pembahasan k3

3
4.2 Pembahasan Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan diperoleh data nilai tingkat kebisingan di lokasi bagian dalam Pasar Segiri, Samarinda adalah sebesar 79 dB (A). Sumber kebisingan berasal dari aktivitas jual beli antara pedagang dan konsumen, selain itu sumber kebisingannya adalah banyaknya orang serta seringnya kendaraan motor melintas di dekat lokasi tempat pengukuran. Pasar termasuk dalam kawasan perkantoran dan perdagangan dimana baku tingkat kebisingan yang diizinkan adalah sebesar 65 dB (A). Selain itu, Peraturan Menteri Kesehatan No. 718 tahun 1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan menyatakan pembagian wilayah dalam empat zona. Perkantoran, perdagangan dan pasar dikategorikan dalam Zona C dengan intensitas kebisingan yang diperbolehkan adalah 50-60 dB. Sehingga dapat disimpulkan bahwa intensitas kebisingan di lokasi bagian dalam Pasar Segiri, Samarinda melebihi baku tingkat kebisingan yang telah ditetapkan. Pembagian zona berdasarkan intensitas kebisingan ini seharusnya diterapkan dalam penentuan kembali Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK). Kota yang memiliki RDTRK perlu melakukan pengawasan secara berkala agar tingkat kebisingan di zona-zona itu tak melebihi nilai ambang batas. Sedangkan menurut edaran Menteri Tenaga Kerja No.SE.01/MEN/1978 Tingkat intensitas maksimal untuk “noise exposure time” atau waktu paparan kebisingan selama 8 jam, 40 jam per minggu adalah 85 dB(A). Ini merupakan standar atau kriteria kebisingan yang dapat diterima oleh telinga. Jika kebisingan lebih dari 85 dB(A), waktu kerjanya harus diperpendek. Jika lamanya shift lebih dari 8 jam, maka tingkat kebisingan yang ada harus diturunkan.

Upload: chikanatsu

Post on 06-Aug-2015

39 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: pembahasan k3

4.2 Pembahasan

Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan diperoleh data nilai tingkat kebisingan

di lokasi bagian dalam Pasar Segiri, Samarinda adalah sebesar 79 dB (A). Sumber

kebisingan berasal dari aktivitas jual beli antara pedagang dan konsumen, selain itu

sumber kebisingannya adalah banyaknya orang serta seringnya kendaraan motor

melintas di dekat lokasi tempat pengukuran.

Pasar termasuk dalam kawasan perkantoran dan perdagangan dimana baku tingkat

kebisingan yang diizinkan adalah sebesar 65 dB (A). Selain itu, Peraturan Menteri

Kesehatan No. 718 tahun 1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan

kesehatan menyatakan pembagian wilayah dalam empat zona. Perkantoran,

perdagangan dan pasar dikategorikan dalam Zona C dengan intensitas kebisingan yang

diperbolehkan adalah 50-60 dB. Sehingga dapat disimpulkan bahwa intensitas

kebisingan di lokasi bagian dalam Pasar Segiri, Samarinda melebihi baku tingkat

kebisingan yang telah ditetapkan. Pembagian zona berdasarkan intensitas kebisingan

ini seharusnya diterapkan dalam penentuan kembali Rencana Detail Tata Ruang Kota

(RDTRK). Kota yang memiliki RDTRK perlu melakukan pengawasan secara berkala

agar tingkat kebisingan di zona-zona itu tak melebihi nilai ambang batas.

Sedangkan menurut edaran Menteri Tenaga Kerja No.SE.01/MEN/1978 Tingkat

intensitas maksimal untuk “noise exposure time” atau waktu paparan kebisingan selama

8 jam, 40 jam per minggu adalah 85 dB(A). Ini merupakan standar atau kriteria

kebisingan yang dapat diterima oleh telinga. Jika kebisingan lebih dari 85 dB(A), waktu

kerjanya harus diperpendek. Jika lamanya shift lebih dari 8 jam, maka tingkat

kebisingan yang ada harus diturunkan.

Dengan melihat hal ini maka dapat diketahui bahwa kebisingan yang diterima oleh

tenaga kerja di Pasar Segiri, Samarinda masih dapat ditoleransi sehingga dampak dari

kebisingan ini belum berakibat fatal pada gangguan kesehatan. Tetapi karena

pengukuran ini hanya dilakukan dalam waktu 10 menit saja, maka butuh pengukuran

lebih lanjut untuk mengetahui akibat jangka panjang maupun jangka pendek pada

pekerja sehingga kebisingan ini pun menjadi prioritas yang harus diminimalisir.

Dampak dari kebisingan sendiri ialah timbulnya berbagai gangguan seperti gangguan

fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi, ketulian, menurunnya performa

kerja, stres serta kelelahan. Tenaga kerja yang terpapar kebisingan denyut nadinya

akan naik, tekanan darah naik, dan mempersempit pembuluh darah sehingga cepat

merasa lelah.

Pada pengukuran tingkat penerangan, diperoleh nilai tingkat penerangan di lokasi

Pasar Segiri bagian dalam adalah sebesar 19 lux. Berdasarkan SNI 03-6575-2001

Page 2: pembahasan k3

mengenai tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada bangunan gedung,

standar tingkat pencahayaan di dalam pasar seharusnya mencapai 250 lux. Ini berarti

nilai tingkat penerangan di Pasar Segiri masih sangat jauh dibawah standar baku mutu

yang telah ditetapkan.

Pencahayaan alami dan buatan harus disediakan pada sebuah bangunan pasar.

Pencahayaan alami disediakan dengan tujuan agar apabila suatu waktu terjadi

pemadaman listrik pada siang hari, kegiatan perdagangan di dalam pasar tetap

berlangsung. Sebuah bangunan pasar sebaiknya terdapat jendela atau bukaan di

sekeliling bangunan dan jendela atap Pencahayaan alami juga merupakan salah satu

cara penghematan energi dan biaya operasional pasar serta menciptakan ruang yang

sehat. Pencahayaan buatan juga menjadi faktor penting dalam kegiatan di dalam pasar.

Beberapa toko, kios, atau los yang tidak mendapatkan pencahayaan alami,

menggunakan pencahayaan buatan untuk kegiatannya. Selain itu, pencahayaan buatan

juga menunjang penyajian barang-barang dagangan.

Adapun akibat-akibat yang mendasar dari pencahayaan yang buruk yaitu kelelahan

mata yang menimbulkan berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan-

keluhan pegal diantara mata dan sakit kepala, kerusakan alat penglihat, meningkatnya

kecelakaan, serta produktivitas yang menurun.