pembahasan · web viewuntuk menghasilkan pro forma laporan rugi laba, kita asumsikan bahwa total...

23
MODUL PERKULIAHAN Manajemen Keuangan Perencanaan Keuangan Jangka Panjang Perusahaan Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi dan Bisnis Manajemen 04 84008 Basharat Ahmad, SE, MM Abstract Kompetensi Materi ini mencakup Perencanaan Keuangan Model Perencanaan Keuangan Pendekatan Presentase Penjualan Pendanaan dan Pertumbuhan Setelah mempelajari materi ini diharapkan siswa: Mampu melakukan perencanaan keuangan jangka panjang terkait

Upload: tranbao

Post on 18-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pembahasan · Web viewUntuk menghasilkan pro forma laporan Rugi Laba, kita asumsikan bahwa total biaya akan terus berjalan pada level (Rp.800/1000 )= 80% dari penjualan. Dengan asumsi

MODUL PERKULIAHAN

Manajemen KeuanganPerencanaan Keuangan Jangka Panjang Perusahaan

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Ekonomi dan Bisnis Manajemen 04 84008 Basharat Ahmad, SE, MM

Abstract KompetensiMateri ini mencakup Perencanaan Keuangan Model Perencanaan Keuangan Pendekatan Presentase Penjualan Pendanaan dan Pertumbuhan

Setelah mempelajari materi ini diharapkan siswa: Mampu melakukan perencanaan

keuangan jangka panjang terkait dengan pertumbuhan perusahaan

Page 2: Pembahasan · Web viewUntuk menghasilkan pro forma laporan Rugi Laba, kita asumsikan bahwa total biaya akan terus berjalan pada level (Rp.800/1000 )= 80% dari penjualan. Dengan asumsi

PembahasanPerencanaan Keuangan dan Pertumbuhan Perusahaan

Modul ini berkaitan erat dengan materi pada sesi 3 analisa laporan keuangan yaitu: analisa

laporan keuangan. Analisa laporan keuangan bertujuan untuk melihat kondisi perusahaan

saat ini atas dasar penilaian kegiatan di masa lalu. Sedangkan perencanaan keuangan

bertujuan untuk melihat proyeksi (rencana keuangan di maasa yang akan datang) atas

dasar kondisi keuangan saat ini.

Tujuan Perencanaan Jangka Panjang

Adapun tujuan perencanaan jangka panjang adalah:

1. Memperkirakan kebutuhan dana pada periode yang akan datang

2. Memperkirakan kondisi keuangan di masa yang datang

A. Perencanaan Keuangan dan Pertumbuhan Perusahaan

Keberhasilan sebuah perusahaan dapat terlihat dari kemampuan para pengelola atau pihak

manajemen perusahaan memanfaatkan peluang secara maksimal sehingga menghasilkan

return (imbal hasil) sesuai yang diharapkan, itulah sebabnya tugas yang utama dari

pengelola atau pihak manajemen perusahaan adalah merencanakan masa depan

perusahaan agar semua peluang atau kemungkinan yang diprediksi dapat diambil dan

direalisasikan.

Pada dasarnya sebuah perencanaan tentang masa depan merupakan perencanaan jangka

panjang, itulah sebabnya dibutuhkan sebuah koordinasi yang padu tentang perencanaan

jangka panjang dari berbagai fungsi dalam perusahaan. Dalam hal perencanaan keuangan

jangka panjang perusahaan dibutuhkan unsur-unsur dasar dari kebijakan keuangan

perusahaan, membaginya menjadi 4 (empat) unsur yakni:

1. Perusahaan membutuhkan investasi pada asset-aset baru: Unsur ini akan timbul dari

peluang-peluang investasi yang dipilih untuk dilaksanakan perusahaan dan merupakan

hasil dari keputusan penganggaran modal perusahaan.

2. Tingkat Leverage keuangan yang dipilih untuk dipergunakan : Hal ini akan menentukan

jumlah pinjaman yang akan digunakan oleh perusahaan untuk mendanai investasinya

pada asset riil. Hal ini adalah kebijakan struktur modal perusahaan.

2017 2 Manajemen Keuangan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningBasharat Ahmad, SE, MM http://www.mercubuana.ac.id

Page 3: Pembahasan · Web viewUntuk menghasilkan pro forma laporan Rugi Laba, kita asumsikan bahwa total biaya akan terus berjalan pada level (Rp.800/1000 )= 80% dari penjualan. Dengan asumsi

3. Jumlah kas yang dirasakan perusahaan perlu dan layak untuk dibayarkan kepada

pemegang saham: hal ini ada kebijakan dividen perusahaan.

4. Jumlah likuiditas dan modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dalam operasi sehari-

hari: Ini adalah keputusan modal kerja bersih perusahaan.

