n B

arat

Beng

kulu

Indo

nesi

aKa

liman

tan

Teng

ahLa

mpu

ngN

usa

Teng

gara

Tim

urJa

mbi

Jaw

a B

arat

Ria

uB

ante

nKa

liman

tan

Tim

urS

ulaw

esi T

enga

hS

umat

era

Bar

atS

umat

era

Sel

atan

Kepu

laua

n R

iau

Kalim

anta

n S

elat

anN

usa

Teng

gara

Bar

atJa

wa

Tim

urBa

ngka

Bel

itung

DK

I Jak

arta

Jaw

a Te

ngah Bal

iD

.I. Y

ogya

karta

Sumber : Profil Kesehatan 2008

Page 153: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 134 -

7. CAKUPAN IMUNISASI DASAR

TABEL 2.6 Persentase Balita yang Mendapat Imunisasi Dasar

Menurut Jenis Imunisasi Per Provinsi Tahun 2007

Provinsi BCG DPT Polio Campak

(1) (2) (3) (4) (5)

Nanggroe Aceh Darussalam 75,64 73,09 83,06 66,98 Sumatera Utara 79,54 76,92 84,10 64,99 Sumatera Barat 85,76 82,22 85,09 70,08 R i a u 86,83 84,04 87,73 73,17 J a m b i 88,68 86,38 87,50 75,88 Sumatera Selatan 89,28 85,75 88,84 76,49 Bengkulu 92,33 90,98 90,95 79,32 Lampung 91,46 88,01 89,91 77,57 Bangka Belitung 88,57 86,19 88,97 77,86 Kepulauan Riau 93,42 90,23 91,83 81,11 DKI Jakarta 96,60 94,61 94,50 82,98 Jawa Barat 91,14 87,32 92,47 77,37 Jawa Tengah 95,29 92,68 93,87 80,74 DI Yogyakarta 99,00 95,81 96,27 81,87 Jawa Timur 91,43 88,38 91,10 78,47 Banten 83,12 80,49 88,93 70,64 B a l i 95,83 93,42 93,84 80,26 Nusa Tenggara Barat 94,04 90,90 90,84 81,11 Nusa Tenggara Timur 90,99 88,80 89,12 79,53 Kalimantan Barat 81,35 78,28 80,56 66,32 Kalimantan Tengah 81,74 80,34 82,50 71,38 Kalimantan Selatan 87,16 83,61 84,43 70,48 Kalimantan Timur 92,66 90,23 91,23 79,41 Sulawesi Utara 95,30 91,92 91,58 78,26 Sulawesi Tengah 83,81 80,92 85,05 70,63 Sulawesi Selatan 86,43 83,28 85,53 72,65 Sulawesi Tenggara 86,58 84,59 85,73 75,88 Gorontalo 90,13 86,84 88,94 79,61 Sulawesi Barat 74,97 72,36 78,07 67,13 Maluku 78,88 77,20 81,37 70,39 Maluku Utara 77,18 73,92 80,38 69,81 Papua Barat 86,50 83,76 85,44 65,76 Papua 80,23 78,74 80,54 67,88

Indonesia 89,40 86,44 89,67 75,90

Sumber :Susenas 2007

Page 154: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 135 -

TABEL 2.7 Balita yang Memperoleh Imunisasi Di Indonesia Tahun 2004 dan 2007

Tahun Daerah BCG DPT Polio Campak Hepatitis

B

2004 Kota 93.0 90.7 91.3 81.2 80.4 Desa 85.0 83.4 85.7 74.2 69.3 Total 88.4 86.5 88.1 77.2 74.0

2007 Kota 93.7 90.5 92.5 78.8 85.8 Desa 86.2 83.4 87.5 73.8 76.7 Total 89.4 86.0 89.7 75.9 80.6

Sumber : Susenas

TABEL 2.8

Cakupan Imunisasi Anak Usia 12-23 Bulan Di Indonesia Tahun 2002/2003 – 2007

  SDKI 2002/03  SDKI 2007  Selisih 

BCG  82.5  85.4  2.9 DPT1  81.4  84.4  3.0 DPT2  71.1  75.7  4.6 DPT3  58.3  66.7  8.4 Polio1  87.3  88.8  1.5 Polio2  79.6  82.6  3.0 Polio3  66.1  73.5  7.4 Polio4  46.2  55.5  9.3 Campak  71.6  76.4  4.8 Imunisasi Lengkap  51.5  58.6  7.1 Tanpa Vaksinasi  10.2  8.6  ‐1.6 Hepatitis B1  70.9  80.5  9.6 Hepatitis B2  58.1  71.7  13.6 Hepatitis B3  45.3  60.3  15.0 

Sumber: SDKI

Page 155: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 136 -

GAMBAR 2.17 Persentase Cakupan Imunisasi Lengkap Pada Anak Usia 12-23 Bulan

Per Provinsi Tahun 2007

23.726.8

32.632.6

37.137.4

39.741.442.2

44.845.7

50.150.350.8

5354.654.955.155.255.7

58.659.360.2

62.563.964.164.8

6769.2

71.572.2

74.776.1

93.8

Papua BaratNAD

SumutPapuaMalut

BantenMaluku

RiauKalteng

JambiNTT

KalbarSulteng

KalselSulbar

SumselBengkulu

SulselGorontalo

NTBIndonesia

BabelSumbar

KepriJabarSultraJatim

LampungKaltim

JakartaBali

JatengSulut

Yogyakarta

 Sumber SDKI 2007

Cakupan Imunisasi lengkap terbaik adalah Provinsi DIY yang mencapai 93,8%,

sedangkan provinsi dengan cakupan Imunisasi terburuk adalah Provinsi Papua

Barat dengan 23,7% dan NAD dengan 26,8%.

Page 156: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 137 -

8. IMUNISASI CAMPAK PADA ANAK BALITA

GAMBAR 2.18 Persentase Anak Balita yang Pernah Mendapat Imunisasi Campak

Di Indonesia Tahun 1992 - 2007

Balita yang pernah mendapat imunisasi campak

45.7551.6

55.04 53.92 51.88

62.89

71.5265.05

77.1772.53

78.23 75.9

0

20

40

60

80

100

1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Pers

en

Sumber: Susenas

Dari gambar 2.4 dapat disimpulkan bahwa Persentase anak balita yang pernah

mendapat imunisasi campak nilainya akan semakin meningkat setiap tahunnya,

hal itu dapat dilihat pada periode 1992-2007 diatas yang mengindikasikan

kenaikan.

Page 157: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 138 -

TABEL 2.9 Persentase Anak Balita yang Pernah Mendapat Imunisasi Campak

Per Provinsi Tahun 2007

Propinsi

Balita yang mendapat imunisasi campak

Propinsi

Balita yang mendapat imunisasi campak

(persen) (persen) Nangroe Aceh Darussalam 66,98 Nusa Tenggara Barat 81,11 Sumatera Utara 64,99 Nusa Tenggara Timur 79,53 Sumatera Barat 70,08 Kalimantan Barat 66,32 Riau 73,17 Kalimantan Tengah 71,38 Jambi 75,88 Kalimantan Selatan 70,48 Sumatera Selatan 76,49 Kalimantan Timur 79,41 Bengkulu 79,32 Sulawesi Utara 78,26 Lampung 77,57 Sulawesi Tengah 70,63 Bangka Belitung 77,86 Sulawesi Selatan 72,65 Kepulauan Riau 81,11 Sulawesi Tenggara 75,88 DKI Jakarta 82,98 Gorontalo 79,61 Jawa Barat 77,37 Sulawesi Barat 67,13 Jawa Tengah 80,74 Maluku 70,39 D.I. Yogyakarta 81,87 Maluku Utara 69,81 Jawa Timur 78,47 Papua 65,76 Banten 70,64 Irian Jaya Barat 67,88 Bali 80,26 Indonesia 75,90

Sumber: Susenas 2007

TABEL 2.10

Balita yang Memperoleh Imunisasi Campak Di Indonesia Tahun 2004 – 2007

Tahun Daerah Campak

2004 Kota 81.2 Desa 74.2 Total 77.2

2007 Kota 78.8 Desa 73.8 Total 75.9

Sumber: Susenas

Page 158: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 139 -

9. ANAK YANG TIDAK DIIMUNISASI

TABEL 2.11 Persentase Anak Balita yang Tidak Mendapat Imunisasi

Per Provinsi 2007

Propinsi

Balita yang tidak

diimunisasi Propinsi

Balita yang tidak

diimunisasi (persen) (persen)

Nangroe Aceh Darussalam 26.0 Nusa Tenggara Barat 11.4 Sumatera Utara 15.5 Nusa Tenggara Timur 10.0 Sumatera Barat 5.1 Kalimantan Barat 17.2 Riau 20.6 Kalimantan Tengah 4.7 Jambi 24.9 Kalimantan Selatan 16.4 Sumatera Selatan 5.8 Kalimantan Timur 10.9 Bengkulu 1.4 Sulawesi Utara 3.8 Lampung 0.9 Sulawesi Tengah 12.2 Bangka Belitung 16.1 Sulawesi Selatan 17.8 Kepulauan Riau 8.2 Sulawesi Tenggara 9.6 DKI Jakarta 8.7 Gorontalo 13.4 Jawa Barat 5.7 Sulawesi Barat 14.5 Jawa Tengah 0.9 Maluku 27.3 D.I. Yogyakarta 0.0 Maluku Utara 20.3 Jawa Timur 6.3 Papua 26.7 Banten 5.5 Irian Jaya Barat 26.7 Bali 3.4

Indonesia 8,6 Sumber: SDKI 2007

GAMBAR 2.19

Persentase Anak Balita yang Tidak Mendapat Imunisasi Per Provinsi Tahun 2007

BAYI TANPA IMUNISASI

27.3

26.7

26.7

26.0

24.9

20.6

20.3

17.8

17.2

16.4

16.1

15.5

14.5

13.4

12.2

11.4

10.9

10.0

9.6

8.7

8.6

8.2

6.3

5.8

5.7

5.5

5.1

4.7

3.8

3.4

1.4

0.9

0.9

0.0

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

MA

LUK

UP

AP

UA

IRJA

BA

RN

AD

JAM

BI

RIA

UM

ALU

TS

ULS

EL

KA

LBA

RK

ALS

EL

KE

P.B

AB

EL

SU

MU

T S

ULB

AR

GO

RO

NTA

LOS

ULT

EN

GN

TBK

ALT

IMN

TTS

ULT

RA

DK

IIN

DO

NE

SIA

KE

PR

IJA

TIM

SU

MS

EL

JAB

AR

BA

NTE

NS

UM

BA

R

KA

LTE

NG

SU

LUT

BA

LIB

EN

GK

ULU

LAM

PU

NG

JATE

NG

DIY

Sumber : SDKI 2007

Page 159: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 140 -

10. CAKUPAN IMUNISASI PADA IBU

TABEL 2.12 Persentase Cakupan Imunisasi Pada Ibu

Per Provinsi Tahun 2007

Propinsi Cakupan Imunisasi

pada Ibu Propinsi Cakupan

Imunisasi pada Ibu (persen) (persen)

Nangroe Aceh Darussalam 56.0 Nusa Tenggara Barat 70.8 Sumatera Utara 33.7 Nusa Tenggara Timur 76.9 Sumatera Barat 81.8 Kalimantan Barat 68.6 Riau 64.5 Kalimantan Tengah 75.7 Jambi 68.9 Kalimantan Selatan 69.9 Sumatera Selatan 65.5 Kalimantan Timur 83.2 Bengkulu 76.9 Sulawesi Utara 86.6 Lampung 78.4 Sulawesi Tengah 80.8 Bangka Belitung 77.1 Sulawesi Selatan 82.5 Kepulauan Riau 54.7 Sulawesi Tenggara 80.1 DKI Jakarta 76.4 Gorontalo 72.1 Jawa Barat 81.4 Sulawesi Barat 77.5 Jawa Tengah 81.8 Maluku 57.0 D.I. Yogyakarta 85.8 Maluku Utara 85.7 Jawa Timur 68.1 Papua 50.5 Banten 64.1 Irian Jaya Barat 64.3 Bali 87.9 Indonesia 73,0

Sumber: SDKI 2007

GAMBAR 2.20 Persentase Cakupan Imunisasi Pada Ibu

Per Provinsi Tahun 2007

CAKUPAN IMUNISASI PADA IBU

88 87 86 86 83 83 82 82 81 81 80 78 78 77 77 77 76 76 73 72 71 70 69 69 68 66 65 64 6457 56 55

5134

30

40

50

60

70

80

90

100

BALI

SU

LUT

DIY

MA

LUT

KALT

IMSU

LSEL

SU

MB

AR

JA

TEN

GJA

BAR

SU

LTEN

GS

ULT

RA

LAM

PUN

GS

ULB

ARKE

P.BA

BEL

BE

NG

KULU

NTT DK

IK

ALT

EN

GIN

DO

NE

SIA

GO

RO

NTA

LO NTB

KAL

SEL

JAM

BIKA

LBAR

JATI

MS

UM

SE

LR

IAU

IRJA

BAR

BA

NTE

NM

ALU

KUN

AD

KE

PR

IP

AP

UA

SUM

UT

Sumber : SDKI 2007

Page 160: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 141 -

11. ASI EKSKLUSIF Persentase bayi yang berusia kurang dari empat bulan yang mendapat ASI ekslusif. Sejak

tahun 2003, pemerintah Indonesia mengubah rekomendasi lama pemberian ASI ekslusif

dari 4 bulan menjadi 6 bulan, sesuai dengan rekomendasi UNICEF dan WHO

TABEL 2.13

Cakupan ASI Eksklusif Di Indonesia Tahun 1991 – 2007

1991 1994 1997 2003 2007Bayi yang mendapat ASI Ekslusif 4 bulan (%) 52.4 47.3 52 55 Bayi yang mendapat ASI Ekslusif 6 bulan (%) 40 32.4Bayi 6-9 bulan mendapat MP-ASI (%) 81.2 85.3 80.9 75 75

Sumber: SDKI 1991, 1994, 1997, SDKI 2002-2003 dan SDKI 2007

GAMBAR 2.21 Persentase Cakupan ASI Eksklusif

Di Indonesia Tahun 1991 - 2007

52.4

47.3

5255

40

32.430

35

40

45

50

55

60

1991 1994 1997 2003 2007

ASI

eks

klus

if (%

)

4 bulan 6 bulan

Sumber : SDKI 1991-2007

TABEL 2.14 Status Pemberian ASI Menurut Umur Anak

Di Indonesia Tahun 2007

Umur (bulan)

Tidak di beri ASI

ASI Ekslusif

Mendapat ASI dan

Air putih Makanan dihaluskan

Susu formula

Makanan Pendamping

< 2 4.6 48.3 5.8 0.6 28.6 12.2 < 6 8.5 32.4 8.9 1.7 18.1 30.4 6-9 13.7 4.5 3.8 0.6 2.5 75.0

Sumber: SDKI 2007

Page 161: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 142 -

TABEL 2.15 Persentase Anak Usia Di Bawah 7 Bulan

Yang Diberi ASI Saja Selama 24 Jam Terakhir Per Provinsi Tahun 2005

Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan+ Perdesaan

(1) (2) (3) (4) Nanggroe Aceh Darussalam - - -

Sumatera Utara 36,12 39,33 37,73

Sumatera Barat 59,62 53,62 55,36

R i a u 51,44 47,80 49,37

J a m b i 45,34 41,79 43,08

Sumatera Selatan 47,30 57,49 53,24

Bengkulu 64,55 58,80 60,57

Lampung 48,08 50,03 49,58

Bangka Belitung 46,39 37,86 41,88

Kepulauan Riau 50,25 33,76 47,64

DKI Jakarta 44,74 - 44,74

Jawa Barat 50,97 52,95 51,96

Jawa Tengah 43,97 38,92 40,97

DI Yogyakarta 32,72 69,31 44,42

Jawa Timur 45,31 37,38 40,97

Banten 50,67 41,71 46,83

B a l i 39,77 38,34 39,29

Nusa Tenggara Barat 54,74 61,97 59,57

Nusa Tenggara Timur 56,11 60,36 59,68

Kalimantan Barat 49,55 46,18 47,11

Kalimantan Tengah 54,62 55,50 55,12

Kalimantan Selatan 45,81 49,52 47,90

Kalimantan Timur 56,99 50,65 54,84

Sulawesi Utara 70,57 62,94 66,36

Sulawesi Tengah 43,75 53,70 51,53

Sulawesi Selatan 62,80 67,77 65,94

Sulawesi Tenggara 54,25 49,67 50,68

Gorontalo 26,27 41,42 37,55

Maluku 54,26 56,02 55,52

Maluku Utara 46,68 49,34 48,68

Papua 48,94 59,70 54,00

Indonesia *) 47,65 48,31 48,01

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional 2005 Keterangan : *) Tidak termasuk Nanggroe Aceh Darussalam

Page 162: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 143 -

12. KONSUMSI GARAM BERYODIUM

Persentase rumah tangga yang mengkonsumsi garam beryodium dengan cukup (yaitu garam yang mengandung kadar KIO3 > 30 ppm)

GAMBAR 2.22

Persentase Rumah Tangga yang Mengkonsumsi Garam Dengan Kadar Yodium yang Cukup

Di Indonesia Tahun 1995 - 2007

49.858.1 62.1 65.2 63.6 64.5 65.4 68.4

73.2 72.862.3

0

20

40

60

80

100

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2005 2007

(%)

Susenas(1995-2005), Riskesdas 2007

Persentase rumah tangga yang mengkonsumsi garam dengan kadar yodium yang

cukup di Indonesia menunjukkan tren peningkatan dari periode 1995 sampai dengan

tahun 2005, dari 49,8% di tahun 1995 sampai pada angka 72,8% pada tahun 2005.

Namun pada tahun 2007 terjadi penurunan yang cukup signifikan, yaitu turun sekitar

10% ke angka 62,3% rumah tangga di Indonesia yang mengkonsumsi garam dengan

kadar yodium yang cukup.

