pembahasan new

10
BAB 4. PEMBAHASAN Pada seminar kali ini, kelompok mengambil kasus di ruang Mawar pada tanggal 11 Mei 2015, dimana format askep yang digunakan berupa asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai pada evaluasi. Pengkajian dilakukan secara mendetail mulai dari keluahan utama, riwayat penyakit keluarga, dahulu hingga pada pola kebiasaan klien. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium juga dikaji. Pada kesempatan kali ini, kami mengambil kasus pasien dengan osteomielitis. Osteomielitis merupakan suatu penyakit infeksi yang terjadi pada tulang. Lokasi paling sering adalah femur dan tibia. Pada daerah humerus dan pinggul jarang terkena osteomielitis. Infeksi ini terjadi melalui 3 cara, yaitu aliran darah, penyebaran secara langsung dan infeksi dari jaringan lunak di dekatnya. Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes. Selain itu, pasien yang menderita atritis reumatoid, telah dirawat lama dirumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi

Upload: yanuar-pranata

Post on 25-Jan-2016

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pembahsan

TRANSCRIPT

Page 1: Pembahasan New

BAB 4. PEMBAHASAN

Pada seminar kali ini, kelompok mengambil kasus di ruang Mawar pada

tanggal 11 Mei 2015, dimana format askep yang digunakan berupa asuhan

keperawatan mulai dari pengkajian sampai pada evaluasi. Pengkajian dilakukan

secara mendetail mulai dari keluahan utama, riwayat penyakit keluarga, dahulu

hingga pada pola kebiasaan klien. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium

juga dikaji. Pada kesempatan kali ini, kami mengambil kasus pasien dengan

osteomielitis.

Osteomielitis merupakan suatu penyakit infeksi yang terjadi pada tulang.

Lokasi paling sering adalah femur dan tibia. Pada daerah humerus dan pinggul jarang

terkena osteomielitis. Infeksi ini terjadi melalui 3 cara, yaitu aliran darah, penyebaran

secara langsung dan infeksi dari jaringan lunak di dekatnya. Pasien yang beresiko

tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia,

kegemukan, atau penderita diabetes. Selain itu, pasien yang menderita atritis

reumatoid, telah dirawat lama dirumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka

panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang, atau sedang

mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama,

mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nekrosis insisi marginal atau

dehisensi luka atau memerlukan evakuasi hematoma.

Berdasarkan pada pengakajian yang dilakukan pada tanggal 11 Mei 2015, Tn.

D mengalami keluhan utama yaitu kaki pada paha sebelah kanan terdapat luka

berbau, nyeri, dan bengkak. Karakteristik nyeri yang dirasakan oleh Tn.D yaitu P

(precipate): nyeri terasa tajam; Q (quality): nyeri tajam seperti disayat; R (region):

nyeri menyebar di sepanjang paha kanan, bertambah buruk bila ada pergerakan, ada

sentuhan; S (skala): skala nyeri 9; dan T (time): nyeri timbul ketika dilakukan

perawatan luka atau disentuh.

Page 2: Pembahasan New

Tn.D mengalami kecelakaan di gudang ikan tempatnya bekerja pada tanggal

15 April 2015, klien terpeleset dan jatuh masuk ke kotak tempat penyimpanan ikan

setelah itu paha kaki kanannya bengkak namun tidak diobati. Tiga hari kemudian saat

klien bekerja klien kembali terpeleset di gudang yang licin, sehingga kakinya menjadi

semakin bengkak. Setelah kejadian tersebut klien memeriksakan kondisinya ke dukun

pijat, oleh dukun paha kaki kanannya dipijat dengan minyak oles lalu dibebat. Empat

hari kemudian tanggal 22 April 2015 paha kaki kanannya yang bengkak tersebut

meletus dan mengeluarkan cairan dan nanah.

Osteomielitis merupakan infeksi tulang ataupun sumsum tulang yang dapat

disebabkan oleh bakteri piogenik atau mikrobakteri. Osteomielitis dapat terjadi pada

orang dengan gangguan kesehatan yang serius seperti pada kasus Tn.D. Ketika tulang

terinfeksi maka sumsum tulang akan membengkak dan menimbulkan tekanan pada

dinding tulang, namun karena dinding tulang bersifat rigid maka pembuluh yang ada

di dalam sumsum tulang tersebut akan terkompresi sehingga menurunkan suplai

darah ke tulang. Tanpa suplai darah yang cukup, bagian-bagian tulang dapat

mengalami nekrosis. Bagian tulang yang mati tersebut sulit untuk diobati karena sel-

sel leukosit dan antibiotik sulit untuk mencapainya. Infeksi pada tulang dapat

menyebar dengan terbentuknya pus dan menginfeksi jaringan lunak disekitarnya

seperti otot.

