pembahasan
TRANSCRIPT
5/9/2018 pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-559bf875a3948 1/11
1 Pembahasan Laporan Kasus Nefropathi Diabetik
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Nefropati diabetik didefinisikan sebagai proteinuria (albuminuria) yang menetap (>300 mg/24
jam) secara klinis pada minimal dua kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3 sampai 6 bulan. Hal
ini berhubungan dengan peningkatan tekanan darah dan penurunan LFG (laju filtrat glomerulus),
telah dilaporkan terjadi pada 25-40% orang dengan diabetes tipe 1 dan tipe 2. Orang dengan
diabetes, khusunya yang terlibat dengan ginjal juga terjadi peningkatan mortalitas dan morbiditas
oleh kardiovaskular. Oleh karena itu, identifikasi awal pada yang orang yang berisiko tinggi dan
dibutuhkan pengobatan awal untuk melindungi ginjal dan kardiovaskular sangat penting.1,2
Diperkirakan satu pertiga pasien dengan diabetes mellitus (DM) tipe 1 dan satu perenam pasien
dengan DM tipe 2 akan berkembang menjadi nefropati diabetik. Ketika nefropati diabetik telah
terjadi, interval menuju end stage renal disease (ESRD) bervariasi dari 4 tahun pertama pada
penelitian awal hingga lebih dari 10 tahun pada penelitian baru-baru ini dan terjadi kemiripan
antara DM tipe 1 dan tipe 2. Meskipun DM tipe 2 merupakan penyebab ESRD yang umum
terjadi di negara Barat, orang dengan penyakit ginjal dan DM tipe 2 tidak mencapai ESRD
karena mortalitas kardiovaskular meningkat dua kali lipat-empat kali lipat pada adanya masing-
masing mikroalbuminuria atau nefropati.3
Faktor-faktor risiko yang dapat dimodifikasi pada pasien nefropati diabetik adalah kontrol gula
darah, tekanan darah, dislipidemia dan merokok. Pada faktor-faktor risiko yang tidak dapat
dimodofikasi termasuk didalamnya jenis kelamin, lamanya diabetes, genetik keluarga dan faktor
etnik.3 Penelitian di Inggris membuktikan bahwa pada orang Asia jumlah penderita nefropati
diabetik lebih tinggi dibandingkan dengan orang barat. Hal ini disebabkan karena penderita
diabetes melitus tipe 2 orang Asia terjadi pada umur yang relatif lebih muda sehingga
berkesempatan mengalami nefropati diabetik lebih besar. Di Thailand prevalensi nefropati
diabetik dilaporkan sebesar 29,4%, di Filipina sebesar 20,8%, sedang di Hongkong 13,1%. DiIndonesia terdapat angka yang bervariasi dari 2,0% sampai 39,3%.4
BAB II
Clementine K 406101021
5/9/2018 pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-559bf875a3948 2/11
2 Pembahasan Laporan Kasus Nefropathi Diabetik
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Nefropati diabetik adalah sindrom klinis pada pasien diabetes melitus yang ditandai dengan
albuminuria menetap (>300 mg/24 jam) pada minimal dua kali pemeriksaan dalam kurun waktu
3 sampai 6 bulan yang berhubungan dengan peningkatan tekanan darah dan penurunan LFG (laju
filtrat glomerulus).1,2
Mikroalbuminuria didefinisikan sebagai ekskresi albumin lebih dari 30 mg per hari dan dianggap
sebagai prediktor penting untuk timbulnya nefropati diabetik.1
Diagram 2.1. Algoritma diagnosis albuminuria11
2.2 Faktor risiko
Tidak semua pasien DM tipe I dan II berakhir dengan nefropati diabetik. Dari studi perjalanan
penyakit alamiah ditemukan beberapa faktor risiko antara lain:5
1. Kepekaan genetik
2. Hiperglikemia
3. Hipertensi
Clementine K 406101021
5/9/2018 pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-559bf875a3948 3/11
3 Pembahasan Laporan Kasus Nefropathi Diabetik
4. Dislipidemia
5. Hiperfiltrasi glomerular
6. Merokok
7. Tingkat proteinuria
8. Faktor diet seperti jumlah dan sumber protein dan lemak dalam makanan.
2.3 Klasifikasi
Mogensen membagi 5 tahapan nefropati diabetik, yaitu :1
a. Tahap 1
Terjadi hipertrofi dan hiperfiltrasi pada saat diagnosis ditegakkan. Laju filtrasi glomerolus dan
laju ekskresi albumin dalam urin meningkat.
b. Tahap 2
Secara klinis belum tampak kelainan yang berarti, laju filtrasi glomerolus tetap meningkat,
ekskresi albumin dalam urin dan tekanan darah normal. Terdapat perubahan histologis awal
berupa penebalan membrana basalis yang tidak spesifik. Terdapat pula peningkatan mesangium
fraksional.
c. Tahap 3
Pada tahap ini ditemukan mikroalbuminuria. Laju filtrasi glomerulus meningkat atau dapat
menurun sampai derajat normal. Laju ekskresi albumin dalam urin adalah 30-300 mg/24 jam.