Page 163: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 144 -

TABEL 2.16 Persentase Rumah Tangga yang Mempunyai Garam Cukup Iodium

Per Provinsi Tahun 2007

PROPINSI Rumah-Tangga Mempunyai Garam Cukup Iodium

Nanggroe Aceh Darussalam 47.3

Sumatera Utara 89.9

Sumatera Barat 90.3

Riau 82.8

Jambi 94.0

Sumatera Selatan 93.0

Bengkulu 69.7

Lampung 76.8

Kep Bangka Belitung 98.7

Kepulauan Riau 89.1

DKI Jakarta 68.7

Jawa Barat 58.3

Jawa Tengah 58.6

DI Yogyakarta 82.7

Jawa Timur 45.1

Banten 46.4

Bali 45.1

NTB 27.9

NTT 31.0

Kalimantan Barat 84.4

Kalimantan Tengah 88.7

Kalimantan Selatan 76.2

Kalimantan Timur 83.8

Sulawesi Utara 89.2

Sulawesi Tengah 62.3

Sulawesi Selatan 61.0

Sulawesi Tenggara 43.5

Gorontalo 90.1

Sulawesi Barat 34.2

Maluku 45.1

Maluku Utara 83.0

Papua Barat 90.9

Papua 86.2

Indonesia 62.3 Sumber : Riskesdas 2007

Page 164: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 145 -

GAMBAR 2.23 Persentase Rumah Tangga yang Mempunyai Garam Cukup Iodium

Per Provinsi Tahun 2007

Rumah-Tangga Mempunyai Garam Cukup Iodium

27.9

31.0

34.2

43.5

45.1

45.1

45.1

46.4

47.3

58.3

58.6

61.0

62.3

62.3

68.7

69.7

76.2

76.8

82.7

82.8

83.0

83.8

84.4

86.2

88.7

89.1

89.2

89.9

90.1

90.3

90.9

93.0

94.0

98.7

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0

NTB

NTT

Sulawesi Barat

Sulawesi Tenggara

Jawa Timur

Bali

Maluku

Banten

Nanggroe Aceh Darussalam

Jawa Barat

Jawa Tengah

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tengah

Indonesia

DKI Jakarta

Bengkulu

Kalimantan Selatan

Lampung

DI Yogyakarta

Riau

Maluku Utara

Kalimantan Timur

Kalimantan Barat

Papua

Kalimantan Tengah

Kepulauan Riau

Sulawesi Utara

Sumatera Utara

Gorontalo

Sumatera Barat

Papua Barat

Sumatera Selatan

Jambi

Kep Bangka BelitungPe

rsen

(%)

Sumber : Riskesdas 2007

Pada gambar diatas terlihat angka persentase rumah tangga yang mempunyai garam

cukup iodium di Indonesia pada tahun 2007 adalah sebesar 62,3%. Dengan Provinsi

NTB dan NTT adalah yang paling rendah dengan angka konsumsi masing-masing

sebesar 27,9% dan 31,0%. Sedangkan provinsi dengan angka konsumsi tertinggi

adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Jambi dengan angka konsumsi

masing-masing sebesar 98,7% dan 94,0%.

Page 165: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 146 -

TABEL 2.17 Persentase Rumah Tangga Mempunyai Garam Cukup Iodium

Menurut Karakteristik Responden Di Indonesia Tahun 2007

Karakteristik Responden Rumah Tangga

Mempunyai Garam Cukup Iodium (%)

Pendidikan Kepala Keluarga

Tidak tamat SD & Tidak sekolah 50.9

Tamat SD 59.5

Tamat SLTP 68.8

Tamat SLTA 75.1

Tamat PT 80.8

Pekerjaan Kepala Keluarga

Tidak bekerja/Sekolah/Ibu rumah tangga 60.7

PNS/TNI/Polri/BUMN 79.2

Pegawai Swasta 75.7

Wiraswasta/Pedagang Pelayanan Jasa 67.1

Petani/Nelayan 56.9

Buruh/Lainnya 56.5 Tipe Daerah

Perkotaan 70.4

Perdesaan 56.3 Tingkat Pengeluaran per Kapita

Q1 56.7

Q2 59.3

Q3 61.8

Q4 64.1

Q5 70.0 Sumber : Riskesdas 2007

Tabel 2.16 memperlihatkan persentase rumah-tangga yang mempunyai garam cukup

iodium (_30 ppm) menurut menurut karakteristik responden. Berdasarkan tempat

tinggal, persentase rumah-tangga yang mempunyai garam cukup iodium di perkotaan

lebih tinggi dibandingkan di perdesaan.

Page 166: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 147 -

13. DISTRIBUSI KAPSUL VITAMIN A

TABEL 2.18 Persentase Anak Umur 6-59 Bulan yang Menerima Kapsul Vitamin A

Per Provinsi Tahun 2007

Propinsi Menerima Kapsul

Vitamin A Propinsi Menerima Kapsul

Vitamin A (persen) (persen)

Nangroe Aceh Darussalam 74.9 Nusa Tenggara Barat 82.1 Sumatera Utara 51.0 Nusa Tenggara Timur 74.2 Sumatera Barat 73.5 Kalimantan Barat 73.0 Riau 66.9 Kalimantan Tengah 67.5 Jambi 73.1 Kalimantan Selatan 81.9 Sumatera Selatan 62.9 Kalimantan Timur 79.1 Bengkulu 62.4 Sulawesi Utara 78.4 Lampung 65.5 Sulawesi Tengah 69.2 Bangka Belitung 69.7 Sulawesi Selatan 74.2 Kepulauan Riau 67.6 Sulawesi Tenggara 69.9 DKI Jakarta 79.7 Gorontalo 77.3 Jawa Barat 79.8 Sulawesi Barat 65.6 Jawa Tengah 82.3 Maluku 57.8 D.I. Yogyakarta 84.7 Maluku Utara 71.2 Jawa Timur 73.8 Papua 61.6 Banten 72.3 Irian Jaya Barat 59.9 Bali 81.2

Indonesia 71,5 Sumber: Riskesdas 2007

GAMBAR 2.24

Persentase Distribusi Vitamin A Per Provinsi Tahun 2007

DISTRIBUSI KAPSUL VITAMIN A

85 82 82 82 81 80 80 79 78 77 75 74 74 74 74 73 73 72 72 71 70 70 69 68 68 67 66 6663 62 62 60 58

5150

60

70

80

90

DIY

JATE

NG

NTB

KALS

ELB

ALI

JABA

RD

KIKA

LTIM

SU

LUT

GO

RO

NTA

LON

AD

NTT

SULS

ELJA

TIM

SU

MBA

R

JAM

BI

KAL

BAR

BAN

TEN

IND

ON

ESIA

MAL

UT

SU

LTR

AK

EP.B

ABEL

SU

LTE

NG

KEP

RI

KALT

EN

GR

IAU

SU

LBA

RLA

MPU

NG

SUM

SEL

BEN

GK

ULU

PAPU

AIR

JABA

RM

ALU

KU

SU

MU

T

Sumber : Riskesdas 2007

Angka persentase distribusi vitamin A di Indonesia pada tahun 2007 adalah sebesar

72%.

Page 167: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 148 -

14. KONSUMSI TABLET BESI

TABEL 2.19 Persentase Konsumsi Tablet Besi

Per Provinsi Tahun 2007

Propinsi Pemberian Tablet Besi Propinsi

Pemberian Tablet Besi

(persen) (persen) Nangroe Aceh Darussalam 89.5 Nusa Tenggara Barat 95.4 Sumatera Utara 90.5 Nusa Tenggara Timur 94.0 Sumatera Barat 89.7 Kalimantan Barat 85.5 Riau 89.8 Kalimantan Tengah 94.4 Jambi 95.2 Kalimantan Selatan 93.4 Sumatera Selatan 90.2 Kalimantan Timur 95.1 Bengkulu 93.9 Sulawesi Utara 96.1 Lampung 93.2 Sulawesi Tengah 85.8 Bangka Belitung 91.9 Sulawesi Selatan 98.1 Kepulauan Riau 95.5 Sulawesi Tenggara 91.1 DKI Jakarta 85.3 Gorontalo 91.3 Jawa Barat 91.5 Sulawesi Barat 88.2 Jawa Tengah 93.9 Maluku 95.0 D.I. Yogyakarta 96.3 Maluku Utara 98.1 Jawa Timur 94.5 Papua 85.5 Banten 94.2 Irian Jaya Barat 94.5 Bali 95.8 Indonesia 92,2

Sumber: Riskesdas 2007

Page 168: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 149 -

GAMBAR 2.25 Persentase Konsumsi Tablet Besi

Per Provinsi Tahun 2007

Pemberian Tablet Besi

98.1

98.1

96.3

96.1

95.8

95.5

95.4

95.2

95.1

95.0

94.5

94.5

94.4

94.2

94.0

93.9

93.9

93.4

93.2

92.2

91.9

91.5

91.3

91.1

90.5

90.2

89.8

89.7

89.5

88.2

85.8

85.5

85.5

85.3

75.0

80.0

85.0

90.0

95.0

100.0

Sul

awes

i Sel

atan

M

aluk

u U

tara

D

I Yog

yaka

rta

Sul

awes

i Uta

ra

Bal

i K

epul

auan

Ria

u

Nus

a Te

ngga

ra B

arat

J

ambi

K

alim

anta

n Ti

mur

M

aluk

u

Jaw

a Ti

mur

P

apua

K

alim

anta

n Te

ngah

B

ante

n

Nus

a Te

ngga

ra T

imur

B

engk

ulu

J

awa

Teng

ah

Kal

iman

tan

Sel

atan

L

ampu

ng

Indo

nesi

a

Ban

gka

Bel

itung

J

awa

Bar

at

Gor

onta

lo

Sul

awes

i Ten

ggar

a

Sum

ater

a U

tara

S

umat

era

Sel

atan

R

iau

S

umat

era

Bar

at

NA

D

Sul

awes

i Bar

at

Sul

awes

i Ten

gah

K

alim

anta

n Ba

rat

Pap

ua B

arat

D

KI J

akar

ta

Sumber: Riskesdas 2007 Pada gambar diatas terlihat angka persentase pemberian tablet besi di Indonesia pada

tahun 2007 adalah sebesar 92,2%. Dengan Provinsi DKI Jakarta dan Papua Barat

adalah yang paling rendah dengan angka pemberian tablet besi masing-masing

sebesar 85,3% dan 85,5%. Sedangkan provinsi dengan distribusi vitamin A tertinggi

adalah Provinsi Sulawesi Selatan dan Maluku Utara dengan angka pemberian tablet

besi sebesar 98,1%.

Page 169: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 150 -

TABEL 2.20 Persentase Pemberian Tablet Besi Menurut Karakteristik Responden

Di Indonesia Tahun 2007

Karakteristik Responden Pemberian Tablet Besi

Tipe daerah Perkotaan 93.5 Perdesaan 91.2 Pendidikan KK Tidak sekolah 89.6 Tidak tamat SD 91.1 Tamat SD 92.3 Tamat SMP 91.7 Tamat SMA 92.9 Tamat PT 95.7 Pekerjaan KK Tidak bekerja 91.9 Ibu rumah tangga 92.0 PNS/POLRI/TNI 94.7 Wiraswasta 92.4 Petani/ buruh/ nelayan 91.4 Lainnya 90.9 Tingkat pengeluaran per kapita Kuintil-1 91.4 Kuintil-2 90.7 Kuintil-3 93.0 Kuintil-4 93.5 Kuintil-5 92.8

Sumber : Riskesdas 2007

Page 170: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 151 -

15. PREVALENSI PENGGUNAAN KONTRASEPSI

GAMBAR 2.26 Tren Penggunaan Kontrasepsi Pada Wanita Pernah Menikah

Di Indonesia Tahun 1991 - 2007

Trend penggunaan kontrasepsi pada wanita pernah (persen)

5055 57 60 61

1991 1994 1997 2002/2003 2007

 Sumber SDKI, berbagai tahun

GAMBAR 2.27 Prevalensi Penggunaan KB

Per Provinsi Tahun 2007

Prevalensi KB

74.0

71.1

69.4

69.3

67.8

66.9

66.5

66.1

65.2

64.8

64.4

63.7

63.6

62.7

61.4

61.1

60.1

60.1

59.9

59.2

57.6

57.4

56.7

54.8

54.2

53.4

50.7

48.8

47.4

45.4

42.1

39.6

38.3

34.1

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

80.0

BE

NG

KU

LULA

MP

UN

GB

ALI

SULU

TK

EP

.BA

BE

LD

IYK

ALT

EN

GJA

TIM

JAM

BI

SU

MS

EL

KA

LSE

LJA

TEN

GS

ULT

EN

GK

ALB

AR

IND

ON

ES

IAJA

BA

RD

KI J

AK

AR

TAG

OR

ON

TALO

SU

MB

AR

K

ALT

IMK

EP

RI

BA

NTE

NR

IAU

NTB

SU

MU

T S

ULS

EL

SU

LTR

AM

ALU

TN

AD

SU

LBA

RN

TTIR

JAB

AR

PA

PU

AM

ALU

KU

Sumber SDKI 2007

Page 171: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 152 -

16. PERSENTASE UNMET NEED Unmet Need adalah persentase Pasangan Usia Subur (PUS) yang menunda punya anak

atau tidak ingin punya anak lagi tetapi dengan tidak menggunakan Alat atau Obat

Kontrasepsi KB (alokon)

. TABEL 2.21

Tabel Pencapaian Pembangunan Program KB Nasional1 Di Indonesia Tahun 1994 – 2007

Keterangan: 1) Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2) Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025 (BPS, Bappenas, dan UNFPA) *) Laju pertumbuhan 1990-2000 (Sensus Penduduk 1990 dan **) Laju pertumbuhan 2000-2005 ***) Estimasi Population Reference Bureau (2007)

Dari hasil SDKI (berbagai tahun), terlihat adanya penurunan unmet need dari 12,7

persen pada tahun 1991, kemudian menjadi 10,6 di tahun 1994, dan 9,2 persen pada tahun

1997, serta 8,6 pada tahun 2002/03. Namun, hasil SDKI terbaru tahun 2007 menunjukkan

angka unmet need meningkat menjadi 9,1 persen.

GAMBAR 2.28

Trend Unmet Need Di Indonesia Tahun 1991-2007

Trend Unmet Need

9,18,6

9,2

10,6

12,7

4

6

8

10

12

14

1991 1994 1997 2002/03 2007 Sumber : SDKI, Tahun 1991, 1994, 1997, 2002/03, 2007

Indikator 1994 1997 2002 2006 2007 1. Laju Pertumbuhan Penduduk (persen)2 1,49*) 1,34**) 2. TFR (per wanita usia reproduksi) 2,85 2,78 2,60 2,40 ***) 3. Prevalensi Peserta KB (persen) 54,7 57,4 60,3 61,4 3. Unmet-Need (persen) 10,6 9,2 8,6 9,1 4. Rata-rata Umur Kawin Pertama (tahun) 18,1 18,6 19,2

Page 172: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 153 -

TABEL 2.22 Perkembangan Unmet Need

1991 1994 1997 2002/2003 200711 DKI Jakarta 10.5 9.1 8.9 6.9 6.912 Jawa Barat 13.1 11.5 9.8 9.9 10.013 Jawa Tengah 13.5 9.6 8.3 6.5 7.414 D.I. Yogyakarta 6.0 5.7 4.6 4.8 6.815 Jawa Timur 10.0 9.0 7.6 5.6 8.216 Banten - - - 9.7 9.017 Bali 5.9 5.9 5.8 6.9 5.8

JAWA BALI1 Nangroe Aceh Darussalam 23.8 17.3 10.3 - 21.02 Sumatera Utara 16.9 12.9 12.9 13.0 12.33 Sumatera Barat 17.1 13.0 15.9 12.3 11.24 Riau 18.8 14.7 12.7 10.4 9.15 Jambi 13.0 9.4 6.6 6.1 7.06 Sumatera Selatan 12.7 8.7 7.8 6.8 7.47 Bengkulu 9.2 9.2 7.4 8.0 6.18 Lampung 10.4 10.7 7.4 7.3 5.59 Bangka Belitung - - - 5.6 3.2

10 Kepulauan Riau - - - - 12.3SUMATERA

20 Kalimantan Barat 14.6 12.8 10.7 16.0 12.921 Kalimantan Tengah 9.1 8.6 7.8 6.8 5.722 Kalimantan Selatan 9.7 9.0 7.5 9.3 6.223 Kalimantan Timur 11.4 8.8 7.9 7.0 7.7

KALIMANTAN24 Sulawesi Utara 7.9 6.5 4.4 4.4 6.125 Sulawesi Tengah 12.3 10.9 9.4 10.2 8.326 Sulawesi Selatan 13.6 14.0 11.7 11.8 13.927 Sulawesi Tenggara 18.4 14.1 8.9 13.4 12.928 Gorontalo - - - 11.0 6.629 Sulawesi Barat - - - - 17.4

SULAWESI18 Nusa Tenggara Barat 14.6 12.8 10.7 16.0 12.919 Nusa Tenggara Timur 13.1 16.5 13.5 16.7 17.430 Maluku 18.6 19.4 15.3 - 22.431 Maluku Utara - - - - 13.032 Papua Barat - - - - 16.633 Papua 21.9 10.9 13.6 - 15.8

PULAU LAINNYA12.7 10.6 9.2 8.6 9.1

Sumber : SDKI 1991, 1994, 1997, 2002-03, 2007 Ket: terendah tertinggiSemakin rendah, semakin baik

T O T A L

No Provinsi SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA (SDKI)

Angka angka unmet need juga bervariasi di tiap provinsi dalam perkembangannya.

Sedangkan data SDKI 2007 menunjukkan Angka Unmet need yang terendah terdapat di

Provinsi Bangka Belitung sebesar 3,2 persen dan yang tertinggi di Provinsi Maluku

sebesar 22,4 persen. Dari hasil SDKI tersebut dapat dilihat ada 4 provinsi yang telah

memenuhi target yaitu Provinsi Bangka Belitung, Lampung, Kalimantan Tengah, dan

Bali.

Page 173: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 154 -

GAMBAR 2.29 Grafik Unmet Need Per Provinsi, 2007

Sumber : SDKI, 2007

Angka Unmet need juga bervariasi berdasarkan karakteristik wilayah dan tingkat

pendidikan. Berdasarkan karakteristik wilayahnya, angka unmet need di wilayah

perdesaan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah perkotaan, yaitu sebesar

9,2 persen di perdesaan dan 8,8 persen di perkotaan. Sementara itu, berdasarkan tingkat

pendidikan, angka unmet need lebih tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan

rendah, yaitu sebesar 10,6 persen untuk masyarakat yang tidak bersekolah, sekitar 9

persen untuk tamatan sekolah dasar (SD) dan tidak tamat SMP, dan 8,4 persen untuk

tamatan SLTP ke atas.

