pembahasan new
DESCRIPTION
pembahsanTRANSCRIPT
BAB 4. PEMBAHASAN
Pada seminar kali ini, kelompok mengambil kasus di ruang Mawar pada
tanggal 11 Mei 2015, dimana format askep yang digunakan berupa asuhan
keperawatan mulai dari pengkajian sampai pada evaluasi. Pengkajian dilakukan
secara mendetail mulai dari keluahan utama, riwayat penyakit keluarga, dahulu
hingga pada pola kebiasaan klien. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium
juga dikaji. Pada kesempatan kali ini, kami mengambil kasus pasien dengan
osteomielitis.
Osteomielitis merupakan suatu penyakit infeksi yang terjadi pada tulang.
Lokasi paling sering adalah femur dan tibia. Pada daerah humerus dan pinggul jarang
terkena osteomielitis. Infeksi ini terjadi melalui 3 cara, yaitu aliran darah, penyebaran
secara langsung dan infeksi dari jaringan lunak di dekatnya. Pasien yang beresiko
tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia,
kegemukan, atau penderita diabetes. Selain itu, pasien yang menderita atritis
reumatoid, telah dirawat lama dirumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka
panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang, atau sedang
mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama,
mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nekrosis insisi marginal atau
dehisensi luka atau memerlukan evakuasi hematoma.
Berdasarkan pada pengakajian yang dilakukan pada tanggal 11 Mei 2015, Tn.
D mengalami keluhan utama yaitu kaki pada paha sebelah kanan terdapat luka
berbau, nyeri, dan bengkak. Karakteristik nyeri yang dirasakan oleh Tn.D yaitu P
(precipate): nyeri terasa tajam; Q (quality): nyeri tajam seperti disayat; R (region):
nyeri menyebar di sepanjang paha kanan, bertambah buruk bila ada pergerakan, ada
sentuhan; S (skala): skala nyeri 9; dan T (time): nyeri timbul ketika dilakukan
perawatan luka atau disentuh.
Tn.D mengalami kecelakaan di gudang ikan tempatnya bekerja pada tanggal
15 April 2015, klien terpeleset dan jatuh masuk ke kotak tempat penyimpanan ikan
setelah itu paha kaki kanannya bengkak namun tidak diobati. Tiga hari kemudian saat
klien bekerja klien kembali terpeleset di gudang yang licin, sehingga kakinya menjadi
semakin bengkak. Setelah kejadian tersebut klien memeriksakan kondisinya ke dukun
pijat, oleh dukun paha kaki kanannya dipijat dengan minyak oles lalu dibebat. Empat
hari kemudian tanggal 22 April 2015 paha kaki kanannya yang bengkak tersebut
meletus dan mengeluarkan cairan dan nanah.
Osteomielitis merupakan infeksi tulang ataupun sumsum tulang yang dapat
disebabkan oleh bakteri piogenik atau mikrobakteri. Osteomielitis dapat terjadi pada
orang dengan gangguan kesehatan yang serius seperti pada kasus Tn.D. Ketika tulang
terinfeksi maka sumsum tulang akan membengkak dan menimbulkan tekanan pada
dinding tulang, namun karena dinding tulang bersifat rigid maka pembuluh yang ada
di dalam sumsum tulang tersebut akan terkompresi sehingga menurunkan suplai
darah ke tulang. Tanpa suplai darah yang cukup, bagian-bagian tulang dapat
mengalami nekrosis. Bagian tulang yang mati tersebut sulit untuk diobati karena sel-
sel leukosit dan antibiotik sulit untuk mencapainya. Infeksi pada tulang dapat
menyebar dengan terbentuknya pus dan menginfeksi jaringan lunak disekitarnya
seperti otot.
