pembahasan:

9
Mengenai Kedudukan Hukum Bank Indonesia Mengenai Kedudukan Hukum Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dalam Sistem sebagai Bank Sentral dalam Sistem Pemerintahan Negara Pemerintahan Negara Masalah: bagaimanakah kedudukan Bank Indonesia sebagai Masalah: bagaimanakah kedudukan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dalam sistem pemerintahan negara otoritas moneter dalam sistem pemerintahan negara Latar belakang: Penjelasan Pasal 23 UUD 1945 tidak menjelaskan Latar belakang: Penjelasan Pasal 23 UUD 1945 tidak menjelaskan kedudukan hukum Bank Indonesia dalam kedudukan hukum Bank Indonesia dalam sistem sistem pemerintahan negara pemerintahan negara Pembahasan: Pembahasan: Dari perspektif kesejarahan dan politik hukum kebanksentralan, Dari perspektif kesejarahan dan politik hukum kebanksentralan, kedudukan dan status hukum Bank Indonesia sebagai bank kedudukan dan status hukum Bank Indonesia sebagai bank sentral berbeda-beda, diatur lebih lanjut dalam perundang- sentral berbeda-beda, diatur lebih lanjut dalam perundang- undangan. Berarti kedudukan dan status bank sentral akan sangat undangan. Berarti kedudukan dan status bank sentral akan sangat tergantung kepada proses penafsiran konstitusi yang menjadi dasar tergantung kepada proses penafsiran konstitusi yang menjadi dasar pembentukan perundang-undangan kebanksentralan yang bersangkutan. pembentukan perundang-undangan kebanksentralan yang bersangkutan. Dasar konstitusi yang berbeda--> UUDS 1950 dan UUD 1945, sama- Dasar konstitusi yang berbeda--> UUDS 1950 dan UUD 1945, sama- sama memposisikan kedudukan dan status Bank Indonesia sebagai sama memposisikan kedudukan dan status Bank Indonesia sebagai bank sentral tidak independen, yakni sebagai pembantu Presiden, bank sentral tidak independen, yakni sebagai pembantu Presiden, yang kesehariannya berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan --> yang kesehariannya berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan --> Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1953 dan Undang-Undang Nomor 13 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1953 dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968 Tahun 1968

Upload: talisa

Post on 01-Feb-2016

64 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Konfigurasi Politik Hukum Kebanksentralan Mengenai Kedudukan Hukum Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dalam Sistem Pemerintahan Negara. Masalah: bagaimanakah kedudukan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dalam sistem pemerintahan negara - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: Pembahasan:

Konfigurasi Politik Hukum Kebanksentralan Mengenai Konfigurasi Politik Hukum Kebanksentralan Mengenai Kedudukan Hukum Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dalam Kedudukan Hukum Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dalam

Sistem Pemerintahan NegaraSistem Pemerintahan Negara

Konfigurasi Politik Hukum Kebanksentralan Mengenai Konfigurasi Politik Hukum Kebanksentralan Mengenai Kedudukan Hukum Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dalam Kedudukan Hukum Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dalam

Sistem Pemerintahan NegaraSistem Pemerintahan Negara

Masalah: bagaimanakah kedudukan Bank Indonesia sebagai Masalah: bagaimanakah kedudukan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dalam sistem pemerintahan negara otoritas moneter dalam sistem pemerintahan negara

Latar belakang: Penjelasan Pasal 23 UUD 1945 tidak menjelaskanLatar belakang: Penjelasan Pasal 23 UUD 1945 tidak menjelaskan kedudukan hukum Bank Indonesia dalam sistemkedudukan hukum Bank Indonesia dalam sistem pemerintahan negarapemerintahan negara

Pembahasan:Pembahasan:

Dari perspektif kesejarahan dan politik hukum kebanksentralan, Dari perspektif kesejarahan dan politik hukum kebanksentralan, kedudukan dan status hukum Bank Indonesia sebagai bank sentral kedudukan dan status hukum Bank Indonesia sebagai bank sentral berbeda-beda, diatur lebih lanjut dalam perundang-undangan. berbeda-beda, diatur lebih lanjut dalam perundang-undangan. Berarti kedudukan dan status bank sentral akan sangat tergantung Berarti kedudukan dan status bank sentral akan sangat tergantung kepada proses penafsiran konstitusi yang menjadi dasar kepada proses penafsiran konstitusi yang menjadi dasar pembentukan perundang-undangan kebanksentralan yang pembentukan perundang-undangan kebanksentralan yang bersangkutan.bersangkutan.Dasar konstitusi yang berbeda--> UUDS 1950 dan UUD 1945, sama-Dasar konstitusi yang berbeda--> UUDS 1950 dan UUD 1945, sama-sama memposisikan kedudukan dan status Bank Indonesia sebagai sama memposisikan kedudukan dan status Bank Indonesia sebagai bank sentral tidak independen, yakni sebagai pembantu Presiden, bank sentral tidak independen, yakni sebagai pembantu Presiden, yang kesehariannya berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan --yang kesehariannya berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan --> Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1953 dan Undang-Undang Nomor > Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1953 dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 196813 Tahun 1968