Unmet Need Per Provinsi

22,421,0

17,417,4

16,615,8

13,913,012,912,912,9

12,312,3

11,210,0

9,19,0

8,38,2

7,77,47,4

7,06,96,86,6

6,26,16,1

5,85,75,5

3,2

0 5 10 15 20 25 Maluku

NADSulbar

NTTPabarPapuaSulselMalut

KalbarSultra

NTBSumutKepri

SumbarJawa Barat

RiauBantenSulteng

Jawa TimurKaltim

SumselJawaJambi

DKIDIY

GorontaloKalsel

BengkuluSulut

BaliKalteng

LampungBabel

Page 174: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 155 -

C. SUMBER DAYA KESEHATAN

Page 175: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 156 -

17. SUMBER DAYA KESEHATAN

TABEL 3.1 Keberadaan Tenaga Kesehatan

Di Indonesia Tahun 2008

JJeenniiss tteennaaggaa PPOODDEESS 22000088

JJuummllaahh TTeennaaggaa

RRaassiioo PPeerr 110000..000000 PPeenndduudduukk

DDookktteerr 4444,,775599 1199..5599 DDookktteerr GGiiggii 77,,664499 33..3355 BBiiddaann 9988,,007744 4422..9922 NNaakkeess llaaiinnnnyyaa 8800,,660055 -- DDuukkuunn BBaayyii 115555,,447700 --

Sumber:PODES 2008

Menurut pendataan Potensi Desa (PODES) oleh BPS pada tahun 2008, jumlah dokter di

Indonesia sebanyak 44.759 orang, dengan rasio sebesar 19,59 dokter pwe 100.000

penduduk, dengan kisaran antara 10,36 – 53,89 dokter per 100.000 penduduk.

Rasio dokter terhadap jumlah penduduk di tiap provinsi pada tahun 2008 dijelaskan pada

gambar berikut ini.

GAMBAR 3.1 Rasio Dokter Terhadap 100.000 Penduduk

Per Provinsi Tahun 2008

10.3

611

.53

12.0

014

.39

14.7

915

.58

15.6

916

.24

16.4

716

.63

17.2

218

.12

18.1

318

.43

18.4

418

.50

19.5

919

.69

19.7

920

.55

22.1

122

.94

23.6

623

.68

25.9

226

.37

27.1

830

.62

34.1

137

.94

38.0

739

.07

52.3

353

.89

0

10

20

30

40

50

60

Lam

pung

Nus

a Te

ngga

ra B

arat

Kal

iman

tan

Bar

atS

umat

era

Sel

atan

Jaw

a B

arat

Kal

iman

tan

Sel

atan

Ban

ten

Sul

awes

i Ten

ggar

aN

usa

Teng

gara

Tim

urK

alim

anta

n Ti

mur

Jaw

a Te

ngah

Jaw

a Ti

mur

Sul

awes

i Ten

gah

Jam

biB

angk

a B

elitu

ngS

ulaw

esi B

arat

Indo

nesi

a K

alim

anta

n Te

ngah

Ria

uS

ulaw

esi S

elat

anS

umat

era

Uta

raM

aluk

uG

oron

talo

Sum

ater

a B

arat

NA

DM

aluk

u U

tara

Pap

uaK

epul

auan

Ria

uB

engk

ulu

Bal

iD

KI J

akar

taD

.I. Y

ogya

karta

Pap

ua B

arat

Sul

awes

i Uta

ra

Sumber:Profil Kesehatan 2008

Page 176: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 157 -

TABEL 3.2 Jumlah Beberapa Tenaga Kesehatan

Di Indonesia Tahun 2006 dan Sasaran 2010   Kondisi tahun 2006  Sasaran tahun 2010 

Jenis Tenaga  Jumlah  Rasio per 100.000 

penduduk   Jumlah 

Rasio per 100.000 

penduduk 

Dokter umum  44.564  19,93  70.782  30 

Dokter Spesialis  12.374  5,53  21.234  9 

Dokter gigi  11.289  5,05  25.954  11 

Perawat  308.396  137,87  372.308  158 

Bidan  79.152  35,40  176.954  75 

Apoteker  10.207  4,56  21.234  9 

Asisten Apoteker  39.106  17,49  42.469  18 

Kesehatan Masyarakat  9.739  4,36  18.875  8 

Sanitarian  10.094  8,09  23.549  10 

Tenaga Gizi  15.342  6,89  42.469  18 

Terapi Fisik  5.290  2,37  9.438  4 

Teknis Medis  10.318  4,61  14.156  8 Sumber: BPPSDK, Depkes - 2007

Page 177: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 158 -

TABEL 3.3 Jenis, Jumlah dan Rasio Ketenagaan Puskesmas

Di Indonesia Tahun 2008 Jenis Jumlah Rasio Per

Puskesmas

Jumlah Puskesmas 8,548

Dokter Spesialis 109 0.01

Dokter Umum 11,865 1.39

Dokter Gigi 5,278 0.62

Perawat 55,194 6.46

Perawat Gigi 3,107 0.36

Bidan 57,489 6.73

Apoteker dan S1 Farmasi 192 0.02

Asisten Apoteker 2,029 0.24

Kefarmasian 1,184 0.14

Analis Farmasi 935 0.11

Kesmas (S1) 2,955 0.35

Kesmas (S2) 128 0.01

Sanitarian 7,540 0.88

Gizi 6,106 0.71

Keterapian Fisik 89 0.01

Keteknisian Medis 2,830 0.33

Jumlah 157,030 18.37 Sumber : Profil Kesehatan 2008

GAMBAR 3.2 Rasio Dokter Umum Terhadap Puskesmas

Menurut Provinsi Tahun 2008

0.23 0.

42 0.66

0.67 0.

88 0.94

0.96

0.97 1.05

1.07

1.08

1.10 1.15 1.20

1.20 1.24

1.27 1.31 1.35

1.38

1.38

1.39 1.

57 1.61 1.66 1.73

1.73

1.76 1.86 2.

022.

03 2.23 2.

433.

05

0

1

1

2

2

3

3

4

Mal

uku

Mal

uku

Uta

raS

ulaw

esi T

engg

ara

Pap

uaKa

liman

tan

Teng

ahK

alim

anta

n B

arat

Sul

awes

i Bar

atN

usa

Teng

gara

Tim

urG

oron

talo

Kalim

anta

n Ti

mur

Nus

a Te

ngga

ra B

arat

Lam

pung

Sul

awes

i Sel

atan

Sula

wes

i Ten

gah

NA

DJa

wa

Bar

atP

apua

Bar

atS

umat

era

Sel

atan

Sum

ater

a B

arat

Jaw

a Ti

mur

Kalim

anta

n Se

lata

nIn

done

sia

Jam

biS

ulaw

esi U

tara

DK

I Jak

arta

Beng

kulu

Ban

ten

Bang

ka B

elitu

ngS

umat

era

Uta

raR

iau

Jaw

a Te

ngah Bal

iD

.I. Y

ogya

karta

Kepu

laua

n R

iau

Sumber : Profil Kesehatan 2008

Page 178: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 159 -

18. PUSKESMAS DAN JARINGANNYA

TABEL 3.4 Jumlah Puskesmas dan Jaringannya

Di Indonesia Tahun 1996 - 2008

Puskesmas Pustu Pusling 1996 7.110 20.765 6.741 1997 7.175 20.889 6.529 1998 7.181 21.503 6.310 1999 7.195 21.417 6.440 2000 7.237 21.267 6.392 2001 7.277 21.587 5.800 2002 7.039 21.706 5.638 2003 7.413 21.763 3.112 2004 7.550 22.002 7.163 2005 7.669 22.002 6.243 2006 8.015 22.171 6.957 2007 8.234 22.347 - 2008 8.548

Sumber: Profil Kesehatan

GAMBAR 3.3 Jumlah Puskesmas, Pustu dan Pusling

Di Indonesia Tahun 1996 - 2008

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

Jum

lah

Pusk

esm

as, P

ustu

dan

Pus

ling

Puskesmas Pustu Pusling

Sumber : Profil Kesehatan

Pada tahun 2008 jumlah puskesmas di seluruh Indonesia sebanyak 8.548 unit. Jika

dilihat dari tahun 1996-2008 terlihat ada peningkatan tiap tahunnya.

Page 179: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 160 -

TABEL 3.5 Jumlah dan Rasio Puskesmas (Per 100.000 Penduduk)

Per Provinsi Tahun 2008

Propinsi Jumlah Rasio Per 100.000

Penduduk Propinsi Jumlah

Rasio Per 100.000

Penduduk NAD 301 7.01 Nusa Tenggara Barat 142 3.25

Sumatera Utara 495 3.80 Nusa Tenggara Timur 278 6.13

Sumatera Barat 227 4.77 Kalimantan Barat 224 5.27

Riau 183 3.53 Kalimantan Tengah 169 8.21

Jambi 158 5.67 Kalimantan Selatan 214 6.21

Sumatera Selatan 278 3.90 Kalimantan Timur 205 6.62

Bengkulu 142 8.65 Sulawesi Utara 144 6.52

Lampung 253 3.42 Sulawesi Tengah 144 5.91

Bangka Belitung 50 4.45 Sulawesi Selatan 395 5.06

Kepulauan Riau 59 4.06 Sulawesi Tenggara 208 10.02

DKI Jakarta 351 3.84 Gorontalo 73 7.51

Jawa Barat 999 2.44 Sulawesi Barat 70 6.78

Jawa Tengah 842 2.58 Maluku 153 11.58

D.I. Yogyakarta 120 3.46 Maluku Utara 91 9.48

Jawa Timur 940 2.53 Papua Barat 96 13.15

Banten 194 2.02 Papua 236 11.48

Bali 114 3.24

Indonesia 8,548 3.74 Sumber : Profil Kesehatan 2008

GAMBAR 3.4 Rasio Puskesmas Per 100.000 Penduduk Tahun 2004-2008

3.483.50

3.613.65

3.74

3.30

3.40

3.50

3.60

3.70

3.80

2004 2005 2006 2007 2008

Sumber : Profil Kesehatan 2008

Page 180: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 161 -

TABEL 3.6 Jumlah Puskesmas Non Perawatan dan Puskesmas Perawatan

Per Provinsi Tahun 2008

Propinsi Puskesmas

Non Perawatan

Puskesmas Perawatan Propinsi

Puskesmas Non

Perawatan

Puskesmas Perawatan

NAD 235 66 Nusa Tenggara Barat 56 86

Sumatera Utara 351 144 Nusa Tenggara Timur 209 69

Sumatera Barat 159 68 Kalimantan Barat 142 82

Riau 138 45 Kalimantan Tengah 122 47

Jambi 107 51 Kalimantan Selatan 172 42

Sumatera Selatan 201 77 Kalimantan Timur 109 96

Bengkulu 107 35 Sulawesi Utara 78 66

Lampung 216 37 Sulawesi Tengah 77 67

Bangka Belitung 36 14 Sulawesi Selatan 227 168

Kepulauan Riau 35 24 Sulawesi Tenggara 145 63

DKI Jakarta 297 54 Gorontalo 56 17

Jawa Barat 859 140 Sulawesi Barat 48 22

Jawa Tengah 610 232 Maluku 124 29

D.I. Yogyakarta 79 41 Maluku Utara 64 27

Jawa Timur 548 392 Papua Barat 70 26

Banten 152 42 Papua 191 45

Bali 90 24

Indonesia 6,110 2,438 Sumber : Profil Kesehatan 2008

GAMBAR 3.5 Jumlah Puskesmas Non Perawatan dan Puskesmas Perawatan

Tahun 2004-2008

2,010

2,077

2,497

2,683

2,438

5,540

5,592

5,518

5,551

6,110

0 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000

2004

2005

2006

2007

2008

Puskesmas Perawatan Puskesmas Non Perawatan

Sumber : Profil Kesehatan 2008

Page 181: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 162 -

19. RUMAH SAKIT

TABEL 3.7 Jumlah Rumah Sakit dan Tempat Tidur Menurut Kepemilikan

Di Indonesia Tahun 1997 - 2008

Rumah Sakit Tempat Tidur Pemerintah Swasta Total Pemerintah Swasta Total

1997 599 491 1.090 80.490 41.506 121.996 1998 601 511 1.112 80.629 42.557 123.186 1999 593 518 1.111 80.286 43.312 123.598 2000 595 550 1.145 80.670 44.837 125.507 2001 598 581 1.179 79.963 47.254 127.217 2002 602 618 1.220 81.243 48.971 130.214 2003 617 617 1.234 81.581 49.548 131.129 2004 625 621 1.246 132.231 2005 642 626 1.268 136.766 2006 664 638 1.292 86.976 51.475 139.478 2007 667 652 1,319 142.707 2008 699 673 1.372 149.538

Sumber : Profil Kesehatan Pada tahun 2008 jumlah rumah sakit di Indonesia sebanyak 1.372 unit, yang

terdiri atas rumah sakit umum (RSU) berjumlah 1.080 unit dan rumah sakit khusus (RSK)

berjumlah 292 unit. Rumah sakit tersebut dikelola oleh Departemen Kesehatan,

pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, TNI/POLRI, departemen lain/BUMN

serta sektor swasta.

Bila melihat perkembangan sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2008, maka

terjadi peningkatan jumlah rumah sakit, baik rumah sakit umum maupun rumah sakit

khusus. Pada tahun 2004 terdapat 1.246 rumah sakit di Indonesia, jumlah ini naik 10,11

persen menjadi 1.372 unit pada tahun 2008.

Page 182: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 163 -

TABEL 3.8 Jumlah Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta

Per Provinsi Tahun 2008

Propinsi RS Umum

RS Khusus Jumlah Propinsi RS

Umum RS

Khusus Jumlah

NAD 31 4 35 Nusa Tenggara Barat 10 3 13

Sumatera Utara 118 12 130 Nusa Tenggara Timur 25 1 26

Sumatera Barat 29 12 41 Kalimantan Barat 23 5 28

Riau 26 2 28 Kalimantan Tengah 15 0 15

Jambi 16 2 18 Kalimantan Selatan 20 6 26

Sumatera Selatan 28 6 34 Kalimantan Timur 28 3 31

Bengkulu 10 1 11 Sulawesi Utara 21 1 22

Lampung 19 3 22 Sulawesi Tengah 14 5 19

Bangka Belitung 6 1 7 Sulawesi Selatan 47 15 62

Kepulauan Riau 12 1 13 Sulawesi Tenggara 13 2 15

DKI Jakarta 77 47 124 Gorontalo 3 1 4

Jawa Barat 104 40 144 Sulawesi Barat 1 0 1

Jawa Tengah 133 49 182 Maluku 17 2 19

D.I. Yogyakarta 17 17 34 Maluku Utara 8 0 8

Jawa Timur 138 33 171 Papua Barat 10 0 10

Banten 17 10 27 Papua 16 2 18

Bali 28 6 34

Indonesia 1,080 292 1,372 Sumber Profil Kesehatan 2008

TABEL 3.9

Jumlah Rumah Sakit dan Tempat Tidur Menurut Pengelola Tahun 2005-2008

No. Pengelola Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008

Jumlah TT Jumlah TT Jumlah TT Jumlah TT

1 Departemen Kesehatan 13 8,483 13 8,784 13 8,777 13 9,044

2 Pemerintah Provinsi 43 12,902 43 12,384 43 13,182 43 13,605

3 Pemerintah Kab/Kota 322 33,896 334 35,375 345 37,575 375 41,285

4 TNI/POLRI 110 10,814 110 10,842 110 10,836 110 10,907

5 Departemen Lain/BUMN 71 6,827 71 6,880 71 6,851 71 6,643

6 Swasta 436 43,364 451 43,789 451 45,074 467 47,266

Jumlah 995 116,286 1,033 118,504 1,033 122,295 1,079 128,750 Sumber Profil Kesehatan 2008

Page 183: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 164 -

Berikut menampilkan perkembangan jumlah rumah sakit (umum dan khusus) di

Indonesia tahun 2004-2008. Sedangkan jumlah seluruh rumah sakit pada tahun 2008.

TABEL 3.10

Perkembangan Jumlah Rumah Sakit (Umum dan Khusus) Di Indonesia Tahun 2004 - 2008

No. Pengelola/Kepemilikan 2004 2005 2006 2007 2008 1 Departemen Kesehatan

dan Pemerintah Provinsi/Kab/Kota

435 452 464 477 509

2 TNI/POLRI 112 112 112 112 112 3 BUMN/Departemen Lain 78 78 78 78 78 4 Swasta 621 626 638 652 673

Jumlah 1246 1268 1292 1319 1372 Sumber Profil Kesehatan 2008

GAMBAR 3.6

Perkembangan Jumlah Rumah Sakit Umum Di Indonesia Tahun 2004-2008

434 436 441 451 467542 539 571 582 613

976 995 1,012 1,033 1,080

0

200

400

600

800

1,000

1,200

2004 2005 2006 2007 2008

RSU Swasta RSU Pemerintah Jumlah RSU

Sumber Profil Kesehatan 2008 Selama kurun waktu 5 tahun terakhir (2004-2008) jumlah rumah sakit umum baik yang

dikelola oleh institusi pemerintah maupun swasta mengalami peningkatan. Pada tahun

2004 terdapat 976 unit menjadi 1.080 unit pada tahun 2008.

