pembahasan · web viewuntuk menghasilkan pro forma laporan rugi laba, kita asumsikan bahwa total...
TRANSCRIPT
MODUL PERKULIAHAN
Manajemen KeuanganPerencanaan Keuangan Jangka Panjang Perusahaan
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Ekonomi dan Bisnis Manajemen 04 84008 Basharat Ahmad, SE, MM
Abstract KompetensiMateri ini mencakup Perencanaan Keuangan Model Perencanaan Keuangan Pendekatan Presentase Penjualan Pendanaan dan Pertumbuhan
Setelah mempelajari materi ini diharapkan siswa: Mampu melakukan perencanaan
keuangan jangka panjang terkait dengan pertumbuhan perusahaan
PembahasanPerencanaan Keuangan dan Pertumbuhan Perusahaan
Modul ini berkaitan erat dengan materi pada sesi 3 analisa laporan keuangan yaitu: analisa
laporan keuangan. Analisa laporan keuangan bertujuan untuk melihat kondisi perusahaan
saat ini atas dasar penilaian kegiatan di masa lalu. Sedangkan perencanaan keuangan
bertujuan untuk melihat proyeksi (rencana keuangan di maasa yang akan datang) atas
dasar kondisi keuangan saat ini.
Tujuan Perencanaan Jangka Panjang
Adapun tujuan perencanaan jangka panjang adalah:
1. Memperkirakan kebutuhan dana pada periode yang akan datang
2. Memperkirakan kondisi keuangan di masa yang datang
A. Perencanaan Keuangan dan Pertumbuhan Perusahaan
Keberhasilan sebuah perusahaan dapat terlihat dari kemampuan para pengelola atau pihak
manajemen perusahaan memanfaatkan peluang secara maksimal sehingga menghasilkan
return (imbal hasil) sesuai yang diharapkan, itulah sebabnya tugas yang utama dari
pengelola atau pihak manajemen perusahaan adalah merencanakan masa depan
perusahaan agar semua peluang atau kemungkinan yang diprediksi dapat diambil dan
direalisasikan.
Pada dasarnya sebuah perencanaan tentang masa depan merupakan perencanaan jangka
panjang, itulah sebabnya dibutuhkan sebuah koordinasi yang padu tentang perencanaan
jangka panjang dari berbagai fungsi dalam perusahaan. Dalam hal perencanaan keuangan
jangka panjang perusahaan dibutuhkan unsur-unsur dasar dari kebijakan keuangan
perusahaan, membaginya menjadi 4 (empat) unsur yakni:
1. Perusahaan membutuhkan investasi pada asset-aset baru: Unsur ini akan timbul dari
peluang-peluang investasi yang dipilih untuk dilaksanakan perusahaan dan merupakan
hasil dari keputusan penganggaran modal perusahaan.
2. Tingkat Leverage keuangan yang dipilih untuk dipergunakan : Hal ini akan menentukan
jumlah pinjaman yang akan digunakan oleh perusahaan untuk mendanai investasinya
pada asset riil. Hal ini adalah kebijakan struktur modal perusahaan.
2017 2 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningBasharat Ahmad, SE, MM http://www.mercubuana.ac.id
3. Jumlah kas yang dirasakan perusahaan perlu dan layak untuk dibayarkan kepada
pemegang saham: hal ini ada kebijakan dividen perusahaan.
4. Jumlah likuiditas dan modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dalam operasi sehari-
hari: Ini adalah keputusan modal kerja bersih perusahaan.
Adapun proses perencanaan keuangan adalah merupakan kegiatan perencanaan keuangan
yang memperkirakan posisi dan kondisi keuangan di masa depan, sehingga dalam
menyusun rencana keuangan tersebut dipergunakan serangkaian skenario yang
merupakan asumsi terhadap kemungkinan terjadinya kondisi di masa depan. Adapun
serangkaian skenario masa depan tersebut biasanya dibagi dalam 3 (tiga) kondisi:
1. Kondisi Terburuk (Worst Condition): Kondisi ini merupakan kondisi yang diperkirakan
terjadi ketika situasi perusahaan dan perekonomian sedang berada dalam situasi yang
sulit sehingga angka-angka yang dipakai dalam perencanaan adalah angka-angka yang
pesimistis.
