pembahasan manajemen

Upload: salwa-rahmawati-arrasy

Post on 04-Mar-2016

31 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pembahasan dari bab 1-3

TRANSCRIPT

5

BAB I

PENDAHULUANA. Latar BelakangManajemen adalah ilmu tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya ( swanburg, 2000 ). Manajemen keperawatan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pengorganisasian, pengaturan staf, kepemimpinan, dan pengendalian aktivitas aktivitas upaya keperawatan. Fungsi manajerial di ruang rawat dikoordinatori oleh kepala ruang rawat.Kepala ruangan sebagai manajer harus dapat menjamin pelayanan yang diberikan oleh perawat pelaksana dalam memberikan pelayanan yang aman dan mementingkan kenyamanan pasien (Rachman, 2006). Kemampuan manajerial yang dimiliki oleh kepala ruangan dapat mengacu pada penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP). Terdapat empat pilar dalam metode MAKP yaitu : pendekatan manajemen keperawatan, system penghargaan (compensatory reward), hubungan professional (professional Relationship), manajemen asuhan keperawatan (patient Care Delivery system).Pada pendekatan manajemen keperawatan terdiri dari 4 tahapan proses yaitu perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing), pengarahan (Directing), dan pengendalian (Controling). Pelayanan keperawatan dilakukan oleh banyak orang sehingga perlu menerapkan yaitu dalam bentuk manajemen keperawatan. Manajemen harus dilaksanakan dengan disiplin untuk menjamin pelayanan yang diberikan kepada pasien atau keluarga secara professional.Tujuan MAKP adalah menjaga konsistensi asuhan keperawatan, mengurangi konflik tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan, menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan, memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan, menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap tim keperawatan.Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan keperawatan juga semakin meningkat oleh sebab itu pelayanan keperawatan memegang peranan penting dalam menentukan mutu pelayanan keperawatan rumah sakit, dan juga merupakan tulang punggung dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan karena pelayanan keperawatan diberikan secara berkesinambungan untuk dapat memberikan pelayanan yang komprehensif, efisien, dan efektif serta bermutu diperlukan keterampilan manajemen dalam mengelola pelayanan keperawatan. Sehingga keperawatan harus selalu mengembangkan diri dan meningkatkan mutu baik manajemen pelayanan keperawatan maupun manajemen asuhan keperawatan.Dengan adanya tuntutan ini maka seluruh masyarakat, keperawatan harus selalu memperbaiki diri dalam meningkatkan mutu baik manajemen pelayanan keperawatan maupun manajemen asuhan keperawatan. Dalam hal ini rumah sakit turut bertanggung jawab untuk meningkatkan terus menerus kemampuan sumber daya manusia tenaga kesehatan termasuk didalamnya perawat.Melalui model MAKP dapat diterapkan rencana kebutuhan tenaga keperawatan secara profesional, metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan, cara pendokumentasian asuhan keperawatan dan ruang MAKP dapat digunakan sebagai tempat belajar bagi mahasiswa keperawatan untuk pendidikan profesional. Selain itu, mahasiswa juga dapat berkolaborasi dengan perawat yang berkompeten dalam memperbaiki sarana dan prasarana dalam ruangan, agar ruang Kedokteran Militer Lantai 6 dapat lebih baik lagi.Dalam laporan ini dibahas tentang kegiatan dan tindakan yang telah dilakukan kelompok berdasarkan rencana yang kelak disusun dari masalah yang diangkat berdasarkan hasil pengkajian, wawancara, kuesioner, dan observasi.B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menerapkan konsep yang telah diterima dari pendidikan tentang manajemen keperawatan secara professional berdasarkan metode MAKP diruang Lt 6 Dokmil RSPAD Gatot Soebroto.2. Tujuan Khusus

a. Menerapkan konsep, teori, dan prinsip manajemen keperawatan dalam pengelolaan pelayanan keperawatan dan pengelolaan manajemen asuhan keperawatan pada pasien dan keluarganya ditingkat unit atau ruang rawat disuatu tatanan pelayanan kesehatan.

b. Berperan sebagai agen pembaharu dan model peran dalam kepemimpinan dan pengelolaan pelayanan keperawatan professional tingkat dasar.

c. Fungsi perencanaan dapat dilakukan secara optimal di ruang DOKMIL Lt.6d. Fungsi pengorganisasian dapat dilakukan secara optimal di ruang DOKMIL Lt.6e. Fungsi pengarahan dapat dilakukan secara optimal di ruang DOKMIL Lt.6f. Fungsi pengendalian dapat dilakukan secara optimal di ruang DOKMIL Lt.6C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Pasien dan KeluargaPasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang memuaskan sehingga meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan keperawatan dan memberikan kesan yang baik terhadap pelayanan yang diterapkan.

2. Bagi Mahasiswaa. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan model MAKP yang diaplikasikan di ruang DOKMIL Lt.6.b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan penerapan model MAKP di ruang DOKMIL Lt.6.c. Didapatkannya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga dapat memodifikasi metode MAKP yang akan dilaksanakan diruangan.3. Bagi Perawat

a. Melalui praktek profesi manajemen keperawatan dapat diketahui masalah-masalah yang ada diruang di ruang DOKMIL Lt.6 yang berkaitan dengan pelaksanaan MAKP.

b. Dapat terlaksananya manajemen ruangan yang professional sehingga meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit.

c. Terbinanya hubungan yang baik antara perawat dengan rekan sejawat, perawat dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.

d. Tumbuh dan terbinanya akuntanbilitas dan disiplin diri perawat.4. Bagi Institusi Rumah Sakit dan Pendidikan

Sebagai bahan masukan dan gambaran tentang pengelolaan ruangan dengan pelaksanaan model MAKP yang diterapkan diruangan di ruang DOKMIL Lt.6.

BAB II

TINJAUAN LAHAN

A. Pengertian ManajemenManajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan, pengorganisasian, dan pengontrolan dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya (Liang Lie). Manajemen adalah proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain (Gilies, 1989).Manajemen adalah suatu proses interaksi sosial tehnik yang terjadi dalam organisasi yang formal dengan tujuan untuk mencapai tujuan organisasi yang ditentukan melalui penggunaan sumber-sumber lain (Donovan, 2002). Sedangkan manajemen asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumber daya dalam menjalankan kegiatan keperawatan dengan mengguanakan metode proses keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien atau menyelesaikan masalah klien (Keliat, 2000).Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staff keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien, keluarga, dan masyarakat (Gillies, 2002).Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu metoda yang sistematis dalam memberikan asuhan keperawatan dan memenuhi kebutuhan pasien secara holistik.B. Konsep Model Pratek Keperawatan ProfesionalPelayanan prima keperawatan dalam bentuk Model Asuhan Keperawatan Profesional, yang pada awalnya dikembangkan oleh Sudarsono (2000) di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan beberapa rumah sakit umum lain di Indonesia. MAKP adalah suatu sistem (struktur, proses, dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang diperlukan untuk menopang pemberian asuhan keperawatan tersebut.Berdasarkan pengalaman Sudarsono (2000) dikembangkan beberapa jenis MAKP sesuai dengan kondisi sumber daya manusia yang ada, yaitu:1. Model Praktek Keperawatan Profesional III

Tenaga perawat yang akan bekerja di ruangan ini semua profesional dan ada perawat yang sudah menyandang gelar doktor dalam pengalaman klinik, sehingga praktik keperawatan berdasarkan evidence based. Di ruangan tersebut dilakukan penelitian keperawatan, khususnya penelitian klinis serta memanfaatkan hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan.

2. Model Praktek Keperawatan Profesional II

Tenaga perawat yang bekerja diruangan ini mempunyai kemampuan spesialis keperawatan yang dapat memberikan konsultasi kepada perawat primer. Di ruangan ini digunakan hasil-hasil keperawatan dan melakukan penelitian keperawatan.

3. Model Praktek Keperawatan Profesional I

Model ini merupakan 3 komponen utama yaitu, ketenagaan, metode pemberian asuhan keperawatan, dan pendokumentasian keperawatan. Metode yang digunakan pada model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim yang disebut tim primer.

4. Model Asuhan Keperawatan Profesional Pemula

Model ini menyerupai MAKP I, mempunyai 3 komponen utama seperti MAKP I tetapi baru tahap awal pengembangan yang akan menuju profesional 1.

C. Pilar-pilar atau Nilai-nilai Model Pratek Keperawatan ProfesionalPilar-pilar profesional diaplikasikan dalam bentuk aktivitas-aktivitas pelayanan profesional yang di paparkan sebagai berikut:1. Manajemen keperawatan

a. Perencanaan (planning)

Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian,1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus dilakukan. Sehingga perencanaan yang matang akan memberi petunjuk dan mempermudah dalam melaksanakan suatu kegiatan.Kegiatan perencanaan dalam praktek keperawatan professional merupakan upaya meningkatkan profesionalisme dalam pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan bukan saja dapat dipertahankan tapi bisa terus meningkat sampai tercapai derajat kepuasan tertinggi bagi penerima jasa pelayanan keperawatan dan pelaksana pelayanan itu sendiri. Jenis-jenis perencanaan terdiri dari rencana jangka panjang, rencana jangka menengah dan rencana jangka pendek. Perencanaan jangka panjang disebut juga perencanaan strategis yang disusun untuk 3(tiga) sampai 10(sepuluh) tahun. Perencanaan jangka menengah dibuat dan berlaku 1 sampai 5 tahun, sedangkan perencanaan jangka pendek dibuat 1(satu) jam sampai dengan satu tahun. Hirarki dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi, misi, filosofi, peraturan, kebijakan, dan prosedur (Marquis & Houston, 1998).Prasarat Perencanaan

Sederhana, jelas tujuan, hasil yang akan dicapai, berdasarkan kebjakan dan prosedur yang berlaku, prioritas, libatan aktif, praktis, fleksibel, berkesinambungan dan mempunyai kejelasan metode evaluasi

Dasar pertimbangan :

5 W + 1 H : what, where, when, why, who, how

Langkah-langkah dalam perencanaan :

1. Pengumpulan data

2. Analisa lingkungan (analisa SWOT) : strength, wweaknee, oportunities, threts

3. Pengorganisasian data : pilih data yang mendukung dan yang menghambat

4. Menetapkan masalah dan prioritas masalah

5. Pembuatan rencana : tentukan objektif, uraian kegiatan, prosedur, target waktu, penanggung jawab, sasaran, biaya, peralatan, metode.Jenis Perencanaan