Adapun proses perencanaan keuangan adalah merupakan kegiatan perencanaan keuangan

yang memperkirakan posisi dan kondisi keuangan di masa depan, sehingga dalam

menyusun rencana keuangan tersebut dipergunakan serangkaian skenario yang

merupakan asumsi terhadap kemungkinan terjadinya kondisi di masa depan. Adapun

serangkaian skenario masa depan tersebut biasanya dibagi dalam 3 (tiga) kondisi:

1. Kondisi Terburuk (Worst Condition): Kondisi ini merupakan kondisi yang diperkirakan

terjadi ketika situasi perusahaan dan perekonomian sedang berada dalam situasi yang

sulit sehingga angka-angka yang dipakai dalam perencanaan adalah angka-angka yang

pesimistis.

2. Kondisi Normal (Normal Condition): Kondisi ini merupakan kondisi dimana dianggap

situasi perusahaan dan perekonomian yang biasa terjadi dan berjalan seperti

sebelumnya.

3. Kondisi Terbaik (Best Condition): Kondisi ini merupakan kondisi ketika situasi

perusahaan atau perekonomian sedang berada dalam situasi terbaiknya sehingga

angka –angka yang dipakai dalam perencanaan adalah angka –angka yang optimistik.

B. Model Perencanaan Keuangan

Ketika sebuah perencanaan keuangan dibuat maka rencana tersebut juga akan

memasukkan laporan keuangan yakni neraca, laporan laba-rugi sebagai bagian dari

perencanaan yang dibuat, adapun laporan keuangan ini disebut juga laporan keuangan pro

forma ( “dalam bentuk”) . Jadi dalam hal ini laporan keuangan pro forma ini akan

memasukkan serangkaian kemungkinan atau skenario yang terjadi di masa depan,

sehingga laporan keuangan pro forma merupakan output dari model perencanaan

keuangan.

Andaikan seseorang memberikan data proyeksi penjualan yang sudah diperkirakan maka

model perencanaan keuangan akan menyediakan laporan keuangan berupa neraca dan

laba rugi yang dihasilkan berdasarkan data proyeksi penjualan tersebut. Disini, data

2017 3 Manajemen Keuangan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningBasharat Ahmad, SE, MM http://www.mercubuana.ac.id

Page 4: Pembahasan · Web viewUntuk menghasilkan pro forma laporan Rugi Laba, kita asumsikan bahwa total biaya akan terus berjalan pada level (Rp.800/1000 )= 80% dari penjualan. Dengan asumsi

proyeksi penjualan yang sudah diperkirakan tersebut menjadi “penggerak (driver)” yang

artinya data proyeksi penjualan ini akan diberikan terlebih dahulu, lalu data proyeksi laporan

keuanganitu akan dihitung berdasarkan atas data tersebut.

Bisa saja, angka proyeksi penjualan akan diberikan dalam bentuk tingkat pertumbuhan

dalam penjualan, hal ini tidaklah menjadi persoalan karena perhitungan proyeksi penjualan

akan diketahui setelah diketahui tingkat pertumbuhannya. Sesudah dilakukan serangkaian

skenario, maka yang teRp.enting disini bukanlah proyeksi penjualan harus tepat tetapi

bagaimana hubungan atau keterkaitan antara investasi dan kebutuhan pendanaan pada

berbagai kemungkinan tingkat penjualan dapat diketahui untuk dipelajari agar dapat

dilakukan keputusan-keputusan strategis dan berdampak jangka panjang.

Model Sederhana dari Perencanaan Keuangan

Adapun sebuah contoh dari model perencanaan keuangan sederhana sebagai berikut :

PT. XYZ

Laporan Keuangan

Laporan Rugi Laba Neraca

Penjualan Rp.1000 Aset Rp. 500 Hutang Rp.250

Biaya 800

Modal

Sendiri Rp.250

Laba bersih Rp.200 Total Rp.500 Total Rp.500

Perencanaan keuangan PT.XYZ berasumsi bahwa semua variabel terikat pada penjualan

dan hubungan yang sekarang adalah optimal. Artinya semua item akan berkembang dengan

persentase yang sama dengan penjualan. Misalkan penjualan meningkat 20 persen dari

Rp.1000 menjadi Rp.1200. Perencana juga akan meramalkan bahwa terdapat peningkatan

biaya sebesar 20 persen, dari Rp. 800 menjadi Rp.800X1,2=Rp.960. Laporan Pro forma

akan menjadi:

Pro Forma

Laporan Laba Rugi

Penjuala

n Rp. 1200

Biaya 960

2017 4 Manajemen Keuangan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningBasharat Ahmad, SE, MM http://www.mercubuana.ac.id

Page 5: Pembahasan · Web viewUntuk menghasilkan pro forma laporan Rugi Laba, kita asumsikan bahwa total biaya akan terus berjalan pada level (Rp.800/1000 )= 80% dari penjualan. Dengan asumsi

Laba bersih Rp. 240

Asumsi bahwa seluruh variabel akan meningkat sebesar 20 persen, membuat kita juga

dapat membuat neraca pro forma.