2. Kondisi Normal (Normal Condition): Kondisi ini merupakan kondisi dimana dianggap
situasi perusahaan dan perekonomian yang biasa terjadi dan berjalan seperti
sebelumnya.
3. Kondisi Terbaik (Best Condition): Kondisi ini merupakan kondisi ketika situasi
perusahaan atau perekonomian sedang berada dalam situasi terbaiknya sehingga
angka –angka yang dipakai dalam perencanaan adalah angka –angka yang optimistik.
B. Model Perencanaan Keuangan
Ketika sebuah perencanaan keuangan dibuat maka rencana tersebut juga akan
memasukkan laporan keuangan yakni neraca, laporan laba-rugi sebagai bagian dari
perencanaan yang dibuat, adapun laporan keuangan ini disebut juga laporan keuangan pro
forma ( “dalam bentuk”) . Jadi dalam hal ini laporan keuangan pro forma ini akan
memasukkan serangkaian kemungkinan atau skenario yang terjadi di masa depan,
sehingga laporan keuangan pro forma merupakan output dari model perencanaan
keuangan.
Andaikan seseorang memberikan data proyeksi penjualan yang sudah diperkirakan maka
model perencanaan keuangan akan menyediakan laporan keuangan berupa neraca dan
laba rugi yang dihasilkan berdasarkan data proyeksi penjualan tersebut. Disini, data
2017 3 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningBasharat Ahmad, SE, MM http://www.mercubuana.ac.id
proyeksi penjualan yang sudah diperkirakan tersebut menjadi “penggerak (driver)” yang
artinya data proyeksi penjualan ini akan diberikan terlebih dahulu, lalu data proyeksi laporan
keuanganitu akan dihitung berdasarkan atas data tersebut.
Bisa saja, angka proyeksi penjualan akan diberikan dalam bentuk tingkat pertumbuhan
dalam penjualan, hal ini tidaklah menjadi persoalan karena perhitungan proyeksi penjualan
akan diketahui setelah diketahui tingkat pertumbuhannya. Sesudah dilakukan serangkaian
skenario, maka yang teRp.enting disini bukanlah proyeksi penjualan harus tepat tetapi
bagaimana hubungan atau keterkaitan antara investasi dan kebutuhan pendanaan pada
berbagai kemungkinan tingkat penjualan dapat diketahui untuk dipelajari agar dapat
dilakukan keputusan-keputusan strategis dan berdampak jangka panjang.
Model Sederhana dari Perencanaan Keuangan
Adapun sebuah contoh dari model perencanaan keuangan sederhana sebagai berikut :
PT. XYZ
Laporan Keuangan
Laporan Rugi Laba Neraca
Penjualan Rp.1000 Aset Rp. 500 Hutang Rp.250
Biaya 800
Modal
Sendiri Rp.250
Laba bersih Rp.200 Total Rp.500 Total Rp.500
Perencanaan keuangan PT.XYZ berasumsi bahwa semua variabel terikat pada penjualan
dan hubungan yang sekarang adalah optimal. Artinya semua item akan berkembang dengan
persentase yang sama dengan penjualan. Misalkan penjualan meningkat 20 persen dari
Rp.1000 menjadi Rp.1200. Perencana juga akan meramalkan bahwa terdapat peningkatan
biaya sebesar 20 persen, dari Rp. 800 menjadi Rp.800X1,2=Rp.960. Laporan Pro forma
akan menjadi:
Pro Forma
Laporan Laba Rugi
Penjuala
n Rp. 1200
Biaya 960
2017 4 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningBasharat Ahmad, SE, MM http://www.mercubuana.ac.id
Laba bersih Rp. 240
Asumsi bahwa seluruh variabel akan meningkat sebesar 20 persen, membuat kita juga
dapat membuat neraca pro forma.