Page 2: Pembahasan:

Konfigurasi Politik Hukum Kebanksentralan Mengenai Kedudukan Hukum Konfigurasi Politik Hukum Kebanksentralan Mengenai Kedudukan Hukum Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dalam Sistem Pemerintahan NegaraBank Indonesia sebagai Bank Sentral dalam Sistem Pemerintahan Negara

Konfigurasi Politik Hukum Kebanksentralan Mengenai Kedudukan Hukum Konfigurasi Politik Hukum Kebanksentralan Mengenai Kedudukan Hukum Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dalam Sistem Pemerintahan NegaraBank Indonesia sebagai Bank Sentral dalam Sistem Pemerintahan Negara

Pembahasan:Pembahasan:

• Dasar konstitusi yang sama --> UUD 1945, yaitu Undang-Undang Dasar konstitusi yang sama --> UUD 1945, yaitu Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968 dibandingkan dengan Undang-Undang Nomor Nomor 13 Tahun 1968 dibandingkan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004, 23 Tahun 1999 diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004, terdapat perbedaan politik hukum kebanksentralan. Undang-Undang terdapat perbedaan politik hukum kebanksentralan. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968 memposisikan kedudukan dan status hukum Nomor 13 Tahun 1968 memposisikan kedudukan dan status hukum Bank Indonesia sebagai bagian dari eksekutif, yaitu pembantu Bank Indonesia sebagai bagian dari eksekutif, yaitu pembantu Presiden dan tidak independensi. Namun Undang-Undang Nomor 23 Presiden dan tidak independensi. Namun Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 memposisikan Bank Indonesia sebagai “lembaga negara” Tahun 1999 memposisikan Bank Indonesia sebagai “lembaga negara” yang independen, bebas dari campur tangan Pemerintah maupun yang independen, bebas dari campur tangan Pemerintah maupun pihak lainnya.pihak lainnya.•Dengan kedudukan hukum sebagai pembantu Presiden, maka Dengan kedudukan hukum sebagai pembantu Presiden, maka Pemerintah dapat mengontrol dan mengendalikan Bank Indonesia, Pemerintah dapat mengontrol dan mengendalikan Bank Indonesia, sehingga Pemerintah dapat mudah menjadikan sebagai mesin sehingga Pemerintah dapat mudah menjadikan sebagai mesin politiknyapolitiknya•DPR dan Pemerintah mencegah Bank Indonesia menjadi DPR dan Pemerintah mencegah Bank Indonesia menjadi superbodysuperbody yang dapat melakukan apapun tanpa harus melakukan konfirmasi yang dapat melakukan apapun tanpa harus melakukan konfirmasi terhadap siapa pun jugaterhadap siapa pun juga• Dalam situasi parlemen yang multipartai memungkinkan timbulnya Dalam situasi parlemen yang multipartai memungkinkan timbulnya “kompromi politik” dalam mengambil suatu kebijakan moneter“kompromi politik” dalam mengambil suatu kebijakan moneter

Page 3: Pembahasan:

Konfigurasi Politik Hukum Kebanksentralan Mengenai Konfigurasi Politik Hukum Kebanksentralan Mengenai Kedudukan Hukum Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dalam Kedudukan Hukum Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dalam

Sistem Pemerintahan NegaraSistem Pemerintahan Negara

Pembahasan:Pembahasan:

Kedudukan Bank Indonesia yang tidak independen Kedudukan Bank Indonesia yang tidak independen menempatkan Bank Indonesia subordinat dari menempatkan Bank Indonesia subordinat dari Pemerintah---> kebijakan Bank Indonesia merupakan Pemerintah---> kebijakan Bank Indonesia merupakan bagian dan/atau pelaksanaan kebijakan Pemerintah. bagian dan/atau pelaksanaan kebijakan Pemerintah. Pemerintah sering mengintervensi kebijakan Bank Pemerintah sering mengintervensi kebijakan Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas moneter.Indonesia sebagai pemegang otoritas moneter.UUBI 1999 memberikan konfigurasi Bank Indonesia dalam UUBI 1999 memberikan konfigurasi Bank Indonesia dalam struktur ketatanegaraan yang unik (skema 2.3)--> struktur ketatanegaraan yang unik (skema 2.3)--> menempatkannya di luar pemerintahan dan lembaga lain, menempatkannya di luar pemerintahan dan lembaga lain, namun tidak berada di atas atau setara dengan Presiden namun tidak berada di atas atau setara dengan Presiden dalam kedudukannya sebagai Kepala Negara--> lembaga dalam kedudukannya sebagai Kepala Negara--> lembaga khusus otoritas moneter.khusus otoritas moneter.Bank Indonesia mempunyai kewenangan untuk membuat Bank Indonesia mempunyai kewenangan untuk membuat Peraturan Bank Indonesia (PBI)Peraturan Bank Indonesia (PBI)Dari 60 negara, ada 15 negara (25%) yang mencantumkan Dari 60 negara, ada 15 negara (25%) yang mencantumkan independensi bank sentral dalam konstitusi --> signifikansi independensi bank sentral dalam konstitusi --> signifikansi keberadaan dan kepentingan bank sentral memulihkan dan keberadaan dan kepentingan bank sentral memulihkan dan menjaga laju inflasi dan pemeliharaan ekonomi moneter menjaga laju inflasi dan pemeliharaan ekonomi moneter

Page 4: Pembahasan:

Kebijakan BLBI sebagai Instrumen Publik Pemerintah Mengatasi Kesulitan Kebijakan BLBI sebagai Instrumen Publik Pemerintah Mengatasi Kesulitan Sistemik PerbankanSistemik Perbankan

Kebijakan BLBI sebagai Instrumen Publik Pemerintah Mengatasi Kesulitan Kebijakan BLBI sebagai Instrumen Publik Pemerintah Mengatasi Kesulitan Sistemik PerbankanSistemik Perbankan

Masalah: bagaimanakah kebijakan BLBI, apakah merupakan Masalah: bagaimanakah kebijakan BLBI, apakah merupakan kebijakan kebijakan Bank Indonesia atau Pemerintah? Bank Indonesia atau Pemerintah?

Latar belakang:Latar belakang:• Pasal 32 ayat (3) UUBI 1968: “Bank dapat pula memberikan kredit likuiditas kepada Pasal 32 ayat (3) UUBI 1968: “Bank dapat pula memberikan kredit likuiditas kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditas dalam keadaan darurat”. Kemudian bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditas dalam keadaan darurat”. Kemudian penjelasan umum angka III UUBI 1968: “Sebagai penjelasan umum angka III UUBI 1968: “Sebagai lender of last resort lender of last resort Bank Sentral dapat Bank Sentral dapat memberikan kredit likuiditas kepada bank-bank untuk mengatasi kesulitan likuiditas yang memberikan kredit likuiditas kepada bank-bank untuk mengatasi kesulitan likuiditas yang dihadapi dalam keadaan darurat”dihadapi dalam keadaan darurat”•Posisi Bank Indonesia sebagai bank sentral berada dibawah kekuasaan Presiden Posisi Bank Indonesia sebagai bank sentral berada dibawah kekuasaan Presiden sebagai Kepala Pemerintahan.sebagai Kepala Pemerintahan.

Pembahasan:Pembahasan:

• Pemberian kredit likuiditas darurat ditentukan oleh Bank Indoensia, artinya kredit Pemberian kredit likuiditas darurat ditentukan oleh Bank Indoensia, artinya kredit likuiditas darurat bukan merupakan “hak bank” mengalami kesulitan likuiditas atau likuiditas darurat bukan merupakan “hak bank” mengalami kesulitan likuiditas atau “kewajiban bank sentral” membantu bank yang mengalami kesulitan likuiditas likuiditas. “kewajiban bank sentral” membantu bank yang mengalami kesulitan likuiditas likuiditas. •Bank Indonesia berwenang “menolak” memberikan kredit likuiditas darurat berdasarkan Bank Indonesia berwenang “menolak” memberikan kredit likuiditas darurat berdasarkan pertimbangan Bank Indonesia bila tidak liquid dan solvent-- otoritas Bank Indonesia pertimbangan Bank Indonesia bila tidak liquid dan solvent-- otoritas Bank Indonesia memberikan kredit likuiditas dalam keadaan normal dan darurat.memberikan kredit likuiditas dalam keadaan normal dan darurat.