Pro Forma Neraca

Aset Rp.600(+100) Hutang Rp. 300(+50)

Modal

Sendiri 300(+50)

Total Rp.600(+100) Total Rp.600 (+100)

Sekarang kita harus merekonsiliasi kedua pro forma. Contohnya dapatkah Laba bersih

sama dengan Rp.240 dan Modal Sendiri meningkat hanya Rp.50? Jawabannya adalah

bahwa PT.XYZ harus membayar perbedaan sebesar Rp.240-Rp.50=Rp.190,kemungkinan

sebagai dividen. Dalam kasus ini dividen adalah plug variable.

Misalkan PT.XYZ tidak membayar Rp.190 tersebut. Dalam kasus ini, tambahan ke Laba

ditahan adalah sejumlah Rp.240. Pos Modal Sendiri PT.XYZ akan bertambah menjadi

Rp.490(Rp.250 sebagai starting income+Rp.240 sebagai net income), dan hutang harus

dilunasi untuk menjaga jumlah asset tetap Rp.600.

Dengan Rp.600 di total Aset and Rp.490 di Modal Sendiri, maka Hutang harus Rp.600-

Rp.490=Rp.190. Karena saldo awal Hutang adalah Rp.250, maka PT.XYZ harus melunasi

hutang sebesar Rp.250-Rp.110=Rp.140. Maka neraca pro forma akan menjadi:

Pro Forma Neraca

Aset $600(+100) Hutang $ 110(-140)

Modal

Sendiri 490(+240)

Total $600(+100) Total $600 (+100)

C. Pendekatan Persentase Penjualan (The Percentage of PenjualanApproach)

Pada bagian sebelumnya, kita mendisikripsikan sebuah model perencanaan yang simple

dimana persentase semua pos meningkat secara bersamaan dengan persentase penjualan.

2017 5 Manajemen Keuangan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningBasharat Ahmad, SE, MM http://www.mercubuana.ac.id

Page 6: Pembahasan · Web viewUntuk menghasilkan pro forma laporan Rugi Laba, kita asumsikan bahwa total biaya akan terus berjalan pada level (Rp.800/1000 )= 80% dari penjualan. Dengan asumsi

Pada bagian ini, akan dijelaskan tambahan atau perluasan dari model sederhana yang

sebelumnya. Prinsip dasarnya adalah untuk memisahkan Laporan Rugi-Laba dan Neraca

menjadi 2 grup, dimana yang satu langsung terkait penjualan dan yang satunya tidak

langsung terkait. Jika suatu ramalan penjualan ditetapkan,maka akan dapat mengitung

berapa banyak dana yang dibutuhkan perusahaan untuk menopang prediksi tingkat

penjualan.

Laporan Laba Rugi (The Income Statement)

Contoh:

PT.PQR telah memproyeksikan 25% peningkatan dalam Penjualan untuk tahun yang akan

datang, jadi mengantisipasi penjualan sejumlah Rp.1000 x 1.25 = Rp.1250. Untuk

menghasilkan pro forma laporan Rugi Laba, kita asumsikan bahwa total biaya akan terus

berjalan pada level (Rp.800/1000 )= 80% dari penjualan. Dengan asumsi ini, pro forma

laoran Rugi Laba PT.PQR ditampilkan pada tabel 4.2. Konsekwensi dari mengasumsikan

bahwa biaya itu memiliki persentase yang konstan dengan Penjualan adalah profit margin

itu akan konstan. Untuk memeriksanya,profit marginnya Rp.132/1000 = 13.2%. Di pro forma

milik PT.PQR, profit marginnya Rp.165/1250 = 13.2%, jadi itu tidak berubah.

Selanjutnya, kita butuh memproyeksikan pembayaran dividen. Jumlahnya tergantung pihak

manajemen PT.PQR. Kita akan mengasumsikan PT.PQR memiliki kebijakan untuk

membayar dividen secara tunai.