Pro Forma Neraca
Aset Rp.600(+100) Hutang Rp. 300(+50)
Modal
Sendiri 300(+50)
Total Rp.600(+100) Total Rp.600 (+100)
Sekarang kita harus merekonsiliasi kedua pro forma. Contohnya dapatkah Laba bersih
sama dengan Rp.240 dan Modal Sendiri meningkat hanya Rp.50? Jawabannya adalah
bahwa PT.XYZ harus membayar perbedaan sebesar Rp.240-Rp.50=Rp.190,kemungkinan
sebagai dividen. Dalam kasus ini dividen adalah plug variable.
Misalkan PT.XYZ tidak membayar Rp.190 tersebut. Dalam kasus ini, tambahan ke Laba
ditahan adalah sejumlah Rp.240. Pos Modal Sendiri PT.XYZ akan bertambah menjadi
Rp.490(Rp.250 sebagai starting income+Rp.240 sebagai net income), dan hutang harus
dilunasi untuk menjaga jumlah asset tetap Rp.600.
Dengan Rp.600 di total Aset and Rp.490 di Modal Sendiri, maka Hutang harus Rp.600-
Rp.490=Rp.190. Karena saldo awal Hutang adalah Rp.250, maka PT.XYZ harus melunasi
hutang sebesar Rp.250-Rp.110=Rp.140. Maka neraca pro forma akan menjadi:
Pro Forma Neraca
Aset $600(+100) Hutang $ 110(-140)
Modal
Sendiri 490(+240)
Total $600(+100) Total $600 (+100)
C. Pendekatan Persentase Penjualan (The Percentage of PenjualanApproach)
Pada bagian sebelumnya, kita mendisikripsikan sebuah model perencanaan yang simple
dimana persentase semua pos meningkat secara bersamaan dengan persentase penjualan.
2017 5 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningBasharat Ahmad, SE, MM http://www.mercubuana.ac.id
Pada bagian ini, akan dijelaskan tambahan atau perluasan dari model sederhana yang
sebelumnya. Prinsip dasarnya adalah untuk memisahkan Laporan Rugi-Laba dan Neraca
menjadi 2 grup, dimana yang satu langsung terkait penjualan dan yang satunya tidak
langsung terkait. Jika suatu ramalan penjualan ditetapkan,maka akan dapat mengitung
berapa banyak dana yang dibutuhkan perusahaan untuk menopang prediksi tingkat
penjualan.
Laporan Laba Rugi (The Income Statement)
Contoh:
PT.PQR telah memproyeksikan 25% peningkatan dalam Penjualan untuk tahun yang akan
datang, jadi mengantisipasi penjualan sejumlah Rp.1000 x 1.25 = Rp.1250. Untuk
menghasilkan pro forma laporan Rugi Laba, kita asumsikan bahwa total biaya akan terus
berjalan pada level (Rp.800/1000 )= 80% dari penjualan. Dengan asumsi ini, pro forma
laoran Rugi Laba PT.PQR ditampilkan pada tabel 4.2. Konsekwensi dari mengasumsikan
bahwa biaya itu memiliki persentase yang konstan dengan Penjualan adalah profit margin
itu akan konstan. Untuk memeriksanya,profit marginnya Rp.132/1000 = 13.2%. Di pro forma
milik PT.PQR, profit marginnya Rp.165/1250 = 13.2%, jadi itu tidak berubah.
Selanjutnya, kita butuh memproyeksikan pembayaran dividen. Jumlahnya tergantung pihak
manajemen PT.PQR. Kita akan mengasumsikan PT.PQR memiliki kebijakan untuk
membayar dividen secara tunai.
