pembahasan kasus

2
PEMBAHASAN KASUS Pada kasus ini pasien dinyatakan menderita Preeklampsia Berat. Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dibuktikan dengan tekanan darah 180/100 mmHg dan proteiuria dipstick +3. Pemeriksaan penunjang yang di lakukan yaitu H2TL, Dipstik proteinuria, Fungsi hati (SGOT,SGPT ) dan fungsi ginjal (ureum kreatinin). Namun pemeriksaan urinalisa tidak dilakukan, padahal pemeriksaan tersebut dapat membantu memastikan diagnose dengan melihat Albumin pada urine. Penatalaksanaan yang di lakukan di RSUD Koja yaitu memberikan MgSO4 40% loading dose 4 gram 10 cc bolus IV dalam 15 menit dan maintenance dose 6 gram dalam 500 cc RL / 6 jam. Berdasarkan literatur tatalaksana yang di laksanakan di tempat ini seharusnya perlu di tambahkan suntikkan 4gram secara i.m setiap 4-6 jam, namun tidak di lakukan di RS ini. Tindakan yang di lakukan di RS ini sudah benar untuk melakukan partus spontan. Selain itu juga pasien di pasang kateter untuk memantau output urine yang keluar, ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat pemberian MgSO4 dengan volume >100cc dalam 4 jam. Tindakan episiotomy dan penjahitan tidak di lakukan karena tidak terdapat robekan perineum pada ibu tersebut. Sehingga pasien di berikan terapi oral amoxicillin sebagai antibiotic mencegah infeksi, asam mefenamat sebagai analgetik dan inbion untuk penambah darah.

Upload: dwita-permatasari-jacob

Post on 25-Jan-2016

213 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

case

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBAHASAN KASUS

PEMBAHASAN KASUS

Pada kasus ini pasien dinyatakan menderita Preeklampsia Berat. Diagnosa ini ditegakkan

berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dibuktikan dengan

tekanan darah 180/100 mmHg dan proteiuria dipstick +3.

Pemeriksaan penunjang yang di lakukan yaitu H2TL, Dipstik proteinuria, Fungsi hati

(SGOT,SGPT ) dan fungsi ginjal (ureum kreatinin). Namun pemeriksaan urinalisa tidak

dilakukan, padahal pemeriksaan tersebut dapat membantu memastikan diagnose dengan melihat

Albumin pada urine.

Penatalaksanaan yang di lakukan di RSUD Koja yaitu memberikan MgSO4 40% loading

dose 4 gram 10 cc bolus IV dalam 15 menit dan maintenance dose 6 gram dalam 500 cc RL / 6

jam. Berdasarkan literatur tatalaksana yang di laksanakan di tempat ini seharusnya perlu di

tambahkan suntikkan 4gram secara i.m setiap 4-6 jam, namun tidak di lakukan di RS ini.

Tindakan yang di lakukan di RS ini sudah benar untuk melakukan partus spontan. Selain

itu juga pasien di pasang kateter untuk memantau output urine yang keluar, ini bertujuan untuk

memenuhi salah satu syarat pemberian MgSO4 dengan volume >100cc dalam 4 jam.

Tindakan episiotomy dan penjahitan tidak di lakukan karena tidak terdapat robekan

perineum pada ibu tersebut. Sehingga pasien di berikan terapi oral amoxicillin sebagai antibiotic

mencegah infeksi, asam mefenamat sebagai analgetik dan inbion untuk penambah darah.

Pada follow up post partum juga tidak terjadi perdarahan hebat karena kontraksi baik dan

tanda-tanda vital juga baik. Tekanan darah ibu menurun drastis pasca melahirkan menjadi 130/80

mmHg, dan selama pemantauan dilihat TD pasien semakin membaik ke arah normal sehingga

tidak di berikan terapi oral Nifedipin, sehingga pasien dapat di pulangkan dalam keadaan baik.