PT.PQR

Laporan Laba Rugi

Penjualan Rp. 1,000

Biaya-biaya Rp. 800

Laba kena pajak Rp. 200

Pajak (34%) Rp. 68

Laba bersih Rp. 132

Dividend Rp. 44

Tambahan Laba ditahan Rp. 88

PT.PQR

Laporan Laba Rugi Pro Forma

Penjualan(proyeksi) Rp. 1,250

Costs (80% dari penjualan) Rp. 1,000

2017 6 Manajemen Keuangan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningBasharat Ahmad, SE, MM http://www.mercubuana.ac.id

Page 7: Pembahasan · Web viewUntuk menghasilkan pro forma laporan Rugi Laba, kita asumsikan bahwa total biaya akan terus berjalan pada level (Rp.800/1000 )= 80% dari penjualan. Dengan asumsi

Laba kena pajak Rp. 250

Pajak (34%) Rp. 85

Laba bersih Rp. 165

Untuk sebagian besar dari tahun sekarang, dividend payout ratio adalah :

Dividend payout ratio = Cash Dividens/Net Income

= Rp.44/132 = 33 1/3%

Kita juga dapat menghitung ratio dari tambahan laba ditahan terhadap laba bersih :

Tambahan Laba ditahan/Laba ditahan = Rp.88/132 = 66 2/3%

Ratio ini biasa disebut dengan retention ratio atau plowback ratio, dan itu sama dengan 1

dikurangi dengan dividend payout ratio, karena sisa yang tidak dibayarkan menjadi laba

yang ditahan. Dengan asumsi bahwa payout ratio konstan, berikut ini adalah proyeksi

dividen dan tambahan pada Laba yang ditahan:

Proyeksi dividen untuk pemegang saham= Rp.165X1/3= Rp. 55

Proyeksi tambahan Laba yang ditahan =Rp.165X2/3 =Rp.110

Rp.165

Neraca

Pada bagian aset, maka persediaan sama dengan 60% dari Penjualan (Rp.600/1000) untuk

akhir tahun. Kita asumsikan persentase diaplikasikan untuk tahun yang akan datang, jadi

setiap peningkatan Rp.1,- dalam penjualan, persaediaan akan naik sebesar Rp..60. Ratio

dari total assets kepada penjualan untuk akhir tahun adalah Rp.3000/1000 = 3, atau 300%.

Ratio dari total assets kepada penjualan itu disebut sebagai capital intensity ratio.Itu

memberitahukan bahwa jumlah asset yang dibutuhkan untuk menghasilkan Rp.1 pada

penjualan. Jadi semakin tinggi ratio nya, semakin tinggi capital intensity dalam suatu

perusahaan.

2017 7 Manajemen Keuangan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningBasharat Ahmad, SE, MM http://www.mercubuana.ac.id

Page 8: Pembahasan · Web viewUntuk menghasilkan pro forma laporan Rugi Laba, kita asumsikan bahwa total biaya akan terus berjalan pada level (Rp.800/1000 )= 80% dari penjualan. Dengan asumsi

Rp Persentase Rp Persentase (juta) terhadap (juta) terhadap

Penjualan Penjualan

Aset lancar Kewajiban lancar

Kas 160 16 Utang dagang 300 30% Piutang dagang 440 44 Wesel bayar 100 n/a

Persediaan 600 60 Total 400 n/a

Total 1200 120 Utang jangka panjang 800

Aset tetap Ekuitas pemegang saham Pabrik dan Peralatan bersih 1800 180 Saham biasa dan modal disetor 800 n/a

Saldo laba ditahan 1000 n/a Total 1800 n/a

Total Aset 3000 300% Total kewajiban dan ekuitas pemilik 3000 n/a

NeracaAset Kewajiban dan Ekuitas

Selanjutnya disusunlah neraca pro forma untuk PT.PQR. Lakukan dengan menggunakan

persentase-persentase yang dihitung guna menghitung jumlah yang diproyeksikan. Perlu

diperhatikan, untuk pos-pos yang tidak bergerak langsung mengikuti penjualan, sumsi

awalnya tidak ada perubahan dan hanya menulis saldo aslinya. Dari neraca diatas bahwa

aset diproyeksikan naik sebesar Rp.750. Tetapi tanpa pendanaan tambahan, kewajiban dan

ekuitas (modal sendiri) hanya mengalami kenaikan Rp.185 sehingga terjadi kekurangan

sebesar Rp.750-185= Rp 565. Ini disebut kebutuhan pendanaan eksternal (EFN= External

Financing Needed)

Tahun ini Perubahan Tahun ini Perubahan

Rp dari Tahun Rp dari Tahun(Juta) lalu (JutaRp) (juta) lalu ( Juta Rp)

Aset lancar Kewajiban lancar

Kas 200 40 Utang dagang 375 75 Piutang dagang 550 110 Wesel bayar 100 0

Persediaan 750 150 Total 475 75

Total 1500 300 Utang jangka panjang 800 0

Aset tetap Ekuitas pemegang saham

Pabrik dan Peralatan bersih 2250 450 Saham biasa dan modal disetor 800 0

Saldo laba ditahan 1110 110 Total 1910 110

Total Aset 3750 750 Total kewajiban dan ekuitas pemilik 3185 185

Kebutuhan pendanaan eksternal 565 565

Neraca Pro Forma ParsialAset Kewajiban dan Ekuitas

SKENARIO KHUSUS (A PARTICULAR SCENARIO)

Model prencanaan finansial ini mengingatkan pada humor tentang berita bagus danberita

buruk. Berita bagusnya, Perusahaan ternyata mampu memproyeksikan kenaikan penjualan

25%. Berita buruknya adalah hal itu tidak mungkin terjadi kecuali PT.PQR entah dengan

cara bagaimana harus mencari pembiayaan sebesar Rp.565.