Page 184: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 165 -

GAMBAR 3.7 Persentase Rumah Sakit Umum

Milik Departemen Kesehatan/Pemerintah Daerah Menurut Kelas Tahun 2008

Kelas D,20.37

Kelas A1.85

Kelas B18.29

Kelas C59.26

Kelas A Kelas B

Kelas C Kelas D

Sumber Profil Kesehatan 2008

GAMBAR 3.8 Perkembangan Jumlah Rumah Sakit Khusus

Di Indonesia Tahun 2004-2008

200

273 280 286292

0

50

100

150

200

250

300

350

2004 2005 2006 2007 2008

Jum

lah

RS

Khu

sus

Sumber Profil Kesehatan 2008

Page 185: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 166 -

GAMBAR 3.9 Jenis Rumah Sakit Khusus (RSK) Di Indonesia Tahun 2008

79

5751

22

83

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

RS Ibu dan Anak RS Bersalin RS Jiwa RS Kusta RS KhususLainnya

Jenis Rumah Sakit Khusus

Sumber Profil Kesehatan 2008

GAMBAR 3.10

Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit dan Rasionya Per 100.000 Penduduk Tahun 2004-2008

142,707138,451

136,766132,231

149,538

60.92

62.4962.27

63.25

65.44

120,000

125,000

130,000

135,000

140,000

145,000

150,000

155,000

2004 2005 2006 2007 200858.00

59.00

60.00

61.00

62.00

63.00

64.00

65.00

66.00

Jumlah TT Rasio

Sumber Profil Kesehatan 2008

Page 186: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 167 -

20. UKBM (UPAYA KESEHATAN BERBASIS MASYARAKAT)

TABEL 3.11 Jumlah Sarana Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)

Per Provinsi Tahun 2008

Propinsi Jumlah Desa Pustu Poskes

des Polinde

s Posyan

du Apotek

Toko Khusus Obat/ Jamu

Rasio Poskesdes Thd Desa

Rasio Posyandu Thd Desa

Rasio Polindes Thd Desa

NAD 6,629 843 83 1,951 4,824 162 325 0.01 0.73 0.29

Sumatera Utara 5,851 1,798 525 1,965 5,189 373 490 0.09 0.89 0.34

Sumatera Barat 967 573 138 449 913 114 205 0.14 0.94 0.46

Riau 1,636 806 258 314 1,585 136 239 0.16 0.97 0.19

Jambi 1,303 595 188 169 1,266 71 122 0.14 0.97 0.13

Sumatera Selatan 3,243 914 1,043 1,121 3,036 102 151 0.32 0.94 0.35

Bengkulu 1,378 457 132 217 1,326 57 69 0.10 0.96 0.16

Lampung 2,379 781 299 385 2,324 113 161 0.13 0.98 0.16

Bangka Belitung 361 156 90 193 343 27 45 0.25 0.95 0.53

Kepulauan Riau 340 200 54 151 322 56 82 0.16 0.95 0.44

DKI Jakarta 267 0 0 0 267 241 217 0.00 1.00 0.00

Jawa Barat 6,016 1,624 897 1,439 5,868 900 1,377 0.15 0.98 0.24

Jawa Tengah 8,635 1,881 2,717 3,597 8,570 893 976 0.31 0.99 0.42

D.I. Yogyakarta 438 310 113 73 438 119 120 0.26 1.00 0.17

Jawa Timur 8,541 2,253 2,738 5,644 8,494 876 3,073 0.32 0.99 0.66

Banten 1,520 263 84 130 1,501 190 324 0.06 0.99 0.09

Bali 722 452 36 154 712 125 84 0.05 0.99 0.21

NTB 930 500 131 457 910 84 49 0.14 0.98 0.49

NTT 3,086 954 128 1,406 2,788 65 29 0.04 0.90 0.46

Kalimantan Barat 1,960 768 117 1,164 1,662 51 123 0.06 0.85 0.59

Kalimantan Tengah 1,476 806 89 556 1,302 38 102 0.06 0.88 0.38

Kalimantan Selatan 2,007 597 257 736 1,958 68 199 0.13 0.98 0.37

Kalimantan Timur 1,421 673 30 152 1,264 91 193 0.02 0.89 0.11

Sulawesi Utara 1,592 439 91 259 1,474 75 71 0.06 0.93 0.16

Sulawesi Tengah 1,785 678 329 580 1,645 63 109 0.18 0.92 0.32

Sulawesi Selatan 2,972 1,265 283 611 2,915 228 306 0.10 0.98 0.21

Sulawesi Tenggara 2,124 496 132 250 1,952 38 105 0.06 0.92 0.12

Gorontalo 669 226 68 239 574 30 39 0.10 0.86 0.36

Sulawesi Barat 564 267 56 52 508 17 45 0.10 0.90 0.09

Maluku 924 384 72 139 837 30 31 0.08 0.91 0.15

Maluku Utara 1,199 203 44 205 981 25 18 0.04 0.82 0.17

Papua Barat 1,324 352 26 218 791 28 34 0.02 0.60 0.16

Papua 3,623 649 39 295 1,507 51 47 0.01 0.42 0.08

Indonesia 77,882 23,163 11,287 25,271 70,046 5,537 9,560 0.14 0.90 0.32 Sumber : Profil Kesehatan 2008

Page 187: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 168 -

POSYANDU

TABEL 3.12 Jumlah Posyandu Menurut Kategori

Di Indonesia Tahun 2000 - 2006

Total Pratama Madya Purnama Mandiri 2000 245,758 107,214 81,624 44,124 8,598 2001 202,676 86,831 65,706 39,213 10,926 2003 245,154 91,331 88,958 52,425 10,219 2006 269,202 66,031 57,390 30,063 7,586

Sumber : Profil Kesehatan

GAMBAR 3.11

Jumlah Posyandu Di Indonesia Tahun 2001 - 2006

234,843220,198

242,221 238,699

315,921

269,202

0

100,000

200,000

300,000

400,000

2001 2002 2003 2004 2005 2006

Jum

lah

Posy

andu

 Sumber : Profil Kesehatan

Pada tahun 2006 jumlah Posyandu sebanyak 269.202 buah, jumlah Posyandu ini

menurun dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 315.699 buah pada tahun 2005.

Page 188: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 169 -

GAMBAR 3.12 Perbandingan Jumlah Posyandu Menurut Kategori

Di Indonesia Tahun 2000 - 2006

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

Total Pratama Madya Purnama Mandiri

Jum

lah

Psoy

andu

2000 2001 2003 2006

Sumber : Profil Kesehatan

Untuk memantau perkembangannya, Posyandu dikelompokkan ke dalam 4 strata,

yaitu Posyandu Pratama, Posyandu Madya, Posyandu Purnama dan Posyandu

Mandiri. Terlihat pada gambar 3.5 bahwa Posyandu Pratama memiliki jumlah

terbesar dan Posyandu Mandiri memiliki jumlah terkecil, dengan trend tiap tahun

yang bisa dilihat pada gambar di atas.

TABEL 3.13 Jumlah dan Persentase Posyandu Menurut Kategori

Di Indonesia Tahun 2000 - 2006

Total Pratama Madya Purnama Mandiri 2000 245,758 44.38 33.79 18.27 3.56 2001 202,676 42.84 75.67 59.68 27.86 2003 245,154 37.70 36.70 21.60 4.20 2006 269,202 24.50 21.32 11.17 2.82

Sumber : Profil Kesehatan

Page 189: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 170 -

GAMBAR 3.13 Persentase Perbandingan Jumlah Posyandu Menurut Kategori

Di Indonesia Tahun 2000 - 2006

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Pratama Madya Purnama Mandiri

Pers

en

2000 2001 2003 2006

Sumber : Profil Kesehatan

Gambar 3.6 menunjukkan trend persentase perbandingan jumlah posyandu

berdasarkan kategori, terlihat bahwa pada tahun 2001 terjadi lonjakan persentase

jumlah Posyandu pada hampir setiap kategori, lonjakan pada tahun 2001 tidak terlihat

hanya pada kategori Posyandu Pratama.

Page 190: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 171 -

21. PEMBIAYAAN KESEHATAN 21.1. ANGGARAN DEPKES DAN BADAN POM MENURUT PROGRAM

TABEL 3.14 Tabel Alokasi Anggaran Depkes

Tahun 2005 - 2010

No. Program Pagu Definitif APBN

2005 2006 2007 2008 *) 2009 2010

1. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 30.876,0 131.643,2 285.744,0 231.000,0 117.494,4 117.193,4

2 Lingkungan Sehat 253.899,0 433.068,9 420.330,9 320.000,0 217.886,7 369.964,3

3 Upaya Kesehatan Masyarakat 1.908276,0 2.464.833,1 2.868.336,3 2.239.608,9 2.472.791,3 2.180.755,4

4 Upaya Kesehatan Perorangan 2.043.592,0 4.345.972,4 6.440.189,0 8.892.522,0 9.952.937,5 10.404.551,9

5 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit 766.191,0 1.619.727,7 1.263.180,4 715.541,3 715.059,6 721.171,5

6 Perbaikan Gizi Masyarakat 178.499,0 582.379,6 667.519,3 600.000,0 449.038,0 449.824,0

7 Sumber Daya Kesehatan 349.100,0 905.889,2 847.361,4 628.181,9 525.000,0 567.511,5

8 Obat dan Perbekalan Kesehatan 175.742,0 628.190,9 758.268,2 1.610.580,4 959.500,0 1.077.744,9

9 Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan 899.409,0 1.126.470,5 897.291,5 1.511.648,8 890.530,9 867.816,4

10 Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 87.138,0 174.247,9 238.556,5 290.280,1 130.181,1 160.428,1

11 Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara 19.043,0 43.367,8 73.256,2 45.605,4 50.884,7 52.233,7

12 Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur 11.605,0 26.576,8 28.550,0 51.978,0 61.817,6 62.759,0

13 Penerapan Kepemerintahan Yang Baik 814.384,0 1.026.183,5 2.432.700,6 2.366.229,6 2.430.404,7 2.441.731,7

14 Pendidikan Kedinasan 248.709,0 15.000,0 15.000,0 201.000,0 - -

15 Pendidikan Tinggi - - - - 1.300.000,0 1.300.000,0

Tambahan Anggaran Pendidikan 290.000,0

Perubahan Anggaran Lainnya (PNBP, PHLN dan Optimalisisi) 325.900,0

TOTAL 7.786.454,0 13.523.551,5 17,236,284.4 19,704,176.6 17.960.747,8

(10%) 20.273.526,5 21.389585,8

Sumber : Depkes

Page 191: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 172 -

GAMBAR 3.14 Tren Anggaran Departemen Kesehatan

Tahun 2005 – 2010

Tahun 2008, pagu sesudah pemotongan 10%

Sumber : Depkes

Anggaran Depkes pada tahun 2010 sebsesar 21,39 triliun, angka ini menunjukkan

peningkatan daripada tahun 2009 yang 20,27 triliun. Trend dari tahun 2005-2010 juga

menunjukkan peningkatan anggaran per tahunnya.

PAGU DEFINITIF DEPKES

Pagu Definitif APBN 7,786,454. 13,523,55 17,236,28 19,704,17 20,273,52 21,389,58

2005 2006 2007 2008 *) 2009 2010

Page 192: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 173 -

TABEL 3.15 Tabel Alokasi Anggaran BPOM

Tahun 2005 - 2010

No. Program

APBN DEFINITIF

2005 2006 2007 2008 *) 2009 2010

1. Pengawasan Obat dan Makanan 242,959.4 324,981.8 290,560.4 409.930,7 445.207,0 412.752,8

2. Pengembangan Obat Asli Indonesia 9,440.0 10,624.7 9,000.0 10.000,0 6.417,0 6.189,9

3. Penerapan Kepemerintahan Yg Baik - 108,430.2 154,969.3 186.587,4 207.989,0 207.008,0

4. Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara

1,080.6 1,600 2,000.0 2.605,6 1.778,7 1.778,7

TOTAL 253,480.0 445,636.7

456,529.7

609.123,6 548.211,2

(10%) 661.391,7 627.729,4

Sumber : BPOM

GAMBAR 3.15

Tren Anggaran Badan POM Tahun 2005 - 2010

Tahun 2008, pagu sesudah pemotongan 10% Sumber : BPOM

0

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

PAGU DEFINITIF BPOM

Series1 253,480.445,636.456,529.609,123.661,391.627,729.

2005 2006 2007 2008 *) 2009 2010

Page 193: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 174 -

TABEL 3.16 Pagu Indikatif RAPBN Depkes (juta rupiah)

Tahun 2009

NAMA PROGRAM MENGIKAT TIDAK MENGIKAT PNBP

JUMLAH Non Pend Pend PHLN Non-BLU BLU

Penerapan Kepemerintahan Yang Baik

2.431.463,4 - - - - - 2.431.463,4

Pengelolaan SDM Aparatur 35.355,8 18.301,5 - - - - 53.657,3

Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara

41.455,3 9.429,4 - 3.500,0 - - 54.384,7

Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

- 134.682,8 - - - - 134.682,8

Upaya Kesehatan Masyarakat - 2.900.392,5 65.000,0 228.973,0 2.381,9 - 3.196.747,4

Perbaikan Gizi Masyarakat - 503.861,8 62.800,0 128.214,0 - - 694.875,8

Upaya Kesehatan Perorangan 1.565.103,7 5.220.336,3 81.000,0 202.635,3 18.719,8 2.917.871,2 10.005.666,3

Lingkungan Sehat - 30.360,6 69.423,0 164.955,7 3.153,5 - 267.892,8

Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

24.514,4 458.490,4 3.900,0 48.319,0 3.164,7 5.946,1 544.334,6

Obat dan Perbekalan - 933.028,3 - - - - 933.028,3

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

- 159.536,2 - - 369,0 - 159.905,2

Sumber Daya Kesehatan - 208.480,2 5.959,0 42.603,0 70.126,6 - 327.168,8

Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan

- 536.891,1 - - 13.911,3 - 550.802,4

Pendidikan Kedinasan - 85.000,0 - - - - 85.000,0

4.097.892,6 11.198.791,1 288.082,0 819.200,0 111.826,8 2.923.817,3 19.439.609,8 Sumber : Depkes

Page 194: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 175 -

TABEL 3.17 Tabel Pagu Indikatif RAPBN BPOM (juta rupiah)

Tahun 2009

NAMA PROGRAM MENGIKATTIDAK MENGIKAT PNBP

JUMLAH

Non Pend Pend PHLN Non-BLU BLU

Penerapan Kepemerintahan Yang Baik 207.989,0 - - - - - 207.989,0

Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara

49,3 729,7 - - - - 778,7

Pengawasan Obat dan Makanan 39.741,0 340.341,3 - 66.240,0 24.700,0 - 471.022,3

Pengembangan Obat Asli Indonesia 1.736,0 6.681,0 - - 2.381,9 - 8.417,0

249.515,0 347.752,0 - 66.240,0 24.700,0 - 688.207,0

Sumber : BPOM

Page 195: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 176 -

21.2. PENGELUARAN KESEHATAN PUBLIK DI INDONESIA

TABEL 3.18 Trend Pengeluaran Kesehatan Publik

Tahun 2001 - 2008 Trilyun Rp. Pengeluaran kesehatan nominal nasional

2001 2002 2003 2004 2005 2006*

2007**

2008**

Pengeluaran kesehatan nasional pada harga konstan (100=2000) 9.3 11.0 16.0 16.7 19.1 31.2 39.0 39.7 Pengeluaran kesehatan per kapita pada harga konstan - dalam US$ (2000=100) 8.3 8.8 12.1 11.8 12.2 18.0 20.9 20.3 Pertumbuhan riil tahunan pengeluaran nasional (%) 4.1 4.7 6.8 6.0 5.7 8.7 9.8 9.1 Pengeluaran kesehatan publik sebagai persen dari total pengeluaran publik nasional 42.8 19.0 45.8 4.1 14.4 63.3 24.9 1.8 Pengeluaran kesehatan publik nasional sebagai persen dari GDP 2.6 3.2 3.9 3.6 3.5 4.4 4.8 4.4 Total pengeluaran publik nasional pada harga saat ini 0.5 0.6 0.8 0.7 0.7 0.9 1.1 1.1 Total pengeluaran publik nasional pada harga konstan (2000=100) 355.2 339.6 411.2 459.8 547.2 714.7 812.0 891.8Sumber : Perhitungan staf Bank Dunia berdasarkan data dari Departemen Keuangan dan SIKD Catatan : *Alokasi, **Estimasi

TABEL 3.19 Persentase Pengeluaran untuk Kesehatan Terhadap Total Pengeluaran

Di Indonesia Tahun 2000 - 2007

Daerah 2000 2004 2007

Kota 2.1 2.1 2.3 Desa 1.7 2 2.2 Total 1.9 2.1 2.2

Sumber : Bank Dunia

Page 196: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 177 -

GAMBAR 3.16 Kecenderungan Pengeluaran Kesehatan Total dan Pemerintah

Di Indonesia Tahun 2001 – 2008

4,14,7

6,86 5,7

8,7

9,89,1

2,63,2

3,9 3,6 3,54,4

4,84,4

0,5 0,6 0,8 0,7 0,7 0,9 1,1 1,1

0

2

4

6

8

10

12

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Pengeluaran per kapita harga konstan (USD)

Pengeluaran pemerintah untuk kesehatan (% anggaran pemerintah)

Pengeluaran pemerintah untuk kesehatan sebagai persen dari PDB

 Sumber : Bank Dunia

Page 197: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 178 -

21.3. ALOKASI DAK

GAMBAR 3.17 Alokasi DAK Total dan DAK Bidang Kesehatan

Di Indonesia Tahun 2003 - 2008

2.32.8

4.0

11.6

17.1

19.0

0.6

2.43.4 3.4

0.4 0.5

0

4

8

12

16

20

2003 2004 2005 2006 2007 2008

Rp

Trily

un

Total DAK

DAK Kesehatan

Sumber : Depkes

Jumlah DAK bidang kesehatan terus meningkat dari Rp 0,4 trilyun rupiah (2003)

menjadi Rp 3,4 trilyun rupiah (2008).

