pembahasan glukosa

6
Pada praktikum kimia klinik pertemuan kedua adalah menentukan kadar glukosa pada darah. Hal ini dilakukan agar mahasiswa dapat menyiapkan pasien untuk pemeriksaan glukosa darah, kemudian mahasiswa dapat mengintrepresentasikan hasil laboratorium yang diperoleh. Diagnosis untuk kelainan metabolisme karbohidrat, dilakukan dengan mengukurglukosa plasma pada keadaan puasa. Specimen yang digunakan adalah darah vena, tetapi untuk bayi atau pasien yang venanya sukar ditusuk dapat digunakan darah kapiler. Sesudah puasa satu malam nilai glukosa kapiler hanya 2-3 ml/dl lebih tinggi daripada konsentrasi glukosa vena, tetapi sesudah makan nilai glukosa kapiler lebih tinggi 20-30 mg/dl. Dalam menyiapkan pasien untuk suatu pemeriksaan laboratorium, kita harus memperhitungkan faktor-faktor seperti aktivitas fisik pasien, diet, intake obat, merokok dan postur tubuh pasien. Namun dalam praktikum kali ini, sampel yang digunakan diambil dari pasien rumah sakit yang bentuknya sudah dalam plasma darah dan terbebas dari zat-zat yang lainnya, sehingga bias langsung glukosa dalam sampel tersebut. Hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan cara mempersiapkan segala alat dan bahan yang diperlukan untuk praktikum ini diantaranya yaitu sampel darah. Darah yang akan digunakan disimpan di dalam tabung darah khusus. Dalam pelaksanaannya harus dengan hati-hati agar darah tidak terkontaminasi oleh zat lain.

Upload: auliasumardjo

Post on 09-Dec-2014

112 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBAHASAN GLUKOSA

Pada praktikum kimia klinik pertemuan kedua adalah

menentukan kadar glukosa pada darah. Hal ini dilakukan agar

mahasiswa dapat menyiapkan pasien untuk pemeriksaan glukosa

darah, kemudian mahasiswa dapat mengintrepresentasikan hasil

laboratorium yang diperoleh.

Diagnosis untuk kelainan metabolisme karbohidrat, dilakukan

dengan mengukurglukosa plasma pada keadaan puasa. Specimen

yang digunakan adalah darah vena, tetapi untuk bayi atau pasien yang

venanya sukar ditusuk dapat digunakan darah kapiler. Sesudah puasa

satu malam nilai glukosa kapiler hanya 2-3 ml/dl lebih tinggi daripada

konsentrasi glukosa vena, tetapi sesudah makan nilai glukosa kapiler

lebih tinggi 20-30 mg/dl. Dalam menyiapkan pasien untuk suatu

pemeriksaan laboratorium, kita harus memperhitungkan faktor-faktor

seperti aktivitas fisik pasien, diet, intake obat, merokok dan postur

tubuh pasien. Namun dalam praktikum kali ini, sampel yang digunakan

diambil dari pasien rumah sakit yang bentuknya sudah dalam plasma

darah dan terbebas dari zat-zat yang lainnya, sehingga bias langsung

glukosa dalam sampel tersebut.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan cara

mempersiapkan segala alat dan bahan yang diperlukan untuk

praktikum ini diantaranya yaitu sampel darah. Darah yang akan

digunakan disimpan di dalam tabung darah khusus. Dalam

pelaksanaannya harus dengan hati-hati agar darah tidak

terkontaminasi oleh zat lain.

Sampel darah (Plasma darah).

Page 2: PEMBAHASAN GLUKOSA

Dalam penentuan kadar glukosa ini dilakukan beberapa tahap,

diantaranya yakni mempersiapkan larutan baku pembanding (standar)

atau kita kenal sebagai larutan Blanko. Larutan blanko diambil dari

reagen kit glukosa, dalam hal ini kami menggunakan Spinreact.

   Reagen Kit Glukosa.

Pada dasarnya ada banyak larutan baku standar yang bisa

dipakai tergantung dari pabrikan, contohnya seperti merek pabrikan

spinreact. Adapun batasan nilai normal yakni dari skala 60-110 mg/dl

atau 3,3-6,10 mmol/l. Blanko dimasukkan kedalam tabung reaksi

dengan menggunakan alat khusus yakni Clinipette. Clinipette yang

digunakan juga mempunyai variasi volume yang bereda-beda. Dalam

praktikum ini kami menggunakan clinnipette yang mempunyai ukuran

10 µl dan 1,0 µl. Larutan blanko yang sudah dimasukkan ke dalam

tabung reaksi kemudian disimpan (inkubasi) selama 10 menit minimal

pada suhu 37oC atau 30 menit dalam suhu ruangan (15-25 oC).