PT.PQR
Laporan Laba Rugi
Penjualan Rp. 1,000
Biaya-biaya Rp. 800
Laba kena pajak Rp. 200
Pajak (34%) Rp. 68
Laba bersih Rp. 132
Dividend Rp. 44
Tambahan Laba ditahan Rp. 88
PT.PQR
Laporan Laba Rugi Pro Forma
Penjualan(proyeksi) Rp. 1,250
Costs (80% dari penjualan) Rp. 1,000
2017 6 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningBasharat Ahmad, SE, MM http://www.mercubuana.ac.id
Laba kena pajak Rp. 250
Pajak (34%) Rp. 85
Laba bersih Rp. 165
Untuk sebagian besar dari tahun sekarang, dividend payout ratio adalah :
Dividend payout ratio = Cash Dividens/Net Income
= Rp.44/132 = 33 1/3%
Kita juga dapat menghitung ratio dari tambahan laba ditahan terhadap laba bersih :
Tambahan Laba ditahan/Laba ditahan = Rp.88/132 = 66 2/3%
Ratio ini biasa disebut dengan retention ratio atau plowback ratio, dan itu sama dengan 1
dikurangi dengan dividend payout ratio, karena sisa yang tidak dibayarkan menjadi laba
yang ditahan. Dengan asumsi bahwa payout ratio konstan, berikut ini adalah proyeksi
dividen dan tambahan pada Laba yang ditahan:
Proyeksi dividen untuk pemegang saham= Rp.165X1/3= Rp. 55
Proyeksi tambahan Laba yang ditahan =Rp.165X2/3 =Rp.110
Rp.165
Neraca
Pada bagian aset, maka persediaan sama dengan 60% dari Penjualan (Rp.600/1000) untuk
akhir tahun. Kita asumsikan persentase diaplikasikan untuk tahun yang akan datang, jadi
setiap peningkatan Rp.1,- dalam penjualan, persaediaan akan naik sebesar Rp..60. Ratio
dari total assets kepada penjualan untuk akhir tahun adalah Rp.3000/1000 = 3, atau 300%.
Ratio dari total assets kepada penjualan itu disebut sebagai capital intensity ratio.Itu
memberitahukan bahwa jumlah asset yang dibutuhkan untuk menghasilkan Rp.1 pada
penjualan. Jadi semakin tinggi ratio nya, semakin tinggi capital intensity dalam suatu
perusahaan.
2017 7 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningBasharat Ahmad, SE, MM http://www.mercubuana.ac.id
Rp Persentase Rp Persentase (juta) terhadap (juta) terhadap
Penjualan Penjualan
Aset lancar Kewajiban lancar
Kas 160 16 Utang dagang 300 30% Piutang dagang 440 44 Wesel bayar 100 n/a
Persediaan 600 60 Total 400 n/a
Total 1200 120 Utang jangka panjang 800
Aset tetap Ekuitas pemegang saham Pabrik dan Peralatan bersih 1800 180 Saham biasa dan modal disetor 800 n/a
Saldo laba ditahan 1000 n/a Total 1800 n/a
Total Aset 3000 300% Total kewajiban dan ekuitas pemilik 3000 n/a
NeracaAset Kewajiban dan Ekuitas
Selanjutnya disusunlah neraca pro forma untuk PT.PQR. Lakukan dengan menggunakan
persentase-persentase yang dihitung guna menghitung jumlah yang diproyeksikan. Perlu
diperhatikan, untuk pos-pos yang tidak bergerak langsung mengikuti penjualan, sumsi
awalnya tidak ada perubahan dan hanya menulis saldo aslinya. Dari neraca diatas bahwa
aset diproyeksikan naik sebesar Rp.750. Tetapi tanpa pendanaan tambahan, kewajiban dan
ekuitas (modal sendiri) hanya mengalami kenaikan Rp.185 sehingga terjadi kekurangan
sebesar Rp.750-185= Rp 565. Ini disebut kebutuhan pendanaan eksternal (EFN= External
Financing Needed)
Tahun ini Perubahan Tahun ini Perubahan
Rp dari Tahun Rp dari Tahun(Juta) lalu (JutaRp) (juta) lalu ( Juta Rp)
Aset lancar Kewajiban lancar
Kas 200 40 Utang dagang 375 75 Piutang dagang 550 110 Wesel bayar 100 0
Persediaan 750 150 Total 475 75
Total 1500 300 Utang jangka panjang 800 0
Aset tetap Ekuitas pemegang saham
Pabrik dan Peralatan bersih 2250 450 Saham biasa dan modal disetor 800 0
Saldo laba ditahan 1110 110 Total 1910 110
Total Aset 3750 750 Total kewajiban dan ekuitas pemilik 3185 185
Kebutuhan pendanaan eksternal 565 565
Neraca Pro Forma ParsialAset Kewajiban dan Ekuitas
SKENARIO KHUSUS (A PARTICULAR SCENARIO)
Model prencanaan finansial ini mengingatkan pada humor tentang berita bagus danberita
buruk. Berita bagusnya, Perusahaan ternyata mampu memproyeksikan kenaikan penjualan
25%. Berita buruknya adalah hal itu tidak mungkin terjadi kecuali PT.PQR entah dengan
cara bagaimana harus mencari pembiayaan sebesar Rp.565.