2017 8 Manajemen Keuangan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningBasharat Ahmad, SE, MM http://www.mercubuana.ac.id

Page 9: Pembahasan · Web viewUntuk menghasilkan pro forma laporan Rugi Laba, kita asumsikan bahwa total biaya akan terus berjalan pada level (Rp.800/1000 )= 80% dari penjualan. Dengan asumsi

misalkan perusahaan ini punya tujuan tidak mau meminjam sedikitpun untuk dana tambahan

dan tidak mau menjual ekuitas baru, maka kenaikan 25% mungkin tidak bisa dilakukan. Bila

kita menambahkan Rp.565 sebagai pendanaan yang baru maka PT.PQR mempunyai 3

sumber yang memungkinkan: Pinjaman jangka pendek, Pinjaman jangka panjang, dan

Ekuitas baru. Jadi, ini tergantung dari keputusan manajemen.

Misalnya PT.PQR memutuskan untuk meminjam dana yang butuhkan, dalam kasus ini

perusahaan dapat memilih untuk meminjam sebagian pinjaman jangka panjang dan

sebagian lagi pinjaman jangka pendek. Contohnya, aset lancar (current asset ) bertambah

Rp.300 dimana current kewajiban (liabilities) hanya bertambah Rp.75. PT.PQR juga dapat

meminjam Rp.300-Rp.75=Rp.225 sebagai pinjaman jangka pendek. Dengan Rp.565 yang

dibutuhkan maka sisa Rp.565-Rp.225= Rp.340 bisa didapatkan dengan pinjaman jangka

panjang.

Tahun ini Perubahan Tahun ini PerubahanRp dari Tahun Rp dari Tahun

(juta) lalu ( Juta Rp) (Juta) lalu ( JutaRp)

Aset lancar Kewajiban lancar

Kas 200 40 Utang dagang 375 75 Piutang dagang 550 110 Wesel bayar 325 225

Persediaan 750 150 Total 700 300

Total 1500 300 Utang jangka panjang 1140 340

Aset tetap Ekuitas pemegang saham

Pabrik dan Peralatan bersih 2250 450 Saham biasa dan modal disetor 800 0

Saldo laba ditahan 1110 110 Total 1910 110

Total Aset 3750 750 Total kewajiban dan ekuitas pemilik 3750 750

Aset Kewajiban dan Ekuitas

Neraca Pro Forma

SKENARIO ALTERNATIF (AN ALTERNATIVE SCENARIO )Asumsi bahwa asset merupakan presentase tetap dari penjualan adalah benar, tapi

mungkin saja tidak cocok dalam beberapa kondisi riil yang terjadi. Khususnya jika

mengasumsikan PT.PQR menggunakan 100 persen kapasitas karena setiap peningkatan

pada penjualan mengarah pada peningkatan fixed assets. Bagi sebagian bisnis, mungkin

akan terjadi sedikit kelonggaran atau kelebihan kapasitas, dan produksi mungkin bisa

bertambah dengan menjalankan shift tambahan.

.

Jika kita mengasumsikan bahwa PT.PQR beroperasi pada 70% dari keseluruhan kapasitas,

maka kebutuhan dana eksternal akan sedikit berbeda. Ketika dikatatakan “ 70 persen dari

kapasitas”, hal ini bermaksud bahwa level penjualan saat ini 70 persen dari keseluruhan

kapasitas

2017 9 Manajemen Keuangan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningBasharat Ahmad, SE, MM http://www.mercubuana.ac.id

Page 10: Pembahasan · Web viewUntuk menghasilkan pro forma laporan Rugi Laba, kita asumsikan bahwa total biaya akan terus berjalan pada level (Rp.800/1000 )= 80% dari penjualan. Dengan asumsi

Penjualan saat ini: Rp.1000 = 70 X Kapasitas penuh

Penjualan dengan kapasitas penuh: Rp.1000/70 = Rp.1429

Ini memberitahukan bahwa penjualan naik hampir 43 persen dari Rp.1000 menjadi Rp.1429

sebelum sedikitpun aset tetap dibutuhkan.