TABEL 3.20 Perkembangan Alokasi DAK Per Bidang

Tahun 2003 - 2008

Dalam juta rupiah Sumber : Depkes

2001 *) 2002 *) 2003 2004 2005 2006 2007 2008Dana Reboisasi 700,562 658,170 - - - - - - Bidang Pendidikan - - 625,000 652,600 1,221,000 2,919,525 5,195,290 7,015,420 Bidang Kesehatan - - 375,000 456,180 620,000 2,406,795 3,381,270 3,817,370 Jalan - - 842,500 839,050 945,000 2,575,705 3,113,060 4,044,681 Irigasi - - 338,500 357,200 384,500 627,675 858,910 1,497,230 Air Bersih - - - - 203,500 608,000 1,062,370 1,142,290 Kelautan dan Perikanan - - - 305,470 322,000 775,675 1,100,360 1,100,360 Pertanian - - - - 170,000 1,094,875 1,492,170 1,492,170 Praspem - - 88,000 228,000 148,000 438,675 539,060 362,000 Lingkungan Hidup - - - - - 112,875 351,610 351,610 Kependudukan - - - - - - - 279,010 Kehutanan - - - - - - - 100,000 Total 700,562 658,170 2,269,000 2,838,500 4,014,000 11,559,800 17,094,100 21,202,141

BIDANG TAHUN

Page 198: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 179 -

21.4. ANGGARAN KESEHATAN TOTAL MENURUT PROGRAM

TABEL 3.21 Trend Produk Domestik Bruto (PDB) dan Anggaran Belanja dalam APBN

Tahun 2004 - 2008

  Jumlah (trilyun rupiah)   2004  2005  2006  2007  2008 PDB  2.262  2.785  3.338  3.957  4.484 Belanja APBN  427,2  509,6  667,1  757,6  989,5 

Sumber : Bank Dunia

TABEL 3.22 Penyerapan Anggaran Beberapa Program Pembangunan Kesehatan

Di Departemen Kesehatan Tahun 2007

Fungsi  Realisasi (%)  Kontribusi terhadap realisasi total (%) 

Obat dan Perbekalan  91  5,4 Kesehatan perorangan  75  35,7 Kesehaan masyarakat  71  34,9 Penelitian  82  1,3 

Depkes 2007, IHI

Page 199: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 180 -

21.5. PROPORSI PEMBIAYAAN KESEHATAN DI INDONESIA

GAMBAR 3.18 Sumber Pembiayaan Kesehatan

Di Indonesia Tahun 2004

Sumber : Bank Dunia

GAMBAR 3.19 Proporsi Pembiayaan Publik dan Private

Di Indonesia Tahun 1996 - 2005

0%

25%

50%

75%

100%

Peng

elua

ran

Tahun

Pemerintah (%) Swasta (%)

Sw asta (%) 71.5 70.0 72.1 69.6 73.7 66.9 66.3 68.4 65.8 65.3

Pemerintah (%) 28.5 30.0 27.9 30.4 26.3 33.1 33.7 31.6 34.2 34.7

1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Sumber : Bank Dunia

Page 200: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 181 -

21.6. PROPORSI PEMBIAYAAN KESEHATAN MENURUT TINGKAT PEMERINTAHAN

GAMBAR 3.20

Sumber Pembiayaan Kesehatan Di Indonesia Tahun 2001 - 2008

 Sumber : IHI

Gambar 3.13 menunjukkan trend pembiayaan kesehatan di Indonesia per tingkat

pemerintahan.

Page 201: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 182 -

21.7. DISTRIBUSI ANGGARAN DAK MENURUT PROPINSI

GAMBAR 3.21 Distribusi Anggaran DAK Per Provinsi Tahun 2008

Sumber : Depkes

Page 202: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 183 -

21.8. PERBANDINGAN ANGGARAN RI DENGAN NEGARA LAIN

TABEL 3.23 Gambaran Belanja Kesehatan Indonesia dan Negara ASEAN Lainnya

Tahun 2005

Negara 

Belanja Kesehatan per kapita (USD) 

Total belanja kesehatan 

terhadap GDP (USD) 

Persentase belanja 

kesehatan pemerintah 

Persentase belanja 

kesehatan non pemerintah 

Brunei Darussalam  430 3,5 78,2 21,8Kamboja  32  12  17,1  82,9 Indonesia  26  3,2  36  64 Malaysia  149  3,8  53,8  46,2 Myanmar  315  2,2  18,5  81,5 Filipina  28  2,9  39,1  60,9 Singapura  898  4,3  30,9  69,1 Thailand  90  4,4  69,7  30,3 Vietnam  23  5,2  29,3  70,8 

Sumber: WHO Report 2005  

Page 203: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 184 -

21.9. ANGGARAN KESEHATAN BERASAL DARI PHLN

GAMBAR 3.22 Trend Anggaran Depertemen Kesehatan

Tahun 1997 - 2009

23

43

4 45

1415

19 19.5

8

11

18

44

52

46

32

26

22

17

12

86

4

0

5

10

15

20

25

97/98 98/99 99/00 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 20090

10

20

30

40

50

60

Anggaran Depkes Persentase PHLN

Sumber : Depkes 2007

Page 204: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 185 -

D. DETERMINAN KESEHATAN

Page 205: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 186 -

22. JUMLAH PENDUDUK

TABEL 4.1 Jumlah Penduduk Indonesia

Per Provinsi Tahun 2006 - 2008

PROPINSI JUMLAH PENDUDUK

2006 2007 2008 Nanggroe Aceh Darussalam 4.053.700 4.070.200 4.084.800 Sumatera Utara 12.605.700 12.760.700 12.914.600 Sumatera Barat 4.428.000 4.453.700 4.480.700 R I a u 6.369.600 6.637.400 6.907.900 Jambi 2.707.200 2.758.000 2.809.000 Sumatera Selatan 6.868.900 6.976.100 7.087.600 Bengkulu 1.649.000 1.683.200 1.717.600 Lampung 7.401.100 7.511.800 7.623.200 Bangka Belitung 986.300 1.001.000 1.015.700 DKI Jakarta 8.755.700 8.814.000 8.872.900 Jawa Barat 39.750.700 40.445.500 41.145.700 Jawa Tengah 32.002.500 32.119.400 32.234.600 DI Yogyakarta 3.311.200 3.343.300 3.375.600 Jawa Timur 35.695.000 35.843.200 35.989.900 Banten 9.570.400 9.836.100 10.106.600 B a l I 3.422.600 3.466.800 3.510.200 Nusa Tenggara Barat 4.424.000 4.492.800 4.562.000 Nusa Tenggara Timur 4.185.200 4.243.900 4.301.800 Kalimantan Barat 4.469.100 4.545.000 4.620.300 Kalimantan Tengah 3.292.200 3.344.300 3.396.700 Kalimantan Selatan 2.197.400 2.257.000 2.317.700 Kalimantan Timur 2.885.800 2.960.800 3.037.000 Sulawesi Utara 2.169.400 2.196.700 2.223.300 Sulawesi Tengah 2.450.300 2.497.900 2.544.700 Sulawesi Selatan 8.607.700 8.698.800 8.791.400 Sulawesi Tenggara 2.141.300 2.195.700 2.251.400 Gorontalo 879.000 886.500 893.100 Maluku 1.288.000 1.303.400 1.327.800 Maluku Utara 905.600 922.200 935.800 Papua 2.578.700 2.639.500 2.699.500 INDONESIA 222.051.300 224.904.900 227.779.100

Sumber : Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025 (BPS,Bappenas,UNFPA, 2005)

Page 206: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 187 -

GAMBAR 4.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia

Tahun 2000 - 2014

Sumber : Sensus penduduk 2000, Supas 2005, Proyeksi Penduduk 2000-2025

TABEL 4.2 Tren Penduduk Indonesia (dalam ribuan)

Tahun 2000 - 2008

Tren Penduduk Indonesia 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Jumlah Penduduk Laki-laki 102,822 104,196 105,584 106,982 108,392 109,802 111,209 112,627 114,051

Jumlah Penduduk Perempuan 102,310 103,732 105,152 106,569 108,392 109,403 110,843 112,278 113,728

Jumlah Penduduk Total 205,132 207,928 210,736 213,551 216,382 219,205 222,051 224,905 227,779

Jumlah Balita 19,952 20,108 20,181 20,240 20,298 20,350 20,441 20,509 20,582

CBR (Curth Birth Rate) 20.6 20.3 20.0 19.8 19.6 19.5 19.3 19.1 18.7

CDR (Curth Death Rate) 7.0 6.9 6.8 6.7 6.7 6.6 6.5 6.4 6.3

Umur Harapan Hidup 67.1 67.4 67.8 68.2 68.6 69.0 69.4 69.8 70.2

Jumlah WUS (Wanita Usia Subur)

52,460 53,378 54,213 54,975 55,671 56,301 56,996 57,641 58,252

Jumlah Lansia (>=65 thn) 9,558 9,693 9,892 10,160 10,504 10,942 11,205 11,494 11,798

Sumber : Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025 (BPS,Bappenas,UNFPA, 2005)

205.8

219.9

227.8

244.8

180

190

200

210

220

230

240

250

SP 2000 Supas 2005 Proyeksi 2008 Proyeksi 2014

Juta

Page 207: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 188 -

GAMBAR 4.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia

Tahun 1961 - 2005

Sumber : Sensus penduduk (1971,1980,1990,2000) dan Supas 2005 Angka laju pertumbuhan penduduk Indonesia mengalami penurunan per tahunnya, angka

pertumbuhan penduduk pada tahun 2000-2005 mencapai angka 1,3.

2.322.1

1.97

1.491.3

1961-1971 1971-1980 1980-1990 1990-2000 2000-2005 2005-2010

?1,14

SASARAN RPJMN 2009

Page 208: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 189 -

GAMBAR 4.3 Komposisi Penduduk Indonesia

Tahun 1971

Sumber : SP 1971

GAMBAR 4.4

Komposisi Penduduk Indonesia Tahun 2008

Sumber : Proyeksi Penduduk 2000-2025

,000.00 -10,000.00 -5,000.00 0.00 5,000.00 10,000.00 15,00

2008

1971

Page 209: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 190 -

GAMBAR 4.5 Jumlah Penduduk Menurut Pulau

Tahun 2008

Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025 (BPS,Bappneas,UNFPA, 2005)

Jumlah penduduk Indonesia masih terkonsentrasi pada pulau Jawa-Bali yang

mencapai angka 135,235,500 jiwa dan Sumatera dengan 48,641,100 jiwa. Dan

sisanya berada di pulau-pulau lainnya.

Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah

tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Indikator tingkat

pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah penduduk di suatu

wilayah atau negara dimasa yang akan datang.

48.641,1

135.235,5

8.863,813.371,7 16.703,9

2.263,6 2.699,50,0

20.000,0

40.000,0

60.000,0

80.000,0

100.000,0

120.000,0

140.000,0

160.000,0

Sumatera Jawa-Bali NusaTenggara

Kalimantan Sulawesi Maluku Papua

Jum

lah

Pend

uduk

(000

)

Page 210: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 191 -

Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia sejak tahun 1980 sampai 2005 telah

mengalami penurunan yang cukup signifikan, dari 2,3 pada tahun 1980 menjadi 1,3 pada

tahun 2005. Angka ini direncanakan akan terus diturunkan sampai 1,1 pada tahun 2015.

GAMBAR 4.6

Trend Laju Pertumbuhan Penduduk

1.181.271.3

1.49

1.97

2.3

1

1.5

2

2.5

SP 1980(1971-1980)

SP 1990(1980-1990)

SP 2000(1990-2000)

Supas 2005(2000-2005)

Proyeksi2005-2010

Proyeksi2010-2015

Sumber: Sensus Penduduk (1971,1980,1990,2000) dan Supas 2005,

serta Proyeksi Penduduk Indonesia 2005-2015

Walaupun laju pertumbuhan penduduk Indonesia sudah menurun, namun secara

absolut jumlahnya tetap besar. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 1971 adalah

sekitar 119.2 juta, jumlah ini meningkat menjadi hampir dua kali lipat pada tahun 2000

dan 2005, yaitu sekitar 205,1 juta (Sensus 2000) dan menjadi 218,9 juta pada tahun 2005

(Supas 2005). Jumlah penduduk Indonesia diperkirakan akan terus meningkat, dari 218,9

juta pada tahun 2005 menjadi 234,2 juta pada tahun 2015, dan 247,6 juta pada tahun

2015.

GAMBAR 4.7

Pertumbuhan Jumlah Penduduk Indonesia (dalam juta)

247,6234,2

218,9205,1

194,8179,4

147,5

119,297,0

60,9

0,0

50,0

100,0

150,0

200,0

250,0

300,0

1930 SP1961

SP1971

SP1980

SP1990

Supas1995

SP2000

Supas2005

Pro2010

Pro2015

Sumber: Sensus Penduduk (1971,1980,1990,2000) dan Supas 2005, serta Proyeksi Penduduk Menurut Umur Tunggal dan Umur

Tertentu 2005-2015

Page 211: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 192 -

TABEL 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Provinsi (x 000)

Provinsi SP 1971 SP 1980 SP 1990 Supas 1995 SP 2000 Supas

2005 Pro

'2010 Pro

'2014 Pro

'2015 11. Nanggroe Aceh D 2.008,6 2.611,3 3.416,2 3.847,6 3.929,2 4.031,6 4.432,4 4.700,7 4.765,6

12. Sumatera Utara 6.621,8 8.360,9 10.256,0 11.114,7 11.642,5 12.450,9 13.452,4 14.244,4 14.435,9 13. Sumatera Barat 2.793,2 3.406,8 4.000,2 4.323,2 4.248,5 4.566,1 4.892,4 5.144,4 5.205,6 14. Riau 1.641,5 2.168,5 3.304,0 3.900,5 3.907,8 4.579,2 5.423,0 5.876,9 5.988,7 15. Jambi 1.006,1 1.446,0 2.020,6 2.370,0 2.407,2 2.636,0 2.879,9 3.059,8 3.103,8 16. Sumatera Selatan 3.440,6 4.629,8 6.313,1 7.207,5 6.210,8 6.782,3 7.322,5 7.709,5 7.802,3

17. Bengkulu 519,3 768,1 1.179,1 1.409,1 1.455,5 1.549,3 1.691,6 1.787,7 1.811,0 18. Lampung 2.777,0 4.624,8 6.017,6 6.657,8 6.730,8 7.116,2 7.592,2 7.986,1 8.082,2 19. Bangka Belitung - - - - 900,0 1.043,5 1.153,5 1.212,2 1.226,1 20. Kepulauan Riau - - - - 1.040,2 1.274,8 1.579,6 1.858,3 1.933,2 31. DKI Jakarta 4.579,3 6.503,4 8.259,3 9.112,7 8.361,1 8.860,4 9.294,9 9.532,7 9.581,1 32. Jawa Barat 21.623,5 27.453,5 35.384,4 39.206,8 35.724,1 38.965,4 42.081,7 44.340,5 44.891,3 33. Jawa Tengah 21.877,1 25.372,9 28.520,6 29.653,3 31.223,3 31.978,0 33.094,6 33.929,8 34.116,4 34. DI Yogyakarta 2.489,4 2.750,8 2.913,1 2.916,8 3.121,0 3.343,7 3.534,6 3.658,2 3.686,9 35. Jawa Timur 25.517,0 29.188,9 32.504,0 33.844,0 34.766,0 36.294,3 37.469,7 38.119,9 38.258,6 36. Banten - - - - 8.098,3 9.028,8 9.964,3 10.701,2 10.886,7 51. Bali 2.120,3 2.469,9 2.777,8 2.895,6 3.150,1 3.383,6 3.584,8 3.707,4 3.735,1 52. Nusa Tenggara B 2.203,5 2.724,7 3.369,6 3.645,7 4.008,6 4.184,4 4.503,2 4.767,6 4.830,6

53. Nusa Tenggara T 2.295,3 2.737,2 3.268,6 3.577,5 3.823,2 4.260,3 4.704,8 5.042,5 5.125,5

61. Kalimantan Barat 2.019,9 2.486,1 3.229,2 3.635,7 4.016,4 4.052,3 4.388,5 4.658,0 4.723,0

62. Kalimantan Tengah 701,9 954,4 1.396,5 1.627,5 1.855,5 1.914,9 2.113,8 2.220,1 2.245,4

63. Kalimantan Selatan 1.699,1 2.064,6 2.597,6 2.893,5 2.984,0 3.282,0 3.545,1 3.735,6 3.781,6

64. Kalimantan Timur 733,8 1.218,0 1.876,7 2.314,2 2.451,9 2.848,8 3.235,1 3.517,3 3.588,0

71. Sulawesi Utara 1.718,5 2.115,4 2.478,1 2.649,1 2.000,9 2.128,8 2.249,3 2.327,0 2.345,2 72. Sulawesi Tengah 913,7 1.289,6 1.711,3 1.938,1 2.176,0 2.294,8 2.521,8 2.684,3 2.724,1 73. Sulawesi Selatan 5.180,6 6.062,2 6.981,6 7.558,4 7.159,2 7.509,7 8.010,7 8.404,5 8.498,8 74. Sulawesi Tenggara 714,1 942,3 1.349,6 1.586,9 1.820,4 1.963,0 2.161,4 2.331,1 2.372,8

75. Gorontalo - - - - 833,5 922,2 995,5 1.040,0 1.050,6 76. Sulawesi Barat - - - - 891,6 969,4 1.063,1 1.123,7 1.138,5 81. Maluku 1.089,6 1.411,0 1.857,8 2.086,5 1.166,3 1.251,5 1.358,3 1.433,0 1.451,5 82. Maluku Utara - - - - 815,1 884,1 990,5 1.053,2 1.069,0 91. Irian Jaya Barat - - - - 529,7 643,0 757,7 812,0 825,3 92. Papua 923,4 1.173,9 1.648,7 1.942,6 1.684,1 1.875,4 2.138,5 2.302,1 2.342,9 00. Indonesia 119.208,2 147.490,3 179.378,9 194.754,8 205.132,5 218.868,8 234.181,4 245.021,7 247.623,3

Sumber: BPS; SP (1971, 1980, 1990, 2000) dan Supas (1995, 2005); Proyeksi Penduduk Menurut Umur Tunggal dan Umur Tertentu 2005-2015

Sementara itu, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk dunia, Indonesia

merupakan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia setelah China, India, dan Amerika.

Hal tersebut, menurut data world population terjadi pada tahun 2007-2008, dan

diperkirakan tahun 2009, bahkan 2050 akan terus berada pada urutan ke-4 jumlah

penduduk terbanyak.

Page 212: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 193 -

TABEL 4.4 Negara-negara dengan Jumlah Penduduk Terbanyak di Dunia

Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2050

Negara Penduduk (Juta) Negara Penduduk

(Juta) Negara Penduduk (Juta Negara Penduduk

(Juta China 1,318 China 1,324.7 China 1,331 India 1,748 India 1,132 India 1,149.3 India 1,171 China 1,437 United States 302 United States 304.5 United States 307 United States 439 Indonesia 232 Indonesia 239.9 Indonesia 243 Indonesia 343 Brazil 189 Brazil 195.1 Brazil 191 Pakistan 335 Pakistan 169 Pakistan 172.8 Pakistan 181 Nigeria 285 Bangladesh 149 Nigeria 148.1 Bangladesh 162 Bangladesh 222 Nigeria 144 Bangladesh 147.3 Nigeria 153 Brazil 215 Russia 142 Russia 141.9 Russia 142 Congo, Dem. Rep. 189 Japan 128 Japan 127.7 Japan 128 Philippines 150

Sumber: Population Reference Bureau (PRB), World Population 2007, 2008, 2009

Persebaran Penduduk antarpulau dan antarwilayah Desa-Kota

Persebaran penduduk atau disebut juga distribusi penduduk menurut tempat tinggal

dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu persebaran penduduk secara geografis dan

persebaran penduduk secara administratif, disamping itu ada persebaran penduduk

menurut klasifikasi tempat tinggal yakni desa dan kota.