Tekanan darah mulai meningkat. Secara histologis, didapatkan peningkatan ketebalan membrana
basalis dan volume mesangium fraksional dalam glomerulus.
d. Tahap 4
Merupakan tahap nefropati yang sudah lanjut. Perubahan histologis lebih jelas, juga timbul
hipertensi pada sebagian besar pasien. Sindroma nefrotik sering ditemukan pada tahap ini. Laju
filtrasi glomerulus menurun, sekitar 10 ml/menit/tahun dan kecepatan penurunan ini
berhubungan dengan tingginya tekanan darah.
e. Tahap 5
Timbulnya gagal ginjal terminal.
Table 2.1. Derajat Nefropati Diabetik: Cutoff Values dari Albumin Urin untuk Diagnosis dan
Karakteristik Klinis yang Utama5,7
Clementine K 406101021
5/9/2018 pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-559bf875a3948 4/11
4 Pembahasan Laporan Kasus Nefropathi Diabetik
Derajat cutoff values Albuminuria Karakteristik Klinis
Mikroalbuminuria 20-199 µg/mnt • Nocturnal• Peningkatan tekanan darah
30-299 mg/24 jam • Peningkatan trigliserida,kolesterol total, LDL, dan
asam lemak jenuh30-299 mg/g* • Peningkatan jumlah
komponen sindrom metabolik • Disfungsi endotel• Berhubungan dengan
retinopati diabetik, amputasi,dan penyakit kardiovaskuler
• Peningkatan mortalitaskardiovaskuler
• LFG stabil
Macroalbuminuria† ≥200 µg/mnt Hipertensi
≥300 mg/24 jam Peningkatan trigliseridakolesterol total dan LDL
>300 mg/g* • Asimptomatik • Iskemik miokardial• Penurunan LFG yang
progresif
* Sedikit sampel urin
†Pengukuran proteinuria total (≥500 mg/24 jam atau ≥430 mg/l in sedikit sampel urin) dapat
juga digunakan untuk menetapkan derajat ini.
2.4 Patofisiologi
Patofisiologi, gambaran klinis, dan bentuk nefropati diabetik adalah mirip antara DM tipe 1 dan
tipe 2, meskipun sejalannya waktu mungkin pada DM tipe 2 lebih singkat. Hipertensi glomerular
dan hiperfiltrasi adalah abnormalitas ginjal yang paling awal pada hewan eksperimental dan
manusia yang diabetes dan diobservasi dalam beberapa hari hingga beberapa minggu diagnosis.
Hiperfiltrasi masih dianggap sebagai awal dari mekanisme patogenik dalam laju kerusakan
ginjal. Penelitian Brenner dkk pada hewan menunjukkan bahwa pada saat jumlah nefron
mengalami pengurangan yang berkelanjutan, filtrasi glomerulus dari nefron yang masih sehat
akan meningkat sebagai bentuk kompensasi. Hiperfiltrasi yang terjadi pada sisa nefron yang
sehat lambat laun akan menyebabkan sklerosis dari nefron tersebut.1,6
Clementine K 406101021
5/9/2018 pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-559bf875a3948 5/11
5 Pembahasan Laporan Kasus Nefropathi Diabetik
Diagram 2.2 Patofisiologi Nefropati Diabetik 9
Mekanisme terjadinya peningkatan laju filtrasi glomerulus pada nefropati diabetik masih belum
jelas, tetapi kemungkinan disebabkan oleh dilatasi arteriol aferen oleh efek yang tergantung
glukosa yang diperantarai hormon vasoaktif, IGF-1, nitrit oksida, prostaglandin dan glukagon.
