pembahasan agama

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbuat baik kepada orang tua adalah perintah Allah SWT, baik langsung melalui firman-Nya (Al- Qur’an) maupun melalui Nabinya Muhammad Shalallahu ‘alailhi Wa Sallam. Sebenarnya, meskipun tak ada perintah Allah SWT. Kita tetap seharusnya berbuat baik dan berbakti (akhlak) kepada orang tua dan guru , karena merekalah hingga kita terlahir ke dunia ini, merawat dan mengasuh kita dari kecil hingga tumbuh dewasa. 1.2. Rumusan Masalah a. Apa pengertian akhlak,orang tua, murid ? b. Bagaimana seharusnya akhlak kita kepada kedua orang tua ? c. Apa saja ayat Al-Qur’an dan hadits nabi tentang akhlak kepada kedua orang tua ? d. Apa saja kriteria yang menunjukan berbakti kepada orang tua? e. Apa saja batasan taat kepada orang tua? f. Bagaimana etika murid terhadap guru? 1

Upload: sriramadhani

Post on 28-Jan-2016

227 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pembahasan agama islam

TRANSCRIPT

Page 1: Pembahasan Agama

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berbuat baik kepada orang tua adalah perintah Allah SWT, baik

langsung melalui firman-Nya (Al-Qur’an) maupun melalui Nabinya

Muhammad Shalallahu ‘alailhi Wa Sallam.

Sebenarnya, meskipun tak ada perintah Allah SWT. Kita tetap

seharusnya berbuat baik dan berbakti (akhlak) kepada orang tua dan guru ,

karena merekalah hingga kita terlahir ke dunia ini, merawat dan mengasuh

kita dari kecil hingga tumbuh dewasa.

 

1.2. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian akhlak,orang tua, murid ?

b. Bagaimana seharusnya akhlak kita kepada kedua orang tua ?

c. Apa saja ayat Al-Qur’an dan hadits nabi tentang akhlak kepada kedua

orang tua ?

d. Apa saja kriteria yang menunjukan berbakti kepada orang tua?

e. Apa saja batasan taat kepada orang tua?

f. Bagaimana etika murid terhadap guru?

g. Apa saja yang harus diperhatikan etika murid dan guru?

h. Bagaimana metode yang baik dalam mencari/menuntut ilmu?

i. Bagaimana peran guru terhadap murid?

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan kami menulis makalah ini adalah agar kita dapat

mengetahui akhlak kepada orang tua dan guru menurut Al-Qur’an dan

hadits, serta mengaplikasikannya di dalam kehidupan kita sehari-hari.

1

Page 2: Pembahasan Agama

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Akhlak

Dari segi bahasa Akhlaq berasal daripada kata ‘khulq’ yang

bererti perilaku, perangai atau tabiat. Hal ini terkandung dalam perkataan

Sayyidah Aisyah berkaitan dengan akhlak Rasulullah saw

yaitu : “Akhlaknya (Rasulullah) adalah al-Quran.” Akhlak Rasulullah yang

dimaksudkan di dalam kata-kata di atas ialah kepercayaan, keyakinan,

pegangan, sikap dan tingkah laku Rasulullah saw yang semuanya

merupakan pelaksanaan dari ajaran al-Quran.

Dari segi istilah : Menurut Imam al-Ghazali, “Akhlak ialah suatu sifat

yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan

dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan terlebih dahulu.”

Menurut Ibnu Maskawih, “Akhlak ialah keadaan jiwa seseorang yang

mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa pertimbangan

akal fikiran terlebih dahulu.”

Menurut Profesor Dr Ahmad Amin, “Akhlak ialah kehendak yang

dibiasakan dan ia akan menjadi kebiasaan yang mudah dilakukan.”

Menurut Iman Al Ghazali, akhlak merupakan gambaran tentang

keadaan dalam diri manusia dan dari gambaran tersebut menumbuhkan

tingkah laku secara mudah dan senang tanpa memerlukan pertimbangan

atau pemikiran. Akhlak sangat penting dan pengaruhnya sangat besar dalam

membentuk tingkah laku manusia. Apa saja yang lahir dari manusia atau

segala tindak-tanduk manusia adalah sesuai dengan pembawaan dan sifat

yang ada dalam jiwanya.

Tepatlah apa yang dikatakan oleh Al-Ghazali dalam bukunya Ihya’

Ulumuddin, “Sesungguhnya semua sifat yang ada dalam hati akan lahir

pengaruhnya (tandanya) pada anggota manusia, sehingga tidak ada suatu

perbuatan pun melainkan semuanya mengikut apa yang ada dalam hati

manusia”.