Sebagian besar penduduk Indonesia terpusat di Pulau Jawa. Data Supas 2005

menunjukkan sekitar 60.2 persen penduduk berada di Pulau Jawa dengan luas Pulau Jawa

yang hanya 7 persen dari luas wilayah daratan Indonesia. Gabungan Pulau Maluku,

Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat yang luasnya sekitar 27,5 persen dari luas total

Indonesia, hanya dihuni oleh 2 persen penduduk. Hal ini menunjukkan tidak meratanya

penyebaran penduduk yang juga menunjukkan daya dukung lingkungan yang kurang

seimbang antarprovinsi di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa.

Page 213: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 194 -

GAMBAR 4.8

Distribusi Penduduk Menurut Pulau (Persen), 1971-2015

17,5 19,1 20,4 21,1 20,7 21,0 21,5 22,0

65,6 63,8 61,8 60,7 60,7 60,2 59,4 58,6

3,8 3,7 3,7 3,7 3,8 3,9 3,9 4,04,3 4,6 5,1 5,4 5,5 5,5 5,7 5,87,2 7,1 7,0 7,1 7,3 7,2 7,3 7,3

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

120,0

SP 1971 SP 1980 SP 1990 Supas1995

SP 2000 Supas2005

Pro'2010

Pro'2015

Sumatera Jawa Bali Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Maluku Papua

Sumber: BPS; SP (1971, 1980, 1990, 2000) dan Supas (1995, 2005);

Proyeksi Penduduk Menurut Umur Tunggal dan Umur Tertentu 2005-2015

Persebaran penduduk yang tidak merata juga terjadi antarwilayah perdesaan dan

perkotaan. Daerah perkotaan cenderung berpenduduk lebih padat dibandingkan dengan

daerah perdesaan. Hasil sensus penduduk tahun 2000 menunjukkan sebanyak 42,2 persen

penduduk tinggal di wilayah perkotaan, sementara sisanya, sebesar 57,8 persen di

wilayah perdesaan. Selanjutnya, hasil Supas 2005 menunjukkan adanya peningkatan

jumlah penduduk di daerah perkotaan menjadi 43,2 persen dan pengurangan di daerah

perdesaan menjadi 56,8 persen.

Page 214: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 195 -

TABEL 4.5

Kepadatan Penduduk

Informasi tentang distribusi penduduk secara geografis dan terkonsentrasinya

penduduk di suatu tempat memungkinkan pemerintah mengatasi kepadatan penduduk,

yang umumnya disertai dengan kemiskinan. Kepadatan penduduk berkaitan dengan daya

dukung (carrying capacity) suatu wilayah. Indikator yang umum dipakai adalah Rasio

Kepadatan Penduduk (density ratio) yaitu rasio yang menyatakan perbandingan antara

banyaknya penduduk terhadap luas wilayah atau berapa banyaknya penduduk per

kilometer persegi pada tahun tertentu.

Jumlah penduduk Indonesia yang terus bertambah akan menyebabkan

bertambahnya kepadatan penduduk. Sama halnya dengan pertambahan jumlah penduduk,

Page 215: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 196 -

kepadatan penduduk Indonesia juga meningkat hampir dua kali lipat selama kurun waktu

35 tahun, yaitu 62 jiwa/km2 pada 1971 menjadi 116 jiwa/km2 pada tahun 2005.

GAMBAR 4.9

Sumber : Sensus Penduduk (SP) Tahun 1971, 1980, 1990, 2000, dan Supas 2005

Besarnya jumlah penduduk di Pulau Jawa menyebabkan kepadatan penduduk di

pulau ini sangat tinggi dibandingkan daerah lain di luar Pulau. Data Supas tahun 2005

menunjukkan kepadatan penduduk di Pulau Jawa sekitar 996 jiwa/km2, dengan kepadatan

tertinggi berada di Provinsi DKI Jakarta, yaitu 13.344 jiwa/km2. Pulau Bali dan Sumatera

juga merupakan daerah yang kepadatan penduduknya tinggi setelah Pulau Jawa, yaitu

601 jiwa/km2 dan 106 jiwa/km2. Sebaliknya, Papua dengan luas wilayah hampir mencapai

17 persen dari total luas Indonesia hanya dihuni oleh 7 penduduk per kilometer persegi.

TABEL 4.6 Kepadatan Penduduk per Km2 menurut Provinsi

Provinsi Tahun

SP 1971

SP 1980

SP 1990

SP 2000

Sup 2005

11. Nanggroe Aceh D 36 50 66 76 78 12. Sumatera Utara 93 114 139 158 169 13. Sumatera Barat 56 79 93 99 106 14. Riau 17 23 35 52 62 15. Jambi 22 27 38 45 49 16. Sumatera Selatan 33 50 68 67 73 17. Bengkulu 24 39 60 74 78 18. Lampung 83 131 170 191 201 19. Kep. Bangka Belitung na na na 56 65

20. Kepulauan Riau na na na na na 31. DKI Jakarta 7.762 9.794 12.439 12.592 13.344 32. Jawa Barat 467 794 1.023 1.033 1.126 33. Jawa Tengah 640 780 876 959 982

Kepadatan Penduduk Indonesia

116108

9578

62

0

20

40

60

80

100

120

140

SP 1971 SP 1980 SP 1990 SP 2000 Sup 2005

Page 216: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 197 -

Provinsi Tahun

SP 1971

SP 1980

SP 1990

SP 2000

Sup 2005

34. DI Yogyakarta 785 863 914 980 1.049 35. Jawa Timur 532 609 678 726 757 36. Banten na na na 936 1.044 51. Bali 381 438 493 559 601 52. Nusa Tenggara Barat 109 135 167 199 208 53. Nusa Tenggara Timur 48 58 69 83 90

61. Kalimantan Barat 14 17 22 27 28 62. Kalimantan Tengah 5 6 9 12 12 63. Kalimantan Selatan 45 47 60 69 75 64. Kalimantan Timur 4 5 8 11 12 71. Sulawesi Utara 90 139 162 132 139 72. Sulawesi Tengah 13 20 27 35 36 73. Sulawesi Selatan 71 97 112 129 136 74. Sulawesi Tenggara 26 25 35 48 51 75. Gorontalo na na na 68 75 76. Sulawesi Barat na na na na na 81. Maluku 15 30 40 26 27 82. Maluku Utara na na na 25 29 91. Irian Jaya Barat na na na na 6 92. Papua 2 3 5 6 7 Sumber: Sensus Penduduk (1971, 1980, 1990, 2000) dan Supas 2005

Page 217: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 198 -

23. KEMISKINAN

Definisi : Penduduk yang memiliki nilai konsumsi di bawah garis kemiskinan. Nilai garis kemiskinan dihitung berdasarkan pengeluaran penduduk untuk dapat memenuhi konsumsi sebesar 2.100 kalori serta memenuhi kebutuhan pokok minimal lainnya.

GAMBAR 4.10

Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Di Indonesia Tahun 1976 - 2009

Perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin

54

47.2

42.3

35

3027.1 25.9

34

49.547.9

38.7 37.9 38.4 37.3 36.2 35.1

39.337.2

34.932.5

40.1

33.3

28.6

21.6

17.415.1

13.7

17.5

24.2 23.4

19.1 18.4 18.2 17.4 16.7 1617.7 16.6

15.414.15

0

10

20

30

40

50

60

1976

1978

1980

1984

1987

1990

1993

1996

1997

1998

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

Jum

lah

(juta

jiw

a)

0

10

20

30

40

50

Pers

enJumlah Persentase

Sumber: BPS

Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2009 sebanyak 32,5 juta jiwa,

menurun jika dibandingkan jumlah tahun 2008 dengan 34,9 juta jiwa, berarti jumlah

penduduk miskin berkurang sebesar 2,43 juta. Secara umum, jumlah penduduk miskin

di Indonesia menurun sejak tahun 1997 dengan terjadi sedikit peningkatan pada tahun

2006.

Page 218: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 199 -

TABEL 4.7 Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia

Tahun 1996 – 2009

Tahun

Jumlah Penduduk Miskin % Penduduk Miskin

Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa

1996 9,4 24,6 34,0 13,4 19,8 17,5

1997 17,6 31,9 49,5 21,9 25,7 24,2

1998 15,6 32,3 47,9 19,4 26,0 23,4

2000 12,3 26,4 38,7 14,6 22,4 19,1

2001 8,6 29,3 37,9 9,8 24,8 18,4

2002 13,3 25,1 38,4 14,5 21,1 18,2

2003 12,2 25,1 37,3 13,6 20,2 17,4

2004 11,4 24,8 36,2 12,1 20,1 16,7

2005 12,4 22,7 35,1 11,7 20,0 16,0

2006 14,5 24,8 39,3 13,5 21,8 17,7

2007 13,6 23,6 37,2 12,5 20,4 16,6

2008 12,8 22,2 34,9 11,6 18,9 15,4

2009 11,9 20,6 32,5 10,7 17,3 14,1

Keterangan: Tahun 2009, adalah data Maret 2009 (Triwulan I). Sumber: BPS

TABEL 4.8

Garis Kemiskinan, Jumlah dan Prosentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, Maret 2008 – Maret 2009

Tahun

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Jumlah Penduduk

Miskin (juta)

Persentase Penduduk

Miskin Makanan Bukan

Makanan Total

Perkotaan Maret 2008 143,897 60,999 204,896 12.77 11.65 Maret 2009 155,909 66,214 222,123 11.91 10.72

Perdesaan Maret 2008 127,207 34,629 161,831 22.19 18.93 Maret 2009 139,331 40,503 179,835 20.62 17.35

Kota+Desa Maret 2008 135,270 47,366 182,636 34.96 15.42 Maret 2009 147,339 52,923 200,262 32.53 14.15

Sumber: BPS

Jumlah Penduduk miskin di daerah perdesaan turun lebih tajam dibandingkan daerah

perkotaan. Selama periode Maret 2008-Maret 2009, penduduk miskin di daerah

perdesaan berkurang 1,57 juta orang, sementara di daerah perkotaan berkurang 0,86 juta

orang.

Page 219: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 200 -

GAMBAR 4.11 Jumlah Penduduk Miskin Menurut Provinsi

Tahun 2007

Jumlah penduduk miskin menurut provinsi, 2007 (juta orang)

1.08

1.77

0.530.570.28

1.33

0.37

1.66

0.0950.150.41

5.46

6.56

0.63

7.15

0.89

0.23

1.12 1.160.58

0.210.230.320.250.56

1.080.470.240.190.4

0.110.270.79

NADSum

ut

Sumba

rRiau

Jambi

Sumse

l

Bengk

ulu

Lampun

gBab

elKep

riDKI

Jaba

r

Jaten

gDIY

Jatim

Banten BaliNTB

NTT

Kalbar

Kalten

gKals

el

KaltimSulu

t

Sulten

gSuls

el

Sultra

Goronta

lo

Sulbar

MalukuMalu

t

Irjaba

r

Papua

Sumber : BPS

GAMBAR 4.12 Persentase Angka Kemiskinan

Per Provinsi Tahun 2007

Sumber : BPS

% Penduduk Miskin 2007

40.839.3

31.127.527.426.624.9

22.422.222.121.320.419.919.2 19 18.914.113.913.612.9 12 11.911.411.2 11 10.310.39.59.4 9.1 7 6.64.6

PapuaIrja

bar

MalukuNTT

GorontaloNADNTB

Sulten

g

Lampung

Bengkulu

SultraJateng

JatimSumsel

SulbarDIY

Sulsel

Sumut

Jabar

KalbarMalut

SumbarSulut

RiauKaltim

JambiKep

riBabel

Kalteng

BantenKalse

lBali

DKI

Page 220: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 201 -

24. PENDIDIKAN

TABEL 4.9 Rata-rata Lama Sekolah (dalam tahun)

Penduduk Berusia 15 Tahun Keatas Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin Tahun 2006

Sumber : BPS, Statistik Pendidikan 2006

GAMBAR 4.13

Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Di Indonesia Tahun 2006

Sumber : BPS, Statistik Pendidikan 2006

Lulus SMP/MTs; 19,91%

Lulus SD/MI; 30,97%

Belum tamat SD/MI; 15,02%

Tidak/belum pernah

sekolah; 8,34%

Lulus PT; 5,05%

Lulus SMA/SMK/MA;

20,70%

Tipe Daerah Laki-laki Perempuan L + PIndeks Paritas

Gender

Perkotaan 9,48 6,68 7,92 0,70

Perdesaan 8,53 5,72 6,97 0,67

K + D 9,00 6,20 7,44 0,69

Page 221: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 202 -

TABEL 4.10 Persentase Penduduk Berumur 15+ yang Bekerja dan Tingkat Pendidikan

Di Indonesia Tahun 1996 - 2008

Tingkat Pendidikan 1996 1999 2002 2005 (Feb)

2008 (Feb)

Tidak Sekolah/ Tidak Tamat SD 29,7 26,4 23,2 18,9 18,3

Tamat SD/SMTP 50,9 52,2 54,5 56,9 55,2

SMTA/Sederajat 15,9 17,2 17,6 18,8 20,2

Akademi/PT 3,5 4,3 4,8 5,4 6,3

Sumber : Sakernas

GAMBAR 4.14 Persentase Penduduk Usia 16-18 Tahun Menurut Kuintil Pendapatan

Di Indonesia Tahun 2006

Sumber : BPS

Persentase Penduduk Usia 16-18 TahunMenurut Jenjang & Kelas Tertinggi yang Pernah Diikuti, Tahun 2006

29,2

49,7

61,2

88,5

97,792,5

87,5

79,6

-

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

70,0

80,0

90,0

100,0

110,0

1 2 3 4 5 6 Lulus

SD/MI

7 8 9 Lulus

SMP/MTs

10 11 12

Kelas Tertinggi yang Pernah Diikuti

Quintile 1 Quintile 2 Quintile 3 Quintile 4 Quintile 5 Rata-rata

kelompok

20% termiskin

kelompok

20%

terkaya

Page 222: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 203 -

GAMBAR 4.15 Pendidikan yang Pernah Diikuti Oleh Penduduk Usia 16-18 Tahun

Di Indonesia Tahun 2006

Sumber : BPS

01020

3040506070

8090

100

1 2 3 4 5 6 Lulus

SD/MI

7 8 9 Lulus

SMP/MTs

10 11 12

INDONESIA DKI. JAKARTA JAWA BARATPAPUA SULAWESI BARAT DI. YOGYAKARTA

Kls I SMP/MTs

Kls I SM

Pendidikan yang Pernah Diikuti oleh Penduduk Usia 16-18 Tahun, Tahun 2006

Page 223: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 204 -

GAMBAR 4.16 Angka Melek Aksara Penduduk Usia 15 Tahun Keatas

Menurut Jenis Kelamin dan Status Ekonomi Di Indonesia Tahun 2006

Sumber : Diolah dari data Susenas 2006

Terjadi perbedaan angka melek aksara pada penduduk 15 tahun keatas menurut status

ekonominya. Semakin baik tingkat ekonomi, maka semakin baik pula angka melek

aksaranya.

89,881,3

92,785,1

94,487,2

96,290,3

98,5 95,6

0

20

40

60

80

100

120

Laki-laki Perempuan

Quintile 1 Quintile 2 Quintile 3 Quintile 4 Quintile 5

Page 224: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 205 -

GAMBAR 4.17 Angka Melek Aksara Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin

Per Provinsi Tahun 2006

Gambar diatas menunjukkan disparitas antar propinsi terkait dengan angka melek

aksara pada penduduk usia 15 tahun keatas, juga dapat dilihat perbedaannya menurut

jenis kelamin.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

NA

D

SUM

UT

SUM

BA

R

RIA

U

JAM

BI

SUM

SEL

BEN

GK

ULU

LAM

PUN

G

BA

BEL

KEP

RI

DK

I

JAB

AR

JAT

ENG

DIY

JAT

IM

BA

NT

EN

BA

LI

NT

B

NT

T

KA

LBA

R

KA

LTEN

G

KA

LSEL

KA

LTIM

SULU

T

SULT

ENG

SULS

EL

SULT

RA

GO

RO

NT

ALO

SULB

AR

MA

LUK

U

MA

LUT

IRJA

BA

R

PAPU

A

Laki-laki PerempuanSumber : Diolah dari Data Susenas 2006

Page 225: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 206 -

GAMBAR 4.18 Perkiraan Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun Keatas

Menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah Di Indonesia Tahun 2006

Sumber : Diolah dari data Susenas 2006

0,93

2,403,36

6,89

0

2

4

6

8

10

(dal

am j

uta

oran

g)

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

Perkotaan Perdesaan

Page 226: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 207 -

25. AKSES KE AIR BERSIH

Definisi: Persentase rumah tangga dengan akses kepada air minum dari sumber air terlindung yang berjarak lebih dari 10 meter dari tempat pembuangan tinja. Yang termasuk sumber air terlindung adalah air dari pipa, pompa, air kemasan, air dari sumur terlindung, air dari mata air yang terlindung, dan air hujan. Air kemasan imasukkan ke dalam kategori ini sejak tahun 1998.