1. Perencanaa strategis, Perencanaan yang menyangkut penentuan tujuan dan kebijakan umum yang berjangka panjang berdasarkan analisis internal dan eksternal 2. Perencanaan operasional, Perencanaan yang menyangkut penentuan target dan sasaran yang meliputi rencana kerja dan anggaran 3. Perencanaan spesifik, Perencanaan yang telah ditentukan secara jelas baik sasaran, jadual, prosedur kegiatan, dan alokasi anggaran 4. Perencanaan pengarahan, Perencanaan yang hanya memberikan kebijakan umum dan tidak menentukan sasaran, program atau anggaran secara khusus.b. Pengorganisasian (Organising)

Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan, penugasan satu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang bertanggungjawab untuk mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat diruang MAKP menggunakan pendekatan sistem penugasan Modifikasi keperawatan Tim-Primer. Secara vertikal ada Kepala Ruangan, Ketua Tim, dan Perawat Pelaksana. Setiap tim bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien. Pengorganisasian di Ruang MAKP terdiri dari:1. Struktur OrganisasiStruktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam suatu organisasi (Sutopo, 2000). Pada pengertian struktur organisasi menunjukan adanya pembagian kerja dan menunjukan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda diintegritaskan atau dikoordinasikan.2. Daftar Dinas RuanganDaftar yang berisi jadwal dinas, perawat yang bertugas, penannggung jawab dinas/shift.3. Daftar PasienDaftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien, nama dokter, nama perawat dalam tim, penanggung jawab pasien, dan alokasi pearawat saat menjalankan dinas di tiap shift.Ketenagaan

Ketenagaan : anggota organisasi/badan usaha yang memperoleh imbalan.

Tujuan manajemen ketenagaan di ruang rawat : mendaya gunakan tenaga keperawatan yang efektif dan produktif yang dapat memberikan pelayanan bermutu sehingga dapat memenuhi pengguna jasa.Perkiraan kebutuhan perawat harus memperhatikan : kategori klien yang dirawat, ratio perawat dan metode penugasan.Kategori keperawatan :

1. Keperawatan mandiri/self care : klien memerlukan bantuan minimal dalam melakukan tindakan keperawatan dan pengobatan

2. Keperawatan sebagian /partial care : klien memerlukan bantuan sebagian dalam tindakan keperawatan dan pengobatan tertentu seperti pemberian obat intravena

3. Keperawatan penuh/total care : klien memerlukan bantuan secara penuh dalam perawatan diri dan memerlukan observasi ketat

4. Keperawatan intensive/intensive care : klien memerlukan observasi dan tindakanMetode penugasan

Metode penugasan adalah cara untuk membagi pekerjaan yang ada disuatu unit perawatan kepada tenaga yang ada di unit tersebut.

Jenis-jenis metode penugasan:

1. Metode fungsional.

Metode inl dibagi menjadi beberapa bagian dan tenaga ditugaskan pada bagian tersebut secara umum, sbb :

a. Kepala Ruangan, tugasnya : Merencanakan pekeriaan, menentukan kebutuhan perawatan pasein, membuat penugasan, melakulan supervisi, menerima instruksi dokter.

b. Perawat staf :

1) Melakukan askep langsung pada pasien

2) Membantu supervisi askep yang diberikan oleh pembantu tenaga keperawatan

c. Perawat Pelaksaaa :

Melaksanakan askep langsung pada pasien dengan askep sedang, pasein dalam masa pemulihan kesehatan dan pasein dengan penyakit kronik dan membantu tindakan sederhana (ADL)

d. Pembantu Perawat :

Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk mandi, membenahi tempat tidur, dan membagikan alat tenun bersih.

e. Tenaga Administrasi ruangan

Menjawab telpon, menyampaikan pesan, memberi informasi, mengerjakan pekerjaan administrasi ruangan, mencatat pasien masuk dan pulang, membuat duplikat rostertena ruangan, membuat permintaan lab untuk obat - obatan/persediaan yang diperlukan atas instruksi kepala ruangan. Kerugian metode fungsional :

Pasien mendapat banyak perawat.1) Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan2) Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan3) Pelayanan terputus-putusKelebihan dari metode fungslonal :1) Sederlana2) Efisien2. Metode penugasaan pasien/metode kasus.

Dalam metode ini staf perawat ditugaskan oleh kepala ruangan untuk memberi asuhan langsung kepada pasien yang ditugaskan contohnya di ruang isolasi dan ICU.

Namun metode ini mempunyai kekurangan, yaitu :

a. Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh.

b. Membutuhkan banyak tenaga.Adapun kelebihannya yaltu :a. Kebutuhan terperuhib. Pasien merasa puasc. Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.3. Metode penugasan timMetode ini menggunkan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam memberikan askep terhadap sekelompok pasien. Ketenagaan dari tim ini terdiri dari :a. Ketua timb. Pelakaana perawatanc. Pembantu perawatanAdapun tujuan dari perawatan tim adalah : memberikan asuhan yang lebih baik dengan menggunakan tenaga yang tersedia.

Metode tim ini mempunyai kelebihan, yaitu :a. Saling memberi pengalaman antar sesama timb. Pasien dilayani secara komfrehesifc. Terciptanya kaderisasi kepemimpinand. Tercipta kerja sama yang baik

Namun, metode tim ini juga mempunyai kekurangan, yaitu :Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi tanggung jawabnya.4. Metode Perawatan Primer

Adalah pemberian askep yang ditandai dengan keterikatan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan mengkoordinasikan askep selama pasien dirawat.Tugas perawat primer adalah :a. Menerima pasienb. Mengkaji kebutuhanc. Membuat tujuan, rencana, pelaksanaan dan evaluasid. Mengkoordinasi pelayanane. Menerima dan menyesuaikan rencanaf. Menyiapkan penyuluhan pulangKonsep dasar :a. Ada tanggung jawab dan tanggung gugatb. Ada otonomic. Ada keterlibatan pasien dan keluarganyaKetenagaan :a. Setiap perawat primer adalah perawat bed. Sideb. Beban kasus pasien maksimal 6 pasien untuk 1 perawatc. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsald. Perawat profesional sebagai primer d.an perawat non profesional sebagai asisten.Kepala bangsal :a. Sebagai konsultan dan pengendali mtu perawat primerb. Orientasi dan merencanaka karyawan baruc. Menyusun jadwal dinasd. Memberi penugasan pada perawat asistenKelebihan dari metode perawat primer ini adalah :a. Mendorong kemandirian perawatb. Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawatc. Berkomunikasl !angsung denga! Dokterd. Perawatan adalah perawatan komfrehensifSedangkan kelemahannya/kekurangannya adalah :a. Perlu kualitas danb. Kuantitas tenaga perawat5. Metode Modul (Distrik)Adalah metode gabungan antara Metode penugasan tim dengan Metode perawatan primer. Metode ini menugaskan sekelompok perawat merawat pasien dari datang sampai pulang.Perhitungan tenaga :

Rumus gilies:

Jam kept u.psn/hr x rata-rata sensusu psn/hr x hr/th

Hr/th hr libur prwt x jam kerja/hr= jam kept u. Psn/th = jumlah perawat di suatu unit

Jm kerja prwwt per hr

Catatan :

a. Waktu perawatan menurut gilies 1989

1. Waktu perawatan langsung :

Self care = x 4 jam

= 2 jam

Partial care = x 4 jam

= 3 jam

Total care = 1-1 jam x 4 jam= 4-6 jam

Intensive care = 2x4 jam

= 8 jam

Rata-rata keperawatan langsung 4-5 jam

2. Waktu keperawatan tak langsung 38mnt/psn/hr

3. Waktu penyuluhan = 15 mnt/psn/hari

b. Rasio perawat ahli : tampil = 55% : 45%

c. Proporsi dines pagi : sore : malam = 47% : 36% ;17%

Rumus Douglas :

perawat = pasien x derajat ketergantungan

Tabel ketergantungan pasien :

PasienMinimal carePartial careTotal care

pagiSoremalamPagi soremalampagisoreMalam

10.170.140.070.270.150.100.360.300.20

20.340.280.140.540.300.200.720.600.40

Rumus depkes 2003

Berdasarkan :

d. Tingkat ketergantungan pasien

e. Rata-rata pasien perhari

1) Jam perawatan yang diperlukan/hari/pasien

2) Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari

3) Jam kerja efektif setiap perawat

Cara perhitungan:

1. Hitung jumlah perawat yang harus tersedia

Jumlah jam perawat

= A

Jam kerja efektif per shift

2. Tambahkan dengan faktor koreksi hari libur/cuti.hari besar dan tugas-tugas non keperawatan

loss day/hari libur/cuti/hari besar

jumlah hari minggu/th + cuti + hari besar x hasil A = B

jumlah hari kerja efektif

tugas non keperawatan

jumlah tenaga kprwtn + B x 25= C

100

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan

A + B + C

c. Pengarahan (Directing)Pengarahan adalah langkah ketiga dari fungsi manajemen, yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang digunakan sebagai padanan pengarahan adalah pengkoordinasian dan pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada akhirnya akan pada melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya (Marquis & Houston, 1998).Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu kelola, jika perlu dilakukan pendelegasian. Untuk memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh staf, seorang manajer harus melakukan upaya-upaya sebagai berikut: menciptakan iklim motivasi, mengelola waktu secara efisien, mendemonstrasikan ketrampilan komunikasi yang terbaik, mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi, melaksanakan sistem pendelegasian dan supervisi, dan negosiasi. Di ruangan MAKP pengarahan diterapkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut:1. Menciptakan budaya motivasi2. Manajemen waktu dan Rencana Harian3. Komunikasi efektif melalui kegiatana) Operan antar shiftb) Pre-conference Timc) Post-confrerence Tim4. Manajemen konflik