2

Page 3: Pembahasan Agama

Tingkah laku atau perbuatan manusia mempunyai hubungan yang erat

dengan sifat dan pembawaan dalam hatinya. Umpama pokok dengan

akarnya. Bermakna, tingkah laku atau perbuatan seseorang akan baik

apabila baik akhlaknya, sebagaimana pokok, apabila baik akarnya maka

baiklah pokoknya. Apabila rusak akarnya maka akan rusaklah pokok

dan cabangnya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

Artinya: “Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur

dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya

Hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda

kebesaran (kami) bagi orang-orang yang bersyukur.” (QS. Al- A’raf: 58)

Akhlak yang mulia adalah matlamat utama bagi ajaran Islam. Ini telah

dinyatakan oleh Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam dalam hadisnya (yang

bermaksud, antara lain: “Sesungguhnya aku diutuskan hanyalah untuk

menyempurnakan akhlak yang mulia”.

Hal ini ditegaskan lagi oleh ayat al-Qur’an dalam firman Allah:

ع�ظ�يم� لق� خ ل�ع�ل�ى إ�ن�ك� و�

Artinya: “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang

agung” (QS. Al-Qalam: 4)

Pengertian Orang Tua

Orang Tua yang dimaksud disini adalah ayah dan ibu kandung yang

mempunyai fungsi sebagai penanggung jawab pertama dan utama bagi

anak. Karena anak merupakan amanat Allah atas orang tua yang harus

dibina dan didik sehingga menjadi insan yang sholeh dan sholehah, dan

sesuai kodratnya oarng tua merupakan pendidik pertama dan utama dalam

kehidupan anak, yang bertanggung jawab atas fitrah yang dibawa anak

ketika lahir.

Pengertian Guru

Guru adalah ibu bapa kedua, iaitu orang yang mendidik murid-

muridnya untuk menjadi lebih baik sebagaimana yang diredhai Allah ‘azza

wa jalla. Sebagaimana wajib hukumnya mematuhi kedua ibu bapa, maka

3

Page 4: Pembahasan Agama

wajib pula mematuhi perintah para guru selama perintah tersebut tidak

bertentangan dengan syari’at agama.

2.2. Akhlak  Terhadap Orang Tua (Ibu Dan Bapak)

a. Akhlak terhadap orang tua yang masih hidup

Orang tua (ibu dan bapak) adalah orang secara jasmani menjadi

asal keturunan anak. Jadi anak adalah keturunan dari orang tuanya dan

darahnya adalah juga mengalir darah orang tuanya. Seorang anak

kandung merupakan bagian dari darah dan daging orang tuanya,

sehingga apa yang dirasakaan oleh anaknya juga dirasakan oleh orang

tuanya dan demikian sebaliknya.

Itu pula sebabnya secara kudrati, setiap orang tua menyayangi dan

mencintai anaknya sebagai mana ia menyayangi dan mencintai dirinya

sendiri. Kasih dan sayang ini mulai dicurahkan sepenuhnya terutama

oleh ibu, semenjak anak masih dalam kandungan sampai ia lahir dan

menyusui bahkan sampai tua.

Orang tua tidak mengharapkan balas jasa dari anak atas semua

pengorbanan yang diberikan kepada anak. Harapan orang tua hanya

satu yaitu kelak anaknya menjadi anak yang saleh dan salehah, anak

yang memberi kebahagiaan orang di dunia dan mendo’akan mereka

setelah mereka meninggal dunia.

Atas dasar itu, antara lain yang menyebabkan seorang anak harus

berbakti kepada orang tua, bukan saja saat keduanya masih hidup, tetapi

kebaktian anak itu harus lanjut sampai kedua orang tuanya meninggal.

b. Akhlak terhadap orang tua yang Sudah Meninggal

Orang tua yang sudah meninggal dunia tidak lagi dapat menerima

apa-apa, selain apa yang mereka lakukan selama di dunia kecuali jika

mereka memiliki tiga hal yang mensubsidi bekal berupa pahala untuk

mereka di akhirat sebagai tambahan dari mereka bawa dari dunia, yaitu

sedekah jariyah, ilmu yang diajarkan, dan anak yang saleh yang

mendo’akannya.

4

Page 5: Pembahasan Agama

Seorang ayah atau ibu yang sudah meninggal dunia masih

memiliki hak mendapatkan limpahan pahala dari do’a yang

disampaikan anaknya. Hal ini juga mengandung arti bahwa anak

memiliki kewjiban mendo’akan orang tuanya yang sudah meninggal.

Dalam ajaran tasawuf, dikatakan, do’a yang paling besar kemungkinan

diterima Allah adalah do’a seorang anak untuk orang tuanya dan do’a

oaring fakir untuk orang kaya.