TABEL 4.11

Persentase Akses Air Bersih Rumah Tangga Tahun 1994 - 2007

1994 1995 1996 1998 1999 2002 2004 2007

Kota 52.1 52.6 54.4 55.2 55.5 61.4 67.9 Desa 30.9 30.8 34.3 35.9 35.6 40.8 51.3 Total 38.2 38.5 41.5 43.1 43.4 50.0 53.4 57.7

Sumber : Susenas&Riskesdas 2007

GAMBAR 4.19 Persentase Akses Air Bersih

Di Indonesia Tahun 1994 - 2007

Akses Air Bersih (%)

0

1020

30

40

5060

70

80

1994 1995 1996 1998 1999 2002 2004 2007

Kota Desa Total

Sumber : Susenas 1994-2004, Riskesdas 2007

Page 227: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 208 -

TABEL 4.12 Persentase Rumah Tangga Menurut Akses Terhadap Air Bersih

Per Provinsi Tahun 2007

Propinsi Akses Air

Bersih Kurang Akses Air

Bersih Baik Propinsi Akses Air

Bersih Kurang Akses Air

Bersih Baik

Nangroe Aceh Darussalam 51.8 48.2 Nusa Tenggara Barat 31.1 68.9

Sumatra Utara 37.4 62.6 Nusa Tenggara Timur 60.5 39.5

Sumatra Barat 62.6 37.4 Kalimantan Barat 46.6 53.4

Riau 68.7 31.3 Kalimantan Tengah 50.7 49.3

Jambi 46.7 53.3 Kalimantan Selatan 39.8 60.2

Sumatra Selatan 38.9 61.1 Kalimantan Timur 34.8 65.2

Bengkulu 63.8 36.2 Sulawesi Utara 37.1 62.9

Lampung 55.5 44.5 Sulawesi Tengah 43.7 56.3

Bangka Belitung 46.2 53.8 Sulawesi Selatan 38.7 61.3

Kepulauan Riau 68.6 31.4 Sulawesi Tenggara 51.5 48.5

DKI Jakarta 37.2 62.8 Gorontalo 63.2 36.8

Jawa Barat 44.1 55.9 Sulawesi Barat 67.0 33.0

Jawa Tengah 23.5 76.5 Maluku 38.4 61.6

DI Yogyakarta 22.9 77.1 Maluku Utara 40.7 59.3

Jawa Timur 25.1 74.9 Papua Barat 48.9 51.1

Banten 35.8 64.2 Papua 73.3 26.7

Bali 35.0 65.0 Indonesia 42.3 57.7 Sumber : Riskesdas 2007

TABEL 4.13 Tren Air Bersih dan Sanitasi Berdasarkan Kuintil Pendapatan

Tahun 2000 – 2007

Quintile 2000 2004 2007

Air Bersih

Sanitasi Layak

Air Bersih

Sanitasi Layak

Air Bersih

Sanitasi Layak

Q1 33.2 20.0 42.5 21.1 44.8 22.5 Q2 35.7 26.6 48.3 29.7 51.2 33.1 Q3 37.8 31.7 51.2 36.7 55.1 40.8 Q4 40.2 37.6 54.0 43.5 58.9 47.9 Q5 44.4 44.8 60.4 50.9 67.5 58.4

Sumber: Susenas 2000-2007

Page 228: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 209 -

GAMBAR 4.20 Akses Penduduk Terhadap Air Minum

Di Indonesia Tahun 2000 - 2006

Penduduk dengan pelayanan air minum

55.5 55.561.4

75.0 75.0 74.1

87.6

35.6 35.640.8

49.9 51.348.0

52.1

36.2 33.6 33.3 32.0 32.8 31.2 30.8

6.9 6.5 6.2 6.4 7.0 7.9 9.0

0

25

50

75

100

2000 2001 2002* 2003 2004 2005 2006

Pers

en

Air Minum Non-PerpipaanTerlindungi (Kota)

Air Minum Non-PerpipaanTerlindungi (Desa)

Air MinumPerpipaan (Kota)

Air MinumPerpipaan (Desa)

Sumber: Susenas

GAMBAR 4.21

Cakupan Air Bersih Berdasarkan Kuintil Pendapatan Di Indonesia Tahun 2000 - 2007

Cakupan Air Bersih berdasar Kuintil Pendapatan

0

20

40

60

80

2000 2004 2007

Pers

en

Q5Q4Q3Q2Q1

Sumber :Susenas

Page 229: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 210 -

26. AKSES KE SANITASI

Rumah tangga dengan akses kepada sanitasi yang layak Definisi: Proporsi rumah tangga yang menggunakan septik tank dan lubang

pembuangan tinja.

TABEL 4.14 Tren Persentase Akses Sanitasi Layak

Tahun 1992 - 2007

1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2007 Kota 57.5 54.9 59.2 71.1 73.5 76.9 80.4 77.0 77.4 76.2 77.5 83.9 Desa 19.1 18.5 21.2 44.0 46.8 49.0 55.6 50.8 52.3 50.3 52.2 56.0 Total 30.9 30.2 33.9 53.4 56.4 59.3 64.9 61.1 62.7 61.5 63.5 68.9

Sumber : Susenas&Riskesdas 2007

GAMBAR 4.22

Persentase Akses Sanitasi Layak Di Indonesia Tahun 1992 - 2007

Akses Sanitasi Layak (%)

0102030405060708090

1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2007

Kota Desa Total

Sumber : Susenas&Riskesdas 2007

Page 230: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 211 -

TABEL 4.15 Persentase Rumah Tangga Menurut Akses Terhadap Sanitasi

Per Provinsi Tahun 2007

Propinsi Sanitasi Kurang

Sanitasi Baik Propinsi

Sanitasi Kurang

Sanitasi Baik

Nangroe Aceh Darussalam 66.9 33.1 Nusa Tenggara Barat 70.5 29.5 Sumatra Utara 49.9 50.1 Nusa Tenggara Timur 77.1 22.9 Sumatra Barat 60.0 40.0 Kalimantan Barat 58.2 41.8 Riau 50.4 49.6 Kalimantan Tengah 68.5 31.5 Jambi 58.1 41.9 Kalimantan Selatan 58.9 41.1 Sumatra Selatan 55.5 44.5 Kalimantan Timur 42.6 57.4 Bengkulu 55.2 44.8 Sulawesi Utara 45.0 55.0 Lampung 60.6 39.4 Sulawesi Tengah 65.7 34.3 Bangka Belitung 51.7 48.3 Sulawesi Selatan 55.2 44.8 Kepulauan Riau 44.7 55.3 Sulawesi Tenggara 63.5 36.5 DKI Jakarta 35.9 64.1 Gorontalo 73.0 27.0 Jawa Barat 46.8 53.2 Sulawesi Barat 70.0 30.0 Jawa Tengah 53.1 46.9 Maluku 66.6 33.4 DI Yogyakarta 46.0 54.0 Maluku Utara 69.0 31.0 Jawa Timur 58.7 41.3 Papua Barat 74.5 25.5 Banten 50.7 49.3 Papua 82.1 17.9 Bali 42.6 57.4

Indonesia 57.0 43.0 Sumber : Riskesdas 2007

GAMBAR 4.23 Tren Penduduk Tanpa Akses Sanitasi Layak

Di Indonesia Tahun 2000 - 2006

Penduduk tanpa akses fasilitas sanitasi yang layak

47.742.7

40.037.3

32.930.7

22.619.6 18.2

0

20

40

60

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Pers

en

Desa

Desa dankota

Kota

 Sumber: Susenas

Page 231: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 212 -

GAMBAR 4.24 Cakupan Sanitasi Berdasar Kuintil Pendapatan

Di Indonesia Tahun 2000 - 2007

Cakupan Sanitasi Berdasar Kuintil Pendapatan

0.0

20.0

40.0

60.0

2000 2004 2007

Pers

en

Q5Q4Q3Q2Q1

Sumber: Susenas

Cakupan sanitasi berdasarkan kuintil pendapatan terlihat trend yang semakin menjauh

antar kuintil pendapatan, yang artinya semakin memperbesar gap yang terjadi.

Page 232: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 213 -

GAMBAR 4.25 Perbandingan Antara Persentase Penduduk Miskin

Dan Akses Terhadap Air Minum dan Sanitasi Per Provinsi Tahun 2006

PapuaIrian Jaya Barat

GorontaloMaluku

Nanggroe Aceh DarussalamNusa Tenggara Timur

Sulawesi TengahNusa Tenggara Barat

Sulawesi TenggaraLampungBengkulu

YogyakartaJawa Timur

Jawa TengahSulawesi Barat

Sumatera SelatanIndonesia

Kalimantan BaratSulawesi Utara

Sumatera UtaraSulawesi SelatanKalimantan Timur

Jawa BaratSumatera Barat

BantenRiau

Bangka BelitungMaluku Utara

JambiKalimantan TengahKalimantan Selatan

Kepulauan RiauBali

Jakarta

Penduduk Miskin, 2006 (%)Penduduk Tanpa Sanitasi Layak, 2006 (%)Penduduk Tanpa Akses Air Minum Non-Perpipaan Terlindungi, 2006 (%)

Sumber Susenas

Page 233: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 214 -

27. MEROKOK

Persentase Penduduk usia 10 tahun ke atas yang merokok Definisi: Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas (untuk tahun 2004: 15 tahun

ke atas) yang merokok dalam satu bulan terakhir

TABEL 4.16 Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas yang Merokok

Di Indonesia Tahun 1995 - 2007

1995 2001 2004 2007 Kota 22.78 25.22 31.72 26.6 Desa 28.18 29.66 36.6 30.9 Total 26.23 27.7 34.44 29.2

Sumber : Susenas dan Riskesdas 2007

GAMBAR 4.26 Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas yang Merokok

Di Indonesia Tahun 1995 - 2007

0

5

10

15

20

25

30

35

40

1995 2001 2004 2007

Pers

en

Kota Desa Total

Sumber : Susenas dan Riskesdas 2007

Page 234: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 215 -

TABEL 4.17 Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas yang Merokok

Dan Rerata Jumlah Batang Rokok yang Dihisap Per Provinsi Tahun 2007

Propinsi

Perokok setiap hari

Perokok kadang-kadang

Perokok saat ini Propinsi

Perokok setiap hari

Perokok kadang-kadang

Perokok saat ini

Nangroe Aceh Darussalam 23.0 6.7 29.7 Nusa Tenggara Barat 25.2 4.9 30.1 Sumatra Utara 23.3 5.5 28.8 Nusa Tenggara Timur 22.2 6.5 28.7 Sumatra Barat 25.7 4.5 30.2 Kalimantan Barat 21.7 5.5 27.2 Riau 24.4 6.0 30.4 Kalimantan Tengah 23.1 5.8 28.9 Jambi 24.5 5.0 29.4 Kalimantan Selatan 20.1 4.1 24.2 Sumatra Selatan 25.4 6.3 31.7 Kalimantan Timur 21.4 4.4 25.7 Bengkulu 29.5 4.6 34.1 Sulawesi Utara 24.6 5.7 30.3 Lampung 28.8 5.6 34.3 Sulawesi Tengah 24.6 6.1 30.7 Bangka Belitung 24.6 3.6 28.2 Sulawesi Selatan 20.9 4.6 25.5 Kepulauan Riau 22.4 4.6 27.0 Sulawesi Tenggara 19.8 6.5 26.4 DKI Jakarta 20.8 7.0 27.8 Gorontalo 27.1 5.5 32.6 Jawa Barat 26.6 5.8 32.4 Sulawesi Barat 20.1 5.3 25.3 Jawa Tengah 24.3 6.4 30.7 Maluku 19.2 6.6 25.8 DI Yogyakarta 23.8 6.0 29.8 Maluku Utara 23.9 6.3 30.2 Jawa Timur 24.3 4.8 29.1 Papua Barat 19.5 7.4 26.9 Banten 25.8 5.5 31.2 Papua 22.0 5.8 27.8 Bali 20.1 4.8 24.9

Indonesia 23.7 5.5 29.2 Sumber : Riskesdas 2007

GAMBAR 4.27 Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas yang Merokok Setiap Hari

Per Provinsi Tahun 2007

29.5

28.8

27.1

26.6

25.8

25.7

25.4

25.2

24.6

24.6

24.6

24.5

24.4

24.3

24.3

23.9

23.8

23.7

23.3

23.1

23.0

22.4

22.2

22.0

21.7

21.4

20.9

20.8

20.1

20.1

20.1

19.8

19.5

19.2

15.0

20.0

25.0

30.0

Ben

gkul

uLa

mpu

ngG

oron

talo

Jaw

a B

arat

Ban

ten

Sum

ater

a B

arat

Sum

ater

a S

elat

anN

TBK

ep B

angk

a B

elitu

ngS

ulaw

esi U

tara

Sul

awes

i Ten

gah

Jam

biR

iau

Jaw

a Te

ngah

Jaw

a Ti

mur

Mal

uku

Uta

raD

I Yog

yaka

rtaIn

done

sia

Sum

ater

a U

tara

Kal

iman

tan

Teng

ahN

angg

roe

Ace

h D

arus

sala

mK

epul

auan

Ria

uN

TTP

apua

Kal

iman

tan

Bar

atK

alim

anta

n Ti

mur

Sul

awes

i Sel

atan

DK

I Jak

arta

Bal

iK

alim

anta

n S

elat

anS

ulaw

esi B

arat

Sul

awes

i Ten

ggar

aP

apua

Bar

atM

aluk

u

Sumber : Riskesdas 2007

Page 235: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 216 -

TABEL 4.18 Persentase Penduduk Umur 10 Tahun Keatas

Menurut Kebiasaan Merokok dan Karakteristik Responden Di Indonesia Tahun 2007

Karakteristik Responden

Perokok saat ini Tidak Merokok

Perokok setiap hari

Perokok kadang-kadang

Mantan Perokok

Bukan Perokok

Kelompok Umur

10-14 0.7 1.3 0.3 97.7

15-24 17.3 7.3 1.1 74.3

25-34 29.0 6.1 1.8 63.2

35-44 30.2 5.8 2.8 61.2

45-54 32.4 5.6 4.1 57.9

55-64 31.8 5.7 6.8 55.6

65-74 28.8 5.8 9.9 55.5

75+ 27.8 5.3 12.0 54.8

Jenis Kelamin

Laki-laki 45.8 9.9 5.4 38.9

Perempuan 3.0 1.4 0.7 94.9

Pendidikan

Tidak Sekolah 26.3 4.7 3.8 65.3

Tidak Tamat SD 21.3 4.0 2.7 72.0

Tamat SD 23.4 4.9 2.6 69.1

Tamat SLTP 24.0 6.6 2.4 67.0

Tamat SLTA 26.8 7.2 3.4 62.6

Tamat PT 20.6 6.4 5.0 68.0 Tipe Daerah

Perkotaan 21.2 5.4 3.5 69.9

Perdesaan 25.3 5.6 2.6 66.5 Tingkat Pengeluaran per Kapita

Q1 23.4 5.6 2.5 68.5

Q2 24.2 5.5 2.7 67.7

Q3 23.9 5.6 2.9 67.6

Q4 23.9 5.6 3.1 67.4

Q5 23.3 5.4 3.4 67.9 Sumber : Riskesdas 2007

Page 236: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 217 -

28. AKTIFITAS FISIK Aktifitas fisik secara teratur bermanfaat untuk mengatur berat badan dan menguatkan sistem jantung dan pembuluh darah. Kurang aktifitas fisik adalah kegiatan kumulatif kurang dari 150 menit dalam seminggu.

TABEL 4.19 Tabel Prevalensi Kurang Aktifitas Fisik Penduduk 10 Tahun Keatas

Per Provinsi Tahun 2007

Propinsi Kurang Aktifitas

Fisik Propinsi

Kurang Aktifitas

Fisik Nangroe Aceh Darussalam 53.3 Nusa Tenggara Barat 48.8 Sumatera Utara 52.1 Nusa Tenggara Timur 27.3 Sumatera Barat 54.8 Kalimantan Barat 46.9 Riau 60.2 Kalimantan Tengah 43.8 Jambi 57.8 Kalimantan Selatan 49.4 Sumatera Selatan 48.1 Kalimantan Timur 61.7 Bengkulu 40.1 Sulawesi Utara 47.2 Lampung 45.3 Sulawesi Tengah 39.4 Bangka Belitung 46.4 Sulawesi Selatan 49.1 Kepulauan Riau 53.1 Sulawesi Tenggara 47.6 DKI Jakarta 54.7 Gorontalo 47.3 Jawa Barat 52.4 Sulawesi Barat 42.7 Jawa Tengah 44.2 Maluku 49.2 D.I. Yogyakarta 45.3 Maluku Utara 48.2 Jawa Timur 44.7 Papua 43.0 Banten 55.0 Irian Jaya Barat 50.4 Bali 44.6

Indonesia 48,2 Sumber: Riskesdas 2007

Page 237: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 218 -

GAMBAR 4.28 Prevalensi Kurang Aktifitas Fisik

Per Provinsi Tahun 2007

Sumber: Riskesdas 2007

Pada gambar 4.23 tampak bahwa secara nasional hampir separuh penduduk (48,2%)

kurang melakukan aktifitas fisik. Kurang aktifitas fisik paling tinggi terdapat di

Provinsi Kalimantan Timur (61,7%) dan Provinsi Riau (60,2%). Prevalensi kurang

aktifitas fisik di bawah rata-rata nasional terdapat di Nusa Tenggara Timur (27,3%),

Sulawesi Tengah (39,4%), dan Bengkulu (40,1%).

Prevalensi Kurang Aktifitas Fisik 61

.760

.257

.855

.054

.854

.753

.353

.152

.452

.150

.449

.449

.249

.148

.848

.248

.248

.147

.647

.347

.246

.946

.445

.345

.344

.744

.644

.243

.843

.042

.740

.139

.427

.3

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

Page 238: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 219 -

TABEL 4.20 Prevalensi Kurang Aktifitas Fisik Penduduk 10 Tahun Keatas

Menurut Karakteristik Responden di Indonesia Tahun 2007

Karakteristik Responden Kurang Aktifitas Fisik

Kelompok umur (tahun)

10-14 66.9

15-24 52.0

25-34 42.9

35-44 38.9

45-54 38.4

55-64 44.4

65-74 58.5

75+ 76.0

Jenis kelamin

Laki-laki 41.4

Perempuan 54.5

Pendidikan

Tidak Sekolah 48.8

Tidak Tamat SD 48.1

Tamat SD 43.4

Tamat SLTP 47.4

Tamat SLTA 52.6

Tamat PT 60.3

Tipe Daerah

Perkotaan 57.6

Perdesaan 42.4

Tingkat Pengeluaran per kapita per bulan

Kuintil 1 44.8

Kuintil 2 45.5

Kuintil 3 47.1

Kuintil 4 49.1

Kuintil 5 53.9 Sumber : Riskesdas 2007

Pada tabel 4.15 terlihat bahwa menurut kelompok umur, kurang aktifitas fisik paling

tinggi terdapat pada kelompok 75 tahun ke atas (76,0%) dan umur 10-14 tahun

(66,9%), dan perempuan (54,5%) lebih tinggi dibanding laki-laki (41,4%).