5. Pendelegasian dan supervised. Pengendalian (Controlling)Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau pengontrolan. Fayol (1998) mendefinisikan kontrol sebagai Pemeriksaan apakah segala sesuatunya terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditentukan yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi.Menurut Mockler (1984) pengendalian manajemen adalah usaha sistematis untuk menetapkan standar prestasi kerja dengan tujuan perencanaan, untuk mendesain sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan prestasi yang sesungguhnya dengan standar yang telah ditetapkan, dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa sumber daya digunakan dengan cara yang seefektif dan seefisien mungkin untuk mencapai tujuan.Jadi, pengendalian manjemen adalah proses untuk memastikan bahwa aktivitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi untuk menjamin kualitas serta pengevaluasian dan penampilan. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengendalian meliputi: menetapkan standard dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja, melakukan pengukuran prestasi kerja, menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar, dan mengambil tindakan korektif. Peralatan atau instrumen dipilih untuk mengumpulkan bukti dan untuk menunjukan standar yang telah ditetapkan atau tersedia adalah audit yang merupakan penilaian pekerjaan yang telah dilakukan, terdapat tiga kategori audit keperawatan yaitu:1) Audit struktur

2) Audit proses

3) Audit hasil2. Compensatory Reward

Pada pilar kedua ini menjelaskan tentang manajemen sumber daya manusia (SDM) keperawatan yang berfokus pada pengelolaan tenaga keperawatan agar dapat produktif sehingga misi dan tujuan organisasi dapat tercapai. Seorang perawat akan mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan yang professional apabila perawat tersebut sejak awal bekerja diberikan program pengembangan staf yang terstruktur. Metoda dalam menyusun tenaga keperawatan seharusnya teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga keperawatan yang dibutuhkan agar dapat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan pengaturan tertentu.Fungsi Manajemen SDM meliputi; analisis pekerjaan, pengembangan organisasi, staffing, hubungan pekerja, dan evaluasi. Menurut Jernigan & Huber (2000) ada 8 (delapan) proses yang berhubungan dengan manajemen SDM yaitu: rekuitmen, seleksi, orientasi, evaluasi/penilaian kinerja konseling dan coaching, retensi dan produktifitas. Pengembangan staf serta hubungan pekerja (labor relations). Fungsi dan proses manajemen SDM secara bersama-sama akan membentuk satu elemen yang dibutuhkan untuk mengelola dan memaksimalkan talent atau bakat dan potensi seseorang dalam organisasi.

Manajemen SDM di ruang model asuhan keperawatan professional (MAKP) berfokus pada proses rekuitmen, seleksi, kontrak kerja, orientasi, penilaian kinerja, dan pengembangan staf perawat. Proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MAKP dan setiap ada penambahan perawat baru.3. Professional RelationshipHubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan merupakan standar dari hubungan pemberi pelayanan keperawatan tim kesehatan dan penerima pelayanan keperawatan yaitu klien dan keluarga. Menurut Cameron (1997) dalam Elizaberth & Kathleen, (2003). Pada pelaksanaan hubungan profesional dapat terjadi secara internal yaitu hubungan antara pemberi pelayanan kesehatan misalnya antara perawat dengan rekan sejawat, perawat dengan tim kesehatan lainnya, sedangkan hubungan eksternal yaitu hubungan yang terjadi antara pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.Kedua hubungan tersebut adalah dua siklus yang tidak dapat dipisahkan dalam pemberian pelayanan kesehatan. Pada pilar ketiga ini berfokus pada hubungan professional secara internal artinya hubungan yang terjadi antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan lainnya. Hubungan yang terjadi diantara tim tidak lepas dari komunikasi secara professional di dalam bekerjasama secara tim.Adapun bentuk komunikasi hubungan professional yaitu:a. Horizontal adalah komunikasi yang terjadi antara sesama manajerb. Vertikal adalah komunkasi yang terjadi antara pimpinan atas dan bawahanc. Diagonal adalah komunikasi yang terjadi antara berbagai jenjang dan masih dalam lingkungan yang sama.Di ruang MAKP komunikasi horizontal dapat terjadi antara ketua tim dan perawat pelaksana, komunikasi vertikal dapat terjadi antara kepala ruangan dengan ketua tim dan perawat pelaksana, dan antara ketua tim dengan perawat pelaksana. Komunikasi diagonal dilakukan antara perawat dan profesii lain. Hubungan yang terjadi di ruang model pratek keperawatan professional yaitu:

a. Rapat perawat ruangan

b. Case conference

c. Rapat tim kesehatan

d. Visit dokter 4. Patient Care DeliveryManajemen asuhan keperawatan merupakan praktek keperawatan profesional didasari oleh keterampilan intelektual, interpersonal dan tehnikal dengan menerapkan metode yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Proses keperawatn terdiri dari pengkajian, rencana tindakan keperawatan untuk setiap diagnosa keperawatan, format implementasi tindakan keperawatan dan petunjuk tehnik proses keperawatan.Standar asuhan keperawatan adalah pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi. Aplikasi asuhan keperawatan dilakukan dengan penerapan diagnosis keperawatan tunggal menurut NANDA. NANDA 2009-2012 ada 206 diagnosa keperawatan, identifikasi 10 diagnosa keperawatan yang sering terjadi, membuat standar interaksi dengan penerapan strategi pelaksanaan interaksi dalam melakukan tindakan keperawatan.

Pilar ke empat ini membahas mengenai manajemen asuhan keperawatan. Praktek keperawatan profesional dengan ciri praktek yang didasari dengan keterampilan intelektual, teknikal, interpersonal dapat dilaksanakan dengan menerapkan suatu metode asuhan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Metode asuhan untuk praktek profesional tersebut adalah proses keperawatan, yang dimana suatu rangkaian asuhan yang terdiri dari pengkajian, menyusun diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, dan evaluasi tindakan. Salah satu pilar praktek profesional keperawatan adalah pelayanan keperawatan dengan menggunakan patient care delivery system yang diterapkan di MAKP adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan:1) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertermi.

2) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan nyeri akut.

3) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan perubahan perfusi jaringan perifer.

4) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan perubahan perfusi jaringan serebral.

5) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan tidak toleransi aktifitas.

6) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan pola nafas tidak efektif.

7) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan tidak efektifnya bersihan jalan nafas.

8) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan pertukaran gas.

9) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan penurunan curah jantung.

10) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

11) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh.

12) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan kekurangan volume cairan.

13) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan anxietas.

14) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan keterbatasan aktivitas.

15) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan cairan

16) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan kurang pengetahuan.Berdasarkan hasil survey tersebut maka di MAKP patient care delivery system diterapkan dalam bentuk:

a. Pedoman proses keperawatan

b. Pedoman asuhan keperawatan pada 16 kasus

c. Pedoman pendidikan kesehatan pasien pulang dan keluarga.Discharge Planning

a. PengertianKozier (2004) mendefenisikan discharge planning sebagai proses mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain di dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum.Discharge planning sebaiknya dilakukan sejak pasien diterima di suatu agen pelayanan kesehatan, terkhusus di rumah sakit dimana rentang waktu pasien untuk menginap semakin diperpendek. Discharge planning yang efektif seharusnya mencakup pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang komprehensif tentang kebutuhan pasien yang berubah-ubah, pernyataan diagnosa keperawatan, perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan.b. Pemberi Layanan Discharge planning

Proses discharge planning harus dilakukan secara komprehensif dan melibatkan multidisiplin, mencakup semua pemberi layanan kesehatan yang terlibat dalam memberi layanan kesehatan kepada pasien (Perry & Potter, 2006). Seseorang yang merencanakan pemulangan atau koordinator asuhan berkelanjutan (continuing care coordinator) adalah staf rumah sakit yang berfungsi sebagai konsultan untuk proses discharge planning bersamaan dengan fasilitas kesehatan, menyediakan pendidikan kesehatan, dan memotivasi staf rumah sakit untuk merencanakan dan mengimplementasikan discharge planning (Discharge Planning Association, 2008). c. Penerima Discharge Planning

Semua pasien yang dihospitalisasi memerlukan discharge planning (Discharge Planning Association, 2008). Namun ada beberapa kondisi yang menyebabkan pasien beresiko tidak dapat memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang berkelanjutan setelah pasien pulang, seperti pasien yang menderita penyakit terminal atau pasien dengan kecacatan permanen (Rice, 1992 dalam Perry & Potter, 2005). Pasien dan seluruh anggota keluarga harus mendapatkan informasi tentang semua rencana pemulangan (Medical Mutual of Ohio, 2008). d. Tujuan Discharge PlanningDischarge planning bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik untuk mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah pulang (Capernito, 1999). Juga bertujuan memberikan pelayanan terbaik untuk menjamin keberlanjutan asuhan berkualitas antara rumah sakit dan komunitas dengan memfasilitasi komunikasi yang efektif (Discharge Planning Association, 2008). The Royal Marsden Hospital (2004) menyatakan bahwa tujuan dilakukannya discharge planning antara lain untuk mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis untuk di transfer ke rumah atau ke suatu lingkungan yang dapat disetujui, menyediakan informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan pelayanan kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan mereka dalam proses pemulangan, memfasilitasi proses perpindahan yang nyaman dengan memastikan semua fasilitas pelayanan kesehatan yang diperlukan telah dipersiapkan untuk menerima pasien, mempromosikan tahap kemandirian yang tertinggi kepada pasien, teman- teman, dan keluarga dengan menyediakan, memandirikan aktivitas perawatan diri.e. Prinsip Discharge Planning

Ketika melakukan discharge planning dari suatu lingkungan ke lingkungan yang lain, ada beberapa prinsip yang harus diikuti/diperhatikan. Berikut ini adalah beberapa prinsip yang dikemukakan oleh The Royal Marsden Hospital (2004), yaitu: 1) Discharge planning harus merupakan proses multidisiplin, dimana sumber-sumber untuk mempertemukan kebutuhan pasien dengan pelayanan kesehatan ditempatkan pada satu tempat.2) Prosedur discharge planning harus dilakukan secara konsisten dengan kualitas tinggi pada semua pasien .3) Kebutuhan pemberi asuhan (care giver) juga harus dikaji.4) Pasien harus dipulangkan kepada suatu lingkungan yang aman dan adekuat.

5) Keberlanjutan perawatan antar lingkungan harus merupakan hal yang terutama.6) Informasi tentang penyusunan pemulangan harus diinformasikan antara tim kesehatan dengan pasien/ care giver, dan kemampuan terakhir disediakan dalam bentuk tertulis tentang perawatan berkelanjutan.