Kita sebagai anak, meskipun orang tua kita sudah wafat, orang tua

tetap sebagai orang tua yang wajib dihormati, oleh sebab itu, kewajiban

anak terhadap mereka berlanjut sampai mereka wafat.

2.2.1 Akhlak Kepada Orang Tua Menurut Al-Qur’an dan Hadits

a. Al-Qur’an

1. Surat An-Nisaa’ ayat 36:

Artinya: ”Sembahlah Allah dan janganlah kamu

mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah

kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim,

orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh,

dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong

dan membangga-banggakan diri.”

2. Surat Luqman ayat 15:

Artinya: ”Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan

dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,

Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah

keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang

kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu,

Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.”

5

Page 6: Pembahasan Agama

3. Surat Al-Ahqaaf ayat 15:

Artinya: ”Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik

kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan

susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).

mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan,

sehingga apabila dia Telah dewasa dan umurnya sampai empat

puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah Aku untuk

mensyukuri nikmat Engkau yang Telah Engkau berikan kepadaku

dan kepada ibu bapakku dan supaya Aku dapat berbuat amal yang

saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan

(memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya Aku

bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya Aku termasuk orang-

orang yang berserah diri".”

b. Hadits

1. Dari Abdullah bin Amr r.a.

: ح �ي� �ب الن �ل�ى إ ج�ل ر� جاء� ق�ال� عنهما، الله رضي ع�م ر�و ب ن� الله ع�ب د� �ديث�

» « : . ؟ �د�اك� و�ال �ح�ي) أ ف�ق�ال� الج�ه�اد� ف�ي �ه� ذ�ن�أ ت ف�اس وسلم، عليه الله صلى

.» « : . اه�د : ف�ج� ف�ف�يه�م�ا ق�ال� �ع�م ن ق�ال�

Abdullah bin Amr r.a. berkata: Seorang datang kepada Nabi saw.

minta izin untuk berjihad. Maka ditanya oleh Nabi saw.: Apakah

kedua ayah bundamu masih hidup? Jawabnya: Ya. Sabda Nabi

saw.: Di dalam melayani keduanya itulah anda berjihad. (HR.

Bukhari, Muslim).

2. Dari Abdullah bin Mas’ud. r.a.

م�ع ت� س� ق�ال� �ي ن �ر� ب خ � أ �ار ع�ي ز� ب ن� �يد� ال و�ل ق�ال� �ة� ع ب ش� �ا �ن ح�د�ث �يد� ال و�ل �و ب

� أ �ا �ن ح�د�ث

د�ار� �ل�ى إ �د�ه� �ي ب� و م�أ

� و�أ الد�ار� ه�ذ�ه� ص�اح�ب� �ا ن �ر� ب خ � أ �ق�ول� ي �ي� �ان ي ب الش� ع�م ر�و �ا �ب أ

�ل�ى إ �ح�ب) أ ال ع�م�ل� ي)� أ �م� ل و�س� �ي ه� ع�ل �ه� الل ص�ل�ى �ي� �ب الن �ل ت� أ س� ق�ال� �ه� الل ع�ب د�

ق�ال� Fي� أ �م� ث ق�ال� �د�ي ن� ال و�ال �ر) ب ق�ال� Fي

� أ �م� ث ق�ال� �ه�ا و�ق ت ع�ل�ى ة� الص�ال� ق�ال� �ه� الل

اد�ن�ي �ز� ل �ه� د ت �ز� ت اس �و و�ل �ه�ن� ب �ي �ن ح�د�ث ق�ال� �ه� الل �يل� ب س� ف�ي ال ج�ه�اد�

6

Page 7: Pembahasan Agama

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Al Walid telah

menceritakan kepada kami Syu'bah berkata; Al Walid bin 'Aizar

telah mengabarkan kepadaku dia berkata; saya mendengar Abu

'Amru Asy Syaibani berkata; telah mengabarkan kepada kami

pemilik rumah ini, sambil menunjuk kerumah Abdullah dia

berkata; saya bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam;

"Amalan apakah yang paling dicintai Allah? Beliau bersabda:

"Shalat tepat pada waktunya." Dia bertanya lagi; "Kemudian

apa?" beliau menjawab: "Berbakti kepada kedua orang tua." Dia

bertanya; "Kemudian apa lagi?" beliau menjawab: "Berjuang di

jalan Allah." Abu 'Amru berkata; "Dia (Abdullah) telah

menceritakan kepadaku semuanya, sekiranya aku menambahkan

niscaya dia pun akan menambahkan (amalan) tersebut kepadaku."