Menurut Betz (2009), tanda gejala osteomielitis yaitu nyeri tiba-tiba, nyeri

tekan diatas tulang, pembengkakan dan rasa hangat diatas tulang, demam,

kemungkinan dehidrasi, keengganan menggerakkan tungkai atau menahan beban,

menahan ekstremitas dalam posisi semifleksi (spasme otot), iritabilitas, nafsu makan

buruk, tanda-tanda inflamasi dan infeksi lokal (hangat, eritema, drainase, penurunan

rentang pergerakan), dan letargi. Pada pasien Tn.D dengan osteomielitis, tanda dan

gejala yang muncul antara lain demam, nyeri dan terdapat abses pada paha sebelah

kanan, serta luka berbau. Demam terjadi karena terjadi proses peradangan karena

terdapat benda asing yang masuk dalam tubuh dan menimbulkan reaksi inflamasi

oleh tubuh sehingga muncul adanya pus atau abses. Begitu pula pada gejala nyeri

Page 3: Pembahasan New

merupakan manifestasi adanya peradangan di dalam tubuh terutama lokal di paha

sebelah kanan. Abses terjadi karena bebatan yang dilakukan oleh dukun pijat kepada

klien. Bebatan yang dilakukan oleh dukun pijat tersebut dapat menekan daerah

peradangan yaitu paha sebelah kanan sehingga peradangan yang terjadi menjadi

semakin parah dan menimbulkan penimbunan pus dalam jaringan. Pus dalam jaringan

dapat terjadi karena masuknya bakteri atau benda asing pada daerah peradangan, dan

pembebatan pada daerah peradangan dapat mengurangi suplai darah dan oksigen

dalam jaringan sehingga luka menjadi abses. Selain dikarenakan pembebatan yang

dilakukan, kondisi luka yang buruk juga dapat disebabkan oleh intake nutrisi klien

yang tidak adekuat. Keluarga klien mengatakan klien tidak nafsu makan. Klien

mengalami penurunan berat badannya dari sebelum sakit sampai sakit, yaitu 64 kg

dan klien merasakan beratnya saat ini turun menjadi 60 kg.

Pada klien Tn. D telah dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa

pemeriksaan klinik darah untuk menentukan diagnosis penyakit dan memperoleh

informasi. Berdasarkan pada hasil klinik darah didapatkan hasil yaitu kadar albumin

2,1 g/dL dari nilai normal 2,6-5,2 g/dL; kreatinin 0,56 mg/dL dari hasil normal 0,7-

1,4 mg/dL; Blood Urea Nitrogen (BUN) 10,5 mg/dL dari hasil normal 10-20 mg/dL;

dan Laju Endap Darah (LED) 21 mm/jam dari hasil normal <151 mm/jam. Dari hasil

pemeriksaan yang telah dilakukan tersebut, dapat diketahui bahwa klien Tn.D

mengalami hipoalbuminemia. Hipoalbuminemia dapat terjadi karena inflamasi akut.

Pada proses inflamasi terjadi pelepasan cytokine sebagai akibat respon inflamasi pada

stress fisiologis yang mengakibatkan penurunan kadar albumin melalui mekanisme

peningkatan permeabilitas vaskuler (albumin berdufusi ke ruang ekstravaskuler)

sehingga terjadi edema. Mekanisme yang kedua yaitu terjadinya peningkatan

degradasi albumin dan penurunan sintesis albumin (TNF-a yang berperan dalam

transkripsi gen albumin).

Pada aktivitas harian, yaitu toileting klien melakukan proses berkemih/BAK

dengan menggunakan alat bantu kateter dan BAB dengan menggunakan alat bantu

underpad. Selama sakit klien lebih banyak menghabiskan waktu berbaring di tempat

Page 4: Pembahasan New

tidur dan jarang melakukan mobilisasi hingga timbul luka pada bagian mata kaki

sebelah kanan. Dalam melakukan aktivitas harian lainnya seperti makan/minum,

berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah, dan ambulasi/ROM klien dibantu

oleh ayahnya.

Hasil pemeriksaan fisik yang telah dilakukan pada klien Tn.D dalam

kesadaran compos mentis E4V5M6, lemah, nyeri pada kaki kanan, terpasang kateter

dan infus glukosa 20 tpm. Tanda-tanda vital: tekanan Darah 110/70 mmHg, frekuensi

nadi 88 x/mnt, RR 24 x/mnt, dan suhu 37 0C. Berfokus pada hasil pengakajian yang

telah dilakukan di atas, maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut

berhubungan dengan proses inflamasi; nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan penurunan nafsu makan; dan defisit perawatan diri: mandi,

makan, berpakaian, toileting (tingkat 3) berhubungan dengan penurunan kemampuan

pergerakan, kelemahan.