7) Kebutuhan atas kepercayaan dan budaya pasien harus dipertimbangkan ketika menyusun discharge planning.f. Proses Pelaksanaan Discharge Planning

Proses discharge planning mencakup kebutuhan fisik pasien, psikologis, sosial, budaya, dan ekonomi. Perry dan Potter (2006) membagi proses discharge planning atas tiga fase, yaitu akut, transisional, dan pelayanan berkelanjutan. Pada fase akut, perhatian utama medis berfokus pada usaha discharge planning . Sedangkan pada fase transisional, kebutuhan pelayanan akut selalu terlihat, tetapi tingkat urgensinya semakin berkurang dan pasien mulai dipersiapkan untuk pulang dan merencanakan kebutuhan perawatan masa depan. Pada fase pelayanan berkelanjutan, pasien mampu untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan aktivitas perawatan berkelanjutan yang dibutuhkan setelah pemulangan.

Perry dan Potter (2005) menyusun format discharge planning sebagai berikut : 1. Pengkajian

a) Sejak pasien masuk, kaji kebutuhan pemulangan pasien dengan menggunakan riwayat keperawatan, berdiskusi dengan pasien dan care giver; fokus pada pengkajian berkelanjutan terhadap kesehatan fisik pasien, status fungsional, sistem pendukung sosial, sumber-sumber finansial, nilai kesehatan, latar belakang budaya dan etnis, tingkat pendidikan, serta rintangan terhadap perawatan.

b) Kaji kebutuhan pasien dan keluarga terhadap pendidikan kesehatan berhubungan dengan bagaimana menciptakan terapi di rumah, penggunaan alat-alat medis di rumah, larangan sebagai akibat gangguan kesehatan, dan kemungkinan terjadinya komplikasi. Kaji cara pembelajaran yang lebih diminati pasien (seperti membaca, menonton video, mendengarkan petunjuk- petunjuk). Jika materi tertulis yang digunakan, pastikan materi tertulis yang layak tersedia. Tipe materi pendidikan yang berbeda- beda dapat mengefektifkan cara pembelajaran yang berbeda pada pasien.

c) Kaji bersama-sama dengan pasien dan keluarga terhadap setiap faktor lingkungan di dalam rumah yang mungkin menghalangi dalam perawatan diri seperti ukuran ruangan, kebersihan jalan menuju pintu, lebar jalan, fasilitas kamar mandi, ketersediaan alat-alat yang berguna (seorang perawat perawatan di rumah dapat dirujuk untuk membantu dalam pengkajian).

d) Berkolaborasi dengan dokter dan staf pada profesi lain (seperti dokter pemberi terapi) dalam mengkaji kebutuhan untuk rujukan kepada pelayanan perawatan rumah yang terlatih atau fasilitas perawatan yang lebih luas.

e) Kaji persepsi pasien dan keluarga terhadap keberlanjutan perawatan kesehatan di luar rumah sakit. Mencakup pengkajian terhadap kemampuan keluarga untuk mengamati care giver dalam memberikan perawatan kepada pasien. Dalam hal ini sebelum mengambil keputusan, mungkin perlu berbicara secara terpisah dengan pasien dan keluarga untuk mengetahui kekhawatiran yang sebenarnya atau keragu-raguan diantara keduanya.

f) Kaji penerimaan pasien terhadap masalah kesehatan berhubungan dengan pembatasan.g) Konsultasikan tim pemberi layanan kesehatan yang lain tentang kebutuhan setelah pemulangan (seperti ahli gizi, pekerja sosial, perawat klinik spesialis, perawat pemberi perawatan kesehatan di rumah). Tentukan kebutuhan rujukan pada waktu yang berbeda.

2. PerencanaanHasil yang diharapkan jika seluruh prosedur telah lengkap dilakukan adalah sebagai berikut : a) Pasien atau keluarga sebagai care giver mampu menjelaskan bagaimana keberlangsungan pelayanan kesehatan di rumah (atau fasilitas lain), penatalaksanaan atau pengobatan apa yang dibutuhkan, dan kapan mencari pengobatan akibat masalah yang timbul.

b) Pasien mampu mendemonstrasikan aktivitas perawatan diri (atau anggota keluarga mampu melakukan aturan perawatan).

c) Rintangan kepada pergerakan pasien dan ambulasi telah diubah dalam setting rumah. Hal-hal yang dapat membahayakan pasien akibat kondisi kesehatannya telah diubah.3. PenatalaksanaanPenatalaksanaan dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu penatalaksanaan yang dilakukan sebelum hari pemulangan, dan penatalaksanaan yang dilakukan pada hari pemulangan. a. Persiapan sebelum hari pemulangan pasien

1) Menganjurkan cara untuk merubah keadaan rumah demi memenuhi kebutuhan pasien.2) Mempersiapkan pasien dan keluarga dengan memberikan informasi tentang sumber-sumber pelayanan kesehatan komunitas. Rujukan dapat dilakukan sekalipun pasien masih di rumah.3) Setelah menentukan segala hambatan untuk belajar serta kemauan untuk belajar, mengadakan sesi pengajaran dengan pasien dan keluarga secepat mungkin selama dirawat di rumah sakit (seperti tanda dan gejala terjadinya komplikasi, kepatuhan terhadap pengobatan, kegunaan alat-alat medis, perawatan lanjutan, diet, latihan, pembatasan yang disebabkan oleh penyakit atau pembedahan). Pamflet, buku-buku, atau rekaman video dapat diberikan kepada pasien. Pasien juga dapat diberitahu tentang sumber-sumber informasi yang ada di internet.4) Komunikasikan respon pasien dan keluarga terhadap penyuluhan dan usulan perencanaan pulang kepada anggota tim kesehatan lain yang terlibat dalam perawatan pasien. b. Penatalaksanaan pada hari pemulangan

Jika beberapa aktivitas berikut ini dapat dilakukan sebelum hari pemulangan, perencanaan yang dilakukan akan lebih efektif. Adapun aktivitas yang dilakukan pada hari pemulangan antara lain :

1) Biarkan pasien dan keluarga bertanya dan diskusikan isu-isu yang berhubungan dengan perawatan di rumah. Kesempatan terakhir untuk mendemonstrasikan kemampuan juga bermanfaat.2) Periksa instruksi pemulangan dokter, masukkan dalam terapi, atau kebutuhan akan alat-alat medis yang khusus. (Instruksi harus dituliskan sedini mungkin) Persiapkan kebutuhan dalam perjalanan dan sediakan alat-alat yang dibutuhkan sebelum pasien sampai di rumah (seperti tempat tidur rumah sakit, oksigen, feeding pump).3) Tentukan apakah pasien dan keluarga telah dipersiapkan dalam kebutuhan transportasi menuju ke rumah.4) Tawarkan bantuan untuk memakaikan baju pasien dan mengepak semua barang milik pasien. Jaga privasi pasien sesuai kebutuhan.5) Periksa seluruh ruangan dan laci untuk memastikan barang-barang pasien. Dapatkan daftar pertinggal barang-barang berharga yang telah ditandatangani oleh pasien, dan instruksikan penjaga atau administrator yang tersedia untuk menyampaikan barang-barang berharga kepada pasien.6) Persiapkan pasien dengan prescription atau resep pengobatan pasien sesuai dengan yang diinstruksikan oleh dokter. Lakukan pemeriksaan terakhir untuk kebutuhan informasi atau fasilitas pengobatan yang aman untuk administrasi diri.7) Berikan informasi tentang petunjuk untuk janji follow up ke kantor dokter.8) Hubungi kantor agen bisnis untuk menentukan apakah pasien membutuhkan daftar pengeluaran untuk kebutuhan pembayaran. Anjurkan pasien dan keluarga mengunjungi kantornya.9) Dapatkan kotak untuk memindahkan barang-barang pasien. Kursi roda untuk pasien yang tidak mampu ke mobil ambulans. Pasien yang pulang dengan menggunakan ambulans diantarkan oleh usungan ambulans.10) Bantu pasien menuju kursi roda atau usungan dan gunakan sikap tubuh dan teknik pemindahan yang sopan. Dampingi pasien memasuki unit dimana transportasi yang dibutuhkan sedang menunggu. Kunci roda dari kursi roda. Bantu pasien pindah ke mobil pribadi atau kendaraan untuk transportasi. Bantu keluarga menempatkan barang-barang pribadi pasien ke dalam kendaraan.11) Kembali ke bagian, dan laporkan waktu pemulangan kepada departemen pendaftaran/penerimaan. Ingatkan bagian kebersihan untuk membersihkan ruangan pasien. c. Evaluasi

1) Minta pasien dan anggota keluarga menjelaskan tentang penyakit, pengobatan yang dibutuhkan, tanda-tanda fisik atau gejala yang harus dilaporkan kepada dokter.

2) Minta pasien atau anggota keluarga mendemonstrasikan setiap pengobatan yang akan dilanjutkan di rumah.

3) Perawat yang melakukan perawatan rumah memperhatikan keadaan rumah, mengidentifikasi rintangan yang dapat membahayakan bagi pasien, dan menganjurkan perbaikan.g. Unsur-Unsur Discharge PlanningDischarge Planning Association (2008) mengatakan bahwa unsur- unsur yang harus ada pada sebuah form perencanaan pemulangan antara lain : 1. Pengobatan di rumah, mencakup resep baru, pengobatan yang sangat dibutuhkan, dan pengobatan yang harus dihentikan.

2. Daftar nama obat harus mencakup nama, dosis, frekuensi, dan efek samping yang umum terjadi.

3. Kebutuhan akan hasil test laboratorium yang dianjurkan, dan pemeriksaan lain, dengan petunjuk bagaimana untuk memperoleh atau bilamana waktu akan diadakannya.

4. Bagaimana melakukan pilihan gaya hidup dan tentang perubahan aktivitas, latihan, diet makanan yang dianjurkan dan pembatasannya.

5. Petunjuk perawatan diri (perawatan luka, perawatan kolostomi, ketentuan insulin, dan lain-lain).

6. Kapan dan bagaimana perawatan atau pengobatan selanjutnya yang akan dihadapi setelah dipulangkan. Nama pemberi layanan, waktu, tanggal, dan lokasi setiap janji untuk control .

7. Apa yang harus dilakukan pada keadaan darurat dan nomor telepon yang bisa dihubungi untuk melakukan peninjauan ulang petunjuk pemulangan.