2017 8 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningBasharat Ahmad, SE, MM http://www.mercubuana.ac.id
misalkan perusahaan ini punya tujuan tidak mau meminjam sedikitpun untuk dana tambahan
dan tidak mau menjual ekuitas baru, maka kenaikan 25% mungkin tidak bisa dilakukan. Bila
kita menambahkan Rp.565 sebagai pendanaan yang baru maka PT.PQR mempunyai 3
sumber yang memungkinkan: Pinjaman jangka pendek, Pinjaman jangka panjang, dan
Ekuitas baru. Jadi, ini tergantung dari keputusan manajemen.
Misalnya PT.PQR memutuskan untuk meminjam dana yang butuhkan, dalam kasus ini
perusahaan dapat memilih untuk meminjam sebagian pinjaman jangka panjang dan
sebagian lagi pinjaman jangka pendek. Contohnya, aset lancar (current asset ) bertambah
Rp.300 dimana current kewajiban (liabilities) hanya bertambah Rp.75. PT.PQR juga dapat
meminjam Rp.300-Rp.75=Rp.225 sebagai pinjaman jangka pendek. Dengan Rp.565 yang
dibutuhkan maka sisa Rp.565-Rp.225= Rp.340 bisa didapatkan dengan pinjaman jangka
panjang.
Tahun ini Perubahan Tahun ini PerubahanRp dari Tahun Rp dari Tahun
(juta) lalu ( Juta Rp) (Juta) lalu ( JutaRp)
Aset lancar Kewajiban lancar
Kas 200 40 Utang dagang 375 75 Piutang dagang 550 110 Wesel bayar 325 225
Persediaan 750 150 Total 700 300
Total 1500 300 Utang jangka panjang 1140 340
Aset tetap Ekuitas pemegang saham
Pabrik dan Peralatan bersih 2250 450 Saham biasa dan modal disetor 800 0
Saldo laba ditahan 1110 110 Total 1910 110
Total Aset 3750 750 Total kewajiban dan ekuitas pemilik 3750 750
Aset Kewajiban dan Ekuitas
Neraca Pro Forma
SKENARIO ALTERNATIF (AN ALTERNATIVE SCENARIO )Asumsi bahwa asset merupakan presentase tetap dari penjualan adalah benar, tapi
mungkin saja tidak cocok dalam beberapa kondisi riil yang terjadi. Khususnya jika
mengasumsikan PT.PQR menggunakan 100 persen kapasitas karena setiap peningkatan
pada penjualan mengarah pada peningkatan fixed assets. Bagi sebagian bisnis, mungkin
akan terjadi sedikit kelonggaran atau kelebihan kapasitas, dan produksi mungkin bisa
bertambah dengan menjalankan shift tambahan.
.
Jika kita mengasumsikan bahwa PT.PQR beroperasi pada 70% dari keseluruhan kapasitas,
maka kebutuhan dana eksternal akan sedikit berbeda. Ketika dikatatakan “ 70 persen dari
kapasitas”, hal ini bermaksud bahwa level penjualan saat ini 70 persen dari keseluruhan
kapasitas
2017 9 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningBasharat Ahmad, SE, MM http://www.mercubuana.ac.id
Penjualan saat ini: Rp.1000 = 70 X Kapasitas penuh
Penjualan dengan kapasitas penuh: Rp.1000/70 = Rp.1429
Ini memberitahukan bahwa penjualan naik hampir 43 persen dari Rp.1000 menjadi Rp.1429
sebelum sedikitpun aset tetap dibutuhkan.