Adapun penanganan yang dapat dilakukan pada pasien Tn.D dengan

osteomielitis di Ruang Mawar yaitu imobilisasi pada daerah nyeri sendi atau nyeri di

tulang yang mengalami infeksi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah

terjadinya fraktur, tindakan keperawatan manajemen nyeri teknik distraksi serta

tindakan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi farmakologis yaitu

obat analgetik (Asam Traneksamat 3x1 ampul /IV) sebagai penurun nyeri yang

dialami pasien dengan osteomielitis. Untuk menangani nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh dilakukan tindakan keperawatan yaitu pemberian nutrisi parenteral, per-oral,

dan human albumin untuk meningkatkan kebutuhan nutrisi klien. Selain itu juga

dilakukan tindakan kolaborasi dalam pemberian terapi farmakologi yaitu ranitidin

3x25mg /IV dan ondansentron 3x4 mg /IV.

Pada klien dengan osteomielitis membutuhkan nutrisi yang adekuat. Klien

osteomielitis harus mengonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-hari,seperti

kalsium, zat besi, protein, vitamin C, dan lainnya untuk membantu proses

penyembuhan infeksi tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien dapat membantu

menentukan penyebab masalah muskuloskletal dan mengantisipasi komplikasi dari

Page 5: Pembahasan New

nutrisi yang tidak adekuat, trauma kalsium atau protein. Sedangkan pada penanganan

masalah defisit perawatan diri: mandi, makan, berpakaian, toileting dilakukan

tindakan keperawatan yaitu dengan mempertahankan dukungan dan sikap yang tegas

untk memandirikan pasien, melakukan perawatan luka, dan memberdayakan keluarga

untuk membantu memenuhi kebutuhan klien.

Hasil evaluasi pada tanggal 14 Mei 2015 yang didapatkan pada masalah nyeri

klien mengatakan masih merasakan nyeri yang belum berkurang pada kaki bagian

paha kanannya karena luka yang belum sembuh, klien dapat mengidentifikasi

aktivitas yang meningkatkan nyeri yaitu apabila kaki digerakkan atau disentuh, klien

menilai skala nyeri 9, dan klien tampak gelisah dan berteriak saat dilakukan

perawatan luka. Pada masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh klien dan keluarga

mengatakan klien sudah enak makan, klien tampak menghabiskan porsi makan yang

disediakan, klien makan 3 kali sehari. Sedangkan pada masalah defisit perawatan diri:

mandi, makan, berpakaian, toileting klien mengatakan mengatakan masih tidak bisa

membersihkan tubuhnya secara mandiri, keluarga klien mengatakan klien tidak mau

menggosok gigi, klien tampak masih kurang bersih, daki masih ada, dan masih

berbau badan, dan klien tampak hanya mengenakan sarung yang belum diganti.

Adapun kendala yang muncul selama proses keperawatan yakni klien Tn. D

mengalami penurunan dalam fungsi kognitif sehingga klien sulit untuk di ajak

berkomunikasi. Klien cenderung mengalihkan pembicaraan saat dilakukan proses

keperawatan sehingga harus melibatkan keluarga dalam penanganan masalah yang

ada pada Tn. D. Tn. D selalu ditemani ayahnya saat di rumah sakit sehingga dalam

menggali informasi dapat diperoleh dari ayahnya. Selama di rumah sakit tidak pernah

terlihat keluarga lain yang dating menjenguk sehingga kemungkinan kondisi

psikologis klien juga perlu bermasalah terutama dalam dan pola hubungannya dalam

keluarga. Klien membutuhkan support system baik dari keluarga maupun dari

lingkungannya saat ini terutama kondisi klien yang memiliki luka yang dapat

mempengaruhi gambaran diri klien. Dalam mencapai asuhan keperawatan yang

komprehensif seorang perawat tidak hanya membantu klien memenuhi kebutuhan

Page 6: Pembahasan New

biologis namun kebutuhan psikologis, social dan spiritual klien juga perlu

diperhatikan.

Kelompok kami mengambil kasus osteomielitis karena kasus ini berkaitan

dengan bagaimana perawat mampu mencegah terjadinya infeksi baik yang akut

maupun kornik akibat dari kesalahan penanganan. Mindset masyarakat yang salah

dalam menangani suatu penyakit dapat mengakibatkan permasalahan yang lebih

kompleks. Peran perawat sebagai educator sangat penting disini dalam mencegah

terjadinya suatu penyakit dan perawatan yang tepat dapat membantu klien

memperoleh kesembuhan secara cepat dan mengembalikan fungsi tubuhnya secara

optimal.