8. Bagaimana mengatur perawatan lanjutan (jadwal pelayanan di rumah, perawat yang menjenguk, penolong, pembantu jalan; walker , kanul, oksigen, dan lain-lain) beserta dengan nama dan nomor telepon setiap institusi yang bertanggung jawab untuk menyediakan pelayanan. h. Cara Mengukur Discharge PlanningSebuah discharge planning dikatakan baik apabila pasien telah dipersiapkan untuk pulang, pasien telah mendapatkan penjelasan-penjelasan yang diperlukan, serta instruksi-instruksi yang harus dilakukan, serta apabila pasien diantarkan pulang sampai ke mobil atau alat transportasi lainnya (The Royal Marsden Hospital, 2004). Kesuksesan tindakan discharge planning menjamin pasien mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan realistis setelah meninggalkan rumah sakit (Hou, 2001 dalam Perry & Potter, 2006). i. Kesiapan Pasien Menghadapi Pemulangan Menurut Martinsusilo (2007), ada dua komponen utama dari kesiapan yaitu kemampuan dan keinginan. Kemampuan adalah pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang dimiliki seorang ataupun kelompok untuk melakukan kegiatan atau tugas tertentu. Sedangkan keinginan berkaitan dengan keyakinan, komitmen, dan motivasi untuk menyelesaikan tugas atau kegiatan tertentu. Kesiapan merupakan kombinasi dari kemampuan dan keinginan yang berbeda yang ditunjukkan seseorang pada tiap-tiap tugas yang diberikan.

Berdasarkan hal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesiapan pasien menghadapi pemulangan adalah kemampuan yang mencakup pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan serta keinginan yang mencakup keyakinan, komitmen, dan motivasi pasien pasca bedah akut abdomen untuk melakukan aktifitas atau kegiatan yang diajarkan serta dianjurkan oleh perawat dan klinisi lain. Pasien dinyatakan siap menghadapi pemulangan apabila pasien mengetahui pengobatan, tanda-tanda bahaya, aktivitas yang dilakukan, serta perawatan lanjutan di rumah (The Royal Marsden Hospital, 2004). j. Kriteria Pemulangan

Perry dan Potter (2005) mengatakan bahwa pada saat pulang, pasien harus mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan sumber yang dibutuhkan untuk memenuhi perawatan dirinya. Kesuksesan tindakan discharge planning menjamin pasien mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan realistis setelah meninggalkan rumah sakit (Hou, 2001 dalam Perry & Potter, 2006).

Oleh karena itu pasien dinyatakan siap menghadapi pemulangan apabila pasien mengetahui pengobatan, tanda-tanda bahaya, aktivitas yang dilakukan, serta perawatan lanjutan di rumah (The Royal Marsden Hospital, 2004). Pasien dan keluarga memahami diagnosa, antisipasi tingkat fungsi, obat-obatan dan tindakan pengobatan untuk kepulangan, antisipasi perawatan tindak lanjut, dan respons yang diambil pada kondisi kedaruratan (Perry & Potter, 2005).D. Pengumpulan Data1. Data DemografiTabel 1.1

Distribusi Proporsi Perawat Berdasarkan Usia Perawat

Di Ruang Lt.6 Dokmil RS Gatot Subroto, Juni 2015

NoUsiaJumlahPresentase (%)

120-30521

231-401354

341-50417

451-6028

Jumlah24100

DIAGRAM 1.1

Proporsi Usia Perawat Di Ruang Lt.6 Dokmil RS Gatot Subroto Tahun 2015

Berdasarkan tabel diatas, jumlah perawat berdasarkan usia di RS Gatot Subroto terdapat usia 20-30 tahun sebanyak 5 orang (21%), 31-40% tahun sebanyak 13 orang (54%), 41-50 tahun sebanyak 4 orang (17%), 51-60 sebanyak 2 orang (8%).Tabel 1.2Distribusi Proporsi Perawat Berdasarkan Jenis Kelamin Perawat Di Ruang Lt.6 Dokmil RS Gatot Subroto, Juni 2015NoJenis KelaminJumlahPresentase (%)

1Laki-laki14

2Perempuan2396

Jumlah24100

DIAGRAM 1.2

Proporsi Jenis Kelamin Perawat Di Ruang Lt.6 Dokmil RS Gatot Subroto Tahun 2015

Berdasarkan tabel diatas, jumlah perawat berdasarkan jenis kelamin di RS Gatot Subroto terdapat 1 orang laki-laki (4 %) dan perempuan terdapat 23 orang (96 %).

Tabel 1.3

Distribusi Proporsi Perawat Berdasarkan Status Pernikahan Di Ruang Lt.6 Dokmil RS Gatot Subroto, Juni 2015NoStatuS PernikahanJumlahPresentase (%)

1Belum menikah00

2Menikah24100

3Janda00

4Duda00

Jumlah24100

DIAGRAM 1.3

Proporsi Status Pernikahan Perawat Di Ruang Lt.6 Dokmil

RS Gatot Subroto Tahun 2015

Berdasarkan tabel diatas, jumlah perawat berdasarkan status pernikahan di RS Gatot Subroto terdapat 0 orang yang belum menikah (0 %), terdapat 24 orang yang menikah (100 %), terdapat 0 orang yang janda (0 %) dan terdapat 0 orang yang duda ( 0 %).

Tabel 1.4Distribusi Proporsi Perawat Berdasarkan Pendidikan Formal Di Ruang Lt.6 Dokmil RS Gatot Subroto, Juni 2015NoPendidikan FormalJumlahPresentase (%)

1Spk00

2Spk+Bidan00

3DIII2396

4S114

Jumlah24100

DIAGRAM 1.4

Proporsi Pendidikan Perawat Di Ruang Lt.6 Dokmil RS Gatot Subroto Tahun 2015

Berdasarkan tabel diatas, jumlah perawat berdasarkan status pendidikan formal di RS Gatot Subroto terdapat 0 orang berpendidikan SPK (0 %), terdapat 0 orang yang berpendidikan SPK+BIDAN (0 %), terdapat 23 orang yang berpendidikan D III (96 %) dan terdapat 1 orang yang berpendidikan SI (4 %).

Tabel 1.5

Distribusi Proporsi Perawat Berdasarkan Masa Kerja Di Ruang Lt.6 Dokmil

RS Gatot Subroto, Juni 2015NoTindakan apa yang dilakukanJumlahPresentase (%)

12-10 tahun938

211-20 tahun1042

3>21 tahun521

Jumlah24100

Diagram 1.5Proporsi Masa Kerja Perawat Di Ruang Lt.6 Dokmil RS Gatot Subroto Tahun 2015

Berdasarkan tabel diatas, jumlah perawat berdasarkan status masa kerja di RS Gatot Subroto yang masa kerjanya selama 2-10 tahun sebanyak 9 orang (38%), 11-20 tahun sebanyak 10 orang (42%), >21 tahun sebanyak 5 orang (21%).

Tabel 1.6

Distribusi Proporsi Perawat Berdasarkan Status Kepegawaian Di Ruang Lt.6 Dokmil RS Gatot Subroto, Juni 2015

NoStatus KepegawaianJumlahPresentase (%)

1Pns24100

2Phl00

3Lain-lain00

Jumlah24100

Diagram 1.6Proporsi Status Kepegawaian Perawat Di Ruang Lt.6 Dokmil RS Gatot Subroto Tahun 2015

Berdasarkan tabel diatas, jumlah perawat berdasarkan status kepegawaian di RS Gatot Subroto terdapat PNS sebanyak 24 orang (100%), PHL sebanyak 0 (0%), Lain-lain 0 (0%).Tabel 1.7

Distribusi Proporsi Perawat Berdasarkan Pernah Mengikuti Pelatihan Di Ruang Lt.6 Dokmil RS Gatot Subroto, Juni 2015NoPernah Mengikuti PelatihanJumlahPresentase (%)

1Tidak14

2Pernah2396

Jumlah24100

Diagram 1.7Proporsi Perawat Mengikuti Pelatihan Di Ruang Lt.6 Dokmil RS Gatot Subroto Tahun 2015

Berdasarkan tabel diatas, jumlah perawat berdasarkan status pernah mengikuti pelatihan di RS Gatot Subroto yang tidak pernah mengikuti pelatihan sebanyak 1 orang (4%), pernah mengikuti pelatihan sebanyak 23 orang (96%).

2. Fungsi PerencanaanDiagram 2.1Proporsi Fungsi PerencanaanDi Ruang Dokmil Lantai Vi Rspad Gatot SoebrotoTahun 2015

Interpretasi : dari hasil pengkajian kuesioner fungsi pengorganisasian ruang dokmil lantai VI selalu sebanyak 72 %, sering sebanyak 26 %, kadang-kadang sebanyak 1 %, dan tidak pernah sebanyak 0 %.

3. Fungsi PengorganisasianDiagram 3.1Proporsi Fungsi Pengorganisasian Di Ruang Dokmil Lantai Vi Rspad Gatot Soebroto Tahun 2015

Interpretasi : dari hasil pengkajian kuesioner fungsi pengorganisasian ruang dokmil lantai VI selalu sebanyak 59 %, sering sebanyak 22 %, kadang-kadang sebanyak 17 %, dan tidak pernah sebanyak 2 %.

4. Fungsi PengarahanDiagram 4.1Proporsi Fungsi PengendalianDi Ruang Dokmil Lantai Vi Rspad Gatot SoebrotoTahun 2015

Interpretasi : dari hasil pengkajian kuesioner fungsi pengorganisasian ruang dokmil lantai VI selalu sebanyak 55 %, sering sebanyak 36 %, kadang-kadang sebanyak 9 %, dan tidak pernah sebanyak 0 %.

5. Fungsi PengendalianDiagram 5.1Proporsi Fungsi PengendalianDi Ruang Dokmil Lantai Vi Rspad Gatot SoebrotoTahun 2015

Interpretasi : dari hasil pengkajian kuesioner fungsi pengorganisasian ruang dokmil lantai VI selalu sebanyak 56 %, sering sebanyak 23 %, kadang-kadang sebanyak 19 %, dan tidak pernah sebanyak 2 %.

