pembahasan 1

4
F. PEMBAHASAN Simplisia sebagai suatu bahan yang akan mengalami proses lanjutan atau langsung dikonsumsi harus memiliki standarisasi. Hal ini penting sebagai acuan mengenai segala sesuatu mengenai cara penggunaan simplisia. Karena simplisia yang berasal dari bahan alam biasanya memiliki keragaman, terutama dalam kandungan zat aktifnya. Sehingga agar didapatkan mutu dan kualitas yang sama pada semua konsumen, standar penggunaan simplisia sangat diperlukan. Standarisasi merupakan hal yang penting untuk simplisia dan ekstrak yang akan digunakan atau dikonsumsi. Parameter standar merupakan suatu metode standarisasi untuk menjaga kualitas dari suatu simplisia maupun ekstrak. Parameter standar meliputi parameter standar spesifik dan parameter standar non spesifik, yang diujikan terhadap simplisia dan ekstrak. Salah satu parameter standar spesifik untuk pengujian standar simplisia adalah penetapan kadar sari pada pelarut tertentu. Kadar sari larut air dan etanol merupakan pengujian untuk penetapan jumlah kandungan senyawa yang dapat terlarut dalam air (kadar sari larut air) dan kandungan senyawa yang dapat terlarut dalam etanol (kadar sari larut etanol). (Ditjen POM, 2000) Metode penentuan kadar sari digunakan untuk menentukan jumlah senyawa aktif yang terekstraksi dalam pelarut dari sejumlah simplisia. Penentuan kadar sari juga dilakukan untuk melihat hasil dari ekstraksi, sehingga dapat terlihat pelarut yang cocok untuk dapat mengekstraksi senyawa tertentu. Prinsip dari ekstraksi didasarkan pada distribusi zat terarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling campur (Ibrahim,2009). Pada penentuan kadar sari larut air, simplisia terlebih dahulu dimaserasi selama ± 24 jam dengan air. Sedangkan pada penentuan kadar sari larut etanol, simplisia terlebih dahulu dimaserasi selama ± 24 jam dengan etanol (95 %). Hal ini bertujuan agar zat aktif yang ada pada simplisia dapat terekstraksi dan tertarik oleh pelarut tersebut. Ketika penentuan kadar sari larut air, simplisia ditambahkan kloroform terlebih dahulu, penambahan kloroform tersebut bertujuan sebagai zat antimikroba atau sebagai pengawet. Karena apabila pada saat masrasi hanya air saja, mungkin ekstraknya akan rusak karena air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroba atau dikhawatirkan terjadi

Upload: muhammadtri25

Post on 22-Dec-2015

15 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

farmakognosi

TRANSCRIPT

Page 1: pembahasan 1

F.   PEMBAHASANSimplisia sebagai suatu bahan yang akan mengalami proses lanjutan atau langsung

dikonsumsi harus memiliki standarisasi. Hal ini penting sebagai acuan mengenai segala sesuatu mengenai cara penggunaan simplisia. Karena simplisia yang berasal dari bahan alam biasanya memiliki keragaman, terutama dalam kandungan zat aktifnya. Sehingga agar didapatkan mutu dan kualitas yang sama pada semua konsumen, standar penggunaan simplisia sangat diperlukan.

Standarisasi merupakan hal yang penting untuk simplisia dan ekstrak yang akan digunakan atau dikonsumsi. Parameter standar merupakan suatu metode standarisasi untuk menjaga kualitas dari suatu simplisia maupun ekstrak. Parameter standar meliputi parameter standar spesifik dan parameter standar non spesifik, yang diujikan terhadap simplisia dan ekstrak. Salah satu parameter standar spesifik untuk pengujian standar simplisia adalah penetapan kadar sari pada pelarut tertentu.