Tahap selanjutnya yakni perlakuan pada sampel. Seperti halnya

pada larutan blanko, sampel darah dimasukkan kedalam tabung reaksi

menggunakan clinipette sebanyak 10 µl kemudian masukkan reagen

glukosa sebanyak 1,0 µl setelah itu sample di inkubasi selama 30

menit. Hasilnya sampel membentuk larutan berwarna merah muda

(pink). Sampel yang sudah di inkubasi kemudian di uji menggunakan

Spektrofotometer untuk mengetahui panjang gelombang (λ) dan

absorban pada sampel. Namun sebelumnya terlebih dahulu larutan

balnko yang sudah di inkubasi diperiksa menggunakan alat ini. Hal ini

dilakukan agar sampel mempunyai nilai pembanding dengan balnko.

Hasil absorban pada blanko mempunyai nilai yang beragam, yakni

0,078; 0,077 dan 0,77. Selanjutnya baru kemudian sampel diperiksa

menggunakan spektrofotometer. Adapun hasil absorban yang didapat

Page 3: PEMBAHASAN GLUKOSA

yakni -0,039. Hasil nilai negatif yang didapat dianggap positif, maka

nilai absorban yang sebenarnya adalah sebesar 0,039.

Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap sampel, maka

selanjutnya dilakukan perhitungan pada sampel. Hal ini dilakukan agar

nilai glukosa dalam sampel dapat diketahui. Panjang gelombang

sampel mempunyai nilai sebesar 546,0 nm. Perhitungan dilakukan

dengan menggunakan rumus, yakni :

Csampel =  x Cstandar

Maka nilai glukosa yang didapat pada sampel adalah

sebesar 35,238 mg/dl

D.    Kesimpulan

Serum (sampel darah) dengan sampel no.2 mempunyai

konsentrasi glukosa sebesar 35,238 mg/dl. Karena konsentrasi nilai

glukosa kurang dari rentang batas normal nilai glukosa normal yakni

60-110 mg/dl, maka sampel tersebut dapat dikatan tidak normal atau

bias disebut juga dengan istilah Hipoglikemi.

Page 4: PEMBAHASAN GLUKOSA

PEMBAHASAN HASIL

Sebelum melakukan pengukuran absorbansi serum sampel pada

spektrofotometer , dilakukan pengukuran terlebih dahulu untuk larutan standar.

Konsentrasi larutan standar yang digunakan adalah sebesar 5.55 mmol/L atau 100

mg/dl. Adapun batasan nilai normal konsentrasi glukosa standar yakni dari skala

60-110 mg/dl atau 3,3-6,10 mmol/l. Larutan standar berisi 0.01 ml standar dan 1

ml reagen (buffer dan GOD-PAP).

Absorbansi dapat diukur karena pada pengukuran glukosa metode GOD –

PAP dihasilkan suatu derivat senyawa 4 – (-p-benzoquinone-mono-imino)

fenazon yang berwarna merah violet. Pengukuran absorbansi dilakukan pada

panjang gelombang 546 nm karena daya absorpsinya akan optimal. Hasil

absorbansi untuk larutan standar adalah sebesar 0.029.

Adapun hasil absorbansi pada sampel yang diuji oleh kelompok 1 nilainya

bervariasi karena dilakukan secara duplo yakni 0.170 dan 0.162. Rata-rata nilai

absorbansi sampel adalah 0.166. Hasil absorbansi sampel yang diuji oleh

kelompok 2 adalah 0.205 dan 0.181 dengan nilai rata – rata sebesar 0.193. Dan

hasil absorbansi sampel yang diuji oleh kelompok 3 adalah 0.067 dan 0.076

dengan rata – rata sebesar 0.0715.

Setelah dilakukan pemeriksaan nilai absorbansi terhadap sampel, maka

selanjutnya dilakukan perhitungan pada sampel. Hal ini dilakukan agar nilai

glukosa dalam sampel dapat diketahui. Panjang gelombang sampel mempunyai

nilai sebesar 546,0 nm. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus, yakni

: Csampel = A sampel rata−rata

A standar x Cstandar

Maka nilai glukosa yang didapat pada sampel kelompok 1 adalah

sebesar 572.44 mg/dl. Sampel yang diuji oleh kelompok 2 memiliki konsentrasi

glukosa sebesar 665.52 mg/dl. Sampel yang diuji oleh kelompok 3 memiliki nilai

konsentrasi glukosa sebesar 246.55 mg/dl.

Semua sampel yang diuji memiliki nilai konsentrasi glukosa yang sangat

tinggi dengan rentang 246.55 mg/dl – 665.52 mg/dl. Konsentrasi glukosa serum

sampel jauh dari rentang batas normal nilai glukosa darah yakni 70 – 110 mg/dl.

Page 5: PEMBAHASAN GLUKOSA

Hal tersebut menandakan bahwa sampel menunjukkan kondisi hiperglikemia

karena nilai glukosa darah di atas 110 mg/dl.

Kesalahan yang mungkin terjadi pada pengukuran kadar glukosa darah

dengan metode GOD-PAP ini adalah pemmipetan serum dan reagen yang kurang

benar, ketidakbersihan alat sehingga menyebabkan terjadinya kontaminasi, serta

waktu dan suhu inkubasi yang kurang tepat.