Page 5: Pembahasan:

Kebijakan BLBI sebagai Instrumen Publik PemerintahKebijakan BLBI sebagai Instrumen Publik Pemerintah Mengatasi Kesulitan SistemikPerbankan Mengatasi Kesulitan SistemikPerbankan

Pembahasan:Pembahasan:

• Berhubung kedudukan Bank Indonesia sebagai pembantu Berhubung kedudukan Bank Indonesia sebagai pembantu Presiden, maka kewenangan Bank Indonesia memberikan kredit Presiden, maka kewenangan Bank Indonesia memberikan kredit likuiditas darurat kepada bank yang mengalami kesulitan likuiditas likuiditas darurat kepada bank yang mengalami kesulitan likuiditas direduksi dan diintervensi oleh Pemerintah. Kebijakan BLBI direduksi dan diintervensi oleh Pemerintah. Kebijakan BLBI ditentukan sendiri oleh Pemerintah bersama Dewan Moneter dan ditentukan sendiri oleh Pemerintah bersama Dewan Moneter dan dilaksanakan oleh bank Indonesia --> keputusan kabinet tanggal 3 dilaksanakan oleh bank Indonesia --> keputusan kabinet tanggal 3 September 1997: bank sehat dibantu, bank tidak sehat diakuisi dan September 1997: bank sehat dibantu, bank tidak sehat diakuisi dan bank lainnya dilikuidasi.bank lainnya dilikuidasi.•Akibat liberalisasi perbankan nasional yang tidak terkendali, maka Akibat liberalisasi perbankan nasional yang tidak terkendali, maka struktur perbankan lemah, morat marit, persaingan antarbank struktur perbankan lemah, morat marit, persaingan antarbank tidak terkendali, jumlah lonjakan kredit diberikan bank tidak terkendali, jumlah lonjakan kredit diberikan bank membengkak, kredit macet membengkak, cicilan kredit luar membengkak, kredit macet membengkak, cicilan kredit luar negeri. Perbankan mengalami tekanan dari tiga arah--> tekanan negeri. Perbankan mengalami tekanan dari tiga arah--> tekanan kreditor luar negeri (utang swasta dan pemerintah jatuh tempo), kreditor luar negeri (utang swasta dan pemerintah jatuh tempo), tekanan debitor dalam negeri pada bank (kredit macet tekanan debitor dalam negeri pada bank (kredit macet membengkak--bank saldo negatif), dan tekanan dari deposan membengkak--bank saldo negatif), dan tekanan dari deposan (bank runs)(bank runs)•Politik “cuci piring” terhadap bank-bank swasta sejak tahun 1977, Politik “cuci piring” terhadap bank-bank swasta sejak tahun 1977, adanya dilikuidasi dan mengikuti program rekapitalisasiadanya dilikuidasi dan mengikuti program rekapitalisasi•Kebijakan BLBI merupakan kebijakan yang bersifat intervensionis Kebijakan BLBI merupakan kebijakan yang bersifat intervensionis yang didasarkan pada pertimbangan Pemerintah pada waktu itu --yang didasarkan pada pertimbangan Pemerintah pada waktu itu --> situasional > situasional

Pembahasan:Pembahasan:

• Berhubung kedudukan Bank Indonesia sebagai pembantu Berhubung kedudukan Bank Indonesia sebagai pembantu Presiden, maka kewenangan Bank Indonesia memberikan kredit Presiden, maka kewenangan Bank Indonesia memberikan kredit likuiditas darurat kepada bank yang mengalami kesulitan likuiditas likuiditas darurat kepada bank yang mengalami kesulitan likuiditas direduksi dan diintervensi oleh Pemerintah. Kebijakan BLBI direduksi dan diintervensi oleh Pemerintah. Kebijakan BLBI ditentukan sendiri oleh Pemerintah bersama Dewan Moneter dan ditentukan sendiri oleh Pemerintah bersama Dewan Moneter dan dilaksanakan oleh bank Indonesia --> keputusan kabinet tanggal 3 dilaksanakan oleh bank Indonesia --> keputusan kabinet tanggal 3 September 1997: bank sehat dibantu, bank tidak sehat diakuisi dan September 1997: bank sehat dibantu, bank tidak sehat diakuisi dan bank lainnya dilikuidasi.bank lainnya dilikuidasi.•Akibat liberalisasi perbankan nasional yang tidak terkendali, maka Akibat liberalisasi perbankan nasional yang tidak terkendali, maka struktur perbankan lemah, morat marit, persaingan antarbank struktur perbankan lemah, morat marit, persaingan antarbank tidak terkendali, jumlah lonjakan kredit diberikan bank tidak terkendali, jumlah lonjakan kredit diberikan bank membengkak, kredit macet membengkak, cicilan kredit luar membengkak, kredit macet membengkak, cicilan kredit luar negeri. Perbankan mengalami tekanan dari tiga arah--> tekanan negeri. Perbankan mengalami tekanan dari tiga arah--> tekanan kreditor luar negeri (utang swasta dan pemerintah jatuh tempo), kreditor luar negeri (utang swasta dan pemerintah jatuh tempo), tekanan debitor dalam negeri pada bank (kredit macet tekanan debitor dalam negeri pada bank (kredit macet membengkak--bank saldo negatif), dan tekanan dari deposan membengkak--bank saldo negatif), dan tekanan dari deposan (bank runs)(bank runs)•Politik “cuci piring” terhadap bank-bank swasta sejak tahun 1977, Politik “cuci piring” terhadap bank-bank swasta sejak tahun 1977, adanya dilikuidasi dan mengikuti program rekapitalisasiadanya dilikuidasi dan mengikuti program rekapitalisasi•Kebijakan BLBI merupakan kebijakan yang bersifat intervensionis Kebijakan BLBI merupakan kebijakan yang bersifat intervensionis yang didasarkan pada pertimbangan Pemerintah pada waktu itu --yang didasarkan pada pertimbangan Pemerintah pada waktu itu --> situasional > situasional