(HR. Bukhari)

3. Dari Abu Hurairah r.a.

: صلى الله س�ول� ر� �ل�ى إ ج�ل ر� ج�اء� ق�ال� عنه، الله رضي ة� ي ر� ه�ر� �ي ب� أ ح�د�يث�

: ! : ق�ال� �ي؟ �ت اب ص�ح� �ح�س ن� ب �ح�ق) أ م�ن الله س�ول� ر� �ا ي ف�ق�ال� وسلم، عليه الله

: » « : : » « : : » �م�» ث ق�ال� م)ك�� أ ق�ال� ؟ م�ن �م� ث ق�ال� م)ك�

� أ ق�ال� ؟ م�ن �م� ث ق�ال� م)ك�� أ

.» �وك� » �ب أ �م� ث ق�ال� ؟ م�ن

Artinya: Abu Hurairah r.a. berkata: Seorang datang kepada Nabi

saw. dan berkata: Ya Rasulullah, siapakah yang berhak aku layani?

Jawab Nabi saw.: Ibumu. Ditanya; Kemudian siapakah? Jawab

Nabi saw.: Ibumu. Ditanya: Kemudian siapakah? Jawab Nabi saw.:

Ibumu. Ditanya, kemudian siapakah? Jawab Nabi saw.: Ayahmu.

(Bukhari, Muslim).

Sebenarnya masih banyak lagi, baik ayat Al-Qur’an maupun hadits

nabi yang berbicara tentang akhlak kepada kedua orang tua, namun karena

keterbatasan halaman makalah ini menyebabkan kami tidak dapat

menampilkan semuanya. Meskipun demikian, dari ayat maupun hadits di

atas rasanya sudah cukup bagi kita untuk dapat menyimpulkan bahwa

7

Page 8: Pembahasan Agama

akhlak baik kepada orang tua mempunyai kedudukan yang tinggi dihadapan

Allah SWT maupun Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam.

2.2.2 kriteria yang menunjukkan berbakti kepada orang tua

Ada lima kriteria yang menunjukkan bentuk bakti seorang anak kepada

kedua orang tuanya.

1. Tidak ada komentar yang tidak mengenakkan dikarenakan melihat atau

tercium dari kedua orang tua kita sesuatu yang tidak enak. Akan tetapi

memilih untuk tetap bersabar dan berharap pahala kepada Allah dengan hal

tersebut, sebagaimana dulu keduanya bersabar terhadap bau-bau yang tidak

enak yang muncul dari diri kita ketika kita masih kecil. Tidak ada rasa susah

dan jemu terhadap orang tua sedikit pun.

2. Tidak menyusahkan kedua orang tua dengan ucapan yang menyakitkan.

3. Mengucapkan ucapan yang lemah lembut kepada keduanya diiringi dengan

sikap sopan santun yang menunjukkan penghormatan kepada keduanya. Tidak

memanggil keduanya langsung dengan namanya, tidak bersuara keras di

hadapan keduanya. Tidak menajamkan pandangan kepada keduanya (melotot)

akan tetapi hendaknya pandangan kita kepadanya adalah pandangan penuh

kelembutan dan ketawadhuan.

rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh

kesayangan dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,

sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. al-Isra:

24)

Urwah mengatakan jika kedua orang tuamu melakukan sesuatu yang

menimbulkan kemarahanmu, maka janganlah engkau menajamkan pandangan

kepada keduanya. Karena tanda pertama kemarahan seseorang adalah pandangan

tajam yang dia tujukan kepada orang yang dia marahi.

8

Page 9: Pembahasan Agama

4. Berdoa memohon kepada Allah agar Allah menyayangi keduanya sebagai

balasan kasih sayang keduanya terhadap kita.

5. Bersikap tawadhu’ dan merendahkan diri kepada keduanya, dengan menaati

keduanya selama tidak memerintahkan kemaksiatan kepada Allah serta sangat

berkeinginan untuk memberikan apa yang diminta oleh keduanya sebagai

wujud kasih sayang seorang anak kepada orang tuanya.

Perintah Allah untuk berbuat baik kepada orang tua itu bersifat umum,

mencakup hal-hal yang disukai oleh anak ataupun hal-hal yang tidak disukai oleh

anak. Bahkan sampai-sampai al-Qur’an memberi wasiat kepada para anak agar

berbakti kepada kedua orang tuanya meskipun mereka adalah orang-orang yang

kafir.