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 09 Juni 27 Juni 2015 meliputi ketenagaan, sarana dan prasarana, BOR (Bed Occuption Rate), dan MPKP. Data yang diperoleh didapat dari observasi, wawancara, dan penyebaran kuesioner kepada kepala ruangan, ketua tim, perawat pelaksana, dan pasien serta keluarga. Data tersebut dianalisis dengan analisa SWOT sehingga didapatkan beberapa rumusan masalah, kemudian dipilih satu sebagai prioritas masalah.

Penerapan manajemen keperawatan dianalisa berdasarkan 4 pilar manejemen yaitu:

1. Management Approach

Berdasarkan hasil pengumpulan data, tentang usaha untuk pemberian pelayanan yang berkualitas dan profesional di ruang Kedokteran Militer lantai VI dimana ditemukan data :

a. Perencanaan

Perencanaan di ruang Kedokteran Militer lantai VI telah dilakukan tetapi masih terdapat beberapa hal yang belum dilaksanakan dengan optimal. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan ditemukan beberapa hal yang belum dilakukan secara maksimal yaitu:

1) Visi, misi, dan falsafah ruangan masih merupakan visi dan misi bidang keperawatan. Walaupun demikian visi, misi dan falsafah bidang keperawatan dikaitkan dengan kegiatan yang dilakukan di ruang Kedokteran Militer lantai VI.

2) Sebanyak 75% kepala ruangan mendokumentasikan rencana harian, bulanan, dan tahunan.

3) Sebanyak 75% ketua tim sudah mendokumentasikan rencana harian dan bulanan.

4) Berdasarkan data yang diambil dari 9 orang perawat pelaksana terdapat 5 orang yang sering membuat rencana kerja harian, 3 orang selalu membuat rencana kerja harian dan 1 orang yang kadang-kadang membuat rencana kerja harian.b. Pengorganisasian

Pengorganisasian di ruangan Kedokteran Militer lantai VI telah dilakukan. Hal ini dibuktikan dengan :1) Terdapat struktur organisasi

E. Analisa Program

1. Analisa SWOTSTRENGTHWEAKNESSOPPORTUNITYTHREATS

Management Approach

Perencanaan

Kegiatan ruangan berdasarkan pendekatan manajemenAda beberapa perawat pelaksana yang belum membuat RKH (Rencana Kerja Harian)

Terbukanya kesempatan melanjutkan pendidikan pada jenjang selanjutnyaAdanya tuntutan masyarakat yang lebih tinggi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

Penetapan perawat ruangan berdasarkan kemampuan yang dimilikiPerawat pelaksana 75% sudah mendokumentasikan rencana harian, bulanan, dan tahunan. Walaupun belum optimal sepenuhnya cara pendokumentasian yang benarAdanya program pelatihan dan kursus untuk perawatTimbulnya ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan.

Hubungan kerja di ruangan ditata secara professionalSebagian besar perawat di ruangan Lt.6 Dokmil berpendidikan D3 KeperawatanAdanya mahasiswa yang praktek manajemen keperawatan di ruangan Lt.6 DokmilTidak terdapatnya kesenjangan pendapat antara perawat senior dan junior

Asuhan keperawatan ditata berdasarkan standarAdanya buku tentang asuhan keperawatan berdasarkan penyakitAdanya Rumah Sakit pemerintah yang ada di sekitar RS Gatot Subroto

PengorganisasianAdanya buku tentang standar operasional prosedurPola pikir masyarakat yang kritis

Struktur organisasi di ruang terdiri dari Karu, Katim, PP (Perawat Pelaksana)

Jadwal dinas dibuat berdasarkan tim

Proporsi jumlah perawat yang dinas pagi > sore > malam

Ketua tim menyusun daftar dinas bersama kepala ruangan

Pengarahan

Operan berjalan tepat waktu

Kepala ruangan memimpin operan dari dinas malam ke dinas pagi dan dinas pagi ke dinas sore

Kepala ruangan dan ketua tim menciptakan iklim motivasi

Pengendalian

Kepala ruangan mengevaluasi indicator mutu umum berupa BOR/TOI/ALOS setiap akhir bulan

Kepala ruangan melakukan audit dokumentasi keperawatan pada pasien pulang dan pada pasien yang masih dirawatAdanya kesempatan pengembangan karir dan pelatihan-pelatihan

Sebanyak 100% ketua tim mengobservasi pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien yang dilakukan oleh perawat pelaksana

Compensatory reward

Kepala ruangan melakukan penilaian kinerja perawat dan merekomendasikan dalam mengikuti pendidikan lanjutan dan pelatihan

Kepala ruangan merencanakan dan melaksanakan pengembangan staf

Professional Relationship

Sebanyak 100% perawat pelaksana melakukan kolaborasi dengan dokter dan tenaga kesehatan lainnya

Ketua tim melaksanakan kolaborasi dengan dokter dan tenaga kesehatan lainnya

Telah dilaksanakan presentasi kasus secara berkalaBelum terlaksananya rapat tim kesehatan secara berkala secara optimal

Patient Care Delivery

Sebanyak 80% perawat pelaksana diruangan Lt.6 Dokmil mampu melaksanakan lebih dari 8 asuhan/masalah keperawatanPerawat pelaksana sudah mendokumentasikan intervensi keperawatan yang diberikan tetapi belum maksimal

Tersedia format diagnosa keperawatan dan intervensinya diruanganPendidikan kesehatan belum maksimal dilakukan oleh perawat ruangan tapi dilakukan karena belum terdapat media (leaflet atau flip chart) dll

Strenght

1. Ruang Kedokteran Militer lantai VI merupakan ruangan bagian dari ruangan yang ada di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, dimana ruang ini merupakan ruang perawatan bedah yang merawat pasien dengan post operasi dan fasilitas yang memadai untuk menangani perawatan luka pada pasien post operasi. Serta pasien yang masih aktif sebagai anggota TNI yang mengalami luka tempur.

2. Standar kinerja pedoman para staf diruangan Kedokteran Militer lantai VI berdasarkan SAK dan SOP yang telah dimiliki ruangan.

3. Setiap staf perawat sudah mempunyai uraian tugas masing-masing dan tertulis. Setiap tenaga keperawatan melaksanakannya sesuai tugasnya dengan jelas. Metode yang digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan didalam ruangan Kedokteran Militer lantai VI ini dengan MAKP Tingkat I yang terdiri kepala ruangan dan ketua tim.

4. Operan secara rutin setiap shift, cara operannya setiap pasien satu persatu disebutkan diagnosa medis, diagnosa keperawatan dan rencana tindakan lanjutannya, evaluasi tindakan yang telah dilakukan.

5. Setiap bulan dilakukan perhitungan BOR, TOI, dan LOS.

6. Seluruh perawat diruangan wajib membuat rencana keperawatan sebelum melakukan tindakan keperawatan tindakan keperawatan.

7. Isi operan yang biasa dilakukan diruangan telah disampaikan dengan lengkap mulai dari keadaan umum, diagnosa medis, data yang mendukung, tindakan yang telah dan belum dilakukan, dan evaluasi perkembangan klien.

8. Alur komando dan komunikasi dari struktur diruang rawat inap sudah bagus dimulai dari kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana.

Weakness1. Perumusan visi dan misi ruangan sudah ada.

2. Sudah adanya SAK yang dikhususkan untuk perawatan bedah.

3. Sudah adaya klasifikasi SOP khusus untuk ruang perawatan bedah.

4. Sudah adanya bagan struktur organisasi yang tampak pada ruangan.

5. Kurangnya tenaga keperawatan

6. Sudah dapat penilaian secara tertulis dalam supervisi.

7. Pre dan post conference belum dilakukan secara maksimal.8. Case conference (ronde keperawatan) sudah dilakukan secara maksimal. Opportunity1. Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto merupakan rumah sakit tipe A.

2. RSPAD Gatot Soebroto merupakan rumah sakit pendidikan yang menerima mahasiswa, siswa dan pelatihan untuk melakukan praktek dan dapat membantu mengawasi pemenuhan kebutuhan klien.

Treat1. Menurut kepala ruangan diruang Kedokteran Militer lantai VI masih kekurangan tenaga keperawatan, karena dalam teori bahwa 1 perawat lebih efektif bertanggung jawab 2 pasien.

2. Ruangan Kedokteran Militer lantai VI kurang dipatuhinya tata tertib kunjungan pasien, sehingga pengunjung bisa bebas keluar masuk walaupun jam besuk sudah ditempelkan dipintu sehingga keamanan tidak bisa dijamin.

3. Kurangnya sarana dan prasarana, misalnya handrub yang tidak ada di depan pintu kamar yang bertujuan untuk mengurangi infeksi nosokomial.4. Peran perawat yang kurang sesuai dengan profesinya (perawat masih melakukan mengantar dan mengambil makanan pasien ke dapur umum yang seharusnya dilakukan oleh bagian gizi).

2. Saran Analisa SWOTRumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto diharapkan dapat mengadakan pelatihan-pelatihan, seminar-seminar atau pendidikan lainnya untuk perawat diruang rawat Dokmil lantai VI dibidang perawatan bedah yang dapat meningkatkan kualitas pemberian asuhan keperawatan terutama asuhan keperawatan pada pasien post operasi.

Visi, misi filosofi, motto ruangan sebaiknya dipajang diruangan agar dapat diinternalisasi ke dalam nilai-nilai yang dianut perawat dan sebagai acuan perawat melaksanakan asuhan keperawatan sehingga visi, misi, filosofi dan motto ruangan tercapai sesuai dengan target.

Kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana agar melaksanakan tugas sesuai dengan standar kinerja ruangan. Kepala ruangan atau ketua tim diharapkan memberikan motivasi, reward ataupun reinforcement positif agar perawat pelaksana menjalankan implementasi keperawatan sesuai SOP.

Kepala ruangan beserta tim diharapkan mengoptimalkan fungsi manajemen yang telah berjalan dengan baik melakukan fungsi perencanaan, pengorganisasian pengarahan dan pengendalian dengan optimal.3. Analisa Ruangan

a. Sejarah Singkat Rumah Sakit Gatot Soebroto

Dahulu RSPAD Gatot Soebroto ditkesad merupakan rumah sakit tentara Belanda, dikenal dengan groot militare hospital welterveden. Kemudian pada tanggal 8 maret 1942 pernah menjadi rumah sakit militer angkatan darat. Jepang dengan nama rikugun byoin. Sejak kemerdekan 17 agustus 1945 dikuasai oleh tentara KNIL dan namanya diubah menjadi militaire geneeskundige dienst yang dikenal dengan nama "leger hospital Batavia".