Pada skenario sebelumnya, diasumsikan bahwa penambahan aset tetapRp.450 sangat
dibutuhkan. Sedangkan di skenario yang sekarang, tidak ada aset tetap yang dibutuhkan
karena penjualan hanya diproyeksikan hanya menjadi Rp.1250 yang mana kurang dari
Rp.1429 sebagai level kapasitas penuh. Hasilnya, estimasi awal sebesar Rp.565 pada dana
eksternal dinilai terlalu tinggi. Kita berasumsi bahwa Rp.450 pada aset tetap baru
dibutuhkan. Padahal tidak ada penggunaan dari aset baru tetap dibutuhkan. Sehingga bila
beroperasi pada 70 persen kapasitas, maka hanya memerlukan Rp.115 (Rp.565-Rp.450)
pada dana eksternal.
D. Pendanaan dan Pertumbuhan Eksterna (External Financing and Growth) Kebutuhan pendanaan eksternal dan pertumbuhan berhubungan.Semakin tinggi tingkat
pertumbuhan penjualan atau assets, maka semakin besar pula pendanaan eksternal yang
dibutuhkan. Bila pada bagian sebelumnya kita tinggal menentukan pendanaan eksternalnya
saja, maka pada bagian ini kita akan mencari tahu hubungan antar kebijakan finansial dan
kemampuan perusahaan untuk mendanai investasi baru dan pertumbuhannya.
EFN dan Pertumbuhan (EFN and Growth)Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengadakan hubungan antara EFN dan Growth.
Untuk melakukannya kita akan menunjukan income statement singkat dan neraca dari
PT,PQR pada table 4.6
tabel 4.6PT,PQR
Laporan Rugi Laba
Penjualan Rp. 500
Biaya Rp. 400
Laba kena pajak Rp. 100
Pajak (34%) Rp. 34
Laba bersih Rp. 66
2017 10 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningBasharat Ahmad, SE, MM http://www.mercubuana.ac.id
Deviden Rp. 22
Tambahan Laba ditahan Rp. 44
PT.PQR
Neraca
Asset Kewajiban
Rp.Percentage of
SalesRp.
Percentag
e of Sales
Aset lancar
20
0 40% Total Hutang
25
0 n/a
Aktiva Tetap bersih
30
0 60% Modal Sendiri
25
0 n/a
Total Asset
50
0 100%
Total Kewajiban and
Modal Sendiri
50
0 n/a
PT.PQR memperkirakan level penjualan tahun depan sebesar Rp. 600, meningkat Rp. 100.
Diketahui bahwa persentase kenaikan penjualan sebesar 20% maka pada tabel 4.7
mengilustrasikan dengan tingkat pertumbuhan 20%, PT.PQR membutuhkan penambahan
Rp.100 pada asset baru (dianggap kapasitas penuh). Proyeksi penambahan pada laba yang
ditahan adalah Rp. 52.8, maka EFN nya adalah Rp.100 - 52.8 = Rp.47.2
tabel 4.7
PT.PQR
Pro-Forma Income Statement
Penjualan(projected) Rp. 600.0
Biaya (80% of Sales) Rp. 480.0
Laba kena pajak Rp. 120.0
Pajak(34%) Rp. 40.8
Laba bersih Rp. 79.2
Devidend Rp. 26.4
Tambahan Laba yang ditahan Rp. 52.8
Neraca PT PQR
2017 11 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningBasharat Ahmad, SE, MM http://www.mercubuana.ac.id
Aset Liabilities
Rp.Persentase
PenjualanRp.
Percentage
Penjualan
Aset Lancar 240 40% Total Hutang 250 n/a
Aktiva tetap
bersih 360 60% Modal Sendiri 302.8 n/a
Total Asset 600 100%
Total hutang
and Modal
Sendiri 552.8 n/a
EFN
(Kebutuhan
pendanaan dari
luar) 47.2 n/a
Tabel di atas menunjukkan EFN dari tingkat pertumbuhan yang berbeda. Proyeksi
tambahan ke Laba yang ditahan dan proyeksi ratio Hutang dan Modal Sendiri untuk setiap
scenario juga terdapat di tabel. Dalam menentukan rasio Hutang dan Modal Sendiri,
diasumsikan bahwa dana yang dibutuhkan adalah pinjaman, dan juga berasumsi bahwa
dana surplus digunakan untuk melunasi hutang. Lalu untuk pertumbuhan nol, utang
berkurang sebanyak Rp.44 dari Rp.250 menjadi Rp.206.. Pertambahan asset yang
dibutuhkan sama dengan aset asli sebanyak Rp.500 dikalikan dengan tingkat pertumbuhan.