Menurut Betz (2009), tanda gejala osteomielitis yaitu nyeri tiba-tiba, nyeri
tekan diatas tulang, pembengkakan dan rasa hangat diatas tulang, demam,
kemungkinan dehidrasi, keengganan menggerakkan tungkai atau menahan beban,
menahan ekstremitas dalam posisi semifleksi (spasme otot), iritabilitas, nafsu makan
buruk, tanda-tanda inflamasi dan infeksi lokal (hangat, eritema, drainase, penurunan
rentang pergerakan), dan letargi. Pada pasien Tn.D dengan osteomielitis, tanda dan
gejala yang muncul antara lain demam, nyeri dan terdapat abses pada paha sebelah
kanan, serta luka berbau. Demam terjadi karena terjadi proses peradangan karena
terdapat benda asing yang masuk dalam tubuh dan menimbulkan reaksi inflamasi
oleh tubuh sehingga muncul adanya pus atau abses. Begitu pula pada gejala nyeri
merupakan manifestasi adanya peradangan di dalam tubuh terutama lokal di paha
sebelah kanan. Abses terjadi karena bebatan yang dilakukan oleh dukun pijat kepada
klien. Bebatan yang dilakukan oleh dukun pijat tersebut dapat menekan daerah
peradangan yaitu paha sebelah kanan sehingga peradangan yang terjadi menjadi
semakin parah dan menimbulkan penimbunan pus dalam jaringan. Pus dalam jaringan
dapat terjadi karena masuknya bakteri atau benda asing pada daerah peradangan, dan
pembebatan pada daerah peradangan dapat mengurangi suplai darah dan oksigen
dalam jaringan sehingga luka menjadi abses. Selain dikarenakan pembebatan yang
dilakukan, kondisi luka yang buruk juga dapat disebabkan oleh intake nutrisi klien
yang tidak adekuat. Keluarga klien mengatakan klien tidak nafsu makan. Klien
mengalami penurunan berat badannya dari sebelum sakit sampai sakit, yaitu 64 kg
dan klien merasakan beratnya saat ini turun menjadi 60 kg.
Pada klien Tn. D telah dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa
pemeriksaan klinik darah untuk menentukan diagnosis penyakit dan memperoleh
informasi. Berdasarkan pada hasil klinik darah didapatkan hasil yaitu kadar albumin
2,1 g/dL dari nilai normal 2,6-5,2 g/dL; kreatinin 0,56 mg/dL dari hasil normal 0,7-
1,4 mg/dL; Blood Urea Nitrogen (BUN) 10,5 mg/dL dari hasil normal 10-20 mg/dL;
dan Laju Endap Darah (LED) 21 mm/jam dari hasil normal <151 mm/jam. Dari hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan tersebut, dapat diketahui bahwa klien Tn.D
mengalami hipoalbuminemia. Hipoalbuminemia dapat terjadi karena inflamasi akut.
Pada proses inflamasi terjadi pelepasan cytokine sebagai akibat respon inflamasi pada
stress fisiologis yang mengakibatkan penurunan kadar albumin melalui mekanisme
peningkatan permeabilitas vaskuler (albumin berdufusi ke ruang ekstravaskuler)
sehingga terjadi edema. Mekanisme yang kedua yaitu terjadinya peningkatan
degradasi albumin dan penurunan sintesis albumin (TNF-a yang berperan dalam
transkripsi gen albumin).
Pada aktivitas harian, yaitu toileting klien melakukan proses berkemih/BAK
dengan menggunakan alat bantu kateter dan BAB dengan menggunakan alat bantu
underpad. Selama sakit klien lebih banyak menghabiskan waktu berbaring di tempat
tidur dan jarang melakukan mobilisasi hingga timbul luka pada bagian mata kaki
sebelah kanan. Dalam melakukan aktivitas harian lainnya seperti makan/minum,
berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah, dan ambulasi/ROM klien dibantu
oleh ayahnya.
Hasil pemeriksaan fisik yang telah dilakukan pada klien Tn.D dalam
kesadaran compos mentis E4V5M6, lemah, nyeri pada kaki kanan, terpasang kateter
dan infus glukosa 20 tpm. Tanda-tanda vital: tekanan Darah 110/70 mmHg, frekuensi
nadi 88 x/mnt, RR 24 x/mnt, dan suhu 37 0C. Berfokus pada hasil pengakajian yang
telah dilakukan di atas, maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut
berhubungan dengan proses inflamasi; nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan nafsu makan; dan defisit perawatan diri: mandi,
makan, berpakaian, toileting (tingkat 3) berhubungan dengan penurunan kemampuan
pergerakan, kelemahan.