Kadar sari larut air dan etanol merupakan pengujian untuk penetapan jumlah kandungan senyawa yang dapat terlarut dalam air (kadar sari larut air) dan kandungan senyawa yang dapat terlarut dalam etanol (kadar sari larut etanol). (Ditjen POM, 2000)

Metode penentuan kadar sari digunakan untuk menentukan jumlah senyawa aktif yang terekstraksi dalam pelarut dari sejumlah simplisia. Penentuan kadar sari juga dilakukan untuk melihat hasil dari ekstraksi, sehingga dapat terlihat pelarut yang cocok untuk dapat mengekstraksi senyawa tertentu. Prinsip dari ekstraksi didasarkan pada distribusi zat terarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling campur (Ibrahim,2009).

Pada penentuan kadar sari larut air, simplisia terlebih dahulu dimaserasi selama ± 24 jam dengan air. Sedangkan pada penentuan kadar sari larut etanol, simplisia terlebih dahulu dimaserasi selama ± 24 jam dengan etanol (95 %). Hal ini bertujuan agar zat aktif yang ada pada simplisia dapat terekstraksi dan tertarik oleh pelarut tersebut.

Ketika penentuan kadar sari larut air, simplisia ditambahkan kloroform terlebih dahulu, penambahan kloroform tersebut bertujuan sebagai zat antimikroba atau sebagai pengawet. Karena apabila pada saat masrasi hanya air saja, mungkin ekstraknya akan rusak karena air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroba atau dikhawatirkan terjadi proses hidrolisis yang akan merusak eksatrak sehingga menurunkan mutu dan kualitas dari ekstrak tersebut. Sementara pada penentuan kadar sari larut etanol tidak ditambahkan kloroform, karena etanol sudah memiliki sifat antibakteri jadi tidak perlu ditambahkan kloroform.

Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil kadar sari larut air dari kulit kayu manis adalah 11,48 % dan 33,5 % untuk kadar sari larut etanol. Kadar sari larut etanol yang didapat lebih besar dibandingkan dengan kadar sari larut airnya. Hal ini karena air bersifat polar dan etanol bersifat non polar. Jadi etanol bisa menarik senyawa yang bersifat polar dan non polar dibandingkan air yang hanya bias menarik senyawa yang polar saja. Oleh karena itu etanol biasa disebut pelarut universal.

Berdasarkan kelarutan dari kandungan senyawa yang terkandung dalam kulit kayu manis yaitu minyak atsiri 1-3%, tanin, damar, lendir (mucilago/amilum), kalsium oksalat (Depkes RI, 1977) dapat diketahui sifat-sifat dari zat tersebut.

Misalnya tannin. Tanin mudah larut dalam air disebabkan karena adanya gula yang terikat. Hal ini sama diungkapkan oleh Browning (1980) bahwa semua jenis tanin larut dalam air, kelarutannya akan bertambah besar apabila dilarutkan adalam air panas. Markhan (1988) mengatakan bahwa karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil pada flavanoid (bentuk tanin yang umum ditemukan) maka cenderung menyebabkan flavanoid mudah larut dalam air panas atau larutan basa encer karena cara ini adalah cara yang termurah dengan perolehan ekstraksi uang cukup besar ( Umar, 2002). Kelarutan dalam etanol 0,82gr dalam 1 ml (70oC). Kelarutan dalam air 0,656 gr dalam 1ml (70oC) (Anonim, 2011).

Page 2: pembahasan 1

Sifat damar antara lain rapuh dan mudah melekat pada tangan pada suhu kamar, mudah larut dalam minyak atsiri dan pelarut organic nonpolar,sedikit larut dalam pelarut organic yang polar, tidak larut dalam air, tidak tahan panas, mudah terbakar,tidak volatile apabila terdekomposisi dan mudah berubah warna bila disimpan terlalu lama dalam tempat tertutup tanpa sirkulasi udara yang baik (Mulyono, 2004). Sehingga damar tersebut akan lebih banyak terekstraksi oleh etanol.

Selain tanin dan damar, terdapat pula minyak atsiri 1-3%, tanin, lendir (mucilago/amilum), kalsium oksalat. Minyak atsiri yang bersifat non polar akan lebih mudah dan lebih banyak terekstraksi oleh etanol dibanding dengan air. Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, oleh karena itu tidak akan terekstraksi oleh air.