2017 12 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningBasharat Ahmad, SE, MM http://www.mercubuana.ac.id
Proyeksi
Pertumbuhan
penjualan(%)
Kebutuhan
Peningkata
n Aset(Rp.)
Tambahan Laba
ditahan (Rp.) EFN
Proyeksi Rasio
Utang-Ekuitas
0 0 44 -44 0,7
5 25 46,2 -21,2 0,77
10 50 48,4 1,6 0,84
15 75 50,6 24,4 0,91
20 100 52,8 47,2 0,98
25 125 55 70 1,05
Tambahan ke retained earning sama dengan Rp.44 ditambah dengan Rp.44 dikali tingkat
pertumbuhan.
Untuk tingkat pertumbuhan yang relatif rendah, PT.PQR akan menjalankan surplus dan
rasio Hutang dan Modal Sendirinya akan menurun. Tetapi tingkat pertumbuhan meningkat
sampai 10 persen, surplus menjadi berubah defisit. Lebih lanjut, ketika tingkat pertumbuhan
melebihi 20 persen, rasio Hutang dan Modal Sendirinya akan melewati nilai 1,0.
Kebijakan keuangan dan pertumbuhan
Berdasarkan pemaparan sebelumnya, sudah dinyatakan bahwa ada sebuah hubungan
langsung antara pertumbuhan dan pembiayaan eksternal. Dalam bagian ini, dua tingkat
pertumbuhan yang khususnya yang berguna dalam perencanaan jarak jauh.
Tingkat pertumbuhan internal, Tingkat Pertumbuhan pertama adalah pertumbuhan
maksimum yang dapatdiraih dengan tidak ada pembiayaan eksternal apapun. disebut
tingkat pertumbuhan internal karena ini adalah tingkat perusahaan dapat
mempertahankan dengan mengandalkan pembiayaan internal. Dalam gambar 4.1, tingkat
pertumbuhan internal ini diwakili oleh titik mana dua garis bertemu..Pada titik ini.
peningkatan penambahan aset yang diperlukan dalam aset adalah persis sama dengan
penambahan untuk dipertahankan penghasilan, dan kebutuhan pertumbuhan external ( external financing needed) adalah nol. Hal ini terjadi ketika pertumbuhan angka ini sedikit
kurang dari 10 persen. dengan sedikit perhitungan matematis, maka dapat didefinisikan
tingkat pertumbuhan ini t =
Tingkat Pertumbuhan Internal (Internal Growth Rate) = (ROA x b)/1-ROA x b
di sini, ROA adalah laba atas aset (Return on Aset), dan b adalah ratio retensi, rasio yang
melihat dana ditanamkan kembali ke perusahaan.
Untuk perusahaan PT.PQR laba bersihnya sebesar Rp. 66 and total asetnya adalah Rp.500,
Sehingga ROA adalah Rp.66/Rp.500= 13.2%. Dari Laba bersih sebesar Rp.66, Rp.44
2017 13 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningBasharat Ahmad, SE, MM http://www.mercubuana.ac.id
adalah bagian laba yang ditanamkan kembali ke perusahaan, jadi plowback ratio adalah
Rp.44/Rp.66= 2/3. Dengan hasil ini, dapat menghitung Tingkat Pertumbuhan Internal
(Internal Growth Rate):
Tingkat Pertumbuhan Internal (Internal Growth Rate): (ROA x b)/ 1- ROA x b
0.132x(2/3)/ 1- .132x (2/3) = 9.65 %
Dengan demikian, perusahaan PT.PQR dapat memperluas atau ekspansi di tingkat
maximun 9.65 % per tahun tanpa pengeluaran pembiayaan external.
Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate), Jika perusahaan PT.PQR
berharap untuk berkembang lebih cepat dari 9,65% pertahun, maka pembiayaan eksternal
harus diatur atau diadakan. Pembahasan tentang Tingkat Pertumbuhan yang sustain
(Sustainable Growth Rate) adalah tingkat pertumbuhan maksimal oleh sebuah perusahaan
dengan tidak ada pembiayaan dari ekuitas (Modal Sendiri) tapi tetap mempertahankan rasio
utang-ekuitas tersebut sama.
Untuk Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate ) perushaan PT.PQR
adalah kira-kira 20 persen karena rasio utang-ekuitas dekat 1.0 pada tingkat pertumbuhan
tersebut.
Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate): ( ROE x b)/ 1 – ROE x b
Perhitungan ini identik dengan tingkat pertumbuhan interna, kecuali rasio profitabilitas yang
digunakan adalah ROE bukan ROA.l
Untuk perusahaan PT.PQR, Laba bersihnya adalah Rp.66 dan totl ekuitasnya Rp.250,
dengan demikian ROEnya Rp.66/Rp.250 = 26.4 %, sedangkan Plowback rationnya adalah,
b, tetap 2/3, jadi Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate) sebagai
berikut :
Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate ) : ROE x b/ 1-ROExb
0.264x (2/3)/ 0.264x (2/3) : 21,36%
Dengan demikian, perusahaan PT.PQR dapat memperluas usahanya atau ekspansi pada
tingkat maximal sebesar 21.36 persen pertahun tanpa pembiayaan ekuitas dari pihak
eksternal.
Determinan dari Pertumbuhan (Determinants of Growth)
2017 14 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningBasharat Ahmad, SE, MM http://www.mercubuana.ac.id
Diketahui bahwa ROE ( Return on Equity) bisa disusun dari berbagai komponen
menggunakan persamaan Du Pont Karena ROE sangat menonjol dalam menentukan
tingkat pertumbuhan yang berkelanjutan, jelas bahwa factor penting yang menentukan ROE
juga penting menentukan pertumbuhan
ROE = Profit margin X Total Asset turnover X Modal Sendiri Multiplier
Disini dapat melihat, apapun yang menambah ROE akan menambah tingkat pertumbuhan
yang berkelanjutan dengan cara membuat pembilang semakin besar dan penyebut semakin
kecil. Meningkatkan plowback ratio juga akan menimbulkan efek yang sama. Jikalau
semuanya disatukan dapat diketahui bahwa kemampuan perusahaan menopang
pertumbuhan berdasarkan 4 faktor berikut ini :
1. Profit Margin : Penambahan profit margin akan meningkatkan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan dana secara internal serta meningkatkan pertumbuhan yang sustain
atau dipertahankan.
2. Devidend Policy : Pengurangan persentase laba bersih yang dibayarkan untuk deviden
akan meningkatkan retention ratio. Hal ini akan menghasilkan ekuitas secara internal
dan meningkatkan pertumbuhan sustain atau dipertahankan.
3. Financial Policy : Peningkatan pada Hutang-Modal Sendiri ratio akan meningkatkan
leverage keuangan perusahaan. Karena ini membuka peluang tambahan hutang, maka
tentu saja tingkat pertumbuhan yang sustain juga akan meningkat.
4. Total Asset Turnover : Peningkatan pada total asset turnover perusahaan akan
meningkatkan penjualan dihasilkan untuk setiap rupiah aset. Ini akan mengurangi
kebutuhan perusahaan akan aset baru sehingga ada pertumbuhan penjualan dan
bagaimanapun akan meningkatkan tingkat pertumbuhan yang sustain. Ingat, bahwa
peningkatan total asset turnover sama saja mengurangi intensitas modal
2017 15 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningBasharat Ahmad, SE, MM http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka1. Stephen A. Ross, Randolph W. Westerfield, Jeffrey Jaffe (2010), Corporate
Finance,9th edition, Mc Graw Hill, Singapore
2. Suad Husnan, Eny Pudjiastuti (2012), Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi 6,
UPP STIM YKPN, Yogyakarta
2017 16 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningBasharat Ahmad, SE, MM http://www.mercubuana.ac.id