Adapun penanganan yang dapat dilakukan pada pasien Tn.D dengan
osteomielitis di Ruang Mawar yaitu imobilisasi pada daerah nyeri sendi atau nyeri di
tulang yang mengalami infeksi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah
terjadinya fraktur, tindakan keperawatan manajemen nyeri teknik distraksi serta
tindakan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi farmakologis yaitu
obat analgetik (Asam Traneksamat 3x1 ampul /IV) sebagai penurun nyeri yang
dialami pasien dengan osteomielitis. Untuk menangani nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh dilakukan tindakan keperawatan yaitu pemberian nutrisi parenteral, per-oral,
dan human albumin untuk meningkatkan kebutuhan nutrisi klien. Selain itu juga
dilakukan tindakan kolaborasi dalam pemberian terapi farmakologi yaitu ranitidin
3x25mg /IV dan ondansentron 3x4 mg /IV.
Pada klien dengan osteomielitis membutuhkan nutrisi yang adekuat. Klien
osteomielitis harus mengonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-hari,seperti
kalsium, zat besi, protein, vitamin C, dan lainnya untuk membantu proses
penyembuhan infeksi tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien dapat membantu
menentukan penyebab masalah muskuloskletal dan mengantisipasi komplikasi dari
nutrisi yang tidak adekuat, trauma kalsium atau protein. Sedangkan pada penanganan
masalah defisit perawatan diri: mandi, makan, berpakaian, toileting dilakukan
tindakan keperawatan yaitu dengan mempertahankan dukungan dan sikap yang tegas
untk memandirikan pasien, melakukan perawatan luka, dan memberdayakan keluarga
untuk membantu memenuhi kebutuhan klien.
Hasil evaluasi pada tanggal 14 Mei 2015 yang didapatkan pada masalah nyeri
klien mengatakan masih merasakan nyeri yang belum berkurang pada kaki bagian
paha kanannya karena luka yang belum sembuh, klien dapat mengidentifikasi
aktivitas yang meningkatkan nyeri yaitu apabila kaki digerakkan atau disentuh, klien
menilai skala nyeri 9, dan klien tampak gelisah dan berteriak saat dilakukan
perawatan luka. Pada masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh klien dan keluarga
mengatakan klien sudah enak makan, klien tampak menghabiskan porsi makan yang
disediakan, klien makan 3 kali sehari. Sedangkan pada masalah defisit perawatan diri:
mandi, makan, berpakaian, toileting klien mengatakan mengatakan masih tidak bisa
membersihkan tubuhnya secara mandiri, keluarga klien mengatakan klien tidak mau
menggosok gigi, klien tampak masih kurang bersih, daki masih ada, dan masih
berbau badan, dan klien tampak hanya mengenakan sarung yang belum diganti.
Adapun kendala yang muncul selama proses keperawatan yakni klien Tn. D
mengalami penurunan dalam fungsi kognitif sehingga klien sulit untuk di ajak
berkomunikasi. Klien cenderung mengalihkan pembicaraan saat dilakukan proses
keperawatan sehingga harus melibatkan keluarga dalam penanganan masalah yang
ada pada Tn. D. Tn. D selalu ditemani ayahnya saat di rumah sakit sehingga dalam
menggali informasi dapat diperoleh dari ayahnya. Selama di rumah sakit tidak pernah
terlihat keluarga lain yang dating menjenguk sehingga kemungkinan kondisi
psikologis klien juga perlu bermasalah terutama dalam dan pola hubungannya dalam
keluarga. Klien membutuhkan support system baik dari keluarga maupun dari
lingkungannya saat ini terutama kondisi klien yang memiliki luka yang dapat
mempengaruhi gambaran diri klien. Dalam mencapai asuhan keperawatan yang
komprehensif seorang perawat tidak hanya membantu klien memenuhi kebutuhan
biologis namun kebutuhan psikologis, social dan spiritual klien juga perlu
diperhatikan.
Kelompok kami mengambil kasus osteomielitis karena kasus ini berkaitan
dengan bagaimana perawat mampu mencegah terjadinya infeksi baik yang akut
maupun kornik akibat dari kesalahan penanganan. Mindset masyarakat yang salah
dalam menangani suatu penyakit dapat mengakibatkan permasalahan yang lebih
kompleks. Peran perawat sebagai educator sangat penting disini dalam mencegah
terjadinya suatu penyakit dan perawatan yang tepat dapat membantu klien
memperoleh kesembuhan secara cepat dan mengembalikan fungsi tubuhnya secara
optimal.