pembahasan visus

4
Pembahasan visus, refraksi dan koreksinya Pada praktikum didapatkan hasil OP OD 3/6, dan OS 3/6. Hal ini menandakan bahwa mata probandus mengalami penurunan tajam penglihatan dimana mata yang masih memiliki tajam penglihatan yang baik memiliki hasil 20/20 pada kedua mata. Gangguan optik yang dialami oleh OP yaitu kelainan refraksi yang disebut dengan ametrop (miopia, hipermetropia atau astigmat) untuk itu diperlukan koreksi menggunakan lensa sferis. Sebelum dilakukan koreksi menggunakan lensa, OP sebelumnya juga dilakukan uji pinhole. Penglihatan yang kabur karena gangguan refraksi (miopia, hipermetropia, atau astigmat) disebabkan oleh banyaknya berkas sinar yang tak terfokus masuk ke pupil dan mencapai retina, ini mengakibatkan terbentuknya bayangan yang tidak terfokus tajam. Pada uji pinhole dengan lubang kecil mencegah sebagian berkas cahaya tak terfokus yang memasuki mata, hanya sejumlah kecil berkas sejajar sentral yang mencapai retina sehingga dihasilkan bayangan yang lebih tajam. Dengan demikian OP dapat membaca huruf pada satu atau dua baris dari barisan huruf yang bisa terbaca saat memakai kacamata koreksi yang sesuai. Pada koreksi mata OP didapatkan OD : konkaf 4,5 silinder 0,5 visus 20/25, sedangkan OS : konkaf 4,5 silinder 0,5 didapatkan visus 20/30. 2,3,4 Pada permukaan lengkung seperti lensa, semakin besar kelengkungannya maka semakin besar derajat pembelokkan dan semakin kuat lensa. Pada mata memiliki permukaan konveks karena permukaan konveks menyebabkan konvergensi berkas sinar sehingga membawa berkas-berkas tersebut lebih dekat satu sama lain. Sedangkan permukaan konkaf membuyarkan berkas sinar atau divergensi sehingga lensa ini bermanfaat untuk