Pada tanggal 26 Juli 1950 diserahkan kepada Djawatan Kesehatan Angkatan Darat menjadi rumah sakit tentara pusat. Moment bersejarah ini selanjutnya diperingati sebagai hari jadi RSPAD Gatos Soebroto. Mengingat jasa-jasa Letnan Jenderal Gatot Soebroto yang memberikan segala-galanya bagi RSPAD agar menjadi kebanggaan prajurit dan upaya meningkatkan kesejahteraan prajurit angkatan darat maka dipakailah nama Gatot Soebroto dibelakang nama Rumah Sakit Angkatan Darat ini.Keberadaan pemeriksaan diagnostic mutakir serta keasrian bangunan dan pelayanan terhadap kesehatan begitu tinggi maka sejak 1977. RSPAD Gatot Soebroto ditkesad ditunjuk menjadi salah satu tempat pemeriksaan dan perawatan pejabat tinggi sampai sekarang. Mengingat peran serta rumah sakit terhadap pelayanan kesehatan masyarakat maka sejak tahun 1989, RSPAD Gatot Soebroto mulai membuka diri untuk pelayanan swasta sampai sekarang, dikenal sebagai pavilion dr. R. Darmawan, PS untuk rawat inap. Kemudian tahun 1991 didirikan bangunan 6 lantai di paviliun Kartika untuk rawat jalan dan rawat inap. Selanjutnya diresmiakn pavilion dr Iman Sudjudi melayani kesehatan ibu dan bayi, pavilion anak untuk perawatan anak serta non peviliun untuk perawatan kelas tiga.Saat ini, pelayanan kesehatan dilayani dokter spesialis dan sub spesialis dengan di dukung pelayanan unggulan seperti : Minimal Invasive Arthroscopy, Endoscopy Spine Surgery, MSCT 64 slice, MRI 1,5 Tesla, Linac CT simulator, Digital Substraction Angiography 3 D (DSA-3D), USG 4 Dimensi.Dengan mengutamakan pelayanan prima dan patient safety kami berusaha memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi seluruh masyarakat.1) Visi RS GATOT SOEBROTO

Menjadi Rumah Sakit Kebanggaan Prajurit2) Misi RS GATOT SOEBROTO

Misi-nya adalah:1) Menyelenggarakan fungsi perumahsakitan tingkat pusat dan rujukan tertinggi bagi rumah sakit TNI AD dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD 2) Menyelenggarakan dukungan dan pelayanan kesehatan yang profesional dan bermutu serta menyeluruh bagi Prajurit/ PNS TNI AD dan keluarganya dalam rangka meningkatkan kesiapan dan kesejahteraan.3) Ruang Rawat Inap Kedokteran Militer Lantai VIRuang rawat inap lantai VI kedokteran militer merupakan salah satu ruang perawatan dewasa yang difokuskan untuk pasien bedah khususnya para anggota yang dalam pertempuran. Jumlah tenaga diruang ini berjumlah 24 orang perawat. Ruang dokmil ini juga dibantu dengan tenaga non medis 5 orang dalam beberapa pelaksanaan kebutuhan dasar pasien.

Diagnosa medis untuk pasien diruang dokmil dari data yang paling sering muncul melalui matriks keperawatan adalah fraktur, tumor, kecelakaan latihan, penyakit bedah lainnya. Diagnosa Keperawatan yang ada diruang dokmil biasanya seperti nyeri, gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, bersihan jalan nafas tak efektif, gangguan pola nafas, gangguan pertukaran gas, penurunan curah jantung, keterbatasan aktivitas, intoleransi aktivitas, kelebihan volume cairan, gangguan perfusi jaringan cerebral, gangguan integritas kulit, kerusakan integritas kulit, dan cemas serta diagnosa lainnya yang biasanya muncul pada pasien dengan penyakit bedah.Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan gambaran kapasitas tempat tidur berdasarkan jumlah pasien ruang dokmil adalah 27 tempat tidur.

BOR keseluruhan di ruang RS. GATOT SOEBROTO UNIT KEDOKTERAN MILITER

NoPasien AwalPasien MasukPasien KeluarPasien Akhir

BaruPindahanPulangPindahanMeninggal

114113

213112

31212

4124115

5153315

6151413

7132213

81342114

914311

10111210

11103114

12143215

13155317

14172217

1517118

16181712

1712111

1811617

191721117

2017412119

2119514

22141312

23121310

241028

258715

26152112

27121211

28112310

29104410

3010110

3110129

Jumlah514704406

LAPORAN NOSOKOMIAL DOKMIL LANTAI VI

Operasi

= 50

Operasi Emergency= 1

Operasi Elektif= 49BOR DAN LOS MEI 2015

Pasien masuk + mutasi = 51+4 = 55

Pasien keluar+pasien meninggal = 70+4 =74

Pasien meninggal = 0

Jumlah hari RS = 415

Jumlah hari perawatan pasien keluar = 406

Kekuatan tempat tidur = 27

Jumlah hari = 31

BOR = Jumlah Hari Perawatan RS X 100%

Jumlah Tempat Tidur X Jumlah Hari

= 415 x 100%

(27X31)

= 49,58%

LOS = Jumlah Lama Rawat

Jumlah Pasien Keluar

= 406= 5,4 74BTO = Jumlah Pasien Keluar + Meninggaal

Jumlah Tempat Tidur

= 74

27

= 2,7

TOI = (Jumlah TT x Hari) Hari Perawatan RS

Jumlah Pasien Keluar+Meninggal

= 837 - 415

74

= 5,7

Denah kedokteran militer

Pintu masuk DOKMIL

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 9 Juni 2015 meliputi ketenagaan, sarana dan prasarana, BOR (Bed Occuption Rate),MPKP. Data yang diperoleh didapat dari observasi, wawancara, dan penyebaran kuesioner kepada kepala ruangan, ketua tim, perawat pelaksana, dan pasien serta keluarga. Data tersebut dianalisis dengan analisa SWOT sehingga didapatkan beberapa rumusan masalah, kemudian dipilih satu sebagai prioritas masalah.

Penerapan manajemen keperawatan dianalisa berdasarkan 4 komponen manejemen :

Management Approach

Berdasarkan hasil pengumpulan data, tentang usaha untuk pemberian pelayanan yang berkualitas dan proesional di Ruang Kedokteran Militer dimana ditemukan data:

c. Perencanaan

Penyusunan visi, misi, dan falsafah ruangan, serta rencana jangka pendek (Rencana Harian, Rencana Bulanan) tidak sepenuhnya dilakukan, dimana didapatkan data bahwa:

1) Visi, misi dan falsafah ruangan merupakan visi dan misi bidang keperawatan

2) Kepala ruangan sudah mendokumentasikan rencana harian, bulanan, dan tahunan.

3) Sebanyak 100% ketua tim sudah mendokumentasikan rencana harian dan bulanan.

4) Sebanyak 100% ketua tim sudah melakukan supervise pada perawat pelaksana.

5) Sebanyak 100% ketua tim sudah melakukan konfrensi kasus.

d. Pengorganisasian

Katim menyusun jadwal dinas bersama kepala ruangan. Alokasi pasien dilakukan pertim tetapi belum dilakukan per perawat pelaksana, dimana didapatkan data bahwa:

1) Sebanyak 100% ketua tim sudah membagi pasien dengan perawat primer yang merawatnya serta perawat pelaksana sesuai jadwal dinas.

2) 50% katim selalu membagikan tugas kepada perawat pelaksana, akan tetapi 50% lainnya hanya kadang-kadang saja melakukan pembagian tugas berdasarkan masing-masing jumlah pasien.

3) 50% katim selalu menilai hasil kinerja perawat pelaksana, sedangkan 50% lainnya kadang-kadang saja melakukannya.

4) 100% katim sudah membagikan alokasi pasien kepada perawat pelaksana.

e. Pengarahan

1) Operan dilakukan, namun sebanyak 100% ketua tim sudah menyebutkan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ada pada pasien

2) Sebanyak 50% ketua tim sudah melaksanakan post conference terhadap perawat pelaksana

3) Sebanyak 50% ketua tim sudah melaksanakan supervisi secara berkala dan terjadwal

4) 50% ketua tim masih sudah melaksanakan konferensi kasus secara terjadwal, yang ada hanya dari ruangan saja dan itu juga djadwalkan oleh bidang keperawatan.

f. Pengendalian

1) Kepala ruangan belum melaksanakan survey kepuasan pasien dan keluarga pasien.

2) Kepala ruangan sudah membuat indikator umum dan khusus berkala setiap bulannya.

3) Sebanyak 100% ketua tim sudah melakukan observasi pada pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien yang dilakukan oleh perawat pelaksana

4) Sebanyak 100% ketua tim sering memberikan umpan balik pada perawat pelaksana.

Compensatory Reward

Berdasarkan hasil pengumpulan data, management keperawatan khususnya management sumber daya manusia dimana terfokus pada pengelolaan tenaga keperawatan agar dapat produktif, melalui hal tersebut telah didapatkan data dimana:a. Kepala ruangan sudah mulai melakukan penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana. Juga kepala ruangan serta dari pihak RS sangat memperhatikan tentang masalah SDM bagi tenaga keperawatan dengan memberikan rekomendasi perawat untuk melanjutkan ke pendidikan selanjutnya atau mengikuti pelatihan dalam rangka pengembangan staf.

b. Sebanyak 100% ketua tim sudah melakukan observasi atau penilaian kinerja perawat pelaksana untuk direkomendasikan pada kepala ruangan untuk mengikuti pendidikan lanjut atau pelatihan.

c. Kepala ruangan melakukan penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana dengan memberikan rekomendasi perawat untuk melanjutkan ke pendidikan selanjutnya atau mengikuti pelatihan dalam rangka pengembangan staf.

d. Sebanyak 100% ketua tim sudah melakukan observasi atau penilaian kinerja perawat pelaksana untuk direkomendasikan pada kepala ruangan untuk mengikuti pendidikan lanjut atau pelatihan.