Artinya : “Dan jika keduanya memaksamu untuk  mempersekutukan 

dengan  Aku  sesuatu yang  tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka

janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergauilah keduanya di dunia dengan 

baik,  dan  ikutilah jalan   orang   yang  kembali  kepada-Ku,  kemudian  hanya

kepada-Ku lah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu

kerjakan.” (QS. Lukman:15).1

2.2.3 Batasan Taat Kepada Orang Tua

Secara umum kita diperintahkan taat kepada orang tua. Wajib taat kepada

kedua orang tua baik yang diperintahkan itu sesuatu yang wajib, sunnah atau

mubah. Demikian pula bila orang tua melarang dari perbuatan yang haram,

makruh atau sesuatu yang mubah kita wajib mentaatinya. Lebih dari itu, kita juga

wajib mendahulukan berbakti kepada orang tua dari pada perbuatan wajib kifayah

dan sunnah. Mengenai hal diatas para ulama telah beristimbat dari kisah Juraij

yang hidup jauh sebelum masa Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam

yang diriwayatkan oleh Imam

1

9

Page 10: Pembahasan Agama

2.2 Berbakti Kepada Guru

2.3.1 Etika Murid Terhadap Guru

Pada zaman Rasulullah dan para Sahabat murid itu mendapatkan kedudukan

yang sangat tinggi dalam proses pendidikan, karena murid itu adalah sosok yang

sedang tumbuh dan berkembang yang harus diperhatikan oleh pendidik. Dalam

hal ini, para guru membuat aturan bagaimana murid mampu merealisasikan

aturan, sehingga dapat menciptakan proses pembelajaran yang baik

Adapun mengenai etika murid terhadap guru, menurut Sa’id bin Muhammad

Da’ib Hawwa itu ada delapan:

1. Mendahulukan kesucian jiwa dari pada kejelekan akhlak dan keburukan sifat,

karena ilmu adalah ibadahnya hati, shalatnya jiwa, dan peribadatannya batin

kepada Allah.

2. Mengurangi keterikatannya dengan kesibukan dunia, karena iktan-iktan itu

menyibukkan dan memalingkan kepada Allah. Jika pikiran terpecah maka tidak

bisa mengetahui berbagai hakekat. Oleh karena itu, ilmu tidak akan diberikan

kepada seseorang sebelum seseorang tersebut menyerahkan seluruh jiwanya.

3. Tidak bersikap sombong kepada orang yang berilmu dan tidak bertindak

sewenang-wenang terhadap guru, bahkan ia harus menyerahkan seluruh

urusannya dan mematuhi nasehatnya. Oleh karena itu, penuntutilmu tidak boleh

bersikap sombong terhadap guru. Di antara bentuk

kesombongannya terhadap guru adalah sikap tidak mau mengambilmanfaat (ilmu)

kecuali dari orang-orang besar yang terkenal.

4. Hendaknya seorang murid menjaga diri dari mendengarkan perselisihan di

antara mereka, baik yang ditekuni itu termasuk ilmu dunia ataupun akhirat.Karena

itu akan membingungkan akal dan pikirannya, dan membuatnyaputus asa dari

melakukan pengkajian dan telaah mendalam.

5. Seorang penuntut ilmu tidak boleh meninggalkan suatu cabang ilmu yang

terpuji, atau salah satu jenis ilmu, kecuali ia harus mempertimbangkanmatang-

matang dan memperhatikan tujuan dan maksudnya.

6. Hendaknya seorang tidak menekuni semua bidang ilmu secara sekaligus

melainkan memulai dengan yang lebih mudah.

10

Page 11: Pembahasan Agama

7. Hendaklah seorang murid tidak memasuki suatu cabang ilmu sebelum

menguasai cabang ilmu yang sebelumnya.

8. Hendaklah mengetahui faktor penyebab adanya ilmu yang mulia. Yang

dimaksud adalah kemulian hasil, kekokohan dan kekuatan dalil.

9. Hendaklah tujuan murid di dunia adalah semata-mata untuk menghias dan

mempercantik hatinya dengan keutamaan, dan akhirat adalah untuk mendekatkan

diri kepada Allah dan meningkatkan diri untuk bisa berdekatan dengan makhluk

tertinggi dari kalangan malaikat dan orangorang yang didekatkan (muqorrobin).

10. Hendaklah mengetahui kaitan dengan tujuan agar supaya mengutamakan yang

tinggi.

Sedangkan menurut Hasyim Asy’ari bahwa etika murid terhadap ada

sepuluh macam yang harus diketahui oleh murid

1. Murid hendaknya membersihkan hati dari segala kotoran, agar ilmu mudah

masuk pada dirinya.

2. Memfokuskan niat hanya semata-mata karena Allah dan beramal

denganilmunya, menjaga syariat, menerangi hati dan taqorrub Kepada Allah.

3. Berusaha semaksimal mungkin untuk segera memperoleh ilmu, tidak tertipu

oleh lamunan-lamunan kosong atau kemalasan.

4. Qona’ah dan sabar terhadap makanan dan pakaian yang sederhana agar segera

memperoleh kedalam ilmu dan sumber hikmah.

5. Pandai mengatur waktu, sehingga semua potensi bisa dimanfaatkan secara

maksimal.

