pembahasan kasus fraktur

7
BAB V PEMBAHASAN 1. Alur Diagnosis Sdr. S datang dengan keluhan tidak bisa berdiri disertai nyeri dan pemendekan kaki kanan. Hal ini terjadi dengan patofisologi yang sudah dijelaskan pada tinjauan pustaka. Dokter mendiagnosis negleted closed fraktur fibula tibia dextra 1/3 medial. Hal ini diperkuat dengan adanya hasil temuan x-rays. Pada pembahasan, penulis akan menjabarkan temuan-temuan pada anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada kasus ini: Anamnesis: KU: tidak bisa berdiri Keluhan penyerta: nyeri dan kaki kanan lebih pendek dan lebih kecil RPD: dahulu belum pernah sakit seperti ini RPK: tidak pernah sakit seperti ini Pemeriksaan Fisik: Vital Sign: Tensi, nadi, dan suhu normal Status lokalis: cruris dextra Look : Tampak kaki kanan lebih pendek dan ukurannya kecil dari pada kaki kiri dengan warna kulit normal. Terdapat deformitas. Feel : Didapatkan adanya nyeri tekan pada 1/3 distal cruris, terdapat krepitasi, akrla dingin dan pucat pada sisi lesi. gangguan pada Diagnosis Banding: Osteomielitis Fraktur tibia Fraktur fibula Diagnosis Banding: Osteomielitis Fraktur tibia Fraktur fibula

Upload: titi-pradani

Post on 26-Sep-2015

37 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

kasus fraktur

TRANSCRIPT

BAB VPEMBAHASAN1. Alur DiagnosisSdr. S datang dengan keluhan tidak bisa berdiri disertai nyeri dan pemendekan kaki kanan. Hal ini terjadi dengan patofisologi yang sudah dijelaskan pada tinjauan pustaka. Dokter mendiagnosis negleted closed fraktur fibula tibia dextra 1/3 medial. Hal ini diperkuat dengan adanya hasil temuan x-rays. Pada pembahasan, penulis akan menjabarkan temuan-temuan pada anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada kasus ini:

Anamnesis:KU: tidak bisa berdiriKeluhan penyerta: nyeri dan kaki kanan lebih pendek dan lebih kecilRPD: dahulu belum pernah sakit seperti iniRPK: tidak pernah sakit seperti iniRiwayat terapi: dipijat ke sangkal putung

Diagnosis Banding: Osteomielitis Fraktur tibia Fraktur fibula

Pemeriksaan Fisik:Vital Sign: Tensi, nadi, dan suhu normalStatus lokalis: cruris dextra Look : Tampak kaki kanan lebih pendek dan ukurannya kecil dari pada kaki kiri dengan warna kulit normal. Terdapat deformitas. Feel : Didapatkan adanya nyeri tekan pada 1/3 distal cruris, terdapat krepitasi, akrla dingin dan pucat pada sisi lesi. gangguan pada neurovaskular, pulsasi nadi teraba cukup, capillary refill > 3 detik. Move : Gerakan aktif dan pasif pada kaki kanan dan kiri berbeda.

Diagnosis Banding: Osteomielitis Fraktur tibia Fraktur fibula

Pemeriksaan PenunjangLaboratorium: Leukosit meningkat W. pendarahan normal W.Pembekuan NormalRongent: fraktur tibia fibula dextra 1/3 medial

Working Diagnosis:fraktur tibia fibula dextra 1/3 medial

2. Gejala pada PasienPada pasien didapatkan data, pasien merasakan nyeri pada bagian tungkai kaki yang bawah, pernah bengkak, pemendekan kaki sebelah kanan dan kesulitan berjalan. Maka penulis laporan kasus akan menjabarkan mekanisme timbulnya gejala tersebut yakni:

3. Penatalaksanaan OperasiReposisi secara operatif diikuti dengan pemasangan fiksasi patahan tulang dengan pemasangan fiksasi interna:Fiksasi interna yang dpaka pen, keuntungannya adalah dapat dicapai reposisi sempurna dan bila dipasagkan fiksasi yang kokoh, sesudah operasi tidak perlu lagi dipasangkan gips dan segera bisa dilakukan mobilisasi. Kerugiannya yakni resiko infeksi berualang. Post- operasi pasien diberikan terapi injeksi, terapi ini mempunyai tujuan: nyeriketorolacPengaruh Obat AnastesiGastrointestinalPeristaltik menurunMual dan muntahpernafasanEkspansi rongga dada menurunPengembang paru tidak maksimalSesak nafasTerputusnya jaringan kulitRobekan pada jaringan saraf periferTerpapar agen infeksiusOdancentron dan ranitidinceftriaxone

4. Pencegahan Fraktur Secara Kedokteran KeluargaPencegahan fraktur dapat dilakukan berdasarkan penyebabnya. Pada umumnya fraktur disebabkan oleh peristiwa trauma benturan atau terjatuh baik ringan maupun berat. Pada dasarnya upaya pengendalian kecelakaan dan trauma adalah suatu tindakan pencegahan terhadap peningkatan kasus kecelakaan yang menyebabkan fraktur.1) Pencegahan Primer Pencegahan primer dapat dilakukan dengan upaya menghindari terjadinya trauma benturan, terjatuh atau kecelakaan lainnya. Dalam melakukan aktifitas yang berat atau mobilisasi yang cepat dilakukan dengan cara hati hati, memperhatikan pedoman keselamatan dengan memakai alat pelindung diri.2) Pencegahan SekunderPencegahan sekunder dilakukan untuk mengurangi akibat akibat yang lebih serius dari terjadinya fraktur dengan memberikan pertolongan pertama yang tepat dan terampil pada penderita. Mengangkat penderita dengan posisi yang benar agar tidak memperparah bagian tubuh yang terkena fraktur untuk selanjutnya dilakukan pengobatan. Pemeriksaan klinis dilakukan untuk melihat bentuk dan keparahan tulang yang patah. Pemeriksaan dengan foto radiologis sangat membantu untuk mengetahui bagian tulang yang patah yang tidak terlihat dari luar. Pengobatan yang dilakukan dapat berupa traksi, pembidaian dengan gips atau dengan fiksasi internal maupun eksternal.3) Pencegahan TersierPencegahan tersier pada penderita fraktur yang bertujuan untuk mengurangi terjadinya komplikasi yang lebih berat dan memberikan tindakan pemulihan yang tepat untuk menghindari atau mengurangi kecacatan. Pengobatan yang dilakukan disesuaikan dengan jenis dan beratnya fraktur dengan tindakan operatif dan rehabilitasi. Rehabilitasi medis diupayakan untuk mengembalikan fungsi tubuh untuk dapat kembali melakukan mobilisasi seperti biasanya. Penderita fraktur yang telah mendapat pengobatan atau tindakan operatif, memerlukan latihan fungsional perlahan untuk mengembalikan fungsi gerakan dari tulang yang patah. Upaya rehabilitasi dengan mempertahankan dan memperbaiki fungsi dengan mempertahankan reduksi dan imobilisasi antara lain meminimalkan bengkak, memantau status neurovaskuler, mengontrol ansietas dan nyeri, latihan dan pengaturan otot, partisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari, dan melakukan aktivitas ringan secara bertahap.