Efek langsung dari hiperglikemia adalah rangsangan hipertrofi sel, sintesis matriks ekstraseluler,
serta produksi TGF-β yang diperantarai oleh aktivasi protein kinase-C yang termasuk dalam
serine-threonin kinase yang memiliki fungsi pada vaskular seperti kontraktilitas, aliran darah,
proliferasi sel dan permeabilitas kapiler.1,6
Hiperglikemia kronik dapat menyebabkan terjadinya glikasi nonenzimatik asam amino dan
protein. Pada awalnya glukosa akan mengikat residu asam amino secara non-enzimatik menjadi
basa Schiff glikasi, lalu terjadi penyusunan ulang untuk mencapai bentuk yang lebih stabil tetapi
masih reversibel dan disebut sebagai produk amadori. Jika proses ini berlanjut terus, akan
terbentuk Advanced Glycation End Product (AGEs) yang ireversibel. AGEs diperkirakan
menjadi perantara bagi beberapa kegiatan seluler seperti ekspresi adesi molekul yang berperan
dalam penarikan sel-sel mononuklear, juga pada terjadinya hipertrofi sel, sintesa matriks
Clementine K 406101021
5/9/2018 pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-559bf875a3948 6/11
6 Pembahasan Laporan Kasus Nefropathi Diabetik
ekstraseluler serta inhibisi sintesis nitrit oksida. Proses ini akan terus berlanjut sampai terjadi
ekspansi mesangium dan pembentukan nodul serta fibrosis tubulointerstisialis.1,6,8,10
Hipertensi yang timbul bersama dengan bertambahnya kerusakan ginjal, juga akan mendorong
sklerosis pada ginjal pasien diabetes. Diperkirakan bahwa hipertensi pada diabetes terutama
disebabkan oleh spasme arteriol eferen intrarenal atau intraglomerulus.1,10
2.5 Patologi
Diabetes menyebabkan perubahan yang unik pada struktur ginjal. Glomerulosklerosis klasik
dicirikan sebagai penebalan membrana basalis, sklerosis mesangial yang difus, hialinosis,
mikroaneurisma, dan arteriosklerosis hialin. Perubahan tubular dan interstitial juga terjadi.
Daerah ekspansi mesangial yang ekstrim dinamakan nodul Kimmelstiel-Wilson atau ekspansi
mesangial nodular yang diobservasi pada 40-50% pasien yang terdapat proteinuria. Pasien DMtipe 2 dengan mikroalbuminuria dan makroalbuminuria memiliki lebih banyak struktur
heterogenitas daripada pasien dengan DM tipe 1.5
Secara histologis, gambaran utama yang tampak adalah penebalan membrana basalis, ekspansi
mesangium yang kemudian menimbulkan glomerulosklerosis noduler atau difus, hialinosis
arteriolar aferen dan eferen, serta fibrosis tubulo-interstisial.1,5,8
2.7 Penatalaksanaan Evaluasi
Pada saat diagnosa diabetes melitus ditegakkan, kemungkinan adanya penurunan fungsi ginjal
juga harus diperiksa, demikian pula saat pasien sudah menjalani pengobatan rutin.1 Pemantauan
yang dianjurkan oleh American Diabetes Association (ADA) adalah pemeriksaan terhadap
adanya mikroalbuminuria serta penentuan kreatinin serum dan klirens kreatinin. Untuk
mempermudah evaluasi, perhitungan laju filtrasi glomerulus dengan menggunakan rumus dari
Cockroft-Gault yaitu :
LFG (ml/menit/1,73m2) = (140-umur) x Berat badan *)
72 x kreatinin serum
*) pada perempuan dikalikan 0,85
Tabel 2.2. Pemantauan fungsi ginjal pada pasien diabetes 1
Clementine K 406101021
5/9/2018 pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-559bf875a3948 7/11
7 Pembahasan Laporan Kasus Nefropathi Diabetik
Derajat cutoff values Albuminuria Karakteristik Klinis
Mikroalbuminuria 20-199 µg/mnt • Nocturnal• Peningkatan tekanan darah
30-299 mg/24 jam • Peningkatan trigliserida,kolesterol total, LDL, dan
asam lemak jenuh30-299 mg/g* • Peningkatan jumlah
komponen sindrom metabolik • Disfungsi endotel• Berhubungan dengan
retinopati diabetik, amputasi,dan penyakit kardiovaskuler
• Peningkatan mortalitaskardiovaskuler
• LFG stabil
Macroalbuminuria† ≥200 µg/mnt Hipertensi
≥300 mg/24 jam Peningkatan trigliseridakolesterol total dan LDL
>300 mg/g* • Asimptomatik • Iskemik miokardial• Penurunan LFG yang
progresif
Terapi
Tatalaksana nefropati diabetik tergantung pada tahapan-tahapan apakah masih
normoalbuminuria, mikroalbuminuria atau makroalbuminuria. Tetapi pada prinsipnya
pendekatan utama tatalaksana nefropati diabetik adalah melalui :
1. Pengendalian gula darah dengan olahraga, diet, obat anti diabetes.
2. Pengendalian tekanan darah dengan diet rendah garam, obat antihipertensi.
3. Perbaikan fungsi ginjal dengan diet rendah protein, pemberian Angiotensin Converting
Enzyme Inhibitor (ACE-I) atau Angiotensin Receptor Blocker (ARB).