6. Makan sekedarnya, tidak terlalu kenyang, agar tidak menghambat ibadah dan

memberatkan badan.

7. Berusaha bersikap waro’ (hati-hati terhadap masalah haram, subhat dan sia-

sia); memilih yang halal bagi kebutuhan hidupnya agar hati senantiasa bersinar

dan siap menerima cahaya ilmu dan keberkahanya.

8. Menghindari makanan yang menyebabkan kemalasan dan melemahkan

keberanian, termasuk juga menghindari hal-hal yang banyak menyebabkan

lemahnya daya ingat.

11

Page 12: Pembahasan Agama

9. Menyedikitkan tidur selama tidak mengganggu kesehatan diri.

10. Meninggalkan hal yang bisa menarik pada kesia-sian dan kelalaian dari belajar

dan ibadah

Sangat jelas sekali, keharusan adanya niat dan kebersihan hati dalam

belajar. Karena belajar dianggap sebagai ibadah dan tujuannya adalah ridha dan

taqorrub kepada Allah. Untuk itu, murid harus menyesuaikan diri dengan sifatsifat

bersih dan suci dari Allah. Penekanan pentingnya kebersihan hati dalam belajar

itu berdasarkan atas kepercayaan bahwa ilmu merupakan anugerah dari Allah

yang maha Agung. Semakin suci dan bersih hati manusia akan semakin baik dan

kuat menerima ilmu dan nur Allah. Dan juga perlu disadari, bahwa hormat dan

patuh kepada gurunya bukanlah manifestasi penyerahan total kepada guru yang

dianggap memiliki otoritas, melainkan karena keyakinan murid bahwa guru

adalah penyalur kemurahan Tuhan kepada para murid di dunia maupun di akhirat.

Selain itu juga didasarkan atas kepercayaan bahwa guru tersebut memiliki

kesucian karena memegang kunci penyalur ilmu pengetahuan dari Allah. Dengan

demikian, dalam kontek kepatuhan santri pada guru hanyalah karena

hubungannya dengan kesalehan guru kepada Allah, ketulusannya, dan

kecintaanya mengajar murid-murid.

2.3.2 Adapun yang Harus Diperhatikan Adab Terhadap Guru

Adapun yang harus diperhatikan adab terhadap guru diantarnya:

menghormati dan memuliakan guru dan keluarganya dengan tulus dan ikhlas

tunduk dan patuh terhadap semua perintah dan nasihat guru

jujur dan setia bersama guru bersikap rendah hati, lembut dan santun kepada guru

hendaknya memaafkan guru ketika beliau melakukan suatu kesalahan

tidak menjelek-jelekan dan tidak memfitnah guru tidak menghianati dan tidak

menyakiti hati guru berusaha melayani guru dengan sebaik-baiknya

selalu berusaha menyenangkan hati guru memanggil guru dengan panggilan yang

disukainya berusaha menyukai apa yang disukai oleh guru

12

Page 13: Pembahasan Agama

membiasakan diri memberikan hadiah kepada guru dan keluarganya sebagai

tanda penghormatan kepada mereka tidak berjalan di depan guru ketika berjalan

bersamanya tidak terbahak-bahak di depan guru tidak meninggikan suara ketika

berbicara dengan guru selalu duduk dalam sikap sopan berusaha keras ( jihad )

dan tekad membuat kemajuan bersama guru

1. Adapun adab menurut Imam al-Ghazali seseorang murid terhadap gurunya

hendaklah:

Memberikan sepenuh perhatian kepada gurunya.

2. Mendiamkan diri sewaktu guru sedang menyampaikan pelajaran.

3. Menunjukkan minat terhadap apa yang disampaikan oleh guru.

4. Tidak meninggikan suara terhadap guru, sebaliknya memadailah berkata

dengan suara yang didengari.

5. Sekiranya perlu bertanya, pastikan guru bersedia memberikan jawapan

6. Menghormati guru di hadapan dan belakangnya.

7. Menutup kelemahan guru agar tidak didedahkan tanpa keperluan.

8. Mendoakan kebaikan baginya.

2.3.3 Metode yang Baik Dalam Mencari/menuntut Ilmu

metode yang baik dalam mencari/menuntut ilmu, agar ilmu yang kita

miliki bermanfaat dan mendapat barokah dari Allah:

1. Awali dengan niat yang benar, baik dan ikhlas. Niatkan bahwa

mencari/menuntut ilmu hanya untuk mendapatkan ridho Allah. Niatkan bahwa

ilmu yang dimiliki akan digunakan untuk kebaikan, bukan untuk mengejar dunia

semata. Niatkan bahwa dengan ilmu tersebut, kita berjuang di jalan Allah.

Memohonlah kepada Allah agar ilmu yang kita miliki bermanfaat dunia-akhirat.