Profesional Relationship

Berdasarkan hasil pengumpulan data di ruang Dokmil lantai VI dimana hubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan yang merupakan standar antara tim kesehatan dan pasien serta keluarga. Pada pelaksanaannya didapatkan hasil:

a. Kepala ruangan melakukan kolaborasi dengan dokter dan tenaga kesehatan lainnya

b. Kepala ruangan sudah melaksanakan konferensi kasus secara terjadwal, jadwal konferensi ditentukan dari bidang keperawatan.

c. Sebanyak 100% ketua tim telah melakukan kolaborasi dengan dokter dan tenaga kesehatan lainnya

d. Sebanyak 100% perawat pelaksana selalu melakukan tindakan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya

Patient Care Delivery

Berdasarkan hasil pengumpulan data, didapatkan data bahwa pelayanan keperawatan denga menggunakan asuhan keperawatan di ruangan Dokmil adalah:

a. Kepala ruangan mampu melaksanakan 18 asuhan keperawatan dasar pada pasien

b. Sebanyak 100% ketua tim sudah mampu melaksanakan 18 asuhan keperawatan dasar pada pasien.

c. Sebanyak 75% perawat pelaksana sudah mampu melaksanakan 18 asuhan keperawatan dasar pada pasien, tapi belum berdasarkan Standar Operasional Prosedur.

d. Sebanyak 75% perawat pelaksana yang memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarganya sesuai dengan penyakitnya.

Pengumpulan data menghasilkan masalah yang muncul berdasarkan proses perhitungan berupa skoring didapatkan hasil berdasarkan cara memprioritaskan masalah manajemen keperawatan di ruangan berupa kuesioner, observasi.A. Analisa Data

Setelah didapatkan hasil berdarkan pengumpulan data dapat dilihat bahwa pengelolaan managemnt keperawatandi ruangan Edelweisssudah mulai menggunakan standar MAKP namun, masih terdapat beberapa kesenjangan yang kita bahas berdasarkan analisa SWOT.

B. Perumusan Masalah

1. Management Approacha. Perencanaan

1) Kepala ruangan sudah menyusun visi, misi dan falsafah ruangan

2) Sudah optimalnya penyusunan rencana jangka panjang dan pendek oleh Kepala Ruangan, Ketua Tim dan Perawat Pelaksanab. Pengorganisasian

1) Ketua tim sudah mengalokasikan pasien sesuai dengan perawat primer dan perawat pelaksana sesuai dengan jadwal dinas.2) Kurangnya SDM perawat.

3) Peran perawat yang kurang sesuai dengan profesinya ( perawat masih melakukan mengantar dan mengambil makanan kedapur umum yang seharusnya dilakukan oleh bagian gizi)

c. Pengarahan

1) Sudah terlaksananya operan secara terstruktur berdasarkan diagnosa keperawatan pasien

2) Sudah terlaksananya pre dan post conference di dalam tim

3) Sudah terlaksananya supervisi secara terjadwal

d. Pengendalian

1) Sudah terlaksananya survey kepuasan bagi perawat, dan tenaga kesehatan lainnya

2) Dari hasil observasi yang dilakukan di lantai VI dokmil ditemukan bahwa sebagian perawatsebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan, kadang-kadang lupa mencuci tangan3) Belum tersediannya handrub pada tiap-tiap tempat tidur pasien dan tiap pintu masuk kamar pasien.

4) Kurang dipatuhinya tata tertib kunjungan pasien

2. Professional Relationshipa. Sudah terlaksananya konferensi kasus secara terjadwalb. Sudah terlaksananya rapat keperawatan dan rapat tim secara berkala yang dipimpin oleh kepala ruangan.3. Patient Care Deliverya. Sudah optimalnnya pelaksanaan discharge planning, khususnya pada pemberian pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga.b. Kurang optimalnya pemberian asuhan keperawatan yang sesuai dengan Standar Operasional Prosedur.C. Planning Of Action (POA)No.KegiatanTujuanWaktuPJEvaluasi

1Melakukan role play sebagai Ketua Tim dan perawat pelaksana saat dengan saat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan Standart Operasional ProsedurSetelah dilakukan role play diharapkan ketua tim dan perawat pelaksana dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan Standart Operasional Prosedur

Dengan kriteria hasil : 100 % perawat primer dan perawat acosiate dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standard operasional prosedur 2015Ns.Amei Nuryani. S.KepSetelah dilakukan role play kepada katim dan perawat pelaksana di dapatkan hasil 70% perawat sudah mampu melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan standard operasional prosedur

2Dari hasil observasi yang dilakukan di lantai VI dokmil ditemukan bahwa sebagian perawatsebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan, kadang-kadang lupa mencuci tangan

Mencegah penularan penyakit

Sosialisasi untukmeningkatkan motivasi perawat mengurangi resiko terjadinya infeksi nosokomial dengan melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatanMenetapkan protap mencuci tangan di ruang stella lantai III gedung baru RSU Sari Mutiara Medan2015Ns. Amei Nuryani S.KepSetelah dilakukan role play kepada perawat dan mahasiswa di dapatkan hasil 70% perawat dan mahasiswa sudah mampu melakukan cara mencuci tangan yang benar.

3Memberikan pelatihan kepada katim dan perawat pelaksana mengenai pendidikan kesehatanSetelah dilakukan role play diharapkan Perawat Primer dan Perawat pelaksana mampu melaksanakan penkes pulang sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul.

Dengan kriteria hasil sebanyak 100 % ( 8 orang perawat) mengikuti pendidikan kesehatan perawat dapat mengerti dan memahami konsep dasar dari pendidikan kesehatan2015 Ns.Amei Nuryani. S.KepSetelah dilakukan pelatihan pendidikan kepada katim dan perawat pelaksana didapatkan hasil 100% katim dan perawat pelaksana mengerti dan memahami mengenai konsep dasar dari pendidikan kesehatan

4Melakukan role play sebagi ketua tim dan perawat pelaksana dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga dengan menggunakan media leaflet dan flip chartSetelah dilakukan role play diharapkan ketua tim dan perawat primer mampu melaksanakan discharge planning khususnya pada pemberian kesehatan bagi pasien dan keluarga.

Dengan kriteria hasil sebanyak 100 % ketua tim dan perawat pelaksana mampu melaksanakan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga menggunakan leaflet dan flip chart2015Setelah dilakukan role play ketua tim dan perawat pelaksana didapatkan hasil 60% katim dan perawat pelaksana mampu melakukan penkes kepada pasien dan keluarga dengan menggunakan leaflet dan flip chart

BAB III

PENUTUPA. SimpulanManajemen asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumber daya dalam menjalankan kegiatan keperawatan dengan menggunakan metode proses keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien atau menyelesaikan masalah klien.Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah suatu sistem (struktur, proses, dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang diperlukan untuk menopang pemberian asuhan keperawatan tersebut. MAKP mengacu pada empat pilar, yaitu:1. Management Approach yang terdiri dari :a. Perencanaan b. Pengorganisasianc. Pengarahand. Pengendalian2. Compensatory Reward

3. Professional Relationship

4. Patient Care Delivery SystemKeempat pilar keperawatan ini merupakan pembentuk manajemen keperawatan. Setelah melakukan observasi dan wawancara selama 3 hari, mahasiswa menemukan sedikit kesenjangan dalam pelaksanaan pilar 4 yaitu patient care delivery di ruangan Kedokteran Militer Lantai VI dalam pendokumentasian manajemen asuhan keperawatan.

Selama praktek manajemen keperawatan, mahasiswa STIKes Jayakarta telah melaksanakan bermain peran dari tanggal 8 Juni 2015 27 Juni 2015 untuk pelaksanaan model asuhan keperawatan profesional di ruangan, dimana mahasiswa bermain peran sebagai kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana. Pada saat pelaksanaan bermain peran, mahasiswa mengadakan operan, pre dan post conference sesuai dengan pedoman model praktek keperawatan professional. Selain itu, setiap mahasiswa membuat rencana jangka pendek yaitu rencana harian sesuai dengan perannya masing-masing. Pada saat bermain peran sebagai ketua tim, mahasiswa melakukan supervisi kepada mahasiswa yang berperan sebagai perawat pelaksana. Selain itu mahasiswa juga membuat daftar alokasi pasien pada perawat primer dan perawat pelaksana sesuai jadwal dinas. Berdasarkan hasil evaluasi perawat-perawat diruangan Lt.6 Dokmil sudah menerapkan model asuhan keperawatan profesional walaupun dalam pelaksanaannya belum optimal karena beberapa kendala seperti ku keterbatasan waktu dan tenaga.Hal ini diharapkan dapat menjadi suatu pedoman untuk dapat melaksanakan Model Asuhan Keperawatan Professional di ruangan Lt.6 Dokmil demi pengembangan kualitas pelayanan dan profesionalisme dalam keperawatan.B. Saran

1. Bagi Mahasiswa

a. Mahasiswa dapat menggali data yang nyata yang lebih banyak mengenai Model Asuhan Keperawatan Profesional dalam setiap praktek sebagai bahan pembelajaran untuk dapat diaplikasikan.b. Mahasiswa mampu menerapkan proses asuhan keperawatan secara efisien sesuai standar asuhan keperawatan..c. Mahasiswa dapat menerapkan Model Asuhan Keperawatan Profesional dalam setiap praktek lapangan yang dilakukan.2. Bagi Perawat Ruangan

a. Bagi Perawat1) Perawat dapat mengidentifikasikan masalah dan menemukan penyelesaian dengan cara Model Asuhan Keperawatan Profesional.2) Perawat dapat melaksanakan manajemen keperawatan diruangan secara profesional sehingga mutu pelayanan Rumah Sakit dapat ditingkatkan secara berkelanjutan.3) Perawat dapat membina hubungan baik antara perawat dengan rekan sejawat, perawat dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.b. Bagi Pasien dan KeluargaPasien dan keluarga mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan dalam melakukan asuhan keperawatan secara mandiri.3. Bagi Institusi Rumah Sakit dan PendidikanMenjadi bahan masukan dan gambaran tentang pengelolaan ruangan dalam pelaksanaan model Metode Praktek Keperawatan Profesional yang diterapkan.

IK

k.12

k.10

k.8

k.6

k.4

k.2

Ruang ganti

WC

k.11

k.9

k.7

k.5

k.3

k.1

Nurse stasion

Ruang kuliah dokter

dapur

52