Page 6: Pembahasan:

Kebijakan BLBI sebagai Instrumen Publik Pemerintah Kebijakan BLBI sebagai Instrumen Publik Pemerintah Mengatasi Kesulitan Sistemik PerbankanMengatasi Kesulitan Sistemik Perbankan

Pembahasan:Pembahasan:

• Pemerintah bersama Bank Indonesia menempuh Pemerintah bersama Bank Indonesia menempuh kebijakan BLBI sebagai piranti instrumen publik --> kebijakan BLBI sebagai piranti instrumen publik --> biaya jauh lebih murah biaya jauh lebih murah •Kebijakan BLBI didasarkan pada aturan kebijakan, Kebijakan BLBI didasarkan pada aturan kebijakan, melalui Keppres, Kepmen, Surat Keputusan Direksi melalui Keppres, Kepmen, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia --> dapat mengakibat perekonomian Bank Indonesia --> dapat mengakibat perekonomian nasional collapsenasional collapse•Kebijakan BLBI bermaksud memback up dana dalam Kebijakan BLBI bermaksud memback up dana dalam rangka menjalankan fungsi sebagai “lender of last rangka menjalankan fungsi sebagai “lender of last resort” dan “blanket guarantee”. resort” dan “blanket guarantee”. •Pihak yang langsung dilindungi dan memperoleh Pihak yang langsung dilindungi dan memperoleh keuntungan dari kebijakan BLBI, masyarakat yang keuntungan dari kebijakan BLBI, masyarakat yang punya uang di bank. Hal ini mengusik rasa keadilan punya uang di bank. Hal ini mengusik rasa keadilan masyarakat, sebab nasabah menyimpan uang di bank masyarakat, sebab nasabah menyimpan uang di bank karena kemauannya dan menerima bunga tinggi, karena kemauannya dan menerima bunga tinggi, yang kesemuanya ditanggung oleh negara.yang kesemuanya ditanggung oleh negara.•Kebijakan BLBI dibebankan kepada anggaran Kebijakan BLBI dibebankan kepada anggaran negara, yang merupakan utang bank-bank yang negara, yang merupakan utang bank-bank yang menerima BLBI (harus dilunasi pemilik bank yang menerima BLBI (harus dilunasi pemilik bank yang bersangkutan)bersangkutan)

Pembahasan:Pembahasan:

• Pemerintah bersama Bank Indonesia menempuh Pemerintah bersama Bank Indonesia menempuh kebijakan BLBI sebagai piranti instrumen publik --> kebijakan BLBI sebagai piranti instrumen publik --> biaya jauh lebih murah biaya jauh lebih murah •Kebijakan BLBI didasarkan pada aturan kebijakan, Kebijakan BLBI didasarkan pada aturan kebijakan, melalui Keppres, Kepmen, Surat Keputusan Direksi melalui Keppres, Kepmen, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia --> dapat mengakibat perekonomian Bank Indonesia --> dapat mengakibat perekonomian nasional collapsenasional collapse•Kebijakan BLBI bermaksud memback up dana dalam Kebijakan BLBI bermaksud memback up dana dalam rangka menjalankan fungsi sebagai “lender of last rangka menjalankan fungsi sebagai “lender of last resort” dan “blanket guarantee”. resort” dan “blanket guarantee”. •Pihak yang langsung dilindungi dan memperoleh Pihak yang langsung dilindungi dan memperoleh keuntungan dari kebijakan BLBI, masyarakat yang keuntungan dari kebijakan BLBI, masyarakat yang punya uang di bank. Hal ini mengusik rasa keadilan punya uang di bank. Hal ini mengusik rasa keadilan masyarakat, sebab nasabah menyimpan uang di bank masyarakat, sebab nasabah menyimpan uang di bank karena kemauannya dan menerima bunga tinggi, karena kemauannya dan menerima bunga tinggi, yang kesemuanya ditanggung oleh negara.yang kesemuanya ditanggung oleh negara.•Kebijakan BLBI dibebankan kepada anggaran Kebijakan BLBI dibebankan kepada anggaran negara, yang merupakan utang bank-bank yang negara, yang merupakan utang bank-bank yang menerima BLBI (harus dilunasi pemilik bank yang menerima BLBI (harus dilunasi pemilik bank yang bersangkutan)bersangkutan)

