pembahasan hk. raoult

3
BAB III PEMBAHASAN 3.1. Hasil Tabel 3.1. Pengamatan Perubahan Titik Didih Larutan Campuran Etil Asetat : Toluen (ml) Fraksi Mol Etil Asetat Titik Didih ( o C) 10 : 0 1 77 10 : 2 0,833 79 10 : 4 0,714 82 10 : 6 0,625 85 10 : 8 0,555 89 10 : 10 0,500 91 8 : 10 0,444 80 6 : 10 0,375 83 4 : 10 0,285 87 2 : 10 0,166 94 0 : 10 0 110 3.2. Pembahasan Prinsip dasar dari percobaan ini adalah penerapan hokum Roult. Menurut Hukum Roult, tekanan uap pelarut dan fraksi mol pelarut yang terdapat dalam suatu pencampuran larutan berperan penting dalam perubahan titik didih yang terjadi pada suatu pencampuran suatu senyawa tersebut. Misalnya pencampuran etil asetat dengan toluene yang memiliki tekanan uap yang berbeda (Yuri, 2005).

Upload: melisaadrian12

Post on 15-Feb-2016

35 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Hukum Roult

TRANSCRIPT

Page 1: Pembahasan Hk. Raoult

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1. Hasil

Tabel 3.1. Pengamatan Perubahan Titik Didih Larutan

Campuran Etil Asetat : Toluen (ml)

Fraksi Mol Etil Asetat Titik Didih (oC)

10 : 0 1 7710 : 2 0,833 7910 : 4 0,714 8210 : 6 0,625 8510 : 8 0,555 8910 : 10 0,500 918 : 10 0,444 806 : 10 0,375 834 : 10 0,285 872 : 10 0,166 940 : 10 0 110

3.2. Pembahasan

Prinsip dasar dari percobaan ini adalah penerapan hokum Roult. Menurut

Hukum Roult, tekanan uap pelarut dan fraksi mol pelarut yang terdapat dalam suatu

pencampuran larutan berperan penting dalam perubahan titik didih yang terjadi pada

suatu pencampuran suatu senyawa tersebut. Misalnya pencampuran etil asetat dengan

toluene yang memiliki tekanan uap yang berbeda (Yuri, 2005).

Pada percobaan ini digunakan larutan etil asetat dan toluene. Mula-mula

dicampurkan etil asetat dan toluene kedalam labu didih dengan volume etil asetat

sebanyak 10 ml dan toluene sebanyak 2 ml. Lalu dipanaskan diatas mantel pemanas

yang telah dihubungkan dengan alat refluks dan didapatkan suhu campuran sebesar

79oC. Setelah itu volume ditambahkan hingga menjadi 4 ml, dan dipanaskan kembali.

Setelah dipanaskan, suhu campuran mangalami kenaikan menjadi 82 oC. Menurut

Yuri (2005) hal ini disebabkan karena zat terlarut (toluene) yang memiliki tekanan

uap yang lebih rendah daripada zat pelarut (etil asetat) yang mengurangi fraksi mol

Page 2: Pembahasan Hk. Raoult

pada zat pelarut sehingga kecepatan penguapan menjadi berkurang. Hal inilah yang

menyebabkan kenaikan titik didih campuran. Hasil seperti ini sesuai dengan teortitis

menurut Yuri (2005) bahwa zat terlarut menaikkan tekanan uap campuran sekaligus

menurunkan fraksi mol zat pelarut hingga terjadi perubahan suhu. Setelah itu, larutan

ditambahkan dengan toluene berturut-turut 6 ml, 8 ml, dan 10 ml.

Selanjutnya dimasukkan 10 ml toluene kedalam labu didih dan dipanaskan,

sehingga diperoleh titik didih toluene sebesar 110 oC. Kemudian dimasukkan 2 ml etil

asetat dan dipanaskan kembali dan diperoleh titik didih larutan turun menjadi 94 oC.

Hal ini disebabkan karena, ketika toluene yang menjadi pelarut yang memiliki

tekanan uap lebih kecil dibandingkan dengan etil asetat yang memiliki tekanan uap

yang lebih tinggi mengakibatkan penurunan titik didih pada campuran. Selanjutnya,

ditambahkan etil asetat berturut-turut sebanyak 4 ml, 6 ml, 8 ml, dan 10 ml.

0,166 0,285 0,375 0,444 0,5 0,555 0,625 0,714 0,833 10

2

4

6

8

10

12

Grafik Fraksi Mol VS Temperatur (oC)

Fraksi Mol

Tem

pera

tur (

oC)

Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa penambahan zat terlarut pada etil

asetat menyebabkan terjadinya perubahan fraksi mol dan titik didih campuran. Pada

grafik dapat terlihat bahwa terjadinya penyimpangan positif, hal ini disebabkan

karena ikatan campuran dan toluene memiliki ikatan molekul sejenis yang

menyebabkan tekanan uap campurannnya menjadi tidak konstan linier dan berada

pada titik didih kedua jenis larutan.