Pada skenario sebelumnya, diasumsikan bahwa penambahan aset tetapRp.450 sangat

dibutuhkan. Sedangkan di skenario yang sekarang, tidak ada aset tetap yang dibutuhkan

karena penjualan hanya diproyeksikan hanya menjadi Rp.1250 yang mana kurang dari

Rp.1429 sebagai level kapasitas penuh. Hasilnya, estimasi awal sebesar Rp.565 pada dana

eksternal dinilai terlalu tinggi. Kita berasumsi bahwa Rp.450 pada aset tetap baru

dibutuhkan. Padahal tidak ada penggunaan dari aset baru tetap dibutuhkan. Sehingga bila

beroperasi pada 70 persen kapasitas, maka hanya memerlukan Rp.115 (Rp.565-Rp.450)

pada dana eksternal.

D. Pendanaan dan Pertumbuhan Eksterna (External Financing and Growth) Kebutuhan pendanaan eksternal dan pertumbuhan berhubungan.Semakin tinggi tingkat

pertumbuhan penjualan atau assets, maka semakin besar pula pendanaan eksternal yang

dibutuhkan. Bila pada bagian sebelumnya kita tinggal menentukan pendanaan eksternalnya

saja, maka pada bagian ini kita akan mencari tahu hubungan antar kebijakan finansial dan

kemampuan perusahaan untuk mendanai investasi baru dan pertumbuhannya.

EFN dan Pertumbuhan (EFN and Growth)Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengadakan hubungan antara EFN dan Growth.

Untuk melakukannya kita akan menunjukan income statement singkat dan neraca dari

PT,PQR pada table 4.6

tabel 4.6PT,PQR

Laporan Rugi Laba

Penjualan Rp. 500

Biaya Rp. 400

Laba kena pajak Rp. 100

Pajak (34%) Rp. 34

Laba bersih Rp. 66

2017 10 Manajemen Keuangan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningBasharat Ahmad, SE, MM http://www.mercubuana.ac.id

Page 11: Pembahasan · Web viewUntuk menghasilkan pro forma laporan Rugi Laba, kita asumsikan bahwa total biaya akan terus berjalan pada level (Rp.800/1000 )= 80% dari penjualan. Dengan asumsi

Deviden Rp. 22

Tambahan Laba ditahan Rp. 44

PT.PQR

Neraca

Asset Kewajiban

Rp.Percentage of

SalesRp.

Percentag

e of Sales

Aset lancar

20

0 40% Total Hutang

25

0 n/a

Aktiva Tetap bersih

30

0 60% Modal Sendiri

25

0 n/a

Total Asset

50

0 100%

Total Kewajiban and

Modal Sendiri

50

0 n/a

PT.PQR memperkirakan level penjualan tahun depan sebesar Rp. 600, meningkat Rp. 100.

Diketahui bahwa persentase kenaikan penjualan sebesar 20% maka pada tabel 4.7

mengilustrasikan dengan tingkat pertumbuhan 20%, PT.PQR membutuhkan penambahan

Rp.100 pada asset baru (dianggap kapasitas penuh). Proyeksi penambahan pada laba yang

ditahan adalah Rp. 52.8, maka EFN nya adalah Rp.100 - 52.8 = Rp.47.2

tabel 4.7

PT.PQR

Pro-Forma Income Statement

Penjualan(projected) Rp. 600.0

Biaya (80% of Sales) Rp. 480.0

Laba kena pajak Rp. 120.0

Pajak(34%) Rp. 40.8

Laba bersih Rp. 79.2

Devidend Rp. 26.4

Tambahan Laba yang ditahan Rp. 52.8

Neraca PT PQR

2017 11 Manajemen Keuangan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningBasharat Ahmad, SE, MM http://www.mercubuana.ac.id

Page 12: Pembahasan · Web viewUntuk menghasilkan pro forma laporan Rugi Laba, kita asumsikan bahwa total biaya akan terus berjalan pada level (Rp.800/1000 )= 80% dari penjualan. Dengan asumsi

Aset Liabilities

Rp.Persentase

PenjualanRp.

Percentage

Penjualan

Aset Lancar 240 40% Total Hutang 250 n/a

Aktiva tetap

bersih 360 60% Modal Sendiri 302.8 n/a

Total Asset 600 100%

Total hutang

and Modal

Sendiri 552.8 n/a

EFN

(Kebutuhan

pendanaan dari

luar) 47.2 n/a

Tabel di atas menunjukkan EFN dari tingkat pertumbuhan yang berbeda. Proyeksi

tambahan ke Laba yang ditahan dan proyeksi ratio Hutang dan Modal Sendiri untuk setiap

scenario juga terdapat di tabel. Dalam menentukan rasio Hutang dan Modal Sendiri,

diasumsikan bahwa dana yang dibutuhkan adalah pinjaman, dan juga berasumsi bahwa

dana surplus digunakan untuk melunasi hutang. Lalu untuk pertumbuhan nol, utang

berkurang sebanyak Rp.44 dari Rp.250 menjadi Rp.206.. Pertambahan asset yang

dibutuhkan sama dengan aset asli sebanyak Rp.500 dikalikan dengan tingkat pertumbuhan.