Memohonlah kepada Allah agar kita terhindar dari ilmu/ajaran sesat dan

menyesatkan.

2. Selalu minta restu dan ridho orangtua. Mintalah dengan kerendahan hati

dan santun kepada orangtua untuk mendoakan agar kita selamat dunia-akhirat.

13

Page 14: Pembahasan Agama

3. Berhati-hati dalam memilih ilmu. Pelajarilah ilmu agama sebagai landasan

hidup. Pelajarilah ilmu tentang aqidah, karena aqidah yang benar merupakan

pondasi keimanan. Pelajarilah ilmu tentang akhlak, karena akhlak merupakan

cermin dari suasana hati. Ingatlah... bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW diutus

ke dunia untuk memperbaiki akhlak manusia. Pelajarilah ilmu fiqh agar tata cara

ibadah kita sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Pelajarilah ilmu-ilmu

duniawi sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah dan berbuat kebaikan.

4. Belajar kepada guru yang terpercaya akan keilmuannya dan agamanya.

Cara ini lebih cepat dan lebih meyakinkan daripada belajar tanpa guru. Dengan

belajar kepada guru akan memungkinkan diskusi, tanya-jawab dan timbal-balik

antara murid dan guru.

Belajar kepada alam. Gunakanlah akal untuk memikirkan alam semesta ini dan

kejadian-kejadiannya, dalam rangka meneguhkan/menguatkan keyakinan kita

terhadap kekuasaan dan keagunggan Allah.

5. Belajar dari pengalaman dan ujian hidup. Jika hidup dan kehidupan ini kita

jalani dengan kesholehan hati, maka setiap pengalaman dan ujian/cobaan dapat

kita jadikan pelajaran. Sabar dan rasa syukur kepada Allah merupakan dua aspek

penting dalam mengambil atau memetik pelajaran dari pengalaman dan ujian

hidup. Adab murid kepada guru. menghormati dan memuliakan guru dan

keluarganya dengan tulus dan ikhlas; tunduk dan patuh terhadap semua perintah

dan nasihat guru,jujur dan setia bersama guru, bersikap rendah hati, lembut dan

santun kepada guru Insya Allah ilmu yang kita miliki dapat menyelamatkan kita

di kemudian hari. Jika penuntut ilmu tidak memperhatikan bahkan meninggalkan

adab dan akhlak, maka amal dan ilmunya tidak akan mendapatkan barokah dari

Allah.

2.3 Peran Orang Tua dan Guru

Orang tua sebagai pendidik utama dalam keluarga memperhatikan dengan

seksama perkembangan pribadi anak-anaknya termasuk perkembangan moral

anak dengan menggunakan cara-cara pendidikan yang baik sehingga menjadi

manusia berkepribadian baik dan bermoral baik. Dalam keluarga orang tua

14

Page 15: Pembahasan Agama

bertugas sebagai pemimpin keluarga yang harus memelihara dan melindungi

keselamatan hidup dan kehidupan keluarga baik moral maupun materiil. Suami

adalah pimpinan bagi istri dan anakananaknya, dimana istri atau seorang ibu

mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu membina dan

membentuk karakter seorang anak

dimana bahasa kasih yang dimiliki oleh seorang ibu dapat diterima oleh 10

seorang anak karna kasih sayang yang diberikan sejak dalam kandungan hingga

anak tumbuh dewasa.

Adapun tugas dan peran orang tua menurut Arifin (1976 : 13) antara lain :

a. Orang tua sebagai pendidik

Anak sebagai amanah bagi orang tuanya, hati anak itu suci, bersih dari segala

dosa maka orang tua nyalah yang harus membiasakan ke arah kebaikan dan

diajarkan kebaikan, jadilah ia anak yang baik dan berbahagia dunia dan akhirat,

orang tua juga berpahala. Terkait dengan tangung jawab orang tua terhadap

pendidikan anak , dalam al Qur’an disebutkan :

Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap kedua (orang tua ) dengan penuh

kasih sayang dan ucapkanlah “ Wahai Rabbku, sayagilah keduanya sebagaimana

mereka berdua mendidik aku sewaktu kecil.”(QS al:Isra,17:24).

Dan surat lain yang artinya

Artinya:“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua

orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan

melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya

adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah

dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku,

tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan

kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh

yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan)

kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan

Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri".