4. Pengendalian faktor-faktor ko-morbiditas lain seperti pengendalian kadar lemak,
mengurangi obesitas.1,3
Terapi non farmakologis nefropati diabetik berupa gaya hidup yang sehat meliputi olah raga
rutin, diet, menghentikan merokok serta membatasi konsumsi alkohol. Olahraga rutin yang
dianjurkan ADA adalah berjalan 3-5 km/hari dengan kecepatan 10-12 menit/km, 4-5 kali
seminggu. Pembatasan asupan garam 4-5 g/hari, serta asupan protein hingga 0,8 g/kg/berat
badan ideal/hari.1
Clementine K 406101021
5/9/2018 pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-559bf875a3948 8/11
8 Pembahasan Laporan Kasus Nefropathi Diabetik
Target tekanan darah pada nefropati diabetik adalah <130/80 mmHg. Obat antihipertensi yang
dianjurkan adalah ACE-I atau ARB. Walaupun pasien diabetik nefopati memiliki tekanan darah
normal, penelitian mutakhir menunjukkan bahwa pemberian ACE-I dan ARB dapat mencegah
laju penurunan fungsi ginjal. Diperkirakan bahwa efek ini dicapai akibat penurunan tekanan
darah, penurunan tekanan intraglomerulus, peningkatan aliran darah ginjal, penurunan
proteinuria, efek natriuretik serta pengurangan proliferasi sel, hipertrofi, ekspansi matriks, sitokin
dan sintesa growth factor , disamping hambatan aktivasi, proliferasi dan migrasi makrofag, serta
perbaikan sensitivitas terhadap insulin.1 Pada pasien-pasien yang penurunan fungsi ginjalnya
berjalan terus, maka saat laju filtrasi glomerulus mencapai 10-15 ml/menit dianjurkan untuk
memulai dialisis.3
Rujukan American Diabetes Association menganjurkan rujukan kepada seorang dokter yang ahli dalam
perawatan nefropati diabetik jika laju filtrasi glomerulus mencapai < 60 ml/menit/1.73m2 atau
jika ada kesulitan dalam mengatasi hipertensi dan hiperkalemia, serta rujukan kepada konsultan
nefrologi jika laju filtrasi glomerulus mencapai < 30 ml/menit/1.73m2 atau lebih awal jika pasien
berisiko mengalami penurunan fungsi ginjal yang cepat atau diagnosis dan prognosis pasien
diragukan.1
2.8 Prognosis
Secara keseluruhan prevalensi dari mikroalbuminuria dan makroalbuminuria pada kedua tipe
diabetes melitus diperkirakan 30-35%. Nefropati diabetik jarang berkembang sebelum sekurang-
kurangnya 10 tahun pada pasien IDDM, dimana diperkirakan 3% dari pasien dengan NIDDM
yang baru didiagnosa menderita nefropati. Puncak rata-rata insidens (3%/th) biasanya ditemukan
pada orang yang menderita diabetes selama 10-20 tahun.9
Mikroalbuminuria sendiri memperkirakan morbiditas kardiovaskular, dan mikroalbuminuria dan
makroalbuminuria meningkatkan mortalitas dari bermacam-macam penyebab dalam diabetes
melitus. Mikroalbuminuria juga memperkirakan coronary and peripheral vascular disease dan
kematian dari penyakit kardiovaskular pada populasi umum nondiabetik. Pasien dengan
proteinuria yang tidak berkembang memiliki tingkat mortalitas yang relatif rendah dan stabil,
dimana pasien dengan proteinuria memiliki 40 kali lipat lebih tinggi tingkat relatif mortalitasnya.