2017 12 Manajemen Keuangan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningBasharat Ahmad, SE, MM http://www.mercubuana.ac.id

Proyeksi

Pertumbuhan

penjualan(%)

Kebutuhan

Peningkata

n Aset(Rp.)

Tambahan Laba

ditahan (Rp.) EFN

Proyeksi Rasio

Utang-Ekuitas

0 0 44 -44 0,7

5 25 46,2 -21,2 0,77

10 50 48,4 1,6 0,84

15 75 50,6 24,4 0,91

20 100 52,8 47,2 0,98

25 125 55 70 1,05

Page 13: Pembahasan · Web viewUntuk menghasilkan pro forma laporan Rugi Laba, kita asumsikan bahwa total biaya akan terus berjalan pada level (Rp.800/1000 )= 80% dari penjualan. Dengan asumsi

Tambahan ke retained earning sama dengan Rp.44 ditambah dengan Rp.44 dikali tingkat

pertumbuhan.

Untuk tingkat pertumbuhan yang relatif rendah, PT.PQR akan menjalankan surplus dan

rasio Hutang dan Modal Sendirinya akan menurun. Tetapi tingkat pertumbuhan meningkat

sampai 10 persen, surplus menjadi berubah defisit. Lebih lanjut, ketika tingkat pertumbuhan

melebihi 20 persen, rasio Hutang dan Modal Sendirinya akan melewati nilai 1,0.

Kebijakan keuangan dan pertumbuhan

Berdasarkan pemaparan sebelumnya, sudah dinyatakan bahwa ada sebuah hubungan

langsung antara pertumbuhan dan pembiayaan eksternal. Dalam bagian ini, dua tingkat

pertumbuhan yang khususnya yang berguna dalam perencanaan jarak jauh.

Tingkat pertumbuhan internal, Tingkat Pertumbuhan pertama adalah pertumbuhan

maksimum yang dapatdiraih dengan tidak ada pembiayaan eksternal apapun. disebut

tingkat pertumbuhan internal karena ini adalah tingkat perusahaan dapat

mempertahankan dengan mengandalkan pembiayaan internal. Dalam gambar 4.1, tingkat

pertumbuhan internal ini diwakili oleh titik mana dua garis bertemu..Pada titik ini.

peningkatan penambahan aset yang diperlukan dalam aset adalah persis sama dengan

penambahan untuk dipertahankan penghasilan, dan kebutuhan pertumbuhan external ( external financing needed) adalah nol. Hal ini terjadi ketika pertumbuhan angka ini sedikit

kurang dari 10 persen. dengan sedikit perhitungan matematis, maka dapat didefinisikan

tingkat pertumbuhan ini t =

Tingkat Pertumbuhan Internal (Internal Growth Rate) = (ROA x b)/1-ROA x b

di sini, ROA adalah laba atas aset (Return on Aset), dan b adalah ratio retensi, rasio yang

melihat dana ditanamkan kembali ke perusahaan.

Untuk perusahaan PT.PQR laba bersihnya sebesar Rp. 66 and total asetnya adalah Rp.500,

Sehingga ROA adalah Rp.66/Rp.500= 13.2%. Dari Laba bersih sebesar Rp.66, Rp.44

2017 13 Manajemen Keuangan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningBasharat Ahmad, SE, MM http://www.mercubuana.ac.id

Page 14: Pembahasan · Web viewUntuk menghasilkan pro forma laporan Rugi Laba, kita asumsikan bahwa total biaya akan terus berjalan pada level (Rp.800/1000 )= 80% dari penjualan. Dengan asumsi

adalah bagian laba yang ditanamkan kembali ke perusahaan, jadi plowback ratio adalah

Rp.44/Rp.66= 2/3. Dengan hasil ini, dapat menghitung Tingkat Pertumbuhan Internal

(Internal Growth Rate):

Tingkat Pertumbuhan Internal (Internal Growth Rate): (ROA x b)/ 1- ROA x b

0.132x(2/3)/ 1- .132x (2/3) = 9.65 %

Dengan demikian, perusahaan PT.PQR dapat memperluas atau ekspansi di tingkat

maximun 9.65 % per tahun tanpa pengeluaran pembiayaan external.

Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate), Jika perusahaan PT.PQR

berharap untuk berkembang lebih cepat dari 9,65% pertahun, maka pembiayaan eksternal

harus diatur atau diadakan. Pembahasan tentang Tingkat Pertumbuhan yang sustain

(Sustainable Growth Rate) adalah tingkat pertumbuhan maksimal oleh sebuah perusahaan

dengan tidak ada pembiayaan dari ekuitas (Modal Sendiri) tapi tetap mempertahankan rasio

utang-ekuitas tersebut sama.

Untuk Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate ) perushaan PT.PQR

adalah kira-kira 20 persen karena rasio utang-ekuitas dekat 1.0 pada tingkat pertumbuhan

tersebut.

Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate): ( ROE x b)/ 1 – ROE x b

Perhitungan ini identik dengan tingkat pertumbuhan interna, kecuali rasio profitabilitas yang

digunakan adalah ROE bukan ROA.l

Untuk perusahaan PT.PQR, Laba bersihnya adalah Rp.66 dan totl ekuitasnya Rp.250,

dengan demikian ROEnya Rp.66/Rp.250 = 26.4 %, sedangkan Plowback rationnya adalah,

b, tetap 2/3, jadi Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate) sebagai

berikut :

Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate ) : ROE x b/ 1-ROExb

0.264x (2/3)/ 0.264x (2/3) : 21,36%

Dengan demikian, perusahaan PT.PQR dapat memperluas usahanya atau ekspansi pada

tingkat maximal sebesar 21.36 persen pertahun tanpa pembiayaan ekuitas dari pihak

eksternal.

Determinan dari Pertumbuhan (Determinants of Growth)

2017 14 Manajemen Keuangan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningBasharat Ahmad, SE, MM http://www.mercubuana.ac.id

Page 15: Pembahasan · Web viewUntuk menghasilkan pro forma laporan Rugi Laba, kita asumsikan bahwa total biaya akan terus berjalan pada level (Rp.800/1000 )= 80% dari penjualan. Dengan asumsi

Diketahui bahwa ROE ( Return on Equity) bisa disusun dari berbagai komponen

menggunakan persamaan Du Pont Karena ROE sangat menonjol dalam menentukan

tingkat pertumbuhan yang berkelanjutan, jelas bahwa factor penting yang menentukan ROE

juga penting menentukan pertumbuhan

ROE = Profit margin X Total Asset turnover X Modal Sendiri Multiplier

Disini dapat melihat, apapun yang menambah ROE akan menambah tingkat pertumbuhan

yang berkelanjutan dengan cara membuat pembilang semakin besar dan penyebut semakin

kecil. Meningkatkan plowback ratio juga akan menimbulkan efek yang sama. Jikalau

semuanya disatukan dapat diketahui bahwa kemampuan perusahaan menopang

pertumbuhan berdasarkan 4 faktor berikut ini :

1. Profit Margin : Penambahan profit margin akan meningkatkan kemampuan perusahaan

untuk menghasilkan dana secara internal serta meningkatkan pertumbuhan yang sustain

atau dipertahankan.

2. Devidend Policy : Pengurangan persentase laba bersih yang dibayarkan untuk deviden

akan meningkatkan retention ratio. Hal ini akan menghasilkan ekuitas secara internal

dan meningkatkan pertumbuhan sustain atau dipertahankan.

3. Financial Policy : Peningkatan pada Hutang-Modal Sendiri ratio akan meningkatkan

leverage keuangan perusahaan. Karena ini membuka peluang tambahan hutang, maka

tentu saja tingkat pertumbuhan yang sustain juga akan meningkat.

4. Total Asset Turnover : Peningkatan pada total asset turnover perusahaan akan

meningkatkan penjualan dihasilkan untuk setiap rupiah aset. Ini akan mengurangi

kebutuhan perusahaan akan aset baru sehingga ada pertumbuhan penjualan dan

bagaimanapun akan meningkatkan tingkat pertumbuhan yang sustain. Ingat, bahwa

peningkatan total asset turnover sama saja mengurangi intensitas modal

2017 15 Manajemen Keuangan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningBasharat Ahmad, SE, MM http://www.mercubuana.ac.id

Page 16: Pembahasan · Web viewUntuk menghasilkan pro forma laporan Rugi Laba, kita asumsikan bahwa total biaya akan terus berjalan pada level (Rp.800/1000 )= 80% dari penjualan. Dengan asumsi

Daftar Pustaka1. Stephen A. Ross, Randolph W. Westerfield, Jeffrey Jaffe (2010), Corporate

Finance,9th edition, Mc Graw Hill, Singapore

2. Suad Husnan, Eny Pudjiastuti (2012), Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi 6,

UPP STIM YKPN, Yogyakarta

2017 16 Manajemen Keuangan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningBasharat Ahmad, SE, MM http://www.mercubuana.ac.id