15

Page 16: Pembahasan Agama

Ayat pada surat al-Isra di atas menggambarkan betapa besarnya arti

pendidikan oran tua kepada anak-anaknya semasa mereka kecil, hingga Allah

SWT mengabadikan dalam lafazh doa pada Al-Qur’an. Sementara itu, pada surat

Al-ahqaf:15 tergambar bahwa kematangan kepribadian seorang beriman tercemin

dalam usaha dan permohonan kepada Allah agar kebaikan pada dirinya menjadi

washilah kebaikan yang akan diperoleh anak cucunya. Oleh

karenanya perhatian orang tua terhadap pendidikan anak-anak kecil menjadi

sebuah kewajiban dalam ajaran islam .

b. Orang tua sebagai pelindung dan pemelihara Orang tua itu memiliki kekuasaan

terhadap keluarganya yaitu orang tua harus melindungi memelihara keselamatan

kehidupan keluarga baik moral maupun materiil.

Sedangkan menurut Mohamad Zeini (1991 :65-66) peran orang tua antara

lain :

1) Sebagai penanggung jawab

Secara kodrati maka ibu bapak di dalam keluaraga adalah sebagai penaggung

jawab tertinggi, mau tidak mau mereklah yang menjadi tumpuan harapan, tempat

meminta segala kebutuhan bagi anak-anak. Selain itu orang tua menjamin

kesejahteraan materiil dan kesejahteraan

sosial.

2) Sebagai pendidik

Sebagai keluarga muslim maka selain tanggung jawab sebagai pendidik bagi

anaknya maka bertambah lagi sebagai pendidik agama bagi anakanak yaitu

menjadikan anak menjadi orang yang taat terhadap agamanya, pendidikan dan

masyarakat dan keluarga.

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa peranan orang tua dalam

keluarga adalah sangat penting dalam pendidikan dan pembentukan moral adalah :

a) Orang tua sebagai pemimpin atau pembimbing.

b) . Orang tua sebagai pelindung.

c) . Orang tua sebagai pendidik.

16

Page 17: Pembahasan Agama

d) . Orang tua sebagai teman bagi anak-anak.

Dalam mengembangkan kepribadian dan membentuk akhlak yang baik bagi anak,

orang tua perlu memberikan contoh-contoh dan teladan yang dapat diterima.

Dalam membentuk akhlak anak belajar melalui meniru terhadap perilaku orang

lain, sering kali tampa disadari orang tua memberi contoh dan teladan yang

sebenarnya justru tidak diinginkan. Anak yang sering mendengar perintahperintah

di iringi dengan suara keras dan bentakkan, tidak bias diharapkan untuk bicara

dengan lemah lembut. Karena itu dalam menanamkan kelembutan, sikap ramah,

anak membutuhkan contoh dari orang tuanya yang lembut dan ramah.

Peran Guru

Menurut Wrightman yang dikutip oleh Usman (1990: 1) bahwa, peranan guru

adalah serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam

suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku

dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.Adapun peranan guru yang

penulis maksud adalah peranserta atau usaha dalam menumbuhkan akhlakpara

peserta didik.

17

Page 18: Pembahasan Agama

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari segi bahasa Akhlaq berasal daripada kata ‘khulq’ yang

bererti perilaku, perangai atau tabiat. Hal ini terkandung dalam perkataan

Sayyidah Aisyah berkaitan dengan akhlak Rasulullah saw

yaitu : “Akhlaknya (Rasulullah) adalah al-Quran.” Akhlak Rasulullah yang

dimaksudkan di dalam kata-kata di atas ialah kepercayaan, keyakinan,

pegangan, sikap dan tingkah laku Rasulullah saw yang semuanya

merupakan pelaksanaan dari ajaran al-Quran.

Kewajiban kita untuk menunjukan akhlak atau bakti kepada kedua

orang tua dan guru tidak hanya ketika mereka masih hidup saja, tetapi juga

ketia mereka sudah meninggalpun dengan cara selalu mengirimkan do’a

serta berbuat baik kepada saudara-saudari dan juga teman-teman mereka.

Banyak sekali ayat Al-Qur’an maupun hadits nabi yang menjelaskan

tentang akhlak kepada orang tua dan guru, hal ini menunjukkan bahwa

akhlak kepada orang tua dan guru merupakan sesuatu yang sangat penting

menurut Islam.

3.2. Saran

Setelah membaca uraian di atas, kami menyarankan kepada diri kami

sendiri khususnya dan juga rekan-rekan semuanya untuk selalu berbakti

kepada orang tua dan guru yang telah melahirkan kita. Agar kita

memperoleh ridhonya yang bermuara pada ridho Allah.

18

Page 19: Pembahasan Agama

DAFTAR PUSTAKA

Nawawi Muhammad. 1996. Nasehat Bagi Hamba Allah. Surabaya : Al-Hidayah

Ritonga, A. Rahman. 2005. Akidah merakit  hubungan manusia dengan khaliknya

melalui pendidikan anak usia dini. Surabaya: Amalia

Zakie al-Kaaf, Abdullah. 2002. Etika Islami. Bandung : Pustaka Setia

19