Page 7: Pembahasan:

Implikasi Fungsi Bank Indonesia sebagaiImplikasi Fungsi Bank Indonesia sebagai “Lender of Last Resort” dalam Penyaluran dan “Lender of Last Resort” dalam Penyaluran dan

Penggunaan BLBIPenggunaan BLBI

Masalah: bagaimanakah implikasi fungsi Bank Indonesia sebagai Masalah: bagaimanakah implikasi fungsi Bank Indonesia sebagai “lender of last resort” dalam penyaluran dan penggunaan “lender of last resort” dalam penyaluran dan penggunaan BLBIBLBI

Latar Belakang:Latar Belakang:

•Bank Indonesia sebagai bank sentral menjalankan fungsi sebagai Bank Indonesia sebagai bank sentral menjalankan fungsi sebagai “lender of last resort” (pemberi kredit dan penjamin simpanan) “lender of last resort” (pemberi kredit dan penjamin simpanan) sebagaimana diatur dalam Pasal 32 ayat (3) serta Penjelasan sebagaimana diatur dalam Pasal 32 ayat (3) serta Penjelasan Umum UUBI 1968Umum UUBI 1968•posisi Bank Indonesia sebagai pelaksana kebijakan BLBI yang posisi Bank Indonesia sebagai pelaksana kebijakan BLBI yang ditetapkan Pemerintah bersama Dewan Moneterditetapkan Pemerintah bersama Dewan Moneter

Pembahasan:Pembahasan:

•Fungsi lender of last resort berkaitan dengan membantu bank Fungsi lender of last resort berkaitan dengan membantu bank yang mengalami kesulitan likuiditas (mismatch funding) --> yang mengalami kesulitan likuiditas (mismatch funding) --> kesulitan likuiditas jangka pendekkesulitan likuiditas jangka pendek•Namun terjadi “pergeseran”, fungsi lender of last resort Namun terjadi “pergeseran”, fungsi lender of last resort digunakan juga untuk membantu bank yang mengalami kesulitan digunakan juga untuk membantu bank yang mengalami kesulitan solvabilitas yang sebenarnya tidak layak hidupsolvabilitas yang sebenarnya tidak layak hidup

Page 8: Pembahasan:

Implikasi Fungsi Bank Indonesia sebagaiImplikasi Fungsi Bank Indonesia sebagai “Lender of Last Resort” dalam Penyaluran dan Penggunaan BLBI “Lender of Last Resort” dalam Penyaluran dan Penggunaan BLBI

Pembahasan:Pembahasan:

• Kebijakan BLBI untuk mengatasi kesulitan solvabilitas dikarenakan Bank Kebijakan BLBI untuk mengatasi kesulitan solvabilitas dikarenakan Bank Indonesia terlanjur menjadi pemilik bank-bank yang bermasalah melalui Indonesia terlanjur menjadi pemilik bank-bank yang bermasalah melalui penyertaan modal dikonversi menjadi “equity”. Dengan sendirinya Bank penyertaan modal dikonversi menjadi “equity”. Dengan sendirinya Bank Indonesia tidak akan melikuidasi banknya sendiri.Indonesia tidak akan melikuidasi banknya sendiri.•Adanya bank runs dan efek domino terhadap seluruh sistem perbankan Adanya bank runs dan efek domino terhadap seluruh sistem perbankan nasional, berhubung tidak ada sistem penjaminan simpanan nasabah --> nasional, berhubung tidak ada sistem penjaminan simpanan nasabah --> liberalisasi perbankan versus liberalisasi perbankan versus exit doorexit door tidak ada tidak ada•sebagai kebijakan yang bersifat intervesionis, maka kebijakan BLBI sebagai kebijakan yang bersifat intervesionis, maka kebijakan BLBI cenderung dilsalahgunakan cenderung dilsalahgunakan (abuse of power(abuse of power), baik dalam penyaluran BLBI ), baik dalam penyaluran BLBI oleh Bank Indonesia maupun penggunaan BLBI oleh bank-bank yang oleh Bank Indonesia maupun penggunaan BLBI oleh bank-bank yang menerima, di samping menimbulkan menerima, di samping menimbulkan moral hazard moral hazard dan misminagament dan misminagament dalam penyaluran BLBI oleh Bank Indonesiadalam penyaluran BLBI oleh Bank Indonesia•Sesungguhnya kebijakan BLBI dalam rangka “lender of last resort” Sesungguhnya kebijakan BLBI dalam rangka “lender of last resort” dijadikan sarana secara “bersama-sama” melakukan “penjarahan uang” dijadikan sarana secara “bersama-sama” melakukan “penjarahan uang” rakyat.rakyat.•Baik BPK, BPKP, Bank Indonesia sendiri maupun pengamat mengindikasi Baik BPK, BPKP, Bank Indonesia sendiri maupun pengamat mengindikasi terjadi kerugian neagara dan terjadi penyimpangan dalam penyaluran dan terjadi kerugian neagara dan terjadi penyimpangan dalam penyaluran dan penggunan BLBI (tabel 2.8). penggunan BLBI (tabel 2.8).