Pasien dengan IDDM dan proteinuria memiliki karakteristik hubungan antara lamanya
Clementine K 406101021
5/9/2018 pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-559bf875a3948 9/11
9 Pembahasan Laporan Kasus Nefropathi Diabetik
diabetes /umur dan mortalitas relatif, dengan mortalitas relatif maksimal pada interval umur 34-
38 tahun (dilaporkan pada 110 wanita dan 80 pria).9
ESRD adalah penyebab utama kematian, 59-66% kematian pada pasien dengan IDDM dan
nefropati. Tingkat insidens kumulatif dari ESRD pada pasien dengan proteinuria dan IDDM
adalah 50%, 10 tahun setelah onset proteinuria, dibandingkan dengan 3-11%, 10 tahun setelah
onset proteinuria pada pasien Eropa dengan NIDDM. Penyakit kardiovaskular juga penyebab
utama kematian (15-25%) pada pasien dengan nefropati dan IDDM, meskipun terjadi pada usia
yang relatif muda.9
BAB III
KESIMPULAN 3.1
Kesimpulan
Clementine K 406101021
5/9/2018 pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-559bf875a3948 10/11
10 Pembahasan Laporan Kasus Nefropathi Diabetik
1.Nefropati diabetik ditandai oleh terjadinya albuminuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal.
2. Faktor-faktor etiologis timbulnya penyakit ginjal diabetik adalah:
• Kurang terkendalinya kadar gula darah (gula darah puasa >140-160 mg/dl [7,7-8,8
mmol/l]); AIC >7-8%
• Faktor-faktor genetis
• Kelainan hemodinamik (peningkatan aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus,
peningkatan tekanan intraglomerulus)
• Hipertensi sistemik
• Sindrom resistensi insulin (sindroma metabolik)
• Keradangan
• Perubahan permeabilitas pembuluh darah
• Asupan protein berlebih
• Gangguan metabolik (kelainan metabolisme polyol, pembentukan advanced glycation
end products, peningkatan produksi sitokin)
• Pelepasan growth factors
• Kelainan metabolisme karbohidrat/ lemak/ protein
• Kelainan struktural (hipertrofi glomerulus, ekspansi mesangium, penebalan membrane
basalis glomerulus)
• Gangguan ion pumps (peningkatan Na+ -H+ pump dan penurunan Ca2+- ATPase pump)
• Hiperlipidemia (hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia)
• Aktivasi protein kinase C
3. Prinsip tatalaksana nefropati diabetik adalah melalui pengendalian gula darah, tekanan darah,
perbaikan fungsi ginjal dan pengendalian faktor komorbid.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hendromartono. Nefropati Diabetik: dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. EdisiIV. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007. 1898-1901.
Clementine K 406101021
5/9/2018 pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-559bf875a3948 11/11
11 Pembahasan Laporan Kasus Nefropathi Diabetik
2. Shaw KM, Cummings MH. Diabetes Chronic Complications. 2nd edition. 2005. West Sussex:John Wiley and Sons,Ltd.
3. Boner G, Cooper ME. Management of Diabetic Nephropathy. 2005. London: Martin Dunitz,Ltd.
4. Adam JMF. Komplikasi Kronik Diabetik Masalah Utama Penderita Diabetes dan UpayaPencegahan. Supl 26:3;2005. http://www.akademik.unsri.ac.id/download/journal/files/medhas/9-John%20Adam.pdf [Diakses 7 Februari 2010]
5. Gross JL, de Azevedo MJ, Silveiro SP, Canani LH, Caramori ML, Zelmanovitz T. Diabetic Nephropathy: Diagnosis, Prevention, and Treatment: Stages, Clinical Features, and ClinicalCourse. http:/medscape.com [Diakses 6 Februari 2010]
6. Brenner B, Brady HR, O'Meara YM. Nefropati Diabetik. In: Harrison’s Principle of InternalMedicine. 2001. New York: McGraw-Hill.
7. Kariadi SH. Diabetes? Siapa Takut!! Panduan Lengkap untuk Diabetisi, Keluarganya, danProfesional Medis. 2009. Bandung: Qanita.
8. Mitchell RN, Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins &Cotran. Ed 7. 2006. Jakarta: EGC.
9. Soman SS. Diabetic Nephropathy. Henry Ford Hospital. Nov 19, 2009.http:/emedicine.medscape.com [Diakses 26 Februari 2010]
10. Dronavalli S, Duka I, Bakris GL. The Pathogenesis of Diabetic Nephropathy. 2008.
http:/cme.medscape.com [Diakses 26 Februari 2010]
11. National Kidney Foundation KDOQI Clinical Practice Guidelines and Clinical PracticeRecommendations for Diabetes and Chronic KidneyDisease.2007.http://www.kidney.org/Professionals/kdoqi/guideline_diabetes/guide1.htm[Diakses 6 Februari 2010]
Clementine K 406101021