Dilihat dari kelarutan zat-zat yang terkandung dari simplisia tersebut yang sebagian besar tidak larut dalam air jadi kadar sari larut airnya lebih sedikit dari pada kadar sari larut etanol.

Kadar sari yang larut dalam etanol dari kulit kayu manis pada literature (MMI) tidak kurang dari 10%. Dari data yang didapat dari percobaan kadar sari larut dari etanol telah memenuhi persyaratan karena hasil yang didapatkan yaitu 33,5 %.

Data kadar sari dalam pelarut tertentu biasanya diperlukan untuk menentukan pelarut yang akan digunakan untuk mengekstraksi senyawa tertentu agar zat-zat yang terekstraksi lebih banyak yang terekstrak dari simplisia yang akan diekstrak.

G. KESIMPULAN  Salah satu parameter standar spesifik untuk pengujian standar simplisia adalah penetapan kadar

sari pada pelarut tertentu.  Kadar sari larut air dan etanol merupakan pengujian untuk penetapan jumlah kandungan

senyawa yang dapat terlarut dalam air (kadar sari larut air) dan kandungan senyawa yang dapat terlarut dalam etanol (kadar sari larut etanol).

  Maserasi bertujuan agar zat aktif yang ada pada simplisia dapat terekstraksi dan tertarik oleh pelarut tersebut.

  Ketika penentuan kadar sari larut air, simplisia ditambahkan kloroform terlebih dahulu, penambahan kloroform tersebut bertujuan sebagai zat antimikroba atau sebagai pengawet.

  Pada penentuan kadar sari larut etanol tidak ditambahkan kloroform, karena etanol sudah memiliki sifat antibakteri jadi tidak perlu ditambahkan kloroform.

  Hasil kadar sari larut air dari kulit kayu manis yang didapat adalah 11,48 %   Hasil kadar sari larut etanol dari kulit kayu manis yang didapat adalah 33,5 %.  Data kadar sari dalam pelarut tertentu biasanya diperlukan untuk menentukan pelarut yang

akan digunakan untuk mengekstraksi senyawa tertentu agar zat-zat yang terekstraksi lebih banyak yang terekstrak dari simplisia yang akan diekstrak.

DAFTAR PUSTAKA

         Ditjen POM Depkes RI, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

         Ditjen POM Depkes RI, 1977, Materia Medika Indonesia I, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

         Ibrahim. 2009. Ekstraksi. Bandung: Sekolah Farmasi ITB         Wasilah, Sudja. 1978. Penuntun Percobaan Pengantar Kimia Organik. Bandung: PT Karya

Nusantara

Page 3: pembahasan 1

         Djarwis, D. 2004. Teknik Penelitian Kimia Organik Bahan Alam, Workshop Peningkatan Sumber Daya Manusia Penelitian dan Pengelolaan Sumber Daya Hutan yang Berkelanjutan. Jakarta : Ditjen Dikti Depdiknas.

         Manjang, Y. 2004. Penelitian Kimia Organik Bahan Alam, Pelestarian dan Perkembangan Melalui Tanah Agrowisata, Workshop Peningkatan Sumber Daya Manusia Penelitian dan Pengelolaan Sumber Daya Hutan yang Berkelanjutan. Jakarta : Ditjen Dikti Depdiknas.

         Hariana, Arief. 2007. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Penebar Swadaya, Jakarta.         Rismunandar. 1995. Kayu Manis. Penebar Swadaya, Jakarta.         Umar, Buyung suwardi. 2002. Analisis Kadar Tanin pada Buah Kakao (Theobroma Cacao

L). Jakarta.         Mulyono, Noryawati., Apriyantono, Anton. 2004. Sifat fisik, kimia dan fungsional dammar.

Jurnal teknologi dan industri pangan Vol XV No.3          Anonim, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22677/4/Chapter%20II.pdf diakses

tanggal 25 desember 2011.