Berdasarkan tingkat pendidikan, semakin tinggi pendidikan semakin tinggi prevalensi

kurang aktifitas fisik. Prevalensi kurang aktifitas fisik penduduk perkotaan (57,6%)

lebih tinggi di banding perdesaan (42,4%), dan semakin tinggi tingkat pengeluaran

per kapita per bulan semakin meningkat prevalensi kurang aktifitas fisik.

Page 239: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 220 -

29. KONSUMSI KALORI DAN PROTEIN

TABEL 4.21 Rata-rata Konsumsi Kalori (Gram) Per Kapita/Hari Menurut Kelompok Makanan

Di Indonesia Tahun 2002 - 2007

KELOMPOK MAKANAN 2002 * 2002 2003 * 2004 * 2005 * 2005 2006 * 2007 * (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1. Padi-padian 1 039,91 1 038,86 1 035,07 1 024,08 997,31 1 009,13 992,93 953,16

2. Umbi-umbian 55,43 55,43 55,62 66,91 60,40 56,01 51,08 52,49

3. Ikan 42,53 42,67 46,91 45,05 46,98 47,59 44,56 46,17

4. Daging 35,01 35,00 41,71 39,73 39,34 41,45 31,27 41,89

5. Telur dan Susu 39,63 39,64 37,83 40,47 43,67 47,17 43,35 56,96

6. Sayur-sayuran 37,44 37,40 40,95 38,80 40,04 38,72 40,20 46,39

7. Kacang-kacangan 71,66 71,52 63,93 62,24 65,70 69,97 64,42 73,02

8. Buah-buahan 40,75 40,67 42,75 41,61 45,19 39,85 36,95 49,08

9. Minyak dan Lemak 246,66 246,93 241,70 236,67 243,00 241,87 234,50 246,34

10. Bahan minuman 120,00 120,18 115,54 114,75 115,27 110,73 103,69 113,94

11. Bumbu-bumbuan 18,28 18,24 15,89 16,41 18,44 19,25 18,81 17,96

12. Konsumsi lainnya 41,66 41,59 39,60 40,16 49,07 52,84 48,14 70,93

13. Makanan jadi 198,09 197,61 212,31 219,09 232,35 233,08 216,83 246,0414. Minuman mengandung alkohol 0,09 **) 0,09 0,09 0,07 **) **) **)

TOTAL 1 987,14 1 985,73 1 989,90 1 986,06 1 996,83 2 007,65 1 926,73 2 014,91PERKOTAAN 1 954,30 1 953,41 1 950,30 1 941,90 1 922,00 1 964,00 1 892,40 1 977,01PERDESAAN 2 013,40 2 011,52 2 018,70 2 019,70 2 060,70 2 042,00 1 953,80 2 050,33

Catatan: *) Bersumber dari Susenas Panel **) sudah digabung ke dalam kelompok makanan jadi

Page 240: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 221 -

TABEL 4.22 Rata-rata Konsumsi Protein (Gram) Per Kapita/Hari Menurut Kelompok Makanan

Di Indonesia Tahun 2002 - 2007

Rata-Rata Konsumsi Protein (Gram) Per Kapita / Hari Menurut Kelompok Makanan

KELOMPOK MAKANAN 2002 * 2002 2003 * 2004 * 2005 * 2005 2006 * 2007 * 1. Padi-padian 24,42 24,40 24,29 24,05 23,42 23,69 23,33 22,43 2. Umbi-umbian 0,43 0,43 0,44 0,53 0,47 0,45 0,41 0,40 3. Ikan 7,17 7,20 7,91 7,65 7,92 8,02 7,49 7,77 4. Daging 2,26 2,26 2,62 2,54 2,47 2,61 1,95 2,62 5. Telur dan Susu 2,33 2,33 2,22 2,38 2,56 2,71 2,51 3,23 6. Sayur-sayuran 2,49 2,49 2,75 2,57 2,64 2,52 2,66 3,02 7. Kacang-kacangan 6,36 6,35 5,85 5,52 5,78 6,31 5,88 6,51 8. Buah-buahan 0,45 0,45 0,46 0,43 0,50 0,43 0,39 0,57 9. Minyak dan Lemak 0,53 0,53 0,54 0,48 0,50 0,48 0,45 0,4610. Bahan minuman 1,13 1,13 1,01 1,03 1,09 1,08 1,00 1,1311. Bumbu-bumbuan 0,79 0,78 0,69 0,71 0,78 0,82 0,81 0,7612. Konsumsi lainnya 0,75 0,75 0,74 0,76 0,92 1,03 0,95 1,4313. Makanan jadi 5,34 5,33 5,84 6,01 6,24 6,44 5,83 7,33

TOTAL 54,45 54,42 55,36 54,66 55,29 56,59 53,66 57,66PERKOTAAN 55,99 55,98 56,7 55,89 55,26 58,32 55 59,17

PERDESAAN 53,22 53,19 54,4 53,69 55,28 55,23 52,6 56,25Catatan: *) Bersumber dari Susenas Panel

Page 241: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 222 -

TABEL 4.23 Rata-rata Konsumsi Kalori dan Protein

Di Indonesia Tahun 2002 - 2007

2002 2003 2004 2005 2006 2007

KALORI - kkal/kapita/hari (anjuran kecukupan 2000 kkal/apita/hari)

Rata-rata 1 987 1 989 1 986 1 996 1 926 2 014

KOTA 1 954 1 950 1 941 1 922 1 892 1 977

DESA 2 013 2 018 2 019 2 060 1 953 2 050

PROTEIN - gram/kapita/hari (anjuran kecukupan 52 g/kapita/hari)

Rata-rata 54,45 55,36 54,66 55,29 53,66 57,66

KOTA 55,99 56,7 55,89 55,26 55 59,17

DESA 53,22 54,4 53,69 55,28 52,6 56,25

Sumber data: Susenas

TABEL 4.24

Konsumsi Energi dan Protein Per Kapita Per Hari Per Provinsi Tahun 2007

Propinsi Energi Protein

Propinsi Energi Protein

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD NAD 1805.3 653.0 69.3 28.1 Nusa Tenggara Barat 1644.7 678.6 52.4 25.3 Sumatera Utara 1861.6 741.5 65.0 28.2 Nusa Tenggara Timur 1884.6 772.0 51.3 26.3 Sumatera Barat 1806.7 691.1 58.0 26.5 Kalimantan Barat 1594.9 596.3 57.6 27.1 Riau 1602.3 641.8 60.0 28.1 Kalimantan Tengah 1534.7 608.6 59.5 26.9 Jambi 1683.7 677.3 59.8 28.6 Kalimantan Selatan 1532.2 615.3 58.7 25.6 Sumatera Selatan 1682.3 602.5 56.3 24.8 Kalimantan Timur 1362.7 585.0 55.6 27.5 Bengkulu 1371.6 485.0 45.9 21.3 Sulawesi Utara 1381.3 493.8 45.6 18.7 Lampung 1375.7 460.2 47.7 21.1 Sulawesi Tengah 1764.2 709.2 53.7 24.4 Bangka Belitung 1692.8 618.2 66.6 28.1 Sulawesi Selatan 1504.6 586.6 54.0 23.9 Kepulauan Riau 1672.9 610.6 69.2 29.1 Sulawesi Tenggara 1803.4 744.4 68.3 30.0 DKI Jakarta 1592.5 653.3 60.5 28.5 Gorontalo 1451.4 568.8 47.7 20.8 Jawa Barat 1636.7 615.7 53.8 24.3 Sulawesi Barat 1385.6 506.8 53.4 22.5 Jawa Tengah 1703.3 705.1 51.3 24.5 Maluku 1828.1 781.6 56.7 27.2 D.I. Yogyakarta 1623.7 739.9 50.2 24.5 Maluku Utara 1752.1 807.7 56.4 28.7 Jawa Timur 2182.4 923.1 57.6 28.3 Papua Barat 1865.6 791.5 62.1 32.1 Banten 1371.5 618.3 51.6 24.9 Papua 1823.2 922.7 53.8 30.5 Bali 1706.5 609.9 56.5 24.8

Indonesia 1735.5 748.1 55.5 26.4 Sumber : Riskesdas 2007

Page 242: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 223 -

30. KONSUMSI SAYUR DAN BUAH

Data frekuensi dan porsi asupan sayur dan buah dikumpulkan dengan menghitung jumlah hari konsumsi dalam seminggu dan jumlah porsi rata-rata dalam sehari. Penduduk dikategorikan ‘cukup’ konsumsi sayur dan buah apabila makan sayur dan/atau buah minimal 5 porsi per hari selama 7 hari dalam seminggu. Dikategorikan ’kurang’ apabila konsumsi sayur dan buah kurang dari ketentuan di atas.

TABEL 4.25

Prevalensi Kurang Makan Buah dan Sayur Penduduk 10 Tahun Keatas Per Provinsi Tahun 2007

Propinsi Kurang Makan

Buah dan Sayur

Propinsi Kurang Makan

Buah dan Sayur

Nangroe Aceh Darussalam 95.9 Nusa Tenggara Barat 92.6 Sumatera Utara 94.4 Nusa Tenggara Timur 94.2 Sumatera Barat 97.8 Kalimantan Barat 94.9 Riau 97.9 Kalimantan Tengah 91.5 Jambi 93.4 Kalimantan Selatan 95.7 Sumatera Selatan 96.9 Kalimantan Timur 91.8 Bengkulu 92.1 Sulawesi Utara 91.2 Lampung 87.7 Sulawesi Tengah 91.5 Bangka Belitung 96.6 Sulawesi Selatan 93.7 Kepulauan Riau 96.4 Sulawesi Tenggara 92.9 DKI Jakarta 94.5 Gorontalo 83.5 Jawa Barat 96.4 Sulawesi Barat 96.4 Jawa Tengah 92.0 Maluku 96.5 D.I. Yogyakarta 86.1 Maluku Utara 96.1 Jawa Timur 90.6 Papua 89.7 Banten 96.7 Irian Jaya Barat 91.3 Bali 96.2

Indonesia 93.6 Sumber: Riskesdas 2007

Keterangan : *) Konsumsi makan buah dan sayur kurang dari 5 porsi/hari selama 7 hari dalam

seminggu

Page 243: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 224 -

GAMBAR 4.29 Prevalensi Kurang Makan Buah dan Sayur

Di Indonesia Tahun 2007

Sumber : Riskesdas 2007

Keterangan : *) Konsumsi makan buah dan sayur kurang dari 5 porsi/hari selama 7 hari dalam

seminggu

Gambar 4.24 menunjukkan bahwa secara keseluruhan, penduduk umur 10 tahun ke atas

kurang konsumsi buah dan sayur sebesar 93,6%. Konsumsi buah dan sayur paling rendah

terdapat di Provinsi Riau dan Sumatera Barat, masing-masing 97,9% dan 97,8%.

Sedangkan yang berada di bawah rata-rata nasional adalah Provinsi Gorontalo (83,5%),

DI Yogyakarta (86,1%), dan Lampung (87,7%).

Kurang makan buah dan sayur97

.997

.896

.996

.796

.696

.596

.496

.496

.496

.296

.195

.995

.794

.994

.594

.494

.293

.793

.693

.492

.992

.692

.192

.091

.891

.591

.591

.391

.290

.689

.787

.786

.183

.5

75.0

80.0

85.0

90.0

95.0

100.0

Ria

u

Sum

ater

a Ba

rat

Sum

ater

a Se

lata

n

Ban

ten

B

angk

a B

elitu

ng

Mal

uku

K

epul

auan

Ria

u

Jaw

a B

arat

S

ulaw

esi B

arat

B

ali

Mal

uku

Uta

ra

NAD

K

alim

anta

n Se

lata

n

Kal

iman

tan

Bara

t D

KI J

akar

ta

Sum

ater

a U

tara

N

usa

Teng

gara

Tim

ur

Sul

awes

i Sel

atan

In

done

sia

J

ambi

S

ulaw

esi T

engg

ara

N

usa

Teng

gara

Bar

at

Ben

gkul

u

Jaw

a Te

ngah

K

alim

anta

n Ti

mur

K

alim

anta

n Te

ngah

S

ulaw

esi T

enga

h

Pap

ua B

arat

S

ulaw

esi U

tara

J

awa

Tim

ur

Pap

ua

Lam

pung

D

I Yog

yaka

rta

Gor

onta

lo

Page 244: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 225 -

TABEL 4.26 Prevalensi Kurang Makan Buah dan Sayur Penduduk 10 Tahun Keatas

Menurut Karakteristik Responden di Indonesia Tahun 2007

Karakteristik Responden Kurang Makan Buah dan Sayur

Kelompok umur (tahun)

10-14 93.6

15-24 93.8

25-34 93.4

35-44 93.3

45-54 93.5

55-64 93.7

65-74 94.7

75+ 95.3

Jenis kelamin

Laki-laki 93.5

Perempuan 93.7

Pendidikan

Tidak Sekolah 94.9

Tidak Tamat SD 94.3

Tamat SD 94.1

Tamat SLTP 93.6

Tamat SLTA 92.8

Tamat PT 90.3

Tipe Daerah

Perkotaan 93.0

Perdesaan 94.0

Tingkat Pengeluaran per kapita per bulan

Kuintil 1 94.6

Kuintil 2 94.2

Kuintil 3 93.9

Kuintil 4 93.3

Kuintil 5 92.4 Sumber : Riskesdas 2007

Pada tabel 4.21 tampak bahwa kelompok umur yang paling kurang konsumsi buah

dan sayur adalah 75 tahun ke atas (95,3%). Tidak ada perbedaan konsumsi buah dan

sayur antara laki-laki dan perempuan. Sementara berdasarkan pendidikan, semakin

tinggi tingkat pendidikan semakin baik konsumsi buah dan sayur. Tidak tampak

adanya perbedaan mencolok antara perilaku konsumsi buah dan sayur di perkotaan

dan perdesaan. Berdasarkan tingkat pengeluaran per kapita, dengan meningkatnya

strata juga tampak pengurangan prevalensi kurang konsumsi buah dan sayur, dengan

perkataan lain, semakin tinggi tingkat pengeluaran per kapita perbulan, semakin

tinggi konsumsi buah dan sayur.

Page 245: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 226 -

31. KERACUNAN MAKANAN

GAMBAR 4.30 Jumlah Kasus Keracunan Makanan

Di Indonesia Tahun 2001 - 2005

7282

35

74

112

0

40

80

120

160

200

2001 2002 2003 2004 2005

Jum

lah

kasu

s

Sumber: Profil Kesehatan 2005

GAMBAR 4.31

Jumlah Penderita Keracunan Makanan Di Indonesia Tahun 2001 - 2005

2,952 2,625

907

5,948

7,679

0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

2001 2002 2003 2004 2005

Jum

lah

pend

erita

(ora

ng)

Sumber: Profil Kesehatan 2005

Page 246: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 227 -

BAB IV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Penyusunan buku database ini sudah cukup mewakili data-data indikator

kesehatan di Indonesia dan diharapkan akan bermanfaat bagi para pengguna data,

terutama dalam perencanaan pembangunan khususnya dalam sektor kesehatan.

Pengoptimalan Software Devinfo dalam rangka menunjang kepentingan

data-data kesehatan yang tersedia saat ini sangat diperlukan, terutama dalam

menjabarkan tentang tren dan Peta sebaran wilayah per propinsi di Indonesia. Data

juga dapat dilihat secara lengkap dengan menggunakan tabel dan grafik di dalam

software Devinfo.

B. REKOMENDASI

Data-data yang dijabarkan diatas masih sangat terbatas dari beberapa

sumber saja, jadi data akan lebih kaya dengan mengoptimalkan data-data dari sumber

yang berbeda. Diharapkan dengan input data dari berbagai sumber, akan diketahui

berbagai gap yang akan timbul dari perbedaan-perbedaan angka dari berbagai sumber

data tersebut.

Page 247: 2009 Bappenas Database Pembangunan Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Tahun 2009

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas : Laporan Pengembangan Database Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

- 228 -

DAFTAR PUSTAKA

1. Bappenas 2007. Laporan Pencapaian Millenium Development Goals 2007.

2. Bappenas 2008. Pembiayaan Pencapaian MDGs di Indonesia.

3. Bappenas, BPS dan UNFPA. 2006. Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025.

4. Bappenas, BPS dan UNFPA. 2008. Proyeksi Penduduk Indonesia 2005-2025.

5. Badan Pusat Statistik (BPS) dan ORC Macro. 2003. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002-2003, Calverton, Maryland, USA: ORC Macro.

6. Badan Pusat Statistik (BPS) dan ORC Macro. 2007. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007, Calverton, Maryland, USA: ORC Macro.

7. Choi, Y., Friedman, J., Heywood, P., and Kosen, S. (2006). Forthcoming: Forecasting Health Care Demand in Middle-Income Country: Disease Transition in East and Central Java, Indonesia. Research Working Paper. Washington, DC.:World Bank

8. CSDH (2008). Closing the gap in a generation: health equity through action on the social determinants of health. Final Report of the Commission on Social Determinants of Health. Geneva, World Health Organization.

9. Departemen Kesehatan. 2006. Buku Saku Anggaran. Biro Perencanaan dan Anggaran.

10. Departemen Kesehatan. 2008. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 1991 – 2008.

11. Departemen Kesehatan. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2007.

12. ECDKN. 2007. Early child development: a powerful equalizer. Final report of the Early Child Development Knowledge Network of the Commission on Social Determinants of Health. Geneva, World Health Organization.

13. Friedman, J., Choi, H., Heywood, P., and Kosen, S. (2006). “Forecasting Healthcare Demand in Middle Income Countries: Disease Transitions in Central and East Java, Indonesia”. September 2006 Draft, World Bank

14. Gottret, P. and Schieber, G. (2006). Health Financing Revisited: A Practitioner’s Guide. Washington, DC: World Bank

15. Green LW, Kreuter MW. 1991. Health Promotion Planning: An Educational and Environmental Approach (Second Ed.) Mountain View, Cal.: Mayfield, 1991.

16. Republik Indonesia. Undang-Undang No 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025

17. Wagstaff , A. and Claeson, M. (2004). The Millennium Development Goals for Health: Rising To The Challenges.Washington, DC. : World Bank

18. Whitehead, M. 2000. The Concepts and Principles of Equity and Health. Copenhagen. WHO Regional Office for Europe

19. WHO, 2000. 2000 World Health Report: Health System: Improving Performace