Pembahasan:Pembahasan:

• Kebijakan BLBI untuk mengatasi kesulitan solvabilitas dikarenakan Bank Kebijakan BLBI untuk mengatasi kesulitan solvabilitas dikarenakan Bank Indonesia terlanjur menjadi pemilik bank-bank yang bermasalah melalui Indonesia terlanjur menjadi pemilik bank-bank yang bermasalah melalui penyertaan modal dikonversi menjadi “equity”. Dengan sendirinya Bank penyertaan modal dikonversi menjadi “equity”. Dengan sendirinya Bank Indonesia tidak akan melikuidasi banknya sendiri.Indonesia tidak akan melikuidasi banknya sendiri.•Adanya bank runs dan efek domino terhadap seluruh sistem perbankan Adanya bank runs dan efek domino terhadap seluruh sistem perbankan nasional, berhubung tidak ada sistem penjaminan simpanan nasabah --> nasional, berhubung tidak ada sistem penjaminan simpanan nasabah --> liberalisasi perbankan versus liberalisasi perbankan versus exit doorexit door tidak ada tidak ada•sebagai kebijakan yang bersifat intervesionis, maka kebijakan BLBI sebagai kebijakan yang bersifat intervesionis, maka kebijakan BLBI cenderung dilsalahgunakan cenderung dilsalahgunakan (abuse of power(abuse of power), baik dalam penyaluran BLBI ), baik dalam penyaluran BLBI oleh Bank Indonesia maupun penggunaan BLBI oleh bank-bank yang oleh Bank Indonesia maupun penggunaan BLBI oleh bank-bank yang menerima, di samping menimbulkan menerima, di samping menimbulkan moral hazard moral hazard dan misminagament dan misminagament dalam penyaluran BLBI oleh Bank Indonesiadalam penyaluran BLBI oleh Bank Indonesia•Sesungguhnya kebijakan BLBI dalam rangka “lender of last resort” Sesungguhnya kebijakan BLBI dalam rangka “lender of last resort” dijadikan sarana secara “bersama-sama” melakukan “penjarahan uang” dijadikan sarana secara “bersama-sama” melakukan “penjarahan uang” rakyat.rakyat.•Baik BPK, BPKP, Bank Indonesia sendiri maupun pengamat mengindikasi Baik BPK, BPKP, Bank Indonesia sendiri maupun pengamat mengindikasi terjadi kerugian neagara dan terjadi penyimpangan dalam penyaluran dan terjadi kerugian neagara dan terjadi penyimpangan dalam penyaluran dan penggunan BLBI (tabel 2.8). penggunan BLBI (tabel 2.8).

Page 9: Pembahasan:

Implikasi Fungsi Bank Indonesia sebagaiImplikasi Fungsi Bank Indonesia sebagai “Lender of Last Resort” dalam Penyaluran dan Penggunaan BLBI “Lender of Last Resort” dalam Penyaluran dan Penggunaan BLBI

Implikasi Fungsi Bank Indonesia sebagaiImplikasi Fungsi Bank Indonesia sebagai “Lender of Last Resort” dalam Penyaluran dan Penggunaan BLBI “Lender of Last Resort” dalam Penyaluran dan Penggunaan BLBI

Pembahasan:Pembahasan:

• Hal ini terjadi juga disebabkan tidak diaturnya secara Hal ini terjadi juga disebabkan tidak diaturnya secara jelas dan mengenai kriteria lembaga keuangan dan dalam jelas dan mengenai kriteria lembaga keuangan dan dalam kondisi bagaimana layak mendapatkan bantuan kredit kondisi bagaimana layak mendapatkan bantuan kredit likuiditas darurat dari Bank Indonesia. Pemberian BLBI likuiditas darurat dari Bank Indonesia. Pemberian BLBI dilakukan secara kasusistis --> memungkinkan terjadinya dilakukan secara kasusistis --> memungkinkan terjadinya kolusi antara penguasa dan pengusaha bankkolusi antara penguasa dan pengusaha bank•Kelemahan pengawasan dalam penyaluran dan Kelemahan pengawasan dalam penyaluran dan penggunaan BLBI oleh Bank Indonesia, di samping penggunaan BLBI oleh Bank Indonesia, di samping pelanggaran yang dilakukan bank-bank yang menerima pelanggaran yang dilakukan bank-bank yang menerima BLBI--> tanggung jawab bersama (kolektif) pejabat-pejabat BLBI--> tanggung jawab bersama (kolektif) pejabat-pejabat Departemen Keuangan, Bank Indonesia, dan pengurus dan Departemen Keuangan, Bank Indonesia, dan pengurus dan pemilik bank, termasuk Presidenpemilik bank, termasuk Presiden•Secara kriminologis kebijakan BLBI merupakan Secara kriminologis kebijakan BLBI merupakan governmental crime governmental crime yang bersifat kolektif --> moralitas yang bersifat kolektif --> moralitas kelembagaan, risiko sosial dan kolusi penguasa dan pemilik kelembagaan, risiko sosial dan kolusi penguasa dan pemilik bank.bank.•Pertanggungjawaban secara (hukum) administratif, Pertanggungjawaban secara (hukum) administratif, perdata dan pidana dalam penyaluran dan penggunaan perdata dan pidana dalam penyaluran dan penggunaan BLBI tidak hanya terletak pada pemilik bank, juga terletak BLBI tidak hanya terletak pada pemilik bank, juga terletak di tangan penanggung jawab strategis dan teknisdi tangan penanggung jawab strategis dan teknis•Alasan-alasan yang bersifat politis dan ekonomis serta Alasan-alasan yang bersifat politis dan ekonomis serta administratif yang dapat mengaburkan persoalan BLBI administratif yang dapat mengaburkan persoalan BLBI tidak dapat dijadikan dasar penghapusan tidak dapat dijadikan dasar penghapusan pertanggungjawaban dan tuntutan secara hukum.pertanggungjawaban dan tuntutan secara hukum.

Pembahasan:Pembahasan:

• Hal ini terjadi juga disebabkan tidak diaturnya secara Hal ini terjadi juga disebabkan tidak diaturnya secara jelas dan mengenai kriteria lembaga keuangan dan dalam jelas dan mengenai kriteria lembaga keuangan dan dalam kondisi bagaimana layak mendapatkan bantuan kredit kondisi bagaimana layak mendapatkan bantuan kredit likuiditas darurat dari Bank Indonesia. Pemberian BLBI likuiditas darurat dari Bank Indonesia. Pemberian BLBI dilakukan secara kasusistis --> memungkinkan terjadinya dilakukan secara kasusistis --> memungkinkan terjadinya kolusi antara penguasa dan pengusaha bankkolusi antara penguasa dan pengusaha bank•Kelemahan pengawasan dalam penyaluran dan Kelemahan pengawasan dalam penyaluran dan penggunaan BLBI oleh Bank Indonesia, di samping penggunaan BLBI oleh Bank Indonesia, di samping pelanggaran yang dilakukan bank-bank yang menerima pelanggaran yang dilakukan bank-bank yang menerima BLBI--> tanggung jawab bersama (kolektif) pejabat-pejabat BLBI--> tanggung jawab bersama (kolektif) pejabat-pejabat Departemen Keuangan, Bank Indonesia, dan pengurus dan Departemen Keuangan, Bank Indonesia, dan pengurus dan pemilik bank, termasuk Presidenpemilik bank, termasuk Presiden•Secara kriminologis kebijakan BLBI merupakan Secara kriminologis kebijakan BLBI merupakan governmental crime governmental crime yang bersifat kolektif --> moralitas yang bersifat kolektif --> moralitas kelembagaan, risiko sosial dan kolusi penguasa dan pemilik kelembagaan, risiko sosial dan kolusi penguasa dan pemilik bank.bank.•Pertanggungjawaban secara (hukum) administratif, Pertanggungjawaban secara (hukum) administratif, perdata dan pidana dalam penyaluran dan penggunaan perdata dan pidana dalam penyaluran dan penggunaan BLBI tidak hanya terletak pada pemilik bank, juga terletak BLBI tidak hanya terletak pada pemilik bank, juga terletak di tangan penanggung jawab strategis dan teknisdi tangan penanggung jawab strategis dan teknis•Alasan-alasan yang bersifat politis dan ekonomis serta Alasan-alasan yang bersifat politis dan ekonomis serta administratif yang dapat mengaburkan persoalan BLBI administratif yang dapat mengaburkan persoalan BLBI tidak dapat dijadikan dasar penghapusan tidak dapat dijadikan dasar penghapusan pertanggungjawaban dan tuntutan secara hukum.pertanggungjawaban dan tuntutan secara hukum.