Upload: raynaldo-pinem

Post on 11-Nov-2015

225 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

FGFG

TRANSCRIPT

Pembahasan visus, refraksi dan koreksinyaPada praktikum didapatkan hasil OP OD 3/6, dan OS 3/6. Hal ini menandakan bahwa mata probandus mengalami penurunan tajam penglihatan dimana mata yang masih memiliki tajam penglihatan yang baik memiliki hasil 20/20 pada kedua mata. Gangguan optik yang dialami oleh OP yaitu kelainan refraksi yang disebut dengan ametrop (miopia, hipermetropia atau astigmat) untuk itu diperlukan koreksi menggunakan lensa sferis. Sebelum dilakukan koreksi menggunakan lensa, OP sebelumnya juga dilakukan uji pinhole. Penglihatan yang kabur karena gangguan refraksi (miopia, hipermetropia, atau astigmat) disebabkan oleh banyaknya berkas sinar yang tak terfokus masuk ke pupil dan mencapai retina, ini mengakibatkan terbentuknya bayangan yang tidak terfokus tajam. Pada uji pinhole dengan lubang kecil mencegah sebagian berkas cahaya tak terfokus yang memasuki mata, hanya sejumlah kecil berkas sejajar sentral yang mencapai retina sehingga dihasilkan bayangan yang lebih tajam. Dengan demikian OP dapat membaca huruf pada satu atau dua baris dari barisan huruf yang bisa terbaca saat memakai kacamata koreksi yang sesuai. Pada koreksi mata OP didapatkan OD : konkaf 4,5 silinder 0,5 visus 20/25, sedangkan OS : konkaf 4,5 silinder 0,5 didapatkan visus 20/30. 2,3,4Pada permukaan lengkung seperti lensa, semakin besar kelengkungannya maka semakin besar derajat pembelokkan dan semakin kuat lensa. Pada mata memiliki permukaan konveks karena permukaan konveks menyebabkan konvergensi berkas sinar sehingga membawa berkas-berkas tersebut lebih dekat satu sama lain. Sedangkan permukaan konkaf membuyarkan berkas sinar atau divergensi sehingga lensa ini bermanfaat untuk mengoreksi gangguan refraktif misalnya gangguan penglihatan dekat. Pada astigmatisme, kelengkungan kornea tidak rata sehingga berkas sinar mengalami refraksi yang tidak sama. Kemampuan refraktif kornea tidak dapat berubah karena kelengkungan kornea tidak pernah berubah, sebaliknya kemampuan refraktif lensa dapat diubah-ubah dengan mengubah kelengkungannya sesuai kebutuhan. 2Pertanyaan 13. Mengapa jarak baca harus 6 meter?Jawab: karena sinar yang berasal dari suatu titik pada jarak 6 meter, dapat di anggap sebagai sinar sinar sejajar, atau seolah olah berasal dari titik yang letaknya pada jarak tak terhingga di depan mata.Pertanyaan 14. Apabila pada pemeriksaan tersebut orang percobaan hanya mampu membaca lancar tanpa kesalahan pada baris huruf ditandai dengan angka 30 ft (9,14m) berapakah visus mata kanan OP?Jawab: visus kanan OP yaitu 20/30 Pertanyaan 15. Apakah dasar pembuatan optotip snellen?Jawab: Pembuatan optotipi snellen didasarkan pada pembuatan 25 buah kotak berbentuk bujur sangkar. Pada pemeriksaan tajam penglihatan dipakai kartu baca Snellen yang setiap hurufnya membentuk sudut 5 menit pada jarak tertentu sehingga huruf pada baris tanda 60, berarti huruf tersebut membentuk sudut 5 menit pada jarak 60 meter; dan pada baris tanda 30, berarti huruf tersebut membentuk sudut 5 menit pada jarak 30 meter. Huruf pada baris tanda 6, berarti huruf tersebut membentuk sudut 5 menit pada jarak 6 meter, sehingga huruf ini pada orang normal akan dapat dilihat dengan jelas1,3,4.

Pertanyaan 16. A. Dapatkah visus seseorang lebih dari 6/6?Jawab: iya.

Pertanyaan 16. B. Mengapa mata hipermetrop dapat mempunyai visus6/6?Jawab: pada mata hipermetrofi cahaya yang jatuh berada dibelakang retina. Dengan akomodasi, titik pembiasan yang seharusnya dibelakang retina dapat digeser ke depan, sehingga jatuhnya tepat pada retina.

Pertanyaan 17. Jika sekarang visusya ternyata lebih kecil apakah kesimpulan saudara?Jawab: mata normal atau emetrop

Pertanyaan 18. Bila visusnya ternyata 6/6, bahkan OP merasa melihat lebih jelas, apakah kesimpulan saudara?Jawab: OP mengalami hipermetrop.Pertanyaan 19. Jika visus mata kanan OP tanpa lensa lebih kecil dari 6/6, kelainan refraksi apa yang mungkin dijumpai selain miopia?Jawab: OP mengalami Hipermetrop dengan daya akomodasi yang berkurang. Pertanyaan 20.Bila pada orang tua diperoleh visus tanpa lensa lebih kecil dari 6/6, maka kelainan refraksi apa yang mungkin dijumpai pada orang tersebut?Jawab: orang tua tersebut mengalami Hipermetrop berat.Pertanyaan 21. Apakah pada orang tua dapat diperoleh visus 6/6? Bagaimana keterangannya?Jawab: Dapat, apabila daya bias susunan optiknya (kornea, humor aqueous, lensa & humor vitreus) normal.

Daftar pustaka :

1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi Keempat. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011.2. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC. 2006.hal 213-2203. Vaughan and Asbury. Oftamologi Umum/ Paul Riordan-Eva, Jhon P. Whitcher. Edisi 17. Jakarta : EGC. 2009. Hal 389-4074. Vaughan and Asbury. Oftamologi Umum/ Paul Riordan-Eva, Jhon P. Whitcher. Edisi 17. Jakarta : EGC. 2009. Hal 389-407